TEKNIK PENYEMENAN CEMENTING JILID 1. K A T A P E N G A N T A R i. cementing line. b c CEMENTING HEAD LUMPUR PENDORONG. pin 2 pin 1. lumpur.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TEKNIK PENYEMENAN CEMENTING JILID 1. K A T A P E N G A N T A R i. cementing line. b c CEMENTING HEAD LUMPUR PENDORONG. pin 2 pin 1. lumpur."

Transkripsi

1 TEKNIK PENYEMENAN CEMENTING JILID 1 a cementing line CEMENTING HEAD pin 2 pin 1 b c LUMPUR PENDORONG permukaan lumpur casing yang sudah tersemen sebelumnya top plug casing yg mau disemen bottom plug dinding lubang SEMEN foot collar SEMEN shoe track casing shoe DISUSUN OLEH : IR. KASWIR BATU CEPU, 1999 K A T A P E N G A N T A R i

2 Penyemenan merupakan faktor yang sangat penting dalam operasi pemboran. Keberhasilan suatu operasi pemboran sangat tergantung kepada keberhasilan penyemenan sumur. Buku Teknik Penyemenan ini merupakan Jilid I, yang berisikan tentang fungsi dari penyemenan, komponen-komponen bubur semen, dan parameterparameter atau sifat-sifat dari bubur semen, dan metda penyemenan. Untuk mendalami teknik penyemenan lebih lanjut, dapat dibaca pada buku Teknik Penyemenan Jilid II. Buku ini dapat merupakan pegangan bagi pekerja pemboran dan mahasiswa di Jurusan Teknik Perminyakan, karena isinya merupakan hal-hal yang harus dikuasai. Buku0buku Teknik Penyemenan saat ini sulit didapat yang sudah berbahasa Indonesia. Sedangkan kebutuhan pengetahuan tentang teknik penyemenan sangat diperlukan bagi pekerja pemboran dan mahasiswa di Jurusan Teknik Perminyakan. Itulah sebabnya penulis berusaha membuat buku-buku dibidang pemboran minyak dan gas bumi, maupun panas bumi. Mudah-mudahan yang Maha Kuasa memberikan kekuatan dan waktu kepada penulis untuk lanjutan buku ini dan untuk membuat buku-buku Teknik Pemboran untuk topik-topik yang lain. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi diri penulis sendiri. Cepu, Desember 1995 Hormat dari penulis. PENGUMUMAN ii

3 Bersama ini kami khabarkan bahwa telah terbit Buku-buku Teknik Pemboran sebagai berikut: 1. Teknik Pencegahan Semburan Liar ( Well Control ) Jilid I 2. Teknik Pencegahan Semburan Liar ( Well Control ) Jilid II 3. Teknik Pencegahan Semburan Liar ( Well Control ) Jilid III 4. Teknik Pencegahan Semburan Liar ( Well Control ) Jilid IV 5. Teknik Pencegahan Semburan Liar ( Well Control ) Jilid V 6. Teknik Pencegahan Semburan Liar ( Well Control ) Jilid VI 7. Teknik Pencegahan Semburan Liar (Well Control) Latihan Soal-soal dan Kuncinya 8. Peralatan Pencegahan Semburan Liar ( BOP ) Jilid I 9. Lumpur Pemboran Jilid I 10.Lumpur Pemboran Jilid II 11.Hirdolika Pemboran Jilid I 12.Hidrolika Pemboran Jilid II 13.Peralatan Pemboran Jilid I 14.Peralatan Pemboran Jilid II 15.Perhitungan Teknik Pemboran Jilid I 16.Perhitungan Teknik Pemboran Jilid II 17.Perhitungan Teknik Pemboran Jilid III 18.Fishing Jilid I 19.Fishing Jilid II 20.Casing Jilid I 21.Cementing Jilid I 22.Pemboran Lurus Jilid I 23.Pemboran Berarah Jilid I 24.Mud Loss Jilid I 25.Pipa Terjepit Jilid I iii 26.Pemboran Lepas Pantai ( Offshore Drilling ) Jilid I 27.Latihan Soal Teknik Pemboran Jilid I 28.Latihan Soal Peralatan Pemboran Jilid I

4 Bagi anda yang berminat untuk mempunyai buku-buku tersebut diatas dapat menghubungi: IR. KASWIR BADU Jl. Dumai No. 154 Nglajo Cepu Telp. : HP : Rek : BNI cabang Cepu Harga buku perbuah adalah Rp ,- Terima kasih atas perhatiannya. Hormat penulis KATA PENGANTAR i iv D A F T A R I S I HAL

5 DAFTAR ISI iv DAFTAR GAMBAR vi.... I. PENDAHULUAN 1 II. FUNGSI PENYEMENAN. 3 III. BUBUR PENYEMENAN Bubuk Semen Komponen Bubuk Semen Klasifikasi Bubuk Semen Sifat-sifat Bubur Semen Strength Water Cement Ratio Berat Jenis Thickening Time Filtration Properties Perforating Qualities 22

6 Permeabilitas Semen Sulfate Resistance Additive Extender Retarder Accelerator Filtration Loss Additive Lost Circulation Additive Friction Reducer Contamination Additive. 38 v DAFTAR ISI ( LANJUTAN ) Halaman Weight Material Semen Khusus Pengaruh Temperatur dan Tekanan Terhadap Semen.. 42 PENUTUP. 44

7 DAFTAR PUSTAKA 45 DAFTAR GAMBAR Hal. vi GB. 1 Semen Menahan Cairan Corosif 4 GB. 2 Semen Mencegah Hubungan Antar Formasi 5 GB. 3 Mengisi Annulus Yang Tidak Penuh 6 GB. 4 Semen Menyumbat Perforasi Ynag Salah 7 GB. 5 Semen Menutup Perforasi Yang Melewatkan Air 8 GB. 6 Semen Menyumbat Formasi Yang Tidak Produktif 9 GB. 7 Semen Sebagai Fondasi Whipstock 10

8 I. PENDAHULUAN 1 Penyemenan pada sumur minyak dan gas maksudnya adalah pendorongan bubur semen ( cemen slury ) ke dalam lubang sumur, kemudian dibiarkan di sana sampai bubur semen tersebut mengeras. Pendorongan bubur semen ke dalam sumur melalui casing, bubur semen keluar dari casing shoe dan kemudian bubur semen terus naik annulus antara casing dengan dinding lubang ataupun annulus antara casing dengan casing, dan dibiarkan bubur semen mengeras di sana. Penyemenan casing seperti ini disebut dengan Primaru Cementing.

9 Adakalanya pendorongan bubur semen adalah dengan menggunakan drill pipe atau tubing ke dalam lubang, bubur semen keluar dari casing shoe dan naik ke annulus antara casing dengan dinding lubang sampai ke permukaan. Penyemenan ada juga yang dilakukan secara bertingkat, dengan kata lain penyemenan tidak sekaligus. Penyemenan annulus bagian bawah bubur semen keluar melalui casing shoe, dan penyemenan kolom annulus diatasnya melalui suatu sambungan yang disebut dengan dual stage cementing collar. Penyemenan dengan menggunakan drill pipe serta penyemenan bertingkat ini di kelompokkan juga ke dalam Primary Cementing. Selain penyemenan-penyemenan yang disebutkan di atas masih terdapat penyemenan-penyemenan dalam bentuk lain. Seperti penyemenan untuk memperbaiki primary cementing, memperbaiki casing yang bocor, menutup lubang perforasi, menutup formasi sebelum pembelokan lubang ( sebagai landasan alat pembelok lubang) dan lain-lain. Penyemenan-penyemenan ini dikelompokkan ke dalam Secondary Cementing. 2 Bubur semen atau cement slurry merupakan campuran dari tepung semen, air dan additive. Untuk mendapatkan ikatan penyemenan yang baik, maka ditambahkan bahanbahan tertentu ke dalam bubur semen. Bahan-bahan yang ditambahkan ini disebut dengan additive. Kadang-kadang penyemenan menggunakan semen khusus, kalau penyemenan dengan bahan-bahan yang biasa menemukan kegagalan. Semen khusus mempunyai keistimewaan, dan tentu harga bahannya akan mahal.

10 II. FUNGSI PENYEMENAN 3 Fungsi penyemenan ditinjau dari Primary Cementing dan Secondary Cementing. Fungsi Primary Cementing adalah sebagai berikut: - Melekatkan casing dengan formasi. - Melindungi casing dari berkarat. - Mencegah hubungan formasi-formasi di belakang casing. - Melindungi casing dari tekanan formasi. - Menutup zone-zone atau formasi-formasi yang membahayakan operasi pemboran selanjutnya. Fungsi Secondary Cementing adalah sebagai berikut:

11 - Memperbaiki primary cementing yang tidak baik, atau tidak sempurna. - Memperbaiki casing yang bocor. - Menutup lubang perforasi yang salah. - Menutup lubang terbuka yang tidak diinginkan. - Sebagai landasan bagi peralatan pembelokan lubang. Dengan mengisi ruang annulus dengan semen maka casing akan kokoh di dalam lubang. Casing yang berada didepan formasi mengandung cairan yang bersifat korosif, seperti magnesium sulfat, barium chlorida, kalau tidak disemen akan berkarat, dan lama kelamaan casing bocor. Ini akan merugikan dalam dunia perminyakan. Dengan adanya semen diantara casing dengan dinding lubang, maka cairan formasi yang korosif tidak kontak dengan casing, tapi kontak dengan semen. Disini perlu juga diperhatikan bahwa semen yang ditempatkan didepan formasi yang mengandung cairan korosif harus tahan terhadap cairan tersebut. Gambarannya dapat dilihat pada gambar 1. Dibelakang casing bisa terdapat formasi-formasi yang mempunyai tekanan yang berbeda-beda. Bila formasi-formasi ini mengandung fluida maka kalau tidak terdapat semen dibelakang casing yang mengisolasi formasi-formasi ini, maka fluida dari formasi 4 yang satu dapat mauk ke dalam formasi yang lain. Lubang, semen akan mengisolasi formasi-formasi tersebut. Sehingga fluida dari formasi tertahan LUMPUR SEMEN oleh semen. Gambarannya dapat dilihat pada gambar 2. FORMASI YG MENGANDUNG CAIRAN COROSIF FORMASI YG MENGANDUNG CASING CASING CAIRAN COROSIF SEBELUM DISEMEN SESUDAH DISEMEN

12 Gb.1. Semen Menahan Cairan Korosif Kalau terdapat formasi yang membahayakan operasi pemboran, seperti formasi lebah (zone loss), formasi bertekanan tinggi, formasi shale yang mudah runtuh, dan formasi yang berbahaya yang lain, sebaiknya setelah menembus formasi tersebut, dipasang casing, dan disemen. Sehingga formasi tersebut tidak mempengaruhi operasi pemboran selanjutnya. CASING CASING 5 LUMPUR FORMASI 2 FORMASI 2 SEMEN FORMASI 1 FORMASI 1 KALAU TIDAK DISEMEN SETELAH DISEMEN

13 Gb.2. Semen Mencegah Hubungan Antar Formasi Selesai penyemenan dilakukan pengujian terhadap hasil penyemenan yang telah dilakukan. Apabila hasil penyemenan tidak baik atau kurang sempurna, maka dilakukan penyemenan ulang dengan jalan menekankan bubur semen ke bagian yang tidak sempurna tadi, melalui lubang perforasi yang sudah dibuat sebelumnya. Gambarannya dapat dilihat pada gambar 3. BUBUR SEMEN 6 ANNULUS CASING DINDING LUBANG PUNCAK SEMEN ANNULUS CASING DINDING LUBANG PERFORASI ANNULUS TIDAK PENUH ANNULUS DIPENUHI DENGAN SEMEN

14 Gb.3. Mengisi Annulus Yang Tidak Penuh Apabila casing bocor, perlu menyumbat dengan jalan menekankan bubur semen ke bagian yang bocor tersebut, melalui lubang perforasi yang sudah dibuat sebelumnya. Sehingga tidak terjadi aliran dari formasi. Kesalahan perforasi dapat juga terjadi, sehingga terproduksi fluida formasi yang tidak dikehendaki. Untuk ini perforasi yang salah itu harus disumbat dengan semen dengan jalan menekankan bubur semen ke formasi yang salah tersebut, agar menghindari terproduksinya fluida yang tidak diinginkan itu. Gambarannya dapat dilihat pada gambar 4. 7 CASING TUBING CASING TUBING SEMEN SEMEN PERFORASI PACKER PERFORASI PACKER MINYAK MINYAK AIR AIR Minyak dan gas terproduksi bersama SEMEN Setelah perforasi yang salah disemen, air tidak terproduksi lagi secara bebas.

15 Gb.4. Semen Menyumbat Perforasi Yang Salah Di awal produksi suatu sumur, produksi air masih kecil. Tetapi setelah sumur berproduksi cukup lama, air berproduksi cukup besar, karena permukaan air dengan minyak naik ( WOC naik). Untuk mengurangi produksi air yang cukup banyak itu maka lubang perforasi yang mengeluarkan air tersebut disemen kembali. Gambarannya dapat dilihat pada gambar 5. 8 CASING TUBING CASING TUBING CASING TUBING SEMEN SEMEN SEMEN PERFORASI PACKER PERFORASI PACKER PERFORASI PACKER MINYAK MINYAK MINYAK AIR AIR AIR DIAWAL PRODUKSI AIR TIDAK IKUT TERPRODUKSI SECARA BEBAS MINYAK DAN AIR TERPRODUKSI BERSAMA - SAMA KARENA WOC SUDAH NAIK SEMEN PERFORASI YANG MELEWATKAN AIR DISEMEN, SEHINGGA SUDAH TERHALANG.

16 Gb.5. Semen Menutup Perforasi Yang Melewatkan Air Setiap sumur tidak selalu berhasil dalam menemukan minyak atau gas, dan mungkin yang ditemukan hanya air asin. Lubang yang telah dibuat tidak boleh dibiarkan terbuka begitu saja, sehingga harus disemen untuk mencegah kemungkinan menyemburkan air asin di kemudian hari. Gambaran tentang yang disebutkan tadi dapat dilihat pada gambar 6. 9 TUBING SEMEN DINDING LUBANG FORMASI TIDAK PRODUKSI FORMASI TIDAK PRODUKSI SUMUR DRY HOLE FORMASIYANG TIDAK PRODUKTIF DISMBAT DENGAN SEMEN

17 Gb.6. Semen Menyumbat Formasi Yang Tidak Produktif Untuk pemboran berarah atau disebut dengan directional drilling dilakukan pembelokkan dari pembelokan dari sumbu vertikal. Bila alat yang digunakan adalah whipstock dan dasar lubang lunak, maka dasar lubang harus disemen dahulu untuk langganan bagi whipstock. Kalau tidak whipstock akan terperosok ke dasar lubang. Untuk jelasnya lihat gambar LUMPUR RANGKAIAN PEMBORAN WHIPSTOCK SEMEN Gb.7. Semen Sebagai Fondasi Whipstock

18 III. BUBUR SEMEN (CEMENT SLURY) Bubur semen terdiri dari: - Zat cair - Bubuk semen - Additive. Zat cair yang digunakan pada umumnya adalah air, dan ada juga yang menggunakan minyak pada semen khusus. Tujuan dari zat cair disini adalah agar bubur semen yang terjadi dapat dipompakan. 11 Bubuk semen merupakan padatan yang mempunyai sifat menyemen. Dan additive merupakan bagian yang ditambahkan untuk mendapatkan sifat-sifat semen yang diinginkan. Sifat-sifat dari bubur semen yang dibuat harus disesuaikan dengan kondisi formasi yang akan disemen, agar hasil penyemenan sesuai dengan yang inginkan Bubuk semen. Bubuk semen ditempatkan dalam karung atau sack. Berat dari 1 (satu) sack semen adalah 94 lbs pada umumnya. Sedangkan berat jenis dari bubuk semen adalah berkisar antara 3.1 sampat 3.2 gr/cc. Bubuk semen yang dipakai dalam penyemenan sumur minyak atau gas berbeda dengan semen yang digunakan untuk bangunan. Sumur minyak mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu, sehingga bubur semen harus mempunyai sifat-sifat tertentu, sehingga mana komponen-komponennya harus disesuaikan pula. American Petroleum Institute telah membuat standar dari bubuk semen yang digunakan untuk menyemen sumur minyak dan gas bumi Komponen Bubuk Semen

19 komponen bubuk semen terdiri dari oksida-oksida calcium, silicate, besi dan aluminium. Komponen bubuk semen tersebut adalah sebagai berikut: - Tri Calcium Silicate. - Di Calcium Silicate. - Tri Calcium Aluminate. - Tetra Calcium Alumino Ferrite Tri Calcium Silicate - Rumus kimianya adalah 3Ca0 Si02 - Kodenya adalah C3S - Komponen ini memberikan strength yang besar Di Calcium Silicate. - Rumus kimianya 2Ca0 Si02. - Kodenya adalah C2S. - Komponen ini tidak tahan terhadap sulfate. Sulfate merupakan cairan formasi yang korosif, yang dapat menyebabkan casing berkarat Tri Calcium Aluminate - Rumusnya kimianya adalah 3Ca0 A Kodenya adalah C3A - Komponen ini tidak tahan terhadap sulfate. Sulfate merupakan cairan formasi yang korosif, yang adapt menyebabkan casing berkarat,akibat dari sulfate terhadap semen yang mempunyai tri calcium aluminate yang berprosentase besar akan melunakkansemen. Oleh sebab itu tri calcium aluminate yang dicampurkan tidak lebih besar dari 3% Tetra Calcium Alumino Ferrite - Rumus kimianya adalah 4Ca0 A1203 Fe203

20 - Kodenya adalah C4AF - Komponen ini memberikan panas hidrasi yang rendah Klasifikasi Bubuk Semen. American Petroleum Institute ( API ) dan American Society for Testing Material (ASTM), telah membuat strandard bubuk semen yang digunakan untuk sumur minyak dan gas. Di sini yang diberikan adalah klasifikasi oleh API saja. Standardisasi oleh API tersebut adalah sebagai berikut: a. Kelas A. - Semen ini dapat digunakan sampai kedalaman ft - Tidak tahan terhadap sulfate. - Semen ini sama dengan semen untuk bangunan b. Kelas B - Dapat digunakan dari permukaan sampai ft - Bubuk semen ini tahan terhadap sulfate, tersedia untuk tingkat moderate sampai tinggi. c. Kelas C - Dapat dipakai sampai kedalaman ft - Mempunyai strength awal yang tinggi. - Tersedia semen yang tahan terhadap sulfate dan juga yang tidak tahan terhadap sulfate. - Semen yang tahan terhadap sulfate adalah dari tingkat moderate sampai tinggi. d. Kelas D - Digunakan untuk kedalaman ft sampai ft - Digunakan untuk temperatur dan tekanan formasi yang moderate sampai tinggi. - Tersedia untuk semen yang tidak tahan terhadap sulfate. Dan yang tahan terhadap sulfate dari tingkat moderate sampai tinggi.

21 e. Kelas E - Digunakan untuk kedalaman ft sampai ft. - Digunakan untuk temperatur dan tekanan yang tinggi. - Tersedia tipe yang tidak tahan terhadap sulfate, dan yang tahan terhadap sulfate untuk tingkat tinggi. f. Kelas F. - Digunakan untuk kedalaman ft sampai ft. - Utnuk menyemen formasi dengan temperatur dan tekan yang sangat tinggi. 14 g. Kelas G. - Semen kelas G merupakan semen dasar, yang dapat dipakai sampai kedalaman ft. - Kalau diinginkan untuk kondisi yang lain maka dapat ditambah dengan additive yang sesuai. - Tersedia untuk ketahanan terhadap sulfate untuk tingkat moderate sampai tinggi. h. Kelas H. - Semen kelas H juga merupakan semen dasar, sama seperti semen kelas G. - Tersedia untuk tingkat moderate sulfate resistance. Kelas semen dari A sampai F merupakan semen yang tidak ditambahi dengan additive dalam penggunaannya, sedangkan untuk kelas G dan H ditambahi dengan additve bila diperlukan Sifat-sifat Bubur Semen Bubur semen yang dibuat harus disesuaikan sifat-sifatnya dengan keadaan, formasi yang akan disemen.

22 Sifat-sifat bubur semen yang dimaksud adalah sebagai berikut: - Strength - Water Cement ratio - Berat Jenis - Thickening Time - Filtration Properties - Permeabilitas - Perforating qualities. - Sulfate Resistance Strength Bubur semen setelah ditempatkan pada tempat yang diinginkan harus mempunyai strength tertentu. Sebetulnya strength dari semen yang diinginkan sama dengan strength dari formasi yang akan disemen, maka umumnya diambil suatu patokan bahwa bila strength dari semen mencapai 500psi dengan waiting on cement 24 jam, maka strength semen sudah cukup baik. Dan pemboran sudah dapat dilanjutkan. Waiting On Cement (WOC) diukur diwaktu plug diturunkan sampai plug dapat dibor kembali Water Cement Ratio water Cement Ratio adalah perbandingan air yang dicampurkan dengan bubuk semen di waktu membuat bubur semen. Air yang dicampurkan tidak boleh terlalu banyak dan tidak boleh kurang, karena akan memberikan ikatan semen yang tidak baik dengan formasi. Batasannya diberikan dalam bentuk kadar maksimum air dan kadar minimumnya. Kadar minimum air adalah jumlah air yang dicampurkan tanpa menyebabkan consistency dari bubur semen lebih dari 30 poise.

23 Kalau air yang ditambahkan lebih kecil dari kadar minimumnya, gesekangesekan di annulus diwaktu memompakan bubur semen akan menjadi besar dan menaikkan pressure di annulus. Bila formasi yang dilalui tidak tahan maka formasi bisa rekah. Kadar maksimum dari air yang dicampurkan dicari sebagai berikut: Bila diambil dalam tabung bubur semen sebanyak 250 ml, didiamkan selama 2 jam terjadilah air bebas pada bagian atas dari tabung. Air bebas ini tidak boleh lebih dari 2,5 ml. Kalau air dicampurkan melebih maksimumnya, tentu pemisahan air bebas setelah 2 jam akan lebih dari 2,5 ml. Akibatnya akan terbentuk kantong-kantong air di dalam semen. Diwaktu semen mengeras air akan keluar sehingga timbul rongga-rongga di dalam semen. Hal ini tidak diinginkan karena menyebabkan semen mempunyai permeabilitas. 16 Jadi air yang dicampurkan dalam membuat bubur semen harus berada antara kadar minimum dan kadar maksimum. Menurut Allen T.O dan Robert A.P jumlah air yang dicampurkan untuk kelaskelas semen tertentu, yang disesuaikan dengan berat jenis, temperatur dan kedalaman tertentu pula. Untuk jelasnya lihat tabel-1 TABEL 1 WATER CEMENT RATIO Kelas WCR Berat Jenis Kedalaman Temperatur Semen gl/sk ppg ft Statis, F A B C D E F G H

24 Pada tabel 2 tertera juga tentang kadar maksimum dan kadar minimum air yang ditambahkan. TABEL 2 Kadar Maksimum dan Kadar Minimum Air Kelas Kadar Maks. Berat Jenis Kadar Min. Berat Jenis Semen air, gl/sk ppg air, gl/sk ppg A B C Akibat lain pengurangan jumlah air yang dicampurkan adalah sebagai berikut: - Berat Jenis serta compressive strength naik. - Viskositas bubur semen naik. - Volume bubur semen berkurang Berat Jenis Berat Jenis dari bubur semen sangat penting juga diperhatikan. Karena sangat berpengaruh terhadap tekanan bubur semen. Bila formasi tidak sanggup menahan tekanan pendorong bubur semen, maka formasi akan rekah, akibatnya bubur semen akan masuk ke dalam rekahan yang terjadi. Berat jenis bubur semen tergantung kepada bubuk semen, air yang dicampurkan serta additive. Secara rumus dapat dituliskan sebagai berikut: (3-1) Gbk + Gw + Ga BJ = Bs Vbk + Vw + Va Dimana :

25 BJ = Berat Jenis bubur semen bs Gbk = berat bubuk semen Gw = berat air Ga = berat additive Vbk = volume bubuk semen Vw = volume air yang dicampurkan. Va = volume additive yang dicampurkan. 18 Contoh soal Untuk membuat bubur semen diperlukan air 5,2 ga/sak. Bubuk semen yang diperlukan adalah 500 sak. Berapa gallon air yang diperlukan. Penyelesaian Air yang diperlukan adalah : WCR x Jumlah sak semen : 5.2 gal/sak x 500 sak : 2600 gal. Contoh Bubur semen dibuat dari air (5.2 gal/sak, 8.4 ppg), dan tepung semen (SG=3.1, 94 lg/sak). Berapakan berat jenis bubur semen yang terjadi? Penyelesaian Berat Jenis : 5.2 gal/sak x 8.4 lb/gal : lb/sak Berat tepung semen : 94lb/sak Berat Jenis tepung semen : 3,1 x 8.33 ppg : ppg volume tepung semen : 94 lb / sak = 3.64 gal/sak lb/sak volume air : 5.2 gal/sak

26 volume bubur semen yang terjadi : 5.2 gal/sak gal/sak : 8.84 gal/sak Berat jenis bubur semen yang terjadi: Berat bubur semen yang terjadi lb/sak = = ppg Volume bubur semen yang terjadi 8.84 gal/sak Secara tabulasi: 19 Komponen Volume, gal / sak Berat, lbs /sak Air Tepung Semen Bubur Semen Berat jenis bubur semen = = Bubur semen sering memakai bantonite sebagai additive. Komposisinya dalam % berat tepung semen. Contoh: Bubur semen dibuat dari air (5.2 gal/sak, 8.4 ppg), dan tepung semen (SG=3.1, 94 lb/sak). Serta bentonite (SG= 2.61 ; 2%). Berapakah berat jenis bubur semen yang terjadi? Penyelesaian. Berat air : 5.2 gal/sak x 8.4 lb/sak : lb/sak

27 Berat tepung semen : 94 lb/sak Berat bentonite : 0.02 x 94lb/sak = 1.88 lb/sak Berat bubur semen yang terjadi : lb /sak + 94 lb/sak lb/sak = /lb/sak. Berat jenis tepung semen : 3.1 x 8.33 ppg : ppg Volume tepung semen : 94 lb/sak = 3.64 gal/sak lb/sak Berat Jenis bentonite : 2.6 x 8.33 ppg : ppg Volume bentonite : 1.88 lb/sak = gal/sak lb/sak Volume air : 5.2 gal/sak 20 Volume bubur semen yang terjadi: 5.2 gal/sak gal/sak gal/sak = gal/sak Berat Jenis bubur semen yang terjadi : Berat bubur semen yang terjadi lb/sak = = ppg Volume bubur semen yang terjadi gal/sak Secara Tabulasi Komponen Volume, gal / sak Berat, lbs / sak Air Tepung Semen Bentonite Bubur semen

28 Berat jenis bubur semen = = ppg Thickening Time thickening Time adalah waktu yang diperlukan bagi bubur semen untuk mencapai consistency 100 Uc. Consistency 100 Uc merupakan batasan bagi bubur semen untuk dapat dipompakan lagi. Sehingga thickerning time sering juga disebut dengan pumpability. Sifat bubur semen ini sangat perlu, karena waktu pemompaan bubur semen harus selalu lebih kecil dari thickening time. Kalau tidak bubur semen tidak akan sampai ke tempat penempatannya, dan akan mengeras di dalam casing. Hal ini merupakan kejadian yang sangat fata, dan tidak boleh terjadi. Untuk sumur-sumur yang dalam atau dengan kata lain untuk kolom semen yang sangat panjang, tentu waktu pemompaan bubur semen akan lama, untuk keadaan seperti itu perlu untuk memperpanjang thickening time. Sebaliknya untuk sumur yang dangkal perlu untuk memperpendek thickerning time. Kalu tidak pengerasan bubur semen akan sangat lama, dan ini merupakan kehilangan waktu. Untuk memperpanjang atau memperpendek thickening time adalah dengan jalan menambahkan additive ke dalam bubur sumur Filtration Properties karena bubur semen terdiri dari padatan dan cairan, cairan dari bubur semen dapat masuk ke dalam formasi-formasi permeable yang dilewatinya. Cairan atau umumnya air yang masuk ini disebut dengan filtrat. Filtrat ini tidka boleh terlalu banyak. Sebab akan membuat bubur semen kekurangan air. Kondisi seperti ini disebut dengan Flash Set.

29 Bila bubur semen mengalami flash set maka akibatnya sama seperti kalau air yang dicampurkan membuat bubur semen lebih kecil dari kadar minimumnya, yang mana akan menyebabkan friksi di annulus naik, pressure loss naik dan tekanan bubur semen di annulus naik. Bila hal ini terjadi maka formasi akan pecah bila formasi tidak tahan. 22 Jadi dapat disimpulkan bila formasi yang akan dilalui oleh bubur semen merupakan formasi yang porous dan permeable, maka perlu penambahan additive yang sesuai sebelum bubur semen dipompakan, atau dengan kata lain sebelum dilakukan penyemenan Perforating Qualities semen yang keras atau dengan kata lain semen yang mempunyai strength yang besar tidak baik diperforasi, semen akan remuk. Sehingga dianjurkan untuk melakukan perforasi di saat semen belum keras betul. Disarankan juga, untuk kolom semen yang akan diperforasi jangan digunakan semen yang mempunyai strength awal yang tinggi. Kalau semen yang diperforasi pecah dan remuk, maka pada daerah batas minyak dengan air atau batas minyak dengan gas akan terproduksi fluida yang tidak kita ingingkan. Yang umum adalah cepat terproduksi air. Agar semen tidak mempunyai strength awal yang tinggi dapat ditambahkan additive yang sesuai Permeabilitas Semen semen diinginkan tidak mempunyai permeabilitas. Kalau semen mempunyai permeabilitas, fungsi dari semen tidak terpenuhi atau semen tidak berfungsi. Permeabilitas semen dapat naik karena air yang dicampurkan dalam bentuk bubur semen terlalu banyak. Dan permeabilitas semen dapat juga naik karena berlebihan menambah additive.

30 Sulfate Resistance, Corrosion Resistance adanya formasi yang mengandung cairan-cairan perusak semen, seperti Na2S04; MgS04; MgC12. Semen akan lunak bila kena cairan-cairan diatas. Kalau semen lunak, berarti semen tidak berfungsi dalam hal menahan cairan formasi menuju casing, dan 23 casing akan berkarat. Oleh sebab itu dipilih semen yang tahan terhadap cairan yang disebutkan di atas. Cairan garam sulfate ataupun MgC12 diatas tidak melunakkan semen untuk temperatur tinggi. Jadi persoalan pelunakan semen sangat kritis untuk formasi-formasi dangkal. Melunaknya semen dikarenakan cairan garam di atas bereaksi dengan lime dan senyawa alumina. Karena itu tri calcium aluminate tidak boleh lebih dari 3% Additive Additive merupakan bahan-bahan yang ditambahkan dalam membuat bubur semen, untuk mendapatkan sifat-sifat bubur semen sesuai dengan yang diinginkan. Bubur semen yang dibuat dari bubuk semen dan air saja disebut dengan neat cement Exteder Extender adalah addiitive untuk menaikkan volume dari bubur semen. Pada umumnya penambahan extender diiringi dengan penambahan air. Kenaikkan volume tidak seimbang dengan kenaikkan berat bubur semen, sehingga akan cepat penurunan berat jenis bubur semen. Bahan-bahan yang termasuk sebagai extender adalah: - Bentonite - Pozzolan - Diatomaceous Earth

31 - Gilsonite Bentonite Bentonite merupakan bermineral clay. Sifat utamanya adalah dapat menghisap air dengan banyak, sehingga volume bubur semen yang terjadi bisa naik sampai 10 kali. Akibatnya berat jenis bubur semen dapat turun lebih besar. Penambahan bentonite harus diiringi dengan penambahan air. Untuk 2x bentonite kira-kira penambahan air adalah 1.3 gallon per sack. 24 Pengaruh lain akibat penambahan bentonite adalah: - Yield semen naik - Biaya lebih murah - Perforating qualities baik. - Compressive strength semen menurun - Permeabilitas semen naik. - Viskositas bubur semen naik. Untuk temperatur 230 derajat F ke atas penambahan bentonite sangat drastis menurunnya strength semen dan menaikkan permeabilitas semen. Pada tabel berikut terlihat pengaruh penambahan bentonite terhadap compressive strength. Tabel 3 Pengaruh Penambahan Bentonite Terhadap Compressive Strength During Time Temperatur % Bentonite Compressive Jam F Strength, psi

32 Tabel 3 Pengaruh Penambahan Bentonite Terhadap Compressive Strength During Time Temperatur % Bentonite Compressive Jam F Strength, psi Pozzolan Pozzolan merupakan extender yang tidak terlalu banyak menurunkan compressive strength semen. Sedangkan penambajan pozzolan terhadap bubur semen adalah sama dengan penambahan bentonite. Umumnya campuran bubuk semen pozzolan adalah 50% berbanding 30% dan biasanya bentonite 2%. Pengaruh campuran pozzolan bubuk semen dan bentonite terhadap compressive strength adalah seperti tabel 4. Untuk prosentase bentonite yang selain 2%, pengaruhnya terhadap compressive strength adalah seperti pada tabel 5.

33 Tabel 4 Compressive Strength Semen Campuran Bubuk Semen Pozzolan dan Bentonite 50% : 50% : 50% 26 During time Jam 6 NS NS CATATAN: NS= Not Set = tidak melekat. Compressive strength, psi Temperatur derajat F Tabel 5. Pengaruh penambahan pozzolan dengan perbandingan 50% : Bentonite 50% dengan bubuk semen terhadap compressive strength untuk prosentase bentonite tertentu. Compressive strength, psi Temperatur derajat F % Semen (bubur semen) yang dibuat dari campuran bubuk semen dan pozzolan disebut dengan pozzolan cement. 27

34 Pada tabel dibawah ini diperlihatkan jumlah air yang diperlukan untuk perbandingan pencampuran tertentu, dan berat jenis serta yield yang dihasilkannya. Tabel 6. Sifat-sifat bubur semen pada pozzolan cement Pozzolan % Bubuk Semen Bentonite % Air gal/sack Berat jenis slurry, Yield cuft / sack ppg Selain pozzolan cement ada juga semen yang dibuat dari pencampuran pozzolan dengan tanpa bubuk semen. Di pasaran dikenal dengan nama Pozmix-140 cement, umumnya keluaran Halliburton. Semen ini berat lime 10% sampai 15% dari pozzolan. Campuran ini memberikan thickening time 3 sampai 4 jam, untuk range temperatur 140 derajat 400 derajat F. Kebaikannya adalah strength tidak turun untuk temperatur di atas 230 derajat F. Diatomaceous Earth Bahan ini berasal dari silika suatu sedimen. Diatomiceous Earth mempunyai surface area yang besar, sehingga memerlukan banyak air dalam pembuatan bubur semen. Umumnya dicampurkan antara 10% sampai 40% dari berat bubuk semen. Di pasaran sering disebut dengan: - Diecel D, buatan Phillips Pet. Co - Letepoz 2, buatan Dowell Schlumberger. Dalam halaman berikut ini ditabelkan sifat-sifat Diatomaceous Earth Cement.

35 Tabel 7 sifat-sifat Diatomaceous Earth Cement. 28 Dia. Earth Gilsonite Air Berat Jenis Yield gal / sack ppg Cuft / sack Gilsonite tidak memerlukan banyak air. Sehingga menurunkan compressive strength semen akan lebih kecil dibandingkan dengan extender yang lain, untuk pengukuran berat jenis yang sama. Penambahan air adalah 2 gal per 59 lb gilsonite. Pada halaman berikut ini diperlihatkan pengaruh penambahan gilsonite terhadap compressive strength semen. Tabel 8 Gilsonite Pengaruh Gilsonite terhadap Compressive Strength Bentonite lb/sk. Bk % 80 F 100 F 140 F

36 Expended Perlite Expended merupakan extender yang berasal dari vulkanik. Umumnya ditambahkan juga bentonite 2% sampai dengan 6% untuk mencegah pemisahan air. Pada umumnya juga penambahan perlu penambahan air yang banyak, dibawah tekanan expended perlite bertindak sebagai spons. Sehingga bubur semen akan mempunyai berat jenis yang lebih besar dan volume yang lebih kecil untuk kondisi bertekanan dibandingkan dengan kondisi di permukaan. Dengan tabel berikut ini dapat dilihat hubungan penambahan expanded perlite. Tabel 9 sifat-sifat bubur semen Perlite Semen. Bentonite WCR Berat Jenis, Yiled Berat jenis Yield % gal /sack ppg ft / sack ppg ft3 / sack Tekanan atmosfir 3000 psi Satu sack bubuk semen dan 1 cuft perlite Satu sack bubuk semen dan ½ cuft perlite Satu sack bubuk semen dan ¼ cuft perlite Retarder 30

37 Retarder adalah additive berfungsi untuk memperlambat atau memperpanjang thickening time. Hal ini diperlukan untuk penyemenan sumur bertemperatur tinggi, atau untuk sumur yang dalam atau kolom penyemenan yang panjang. Atau bila air banyak yang terisap oleh penambahan additive lain sehingga thickening time berkurang. Sebagaimana telah disebutkan di halaman terdahulu bhawa bila thickening time lebih kecil dari waktu pemompaan bubur semen, maka bubur semen akan mengeras sebelum sampai ke tempat yang diinginkan. Bahan-bahan yang bertindak sebagai retarder sebagai berikut: - Calcium Ligno Sulfonate - Modified Lignin. - CMHEC - Garam (NaCl) Calcium Ligno Sulfonate Pengaruh Calcium Sulfonate terhadap thickening dapat dilihat pada tabel berikut. Dimana bentonite adalah 12%, untuk kedalaman tertentu. Kalau secara normal thickening time akan berkurang untuk pertambahan temperatur. Temperatur akan naik dengan bertambahnya lubang. Modified Lignin Modified lignin adalah retarder untuk temperatur yang tinggi. Dan juga dapat sebagai additive untuk menurunkan viskositas dari bubur semen. Bahan ini terutama digunakan untuk: - Pozzolan lime. - Semen kelas D dan E. Modified lignin tidak perlu menambahkan air yang banyak. Bahan ini dianjurkan untuk kedalaman ft ke atas atau untuk temperatur 260 derajat F lebih. 31

38 Pada tabel berikut ini diperlihatkan modified lignin sebagai retarder untuk kedalaman ft sampai ft untuk penyemenan casing dan squeeze cementing dalam keadaan statis maupun saat dinamis, untuk semen kelas D atau F. dengan kenaikan kedalam sumur dan penambahan berbagai harga modified lignin didapatkan thickening time bubur semen antara tiga sampai empat jam. CMHEC CMHEC adalah singkatan dari Carboxy Methyl Hidroxy Ethyl Cellulose. Bahan ini digunakan untuk temperatur yang ekstrim. CMHEC memerlukan banyak air dalam pencampurannya. Tabel 12 Thickening Time Bubur Semen dengan penambahan Modified Lignin. (Catatan untuk penyemenan casing) Kedalaman ft Diatas Di atas Temperatur F Retarder % Thickening Jam Statis dinamis ke 3000 ke 1.0 ke atas 3 4 atas atas ke 271 ke atas 1.0 ke atas 3 4 atas Garam (NaCl) Konsentrasi NaCl yang dicampurkan harus lebih besar dari 5%. Kalau 1.5 sampai 3% NaCl mempercepat thickening time. NaCl berguna untuk memeperbaiki ikatan semen untuk menyemen formasi garam.

39 Untuk formasi shale digunakan juga air garam agar formasi shale tidak menghisap air dari bubur semen. Sebab formasi shale menghisap air tawar. 32 Additive ini dapat pula menaikkan berat jenis bubur semen. Umumnya digunakan 3.1 lb untuk setiap gallon air Accelerator To accelerator maksudnya mempercepat. Accelerator artinya adalah additive untuk mempercepat thickening time. Pada umumnya accelerator ditambahkan bila menyemen sumur yang dangkal. Kalau tidak ditambahkan accelerator akan terlalu lama menunggu bubur semen menjadi keras. Bahan-bahan yang bertindak sebagai accelerator adalah: - Calcium Chlorida - Natrium Chlorida - Desified Cement Calcium Chlorida (CaCI2) 2% CaCI2 dapat melipat-duakan compressive strength semen dalam tempo 24 jam, pada temperatur 120 derajat F. umumnya Calcium Chlorida yang ditambahkan berkisar antara 2% sampai 4%. Diatas 4% strength semen bisa menjadi turun. Pengaruh penambahan CaCI2 terhadap thickening time adalah seperti pada tabel berikut. Terlihat pada tabel untuk kedalaman tertentu, dengan penambahan Calcium Chlorida (kenaikan prosentase Calcium Chlorida) maka thickening time bubur semen turun. Pengaruh thickening time terhadap compressive untuk 2% penggunaan akan memperkecil thickening time, akan tetapi penambahan 4% Calcium Chlorida lebih sedikit kenaikan compressive strengthnya dibandingkan dengan penambahan 4%.

40 Hal ini dapat terlihat pada tabel 14, untuk percobaan dengan memakai bubuk semen kelas A, dengan penambahan Calcium Chlorida dua dan empat persen. 33 Tabel 13 Pengaruh Calcium Chlorida terhadap Thickening Time Bubur Semen Thickening Time, jam menit % CaCI2 Kedalaman, ft ,00 3,48 2,32 2 3,15 2,30 1,47 4 2,38 1,55 1,05 Tabel 14 Pengaruh Calcium Chlorida terhadap Compressive Strength Bubur Semen Compressive Strength, psi Curing Time % CaCI2 Temperatur derajat F Jam NS Natrium Chlorida (NaCl) Natrium Chlorida atau garam dapur, dapat bertindak sebagai retarder dan dapat juga sebagai accelerator, hal ini tergantung kepada konsentrasi garamnya. Penambahan NaCl akan menurunkan thickening time prosentase penambahan NaCl 2 dan 4% adalah seperti pada tabel 15. Pengaruh penambahan NaCl terhadap compressive strength untuk tekanan, temperatur dan waktu tertentu dilihat pada tabel 16. Dimana untuk penambahan NaCl untuk tekanan temperatur dan waktu yang sama akan menaikkan compressive strength semen.

41 Tabel 14 Pengaruh Calcium Chlorida terhadap Compressive Strength Bubur Semen (lanjutan) Compressive Strength, psi Curing Time % CaCI2 Temperatur derajat F Jam Desified Cement Desified cemen maksudnya bubur semen yang dikurangi WCR nya. Dengan mengurangi air yang dicampurkan dalam membuat bubur semen, maka dihasilkan semen yang padat. Dengan demikian akan didapatkan berat jenis bubur semen yang lebih besar dan thickening bubur semen yang lebih kecil. Tabel 15 Pengaruh Sodium Chlorida Terhadap Thickening Time Bubuk Semen 35 Thickening Time, jam, menit

42 Prosentase Kedalaman, ft NaCl, % Tabel 16 Pengaruh Sodium Chlorida terhadap Compressive Strength Bubur Semen Curing Compressive Strength, psi Time % NaCl Tekanan dan Temperatur, psi, F Jam 60 ; 14,7 80 ; 14,7 95 ; ; Pengurangan air yang dicampurkan dalam membuat bubur semen boleh dilakukan kalau sudah memakai frictin loss reducer. Kalau tidak akan menyebabkan gesekan di annulus besar. Jadi dengan kata lain bila mengurangi air yang dicampurkan dalam membuat bubur semen harus diiringi oleh penambahan friction reducer, agar tidak banyak gesekan di annulus. 36 Tabel 17 dibawah ini memperlihatkan penambahan friction reducer bila air yang dicampurkan dikurangi, dan memperlihatkan berat jenis bubur semen yang dihasilkan dan juga yield bubur semen. Tabel 17 Sifat-sifat bubur semen Desified cement

43 Air Frictin Berat jenis Yield gal / sack reducer (5) ppg cuft / sack 5,20 0,00 15,6 1,18 4,75 0,75 16,0 1,12 4,24 1,00 16,5 1,05 3,78 1,00 17,0 0,99 3,38 1,00 17,5 0,93 3,02 1,00 18,00 0, Filtration Loss Additive Karena bubur semen mengandung cairan di dalamnya, bila bubur semen melewati formasi yang porous dan permeable, maka air yang terdapat dalam bubur semen akan terisap ke daam formasi tersebut. Hal ini akan menyebabkan bubur semen kekurangan air. Akibatnya sudah diuraikan pada halaman terdahulu. Agar air dari bubur semen tidak banyak terisap oleh formasi maka dilakukan beberapa cara, caranya adalah sebagai berikut: - Menambahkan material-material yang membentuk film yang dapat menutup permukaan formasi yang porous dan permeable. - Menambahkan material-material yang bila bertemua dengan air akan membetuk emulasi, yang dapat menghambat aliran masuk ke dalam formasi tersebut. - Menambahkan material-material yang dapat menyumbat pori-pori formasi. Material-material yang ditambahkan tersebut umumnya adalah bentonite, latex, CMHEC dan organic polymer. 37 Bentonite Bentonite bila ditambahkan ke dalam bubur semen akan membentuk filter cake yang bertindak sebagai film dalam menutupi permukaan formasi yang porous dan permeable. Latex

44 Latex bila ditambahkan dalam bentuk bubur semen akan membentuk film. Selain dari itu akan menjadikan semen mempunyai sifat perforating qualities yang baik, penahan korosi dan kontaminasi. CMHEC Carboxyl Methyl Hidrocyl Cellulose (CMHEC), juga merupakan bahan yang dapat membentuk film yang tipis pada permukaan formasi yang porous dan permeable, bila ditambahkan dalam pembuatan bubur semen. Karena CMHEC bertindak sebagai retarder, maka dianjurkan untuk menambahkan natrium silicate, bila tidak diinginkan thickening time yang lama. Ini dilakukan untuk temperatur dibawah 170 derajat F. Untuk temperatur di atas 170 derajat F tidak perlu. Karena pengaruh retarder tidak merugikan Lost Circulation Additive Material yang sering dipakai untuk mengurangi atau menanggulangi lost circulation pada lumpur, juga dipakai untuk mengatasi lost circulation pada semen. Bahan-bahan itu antara lain: - Raw cotton - Bagasse - Wood fiber - Cellophase. - Asphalt 38 - Sawdust - Mica - Dan lain-lain.. Gilsoite kadang-kadang digunakan juga, begitu juga perlite. Gilsonite dpandang sebagai bahan yang terbaik. Biasanya 5 sampai 25lb, ditambahkan tiap sack bubuk semen.

45 Friction Reducer Bahan ini digunakan untuk mengurangi tahana terhadap aliran bubur semen sampai ke tempat yang di inginkan. Diusahakan aliran berbentuk turbulent, denganjalan memperbesar Reynold number. Additive sebagai friction reducer ini antara lain adalah organic dispersant, yang dapat menyebabkan aliran turbulent pada rate yang rendah. Selain itu dapat digunakan garam, calcium lignosulfonate dan cellulose material yang bermolekul tinggi Contamination Additive Additive ini dicampurkan guna menghindari kontaminasi bubur semen dengan lumpur. Bahan ini antara lain adalah: - Mud Kil - Adtivated Charcoal. Mud Kil. Mud-Kil adalah suatu bahan yang dapat menetralkan quobracho, tannine yang mana kimiawi-kimiawi ini bertindak sebagai retarder pada bubur semen. 39 Activated Charcoal Activated Charcoal adalah bahan untukmenghindari kontaminasi dengan lumpur. Bahan ini akan bertindak menghalangi pengaruh zat kimia perawat lumpur terhadap bubur semen. Umumnya activated charcoal yang ditmabahkan berkisar antara 3% sampai 5%. Kalau lebih dari 5% maka bahan ini bertindak sebagai accelerator

46 terhadap bubur semen. Bahan ini tidak digunakan untuk retarder cement, karena akan memperpendek thickening time bubur semen Weight Materials. Weight Material ditambahkan dalam membuat bubur semen bila akan menyemen formasi bertekanan tinggi. Untuk menaikkan berat jenis bubur semen ditambahkan dalam pembuatan bubur semen antara lain: - Ilmenite - Barite - Pasir - Densified cement - Garam (NaCl) Ilmenite Ilmenite merupakan bahan yang terbaik sebagai weight material. Material ini adalah inert solid dan tidak memberikan pengaruh terhadap thickening time. Rumus kimia solid dari Ilmenite adalah FeTi03, mempunyai SG 4,7. Distribusi ilmenite dalam bubur semen dapat merata atau uniform. Berat Jenis bubur semen yang terjadi dapat mencapai 22 ppg. Barite. Barite merupakan bahan yang paling umum digunakan untuk menaikkan berat jenis bubur semen, maupun lumpur pemboran. Bubur semen menjadi 18ppg. Kata lain untuk barite adalah barium sulfate. 40 Dalam penambahan barite, perlu diiringi dengan penambahan air untuk membasahi partikelnya, karena barite mempunyai surface area yang besar. Air ini dapat juga melarutkan retarder dari bubur semen. Sehingga thickening time-nya jadi singkat. Penambahan air yang banyak dapat menurunkan compressive strength dari semen.

47 Pasir Pasir yang digunakan untuk menaikkan berat jenis bubur semen umumnya adalah Pasir ottawa (Ottawa sand). Berat jenis yang terjadi dapat mencapi 18 ppg. Biasanya digunakan untuk menyemen lubang untuk pemasangan whipstock SG dari ottawa sand adalah 2,6 sehingga untuk menaikkan berat jenis bubur semen diperlukan pasir yang banyak. Densified Cement Bubur semen yang dikurangi air dalam pembuatannya akan memberikan berat jenis bubur semen yang lebih tinggi. Dalam pembuatannya harus diiringi dengan menambahkan friction reducer 0,75 sampai 1% berat bubuk semen. Sodium Chlorida (Natrium Chlorida) Untuk menaikkan berat jenis bubur semen yang kecil saja, dapat ditambahkan natrium chlorida. Kenaikkan yang diperoleh 0,5 ppg sampai 1 ppg Semen Khusus Semen khusus mempunyai keistimewaan jika dibandingkan dengan semensemen yang telah dijelaskan sebelumnya. Harganya lebih mahal. Oleh sebab itu semen khusus baru digunakan bila penyemenan dengan semen-semen lain gagal. Semen yang termasuk semen khusus antara lain: - Diesel Oil Cement - Resin Cement. - Gypsum Cement. - Hight temperature cement. - Quick setting cement. 41 Diesel Oil Cemen (DOC)

48 Diesel Oil Cement adalah bubur semen yang dibuat dari campuran bubuk semen dengan minyak diesel (kerosine) dan surfce active agent. Bubur semen yang terjadi tidak bersifat menyemen dan tidak mengeras. Bila bubur semen ketemu dengan air, maka minyak diesel akan terdorong oleh air, sehingga sekarang bubur semen merupakan campuran antara bubuk semen dengan air dan dapat bersifat mengeras. Jadi bubur semen ini mempunyai thickening time yang tidak terbatas. Atau waktu pemompaan nya tidak terbatas. Semen ini baik untuk menutup formasi gas atau air, dimana semen jenis lain gagal hasilnya. Resin Cement. Resin Cement merupakan pencampuran bubuk semen dengan resin atau damar dan air. Keisitimewaan semen ini adalah bubur semen dapat menembus mud cake, sehingga ikatan semen formasi sangat baik. Berhubung harga damar atau resin mahal, maka semen ini jarang digunakan. Hight Temperature Cement. Dari istilahnya terlihat bahwa semen ini baik digunakan untuk menyemen formasi yang mempunyai formasi yang mempunyai temperatur tinggi. Dimana pada temperatur 400 derajat F masih memberikan strength yang baik. Yang mana semen yang lain untuk temperature yang mencapai 350 derajat ke atas, strength semen akan turun. Hight temperature cement merupakan pencampuran bubuk semen. Dengan penambahan HR-12,s emen ini dapat digunakan sampai temperatur 400 derajat F. 42 Quick Setting Cement Quick setting cement merupakan semen yang sangat cepat mengeras. Semen ini dibuat dari pencampuran bubuk semen dengan Plaster of Paris (CaS04 ½ H2O), dengan perbandingan 1:1. Semen ini baik digunakan untuk menutup formasi yang menimbulkan blowout dan lost circulation.

49 Keistimewaan lain adalah bahwa semen ini mempunyai kekerasan awal (early strength) yang tinggi. Kekurangannya adalah bahwa semen ini hanya dapat menyemen formasi yang dangkal. Gypsum Cement Gypsum cement merupakan semen yang dibuat dari pencampuran gypsum (CaS04 2H2O) dengan bubuk semen. Semen ini mempunyai sifat sebagai berikut: - Cepat mengeras - Mengembang setelah ditempatkan. Oleh sebab itu semen ini baik untuk blowout dan circulation Pengaruh Temperatur dan Tekanan Terhadap Semen kenaikan temperatur dan tekanan akan menaikkan compressive strength dari semen. Akan tetapi untuk temperatur di atas 230derajat F, compressive strength dari semen turun. Penurunan strength dari semen disebut dengan strength retrogession dapat pula terjadi karena penambahan air diwaktu pembuatan bubur semen terlalu banyak. Selain dari itu additive yang terlalu banyak dapat menyebabkan strength restrogression pula. Contohnya bentonite yang ditambahkan terlalu banyak akan menyebabkan strength semen turun. 43 Itulah sebabnya bentonite harus dibatasi dan bentonite jangan digunakan untuk temperature yang lebih dari 230 derajat F. strength semen akan naik dengan bertambahnya waktu. Hal ini berlangsung sampai waktu setahun atau lebih. Setelah itu dari semen akan konstan.

50 PENUTUP 44 Syukur Alhmdulillah penulis telah dapat menyelesaikan buku Teknik Penyemenan Jilid I ini tanpa halangan yang berarti. Semoga dengan mempelajari buku ini pembaca menguasai: - Kegunaan penyemenan

51 - Komponen-komponen bubur semen - Sifat-sifat bubur semen - Additive-additive yang diperlukan - Serta semen khusus. Pada buku Penyemenan Jilid II pembaca akan dapat mempelajari kelanjutan jilid I ini. Terutama tentang cara-cara penyemenan untuk sumur migas dan peralatan-peralatannya. Semoga Allah SWT memberikan kesempatan dan kemampuan kepada penulis. Terima kasih atas perhatian pembaca. Cepu, April 1998 Hormat Penulis DAFTAR PUSTAKA Anon : A Guisde to Oil and Well Cemen and Cementing Additives, Petroleum Equipment and Services, Baker Line : Service Catalog. A Baker Tools Company, San Antonii, 1981

52 DIAWAL IKUT BEBAS BERSAMA WOC CASING TUBING PACKER MINYAK PERFORAS AIR TERHALAN SEMEN - PRODUKSI TERPRODU DAN SAMA SUDAH I DISEMEN, G. YANG AIR AIR KSI TERPRODU KARENA NAIK MELEWATK SEHINGGA TIDAK SECARA KSI AN SUDAH 3. Bambang, T : Teknik Pemboran II, Patra, ITB, Bandung, Brantly, J.E. : Rotary Handing Handbook, New York, Craft and Holden : Well Design Drilling and Production, New Jersey, Dowell Schlumberger : Cementing Technology, Halliburton : Sales and Services Catalog, Halliburton Company, Duncan, K. Smith, Dwight : Cementing, AJME, New York, Kaswir Badu : Pipa Selubung dan Penyemenan, PPT Migas, Cepu, Nel J. Adam : Drilling Engineering, Penn Well Books, PennWell Publishing Company, Tulsa, Oklahoma, 1985

STUDI LABORATORIUM PENGARUH PENAMBAHAN LIGNOSULFONATE PADA COMPRESSIVE STRENGTH DAN THICKENING TIME PADA SEMEN PEMBORAN KELAS G

STUDI LABORATORIUM PENGARUH PENAMBAHAN LIGNOSULFONATE PADA COMPRESSIVE STRENGTH DAN THICKENING TIME PADA SEMEN PEMBORAN KELAS G STUDI LABORATORIUM PENGARUH PENAMBAHAN LIGNOSULFONATE PADA COMPRESSIVE STRENGTH DAN THICKENING TIME PADA SEMEN PEMBORAN KELAS G Bagus Ichwan Martha, Lilik Zabidi, Listiana Satiawati Abstrak Semen pemboran

Lebih terperinci

BAB V SQUEEZE CEMENTING. Pada umumnya operasi penyemenan bertujuan untuk:

BAB V SQUEEZE CEMENTING. Pada umumnya operasi penyemenan bertujuan untuk: BAB V SQUEEZE CEMENTING 5.1. Pengertian Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas konstruksi lubang sumur adalah sejauh mana kualitas semen yang digunakan. Maka untuk kepentingan tersebut perlu dilakukan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PENGARUH PENAMBAHAN ACCELERATOR KCl, Na2SiO3, DAN CAL- SEAL SEBAGAI ADDITIVE SEMEN KELAS A TERHADAP THICKENING TIME, COMPRESSIVE STRENGTH, DAN RHEOLOGY BUBUR SEMEN DENGAN VARIASI TEMPERATUR (BHCT) DI LABORATORIUM

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PENGARUH PENAMBAHAN ACCELERATOR CaCl 2, NaCl, DAN NaNo 3 SEBAGAI ADDITIVE SEMEN KELAS B TERHADAP THICKENING TIME, COMPRESSIVE STRENGTH, DAN RHEOLOGY BUBUR SEMEN DENGAN VARIASI TEMPERATUR (BHCT) DI LABORATORIUM

Lebih terperinci

ANALISA PENENTUAN OPEN END PADA PELAKSANAAN SQUEEZE CEMENTING DI ZONA POROUS SUMUR A LAPANGAN B

ANALISA PENENTUAN OPEN END PADA PELAKSANAAN SQUEEZE CEMENTING DI ZONA POROUS SUMUR A LAPANGAN B ANALISA PENENTUAN OPEN END PADA PELAKSANAAN SQUEEZE CEMENTING DI ZONA POROUS SUMUR A LAPANGAN B Rexnord Samuel Simanungkalit Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Kebumian dan Energi Universitas Trisakti

Lebih terperinci

EVALUASI PENYEMENAN CASING LINER 7 PADA SUMUR X-1 DAN Y-1 BLOK LMG

EVALUASI PENYEMENAN CASING LINER 7 PADA SUMUR X-1 DAN Y-1 BLOK LMG EVALUASI PENYEMENAN CASING LINER 7 PADA SUMUR X-1 DAN Y-1 BLOK LMG Abstrak Faisal E. Yazid, Abdul Hamid, Amanda Nurul Affifah Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Penyemenan primer merupakan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN PT PERTAMINA EP ASSET 1 FIELD

BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN PT PERTAMINA EP ASSET 1 FIELD HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...iii HALAMAN PERSEMBAHAN...iv KATA PENGANTAR...v RINGKASAN...vi DAFTAR ISI...vii DAFTAR GAMBAR...xii DAFTAR TABEL...xiv DAFTAR

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: KAJIAN LABORATORIUM PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI LIGNOSULFONAT, HALAD 22A DAN R-21LS SEBAGAI RETARDER SEMEN KELAS G, TERHADAP THICKENING TIME, COMPRESSIVE STRENGTH DANRHEOLOGY BUBUR SEMEN Abstrak Arbeansyah

Lebih terperinci

Cahaya Rosyidan*, Irfan Marshell,Abdul Hamid

Cahaya Rosyidan*, Irfan Marshell,Abdul Hamid EVALUASI HILANG SIRKULASI PADA SUMUR M LAPANGAN B AKIBAT BEDA BESAR TEKANAN HIDROSTATIS LUMPUR DENGAN TEKANAN DASAR LUBANG SUMUR Cahaya Rosyidan*, Irfan Marshell,Abdul Hamid Teknik Perminyakan-FTKE, Universitas

Lebih terperinci

EVALUASI SQUEEZE CEMENTING UNTUK MEMPERBAIKI BONDING SEMEN PADA SUMUR KMC-08 LAPANGAN KALIMATI PERTAMINA EP

EVALUASI SQUEEZE CEMENTING UNTUK MEMPERBAIKI BONDING SEMEN PADA SUMUR KMC-08 LAPANGAN KALIMATI PERTAMINA EP EVALUASI SQUEEZE CEMENTING UNTUK MEMPERBAIKI BONDING SEMEN PADA SUMUR KMC-08 LAPANGAN KALIMATI PERTAMINA EP SKRIPSI Oleh : 113.050.011 PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB VII SISTEM PENYEMENAN (CEMENTING SYSTEM)

BAB VII SISTEM PENYEMENAN (CEMENTING SYSTEM) BAB VII SISTEM PENYEMENAN (CEMENTING SYSTEM) 7.1. DASAR TEORI Penyemenan suatu sumur merupakan salah satu factor yang tidak kalah pentingnya dalam suatu operasi pemboran. Berhasil atau tidaknya suatu pemboran,

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... vi RINGKASAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI DAN OPTIMASI PERENCANAAN CASING PADA OPERASI PEMBORAN SUMUR X-9, PRABUMULIH PT. PERTAMINA EP Feldy Noviandy Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti

Lebih terperinci

DASAR TEORI PENYEMENAN

DASAR TEORI PENYEMENAN DASAR TEORI PENYEMENAN Penyemenan lubang sumur perlu dilakukan terutama untuk menyekat zonazona pada sumur pemboran sehingga dapat mencegah masuk atau merembesnya fluida formasi yang tidak diinginkan ke

Lebih terperinci

Evaluasi Penggunaan Rig 550 HP Untuk Program Hidrolika Pada Sumur X Lapangan Y

Evaluasi Penggunaan Rig 550 HP Untuk Program Hidrolika Pada Sumur X Lapangan Y Evaluasi Penggunaan Rig 550 HP Untuk Program Hidrolika Pada Sumur X Lapangan Y Ryan Raharja, Faisal E.Yazid, Abdul Hamid Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Abstrak Pada operasi pemboran

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: Evaluasi Perencanaan Desain Casing Pada Sumur SELONG-1 Di Lapangan Selong

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: Evaluasi Perencanaan Desain Casing Pada Sumur SELONG-1 Di Lapangan Selong Evaluasi Perencanaan Desain Casing Pada Sumur SELONG-1 Di Lapangan Selong Hendri Kurniantoro, Mu min Prijono Tamsil Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Abstrak Perencanaan casing merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH FRESH WATER TERHADAP PENURUNAN PERMEABILITAS ABSOLUT PADA PENJENUHAN SHALLY SAND CONSOLIDATED CORE (STUDI LABORATORIUM) SKRIPSI

PENGARUH FRESH WATER TERHADAP PENURUNAN PERMEABILITAS ABSOLUT PADA PENJENUHAN SHALLY SAND CONSOLIDATED CORE (STUDI LABORATORIUM) SKRIPSI PENGARUH FRESH WATER TERHADAP PENURUNAN PERMEABILITAS ABSOLUT PADA PENJENUHAN SHALLY SAND CONSOLIDATED CORE (STUDI LABORATORIUM) SKRIPSI Oleh : MOHAMMAD RAEZAL FALAQ 113070115 PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

Lebih terperinci

HERMIKA DIAN LISTIANI

HERMIKA DIAN LISTIANI STUDI LABORATORIUM EFEK PENAMBAHAN ADDITIVE XCD-POLYMER, SPERSENE, RESINEX DAN DRISPAC TERHADAP SIFAT FISIK LUMPUR BERBAHAN DASAR AIR PADA TEMPERATUR SAMPAI 150 0 C SKRIPSI HERMIKA DIAN LISTIANI 113060036

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN ADDITIVE ACCELERATOR DAN RETARDER TERHADAP THICKENING TIME DENGAN VARIASI TEMPERATUR DAN KONSENTRASI

PENGARUH PENAMBAHAN ADDITIVE ACCELERATOR DAN RETARDER TERHADAP THICKENING TIME DENGAN VARIASI TEMPERATUR DAN KONSENTRASI PENGARUH PENAMBAHAN ADDITIVE ACCELERATOR DAN RETARDER TERHADAP THICKENING TIME DENGAN VARIASI TEMPERATUR DAN KONSENTRASI Tegar Putra Adi Perdana* Dr.-Ing Ir. Rudi Rubiandini R.S.** Sari Operasi penyemenan

Lebih terperinci

PENGENALAN SEMEN SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK BETON. Ferdinand Fassa

PENGENALAN SEMEN SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK BETON. Ferdinand Fassa PENGENALAN SEMEN SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK BETON Ferdinand Fassa Outline Pertemuan 2 Pendahuluan Semen Pembuatan Semen Portland Komposisi Kimia Pada Portland Cement Kehalusan penggilingan Panas Hidrasi Jenis-Jenis

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: STUDI LABORATORIUM PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI KCL DAN NACL TERHADAP SIFAT FISIK LUMPUR POLIMER PAPH DI DALAM TEMPERATUR TINGGI SETELAH ROLLER OVEN Frijani Fajri AL Lail, Bayu Satiyawira Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Teknik Pemboran. Instruktur : Ir. Aris Buntoro, MSc.

Teknik Pemboran. Instruktur : Ir. Aris Buntoro, MSc. Teknik Pemboran Instruktur : Ir. Aris Buntoro, MSc. TEKNIK PEMBORAN Mengenal operasi pemboran dalam dunia minyak dan gas bumi Mengenal 5 komponen peralatan pemboran dunia minyak dan gas bumi, yaitu : Power

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan latar belakang masalah berkaitan dengan kondisi sistem pengeboran yang telah berkembang di dunia, khususnya penggunaan fluida dalam industri minyak

Lebih terperinci

LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : KEP-176/PJ/2000 TANGGAL : 26 JUNI 2000

LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : KEP-176/PJ/2000 TANGGAL : 26 JUNI 2000 LAMPIRAN I PERKIRAAN PENGHASILAN NETO ATAS PENGHASILAN BERUPA SEWA DAN PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN HARTA KECUALI SEWA DAN PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja untuk dapat berperan serta dalam meningkatkan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja untuk dapat berperan serta dalam meningkatkan sebuah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dengan semakin pesatnya pertumbuhan pengetahuan dan teknologi di bidang konstruksi yang mendorong kita lebih memperhatikan standar mutu serta produktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tahap perencanaan, teknis pelaksanaan, dan pada tahap analisa hasil, tidak terlepas dari peraturan-peraturan maupun referensi

Lebih terperinci

ISBN

ISBN ISBN 978-979-98831-1-7 Proceeding Simposium Nasional IATMI 25-28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta STUDI KEMUNGKINAN PENGGUNAAN FIBER SEBAGAI SARINGAN PASIR DI INDUSTRI MIGAS Oleh : Suwardi UPN VETERAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JJUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... RINGKASAN... iv. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. HALAMAN JJUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... RINGKASAN... iv. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JJUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii RINGKASAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PENGARUH TEMPERATUR TINGGI SETELAH HOT ROLLER TERHADAP RHEOLOGI LUMPUR SARALINE 200 PADA BERBAGAI KOMPOSISI Ardhy Agung Abdul Hamid, Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Trisakti Abstract In the

Lebih terperinci

PEMBORAN EXPLORASI MANCARI DAN MENGGAMBARKAN BAGAIMANA PROSES PEMBORAN EXPLORASI

PEMBORAN EXPLORASI MANCARI DAN MENGGAMBARKAN BAGAIMANA PROSES PEMBORAN EXPLORASI PEMBORAN EXPLORASI MANCARI DAN MENGGAMBARKAN BAGAIMANA PROSES PEMBORAN EXPLORASI Pemboran Eksplorasi Suatu aktivitas vital baik dalam pengambilan sample maupun pemboran produksi. Tujuan dari kegiatan pemboran

Lebih terperinci

KINERJA EXPANDING ADDITIVE BARU UNTUK MENINGKATKAN SHEAR BOND STRENGTH (Sb) SEMEN PADA KONDISI HTHP

KINERJA EXPANDING ADDITIVE BARU UNTUK MENINGKATKAN SHEAR BOND STRENGTH (Sb) SEMEN PADA KONDISI HTHP PROCEEDING SIMPOSIUM NASIONAL IATMI 21 Yogyakarta, 3-5 Oktober 21 KINERJA EXPANDING ADDITIVE BARU UNTUK MENINGKATKAN SHEAR BOND STRENGTH (Sb) SEMEN PADA KONDISI HTHP Ir. Nur Suhascaryo, MT. 1, Ir. Eddy

Lebih terperinci

Metode uji penentuan kadar pasir dalam slari bentonit

Metode uji penentuan kadar pasir dalam slari bentonit Standar Nasional Indonesia Metode uji penentuan kadar pasir dalam slari bentonit ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak

Lebih terperinci

ANALISI SQUEEZE CEMENTING BERDASARKAN DATA LOG CBL PADA SUMUR HA-11

ANALISI SQUEEZE CEMENTING BERDASARKAN DATA LOG CBL PADA SUMUR HA-11 ANALISI SQUEEZE CEMENTING BERDASARKAN DATA LOG CBL PADA SUMUR HA-11 Haswarpin Yithzak Pradana 1). Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti E-mail: izakhaswarpin@gmail.com

Lebih terperinci

STUDI LABORATORIUM PENGUJIAN FIBER MAT SEBAGAI LOSS CIRCULATION MATERIALS DAN PENGARUHNYA TERHADAP SIFAT RHEOLOGI LUMPUR BERBAHAN DASAR MINYAK.

STUDI LABORATORIUM PENGUJIAN FIBER MAT SEBAGAI LOSS CIRCULATION MATERIALS DAN PENGARUHNYA TERHADAP SIFAT RHEOLOGI LUMPUR BERBAHAN DASAR MINYAK. STUDI LABORATORIUM PENGUJIAN FIBER MAT SEBAGAI LOSS CIRCULATION MATERIALS DAN PENGARUHNYA TERHADAP SIFAT RHEOLOGI LUMPUR BERBAHAN DASAR MINYAK Oleh : Pradirga Grahadiwin* Ir. Lilik Zabidi, MS** Cahaya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...ii. KATA PENGANTAR...iii. HALAMAN PERSEMBAHAN...iv. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...ii. KATA PENGANTAR...iii. HALAMAN PERSEMBAHAN...iv. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii HALAMAN PERSEMBAHAN...iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...v RINGKASAN...vi DAFTAR ISI...vii DAFTAR GAMBAR...xi DAFTAR TABEL...xiii

Lebih terperinci

UPAYA ATASI JEPITAN DI ZONA LOSS DENGAN METODE PEMOMPAAN RATE TINGGI DI SUMUR-SUMUR PANASBUMI KAMOJANG

UPAYA ATASI JEPITAN DI ZONA LOSS DENGAN METODE PEMOMPAAN RATE TINGGI DI SUMUR-SUMUR PANASBUMI KAMOJANG ASOSIASI PANASBUM I INDONESIA PROCEEDING OF THE 5 th INAGA ANNUAL SCIENTIFIC CONFERENCE & EXHIBITIONS Yogyakarta, March 7 10, 2001 UPAYA ATASI JEPITAN DI ZONA LOSS DENGAN METODE PEMOMPAAN RATE TINGGI DI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang sudah pernah dilakukan dan dapat di jadikan literatur untuk penyusunan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ishaq Maulana

Lebih terperinci

1. Reservoir berada di bawah perkotaan, lalu lintas yang ramai, tempat-tempat bersejarah ataupun lahan perkebunan (pertanian).

1. Reservoir berada di bawah perkotaan, lalu lintas yang ramai, tempat-tempat bersejarah ataupun lahan perkebunan (pertanian). Pemboran berarah (directional drilling) adalah metode pemboran yang mengarahkan lubang bor menurut suatu lintasan tertentu ke sebuah titik target yang terletak tidak vertikal di bawah mulut sumur. Untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...iv. KATA PENGANTAR...v. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...iv. KATA PENGANTAR...v. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...iv KATA PENGANTAR...v HALAMAN PERSEMBAHAN...vii RINGKASAN...viii DAFTAR ISI...ix DAFTAR GAMBAR...xiii DAFTAR TABEL...xv

Lebih terperinci

LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : KEP-170/PJ/2002 TANGGAL : 28 Maret 2002

LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : KEP-170/PJ/2002 TANGGAL : 28 Maret 2002 LAMPIRAN I ATAS BERUPA SEWA DAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN HARTA KECUALI SEWA DAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PERSEWAAN TANAH DAN ATAU BANGUNAN YANG TELAH DIKENAKAN PAJAK YANG BERSIFAT FINAL BERDASARKAN

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGELOLAAN AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN HULU MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI DENGAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI (Lanjutan)

DAFTAR ISI (Lanjutan) DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... I HALAMAN PENGESAHAN... IV HALAMAN PERSEMBAHAN.... V KATA PENGANTAR... VI RINGKASAN...VIII DAFTAR ISI... IX DAFTAR GAMBAR...XIII DAFTAR TABEL... XV DAFTAR LAMPIRAN... XVI BAB

Lebih terperinci

ISSN JEEE Vol. 6 No. 1 Novrianti, Mursyidah, Teguh

ISSN JEEE Vol. 6 No. 1 Novrianti, Mursyidah, Teguh JEEE Vol. 6 No. 1 Novrianti, Mursyidah, Teguh Studi Laboratorium Pengaruh Variasi Temperatur Pemanasan Arang Batok Kelapa Terhadap Thickening Time dan Free Water Semen Pemboran Novrianti 1, Mursyidah 2,

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR DAN TEKANAN TERHADAP DESAIN PARAMETER HIDROLIKA PADA MANAGED PRESSURE DRILLING JENIS CONSTANT BOTTOM HOLE PRESSURE TUGAS AKHIR

PENGARUH TEMPERATUR DAN TEKANAN TERHADAP DESAIN PARAMETER HIDROLIKA PADA MANAGED PRESSURE DRILLING JENIS CONSTANT BOTTOM HOLE PRESSURE TUGAS AKHIR PENGARUH TEMPERATUR DAN TEKANAN TERHADAP DESAIN PARAMETER HIDROLIKA PADA MANAGED PRESSURE DRILLING JENIS CONSTANT BOTTOM HOLE PRESSURE TUGAS AKHIR PENGARUH TEMPERATUR DAN TEKANAN TERHADAP DESAIN PARAMETER

Lebih terperinci

MODIFIKASI PENGESETAN LINER DAN PEMBERSIHAN LATERAL SECTION DALAM PENYELESAIAN SUMUR HORIZONTAL PRP-CC5

MODIFIKASI PENGESETAN LINER DAN PEMBERSIHAN LATERAL SECTION DALAM PENYELESAIAN SUMUR HORIZONTAL PRP-CC5 PROCEEDING SIMPOSIUM NASIONAL IATMI 2001 Yogyakarta, 3-5 Oktober 2001 MODIFIKASI PENGESETAN DAN PEMBERSIHAN LATERAL SECTION DALAM PENYELESAIAN SUMUR HORIZONTAL PRP-CC5 PERTAMINA DOH Rantau Kata Kunci :

Lebih terperinci

NO. JENIS PENGHASILAN PERKIRAAN PENGHASILAN NETO

NO. JENIS PENGHASILAN PERKIRAAN PENGHASILAN NETO LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : KEP- 305/PJ/2001 TANGGAL : 18 April 2001 PERKIRAAN PENGHASILAN NETO ATAS PENGHASILAN BERUPA SEWA DAN PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN HARTA

Lebih terperinci

MAKALAH TEKNIK PENGEBORAN DAN PENGGALIAN JENIS-JENIS PEMBORAN

MAKALAH TEKNIK PENGEBORAN DAN PENGGALIAN JENIS-JENIS PEMBORAN MAKALAH TEKNIK PENGEBORAN DAN PENGGALIAN JENIS-JENIS PEMBORAN Oleh: EDI SETIAWAN NIM. 1102405 Dosen Mata Kuliah: Mulya Gusman, S.T, M.T PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Kriteria Agregat Berdasarkan PUBI Construction s Materials Technology

Kriteria Agregat Berdasarkan PUBI Construction s Materials Technology Kriteria Agregat Berdasarkan PUBI 1987 Construction s Materials Technology Pasir Beton Pengertian Pasir beton adalah butiranbutiran mineral keras yang bentuknya mendekati bulat dan ukuran butirnya sebagian

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Umum. Beton non pasir atau sering disebut juga dengan no fines concrete merupakan merupakan bentuk sederhana dari jenis beton ringan, yang dalam pembuatannya tidak menggunakan

Lebih terperinci

METODE PEKERJAAN BORE PILE

METODE PEKERJAAN BORE PILE METODE PEKERJAAN BORE PILE Dalam melaksanakan pekerjaan bore pile hal-hal yang harus diperhatikan adalah : 1. Jenis tanah Jenis tanah sangat berpengaruh terhadap kecepatan dalam pengeboran. Jika tipe tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mortar Menurut SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan

Lebih terperinci

PERENCANAAN SQUEEZE CEMENTING METODE BALANCE PLUG PADA SUMUR X DAN SUMUR Y DI LAPANGAN OGAN PT.PERTAMINA EP ASSET 2 PRABUMULIH

PERENCANAAN SQUEEZE CEMENTING METODE BALANCE PLUG PADA SUMUR X DAN SUMUR Y DI LAPANGAN OGAN PT.PERTAMINA EP ASSET 2 PRABUMULIH PERENCANAAN SQUEEZE CEMENTING METODE BALANCE PLUG PADA SUMUR X DAN SUMUR Y DI LAPANGAN OGAN PT.PERTAMINA EP ASSET 2 PRABUMULIH THE PLANNING OF SQUEEZE CEMENTING BALANCE PLUG METHOD ON WELL X AND WELL Y

Lebih terperinci

JENIS DAN SIFAT FLUIDA BOR. Kelompok I

JENIS DAN SIFAT FLUIDA BOR. Kelompok I JENIS DAN SIFAT FLUIDA BOR Kelompok I FUNGSI FLUIDA BOR 1. Fungsi Pembuatan Lubang (Mendinginkan Mata bor, membersihkan mata bor dan dasar lubang, melumasi stangbor dan mata bor, menghambat proses korosi

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI METODE CASING DRILLING PADA TRAYEK CASING 13-3/8 DI SUMUR SP-23

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI METODE CASING DRILLING PADA TRAYEK CASING 13-3/8 DI SUMUR SP-23 EVALUASI METODE CASING DRILLING PADA TRAYEK CASING 13-3/8 DI SUMUR SP-23 Syandi Putra, Widradjat Aboekasan Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Abstrak Dalam upaya meningkatkan perolehan

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan 1. Disain casing konservatif dari sumur X COPI adalah sebagai berikut: a. 20 inch Conductor; b. 13-3/8 inch Surface Section; c. 9-5/8 inch Production Section;

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. yaitu sumur AN-2 dan HD-4, kedua sumur ini dilakukan treatment matrix acidizing

BAB V PEMBAHASAN. yaitu sumur AN-2 dan HD-4, kedua sumur ini dilakukan treatment matrix acidizing BAB V PEMBAHASAN Pada lapangan FRY kali ini dipilih 2 sumur untuk dianalisa dan dievaluasi yaitu sumur AN-2 dan HD-4, kedua sumur ini dilakukan treatment matrix acidizing guna memperbaiki kerusakan formasi

Lebih terperinci

Pengembangan Resin untuk Mengatasi Kepasiran di Reservoir yang Tidak Terkonsolidasi (Unconsolidated Reservoir)

Pengembangan Resin untuk Mengatasi Kepasiran di Reservoir yang Tidak Terkonsolidasi (Unconsolidated Reservoir) Pengembangan untuk Mengatasi Kepasiran di Reservoir yang Tidak Terkonsolidasi (Unconsolidated Reservoir) Taufan Marhaendrajana, ITB; Gema Wahyudi Purnama, ITB; Ucok W. Siagian, ITB Abstract Terjadinya

Lebih terperinci

ISSN JEEE Vol. 6 No. 2 Novrianti. Studi Kelayakan Pekerjaan Pemilihan Zona Produksi dan Squeeze off Cementing pada Sumur MY05

ISSN JEEE Vol. 6 No. 2 Novrianti. Studi Kelayakan Pekerjaan Pemilihan Zona Produksi dan Squeeze off Cementing pada Sumur MY05 ISSN 2540-9352 JEEE Vol. 6 No. 2 Novrianti Studi Kelayakan Pekerjaan Pemilihan Zona Produksi dan Squeeze off Cementing pada Sumur MY05 Novrianti 1 1 Universitas Islam Riau Abstrak Meningkatnya water cut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. & error) untuk membuat duplikasi proses tersebut. Menurut (Abdullah Yudith, 2008 dalam lesli 2012) berdasarkan beratnya,

BAB I PENDAHULUAN. & error) untuk membuat duplikasi proses tersebut. Menurut (Abdullah Yudith, 2008 dalam lesli 2012) berdasarkan beratnya, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Beton merupakan material struktur yang sudah sangat dikenal dan telah digunakan secara luas oleh manusia dalam membuat struktur bangunan. Dalam ilmu geologi,

Lebih terperinci

Novrianti Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Islam Riau

Novrianti Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Islam Riau JEEE Vol. 5 No. 1 Novrianti Studi Laboratorium Pengaruh Nanocomposite Nanosilika dan Arang Cangkang Kelapa Sawit Dengan Variasi Temperatur Pemanasan Terhadap Free Water dan Kekuatan Semen Pemboran Novrianti

Lebih terperinci

ANALISA BOND INDEX DALAM PENILAIAN HASIL PENYEMENAN (CEMENTING) PRODUCTION ZONE PADA SUMUR RNT-X LAPANGAN RANTAU PT PERTAMINA EP FIELD RANTAU, ACEH

ANALISA BOND INDEX DALAM PENILAIAN HASIL PENYEMENAN (CEMENTING) PRODUCTION ZONE PADA SUMUR RNT-X LAPANGAN RANTAU PT PERTAMINA EP FIELD RANTAU, ACEH ANALISA BOND INDEX DALAM PENILAIAN HASIL PENYEMENAN (CEMENTING) PRODUCTION ZONE PADA SUMUR RNT-X LAPANGAN RANTAU PT PERTAMINA EP FIELD RANTAU, ACEH BOND INDEX ANALYSIS IN CEMENTING S ASSESSMENT RESULTS

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. [CO 2 ] = H. pco 2 (2.1) pco 2 = (mol % CO 2 ) x (gas pressure) (2.2)

BAB 2 DASAR TEORI. [CO 2 ] = H. pco 2 (2.1) pco 2 = (mol % CO 2 ) x (gas pressure) (2.2) iv BAB 2 DASAR TEORI Sistem produksi minyak dan gas terutama untuk anjungan lepas pantai memerlukan biaya yang tinggi untuk pemasangan, pengoperasian dan perawatan. Hal ini diakibatkan faktor geografis

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat. Secara proporsi komposisi unsur pembentuk beton adalah:

BAB III LANDASAN TEORI. Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat. Secara proporsi komposisi unsur pembentuk beton adalah: BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), air dengan tambahan adanya rongga-rongga udara. Campuran bahan-bahan

Lebih terperinci

WELL HEAD SEBAGAI SALAH SATU FASILITAS PRODUKSI PERMUKAAN ABSTRAK

WELL HEAD SEBAGAI SALAH SATU FASILITAS PRODUKSI PERMUKAAN ABSTRAK WELL HEAD SEBAGAI SALAH SATU FASILITAS PRODUKSI PERMUKAAN Victor Pandapotan Nainggolan, 1201172, email: victornainggolan94@gmail.com S1 Teknik Perminyakan Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Balikapan

Lebih terperinci

CEMENTING DESIGN FOR CASING 7 INCH WITH DUAL STAGE CEMENTING METHOD IN PT. PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA SUMBAGSEL AREA, PRABUMULIH

CEMENTING DESIGN FOR CASING 7 INCH WITH DUAL STAGE CEMENTING METHOD IN PT. PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA SUMBAGSEL AREA, PRABUMULIH PERENCANAAN PENYEMENAN CASING 7 INCH DENGAN METODE DUAL STAGE CEMENTING PADA SUMUR NR-X LAPANGAN LIMAU DI PT.PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA AREA SUMBAGSEL, PRABUMULIH CEMENTING DESIGN FOR CASING

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. Enhanced oil recovery adalah perolehan minyak dengan cara menginjeksikan bahanbahan yang berasal dari luar reservoir (Lake, 1989).

Tinjauan Pustaka. Enhanced oil recovery adalah perolehan minyak dengan cara menginjeksikan bahanbahan yang berasal dari luar reservoir (Lake, 1989). Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Enhanced Oil Recovery (EOR) Enhanced oil recovery (EOR) adalah metode yang digunakan untuk memperoleh lebih banyak minyak setelah menurunnya proses produksi primer (secara

Lebih terperinci

ISSN JEEE Vol. 4 No. 2 Fitrianti

ISSN JEEE Vol. 4 No. 2 Fitrianti JEEE Vol. 4 No. 2 Fitrianti Analisis Kualitas Bonding Cement Di Zona Produktif Sumur BA 147 Menggunakan Ultra Sonic Imager Tool (USIT) Log di Lapangan BOB PT Bumi Siak Pusako-Pertamina Hulu Fitrianti 1

Lebih terperinci

PERKIRAAN PENGHASILAN NETO ATAS SEWA DAN PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN HARTA

PERKIRAAN PENGHASILAN NETO ATAS SEWA DAN PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN HARTA Lampiran I PERKIRAAN PENGHASILAN NETO ATAS SEWA DAN PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN HARTA No JENIS PENGHASILAN PERKIRAAN PENGHASILAN NETO (1) (2) (3) 1. Sewa dan penghasilan lain sehubungan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUISIONER. 1. Menurut anda, apakah perangkat ajar ini menarik dari segi penampilan? a. Sangat menarik b. Cukup menarik c.

LAMPIRAN 1 KUISIONER. 1. Menurut anda, apakah perangkat ajar ini menarik dari segi penampilan? a. Sangat menarik b. Cukup menarik c. L1 LAMPIRAN 1 KUISIONER 1. Menurut anda, apakah perangkat ajar ini menarik dari segi penampilan? a. Sangat menarik b. Cukup menarik c. Kurang menarik 2. Bagaimana penyajian materi dalam perangkat ajar

Lebih terperinci

BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI

BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI III. 1 DATA DESAIN Data yang digunakan pada penelitian ini adalah merupakan data dari sebuah offshore platform yang terletak pada perairan Laut Jawa, di utara Propinsi

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN MASALAH UNDERGROUND BLOWOUT PADA LAPANGAN-X DENGAN MENGGUNAKAN METODE RELIEF WELL TUGAS AKHIR. Oleh : DIAN SYAM NURLIA NIM

PENANGGULANGAN MASALAH UNDERGROUND BLOWOUT PADA LAPANGAN-X DENGAN MENGGUNAKAN METODE RELIEF WELL TUGAS AKHIR. Oleh : DIAN SYAM NURLIA NIM PENANGGULANGAN MASALAH UNDERGROUND BLOWOUT PADA LAPANGAN-X DENGAN MENGGUNAKAN METODE RELIEF WELL TUGAS AKHIR Oleh : DIAN SYAM NURLIA NIM 12205051 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PRAKTIKUM TEKNIK OPERASI PEMBORAN II TM-3202 TEKNIK OPERASI PEMBORAN II + PRAKTIKUM SEMESTER II 2016/2017

MODUL PRAKTIKUM PRAKTIKUM TEKNIK OPERASI PEMBORAN II TM-3202 TEKNIK OPERASI PEMBORAN II + PRAKTIKUM SEMESTER II 2016/2017 MODUL PRAKTIKUM PRAKTIKUM TEKNIK OPERASI PEMBORAN II TM-3202 TEKNIK OPERASI PEMBORAN II + PRAKTIKUM SEMESTER II 2016/2017 NAMA :... NIM :... KELOMPOK :... Dosen Pengampu: Dr.-Ing. Bonar Tua Halomoan Marbun

Lebih terperinci

FILTRASI AIR RAWA GAMBUT DENGAN PADUAN PERLIT-SEMEN-KAPUR. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Andalas Padang 2

FILTRASI AIR RAWA GAMBUT DENGAN PADUAN PERLIT-SEMEN-KAPUR. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Andalas Padang 2 FILTRASI AIR RAWA GAMBUT DENGAN PADUAN PERLIT-SEMEN-KAPUR Hermansyah Aziz 1, Yennie Puspa Bukasir 1, Dwi Puryanti 2 1 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Andalas Padang 2 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas

Lebih terperinci

PENGARUH BAHAN KIMIA TAMBAHAN TERHADAP IKATAN AWAL DAN SLUMP BETON

PENGARUH BAHAN KIMIA TAMBAHAN TERHADAP IKATAN AWAL DAN SLUMP BETON Pengaruh Bahan Kimia Tambahan.... (Saiful Arfaah) PENGARUH BAHAN KIMIA TAMBAHAN TERHADAP IKATAN AWAL DAN SLUMP BETON Saiful Arfaah Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas darul Ulum Jombang

Lebih terperinci

ANALISIS LUMPUR BAHAN DASAR MINYAK SARALINE DAN SMOOTH FLUID PADA TEMPERATUR TINGGI DALAM PENGUJIAN LABORATORIUM

ANALISIS LUMPUR BAHAN DASAR MINYAK SARALINE DAN SMOOTH FLUID PADA TEMPERATUR TINGGI DALAM PENGUJIAN LABORATORIUM Seminar Nasional Cendekiawan 215 ISSN: 246-8696 ANALISIS LUMPUR BAHAN DASAR MINYAK SARALINE DAN SMOOTH FLUID PADA TEMPERATUR TINGGI DALAM PENGUJIAN LABORATORIUM Iqbal Hanif, Abdul Hamid Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja adalah salah satu dari bahan konstruksi yang paling penting. Sifatsifatnya yang terutama penting dalam penggunaan konstruksi adalah kekuatannya yang tinggi, dibandingkan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI MASALAH KEHILANGAN LUMPUR PADA SUMUR X-1 DI LAPANGAN PANGKALAN SUSU PT. PERTAMINA EP-ASSET 1 Bhakti Haryanto Atmojo, Mulia Ginting, P.Simorangkir Jurusan Teknik Perminyakan Universitas Trisakti

Lebih terperinci

MODUL 1.04 FILTRASI LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN

MODUL 1.04 FILTRASI LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN MODUL 1.04 FILTRASI LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN 2008 2 Modul 1.04 FILTRASI I. Tujuan Praktikum: Mahasiswa dapat memahami tentang

Lebih terperinci

Semen (Portland) padatan berbentuk bubuk, tanpa memandang proses

Semen (Portland) padatan berbentuk bubuk, tanpa memandang proses Semen (Portland) Semen didefinisikan sebagai campuran antara batu kapur/gamping (bahan utama) dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk, tanpa

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Beton Konvensional Beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi agregat dan pengikat (semen). Beton mempunyai karakteristik tegangan hancur tekan yang

Lebih terperinci

BAB 5 DASAR POMPA. pompa

BAB 5 DASAR POMPA. pompa BAB 5 DASAR POMPA Pompa merupakan salah satu jenis mesin yang berfungsi untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan. Zat cair tersebut contohnya adalah air, oli atau minyak pelumas,

Lebih terperinci

244/PMK.03/2008 JENIS JASA LAIN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 23 AYAT (1) HURUF C ANGKA 2 UNDANG-

244/PMK.03/2008 JENIS JASA LAIN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 23 AYAT (1) HURUF C ANGKA 2 UNDANG- 244/PMK.03/2008 JENIS JASA LAIN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 23 AYAT (1) HURUF C ANGKA 2 UNDANG- Contributed by Administrator Wednesday, 31 December 2008 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : DITTO ADIANSYAH

SKRIPSI. Oleh : DITTO ADIANSYAH STUDI LABORATORIUM MENGENAI EFEK PENGGUNAAN WATER BASE MUD TERHADAP KERUSAKAN FORMASI BATU PASIR LEMPUNGAN PADA BERBAGAI KONSENTRASI LEMPUNG DENGAN LAMA PENJENUHAN 5 MENIT, 15 MENIT DAN 30 MENIT SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton menggunakan kapur alam dan menggunakan pasir laut pada campuran beton

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada industri minyak dan gas di sektor hulu terdapat beberapa tahap yang dilakukan dalam proses eksplorasi hingga produksi sumber minyak dan gas. Berawal dari pencarian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Mortar Mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan air dengan komposisi tertentu

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISIS PENGGUNAAN COMPLETION FLUID GARAM BERAT NITRAT SEBAGAI HOLE CLEANING DAN PENGARUHNYA TERHADAP ZAT ADITIF Indriani Agustina, Bayu Satiyawira, Mulia Ginting Fakultas teknologi kebumian dan energi,

Lebih terperinci

APMI ASOSIASI PERUSAHAAN PEMBORAN MINYAK, GAS DAN PANAS BUMI INDONESIA INDONESIAN OIL, GAS & GEOTHERMAL DRILLING CONTRACTORS ASSOCIATION

APMI ASOSIASI PERUSAHAAN PEMBORAN MINYAK, GAS DAN PANAS BUMI INDONESIA INDONESIAN OIL, GAS & GEOTHERMAL DRILLING CONTRACTORS ASSOCIATION APMI ASOSIASI PERUSAHAAN PEMBORAN MINYAK, GAS DAN PANAS BUMI INDONESIA INDONESIAN OIL, GAS & GEOTHERMAL DRILLING CONTRACTORS ASSOCIATION Jl. Gandaria Ill No. 5, Kebayoran Baru, Jakara 12130, Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton merupakan suatu bahan bangunan yang bahan penyusunnya terdiri dari bahan semen hidrolik (Portland Cement), air, agregar kasar, agregat halus, dan bahan tambah.

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI PENYEMENAN LINER 7 INCH PADA LAPANGAN ASMARA SUMUR CINTA - 5

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI PENYEMENAN LINER 7 INCH PADA LAPANGAN ASMARA SUMUR CINTA - 5 EVALUASI PENYEMENAN LINER 7 INCH PADA LAPANGAN ASMARA SUMUR CINTA - 5 Riska Azkia Muharram Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti Email :riskaazkiamuharram@yahoo.com

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI TERJEPITNYA RANGKAIAN PIPA PEMBORAN PADA SUMUR JH-151 LAPANGAN X DI PT.

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI TERJEPITNYA RANGKAIAN PIPA PEMBORAN PADA SUMUR JH-151 LAPANGAN X DI PT. EVALUASI TERJEPITNYA RANGKAIAN PIPA PEMBORAN PADA SUMUR JH-151 LAPANGAN X DI PT. PERTAMINA EP Kalfin Ramanda Situmorang, Bayu Satiyawira, Ali Sundja, Program Studi Teknik Perminyakan,Universitas Trisakti

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN 3.1. Gaya-gaya Pada Kawat Baja Karbon 0,125 inch Pada dasarnya gaya-gaya yang mempengaruhi umur pemakaian dari kawat baja karbon 0,125 inch dikategorikan menjadi dua jenis,

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI PERENCANAAN CASING PEMBORAN SECARA TEKNIS DAN EKONOMIS PADA SUMUR NP 03-X DI LAPANGAN NP PERTAMINA UTC Abstrak Novi Pahlamalidie Jurusan Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Email: novipahlamalidie@yahoo.com

Lebih terperinci

EVALUASI PENANGGULANGAN LOST CIRCULATION PADA SUMUR M-1 DAN M-2 LAPANGAN X PHE WMO

EVALUASI PENANGGULANGAN LOST CIRCULATION PADA SUMUR M-1 DAN M-2 LAPANGAN X PHE WMO EVALUASI PENANGGULANGAN LOST CIRCULATION PADA SUMUR M-1 DAN M-2 LAPANGAN X PHE WMO Marinna Ayudinni Nakasa Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian Dan Energi E-mail: marinnaayud@gmail.com

Lebih terperinci

EVALUASI KEBERHASILAN MATRIX ACIDIZING DALAM PENINGKATAN PRODUKSI SUMUR RAMA A-02 DAN RAMA A-03 PADA LAPANGAN RAMA-A

EVALUASI KEBERHASILAN MATRIX ACIDIZING DALAM PENINGKATAN PRODUKSI SUMUR RAMA A-02 DAN RAMA A-03 PADA LAPANGAN RAMA-A EVALUASI KEBERHASILAN MATRIX ACIDIZING DALAM PENINGKATAN PRODUKSI SUMUR RAMA A-02 DAN RAMA A-03 PADA LAPANGAN RAMA-A Abstrak Safirah Widyanti Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian dan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI PERBANDINGAN METODE REGULER GAS LIFT DAN COILED TUBING GAS LIFT UNTUK APLIKASI DI LAPANGAN MSF Galih Aristya, Widartono Utoyo Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Trisakti Abstrak Pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 2. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block

II. TINJAUAN PUSTAKA. sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 2. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block II. TINJAUAN PUSTAKA A. Paving Block 1. Definisi Paving Block Bata beton (paving block) adalah suatu komposisi bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa korosi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa korosi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tanpa 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Peristiwa korosi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tanpa disadari begitu dekat dengan kehidupan kita, misalnya paku berkarat, tiang listrik berkarat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Dalam dunia geoteknik tanah merupakansalah satu unsur penting yang yang pastinya akan selalu berhubungan dengan pekerjaan struktural dalam bidang teknik sipil baik sebagai bahan

Lebih terperinci