MODUL PRAKTIKUM PRAKTIKUM TEKNIK OPERASI PEMBORAN II TM-3202 TEKNIK OPERASI PEMBORAN II + PRAKTIKUM SEMESTER II 2016/2017

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL PRAKTIKUM PRAKTIKUM TEKNIK OPERASI PEMBORAN II TM-3202 TEKNIK OPERASI PEMBORAN II + PRAKTIKUM SEMESTER II 2016/2017"

Transkripsi

1 MODUL PRAKTIKUM PRAKTIKUM TEKNIK OPERASI PEMBORAN II TM-3202 TEKNIK OPERASI PEMBORAN II + PRAKTIKUM SEMESTER II 2016/2017 NAMA :... NIM :... KELOMPOK :... Dosen Pengampu: Dr.-Ing. Bonar Tua Halomoan Marbun LABORATORIUM TEKNIK OPERASI PEMBORAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2017

2 TATA TERTIB UMUM Modul Praktikum PRAKTIKUM TEKNIK OPERASI PEMBORAN II 1. Praktikan wajib mengambil mata kuliah TM 3202 (Teknik Operasi Pemboran II + Praktikum) dan terdaftar resmi sebagai peserta praktikum Teknik Operasi Pemboran II pada semester II 2016/ Praktikan diwajibkan mengikuti seluruh kegiatan praktikum sesuai dengan jadwal resmi. Perubahan jadwal kegiatan harus seizin koordinator asisten. 3. Terdapat 5 modul praktikum yaitu : i. Modul I = Casing Design ii. Modul II = Cementing iii. Modul III = Well Control iv. Modul IV = Directional Drilling v. Modul V = Cement (LAB) 4. Praktikan wajib: Menggunakan jas laboratorium lengan panjang; Membawa kartu praktikum; Menggunakan sepatu tertutup; Datang tepat waktu; Praktikan wajib membawa dan mempelajari modul praktikum yang akan dilaksanakan. Bagi yang melanggar ketentuan-ketentuan di atas, maka tidak diperbolehkan untuk mengikuti praktikum laboratorium pada hari tersebut. 5. Praktikan hanya diizinkan masuk ke laboratorium pada jam yang telah ditentukan, sebelum atau setelah jam tersebut dilarang masuk. 6. Praktikan bertanggung jawab penuh terhadap peralatan yang digunakan selama percobaan berlangsung. Bila terjadi kerusakan alat akibat kelalaian praktikan, maka praktikan tersebut bersama kelompoknya wajib mengganti alat tersebut, dan indeks nilai kelompok tersebut tidak akan dikeluarkan sebelum masalah tersebut diselesaikan. 7. Tes awal dan tes alat dapat dilaksanakan lisan maupun tertulis sesuai dengan asisten modul yang bertugas. Komponen penilaian praktikum meliputi 25% dari Tes Awal / Akhir dan 75% dari laporan. i

3 8. Laporan praktikum harus dikumpulkan 2 hari setelah praktikum. Laporan praktikum harus diketik dan dikumpulkan dalam bentuk softcopy (dalam format pdf) melalui praktikumbor.tmitb@gmail.com. Keterlambatan pengumpulan tidak ditoleransi dan otomatis nilai Laporan diberi nilai nol. Laporan dikumpulkan melalui website dengan format Modul XX_Kelompok XX_NIM 122XXXXX. 9. Laporan diketik rapi dan menggunakan komputer. Format Laporan adalah sebagai berikut: kertas ukuran A4, diketik dengan format 1,5 spasi. 10. Tidak ada praktikum susulan / perbaikan. 11. Praktikum Teknik Operasi Pemboran merupakan praktikum yang mendukung pembelajaran peserta praktikum dalam mata kuliah TM Sehingga, praktikum ini akan mempengaruhi nilai mata kuliah TM-3202 (Teknik Operasi Pemboran II + Praktikum). 12. Hal hal yang belum tercantum pada poin poin di atas, akan diatur dan ditentukan kemudian. Bandung, Februari 2017 Koordinator Praktikum Edis Abdul Jabbar ii

4 DAFTAR ISI MODUL PRAKTIKUM TEKNIK OPERASI PEMBORAN II SEMESTER II 2015/2016 Tata Tertib Umum... i Daftar Isi... iii Daftar Asisten... iii Modul I Modul II Modul III Modul IV Modul V DAFTAR ASISTEN LABORATORIUM TEKNIK OPERASI PEMBORAN II SEMESTER II /2017 Modul Nama NIM No HP I Edis Abdul Jabbar II Jalu Waskito Aji Nugroho III Dodi Romanus Duha IV Muhammad Choirul Aziz V Rahmat Ardiansyah VI Hangga Yuda W iii

5 MODUL I Casing Design I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Menentukan perencanaan geometri lubang pemboran dan mampu menentukan posisi casing, mengenal tipe casing dan paramaternya. 2. Menentukan tekanan burst, colapse, tension dengan metoda maximum load. 3. Menentukan perhitungan tekanan burst, colapse, tension dengan metoda minimum set. II. TEORI DASAR (Rubiandini 2010) Setelah suatu pemboran sumur minyak dan gas bumi mencapai kedalaman tertentu, maka ke dalam sumur tersebut perlu dipasang casing yang kemudian disusul dengan proses penyemenan. Casing merupakan suatu pipa baja, berfungsi antara lain untuk : mencegah gugurnya dinding sumur, menutup zona bertekanan abnormal, zona lost dan sebagainya. Faktor yang sangat berpengaruh dalam desain casing adalah : i. Diameter, dimana diameter ini sangat berhubungan dengan parameter operasi pemboran yang lain, seperti yang dijelaskan pada bab "Hole Geometry Selection". ii. Length, yaitu berapa panjang masing-masing casing harus dipasang, seperti dijelaskan lebih detail pada bab Casing Setting Depth Selection". iii. Pressure Resistance, yaitu berapa tebal dan berat casing harus dipasang, juga termasuk kualitas bahan casing yang dinyatakan dalam "Grade" agar mampu menahan tekanan dari dalam "Burst" dan tekanan dari luar "Collapse". iv. Berapa besar "Tension" dan "Compression" yang akan membebani casing, serta efeknya terhadap ketahanan "Collapse" atau "Burst" casing yang berubah akibat "Tension atau Compression". v. Dapatkah menurunkan biaya casing tanpa mengakibatkan kenaikan biaya di tempat lain 2.1. Tipe Casing Jenis Casing adalah (lihat Gambar 1.1.) : a) Conductor casing b) Surface casing c) Protective /intermediate casing d) Production casing e) Liner 1-1

6 Gambar 1. 1 Jenis Casing 11 Conductor casing, pada umumnya casing ini berdiameter besar, yaitu 16 inch sampai 30 inch dan dipasang dengan cara dipancangkan biasa oleh vibrating hammer. Letak kedalaman pemasangan umumnya antara 90 sampai 150 feet. Fungsinya : 1. Khusus di offshore adalah untuk melindungi drillstring dari air laut, dipasang dari platform hingga dasar laut 2. Di onshore sebagai pelindung apabila tanah dekat permukaan tidak cukup kuat atau mudah gugur, seperti rawa-rawa, gambut dan sebagainya Surface Casing, letak kedalaman pemasangan casing ini ditentukan oleh peraturan setempat yang menentukan pada kedalaman berapa casing tersebut harus dipasang. Casing ini disemen hingga ke permukaan. Fungsinya : 1. Melindungi air tanah dari kontaminasi oleh lumpur pemboran 2. Tempat kedudukan BOP dan well head 3. Menyangga seluruh berat rangkaian casing berikutnya yang telah dimasukkan ke dalam sumur. Fungsi intermediate casing ialah menutup formasi-formasi yang dapat menimbulkan kesulitan selama operasi pemboran berlangsung, seperti sloughing shale, lost circulation, tekanan abnormal, kontaminasi lumpur dan sebagainya. Suatu sumur dapat mempunyai 1-2

7 lebih dari satu intermediate casing, hal ini tergantung pada kondisi yang dihadapi selama pemboran. Production Casing, casing ini juga disebut dengan oil string. Apabila dipasang sampai tepat di atas formasi produktif maka hal ini disebut openhole completion, sedangkan apabila dipasang sampai ke dasar formasi produktif maka ini dinamakan perforated casing completion. Fungsinya : 1. Memisahkan lapisan yang mengandung minyak dari lapisanlapisan lainnya 2. Melindungi alat-alat produksi yang terdapat di bawah permukaan seperti pompa dan sebagainya Liner pada pokoknya mempunyai fungsi yang sama dengan production casing, tetapi tidak dipasang hingga ke permukaan. Salah satu alasan mengapa dipergunakan liner adalah alasan biaya, karena lebih pendek maka harganya lebih murah. Apabila pada akhir pemboran diperoleh ukuran lubang yang sangat kecil sementara itu sumur tidak terlalu dalam maka diperlukan ukuran casing dengan toleransi yang sangat kecil. Untuk persoalan semacam ini dapat dipergunakan liner Kriteria Perencanaan Setting Depth Casing Sebelum memulai prosedur perencanaan setting depth point, ada beberapa kriteria perencanaan yang harus diikuti. Kriteria-kriteria tersebut mengandung faktor-faktor keselamatan yang harus dimasukkan dalam perencanaan setting depth casing. Ada 6 kriteria yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut: i. Swab factor (atau dikenal sebagai trip margin), dinyatakan dalam ppg ekivalen berat lumpur (EMW), menunjukkan sejumlah berat lumpur yang harus ditambahkan agar melebihi besarnya tekanan formasi untuk meng-hindari terjadinya efek swabbing pada saat pencabutan string. ii. Surge factor, dinyatakan dalam ppg EMW, merupakan sejumlah minimum berat yang perlu ditambahkan pada gradien rekah di bawah kaki casing, mengimbangi berat lumpur di sumur, untuk menghindari pecahnya formasi pada saat casing dimasukkan. iii. Safety Factor, dinyatakan dalam ppg EMW, merupakan tambahan jumlah pada gradien rekah minimum pada kriteria 2, untuk memberikan harga yang memadai pada saat prosedur operasional dilakukan. iv. Kick load, dinyatakan dalam ppg EMW, menunjukkan sejumlah tambahan berat lumpur yang diperlukan untuk mengimbangi dan menanggulangi densitas kick di formasi. v. Allowable differential pressure pada zona tekanan normal atau subnormal, dinyatakan dalam psi, menunjukkan maksimum DP yang diperbolehkan di interval open hole dan selalu dibandingkan dengan kondisi DP aktual maksimum yang dihadapi. vi. Allowable differential pressure pada zona tekanan abnormal atau high formation pressure, dinyatakan dalam psi, menunjukkan maksimum DP yang diperbolehkan pada interval open hole yang berada dalam zona tekanan abnormal. 1-3

8 III. PROSEDUR PENGGUNAAN SOFTWARE 1. Diberikan data perencanaan surface casing sebagai berikut : Diameter Casing (OD) : 13,375 inch Panjang Casing : 3000 ft Panjang minimum tiap seksi : 1000 ft Gradien tekanan rekah pada kaki casing : 14,0 ppg Semen, ft : 11,7 ppg : 15,6 ppg Minimum drift diameter : 12,25 inch Densitas lumpur saat casing dipasang : 11,0 ppg Design factor burst/collapse : 1,1 tension : 1,6 2. Klik button surface casing, karena akan mendesain surface casing. 3. Klik button two stage, karena terdapat 2 densitas semen yang akan digunakan pada interval kedalaman tertentu. 4. Klik button maximum load untuk melihat perhitungan berdasarkan beban maksimum. 5. Lalu isikan data pada nomor 1, di software : Gambar 1. 2 Tampilan Input Software 1-4

9 6. Klik tombol D.E.S.I.G.N untuk melihat kurva burst, collapse, tension, biaxial dan biaya yang diperlukan. Software akan memilih casing yang tepat untuk digunakan berdasarkan spesifikasi yang sudah dimasukkan. Gambar 1. 3 Grafik Burst Gambar 1. 4 Grafik Collapse 1-5

10 Gambar 1. 5 Grafik Tension Gambar 1. 6 Estimasi Harga 7. Praktikan diwajibkan untuk menghitung untuk casing casing selanjutnya dan harus mencoba menggunakan metode minimum set untuk kemudian dianalisa perbedaannya dengan metode maximum load. 1-6

11 DAFTAR PUSTAKA 1. nn., "Pipe Characteristics Handbook", Williams Natural Gas Company Engineering Group, PennWell Publishing Company, Tulsa-Oklahoma, Rabia. H., "Oilwell Drilling Engineering: Principles & Practices", Graham & Trotman, Oxford, UK, Rubiandini, R. Casing Design, Penerbit ITB, Bandung, Paxson J., "Casing and cementing", Second Edition, Petroleum Extension Service, Texas, Azar J.J., "Drilling in Petroleum Engineering", Magcobar Drilling Fluid Manual. 6. Bourgoyne A.T. et.al., "Applied Drilling Engineering", First Printing Society of Petroleum Engineers, Richardson TX, Moore P.L., "Drilling Practices Manual", Penn Well Publishing Company, Tulsa- Oklahoma, Bill-Mitchel, "Tubular Goods Design ", Mobil Oil Company, Kumoro, Arianto, "Metoda Maksimum Casing Load", Kolokium, Jurusan Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung, Prentice, C.M., "Maximum Load Casing Design", Journal of Petroleum Technology, Juli Moore, P.L., "Drilling Practices Manual", PenWell Publishing Co., Tulsa, Pattilo, P.D, Huang N.C., "The Effect of Axial Load on Casing Collapse", Journal of Petroleum Technology, Januari DeLuish, K.R, Jayne, L.E., "Deep Casing Design Simplified", Oil and Gas journal, Juli 18, Hills, J.O., "A Review of Casing-string Design Principles and Practice", Drilling and Production Practice, API, Woodlan, B. Powell, G. E., "Graphical Method Speeds Deviated Well Casing Design", World Oil, Februar 1, Casing and Tubing Technical Data, Lone Star Stell Company, Performance Properties of Casing and Tubing, API Bulletin 5C2, Dallas, Texas, Greenip, Jr, J.E., "Optimum Casing Program Design Stresses Economy", Oil and Gas Journal, Oktober 16, Kastor, R.L., "Casing Burst Design Criteria for Kick Pressure Control", SPE AIME series no. 6A, Dallas, texas,

12 MODUL II Cementing Operation Modul Praktikum I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Menentukan densitas semen berdasarkan komposisi additive yang digunakan. 2. Menentukan desain operasi primary cementing pada setiap bagian casing. 3. Menentukan desain operasi plug balancing. 4. Menentukan desain operasi squeeze cementing. 5. Menentukan desain operasi flow calculation. 6. Menentukan desain operasi foamed cementing. II. TEORI DASAR (Rubiandini 2010) Pada umumnya operasi penyemenan bertujuan untuk melekatkan casing pada dinding lubang sumur, melindungi casing dari masalah-masalah mekanis sewaktu operasi pemboran (seperti getaran), melindungi casing dari fluida formasi yang bersifat korosi dan untuk memisahkan zona yang satu terhadap zona yang lain di belakang casing. Menurut alasan dan tujuannya, penyemenan dapat dibagi dua, yaitu Primary Cementing (Penyemenan Utama) dan Secondary atau Remedial Cementing (Penyemenan Kedua atau Penyemenan perbaikan). 1. Primary Cementing Primary Cementing adalah penyemenan pertama kali yang dilakukan setelah casing diturunkan ke dalam sumur. Pada primary cementing, penyemenan casing pada dinding lubang sumur dipengaruhi oleh jenis casing yang akan disemen: - Penyemenan surface casing bertujuan untuk melindungi air tanah agar tidak tercemar dari fluida pemboran, memperkuat kedudukan surface casing sebagai tempat dipasangnya alat BOP (Blow Out Preventer), untuk menahan beban casing yang terdapat di bawahnya dan untuk mencegah terjadinya aliran fluida pemboran atau fluida formasi yang akan melalui surface casing. - Penyemenan intermediate casing bertujuan untuk menutup tekanan formasi abnormal atau untuk mengisolasi daerah lost circulation. - Penyemenan production casing bertujuan untuk mencegah terjadinya aliran antar formasi ataupun aliran fluida formasi yang tidak diinginkan, yang akan memasuki sumur. Selain itu untuk mengisolasi zona produktif yang akan diproduksikan fluida formasi (perforated completion), dan juga untuk mencegah terjadinya korosi pada casing yang disebabkan oleh materialmaterial korosif. 2. Secondary / Remedial Cementing Secondary cementing adalah penyemenan ulang untuk menyempurnakan primary cementing atau memperbaiki penyemenan yang rusak. Setelah operasi khusus semen dilakukan, seperti Cement Bond Logging (CBL) dan Variable Density Logging (VDL), kemudian didapati kurang sempurnanya atau ada kerusakan pada primary cementing, maka dilakukanlah secondary cementing. 2-1

13 Secondary cementing dilakukan juga apabila pengeboran gagal mendapatkan minyak dan menutup kembali zona produksi yang diperforasi. Secondary cementing dapat dibagi menjadi tiga bagian: - Squeeze Cementing, yang bertujuan untuk: a) Mengurangi water-oil ratio, water gas ratio atau gas-oil ratio. b) Menutup formasi yang sudah tidak lagi produktif. c) Menutup zona lost circulation. d) Memperbaiki kebocoran yang terjadi di casing e) Memperbaiki primary cementing yang kurang memuaskan. f) Operasi squeeze dilakukan selama operasi pemboran berlangsung, komplesi maupun pada saat workover. - Re-cementing. Dilakukan untuk menyempurnakan primary cementing yang gagal dan untuk memperluas perlindungan casing di atas top semen. - Plug-back cementing dilakukan untuk: a) Menutup atau meninggalkan sumur (abandonment well) b) Melakukan directional drilling sebagai landasan whipstock, yang dikarenakan adanya perbedaan compressive stregth antara semen dan formasi maka akan mengakibatkan bit berubah arahnya. c) Menutup zona air di bawah zona minyak agar water-oil ratio berkurang pada open hole completion. Komposisi Semen Semen yang biasa digunakan dalam industri perminyakan adalah Semen Portland, dikembangkan oleh Joseph Aspdin, Tahun Disebut Portland karena mula-mula bahannya didapat dari pulau Portland Inggris. Semen Portland ini termasuk semen hidrolis dalam arti akan mengeras bila bertemu atau bercampur dengan air. Semen Portland mempunyai 4 komponen (Gambar 1) mineral utama, yaitu : 1. Tricalcium Silicate 2. Dicalcium Silicate 3. Tricalcium Aluminate 4. Tetracalcium Aluminoferrite Sifat-sifat Semen 1. Densitas 2. Thickening Time & Viskositas 3. Filtration Loss 4. Water Cement Ratio 5. Waiting on Cement 6. Permeabilitas 7. Compressive Strength & Shear Strength 8. Pengendapan Partikel & Air Bebas 9. Sulfat Resistance 2-2

14 III. PROSEDUR PENGGUNAAN SOFTWARE 1. Tampilan awal software semen: Gambar 2. 1 Tampilan Awal Software Cementing 2. Perhitungan Densitas Semen. Klik Tab Cement Calculation lalu klik Cement Density. Gambar 2. 2 Tampilan Input Perhitungan Densitas Semen 2-1

15 Gambar 2. 3 Tampilan Output Perhitungan Densitas Semen 3. Perhitungan pada primary cementing, software ini menyediakan tingkat keberhasilan dari design semen yang kita gunakan. Gambar 2. 4 Contoh Input Operasi Primary Cementing Pada Production Casing 2-2

16 Gambar 2. 5 Contoh Output Program Primary Cementing Jika Design Sudah Sesuai Gambar 2. 6 Contoh Output Program Primary Cementing Jika Design Tidak Sesuai 2-3

17 4. Perhitungan pada program plug balancing Gambar 2. 7 Contoh Perhitungan Program Plug Balancing 5. Perhitungan pada squeeze cementing Gambar 2. 8 Contoh Perhitungan Program Squeeze Cementing 2-4

18 6. Perhitungan flow calculation Gambar 2. 9 Input Flow Calculation Gambar Output Flow Calculation 2-5

19 7. Penggunaan Foamed Cement. Dengan menggunakan foamed cement kita dapat membuat slurry dengan densitas yang cukup lebar rangenya, dari 4 sampai 18 lbm/gal sesuai dengan kebutuhan. Foamed cement merupakan campuran dari slurry cement, foaming agents dan gas. Gambar Input Foamed Cementing 8. Gas nitrogen dapat digunakan dengan alasan merupakan gas inert, yang tidak bereaksi dengan hasil hidrasi semen. Dalam kondisi khusus, udara yang telah dikompress pun dapat digunakan sebagai pengganti nitrogen sebagai bahan pembuat foamed cement. 2-6

20 Gambar Input Nitrogen Volume Factor Data Gambar Output Foamed Cement 2-7

21 DAFTAR PUSTAKA 1. nn., "Pipe Characteristics Handbook", Williams Natural Gas Company Engineering Group, PennWell Publishing Company, Tulsa-Oklahoma, Rabia. H., "Oilwell Drilling Engineering: Principles & Practices", Graham & Trotman, Oxford, UK, Rubiandini, R. Casing Design, Penerbit ITB, Bandung, Paxson J., "Casing and cementing", Second Edition, Petroleum Extension Service, Texas, Azar J.J., "Drilling in Petroleum Engineering", Magcobar Drilling Fluid Manual. 6. Bourgoyne A.T. et.al., "Applied Drilling Engineering", First Printing Society of Petroleum Engineers, Richardson TX, Moore P.L., "Drilling Practices Manual", Penn Well Publishing Company, Tulsa- Oklahoma, Bill-Mitchel, "Tubular Goods Design ", Mobil Oil Company, Kumoro, Arianto, "Metoda Maksimum Casing Load", Kolokium, Jurusan Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung, Prentice, C.M., "Maximum Load Casing Design", Journal of Petroleum Technology, Juli Moore, P.L., "Drilling Practices Manual", PenWell Publishing Co., Tulsa, Pattilo, P.D, Huang N.C., "The Effect of Axial Load on Casing Collapse", Journal of Petroleum Technology, Januari DeLuish, K.R, Jayne, L.E., "Deep Casing Design Simplified", Oil and Gas journal, Juli 18, Hills, J.O., "A Review of Casing-string Design Principles and Practice", Drilling and Production Practice, API, Woodlan, B. Powell, G. E., "Graphical Method Speeds Deviated Well Casing Design", World Oil, Februar 1, Casing and Tubing Technical Data, Lone Star Stell Company, Performance Properties of Casing and Tubing, API Bulletin 5C2, Dallas, Texas, Greenip, Jr, J.E., "Optimum Casing Program Design Stresses Economy", Oil and Gas Journal, Oktober 16, Kastor, R.L., "Casing Burst Design Criteria for Kick Pressure Control", SPE AIME series no. 6A, Dallas, texas,

22 MODUL III Well Control Operation and Software I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Menentukan pengertian kick, indikator kick, penyebab, dan prosedur penanganan kick. 2. Mengaplikasikan dasar-dasar perhitungan yang digunakan pada operasi well control. 3. Menggunakan dan memecahkan permasalahan well control dengan berbagai macam metode well control seperti metode driller, volumetric, batch dengan menggunakan perhitungan pada dasar-dasar perhtiungan operasi well control dan dengan menggunakan software well control. II. TEORI DASAR Well control adalah salah satu bagian dari operasi pengeboran yang pada dasarnya menjadi bagian terpenting dari proses pengeboran. Well control ini menjadi jiwa yang penting dari seorang drilling engineer, dikarenakan well control adalah kemampuan seorang drilling engineer untuk mengantisipasi, menangani sumur yang mengalami kick supaya tidak terjadi semburan liar atau blowout yang bisa terjadi dikarenakan kick yang tidak dapat dikendalikan. Pada bab ini, akan dijelaskan secara lengkap pembahasan mengenai well control dari fundamental kick sampai kepada metode well control yang umumnya digunakan pada kegiatan operasi pengeboran migas. Pengertian Kick dan Indikator Kick Kick adalah aliran fluida formasi yang tidak diinginkan saat masuk ke dalam wellbore selama operasi pengeboran. Dampak dari kick adalah kehilangan waktu operasi pengeboran, operasi yang berbahaya dengan tekanan tinggi dan gas, dan kemungkinan kehilangan peralatan selama mengontrol kembali sumur. Jika kick terus terjadi, maka makin lama akan tidak dapat dikendalikan. Hal inilah yang dikenal dengan blowout atau uncontrolled kick. Karena kick dapat terjadi kapan saja, maka kick harus dapat dikenali, diidentifikasi, dan ditandai. Berikut ini adalah tanda kick dapat dikenali, diidentifikasi, dan ditandai. a. Predicting Formation Pressure d. Geological Data b. Historical Data e. Pressure Indicators Drilling c. Seismic Interpretations 3-1

23 Penyebab Kick Kapanpun tekanan pori atau formasi lebih besar dari tekanan kolom fluida di dalam sumur, fluida formasi dapat mengalir ke dalam sumur. Hal ini berasal dari satu atau beberapa alasan. Berikut ini adalah alasan mengapa kick terjadi: a. Insufficient fluid density b. Poor tripping practices g. Obstructions in the wellbore h. Cementing operations c. Improper hole fill while tripping i. Special situations seperti d. Swabbing/surging e. Lost circulation f. Abnormal pressure excessive drilling rate through gas sand dan excessive water loss of drilling fluid. Prosedur Penanganan Kick Prosedur penanganan kick harus tertulis berdasarkan acuan untuk tiap sumur dan secara mendetail untuk tipe dari rig dan operasi pengeboran. Terdapat beberapa macam prosedur yang digunakan dalam penanganan kick. 1. Shutting the Well In 2. Flow Check Procedures 3. Shut-in Procedures with Pipe On Bottom 4. Diverter Procedure while Drilling Metode Well Control Pada kegiatan well control, terdapat beberapa metode yang umumnya digunakan saat operasi pengeboran. Berikut ini adalah metodenya. a. Driller s Method (Two Circulation Method) b. Wait and Weight Method (Batch Method) c. Concurrent Method d. Volumetric Method 3-2

24 III. PROSEDUR PENGGUNAAN SOFTWARE 1. Buka Software Well Control 2. Pilih Tab File Input Data Well Geometry, Pilih yang Casing Open Hole. 3. Isikan data-data yang diperlukan, BEBAS, lalu klik OK apabila seluruh data telah diisi. Untuk contoh, berikut tampilannya: Gambar Well Geometry Input 4. Pilih Tab File Input Data Drillstring. Isikan data-data yang diperlukan. (BEBAS, TETAPI HARUS SESUAI API 5C2 DAN API 5CT). Lalu klik close atau tanda X yang berwarna merah. Contoh: Gambar Drill String Input 5. Pilih Tab Method. Pilih metode yang akan digunakan. Berikut isi tampilan dari masing-masing metode: a. Batch: - Isikan Data-data Input. 3-2

25 Contoh: Gambar Batch Method - Klik Show Graphic dan Grafik untuk metode Batch akan muncul apabila diklik pada tab Batch Method. Contoh Hasil: Gambar Batch Method Graph b. Concurrent - Isikan Data-Data input. Contoh: 3-3

26 Gambar Concurrent Method - Klik Show Graphic dan Grafik untuk metode concurrent akan muncul apabila diklik pada tab Concurrent Method. Contoh: Gambar Concurrent Method Graph c. Driller - Isikan Data-Data Input Contoh 3-4

27 Gambar Driller Method - Klik Show Graphic dan Grafik untuk metode driller akan muncul apabila diklik pada tab Driller Method. Contoh: Gambar Driller Method Graph d. Volumetric - Isikan Data-Data Input Contoh: 3-5

28 Gambar Volumetric Method - Klik Show Graphic dan Grafik untuk metode volumetric akan muncul apabila diklik pada tab Volumetric Method. Contoh: Gambar Volumetric Method Graph 6. Pada Saat mengklik Show Grafik pada volumetric, bisa juga dilihat di tab MSICP Pressure, MSICP Bottom, Maximum Pit Gain, dan Reducing Time. Contoh: 3-6

29 Gambar MSICP Surface Gambar MSICP Bottom 3-7

30 Gambar Maximum Pit Gain 7. Analisislah data yang diperoleh! Gambar Reducing Time 3-8

31 DAFTAR PUSTAKA Modul Praktikum Aberdeen Drilling School & Well Control Training Centre. Well Control for the Rig-Site Drilling Team ENI. Well Control Policy Manual Grace, Robert D. Blowout and Well Control Handbook. Elsevier: Heriot Watt University. Drilling Engineering. Rubiandini, R. Teknik Operasi Pemboran II. Penerbit ITB. Bandung: Rabia, H Oilwell Drilling Engineering: Principles and Practice. Graham & Troatman limited, USA. Schlumberger. Well Control Manual Well Control School. Well Control Manual I 3-9

32 MODUL IV Directional Drilling I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Menentukan perencanaan pemboran berarah dengan tipe build-hold, build-holddrop, dan build-hold-drop-hold. 2. Menentukan perencanaan desain Bottom Hole Assembly (BHA) pada pemboran berarah. 3. Menentukan Dogleg Severity pada pemboran berarah. II. TEORI DASAR (Rubiandini, 2011) Pemboran berarah adalah suatu seni membelokkan lubang sumur untuk kemudian diarahkan ke suatu sasaran tertentu di dalam formasi yang tidak terletak vertikal dibawah mulut sumur. Di dalam membor suatu formasi, sebenarnya selalu diinginkan lubang yang vertikal, karena dengan lubang yang vertikal, kecuali operasinya lebih mudah, juga umumnya biayanya lebih murah dari pada pemboran terarah. Jadi pemboran terarah hanya dilakukan karena alasan-alasan dan keadaan yang khusus saja Tipe Pemboran Berarah Pada dasarnya dikenal 3 macam pemboran berarah, dapat dilihat pada. a. Tipe belok di tempat dangkal (shallow deviation type) Disini titik belok (kick of point) terletak di kedalaman yang tidak begitu jauh dari permukaan tanah (dangkal) b. Tipe belok di tempat dalam (deep deviation Type) Di sini titik belok terletak jauh di dalam permukaan tanah c. Tipe kembali ke vertical (return to vertical type) Mula-mula sama seperti tipe belok di tempat dangkal, tetapi kemudian dikembalikan ke vertikal Build Up Assembly Pada rangkaian ini reamer harus selalu ditempatkan di dekat bit. Adanya beban pada bit menyebabkan bagian drill collar di atas reamer membelok dengan kemiringan tertentu. Rate build up ini sangat tergantung kepada WOB, posisi reamer dan ukuran drill collar. Rangkaian bottom hole assembly yang umumnya digunakan pada build up section ini dapat digambarkan sebagai berikut. Bit - Sub - Reamer - Monel DC - Stab - DC - Stab - 90 DC

33 Untuk perubahan sudut build up yang besar, dianjurkan : 1. WOB tinggi 2. Ukuran monel drill collar kecil 3. RPM dan rate pemompaan kecil apabila formasi lunak. Untuk perubahan sudut build up kecil, dianjurkan : 1. WOB kecil. 2. Ukuran monel drill collar besar. 3. Tempatkan stabilizer pada puncak monel drill collar. 4. Tambah jarak bit - reamer. 5. Tambah RPM dan rate pemompaan pada formasi lunak Drop off Assembly Dengan menambah jarak bit ke reamer, bagian bawah reamer mempunyai tendensi untuk mengarah ke bawah. Karena berat rangkaiannya, perlahanlahan akan menghasilkan penurunan sudut pada drop off section tergantung pada WOB, RPM dan posisi reamer serta stabilizer pada rangkaian. Umumnya drop off assemblies ini berbentuk : Bit - Monel DC - Reamer - DC - Stab - DC - Stab -90 DC- stab Untuk perubahan sudut drop off yang besar dianjurkan: 1. WOB kecil. 2. RPM dan rate pemompaan besar pada formasi lunak. 3. Ukuran monel besar. 4. Ukuran drill collar kecil diatas reamer. Untuk perubahan sudut drop off yang kecil, dianjurkan: 1. WOB besar. 2. RPM dan rate pemompaan kecil pada formasi lunak. 3. Gunakan monel drill collar yang besar. 4. Kurangi jarak bit-reamer. 4-2

34 III. PROSEDUR PENGGUNAAN SOFTWARE 1. Perencanaan pemboran berarah (Build Hold Trajectory) Modul Praktikum Gambar 4.1 Build - Hold Directional Drilling Input parameter yang diperlukan adalah a. Build Up Rate (BUR) b. Kick Off Point (KOP) c. Total Vertical Depth (TVD) d. North e. East Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 4-3

35 Gambar 4.2 Parameter masukan pada trajektori build-hold Tabel 4.1 Hasil Perhitungan build-hold trajectory Measured Total Inclination TVD Depth Departure Notes vert.drilling vert.drilling vert.drilling vert.drilling vert.drilling vert.drilling 4-4

36 vert.drilling Kick of Point build build build build build build build build build build build build build build build build build build End of Build hold hold hold hold hold hold hold hold hold hold hold hold hold hold hold hold hold hold hold hold hold hold target 4-5

37 2. Setelah hasil perhitungan di dapatkan, untuk melihat trajektori dari rencana sumur tersebut dapat dilakukan dengan menekan pilihan DRAW GRAPH, sehingga didapatkan hasil grafik seperti dibawah ini. Gambar 4.3 Grafik Trajektori Tipe Build-Hold 4-6

38 Prosedur yang sama dapat dilakukan untuk tipe-tipe trajektori sumur berarah, diantaranya a. Build, Hold, Partial Drop, dan Hold Gambar 4.4 Tampilan software pada perhitungan build, hold, partial drop dan hold b. Build, Hold dan Drop Gambar 4.5 Tampilan software pada perhitungan build, hold dan drop 4-7

39 c. BHA Design Gambar 4.6 Tampilan software pada perhitungan desain BHA d. Dog-Leg Severity Gambar 4.7 Tampilan software pada perhitungan dogleg severity DAFTAR PUSTAKA 1. Rubiandini, R. Teknik Pemboran 2, Penerbit ITB, Bandung, Bourgoyne A.T. et.al., "Applied Drilling Engineering", First Printing Society of Petroleum Engineers, Richardson TX,

40 MODUL V Pengukuran Thickening Time, SBS dan CS Semen Pemboran I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Membuat slurry semen untuk operasi penyemenan casing. 2. Menentukan thickening time slurry semen dengan menggunakan consistometer. 3. Mengukur kekuatan semen untuk menahan tekanan formasi. 4. Mengukur kekuatan semen dalam menahan gesekan akibat berat casing. 5. Memahami prinsip kerja dari peralatan yang digunakan dalam modul ini. 6. Mengetahui pengaruh penambahan aditif pada slurry terhadap karakteristik semen. II. TEORI DASAR Operasi penyemenan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pengeboran.operasi penyemenan diharapkan dapat menghasilkan suatu kondisi dimana casing yang dipasang dapat melekat dan memberikan isolasi sempurna terhadap lubang wellbore. Penyekatan dalam operasi penyemenan dianggap baik bila casing mampu bertahan dengan baik selama selama proses pengembangan dan produksi dari suatu sumur. Dalam melakukan penyemenan tedapat dua bentuk fisik semen,yaitu cement slurry dan hard cement. Cement slurry adalah bentuk mixture atau campuran dari semen, air, dan aditif, sedangkan hard cement merupakan cement slurry yang telah mengeras. Sifat-sifat yang dimiliki cement slurry antara lain densitas, thickening time, viskositas, filtration loss dan water-cement ratio. Sifat-sifat hard cement antara lain adalah strength dan permeability. API memberikan klasifikasi semen untuk industry perminyakan mulai dari kelas A sampai dengan kelas H. Klasifikasi ini didasarkan pada kedalaman, tekanan, temperatur sumur, serta derajat sulfate-resistance-nya, yaitu ordinary (O), moderate sulfate resistance (MSR), dan high sulfate resistance (HSR). Berikut merupakan klasifikasi semen berdasarkan API standards 10, Specification for Oil-Well Cement and Cement Additives. Semen yang digunakan dalam praktikum pemboran di laboratorium pemboran Departemen Teknik Perminyakan ITB adalah semen API kelas G. Semen ini adalah semen standar yang paling banyak digunakan di lapangan dan lebih banyak tersedia di pasaran.semen kelas G digunakan untuk kedalaman hingga ft (2.438 m). Semen 5-1

41 kelas G tersedia dalam spesifikasi moderate sulfate resistant dan high sulfate resistant. Semen kelas G juga dapat dimodifikasi dengan penambahan aditif untuk penggunaan dalam rentang temperatur dan kedalaman sumur. Tabel 5.1 Klasifikasi Semen berdasarkan API Standards 10 API Classification Mixing Water (gal/sack) Slurry Weight (lbm/gal) Well Depth (ft) Static Temperature (F) Sulfate Resistance A (Portland) O B (Portland) MSR-HSR C (High Early) O-MSR-HSR D (Retarded) MSR-HSR E (Retarded) MSR-HSR F (Retarded) MSR-HSR G (Basic) MSR-HSR H (Basic) MSR-HSR Efek temperatur Dengan peningkatan temperature maka akan mempercepat hidrasi semen. Gambar 5.4 berikut menununjukkan efek temperature dan tekanan pada thickening time dari slurry semen. Reaksi antara semen dan air dimulai pada saat pertama kali dicampur (mixed). Ketika slurry semen telah mencapai 100 UC (unit of consistency) maka semen tidak dapat dipompakan lagi. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi ini disebut thickening time. Untuk mendapatkan hasil penyemenan yang baik dalam suatu operasi penyemenan, semen haruslah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: 1. Suspensi semen mempunyai yield dan densitas sesuai dengan yang diinginkan. 2. Mudah dalam penyampuran dan pemompaan. 3. Memerlukan sifat rheologi yang optimum untuk pembersihan lumpur (displacement). 4. Mempertahankan beda sifat fisik dan kimia selama pemindahan. 5. Membangun kekuatan secara cepat sejak berada di tempat. 6. Impermeabel terhadap gas annular. 5-2

42 7. Membangun kekuatan yang cukup dalam rentang temperature yang panjang dan jika ada kontaminasi lumpur dan elektrolit sekalipun. 8. Membentuk ikatan yang kuat antara casing dan formasi. Kekuatan Semen Shear strength: Kemampuan semen menahan gesekan akibat menahan berat casing. [ ( )] ( ) SBS = Shear Bond Strength, psi P = Tekanan yang dibutuhkan agar sampel bergeser, psi A = Luas penampang block bearing, in 2 D = Diameter sampel semen di dalam casing, in h = Tinggi sampel semen, in Compressive strength: Kemampuan semen menahan tekanan dari formasi. ( ) ( ) CS = Compressive Strength, psi k = Konstanta koreksi (fungsi dari perbandingan tinggi dengan diameter Tabel 5.2 Jumlah Air Terhadap Bentonite t/d Faktor koefisien 1,75 0,98 1,5 0,96 1,25 0,93 1 0,87 P = Pembebanan maksimum, psi A1 = Luas penampang block bearing hydraulic press, in 2 A2 = Luas permukaan sampel semen, in 2 5-3

43 Pada water bath, disimulasikan kondisi reservoir saat waiting on cement (WOC) selama 24 jam. Standar pelaksanaan WOC selama 24 jam dilakukan untuk mencapai compressive strength sebesar minimal 500 psi. Hydraulic press merupakan alat untuk melaksanakan pengukuran compressive strength dan shear bound strength. Prinsip alat sesuai dengan teori Bernoulli. Fluida yang digunakan adalah minyak diesel karena diesel akan mengalami friksi yang lebih sedikit dibandingkan air. Faktor-faktor yang Memengaruhi Desain Semen 1. Kedalaman sumur 2. Temperatur sumur 3. Tekanan kolom lumpur 4. Viskositas dan water content dari slurry cement 5. Thickening time 6. Kekuatan semen untuk menyokong pipa 7. Mixing water 8. Tipe fluida pemboran dan aditifnya 9. Densitas slurry cement 10. Heat of hydration 11. Permeabilitas dari set cement 12. Filtration control 13. Resistensi terhadap downhole brines Semen yang akan dipakai harus memenuhi syarat kekuatan penyemenan yang akan terbentuk, yaitu: 1. Mampu mendukung casing di dalam lubang. 2. Mampu menahan getaran akibat pemboran dan perforasi. 3. Menahan tekanan hidrolik yang tinggi tanpa rekah. 4. Menahan tekanan formasi. 5. Menyekat lubang dari formasi yang korosif. Aditif Terdapat beberapa kelompok aditif yang dicampurkan ke dalam campuran semen, diantaranya: 1. Accelerator adalah aditif yang digunakan untuk mempercepat proses pengerasan semen. Contoh aditif accelerator adalah : CaCl2 NaCl Alkohol NaOH Gypsum 5-4

44 2. Retarder adalah aditif untuk memperlambat proses pengerasan semen. Contoh retarder adalah: Lignosulfate CMHEC 3. Aditif fluid-loss control digunakan untuk mengurangi kelebihan kehilangan kandungan air ke formasi. Contoh aditif fluid-loss control adalah: PAC CMC Barazan 4. Aditif extender digunakan untuk mengurangi densitas semen dan menaikkan volume semen, biasanya digunakan pada formasi dengan tekanan rendah. Contohnya adalah: Bentonite Gilsonite Silica Flour 5. Aditif pengontrol free-water adalah aditif yang digunakan untuk mengurangi kadar air bebas (free water) dari kandungan air semen. Contoh aditif ini adalah Aquagel dan Aluminium chlorohydrate. 6. Dispersants mengurangi viskositas dari slurry semen. Contoh dirpersants adalah: Lignosulfonate Sodium Chloride Polymelanine 7. Weighting Agent digunakan untuk menaikkan densitas suspensi semen dan biasanya digunakan pada sumur dengan tekanan formasi tinggi. Contoh weighting agent adalah: Hematite Barite 5-2

45 III. PROSEDUR PERCOBAAN Percobaan I: Pengukuran Densitas 1. Kalibrasi peralatan mud balance sebagai berikut : a. Bersihkan peralatan mud balance. b. Isi cup dengan air sampai penuh kemudian tutup.bersihkan bagian luarnya dan keringkan dengan tissu. c. Letakkan mud balance pada kedudukannya. d. Tempatkan rider pada skala 8,33 ppg. e. Cek level glas. Bila tidak seimbang atur calibration screw hingga seimbang. 2. Ambil slurry semen yang telah disiapkan lalu tuangkan ke dalam cup mud balance. 3. Tutup cup. Bersihkan slurry semen yang melekat pada bagian luar dinding dan penutup cup. 4. Letakkan balance arm pada kedudukannya. Atur rider hingga seimbang kemudian baca densitas yang ditunjukkan skala. 5. Ulangi langkah 2-4 untuk komposisi slurry semen lainnya. Gambar 5.1 Mud Balance Apparatus. Percobaan II: Thickening Time Pembuatan Slurry Semen 1. Buat slurry semen dengan komposisi semen kelas G sebanyak 792 gram dan air sebanyak 349 ml. Usahakan semen tidak lama berada di udara terbuka. 2. Tambahkan additive ke dalam slurry semen. a. Bila additive berupa padatan, timbang berdasarkan persentase berat semen yang digunakan. b. Bila additive berupa cairan, ukur berdasarkan persentase volume air yang digunakan. 5-3

46 3. Buat slurry semen menggunakan mixer dengan kecepatan rendah 4000 RPM (posisi 1). 4. Masukkan air dan additive cair ke dalam mixing slurry container. 5. Masukkan semen dan additive padat selama tidak lebih dari 15 detik, lalu lanjutkan pengadukan pada kecepatan tinggi, RPM (posisi 5) selama 35 detik. (Proses pemindahan kecepatan dari posisi 1 ke posisi 5 jangan dilakukan sekaligus, namun bertahap). Gambar 5.2 Mixer Pengukuran thickening time dengan alat Consistometer 1. Bersihkan permukaan alat yang berhubungan langsung dengan semen menggunakan sikat semen yang dilapisi dengan pelumas. 2. Isilah bak dengan minyak khusus Consistometer sampai kira-kira seperempat dari ketinggian cermin pada consistometer. 3. Hubungkan alat dengan arus listrik 220 volt. 4. Lakukan kalibrasi dan set temperatur sesuai dengan petunjuk asisten. 5. Buat suspense semen secukupnya segera setelah suhu diset. 6. Masukkan slurries semen pada chamber sampai batas. Perhatikan bahwa interval waktu mulai semen selesai diaduk dalam mixer hingga langkah 6 tidak boleh lebih dari 1 menit. 7. Masukkan chamber yang telah terisi slurries semen ke bak pada Atmospheric Pressure Consistometer. 5-4

47 8. Hidupkan motor, pemanas, serta stopwatch secara bersamaan. 9. Nyalakan kipas untuk menjaga agar motor tidak terlalu panas. 10. Catat pembacaan dial terhadap waktu, serta temperatur saat pengukuran. Gambar 5.3 Consistometer Pengukuran Free Water Cement 1. Masukkan masing-masing 200 ml slurry semen ke dalam tempat plastic 500 ml. 2. Letakkan pada posisi vertical, kemiringan 15 o dan kemiringan 30 o. 3. Tunggu sampai semen mengeras (sampai tercapai setting time). 4. Ukur banyaknya air yang terbebas (free water) dengan menggunakan gelas ukur. Percobaan II: Compressive Strength & Shear Bond Strength Pembuatan sampel semen: 1. Nyalakan water bath dan set suhu hingga 90 p C 2. Siapkan cekatan core dan casing dengan mencari pasangan baut untuk menyatukan setiap bagian dari cetakan. Beri pelumas pada setiap bagian dari cetakan yang akan 5-5

48 bersentuhan langsung dengan semen (kecuali pada cetakan casing hanya diberikan pada penutup cetakan). 3. Masukkan semen yang sudah dibuat ke dalam cetakan core silinder dan casing silinder dan kencangkan semua baut yang ada agar semen tidak bocor. 4. Masukkan cetakan semen ke dalam water bath yang sudah mencapai 90 o C. Biarkan hingga 24 jam agar semen mencapai kondisi compressive strength minimal, yaitu 500 psi. 5. Keluarkan cetakan semen dari water bath lalu keluarkan sampel semen dari cetakannya. Untuk cetakan casing, hanya tutup saja yang dilepas. Gambar 5.4 Water Bath Gambar 5.5 Cetakan Semen 5-6

49 Pengujian compressive strength: 1. Ukur panjang, diameter, dan luas penampang dari sampel semen. 2. Ukur luas penampang dari block bearing hydraulic press. 3. Sampel core semen yang telah dibuat diletakkan di tengah hydraulic press. 4. Nyalakan hydraulic press dan angkat tuas ke atas. Tahan sampai semen retak. 5. Catat besar tekanan yang dibutuhkan untuk menghancurkan sampel semen (saat retakan pertama terjadi). Gambar 5.6 Hydraulic Press Pengujian shear bond strength: 1. Ukur diameter semen saja (tidak termasuk casing) dan tinggi. 2. Ukur luas penampang block bearing dan batang pendorong semen. 3. Letakkan wadah/holder silinder untuk menampung atau menahan casing pada hydraulic press dan letakkan sampel casing di atas wadah tersebut. 4. Tempatkan dan tahan batang pendorong di atas sampel casing dan nyalakan hydraulic press. 5. Catat besar tekanan yang dibutuhkan untuk pertama kalinya menggeser semen yang ada di dalam casing. Safety 1. Mata : Cucilah mata dengan air selama 15 menit. Bila terjadi iritasi, mintalah bantuan tenaga medik. 2. Kulit : Cucilah dengan air. 3. Pernapasan : Jangan hirup debu semen. Gunakan masker (pelindung) saat bersentuhan dengan semen. 5-7

50 DAFTAR PUSTAKA Nelson E.B., Well Cementing, Schlumberger Educational Series, Houston-Texas, 1990 Smith D.K., Cementing, SPE of AIME, New York, 1976 Smith D.K., Worldwide Cementing Practices, First Edition, American Petroleum Institute (API, Johnston Printing Company,

STUDI LABORATORIUM PENGARUH PENAMBAHAN LIGNOSULFONATE PADA COMPRESSIVE STRENGTH DAN THICKENING TIME PADA SEMEN PEMBORAN KELAS G

STUDI LABORATORIUM PENGARUH PENAMBAHAN LIGNOSULFONATE PADA COMPRESSIVE STRENGTH DAN THICKENING TIME PADA SEMEN PEMBORAN KELAS G STUDI LABORATORIUM PENGARUH PENAMBAHAN LIGNOSULFONATE PADA COMPRESSIVE STRENGTH DAN THICKENING TIME PADA SEMEN PEMBORAN KELAS G Bagus Ichwan Martha, Lilik Zabidi, Listiana Satiawati Abstrak Semen pemboran

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI DAN OPTIMASI PERENCANAAN CASING PADA OPERASI PEMBORAN SUMUR X-9, PRABUMULIH PT. PERTAMINA EP Feldy Noviandy Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PENGARUH PENAMBAHAN ACCELERATOR KCl, Na2SiO3, DAN CAL- SEAL SEBAGAI ADDITIVE SEMEN KELAS A TERHADAP THICKENING TIME, COMPRESSIVE STRENGTH, DAN RHEOLOGY BUBUR SEMEN DENGAN VARIASI TEMPERATUR (BHCT) DI LABORATORIUM

Lebih terperinci

BAB V SQUEEZE CEMENTING. Pada umumnya operasi penyemenan bertujuan untuk:

BAB V SQUEEZE CEMENTING. Pada umumnya operasi penyemenan bertujuan untuk: BAB V SQUEEZE CEMENTING 5.1. Pengertian Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas konstruksi lubang sumur adalah sejauh mana kualitas semen yang digunakan. Maka untuk kepentingan tersebut perlu dilakukan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: Evaluasi Perencanaan Desain Casing Pada Sumur SELONG-1 Di Lapangan Selong

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: Evaluasi Perencanaan Desain Casing Pada Sumur SELONG-1 Di Lapangan Selong Evaluasi Perencanaan Desain Casing Pada Sumur SELONG-1 Di Lapangan Selong Hendri Kurniantoro, Mu min Prijono Tamsil Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Abstrak Perencanaan casing merupakan

Lebih terperinci

EVALUASI PENYEMENAN CASING LINER 7 PADA SUMUR X-1 DAN Y-1 BLOK LMG

EVALUASI PENYEMENAN CASING LINER 7 PADA SUMUR X-1 DAN Y-1 BLOK LMG EVALUASI PENYEMENAN CASING LINER 7 PADA SUMUR X-1 DAN Y-1 BLOK LMG Abstrak Faisal E. Yazid, Abdul Hamid, Amanda Nurul Affifah Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Penyemenan primer merupakan

Lebih terperinci

ANALISA PENENTUAN OPEN END PADA PELAKSANAAN SQUEEZE CEMENTING DI ZONA POROUS SUMUR A LAPANGAN B

ANALISA PENENTUAN OPEN END PADA PELAKSANAAN SQUEEZE CEMENTING DI ZONA POROUS SUMUR A LAPANGAN B ANALISA PENENTUAN OPEN END PADA PELAKSANAAN SQUEEZE CEMENTING DI ZONA POROUS SUMUR A LAPANGAN B Rexnord Samuel Simanungkalit Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Kebumian dan Energi Universitas Trisakti

Lebih terperinci

Evaluasi Penggunaan Rig 550 HP Untuk Program Hidrolika Pada Sumur X Lapangan Y

Evaluasi Penggunaan Rig 550 HP Untuk Program Hidrolika Pada Sumur X Lapangan Y Evaluasi Penggunaan Rig 550 HP Untuk Program Hidrolika Pada Sumur X Lapangan Y Ryan Raharja, Faisal E.Yazid, Abdul Hamid Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Abstrak Pada operasi pemboran

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI LINTASAN PEMBORAN BERARAH PADA SUMUR Z LAPANGAN XYY PETROCHINA INTERNATIONAL

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI LINTASAN PEMBORAN BERARAH PADA SUMUR Z LAPANGAN XYY PETROCHINA INTERNATIONAL EVALUASI LINTASAN PEMBORAN BERARAH PADA SUMUR Z LAPANGAN XYY PETROCHINA INTERNATIONAL Varian Erwansa, Faisal E Yazid, Abdul Hamid Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Trisakti Email: varian_lab@yahoo.com

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...iv. KATA PENGANTAR...v. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...iv. KATA PENGANTAR...v. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...iv KATA PENGANTAR...v HALAMAN PERSEMBAHAN...vii RINGKASAN...viii DAFTAR ISI...ix DAFTAR GAMBAR...xiii DAFTAR TABEL...xv

Lebih terperinci

Cahaya Rosyidan*, Irfan Marshell,Abdul Hamid

Cahaya Rosyidan*, Irfan Marshell,Abdul Hamid EVALUASI HILANG SIRKULASI PADA SUMUR M LAPANGAN B AKIBAT BEDA BESAR TEKANAN HIDROSTATIS LUMPUR DENGAN TEKANAN DASAR LUBANG SUMUR Cahaya Rosyidan*, Irfan Marshell,Abdul Hamid Teknik Perminyakan-FTKE, Universitas

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PENGARUH PENAMBAHAN ACCELERATOR CaCl 2, NaCl, DAN NaNo 3 SEBAGAI ADDITIVE SEMEN KELAS B TERHADAP THICKENING TIME, COMPRESSIVE STRENGTH, DAN RHEOLOGY BUBUR SEMEN DENGAN VARIASI TEMPERATUR (BHCT) DI LABORATORIUM

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PENGARUH KICK OFF POINT TERHADAP PERENCANAAN LINTASAN PEMBORAN BERARAH PADA SUMUR W, X, Y, Z

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PENGARUH KICK OFF POINT TERHADAP PERENCANAAN LINTASAN PEMBORAN BERARAH PADA SUMUR W, X, Y, Z PENGARUH KICK OFF POINT TERHADAP PERENCANAAN LINTASAN PEMBORAN BERARAH PADA SUMUR W, X, Y, Z Fernandi Kesuma Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti Email

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...ii. KATA PENGANTAR...iii. HALAMAN PERSEMBAHAN...iv. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...ii. KATA PENGANTAR...iii. HALAMAN PERSEMBAHAN...iv. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii HALAMAN PERSEMBAHAN...iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...v RINGKASAN...vi DAFTAR ISI...vii DAFTAR GAMBAR...xi DAFTAR TABEL...xiii

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI PERENCANAAN CASING PEMBORAN SECARA TEKNIS DAN EKONOMIS PADA SUMUR NP 03-X DI LAPANGAN NP PERTAMINA UTC Abstrak Novi Pahlamalidie Jurusan Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Email: novipahlamalidie@yahoo.com

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PERBANDINGAN LINTASAN PEMBORAN BERARAH DENGAN BERBAGAI METODE PERHITUNGAN PADA SUMUR G-12 LAPANGAN G

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PERBANDINGAN LINTASAN PEMBORAN BERARAH DENGAN BERBAGAI METODE PERHITUNGAN PADA SUMUR G-12 LAPANGAN G PERBANDINGAN LINTASAN PEMBORAN BERARAH DENGAN BERBAGAI METODE PERHITUNGAN PADA SUMUR G-12 LAPANGAN G Grace BS, Widrajat AK, Harin Widiyatni Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian Dan Energi

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan 1. Disain casing konservatif dari sumur X COPI adalah sebagai berikut: a. 20 inch Conductor; b. 13-3/8 inch Surface Section; c. 9-5/8 inch Production Section;

Lebih terperinci

EVALUASI SQUEEZE CEMENTING UNTUK MEMPERBAIKI BONDING SEMEN PADA SUMUR KMC-08 LAPANGAN KALIMATI PERTAMINA EP

EVALUASI SQUEEZE CEMENTING UNTUK MEMPERBAIKI BONDING SEMEN PADA SUMUR KMC-08 LAPANGAN KALIMATI PERTAMINA EP EVALUASI SQUEEZE CEMENTING UNTUK MEMPERBAIKI BONDING SEMEN PADA SUMUR KMC-08 LAPANGAN KALIMATI PERTAMINA EP SKRIPSI Oleh : 113.050.011 PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN PT PERTAMINA EP ASSET 1 FIELD

BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN PT PERTAMINA EP ASSET 1 FIELD HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...iii HALAMAN PERSEMBAHAN...iv KATA PENGANTAR...v RINGKASAN...vi DAFTAR ISI...vii DAFTAR GAMBAR...xii DAFTAR TABEL...xiv DAFTAR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi RINGKASAN... vii DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB VII SISTEM PENYEMENAN (CEMENTING SYSTEM)

BAB VII SISTEM PENYEMENAN (CEMENTING SYSTEM) BAB VII SISTEM PENYEMENAN (CEMENTING SYSTEM) 7.1. DASAR TEORI Penyemenan suatu sumur merupakan salah satu factor yang tidak kalah pentingnya dalam suatu operasi pemboran. Berhasil atau tidaknya suatu pemboran,

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI LINTASAN PEMBORAN BERARAHDENGAN METODE MINIMUM OF CURVATURE PADASUMUR X LAPANGAN Y PETROCHINA INTERNATIONAL Abdul Hamid,Aan Setiawan Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Trisakti E-mail:

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PERENCANAAN LINTASAN PEMBORAN BERARAH SUMUR F PADA LAPANGAN PANAS BUMI DARAJAT

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PERENCANAAN LINTASAN PEMBORAN BERARAH SUMUR F PADA LAPANGAN PANAS BUMI DARAJAT PERENCANAAN LINTASAN PEMBORAN BERARAH SUMUR F PADA LAPANGAN PANAS BUMI DARAJAT Ferianto Frans Wibowo Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian Dan Energi Universitas Trisakti E-mail :feri.ffw@gmail.com

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN KAJIAN CASING SURFACE 13-3/8 DAN CASING INTERMEDIATE 9-5/8 PADA SUMUR X-2 LAPANGAN Z KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI Oleh : AJI MARTADINATA 113060037/ TM PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

Lebih terperinci

Universitas Indonesia Optimasi desain casing..., Muhammad Anugrah, FT UI, 2008

Universitas Indonesia Optimasi desain casing..., Muhammad Anugrah, FT UI, 2008 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ConocoPhillips Indonesia Inc. Ltd (COPI), selalu menggunakan casing dari grade yang tinggi untuk sumur-sumur yang dibor. Terdapat setidaknya tiga alasan utama

Lebih terperinci

Kelas TentangActivity Kelas BantuanActivity BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran...

Kelas TentangActivity Kelas BantuanActivity BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran... ABSTRAK Well Kick adalah peristiwa masuknya fluida formasi (air, minyak, atau gas) menuju lubang bor. Apabila kick ini tidak bisa dikontrol atau tidak bisa ditanggulangi, akan mengakibatkan fluida formasi

Lebih terperinci

Teknik Pemboran. Instruktur : Ir. Aris Buntoro, MSc.

Teknik Pemboran. Instruktur : Ir. Aris Buntoro, MSc. Teknik Pemboran Instruktur : Ir. Aris Buntoro, MSc. TEKNIK PEMBORAN Mengenal operasi pemboran dalam dunia minyak dan gas bumi Mengenal 5 komponen peralatan pemboran dunia minyak dan gas bumi, yaitu : Power

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... vi RINGKASAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PENGARUH TEMPERATUR TINGGI SETELAH HOT ROLLER TERHADAP RHEOLOGI LUMPUR SARALINE 200 PADA BERBAGAI KOMPOSISI Ardhy Agung Abdul Hamid, Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Trisakti Abstract In the

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI METODE CASING DRILLING PADA TRAYEK CASING 13-3/8 DI SUMUR SP-23

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI METODE CASING DRILLING PADA TRAYEK CASING 13-3/8 DI SUMUR SP-23 EVALUASI METODE CASING DRILLING PADA TRAYEK CASING 13-3/8 DI SUMUR SP-23 Syandi Putra, Widradjat Aboekasan Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Abstrak Dalam upaya meningkatkan perolehan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JJUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... RINGKASAN... iv. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. HALAMAN JJUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... RINGKASAN... iv. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JJUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii RINGKASAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB IV TEKANAN FORMASI

BAB IV TEKANAN FORMASI Petroskill BAB IV TEKANAN FORMASI Pori-pori formasi yang di bor memiliki tekanan yang disebut dengan tekanan formasi (Formation Pressure). Pada perencanaan dan pelaksanaan operasi pemboran, tekanan formasi

Lebih terperinci

FAKTOR KOREKSI TERHADAP PERHITUNGAN d EKSPONEN AKIBAT ADANYA PERUBAHAN TIPE BIT DAN UKURAN BIT

FAKTOR KOREKSI TERHADAP PERHITUNGAN d EKSPONEN AKIBAT ADANYA PERUBAHAN TIPE BIT DAN UKURAN BIT PROCEEDING SIMPOSIUM NASIONAL IATMI 2001 Yogyakarta, 3-5 Oktober 2001 FAKTOR KOREKSI TERHADAP PERHITUNGAN d EKSPONEN AKIBAT ADANYA PERUBAHAN TIPE BIT DAN UKURAN BIT Rudi Rubiandini R.S., Tumpal Ebenhaezar

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. 1. Pada pengukuran densitas lumpur terjadi penurunan nilai densitas yang di

BAB VI KESIMPULAN. 1. Pada pengukuran densitas lumpur terjadi penurunan nilai densitas yang di BAB VI KESIMPULAN Bedasarkan percobaan untuk mengetahui pengaruh temperatur tinggi terhadap sifat rheologi lumpur surfaktan maka dapat diambil kesimpulan bebagai berikut : 1. Pada pengukuran densitas lumpur

Lebih terperinci

MODIFIKASI PENGESETAN LINER DAN PEMBERSIHAN LATERAL SECTION DALAM PENYELESAIAN SUMUR HORIZONTAL PRP-CC5

MODIFIKASI PENGESETAN LINER DAN PEMBERSIHAN LATERAL SECTION DALAM PENYELESAIAN SUMUR HORIZONTAL PRP-CC5 PROCEEDING SIMPOSIUM NASIONAL IATMI 2001 Yogyakarta, 3-5 Oktober 2001 MODIFIKASI PENGESETAN DAN PEMBERSIHAN LATERAL SECTION DALAM PENYELESAIAN SUMUR HORIZONTAL PRP-CC5 PERTAMINA DOH Rantau Kata Kunci :

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: KAJIAN LABORATORIUM PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI LIGNOSULFONAT, HALAD 22A DAN R-21LS SEBAGAI RETARDER SEMEN KELAS G, TERHADAP THICKENING TIME, COMPRESSIVE STRENGTH DANRHEOLOGY BUBUR SEMEN Abstrak Arbeansyah

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR DAN TEKANAN TERHADAP DESAIN PARAMETER HIDROLIKA PADA MANAGED PRESSURE DRILLING JENIS CONSTANT BOTTOM HOLE PRESSURE TUGAS AKHIR

PENGARUH TEMPERATUR DAN TEKANAN TERHADAP DESAIN PARAMETER HIDROLIKA PADA MANAGED PRESSURE DRILLING JENIS CONSTANT BOTTOM HOLE PRESSURE TUGAS AKHIR PENGARUH TEMPERATUR DAN TEKANAN TERHADAP DESAIN PARAMETER HIDROLIKA PADA MANAGED PRESSURE DRILLING JENIS CONSTANT BOTTOM HOLE PRESSURE TUGAS AKHIR PENGARUH TEMPERATUR DAN TEKANAN TERHADAP DESAIN PARAMETER

Lebih terperinci

DESAIN CASING PADA SUMUR BERARAH DENGAN MEMPERHITUNGKAN FRIKSI. Oleh Marcel* Prof. Dr.-Ing. Ir.Rudi Rubiandini R. S.**

DESAIN CASING PADA SUMUR BERARAH DENGAN MEMPERHITUNGKAN FRIKSI. Oleh Marcel* Prof. Dr.-Ing. Ir.Rudi Rubiandini R. S.** DESAIN CASING PADA SUMUR BERARAH DENGAN MEMPERHITUNGKAN FRIKSI Oleh Marcel* Prof. Dr.-Ing. Ir.Rudi Rubiandini R. S.** Sari Desain casing pada pemboran berarah berbeda dari pemboran sumur vertikal, meskipun

Lebih terperinci

Penentuan Tekanan Formasi dan Gradien Rekah

Penentuan Tekanan Formasi dan Gradien Rekah Penentuan Tekanan Formasi dan Gradien Rekah TUJUAN Memahami cara Penentuan Tekanan Formasi dan Gradien Rekah dengan Metode D eksponen 1 1. Pendahuluan 1.1. Deteksi Tekanan Pori Formasi Berbagai metoda

Lebih terperinci

ANALISA BOND INDEX DALAM PENILAIAN HASIL PENYEMENAN (CEMENTING) PRODUCTION ZONE PADA SUMUR RNT-X LAPANGAN RANTAU PT PERTAMINA EP FIELD RANTAU, ACEH

ANALISA BOND INDEX DALAM PENILAIAN HASIL PENYEMENAN (CEMENTING) PRODUCTION ZONE PADA SUMUR RNT-X LAPANGAN RANTAU PT PERTAMINA EP FIELD RANTAU, ACEH ANALISA BOND INDEX DALAM PENILAIAN HASIL PENYEMENAN (CEMENTING) PRODUCTION ZONE PADA SUMUR RNT-X LAPANGAN RANTAU PT PERTAMINA EP FIELD RANTAU, ACEH BOND INDEX ANALYSIS IN CEMENTING S ASSESSMENT RESULTS

Lebih terperinci

HERMIKA DIAN LISTIANI

HERMIKA DIAN LISTIANI STUDI LABORATORIUM EFEK PENAMBAHAN ADDITIVE XCD-POLYMER, SPERSENE, RESINEX DAN DRISPAC TERHADAP SIFAT FISIK LUMPUR BERBAHAN DASAR AIR PADA TEMPERATUR SAMPAI 150 0 C SKRIPSI HERMIKA DIAN LISTIANI 113060036

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PERENCANAAN LINTASAN DAN ANALISIS PEMBEBANAN PADA LUBANG 8-1/2, SUMUR FA-12, LAPANGAN A

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PERENCANAAN LINTASAN DAN ANALISIS PEMBEBANAN PADA LUBANG 8-1/2, SUMUR FA-12, LAPANGAN A PERENCANAAN LINTASAN DAN ANALISIS PEMBEBANAN PADA LUBANG 8-1/2, SUMUR FA-12, LAPANGAN A Maruti Tiffany Adila, Widrajdat Aboekasan Jurusan Teknik Perminyakan Universitas Trisakti Abstrak Dalam pemboran

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN MASALAH UNDERGROUND BLOWOUT PADA LAPANGAN-X DENGAN MENGGUNAKAN METODE RELIEF WELL TUGAS AKHIR. Oleh : DIAN SYAM NURLIA NIM

PENANGGULANGAN MASALAH UNDERGROUND BLOWOUT PADA LAPANGAN-X DENGAN MENGGUNAKAN METODE RELIEF WELL TUGAS AKHIR. Oleh : DIAN SYAM NURLIA NIM PENANGGULANGAN MASALAH UNDERGROUND BLOWOUT PADA LAPANGAN-X DENGAN MENGGUNAKAN METODE RELIEF WELL TUGAS AKHIR Oleh : DIAN SYAM NURLIA NIM 12205051 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada industri minyak dan gas di sektor hulu terdapat beberapa tahap yang dilakukan dalam proses eksplorasi hingga produksi sumber minyak dan gas. Berawal dari pencarian

Lebih terperinci

TEKNIK PENYEMENAN CEMENTING JILID 1. K A T A P E N G A N T A R i. cementing line. b c CEMENTING HEAD LUMPUR PENDORONG. pin 2 pin 1. lumpur.

TEKNIK PENYEMENAN CEMENTING JILID 1. K A T A P E N G A N T A R i. cementing line. b c CEMENTING HEAD LUMPUR PENDORONG. pin 2 pin 1. lumpur. TEKNIK PENYEMENAN CEMENTING JILID 1 a cementing line CEMENTING HEAD pin 2 pin 1 b c LUMPUR PENDORONG permukaan lumpur casing yang sudah tersemen sebelumnya top plug casing yg mau disemen bottom plug dinding

Lebih terperinci

DAFTAR ISI (Lanjutan)

DAFTAR ISI (Lanjutan) DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... I HALAMAN PENGESAHAN... IV HALAMAN PERSEMBAHAN.... V KATA PENGANTAR... VI RINGKASAN...VIII DAFTAR ISI... IX DAFTAR GAMBAR...XIII DAFTAR TABEL... XV DAFTAR LAMPIRAN... XVI BAB

Lebih terperinci

ANALISI SQUEEZE CEMENTING BERDASARKAN DATA LOG CBL PADA SUMUR HA-11

ANALISI SQUEEZE CEMENTING BERDASARKAN DATA LOG CBL PADA SUMUR HA-11 ANALISI SQUEEZE CEMENTING BERDASARKAN DATA LOG CBL PADA SUMUR HA-11 Haswarpin Yithzak Pradana 1). Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti E-mail: izakhaswarpin@gmail.com

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGELOLAAN AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN HULU MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI DENGAN

Lebih terperinci

1. Reservoir berada di bawah perkotaan, lalu lintas yang ramai, tempat-tempat bersejarah ataupun lahan perkebunan (pertanian).

1. Reservoir berada di bawah perkotaan, lalu lintas yang ramai, tempat-tempat bersejarah ataupun lahan perkebunan (pertanian). Pemboran berarah (directional drilling) adalah metode pemboran yang mengarahkan lubang bor menurut suatu lintasan tertentu ke sebuah titik target yang terletak tidak vertikal di bawah mulut sumur. Untuk

Lebih terperinci

ISSN JEEE Vol. 6 No. 1 Novrianti, Mursyidah, Teguh

ISSN JEEE Vol. 6 No. 1 Novrianti, Mursyidah, Teguh JEEE Vol. 6 No. 1 Novrianti, Mursyidah, Teguh Studi Laboratorium Pengaruh Variasi Temperatur Pemanasan Arang Batok Kelapa Terhadap Thickening Time dan Free Water Semen Pemboran Novrianti 1, Mursyidah 2,

Lebih terperinci

ISBN

ISBN ISBN 978-979-98831-1-7 Proceeding Simposium Nasional IATMI 25-28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta STUDI KEMUNGKINAN PENGGUNAAN FIBER SEBAGAI SARINGAN PASIR DI INDUSTRI MIGAS Oleh : Suwardi UPN VETERAN

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN

BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii KATA PENGANTAR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v RINGKASAN... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xii

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: Perencanaan Ulang Sumur Gas Lift pada Sumur X

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: Perencanaan Ulang Sumur Gas Lift pada Sumur X Perencanaan Ulang Sumur Gas Lift pada Sumur X Amanu Pinandito, Sisworini, Sisworini, Djunaedi Agus Wibowo Abstrak Sumur X yang sudah beroperasi sejak 2004 merupakan sumur yang menggunakan gas lift sejak

Lebih terperinci

WELL HEAD SEBAGAI SALAH SATU FASILITAS PRODUKSI PERMUKAAN ABSTRAK

WELL HEAD SEBAGAI SALAH SATU FASILITAS PRODUKSI PERMUKAAN ABSTRAK WELL HEAD SEBAGAI SALAH SATU FASILITAS PRODUKSI PERMUKAAN Victor Pandapotan Nainggolan, 1201172, email: victornainggolan94@gmail.com S1 Teknik Perminyakan Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Balikapan

Lebih terperinci

Metode uji penentuan kadar pasir dalam slari bentonit

Metode uji penentuan kadar pasir dalam slari bentonit Standar Nasional Indonesia Metode uji penentuan kadar pasir dalam slari bentonit ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: STUDI LABORATORIUM PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI KCL DAN NACL TERHADAP SIFAT FISIK LUMPUR POLIMER PAPH DI DALAM TEMPERATUR TINGGI SETELAH ROLLER OVEN Frijani Fajri AL Lail, Bayu Satiyawira Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN...1 BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN...9

BAB I. PENDAHULUAN...1 BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN...9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR...v RINGKASAN... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu: dibandingkan lapisan lainnya, sebesar MSTB.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu: dibandingkan lapisan lainnya, sebesar MSTB. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan analisa dan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu: 1. Hasil analisa decline curve dari semua

Lebih terperinci

= rata-rata densitas fluida, ppg (pound per gallon (lbs/gallon)) = percepatan gravitasi

= rata-rata densitas fluida, ppg (pound per gallon (lbs/gallon)) = percepatan gravitasi BAB 2. LANDASAN TEORI PERENCANAAN CASING Dalam melakukan sebuah perencanaan casing, terdapat beberapa data yang harus dimiliki oleh seorang insinyur pengeboran sehingga sebuah sistem casing dapat didisain.

Lebih terperinci

digunakan. Selain itu, vibrasi dapat dikurangi dengan mengatur drilling parameter. Pendahuluan

digunakan. Selain itu, vibrasi dapat dikurangi dengan mengatur drilling parameter. Pendahuluan Pendahuluan Salah satu permasalahan pemboran yang terjadi pada sumur X-1 ini adalah pemboran pada zona total lost circulation. Zona ini terletak pada formasi Limestone B dan didominasi oleh limestone yang

Lebih terperinci

EVALUASI PENANGGULANGAN LOST CIRCULATION PADA SUMUR M-1 DAN M-2 LAPANGAN X PHE WMO

EVALUASI PENANGGULANGAN LOST CIRCULATION PADA SUMUR M-1 DAN M-2 LAPANGAN X PHE WMO EVALUASI PENANGGULANGAN LOST CIRCULATION PADA SUMUR M-1 DAN M-2 LAPANGAN X PHE WMO Marinna Ayudinni Nakasa Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian Dan Energi E-mail: marinnaayud@gmail.com

Lebih terperinci

KINERJA EXPANDING ADDITIVE BARU UNTUK MENINGKATKAN SHEAR BOND STRENGTH (Sb) SEMEN PADA KONDISI HTHP

KINERJA EXPANDING ADDITIVE BARU UNTUK MENINGKATKAN SHEAR BOND STRENGTH (Sb) SEMEN PADA KONDISI HTHP PROCEEDING SIMPOSIUM NASIONAL IATMI 21 Yogyakarta, 3-5 Oktober 21 KINERJA EXPANDING ADDITIVE BARU UNTUK MENINGKATKAN SHEAR BOND STRENGTH (Sb) SEMEN PADA KONDISI HTHP Ir. Nur Suhascaryo, MT. 1, Ir. Eddy

Lebih terperinci

CEMENTING DESIGN FOR CASING 7 INCH WITH DUAL STAGE CEMENTING METHOD IN PT. PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA SUMBAGSEL AREA, PRABUMULIH

CEMENTING DESIGN FOR CASING 7 INCH WITH DUAL STAGE CEMENTING METHOD IN PT. PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA SUMBAGSEL AREA, PRABUMULIH PERENCANAAN PENYEMENAN CASING 7 INCH DENGAN METODE DUAL STAGE CEMENTING PADA SUMUR NR-X LAPANGAN LIMAU DI PT.PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA AREA SUMBAGSEL, PRABUMULIH CEMENTING DESIGN FOR CASING

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI MASALAH KEHILANGAN LUMPUR PADA SUMUR X-1 DI LAPANGAN PANGKALAN SUSU PT. PERTAMINA EP-ASSET 1 Bhakti Haryanto Atmojo, Mulia Ginting, P.Simorangkir Jurusan Teknik Perminyakan Universitas Trisakti

Lebih terperinci

Analisis Performance Sumur X Menggunakan Metode Standing Dari Data Pressure Build Up Testing

Analisis Performance Sumur X Menggunakan Metode Standing Dari Data Pressure Build Up Testing Abstract JEEE Vol. 5 No. 1 Novrianti, Yogi Erianto Analisis Performance Sumur X Menggunakan Metode Standing Dari Data Pressure Build Up Testing Novrianti 1, Yogi Erianto 1, Program Studi Teknik Perminyakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUISIONER. 1. Menurut anda, apakah perangkat ajar ini menarik dari segi penampilan? a. Sangat menarik b. Cukup menarik c.

LAMPIRAN 1 KUISIONER. 1. Menurut anda, apakah perangkat ajar ini menarik dari segi penampilan? a. Sangat menarik b. Cukup menarik c. L1 LAMPIRAN 1 KUISIONER 1. Menurut anda, apakah perangkat ajar ini menarik dari segi penampilan? a. Sangat menarik b. Cukup menarik c. Kurang menarik 2. Bagaimana penyajian materi dalam perangkat ajar

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI PERBANDINGAN METODE REGULER GAS LIFT DAN COILED TUBING GAS LIFT UNTUK APLIKASI DI LAPANGAN MSF Galih Aristya, Widartono Utoyo Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Trisakti Abstrak Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut SKK Migas, rasio cadangan produksi minyak Indonesia tahun 2013 tinggal 11 tahun, jumlah cadangan minyak bumi Indonesia sebesar 3,6 miliar barrel atau hanya

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pemboran berarah, directional drilling, evaluasi pemboran

Kata Kunci : Pemboran berarah, directional drilling, evaluasi pemboran Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN: 2541-0849 e-issn: 2548-1398 Vol. 2, No 8 Agustus 2017 EVALUASI PEMBORAN BERARAH SUMUR X PT MEDCO E&P INDONESIA Mugita Ayu Andriareza dan Hanibal Nuril Hakim

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM NODAL DALAM METODE ARTICIAL LIFT

ANALISA SISTEM NODAL DALAM METODE ARTICIAL LIFT ANALISA SISTEM NODAL DALAM METODE ARTICIAL LIFT Oleh: *)Ganjar Hermadi ABSTRAK Dalam industri migas khususnya bidang teknik produksi, analisa sistem nodal merupakan salah satu metode yang paling sering

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI PENGGUNAAN OIL BASE MUD SMOOTH FLUID (SF 05) TERHADAP FORMASI SHALE PADA SUMUR B DI LAPANGAN R Bonita Riany, Abdul Hamid, Listiana Satiawati Jurusan Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Abstrak

Lebih terperinci

ANALISA PRESSURE DROP DALAM INSTALASI PIPA PT.PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA DENGAN PENDEKATAN BINGHAM PLASTIC

ANALISA PRESSURE DROP DALAM INSTALASI PIPA PT.PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA DENGAN PENDEKATAN BINGHAM PLASTIC Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi ANALISA PRESSURE DROP DALAM INSTALASI PIPA PT.PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA DENGAN PENDEKATAN BINGHAM PLASTIC *Eflita Yohana,

Lebih terperinci

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Prediksi Pore Pressure Menggunakan Metode D-Exponent Dan Eaton Sonic Log

Prediksi Pore Pressure Menggunakan Metode D-Exponent Dan Eaton Sonic Log Vol. 1, No.1, 2017, p. 28-35 Prediksi Pore Pressure Menggunakan Metode D-Exponent Dan Eaton Sonic Log P.Subiatmono 1a, Avianto Kabul Pratiknyo 1b dan Dicky Dingkaputra 1c 1a,b,c Jurusan Teknik Perminyakan

Lebih terperinci

ISSN JEEE Vol. 6 No. 2 Novrianti. Studi Kelayakan Pekerjaan Pemilihan Zona Produksi dan Squeeze off Cementing pada Sumur MY05

ISSN JEEE Vol. 6 No. 2 Novrianti. Studi Kelayakan Pekerjaan Pemilihan Zona Produksi dan Squeeze off Cementing pada Sumur MY05 ISSN 2540-9352 JEEE Vol. 6 No. 2 Novrianti Studi Kelayakan Pekerjaan Pemilihan Zona Produksi dan Squeeze off Cementing pada Sumur MY05 Novrianti 1 1 Universitas Islam Riau Abstrak Meningkatnya water cut

Lebih terperinci

MAKALAH TEKNIK PENGEBORAN DAN PENGGALIAN JENIS-JENIS PEMBORAN

MAKALAH TEKNIK PENGEBORAN DAN PENGGALIAN JENIS-JENIS PEMBORAN MAKALAH TEKNIK PENGEBORAN DAN PENGGALIAN JENIS-JENIS PEMBORAN Oleh: EDI SETIAWAN NIM. 1102405 Dosen Mata Kuliah: Mulya Gusman, S.T, M.T PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH FRESH WATER TERHADAP PENURUNAN PERMEABILITAS ABSOLUT PADA PENJENUHAN SHALLY SAND CONSOLIDATED CORE (STUDI LABORATORIUM) SKRIPSI

PENGARUH FRESH WATER TERHADAP PENURUNAN PERMEABILITAS ABSOLUT PADA PENJENUHAN SHALLY SAND CONSOLIDATED CORE (STUDI LABORATORIUM) SKRIPSI PENGARUH FRESH WATER TERHADAP PENURUNAN PERMEABILITAS ABSOLUT PADA PENJENUHAN SHALLY SAND CONSOLIDATED CORE (STUDI LABORATORIUM) SKRIPSI Oleh : MOHAMMAD RAEZAL FALAQ 113070115 PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Data Tujuan dari optimasi ESP dengan cara mengubah Pump Size adalah untuk mengoptimalkan laju alir produksi sesuai dengan kemampuan sumur. Penentuan laju

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL... i. KATA PENGANTAR... iv. RINGKASAN... vi. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR TABEL... xii BAB I PENDAHULUAN...

HALAMAN JUDUL... i. KATA PENGANTAR... iv. RINGKASAN... vi. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR TABEL... xii BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN SURAT KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii KATA PENGANTAR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v RINGKASAN... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi

Lebih terperinci

UPAYA ATASI JEPITAN DI ZONA LOSS DENGAN METODE PEMOMPAAN RATE TINGGI DI SUMUR-SUMUR PANASBUMI KAMOJANG

UPAYA ATASI JEPITAN DI ZONA LOSS DENGAN METODE PEMOMPAAN RATE TINGGI DI SUMUR-SUMUR PANASBUMI KAMOJANG ASOSIASI PANASBUM I INDONESIA PROCEEDING OF THE 5 th INAGA ANNUAL SCIENTIFIC CONFERENCE & EXHIBITIONS Yogyakarta, March 7 10, 2001 UPAYA ATASI JEPITAN DI ZONA LOSS DENGAN METODE PEMOMPAAN RATE TINGGI DI

Lebih terperinci

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN TEKNIK PENGEBORAN MINYAK DAN GAS

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN TEKNIK PENGEBORAN MINYAK DAN GAS KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN TEKNIK PENGEBORAN MINYAK DAN GAS No Standar Guru (SKG) Inti Guru Guru Mata Indikator Pencapaian (IPK) 1 Pedagogik Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,

Lebih terperinci

Novrianti Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Islam Riau

Novrianti Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Islam Riau JEEE Vol. 5 No. 1 Novrianti Studi Laboratorium Pengaruh Nanocomposite Nanosilika dan Arang Cangkang Kelapa Sawit Dengan Variasi Temperatur Pemanasan Terhadap Free Water dan Kekuatan Semen Pemboran Novrianti

Lebih terperinci

BASE OIL BARU BUATAN DALAM NEGERI YANG TIDAK BERSIFAT TOKSIK UNTUK LUMPUR BERBAHAN DASAR MINYAK (OBM)

BASE OIL BARU BUATAN DALAM NEGERI YANG TIDAK BERSIFAT TOKSIK UNTUK LUMPUR BERBAHAN DASAR MINYAK (OBM) IATMI 2005-53 PROSIDING, Simposium Nasional Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) 2005 Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, 16-18 November 2005. BASE OIL BARU BUATAN DALAM NEGERI YANG

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI PENYEMENAN LINER 7 INCH PADA LAPANGAN ASMARA SUMUR CINTA - 5

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI PENYEMENAN LINER 7 INCH PADA LAPANGAN ASMARA SUMUR CINTA - 5 EVALUASI PENYEMENAN LINER 7 INCH PADA LAPANGAN ASMARA SUMUR CINTA - 5 Riska Azkia Muharram Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti Email :riskaazkiamuharram@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah pemboran (drilling hazards) seperti lost circulation

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah pemboran (drilling hazards) seperti lost circulation BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah-masalah pemboran (drilling hazards) seperti lost circulation dan kick sering terjadi saat pemboran dilakukan oleh PT. Pertamina EP Asset 3 di Lapangan MRFP

Lebih terperinci

Pengembangan Resin untuk Mengatasi Kepasiran di Reservoir yang Tidak Terkonsolidasi (Unconsolidated Reservoir)

Pengembangan Resin untuk Mengatasi Kepasiran di Reservoir yang Tidak Terkonsolidasi (Unconsolidated Reservoir) Pengembangan untuk Mengatasi Kepasiran di Reservoir yang Tidak Terkonsolidasi (Unconsolidated Reservoir) Taufan Marhaendrajana, ITB; Gema Wahyudi Purnama, ITB; Ucok W. Siagian, ITB Abstract Terjadinya

Lebih terperinci

APLIKASI BERBASIS ANDROID PEMILIHAN METODE PENANGGULANGAN WELL KICK

APLIKASI BERBASIS ANDROID PEMILIHAN METODE PENANGGULANGAN WELL KICK APLIKASI BERBASIS ANDROID PEMILIHAN METODE PENANGGULANGAN WELL KICK Herry Sofyan 1 ), Frans Richard Kodong 2 ), Muhammad Fikri Zulpi 3 ) 1,2,3 ) Program Studi Teknik Informatika UPN Veteran Yogyakarta

Lebih terperinci

NAJA HIMAWAN

NAJA HIMAWAN NAJA HIMAWAN 4306 100 093 Ir. Imam Rochani, M.Sc. Ir. Hasan Ikhwani, M.Sc. ANALISIS PERBANDINGAN PERANCANGAN PADA ONSHORE PIPELINE MENGGUNAKAN MATERIAL GLASS-REINFORCED POLYMER (GRP) DAN CARBON STEEL BERBASIS

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian Penelitian pirolisis dilakukan pada bulan Juli 2017. 3.1.2 Tempat Penelitian Pengujian pirolisis, viskositas, densitas,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tinjauan Umum Variabel bebas yaitu variasi perbandingan agregat kasar, antara lain : Variasi I (1/1 : 1/2 : 2/3 = 3 : 1 : 2) Variasi II (1/1 : 1/2 : 2/3 = 5 : 1 : 3) Variasi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. yaitu sumur AN-2 dan HD-4, kedua sumur ini dilakukan treatment matrix acidizing

BAB V PEMBAHASAN. yaitu sumur AN-2 dan HD-4, kedua sumur ini dilakukan treatment matrix acidizing BAB V PEMBAHASAN Pada lapangan FRY kali ini dipilih 2 sumur untuk dianalisa dan dievaluasi yaitu sumur AN-2 dan HD-4, kedua sumur ini dilakukan treatment matrix acidizing guna memperbaiki kerusakan formasi

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISIS PENGGUNAAN LUMPUR PEMBORAN PADA FORMASI GUMAI SHALE SUMUR K-13, S-14 DAN Y-6 TRAYEK 12 ¼ CNOOC SES Ltd. Abstrak Fadillah Widiatna, Bayu Satyawira, Ali Sundja Program Studi Teknik Perminyakan,

Lebih terperinci

DESAIN PENGASAMAN MATRIKS KARBONAT PADA SUMUR X LAPANGAN Y

DESAIN PENGASAMAN MATRIKS KARBONAT PADA SUMUR X LAPANGAN Y DESAIN PENGASAMAN MATRIKS KARBONAT PADA SUMUR X LAPANGAN Y Oleh : Dian Wisnu Adi Wardhana ABSTRAK Maksud dari skripsi ini adalah memilih dan merencanakan jenis Stimulasi Acidizing yang sesuai dengan kondisi

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN ADDITIVE ACCELERATOR DAN RETARDER TERHADAP THICKENING TIME DENGAN VARIASI TEMPERATUR DAN KONSENTRASI

PENGARUH PENAMBAHAN ADDITIVE ACCELERATOR DAN RETARDER TERHADAP THICKENING TIME DENGAN VARIASI TEMPERATUR DAN KONSENTRASI PENGARUH PENAMBAHAN ADDITIVE ACCELERATOR DAN RETARDER TERHADAP THICKENING TIME DENGAN VARIASI TEMPERATUR DAN KONSENTRASI Tegar Putra Adi Perdana* Dr.-Ing Ir. Rudi Rubiandini R.S.** Sari Operasi penyemenan

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA (ALF)

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA (ALF) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA (ALF) Disusun oleh: Darren Kurnia Paul Victor Dr. Yogi Wibisono Budhi Dr. Irwan Noezar Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

BAB IV SIMULASI RESERVOIR REKAH ALAM DENGAN APLIKASI MULTILATERAL WELL

BAB IV SIMULASI RESERVOIR REKAH ALAM DENGAN APLIKASI MULTILATERAL WELL BAB IV SIMULASI RESERVOIR REKAH ALAM DENGAN APLIKASI MULTILATERAL WELL Simulasi reservoir pada reservoir rekah alam dilakukan pada studi ini untuk mengetahui performance dari reservoir dan memprediksi

Lebih terperinci

APMI ASOSIASI PERUSAHAAN PEMBORAN MINYAK, GAS DAN PANAS BUMI INDONESIA INDONESIAN OIL, GAS & GEOTHERMAL DRILLING CONTRACTORS ASSOCIATION

APMI ASOSIASI PERUSAHAAN PEMBORAN MINYAK, GAS DAN PANAS BUMI INDONESIA INDONESIAN OIL, GAS & GEOTHERMAL DRILLING CONTRACTORS ASSOCIATION APMI ASOSIASI PERUSAHAAN PEMBORAN MINYAK, GAS DAN PANAS BUMI INDONESIA INDONESIAN OIL, GAS & GEOTHERMAL DRILLING CONTRACTORS ASSOCIATION Jl. Gandaria Ill No. 5, Kebayoran Baru, Jakara 12130, Indonesia

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI BEBAN TORSI DAN DRAG PADA SUMUR BERARAH MILA DI LAPANGAN LEPAS PANTAI LAUT JAWA BAGIAN BARAT DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE DSWE Albreta Emilia, Mumin, Simorangkit Program Studi Teknik Perminyakan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM :

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM : LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM : 2008430039 Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta 2011 PENGOSONGAN

Lebih terperinci

Rizal Fakhri, , Sem1 2007/2008 1

Rizal Fakhri, , Sem1 2007/2008 1 SUATU ANALISA KINERJA GAS LIFT PADA SUMUR MIRING DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR Gas lift Performance Analysis In Inclined Well Using Simulator Oleh: Rizal Fakhri* Sari Adanya kemiringan pada suatu sumur

Lebih terperinci