BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu faktor yang menentukan besarnya laba perusahaan disamping komponen lainnya, karena pengertian akan konsep biaya sangat penting. Ada kalanya istilah biaya (cost) digunakan dalam arti yang sama dengan istilah beban (expense). Namun kedua istilah tersebut sebenarnya mempunyai perbedaan. Dimana menurut Bastian Bustami, Nurlela (2007 ; 4), biaya (cost) didefinisikan sebagai pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya ini belum habis masa pakainya, dan digolongkan sebagai aktiva yang dimasukkan dalam neraca. Sedangkan beban (expense) adalah biaya yang telah memberikan manfaat dan sekarang telah habis. Biaya yang belum dinikmati yang dapat memberikan manfaat di masa akan datang dikelompokkan sebagai harta. Beban ini dimasukkan ke dalam laba/rugi sebagai pengurang dari pendapatan. Berikut ini beberapa pengertian biaya yang diungkapkan oleh para ahli atau pihak-pihak lain yang terkait dengan perkembangan akuntansi. Menurut AICPA ( American Institute of Certified Public Accountant ) yang ditulis ulang oleh Masiyah Kholmi dan Yuningsih (2003 ; 11), menyebutkan definisi biaya sebagai berikut : Pengurangan pada aktiva netto sebagai akibat digunakannya jasa-jasa ekonomi untuk menciptakan penghasilan. Pengertian biaya menurut Mulyadi (2007 ; 6) adalah : Pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan moneter atau uang, yang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.

2 Selanjutnya Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari (2004;40) menjelaskan bahwa : Biaya adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang dan jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi. Dari definisi-definisi diatas, terdapat beberapa unsur yang tersirat dalam definisi biaya, yaitu : 1. Pengorbanan sumber ekonomi guna mencapai tujuan yang diharapkan serta dapat diukur dengan satuan moneter (satuan uang). 2. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu yaitu untuk memperoleh barang dan jasa dalam usaha untuk mendapatkan keuntungan (manfaat) baik pada saat ini maupun dimasa yang akan datang. 3. Sebagai penggunaan atas aktiva bersih untuk memperoleh penghasilan Penggolongan Biaya Penggolongan biaya adalah proses pengelompokkan secara sistematis atas keseluruhan elemen-elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas yang lebih ringkas untuk memberikan informasi yang lebih punya arti atau lebih penting. Kebutuhan informasi yang berbeda-beda menimbulkan konsep biaya yang berbeda untuk berbagai tujuan. Jika tujuan manajemen berbeda maka diperlukan cara penggolongan biaya yang berbeda pula. Akuntansi biaya bertujuan untuk menyajikan informasi biaya yang akan digunakan untuk berbagai tujuan, dalam menggolongkan biaya harus disesuaikan dengan tujuan dan informasi biaya yang akan disajikan, oleh karena itu dalam penggolongan biaya tergantung untuk apa biaya tersebut digolongkan, untuk tujuan yang berbeda diperlukan cara penggolongan biaya yang dapat dipakai untuk semua tujuan penyajian informasi biaya. Hal inilah yang dikenal dengan konsep different cost foe different purpose dalam akuntansi biaya. Jadi tidak ada suatu cara penggolongan biaya yang dapat memenuhi informasi untuk semua tujuan.

3 Berbagai cara penggolongan biaya pokok yang dikemukakan oleh Mulyadi (2007;13-16) adalah sebagai berikut : 1. Penggolongan Biaya Menurut Objek Pengeluaran Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar. Contoh penggolongan biaya atas dasar objek pengeluaran dalam Perusahaan Kertas adalah sebagai berikut: biaya merang, biaya jerami, biaya gaji dan upah, biaya soda, biaya depresiasi mesin, biaya asuransi, biaya bunga, biaya zat warna. 2. Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi & umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok : a. Biaya Produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produksi jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan ekuipment, biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagianbagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi. Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (factory overhead cost). Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula dengan istilah biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik sering pula disebut dengan istilah biaya konversi (conversion cost), yang merupakan biaya untuk mengkonversi (mengubah) bahan baku menjadi produk jadi. b. Biaya Pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke

4 gudang pembeli, gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran, biaya contoh (sample). c. Biaya Administrasi dan Umum merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia dan bagian hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan, biaya photocopy. Jumlah biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum sering pula disebut dengan istilah biaya komersial (commercial expenses). 3. Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang diyai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan: Biaya langsung (direct cost) Biaya tidak langsung (indirect cost) Dalam hubungannya dengan produk, biaya produksi dibagi menjadi dua: biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Dalam hubungannya dengan departemen, biaya dibagi menjadi dua golongan : biaya langsung departemen dan biaya tidak langsung departemen. a. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satusatunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung akan mudah diidentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya langsung departemen (direct departemental costs) adalah semua biaya yang terjadi di dalam departemen tertentu. Contohnya adalah biaya tenaga kerja yang bekerja dalam Departemen Pemeliharaan merupakan biaya langsung departemen bagi Departemen Pemeliharaan dan biaya

5 depresiasi mesin yang dipakai dalam departemen tersebut, merupakan biaya langsung bagi departemen tersebut. b. Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead costs). Biaya ini tidak mudah diidentifikasikan dengan produk tertentu. Gaji mandor yang mengawasi pembuatan produk A, B, dan C merupakan biaya tidak langsung bagi baik produk A, B, maupun C karena gaji mandor tersebut terjadi bukan hanya karena perusahaan memproduksi salah satu produk tersebut, melainkan karena memproduksi ketiga jenis produk tersebut. Jika perusahaan hanya menghasilkan satu macam produk (misalnya perusahaan semen, pupuk urea, gula) maka semua biaya merupakan biaya langsung dalam hubungannya dengan produk. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk sering disebut dengan istilah biaya overhead pabrik (factory overhead costs). Dalam hubungannya dengan departemen, biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi di suatu departemen, tetapi manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen. Contohnya adalah biaya yang terjadi di Departemen Pembangkit Tenaga Listrik. Biaya ini dinikmati oleh departemen-departemen lain dalam perusahaan, baik untuk penerangan maupun untuk menggerakkan mesin dan ekuipmen yang mengkonsumsi listrik. Bagi departemen pemakai listrik, biaya listrik yang diterima dari alokasi biaya Departemen Pembangkit Tenaga Listrik merupakan biaya tidak langsung departemen. 4. Penggolongan Biaya menurut Perilakunya dalam Hubungannya dengan Perubahan Volume Aktivitas Dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat digolongkan menjadi :

6 a. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahn volume kegiatan. Contoh biaya variable adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung. b. Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariable mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variable. c. Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. d. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji direktur produksi. 5. Penggolongan Biaya Atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua : pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan. a. Pengeluaran modal (capital expenditures) adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender). Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai kos aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi, diamortisasi atau dideplesi. Contoh pengeluaran modal adalah pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva tetap, untuk promosi besar-besaran, dan pengeluaran untuk riset dan pengembangan suatu produk. Karena pengeluaran untuk keperluan tersebut biasanya melibatkan jumlah yang besar dan memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun, maka pada saat pengeluaran tersebut dilakukan, pengerbonan tersebut diperlakukan sebagai pengeluaran modal dan dicatat sebagi kos aktiva (misalnya sebagai kos aktiva tetap atau beban yang ditangguhkan). Periode akuntansi yang menikmati manfaat pengeluaran modal tersebut

7 dibebani sebagian pengeluaran modal tersebut berupa biaya depresiasi, biaya amortisasi, atau biaya deplesi. b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures) adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran. Contoh pengeluaran pendapatan antara lain adalah biaya iklan, biaya telex, dan biaya tenaga kerja. 2.2 Biaya Mutu Pengertian Biaya Mutu Menurut Horngren, Foster dan Datar (2003;677) biaya mutu dapat didefinisikan sebagai berikut : Biaya mutu merupakan biaya-biaya yang timbul untuk mencegah terjadinya mutu yang rendah atau biaya-biaya yang timbul karena terjadinya mutu yang rendah. Biaya mutu meliputi biaya-biaya yang terjadi di perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan menurut Sofyan Assauri ( 2004;207) adalah : Komponen-komponen biaya dalam mutu adalah biaya barang-barang yang rusak atau apkir (scrap), biaya pemeriksaan atau inspeksi, biaya pembetulan atau pengerjaan kembali, biaya karena keterlambatan produksi akibat mutu yang buruk dan kerugian karena kehilangan pasaran Alasan Penetapan Biaya Mutu Menurut Suyadi Prawirosentono (2004 ; 24), audit biaya mutu produk adalah kegiatan untuk mengindentifikasi semua biaya yang timbul berkaitan dengan upaya mengubah produk bermutu buruk menjadi produk bermutu baik. Biaya-biaya tersebut kemudian di administrasikan dalam kartu skoring biaya mutu (quality cost score card). Banyak perusahaan yang tidak mengkalkulasi biayabiaya yang timbul, khususnya bila mereka akan memperbaiki mutu produk yang mereka jual. Oleh karena itu, kiranya perlu dikemukakan disini tentang kategori biaya yang berkaitan dengan upaya memperbaiki atau menjaga mutu produk, termasuk biaya reparasi atau mengganti (replace) dari produk yang rusak dan

8 dikembalikan kepada pembeli. Dalam hal ini kita perlu melaksanakan apa yang disebut dengan kategori biaya mutu (quality cost categories) Pengelompokkan Biaya Mutu Pengelompokkan biaya mutu menurut Suyadi Prawirosentono ( 2004;24-28) adalah sebagai berikut : 1. Biaya Kegagalan Eksternal Biaya kegagalan eksternal, bila diindikasikan biaya tersebut terjadi karena faktor luar organisasi perusahaan, misalnya akibat ulah konsumen. Biaya kegagalan eksternal terdiri atas berikut ini : a. Biaya keluhan konsumen (the cost of complaint, investigation and adjustment). Biaya ini dikeluarkan sehubungan dengan adanya keluahan konsumen atas produk yang dibeli, sehingga perlu biaya untuk meneliti kerusakan produk dan kemudian memperbaikinya. b. Biaya penggantian (the cost of return, replace of allowance). Biaya ini dikeluarkan untuk mengganti biaya yang rusak dengan barang yang baru, meliputi : biaya pengiriman kembali dan biaya kompensasi kepada konsumen berupa allowance (tunjangan kerugian karena tidak puas menggunakan produk yang rusak). c. Biaya jaminan (warranty expenses) yaitu biaya yang dikeluarkan karena terjadinya keluhan selama masa garansi, misalnya biaya perbaikan dan atau biaya sewa ganti selama barang yang rusak sedang diperbaiki. Yang dimaksud terakhir adalah selama mesin rusak sedang diperbaiki, diberi pinjam mesin yang sama atau produksi berjalan terus. Atau selama TV sedang diperbaiki, konsumen diberi pinjam TV agar konsumen tetap dapat menikmatinya. d. Ganti rugi (liability), yaitu biaya yang dikeluarkan perusahaan karena konsumen mengalami kecelakaan (bahkan sampai tingkat kematian). Biaya ini termasuk biaya rumah sakit, bahkan kerugian usaha (business losses).

9 e. Nama baik (goodwill), biaya yang dikeluarkan atau kehilangan keuntungan masa depan (future profit) akibat kerusakan produk bermutu rendah. Biaya ini memang sulit dihitung, tetapi bisa dapat jumlah yang besar dan berimplikasi luas, misalnya produk selalu mendapat complain dalam berbagai media massa yang akan merusak citra produk tersebut. 2. Biaya Kegagalan Internal Biaya kegagalan internal, bila diindikasikan biaya tersebut terjadi di lingkup perusahaan sebelum produk dikirimkan ke konsumen. Jenis biaya yang termasuk kategori biaya kegagalan internal adalah : a. Biaya disposisi, yaitu biaya untuk menentukan langkah kegiatan atau tindakan yang harus dilaksanakan sehubungan dengan adanya kerusakan pada suatu produk yang ditemukan. Bentuk tindakan tersebut antara lain, mengerjakan ulang (rework), membuangnya (scrap) atau memperbaiki melalui proses. b. Biaya membuangnya menjadi barang apkir (scrap cost). Biaya ini timbul karena mutu suatu barang buruk sekali sehingga lebih baik dibuang atau apkir. Biaya yang harus dihitung selain biaya bahan, juga upah dan biaya lain yang terkait dengan scrap tersebut. c. Biaya mengerjakan kembali (ulang)/rework cost, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mengoreksi atau memperbaiki produk atau bagian dari produk yang cacat atau rusak, agar barang tersebut dapat digunakan (usable) dan dapat dijual (salable). Jadi, ini adalah biaya koreksi atas produk yang rusak agar produk tersebut layak dijual. d. Biaya tes ulang (retest cost), yakni biaya untuk mengetes kembali atas produk yang mengalami pengerjaan ulang. Sebenarnya bukan saja biaya tes ulang, tetapi juga biaya inspeksi ulang selama proses pengerjaan ulang. e. Biaya bahan sisa (yield losses cost), yakni biaya atas bahan-bahan sisa yang secara teknis tidak dapat dihindarkan, mau tidak mau harus ada barang yang terbuang. Dalam industri garmen adalah perca. f. Biaya nganggur (down time cost), yakni biaya yang harus dikeluarkan untuk buruh yang terpaksa menganggur (idle) akibat adanya fasilitas atau

10 proses produksi terhenti karena masalah mutu produk (quality problem). Misalnya proses produksi ditentukan karena perlunya mesin disesuaikan (adjusting time) agar mesin tersebut berfungsi sesuai dengan mutu yang direncanakan. Misalnya produksi terhenti di percetakan, karena adanya kertas yang macet dalam mesin, atau karena adanya barang setengah jadi yang rusak. g. Biaya persediaan cadangan penyelamat (inventory safety stock cost) yakni biaya yang harus dikeluarkan akibat perusahaan harus menyediakan persediaan penyelamat agar proses produksi tidak terhenti akibat kehabisan bahan (out of stock). Dalam hal ini, sebenarnya biaya ekstra yang harus dikeluarkan karena perusahaan harus menyimpan cadangan persediaan ekstra akibat harus membuat komponen-komponen atau produk yang rusak. h. Biaya lembur akibat produk rusak, yaitu biaya lembur yang harus dikeluarkan karena pekerja harus melakukan kerja lembur akibat adanya komponen atas produk yang rusak (product defect). i. Biaya kelebihan kapasitas (excess capacity cost), yakni biaya kelebihan kapasitas yang harus dipelihara (to be maintained) untuk menutupi kapasitas yang hilang (loss capacity) akibat membuat komponen atau produk yang rusak. Biaya-biaya ini meliputi biaya fasilitas ekstra atau peralatan ekstra yang diperlukan agar proses produksi terbebas dari kerusakan produk (defect free). Hal ini mungkin biaya yang tersembunyi, tetapi merupakan biaya yang besar. 3. Biaya Penelaahan Biaya penelaahan, adalah biaya yang dikeluarkan untuk menelaah atau mengamati sehingga ditemukan kondisi bahan dan produk yang cacat atau rusak. Biaya penelahaan untuk mencegah kerusakan produk (product defect) adalah sebagai berikut : a. Biaya pemeriksaan bahan yang datang (incoming material inspection cost), yakni biaya pemeriksaan atas bahan baku yang masuk dari pemasok.

11 b. Biaya pemeriksaan selama proses produksi (in process inspection and testing cost), yakni pemeriksaan (inspeksi dan pengetesan) atas komponenkomponen barang yang dalam proses produksi (work in process) untuk menjamin adanya kesesuaian (conforming) mutu dengan mutu yang telah ditetapkan. Mungkin termasuk biaya kecocokan mutu yang dilakukan oleh konsumen dan laboratorium pihak ketiga (third party laboratories). c. Biaya pemeliharaan alat untuk tes (maintaining equipment), yakni biaya pemeliharaan alat-alat pengetesan agar semua mesin berada dalam kondisi kerja yang baik (good working condition) termasuk biaya kalibrasi untuk menjamin ukuran produk yang tepat karena peralatan tes yang juga tepat ukuran. d. Biaya evaluasi persediaan (cost of evaluation stock), yakni biaya untuk mengevaluasi kondisi bahan baku dan bahan pembantu dan juga produk akhir yang berada di gudang. 4. Biaya Pencegahan Biaya pencegahan, adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk upaya mencegah terjadinya kerusakan produk (failure atau defect), artinya biaya pencegahan adalah biaya untuk meminimumkan biaya penelaahan (appraisal cost) dan failure cost. Biaya pencegahan dalam rangka menjaga mutu produk meliputi beberapa jenis biaya berikut : a. Biaya perencanaan mutu (quality planning cost), yakni biaya-biaya yang berkaitan dengan perencanaan mutu produk dan sistem pengembangan mutu produk. Misalnya biaya kebijakan untuk mendesain prosedur sejak mulai (set up) sampai operasi berjalan sesuai dengan (berkaitan dengan mutu produk), pengembangan perencanaan inspeksi (development of inspection planning), dan biaya komunikasi kepada karyawan berkaitan dengan perencanaan mutu produk (sebagai kegiatan sosialisasi mutu produk yang harus ditetapkan). b. Biaya desain produk dan tinjau ulang (product desain anda review cost), yakni kenaikan biaya yang berkaitan dengan membuat desain produk dalam rangka memperbaiki mutu produk (product improvement). Dengan

12 istilah kenaikan (increment) biaya berarti tidak termasuk biaya orisinalnya untuk mendesain produk (not included the basic cost of the original product design). c. Biaya mendesain proses dan tinjau ulang (cost of process design and review), yakni biaya tambahan atau kenaikan biaya (increment cost) dan proses produksi yang baru untuk memperbaiki dan meninjau ulang proses produksi yang ada, sehingga memungkinkan terjadi hasil produk yang bermutu lebih baik (product quality improvement). Termasuk di dalamnya adalah biaya pembelian alat baru yang memperbaiki mutu produk. d. Biaya desain tugas dan pelatihan (cost of job design and training). Biayabiaya tersebut adalah biaya untuk mengembangkan metode kerja baru (developing work method) dan biaya implementasinya dalam bentuk biaya pelatihan untuk para karyawan dalam rangka perbaikan mutu produk. Termasuk di dalamnya adalah biaya persiapan, pelatihan dan manualnya (petunjuknya). e. Biaya kendali proses (cost of process control) yakni biaya kendali untuk mencapai mutu yang direncanakan dalam pengertian mutu yang lebih baik (product quality improvement). Misalnya pengendaliannya memerlukan alat baru yang lebih canggih (shophisticated), maka harga alat kendali tersebut dimasukkan sebagai biaya kendali proses. f. Biaya koleksi, analisis dan laporan (cost of data collection, analysis and report) adalah biaya-biaya untuk pengumpulan data yang berkaitan dengan perbaikan mutu, termasuk data produk rusak (defect product), masalah kualitas, biaya waktu penghentian produksi (down time), dan biaya analisis serta biaya penyusunan laporannya. g. Biaya program perbaikan mutu (cost of quality improvement program), yakni biaya kegiatan khusus atau proyek yang dibentuk untuk memonitor dan memperbaiki kualitas produk atau lingkaran mutu (quality circle).

13 2.3 Biaya Pemeliharaan Biaya pemeliharaan merupakan salah satu elemen biaya produksi. Sebelum membahas lebih lanjut tentang biaya pemeliharaan, terlebih dahulu akan membahas pengertian pemeliharaan, tujuan dan manfaat pemeliharaan, jenis-jenis pemeliharaan, dan perencanaan pemeliharaan yang diungkapkan oleh beberapa ahli Pengertian Pemeliharaan Pemeliharaan dan perbaikan mempunyai peran yang sangat penting menentukan dalamkegiatan proses produksi pada suatu perusahaan, karena aktivitas pemeliharaan dan perbaikan menentukan tingkat kelancaran dan efisiensi produksi. Untuk menjamin kelangsungan kegiatan produksi dan menjaga fasilitas atau peralatan tetap baik di perlukan kegiatan pemeliharaan perusahaan yang teratur antara lain : kegiatan pengecekan, perbaikan atau reparasi atas kerusakan yang ada serta penggantian spareparts yang terdapat pada fasilitas tersebut. Pengertian pemeliharaan menurut Sofyan Assauri (2004 ; 95) adalah : Pemeliharaan adalah sebagai kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasiltas/peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atas penyesuian/penggantian yang diperlukan agar supaya terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan. Menurut Manahan P. Tampubolon (2004 ; 247) adalah : Pemeliharaan (maintenance) adalah semua aktivitas, termasuk menjaga sistem peralatan dan mesin selalu dapat melaksanakan pesanan pekerjaan. Jadi dengan adanya kegiatan pemeliharaan (maintenance) ini maka fasilitas/peralatan pabrik dapat dipergunakan untuk produksi sesuai dengan rencana, dan tidak mengalami kerusakan selama fasilitas/peralatan tersebut dipergunakan untuk proses produksi atau sebelum jangka waktu tertentu yang direncanakan tercapai. Sehingga dapatlah diharapkan proses produksi dapat berjalan lancar dan terjamin, karena adanya kemungkinan kemacetan yang disebabkan tidak baiknya beberapa fasilitas atau peralatan produksi telah dihilangkan atau dikurangi.

14 2.3.2 Tujuan dan Manfaat Pemeliharaan Tujuan utama dari pemeliharaan menurut Sofyan Assauri (2004 ; 95-96) adalah sebagai berikut : 1. Kemampuan berproduksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana produksi. 2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak terganggu. 3. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang di luar batas dan menjaga modal yang di investasikan dalam perusahaan selama waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan mengenai investasi tersebut. 4. Untuk mencapai tingkat biaya maintenance (pemeliharaan) serendah mungkin, dengan melaksanakan kegiatan pemeliharaan secara efektif dan efisien keseluruhannya. 5. Menghindari kegiatan maintenance yang dapat membahayakan keselamatan kerja. 6. Mengadakan suatu kerja sama yang erat dengan fungsi-fungsi utama lainnya di suatu perusahaan yaitu tingkat keuntungan atau return of investment yang sebaik mungkin dan total biaya yang terendah. Sedangkan menurut Agus Ahyari (2002; ), ada beberapa keuntungan yang akan diperoleh dengan adanya pemeliharaan yang baik dari mesin dan peralatan produksi yang ada di dalam perusahaan, yaitu : 1. Fasilitas produksi yang ada di dalam perusahaan bersangkutan akan dapat dipergunakan dalam jangka waktu yang relatif lebih panjang. 2. Pelaksanaan proses produksi di dalam perusahaan yang bersangkutan akan berjalan dengan lancar. 3. Dapat menghindarkan diri atau setidak-tidaknya dapat menekan seminimal mungkin terjadinya kerusakan kerusakan berat dari fasilitas produksi yang dipergunakan selama proses produksi berjalan.

15 4. Fasilitas produksi yang dipergunakan dalam perusahaan dapat berjalan dengan stabil dan baik, maka pengendalian proses produksi dan kualitas produk dapat dilaksanakan dengan lebih baik. Dengan demikian kualitas produksi perusahaan dapat dipertahankan pada tingkat yang lebih baik. 5. Dengan dapat dihindarkannya kerusakan-kerusakan total dari mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan perusahaan tersebut, maka berarti perusahaan yang bersangkutan akan dapat menekan biaya pemeliharaan bagi mesin dan peralatan produksi. 6. Perencanaan biaya pemeliharaan dapat disusun secara lebih baik dan koordinasi antar bagian yang terkait dapat berjalan dengan lebih baik. Dari uraian di atas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya kegiatan pemeliharaan untuk mesin dan peralatan produksi yang dilakukan di dalam suatu perusahaan adalah bertujuan untuk memperpanjang umur ekonomis dari mesin dan peralatan yang ada, serta mengusahakan agar mesin dan peralatan produksi tersebut selalu di dalam keadaan optimal dan siap pakai untuk pelaksanaan proses produksi. Dengan demikian jelaslah bahwa kegiatan pemeliharaan ini merupakan kegiatan yang mempunyai dampak jangka panjang yang akibat-akibat jangka pendeknya justru kadang-kadang tidak kelihatan di dalam perusahaan yang bersangkutan Jenis-Jenis Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan pada perusahaan manufaktur adalah untuk menunjang operasi produksi suatu perusahaan, baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa atau non manufaktur. Kegiatan pemeliharaan bisa terencana ataupun tidak terencana. Hanya ada satu bentuk pemeliharaan tidak terencana yaitu pemeliharaan darurat, yang didefinisikan sebagai pemeliharaan dimana perlu segera dilaksanakan tindakan untuk mencegah akibat yang serius, misalnya hilangnya produksi, kerusakan besar pada peralatan atau untuk alasan keselamatan kerja. Kegiatan pemeliharaan dibagi menjadi dua kriteria, yaitu pemeliharaan terencana (planned maintenance) dan pemeliharaan tidak terencana (unplanned

16 maintenance). Pemeliharaan terencana adalah kegiatan perawatan yang dilaksanakan berdasarkan perencanaan terlebih dahulu. Perencanaan pemeliharaan ini mengacu pada rangkaian proses produksi. Menurut Sofyan Assuri (2004 ; 96-97) Pemeliharaan terencana dibagi menjadi dua aktivitas utama, yaitu : 1. Pemeliharaan Pencegahan (preventive maintenance) Preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi. Dengan demikian semua fasilitas produksi yang mendapatkan preventive maintenance akan terjamin kelancaran kerjanya dan selalu diusahakan dalam kondisi atau keadaan yang siap dipergunakan untuk setiap operasi atau proses produksi pada setiap saat. Sehingga dapatlah dimungkinkan pembuatan suatu rencana dan skedul pemeliharaan dan perawatan yang sangat penting karena kegunaannya yang sangat efektif di dalam menghadapi fasilitas-fasilitas produksi yang termasuk dalam golongan critical unit. Sebuah fasilitas atau peralatan produksi akan termasuk dalam golongan critical unit, apabila : a. Kerusakan fasilitas atau peralatan tersebut akan membahayakan kesehatan atau keselamatan para pekerja. b. Kerusakan fasilitas ini akan mempengaruhi kualitas dari produk yang dihasilkan. c. Kerusakan fasilitas tersebut akan menyebabkan kemacetan seluruh proses produksi. d. Modal yang ditanamkan dalam fasilitas tersebut atau harga dari fasilitas ini adalah cukup besar atau mahal. Apabila preventive maintenance dilaksanakan pada fasilitas-fasilitas atau peralatan yang termasuk dalam critical unit, maka tugas-tugas maintenance dapatlah dilakukan dengan suatu perencanaan yang intensif untuk unit yang bersangkutan, sehingga rencana produksi dapat dicapai

17 dengan jumlah hasil produksi yang lebih besar dalam waktu yang relatif lebih singkat. Dalam prakteknya preventive maintenance yang dilakukan oleh suatu perusahaan pabrik dapat dibedakan atas: Routine Maintenance dan Periodic Maintenance. Routine Maintenance adalah kegiatan pemiliharaan dan perawatan yang dilakukan secara rutin misalnya setiap hari. Sebagai contoh dari kegiatan routine maintenance adalah pembersih fasilitas/peralatan, pelumasaan (lubrication) atau pengecekan olinya, serta pengecekan isi bahan bakarnya dan mungkin masuk pemanasan (warmingup) dari mesin-mesin selama beberapa menit sebelum dipakai beroperasi sepanjang hari. Periodic maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan secara periodik atau dalam jangka waktu tertentu, misalnya setiap satu minggu sekali, lalu meningkat setiap satu bulan sekali, dan akhirnya setiap satu tahun sekali. Periodic Maintenance dapat dilakukan pula dengan memakai lamanya jam kerja mesin atau fasilitas produksi tersebut sebagi jadwal kegiatan, misalnya setiap seratus jam kerja mesin sekali dan seterusnya. Jadi sifat kegiatan maintenance ini tetap secara periodik atau berkala. Kegiatan periodik maintenance ini adalah jauh lebih berat daripada kegiatan rountine maintenance. Sebagai contoh dari kegiatan periodic maintenance adalah pembongkaran carburetor ataupun pembongkaran alat-alat di bagian sistem aliran bensin, penyetelan katup-katup pemasukan dan pembuangan cylinder mesin dan pembongkaran mesin/fasilitas tersebut untuk penggantian pelor roda (bearing), serta service dan overhaul besar ataupun kecil. 2. Pemeliharaan Koretif (Corrective atau Breakdown Maintenance) Dengan Corrective atau Breakdown Maintenance dimaksudkan adalah kegiatan pemeliharaan atau perawatan yang dilakukan setelah terjadinya suatu kerusakan atau kelainan pada fasilitas atau peralatan sehingga tidak

18 dapat berfungsi dengan baik. Kegiatan corrective maintenance yang dilakuka sering disebut dengan kegiatan perbaikan atau reparasi. Perbaikan dilakukan dengan adanya kerusakan yang dapat terjadi akibat tidak dilakukannya prenventive maintenance ataupun telah dilakukan preventive maintenance tetapi pada suatu waktu tertentu fasilitas ataupun peralatan tersebut dapat dibetulkan. Maksud dari tindakan perbaikan ini adalah agar fasilitas atau peralatan tersebut dapat dipergunakan kembali dalam proses produksi, sehingga operasi atau proses produksi dapat berjalan lancar kembali. Dengan demikian apabila perusahaan hanya mengambil kebijaksanaan untuk melakukan corrective maintenance saja, maka terdapatlah faktor ketidakpastian akan kelancaran bekerjanya fasilitas atau peralatan produksi yang ada. Oleh karena itu kebijaksanaan untuk melakukan corrective maintenance saja tanpa preventive maintenance, akan menimbulkan akibatakibat yang dapat menghambat ataupun memacetkan kegiatan produksi apabila terjadi suatu kerusakan yang tiba-tiba pada fasilitas produksi yang digunakan Perencanaan Pemeliharaan Pemeliharaan alat-alat produksi tanpa perencanaan yang baik akan mengakibatkan pemeliharaan yang dilakukan menjadi tidak efisien, atau hasil pemeliharaan kurang memadai. Oleh karena itu, di dalam kegiatan pemeliharaan yang akan dilakukan, sebaiknya disusun perencanaannya terlebih dahulu. Tanpa perencanaan yang baik mungkin mengganggu jalannya proses produksi. Menurut Agus Ahyari (2002; ) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan perencanaan pemeliharaan, yaitu : 1. Data teknis dari perusahaan pembuat alat-alat produksi Dengan adanya petunjuk teknis alat-alat produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan pembuat alat-alat produksi, perusahaan akan dapat mengetahui cara melakukan pemeliharaan dan perbaikan alat-alat produksi tersebut. Berdasarkan petunjuk teknis yang ada, perusahaan akan dapat

19 memperkirakan hal-hal apa saja yang harus dikerjakan serta kapan pekerjaan pemeliharaan harus dilaksanakan. Jika prosedur pemakaian alatalat produksi yang dipergunakan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka alat-alat produksi akan dapat dipergunakan secara efisien dan mempunyai umur ekonomis yang memadai. 2. Skedul proses produksi Apabila didalam penyusunan perencanaan pemeliharaan tidak mempertimbangkan skedul proses produksi, maka jadwal pemeliharaan akan mengganggu jadwal proses produksi. Jika perusahaan ingin mengadakan pemeliharaan yang baik, maka skedul proses produksi harus dipertimbangkan dalam penyusunan perencanaan pemeliharaan. 3. Kemudahan suku cadang Salah satu hal yang penting dalam pemeliharaan, adalah penggantian suku cadang yang sudah habis pakai atau tidak layak lagi untuk dipakai. Waktu penggantian suku cadang dapat diperkirakan sesuai dengan petunjuk teknis yang ada. Sehubungan dengan hal tersebut, maka kemudahan untuk mencari suku cadang hendaknya merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan pemeliharaan. Kesulitan dalam mendapatkan suku cadang akan dapat mengganggu jalannya pemeliharaan. Pada umumnya apabila pengadaan suku cadang banyak mengalami kesulitan, perusahaan akan berusaha memperolehnya jauh-jauh hari sebelum suku cadang tersebut benar-benar diperlukan. Dengan demikian perusahaan akan mempunyai persediaan suku cadang dari alat-alat produksi yang digunakan Pengertian Biaya Pemeliharaan Berdasarkan klasifikasi biaya menurut objek pengeluarannya yang berkaitan dengan tujuan pengeluaran, maka biaya pemeliharaan muncul karena adanya aktivitas pemeliharaan. Dari pengertian biaya serta pengertian tentang pemeliharaan dapat disimpulkan bahwa biaya pemeliharaan adalah pengorbanan ekonomi yang diukur dengan satuan uang yang telah terjadi dan potensial akan

20 terjadi untuk memelihara atau menjaga fasilitas pabrik dan untuk mengadakan perbaikan dan penyesuaian yang diperlukan agar proses produksi dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Menurut pendapat Mulyadi (2007;194), biaya pemeliharaan diartikan sebagi berikut : Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang (spareparts), biaya bahan habis pakai (factory suplies) dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan emplasemen, perumahan, bangunan pabrik, mesin-mesin dan ekuipmen, kendaraan, perkakas laboratorium, dan aktiva tetap lain yang digunakan untuk keperluan pabrik. Biaya pemeliharaan mesin sesungguhnya timbul dari adanya kegiatan pemeliharaan mesin. Hal ini dilakukan oleh perusahaan untuk menjaga kondisi mesin agar selalu dalam keadaan baik dan dapat beroperasi secara optimal Pengumpulan Biaya Pemeliharaan Sesungguhnya Dalam akuntansi biaya, pengumpulan biaya pemeliharaan adalah dengan mengumpulkan data biaya yang terjadi di masa lalu (biaya sesungguhnya terjadi). Informasi biaya sesungguhnya ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengeluaran yang sebenarnya terjadi untuk melakukan suatu kegiatan. Biaya reparasi dan pemeliharaan termasuk komponen biaya overhead pabrik, seperti yang dikemukakan oleh Hansen dan Mowen (2000;147) yang diterjemahkan oleh lembaga Concern Learning sebagai berikut : Ada banyak perbedaan ukuran dari kegiatan produksi dalam menentukan biaya overhead pabrik, maka pendorong yang umum di pakai adalah unit yang diproduksi, jam tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, bahan baku langsung serta biaya reparasi dan pemeliharaan. Sedangkan menurut pendapat Sunarto (2003;37) menyebutkan bahwa : Biaya Overhead Pabrik mengacu kepada semua biaya produksi tidak langsung, misalnya bahan baku tidak langsung, upah tidak langsung, biaya air, sewa, penyusutan bangunan pabrik serta biaya reparasi dan pemeliharaan. Dari uraian diatas bahwa biaya pemeliharaan yang dikumpulkan dalam kartu biaya pemeliharaan dijadikan dasar untuk pengumpulan biaya overhead

21 pabrik sesungguhnya. Biaya pemeliharaan dicatat dalam rekening kontrol biaya overhead pabrik yang dikumpulkan untuk dibandingkan dengan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan dimuka, dalam tahun berjalan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dikumpulkan dalam rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya. 2.4 Produk Rusak Dalam suatu proses produksi tidak semua produk yang dihasilkan sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan oleh perusahaan, yaitu terdapatnya produk rusak. Ada beberapa penyebab terjadinya produk rusak seperti : kualitas dari bahan baku itu sendiri, tempat penyimpanan bahan baku yang tidak sesuai dengan karakteristik dari bahan baku tersebut, terutama bahan baku yang disimpan pada suhu ruangan dengan temperatur tertentu, kondisi dari mesin yang tidak terpelihara dengan baik akibat kurangnya perawatan dari bagian pemeliharaan sehingga akan menghambat kelancaran proses produksi Pengertian Produk Rusak Menurut pendapat Mulyadi (2007;302), produk rusak (spoiled goods) dapat diartikan sebagai berikut : Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk yang baik. Produk rusak berbeda dengan sisa bahan karena sisa bahan merupakan bahan yang mengalami kerusakan dalam proses produksi, sehingga belum sempat menjadi produk, sedangkan produk rusak merupakan produk yang telah menyerap biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Sedangkan menurut Bastian Bustami, Nurlela (2007;147), adalah : Produk rusak adalah produk yang dihasilkan dalam proses produksi, dimana produk yang dihasilkan tersebut tidak sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan, tetapi secara ekonomis produk tersebut dapat diperbaiki dengan mengeluarkan biaya tertentu, tetapi biaya yang dikeluarkan cenderung lebih besar dari nilai jual setelah produk tersebut diperbaiki. Produk rusak ini pada umumnya diketahui setelah proses produk selesai.

22 Produk rusak dilihat dari sifatnya terdiri dari dua macam, yaitu : produk rusak yang bersifat normal dan produk rusak yang bersifat abnormal. Menurut Horngren (1999;438) yang diterjemahkan oleh Endah Susilaningtyas sebagai berikut : Kerusakan normal adalah kerusakan yang timbul dengan kondisi operasi yang efisien yang merupakan hasil inheren (keluaran) dari proses tertentu. Kerusakan abnormal adalah kerusakan yang tidak dapat diharapkan timbul dengan kondisi operasi yang efesien, yang bukan bagian melekat dari proses produksi terpilih. Harga pokok dari kerusakan normal, biasanya di pandang dari harga pokok dari unit sempurna yang diproduksi. Hal ini dikarenakan pemilihan kombinasi faktor-faktor produksi tertentu sehingga sulitnya pengerjaan suatu produk tertentu, memiliki tingkat kerusakan yang dapat diterima. Kerusakan normal dapat dikendalikan, sedangkan kerusakan abnormal dengan cara meminimalkan kerusakan mesin produksi, tidak memakai bahan baku yang tidak bermutu, mengadakan pelatihan kerja. Pada perusahaan manufaktur selalu ditekankan mengenai efisiensi produksi. Untuk menilai efisiensi kegiatan produksi, maka pada awal periode harus ditentukan prosentase kerusakan normal dengan rumus : Prosentase kerusakan normal= Jumlah produk rusak yangdiperkirakan x 100% Jumlah produk rusak yangdimasukkanproses Perlakuan Akuntansi Terhadap Produk Rusak Menurut pendapat Mulyadi (2007 ; 302), perlakuan terhadap produk rusak adalah tergantung dari sifat dan sebab terjadinya : 1. Jika produk rusak terjadi karena sulitnya pengerjaan pesanan tertentu atau faktor luar biasa lain, maka harga pokok produk rusak dibebankan sebagai tambahan harga pokok produk yang baik dalam pesanan yang bersangkutan. Jika produk rusak tersebut masih laku dijual, maka hasil penjualannya diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi pesanan yang menghasilkan produk rusak tersebut. 2. Jika produk rusak merupakan hal yang normal terjadi dalam proses pengolahan produk, maka kerugian yang timbul sebagai akibat

23 terjadinya produk rusak dibebankan kepada produksi secara keseluruhan, dengan cara memperhitungkan kerugian tersebut di dalam tarif biaya overhead pabrik. Oleh karena itu, anggaran biaya overhead pabrik yang akan digunakan untuk menentukan tarif biaya overheasd pabrik terdiri dari elemen-elemen berikut ini : Biaya bahan penolong Biaya tenaga kerja tak langsung Biaya reparasi dan pemeliharaan Biaya asuransi Biaya overhead pabrik lain Rp xxx xxx xxx xxx xxx Rugi produk rusak (hasil penjualan harga pokok produk rusak) xxx Biaya overhead pabrik yang dianggarkan Rp xxx dan tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan rumus berikut ini : Biayaoverhead pabrik yang dianggarkan Tarif biaya overhead pabrik = Dasar pembebanan Jika terjadi produk rusak, maka kerugian yang sesungguhnya terjadi didebitkan dalam rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Perlakuan produk rusak selain berdasarkan sifat kerusakannya (normal dan abnormal), juga berdasarkan laku tidaknya produk rusak tersebut laku dijual Produk Rusak Tidak Laku Dijual Produk rusak tidak laku dijual terdiri dari dua bagian yaitu sebagai berikut: 1. Produk rusak tidak laku dijual dan sifatnya normal, harga pokok produk rusak dibebankan pada produk selesai (sempurna) atau produk rusak dianggap dihapuskan. Harga pokok produk sempurna jumlahnya bertambah, sedangkan jumlah pembagi harga pokok produksi jumlahnya tetap yaitu sebanyak unit

24 produk sempurna. Dengan demikian maka harga pokok produk persatuan menjadi bertambah. Berikut ini pencatatan jurnal produk rusak tidak laku dijual yang sifatnya normal : Mencatat pembebanan biaya pada proses produksi Barang dalam proses-biaya bahan baku Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung Barang dalam proses-biaya overhead pabrik Persediaan bahan baku Biaya upah langsung Biaya overhead dibebankan Mencatat harga pokok produk selesai ( produk jadi ) Persediaan produk jadi Barang dalam proses-biaya bahan baku Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung Barang dalam proses-biaya overhead pabrik (jumlah persediaan produk jadi sebesar harga pokok produk sempurna ditambah harga pokok produk rusak normal). Mencatat harga pokok produk persediaan barang dalam proses Persediaan barang dalam proses Barang dalam proses-biaya bahan baku Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung Barang dalam proses-biaya overhead pabrik 2. Produk rusak tidak laku dijual dan sifatnya abnormal, harga pokok produk rusak tidak boleh dikapitalisasikan ke dalam harga pokok produk sempurna Mencatat harga pokok produk selesai ( produk jadi ) Persediaan produk jadi Barang dalam proses-biaya bahan baku Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung Barang dalam proses-biaya overhead pabrik (jumlah persediaan produk jadi sebesar harga poko produk sempurna).

25 Mencatat harga pokok produk yang tidak laku dijual Rugi produk rusak Barang dalam proses-biaya bahan baku Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung Barang dalam proses-biaya overhead pabrik (jumlah rugi produk rusak sebesar harga pokok produk rusak) Produk rusak laku dijual Produk rusak laku dijual terdiri dua bagian yaitu sebagai berikut : 1. Produk rusak laku dijual dan terjadinya kerusakan pada batas normal hasil penjual produk rusak yang diperlakukan sebagai : a. Pengurang harga pokok produk selesai. Sesuai dengan pembebanan produk rusak sebagai penambah harga pokok produk selesai, maka penghasilan penjualan produk rusak diperlakukan sebagai pengurang harga pokok produk selesai. Mencatat harga pokok produk selesai Persediaan produk jadi Barang dalam proses-biaya bahan baku Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung Barang dalam proses-biaya overhead pabrik (jumlah persediaan produk jadi sebesar harga pokok produk sempurna ditambah dengan harga pokok produk rusak). Mencatat hasil penjualan produk rusak Kas/Piutang dagang Persediaan produk jadi b. Pengurang semua elemen biaya produksi. Perlakuan ini memerlukan alokasi yang adil pada setiap elemen biaya produksi yang dialokasikan sebagai pembanding setiap elemen biaya. Jurnal untuk alokasi biaya penjualan produk rusak sebagai pengurang elemen biaya produksi sebagai berikut :

26 Kas/ Piutang dagang Barang dalam proses-biaya bahan baku Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung Barang dalam proses-biaya overhead pabrik (akibat adanya pengurang elemen biaya produksi, maka elemen biaya produksi yang dibebankan ke persediaan produk jadi akan berkurang ). c. Pengurang biaya overhead pabrik (BOP). Perlakuan ini mengakibatkan BOP menjadi pengurang apabila harga pokok produk rusak pada tingkat tertentu relatif tinggi. Jurnalnya sebagai berikut : Kas/ Piutang dagang Barang dalam proses-biaya overhead pabrik (elemen BOP akan berkurang sebesar harga pokok produk rusak yang bisa dijual, sehingga pembebanan elemen BOP kepda produk jadi menjadi berkurang ) d. Penghasilan lain-lain, perlakuan ini tidak sesuai dengan perlakuan harga pokok produk rusak yang menambah harga pokok produk selesai. Mencatat persediaan produk jadi Persediaan produk jadi Barang dalam proses-biaya bahan baku Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung Barang dalam proses-biaya overhead pabrik (jumlah persediaan produk jadi sebesar harga pokok produksi sempurna ditambah dengan harga pokok produk rusak). Mencatat hasil penjualan produk rusak Kas / Piutang dagang Pendapatan lain-lain 2. Produk rusak yang laku dijual dan terjadinya produk rusak diluar batas normal, maka penghasilan dari penjualan produk rusak diperlakukan sebagai pengurang rugi produk rusak. Jurnalnya sebagai berikut : Kas / Piutang dagang Rugi produk rusak

27 2.5 Pengaruh Aktivitas Pemeliharaan Alat-Alat Produksi Terhadap Produk Rusak Dalam perusahaan manufaktur, kelancaran proses produksi merupakan hal yang sangat penting untuk dapat mencapai target produksi, oleh karena itu maka segala sesuatu yang berkaitan dengan proses produksi baik langsung maupun tidak langsung harus diperhatikan. Alat-alat produksi yang dipergunakan dalam perusahaan, merupakan faktor penentu keberhasilan dalam proses produksi, selain faktor bahan baku dan tenaga kerja langsung. Proses produksi bisa berjalan dengan baik, jika alat-alat produksi dapat berjalan dengan lancar, normal dan stabil. Oleh sebab itu alat-alat produksi selalu dalam keadaan baik pada saat digunakan. Untuk melaksanakan pemeliharaan dibutuhkan biaya, yaitu biaya pemeliharaan. Dengan adanya biaya pemeliharaan, diharapkan alat-alat produksi selalu dalam kondisi baik, sehingga proses produksi dapat berjalan dengan sempurna, dan akan menghindarkan dari adanya produk yang tidak sesuai dengan standar mutu. Pemeliharaan yang akan dilakukan dapat berupa pemeliharaan yang bersifat preventive dan pemeliharaan yang bersifat corrective tergantung pada kondisi perusahaan dan kondisi mesin yang dimiliki oleh perusahaan, akan tetapi jenis-jenis pemeliharaan ini adalah suatu pilihan yang harus diambil perusahaan apabila ingin menjaga asset secara baik yang mampu menjamin mesin berada pada kondisi siap pakai dalam kegiatan proses produksi. Biaya pemeliharaan merupakan biaya yang timbul akibat adanya aktivitas pemeliharaan. Jika biaya pemeliharaan alat-alat produksi meningkat, maka produk rusak akan menurun. Dan jika biaya pemeliharaan alat-alat produksi menurun, maka produk rusak akan meningkat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya 2.2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi sebagai salah satu ilmu terapan mempunyai dua tipe, yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Salah satu yang

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pengertian dan Penggolongan Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi bisnis, non-bisnis, manufaktur, eceran dan jasa. Umumnya, berbagai macam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen (2011:47) Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsur dari harga pokok dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama hal nya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Ada beberapa pengertian biaya yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya: Daljono (2011: 13) mendefinisikan Biaya adalah suatu pengorbanan sumber

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Tinjauan Umum Akuntansi Biaya Akuntansi dalam suatu organisasi atau perusahaan dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu akuntansi keuangan (financial accounting) dan akuntansi manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau lebih popular dengan singkatan UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencatatan. 2.1.1 Pengertian Pencatatan pada suatu saat tertentu suatu usaha pasti memerlukan suatu alat untuk dapat mengukur hasil operasi arus kas dan posisi keuangan dari

Lebih terperinci

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA Manajemen dalam menjalankan tugasnya harus mempunyai keahlian serta kemampuan untuk memanfaatkan setiap faktor produksi yang ada. Salah satu

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi keuangan bukan merupakan tipe akuntansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya mengukur dan melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi suatu perusahaan. Akuntansi biaya mengukur

Lebih terperinci

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH 3.1 Biaya 3.1.1 Pengertian Biaya Biaya memiliki dua pengertian baik pengertian secara luas dan pengertian secara sempit. Dalam arti luas, biaya adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhitungan biaya produksi dan mengambil beberapa referensi yang diperoleh dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhitungan biaya produksi dan mengambil beberapa referensi yang diperoleh dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka ini menjelaskan mengenai pengertian yang mendasari dari perhitungan biaya produksi dan mengambil beberapa referensi yang diperoleh dari buku ilmiah, laporan penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah 2.1.1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah bahwa

Lebih terperinci

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI BAB II HARGA POKOK PRODUKSI Bab ini berisi teori yang akan digunakan sebagai dasar melakukan analisis data. Mencakup pengertian dan penggolongan biaya serta teori yang berkaitan dengan penentuan harga

Lebih terperinci

BAB II BIAYA OVERHEAD PABRIK Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya. Untuk itu suatu perusahaan menyelenggarakan akuntansi, guna memperoleh

BAB II BIAYA OVERHEAD PABRIK Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya. Untuk itu suatu perusahaan menyelenggarakan akuntansi, guna memperoleh BAB II BIAYA OVERHEAD PABRIK 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya Fungsi manajemen perusahaan meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian. Dalam menjalankan fungsinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian akuntansi yang mencatat berbagai macam biaya, mengelompokkan, mengalokasikannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Akuntansi Biaya 2.1.1. Pengertian Akuntasi Biaya Secara garis besar Akuntasi berarti pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian dari transaksi-transaksi

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya Akuntansi merupakan bagian dari dua tipe akuntansi yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan yang membahas mengenai penentuan harga pokok produk. Akuntansi biaya secara khusus berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memberikan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi (2007:18) yang dimaksud dengan harga pokok produksi adalah harga pokok produksi memperhitungkan semua unsur biaya yang terdiri dari biaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya dan Pengklasifikasian Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi baik organisasi bisnis, non bisnis, manufaktur, dagang dan jasa. Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya Biaya merupakan komponen terpenting dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi. Setiap perusahaan yang bertujuan mencari laba (profit oriented) ataupun tidak mencari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsure dari harga dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu perlu

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Biaya Biaya merupakan salah satu komponen yang sangat penting karena biaya sangat berpengaruh dalam mendukung kemajuan suatu perusahaan dalam melaksanakan aktifitas

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (2010:7) Akuntansi Biaya ialah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk jasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memiliki peranan penting bagi manajemen perusahaan agar dapat memiliki pemahaman dalam

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengaruh Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:849) pengaruh dapat diartikan sebagai berikut: Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk

BAB II BAHAN RUJUKAN. Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk BAB II BAHAN RUJUKAN 2.2 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi, serta membuat baik keputusan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama hal nya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini, penulis akan menguraikan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang akan digunakan sebagai landasan dalam menganalisa permasalahan yang ada diperusahaan PT

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 7 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntani Biaya 1. Pengertian biaya Biaya merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses produksi dalam satu perusahaan manufaktur. Terdapat

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING II.1. Harga Jual Penentuan harga jual suatu produk atau jasa merupakan salah satu keputusan penting manajemen karena harga yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam

BAB II BAHAN RUJUKAN. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Mulyadi (2005:8) menyatakan bahwa pengertian biaya dalam arti luas adalah : Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya Informasi biaya sangat bermanfaat bagi manajemen perusahaan. Diantaranya adalah untuk menghitung harga pokok produksi, membantu manajemen dalam fungsi perencanaan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah ditetapkan. Pengertian menurut Hansen dan Mowen (2004 : 40) adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah ditetapkan. Pengertian menurut Hansen dan Mowen (2004 : 40) adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya dan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan sumber daya perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengertian menurut Hansen dan Mowen (2004

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, Dan HIPOTESIS

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, Dan HIPOTESIS 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, Dan HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian dan Penggolongan Biaya Biaya dalam akuntansi biaya diartikan dalam dua pengertian yang berbeda, yaitu biaya

Lebih terperinci

Penggolongan Biaya. Prepared by Ridwan Iskandar Sudayat, SE.

Penggolongan Biaya. Prepared by Ridwan Iskandar Sudayat, SE. Penggolongan Biaya Terdapat lima cara penggolongan biaya, menurut Mulyadi (1990, hal. 10), yaitu penggolongan biaya menurut: a) Obyek pengeluaran. Dalam penggolongan ini, nama obyek pengelaran merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kegiatan perekonomian berkembang begitu pesatnya, sehingga tercipta lingkungan yang kompetitif dalam segala bidang usaha. Persaingan di bidang industri semakin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan akuntansi secara umum sebagai berikut : organisasi kepada para pengguna yang berkepentingan.

BAB II LANDASAN TEORI. dengan akuntansi secara umum sebagai berikut : organisasi kepada para pengguna yang berkepentingan. BAB II LANDASAN TEORI A. Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Sebelum mengurai lebih jauh tentang biaya overhead pabrik dan harga pokok penjualan, penulis ingin menjelaskan pengertian akuntansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Istilah biaya (cost) sering digunakan dalam arti yang sama dengan istilah beban (expense). Berdasarkan teori yang ada istilah biaya (cost) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia usaha dihadapkan pada era globalisasi dimana pasar

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia usaha dihadapkan pada era globalisasi dimana pasar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini dunia usaha dihadapkan pada era globalisasi dimana pasar tidak lagi hanya dimasuki oleh pesaing domestik saja tetapi juga didatangi oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu pengeluaran yang pasti dalam suatu perusahaan, oleh karenanya, biaya sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII di Jln. Sindang

Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII di Jln. Sindang Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII di Jln. Sindang Sirna No.4 Bandung 40135 dan kerja praktik ini dilaksanakan pada bulan Juni- Juli tahun 2006. BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Dalam menjalankan fungsinya, manajemen membutuhkan informasi untuk

BAB II BAHAN RUJUKAN. Dalam menjalankan fungsinya, manajemen membutuhkan informasi untuk 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Dalam menjalankan fungsinya, manajemen membutuhkan informasi untuk membuat perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Untuk itu manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi Biaya merupakan hal yang penting bagi perusahaan manufaktur dalam mengendalikan suatu biaya

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Walter T Harrison JR. (2011:03) Mulyadi (2009:5)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Walter T Harrison JR. (2011:03) Mulyadi (2009:5) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintah, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA. masa datang bagi organisasi (Hansen dan Mowen, 2006:40).

BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA. masa datang bagi organisasi (Hansen dan Mowen, 2006:40). BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA II.1. Pengertian Biaya Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Ada beberapa penafsiran mengenai pengertian Akuntansi Biaya seperti yang dikemukakan oleh : Menurut Mulyadi (2005:7) dalam bukunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bekerja secara efisien, efektif dan ekonomis untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. bekerja secara efisien, efektif dan ekonomis untuk mencapai tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi dunia usaha sekarang ini menuntut perusahaan agar bekerja secara efisien, efektif dan ekonomis untuk mencapai tujuan perusahaan. Tujuan utama didirikannya

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan faktor penting dalam menentukan harga pokok, karena dalam kegiatan operasi suatu perusahaan untuk menghasilkan produk harus mengeluarkan

Lebih terperinci

METODE DIRECT COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK. Nurul Badriyah,SE,MPd

METODE DIRECT COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK. Nurul Badriyah,SE,MPd METODE DIRECT COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK Nurul Badriyah,SE,MPd ABSTRAK Direct costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam satuan moneter untuk tujuan tertentu yang tidak dapat lagi dihindari, baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam satuan moneter untuk tujuan tertentu yang tidak dapat lagi dihindari, baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Biaya a. Pengertian Biaya Secara luas biaya didefinisikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi dalam satuan moneter untuk tujuan tertentu yang tidak dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya, Biaya, dan Penggolongan Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Siklus perusahaan manufaktur dimulai dengan pengolahan bahan baku di bagian produksi dan berakhir

Lebih terperinci

Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Penjualan Dan Laba Operasi Pada Perusahaan Manufaktur

Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Penjualan Dan Laba Operasi Pada Perusahaan Manufaktur Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Financial Accounting 2015-12-21 Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Penjualan Dan Laba Operasi Pada Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Peneliti Terdahulu Hasil penelitian Rahayu (2015) tentang Analisis Pembebanan Biaya Overhead Pabrik terhadap Harga Jual Produk pada UKM di Wilayah Sukabumi yaitu perusahaan

Lebih terperinci

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA - Jurusan Teknik Industri TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA Teknik Industri Lesson 1 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Mata Kuliah : Kode : TID 4019 Semester : 3 Beban Studi : 3 SKS Capaian Pembelajaran (CPL): 1. Menguasai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan hal yang paling penting bagi manajemen perusahaan sebagai basis data biaya untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lain : Haryono Jusuf (1997:24), biaya adalah harga pokok barang yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lain : Haryono Jusuf (1997:24), biaya adalah harga pokok barang yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biaya Definisi mengenai biaya dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain : Haryono Jusuf (1997:24), biaya adalah harga pokok barang yang dijual dan jasa-jasa yang dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memasukkan bagian-bagian akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan tentang bagaimana

Lebih terperinci

Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai

Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai s MANAJEMEN KEUANGAN KLASIFIKASI BIAYA Dalam Manajemen Keuangan Dina Novia Priminingtyas, SP.,Msi. Lab. of Agribusiness Analysis and Management Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : dinanovia@ub.ac.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Penyusunan laporan akhir ini penulis menggunakan beberapa teori sebagai acuan untuk membahas permasalahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Manajemen Akuntansi dapat dipandang dari dua tipe akuntansi yang ada yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Sebagai salah satu tipe informasi akuntansi manajemen

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya berikut : Menurut Mulyadi (2000: 6) pengertian Akuntansi Biaya adalah sebagai Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4.1 Konsep Pengaruh Definisi pengaruh (influence) menurut The American Heritage Dictionary (1996) adalah sebagai berikut: A power affecting person, thing, or course of events, especially

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya sangat berperan penting dalam kegiatan perusahaan. Salah satu peranan akuntansi biaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memiliki peranan penting bagi manajemen perusahaan agar dapat memiliki perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Menurut Kieso (2007:4) : Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Dalam menghadapi persaingan yang sangat kompetitif, perusahaan manufaktur diharapkan untuk membuat produk yang sesuai dengan permintaan konsumen, baik kuantitas maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Secara garis besar bahwa akuntansi dapat diartikan sebagai pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi berkaitan dengan hal pengukuran, pencatatan dan pelaporan informasi keuangan kepada pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya Dalam kegiatan perusahaan ada banyak keputusan yang harus diambil oleh manajemen untuk kelangsungan hidup perusahaan. Dalam pengambilan keputusan dibutuhkan informasi

Lebih terperinci

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TUNJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Bastian (2006:137) Biaya adalah suatu bentuk pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan entitas.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II.1. Arti dan Tujuan Akuntansi Manajemen. Definisi normatif Akuntansi Manajemen menurut Management

BAB II LANDASAN TEORI. II.1. Arti dan Tujuan Akuntansi Manajemen. Definisi normatif Akuntansi Manajemen menurut Management 13 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Arti dan Tujuan Akuntansi Manajemen Definisi normatif Akuntansi Manajemen menurut Management Accounting Practices (MAP) Comittee adalah: proses identifikasi, pengukuran,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Akuntansi Biaya dan Pengertian Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN BIAYA JASA

BAB II PENENTUAN BIAYA JASA 12 BAB II PENENTUAN BIAYA JASA 2.1. Jasa Perusahaan adalah suatu unit kegiatan yang mengelola sumber-sumber ekonomi untuk menyediakn barang dan jasa bagi masyarakat, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengaruh Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:849) pengaruh dapat diartikan sebagai berikut : Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN Pengertian Akuntansi Biaya. Menurut Mulyadi (2009:7) mendefinisikan akuntansi biaya sebagai. berikut:

BAB II BAHAN RUJUKAN Pengertian Akuntansi Biaya. Menurut Mulyadi (2009:7) mendefinisikan akuntansi biaya sebagai. berikut: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatam perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Unsur - Unsur Biaya Produksi 1. Pengertian Biaya Produksi Sebelum membahas mengenai biaya produksi, terlebih dahulu dijelaskan pengertian dari biaya itu sendiri.

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Masiyah Kholmi dan Yuningsih biaya (cost)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Masiyah Kholmi dan Yuningsih biaya (cost) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Salah satu data penting yang diperlukan oleh perusahaan dalam menentukan harga pokok adalah biaya. Biaya mengandung dua pengertian, yaitu dalam beban

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Akuntansi dan Akuntansi Biaya l. Pengertian Akuntansi Pengertian akuntansi secara teoritis menurut Skausen dan Hongren (2001:6) adalah "proses pencatatan, penggolongan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKAN 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKAN 2.1. Prosedur 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi dalam buku yang berjudul "Sistem Akuntansi" menyatakan bahwa : "Prosedur adalah suatu urutan kegiatan krelikal, biasanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Menurut L. Gaylee Rayburn (1999:3), pengertian Akuntansi Biaya adalah sebagai berikut : Akuntansi Biaya adalah proses mengidentifikasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruksi, dan Variabel Penelitian 2.1.1 Biaya Produksi Menurut Hansen dan Mowen (2012: 47), Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Biaya 2.1.1 Konsep Biaya Akuntan telah mendefinisikan biaya sebagai suatu nilai tukar, pengeluaran, atau pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat. Dalam akuntansi

Lebih terperinci

METODE HARGA POKOK PESANAN

METODE HARGA POKOK PESANAN 1 METODE HARGA POKOK PESANAN Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Cost Method) adalah metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara

Lebih terperinci

PENGANTAR AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN)

PENGANTAR AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN) PENGANTAR AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN) Karakteristik Perusahaan Manufaktur Dalam perusahaan manufaktur ada tiga kegiatan atau fungsi utama yaitu kegiatan produksi,

Lebih terperinci