BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tembakau merupakan salah satu komuditas perkebunan dan

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komuditas perkebunan dan perdagangan yang penting di Indonesia. Produk utama yang diperdagangkan adalah daun tembakau dan rokok. Industri tembakau di Indonesia berkembang dengan pesat sejalan peningkatan jumlah perokok, hal ini berkaitan dengan kebiasaan merokok masyarakat Indonesia (Rachmat, 2010). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) RI pada tahun 2010 penduduk Indonesia yang mengkonsumsi rokok setiap hari dengan usia lebih dari 15 tahun adalah sebanyak 28,2%. Perokok tersebut 52,3% diantaranya mengkonsumsi 1-10 batang rokok setiap harinya. Badan kesehatan dunia melaporkan bahwa rokok merupakan pembunuh nomor satu di dunia. Rokok menyebabkan kematian pada 6 juta penduduk di dunia dan menyebabkan gangguan perekonomian dunia sebanyak puluhan ribu juta dolar setiap tahunnya. Kematian akibat rokok banyak terjadi pada negara miskin dan berkembang. Apabila tidak ada upaya untuk mengendalikan tembakau atau rokok, pada tahun 2030 tembakau akan menyebabkan kematian pada 8 juta penduduk diseluruh dunia, dimana 80% dari penduduk tersebut merupakan penduduk pada negara miskin dan berkembang. Berbagai penyakit dapat ditimbulkan akibat rokok dan menyerang di hampir semua bagian tubuh 1

2 2 manusia. Pengaruh negative rokok dirasakan secara langsung bagi perokok (perokok aktif) dan bagi yang tidak merokok (perokok pasif) (Global Tobacco Epidemic, 2011). Perokok pasif adalah seseorang yang terpapar asap rokok (second-hand tobacco smoke) namun tidak merokok (Secondhand Smoke, 2011). Perokok pasif terdapat pada setiap ruang publik yang mengizinkan untuk merokok, dan tidak ada tingkatan aman dari paparan asap rokok. Sekitar sepertiga orang dewasa di dunia terpapar dengan asap rokok setiap harinya dan 700 juta anakanak di dunia tepapar dengan asap ini ketika dirumah. (Global Tobacco Epidemic, 2011). Asap rokok sangat berbahaya bagi kesehatan. Asap rokok meliputi asap yang dikeluarkan dari ujung rokok yang dibakar (sidestream), biasanya bercampur dengan asap yang dihembuskan oleh perokok aktif, dan memiliki komponen yang sama dengan asap yang diinhalasi oleh perokok aktif. Namun, asap rokok yang dikeluarkan oleh perokok aktif tiga sampai empat kali lebih beracun per gram partikel dari asap rokok utama, dan toksisitas asap sidestream lebih tinggi dari pada jumlah toksisitas konstituennya (Global Tobacco Epidemic, 2011). Bahan kimia dalam asap rokok akan masuk dengan cepat ke dalam paru-paru ketika dihirup. Kemudian lebih dari 7000 bahan berbahaya yang terdapat dalam asap rokok tersebut akan disebarkan keseluruh jaringan tubuh

3 3 melalui arteri. Bahan tersebut akan mengakibatkan inflamasi dan kerusakan jaringan (How Tobacco Smoke, 2010). Merokok mengakibatkan sistem imun bekerja lebih keras. Sistem pertahanan tubuh akan membuat leukosit sebagai respon terhadap terjadinya kerusakan, infeksi, dan juga kanker. Pada pemeriksaan darah didapatkan sel darah putih selalu dalam jumlah yang tinggi ketika merokok. Tingginya sel darah putih ini menunjukkan bahwa tubuh melakukan pertahanan terhadap kerusakan yang diakibatkan dari asap rokok yang dihirup. Keadaan ini dapat mengganggu homeostatis dan juga dapat menimbulkan stress pada tubuh yang berakibat meningkatnya resiko terjadinya penyakit pada seluruh tubuh (How Tobacco Smoke, 2010). Kerusakan yang ditimbulkan akibat konsumsi rokok menyebabkan timbulnya larangan merokok. Hal ini sesuai dengan al-quran surat al-baqarah ayat 195: Artinya: Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. Berdasarkan ayat tersebut Allah SWT melarang perbuatan yang dapat menyebabkan kebinasaan. Merokok dapat mengakibatkan timbulnya berbagai

4 4 penyakit. Dengan kata lain, secara tidak langsung merokok dapat mendekatkan pada kebinasaan. Selain itu akibat negatif rokok juga dirasakan oleh orang sekitar, hal ini menunjukkan bahwa perokok melakukan perbuatan yang buruk. Perbuatan buruk tidak disukai oleh Allah SWT, sesuai dengan ayat tersebut. Rokok mengandung sekitar molekul oksidan perbatang. Tingginya kandungan oksidan dalam rokok mengakibatkan timbulnya stress oksidatif. Stress oksidatif dapat dilihat dari beberapa tanda yang berbeda, juga dengan pengukuran langsung agen oksidatif seperti produksi spesies oksigen reaktif (ROS) oleh sel darah perifer, atau dengan efek stress oksidatif pada target molekul (produk lipid peroksida dan protein teroksidasi), atau respon kapasitas oksidan dalam plasma. Radikal bebas dalam asap rokok juga menyebabkan peroksidasi dari asam lemak ganda tak jenuh membrane sel yang memperkuat terjadinya stress oksidatif selama merokok (Canevali, et al., 2003) Paparan asap rokok meningkatkan resiko terjadinya kerusakan terutama pada hepar dan ginjal (Ramesh, 2010). Paparan asap ini dapat menyebabkan akumulasi lipid pada hepatocytes, dengan berbagai derajat fibrosis dan nekrosis. Lipid peroksidase merupakan salah satu mekanisme yang berperan terhadap terjadinya kerusakan jaringan pada penyakit perlemakan hepar non-alkohol. Pada evaluasi struktur mikro dan enzim yang terdapat pada jaringan hepar didapatkan penurunan jumlah dan ukuran dari sel hepar, banyak terjadi fibrosa jaringan,

5 5 menaikan liver transaminases dan menurunkan antioksidan endogen pada hewan uji yang diberi paparan asap rokok (Omotoso,2012). Alkaline phosphatase (ALP) merupakan suatu marker membran yang berperan memfasilitasi transport sel untuk melewati membran, memecah ATP menjadi ADP dan fosfat anorganik, menyebabkan tersedianya energi bebas untuk proses metabolik (Murray,2003). Enzim ALP ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi di hati, saluran empedu, dan beberapa jaringan lainnya. Peningkatan kadar ALP mengindikasikan adanya kerusakan atau penyakit hati. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wannamethee dan Shaper hubungan peningkatan ALP dengan merokok karena adanya marker peradangan C-reactive protein (CRP) dan jumlah leukosit yang diketahui diperantarai oleh rokok, tetapi juga dipengaruhi oleh beberapa efek independen (Wannamethee dan Shaper, 2010). Tomat (Solanum lycopersicum) merupakan salah satu jenis buah yang tersedia sepanjang tahun, dengan tingkat konsumsi yang tinggi di Amerika (Watson, 2008). Kandungan anti oksidan pada tomat lebih tinggi dibandingkan dengan buah dan sayuran lain. Karotenoid pada tomat, termasuk lycopene (LYC), phytoene (PE) dan phytofluene (PF) dapat mencegah terjadinya suatu penyakit akibat stres oksidatif (Nancy,2011). Menurut Devaraj (2008) LYC merupakan salah satu antioksidan selular yang dapat menurunkan kerusakan DNA oksidatif. Selain itu tomat juga mengandung antioksidan lain seperti

6 6 vitamin E, vitamin C dan polyphenol dan semua antioksidan ini dapat mengurangi penyakit yang disebabkan karena stress oksidatif. Organisasi kesehatan dunia (WHO) mengeluarkan suatu program untuk menanggulangi kerusakan yang ditimbulkan akibat rokok. Program tersebut meliputi memonitor penggunaan tembakau dan kebijakan pencegahan penggunaan tembakau (monitor tobacco use and prevention policies), melindungi masyarakat dari asap rokok (protect people from tobacco smoke), menawarkan bantuan untuk keluar dari kebiasaan merokok (offer help to quit tobacco use), memperingatkan bahaya akibat penggunaan tembakau (warn about the dangers of tobacco), menegakkan larangan iklan, promosi dan sponsor rokok (enforce bans on tobacco advertising, promotion and sponsorship), serta menaikkan pajak tembakau (raise taxes on tobacco). Program WHO ini dikenal dengan sebutan MPOWER. Tingginya kandungan anti oksidan pada tomat dapat dimanfaatkan untuk mendukung salah satu program MPOWER WHO, khususnya pada poin melindungi masyarakat dari asap rokok. Hal ini menarik peneliti untuk memanfaatkan tomat sebagai agen hepatoprotektan pada tikus yang diberi paparan asap rokok. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah yang dapat diajukan adalah : Apakah sari tomat (Solanum lycopersicum) mempunyai efek

7 7 hepatoprotektif pada tikus yang diinduksi asap rokok dengan menghitung kadar ALP plasma tikus? C. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang hampir serupa dengan penelitian ini: 1. Preliminary Study on Hepatoprotective Activity of Tomato (Solanum lycopersicum L.) Pulp Against Hepatic Damage in Rats oleh A. Weremfo, K.A. Asamoah and S. Abassah-Oppong. Perbedaan penelitian peneliti dengan penelitian yang dilakukan oleh Waremfo et al adalah penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan induksi asap rokok sedangkan penelitian tersebut menggunakan induksi CCL4. 2. Pengaruh Pemberian Jus Noni Terhadap Selisih Jumlah Total Leukosit, Jumlah Neutrofil, Dan Kadar Alkalifosfatase Pada Tikus Wistar Sebelum Dan Sesudah Diberi Paparan Asap Rokok oleh Rizana Fajrunni mah. Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan yang dilakukan oleh Rizana adalah pada penelitian peneliti menggunakan sari tomat sedangkan pada penelitian tersebut menggunakan jus noni. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek hepatoprotektan sari tomat (Solanum lycopersicum) pada tikus yang diinduksi paparan rokok diukur berdasarkan penghitungan kadar ALP plasma tikus.

8 8 E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Dapat dijadikan referensi ilmiah untuk penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian sari tomat (Solanum lycopersicum) sebagai hepatoprotektan terhadap kadar ALP pada tikus putih yang diberi paparan rokok. 2. Apabila pemberian sari tomat (Solanum lycopersicum) secara alamiah sebagai agen hepatoprotektor yang aman, selektif, relevan dan rasional, maka penelitian ini sangat potensial untuk dikembangkan guna mendapatkan obat alternatif alami dan murah. 3. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai data ilmiah tambahan serta dapat memberikan informasi manfaat sari tomat (Solanum lycopersicum) sebagai agen hepatoprotektan.