PENGEMBANGAN ELEARNING BERBASIS MOODLE DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA BAHASA JERMAN TINGKAT A2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN ELEARNING BERBASIS MOODLE DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA BAHASA JERMAN TINGKAT A2"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN ELEARNING BERBASIS MOODLE DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA BAHASA JERMAN TINGKAT A2 Setiawan, PepenPermana, Irma Permatawati 1 Abstrak Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian terdahulu dengan judul Rancang Bangun Model Pembelajaran Online berbasis LMS Moodle untuk Pembelajaran Membaca Bahasa Jerman yang dilaksanakan pada tahun Penelitian kali ini mengkaji model pembelajaran bahasa Jerman dengan fokus pada keterampilan membaca bahasa Jerman tingkat A2, melalui pengembangan Elearning berbasis Learning Management System (LMS) Moodle. Dengan demikian, target yang ingin diraih dalam penelitian ini adalah terciptanya suatu bentuk model pembelajaran membaca secara online yang inovatif dan yang akan dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran membaca konvensional selama ini. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret November 2014 dengan menggunakan pendekatan research and development (R&D) melalui langkah-langkah define, design, develop, dan disseminate. Langkah-langkahpenelitian yang dilakukan dimulai dari penelitian (awal) dan pengumpulan informasi/data penelitian (research and information collecting), dilanjutkan dengan tahap perencanaan penelitian (planning). Selanjutnya adalah pengembangan draft produk (develop preliminary form of product). Setelah draft produk berhasil disusun, dilakukan uji coba awal secara terbatas (preliminary field testing), dan terakhir adalah merevisi hasil uji coba (main product revision). Mata kuliah yang menggunakan aplikasi ini adalah Lesen II yang diikuti oleh mahasiswa semester II Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FPBS UPI angkatan 2013 dengan jumlah mahasiswa 25 orang.dari hasil ujicoba terbatas diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatam kemampuan membaca mahasiswa setelah mengikuti pembelajaran online. Dari hasil penyebaran angket, diperoleh data yang mengindikasikan bahwa mahasiswa memberikan respon yang positif terhadap pelaksanaan pembelajaran online berbasis LMS Moodle. Kata kunci: LMS, e-learning, research and development, membaca Pendahuluan Penelitian ini dilatarbelakangi dengan asumsi bahwa kemampuan membaca bahasa Jerman yang baik dapat pula menunjang keberhasilan mahasiswa dalam keterampilan berbahasa Jerman lainnya. Namun demikian, berdasarkan pengamatan selama ini masih banyak kesulitan yang dialami mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FPBS UPI dalam pembelajaran membaca, yang tercermin dari belum memuaskannya prestasi mahasiswa dalam mata kuliah keterampilan membaca.salah satu faktor yang diduga menyebabkan terjadinya hal tersebut adalah kurang terbiasanya 1 Para Penulis adalah dosen Pendidikan Bahasa Jerman Universitas Pendidikan Indonesia Setiawan, PepenPermana, Irma Permatawati, Pengembangan Elearning Berbasis Moodle 79

2 mahasiswa dalam membaca teks-teks berbahasa Jerman di luar kelas secara mandiri, juga kurang tersedianya sumber-sumber bacaan berupa teks otentik bahasa Jerman yang mudah ditemukan di Indonesia, jika dibandingkan dengan sumber-sumber bacaan dalam bahasa Inggris. Meski penyelenggaraan proses pembelajaran bahasa Jerman selama ini tersaji dengan berbagai metode pembelajaran inovatif, namun peran internet belum optimal dimanfaatkan dan dilibatkan sebagai upaya untuk menambah wawasan mahasiswa dalam melatih keterampilan berbahasanya. Dalam pembelajaran bahasa asing, dalam hal ini bahasa Jerman, internet dapat berperan dalam menyediakan berjuta sumber informasi yang dapat membantu tercapainya keberhasilan dalam pembelajaran. Saat ini tersedia jutaan sumber belajar yang tersebar di dunia internet, baik berupa bahan bacaan, latihan-latihan kebahasaan, ataupun fasilitas-fasilitas penunjang pembelajaran bahasa lainnya. Mengingat peran aktif pembelajar dalam pembelajaran bahasa asing sangat diutamakan demi tercapainya kompetensi berbahasa yang diharapkan, konsep pembelajaran dengan memanfaatkan internet atau yang lazim disebut dengan e- learning dengan segala karakteristiknya mampu mendukung terjadinya proses pembelajaran yang aktif tersebut, dan juga dapat memfasilitasi pembelajar untuk membangun pengetahuannya sendiri.dalam pembelajaran bahasa asing pembelajar tidak hanya mendengarkan materi pembelajaran dengan pasif, tapi juga melakukan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan keterampilan berbahasa yang diajarkan. E- learning dapat pula memberikan pengalaman yang menarik dan bermakna bagi pembelajar karena kemampuannya dapat berinteraksi langsung, sehingga pemahaman terhadap materi lebih bermakna, mudah dipahami, mudah diingat dan mudah diungkapkan kembali. Dengan kontennya yang bervariasi, interaksi yang menarik, pemberian feedback yang langsung, e-learning dapat memperbaiki tingkat pemahaman dan daya ingat seseorang akan pengetahuan yang disampaikan (Munir, 2008:205). Bagi mahasiswa saat ini, internet sudah bukanlahsesuatu hal yang baru lagi.hampir seluruh mahasiswa, dalam hal ini mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FPBS UPI,sudah terbiasa menggunakan media sosial sebagai bagian dari kehidupan sehari-harinya. Jika internet dan segala sumber informasi yang terkandung di dalamnya dapat dimanfaatkan dengan lebih baik dan optimal, bukan tidak mungkin pula internet bisa memotivasi dan membantu mahasiswa untuk terbiasa membaca teks bahasa Jerman secara mandiri, sehingga dengan sendirinya mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam membaca. Beberapa penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa bahwa peran internet melalui aplikasi LMS terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa bahasa Jerman dalam keterampilan membaca (Permana: 2011) dan juga keterampilan menulis (Permana: 2012). Selain itu berkat hasil penelitian yang dilaksanakan tahun 2013 lalu (Setiawan dkk.), kini Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FPBS sudah memiliki fasilitas elearning tersendiri melalui laman yang saat ini baru memiliki konten pembelajaran membaca untuk level A1. Untuk itu, demi menindaklanjuti hasil penelitian tersebut dan memperluas cakupan pembelajaran yang dimiliki oleh fasilitas elearning tersebutdilakukanlah sebuah penelitian dengan judul Pengembangan Elearning 80 Allemania, Vol. 4. No 1 Juni 2014

3 Berbasis LMS Moodle Pembelajaran Membaca Bahasa Jerman Tingkat A2.Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran online dengan berfokus pada keterampilan membaca bahasa Jerman. Internet, menurut William dalammunir (2008:195), didefiniskan sebagai a large collection of computers in networks that are tied together so that many users can share their vast resources. Sebuah jaringan informasi global yang memungkinkan manusia untuk terhubung satu sama lain di seluruh dunia melalui komputer. Dalam dunia pendidikan peran internet sudah semakin nyata, yang ditandai dengan bermunculannya situs-situs penyedia fasilitas pembelajaran, baik yang disediakan oleh individu bagi khalayak umum dan/atau bagi peserta didiknya, atau juga yang dikelola oleh lembaga-lembaga pendidikan bagi para peserta didiknya. Pada mulanyae-learning adalah kegiatan pembelajaran yang merepresentasikan keseluruhan kategori pembelajaran yang berbasis teknologi, yang di dalamnya mencakup pula pembelajaran online atau pembelajaran berbasis web. Namun seiring perkembangan teknologi dan terjadinya pergeseran konten dan adaptivity, saat ini definisi e-learningmengalami pergeseran makna ke arah yang lebih khusus, yakni suatu pengelolaan pembelajaran melalui media internet atau web yang meliputi aspekaspek materi, evaluasi, interaksi, komunikasi dan kerjasama (Surjono, 2009). Kitao dalam Munir (2008:196) mengungkapkan setidaknya tiga fungsi e- learning, yakni (1) fungsi suplemen, (2) fungsi komplemen dan (3) fungsi substitusi. Fungsisuplemen (tambahan) yang dimiliki internet berarti bahwa peserta didik bebas untuk memilih apakah akan memanfaatkan materi e-learning atau tidak. Materi yang tersedia di internet bersifat opsional, karena tidak ada kewajiban bagi peserta didik untuk mengaksesnya. Internet memiiliki fungsi komplemen (pelengkap), jika materi e-learning dirancang untuk melengkapi materi pembelajaran yang telah disampaikan di kelas. Materi tersebut didesain sebagai materi pengayaan dalam pembelajaran. Fungsisubtitusi (pengganti) yang dimiliki internet bermakna e-learning dapat menggantikan sepenuhnya kegiatan pembelajaran konvensional. Seluruh kegiatan pembelajaran dilakukan sepenuhnya secara online tanpa tatap muka dalam kelas yang fleksibel tanpa terbatasi oleh ruang dan waktu. E-learning memungkinkan terselenggaranya suatu proses pembelajaran yang tidak mengharuskan kehadiran dosen dan mahasiswa secara serentak dalam waktu dan tempat yang sama. Pembelajaran yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu tersebut memungkinkan mahasiswa untuk dapat belajar seluas-luasnya kapan saja dan di mana saja sesuai dengan kondisi terbaik mereka, baik fisik atau mental. Dengan kondisi belajar yang optimal tersebut, mahasiswa dianggap akan lebih mudah dalam menyerap materi pembelajaran yang diberikan. Keutamaanyang dimiliki e-learningdibanding pembelajaran biasa adalah dalam hal fleksibilitas dan interaktivitas.e-learningbersifat fleksibel, artinya memungkinkan materi pembelajaran dapat diakses kapan saja dan dari mana saja dan dapatdiperkaya dengan berbagai sumber dan konten belajar yang beragam. Selain itu materi juga dapat diperbaharui dengan cepat oleh pengajar. Dari segi interaktivitas e- learning juga memungkinkan terselenggaranya pembelajaran yang memfasilitasi semua pihak yang terlibat didalamnya untuk berinteraksi secara luas. Setiawan, PepenPermana, Irma Permatawati, Pengembangan Elearning Berbasis Moodle 81

4 Kelebihan-kelebihan e-learninglebih lanjut diungkapkan Munir (2008:205) sebagai berikut: 1. Memberikan pengalaman yang menarik dan bermakna bagi pembelajar karena kemampuannya dapat berinteraksi langsung, sehingga pemahaman terhadap materi lebih bermakna, mudah dipahami, mudah diingat dan mudah diungkapkan kembali. 2. Dengan kontennya yang bervariasi, interaksi yang menarik, pemberian feedback yang langsung, dapat memperbaiki tingkat pemahaman dan daya ingat seseorang akan pengetahuan yang disampaikan. 3. Fasilitas kerjasama online yang dimiliki e-learning memudahkan berlangsungnya proses transfer informasi dan komunikasi. 4. Administrasi dan pengaturan yang terpusat memudahkan dilakukannya akses dalam operasionalnya. 5. Dengan e-learning perhatian dalam pembelajaran tertuju pada pembelajar, dan tidak bergantung sepenuhnya pada pengajar. Dari pengamatan pada berbagai sistem pembelajaran berbasis web yang ada, implementasi sistem e-learning bervariasi mulai dari yang sederhana hingga yang terpadu. Yang bersifat sederhana yakni sistem pembelajaran yang hanya sekedar berisi kumpulan bahan pembelajaran yang disimpan di web server dengan fasilitas komunikasi melalui atau mailing list secara terpisah, sedangkan yang terpadu yaitu berupa portal e-learning yang berisi berbagai obyek pembelajaran yang diperkaya dengan multimedia dan dipadukan dengan sistem informasi akademik, evaluasi, komunikasi, forum diskusi dan berbagai educational tools lainnya.baik sederhana ataupun terpadu, penyelenggaraan elearning didasarkan atas suatu prinsip atau konsep bahwa e-learning dimaksudkan sebagai upaya pendistribusian materi pembelajaran melalui media elektronik atau internet sehingga peserta didik dapat mengakses kapan saja dari seluruh penjuru dunia. Ciri pembelajaran dengan E-learning adalah terciptanya lingkungan belajar yang flexible dan distributed (Surjono, 2009). Fleksibilitas menjadi kata kunci dalam sistem e-learning. Peserta didik memiliki kefleksibelan dalam memilih waktu dan tempat belajar karena mereka tidak harus datang di suatu tempat pada waktu tertentu. Pengajar pun dapat memperbaharui materi pembelajarannya kapan saja dan dari mana saja. Dari segi isi, materi pembelajaran pun dapat dibuat sangat fleksibel mulai dari bahan kuliah yangberbasis teks sampai pada materi pembelajaran yang sarat dengan komponen multimedia. Begitu pula halnya dengan kualitas pembelajaran, yang bisa sangat fleksibel atau variatif, yakni bisa lebih buruk atau lebih baik dari sistem pembelajaran tatap muka (konvensional). Oleh sebab itu untuk menciptakan suatu sistem e-learning yang baik diperlukan suatu perancangan yang baik dan strategi dan cara-cara desain instruksional yang tepat. Sementara distributed learning merujuk pada pembelajaran di mana pengajar, pembelajar, dan materi pembelajaran terletak di lokasi yang berbeda, sehingga pembelajar dapat belajar kapan saja dan dari mana saja. Pada jenis yang bersifat dinamis, fasilitas yang ada pada sistem ini lebih bervariasi dari apa yang ditawarkan oleh jenis yang pertama. Di sini, fasilitas seperti forum diskusi, chat, , alat bantu evaluasi pembelajaran, manajemen pengguna, serta manajemen materi elektronis sudah tersedia, sehingga pengguna mampu belajar 82 Allemania, Vol. 4. No 1 Juni 2014

5 dalam lingkungan belajar yang tidak jauh berbeda dengan suasana kelas. Sistem kedua ini dapat digunakan untuk membantu proses transformasi paradigma pembelajaran dari teacher-centered menuju student-centered. Bukan lagi pengajar yang aktif memberikan materi atau meminta pembelajar bertanya mengenai sesuatu yang belum dipahami, tetapi di sini pembelajar dilatih untuk belajar secara kritis dan aktif. Sistem e-learning yang dikembangkan dapat menggunakan pendekatan metode belajar kolaboratif (collaborative learning), dan belajar dari proses memecahkan problem yang disodorkan (problem-based learning). Salah satu cara implementasi e-learning adalah dengan menggunakan aplikasi LMS (Learning Management System), yakni sebuah perangkat untuk membuat materi pembelajaran berbasis web yang mengelola kegiatan pembelajaran beserta hasilnya dan memfasilitasi interaksi antar pengajar dan pembelajar, antar pengajar dan pengajar, dan antar pembelajar dan pembelajar. LMS mendukung berbagai aktivitas, antara lain: administrasi, penyampaian materi pembelajaran, penilaian (tugas, kuis), pelacakan/tracking& monitoring, kolaborasi, dan komunikasi/interaksi. Salah satu bentuk aplikasi penerapan e-learning yang saat ini cukup populer digunakanadalah aplikasi Moodle. Dari situs resminya( diungkapkan bahwa Moodle ini dirancang dan dikembangkan berdasarkan filosofi social constructionist pedagogy, yang memadukan empat konsep yang berhubungan, yakni (1) faham konstruktivisme, (2) faham konstruktionisme, (3) konstruktivisme sosial, dan (4) faham terkoneksi dan terpisah (connected and separated). Faham konstruktivisme menganggap bahwa orang akan dapat aktif membangun pengetahuannyasendiri jika dia berinteraksidengan lingkungannya. Konstruktionisme memandang bahwa pembelajaran akan lebih efektif jika sesuatu dikonstruksibagi pengalaman orang lain. Paham konstruktivisme sosial adalah perluasan paham konstruktivisme dalam konteks lingkungan sosial, yang ditandai dengan hadirnyasuatu kelompok yang membangun pengetahuan yang diperolehnya untuk kepentingan bersama. Kelompo kini berkolaborasi membentuk budaya saling berbagi; berbagi karya dan berbagi makna. Ide terkoneks idan terpisah (connected and separated) adalah konsep baru dalam mengaati interaksi dan motivasi individu dalam melakukan diskusi. Teori ini menjabarkan tiga perilaku dalam mengevaluasi dan mempelajari sesuatu, yakni perilaku separated, connected, dan constructed. Perilaku separated adalah indikasi bagi seorang pembelajar yang tetap bersikap objektif dan faktual dan mempertahankan mendapatnya dengan menggunakan logika untuk mencari celah kelemahan dari pendapat orang lain. Perilaku connected adalah ciri bagi pembelajar yang lebih senang untuk melakukan pendekatanempati dan mengedepankan subjektivitas dengan senantiasa mencoba menyimak dan bertanyasebagai usaha untuk memahami pendapat orang lain. Sementara perilaku connected dimiliki oleh mereka yang lebih sensitif pada dua perilaku yang telah dijelaskan sebelumnya. Pembelajar yang berperilaku seperti ini dapat memilih perilaku mana yang sesuai dengan situasi yang ada. Secara umum, terjadinya perilaku connected yang dimiliki oleh para pembelajar dalam komunitas dapat sangat mendukung terselenggaranya pembelajaran, di mana tidak hanya terjadi Setiawan, PepenPermana, Irma Permatawati, Pengembangan Elearning Berbasis Moodle 83

6 hubungan antar pembelajar yang lebih erat, juga meningkatkan refleksi diri yang lebih dalam. Interaksi yang dilakukan pembelajar dengan lingkungannya adalah hal yang diutamakan dalam pembelajaran berbasis LMS Moodle. Dalam hal ini pembelajar dapat belajar mandiri untuk membangun pengetahuannya sendiri; saling berbagi pengetahuan dengan rekannya; dan berdiskusi juga menghargai perbedaan pendapat seperti lazimnya yang terjadi dalam sebuah komunitas. Moodle tidak pula memaksa pembelajar untuk melakukan gaya perilaku tertentu dalam pembelajaran. Empat konsep yang disebutkan di atas dipercaya menurut para pengembangnya adalah yang paling cocok dalam mendukung pembelajaran dengan aplikasi LMS Moodle. Konsep pedagodi yang mendasari pengembangan Moodle ini bisa dijadikan pertimbangan dalam menentukan pengalaman apa yang pantas didapat oleh pembelajar dalam pembelajaran online, bukan hanya sekedar menampilkan informasi atau materi pembelajaran menurut pengajar perlu diketahui oleh pembelajar. Konsep tersebut dapat pula membantu menyadari bahwa antara pengajar dan pembelajar memiliki posisi yang setara dalam pembelajaran online, di mana peran seorang pengajar bukan lagi sebagai sumber pengetahuan belaka tapi juga sebagai panutan dan motivator yang memfasilitasi para pembelajar beraktivitas untuk memenuhi kebutuhan belajarnya demi tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Metode Penelitian Penelitian pengembangan model pembelajaran online berbasis LMS Moodle untuk meningkatkan kualitas pembelajaran membaca bahasa Jerman ini diselenggarakan selama kurang lebih enam bulan terhitung mulai bulan Maret 2014 hingga Oktober 2014, dan diselenggarakan di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FPBS UPI. Penelitian ini menggunakan pendekatan researchanddevelopment (R&D) melalui langkah-langkah define, design, develop, dan disseminate(borg & Gall, 1979:626) dikembangkanlah suatu produk yang didasarkan pada temuan-temuan penelitian. Temuan-temuan yang diperoleh dalam penelitian awal dijadikan dasar dalam pengembangan produk yang kemudian diujikan dalam suatu situasi dan dilakukan revisi terhadap ujicoba tersebut. Produk yang akan di hasilkan dalam penelitian ini tidak berbentuk benda atau perangkat keras (hardware) seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran, melainkan berbentuk perangkat lunak (software), yakni suatu model program pembelajaran online berbasis LMS Moodle. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FPBS UPI semester IIkelas B dan yang mengontrak mata kuliah Lesen II yang berjumlah total 28 orang. Setelah draft model pembelajaran dikembangkan maka pada mata kuliah tersebut akan dilakukan serangkaian ujicoba untuk mengetahui seberapa efektif model pembelajaran online berbasis LMS Moodle dalam menigkatkan kualitas pembelajaran. Terdapat dua jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yakni tes dan angket.instrumen tes berupa tes keterampilan membaca dengan tema tertentu dengan tingkat kesulitan setara dengan level GER A2. Instrumen ini digunakan untuk mengukur efektifitas pembelajaran online dalam pembelajaran membaca. Sedangkan 84 Allemania, Vol. 4. No 1 Juni 2014

7 instrumen angket digunakan untuk menjaring data respon mahasiswa terhadap pembelajaran online. Instrumen tes ini adalah berupa tes pemahaman bacaan bahasa Jerman yang berbentuk tes objektif, yakni sebuah tes pemahaman bacaan dengan tema yang bersifat umum, yang terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama berisi sebuah teks pendek dengan lima pertanyaan berbentuk pilihan ganda yang mengukur pemahaman mahasiswa akan teks tersebut. Bagian kedua juga sebuah teks pendek, namun pertanyaan-pertanyaan pada bagian ini berbentuk benar-salah. Pada bagian ketiga delapan iklan-iklan kecil berbahasa Jerman yang harus dipilih dan dicocokkan oleh mahasiswa pada lima yang tersedia. Skor mentah yang diperoleh mahasiswa pada tes tersebut kemudian dikonversi menjadi nilai dengan skala 10. Untuk kepentingan interpretasi nilai yang dihasilkan mahasiwa, digunakan standar interpretasi penilaian yang diadaptasi dari Nurgiyantoro (2009:399) yang tersaj idalam tabel berikut: Tabel 1: Kriteria Interpretasi Penilaian Kemampuan Membaca Interval Interpretasi 8,5 10 Sangatbaik 7,5 8,4 Baik 6,0 7,4 Cukup 4,0 5,9 Kurang 0 3,9 SangatKurang Angket yang digunakan dalam penelitian ini berupa seperangkat pernyataan yang berjumlah 30 butir yang pada dasarnya menjaring respon mahasiswa mengenai empat hal, yakni tentang motivasi, persepsi, pengalaman dan harapan terhadap pembelajaran online yang telah mereka ikuti. Angket yang disebarkan menggunakan skala Likert dengan rentang nilai 1 7. Skor mentah yang diberikan mahasiswa dalam angket tersebut kemudian dikonversi menjadi nilai prosentase. Untuk kepentingan interpretasi respon yang diberikan mahasiwa, digunakan pula standar interpretasi penilaian yang diadaptasi dari Nurgiyantoro (2009:399) yang tersaji dalam tabel berikut: Tabel 2: Kriteria Interpretasi Respon Mahasiswa Interval (%) Interpretasi Sangat positif Positif Cukup Negatif 0 3,9 Sangat negatif Hasil Penelitian Dan Pembahasan Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengembangkan suatu model pembelajaran online (E-Learning) berbasis LMS Moodle yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran membaca bahasa Jerman pada level GER A2. Dengan demikian, Setiawan, PepenPermana, Irma Permatawati, Pengembangan Elearning Berbasis Moodle 85

8 produk utama penelitian ini adalahtersedianya aplikasi pembelajaran membaca bahasa Jerman yang diselenggarakan secara online dengan memanfaatkan software LMS Moodle yang sudah terinstal di laman sebagai hasil penelitian pertama pada tahun 2013 lalu. Dari hasil ujicoba terbatas diperoleh data sebagai berikut: Kelas Eksperimen Kontrol Tabel 3: Data Hasil Tes awal dan Tes akhir Tes Jumlah Sampel Nilai Terendah Nilai Tertinggi Ratarata () Standar Deviasi (sd) Tes awal 25 6,0 9,3 7,56 0,87 Tes akhir 25 6,7 10 8,21 0,88 Tes awal 30 6,5 9,5 7,54 0,90 Tes akhir 30 6,3 9,7 7,77 0,99 Berdasarkan tabel deskripsi statistik di atas, dengan nilai rata-rata sebesar 7,2kemampuan awal mahasiswa kelas eksperimenberada pada kategori cukup dan setelah perlakukan pembelajaran online kemampuan tersebut berubah menjadi kategori baik dengan nilai rata-rata 8,21. Sementara kemampuan awal mahasiswa kelas kontrol dengan nilai rata-rata 7,54 juga berada pada kategori cukup dan pada akhir pembelajaran dengan nilai rata-rata 7,77 tetap pada kategori cukup. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa kemampuan membaca mahasiswa kelas eksperimen mengalami peningkatan dari yang sebelumnya berada pada kategori cukup menjadi kategori baik. Perbedaan-perbedaan hasil nilai kemampuan mahasiswa kelas eksperimendan kelas kontrol padates awal dan tes akhir tersebut disajikan dalam grafik berikut: Gambar 1: Grafik Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kelas eksperimen 86 Allemania, Vol. 4. No 1 Juni 2014

9 Tampak dari grafik di atas bahwa secara umum kemampuan membaca mahasiswa dari kedua kelas pada saat tes akhir relatif sama, yakni berada pada nilai 7,5 atau pada kategori cukup. Namun setelah dilakukan tes akhir, nilai rata-rata dari kedua kelas cenderung memiliki perbedaan yang cukup siginifikan. Kelas eksperimen kini berada pada kategori baik, dan kelas kontrol tetap pada kategori cukup. Data yang diperoleh dalam penelitian ini tidak hanya data tentang kemampuan membaca mahasiswa yang diperoleh oleh pretes dan postes dan data tentang hasil belajar mahasiswa selama pembelajaran dengan aplikasi LMS berlangsung, tapi juga didapat data mengenai bagaimana respon atau tanggapan mahasiswa tentang pembelajaran online yang mereka ikuti. Angket yang diberikan terdiri dari 30 butir pernyataan dengan menggunakan skala Likert dengan rentang jawaban 1 7. Penyebaran angket tersebut pada dasarnya mengukur respon mahasiswa yang meliputi motivasi, persepsi, pengalaman dan harapan terhadap pembelajaran online yang telah mereka ikuti. Mengingat subjek penelitian ini adalah subjek yang sama dengan penelitian tahun sebelumnya, maka hasil angket yang diolah dalam penelitian ini adalah hasil angket yang telah sisebarkan pada mahasiswa ketika mereka berada di semester I. Dari 25 orang responden, diperoleh data yang secara umum menunjukkan mahasiswa memberikan respon atau apresiasi yang cukup baik. Tabel berikut menampilkan kalkulasi respon mahasiswa secara keseluruhan: Tabel 4: Kalkulasi total respon mahasiswa tiap butir No. Butir Rata-rata Rata-rata Prosentase No. Butir skor skor Prosentase TOTAL Setiawan, PepenPermana, Irma Permatawati, Pengembangan Elearning Berbasis Moodle 87

10 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata total respon mahasiswa terhadap pembelajaran online berada pada nilai 5,27 dari skor ideal 7 atau jika diprosentasekan nilai tersebut berada pada nilai 75,26%. Nilai prosentase sebesar 75,26 tersebut berada pada kategori positif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa mahasiswa memberikan respon yang positif terhadap pelaksanaan pembelajaran online berbasis LMS untuk keterampilan membaca bahasa Jerman. Pada dasarnya Tujuan-tujuan pembelajaran bahasa Jerman di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FPBS UPI mengacu pada der Gemeinsame Europäische Referenzrahmen (GER), yakni suatu kerangka acuan umum yang diterapkan di negaranegara eropa sebagai dasar pengembangan pembelajaran bahasa. GER mencakup enam tingkatan kompetensi yang secara sederhana terbagi dalam tingkat dasar (Grundstufe), yakni A1 dan A2; tingkat menengah (Mittelstufe), yakni B1 dan B2; dan tingkat atas (Oberstufe), yakni C1 dan C2.Pada pelaksanaannya dalam perkuliahan, kompetensi tersebut kemudian terbagi dalam empat keterampilan berbahasa, yakni mendengar (hören), berbicara (sprechen), membaca (lesen), dan menulis (schreiben), serta ditunjang dengan penguasaan tata bahasa dan kosakata (Struktur und Wortschatz) yang disajikan secara terintegrasi dalam suatu tema pokok bahasan pada setiap pertemuan. Tujuan umum pembelajaran membaca di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman UPI ini adalah agar mahasiswa memiliki kemampuan memahami makna yang tertuang dalam berbagai jenis wacana tulis berbahasa Jerman. Tujuan umum tersebut kemudian terbagi dalam dua tingkatan, yakni tingkat dasar dan tingkat menengah. Kemampuan membaca tingkat dasar diberikan pada semester satu hingga semester tiga. Sementara tingkat menengah adalah untuk mahasiswa semester empat hingga semester enam. Untuk pembelajaran membaca tingkat dasar, tujuan umum di atas kemudian diuraikan kembali ke dalam beberapa tujuan khusus, yakni agar mahasiswa dapat: (1) membedakan berbagai jenis morfem yang tertuang dalam wacana tulis, (2) mengidentifikasi kata-kata kunci (Stichwörter) yang tertuang dalam wacana tulis, (3) mengidentifikasi pola-pola urutan kata (word order) dan implikasi maknanya, (4) mengidentifikasi jenis kata dan variasi derivatifnya yang terdapat dalam wacana tulis, (5) mengidentifikasi jenis Tempus yang tertuang dalam wacana tulis, (6) mengidentifikasi pola-pola kalimat dengan implikasi maknanya dalam wacana tulis, (7) mengidentifikasi persesuaian antara subyek dengan predikat (Konjugation) dalam wacana tulis, (8) mengidentifikasi bentuk-bentuk elipsis yang terdapat dalam wacana tulis, (9) mengidentifikasi peranti kohesi (seperti Referenz, Substitution dan Konjugation) yang tertuang dalam wacana tulis, dan (10) menggunakan pengetahuan awal (Vorkenntnisse) untuk memahami wacana tulis. Pada semester kedua, perkuliahan untuk keterampilan membaca diberikan pada mata kuliah Lesen II. Dalam mata kuliah Lesen II ini mahasiswa dikondisikan untuk dapat memiliki keterampilan membaca bahasa Jerman dengan serangkaian latihanlatihan pemahaman bacaan. Secara keseluruhan bahan bacaan atau teks yang disajikan dalam perkuliahan ini terorganisasi dalam duabelas tema yang semuanya bersumber dari buku ajar utama, yakni buku Studio d A2 Kursbuch dan Sprachtraining. Teks-teks yang disajikan dalam duabelas tema tersebut terdiri dari beragam jenis teks yang telah disesuaikan untuk mahasiswa dengan kemampuan bahasa Jerman tingkat dasar. Selain itu teks-teks tersebut merupakan bacaan-bacaan otentik khas yang 88 Allemania, Vol. 4. No 1 Juni 2014

11 lazim ditemukan di negara Jerman dan negara-negara berbahasa Jerman. Selain teks berupa artikel pendek dan ringan, jenis-jenis teks yang disajikan biasanya meliputi daftar menu, buku telefon, bon, katalog, , iklan, papan pengumuman, peta, agenda, brosur, statistik, teks lagu, resep, artikel koran, surat, reportase dan sebagainya. Dengan teks-teks yang otentik tersebut mahasiswa diharapkan mampu mengenali dan peka terhadap ciri-ciri khas yang dimiliki oleh setiap jenis teks yang dapat membantu pemahaman, seperti judul, layout, gambar dan sejenisnya. Dengan beragam jenis teks yang disajikan selama perkuliahan ini mahasiswa dilatih untuk dapat melakukan kegiatan membaca dengan cara yang beragam pula. Selain membaca teks secara keseluruhan, mahasiswa pun dilatih untuk dapat membaca teks secara sepintas dan secara selektif pada data-data tertentu yang terdapat dalam teks. Mahasiswa belajar untuk dapat mengenali informasi tersirat ataupun tersurat yang terkandung dalam teks dan membedakan mana informasi yang penting dan yang tidak penting. Selain itu mereka juga belajar untuk mampu memahami kosakata baru berdasarkan konteks ataupun berdasarkan kata-kata lain yang telah dikenali. Pelaksanaan perkuliahan ini pada dasarnya menerapkan pembelajaran yang berpusat pada pembelajar (student centered), di mana aktivitas-aktivitas dalam proses perkuliahan sedapat mungkin melibatkan keaktivan dan kemandirian mahasiswa. Mahasiswa aktif, baik secara mandiri atau berkelompok, dalam mengikuti proses perkuliahan dan dalam membahas bahan perkuliahan yang diberikan secara induktif sehingga mereka mampu mengumpulkan informasi-informasi yang tertuang dalam bahan bacaan dan mengaitkannya dengan pengetahuan awal yang mereka miliki demi meraih suatu pemahaman dalam membaca. Dosen dalam hal ini berperan sebagai moderator atau pengoreksi, terutama jika terjadi salah interpretasi yang dilakukan oleh mahasiswa. Setidaknya terdapat enam bentuk pemahaman bacaan yang harus dikuasai mahasiswa selama perkuliahan ini berlangsung, di antaranya (a) globales Textverstehen (pemahaman teks secara global), yakni pemahaman teks pada isi pokok yang tercantum dalam teks, dalam hal ini mahasiswa harus berkonsentrasi pada kalimat utama dan benang merah yang terdapat dalam teks; (b) selektives Textverstehen (pemahaman teks secara selektif), yaitu kegiatan membaca yang bertujuan mencari dan menemukan letak informasi-informasi tertentu dalam teks; (c) detailliertes Textverstehen (pemahaman teks secara detil), di mana mahasiswa diharapkan mampu memahami informasi tertentu yang terdapat dalam alinea atau dalam keseluruhan teks; (d) totales Textverstehen (pemahaman teks secara total), yakni membaca dan memahami teks secara keseluruhan dengan tepat; (e) interpretierendes Textverstehen (pemahaman teks secara interpretasi), yakni pemahaman terhadap sesuatu yang tersirat dalam teks atau interpretasi; dan (f) überfliegendes Textverstehen (pemahaman teks secara sepintas), yakni kegiatan membaca sepintas (skimming), di mana mahasiswa melakukan kegiatan membaca secara cepat untuk memahami tema utama yang dimiliki teks. Tahap awal pelaksanaan perkuliahan Lesen II secara online ini adalah penyusunan rancangan pembelajaran online, di mana di dalamnya tercakup tujuan pembelajaran, aktivitas yang akan dilaksanakan, dan materi yang hendak disampaikan. Setelah rancangan pembelajaran online tersusun, kemudian dilakukan penyiapan Setiawan, PepenPermana, Irma Permatawati, Pengembangan Elearning Berbasis Moodle 89

12 materi yang akan disampaikan secara online. Berhubung perkuliahan ini adalah mata kuliah keterampilan membaca, pada tahap ini terhitung banyak teks yang perlu disiapkan agar dapat diakses oleh mahasiswa secara online. Selain itu materi-materi perkuliahan lain yang selama ini hanya terdapat dalam buku cetak, seperti foto, gambar dan sebagainya, juga perlu dikonversi dalam bentuk digital agar dapat disampaikan pula melalui internet. Materi pembelajaran yang dikembangkan mengedepankan adanya interaksi dalam pembelajarannya. Perkuliahan online ini tidak hanya menyediakan aktivitas yang statis, yakni aktivitas yang hanya sebatas mengunduh materi dan mengunggah tugas. Mahasiswa juga diarahkan untuk dapat berinteraksi baik dengan dosen, rekan, ataupun dengan materi pembelajarannya. Dengan aktivitas yang interaktif tersebut, mahasiswa diharapkan dapat meraih pengalaman dalam menganalisa, mengamati, berbagi, dan membangun pengetahuannya sendiri. Tahap selanjutnya adalah pengadministrasian peserta perkuliahan. Perkuliahan dengan penerapan aplikasi LMS Moodle dapat disajikan secara terbuka atau tertutup; terbuka artinya perkuliahan tersebut dapat diakses siapa saja, sementara tertutup artinya perkuliahan tersebut hanya bias diakses oleh orang-orang tertentu yang telah registrasi dan yang memiliki otentikasi berupa NIM, , dan password. Dengan pertimbangan untuk menghindari spammer, kemudahan pengadministrasian pengguna dan agar tidak sembarang orang bias menjadi pengguna fasilitas perkuliahan online ini, web pembelajaran yang diberi nama Virtuelles Klassenzimmer ini memfasilitasi registrasi langsung secara online. Dengan demikian para pengguna fasilitas perkuliahan online tersebut adalah benar-benar mahasiswa yang mengontrak matakuliah tersebut dan telah didaftarkan secara manual oleh dosen yang bersangkutan melalui pihak administrator web. Setelah terdaftar, maka setiap mahasiswa memiliki username dan password yang dapat digunakan untuk login web tersebut dan berpartisipasi dalam perkuliahan LesenII dengan role (peran) sebagai student (mahasiswa). Mahasiswa yang sudah terdaftar sebagai pengguna dapat segera menggunakan akun mereka untuk mengakses perkuliahan Lesen I. 'Ruang kelas untuk mata kuliah tersebut dapat diakses langsung dengan menggunakan alamat Gambar berikut menyajikan tampilan halaman awal mata kuliah Lesen I. Setelah berhasil masuk pada halaman perkuliahan, maka pengguna, baik dosen atau mahasiswa, akan langsung dapat beraktivitas dan berpartisipasi dalam perkuliahan online dengan memilih menu-menu yang tersedia. Perkuliahan Lesen II dengan aplikasi LMS Moodle ini membahas 12 topik pembelajaran yang diadaptasi dari buku ajar utama Studio d A2 Kursbuch & Sprachtraining. Topik-topik tersebut antara lain: (1) Sprachen und Biografien, (2) Familienalbum, (3) Reisen und Mobilität, (4) Aktiv in der Freizeit, (5) Medien, (6) Ausgehen, (7) Zu Hause, (8) Kultur Erleben, (9) Arbeitwelten; (10) Feste und Geschenke, (11) Mit alle Sinnen, dan (12) Erfindungen und Erfinder. Setiap topik bahasan mengandung dua hingga tiga aktivitas perkuliahan online. Secara umum aktivitas-aktivitas tersebut berisi tentang latihan-latihan dan pembahasan pemahaman bacaan. Dalam setiap aktivitasnya mahasiswa diminta untuk membaca sebuah teks tentang tema tertentu dan mereka diharapkan dapat menyelesaikan tugas-tugas terkait 90 Allemania, Vol. 4. No 1 Juni 2014

13 teks yang dberikan tersebut. Secara umum tugas-tugas tersebut adalah untuk mengukur kemampuan mahasiswa dalam memahami teks, baik secara global, detil ataupun selektif. Selain aktivitas-aktivitas yang berupa latihan pemahaman bacaan, mahasiswa juga disediakan forum diskusi untuk membicarakan atau membahas tema-tema tertentu sesuai dengan topik yang sedang berlangsung. Kesimpulan Dan Saran Penelitian yang berjudul Pengembangan Model Pembelajaran Online Berbasis LMS Moodle untuk Pembelajaran Membaca Bahasa Jerman Tingkat GER A2 ini diselesaikan sesuai rencana, yakni dari bulan Maret hingga bulan November Produk penelitian ini, web aplikasi elearning berbasis LMS moodle untuk pembelajaran membaca bahasa Jerman, sudah terinstalasi dan dapat diakses di laman Mata kuliah yang menggunakan aplikasi ini adalah Lesen II yang diikuti oleh mahasiswa semester II Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FPBS UPI angkatan 2013 dengan jumlah mahasiswa 25 orang.dari hasil ujicoba terbatas diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatam kemampuan membaca mahasiswa setelah mengikuti pembelajaran online. Dari hasil penyebaran angket, diperoleh data yang mengindikasikan bahwa mahasiswa memberikan respon yang positif terhadap pelaksanaan pembelajaran online berbasis LMS Moodle. Mengingat penelitian ini mengalami pergeseran jadwal pelaksanaannya karena harus menyesuaikan dengan kalender aktivitas yang diselenggarakan oleh pihak LPPM UPI, maka untuk ke depannya disarankan pada lembaga-lembaga yang terkait untuk menyusun dan menetapkan jadwal alur seleksi proposal penelitian hingga pengumuman pemenang seleksi yang jelas dan tegas. Dengan demikian, para peneliti di masa yang akan datang dapat pula menyusun jadwal penelitiannya dengan tepat. Untuk penelitian yang melibatkan pembelajaran di dalamnya, jadwal yang jelas adalah sangat penting, karena idealnya penelitian semacam ini harus sudah dimulai pada semester awal perkuliahan dimulai (bulan Februari atau September). Sehingga nantinya tidak akan lagi terjadi, penelitian yang harusnya mulai dilaksanakan pada awal perkuliahan malah terpaksa digeser menjadi pada saat semester perkuliahan sudah menjelang berakhir. Daftar Pustaka. (2009). Moodle Philosophy.[online]. Tersedia: [18 Agustus 2009] Borg, W.R. & Gall, M.D. (1979).Applying Education Research: A Practical Guide for Teachers.New York & London: Longman Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, Bandung: Alfabeta. Nurgiyantoro, B. (2009). PenilaiandalamPengajaran Bahasa dan Sastra (edisiketiga). Yogyakarta: BPFE Permana, P. (2011). Aplikasi Learning Management System (LMS) untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Mahasiswa Bahasa Jerman. Penelitian Pengembangan Dosen Muda UPI Bandung: tidak diterbitkan. Setiawan, PepenPermana, Irma Permatawati, Pengembangan Elearning Berbasis Moodle 91

14 Permana, P. (2012). Efektivitas Aplikasi Learning Management System (LMS) dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Mahasiswa Bahasa Jerman. Penelitian Pengembangan Dosen Muda UPI Bandung: tidak diterbitkan. Surjono, H. (2009). PengantarElearningdanPenyiapanMateriPembelajaran. [online]. Tersedia: files/2009/02/pengantarelearning-dan-penyiapan-materi.pdf. [30 Mei 2009] Surjono, H. (2009). Pengantar E-learning.[online]. Tersedia: hermansujono/files/2009/02/pengantar-elearning-bahan-presentasi.pdf. [18 Juni 2009] 92 Allemania, Vol. 4. No 1 Juni 2014

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MAHASISWA BAHASA JERMAN

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MAHASISWA BAHASA JERMAN APLIKASI LEARNING MANAGEMENT SYSTEM (LMS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MAHASISWA BAHASA JERMAN Pepen Permana *) Abstrak Rendahnya prestasi mahasiswa dalam keterampilan membaca dan belum optimalnya

Lebih terperinci

Pendahuluan. Pepen Permana*)

Pendahuluan. Pepen Permana*) EFEKTIVITAS APLIKASI LEARNING MANAGEMENT SYSTEM (LMS) DALAM PEMBELAJARAN GRAMMATIK BAHASA JERMAN Pepen Permana*) Abstrak Belum optimalnya pemanfaatan internet dalam pembelajaran Grammatik (tatabahasa Bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development. 77 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development. Pendekatan Research and Development yang merujuk pada teori Borg and Gall

Lebih terperinci

JR219, SCHREIBEN II: S1, 3 sks, Semester II

JR219, SCHREIBEN II: S1, 3 sks, Semester II DESKRIPSI MATA KULIAH SCHREIBEN II JR219, SCHREIBEN II: S1, 3 sks, Semester II Mata kuliah Schreiben II merupakan salah satu Mata Kuliah Keahlian Program Studi (MKK-Prodi) yang wajib diikuti oleh semua

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) (SAP) SCHREIBEN II JR219 PUTRASULUNG BAGINDA, S.PD JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011 Topik bahasan : Spachen und Biografien : Mahasiswa

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENERAPAN LEARNING MANAGEMENT SYSTEM (LMS) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS MAHASISWA BAHASA JERMAN

EFEKTIVITAS PENERAPAN LEARNING MANAGEMENT SYSTEM (LMS) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS MAHASISWA BAHASA JERMAN EFEKTIVITAS PENERAPAN LEARNING MANAGEMENT SYSTEM (LMS) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS MAHASISWA BAHASA JERMAN Pepen Permana Abstrak Pemanfaatan internet dalam pembelajaran bahasa Jerman yang belum

Lebih terperinci

Mengapresiasi e-learning Berbasis MOODLE Basori 1

Mengapresiasi e-learning Berbasis MOODLE Basori 1 Mengapresiasi e-learning Berbasis MOODLE Basori 1 A. Pendahuluan Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat mendorong berbagai lembaga pendidikan memanfaatkan sistem e-learning untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Research and Development (Penelitian dan Pengembangan). Hal ini dikarenakan penelitian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR (LKS) E-LEARNING BERBASIS MOODLE SEBAGAI PENUNJANG PEMBELAJARAN FISIKA DALAM MATERI TERMODINAMIKA DI SMA ABSTRAK

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR (LKS) E-LEARNING BERBASIS MOODLE SEBAGAI PENUNJANG PEMBELAJARAN FISIKA DALAM MATERI TERMODINAMIKA DI SMA ABSTRAK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR (LKS) E-LEARNING BERBASIS MOODLE SEBAGAI PENUNJANG PEMBELAJARAN FISIKA DALAM MATERI TERMODINAMIKA DI SMA Suyono 1),Maison ), Nehru 3) 1 Mahasiswa S1 Pendidikan Fisika PMIPA FKIP

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memenuhi tujuan penelitian, maka penelitian ini didesain dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memenuhi tujuan penelitian, maka penelitian ini didesain dengan 67 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Untuk memenuhi tujuan penelitian, maka penelitian ini didesain dengan pendekatan penelitian pengembangan (Research & Development). Pendekatan ini mengacu

Lebih terperinci

Desain dan Pengembangan e-learning

Desain dan Pengembangan e-learning Desain dan Pengembangan e-learning Prof. Herman Dwi Surjono, Ph.D. http://blog.uny.ac.id/hermansurjono Pendahuluan Pembelajaran di kelas Transfer pengetahuan/informasi Pendekatan kuliah/ceramah Permasalahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. peta pikiran mata pelajaran fisika kelas X pada salah satu sekolah menengah atas

III. METODE PENELITIAN. peta pikiran mata pelajaran fisika kelas X pada salah satu sekolah menengah atas 29 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan instrumen penugasan yang berbasis peta pikiran mata pelajaran fisika kelas X pada salah satu sekolah menengah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. atau Research and Development (R&D), yang bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. atau Research and Development (R&D), yang bertujuan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D), yang bertujuan untuk mengembangkan produk yang akan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. E-learning Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai pemanfaatan teknologi internet untuk mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan adanya era globalisasi, pelaksanaan pembelajaran saat ini perlu didukung dengan adanya media pembelajaran yang berbasis teknologi. Media berbasis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian dalam Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Kecerdasan Jamak ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D)

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN EVALUASI DAN PENUGASAN ONLINE BERBASIS E-LEARNING DENGAN MOODLE PADA MATA KULIAH MEDIA PEMBELAJARAN ILMU KOMPUTER

PENGEMBANGAN EVALUASI DAN PENUGASAN ONLINE BERBASIS E-LEARNING DENGAN MOODLE PADA MATA KULIAH MEDIA PEMBELAJARAN ILMU KOMPUTER PENGEMBANGAN EVALUASI DAN PENUGASAN ONLINE BERBASIS E-LEARNING DENGAN MOODLE PADA MATA KULIAH MEDIA PEMBELAJARAN ILMU KOMPUTER Siti Husnul Bariah Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan-STKIP Garut

Lebih terperinci

Desain dan Pengembangan e-learning Pendahuluan Desain E-learning Desain E-learning

Desain dan Pengembangan e-learning Pendahuluan Desain E-learning Desain E-learning 1 2 Desain dan Pengembangan e-learning Prof. Herman Dwi Surjono, Ph.D. http://blog.uny.ac.id/hermansurjono Pendahuluan Pembelajaran di kelas Transfer pengetahuan/informasi Pendekatan kuliah/ceramah Permasalahan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA.

IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA. IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA munir@upi.edu PENGANTAR e-learning suatu istilah yang digunakan terhadap proses belajar mengajar berbasis online tanpa dibatasi

Lebih terperinci

PENGANTAR E-LEARNING Apa yang kita bahas? Perkembangan/Trends ICT Tantangan Pendidik Bagaimana menghadapinya?

PENGANTAR E-LEARNING Apa yang kita bahas? Perkembangan/Trends ICT Tantangan Pendidik Bagaimana menghadapinya? 1 2 PENGANTAR E-LEARNING Apa yang kita bahas? Perkembangan TIK Mengapa perlu TIK untuk pembelajaran Pengertian E-learning Kelebihan dan kekurangan Framework E-learning Komponen E-learning Konten E-learning

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah salah satu SMA Negeri di kota Bandung, yaitu SMA Negeri 15 Bandung. Populasi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL EXPERIENTIAL LEARNING YANG DIARAHKAN UNTUK STRATEGI THINK TALK WRITE PADA MATERI SISTEM SARAF

PENGEMBANGAN MODUL EXPERIENTIAL LEARNING YANG DIARAHKAN UNTUK STRATEGI THINK TALK WRITE PADA MATERI SISTEM SARAF PENGEMBANGAN MODUL EXPERIENTIAL LEARNING YANG DIARAHKAN UNTUK STRATEGI THINK TALK WRITE PADA MATERI SISTEM SARAF Tri Handayani 1, Sajidan 2, Baskoro Adi Prayitno 3 1 Program Studi Magister Pendidikan Sains

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PENDIDIK DAN KEMANDIRIAN MAHASISWA.

IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PENDIDIK DAN KEMANDIRIAN MAHASISWA. IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PENDIDIK DAN KEMANDIRIAN MAHASISWA munir@upi.edu PENGANTAR Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya media pembelajaran dapat menghantarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (educational research and development) yang mengembangkan bahan ajar

BAB III METODE PENELITIAN. (educational research and development) yang mengembangkan bahan ajar BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan pendidikan (educational research and development) yang mengembangkan bahan ajar pada mata pelajaran IPS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN. Dalam bab ini disajikan tiga hal pokok, yaitu : (1) pengembangan

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN. Dalam bab ini disajikan tiga hal pokok, yaitu : (1) pengembangan BAB IV HASIL PENGEMBANGAN Dalam bab ini disajikan tiga hal pokok, yaitu : (1) pengembangan pembelajaran berbasis penggabungan, (blended) (2) analisis data, dan (3) revisi produk pengembangan, secara runtut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) setelah bahasa Inggris. Dalam. bahasa Jerman baik secara lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) setelah bahasa Inggris. Dalam. bahasa Jerman baik secara lisan maupun tulisan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) setelah bahasa Inggris. Dalam pengajaran bahasa Jerman, pembelajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, fitur dan layanan teknologi komunikasi sudah demikian maju.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, fitur dan layanan teknologi komunikasi sudah demikian maju. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, fitur dan layanan teknologi komunikasi sudah demikian maju. Teknologi komunikasi dapat membawa seorang individu melintasi batas ruang dan waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Ada beberapa hal yang dibahas dalam metode penelitian, diantaranya adalah lokasi dan subyek penelitian, metode penelitian, diagram alir penelitian, instrumen penelitian, teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pengajaran bahasa mempunyai tujuan agar pembelajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pengajaran bahasa mempunyai tujuan agar pembelajar dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum pengajaran bahasa mempunyai tujuan agar pembelajar dapat menggunakan bahasa yang dipelajarinya untuk berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini secara umum merupakan penelitian yang bertujuan untuk

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini secara umum merupakan penelitian yang bertujuan untuk BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Langkah-langkah Penelitian Penelitian ini secara umum merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan suatu aplikasi mobile learning berbasis WAP. Metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode Penelitian Pengembangan atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode Penelitian Pengembangan atau BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode Penelitian Pengembangan atau Research and Development (R&D). Menurut Borg dan Gall (1979: 624), yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

Lantip Diat Prasojo Universitas Negeri Yogyakarta

Lantip Diat Prasojo Universitas Negeri Yogyakarta MODEL PENGEMBANGAN SOFTWARE PERPUSTAKAAN ON-LINE DI SMAN 1 KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Lantip Diat Prasojo Universitas Negeri Yogyakarta Email: lantip1975@gmail.com, lantip@uny.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangankan sebuah media interaktif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangankan sebuah media interaktif 116 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangankan sebuah media interaktif berbasis komputer yang nantinya digunakan pada pembelajaran PAI. Adapun pendekatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Electronic Learning atau yang biasa disingkat dengan e-learning merupakan cara baru yang terdapat pada dunia pendidikan, dimana proses belajar mengajar menggunakan

Lebih terperinci

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN BAB I BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan unsur yang sangat penting dalam pendidikan di Indonesia. Dalam pembelajaran terdapat berbagai macam strategi dan metode yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan (research and

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan (research and 28 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan (research and development), karena penelitian bertujuan untuk menghasilkan atau mengembangkan suatu produk bukan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. satu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan dan menguji

BAB III METODE PENELITIAN. satu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan dan menguji BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian dan Pengembangan Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development). Penelitian dan pengembangan merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Research and Development atau penelitian dan pengembangan. Pengertian penelitian dan pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi siswa. Pendidikan juga merupakan suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam

Lebih terperinci

PANDUAN SELEKSI PENYUSUNAN MODUL E-LEARNING

PANDUAN SELEKSI PENYUSUNAN MODUL E-LEARNING PANDUAN SELEKSI PENYUSUNAN MODUL E-LEARNING LEMBAGA PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN (LP3) UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2017 1. Latar Belakang: Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2013/ 2014. Subjek yang

Lebih terperinci

Tipe A: pengembangan bahan ajar multimedia, dengan dana hibah sebesar Rp ,00 bagi 15 pemenang

Tipe A: pengembangan bahan ajar multimedia, dengan dana hibah sebesar Rp ,00 bagi 15 pemenang Panduan HIBAH PENINGKATAN E-LEARNING UGM 2016 Pusat Inovasi dan Kajian Akademik Universitas Gadjah Mada Ikhtisar Pemanfaatan e-learning sebagai salah satu penunjang pembelajaran saat ini telah berkembang

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau Research &

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau Research & BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau Research & Development (R & D). Metode penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS WEBSITE PADA PROSES PEMBELAJARAN PRODUKTIF DI SMK

PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS WEBSITE PADA PROSES PEMBELAJARAN PRODUKTIF DI SMK 137 PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS WEBSITE PADA PROSES PEMBELAJARAN PRODUKTIF DI SMK Syaiful Rahman 1, Wahid Munawar 2, Ega T. Berman 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin, FPTK UPI Jl. Dr. Setiabudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses penguasaan suatu konsep di dalam upaya memperkaya informasi

BAB I PENDAHULUAN. Proses penguasaan suatu konsep di dalam upaya memperkaya informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses penguasaan suatu konsep di dalam upaya memperkaya informasi dan ilmu pengetahuan, telah banyak digunakan berbagai solusi untuk mencari tahu bagaimana

Lebih terperinci

SILABUS SCHREIBEN II JR 219. Putrasulung Baginda, S.Pd.

SILABUS SCHREIBEN II JR 219. Putrasulung Baginda, S.Pd. SILABUS SCHREIBEN II JR 219 Putrasulung Baginda, S.Pd. Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia 2011 SILABUS 1. Identitas mata kuliah Nama mata

Lebih terperinci

PENYUSUNAN MODUL EVALUASI PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS AUTHENTIC ASSESSMENT PORTOFOLIO

PENYUSUNAN MODUL EVALUASI PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS AUTHENTIC ASSESSMENT PORTOFOLIO ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.1 Tahun 2017 PENYUSUNAN MODUL EVALUASI PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS AUTHENTIC ASSESSMENT PORTOFOLIO Eva Dina Chairunisa, M.Pd eva_dinach@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) meliputi tahapan define,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) meliputi tahapan define, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan pendidikan (educational research and development) meliputi tahapan define, design and develop

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI IMPLEMENTASI BLENDED LEARNING PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XI SMAIT NUR HIDAYAH KARTASURA

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI IMPLEMENTASI BLENDED LEARNING PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XI SMAIT NUR HIDAYAH KARTASURA UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI IMPLEMENTASI BLENDED LEARNING PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XI SMAIT NUR HIDAYAH KARTASURA SKRIPSI Oleh : Ahmad Faizal NIM K4305026 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Menulis Esei melalui Peer Review (Penelitian Tindakan Kelas Mahasiswa Kelas A Semester 4 Mata Kuliah Essay Writing Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar yang efektif. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar yang efektif. Proses belajar mengajar ditandai dengan interaksi antara guru sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini akan membahas tentang jenis penelitian yang digunakan, subjek penelitian, desain pengembangan yang dilakukan, teknik dan instrumen pengumpulan data, serta teknik analisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa model

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa model 49 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) yang dapat membantu siswa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 3.1 METODE PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam pengembangan media pembelajaran berbasis komik ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

Novita Uswatun Khasanah, Widjianto, dan Nuril Munfaridah Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

Novita Uswatun Khasanah, Widjianto, dan Nuril Munfaridah Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN BERBASIS RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERRING (REACT) BERBANTUAN CAMTASIA STUDIO PADA POKOK BAHASAN HUKUM-HUKUM NEWTON TENTANG GERAK UNTUK KELAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Research&Development (R&D)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Research&Development (R&D) BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian ini menggunakan metode Research&Development (R&D) yang dikembangkan oleh Borg&Gall. Menurut Borg&Gall (1983: 772) educational research and development

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PARAGRAPH BASED WRITING MENGGUNAKAN CIRCLE THE SAGE BERBASIS CRITICAL THINKING

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PARAGRAPH BASED WRITING MENGGUNAKAN CIRCLE THE SAGE BERBASIS CRITICAL THINKING PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PARAGRAPH BASED WRITING MENGGUNAKAN CIRCLE THE SAGE BERBASIS CRITICAL THINKING Testiana Deni Wijayatiningsih, Akhmad Fathurrahman, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris

Lebih terperinci

Nomor : 05/465/F-/III/2009 Jakarta, 10 Maret Perihal: Tata Cara Perkuliahan e-learning

Nomor : 05/465/F-/III/2009 Jakarta, 10 Maret Perihal: Tata Cara Perkuliahan e-learning Nomor : 05/465/F-/III/2009 Jakarta, 10 Maret 2009 Yang terhormat, Bapak Bapak/Ibu Dosen Pengampu Mata Kuliah e-learning Semester Genap Tahun Akademik 2008/2009 Program Kelas Karyawan, Universitas Mercu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran sejarah merupakan salah satu proses belajar yang memiliki peran penting, khususnya pada tingkat SMA dalam membentuk kualitas siswa baik dalam segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia, karena dengan bahasa orang dapat bersosialisasi dengan baik. Di era globalisasi seperti saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendekatan pengajaran, yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendekatan pengajaran, yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlakunya kurikulum 2004 berbasis kompetensi, yang telah direvisi melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghindari berbagai penafsiran terhadap definisi yang digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghindari berbagai penafsiran terhadap definisi yang digunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari berbagai penafsiran terhadap definisi yang digunakan dalam penelitian ini, maka diberikan penjelasan dari masing-masing variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 57 BAB III METODE PENELITIAN Ada beberapa hal yang dibahas dalam metode penelitian, diantaranya adalah () lokasi dan subyek penelitian, () metode penelitian, (3) instrumen penelitian, dan (4) teknik analisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan 73 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan pengembangan (Research and Development). Penelitian Pendidikan dan pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengembangan (Research and Development). Menurut Borg dan Gall

BAB III METODE PENELITIAN. Pengembangan (Research and Development). Menurut Borg dan Gall 69 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development). Menurut Borg dan Gall (Sukmadinata,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa pendidik diharapkan mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENGEMBANGAN E-LEARNING MOODLE PADA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

SEMINAR NASIONAL PENGEMBANGAN E-LEARNING MOODLE PADA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR PENGEMBANGAN E-LEARNING MOODLE PADA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Muhammad Riska, Irmayanti, Universitas Negeri Makassar mriska0@gmail.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahu proses

Lebih terperinci

Transformasi Nilai Kepahlawanan dalam Membagun Nasionalisme

Transformasi Nilai Kepahlawanan dalam Membagun Nasionalisme Pembelajaran Berbasis TIK Disampaikan oleh: Awan Sundiawan pada BIMTEK Transformasi Nilai Kepahlawanan dalam Membagun Nasionalisme Ribuan aplikasi baru akan muncul secara online Sumber: http://socialbakers.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Model Pengembangan Sugiyono (2014) menjelaskan, metode penelitian dan pengembangan adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN E-MODUL ONLINE ELEKTRONIKA ANALOG PADA PENDIDIKAN JARAK JAUH. Suwasono

PENGEMBANGAN E-MODUL ONLINE ELEKTRONIKA ANALOG PADA PENDIDIKAN JARAK JAUH. Suwasono TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 36, NO. 1, PEBRUARI 2013:51 62 PENGEMBANGAN E-MODUL ONLINE ELEKTRONIKA ANALOG PADA PENDIDIKAN JARAK JAUH Suwasono Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengembangkan e-modul online

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang semakin pesat, kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar berbasis TI menjadi tidak terelakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran bahasa Inggris yang dipelajari sebagai bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran bahasa Inggris yang dipelajari sebagai bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembelajaran bahasa Inggris yang dipelajari sebagai bahasa asing di sekolah adalah penguasaan keterampilan berbicara dengan lancar dan berterima.

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Pengkajian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN A. Penelitian dan Pengembangan 1. Model Penelitian dan pengembangan Menurut Sugiyono dalam bukunya, metode penelitian dan pengembangan (dalam bahasa Inggris Research

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik secara lisan

BAB l PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik secara lisan BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulisan. Untuk mengungkapkan ide, gagasan dan pikiran seseorang tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Berdasarkan jenis masalah dan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini akan memanfaatkan metode penelitian dan pengembangan (research and development). 3.1.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Ada beberapa hal yang dibahas dalam metode penelitian, diantaranya adalah (1) lokasi dan subyek penelitian, (2) metode penelitian, (3) sumber data, (4) diagram alir penelitan,

Lebih terperinci

Pengembangan E-learning menggunakan LMS. E-learning

Pengembangan E-learning menggunakan LMS. E-learning Pengembangan E-learning menggunakan LMS Herman Dwi Surjono E-learning Materi pembelajaran melalui media elektronik (definisi konvensional) Perkembangan teknologi Pergeseran konten & adaptivity Pengelolaan

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER. Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan. Dosen Pengampu : Prof. Dr. Siti Partini dan Dr. Muh Farozin, M. Pd.

UJIAN AKHIR SEMESTER. Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan. Dosen Pengampu : Prof. Dr. Siti Partini dan Dr. Muh Farozin, M. Pd. UJIAN AKHIR SEMESTER Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Dosen Pengampu : Prof. Dr. Siti Partini dan Dr. Muh Farozin, M. Pd. Oleh: Moh Khoerul Anwar, S.Pd. (14713251002) BIMBINGAN DAN KONSELING

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Bab ini menguraikan metode penelitian yang digunakan, subyek penelitian,

BAB III METODOLOGI. Bab ini menguraikan metode penelitian yang digunakan, subyek penelitian, BAB III METODOLOGI Bab ini menguraikan metode penelitian yang digunakan, subyek penelitian, alat pengumpul data, dan analisis data. A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Dalam suatu penelitian diperlukan adanya sebuah metode atau pendekatan

METODOLOGI PENELITIAN. Dalam suatu penelitian diperlukan adanya sebuah metode atau pendekatan 54 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Dalam suatu penelitian diperlukan adanya sebuah metode atau pendekatan yang berguna untuk memecahkan suatu permasalahan yang diteliti. Metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian dan pengembangan (research and development). Metode penelitian dan pengembangan merupakan suatu metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian. Tempat Penelitian Modul pembelajaran fisika ini dikembangkan di Laboratorium Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono (01: 407) penelitian dan pengembangan adalah

Lebih terperinci

Materi Computer Mediated Learning Orientasi Belajar Mahasiswa 2008 MATERI COMPUTER MEDIATED LEARNING

Materi Computer Mediated Learning Orientasi Belajar Mahasiswa 2008 MATERI COMPUTER MEDIATED LEARNING MATERI COMPUTER MEDIATED LEARNING Untuk kegiatan Orientasi Belajar Mahasiswa 2008 1 Daftar Isi A. SEKILAS TENTANG MODUL MATERI CML OBM... 4 B. PENGANTAR COMPUTER MEDIATED LEARNING UNIVERSITAS INDONESIA...

Lebih terperinci

Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 57126

Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 57126 SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Strategi Pengembangan Pembelajaran dan Penelitian Sains untuk Mengasah Keterampilan Abad 21 (Creativity and Universitas Sebelas Maret Surakarta, 26 Oktober 2017 ANALISIS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Sebagaimana dikemukakan pada latar belakang, penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan Collaborative Strategic Reading dalam pembelajaran membaca

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRETED READING AND COMPOSITION

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRETED READING AND COMPOSITION 0 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRETED READING AND COMPOSITION TERHADAP KEMAMPUAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA SISWA KELAS IX SMP SWASTA AL-ULUM MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 SITI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dipertanggungjawabkan (Nana Syaodih Sukmadinata, 2009: ).

BAB III METODE PENELITIAN. dipertanggungjawabkan (Nana Syaodih Sukmadinata, 2009: ). BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian dan pengembangan (Research and Development). Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi (TIK), dan lahirnya masyarakat berbasis ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi (TIK), dan lahirnya masyarakat berbasis ilmu pengetahuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu gelombang terdahsyat yang melanda kehidupan umat manusia dewasa ini adalah globalisasi yang diakibatkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

Hibah Pengembangan e-learning Universitas Gadjah Mada Pusat Inovasi dan Kajian Akademik (PIKA) Universitas Gadjah Mada

Hibah Pengembangan e-learning Universitas Gadjah Mada Pusat Inovasi dan Kajian Akademik (PIKA) Universitas Gadjah Mada Kerangka Acuan Kegiatan Hibah Pengembangan e-learning Universitas Gadjah Mada 2017 Pusat Inovasi dan Kajian Akademik (PIKA) Universitas Gadjah Mada 1 K erangka Acuan Hibah e- Learning UGM Ikhtisar Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB. III METODOLOGI PENELITIAN. program pembelajaran berbasis masalah disertai pelaksanaan praktikum yang juga

BAB. III METODOLOGI PENELITIAN. program pembelajaran berbasis masalah disertai pelaksanaan praktikum yang juga BAB. III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Kegiatan penelitian yang akan dilakukan adalah pengujian pengembangan program pembelajaran berbasis masalah disertai pelaksanaan praktikum yang juga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN A. Model Penelitian dan Pengembangan Metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA Oleh: Muslim Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian SMK Negeri 1 Tengaran merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan yang ada di Kabupaten Semarang. SMK Negeri 1 Tengaran terletak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan (Research and Development). Menurut Sugiyono (2008),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Bentuk Penelitian 1. Metode Penelitian Sugiyono (2013:3) mengemukakan bahwa Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa dan negara sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Setiap bangsa yang ingin berkualitas selalu berupaya untuk meningkatkan tingkat

Lebih terperinci