BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengaruh Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:849) pengaruh dapat diartikan sebagai berikut: Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. Maka dari definisi pengaruh di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan sesuatu kekuatan atau daya yang dapat menyebabkan sesuatu yang lain terbentuk atau berubah Biaya Pengertian Biaya Menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accountant) yang ditulis ulang oleh Masiyah Kholmi dan Yuningsih dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Biaya (2003:11), menyebutkan definisi biaya sebagai berikut: Pengurangan pada aktiva netto sebagai akibat digunakannya jasa-jasa ekonomi untuk menciptakan penghasilan. Sedangkan pengertian biaya menurut Hansen dan Mowen dalam bukunya Management Accounting (2004:40) adalah sebagai berikut: Biaya adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang dan jasa yang diharapkan member manfaat saat ini atau di masa datang bagi organisasi. Dari definisi-definisi di atas, terdapat beberapa unsure yang tersirat dalam definisi biaya, yaitu: 1. Pengorbanan sumber ekonomi guna mencapai tujuan yang diharapkan serta dapat diukur dengan satuan moneter (satuan uang).

2 10 2. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu yaitu untuk memperoleh barang dan jasa dalam usaha untuk mendapatkan keuntungan (manfaat) baik pada saat ini maupun di masa yang akan dating. 3. Sebagai penggunaan atas aktiva bersih untuk memperoleh penghasilan Penggolongan Biaya Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal konsep: different costs for different purposes. Menurut Mulyadi (2000:14-17), biaya dapat digolongkan menurut: 1. Obyek pengeluaran. 2. Fungsi pokok dalam perusahaan. 3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai. 4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. 5. Jangka waktu manfaatnya. Penggolongan biaya menurut obyek pengeluaran Dalam cara penggolongan ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar. Contoh penggolongan biaya atas dasar obyek pengeluaran dalam Perusahaan Kertas adalah sebagai berikut: biaya merang, biaya jerami, biaya gaji dan upah, biaya soda, biaya depresiasi mesin, biaya asuransi, biaya bunga, biaya zat warna.

3 11 Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi & umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok: 1. Biaya produksi. 2. Biaya pemasaran. 3. Biaya administrasi dan umum. Biaya produksi. Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan peralatan, biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi. Menurut obyek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula dengan istilah biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik sering pula disebut dengan istilah biaya konversi (conversion cost), yang merupakan biaya untuk mengkonversi (mengubah) bahan baku menjadi produk jadi. Biaya pemasaran. Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran, biaya contoh (sample). Biaya administrasi dan umum. Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan Bagian Keuangan, Akuntansi, Personalia dan Bagian Hubungan Masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan, biaya fotokopi. Jumlah biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum sering pula disebut dengan istilah biaya komersial (commercial expenses).

4 12 Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan: 1. Biaya langsung (direct cost). 2. Biaya tidak langsung (indirect cost). Dalam hubungannya dengan produk, biaya produksi dibagi menjadi dua: biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Dalam hubungannya dengan departemen, biaya dibagi menjadi dua golongan: biaya langsung departemen dan biaya tidak langsung departemen. Biaya langsung. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, penyebab satusatunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung akan mudah diidentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai, Biaya produksi langsung terdiri dari: biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya langsung departemen adalah semua biaya yang terjadi di dalam departemen tertentu. Contohnya adalah biaya tenaga kerja yang bekerja dalam Depatemen Pemeliharaan merupakan biaya langsung departemen bagi Departemen Pemeliharaan dan biaya depresiasi mesin yang dipakai dalam departemen tersebut, merupakan biaya langsung bagi departemen tersebut. Biaya tidak langsung. Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik. Biaya ini tidak mudah diidentifikasikan dengan produk tertentu. Gaji mandor yang mengawasi pembuatan produk A, B, dan C merupakan biaya tidak langsung bagi baik produk A, B, maupun C, karena gaji mandor tersebut terjadi bukan hanya karena perusahaan memproduksi salah satu produk tersebut, melainkan karena memproduksi ketiga jenis produk tersebut. Jika perusahaan hanya

5 13 menghasilkan satu macam produk (misalnya perusahaan semen, pupuk urea, gula) maka semua biaya merupakan biaya langsung dalam hubungannya dengan produk. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk sering disebut dengan istilah biaya overhead pabrik. Dalam hubungannya dengan departemen, biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi di suatu departemen, tetapi manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen. Contohnya adalah biaya yang terjadi di Departemen Pembangkit Tenaga Listrik. Biaya ini dinikmati oleh departemen-departemen lain dalam perusahaan, baik untuk penerangan maupun untuk menggerakkan mesin dan peralatan yang mengkonsumsi listrik. Bagi departemen pemakai listrik, biaya listrik yang diterima dari alokasi biaya Departemen Pembangkit Tenaga Listrik merupakan biaya tidak langsung departemen. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat digolongkan menjadi: 1. Biaya variabel. 2. Biaya semi variabel. 3. Biaya semi tetap. 4. Biaya tetap Biaya variabel. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung. Biaya semi variabel. Biaya semi variabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.

6 14 Biaya semi tetap. Biaya semi tetap adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. Biaya tetap. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji direktur produksi. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua: pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan. Pengeluaran modal (capital expenditures). Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender). Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai harga pokok aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi, diamortisasi atau dideplesi. Contoh pengeluaran modal adalah pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva tetap, untuk promosi besar-besaran, dan pengeluaran untuk riset dan pengembangan suatu produk. Karena pengeluaran untuk keperluan tersebut biasanya melibatkan jumlah yang besar dan memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun, maka pada saat pengeluaran tersebut dilakukan, pengorbanan tersebut diperlakukan sebagai pengeluaran modal dan dicatat sebagai harga pokok aktiva (misalnya sebagai harga pokok aktiva tetap atau beban yang ditangguhkan). Periode akuntansi yang menikmati manfaat pengeluaran modal tersebut dibebani sebagian pengeluaran modal tersebut berupa biaya depresiasi, biaya amortisasi, atau biaya deplesi. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures). Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran

7 15 biaya tersebut. Contoh pengeluaran pendapatan antara lain adalah biaya iklan, biaya telex, dan biaya tenaga kerja Mutu Pengertian Mutu Menurut Suyadi Prawirosentono (2004:6) definisi mutu adalah sebagai berikut: Mutu suatu produk adalah keadaan fisik, fungsi, dan sifat suatu produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai nilai uang yang telah dikeluarkan. Sedangkan menurut Atkinson, Banker, Kaplar dan Young (2001:4): Quality refers to how well the products operating characteristic conform to what the organization promises customer Dimensi Mutu Sifat khas mutu suatu produk yang andal harus mempunyai multi dimensi, karena harus memberi kepuasan dan nilai manfaat yang besar bagi konsumen dengan melalui berbagai cara. Oleh karena itu, sebaiknya setiap produk harus mempunyai ukuran yang mudah dihitung agar mudah dicari konsumen sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi di samping itu pun harus ada ukuran yang bersifat kualitatif. Jadi, terdapat spesifikasi barang untuk setiap produk, walaupun satu sama lain sangat bervariasi tingkat spesifikasinya. Ada delapan dimensi mutu menurut M. N. Nasution (2004:4-5): 1. Performa (performance), berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk. 2. Features, merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah fungsi dasar berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya.

8 16 3. Kehandalan (reliability), berkaitan dengan kemungkinan suatu produk berfungsi secara berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah kondisi tertentu. 4. Konformasi (conformance), berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. 5. Daya tahan (durability), merupakan ukuran masa pakai suatu produk. 6. Kemampuan pelayanan (service ability), merupakan karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan/kesopanan, kompetensi, kemudahan serta akurasi dalam perbaikan. 7. Estetika (aesthetics), merupakan karakteristik mengenai keindahan yang bersifat subyektif yang berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi atau pilihan individual. 8. Mutu yang dipersepsikan (perceived quality), bersifat subyektif, berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Mutu produk dipengaruhi oleh berbagai hal berikut: 1. Bentuk rancangan dari suatu barang atau jasa (designing). 2. Bahan baku yang digunakan (raw material). 3. Cara atau proses pembuatannya yaitu teknologi yang digunakan untuk membuat barang tersebut (technology). 4. Cara menjualnya atau cara mengirimnya ke konsumen termasuk cara mengemasnya. Dalam hal ini cara melayani konsumen (packaging and delivering). 5. Digunakan atau dipakainya barang atau jasa tersebut oleh konsumen (using). Beberapa faktor penentu mutu produk menurut Suyadi Prawirosentono (2004:17-21) adalah sebagai berikut:

9 17 1. Mutu dan bentuk barang Dalam kehidupan kita ternyata terdapat berbagai jenis barang yang mutunya dipengaruhi oleh bentuknya, walau pun memang untuk barangbarang tertentu bentuknya tidak pernah berbeda dan tidak pernah berubah serta tidak ada hubungannya dengan mutu barang tersebut. 2. Mutu dan jenis bahan naku yang digunakan Mutu suatu barang banyak dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan untuk membuat barang bersangkutan. Di dunia bisnis, memang terdapat ragam bahan baku yang dibedakan satu sama lain dari jenis dan mutunya. 3. Proses pembuatannya Proses pengolahan dipengaruhi oleh teknologi yang digunakan. Teknologi yang digunakan dalam proses produksi mempengaruhi pula mutu produk yang dihasilkan. 4. Cara pengangkutan dan pembungkusan Pengaruh dari cara pengangkutan atau cara distribusi yang kurang baik atau terdapat pembungkus yang rusak, sehingga barang yang diterima di tingkat pengecer, kondisi fisik atau sifat dari produknya telah berubah. 5. Perkembangan teknologi dan cara pelayanan Walaupun mutu barang baik, tetapi tidak laku di pasar, sebabnya bias berbagai hal, antara lain sebagai berikut: a. Barang tersebut tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknologi yang ada. b. Pelayanan menjual yang jelek. c. After sales service (jasa pelayanan purna jual) juga mempengaruhi mutu keseluruhan barang, artinya produk-produk tanpa pelayanan purna jual dapat dianggap produk yang tidak bermutu secara umum dan dihindari konsumen.

10 Aplikasi Konsep Mutu Berdasarkan Pandangan Tradisional dan Modern Gaspersz (2005:14-15), membagi sistem mutu modern menjadi 3 bagian, yaitu: 1. Mutu desain Yaitu sistem mutu yang mengacu pada aktivitas yang menjamin bahwa produk baru, atau produk yang dimodifikasi, didesain sedemikian rupa untuk memenuhi keinginan dan harapan pelanggan serta secara ekonomis layak untuk diproduksi atau dikerjakan. Dengan demikian, mutu desain adalah mutu yang direncanakan. 2. Mutu konformasi Yaitu sistem mutu yang mengacu pada pembuatan produk atau pemberian jasa pelayanan yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya pada tahap desain itu. Dengan demikian, mutu konformasi menunjukkan tingkat sejauh mana produk yang dibuat memenuhi atau sesuai dengan spesifikasi produk. 3. Mutu pemasaran Yaitu sistem mutu yang berkaitan dengan tingkat sejauh mana dalam menggunakan produk itu memenuhi ketentuan-ketentuan dasar tentang pemasaran, pemeliharaan dan pelayanan purna jual.

11 19 Gambar 2.1 Hubungan Ketiga Sistem Mutu Modern Permintaan pasar Desain produk Mutu desain Sertifikasi produk Produksi Mutu konfirmasi Pemasaran dan pelayanan purna jual Mutu pemasaran dan pelayanan purna jual Produk dalam masa pemakaian Sumber: M.N.Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, 2004 Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa ketiga sistem mutu (mutu desain, mutu konformasi dan mutu pemasaran dan pelayanan purna jual) memiliki suatu hubungan, yaitu sebagai proses dalam membuat suatu produk bermutu. Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa mutu desain sangat erat kaitannya dengan tahap perencanaan spesifikasi produk, dimana permintaan pasar merupakan tujuan awal penciptaan produk. Mutu konformasi merupakan tahapan selanjutnya setelah tahapan desain, yaitu mutu dapat dilihat dalam proses produksi, yaitu apakah spesifikasi awal sesuai atau tidak dengan hasil produksi. Dan tahapan terakhir adalah mutu pemasaran dan pelayanan purna jual, sangat berhubungan erat dengan proses pemasaran dan

12 20 pemakaian produk oleh konsumen, dimana mutu diukur oleh baik tidaknya upaya pemasaran produk serta tingkat kepuasan konsumen setelah produk dikirim kepada mereka. Pandangan tradisonal dan modern tentang mutu menurut Vincent Gaspersz (2005:16) adalah sebagai berikut: Pandangan tradisonal: 1. Memandang mutu sebagai isu teknis. 2. Usaha perbaikan mutu dikoordinasikan oleh manajer mutu. 3. Memfokuskan mutu pada fungsi atau departemen produksi. 4. Produktivitas dan mutu merupakan sasaran yang bertentangan. 5. Mutu didefinisikan sebagai konformasi (conformance) terhadap spesifikasi atau standar. Membandingkan produk terhadap spesifikasi. 6. Mutu diukur melalui derajat non konformasi (non conformance), menggunakan ukuran-ukuran kuantitas internal. 7. Mutu dicapai melalui inspeksi secara intensif terhadap produk. 8. Beberapa kerusakan atau cacat diizinkan, jika produk telah memenuhi standar kualitas minimum. 9. Mutu adalah fungsi terpisah dan berfokus pada evaluasi produksi. 10. Pekerja dipersalahkan apabila menghasilkan mutu yang jelek. 11. Hubungan dengan pemasok bersifat jangka pendek dan berorientasi pada biaya. Pandangan modern: 1. Memandang mutu sebagai isu bisnis. 2. Usaha perbaikan mutu diarahkan oleh manajemen puncak. 3. Mutu mencakup semua fungsi atau departemen dalam organisasi. 4. Produktivitas dan mutu merupakan sasaran yang bersesuaian, karena hasil-hasil produktivitas dicapai melalui peningkatan atau perbaikan mutu.

13 21 5. Mutu secara tepat didefinisikan sebagai persyaratan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan. Membandingkan produk terhadap kompetisi dan terhadap produk terbaik di pasar. 6. Mutu diukur melalui perbaikan proses/produk dan kepuasan pengguna produk secara terus-menerus, dengan menggunakan ukuran-ukuran mutu berdasarkan pelanggan. 7. Mutu ditentukan melalui desain produk dan dicapai melalui teknik pengendalian yang efektif, serta memberikan kepuasan selama masa pakai produk. 8. Cacat atau kerusakan dicegah sejak awal melalui teknik pengendalian proses yang efektif. 9. Mutu adalah bagian dari setiap fungsi dalam semua tahap dari siklus hidup produk. 10. Manajemen bertanggungjawab untuk mutu. 11. Hubungan dengan pemasok bersifat jangka panjang dan berorientasi pada mutu Sumber Mutu Ada lima sumber mutu yang biasa dijumpai menurut Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2001:34), yaitu: 1. Program, kebijakan dan sikap yang melibatkan komitmen dari manajemen puncak. 2. Sistem informasi yang menekankan ketepatan, baik pada waktu maupun detail. 3. Desain produk yang menekankan keandalan dan perjanjian ekstensif produk sebelum dilepas ke pasar.

14 22 4. Kebijakan produksi dan tenaga kerja yang menekankan peralatan yang terpelihara baik, pekerja yang terlatih baik dan penemuan penyimpangan secara cepat. 5. Manajemen vendor yang menekankan mutu sebagai sasaran utama Standar Mutu Menurut pendekatan mutu total, standar yang masuk akal adalah standar cacat nihil (zero defect). Standar ini mensyaratkan bahwa produk dan jasa yang diproduksi dan dikirim kepada pelanggan adalah yang sesuai dengan nilai sasaran. Standar mutu perusahaan dapat diukur berdasarkan dua ukuran, yaitu: 1. Standar fisik Untuk lini manajer dan personel operasi, pengukuran fisik terhadap mutu seperti jumlah unit cacat, persentase kegagalan eksternal, kesalahan control, kesalahan penagihan dan ukuran-ukuran fisik lainnya mungkin dapat lebih berarti untuk pengukuran fisik, standar mutunya adalah cacat nihil atau kesalahan. Tujuannya adalah agar setiap orang melakukan pekerjaannya dengan benar sejak pertama. 2. Standar interim Bagi sebagian perusahaan, standar cacat nihil (zero defect) merupakan tujuan jangka panjang, karena memperbaiki mutu sampai tingkat cacat nihil dapat memakan waktu, maka standar perbaikan tahunan harus dikembangkan. Standar mutu interim ini mengekspresikan tujuan-tujuan mutu untuk tahun tersebut Biaya Mutu Pengertian Biaya Mutu Menurut Horngren, Foster dan Datar (2003:677), biaya mutu dapat didefinisikan sebagai biaya-biaya yang timbul untuk mencegah terjadinya mutu yang

15 23 rendah, atau biaya-biaya yang timbul karena terjadinya mutu yang rendah. Biaya mutu meliputi biaya-biaya yang terjadi di perusahaan secara keseluruhan Alasan Penetapan Biaya Mutu Audit biaya mutu produk adalah kegiatan untuk mengidentifikasi semua biaya yang timbul berkaitan dengan upaya mengubah produk bermutu buruk menjadi produk bermutu baik.biaya-biaya tersebut kemudian diadministrasikan dalam kartu skoring biaya mutu (quality cost score card). Banyak perusahaan yang tidak mengkalkulasi biaya-biaya yang timbul, khususnya bila mereka akan memperbaiki mutu produk yang mereka jual. Oleh karena itu, kiranya perlu dikemukakan di sini tentang kategori biaya yang berkaitan dengan upaya memperbaiki atau menjaga mutu produk, termasuk biaya reparasi atau mengganti (replace) dari produk yang rusak dan dikembalikan kepada pembeli. Dalam hal ini kita perlu melaksanakan apa yang disebut dengan kategori biaya mutu (quality cost categories) Pengelompokkan Biaya Mutu Pengelompokkan biaya mutu menurut Suyadi Prawirosentono (2004:24-18) adalah sebagai berikut: a. Biaya kegagalan eksternal, bila diindikasikan biaya tersebut terjadi karena faktor luar organisasi perusahaan, misalnya akibat ulah konsumen. b. Biaya kegagalan internal, bila diindikasikan biaya tersebut terjadi di lingkup perusahaan sebelum produk dikirimkan ke konsumen. c. Biaya penelaahan, adalah biaya yang dikeluarkan untuk menelaah atau mengamati sehingga ditemukan kondisi bahan dan produk yang cacat atau rusak. d. Biaya pencegahan, adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk upaya mencegah terjadinya kerusakan produk (failure atau defect). Artinya biaya

16 24 pencegahan adalah biaya untuk meminimumkan biaya penelaahan (appraisal cost) dan failure cost. 1. Biaya kegagalan eksternal Biaya kegagalan eksternal terdiri atas berikut ini: a. Biaya keluhan konsumen (the cost of complaint, investigation and adjustment). Biaya ini dikeluarkan sehubungan dengan adanya keluhan konsumen atas produk yang dibeli, sehingga perlu biaya untuk meneliti kerusakan produk dan kemudian memperbaikinya. b. Biaya penggantian (the cost of return, replace or allowance). Biaya ini dikeluarkan untuk mengganti biaya yang rusak dengan barang yang baru, meliputi biaya pengiriman kembali dan biaya kompensasi kepada konsumen berupa allowance (tunjangan kerugian karena tidak puas menggunakan produk yang rusak). c. Biaya jaminan (warranty expenses) yaitu biaya yang dikeluarkan karena terjadi keluhan selama masa garansi, misalnya biaya perbaikan dan atau biaya sewa ganti selama barang yang rusak sedang diperbaiki. Yang dimaksud terakhir adalah selama mesin rusak sedang diperbaiki, diberi pinjam mesin yang sama atau produksi berjalan terus. Atau selama TV sedang diperbaiki, konsumen diberi pinjam TV agar konsumen tetap dapat menikmatinya. d. Ganti rugi (liability), yaitu biaya yang dikeluarkan perusahaan karena konsumen mengalami kecelakaan (bahkan sampai tingkat kematian). Biaya ini termasuk biaya rumah sakit, bahkan kerugian usaha (business losses). e. Nama baik (goodwill), biaya yang dikeluarkan atau kehilangan keuntungan masa depan (future profit) akibat kerusakan produk bermutu rendah. Biaya ini memang sulit dihitung, tetapi bisa dapat

17 25 jumlah yang besar dan berimplikasi luas, misalnya produk selalu mendapat complaint dalam berbagai media massa yang akan merusak citra produk tersebut. 2. Biaya kegagalan internal Jenis biaya yang termasuk kategori biaya kegagalan internal adalah: a. Biaya disposisi, yaitu biaya untuk menentukan langkah kegiatan atau tindakan yang harus dilaksanakan sehubungan dengan adanya kerusakan pada suatu produk yang ditemukan. Bentuk tindakan tersebut antara lain mengerjakan ulang (rework), membuangnya (scrap), atau memperbaiki melalui proses. b. Biaya membuangnya menjadi barang apkir (scrap cost). Biaya ini timbul karena mutu suatu barang buruk sekali sehingga lebih baik dibuang atau apkir. Biaya yang harus dihitung selain biaya bahan, juga upah dan biaya lain yang terkait dengan scrap tersebut. c. Biaya mengerjakan kembali (ulang)/rework cost, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mengoreksi atau memperbaiki produk atau bagian dari produk yang cacat atau rusak, agar barang tersebut dapat digunakan (usable) dan dapat dijual (salable). Jadi, ini adalah biaya koreksi atas produk yang rusak, agar produk tersebut layak dijual. d. Biaya tes ulang (retest cost), yakni biaya untuk mengetes kembali atas produk yang mengalami pengerjaan ulang. Sebenarnya bukan saja biaya tes ulang, tetapi juga biaya inspeksi ulang selama proses pengerjaan ulang. e. Biaya bahan sisa (yield losses cost), yakni biaya atas bahan-bahan sisa yang secara teknis tidak dapat dihindarkan, mau tidak mau harus ada barang yang terbuang. Dalam industri garmen adalah perca.

18 26 f. Biaya menganggur (down time cost), yakni biaya yang harus dikeluarkan untuk buruh yang terpaksa menganggur (idle) akibat adanya fasilitas atau proses produksi terhenti karena masalah mutu produk (quality problem). Misalnya proses produksi ditentukan karena perlunya mesin disesuaikan (adjusting time) agar mesin tersebut berfungsi sesuai dengan mutu yang direncanakan. Misalnya produksi terhenti di percetakan, karena adanya kertas yang macet dalam mesin, atau karena adanya barang setengah jadi yang rusak. g. Biaya persediaan cadangan penyelamat (inventory safety stock cost), yakni biaya yang harus dikeluarkan akibat perusahaan harus menyediakan persediaan penyelamat agar proses produksi tidak terhenti akibat kehabisan bahan (out of stock). Dalam hal ini, sebenarnya biaya ekstra yang harus dikeluarkan karena perusahaan harus menyimpan cadangan persediaan ekstra akibat harus membuat komponen-komponen atau produk yang rusak. h. Biaya lembur akibat produk rusak, yaitu biaya lembur yang harus dikeluarkan karena pekerja harus melakukan kerja lembur akibat adanya komponen atas produk yang rusak (product defect). i. Biaya kelebihan kapasitas (excess capacity cost), yakni biaya kelebihan kapasitas yang harus dipelihara (to be maintained) untuk menutupi kapasitas yang hilang (loss capacity) akibat membuat komponen atau produk yang rusak. Biaya-biaya ini meliputi biaya fasilitas ekstra atau peralatan ekstra yang diperlukan agar proses produksi terbebas dari kerusakan produk (defect free). Hal ini mungkin biaya yang tersembunyi, tetapi merupakan biaya yang besar.

19 27 3. Biaya penelaahan Biaya penelaahan untuk mencegah kerusakan produk (product defect) adalah sebagai berikut: a. Biaya pemeriksaan bahan yang datang (incoming material inspection cost), yakni biaya pemeriksaan atas bahan baku yang masuk dari pemasok. b. Biaya pemeriksaan selama proses produksi (in process inspection and testing cost), yakni pemeriksaan (inspeksi dan pengetesan) atas komponen-komponen barang yang dalam proses produksi (work in process) untuk menjamin adanya kesesuaian (conformng) mutu dengan mutu yang telah ditetapkan. Mungkin termasuk biaya kecocokan mutu yang dilakukan oleh konsumen dan laboratorium pihak ketiga (third party laboratories). c. Biaya pemeliharaan alat untuk tes (maintaining equipment), yakni biaya pemeliharaan alat-alat pengetesan agar semua mesin berada dalam kondisi kerja yang baik (good working condition) termasuk biaya kalibrasi untuk menjamin ukuran produk yang tepat karena peralatan tes yang juga tepat ukuran. d. Biaya evaluasi persediaan (cost of evaluation stock), yakni biaya untuk mengevaluasi kondisi bahan baku dan bahan pembantu dan juga produk akhir yang berada di gudang. 4. Biaya pencegahan Biaya pencegahan dalam rangka menjaga mutu produk meliputi beberapa jenis biaya berikut: a. Biaya perencanaan mutu (quality planning cost), yakni biaya-biaya yang berkaitan dengan perencanaan mutu produk dan sistem pengembangan mutu produk. Misalnya biaya kebijakan untuk

20 28 mendesain prosedur sejak mulai (set up) sampai operasi berjalan sesuai dengan (berkaitan dengan mutu produk), pengembangan perencanaan inspeksi (development of inspection planning), dan biaya komunikasi kepada karyawan berkaitan dengan perencanaan mutu produk (sebagai kegiatan sosialisasi mutu produk yang harus ditetapkan). b. Biaya desain produk dan tinjau ulang (product desain and review cost), yakni kenaikan biaya yang berkaitan dengan membuat desain produk dalam rangka memperbaiki mutu produk (product improvement). Dengan istilah kenaikan (increment) biaya berarti tidak termasuk biaya orisinalnya untuk mendesain produk (not included the basic cost of the original product design). c. Biaya mendesain proses dan tinjau ulang (cost of process design and review), yakni biaya tambahan atau kenaikan biaya (increment cost) dan proses produksi yang baru untuk memperbaiki dan meninjau ulang proses produksi yang ada, sehingga memungkinkan terjadi hasil produk yang bermutu lebih baik (product quality improvement). Termasuk di dalamnya adalah biaya pembelian alat baru yang memperbaiki mutu produk. d. Biaya desain tugas dan pelatihan (cost of job design and training). Biaya-biaya tersebut adalah biaya untuk mengembangkan metode kerja baru (developing work method) dan biaya implementasinya dalam bentuk biaya pelatihan untuk para karyawan dalam rangka perbaikan mutu produk. Termasuk di dalamnya adalah biaya persiapan pelatihan dan manualnya (petunjuknya). e. Biaya kendali proses (cost of process control), yakni biaya kendali untuk mencapai mutu yang direncanakan dalam pengertian mutu yang lebih baik (product quality improvement). Misalnya pengendaliannya

21 29 memerlukan alat baru yang lebih canggih (sophisticated), maka harga alat kendali tersebut dimasukkan sebagai biaya kendali proses. f. Biaya koleksi, analisis dan laporan (cost of data collection, analysis and report) adalah biaya-biaya untuk pengumpulan data yang berkaitan dengan perbaikan mutu, termasuk data produk rusak (defect product), masalah kualitas, biaya waktu penghentian produksi (down time), dan biaya analisis serta biaya penyusunan laporannya. g. Biaya program perbaikan mutu (cost of quality improvement program), yakni biaya kegiatan khusus atau proyek yang dibentuk untuk memonitor dan memperbaiki kualitas produk, seperti program pengurangan tingkat kerusakan produk atau lingkaran mutu (quality circle) Hubungan Antar Jenis Biaya Mutu Biaya pencegahan dan penilaian disebut cost of conformance (biaya kesesuaian), yaitu semua biaya yang dikeluarkan untuk memastikan produk atau jasa memenuhi kebutuhan konsumen. Sementara itu, biaya kegagalan internal dan eksternal disebut cost of non conformance (biaya ketidaksesuaian). Menurut Bambang Hariadi (2002: ), biaya mutu sama dengan jumlah cost of conformance dan cost of non conformance. Untuk menurunkan biaya kegagalan internal dan eksternal yang merupakan cost of non conformance adalah dengan cara meningkatkan cost of conformance. Pada akhirnya total biaya mutu akan lebih rendah Perilaku Biaya Mutu Menurut para pakar mutu, suatu perusahaan dengan program pengelolaan mutu yang berjalan baik, biaya mutu tidak lebih besar dari 2,5% dari penjualan. Setiap perusahaan dapat menyusun anggaran untuk menentukan besarnya standar

22 30 biaya mutu kelompok atau elemen secara individual, sehingga biaya mutu total yang dianggarkan tidak lebih dari 2,5% dari penjualan. Agar standar tersebut dapat dicapai, maka perusahaan harus mengidentifikasi perilaku setiap elemen biaya mutu secara individual. Sebagian biaya mutu bervariasi dengan penjualan, namun sebagian lainnya tidak. Agar laporan kinerja mutu dapat bermanfaat, maka menurut Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2000:43). 1. Biaya mutu harus digolongkan ke dalam biaya variabel dan biaya tetap dihubungkan dengan penjualan. 2. Untuk biaya variabel, penyempurnaan mutu dicerminkan oleh pengurangan rasio biaya variabel. Pengurangan kinerja dapat menggunakan salah satu dari 2 cara sebagai berikut: a. Rasio biaya variabel pada awal dan akhir periode tertentu digunakan untuk menghitung penghematan biaya sesungguhnya atau kenaikan biaya sesungguhnya. b. Rasio biaya yang dianggarkan dan rasio sesungguhnya dapat juga digunakan untuk mengukur kemajuan ke arah pencapaian secara periodik. c. Untuk biaya tetap, penyempurnaan biaya mutu dicerminkan oleh perubahan absolut jumlah biaya tetap Pandangan Terhadap Biaya Mutu dan Jumlah Kesalahan Menurut Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2000:41), dewasa ini, ada 3 kategori pandangan yang berkembang diantara para praktisi mengenai biaya mutu, yaitu sebagai berikut. 1. Mutu yang semakin tinggi berarti biaya yang semakin tinggi. Atribut mutu seperti kinerja karakteristik tambahan menimbulkan biaya yang lebih besar dalam hal tenaga kerja, bahan baku, desain dan sumber daya ekonomis

23 31 lainnya. Manfaat tambahan dari peningkatan mutu tidak dapat menutupi biaya tambahan. 2. Biaya peningkatan mutu lebih rendah daripada penghematan yang dihasilkan. Pandangan ini dianut oleh para pemanufaktur Jepang. Penghematan dihasilkan dari berkurangnya tingkat pengerjaan ulang, produk cacat dan biaya langsung lainnya yang berkaitan dengan kerusakan. 3. Biaya mutu merupakan biaya yang sebenarnya melebihi biaya yang terjadi bila barang atau jasa dihasilkan secara benar sejak saat pertama (exactly right the first time) produksi. Pandangan ini dianut oleh para pendukung filosofi TQM. Biaya tidak hanya menyangkut biaya bahan langsung, tetapi juga biaya akibat kehilangan pelanggan, kehilangan pangsa pasar dan banyak biaya tersembunyi lainnya serta peluang yang hilang dan tidak teridentifikasi oleh sistem akuntansi biaya. Struktur biaya mutu sangat dipengaruhi oleh interaksi antara keempat jenis biaya mutu, yaitu biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal. Biaya pengendalian yaitu biaya pencegahan dan penilaian meningkat seiring dengan peningkatan mutu, sedangkan biaya kegagalan (internal dan eksternal) menurun seiring dengan peningkatan mutu. Hubungan ini, apabila digambarkan, akan menjadi kurva biaya mutu total yang berbentuk huruf U. Secara konseptual dan praktikal, tidak diketahui alasan mengapa posisi biaya total minimum pada model ini bukannya pencapaian mutu 100% (lihat gambar). Pada gambar tersebut terlihat bahwa setelah titik optimum apabila kita ingin meningkatkan mutu, biaya yang terjadi akan semakin meningkat. Paradigma tersebut merupakan paradigma tradisional. Hal ini dikarenakan paradigma tersebut beranggapan bahwa kesalahan tidak dapat dihindari sehingga sangatlah mahal biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki semua kerusakan. Sebaliknya, TQM berpendapat bahwa zero defect seharusnya menjadi sasaran

24 32 perusahaan. Perusahaan seharusnya menganalisis penyebab semua kesalahan dan mengambil tindakan untuk memperbaikinya. Berdasarkan pendekatan tradisional, biaya terendah dicapai pada tingkat zero defect. Pendukung pandangan ini berpendapat bahwa biaya untuk mengatasi kesalahan meningkat dengan semakin banyaknya kesalahan yang terdeteksi dan berkurang apabila ada sedikit yang dibiarkan. Sebaliknya, TQM berpendapat bahwa biaya terendah dicapai pada tingkat zero defect. Pendukung pandangan ini berpendapat bahwa meskipun kesalahan yang ada itu berjumlah besar, tetapi hal ini tidak memerlukan lebih banyak biaya untuk memperbaiki kesalahan yang terakhir tersebut dibandingkan dengan mengoreksi kesalahan yang pertama. Oleh karena itu, biaya total akan menurun terus sampai kesalahan terakhir diatasi. Dalam hal ini, TQM berpendapat bahwa quality is free. Gambar 2.2 Pandangan Tradisional Terhadap Biaya Mutu Sumber : M. N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, 2004:169

25 Laporan Kinerja Biaya Mutu Untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan tentang biaya mutu, manajemen memerlukan laporan biaya mutu secara periodik dalam bentuk perbandingan antar periode akuntansi. Laporan kinerja ini penting untuk program perbaikan mutu. Menurut M.N.Nasution (2004:166) laporan kinerja biaya mutu dapat memberikan berbagai macam manfaat, yang antara lain dapat digunakan untuk halhal berikut: 1. Mengidentifikasikan peluang laba (penghematan biaya dapat meningkatkan laba). 2. Mengambil keputusan capital budgeting dan keputusan investasi lainnya. 3. Menekan biaya pembelian dan biaya yang berkaitan dengan pemasok. 4. Mengidentifikasi pemborosan dalam aktivitas yang tidak dikehendaki para pelanggan. 5. Mengidentifikasi sistem yang berlebihan. 6. Menemukan apakah biaya-biaya mutu telah didistribusikan secara tepat. 7. Penentuan tujuan dalam anggaran dan perencanaan laba. 8. Mengidentifikasi masalah-masalah mutu. 9. Dijadikan sebagai ukuran penilaian kinerja yang objektif. 10. Dijadikan sebagai alat manajemen stratejik untuk mengalokasikan sumber daya dalam perumusan dan pelaksanaan strategi. Bentuk umum laporan biaya mutu bulanan seperti yang ditunjukkan dalam tabel di bawah ini:

26 34 Tabel 2.1 Contoh Laporan Biaya Mutu Biaya aktual (dalam ribuan) Persentase 1. Biaya pencegahan a. Desain dan operasi sistem mutu b. Pelatihan mutu bagi karyawan c. Pelatihan dan evaluasi pemasok Total biaya pencegahan Biaya penilaian a. Prosedur pengendalian proses statistikal (SPC) b. Inspeksi c. Pengujian Total biaya penilaian Biaya kegagalan internal a. Pengertian ulang b. Downtime Total biaya kegagalan internal Biaya kegagalan eksternal a. Warranty repairs b. Penanganan keluhan pelanggan c. Repacking & freight Total biaya kegagalan eksternal Total biaya mutu Sumber : M. N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, 2004:165

27 Profitabilitas Pengertian Profitabilitas R. Agus Sartono (2001:122) mendefinisikan profitabilitas sebagai berikut: Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Sementara itu Siswanto Sutojo dalam (2000:56) secara tersirat mengungkapkan pengertian dan pentingnya profitabilitas bagi perusahaan dengan menyebutkan bahwa operasi bisnis perusahaan dapat dikatakan berhasil apabila dari masa ke masa dapat mengumpulkan keuntungan secara memadai. Dengan jumlah dan tingkat keuntungan yang memadai, manajemen perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan para pemilik serta para investor yang berniat membeli saham baru. Di samping itu perusahaan juga dapat membina kepercayaan para kreditur untuk menyediakan fasilitas pinjaman yang dibutuhkan. Untuk mengetahui profitabilitas perusahaan, maka perlu dilakukan penilaian atas kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Untuk melakukan penilaian tersebut diperlukan adanya ukuran yang dapat memberikan indikasi mengenai profitabilitas perusahaan. Dengan kata lain, untuk menilai profitabilitas perusahaan diperlukan adanya ukuran profitabilitas Ukuran Profitabilitas Menurut Siswanto Sutojo (2000:56), ada beberapa rasio keuangan utama yang dipergunakan sebagai tolok ukur untuk menilai kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan adalah: Marjin laba kotor (Gross profit margin) Laba atas penjualan (Profit on sales) Laba atas investasi dana (Return on investment) Laba atas modal sendiri (Return on equity) Laba bersih per saham (Earning per share)

28 36 Berikut di bawah ini dapat dijelaskan pengertian dan perhitungan rasio-rasio keuangan di atas secara ringkas. 1. Gross profit margin, merupakan perbandingan penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan dengan penjualan bersih atau rasio antara laba kotor dengan penjualan bersih. Gross profit margin dapat dihitung dengan formula sebagai berikut: Gross Profit Margin = Penjualan bersih - HPP Penjualan bersih x 100% 2. Profit on sales, merupakan perbandingan jumlah hasil penjualan yang diperoleh selama masa tertentu dengan laba sesudah pajak. Rasio profit on sales dipergunakan untuk menilai profitabilitas, sekaligus kemampuan manajemen perusahaan menekan biaya operasional. Profit on sales dapat dihitung dengan formula sebagai berikut: Profit on Sales = Laba sesudah pajak Penjualan bersih x 100% 3. Return on investment (ROI), membandingkan laba setelah pajak dengan total aktiva. Return on investment dapat dihitung dengan formula sebagai berikut: Return on Investment = Laba sesudah pajak Total aktiva x 100% 4. Return on equity (ROE), atau sering disebut rentabilitas modal sendiri dimaksudkan untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri. ROE dapat dihitung dengan formula sebagai berikut: Return on Equity = Laba sesudah pajak Total modal sendiri x 100% 5. Earning per share, merupakan tingkat profitabilitas tiap satuan saham dan dapat dihitung dengan mempergunakan rumus rasio laba bersih per saham atau earning per share sebagai berikut:

29 37 Earning per Share = Laba sesudah pajak Jumlah saham biasa x 100% Pengertian Laba (Profit) Laba merupakan tujuan akhir semua perusahaan yang berorientasi bisnis. Namun, perhitungan laba untuk suatu jangka waktu tertentu hanya mendekati ketepatan/layak saja karena perhitungan yang tepat baru dapat terjadi jika perusahaan mengakhiri kegiatan usahanya dan menjual semua aktiva yang ada. Menurut Henricksen (2000:301) mengutip pernyataan Smith yang diterjemahkan oleh Herman Wibowo yaitu: Laba adalah jumlah yang dapat dikonsumsi seseorang selama periode waktu tertentu dan sama sejahteranya pada akhir periode seperti pada awal periode.. Laba menurut Aliminsyah dan Pandji (2003:222) adalah: Laba merupakan setipa keutungan keuangan. Laba atau manfaat atau dapat juga disebut sebagai kelebihan pendapatan atas biaya Laba Kotor (Gross Profit) Siswanto Sutojo (2000:57), mendefinisikan gross profit sebagai berikut: Laba kotor (gross profit) adalah hasil penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan, yaitu biaya untuk memproduksi atau mengadakan produk. Menurut Dwi Prastowo D. (2002:171), laba kotor (gross profit) dapat diartikan sebagai selisih antara harga pokok penjualan dan penjualan. Laba kotor (gross profit) ini sering juga disebut dengan istilah gross margin. Istilah gross margin ini harus dibedakan dari istilah contribution margin, karena contribution margin menggunakan kelebihan penjualan di atas semua biaya variabel, baik biaya produksi, pemasaran maupun administrasi umum.

30 Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Profitabilitas Penggolongan biaya mutu ke dalam empat kategori, yaitu biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal adalah sebagai perangkat bagi manajemen atau pihak lain untuk mempermudah melakukan analisis terhadap elemen-elemen biaya mutu, baik itu dari segi perilakunya maupun hubungan antara masing-masing elemen dari biaya tersebut serta pengaruhnya terhadap variabel lain di luar biaya mutu, misalnya dengan tingkat produktivitas dan profitabilitas perusahaan. Empat golongan biaya mutu tersebut dapat dikelompokkan lagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu biaya pengendalian /cost of control (pencegahan dan penilaian) dan biaya kegagalan/failure cost (internal dan eksternal). Semakin besar perusahaan menginvestasikan modalnya pada aktivitas pengendalian, maka semakin kecil biaya kegagalan yang terjadi. Meningkatnya biaya pencegahan yang dilakukan oleh perusahaan akan menyebabkan biaya penilaian yang dikeluarkan juga akan meningkat. Hal itu terjadi karena kedua biaya tersebut merupakan satu kesatuan usaha pengendalian yang dilakukan untuk meningkatkan mutu. Usaha pengendalian mutu yang dikeluarkan dengan mengeluarkan biaya pencegahan dan penilaian akan menyebabkan berkurangnya mutu produk cacat yang dihasilkan sebelum produk tersebut dikirim ke konsumen. Dengan menurunnya produk cacat tersebut, maka biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kembali produk yang cacat (biaya kegagalan internal) akan semakin menurun. Dengan menurunnya produk cacat sebelum dikirim ke pelanggan, maka ini akan berdampak pada jumlah produk yang rusak di pelanggan akan menurun, sehingga akan mengurangi tingkat retur atas produk cacat dari pelanggan dan tentu ini berdampak pada menurunnya biaya garansi (jaminan) dan perbaikan yang merupakan komponen biaya kegagalan eksternal. Jadi, apabila biaya pencegahan dan penilaian meningkat, maka biaya kegagalan internal dan eksternal akan menurun. Hal ini akan berpengaruh terhadap mutu produk yang dihasilkan meningkat, karena produk akan sesuai dengan

31 39 spesifikasi desain awal terhadap memiliki suatu kegagalan baik sebelum maupun setelah produk tersebut dikirim ke konsumen. Sementara Blocher, Chen dan Lin (2002:200), mengungkapkan lebih lanjut bahwa dengan meningkatnya mutu pada suatu produk yang dihasilkan maka perusahaan akan memiliki keunggulan kompetitif dan menikmati tingkat profitabilitas yang tinggi. Meningkatnya mutu produk tentu dapat menurunkan tingkat pengembalian produk (retur) dari pelanggan, sehingga dengan itu akan berdampak pada menurunnya biaya garansi dan perbaikan. Meningkatnya mutu produk juga dapat menurunkan biaya produksi melalui reduksi atau eliminasi dari biaya kegagalan internal yang memiliki porsi yang paling besar jika dibandingkan dengan biaya penilaian maupun pencegahan dalam biaya produksi. Produk yang bermutu akan menyebabkan rendahnya persediaan di gudang, baik itu persediaan bahan baku, suku cadang dan produk jadi. Sebab perusahaan dapat mengerjakan proses produksi sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan sebelumnya sehingga perputaran persediaan menjadi lebih lancar dan tentunya pendapatan/laba akan dapat terealisir dengan lebih cepat. Sementara itu pelanggan merasa bahwa produk yang bermutu itu adalah produk yang memiliki nilai yang tinggi sehingga memungkinkan naiknya harga jual serta mendapatkan pangsa pasar yang luas. Harga yang lebih tinggi dan besarnya pangsa pasar akan meningkatkan pendapatan tentunya. Mutu yang baik juga akan mempercepat throughput time. Throughput time yang lebih cepat memungkinkan perusahaan melakukan pengiriman yang lebih cepat. Pengiriman yang cepat membuat pelanggan merasa senang sehingga dapat menciptakan permintaan baru dan meningkatkan pangsa pasar perusahaan. Dan akhirnya dengan pendapatan yang lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah mendorong profitabilitas yang ditandai dengan meningkatnya profit perusahaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar yang merupakan penjelasan mengenai hubungan serta pengaruh dari mutu produk yang dihasilkan terhadap tingkat profitabilitas perusahaan.

32 40 Gambar 2.3 Pengaruh Mutu Produk Terhadap Profitabilitas Mutu produk baik Tingkat retur rendah Persediaan minimal Nilai yang dirasakan lebih tinggi Konsumen lebih puas Throughput time yang lebih cepat Biaya produksi rendah Biaya garansi & perbaikan rendah Perputaran persediaan cepat Harga jual lebih tinggi Pangsa pasar lebih besar Pengiriman lebih cepat Pendapatan lebih tinggi Laba & ROI yang tinggi Sumber: Blocher, Chen dan Lin, Cost Management: A Strategic Emphasis, 2002:201 Sementara dari semua uraian di atas dapat dibuat suatu ringkasan secara keseluruhan dampak atau pengaruh dari pengeluaran biaya mutu terhadap produk yang bermutu sampai kepada pengaruhnya terhadap tingkat profitabilitas perusahaan yang dapat dilihat melalui gambar sebagai berikut.

33 41 Gambar 2.4 Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Profitabilitas Mutu produk baik Cost of Quality Prevention cost Appraisal cost Internal failure cost External failure cost Biaya pengendalian Biaya kegagalan Meningkatnya prevention cost Menurunnya biaya kegagalan Meningkatnya appraisal cost Biaya produksi semakin rendah Menurunnya produk cacat Meningkatkan produk bermutu Menurunnya HPP Pendapatan meningkat Meningkatkan profit perusahaan Pelanggan merasa puas Menaikkan pangsa pasar Sumber: Kesimpulan penulis dari beberapa sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengaruh Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:849) pengaruh dapat diartikan sebagai berikut : Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi seperti saat ini, persaingan semakin ketat di semua bidang, salah satunya adalah bidang industri. Di bidang industri, perusahaanperusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka, Konstruksi, dan Variabel Penelitian. Menurut Carter dan Usry (2006:198) menyatakan bahwa pengertian biaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka, Konstruksi, dan Variabel Penelitian. Menurut Carter dan Usry (2006:198) menyatakan bahwa pengertian biaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka, Konstruksi, dan Variabel Penelitian 2.1.1 Biaya Kualitas Menurut Carter dan Usry (2006:198) menyatakan bahwa pengertian biaya kualitas adalah sebagai berikut : Biaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lain : Haryono Jusuf (1997:24), biaya adalah harga pokok barang yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lain : Haryono Jusuf (1997:24), biaya adalah harga pokok barang yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biaya Definisi mengenai biaya dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain : Haryono Jusuf (1997:24), biaya adalah harga pokok barang yang dijual dan jasa-jasa yang dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu faktor yang menentukan besarnya laba perusahaan disamping komponen lainnya, karena pengertian akan konsep biaya sangat

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi keuangan bukan merupakan tipe akuntansi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, perlu memahami biaya kualitas Mulyadi (2010:73 ). Menurut Hansen dan

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, perlu memahami biaya kualitas Mulyadi (2010:73 ). Menurut Hansen dan BAB II LANDASAN TEORI A. Biaya Kualitas 1. Pengertian Biaya Kualitas Untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan tentang kualitas produk, manajemen perlu

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pengertian dan Penggolongan Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi bisnis, non-bisnis, manufaktur, eceran dan jasa. Umumnya, berbagai macam

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya 2.2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi sebagai salah satu ilmu terapan mempunyai dua tipe, yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Salah satu yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Ada beberapa pengertian biaya yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya: Daljono (2011: 13) mendefinisikan Biaya adalah suatu pengorbanan sumber

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencatatan. 2.1.1 Pengertian Pencatatan pada suatu saat tertentu suatu usaha pasti memerlukan suatu alat untuk dapat mengukur hasil operasi arus kas dan posisi keuangan dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4.1 Konsep Pengaruh Definisi pengaruh (influence) menurut The American Heritage Dictionary (1996) adalah sebagai berikut: A power affecting person, thing, or course of events, especially

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING II.1. Harga Jual Penentuan harga jual suatu produk atau jasa merupakan salah satu keputusan penting manajemen karena harga yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama hal nya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. penting. Menurut Mulyadi (2012: 8): Biaya adalah pengorbanan sumber

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. penting. Menurut Mulyadi (2012: 8): Biaya adalah pengorbanan sumber 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka 1. Biaya 1.1 Pengertian Biaya Pengertian biaya dalam akuntansi biaya mengandung makna yang sangat penting. Menurut Mulyadi (2012: 8): Biaya

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Tinjauan Umum Akuntansi Biaya Akuntansi dalam suatu organisasi atau perusahaan dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu akuntansi keuangan (financial accounting) dan akuntansi manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan yang membahas mengenai penentuan harga pokok produk. Akuntansi biaya secara khusus berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut dapat bersaing dalam era perdagangan bebas

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut dapat bersaing dalam era perdagangan bebas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan dituntut dapat bersaing dalam era perdagangan bebas yang didukung oleh teknologi informasi dan komunikasi yang tumbuh pesat, perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas merupakan aspek utama yang diperhatikan oleh para konsumen dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya Informasi biaya sangat bermanfaat bagi manajemen perusahaan. Diantaranya adalah untuk menghitung harga pokok produksi, membantu manajemen dalam fungsi perencanaan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Akuntansi Biaya 2.1.1. Pengertian Akuntasi Biaya Secara garis besar Akuntasi berarti pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian dari transaksi-transaksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1. Biaya Kualitas 2.1.1.1. Pengertian Biaya Kualitas Biaya kualitas merupakan kegiatan penting dalam produksi perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pengaruh yakni daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pengaruh yakni daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Definisi Pengaruh Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua (1997:747), kata pengaruh yakni daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepentingan dan kelancaran perusahaan dalam rangka menghasilkan laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepentingan dan kelancaran perusahaan dalam rangka menghasilkan laba yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya Biaya merupakan unsur utama secara fisik yang harus dikorbankan demi kepentingan dan kelancaran perusahaan dalam rangka menghasilkan laba yang merupakan tujuan utama perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II.1. Arti dan Tujuan Akuntansi Manajemen. Definisi normatif Akuntansi Manajemen menurut Management

BAB II LANDASAN TEORI. II.1. Arti dan Tujuan Akuntansi Manajemen. Definisi normatif Akuntansi Manajemen menurut Management 13 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Arti dan Tujuan Akuntansi Manajemen Definisi normatif Akuntansi Manajemen menurut Management Accounting Practices (MAP) Comittee adalah: proses identifikasi, pengukuran,

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, Dan HIPOTESIS

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, Dan HIPOTESIS 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, Dan HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian dan Penggolongan Biaya Biaya dalam akuntansi biaya diartikan dalam dua pengertian yang berbeda, yaitu biaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen (2011:47) Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya mengukur dan melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi suatu perusahaan. Akuntansi biaya mengukur

Lebih terperinci

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA - Jurusan Teknik Industri TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA Teknik Industri Lesson 1 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Mata Kuliah : Kode : TID 4019 Semester : 3 Beban Studi : 3 SKS Capaian Pembelajaran (CPL): 1. Menguasai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah ditetapkan. Pengertian menurut Hansen dan Mowen (2004 : 40) adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah ditetapkan. Pengertian menurut Hansen dan Mowen (2004 : 40) adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya dan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan sumber daya perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengertian menurut Hansen dan Mowen (2004

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau lebih popular dengan singkatan UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam satuan moneter untuk tujuan tertentu yang tidak dapat lagi dihindari, baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam satuan moneter untuk tujuan tertentu yang tidak dapat lagi dihindari, baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Biaya a. Pengertian Biaya Secara luas biaya didefinisikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi dalam satuan moneter untuk tujuan tertentu yang tidak dapat

Lebih terperinci

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA Manajemen dalam menjalankan tugasnya harus mempunyai keahlian serta kemampuan untuk memanfaatkan setiap faktor produksi yang ada. Salah satu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsur dari harga pokok dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu

Lebih terperinci

Penggolongan Biaya. Prepared by Ridwan Iskandar Sudayat, SE.

Penggolongan Biaya. Prepared by Ridwan Iskandar Sudayat, SE. Penggolongan Biaya Terdapat lima cara penggolongan biaya, menurut Mulyadi (1990, hal. 10), yaitu penggolongan biaya menurut: a) Obyek pengeluaran. Dalam penggolongan ini, nama obyek pengelaran merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Biaya Biaya merupakan salah satu komponen yang sangat penting karena biaya sangat berpengaruh dalam mendukung kemajuan suatu perusahaan dalam melaksanakan aktifitas

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Konsep Biaya Biaya merupakan unsur utama yang secara fisik harus dikorbankan oleh perusahaan dalam rangka memperoleh pendapatan yang pada akhirnya untuk mendapatkan laba yang merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi berkaitan dengan hal pengukuran, pencatatan dan pelaporan informasi keuangan kepada pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB II TARGET COSTING

BAB II TARGET COSTING 9 BAB II TARGET COSTING 2.1 Konsep Biaya Hansen dan Mowen (2006) mendefinisikan biaya sebagai berikut: Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya Akuntansi merupakan bagian dari dua tipe akuntansi yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Biaya Diferensial Mulyadi (2002:118) menyatakan: Biaya diferensial adalah biaya masa yang akan datang yang diperkirakan akan berbeda (differ) atau terpengaruh oleh suatu pengambilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memberikan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

METODE DIRECT COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK. Nurul Badriyah,SE,MPd

METODE DIRECT COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK. Nurul Badriyah,SE,MPd METODE DIRECT COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK Nurul Badriyah,SE,MPd ABSTRAK Direct costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah 2.1.1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu pengeluaran yang pasti dalam suatu perusahaan, oleh karenanya, biaya sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya Dalam kegiatan perusahaan ada banyak keputusan yang harus diambil oleh manajemen untuk kelangsungan hidup perusahaan. Dalam pengambilan keputusan dibutuhkan informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsure dari harga dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu perlu

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA KUALITAS SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT PADA DIVISI TEMPA & COR PT. X (PERSERO) BANDUNG

ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA KUALITAS SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT PADA DIVISI TEMPA & COR PT. X (PERSERO) BANDUNG ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA KUALITAS SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT PADA DIVISI TEMPA & COR PT. X (PERSERO) BANDUNG STIE STAN Indonesia Mandiri ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perusahaan untuk mempertahankan keadaan going concern atau suatu

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perusahaan untuk mempertahankan keadaan going concern atau suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan pada dasarnya merupakan entitas yang dibentuk untuk memenuhi tujuan tertentu yang telah ditetapkan oleh para pendirinya. Salah satu tujuan perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhitungan biaya produksi dan mengambil beberapa referensi yang diperoleh dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhitungan biaya produksi dan mengambil beberapa referensi yang diperoleh dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka ini menjelaskan mengenai pengertian yang mendasari dari perhitungan biaya produksi dan mengambil beberapa referensi yang diperoleh dari buku ilmiah, laporan penelitian

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini telah secara praktis mengubah wajah dunia kearah

Bab I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini telah secara praktis mengubah wajah dunia kearah Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi saat ini telah secara praktis mengubah wajah dunia kearah kehidupan yang lebih dinamis, efisien dan efektif. Keadaan ini memaksa manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini, penulis akan menguraikan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang akan digunakan sebagai landasan dalam menganalisa permasalahan yang ada diperusahaan PT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya Biaya merupakan komponen terpenting dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi. Setiap perusahaan yang bertujuan mencari laba (profit oriented) ataupun tidak mencari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Biaya 2.1.1 Konsep Biaya Akuntan telah mendefinisikan biaya sebagai suatu nilai tukar, pengeluaran, atau pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat. Dalam akuntansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian akuntansi yang mencatat berbagai macam biaya, mengelompokkan, mengalokasikannya

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu,

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama hal nya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya, Biaya, dan Penggolongan Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Siklus perusahaan manufaktur dimulai dengan pengolahan bahan baku di bagian produksi dan berakhir

Lebih terperinci

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI BAB II HARGA POKOK PRODUKSI Bab ini berisi teori yang akan digunakan sebagai dasar melakukan analisis data. Mencakup pengertian dan penggolongan biaya serta teori yang berkaitan dengan penentuan harga

Lebih terperinci

Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Penjualan Dan Laba Operasi Pada Perusahaan Manufaktur

Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Penjualan Dan Laba Operasi Pada Perusahaan Manufaktur Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Financial Accounting 2015-12-21 Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Penjualan Dan Laba Operasi Pada Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Setiap perusahaan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan akan selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan

Lebih terperinci

Quality Management. D Rizal Riadi

Quality Management. D Rizal Riadi Quality Management D Rizal Riadi Pengertian Quality is Compormance to Requirement (pemenuhan tingkat standar yang ditentukan oleh para konsumen terhadap suatu barang) Philip Crosby Quality is fitness for

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya dan Pengklasifikasian Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi baik organisasi bisnis, non bisnis, manufaktur, dagang dan jasa. Dalam

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk

BAB II BAHAN RUJUKAN. Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk BAB II BAHAN RUJUKAN 2.2 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi, serta membuat baik keputusan

Lebih terperinci

Bab 1. Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya Hubungan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan

Bab 1. Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya Hubungan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan Bab 1 Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya 1.1 Pengertian Akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang mempelajari bagaimana mencatat, megukur dan melaporkan tentang informasi biaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informasi Akuntansi Diferensial 2.1.1 Pengertian Informasi Akuntansi Diferensial Informasi diperlukan manusia untuk mengurangi ketidakpastian yang selalu menyangkut masa yang

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN 11 BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN 2.1. Pengertian dan Manfaat Analisis Profitabilitas Pelanggan Kondisi lingkungan yang baru menyebabkan perusahaan harus berfokus kepada

Lebih terperinci

Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII di Jln. Sindang

Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII di Jln. Sindang Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII di Jln. Sindang Sirna No.4 Bandung 40135 dan kerja praktik ini dilaksanakan pada bulan Juni- Juli tahun 2006. BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Istilah biaya (cost) sering digunakan dalam arti yang sama dengan istilah beban (expense). Berdasarkan teori yang ada istilah biaya (cost) dengan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 7 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Dalam pemenuhan keinginan, manusia selalu disertai oleh pengorbanan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Manajemen 2.1.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Menurut Supriyono (1992; 8) memberikan pengertian akuntansi manajemen sebagai berikut : Akuntansi manajemen adalah proses

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam

BAB II BAHAN RUJUKAN. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Mulyadi (2005:8) menyatakan bahwa pengertian biaya dalam arti luas adalah : Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan

Lebih terperinci

atau di masa yang akan dating dalam bentuk kas atau aktiva lain.

atau di masa yang akan dating dalam bentuk kas atau aktiva lain. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Biaya 2.1.1.1 Pengertian Biaya Secara luas biaya didefinisikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi dalam satuan moneter untuk tujuan tertentu yang tidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi (2007:18) yang dimaksud dengan harga pokok produksi adalah harga pokok produksi memperhitungkan semua unsur biaya yang terdiri dari biaya

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN BIAYA JASA

BAB II PENENTUAN BIAYA JASA 12 BAB II PENENTUAN BIAYA JASA 2.1. Jasa Perusahaan adalah suatu unit kegiatan yang mengelola sumber-sumber ekonomi untuk menyediakn barang dan jasa bagi masyarakat, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai

Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai s MANAJEMEN KEUANGAN KLASIFIKASI BIAYA Dalam Manajemen Keuangan Dina Novia Priminingtyas, SP.,Msi. Lab. of Agribusiness Analysis and Management Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : dinanovia@ub.ac.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Pada dasarnya informasi dari suatu perusahaan terutama informasi keuangan dibutuhkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, baik pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya Informasi biaya dapat mempengaruhi perhitungan harga pokok produksi, penentuan harga jual dan perencanaan laba perusahaan. Hal ini dikarenakan apabila perusahaan ingin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntani Biaya 1. Pengertian biaya Biaya merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses produksi dalam satu perusahaan manufaktur. Terdapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Akuntansi dan Akuntansi Biaya l. Pengertian Akuntansi Pengertian akuntansi secara teoritis menurut Skausen dan Hongren (2001:6) adalah "proses pencatatan, penggolongan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memiliki peranan penting bagi manajemen perusahaan agar dapat memiliki perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH 3.1 Biaya 3.1.1 Pengertian Biaya Biaya memiliki dua pengertian baik pengertian secara luas dan pengertian secara sempit. Dalam arti luas, biaya adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Setiap usaha, baik usaha kecil maupun usaha besar membutuhkan informasi akuntansi yang berguna bagi pihak manajemen. Informasi akuntansi dapat

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH BIAYA MUTU TERHADAP TINGKAT LABA PADA PT SINAR BINTANG SELATAN DI MAKASSAR ANGGITA RADISTIA

SKRIPSI PENGARUH BIAYA MUTU TERHADAP TINGKAT LABA PADA PT SINAR BINTANG SELATAN DI MAKASSAR ANGGITA RADISTIA 1 SKRIPSI PENGARUH BIAYA MUTU TERHADAP TINGKAT LABA PADA PT SINAR BINTANG SELATAN DI MAKASSAR ANGGITA RADISTIA JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012 2 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. II.1.1. Konsep Biaya Identifikasi Biaya Definisi biaya menurut Krismiaji (2002), Cost adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kualitas 2.1.1. Definisi Kualitas Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam blog yang ditulis oleh Rosianasfar (2013), kualitas berarti tingkat baik buruknya sesuatu, derajat

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Pinasih (2005) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Efisiensi

BAB II URAIAN TEORITIS. Pinasih (2005) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Efisiensi BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Pinasih (2005) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Efisiensi Biaya Bahan Baku dan Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Langsung Terhadap Rasio Profit Margin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Penilaian atas persediaan akan memberikan akibat langsung terhadap penentuan income dan penyajian arus kas. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang sangat penting

Lebih terperinci

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Penentuan tarif merupakan salah satu bagian dari tujuan akuntansi biaya yaitu perencanaan dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen, oleh karena itu sebelum

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Excavator 1 Excavator merupakan salah satu alat berat yang digunakan untuk memindahkan material. Tujuannya adalah untuk membantu dalam melakukan pekerjaan yang sulit

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Masiyah Kholmi dan Yuningsih biaya (cost)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Masiyah Kholmi dan Yuningsih biaya (cost) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Salah satu data penting yang diperlukan oleh perusahaan dalam menentukan harga pokok adalah biaya. Biaya mengandung dua pengertian, yaitu dalam beban

Lebih terperinci