BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Batubara merupakan salah satu sumber energi yang melimpah di alam. Indonesia sendiri memproduksi 5,1% batubara yang ada di dunia (British Petroleum, 2007). Berdasarkan nilai kalornya dapat dibagi menjadi golongan very high rank, high rank, medium rank, dan low rank. Semakin rendah kualitas batubara maka semakin rendah nilai kalor yang terkandung didalamnya. Batubara jenis lignit memiliki nilai kalor yang rendah dikarenakan kadar karbon yang rendah, namun jumlah kadar air dan volatile matternya tinggi. Oleh karena itu harganya murah yaitu Rp ,00 per ton (ESDM, 2015). Menurut Kementerian ESDM (2013), sebanyak 29% cadangan batubara di Indonesia merupakan batubara kualitas rendah atau low rank coal (LRC). Sehingga diperlukan usaha untuk mengolah LRC menjadi bahan yang bernilai ekonomi lebih tinggi. LRC merupakan batubara dengan maturity rendah, sehingga LRC mengandung zat organik alami (zat humus) yang lebih tinggi dibandingkan batubara peringkat yang lebih tinggi (World Coal Association, 2015). Zat humus yang terkandung memiliki berbagai manfaat antara lain sebagai stimulan pertumbuhan tanaman dan zat yang membantu perbaikan struktur tanah (Bimbingan Pupuk dan Pemupukan Indonesia, 2014). Oleh karena itu, asam humat dikenal juga sebagai conditioner tanah. Ekstraksi zat humus dalam LRC untuk menghasilkan asam humat dan asam fulvat yang harganya masing-masing adalah Rp ,00 per ton dan Rp ,00 ton (zauba.com, 2015). Oleh karena harganya relatif mahal, untuk memperbaiki tanah pertanian dan tanah perkebunan yang rusak, biasanya asam humat ditambahkan bersama dengan urea. Kebutuhan pasar akan urea untuk sektor pertanian mengalami peningkatan sebesar 7,25% per tahunnya (Deptan, 2015). Namun dalam pemaikaiannya, efisiensi nitrogen dalam pupuk urea memiliki efisiensi yang 1

2 sangat rendah yaitu hanya sebanyak 30-40% yang diambil oleh tanaman dan 60% hilang dalam proses volatilisasi menjadi gas amoniak (De Datta, 1987). Salah satu cara yang digunakan untuk mengurangi defisiensi ini adalah dengan menggunakan black urea, yaitu urea yang permukaannya dilapisi dengan asam humat. Penggunaan black urea ini dapat mengurangi pelepasan nitrogen ke udara sebanyak 35% dibanding urea biasa (Humic Growth Solution, 2015). Banyaknya manfaat black urea dalam bidang perkebunan dan pertanian diiringi dengan kebutuhannya yang besar menjadi salah satu latar belakang pendirian pabrik black urea ini. Didukung ketersediaan batubara kualitas rendah yang melimpah dengan harga yang rendah, yaitu ,00 per ton (ESDM, 2015) dan urea harga Rp ,00 per ton (Berita Metro, 2015), sedangkan harga black urea yang cukup tinggi, yaitu Rp ,00 per ton (zauba.com, 2015), maka adanya pabrik ini perlu dikaji. B. Tinjauan Pustaka Pupuk urea merupakan salah satu sumber nitrogen (N) utama bagi tanaman karena memiliki kandungan N yang tinggi, yaitu sekitar 46% (Pupuk Kaltim, 2015). Pupuk ini bersifat polar sehingga mudah larut dalam air dan menguap ke udara. Nitrogen yang diberikan ke dalam tanah hanya dapat diambil sekitar 30-40% oleh tanaman dan % lainnya hilang dalam proses volatilisasi menjadi gas ammonia (De Datta, 1987). Dalam praktiknya, untuk mengurangi kehilangan nitrogen, petani sering melakukan pemupukan padi dua atau tiga kali dalam satu musim tanam. Hal ini mengakibatkan pemborosan pada penggunaan pupuk, sehingga perlu adanya efisiensi terhadap pemakaian pupuk pada tanaman. Efisiensi penggunaan pupuk urea dapat ditingkatkan antara lain dengan mengatur sifat-sifat tanah seperti kelembaban tanah serta menempatkan pupuk di bawah permukaan tanah untuk mengurangi penguapan gas ammonia yang terbentuk (Ardyati dkk., 2012). Kehilangan urea disebabkan oleh beberapa proses seperti volatilasi 2

3 ammonia, alkilasi, pelindian, dan denitrifikasi. Ammonia yang dilepaskan urea setelah diaplikasikan ke tanah pertanian akan memberikan kontribusi pada hujan asam, nitrat yang teralkilasi menyebabkan pencemaran tanah, dan emisi gas nitrogen dioksida yang dihasilkan dari proses denitrifikasi akan menyebabkan kerusakan ozon. Data keefektivan pemupukan urea menunjukkan bahwa sepertiga sampai setengah dari jumlah urea yang diaplikasikan ke tanaman akan hilang, sehingga hal tersebut akan membahayakan kesehatan dan lingkungan (Sutanto, 1999). Untuk mengatasi masalah tersebut, urea perlu dimodifikasi sehingga pelepasan nitrogen pada urea berjalan secara lambat dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman secara efisien sehingga mengurangi kehilangan nitrogen dari dalam tanah ke atmosfer. Selain itu, modifikasi tersebut juga dapat menekan biaya produksi di sektor pertanian serta mengurangi bahaya terhadap kesehatan dan lingkungan. Modifikasi urea dapat dilakukan dengan cara melapisi urea menggunakan bahan yang sedikit larut dalam air sehingga diperoleh urea terlapisi (coated-urea). Pelapisan urea sudah banyak dilakukan dengan beberapa jenis bahan pelapis di antaranya adalah bahan polimer (polimer-coated-urea) (Salman, 1988), sulfur (sulfur-coated-urea) (Ardyati dkk, 2012), kombinasi polimer-sulfur, dan asam humat (black urea) (Suntari dkk, 2013). Asam humat merupakan salah satu komponen dalam senyawa humus. Senyawa humus merupakan campuran senyawa kompleks yang memiliki sifat cukup tahan terhadap perombakan mikroorganisme, amorf, koloid (<1 µm, bermuatan), terbentuk dari proses humifikasi bahan organik oleh mikroba tanah, dan memiliki warna coklat kehitaman (Ariyanto, 2006). Senyawa ini dapat berperan sebagai stimulan pertumbuhan tanaman, zat yang membantu perbaikan struktur tanah (Bimbingan Pupuk dan Pemupukan Indonesia, 2014), adsorben dalam penanganan limbah logam (Sundari, 2005) serta bahan baku pembuatan tinta atau cat (Steelink, 1967). 3

4 Gambar 1. Struktur Kimia Asam Humat (Stevenson, 1982) Asam humat memiliki kisaran berat molekul antara (Dixon and Weed, 1989). Asam humat juga aktif dalam reaksi kimia. Asam humat mengandung gugus fungsional asam sehingga dapat larut dalam basa kuat, namun tidak larut dalam asam maupun air. Selain asam humat, senyawa humus juga tersusun dari asam fulvat dan humin. Asam fulvat mengandung gugus fungsional asam dan basa sehingga dapat larut dalam basa kuat maupun asam kuat. Asam fulvat memiliki kisaran berat molekul antara (Dixon and Weed, 1989). Asam fulvat juga aktif dalam reaksi kimia. Humin tidak larut dalam asam maupun basa. Selain itu, humin juga bersifat tidak aktif dalam reaksi kimia. Gambar 2. Struktur Kimia Asam Fulvat (Stevenson, 1982) Asam humat dan asam fulvat mengandung unsur-unsur yang diperlukan tanaman, seperti karbon, oksigen, nitrogen, hidrogen dan sulfur dengan komposisi ditunjukkan pada Daftar I. 4

5 Daftar I. Komposisi Unsur dalam Asam Humat dan Asam Fulvat Unsur Asam Humat Asam Fulvat C O H N 2-6 < 2-6 S (Stevenson, 1982) Dikarenakan kandungannya yang baik untuk tanah, asam humat dan asam fulvat dapat digunakan sebagai pelengkap pupuk baik sebagai campuran maupun sebagai coating-agent. Asam humat dapat digunakan sebagai coating-agent dalam pembuatan black urea dikarenakan sifatnya yang tidak larut dalam air sehingga mampu mengontrol pelepasan nitrogen dari urea. Asam humat berfungsi untuk menjaga pupuk tetap kering dengan cara melindungi pupuk dari kontak langsung dengan udara. Di samping itu, asam humat akan melapisi tanah di sekitar akar tanaman sehingga pupuk yang terikat asam humat selalu berada di sekitar perakaran dan pelepasan pupuk bersifat bertahap sesuai kebutuhan tanaman (Hermanto dkk, 2013). Sumber asam humat dan asam fulvat salah satunya adalah dari batubara. Batubara merupakan salah satu bahan bakar fosil yang terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang terjadi selama jutaan tahun. Berdasarkan maturitasnya, kualitas batubara diklasifikasikan menjadi 4 peringkat: 1. Antrasit (C 94 OH 3 O 3 ) Antrasit merupakan golongan batubara tua berkualitas sangat tinggi, yaitu memiliki nilai kalor lebih dari 7100 cal/gram dan kadar karbon tertinggi, yaitu 86% 98%. Antrasit memiliki tekstur yang lebih keras, lebih padat dan lebih berkilau. Antrasit memiliki kandungan air yang rendah dan sulit teroksidasi. Hampir semua air dan karbon dioksida tidak ada dalam antrasit sehingga pembakarannya bersih, tidak mengandung emisi. 5

6 2. Bituminus (C 80 OH 5 O 15 ) Bituminus merupakan golongan batubara berkualitas tinggi dengan nilai kalor cal/gram dan kadar karbon 45% 86%. 3. Sub-bituminus (C 75 OH 5 O 20 ) Sub-bituminus merupakan golongan batubara berkualitas menengah dengan nilai kalor cal/gram dan kadar karbon 35% 45%. 4. Lignit (C 70 OH 5 O 25 ) Lignit merupakan golongan batubara muda berkualitas rendah, yang memiliki nilai kalor kurang dari 5100 cal/gram dan kadar karbon terendah, yaitu 25% 35%. Lignit memiliki kandungan air yang tinggi dan mudah teroksidasi, sehingga untuk penambangan, penyimpanan dan transportasi lebih berbahaya dan membutuhkan biaya yang besar. Lignit juga rentan terhadap pembakaran dan memiliki emisi karbon yang tinggi. Oleh karena itu, lignit banyak digunakan untuk pembangkit listrik di sekitar kawasan penambangan. (ESDM, 2013) Batubara kualitas rendah tidak banyak dimanfaatkan karena memiliki nilai energi yang rendah serta sulit dalam penyimpanan dan transportasi bahan. Padahal, batubara kualitas rendah merupakan sumber yang kaya akan senyawa humat. Batubara kualitas rendah tersusun dari bermacam-macam humus yang terdiri dari cincin aromatik dikelilingi oleh gugusan alipatik. Semakin tinggi peringkat batubara, kelompok peripheral luar seperti OH, COOH, CH 3 akan hilang dan cincin aromatik menjadi lebih besar. Akibatnya kearomatikan dan kandungan karbon meningkat sedangkan kandungan oksigen menurun (Anonim, 2013). Asam humat yang diekstrak dari pupuk kandang atau gambut biasanya tidak seefektif asam humat dari lignit dalam menyerap mikronutrien. Asam humat dari lignit yang belum teroksidasi merupakan zat pemicu pertumbuhan yang kurang baik. Asam humat yang diekstrak dari lignit yang telah teroksidasi memiliki keseimbangan yang baik antara efektivitas dan biaya yang rendah (Phelps Teknowledge, 2000). Batubara jenis lignit mengandung asam humat dan asam fulvat dengan kisaran sebesar 40-78% (Black Earth, 6

7 2012). Pengambilan asam humat dan asam fulvat dari batubara dilakukan secara bertahap. Bongkahan batubara mula-mula dihaluskan dengan mortar hingga diperoleh serbuk batubara. Selanjutnya dilakukan ekstraksi untuk mengambil asam humat dan asam fulvat dari batubara. Terdapat beberapa macam proses ekstraksi asam humat dan asam fulvat dari bahan organik. a) Ekstraksi dengan Garam-Garam Netral dari Asam Mineral (Natrium Pirofosfat) Pada awalnya, garam netral banyak digunakan untuk mengisolasi asam humat dari tanah organik. Akan tetapi, cara ini sudah jarang dilakukan dikarenakan larutan tersebut hanya sedikit mengekstrak substansi-substansi senyawa humik dari tanah organik jika dibandingkan dengan larutan alkali (Muzakky dkk, 2003). b) Ekstraksi dengan Alkali Alkali atau basa yang sering digunakan dalam ekstraksi asam humat dari bahan organik adalah NaOH dan KOH. Asam humat dan asam fulvat memiliki sifat larut dalam basa, sehingga dengan ekstraksi basa, asam humat dan asam fulvat akan terambil dari bahan organik seperti batubara. Selanjutnya untuk memisahkan asam humat dan asam fulvat digunakan asam kuat. Berdasarkan sifat kelarutannya, asam fulvat akan ikut terbawa larutan asam sedangkan asam humat akan mengendap. Endapan asam humat yang diperoleh kemudian dikeringkan untuk memperoleh asam humat kering. c) Oksidasi dan Ekstraksi dengan Alkali Sebelum diekstraksi dengan alkali, batubara terlebih dahulu dioksidasi. Oksidasi batubara menyebabkan gugus asam dalam asam humat meningkat sehingga kelarutan bahan humat dalam solven alkali juga meningkat. Proses oksidasi yang terjadi pada bahan humat terdiri dari: 1. Oksidasi struktur alkil menghasilkan aldehid dan asam karboksilat. 2. Oksidasi gugus metil menghasilkan keton. 7

8 3. Oksidasi gugus fenol menghasilkan quinine. Adanya gugus hidroksil berperan dalam mengaktifkan cincin aromatik selama oksidasi sehingga membentuk quinine. Gambar 3. Reaksi yang Terjadi pada Proses Oksidasi (Fong et al, 2007) Pada proses oksidasi batubara, terbentuk dua fase produk yaitu padatan batubara teroksidasi yang mengandung asam humat dan larutan yang mengandung asam fulvat. Dengan oksidasi, gugus karboksilat dan gugus hidroksil dalam batubara teroksidasi bertambah banyak. Senyawa asam fulvat memiliki sifat dapat terlarut dalam asam sehingga asam fulvat yang terdapat dalam batubara ikut terbawa oleh campuran oksidator dan air. Pengambilan asam fulvat dari larutan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa macam proses. a) Pengambilan Asam Fulvat dengan Pengendapan Senyawa yang digunakan sebagai zat pengendap adalah Ca(OH) 2 (Rasmussen and Allen, 2001). Senyawa ini akan bereaksi dengan larutan hasil oksidasi yang terdiri dari asam fulvat, air dan H 2 O 2 membentuk endapan CaO 2 dan Ca-fulvat yang terlarut dalam air. Endapan CaO 2 dipisahkan dari campuran Ca-fulvat dan air, kemudian campuran direaksikan dengan H 2 SO 4 agar terbentuk asam fulvat dan sludge CaSO 4. Asam fulvat dipisahkan dari sludge CaSO 4. b) Pengambilan Asam Fulvat dengan Resin 8

9 Resin yang digunakan dalam pengambilan asam fulvat adalah XAD- 8 (International Humic Substances Society, 2010). Larutan dimasukkan ke dalam kolom resin XAD-8, kemudian larutan diambil dan dilewatkan dalam resin H+- cation exchanger. Larutan dikeringkan dengan cara freeze drying untuk memperoleh asam fulvat. Resin XAD-8 dibilas dengan kolom distilled water kemudian dikembalikan dengan kolom NaOH dan distilled water. c) Pengambilan Asam Fulvat dengan Senyawa Amine Nitrate Proses dilakukan dengan ekstraksi campuran asam dengan tri-noctylamine nitrate (dalam pelarut kerosene) dan modifier, dalam hal ini adalah decanol (Pratt, 1981). Fase pertama yang mengandung campuran asam (asam fulvat, H 2 O 2 dan air) dimasukkan ke dalam ekstraktor secara counter-current dengan fase kedua yang mengandung amine nitrate. Amine nitrate mengekstrak asam fulvat dari fase pertama dan terjadi kesetimbangan antara fase pertama dan fase kedua, dimana fase pertama mengandung H 2 O 2 dan air dan fase kedua mengandung amine nitrate dan asam fulvat. Fase kedua kemudian dicuci kembali dengan air sehingga diperoleh asam fulvat. Setelah diperoleh asam humat dan asam fulvat secara terpisah, asam humat dilapiskan pada urea granul sehingga diperoleh produk utama yaitu black urea, sedangkan asam fulvat diambil sebagai produk samping pabrik black urea. Riandi dan Subagyo (2015) melakukan prarancangan pabrik asam humat dari batubara kualitas rendah jenis sub-bituminus. Proses isolasi asam humat melalui tahap-tahap sebagai berikut: 1. Bongkahan batubara dihaluskan menjadi ukuran -80 mesh menggunakan Lopulco mill. 2. Batubara halus dioksidasi menggunakan larutan H 2 O 2 10% di dalam Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (RATB) pada suhu 60 o C dan tekanan 1 atm, kemudian batubara teroksidasi dipisahkan dari cairan menggunakan centrifuge. Padatan batubara dilanjutkan ke tahap ekstraksi, sedangkan 9

10 cairan dikirim ke unit pengolahan limbah. 3. Padatan batubara teroksidasi diekstrak menggunakan NaOH 1 M di dalam RATB pada suhu 60 o C dan ph 9. Asam humat bereaksi membentuk Nahumat yang larut dalam basa kemudian dimasukkan ke dalam rotary drum vacuum filter. Cairan yang mengandung Na-humat dilanjutkan ke tahap presipitasi, sedangkan sisa batubara dikirim ke unit utilitas untuk bahan bakar. Asam humat diendapkan menggunakan HCl 6 M hingga ph-nya menjadi 1. Presipitasi dilakukan di sebuah tangki berpengaduk pada suhu 35 o C dan tekanan 1 atm. Asam humat dipisahkan dari cairan menggunakan rotary drum vacuum filter. Endapan asam humat dikeringkan dalam rotary dryer hingga kemurnian 80%, sedangkan cairan yang mengandung HCl, garam NaCl dan air dikirim ke unit pengolahan limbah. C. Pemilihan Proses Pemilihan proses sangat diperlukan dalam sebuah perancangan pabrik kimia. Dengan adanya tahap pemilihan proses, proses yang dijalankan pada pabrik merupakan proses yang efisien sehingga memberikan keuntungan optimum dalam aspek ekonomi maupun kerja pabrik kimia itu sendiri. Dalam prarancangan pabrik asam humat, Riandi dan Subagyo (2015) membagi rangkaian proses menjadi tiga proses utama yaitu oksidasi batubara, ekstraksi, dan presipitasi. Pada proses oksidasi, digunakan larutan H 2 O 2 10% sedangkan pada proses ekstraksi digunakan larutan NaOH dan pada presipitasi digunakan larutan HCl. Pabrik ini hanya memproduksi asam humat sedangkan asam fulvat tertinggal bersama residu. Hal ini sangat disayangkan karena jumlah asam fulvat yang tertinggal bersama residu tidak sedikit dan asam fulvat seharusnya dapat dijadikan produk samping mengingat manfaat asam fulvat yang cukup baik di bidang pertanian. Pada prarancangan pabrik black urea ini, rangkaian proses terdiri dari empat bagian utama antara lain pengambilan senyawa humus dari batubara, pemisahan asam fulvat dari cairan oksidasi, presipitasi asam humat, serta 10

11 pelapisan urea dengan asam humat untuk memperoleh produk black urea. 1. Pengambilan Senyawa Humus dari Batubara Pengambilan senyawa humus dari batubara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: a) Isolasi dengan Garam-Garam Netral dari Asam Mineral Kelebihan: - Metodenya sederhana Kekurangan: - Hanya mampu sedikit mengektrak senyawa humat b) Isolasi dengan Alkali Kelebihan: - Yield yang dihasilkan lebih tinggi Kekurangan: - Butuh waktu lama - Prosesnya panjang Dari kedua cara tersebut, dipilih cara ekstraksi dengan alkali karena yield asam humat yang lebih banyak. Jika digunakan NaOH untuk mengekstraksi batubara, yield asam humat maksimum yang diperoleh adalah 13,67% sedangkan jika menggunakan KOH, yield asam humat maksimum yang diperoleh adalah 20%. Selain itu, unsur kalium (K) dalam KOH juga dapat digunakan sebagai unsur hara tanah (Saudah, 2013). Oleh karena itu, larutan alkali yang dipilih untuk proses ekstraksi adalah KOH. Sebelum diektraksi dengan alkali, batubara terlebih dahulu dioksidasi. Beberapa jenis senyawa yang dapat digunakan sebagai oksidator yaitu HNO 3, H 2 O 2, dan KMnO 4. Perbandingan performance dari ketiga oksidator tersebut ditunjukkan pada Tabel I-1. Tabel I-1. Perbandingan Performance Oksidasi dengan HNO 3, H 2 O 2, dan KMnO 4 Kandungan abu Yield Asam Oksidator Weight losses (%) Moisture (%) (%) Humat (%) 5% HNO 3 12,6 10,49 0,13 2,41 0,36 67,48 11

12 5% H 2 O 2 32,23 19,58 13,34 2,4 0,46 33,82 5% KMnO 4 9,05 12,73 1,57 18,55 1,95 6,11 (Fong et al, 2007) Dari Daftar II, terlihat bahwa HNO 3 memberikan yield asam humat tertinggi dibanding yang lain. Akan tetapi, di sisi lain HNO 3 hanya dapat sedikit melarutkan asam fulvat di dalam batubara. Selain itu, HNO 3 juga menghasilkan gas berbahaya dalam jumlah tinggi. Oleh karena itu, dipilih oksidasi dengan larutan H 2 O Pemisahan Asam Fulvat dari Cairan Oksidasi Pada proses oksidasi batubara dengan H 2 O 2, terbenftuk dua fase produk yaitu padatan oxidized coal yang banyak mengandung asam humat dan larutan berupa campuran H 2 O 2 dan air. Senyawa asam fulvat memiliki sifat dapat terlarut dalam asam sehingga asam fulvat yang terdapat dalam batubara ikut terbawa oleh campuran H 2 O 2 dan air. Pengambilan asam fulvat dari larutan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa macam proses antara lain: a) Pengendapan Asam Fulvat Menggunakan Ca(OH) 2 Kelebihan: - Proses pemisahannya lebih mudah - Bahan yang digunakan murah Kekurangan: - Kapasitasnya rendah b) Pengambilan Menggunakan Resin Kelebihan: - Yield yang dihasilkan lebih tinggi - Kemurnian produk tinggi Kekurangan: - Harga resin mahal - Tidak efisien untuk kapasitas besar - Prosesnya rumit c) Pemisahan Secara Organik (dengan tributyl phosphate atau octhyl 12

13 amine) Kelebihan: - Ramah lingkungan - Solven dapat digunakan kembali Kekurangan: - Untuk menghasilkan yield tinggi, perlu dilakukan pengulangan berkali-kali - Pemisahan larutan pada kedua fase sulit - Butuh waktu lama - Harga solven mahal Dari ketiga proses tersebut, dipilih pemisahan asam fulvat dengan cara pengendapan menggunakan Ca(OH) 2 yang selanjutnya ditambahkan asam sulfat untuk memperoleh asam fulvat cair. 3. Presipitasi Asam Humat Proses presipitasi asam humat dilakukan untuk memisahkan asam humat dari cairan ekstraksi yang mengandung KOH. Proses ini didasarkan pada salah satu sifat asam humat yaitu tidak larut dalam asam. Untuk mempresipitasi asam humat, digunakan larutan HCl sheingga diperoleh asam humat dalam bentuk endapan. Selanjutnya, endapan asam humat tersebut dipisahkan dari larutannya. 4. Pelapisan Urea dengan Asam Humat Pelapisan urea dengan asam humat merupakan kunci utama perbedaan antara urea dengan black urea. Pelapisan ini berfungsi untuk mengurangi kecepatan pelepasan nitrogen sehingga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan urea sebagai pupuk. Bahan pelapis urea terdiri dari tiga komponen yaitu asam humat sebagai slow release agent, kalsium karbonat untuk mempererat ikatan coating dan urea-bond liquid binder sebagai gel perekat antara asam humat, kalsium karbonat dengan urea granul (Humic Growth Solution, 2015). Proses pelapisan urea dengan senyawa asam humat dapat dilakukan dengan menyemprotkan asam humat dalam bentuk cair atau padat 13

14 (Schofield, 2013). Proses penyemprotan dengan asam humat fase cair dapat menghasilkan coating yang lebih mudah menempel pada permukaan urea dan seragam ketebalannya. Sedangkan penyemprotan asam humat pada fase padatan (powder) akan menghasilkan ketebalan coating yang kurang seragam dibanding pada fase cair dan membutuhkan jumlah asam humat yang lebih banyak. Akan tetapi, urea merupakan senyawa higroskopis sehingga kehadiran air perlu dihindari karena akan membuat urea menjadi larut (Science Lab, 2013). Oleh karena itu, dalam proses pelapisan ini digunakan asam humat pada fase padat (powder) yang kering dari air untuk melapisi urea. D. Market Analysis Analisis pasar diperlukan untuk mengetahui kuantitas ketersediaan, permintaan, dan perkembangan produk dari kompetitor. Ketiga hal tersebut dapat dihubungkan untuk menentukan kapasitas produksi dari pabrik ini. Black urea sebagai slow release fertilizer memiliki efisiensi yang lebih tinggi dibanding urea. Lapisan asam humat pada black urea menjadikannya tahan terhadap air dan juga berperan sebagai conditioner tanah. Oleh karena itu, target pemasaran untuk produk ini adalah pada bidang pertanian dan perkebunan (Deptan, 2015). Kebutuhan urea pada bidang pertanian mengalami peningkatan 7,25% setiap tahunnya, namun hal tersebut tidak diiringi dengan produksi urea dari dalam negeri yang hanya mengalami peningkatan sebanyak 1,68% setiap tahunnya (Deptan, 2015). 14

15 Jumlah (ton/tahun) Tahun Kebutuhan Pupuk Produksi Pupuk Gambar I-1. Kebutuhan dan Produksi Urea di Indonesia (Deptan, 2015) Di Indonesia, pabrik black urea masih jarang ditemukan. Akan tetapi, di bidang agrikultur sendiri, black urea sudah mulai dikenal. Beberapa perusahaan black urea yang ada di dunia ditunjukkan pada Tabel II-2. Tabel II-2. Perusahaan Black Urea di Dunia Nama Perusahaan Kapasitas (ton/tahun) Shanghai Bosman Industrial Co., Ltd Shenhyang Humate Technology Co., Ltd ( Dari Gambar 4, dapat terlihat jumlah produksi urea masih kurang, sehingga peluang industri pupuk di Indonesia sangat terbuka lebar. Black urea dapat menjadi solusi pemenuhan kebutuhan urea yang belum terpenuhi karena dengan penggunaan black urea dapat mengurangi 35% kuantitas urea yang dibutuhkan (Humic Growth Solution, 2015). Sebagai bahan baku, urea dibeli dari PT. Pupuk Kalimantan Timur khususnya dengan mengambil 25 % kapasitas produksi urea dari plant 5 yaitu sebesar ton/tahun dari jumlah total produksi urea 1,15 juta ton/tahun (Pupuk Kalimantan Timur, 2015). Dari produksi urea tersebut, dapat diperkirakan kapasitas produksi black urea dari pabrik ini. Pelapisan urea dengan asam humat akan meningkatkan berat urea sebanyak 10% (Humic Growth Solution, 2015) sehingga kapasitas produksi black urea dari pabrik ini adalah sebesar juta ton/tahun. 15

16 Bahan baku pada pabrik ini adalah urea dengan harga US$ 450/ton (pupukkaltim.com) dan batubara lignit dengan harga US$ 59,59/ton (ESDM, 2016) sedangkan harga jual produk utama black urea adalah sebesar US$700/ton. Di samping itu, terdapat produk samping yaitu larutan asam fulvat 8% dengan harga jual US$120/ton dan larutan KCl 3% dengan harga jual US$30/ton. Dari harga tersebut, terlihat bahwa proses produksi pada pabrik black urea ini dapat meningkatkan harga jual bahan baku. 16

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber daya alam hayati maupun non-hayati. Salah satu sumber daya alam nonhayati yang dimiliki Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi merupakan faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis industri didirikan guna memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian batubara sebagai sumber energi telah menjadi salah satu pilihan di Indonesia sejak harga bahan bakar minyak (BBM) berfluktuasi dan cenderung semakin mahal.

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Green Epichlorohydrin (ECH) dengan Bahan Baku Gliserol dari Produk Samping Pabrik Biodiesel Kapasitas 75.

Prarancangan Pabrik Green Epichlorohydrin (ECH) dengan Bahan Baku Gliserol dari Produk Samping Pabrik Biodiesel Kapasitas 75. A. LATAR BELAKANG BAB I PENGANTAR Saat ini Asia Tenggara adalah produsen biodiesel terbesar di Asia dengan total produksi 1.455 juta liter per tahun. Hal ini didukung dengan ketersediaan tanaman kelapa,

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampai saat ini situasi perekonomian di Indonesia belum mengalami kemajuan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Untuk meningkatkan perekonomian di Indonesia, salah satu caranya dengan pembangunan industri kimia. Salah satu bentuk industri kimia yaitu industri

Lebih terperinci

EKSTRAKSI ASAM HUMAT DARI KOMPOS DAN ENDAPAN TAMBAK IKAN SKRIPSI. Oleh: RATNA JUWITA FEBRIANA NAIBAHO

EKSTRAKSI ASAM HUMAT DARI KOMPOS DAN ENDAPAN TAMBAK IKAN SKRIPSI. Oleh: RATNA JUWITA FEBRIANA NAIBAHO EKSTRAKSI ASAM HUMAT DARI KOMPOS DAN ENDAPAN TAMBAK IKAN SKRIPSI Oleh: RATNA JUWITA FEBRIANA NAIBAHO 0931010058 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian dan Terhadap Sifat sifat Kimia Tanah Penelitian ini mengevaluasi pengaruh pemberian amelioran bahan humat dan abu terbang terhadap kandungan hara tanah

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Sampai saat ini situasi perekonomian di Indonesia belum mengalami kemajuan yang berarti akibat krisis yang berkepanjangan, hal ini berdampak pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan hakekatnya merupakan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dari generasi ke generasi. Sudah sejak lama, komitmen pertambangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan pangan juga akan meningkat, namun tidak diiringi dengan peningkatan produktivitas tanah. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Amonium Sulfat dari Amonia dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/Tahun

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Amonium Sulfat dari Amonia dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Amonium sulfat [(NH 4 ) 2 SO 4 ] atau yang juga dikenal dengan nama Zwavelzure Ammoniak (ZA) merupakan garam anorganik yang digunakan sebagai pupuk nitrogen selain pupuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil batubara yang cukup banyak. Sumber daya alam yang melimpah dapat dijadikan alternatif sebagai pemanfaatan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Natrium Nitrat dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Natrium Nitrat dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/tahun BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Senyawa nitrat banyak terdapat di alam dalam bentuk garam-garam nitrat. Asam nitrat (HNO 3 ) diperkirakan berasal dari mineral sodium nitrat (NaNO

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pemanasan global adalah kejadian terperangkapnya radiasi gelombang panjang matahari (inframerah atau gelombang panas) yang dipancarkan oleh bumi sehingga tidak dapat

Lebih terperinci

Sulfur dan Asam Sulfat

Sulfur dan Asam Sulfat Pengumpulan 1 Rabu, 17 September 2014 Sulfur dan Asam Sulfat Disusun untuk memenuhi Tugas Proses Industri Kimia Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, M.S. Ayu Diarahmawati (135061101111016)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Selulosa asetat merupakan ester asam organik dari selulosa yang telah lama dikenal di dunia. Produksi selulosa asetat adalah yang terbesar dari semua turunan selulosa.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertambangan Pasir Besi Pasir besi merupakan bahan hasil pelapukan yang umum dijumpai pada sedimen disekitar pantai dan tergantung proses sedimentasi dan lingkungan pengendapan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat - Natrium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat - Natrium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan industri kimia tiap tahunnya mengalami peningkatan yang begitu cepat dan mempunyai dampak terhadap tumbuhnya berbagai industri yang terkait.

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa II. DESKRIPSI PROSES A. Macam - Macam Proses Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses sebagai berikut: 1. Proses Calcium Chloride-Sodium Carbonate Double Decomposition

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Saat ini hidrogen diproyeksikan sebagai unsur penting untuk memenuhi kebutuhan clean energy di masa depan. Salah satunya adalah fuel cell. Sebagai bahan bakar, jika hidrogen

Lebih terperinci

Efisiensi PLTU batubara

Efisiensi PLTU batubara Efisiensi PLTU batubara Ariesma Julianto 105100200111051 Vagga Satria Rizky 105100207111003 Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penelitian pembuatan pupuk organik cair ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Limbah Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya dengan menggunakan unsur hara. Fungsi hara tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tidak terdapat suatu hara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Natrium Nitrat dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/tahun

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Natrium Nitrat dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Senyawa nitrat banyak terdapat di alam dalam bentuk garam-garam nitrat. Asam nitrat (HNO 3 ) diperkirakan berasal dari mineral sodium nitrat (NaNO 3 ). Sejak dahulu,

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Kalsium Klorida dari Kalsium Karbonat dan Asam Klorida Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Kalsium Klorida dari Kalsium Karbonat dan Asam Klorida Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Seiring dengan berkembangnya globalisasi, produk industri setiap negara dapat keluar masuk dengan lebih mudah yang menyebabkan persaingan antar setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25.

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan saat ini bidang industri di negara Indonesia mengalami peningkatan salah satunya yaitu industri kimia. Tetapi Indonesia masih banyak mengimpor bahan-bahan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Aseton Sianohidrin Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Aseton Sianohidrin Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan industri sebagai bagian dari usaha pengembangan jangka panjang diarahkan untuk mencapai struktur ekonomi yang lebih kuat, yaitu struktur ekonomi dengan titik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Berbagai macam industri yang dimaksud seperti pelapisan logam, peralatan listrik, cat, pestisida dan lainnya. Kegiatan tersebut dapat

Lebih terperinci

II. METODOLOGI PENELITIAN

II. METODOLOGI PENELITIAN 1 2 stretching vibration and 1660-1630 cm -1 for stretching vibration of C=O. The ash content of the peat was 64.85 (w/w), crude extract was 22.2% (w/w) and humic acid was 28.4% (w/w). The water content

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Permasalahan Indonesia merupakan Negara agraris, dengan luas lahan persawahan 13.835.252 Ha (Anonim, 2014). Lahan yang luas tersebut dapat menjadikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Jenis Pupuk Pupuk merupakan unsur hara tanaman yang sangat diperlukan oleh tanaman dalam proses produksi. Ada beberapa 2 jenis pupuk, yaitu 1. Pupuk organik yaitu

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Etilen Glikol dari Etilen Oksida dan Air Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Etilen Glikol dari Etilen Oksida dan Air Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN Kapasitas 50.000 ton/tahun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan industri di Indonesia khususnya industri kimia terus mengalami peningkatan. Meskipun sempat dilanda krisis ekonomi sampai saat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Gambar I.1. Struktur Kimia Formamid

BAB I PENGANTAR. Gambar I.1. Struktur Kimia Formamid BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Kebutuhan dunia akan bahan-bahan kimia semakin meningkat dari tahun ke tahun, salah satunya adalah formamid. Formamid atau juga dikenal sebagai karbamaldehid ataupun metanamid

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas utama yang dikembangkan di Indonesia. Dewasa ini, perkebunan kelapa sawit semakin meluas. Hal ini dikarenakan kelapa sawit dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia begitu kaya dengan hasil alam. Potensi ini seharusnya dimanfaatkan dalam proses transformasi Indonesia dari negara agraris menjadi negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan energi tidak pernah habis bahkan terus meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN D

BAB I PENDAHULUAN D BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan industri di Indonesia semakin lama semakin meningkat, hal ini disebabkan karena terbukanya pasar bebas di seluruh dunia. Semakin majunya

Lebih terperinci

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA Siklus Biogeokimia 33 BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA Kompetensi Dasar: Menjelaskan siklus karbon, nitrogen, oksigen, belerang dan fosfor A. Definisi Siklus Biogeokimia Siklus biogeokimia atau yang biasa disebut

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Pentaeritritol dari Asetaldehid dan Formaldehid dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Pentaeritritol dari Asetaldehid dan Formaldehid dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentaeritritol adalah alkohol yang mempunyai empat gugus OH dan berbentuk kristal berwarna putih yang tidak berbau. Pentaeritritol merupakan produk intermediet, diproduksi

Lebih terperinci

1.2 Kapasitas Pabrik Untuk merancang kapasitas produksi pabrik sodium silikat yang direncanakan harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu:

1.2 Kapasitas Pabrik Untuk merancang kapasitas produksi pabrik sodium silikat yang direncanakan harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Sampai saat ini situasi perekonomian di Indonesia belum mengalami kemajuan yang berarti akibat krisis yang berkepanjangan, hal ini berdampak pada bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang terjadi secara global sekarang disebabkan oleh ketimpangan antara konsumsi dan sumber energi yang tersedia. Sumber energi fosil yang semakin langka

Lebih terperinci

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan STOIKIOMETRI Pengertian Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) Stoikiometri adalah hitungan kimia Hubungan

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL METAKRILAT DARI ASAM METAKRILAT DAN BUTANOL DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL METAKRILAT DARI ASAM METAKRILAT DAN BUTANOL DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS TON/TAHUN LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL METAKRILAT DARI ASAM METAKRILAT DAN BUTANOL DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS 20.150 TON/TAHUN Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong pesatnya perkembangan di berbagai sektor kehidupan manusia terutama sektor industri. Perkembangan

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir PRARANCANGAN PABRIK NATRIUM NITRAT DARI NATRIUM KLORIDA DAN ASAM NITRAT KAPASITAS TON/TAHUN

Laporan Tugas Akhir PRARANCANGAN PABRIK NATRIUM NITRAT DARI NATRIUM KLORIDA DAN ASAM NITRAT KAPASITAS TON/TAHUN Laporan Tugas Akhir PRARANCANGAN PABRIK NATRIUM NITRAT DARI NATRIUM KLORIDA DAN ASAM NITRAT KAPASITAS 70.000 TON/TAHUN Disusun Oleh : Nama : RIKI ADI SUWARNO NIM : D.500.00.071 NIRM : 0.6.106.0050.50071

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangangan Pabrik HPAM dari Monomer Acrylamide Kapasitas ton/tahun

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangangan Pabrik HPAM dari Monomer Acrylamide Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Untuk mencapai suatu struktur ekonomi yang kuat diperlukan pembangunan industri untuk menunjang kebutuhan masyarakat akan berbagai jenis produk. Selain berperan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ke tanah dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Bahan pupuk yang paling awal digunakan adalah kotoran

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses II. DESKRIPSI PROSES A. Macam- Macam Proses Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses sebagai berikut: 1. Proses Calcium Chloride-Sodium Carbonate Double Decomposition

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan BAB I PENGANTAR Metil salisilat merupakan turunan dari asam salisat yang paling penting secara komersial, disamping

Lebih terperinci

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia merupakan suatu negara yang sangat subur dan kaya akan hasil pertanian serta perikanannya, selain hal tersebut Indonesia memiliki aset

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Fisika Kimia Abu Terbang Abu terbang adalah bagian dari sisa pembakaran batubara berupa bubuk halus dan ringan yang diambil dari tungku pembakaran yang mempergunakan bahan

Lebih terperinci

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT (Diskusi Informasi) INFORMASI Larutan adalah campuran yang homogen antara zat terlarut dan zat pelarut.

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT (Diskusi Informasi) INFORMASI Larutan adalah campuran yang homogen antara zat terlarut dan zat pelarut. LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT (Diskusi Informasi) INFORMASI Larutan adalah campuran yang homogen antara zat terlarut dan zat pelarut. Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan dapat digolongkan

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Pembuatan kalsium klorida dihidrat dapat dilakukan dengan beberapa macam proses:

II. DESKRIPSI PROSES. Pembuatan kalsium klorida dihidrat dapat dilakukan dengan beberapa macam proses: II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis Proses Pembuatan kalsium klorida dihidrat dapat dilakukan dengan beberapa macam proses: 1. Proses Recovery reaksi samping pembuatan soda ash ( proses solvay ) Proses solvay

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis IV. HASIL DA PEMBAHASA A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Karakteristik Bahan Baku Kompos Nilai C/N bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Aktivitas mikroorganisme dipertinggi

Lebih terperinci

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2 Pilihlah jawaban yang paling benar LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2 TATANAMA 1. Nama senyawa berikut ini sesuai dengan rumus kimianya, kecuali. A. NO = nitrogen oksida B. CO 2 = karbon dioksida C. PCl

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK OLEH: NAMA : ISMAYANI STAMBUK : F1 F1 10 074 KELOMPOK : III KELAS : B ASISTEN : RIZA AULIA JURUSAN FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metanol dari Low Rank Coal Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Metanol dari Low Rank Coal Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Metanol sangat dibutuhkan dalam dunia industry, karena banyak produk yang dihasilkan berbahan metanol. Metanol digunakan oleh berbagai industri seperti industri plywood,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Magnesium klorida Salah satu kegunaan yang paling penting dari MgCl 2, selain dalam pembuatan logam magnesium, adalah pembuatan semen magnesium oksiklorida, dimana dibuat melalui

Lebih terperinci

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia sebagai bagian negara-negara di dunia harus siap untuk menghadapi era perdagangan bebas yang sudah dimulai. Indonesia bisa dikatakan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Singkong (Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia. Produksi singkong di Indonesia cukup besar yaitu mencapai 21.801.415 ton pada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi awal blotong dan sludge pada penelitian pendahuluan menghasilkan komponen yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik blotong dan sludge yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. desinfektan, insektisida, fungisida, solven untuk selulosa, ester, resin karet,

BAB I PENDAHULUAN. desinfektan, insektisida, fungisida, solven untuk selulosa, ester, resin karet, Kapasitas 10.000 ton / tahu BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Metil benzoat merupakan salah satu bahan yang dibutuhkan dalam industri. Kegunaanya antara lain sebagai pelarut cat, zat aditif untuk pestisida,

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara

II. DESKRIPSI PROSES. Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara 11 II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara lain : 1. Pembuatan Metil Akrilat dari Asetilena Proses pembuatan metil akrilat adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AREN (Arenga pinnata) Pohon aren (Arenga pinnata) merupakan pohon yang belum banyak dikenal. Banyak bagian yang bisa dimanfaatkan dari pohon ini, misalnya akar untuk obat tradisional

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Trisodium Fosfat dari Asam Fosfat, Sodium Karbonat, dan Sodium Hidroksida dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Trisodium Fosfat dari Asam Fosfat, Sodium Karbonat, dan Sodium Hidroksida dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam dan sumber daya manusia yang meningkat saat ini, diharapkan dapat menciptakan pembangunan industri sebagai usaha dalam menciptakan struktur ekonomi

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Organik Tanah Bahan organik tanah merupakan bagian dari fraksi organik yang telah mengalami degradasi dan dekomposisi, baik sebagian atau keseluruhan menjadi satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Selulosa merupakan salah satu komoditi yang cukup banyak dibutuhkan di industri, seperti industri tekstil dan pulp. Serat selulosa ini juga sudah dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

NITROGEN. Nama Kelompok :

NITROGEN. Nama Kelompok : NITROGEN Nama Kelompok : Muhammad Fiqih Alayubi (1500020108) Nurmalia Purnama Sari (1500020109) Silviyana Monica Saputri (1500020110) Isdiana Putri Hutami (1500020112) Zalfa Imari Salsabila (1500020116)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ubi Kayu BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada pra rancangan pabrik ini bahan baku yang digunakan adalah ubi kayu. Ubi kayu (Manihot Esculenta Crant) termasuk dalam kelas Eupharbiaceace, dapat ditanam pada

Lebih terperinci

ASAM HUMAT DALAM PRAKTEK

ASAM HUMAT DALAM PRAKTEK ASAM HUMAT DALAM PRAKTEK (diterjemahkan oleh Syekhfani) Pendahuluan: As Humat membantu penataan liat dan pembenahan tanah, memegang dan mentransfer unsur mikro dari tanah ke tanaman, meningkatkan daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat dan keterbatasan persediaan energi yang tak terbarukan menyebabkan pemanfaatan energi yang tak terbarukan harus diimbangi

Lebih terperinci

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah Kimia Tanah 23 BAB 3 KIMIA TANAH Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah A. Sifat Fisik Tanah Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponenkomponen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67 BAB VI REAKSI KIMIA Pada bab ini akan dipelajari tentang: 1. Ciri-ciri reaksi kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi kimia. 2. Pengelompokan materi kimia berdasarkan sifat keasamannya.

Lebih terperinci

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Sumber: Dokumentasi Penerbit Air laut merupakan elektrolit karena di dalamnya terdapat ion-ion seperti Na, K, Ca 2, Cl, 2, dan CO 3 2. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang kecenderungan pemakaian bahan bakar sangat tinggi sedangkan sumber bahan bakar minyak bumi yang di pakai saat ini semakin menipis. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK NATRIUM NITRAT DARI NATRIUM KLORIDA DAN ASAM NITRAT KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK NATRIUM NITRAT DARI NATRIUM KLORIDA DAN ASAM NITRAT KAPASITAS TON/TAHUN PRARANCANGAN PABRIK NATRIUM NITRAT DARI NATRIUM KLORIDA DAN ASAM NITRAT KAPASITAS 60.000 TON/TAHUN Oleh FAJAR SETIA ARIBOWO D. 500. 00. 08 Dosen Pembimbing : 1. Akida Mulyaningtyas, ST, MSc. Rois Fathoni,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol dengan Katalis Alumina Kapasitas Ton Per Tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol dengan Katalis Alumina Kapasitas Ton Per Tahun. 1 Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Dalam era perdagangan bebas, Indonesia dituntut untuk mampu bersaing dengan negara-negara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Pelepasan Nitrogen dari Pupuk UZA dan Pupuk Urea Pril Ditinjau dari Laju Konsentrasi Amonium dan Nitrat yang Terbentuk Perbandingan laju pelepasan nitrogen dari pupuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sifat Umum Tanah Masam

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sifat Umum Tanah Masam II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat Umum Tanah Masam Tanah tanah masam di Indonesia sebagian besar termasuk ke dalam ordo ksisol dan Ultisol. Tanah tanah masam biasa dijumpai di daerah iklim basah. Dalam keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik KAPASITAS 20.000 TON/TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Sejalan dengan berkembangnya teknologi dan industri di Indonesia, pemerintah beruapaya meningkatkan pertumbuhan industri

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan bakar fosil telah banyak dilontarkan sebagai pemicu munculnya BBM alternatif sebagai pangganti BBM

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti TINJAUAN PUSTAKA Tanah Ultisol Tanah-tanah yang tersedia untuk pertanian sekarang dan akan datang adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti ordo Ultisol. Ditinjau dari

Lebih terperinci

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh TINJAUAN PUSTAKA Penggenangan Tanah Penggenangan lahan kering dalam rangka pengembangan tanah sawah akan menyebabkan serangkaian perubahan kimia dan elektrokimia yang mempengaruhi kapasitas tanah dalam

Lebih terperinci

BAB II. DESKRIPSI PROSES

BAB II. DESKRIPSI PROSES BAB II. DESKRIPSI PROSES Proses pembuatan Dicalcium Phosphate Dihydrate (DCPD) dipilih berdasarkan bahan baku yang akan digunakan karena proses yang akan berlangsung dan produk yang akan dihasilkan akan

Lebih terperinci

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi

Lebih terperinci

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan AIR Sumber Air 1. Air laut 2. Air tawar a. Air hujan b. Air permukaan Impurities (Pengotor) air permukaan akan sangat tergantung kepada lingkungannya, seperti - Peptisida - Herbisida - Limbah industry

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah penduduk. Namun demikian, hal ini tidak diiringi dengan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah penduduk. Namun demikian, hal ini tidak diiringi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi tiap tahunnya semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Namun demikian, hal ini tidak diiringi dengan ketersediaan akan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dietil eter merupakan salah satu bahan kimia yang sangat dibutuhkan dalam industri dan salah satu anggota senyawa eter yang mempunyai kegunaan yang sangat penting.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada ASEAN 3+ (China, Japan and Korea) Ministers on Energy Meeting (AMEM+3) yang diadakan di Bali Indonesia pada tanggal 25 September 2013, para menteri menyepakati

Lebih terperinci