BAB II LANDASAN TEORI. tahu setelah melihat suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan suatu. domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. tahu setelah melihat suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan suatu. domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan a. Definisi pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah melihat suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan suatu pembentukan terus-menerus dan terjadi setiap saat karena ada suatu pemahaman baru. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: 1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya (recall), sesuatu yang spesifik dari semua bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengatahuan yang paling rendah. 2) Memahami (Comprehension) Memahami yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan suatu materi secara benar. 6

2 digilib.uns.ac.id 7 3) Aplikasi (Application) Aplikasi memiliki arti sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. 4) Analisis Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih terstruktur dan terorganisasi, serta ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis Sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6) Evaluasi Adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pengetahuan merupakan bagian dari kesehatan. Budiman dan Riyanto (2013) membagi jenis pengetahuan menjadi 2, antara lain: 1) Pengetahuan implisit Merupakan pengetahuan dalam bentuk pengalaman seseorang yang berisi kebiasaan dan budaya. 2) Pengetahuan eksplisit Merupakan pengetahuan yang telah disimpan dalam wujud nyata, yang dideskripsikan dalam tindakan, bisa berupa wujud perilaku kesehatan.

3 digilib.uns.ac.id 8 b. Tingkat Pengetahuan Arikunto (2006) membuat kategori tingkat pengetahuan seseorang menjadi tiga tingkatan berdasarkan nilai persentase yaitu: 1) Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya 76%. 2) Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 56 75%. 3) Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya < 55%. c. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan Pengetahuan yang dimiliki sesorang dipengaruhi beberapa faktor, antara lain: 1) Usia Semakin cukup usia, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang karena usia berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Sehingga pengetahuan yang diterima semakin membaik. 2) Pendidikan Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya halhal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat memengaruhi seseorang termasuk perilaku. Tingkat pendidikan seseorang akan memengaruhi respon yang diberikan. Dengan pendidikan tinggi, diharapkan seseorang tersebut akan semakin luas pengetahuannya. Peningkatan pengetahuan tidak hanya dari pendidikan formal akan tetapi dapat diperoleh dari pendidikan nonformal.

4 digilib.uns.ac.id 9 3) Pekerjaan Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan untuk menunjang kehidupan. Ditinjau dari jenis pekerjaannya, seseorang yang sering berinteraksi dengan orang lain, maka pengetahuan yang diterima akan lebih banyak. Pengalaman belajar dalam bekerja juga akan memberikan pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman yang dapat mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan. 4) Minat Minat merupakan kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap suatu hal yang menjadikan seseorang untuk mencoba dan akhirnya memperoleh pengetahuan baru. 5) Pengalaman Pengalaman merupakan kejadian yang pernah dialami seseorang. Jika pengalaman yang didapat kurang baik, seseorang akan berusaha untuk melupakannya. Namun jika pengalaman yang diterima merupakan pengalaman yang baik dan menyenangkan maka akan menimbulkan sikap positif. 6) Kebudayaan Kebudayaan merupakan kebiasaan atau tradisi yang dilakukan tanpa mengetahui baik atau buruknya dan dapat memengaruhi sikap dalam menerima informasi. Apabila dalam suatu wilayah memiliki

5 digilib.uns.ac.id 10 budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka masyarakat sekitarnya dapat memiliki sikap yang sama. 7) Informasi Kemudahan informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan baru. Sumber informasi bisa diperoleh dari media cetak, media elektronik maupun petugas kesehatan (Mubarak dan Chayatin, 2008). 2. Sikap Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ranah afektif dapat dikatakan juga sebagai ranah sikap yang berisikan hal-hal yang lebih mengedepankan pada aspek perasaan dan emosi seperti: minat, sikap, apresiasi, dan cara menyesuaikan diri (Budiman dan Riyanto, 2013). Sikap juga dapat menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu objek. Komponen utama sikap menurut Breckler (1984) terdiri dari kesadaran, perasaan dan perilaku. Sedangkan faktor-faktor yang dapat memengaruhi sikap yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang yang dianggap penting, pengaruh budaya, media massa, serta faktor emosional (Fitriani, 2011). Menurut teori Benjamin S. Bloom (1956) dalam Budiman dan Riyanto (2013), seperti pengetahuan, sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :

6 digilib.uns.ac.id 11 a. Menerima diartikan sebagai kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan dari luar yang datang berupa masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. b. Menanggapi yaitu kemampuan seseorang untuk melibatkan diri secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya. c. Menilai adalah memberikan nilai atau penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek yang apabila tidak dikerjakan atau dirasakan akan membawa penyesalan. d. Mengelola yaitu mempertemukan perbedaan nilai sehingga tercipta nilai baru yang universal dan membawa pada perbaikan umum. e. Menghayati adalah keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang sehingga mampu memengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. 3. Perilaku a. Definisi Perilaku Perilaku adalah semua kegiatan yang dapat diamati langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar. Perilaku merupakan respon reaksi seseorang terhadap stimulus. Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman serta lingkungan. Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok:

7 digilib.uns.ac.id 12 1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance) Merupakan perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bila sakit. 2) Perilaku pencarian atau penggunaan fasilitas kesehatan atau perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior) Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. 3) Perilaku kesehatan lingkungan Apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak memengaruhi kesehatannya. Skinner yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (ransangan dari luar). Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua: 1) Perilaku tertutup Respon terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

8 digilib.uns.ac.id 13 2) Perilaku terbuka Respon dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dapat dengan mudah diamati atau dilihat oleh orang lain. b. Faktor yang Memengaruhi Perilaku Lawrence Green dalam (Wijaya dan Tisna, 2014) menyatakan bahwa perilaku seseorang, dalam hal ini aktivitas remaja dalam menjaga kesehatan reproduksi, dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1) Faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai dan tradisi. 2) Faktor pendukung (enabling factors), yaitu faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan antara lain umur, status sosial ekonomi, pendidikan, prasarana dan sarana serta sumber daya. 3) Faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors), faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku misalnya dengan adanya contoh dari para tokoh masyarakat yang menjadi panutan (keluarga, teman sebaya, guru dan petugas kesehatan).

9 digilib.uns.ac.id Pubertas Pubertas merupakan proses utama pada masa remaja, disertai dengan perbedaan perkembangan fisik dan psikologi antara laki-laki dan perempuan (Satterthwaite, 2014). Menurut Jose (2010), masa pubertas pada anak perempuan terjadi pada usia 8 tahun sedangkan anak laki-laki terjadi pada usia 9 tahun. Periode pubertas terjadi karena kenaikan sekresi hormon gonadotropin oleh hipofisis yang perlahan (Guyton dan Hall, 2008). Tanner membuat klasifikasi Tingkat Maturasi Seksual (TMS) remaja dalam 5 stadium yaitu TMS 1 sampai 5. TMS 1 dan 2 merupakan masa remaja awal, TMS 3 dan 4 merupakan masa remaja menengah dan TMS 5 merupakan masa remaja lanjut dan maturasi seksual penuh. Tabel 2.1 Tahap Perkembangan Pubertas pada Anak Perempuan Menurut Tanner Stadium Payudara Rambut Pubis TMS 1 Hanya papila yang terangkat Tidak ada rambut pubis 2 Breast budding, menonjol seperti bukit kecil, areola melebar Jarang, berpigmen sedikit, lurus, atas medial labia 3 Payudara dan aerola membesar, tidak ada kontur pemisah 4 Areola dan papilla membentuk bukit kedua 5 Bentuk dewasa, papilla menonjol, aerola sebagai bagian dari kontur buah dada Sumber: Guyton and Hall, 2008 Lebih hitam, mulai ikal, jumlah bertambah Kasar, keriting, belum sebanyak dewasa Bentuk segitiga seperti pada perempuan dewasa, tersebar sampai medial paha

10 digilib.uns.ac.id 15 Ada 3 perubahan dasar yang terjadi selama pubertas, yaitu: a. Perubahan fisik, termasuk lonjakan pertumbuhan, perkembangan payudara, tumbuhnya rambut pubis dan mulainya periode menstruasi. b. Perubahan psikologi, menyebabkan diri seseorang menjadi lebih murung dan lebih agresif. c. Perubahan perilaku, sehingga lebih senang untuk mencoba hal-hal baru dan berpotensi berisiko seperti minum alkohol, merokok, dan lain-lain (Setiyohadi, 2009). Pada masa pubertas, hormon seksual juga mulai mengalami peningkatan sehingga dapat mengubah perilaku biologis seseorang. Esterogen dan androgen memengaruhi kemampuan memori verbal, kecakapan lisan, dan keterampilan motorik. Selain itu banyak perubahan lain yang timbul akibat proses pematangan pubertas termasuk nafsu makan, pola tidur serta suasana hati (Quevedo et al., 2009). Pubertas setiap individu memiliki waktu yang berbeda, tergantung pada waktu dan ekspresi pematangan berdasarkan etnis, geografi, dan genetika. Manifestasi endokrinologis pertama pada pubertas adalah peningkatan amplitudo pulsatil Follicel Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Selama pubertas terjadi peningkatan yang signifikan dari hipofisis untuk Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH). Selanjutnya amplitudo puncak sekresi LH meningkat menjadi kali lipat lebih besar. Sekresi FSH meningkat hanya dua sampai tiga kali lipat (Boswell dan Hillary, 2014).

11 digilib.uns.ac.id Menarche Menarche berarti permulaan menstruasi. Menarche merupakan puncak rangkaian peristiwa kompleks yang meliputi pematangan aksis hipotalamus-hipofisis-gonad untuk memproduksi ovum atau endometrium matang sehingga dapat menunjang zigot jika terjadi pembuahan. Tiga tahap pematangan aksis hipotalamus-hipofisis-gonad meliputi peningkatan pelepasan FSH dan LH dari kelenjar hipofisis, pengenalan dan respon ovarium terhadap gonadotropin sehingga dapat terjadi produksi estrogen dan progesteron serta terbentuknya pengaturan umpan balik positif pada kelenjar hipotalamus dan hipofisis oleh estrogen (Arrais dan Dib, 2005). Usia saat anak perempuan mulai mendapat menstruasi pertama kali (menarche) sangat bervariasi. Menarche biasanya terjadi pada usia 8-14 tahun. Perbedaan usia tersebut dipengaruhi beberapa faktor, yaitu: a. Faktor genetik Genetik memiliki pengaruh penting dalam terjadinya menstruasi. Seorang wanita yang mempunyai kelainan tertentu selama dalam kandungan mendapatkan menarche pada usia yang lebih lambat. b. Faktor gizi Usia saat menarche sebagian besar dipengaruhi oleh adanya perbaikan gizi. Semakin tinggi kualitas gizi yang dikonsumsi masyarakat saat ini memicu menstruasi dini.

12 digilib.uns.ac.id 17 c. Faktor lingkungan sosial Menurut sebuah penelitian bahwa lingkungan sosial berpengaruh terhadap waktu terjadinya menarche. Salah satunya lingkungan keluarga, lingkungan keluarga yang harmonis dan adanya keluarga besar yang baik dapat memperlambat terjadinya menarche dini. d. Faktor status sosial ekonomi Menarche terlambat terjadi pada kelompok sosial ekonomi sedang sampai tinggi yang memiliki selisih sekitar 12 bulan, hal ini telah diteliti di India berdasarkan pendapatan perkapita (Proverawati, 2009). 6. Kesehatan Reproduksi Menurut WHO (2011), kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera yang utuh antara fisik, mental dan sosial, bebas dari penyakit dan kecacatan, dalam semua hal yang terkait dengan sistem reproduksi termasuk fungsi dan prosesnya. Faktor yang memengaruhi kesehatan reproduksi antara lain: a. Faktor demografis/sosial ekonomi Dapat berupa usia pertama menikah, usia pertama hamil, dan dapat dinilai tingkat pendidikan, status pekerjaan.

13 digilib.uns.ac.id 18 b. Faktor budaya dan lingkungan Berupa pandangan agama, status perempuan, lingkungan tempat tinggal maupun tempat kerja, hak dan tanggungjawab reproduksi individu. c. Faktor psikologi Adanya rasa rendah diri, tekanan dari teman sebaya, tindak kekerasan yang dialami. d. Faktor biologis Meliputi status gizi, kelainan bawaan reproduksi, infeksi atau keganasan (Pinem, 2009). 7. Anatomi organ reproduksi Secara garis besar, organ reproduksi pada perempuan dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian (Prawirohardjo, 2009), yaitu: a. Organ genitalia eksterna 1) Vulva Vulva meliputi labia mayor, vestibulum, labia minor, klitoris, dan bulbus vestibuli dengan corpus spongiosum. Terletak di bawah diafragma urogenital (Puppo, 2011). 2) Mons veneris atau mons pubis Bagian menonjol di atas simfisis dan pada perempuan setelah pubertas ditutupi oleh rambut kemaluan.

14 digilib.uns.ac.id 19 3) Labia mayor Labia mayor adalah dua lipatan memanjang antara mons pubis dan perineum. Terdiri dari jaringan lemak. Tersusun oleh beberapa otot polos, sedikit saraf dan pembuluh darah serta jaringan limfatik (Ginger et al., 2011). 4) Labia minor Disebut juga sebagai nymphae merpakan suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam labia mayor. Labia minor akan bertemu di atas clitoris membentuk preputium clitoridis dan di bawah membentuk frenulum clitoridis. Kulit yang meliputi labio minor mengandung banyak glandula sebasea (kelenjar lemak) dan ujungujung saraf. 5) Clitoris Clitoris merupakan organ erektil, homolog penis pada lakilaki, mengandung banyak pembuluh darah serta saraf, sehingga sangat sensitif saat hubungan seks. 6) Vestibulum Berbentuk lonjong memanjang, dibatasi oleh klitoris (depan), kedua bibir kecil (kanan dan kiri) dan perineum (belakang). Terdapat saluran kemih (orificium uretra eksternum) di bagian bawah clitoris. Kemudian di bagian kanan dan kiri bawah terlihat dua ostia Skene yang membentuk saluran Skene. Saluran

15 digilib.uns.ac.id 20 ini merupakan homolog kelenjar prostat pada laki-laki (Prawirohardjo, 2009). 7) Bulbus vestibuli Bulbus vestibuli memiliki panjang 3-4 cm, lebar 1-2 cm, dan tebal 0,5-1 cm. Mengandung banyak pembuluh darah. 8) Introitus vagina Memiliki bentuk dan konsistensi yang berbeda-beda. Introitus vagina ditutupi oleh selaput dara (himen) yang memiliki bentuk berbeda-beda, dari yang semilunar (bulan sabit) sampai yang berlubang-lubang atau bersekat (septum). 9) Perineum Terletak antara vulva dan anus dengan panjang rata-rata 4 cm. Perineum mendapat pasokan darah dari arteri pudenda interna dan cabang-cabangnya. Persarafannya oleh nervus pudenda dan cabang-cabangnya. b. Organ genitalia interna 1) Vagina Vagina menghubungkan genitalia eksterna dan genitalia interna.vagina dilapisi oleh rugae yang terletak di sebelah dalam yang memungkinkan untuk distensi dengan mudah terutama saat melahirkan. Strukturnya berupa jaringan ikat, membran dan jaringan erektil.

16 digilib.uns.ac.id 21 Di sebelah anterior, vagina berhubungan dengan uretra dan kandung kemih yang dipisahkan oleh septum vesikovaginalis. Di sebelah posterior, antara dinding vagina inferior dan rectum terdapat septum rectovaginalis. Vagina mendapat pasokan darah dari arteri iliaka interna dan dipersarafi oleh sistem saraf otonom. 2) Uterus Uterus atau yang lebih dikenal dengan rahim memiliki bentuk seperti buah pir terbalik. Terletak di dalam pelvis antara kandung kemih dan rectum. Uterus dibagi menjadi dua bagian, korpus uteri (badan rahim) dan serviks uteri (leher rahim). Di bagian atas korpus berbentuk kubah yang disebut sebagai fundus. Korpus uteri berfungsi penting dalam proses kelahiran yaitu dengan melakukan kontraksi untuk membantu pengeluaran janin. 3) Tuba fallopi Tuba fallopi memiliki 3 bagian. Pertama, isthmus yang berada paling dekat dengan uterus. Kedua adalah ampula, tempat fertilisasi. Ketiga, infundibulum yang memiliki fimbriae untuk menangkap telur yang dilepaskan oleh ovarium. Tuba fallopi terletak di kedua sisi superior dari uterus yang berfungsi untuk mengangkut sperma menuju sel telur dan

17 digilib.uns.ac.id 22 mengantarkan telur yang telah dibuahi kembali ke dalam uterus untuk implantasi (Miranda, 2013). 4) Ovarium Ovarium kecil dan berbentuk oval, berwarna abu-abu dan permukaan tidak rata. Ukuran ovarium setiap perempuan berbeda tergantung usia dan status hormonal. Normalnya ovarium akan memproduksi satu folikel dominan yang akan mengalami ovulasi pada setiap siklus menstruasi. Folikel dominan akan memproduksi estradiol pada saat fase folikuler dari siklus ovarium. Setelah ovulasi, folikel akan berubah menjadi corpus luteum yang akan mensekresi progesteron dalam jumlah besar saat fase luteal dari siklus menstruasi. Estradiol dan progesteron bekerja pada uterus untuk mempersiapkan kondisi uterus sebagai tempat implantasi embrio (Erickson, 2006). 8. Perawatan Organ Reproduksi Menurut Prayitno (2014) untuk menjaga kesehatan organ reproduksi ada beberapa cara yang disarankan, antara lain: a. Selalu membersihkan bagian luar vagina setelah buang air kecil dan buang air besar menggunakan air bersih dari depan ke belakang, b. Gunakan handuk atau tissue untuk mengeringkan, c. Celana dalam harus diganti setiap hari minimal 2 kali sehari, d. Hindari bertukar celana dalam atau handuk dengan orang lain,

18 digilib.uns.ac.id 23 e. Hindari menggunakan pakaian dalam yang berbahan sintesis dan ketat. Gunakanlah pakaian dalam yang berbahan halus dan mudah menyerap keringat, f. Ketika haid disarankan untuk sering mengganti pembalut terutama ketika darah yang keluar banyak, g. Tidak menggunakan sabun atau pembersih khusus dalam membersihkan alat kelamin secara berlebihan karena akan mematikan flora normal, h. Jangan sering mandi dan berendam di air panas atau hangat. 9. Akibat Tidak Menjaga Kebersihan Organ Genital a. Keputihan Keputihan (Flour Albus) adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina di luar kebiasaan, baik berbau atau tidak, serta disertai rasa gatal. Keputihan dapat bersifat normal (fisiologis) dan abnormal (patologis) (Kusmiran, 2012). 1) Keputihan Normal (Fisiologis) Keputihan yang terjadi disebabkan oleh pengaruh hormon tertentu. Cairannya berwarna putih, tidak berbau, dan pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan kelainan. Menurut Jatmiko (2012) keputihan normal dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

19 digilib.uns.ac.id 24 a) Faktor hormonal, dapat terjadi sebelum dan sesudah menstruasi, rangsangan seksual dan penggunaan kontrasepsi seperti pil. b) Kelelahan fisik dan psikis, seperti stres dapat mencetus terjadinya keputihan. c) Adanya benda asing seperti kontrasepsi IUD. d) Memakai pakaian dalam yang ketat dari bahan sintesis. 2) Keputihan Abnormal (Patologis) Keputihan abnormal merupakan gejala dari suatu penyakit yang perlu diketahui karakteristik keputihan yang keluar dan hasil dari pemeriksaan laboratorium untuk dapat menegakkan diagnosis. Keputihan ini dapat terjadi karena infeksi dari alat reproduksi namun tidak semua infeksi memberikan gejala keputihan. Penyebab keputihan abnormal didapatkan dari beberapa perilaku yang tidak sehat, antara lain sering menggunakan toilet yang kotor, sering bertukar celana dalam dan handuk, membilas vagina dari arah belakang ke depan, kurang menjaga kebersihan vagina, tidak segera mengganti pembalut saat menstruasi dan sering berganti pasangan seksual (Jatmiko, 2012). Perilaku tersebut dapat menyebabkan terjadinya infeksi dengan gejala keputihan, antara lain vaginitis, kandidiasis

20 digilib.uns.ac.id 25 vaginitis, trikomonisis, serta keganasan organ reproduksi seperti kanker serviks. b. Infeksi Saluran Kemih Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi akibat terbentuknya koloni kuman di saluran kemih. Infeksi ini dapat mengenai laki-laki maupun perempuan dari semua umur. Akan tetapi perempuan lebih sering mengalami ISK 5-15% dibanding laki-laki. Penyebab terbanyak adalah bakteri gram negatif, termasuk bakteri yang biasa ada di usus yang kemudian naik ke saluran kemih. Bakteri tersebut di antaranya, Escherichia Coli, Proteus sp, Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas. Pada umumnya infeksi saluran kemih dibedakan menjadi dua: 1) Infeksi saluran kemih atas Dapat berupa Pielonefritis Akut (PNA) yang merupakan proses inflamasi parenkim ginjal karena infeksi bakteri dan Pielonefritis Kronik (PNK) yang mungkin terjadi akibat infeksi bakteri berkepanjangan. Pada infeksi saluran kemih atas dapat ditemukan gejala demam, kram, nyeri punggung, muntah, dan penurunan berat badan. 2) Infeksi saluran kemih bawah Pada perempuan bisa berupa sistisis, yaitu presentasi klinis infeksi saluran kemih disertai bakteriuria bermakna dan Sindroma Uretra Akut (SUA) yaitu sistisis tanpa ditemukan mikroorganisme,

21 digilib.uns.ac.id 26 sedangkan pada laki-laki dapat berupa sistisis, prostatitis, epididimis dan uretritis. Keluhan pasien biasanya berupa nyeri suprapubik, disuria, frekuensi, hematuria, urgensi dan stranguria (Vasudevan, 2014). 10. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Menjaga Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Menurut Peraturan Pemerintah RI NO.61 tahun 2014 tentang kesehatan reproduksi, Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. Masalah kesehatan reproduksi remaja (Depkes RI, 2008), selain berdampak secara fisik, juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental dan emosi, keadaan ekonomi dan kesejahteraan social. Dampak tersebut berpengaruh terhadap remaja itu sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa. Pubertas merupakan proses utama pada masa remaja, disertai dengan perbedaan perkembangan fisik dan psikologi antara laki-laki dan perempuan (Satterthwaite, 2014). Pada masa pubertas, hormon seksual juga mulai mengalami peningkatan sehingga dapat mengubah perilaku biologis seseorang. Adanya perubahan perilaku tersebut juga menimbulkan rasa ingin tahu yang besar.

22 digilib.uns.ac.id 27 Kesehatan yang dialami perempuan pada masa remaja yang menggambarkan risiko terserang penyakit tertentu adalah karena kurangnya pendidikan kesehatan reproduksi dan masalah kesehatan reproduksi perempuan. Dhuangga dan Misrawati (2012) mengatakan bahwa keterbatasan informasi yang didapatkan oleh remaja putri dapat menimbulkan sikap kurang perhatian terhadap kebersihan organ kewanitaan yang dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit seperti keputihan dan infeksi saluran kemih. Setelah sesorang mendapatkan pengetahuan, maka akan timbul sikap yang menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap informasi yang didapat tersebut. Kemudian perlu ada penerapan lebih lanjut yaitu perubahan perilaku, terutama perilaku menjaga kesehatan reproduksi.

23 digilib.uns.ac.id 28 B. Kerangka Pemikiran Keterangan: : Diteliti dalam penelitian : Tidak diteliti dalam penelitian Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Menjaga Kebersihan Organ Genitalia Eksterna C. Hipotesis Semakin baik pengetahuan dan sikap maka perilaku menjaga kebersihan organ genitalia eksterna pada siswi usia pra menarche akan semakin baik.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infertilitas 1. Definisi Infertilitas atau kemandulan adalah penyakit sistem reproduksi yang ditandai dengan ketidakmampuan atau kegagalan dalam memperoleh kehamilan, walaupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. periode transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Dalam masa remaja ini

BAB I PENDAHULUAN. periode transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Dalam masa remaja ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa perkembangan manusia dan merupakan periode transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Dalam masa remaja ini terjadi pacu tumbuh (growth

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN SISTEM REPRODUKSI REMAJA DENGAN TINDAKAN REPRODUKSI SEHAT DI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN 2008 No. Identitas : Tgl. Interview : Jenis Kelamin : Keterangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pubertas 2.1.1. Definisi Pubertas Pubertas adalah masa dimana ciri-ciri seks sekunder mulai berkembang dan tercapainya kemampuan untuk bereproduksi. Antara usia 10 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat

Lebih terperinci

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; Fisiologi Reproduksi & Hormonal Wanita Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; 1. Hormon yang dikeluarkan hipothalamus, Hormon pelepas- gonadotropin

Lebih terperinci

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12 Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka

Lebih terperinci

Bab IV Memahami Tubuh Kita

Bab IV Memahami Tubuh Kita Bab IV Memahami Tubuh Kita Pubertas Usia reproduktif Menopause Setiap perempuan pasti berubah dari anak-anak menjadi dewasa dan perubahan dari dewasa menjadi dewasa yang lebih tua Sistem Reproduksi Perempuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Menarche a. Pengertian menarche Menarche adalah pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebabkan oleh pertumbuhan folikel primodial ovarium yang mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual secara

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,

Lebih terperinci

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan tentang kesehatan reproduksi merupakan masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Pada masa remaja, pertumbuhan fisik dan seksualnya

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA. tertentu dan merupakan domain yang sangat penting untuk. 1) Tingkat Pengetahuan. ada 6 tingkat pengetahuan, yaitu :

BAB II TINJUAN PUSTAKA. tertentu dan merupakan domain yang sangat penting untuk. 1) Tingkat Pengetahuan. ada 6 tingkat pengetahuan, yaitu : 9 BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan Menurut Sunaryo (2013), pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris atau pengindraan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma. Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang (dengan cara pembelahan sel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi A. Pengertian Menstruasi Menstruasi merupakan keadaan fisiologis, yaitu peristiwa keluarnya darah, lendir ataupun sisa-sisa sel secara berkala. Sisa sel tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Feminine hygiene merupakan cara menjaga dan merawat kebersihan organ kewanitaan bagian luar. Salah satu cara membersihkannya adalah dengan membilas secara benar. Penggunaan

Lebih terperinci

Anatomi/organ reproduksi wanita

Anatomi/organ reproduksi wanita Anatomi/organ reproduksi wanita Genitalia luar Genitalia dalam Anatomi payudara Kelainan organ reproduksi wanita Fisiologi alat reproduksi wanita Hubungan ovarium dan gonadotropin hormon Sekresi hormon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keputihan adalah cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan. Keputihan dapat dibedakan dalam beberapa jenis diantaranya keputihan normal (fisiologis)

Lebih terperinci

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang Anatomi sistem endokrin Kelenjar hipofisis Kelenjar tiroid dan paratiroid Kelenjar pankreas Testis dan ovum Kelenjar endokrin dan hormon yang berhubungan dengan sistem reproduksi wanita Kerja hipotalamus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan secara optimal (Nursalam, 2008). kesehatan sebagai berikut : a. mengubah pengetahuan;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan secara optimal (Nursalam, 2008). kesehatan sebagai berikut : a. mengubah pengetahuan; BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kesehatan 1. Pengertian Pendidikan kesehatan merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk membantu individu, keluarga, atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan atau

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Siklus Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 2005), sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Peran Ibu a. Definisi Ibu Ibu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah wanita yang telah melahirkan seseorang, maka anak harus menyayangi ibu, sebutan untuk

Lebih terperinci

REPRODUKSI KESEHATAN REMAJA CREATED BY: MAHASISWA PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK USU 2009

REPRODUKSI KESEHATAN REMAJA CREATED BY: MAHASISWA PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK USU 2009 KESEHTN REPRODUKSI REMJ CRETED BY: MHSISW PROGRM PROFESI NERS PSIK FK USU 2009 PUBERTS SYIIK?!! SEMOG BERMNFT Y BOOKLETNY!!! Sobat muda!!! Tau gak pubertas tuh apaan? Pubertas itu adalah suatu masa ketika

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010). 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menstruasi 2.1.1 Pengertian Menstruasi Mentruasi adalah pendarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi (Bobak, dkk, 2005). Menstruasi adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Remaja a. Pengertian Remaja atau adolescenc (Inggris ), berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total BAB V PEMBAHASAN A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan Dalam penelitian ini, peneliti membagi responden menjadi 2 bagian yang sama dalam hal lama penggunaan KB IUD. Lama penggunaan

Lebih terperinci

DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI PENJARINGAN ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN ( SMP/MTs & SMA/ MA sederajat )

DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI PENJARINGAN ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN ( SMP/MTs & SMA/ MA sederajat ) DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI PENJARINGAN ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN ( SMP/MTs & SMA/ MA sederajat ) Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat baik secara fisik, jiwa maupun

Lebih terperinci

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Pendahuluan Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI Eksklusif 1. Pengertian Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi sampai usia 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif yaitu pemberian ASI tanpa cairan atau makanan lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja mengalami perkembangan fisiologis, psikososial, kognitif, moral dan perkembangan seksual. Perubahan fisiologis pada masa remaja merupakan hasil aktivitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pubertas merupakan suatu tahap penting dalam proses tumbuh kembang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pubertas merupakan suatu tahap penting dalam proses tumbuh kembang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pubertas merupakan suatu tahap penting dalam proses tumbuh kembang anak. Perubahan fisik yang mencolok terjadi selama proses ini, kemudian diikuti oleh perkembangan ciri-ciri seksual

Lebih terperinci

Gangguan Hormon Pada wanita

Gangguan Hormon Pada wanita Gangguan Hormon Pada wanita Kehidupan reproduksi dan tubuh wanita dipengaruhi hormon. Hormon ini memiliki fungsi yang berbeda-beda. Ada tiga hormon panting yang dimiliki wanita, yaitu estrogen, progesteron,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Nasional pada hakekatnya bertujuan untuk menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh manusia dan penggunaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh manusia dan penggunaannya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Menurut Soekirman (2000) status gizi adalah merupakan keadaan kesehatan akibat interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup manusia. Selanjutnya,

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1 1. Perhatikan gambar berikut! Bagian yang disebut dengan oviduct ditunjukkan oleh huruf... A B C D Bagian yang ditunjukkan oleh gambar

Lebih terperinci

ALAT GENITALIA. Departemen Anatomi FK USU

ALAT GENITALIA. Departemen Anatomi FK USU ALAT GENITALIA Departemen Anatomi FK USU Embriologi Kelenjar kelamin tidak memperlihatkan ciri-ciri ii ii bentuk maupun hingga minggu ke-7 kehamilan Pada manusia sel-sel benih primodial nampak pada tahap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016. A. HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian yang mengenai hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri yang dilakukan di SMP N 2 Gamping Sleman Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Payudara Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang

BAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada periode ini remaja mengalami pubertas. Selama pubertas, remaja mengalami perubahan hormonal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Menurut kamus besar bahasa indonesia (2005) pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah (dijalani, dirasakan, ditanggung). Menurut Notoatmodjo (2005) pengalaman

Lebih terperinci

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN SEKSUALITAS endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN - 2012 KOMPETENSI DASAR Setelah mempelajari materi ini peserta diharapkan dapat memahami seksualitas sebagai bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak ke masa dewasa. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja putri merupakan salah satu bagian dalam program kesehatan reproduksi yang dicanangkan Departemen Kesehatan RI, oleh karena itu harus mandapatkan perhartian yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan objek yang di ketahui, tetapi pengetahuan adalah persatuan antara subjek yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan objek yang di ketahui, tetapi pengetahuan adalah persatuan antara subjek yang 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan bukanlah hanya sekedar pertemuan antara subjek yang mengetahui dengan objek yang di ketahui, tetapi pengetahuan adalah persatuan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi merupakan proses alamiah yang terjadi pada setiap perempuan sebagai tanda bahwa organ reproduksi sudah berfungsi matang (Kusmiran, 2014). Menstruasi adalah

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan. hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Tanda pertama pubertas

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan. hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Tanda pertama pubertas BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Pubertas merupakan suatu periode perkembangan transisi dari anak menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan hasil tercapainya kemampuan reproduksi.

Lebih terperinci

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Organ seksual pada wanita, seperti rahim, vagina, dan payudara, masing-masing mempunyai fungsi tersendiri. Kadangkala fungsi organ-organ tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut menjadi perhatian masyarakat secara umum dan individu secara khusus. Kesehatan reproduksi juga merupakan salah satu unsur

Lebih terperinci

Masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi berakhir pada awal senium umur tahun

Masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi berakhir pada awal senium umur tahun KLIMAKTERIUM Masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi berakhir pada awal senium umur 40-65 tahun SENIUM Saat ovarium kehilangan sama sekali fungsi hormonalnya MASA KLIMAKTERIUM PRAMENOPAUSE MEN0PAUSE

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Dapat menjadi bahan bacaan dan refrensi untuk penelitian lebih lanjut. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2002), pengetahuan merupakan hasil dari tahu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu kondisi sejahtera jasmani, rohani, dan sosial-ekonomi, bukan hanya bebas dari penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan unsur dasar yang penting dalam kesehatan umum, baik pada laki-laki maupun perempuan. Menurut Efendi dan Makhfudli (2009), kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wanita merupakan salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang istimewa. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada laki-laki. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Menurut WHO (1992), sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL Nikmatul Rifqiyah 1, Nilatul Izah 2 Email: izzah_naila@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010 KUESIONER PENELITIAN Nomor Responden : PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010 IDENTITAS RESPONDEN : 1. NAMA : 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir jika sudah ada kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir jika sudah ada kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebelum seorang wanita siap menjalani masa reproduksi, terdapat masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan yang lebih dikenal dengan masa pubertas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu (Maulana.2009.hlm 194). 1. Tingkat Pengetahuan

Lebih terperinci

Function of the reproductive system is to produce off-springs.

Function of the reproductive system is to produce off-springs. Function of the reproductive system is to produce off-springs. The Gonad produce gamets (sperms or ova) and sex hormones. All other reproductive organs are accessory organs Anatomi Sistem Reproduksi Pria

Lebih terperinci

Organ Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3.

Organ Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3. Organ Reproduksi Perempuan Organ Reproduksi Bagian Dalam 2. Saluran telur (tuba falopi) 1. Indung telur (ovarium) 3. Rahim (uterus) 4. Leher Rahim (cervix) 5. Liang Kemaluan (vagina) Organ Reproduksi Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut dengan masa pubertas. Masa

BAB I PENDAHULUAN. pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut dengan masa pubertas. Masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Depkes RI (2003) masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis. Pada masa remaja terjadi pematangan organ

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menyusui dan kehamilan merupakan hal yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi wanita. Kembalinya menstruasi dan ovulasi bervariasi setiap ibu postpartum, hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah di dunia yang sedang berkembang sudah terbukti dengan jelas, kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap mortalitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan masa dewasa. Dalam masa ini, remaja itu berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemahaman masyarakat tentang seksualitas masih amat kurang sampai saat ini. Kurangnya pemahaman ini amat jelas yaitu dengan adanya berbagai ketidaktahuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan masalah penting untuk mendapatkan perhatian. Perlu disadari bahwa kesehatan reproduksi tidak dapat dipisahkan dari kesehatan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biologis atau fisiologis yang disengaja. Menopause dialami oleh wanita-wanita

BAB I PENDAHULUAN. biologis atau fisiologis yang disengaja. Menopause dialami oleh wanita-wanita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Menopause merupakan salah satu proses dalam siklus reproduksi alamiah yang akan dialami setiap perempuan selain pubertas, kehamilan, dan menstruasi. Seorang perempuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. semasa hidup dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. semasa hidup dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan juga dapat didefenisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala hal

Lebih terperinci

HUBUNGAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA WANITA POST MENOPAUSE

HUBUNGAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA WANITA POST MENOPAUSE HUBUNGAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA WANITA POST MENOPAUSE SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah suatu proses yang normal, yang terjadi setiap bulannya pada hampir semua wanita. Menstruasi terjadinya pengeluaran darah, dalam jangka waktu 3-5 hari

Lebih terperinci

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif Kelompok 3 Aswar Anas 111810401036 Antin Siti Anisa 121810401006 Nenny Aulia Rochman 121810401036 Selvi Okta Yusidha 121810401037 Qurrotul Qomariyah

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Fisik dan Kognitif Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA Nama : RABITA NIM : 095102004 Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan Tentang Perawatan Alat Genitalia Eksterna Tahun 2010 Menyatakan

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar

Lebih terperinci

- - SISTEM REPRODUKSI MANUSIA - - sbl2reproduksi

- - SISTEM REPRODUKSI MANUSIA - - sbl2reproduksi - - SISTEM REPRODUKSI MANUSIA - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian sbl2reproduksi Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang remaja akan tumbuh dan berkembang menuju tahap dewasa. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga tahap antara lain masa remaja awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa lendir jernih, tidak berwarna dan tidak berbau busuk (Putu, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. berupa lendir jernih, tidak berwarna dan tidak berbau busuk (Putu, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keputihan (flour albus, leukorhea, atau white discharge) merupakan gejala yang berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organizations) adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organizations) adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teoritis 1. Kesehatan reproduksi a. Pengertian Kesehatan Reproduksi menurut WHO (World Health Organizations) adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari. bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari. bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai kematangan. Fase remaja merupakan

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes KESEHATAN REPRODUKSI Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes Introduction Kespro keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit dan kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa. menjalani proses terjadi pertumbuhan dan perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa. menjalani proses terjadi pertumbuhan dan perkembangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Kata remaja berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja juga sering disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai aktifitas salah satunya adalah belajar. Seseorang yang dikatakan remaja berada dalam usia 10 tahun sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja adalah masa transisi sebagai proses dalam mempersiapkan diri meninggalkan dunia anak-anak untuk memasuki dunia orang dewasa. Pada masa ini terjadi banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja. Kairo 1994 mendefinisikan kesehatan reproduksi sebagai keadaan sehat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja. Kairo 1994 mendefinisikan kesehatan reproduksi sebagai keadaan sehat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesehatan Reproduksi Remaja 1. Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja IPCD (Internasional Conference On Population and Developmen) Kairo 1994 mendefinisikan kesehatan reproduksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kontrasepsi Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan untuk pengaturan kehamilan dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk seksual, serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Di negara-negara barat, istilah

BAB II TINJAUAN TEORI. konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Di negara-negara barat, istilah BAB II TINJAUAN TEORI A. Remaja 1. Pengertian Remaja Remaja sebagai periode tertentu dari kehidupan manusia merupakan suatu konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Di negara-negara barat, istilah

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2 1. Pasangan antara bagian alat reproduksi laki-laki dan fungsinya berikut ini benar, kecuali... Skrotumberfungsi sebagai pembungkus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini telah diketahui banyak metode dan alat kontrasepsi meliputi suntik, pil, IUD, implan, kontap dan kondom. Metode KB suntik merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan pada saat menstruasi adalah cara yang sangat penting bagi wanita untuk memelihara tingkat kebersihan selama menstruasi. Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Siklus Menstruasi

TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Siklus Menstruasi TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Pubertas adalah masa awal pematangan seksual, yaitu suatu periode dimana seorang anak mengalami perubahan fisik, hormonal dan seksual serta awal masa reproduksi. Kejadian yang

Lebih terperinci