BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini membahas dialog antar aktor yang terjadi dalam implementasi
|
|
- Ratna Devi Sudjarwadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tesis ini membahas dialog antar aktor yang terjadi dalam implementasi kebijakan Peraturan Gubernur Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan CSR/PKBL di Provinsi Lampung. Program CSR yang dijadikan sebagai entry point pada tesis ini karena dalam program CSR tidak saja melibatkan shareholders (perusahaan/swasta) tetapi juga stakeholders (pemangku kepentingan yang meliputi pemerintah dan masyarakat). Implementasi Pergub No. 30 Tahun 2011 ini melibatkan multiagency (pelibatan banyak aktor dan lembaga). Imlpikasinya adalah berbagai aktor tersebut melakukan interkasi dan kerja sama yang baik untuk mengimplementasikan suatu kebijakan. Permasalahan utama, sehingga penelitian ini menjadi menarik untuk dianalisis adalah gagalnya kebijakan tentang pengelolaan CSR di Lampung ini disebabkan oleh para aktor atau implementor yang terlibat dalam Pergub No. 30 Tahun 2011 memiliki interpretasi yang berbeda-beda dalam memahami konsep pelaksanaan CSR. Pendekatan dialog yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui motif dan kepentingan yang terjadi antara masing-masing aktor. Karena dialog antar aktor dalam kebijakan publik sangat krusial, mengingat salah satu kunci penting dari sukses tidaknya suatu kebijakan pada saat diimplementasikan dipengaruhi oleh interaksi diantara para pemangku kepentingan. Sehingga penting untuk mengetahui apakah kebijakan yang dibuat oleh govermental actor mendapat dukungan dari non-govermental actors. 1
2 Dalam studi implementasi kebijakan, dapat dikatakan proses implementasi kebijakan bukanlah sesuatu yang mudah karena banyak variabel yang mempengaruhi keberhasilan suatu kebijakan. Dimana proses tersebut bukan hanya aktivitas administrasi semata, yang dimaknai sebagai fungsi pembagaian kerja, pemberian perintah dan mengawasi pelaksanaan suatu pekerjaan. Namun sesungguhnya proses implementasi kebijakan melibatkan berbagai elemen, seperti : kualitas kebijakan, kapasitas organisasi, kemampuan sumber daya manusia, komunikasi dan sosialisasi dari kebijakan, serta interaksi antar aktor yang terlibat dalam proses implementasi. Karena aktor atau pelaku kebijakan adalah individuatau kelompok yang mempunyai andil di dalam suatu kebijakan karena mereka mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan kebijakan (Dunn, 2003 : 133). Dalam kasus Indonesia, kita sering membaca di media cetak, melihat TV, atau bahkan menyaksikan secara langsung berbagai kejadian kegagalan implementasi kebijakan yang dilaksanakan pemerintah. Contoh nyata yang dapat dilihat adalah kegagalan pemerintah dalam mengimplementasikan berbagai program anti kemiskinan. Tekad pemerintah Indonesia untuk mengatasi kemiskinan, sejak era Orde Baru melalui kebijakan Inpres Desa Tertinggal (IDT), sampai Era Reformasi melalui kebijakan Program Jaringan Pengaman Sosial (JPS) dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri ternyata dalam realisasinya masih jauh yang dicita-citakan Purwanto (2012 : 3). Para ahli berpendapat bahwa kebijakan negara/pemerintah dibuat untuk gagal (by design), bahkan berhasilnya kebijakan pada saat diimplementasikan menurut para ahli merupakan suatu yang kebetulan (by chance). 2
3 Berbagai faktor disinyalir menjadi penyebab kegagalan program-program anti kemiskinan tersebut. Selain karena masalah Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang menjadi gagalnya kebijakan ini, variabel penjelas yang lain, seperti : adanya kecenderungan untuk penyeragaman kebijakan, lemahnya dukungan pemerintah daerah dan swasta, dan rendahnya pengetahuan kelompok sasaran (masyarakat) sebagai aktor dari implementasi kebijakan, juga merupakan kontributor terhadap kegagalan implementasi yang di luncurkan oleh pemerintah Purwanto (2012 : 4). Atau dengan kata lain dialog yang terjadi antar aktor dalam implementasi kebijakan tidak berjalan dengan baik sehingga menyebabkan buruknya proses koordinasi, komunikasi, sosialisai dan monitoring. Hal ini di dukung dengan pernyataan Nugroho (2012 : 693) yang menyebutkan bahwa, di Indonesia sering terjadi inefektivitas implementasi kebijakan karena kurangnya koordinasi dan kerjasama diantara lembaga pemerintah dan non-pemerintah. Di Provinsi Lampung, sebagaimana penelitian ini dilakukan ada sebuah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah Provinsi Lampung yaitu Peraturan Gubernur No. 30 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan CSR/PKBL di Provinsi Lampung. Sesuai dengan tujuannya, kebijakan ini dalam rangka mensinergikan program CSR yang dimiliki oleh para pelaku usaha dengan program pembangunan daerah yang dimiliki oleh pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung. Dan mengapa konsep dialog yang dijadikan untuk menggambarkan problematika penyebab gagalnya kebijakan ini adalah didasari oleh fakta yang menyebutkan bahwa pada dasarnya kebijakan ini baru berjalan pada tahap perencanaan, dimana komitmen yang dibangun antar aktor dalam 3
4 rangka menyamakan tujuan kebijakan pengelolaan CSR di Provinsi Lampung belum terwujud. Masing-masing aktor masih dengan kepentingannya masingmasing tanpa ada etikat untuk menyamakan komitmen semenjak kebijakan ini di undangkan sejak tahun 2011 hingga saat ini. Latar belakang kebijakan pengelolaan CSR sebenaranya adalah merupakan salah satu strategi pemerintah untuk mengatasi dinamika permasalahan sosial yang terjadi di Lampung. Permasalahan klasik yang sampai saat ini dihadapi pemerintah daerah adalah terbatasnya anggaran pembangunan. Faktanya adalah dengan jumlah penduduk di Provinsi Lampung jiwa dengan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah tahun 2012 sebesar 2,181 Triliun rupiah. Dengan demikian jika dihitung maka APBD per jiwa hanya sekitar Rp. ± , per tahun per jiwa. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Lampung pada Agustus 2012 mencapai 5,18%. Sebaliknya jumlah penduduk yang bekerja di Provinsi Lampung pada Agustus 2012 mencapai orang. Semantara itu penduduk miskin di Provinsi Lampung pada Maret 2012 tercatat orang atau 16,93% dari total jumlah peduduk di Provinsi Lampung (Sumber : BPS Provinsi Lampung tahun 2012). Hal tersebut tentu tidak sebanding dengan potensi daerah yang dimiliki, baik dari kekayaan alam, kondisi geografis, hingga potensi jumlah penduduk atau SDM yang dimiliki oleh Provinsi Lampung. Berdasarkan data yang berhasil diperoleh dari Bappeda Provinsi Lampung menyebutkan jumlah perusahaan BUMN dan Perusahaan Swasta yang tersebar di Kabupaten dan Kota di Provinsi Lampung, yaitu ; 1) Jumlah Perusahaan BUMN berjumlah 33 perusahaan, 2) Jumlah Perusahaan Swasta berjumlah 59 perusahaan, 4
5 3) Jumlah Perusahaan BUMD berjumlah 2 perusahaan. Dari total jumlah perusahaan yang ada di Provinsi Lampung memiliki potensi serapan dana CSR sebesar ± 200 Milyar. Keadaan ini tentu menjadikan potensi yang dimiliki oleh daerah Lampung apabila dapat mengemasnya dengan baik. Dan untuk itulah pemerintah Provinsi Lampung mengatur tentang pengelolaan CSR/PKBL agar mendapatkan manfaat yang optimal. Sebelum kebijakan ini ditetapkan pada tahun 2011, komunikasi yang dibangun oleh pemerintah dengan pelaku usaha dan masyarakat telah dilakukan. Data yang berhasil penulis dapat dari media surat kabar lokal Lampung menyebutkan ; (1) Koran Lampung Post, Sabtu 3 Oktober 2010, Diskusi : Perlu Sinergi Pemanfaatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. (2) Koran Lampung Post, Jumat 3 November 2010, CSR Harus Bersinergi Dengan Pemerintah. (3) Koran Lampung Post, Jumat 3 Desember 2010 BUMN, Swasta dan Pemerintah Bersinergi. (4) Koran Lampung Post, Jumat 2 Februari 2011, CSR Ikuti Pemerintah. Dari data diatas telah memperlihatkan adanya fase komunikasi yang terjadi antar aktor untuk membangun isu CSR menjadi opini publik selanjutnya ditetapkan melalui kebijakan oleh pemerintah daerah Provinsi Lampung. Selain itu, dalam proses pelaksanaannya sosialisasi Pergub No. 30 tahun 2011 sudah sempat disosialisasikan pemerintah kepada perusahaan melalui Road Show ke perusahaan-perusahaan di Provinsi Lampung pada tahun 2012 sebagai bentuk komunikasi yang terjadi antara govermental actors dan non-govermental actors. Berikut ini data sosialisasi Pergub No. 30 tahun
6 Tabel 1.1 Rekapitulasi Sosialisasi Pergub No. 11 Tahun 2011 No TANGGAL KUNJUNGAN KEGIATAN 1 3 Mei 2012 Kunjungan Ke PT. GGPC Road Show Pergub 2 8 Mei 2012 Kunjungan Ke PT. Nestle No. 11 Tahun Mei 2012 Kunjungan Ke PT. Bukit Asam Ke Perusahaan 4 15 Mei 2012 Kunjungan Ke PT. Perusahaan BUMN dan Nusantara VII Perusahaan Swasta Sumber : Diolah dari laporan kegiatan CSR Provinsi Lampung tahun 2012 Namun sejak ditetapkannya kebijakan ini pada tahun 2011 hingga saat ini, pada tataran implementasinya kebijakan Pergub No. 30 Tahun 2011 dapat dikatakan gagal dimplementasikan. Sehingga tujuan kebijakan yang semula untuk mensinergikan program pemerintah daerah dengan program CSR perusahaan tidak dapat terlaksana. Berbagai permasalahan muncul sebagai bentuk kendala yang menyebabkan kebijakan ini tidak dapat diimplementasikan. Permasalahan yang mendasar adalah antara pemerintah, swasta dan masyarakat memiliki pemahaman yang berbeda tentang bagaimana seharusnya pelaksanaan CSR dijalankan. Terutama pemerintah dan swasta dalam hal ini yang memiliki kepentingan yang berbeda dalam memaknai konsep CSR sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda akan tujuan yang akan dicapai dalam kebijakan tersebut. Dalam surat kabar Lampung Post yang terbit pada hari Kamis, 03 Maret 2011 menyebutkan Ada Indikasi CSR Jadi Bancakan Pejabat. Isi berita tersebut menyebutkan, Kebijakan program CSR yang dikeluarkan perusahaanperusahaan besar terindikasi dijadikan bancakan pejabat daerah, sehingga akan menjadi tekanan bagi perusahaan di Lampung. Karena pada dasarnya program CSR yang dimiliki perusahaan saat ini dinilai oleh pemerintah daerah Provinsi Lampung sebagai potensi pendanaan yang potensial untuk membangun daerah. 6
7 Sementara di sektor swasta dengan adanya peraturan yang mengatur pengelolaan CSR secara tidak langsung akan membebankan perusahaan. Sehingga studi ini ingin mengungkapkan permasalahan perbedaan kepentingan dan persepsi diantara aktor-aktor yang terkait dalam kebijakan yang menyebabkan pada saat diimplementasikannya kebijakan ini berahir pada kegagalan. Sejalan dengan hasil studi yang telah dipaparkan, tesis ini memfokuskan pada dialog yang terjadi antar aktor yang terlibat dalam implementasi Peraturan Gubernur No. 30 Tahun 2011 tentang Pengelolaan CSR/PKBL di Provinsi Lampung. Karena aktor yang terlibat dan interaksi diantara mereka menjadi menarik, sebab didalamnya akan melibatkan persepsi dan kepentingan antara masing-masing aktor dalam memahami pengelolaan CSR dari sudut pandang masing-masing aktor tersebut. Dengan pendekatan dialog dalam memahami studi implementasi kebijakan, maka dapat melihat satu sisi problematika, yakni : Mengapa suatu kebijakan dalam tataran implementasi berakhir pada kegagalan. Dialog menjadi penting karena dapat menciptakan interaksi yang berkualitas dalam memahami sebuah tujuan kebijakan antara aktor-aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan. Perbedaan persepsi antara masing-masing aktor menginterpretasikan suatu kebijakan terkadang menjadi masalah dalam mencapai tujuan kebijakan. Dan dengan dialog pula perbedaan kepentingan yang terjadi antara aktor tersebut dapat diminimalisir sehingga menjadi sebuah konsepsi bersama dalam memahami tujuan kebijakan. 7
8 Dialog antar aktor dalam studi implementasi kebijakan juga merupakan dinamika perkembangan Generasi III yang dikembangkan oleh ilmuwan sosial Malcom L. Goggin (1990) memperkenalkan pemikiran bahwa variabel prilaku aktor pelaksana implementasi kebijakan lebih menentukan kebijakan. Stoker, Robert P (1991) Kandidat Generasi IV : Regim Theory, menyebutkan bahwa orang-orang yang terlibat dalam implementasi kebijakan adalah aktor-aktor yang memiliki nilai-nilai yang ingin diwujudkan dalam proses implementasi, dengan demikian regim pelaksana implementasi harus diatur agar implementasi dapat berjalan dengan baik. Bahkan dalam perkembangan terakhir, pemerintah (sebagai aktor utama) mulai melakukan perubahan dengan melibatkan secara aktif partisipasi masyarakat dan swasta dalam merancang kebijakan serta mengimplementasikan kebijakan. Allison dalam Wahab (1997:37) mengemukakan persepsi adalah lensa konseptual yang pada diri individu berfungsi sebagai kerangka analisis untuk memahami suatu masalah. Dilihat dari sudut ini, maka besar kemungkinan masing-masing orang, kelompok dalam sistem politik yang berkepentingan atas sesuatu isu akan berbeda-beda dalam cara memahami dan bagaimana merumuskannya dan pada gilirannya juga akan mempengaruhi terhadap penilaian mengenai status peringkat yang terkait pada suatu isu kebijakan. Melihat dari fenomena yang terjadi, untuk itu peniliti memilih judul DIALOG ANTAR AKTOR DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERATURAN GUBERNUR NO. 30 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN CSR/PKBL DI PROVINSI LAMPUNG. 8
9 1.2. Rumusan Penelitian Sebagaimana telah disebutkan, kebijakan ini adalah sebagai pedoman bagi pemerintah daerah, swasta dan masyarakat dalam melaksanakan program CSR. Sehingga pelaksananaan CSR di Provinsi Lampung dapat berlangsung secara optimal, efektif, efisien dan berkelanjutan. Penelitian ini bermaksud mengungkapkan fenomena berbedanya persepsi dan kepentingan tentang CSR antara aktor yang terkait dalam implementasi kebijakan yang terjadi dalam implementasi kebijakan pengelolaan CSR/PKBL di Provinsi Lampung. Sehubungan dengan itu, permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah : Bagaimana dialog antar aktor dalam implementasi kebijakan Peraturan Gubernur No. 30 tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan CSR/PKBL di Provinsi Lampung? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui aktor-aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan Peraturan Gubernur No. 30 tahun Untuk mengetahui dialog yang terjadi antara aktor dalam implementasi kebijakan Peraturan Gubernur No. 30 tahun 2011 dengan berbagai kepentingan dan persepsi Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis Kegunaan secara teoritis yaitu penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber kajian tentang dinamika permasalahan yang menghambat proses implementasi kebijakan dengan menganalisis aktor- 9
10 aktor yang terlibat dalam implementasi dengan berbagai kepentingan dan persepsi yang berbeda antara masing-masing aktor terhadap tujuan kebijakan yang ingin dicapai, sehingga hal tersebut yang menyebabkan implementasi kebijakan tidak dapat berjalan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pemerintah Dengan adanya penelitian ini dapat membantu memberikan gambaran dan masukan kepada Pemerintah Daerah mengenai permasalahan yang menyebabkan tidak berjalannya kebijakan Pergub. No. 30 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan CSR/PKBL di Provinsi Lampung. b. Bagi Ilmu Pengetahuan Agar dapat menjadi masukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan, serta pengalaman terutama bagi penulis dan juga kepada para praktisi dan stakeholders serta memberikan khasanah keilmuan yang luas. 10
BAB VI PENUTUP. maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan Pergub No.
BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dipaparkan diatas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Aktor yang terlibat dalam implementasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini tidak terlepas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Pembaharuan tata kelola pemerintahan, termasuk yang berlangsung di daerah telah membawa perubahan dalam berbagai dimensi, baik struktural maupun kultural. Dalam hal penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 mewajibkan Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional sebagai rangkaian upaya pembangunan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional sebagai rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pelaksanaan kegiatan pembangunan nasional di Indonesia sesungguhnya merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Salah satunya adalah terjadinya perubahan sistem pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi daerah
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Kinerja keuangan daerah khususnya APBA sedikit membaik dibandingkan tahun lalu. Hal ini tercermin dari adanya peningkatan persentase realisasi anggaran. Hingga November 2012,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Masih tingginya angka kemiskinan, baik secara absolut maupun relatif merupakan salah satu persoalan serius yang dihadapi bangsa Indonesia hingga saat ini. Kemiskinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. buruk terhadap kinerja suatu Pemerintah Daerah (Pemda).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena anggaran yang kurang terserap diawal tahun, namun dipaksakan serapannya pada akhir tahun kerap terjadi. Hal ini menjadi bahasan menarik karena
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA BATU
5 SALINAN PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BATU TAHUN 2012-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU,
Lebih terperinciPada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses
B A B I P E N D A H U L UA N A. LATAR BELAKANG Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses pembaharuan yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan melalui langkah-langkah strategis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dialami oleh hampir atau keseluruhan negara di dunia. Indonesia, salah satu dari sekian negara di dunia,
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan Perum mempunyai maksud
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Usaha Milik Negara atau BUMN berdasar UU No. 19 Th 2003 adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN ANGGARAN 2018
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN ANGGARAN 2018 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2018 disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian masyarakat Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan di daerah akhirakhir ini, membawa
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Thomas Dye dalam Subarsono (2013: 2), kebijakan publik adalah
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebijakan Publik 1. Konsep Kebijakan Publik Menurut Thomas Dye dalam Subarsono (2013: 2), kebijakan publik adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanaan otonomi daerah, seorang kepala daerah dalam mengimplementasikan pola kepemimpinannya seharusnya tidak hanya berorientasi pada tuntutan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil Menengah (UKM) sangat berperan penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Usaha Kecil Menengah (UKM) sangat berperan penting dalam perekonomian Indonesia dari sejak dahulu. Hal ini semakin dirasakan ketika krisis ekonomi melanda
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR BANTUAN KEUANGAN FORUM PENDIDIKAN UNTUK SEMUA (PUS) KOTA SURAKARTA TAHUN 2015
LAPORAN AKHIR BANTUAN KEUANGAN FORUM PENDIDIKAN UNTUK SEMUA (PUS) KOTA SURAKARTA TAHUN 2015 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2015 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... ii BAB I... 1 PENDAHULUAN...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi
1.5 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam perekonomian nasional selain badan usaha swasta, rumah tangga dan koperasi. Kebersamaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Lampung adalah dokumen perencanaan tahunan Pemerintah Daerah Provinsi Lampung, yang merupakan penjabaran dari Rencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Isu kemiskinan masih menjadi isu strategik dan utama dalam pembangunan, baik di tingkat nasional, regional, maupun di provinsi dan kabupaten/kota. Di era pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semenjak bergulirnya gelombang reformasi, otonomi daerah menjadi salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semenjak bergulirnya gelombang reformasi, otonomi daerah menjadi salah satu topik sentral yang banyak dibicarakan. Otonomi daerah menjadi wacana dan bahan kajian
Lebih terperinci1.1 Latar belakang Sebagai daerah istimewa, Yogyakarta mendapat dana keistimewaan yang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar belakang Sebagai daerah istimewa, Yogyakarta mendapat dana keistimewaan yang bertujuan untuk memelihara keistimewaan Yogyakarta. Keistimewaan Yogyakarta diperoleh sejak tahun
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN 2011 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami secara berbeda tergantung pada konteksnya. Dalam konteks pemberantasan Korupsi, Kolusi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan SDM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada perubahan lingkungan yang menyebabkan semakin ketatnya persaingan dalam dunia industri. Makin
Lebih terperinciLEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2010
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2010 Pertumbuhan ekonomi & kestabilan harga di Jateng tdk dpt mengindikasikan peningkatan kesejahteraan. Indikator
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAB I PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) 2012 PENDAHULUAN
PENDAHULUAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) 2012 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) 2012 BAB I PENDAHULUAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan Page
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam penerapan Good Corporate Governance (GCG), sering seringkali. terutama organisasi yang sudah berbadan hukum.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam penerapan Good Corporate Governance (GCG), sering seringkali yang kita ingat adalah penerapan GCG dalam perusahaan swasta atau BUMN. Namun pada realitanya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan adalah masalah kompleks yang melanda negeri ini. Persoalan kemiskninan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain: tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lampiran RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1
BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sisten Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) bahwa Pemerintah maupun Pemerintah Daerah setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan aspirasi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perwujudan good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintah dalam mewujudkan aspirasi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan, untuk
Lebih terperinciGubernur Jawa Barat. Jalan Diponegoro No. 22 Telepon : (022) , , Fax BANDUNG
Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 14 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DALAM RANGKA SINERGITAS PENGENDALIAN PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a.
Lebih terperinciBUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH, RENCANA STRATEGIS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi. Seluruh pihak termasuk pemerintah sendiri mencoba mengatasi hal ini dengan melakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi adalah media yang paling mudah dijangkau oleh berbagai kalangan, baik kalangan atas, menengah, maupun kalangan bawah. Harga televisi yang ramah di kantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara lebih adil dan berimbang. Perubahan paradigma ini antara lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era reformasi saat ini memberikan peluang bagi perubahan paradigma pembangunan nasional dari paradigma pertumbuhan menuju paradigma pemerataan pembangunan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pendekatan pembangunan yang berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PNPM Mandiri merupakan salah satu program penanggulangan kemiskinan dengan pendekatan pembangunan yang berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan
Lebih terperinciDisampaikanOleh : DR. MUH. MARWAN, M.Si DIRJEN BINA BANGDA. 1. Manajemen Perubahan. 4. Penataan Ketatalaksanaan. 6. Penguatan Pengawasan
REFORMASI BIROKRASI DAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH Disampaikan dalam Seminar Kemenpan dan RB bersama Bakohumas, 27/5/13. DisampaikanOleh : DR. MUH. MARWAN, M.Si DIRJEN BINA BANGDA 1 PROGRAM PERCEPATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah menjadi satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional yang dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah, mengurangi kesenjangan antar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perumahan yang telah disediakan oleh pemerintah. Sehingga masyarakat dari
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan perumahan yang tidak seimbang dengan pertumbuhan penduduk menyebabkan tidak semua masyarakat dapat terpenuhi kebutuhannya akan perumahan yang telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah pengangguran di Indonesia cukup mengkhawatirkan, dari tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah pengangguran di Indonesia cukup mengkhawatirkan, dari tahun ke tahun jumlah pengangguran semakin banyak seiring dengan bertambahnya penduduk. Kabupaten
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, yang dilakukan oleh pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan
Lebih terperinciKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (MUSRENBANGNAS) TAHUN 2010 Jakarta, 28 April-1 Mei 2010 RISALAH KESEPAKATAN PEMBAHASAN SIDANG KELOMPOK
Lebih terperinciRENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN
-1- Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Bangkalan Tanggal : 09 Desember 2010 Nomor : 12 Tahun 2010 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2005 2025 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1
BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Setiap daerah di era Otonomi memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk dapat mengatur proses pembangunannya sendiri, mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 merupakan dokumen perencanaan daerah tahun keempat RPJMD Kabupaten Tebo tahun 2011 2016, dalam rangka mendukung Menuju
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan tegnologi yang terus berkembang pesat sekarang ini akan membawa dampak kemajuan diberbagai bidang kehidupan, oleh karena itu pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduknya seperti Indonesia. Kemiskinan seharusnya menjadi masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah lama yang pada umumnya dihadapi hampir di semua negara-negara berkembang, terutama negara yang padat penduduknya seperti Indonesia.
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan masyarakat merupakan tanggungjawab semua pihak, baik pemerintah, dunia usaha (swasta dan koperasi), serta masyarakat. Pemerintah dalam hal ini mencakup pemerintah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kehidupan baru yang penuh harapan akan terjadinya berbagai langkah-langkah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era reformasi saat ini telah menghantarkan bangsa Indonesia memasuki suasana kehidupan baru yang penuh harapan akan terjadinya berbagai langkah-langkah perbaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perencanaan pembangunan nasional, yang dilakukan oleh pemerintah daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, yang dilakukan oleh pemerintah daerah bersama para pemangku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 54 TAHUN 2008 TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2008 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008-2013
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan
Lebih terperinciBUPATI MALANG BUPATI MALANG,
BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA KABUPATEN MALANG TAHUN 2011-2025 BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ingin mewujudkan clean and good governance. dalam tataran pelaksanaannya akan menjadi tidak efektif apabila
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem remunerasi pertama kali diterapkan di Indonesia pada tahun 2007. Sistem ini diterapkan untuk mendukung diberlakukannya Kebijakan Reformasi Birokrasi yang sudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (United Nations Development Programme) sejak tahun 1996 dalam seri laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh UNDP (United Nations Development Programme) sejak tahun 1996 dalam seri laporan tahunan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembagian daerah di Indonesia pada dasarnya diatur dalam undangundang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembagian daerah di Indonesia pada dasarnya diatur dalam undangundang dan peraturan yang dibuat oleh pemerintah dalam menyelaraskan perimbangan daerah. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1977; Nori, 1996) dalam (Putu Novia, dkk: 2015). Mardiasmo (2002) dalam (Putu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anggaran adalah unsur yang sangat penting dalam perencanaan, koordinasi dan pengendalian perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan (Hansen dan Mowen, 1977;
Lebih terperinci5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 22 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN DI RUMAH SAKIT MILIK PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : Mengingat
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 23 /KPTS/013/2015 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 23 /KPTS/013/2015 TENTANG TIM REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciKEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA RAPAT KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA RAPAT KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 Jakarta, 12Desember 2017 KOMITMEN PENEGAKAN HUKUM Keberadaan Kejaksaan Republik Indonesia diatur dalam Undangundang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Terdapat tiga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Terdapat tiga aspek utama yang mendukung
Lebih terperinciBELAJAR DARI PENGUATAN APARATUR PEMDA DALAM PENGELOLAAN PNPM PISEW
BELAJAR DARI PENGUATAN APARATUR PEMDA DALAM PENGELOLAAN PNPM PISEW Penguatan aparatur pemerintah daerah dalam memberjalankan program di daerahnya menjadi salah satu kunci keberhasilan program nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah semua penerimaan daerah yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Dalam pelaksanaan otonomi, dituntut kemampuan daerah dalam memanfaatkan semua potensi yang ada di daerah dalam rangka melaksanakan pemerintahannya. Salah
Lebih terperinciNo. 1077, 2014 KEMENDAGRI. Peran Serta. Masyarakat. Perencanaan. Tata Ruang. Daerah. Tata Cara. Pencabutan.
No. 1077, 2014 KEMENDAGRI. Peran Serta. Masyarakat. Perencanaan. Tata Ruang. Daerah. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PERAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 13 TAHUN 2009 SERI E.7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CIREBON TAHUN 2009-2014
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN INDIVIDU PERAN KEPALA DAERAH DALAM MENGURANGI TINGKAT KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN
EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN INDIVIDU PERAN KEPALA DAERAH DALAM MENGURANGI TINGKAT KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN Oleh: Rasbin, S.TP., M.SE. Peneliti Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik PUSAT PENELITIAN BADAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR TAHUN 2010-2015 DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. transparansi kinerja akan pengelolaan lembaga-lembaga publik, baik pusat maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa tahun ini, fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia adalah meningkatnya keinginan adanya akuntabilitas dan transparansi kinerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengembangan kebudayaan unggulan menjadi salah satu pokok pikir kerangka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan kebudayaan unggulan menjadi salah satu pokok pikir kerangka pendanaan dalam rangka keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Isu pengembangan kebudayaan
Lebih terperinciLAPORAN TAHUNAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Tahun 2016
LAPORAN TAHUNAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Tahun 2016 Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Tahun 2016 LAYANAN INFORMASI PUBLIK TAHUN
Lebih terperinciANALISIS POTENSI PENYIMPANGAN DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI Oleh:
ANALISIS POTENSI PENYIMPANGAN DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI Oleh: Robin Tibuludji * ABSTRAK Pengadaan barang/jasa pemerintah merupakan bagian yang paling banyak
Lebih terperinciI-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN
Lampiran Peraturan Bupati Lamongan Nomor : 44 Tahun 2016 Tanggal : 25 Oktober 2016. RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah dibutuhkannya investasi. Investasi merupakan salah satu pendorong untuk mendapatkan pendapatan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah proses yang direncanakan dalam rangka mencapai kondisi yang lebih baik dibandingkan keadaan sebelumnya. Aspek pembangunan meliputi sosial,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,
BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM ANTI KEMISKINAN (ANTI POVERTY PROGRAM) KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui pembenahan kebijakan dan peraturan perndang-undangan, penyiapan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi pengelolaan keuangan negara terus dilakukan pemerintah melalui pembenahan kebijakan dan peraturan perndang-undangan, penyiapan infrastruktur sistem keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, disahkan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, disahkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan secara resmi mulai di implementasikan di tahun 2015. Undang-undang ini menghadirkan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa pembangunan yang berkeadilan dan demokratis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
Lebih terperinciLaporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Republik Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan luas sekitar 2/3 bagian (5,8 juta Km 2 ) adalah lautan, dan sekitar 1/3 bagian (2,8 juta km 2 ) adalah daratan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive activity). Tujuan akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil tertentu, dan hasil tersebut
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Daerah dalam melakukan dan melaksanakan pengelolaan keuangan daerah
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan Otonomi Daerah adalah proses yang memerlukan terlibatnya segenap unsur lapisan masyarakat serta memberikan kekuasaan bagi Pemerintah Daerah dalam melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
Lebih terperinciBUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARRU,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan akan informasi dan hiburan. Saat ini begitu banyak media massa yang ada di tengah-tengah masyarakat
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 8
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 8 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016-2020 DENGAN
Lebih terperinci