PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG INFEKSI KECACINGAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG INFEKSI KECACINGAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR"

Transkripsi

1 Amelasari, Pengetahuan orang tua dan infeksi cacing PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG INFEKSI KECACINGAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR Oktalia Amelasari, Nurul hidayah, Hurun ain Poltekkes kemenkes Malang, Jl.Besar Ijen 77 C Malang nh_673yahoo.com Abstract : One of the healthy problems which is still so much found in Indonesia is the spread of stomachworm infection through the ground. Wormy infection is often considered no importance by the society, even the government. The fact is that the wormy infection generally attacks the children who have low body resistance. This research uses descriptive research desain and total sampling technique which takes the overall of the population and gots respondents. The instrument which is used for collecting the data is questionnaire with the score for true and the score for false. The result of the overall data research of knowledge towards the knowledge of parental child about wormy infection on elementary school age gots the low score that is counted by 6 people (47,3%). The result of this research shows the lack of mother knowledge about wormy infection in RT I-V RW XIII Sumber Porong Village. The height of score percentage which is less maybe caused by the existence of information, education and parent job factor. Keywords: knowledge, parental child, wormy infection Abstrak: Salah satu masalah kesehatan yang masih banyak di Indonesia yaitu infeksi cacing perut yang ditularkan melalui tanah. Infeksi ini masih sering dianggap remeh oleh masyarakat tapi juga oleh pemerintah. Infeksi kecacingan ini pada umumnya menyerang anak-anak yang memiliki daya tahan tubuh yang masih rendah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tentang pengetahuan orang tua tentang kecacingan pada anak usia Sekolah Dasar. Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dan teknik sampling yang digunakan adalah total sampling, dimana mengambil keseluruhan populasi dan didapatkan responden. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah kuisioner dengan skor benar = dan salah =. Data hasil penelitian pengetahuan secara keseluruhan hasil penelitian terhadap pengetahuan orang tua tentang infeksi kecacingan pada anak usia SD didapatkan skor kurang yaitu sebanyak 6 orang (47,3%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang infeksi kecacingan di RT I-V RW XIII Desa Sumber Porong adalah kurang. Tingginya persentase skor kurang hal ini dimungkinkan adanya faktor informasi, pendidikan dan pekerjaan. Kata Kunci: pengetahuan, pola asuh, infeksi cacing PENDAHULUAN Kecacingan merupakan parasit manusia dan hewan yang sifatnya merugikan, manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diantara nematoda usus tedapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted Helmints), spesies yang terpenting adalah Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale, Trichuris trichiura (Gandahusada, ). Kecacingan merupakan parasit pada manusia atau hewan yang sebagian besar menyerang anak usia - tahun yang disebabkan adanya iklim tropis, kelembaban udara yang sesuai dengan tumbuh kembang cacing, faktor sosial ekonomi yang kurang bagus, dan kebersihan yang tidak terjaga bisa berakibat dampak yang kurang bagus terhadap kesehatan, tingkat kecerdasan, kekurangan gizi, dan perkembangan mental (Indiarti, 7). ISSN

2 JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO., OKTOBER : 9-98 Anak sekolah merupakan aset atau modal utama pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain berfungsi sebagai tempat pembelajaran, juga dapat menjadi ancaman penularan infeksi jika tidak dikelola dengan baik. Lebih dari itu, usia sekolah bagi anak merupakan masa rawan terserang berbagai infeksi. Salah satu infeksi yang banyak diderita oleh anak-anak, khususnya usia sekolah dasar adalah infeksi kecacingan, yaitu sekitar 4-6% (Kusuma S., ). Salah satu masalah kesehatan yang masih banyak di Indonesia yaitu infeksi cacing perut yang ditularkan melalui tanah. Infeksi ini masih sering dianggap sebagai angin lalu yang tidak hanya oleh masyarakat tapi juga oleh pemerintah. Padahal infeksi kecacingan ini pada umumnya menyerang anak-anak yang memiliki daya tahan tubuh yang masih rendah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah iklim tropis, kesadaran akan kebersihan yang masih rendah, sanitasi yang buruk, kondisi sosial ekonomi yang rendah, serta kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, ). Infeksi kecacingan tersebar luas, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Angka infeksi tinggi, tetapi intensitas infeksi (jumlah cacing dalam perut) berbeda. Hasil survei Kecacingan di Sekolah Dasar di beberapa propinsi untuk semua umur berkisar antara 4-6%. Hasil Survei Subdit Diare pada tahun dan 3 pada sekolah dasar di provinsi menunjukkan prevalensi berkisar antara,-96,3% (Kementerian Kesehatan RI, 6). Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 4-6, menyebutkan bahwa hasil survey infeksi kecacingan tertinggi berada di daerah Malang sehingga menjadi sasaran penelitian karena kondisi geografisnya yang lembab yang dikelilingi gunung dan sungai besar, sebagian besar siswa bertempat tinggal di daerah daratan tinggi. Data dari Puskesmas Lawang, Kabupaten Malang menyebutkan bahwa pada tahun prevalensi infeksi kecacingan yaitu sebanyak anak, pada tahun 3 bulan Januari- Juli prevalensi infeksi kecacingan sebanyak 6 anak. Di RW XIII Desa Sumber Porong Kecamatan Lawang Kabupaten Malang terdapat anak yang terserang infeksi kecacingan. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 3 Januari 3 di Desa Sumber Porong Kecamatan Lawang Kabupaten Malang didapatkan 9 dari responden (9%) belum mengetahui tentang infeksi kecacingan. Sedangkan (%) sudah mengetahui tapi kurang maksimal memahami tentang infeksi kecacingan. Hasil survey menyebutkan bahwa, kerugian yang ditimbulkan akibat infeksi kecacingan sangat besar utamanya terhadap perkembangan fisik, intelegensi, dan produktifitas anak yang merupakan generasi penerus bangsa (Dinkes Jatim, ). Infeksi kecacingan dapat menyebabkan anemia (kurang darah), berat bayi lahir rendah, gangguan ibu bersalin, lemas, mengantuk, malas belajar, IQ menurun, prestasi dan produktivitas menurun (Kementerian Kesehatan RI, ). Infeksi kecacingan yang terlalu lama dapat berdampak kurang bagus terhadap kesehatan, tingkat kecerdasan, serta perkembangan mental. Apalagi, jika terjadi pada saat anak dalam masa pertumbuhan, akibatnya bisa sampai kekurangan gizi. Kecacingan dapat menimbulkan kehilangan zat gizi berupa karbohidrat dan protein serta kehilangan darah, sehingga dapat menurunkan produktivitas kerja. Kecacingan pada anak juga menurunkan ketahanan tubuh sehingga mudah terkena infeksi lainnya. Pada anak-anak sekolah dasar kecacingan akan menghambat dalam mengikuti pelajaran dikarenakan anak akan merasa cepat lelah, menurunnya daya konsentrasi, malas belajar dan pusing (Indiarti, 7). Untuk menanggulangi infeksi kecacingan ini diperlukan pengetahuan orang tua dalam melakukan tindakan swamedikasi kepada anaknya yang diduga menderita infeksi kecacingan berdasarkan diagnosanya sendiri tanpa melakukan konsultasi kepada dokter. Berdasarkan fakta empirik diketahui bahwa jenis obat yang digunakan untuk swamedikasi adalah obat-obat OTC (Over the Counter) antara lain pirantel pamoat, yang 9 ISSN 3-44

3 Amelasari, Pengetahuan orang tua dan infeksi cacing merk dagangnya diketahui oleh masyarakat luas berdasarkan iklan-iklan di televisi. Tindakan swamedikasi yang dilakukan tanpa konsultasi kepada praktisi kesehatan dapat menyebabkan kesalahan penggunaan obat bahkan terkadang dapat memperparah kondisi pasien. Selain itu diperlukan juga pengetahuan tentang perkembang biakan cacing serta faktor-faktor lain, seperti : tempat pembuangan kotoran manusia (WC), vektor sebagai perantara berjangkitnya infeksi, kebersihan perorangan maupun lingkungan. Tindakan pencegahan yang paling baik adalah dengan mengadakan sanitasi. Perawat atau petugas kesehatan sebagai educator peran ini dilaksanakan dengan membantu para orang tua dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, sehingga terjadi perubahan tingkah laku dari para orang tua setelah dilakukan pendidikan kesehatan (Wahid Iqbal, 8). Dengan mengetahui faktor-faktor yang menunjang berjangkitnya infeksi kecacingan dan cara pencegahannya, maka petugas kesehatan terutama perawat harus memberikan pendidikan kesehatan kepada para orang tua tentang infeksi kecacingan, cara pencegahan dan penularan infeksi tersebut, terutama pada anak-anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan orang tua tentang kecacingan pada anak usia Sekolah Dasardi RW XIII Desa Sumber Porong Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui gambaran pengetahuan orang tua tentang infeksi kecacingan pada anak usia sekolah dasar di RW XIII Desa Sumber Porong Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua yang mempunyai anak usia sekolah dasar di RW XIII Desa Sumber Porong, Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. Sebagai gambaran survey pendahuluan jumlah populasi orang tua yang mempunyai anak usia SD berjumlah orang. Sampel dalam penelitian ini adalah orang tua yang mempunyai anak usia sekolah dasar di RW XIII Desa Sumber Porong, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Dengan kriteria Inklusi : a) Orang tua yang mempunyai anak usia sekolah dasar di RW XIII Desa Sumber Porong, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, b) bisa membaca dan menulis, c) usia -4 tahun, d) bersedia menjadi responden. Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini meliputi: a) Orang tua yang berpindah tempat tinggal, b) tidak kooperatif dalam memberikan data. Teknik penggunaan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Sampling atau sampling jenuh yaitu mengambil seluruh orang tua yang mempunyai anak usia sekolah dasar di RW XIII Desa Sumber Porong Kecamatan Lawang Kabupaten Malang sebagai sampel penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan orang tua tentang infeksi kecacingan pada anak usia sekolah dasar. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup dimana jawaban pertanyaan sudah tersedia dan responden tinggal memilih jawaban sesuai dengan pendapat. Tempat penelitian dilakukan di RW XIII Desa Sumber Porong Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. Waktu penelitian pada tanggal - Juni 3. HASIL PENELITIAN Gambaran umum lokasi penelitian yaitu, Desa Sumber Porong terbagi menjadi 3 Dusun yaitu Dusun Krajan Utara yang terdiri atas 3 RW, Dusun Krajan Selatan terdiri atas 6 RW, dan Dusun Krajan Timur terdiri atas 7 RW. Dalam Desa terdapat 4 Posyandu dan masing-masing posyandu dibantu 3-4 kader. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal - Juni 3 di RW XIII Desa Sumber Porong yang meliputi RT I sampai RT V. Jumlah penduduk Desa Sumber Porong pada bulan April 3 sebanyak 7.94 jiwa yang tersebar dalam 7 KK. Pada bulan Juni 3 di RW XIII Desa Sumber Porong terdapat orang tua yang mempunyai anak usia SD. ISSN

4 JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO., OKTOBER : 9-98 Karakteristik responden berdasarkan usia, pada tabel ditunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur antara 36-4 tahun yaitu sebanyak 3 orang (4,4%). Berdasarkan Tabel sebagian besar responden tidak bekerja atau IRT yaitu sebanyak 9 orang (,73%). Berdasarkan Tabel 3 sebagian besar responden berpendidikan SMA yaitu sebanyak 39 orang (7,9%). Berdasarkan Tabel 4 sebagian besar responden mempunyai penghasilan < juta yaitu sebanyak 3 orang (6,3%). Berdasarkan Tabel sebagian besar responden yang mendapatkan penyuluhan kesehatan kali yaitu sebanyak 6 orang (47,7%). Berdasarkan pengetahuan tentang infeksi kecacingan, diketahui bahwa hampir seluruhnya responden mempunyai pengetahuan baik tentang pengertian infeksi kecacingan yaitu sebanyak orang (9,7%). Berdasarkan Gambar diketahui bahwa hampir seluruhnya responden mempunyai pengetahuan kurang tentang tanda dan gejala infeksi kecacingan yaitu sebanyak 4 orang (76,4%). Berdasarkan Gambar diketahui bahwa hampir seluruhnya responden mempunyai pengetahuan kurang tentang cara penularan infeksi kecacingan yaitu sebanyak 33 orang (6%). Berdasarkan Gambar 3 diketahui bahwa hampir seluruhnya responden mempunyai pengetahuan cukup tentang dampak infeksi kecacingan yaitu sebanyak orang (4%). Berdasarkan Gambar 4, diketahui bahwa 76,4% responden mempunyai pengetahuan yang baik tentang cara pencegahan infeksi kecacingan. Tabel 4. Distribusi frekuensi penghasilan responden Tabel. Distribusi frekuensi umur responden Umur F % - tahun 3, tahun 3 4, tahun 3 4,4 Jumlah Tabel. Distribusi frekuensi pekerjaan responden Pekerjaan F % Tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga) 9,73 Swasta 8,8 Wiraswasta 9 6,36 PNS 7,73 Jumlah Tabel 3. Distribusi frekuensi pendidikan responden Pendidikan F % SD 3,64 SMP 3,64 SMA 39 7,9 PT,8 Jumlah Penghasilan F % < juta 3 6,3 -, juta 8,8 >, juta 4,4 Jumlah Tabel. Distribusi frekuensi penyuluhan kesehatan pada responden Penyuluhan Kesehatan F % Tidak pernah 38,8 kali 6 47,7 kali 6,9 3 kali 3,6 Jumlah 94 ISSN B a ik ( 8 % ) 3 C u k u p (, % ) 4 K u ra n g (7 6,4 % ) Gambar. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang tanda dan gejala kecacingan

5 Amelasari, Pengetahuan orang tua dan infeksi cacing B a ik (,7 % ) C u k up ( 7,3 % ) 3 3 K u ra n g (6 % ) Ba ik Cukup (76,4%) (,7% ) K ura ng (,8% ) Gambar. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang cara penularan kecacingan Gambar 4. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang cara pencegahan kecacingan B a ik (3,9 % ) C u k u p (4 % ) K u ra n g ( 9, % ) B a ik (9, % ) C u k u p (4 3,6 % ) K u ra n g (4 7,3 % ) Gambar 3. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang dampak infeksi kecacingan Dari Gambar, diketahui bahwa hampir seluruhnya responden mempunyai pengetahuan kurang tentang secara keseluruhan infeksi kecacingan yaitu sebanyak 6 orang (47,3%). PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh responden mempunyai pengetahuan kurang tentang infeksi kecacingan yaitu sebanyak 6 orang (47,3%). Pengetahuan tentang infeksi kecacingan dalam penelitian ini meliputi pengertian infeksi kecacingan didapatkan sebanyak orang (9,7% baik), tanda dan gejala infeksi kecacingan didapatkan sebanyak 4 orang (76,4% kurang), Gambar. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang infeksi kecacingan cara penularan infeksi kecacingan yaitu sebanyak 33 orang (6% kurang), dampak infeksi kecacingan yaitu sebanyak orang (4% cukup), cara pencegahan infeksi kecacingan yaitu sebanyak 4 orang (76,4% baik). Menurut Iqbal Wahit (7) pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal, faktor internal meliputi umur dan minat, sedangkan faktor eksternal meliputi pendidikan, pekerjaan, pengalaman, kebudayaan lingkungan sekitar, dan sarana informasi. Pengetahuan bisa didapatkan dengan berbagai cara antara lain cara tradisional meliputi cara coba salah, kekuasaan, pengalaman, ISSN

6 JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO., OKTOBER : 9-98 dan jalan pikiran. Cara yang lain adalah cara modern meliputi 3 hal pokok yaitu segala sesuatu yang positif, segala sesuatu yang negatif, dan gejalagejala yang timbul bervariasi, yaitu gejala-gejala yang berubah-ubah dalam kondisi tertentu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang pengertian dan cara pencegahan infeksi kecacingan mayoritas baik. Infeksi kecacingan adalah parasit pada manusia atau hewan yang sebagian besar menyerang anak usia - tahun yang disebabkan adanya iklim tropis, kelembaban udara yang sesuai dengan tumbuh kembang cacing, faktor sosial ekonomi yang kurang bagus, dan kebersihan yang tidak terjaga yang bisa berakibat dampak yang kurang bagus terhadap kesehatan, tingkat kecerdasan, kekurangan gizi, dan perkembangan mental (Indiarti.MT, 7). Adapun cara pencegahan infeksi kecacingan antara lain perbaikan perilaku yang berupa kebiasaan mencuci tangan, menjaga kebersihan pribadi, menggunakan alas kaki, tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman terutama sayuran, dan perbaikan sanitasi lingkungan terutama jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan. Pengobatan massal biasanya dilakukan tiga bulan sekali yang berupa obat Pirantel pamoat atau mebendazol (Widoyono, 8). Hasil penelitian tersebut diatas juga dapat dipengaruhi oleh umur responden. Menurut Hurlock (998) Semakin bertambah umur seseorang, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Kemungkinan dengan bertambahnya umur seseorang, dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. Selain itu Abu Ahmadi (), juga mengemukakan bahwa daya ingat seseorang salah satunya dipengaruhi oleh umur. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar responden berumur antara 36-4 tahun yaitu sebanyak 3 orang (4,4%). Data lain menunjukkan pengetahuan responden tentang tanda dan gejala, dan cara penularan infeksi kecacingan mayoritas berpengetahuan kurang baik. Data hasil ini dibuktikan dari jawaban responden pada kuesioner no dan no 8. Pada soal no dijelaskan bahwa gejala infeksi cacing gelang (Askariasis) berkisar dari yang ringan berupa batuk sampai yang berat seperti sesak napas. Gejala yang disebabkan cacing dewasa dapat bervariasi mulai dari penyumbatan lumen usus karena banyaknya dan berkumpulnya cacing, kemudian cacing berjalan ke jaringan hati, sampai muntah cacing yang bisa menyumbat saluran napas (Widoyono, 8). Gejala yang nyata juga dapat berupa nyeri perut dengan kolik di daerah pusat atau epigastrium, perut buncit (pot belly), penderita cengeng, anoreksia, susah tidur, dan diare (Rampengan T.H, 7). Dalam soal no 8 dijelaskan bahwa cara penularan cacing gelang (Askariasis) dapat tertular melalui makanan dan minuman yang tercemar telur cacing yang mengandung larva infektif. Sayuran mentah yang mengandung telur cacing yang berasal dari pupuk kotoran manusia yang merupakan salah satu media penularan. Vektor serangga seperti lalat juga dapat menularkan telur pada makanan yang tidak disimpan dengan baik. Infeksi ini terutama menyerang anak, dengan bagian terbesar adalah anak (usia 3-8 tahun). Bayi juga dapat terserang infeksi ini yang tertular dari tangan ibunya yang tercemar larva infektif. (Widoyono, 8). Hasil penelitian tersebut dapat dipengaruhi oleh umur, pekerjaan, dan status ekonomi responden. Menurut Efendy (9) pekerjaan dapat berdampak pada seseorang dalam memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Berdasarkan hasil, diketahui sebagian besar responden tidak bekerja. mereka hanya berperan sebagai ibu rumah tangga. Menurut peneliti seseorang yang tidak bekerja di luar rumah mempunyai komunitas pergaulan yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang bekerja di luar rumah. Akses informasi yang didapatkan secara informal dari lingkungan atau teman seprofesi akan mempermudah seseorang dalam 96 ISSN 3-44

7 Amelasari, Pengetahuan orang tua dan infeksi cacing memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Seseorang yang bekerja akan terjadi proses interaksi timbal balik yang akan direspon sebagai pengetahuan sehingga akan menghasilkan pemahaman pada pengetahuan. Oleh karena sebagian besar responden dalam penelitian ini tidak bekerja, maka dimungkinkan lebih sedikit melakukan interaksi timbal balik dengan orang lain dan mendapatkan informasi yang lebih sedikit pula, sehingga dapat dipahami jika hasil penelitian didapatkan sebagian besar pengetahuan responden terhadap infeksi kecacingan adalah kurang. Menurut Efendy (9) status ekonomi seseorang dapat menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status ekonomi ini akan memengaruhi pengetahuan seseorang. Menurut peneliti semakin tinggi status ekonomi seseorang, maka semakin tinggi pula dukungan finansial untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Seseorang yang mempunyai latar belakang pendidikan tinggi relatif mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan yang berlatar belakang pendidikan rendah. Status ekonomi secara langsung ataupun tidak memengaruhi kesempatan seseorang untuk mengakses pengetahuan. Dukungan ekonomi yang baik akan mempermudah penjangkauan kualitas dan kuantitas pembelajaran, mempermudah mendapatkan fasilitas, dan sarana pembelajaran yang lebih layak sehingga secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi pengetahuan seseorang. Sebagian besar responden berpenghasilan < juta/bulan yaitu sebanyak 3 orang (6,3%). Penghasilan < juta perbulan dapat dikategorikan ke dalam status ekonomi menengah ke bawah. Berdasarkan hal ini bisa dipahami bahwa sebagian besar responden tidak mempunyai dukungan ekonomi yang kuat dalam memperoleh pengetahuan yang lebih luas. Menurut Iqbal Wahit (7) salah satu faktor yang memengaruhi pengetahuan seseorang adalah sarana informasi. Informasi merupakan kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Menurut Notoatmodjo (3) bahwa semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima sesuatu semakin banyak dan semakin jelas pula pengetahuan yang diperoleh. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 3). Menurut peneliti sarana informasi bisa didapatkan melalui pendidikan formal maupun nonformal. Salah satu sarana pendidikan non formal adalah penyuluhan. Penyuluhan kesehatan merupakan salah satu sarana memperoleh informasi tentang kesehatan. Semakin sering seseorang mendapatkan penyuluhan kesehatan, maka semakin banyak pula informasi kesehatan yang diterima, dan semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden hanya mendapatkan penyuluhan sebanyak x. Sehingga dapat dimengerti bahwa informasi tentang infeksi kecacingan yang diperoleh responden relatif minimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang dampak infeksi kecacingan mayoritas cukup baik. Dampak infeksi kecacingan dapat memengaruhi pemasukan (intake), pencernaan (digestif), penyerapan (absorbsi), dan metabolisme makanan. Secara keseluruhan (kumulatif), infeksi cacingan dapat menimbulkan kekurangan zat gizi berupa kalori sehingga berat badan berkurang dan dapat menyebabkan kekurangan protein serta kehilangan darah sebanyak,3 ml/hari sehingga dapat menyebabkan anemia untuk cacing tambang dan perdarahan di mukosa usus dengan kehilangan darah kira-kira, ml setiap seribu telur cacing cambuk yang terdapat dalam g tinja (Staf Pengajar FKUI, 7). Hasil penelitian tersebut dapat dipengaruhi oleh pendidikan responden. Menurut Iqbal Wahit (7) semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikan rendah akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi, dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Hasil ISSN

8 JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO., OKTOBER : 9-98 menunjukka bahwa sebagian besar responden berlatar belakang pendidikan SMA. Pendidikan SMA merupakan tingkat pendidikan menengah, sehingga dengan berlatar belakang pendidikan tersebut, responden relatif kurang optimal dalam menyerap informasi yang diterima. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan hasil analisa data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pengetahuan orang tua tentang infeksi kecacingan pada anak usia SD diketahui bahwa hampir seluruhnya responden mempunyai pengetahuan kurang tentang secara keseluruhan infeksi kecacingan yaitu sebanyak 6 orang (47,3%). Berdasarkan hasil dan beberapa keterbatasan penelitian ini, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: ) bagi masyarakat yang mempunyai anak usia SD dapat mengerti tentang infeksi kecacingan dengan memberikan penyuluhan kesehatan mengingat dampak yang ditimbulkan dari infeksi kecacingan sangat besar terutama pada usia anak sekolah dasar, ) bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang berhubungan dengan infeksi kecacingan terutama pada anak usia sekolah dasar. DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi.. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta Effendy, N. 9. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Gandahusada, S. (ed.).. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hurlock, E. B Psikologi Perkembangan. alih bahasa:istiwidiyanti dan Soedjarwo. Jakarta : Erlanga Indiarti, M. T. 7. Ma, Aku Sakit Lagi: Panduan Lengkap Kesehatan Anak dari A sampai Z. Yogyakarta: Andi. Kementrian Kesehatan RI.. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kusuma, S.. Tingkat Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Siswa SD Kelas 4-6 Terhadap Penyakit Kecacingan Yang Ditularkan Melalui Tanah Serta Faktor Yang Mempengaruhinya Di SD Islam Ruhama. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.diakses tanggal Januari 3 ( Rampengan, T. H. 7. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Jakarta: EGC. Staf Pengajar FKUI. (ed). 7. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Wahit Iqbal Mubarrak, D. 7. Promosi Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Widoyono. 8. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga. 98 ISSN 3-44

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi cacing merupakan permasalahan yang banyak ditemukan di masyarakat namun kurang mendapat perhatian. Di dunia lebih dari 2 milyar orang terinfeksi berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit parasit baik yang disebabkan oleh cacing, protozoa, maupun serangga parasitik pada manusia banyak terdapat di negara berkembang dan beriklim tropis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Soil Transmitted Helminth (STH) atau penyakit kecacingan yang penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan masyarakat khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya parasit berupa cacing kedalam tubuh manusia karena menelan telur cacing. Penyakit ini paling umum tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan sumber kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan sumber kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan sumber kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan, menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 dalam Bab I Pasal 1 disebutkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nematoda yang hidup di usus dan ditularkan melalui tanah. Spesies cacing

BAB 1 PENDAHULUAN. nematoda yang hidup di usus dan ditularkan melalui tanah. Spesies cacing BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan cacing kelas nematoda yang hidup di usus dan ditularkan melalui tanah. Spesies cacing yang termasuk STH antara lain cacing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Helminthes (STH) merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. Helminthes (STH) merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi kecacingan yang ditularkan melalui tanah atau Soil- Transmitted Helminthes (STH) merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut World Health Oganization

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5

I. PENDAHULUAN. Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5 miliar orang atau 24% dari populasi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Cirebon, kecacingan, Pulasaren

ABSTRAK. Kata Kunci: Cirebon, kecacingan, Pulasaren ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA-SISWI SEKOLAH DASAR KELAS VI MENGENAI PENYAKIT KECACINGAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PULASAREN KOTA CIREBON TAHUN 2013 Mentari Inggit Anggraini,

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecacingan merupakan penyakit infeksi disebabkan oleh parasit cacing yang dapat membahayakan kesehatan. Penyakit kecacingan yang sering menginfeksi dan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cacing tularan tanah merupakan cacing yang paling sering menginfeksi manusia, biasanya hidup di dalam saluran pencernaan manusia (WHO, 2011). Spesies cacing tularan

Lebih terperinci

MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI

MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI Oleh: Muhammad Fawwaz (101211132016) FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA 1 DAFTAR ISI COVER... 1 DAFTAR ISI... 2 BAB I... 3 A. LATAR BELAKANG...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan, salah satu diantaranya adalah penyakit infeksikecacingan yang ditularkan melalui tanah(soil transmitted

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dan masih menghadapi berbagai masalah kesehatan, salah satu diantaranya adalah penyakit kecacingan yang ditularkan melalui tanah.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kurang bersih. Infeksi yang sering berkaitan dengan lingkungan yang kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kurang bersih. Infeksi yang sering berkaitan dengan lingkungan yang kurang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor meningkatnya kejadian infeksi adalah kebiasaan hidup yang kurang bersih. Infeksi yang sering berkaitan dengan lingkungan yang kurang higinis adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ascariasis yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides atau cacing gelang merupakan penyakit usus halus yang pada sebagian besar kasus ditandai dengan sedikit gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejadian kecacingan di Indonesia yang dilaporkan di Kepulauan Seribu ( Agustus 1999 ), jumlah prevalensi total untuk kelompok murid Sekolah Dasar (SD) (95,1 %),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Anak pra sekolah merupakan kelompok yang mempunyai resiko besar terkena gizi kurang. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut tumbuh kembang anak dalam masa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kecacingan merupakan salah satu diantara banyak penyakit yang menjadi masalah masyarakat di Indonesia. Cacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan sekitar 4,5 juta kasus di klinik. Secara epidemiologi, infeksi tersebut

I. PENDAHULUAN. dengan sekitar 4,5 juta kasus di klinik. Secara epidemiologi, infeksi tersebut 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prevalensi parasit usus di seluruh dunia diperkirakan lebih dari 3,5 miliar orang dengan sekitar 4,5 juta kasus di klinik. Secara epidemiologi, infeksi tersebut disebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak Sekolah Dasar merupakan sasaran strategis dalam perbaikan gizi masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan anak sekolah untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terserang berbagai penyakit. (Depkes RI, 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terserang berbagai penyakit. (Depkes RI, 2007) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan aset atau modal utama pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain berfungsi sebagai

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI IBU TENTANG PENCEGAHAN ASCARIASIS ( CACINGAN ) PADA BALITA DI PUSKESMAS TAHTUL YAMAN KOTA JAMBI TAHUN 2015

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI IBU TENTANG PENCEGAHAN ASCARIASIS ( CACINGAN ) PADA BALITA DI PUSKESMAS TAHTUL YAMAN KOTA JAMBI TAHUN 2015 GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI IBU TENTANG PENCEGAHAN ASCARIASIS ( CACINGAN ) PADA BALITA DI PUSKESMAS TAHTUL YAMAN KOTA JAMBI TAHUN 2015 DESCRIPTION OF KNOWLEDGE AND MOTHER S MOTAVATION TOWARD PREVENTION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan infeksi cacing yang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan infeksi cacing yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan infeksi cacing yang bersifat kronis yang ditularkan melalui tanah dan menyerang sekitar 2 milyar penduduk di dunia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi pembangunan kesehatan, yaitu memelihara kesehatan yang bermutu (promotif), menjaga kesehatan (preventif),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih dari satu miliar orang terinfeksi oleh Soil Transmitted Helminth (STH) (Freeman et al, 2015).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kecacingan merupakan penyakit infeksi yang prevalensinya sangat tinggi di Indonesia, terutama cacing usus yang ditularkan melalui tanah atau Soil Transmitted Helminth

Lebih terperinci

xvii Universitas Sumatera Utara

xvii Universitas Sumatera Utara xvii BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Soil Transmitted Helminths Manusia merupakan hospes yang utama untuk beberapa nematoda usus. Sebagian besar dari nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan yang penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tropis dan subtropis. Berdasarkan data dari World Health Organization

I. PENDAHULUAN. tropis dan subtropis. Berdasarkan data dari World Health Organization I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecacingan merupakan masalah kesehatan yang tersebar luas didaerah tropis dan subtropis. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 lebih dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara tropis yang sedang berkembang seperti Indonesia, masih banyak penyakit yang masih menjadi permasalahan di dunia kesehatan, salah satunya adalah infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah untuk proses pematangan sehingga terjadi perubahan dari bentuk non-infektif

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah untuk proses pematangan sehingga terjadi perubahan dari bentuk non-infektif BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Soil Transmitted Helminths (STH) adalah cacing golongan nematoda usus yang penularannya melalui tanah. Dalam siklus hidupnya, cacing ini membutuhkan tanah untuk proses

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, dan Soil Transmitted Helminths. ABSTRACT

ABSTRAK. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, dan Soil Transmitted Helminths. ABSTRACT Jurnal Biotik, ISSN: 2337-9812, Vol. 2, No. 2, Ed. September 2014, Hal. 77-137 HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN DENGAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS () PADA MURID KELAS 1, 2 DAN 3 SDN PERTIWI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (cacing) ke dalam tubuh manusia. Salah satu penyakit kecacingan yang paling

BAB I PENDAHULUAN. (cacing) ke dalam tubuh manusia. Salah satu penyakit kecacingan yang paling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia masih menghadapi masalah tingginya prevalensi penyakit infeksi, terutama yang berkaitan dengan kondisi sanitasi lingkungan yang

Lebih terperinci

FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN

FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN Fitria Nelda Zulita, Gustina Indriati dan Armein Lusi Program Studi

Lebih terperinci

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI Diajukan Oleh : Restian Rudy Oktavianto J500050011 Kepada : FAKULTAS

Lebih terperinci

Pemeriksaan Kualitatif Infestasi Soil Transmitted Helminthes pada Anak SD di Daerah Pesisir Sungai Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Riau

Pemeriksaan Kualitatif Infestasi Soil Transmitted Helminthes pada Anak SD di Daerah Pesisir Sungai Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Riau Pemeriksaan Kualitatif Infestasi Soil Transmitted Helminthes pada Anak SD di Daerah Pesisir Sungai Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Riau Lilly Haslinda, Esy Maryanti, Suri Dwi Lesmana, Mislindawati Abstrak

Lebih terperinci

PREVALENSI INFEKSI CACING USUS YANG DITULARKAN MELALUI TANAH PADA SISWA SD GMIM LAHAI ROY MALALAYANG

PREVALENSI INFEKSI CACING USUS YANG DITULARKAN MELALUI TANAH PADA SISWA SD GMIM LAHAI ROY MALALAYANG MKM Vol. 03 No. 02 Desember 2008 PREVALENSI INFEKSI CACING USUS YANG DITULARKAN MELALUI TANAH PADA SISWA SD GMIM LAHAI ROY MALALAYANG Jansen Loudwik Lalandos 1, Dyah Gita Rambu Kareri 2 Abstract: Kualitas

Lebih terperinci

Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan

Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan sehingga parasit tertelan, kemudian sampai di usus halus bagian atas dan menjadi dewasa. Cacing betina yang dapat bertelur kira-kira 28 hari sesudah infeksi. 2. Siklus Tidak Langsung Pada siklus tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan manusia, yaitu sebagai vektor penular penyakit. Lalat berperan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan manusia, yaitu sebagai vektor penular penyakit. Lalat berperan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lalat merupakan salah satu serangga ordo Diptera yang berperan dalam masalah kesehatan manusia, yaitu sebagai vektor penular penyakit. Lalat berperan sebagai vektor

Lebih terperinci

Efektifitas Dosis Tunggal Berulang Mebendazol500 mg Terhadap Trikuriasis pada Anak-Anak Sekolah Dasar Cigadung dan Cicadas, Bandung Timur

Efektifitas Dosis Tunggal Berulang Mebendazol500 mg Terhadap Trikuriasis pada Anak-Anak Sekolah Dasar Cigadung dan Cicadas, Bandung Timur Efektifitas Dosis Tunggal Berulang Mebendazol500 mg Terhadap Trikuriasis pada Anak-Anak Sekolah Dasar Cigadung dan Cicadas, Bandung Timur Julia Suwandi, Susy Tjahjani, Meilinah Hidayat Bagian Parasitologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Soil-transmitted helminthiasis merupakan. kejadian infeksi satu atau lebih dari 4 spesies cacing

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Soil-transmitted helminthiasis merupakan. kejadian infeksi satu atau lebih dari 4 spesies cacing BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Soil-transmitted helminthiasis merupakan kejadian infeksi satu atau lebih dari 4 spesies cacing parasit usus, antara lain Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura,

Lebih terperinci

Pencegahan Kecacingan dan Peningkatan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar untuk Peningkatan Kualitas Pendidikan

Pencegahan Kecacingan dan Peningkatan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar untuk Peningkatan Kualitas Pendidikan Pencegahan Kecacingan dan Peningkatan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar untuk Peningkatan Kualitas Pendidikan Reni Zuraida, Efrida Warganegara, Dyah Wulan Sumekar, Ety Aprilliana Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain

BAB 1 PENDAHULUAN. depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak sekolah merupakan aset atau modal utama pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan menjangkiti banyak manusia di seluruh dunia. Sampai saat ini penyakit kecacingan masih tetap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Cacingan Cacing merupakan salah satu parasit pada manusia dan hewan yang sifatnya merugikan dimana manusia merupakan hospes untuk beberapa jenis cacing yang termasuk

Lebih terperinci

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER PENGAMATAN EPIDEMIOLOGI HASIL PEMERIKSAAN KECACINGAN di SD MUH. KEDUNGGONG, SD DUKUH NGESTIHARJO,SDN I BENDUNGAN dan SD CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

Lebih terperinci

Kebijakan Penanggulangan Kecacingan Terintegrasi di 100 Kabupaten Stunting

Kebijakan Penanggulangan Kecacingan Terintegrasi di 100 Kabupaten Stunting Kebijakan Penanggulangan Kecacingan Terintegrasi di 100 Kabupaten Stunting drg. R. Vensya Sitohang, M.Epid Direktur P2PTVZ, Ditjen P2P, Kemenkes SITUASI CACINGAN Lebih dari 1.5 milyar orang atau 24% penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kebijakan pembangunan kesehatan telah ditetapkan beberapa program dan salah satu program yang mendukung bidang kesehatan ialah program upaya kesehatan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global, khususnya di negara-negara berkembang pada daerah tropis dan

Lebih terperinci

Gambaran Kejadian Kecacingan Dan Higiene Perorangan Pada Anak Jalanan Di Kecamatan Mariso Kota Makassar Tahun 2014

Gambaran Kejadian Kecacingan Dan Higiene Perorangan Pada Anak Jalanan Di Kecamatan Mariso Kota Makassar Tahun 2014 Al-Sihah : Public Health Science Journal 12-18 Gambaran Kejadian Kecacingan Dan Higiene Perorangan Pada Anak Jalanan Di Kecamatan Mariso Kota Makassar Tahun 2014 Azriful 1, Tri Hardiyanti Rahmawan 2 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit infeksi cacing usus terutama yang. umum di seluruh dunia. Mereka ditularkan melalui telur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit infeksi cacing usus terutama yang. umum di seluruh dunia. Mereka ditularkan melalui telur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi cacing usus terutama yang ditularkan melalui tanah atau disebut soil-transmitted helmint infections merupakan salah satu infeksi paling umum di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi cacing usus masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Hal ini dapat dimengerti mengingat bahwa Indonesia

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU ANAK SEKOLAH DASAR NO HATOGUAN TERHADAP INFEKSI CACING PERUT DI KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2005

HUBUNGAN PERILAKU ANAK SEKOLAH DASAR NO HATOGUAN TERHADAP INFEKSI CACING PERUT DI KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2005 HUBUNGAN PERILAKU ANAK SEKOLAH DASAR NO.174593 HATOGUAN TERHADAP INFEKSI CACING PERUT DI KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2005 Oleh: Rahmat A. Dachi,S.K.M., M.Kes. PENDAHULUAN Penyakit cacingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Infeksi cacing masih merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang penting di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Infeksi cacing masih merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang penting di negara berkembang, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Infeksi cacing masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting di negara berkembang, terutama di daerah tropis dan subtropis seperti Afrika, Asia,

Lebih terperinci

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I (Bagian Parasitologi) Pengertian Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari jasad renik yang hidup pada jasad lain di dalam maupun di luar tubuh dengan maksud mengambil

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id la l b T'b ', */'i I. PENDAHULUAN zt=r- (ttrt u1 II. JENIS PENYAKIT CACINGA}I '"/ *

bio.unsoed.ac.id la l b T'b ', */'i I. PENDAHULUAN zt=r- (ttrt u1 II. JENIS PENYAKIT CACINGA}I '/ * i zt=r- (ttrt u1 la l b T'b ', */'i '"/ * I. JENIS.JENIS CACING PARASIT USUS YANG UMUM MENYERANG ANAK SEKOLAH DASAR-) Oleh : Dr. Bambang Heru Budianto, MS.**) I. PENDAHULUAN Penyakit cacing usus oleh masyarakat

Lebih terperinci

Lampiran I. Oktaviani Ririn Lamara Jurusan Kesehatan Masyarakat ABSTRAK

Lampiran I. Oktaviani Ririn Lamara Jurusan Kesehatan Masyarakat ABSTRAK Lampiran I HUBUNGAN PERSONAL HIGIENE DENGAN KANDUNGAN TELUR CACING PADA KOTORAN KUKU PEKERJA BIOGAS DI DESA TANJUNG HARAPAN KECEMATAN WONOSARI KABUPATEN BOALEMO TAHUN 2013 Oktaviani Ririn Lamara 811 409

Lebih terperinci

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA PREVALENSI INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTH PADA MURID MADRASAH IBTIDAIYAH ISLAMIYAH DI DESA SIMBANG WETAN KECAMATAN BUARAN KOTA PEKALONGAN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan sebagai syarat kelulusan program

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan yang sehat telah diatur dalam undang-undang pokok kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan yang sehat telah diatur dalam undang-undang pokok kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang, agar dapat mewujudkan derajad kesehatan yang optimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah (soil transmitted helmithiasis) disebut juga penyakit infeksi kecacingan STH, masih merupakan problema kesehatan

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN PREVALENSI INFEKSI CACING TULARAN TANAH DAN PERILAKU SISWA SD DI DATARAN TINGGI DAN SISWA SD DI DATARAN RENDAH

ABSTRAK PERBANDINGAN PREVALENSI INFEKSI CACING TULARAN TANAH DAN PERILAKU SISWA SD DI DATARAN TINGGI DAN SISWA SD DI DATARAN RENDAH ABSTRAK PERBANDINGAN PREVALENSI INFEKSI CACING TULARAN TANAH DAN PERILAKU SISWA SD DI DATARAN TINGGI DAN SISWA SD DI DATARAN RENDAH Vita Victoria Sinarya, 2011 Pembimbing I: Dr. Meilinah Hidayat, dr.,

Lebih terperinci

PREVALENSI NEMATODA USUS GOLONGAN SOIL TRANSMITTED HELMINTHES (STH) PADA PETERNAK DI LINGKUNGAN GATEP KELURAHAN AMPENAN SELATAN

PREVALENSI NEMATODA USUS GOLONGAN SOIL TRANSMITTED HELMINTHES (STH) PADA PETERNAK DI LINGKUNGAN GATEP KELURAHAN AMPENAN SELATAN ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah45 PREVALENSI NEMATODA USUS GOLONGAN SOIL TRANSMITTED HELMINTHES (STH) PADA PETERNAK DI LINGKUNGAN GATEP KELURAHAN AMPENAN SELATAN Oleh : Ersandhi Resnhaleksmana Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Pada tahun 2007, infeksi cacing di seluruh dunia mencapai 650 juta sampai 1 milyar orang, dengan prevalensi paling tinggi di daerah tropis. Populasi di daerah pedesaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Soil transmitted helminth (STH) merupakan cacing usus yang dapat. menginfeksi manusia dengan empat spesies utama yaitu Ascaris

BAB I PENDAHULUAN. Soil transmitted helminth (STH) merupakan cacing usus yang dapat. menginfeksi manusia dengan empat spesies utama yaitu Ascaris BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Soil transmitted helminth (STH) merupakan cacing usus yang dapat menginfeksi manusia dengan empat spesies utama yaitu Ascaris lumbricoides (cacing gelang),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. belum mendapatkan perhatian serius, sehingga digolongkan dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. belum mendapatkan perhatian serius, sehingga digolongkan dalam penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit akibat infeksi kecacingan masih dipandang sebelah mata dan belum mendapatkan perhatian serius, sehingga digolongkan dalam penyakit infeksi yang terabaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi cacing atau kecacingan merupakan permasalahan kesehatan masyarakat yang utama di negara miskin atau negara berkembang, dan menempati urutan tertinggi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak bagi setiap warga Negara Indonesia, termasuk anak-anak. Setiap orang tua mengharapkan anaknya tumbuh dan berkembang secara sehat dan

Lebih terperinci

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFEKSI CACINGAN PADA ANAK DI SDN 01 PASIRLANGU CISARUA

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFEKSI CACINGAN PADA ANAK DI SDN 01 PASIRLANGU CISARUA GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFEKSI CACINGAN PADA ANAK DI SDN 01 PASIRLANGU CISARUA Adisti Andaruni 1 Sari Fatimah 1 Bangun Simangunsong 2 1 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran, Bandung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

BAB I PENDAHULUAN. panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

PREVALENSI CACING USUS MELALUI PEMERIKSAAN KEROKAN KUKU PADA SISWA SDN PONDOKREJO 4 DUSUN KOMBONGAN KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

PREVALENSI CACING USUS MELALUI PEMERIKSAAN KEROKAN KUKU PADA SISWA SDN PONDOKREJO 4 DUSUN KOMBONGAN KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI PREVALENSI CACING USUS MELALUI PEMERIKSAAN KEROKAN KUKU PADA SISWA SDN PONDOKREJO 4 DUSUN KOMBONGAN KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh: KHOIRUN NISA NIM. 031610101084 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. satu kejadian yang masih marak terjadi hingga saat ini adalah penyakit kecacingan

BAB 1 PENDAHULUAN. satu kejadian yang masih marak terjadi hingga saat ini adalah penyakit kecacingan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang berada di daerah khatulistiwa membuat negara Indonesia memiliki iklim tropis yang sangat mendukung terjadinya masalah infeksi. Salah satu kejadian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, utamanya penyakit infeksi (Notoatmodjo S, 2004). Salah satu penyakit infeksi pada balita adalah diare.

Lebih terperinci

PENGETAHUAN IBU TENTANG PENYAKIT INFLUENZA PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN

PENGETAHUAN IBU TENTANG PENYAKIT INFLUENZA PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENYAKIT INFLUENZA PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN Danang Hasiholan Akademi Keperawatan Pamenang, Pare - Kediri ABSTRAK Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran nafas tersering

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYAKIT CACINGAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYAKIT CACINGAN SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYAKIT CACINGAN Oleh : Kelompok 7 Program Profesi PSIK Reguler A Prilly Priskylia 115070200111004 Youshian Elmy 115070200111032 Defi Destyaweny 115070200111042 Fenti Diah

Lebih terperinci

BAB II HIDUP SEHAT UNTUK MENCEGAH PENYAKIT CACINGAN. merugikan, manusia merupakan hospes (inang) beberapa nematoda

BAB II HIDUP SEHAT UNTUK MENCEGAH PENYAKIT CACINGAN. merugikan, manusia merupakan hospes (inang) beberapa nematoda BAB II HIDUP SEHAT UNTUK MENCEGAH PENYAKIT CACINGAN 2.1 Penyakit Cacingan Cacingan merupakan parasit manusia dan hewan yang sifatnya merugikan, manusia merupakan hospes (inang) beberapa nematoda usus.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kerja. Tenaga kerja yang terpapar dengan potensi bahaya lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kerja. Tenaga kerja yang terpapar dengan potensi bahaya lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di sebuah industri sangat penting untuk dilakukan tanpa memandang industri tersebut berskala besar ataupun kecil dan

Lebih terperinci

HELMINTH INFECTION OF CHILDREN IN NGEMPLAK SENENG VILLAGE, KLATEN. Fitri Nadifah, Desto Arisandi, Nurlaili Farida Muhajir

HELMINTH INFECTION OF CHILDREN IN NGEMPLAK SENENG VILLAGE, KLATEN. Fitri Nadifah, Desto Arisandi, Nurlaili Farida Muhajir HELMINTH INFECTION OF CHILDREN IN NGEMPLAK SENENG VILLAGE, KLATEN Fitri Nadifah, Desto Arisandi, Nurlaili Farida Muhajir 1 Program Studi D3 Analis Kesehatan STIKES Guna Bangsa Yogyakarta Jl.Ringroad Utara

Lebih terperinci

SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO

SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO Zainudin Lakodi NIM 811409110 Program study Kesehatan Masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terbentang antara 6 o garis Lintang Utara sampai 11 o. terletak antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terbentang antara 6 o garis Lintang Utara sampai 11 o. terletak antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terbentang antara 6 o garis Lintang Utara sampai 11 o garis Lintang Selatan, dan dari 97 o sampai 141 o garis Bujur Timur serta terletak antara dua

Lebih terperinci

PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR BALITA

PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR BALITA JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman 30 35 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnursing PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR BALITA Adinda Nola Karina 1), Bambang

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN PENYAKIT CACINGAN (HELMINTHIASIS) PADA WALI MURID SDN 1, 2, 3, DAN 4 MULYOAGUNG, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR

GAMBARAN PENGETAHUAN PENYAKIT CACINGAN (HELMINTHIASIS) PADA WALI MURID SDN 1, 2, 3, DAN 4 MULYOAGUNG, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR Jurnal Preventia, Vol... No... Juli 2017 2 GAMBARAN PENGETAHUAN PENYAKIT CACINGAN (HELMINTHIASIS) PADA WALI MURID SDN 1, 2, 3, DAN 4 MULYOAGUNG, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR Dhia Irfan Hanif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Suzuki Metode Suzuki adalah suatu metode yang digunakan untuk pemeriksaan telur Soil Transmitted Helmints dalam tanah. Metode ini menggunakan Sulfas Magnesium yang didasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah BAB 1 PENDAHULUAN Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, identifikasi kerangka kerja konseptual, pertanyaan penelitian, variabel penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Visi pembangunan kesehatan yaitu hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat diantaranya memiliki kemampuan hidup sehat, memiliki kemampuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang, salah satunya adalah Indonesia. Helminthiasis atau

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang, salah satunya adalah Indonesia. Helminthiasis atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi cacing usus adalah salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi di negara berkembang, salah satunya adalah Indonesia. Helminthiasis atau kecacingan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesepakatan internasional untuk mengatasi masalah-masalah kependudukan tertuang dalam Millemium Development Goal s (MDG S). Terdapat 8 sasaran yang akan dicapai dalam

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 2.1 Helminthiasis Cacing merupakan parasit yang bisa terdapat pada manusia dan hewan yang sifatnya merugikan dimana manusia merupakan hospes dari beberapa Nematoda usus. Sebagian besar daripada Nematoda

Lebih terperinci

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA ORAL

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA ORAL PERILAKU MASYARAKAT TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA ORAL Hurun Ain 1 *), Mustayah 2 *) Feris Septian 3 *) ABSTRAK Pelayanan pembelian antibiotika secara bebas oleh penyedia obat mendorong perilaku swamedikasi

Lebih terperinci

SOSIALISASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK-ANAK TINGKAT SEKOLAH DASAR DI DESA TABORE KECAMATAN MENTANGAI KALIMANTAN TENGAH

SOSIALISASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK-ANAK TINGKAT SEKOLAH DASAR DI DESA TABORE KECAMATAN MENTANGAI KALIMANTAN TENGAH ARTIKEL PENGABDIAN SOSIALISASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK-ANAK TINGKAT SEKOLAH DASAR DI DESA TABORE KECAMATAN MENTANGAI KALIMANTAN TENGAH Rezqi Handayani 1, Susi Novaryatiin 1, Syahrida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Infeksi cacing merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang paling penting di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Infeksi cacing merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang paling penting di seluruh BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Infeksi cacing merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang paling penting di seluruh dunia, terutama didaerah tropis dan subtropis seperti Afrika, Asia, Amerika

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Askariasis adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides. Parasit ini bersifat kosmopolitan karena tersebar luas di seluruh dunia terutama di daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menentukan kualitas sumber daya manusia adalah asupan nutrisi pada

BAB I PENDAHULUAN. yang menentukan kualitas sumber daya manusia adalah asupan nutrisi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak adalah masa depan bangsa dan untuk menjadi bangsa yang besar diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu faktor penting yang menentukan kualitas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh. Yoga Wicaksana NIM

SKRIPSI. Oleh. Yoga Wicaksana NIM FAKTOR-FAKTOR RISIKO TERJADINYA INFEKSI KECACINGAN (ASCARIS LUMBRICOIDES DAN TRICHURIS TRICHIURA) PADA MURID SDN III SEPUTIH KECAMATAN MAYANG KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh Yoga Wicaksana NIM 032010101062

Lebih terperinci

Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA STATUS EKONOMI, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENYAKIT KECACINGAN DENGAN INFESTASI CACING PADA SISWA KELAS IV, V DAN VI DI SD NEGERI 47 KOTA MANADO ABSTRACT Eka Muriani

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE PENELITIAN PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE Andreas A.N*, Titi Astuti**, Siti Fatonah** Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang abnormal, ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lumbricoides) yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted

BAB I PENDAHULUAN. lumbricoides) yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi cacing merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling sering ditemukan di negara-negara berkembang (Rasmaliah, 2001). Jenis cacing yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini sebagian besar masyarakat di dunia telah memahami mengenai arti penting kesehatan, baik kesehatan diri sendiri maupun kesehatan lingkungan. Arti penting

Lebih terperinci