BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo a. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo Kecamatan Polokarto merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sukoharjo. Kecamatan Polokarto terletak di dataran tinggi, dengan tinggii 96 m di atas permukaan laut. Dengan jarak dari barat ke timur ± 20 km, jarak dari utara ke selatan ± 8 km. Jarak dari ibukota kecamatan ke ibukota Kabupaten Sukoharjo ± 9 km. Adapun batas-batas Kecamatan Polokarto yakni: a. Sebelah utara : Kecamatan Mojolaban, b. Sebelah timur : Kabupaten Karanganyar, c. Sebelah selatan : Kecamatan Bendosari d. Sebelah barat : Kecamatan Grogol. Gambar 4.1 Peta Administratif Kecamatan Sukoharjo sebagai Lokasi Penelitian Polokarto, Kabupaten Kecamatan Polokarto mempunyai jumlah desa sebanyak 17 desa, dengan jumlah Rukun Warga (RW) terbesar pada Desa Polokarto yaitu 13 RW, sedangkan yang terkecil commit terdapat to user pada Desa Pranan dan Karangwuni 57

2 58 yaitu sebesar 4 RW. Jumlah Rukun Tetangga (RT) terbesar terdapat pada Desa Mranggen yaitu sebesar 40 RT, sedangkan yang terkecil terdapat pada Desa Karangwuni. Pembagian desa, RW, dan RT dapat dilihat selengkapnya pada table dibawah ini. Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Administrasi (RW dan RT) Menurut Desa Tahun 2014 di Kecamatan Polokarto No Desa RW RT 1 Pranan Karangwuni Bugel Ngombakan Bakalan Godog Kemasan Kenokorejo Tepisari Bulu Rejosari Polokarto Mranggen Wonorejo Jatisobo Kayuapak Genengsari 5 17 Jumlah Sumber : Kecamatan Polokarto dalam angka 2013 BPS Kabupaten Sukoharjo

3 59 b. Keadaan Penduduk Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo Penduduk Kecamatan Polokarto berjumlah jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata jiwa/ km². Komposisi penduduk menurut jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan perempuan. Untuk lebih jelas keadaan penduduk di Kecamatan Polokarto dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.2 Luas Daerah, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga Kepadatan Penduduk Per Km² No Desa Jumlah Kepadatan Luas Jumlah Rumah Penduduk Daerah Penduduk Tangga (Jiwa/Km²) 1 Pranan Karangwuni Bugel Ngombakan Bakalan Godog Kemasan Kenokorejo Tepisari Bulu Rejosari Polokarto Mranggen Wonorejo Jatisobo Kayuapak Genengsari JUMLAH commit 6218 to user

4 60 Sumber : Kecamatan Polokarto dalam angka tahun 2014 BPS Kabupaten Sukoharjo Dari tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa Desa Tepisari mempunyai luas daerah yang terbesar (616 Ha), sedangkan luas yang terkecil yaitu Desa Bugel (514 Ha). Desa Tepisari dengan luas daerah yang terbesar sebagian besar terdiri dari hutan negara 225 Ha, tanah pekarangan 155 Ha, tanah sawah 143 Ha, dan tanah tegal 57 Ha, serta lainnya 6 Ha. Jumlah penduduk terbesar ada pada Desa Mranggen sebesar jiwa dengan jumlah rumah tangga sebesar 2327 jiwa. Desa Mranggen merupakan pusat pemerintahandan administrative untuk Kecamatan Polokarto sehingga sangat wajar bila mempunyai penduduk terbesar. Sedangkan penduduk terkecil ada pada Desa Karangwuni sebesar 2832 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebesar 652 jiwa. Hal ini dimungkinkan karena luas wilayah di Desa Karangwuni sebagian besar adalah adalah tanah sawah (121 Ha) sedangkan tanah pekarangan hanya sebesar (46 Ha). Kepadatan penduduk terbesar ada pada Desa Wonorejo (21 jiwa/ Ha) sedangkan kepadatan penduduk terkecil ada pada Desa Tepisari (5 jiwa/ Ha). Program penghijauan di Kabupaten Sukoharjo salah satunya yang dijadikan proyek percontohan hutan desa dialokasikan di Desa Tepisari sehingga wajar apabila kepadatan penduduknya sangat kecil. Kebutuhan sarana dan social meliputi sarana pendidikan dan kebutuhan dasar di Kecamatan Polokarto relative tercukupi, terbukti dengan adanya sekolah dasar dan bidan desa di setiap desa. Jumlah TK tercatat sebanyak 33 unit, SD sebanyak 47 unit, SMP sebanyak 6 unit dan SMA/SMK ada 3 unit. Peningkatan sarana kesehatan sangat dibutuhkan sebagai upaya dalam peningkatan kesjahteraan masyarakat, selain pemerintah peran swasta cukup tinggi. Pada tahun 2013 untuk jumlah Puskesmas sebanyak 1 yaitu di Desa Mranggen. Selain itu juga ada Puskesmas Pembantu sebanyak 5 unit, Rumah Bersalin 1 unit, Poskesdes 17 unit, dan praktek dokter commit sebanyak to user 10 unit. Sedangkan untuk tenaga

5 61 kesehatan terdapat 1 orang dokter umum, 43 orang bidan, dan 130 orang mantri kesehatan/ perawat. Pemerintah Kabupaten Sukoharjo, mengusulkan kepada Kementrian Sosial Republik Indonesia untuk mengikutsertakan Kabupaten Sukoharjo dalam Program Keluarga Harapan (PKH). Dan untuk semua kecamatan yang ada di Kabupaten Sukoharjo untuk mengikuti Program Keluarga Harapan. Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan program bantuan tunai untuk Keluarga Sangat Miskin (KSM) dengan menetapkan syarat, ketentuan dan kewajiban bagi yang ditetapkan sebagai peserta PKH. PKH sendiri mempunyai tujuan umum yakni Meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta mengubah perilaku peserta PKH untuk memeriksakan ibu hamil/nifas/balita ke Fasilitas Kesehatan dan mengirimkan anak ke Sekolah dan Fasilitas Pendidikan dan tujuan khusus yaitu Meningkatkan kualitas kesehatan, meningkatkan taraf pendidikan anak, dan meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan. Pada Bulan September Tahun 2013, PKH mulai aktif di Kabupaten Sukoharjo dan dapat diakses di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Sukoharjo sejumlah 12 kecamatan dan 128 desa. Pada awal program, jumlah Keluarga Sangat Miskin yang harus divalidasi oleh pendamping sebanyak KSM. Data awal yang diterima Dinas Sosial, untuk Kecamatan Polokarto sebanyak jiwa. Data tersebut adalah data terbanyak dari 12 kecamatan di Kabupaten Sukoharjo. Hal itu dikarenakan Kecamatan Polokarto memiliki warga miskin yang cukup banyak bila dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Sukoharjo. Pelaksanaan Program Keluarga Harapan, menjadikan salah satu usaha pemerintah untuk memenuhi hak warga miskin dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Terutama untuk ibu hamil dan balita yang rentan kesehatannya.

6 62 2. Gambaran Umum Program Keluarga Harapan Secara eksplisit negara melalui konstitusi mengamanatkan bahwa Negara memelihara fakir miskin dan anak-anak yang terlantar,mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan, serta bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan sosial yang layak yang diatur dengan undang-undang UUD 1945). Sejalan dengan ini, Edi Suharto (2007) mengungkapkan: Sebagai salah satu bentuk kebijakan sosial dan public goods, pelayanan sosial tidak dapat dan tidak boleh diserahkan begitu saja kepada masyarakat dan pihak swasta. Sebagai lembaga yang memiliki legitimasi publik yang dipilih dan dibiayai oleh rakyat, negara memiliki kewajiban (obligation) dalam memenuhi (to fulfill), melindungi (to protect) dan menghargai (to respect) hak-hak dasar, ekonomi, dan budaya warganya. Mandat negara untuk melaksanakan pelayanan sosial lebih kuat daripada masyarakat atau dunia usaha. Berdasarkan konvensi internasional, mandat negara dalam pelayanan sosial bersifat wajib. Sedangkan, mandat masyarakat dan dunia usaha dalam pelayanan sosial bersifat tanggungjawab (responsibility). Di samping UUD 1945, terdapat sejumlah peraturan perundangundangan yang menjamin hak kelompok masyarakat miskin. Sejalan dengan ketentuan tersebut, kebijakan penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan 4 (empat) strategi utama, yaitu perlindungan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan UKM dan pembangunan infrastruktur pedesaan. PKH merupakan program lintas Kementerian dan Lembaga, karena aktor utamanya adalah dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen Sosial, Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama, Departemen Komunikasi dan lnformatika, dan Badan Pusat Statistik. Untuk mensukseskan program tersebut, maka dibantu oleh Tim Tenaga ahli PKH dan konsultan World Bank. PKH sebenamya telah dilaksanakan di berbagai negara, khususnya negara-negara Amerika Latin dengan nama program yang bervariasi. Namun secara konseptual, istilah aslinya adalah Conditional Cash Transfers (CCT), yang diterjemahkan menjadi Bantuan Tunai Bersyarat.

7 63 Dengan perkataan lain, Program Keluarga Harapan atau yang selanjutnya disingkat PKH, merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mengembangkan sistem perlindungan sosial dan strategi intervensi pengentasan kemiskinan di Indonesia dengan mengadopsi Bantuan Tunai Bersyarat (Conditional Cash Transfers) yang sudah banyak diterapkan di berbagai negara. Semakna dengan amanat yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada Pasal 34 ayat 3 yang berbunyi fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara, maka PKH harus bisa membuktikan secara empiris sehingga pengembangannya memiliki bukti yang nyata yang bisa dipertanggungjawabkan sebagai wujud nyata dari Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat 3. Selain UUD 1945 Pasal 34 ayat 3, landasan hukum dari PKH adalah: 1. UU No. 40 Tahun 2004 tentang Jaminan Sosial Nasional, 2. UU No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, 3. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, 4. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tindak Percepatan Pencapaian Sasaran Program Pro-Rakyat, dan 5. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. PKH juga dimaksudkan sebagai bagian dari upaya pencapaian Millennium Development Goals. Tujuan Pembangunan Milenium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara 189 negara anggota PBB untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, kelestarian lingkungan hidup, serta membangun kemitraan global dalam pembangunan. Tujuan pembangunan Milenium ditargetkan untuk dapat dicapai pada tahun commit to user

8 64 Merujuk pada Sistem Jaminan Sosial Nasional berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2004, PKH menjadi model jaminan yang unik. Di satu sisi, PKH merupakan bantuan sosial yang dimaksudkan demi mempertahankan kehidupan (life survival) dalam kebutuhan dasar terutama pendidikan dan kesehatan. Di sisi lain, PKH bernuansa pemberdayaan yakni menguatkan rumah tangga miskin agar mampu keluar dari kemiskinannya melalui promosi kesehatan dan mendorong anak bersekolah. Dana yang diberikan kepada Rumah Tangga Sangat Miskin secara tunai melalui Kantor Pos dimaksudkan agar penerima dapat mengakses fasilitas pendidikan dan kesehatan yakni anak-anak harus bersekolah hingga SMP, anak balita harus mendapatkan imunisasi, dan ibu hamil harus memeriksakan kandungan secara rutin (berkala). Fokus persyaratan PKH adalah penurunan kemiskinan, tanggung jawab publik, investasi kapital/modal manusia dan memelihara modal manusia yang ada saat ini. PKH menuntut perubahan perilaku yang membawa manfaat dalam beberapa hal, dan mengasumsikan bahwa uang akan memampukan penerimanya melakukan itu. Dengan kata lain, diasumsikan bahwa bantuan tunai lah yang memastikan penerimanya untuk memeriksakan kesehatan dan sekolah, pelayanan kesehatan dan sekolah tersedia. Bantuan tunai merupakan insentif yang tepat untuk mendorong kehadiran itu dan peningkatan status kesehatan dan kehadiran sekolah akan berdampak pada prestasi sekolah, dan dengan begitu akan memperbaiki kualitas hidup dan membuka berbagai kesempatan dalam hidup. Menurut definisinya, Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program yang memberikan bantuan tunai kepada Keluarga Sangat Miskin (KSM). Sebagai imbalannya KSM diwajibkan memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia, yaitu pendidikan dan kesehatan. UPPKH adalah unit pengelola PKH yang dibentuk baik di pusat dan daerah. Di Pusat adalah UPPKH Pusat dan di Daerah adalah UPPKH Kabupaten/ Kota. Peserta commit PKH to user adalah KSM yang memenuhi satu

9 65 atau beberapa kriteria yaitu memiliki Ibu hamil/ nifas, anak balita atau anak usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan SD, anak usia SD dan SLTP dan anak tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar. Pendamping PKH adalah pekerja sosial yang direkrut oleh UPPKH melalui proses seleksi dan pelatihan untuk melaksanakan tugas pendampingan KSM penerima program dan membantu kelancaran pelaksanaan PKH. Penyelenggaraan PKH bersifat multisektor baik di Pusat maupun di Daerah yang melibatkan instansi pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan hingga Desa serta masyarakat. Tujuan umum PKH adalah untuk mengurangi angka dan memutus rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, serta merubah perilaku KSM yang relatif kurang mendukung peningkatan kesejahteraan. Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya mempercepat pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs). Secara khusus, tujuan PKH terdiri atas: 1) Meningkatkan status sosial ekonomi KSM; 2) Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, anak balita dan anak usia 5-7 tahun yang belum masuk sekolah dasar dari KSM; 3) Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan, khususnya bagi anak-anak KSM; 4) Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak KSM. Selain itu, PKH menjamin hak-hak warga miskin dalam hal kesehatan, hak disini diwujudkan melalui pemberian bantuan berupa uang tunai agar warga miskin yang mendapatkan PKH dapat memeriksakan kesehatannya di pelayanan kesehatan yang ada, selain itu di bidang kesehatan, mereka juga memperoleh pelayanan berupa pemeriksaan untuk ibu hamil tiga kali selama masa kehamilan, memberikan balita vitamin dan pelayanan kesehatan terkait dengan kondisi kesehatan peserta. Program PKH dilaksanakan secara berkelanjutan yang dimulai dengan uji coba di beberapa propinsi. Tujuan uji coba adalah untuk menguji berbagai instrumen yang diperlukan dalam pelaksanaan PKH, seperti antara lain

10 66 metode penentuan sasaran, validasi data, verifikasi persyaratan, mekanisme pembayaran, pengaduan masyarakat. Pasca uji coba, PKH diharapkan dapat dilaksanakan di seluruh provinsi setidaknya sampai dengan tahun 2015, sesuai komitmen pencapaian MDGs. Selama periode tersebut, target penerima (beneficiaries) akan ditingkatkan secara bertahap hingga mencakup seluruh KSM. Peserta PKH yang masih memenuhi kriteria dan persyaratan dimungkinkan menerima bantuan selama maksimal 6 tahun. Untuk itu, setiap 3 tahun akan dievaluasi dalam rangka resertifikasi terhadap status kepesertaan. Apabila setelah resertifikasi 3 tahun peserta dinilai tidak lagi memenuhi persyaratan, maka KSM dikeluarkan sebagai penerima PKH (exit strategy). Namun jika sebelum 3 tahun menurut hasil verifikasi status kemiskinan oleh UPPKH Pusat bersama BPS ditemukan bahwa KSM sudah meningkat kesejahteraannya dan atau tidak lagi layak sebagai KSM sesuai kriteria yang ditetapkan, maka yang bersangkutan dikeluarkan dari kepesertaan PKH pada akhir tahun yang berjalan. Apabila setelah 6 tahun kondisi KSM masih berada di bawah garis kemiskinan, maka untuk exit strategy PKH berkoordinasi dengan program terkait lainnya untuk rujukan (referral system), seperti antara lain ketenagakerjaan, perindustrian, perdagangan, pertanian, pemberdayaan masyarakat. Pada rencana awal pelaksanaan PKH telah disusun tahapan cakupan penerima termasuk pendanaannya yang dimulai sejak tahun 2007 hingga setidaknya Dalam proses perjalanan PKH hingga 2009 target tersebut belum dapat tercapai karena berbagai alasan antara lain tidak tersedianya data yang sesuai dengan kriteria, keterbatasan dana APBN. Dalam rangka memperluas cakupan sasaran, pengembangan PKH tetap dilaksanakan khususnya pada perluasan kecamatan di provinsi yang telah melaksanakan PKH. PKH memberikan bantuan tunai kepada KSM dengan mewajibkan KSM tersebut mengikuti persyaratan yang ditetapkan program. Dalam pengertian PKH jelas disebutkan bahwa komponen yang menjadi fokus utama adalah bidang commit kesehatan to user dan pendidikan. Tujuan utama

11 67 PKH Kesehatan adalah meningkatkan status kesehatan ibu dan anak di Indonesia, khususnya bagi kelompok masyarakat sangat miskin, melalui pemberian insentif untuk melakukan kunjungan kesehatan yang bersifat preventif (pencegahan, dan bukan pengobatan). Seluruh peserta PKH merupakan penerima jasa kesehatan gratis yang disediakan oleh program Askeskin dan program lain yang diperuntukkan bagi orang tidak mampu. Karenanya, kartu PKH bisa digunakan sebagai alat identitas untuk memperoleh pelayanan tersebut. Komponen pendidikan dalam PKH dikembangkan untuk meningkatkan angka partisipasi pendidikan dasar wajib 9 tahun serta upaya mengurangi angka pekerja anak pada keluarga yang sangat miskin. Berkaitan dengan kesehatan, KSM yang sudah ditetapkan menjadi peserta PKH dan memiliki kartu PKH, diwajibkan memenuhi persyaratan kesehatan yang sudah ditetapkan dalam protokol pelayanan kesehatan. Adapun peserta PKH yang dikenakan kewajiban dalam hal kesehatan adalah KSM yang memiliki Ibu hamil/nifas, anak balita atau anak usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan SD. Kewajiban dimaksud dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 4.3 Hak Pelayanan Kesehatan bagi Peserta Kategori Peserta Anak usia 0-6 tahun Pelayanan Kesehatan 1. Anak usia 0-28 hari (neonatus) harus diperiksa kesehatannya sebanyak 3 kali 2. Anak usia 0-11 bulan harus diimunisasi lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B) dan ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan. 3. Anak usia 6-11 bulan harus mendapatkan Vitamin A minimal sebanyak 2 (dua) kali commit dalam to setahun user yaitu bulan Februari dan

12 68 Agustus. 4. Anak usia bulan perlu mendapatkan imunisasi tambahan dan ditimbang berat badannya secara rutin setiap 3 (tiga) bulan. Anak usia 5-6 tahun ditimbang berat badannya secara rutin setiap 3 (tiga) bulan untuk dipantau tumbuh kembangnya dan atau mengikuti program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD/Early Childhood Education) apabila di lokasi/posyandu terdekat terdapat fasilitas PAUD. Ibu hamil dan ibu nifas 1. Selama kehamilan, ibu hamil harus melakukan pemeriksaan kehamilan di fasilitas kesehatan sebanyak 4 (empat) kali yaitu sekali pada usia kehamilan 3 bulan I, sekali pada usia kehamilan 3 bulan II, dua kali pada 3 bulan terakhir, dan mendapatkan suplemen tablet Fe. 2. Ibu melahirkan harus ditolong oleh tenaga kesehatan. 3. Ibu nifas harus melakukan pemeriksaan/diperiksa kesehatannya setidaknya 3 (tiga) kali pada minggu I, IV dan VI setelah melahirkan. Program Keluarga Harapan bidang kesehatan mensyaratkan peserta PKH (yaitu ibu hamil, ibu nifas dan anak usia < 6 tahun) melakukan kunjungan rutin ke berbagai sarana kesehatan. Oleh karena itu, program ini secara langsung akan mendukung pencapaian target program kesehatan. Di samping itu, PKH juga merupakan bagian yang tidak terlepaskan dengan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin (JPKMM). Selain itu, PKH juga memberikan bantuan

13 69 tunai berupa uang, yang selanjutnya uang nanti dimanfaatkan untuk bidang pendidikan dan memenuhi beberapa kebutuhan rumah tangga lainnya. Besaran bantuan tunai untuk peserta PKH bervariasi tergantung jumlah anggota keluarga yang diperhitungkan dalam penerimaan bantuan, baik komponen kesehatan maupun pendidikan. Besaran bantuan ini di kemudian hari bisa berubah sesuai dengan kondisi keluarga saat itu atau bila peserta tidak dapat memenuhi syarat yang ditentukan. Besaran bantuan tunai terdapat pada tabel 1.2 dibawah ini Tabel 4.4 Besaran Bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) Skenario Bantuan Bantuan per KSM per tahun Bantuan tetap Rp Bantuan bagi KSM yang memiliki: a. Anak usia di bawah 6 tahun Rp b. Ibu hamil/menyusui Rp c. Anak usia SD/MI d. Anak usia SMP/MTs Rata-rata bantuan per KSM Bantuan minimum per KSM Bantuan maksimum per KSM Rp Rp Rp Rp Rp Dengan catatan bahwa bantuan terkait kesehatan berlaku bagi RTSM dengan anak di bawah 6 tahun dan/atau ibu hamil/nifas. Besar bantuan ini tidak dihitung berdasarkan jumlah anak.besar bantuan adalah 16% rata-rata pendapatan KSM per tahun.batas minimum dan maksimum adalah antara 15-25% pendapatan rata-rata KSM per tahun. Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan salah satu bentuk tanggung jawab dari pemerintah bagi masyarakat miskin sesuai dengan amanat Undang-Undang commit Dasar 1945 to user Pasal 34 ayat (2) yang berbunyi,

14 70 Negara mengembangkan sistem jaminan social bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Dan juga Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat (3) yang berbunyi Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Selanjutnya, diperjelas dalam Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan diantaranya pada : Pasal 5 Ayat (1) dan (2) Pasal 14 Ayat (1) dan (2) Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya dibidang kesehatan. Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur,menyelenggarakan, membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Tanggung jawab pemerintah sebagaimana dimaksuda dalam ayat (1) dikhususkan pada pelayanan public. Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pemerintah bertanggung jawab memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan. Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan terjangkau.

15 71 Pasal 20 Ayat (1) Pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui sistem jaminan sosial nasional bagi upaya kesehatan perorangan. Dengan adanya Program Keluarga Harapan ini, diharapkan mampu meringankan beban kemiskinan masyarakat, khususnya di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Sarmadi, SE, M.Si, selaku Pengarah Unit Program Keluarga Harapan di Kabupaten Sukoharjo bahwa : Program Keluarga Harapan adalah jaminan yang unik, selain memberi bantuan kepada warga miskin, jaminan sosial dari pemerintah ini juga mewajibkan peserta PKH untuk melakukan kewajibannya seperti memeriksakan kesehatan sesuai dengan petunjuk. Sehingga diharapkan hal ini dapat menekan angka kemiskinan. Dan mensejahterakan masyarakat yang kurang mampu agar hidupnya menjadi lebih terarah, terutama untuk hal kesehatan. (Wawancara : Jum at, 2 Januari 2015) Kabupaten Sukoharjo sudah menjalankan PKH sejak tahun 2013 akhir. Hal ini disebabkan untuk wilayah Kabupaten Sukoharjo masih banyak warga miskin, terutama untuk Kecamatan Polokarto. Data awal yang didapat oleh Kabupaten Sukoharjo menyatakan Kecamatan Polokarto memiliki jumlah penerima terbanyak diantara kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Sukoharjo. Untuk mengawasi jalannya PKH di setiap kecamatan, dibentuk Tim Pendamping PKH. Setiap kecamatan didampingi oleh 2 sampai dengan 4 pendamping kecamatan sesuai dengan jumlah KSM dalam satu kecamatan. Satu pendamping rata rata mendampingi 300 KSM. Sedangkan di Kabupaten sendiri terdapat dua tenaga operator yang mengentry data, mengolah data dan berkoordinasi antara pusat, provinsi, daerah dan pendamping. Untuk di Kecamatan Polokarto sendiri terdapat 4 pendamping, yakni Erni Puji Rahayu, Riris Satria Rosita Dewi, Atik Sulasmi dan Muhammad Jaelani, S.Sos. mereka bertugas mengawasi dan ikut mendamping jalannya PKH. Kepesertaan PKH ditetapkan dari data Dinas Sosial yang selanjutnya divalidasi oleh pendamping. Proses validasi yang dilaksanakan oleh pendamping adalah dengan menyelenggarakan Pertemuan Awal di masing

16 72 masing desa dengan surat undangan pertemuan awal (SUPA) yang diberikan pada KSM calon peserta PKH. Dalam proses ini tentu saja peran pendamping kecamatan sebagai ujung tombak PKH menjadi sangat dibutuhkan. Pada awal kepesertaan PKH di Kecamatan Polokarto, ditetapkan sebanyak 1.532, namun setelah divalidasi pendamping, datanya menjadi orang. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad Jaelani, S.Sos, selaku ketua Tim Pendamping PKH Kecamatan Polokarto, bahwa : Pada awalnya data yang kami peroleh dari Dinas Sosial sebanyak Keluarga Sangat Miskin (KSM), namun setelah kami validasi datanya menjadi KSM saja. Hal ini terjadi karena pada saat kami survey ternyata beberapa orang yang masuk dalam data tidak memiliki kriteria sebagaimana yang disyaratkan dalam PKH, sehingga datanya menjadi berkurang. (Wawancara : Kamis, 8 Januari 2015). Pelaksanaan PKH di Kecamatan Polokarto sampai awal tahun 2015 ini, memberikan dampak yang baik terhadap kesehatan warga miskin. Dengan adanya PKH, permasalahan kesehatan di Kecamatan Polokarto menurun. Terutama mengenai kesehatan ibu hamil, ibu menyusui dan balita yang menjadi sasaran dari PKH. Data yang diperoleh dari Puskesmas Polokarto, jumlah kematian ibu hamil dan balita menurun, pada tahun 2012 lalu angka kematian ibu hamil mencapai 13 kasus, sedangkan untuk 2013 sudah berjumlah 6 kasus dan pada 2014 tidak ditemukan kasus kematian ibu hamil. Sedangkan untuk angka kematian bayi di Kecamatan Polokarto pada tahun 2013 sudah 70 kasus, padahal sebelumnya pada 2012 lalu lebih dari 100 kasus, dan untuk tahun 2014 ini, tidak terdapat data tentang kematian balita di Kecamatan Polokarto. Sebagaimana diungkapkan Dr. Sugeng Purnomo, selaku Kepala Puskesmas Polokarto, bahwa : Setelah adanya PKH ini, kasus kesehatan di Kecamatan Polokarto berkurang. Apalagi untuk kasus balita dan ibu hamil, untuk 2014 ini, kami tidak mendapatkan adanya data mengenai kematian ibu hamil maupun balita, sehingga program dari pemerintah memang berjalan dengan baik. Selain itu mereka juga menjalankan kewajibannya sebagai peserta dengan baik. ( Wawancara : Kamis, 12 Februari 2015) Secara tidak langsung, hal ini memberikan dampak yang baik bagi warga miskin di Kecamatan Polokarto. Dengan adanya Program Keluarga

17 73 Harapan ini, warga miskin yang menjadi peserta PKH, menjadi lebih memperhatikan kesehatannya. Sehingga, permasalahan kesehatan menjadi berkurang. B. Deskripsi Temuan Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis mengambil judul Implementasi Program Keluarga Harapan Terhadap Pemenuhan Hak Memperoleh Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin dan Relevansinya Terhadap Pengembangan Materi Hak Asasi Manusia (Studi di Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo). Seperti diketahui, kemiskinan memberikan dampak terhadap beberapa bidang kehidupan. Salah satu dampaknya adalah di bidang kesehatan. Kemiskinan merupakan kondisi saat seseorang atau sekelompok orang tak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat (Suharyanto, dalam Syawie, 2011). Hak-hak dasar disini termasuk hak pangan, sandang, papan, tidak adanya akses terhadap kebutuhan dasarnya seperti kesehatan, pendidikan, sanitasi, dan lainnya (Suharto, 2005). Kemiskinan ditandai dengan rendahnya kualitas hidup penduduk, pendidikan, kesehatan, dan gizi. Beban kemiskinan sangat dirasakan oleh kelompok-kelompok tertentu seperti perempuan dan anak-anak yang berakibat pada terancamnya masa depan mereka. Akibat kemiskinan yang berdampak pada kesehatan, menyebabkan mereka yang belum mampu memenuhi haknya dalam mendapatkan pelayanan kesehatan menjadi kesulitan. Dari sinilah tanggung jawab pemerintah dibutuhkan. Karena hak warga negara merupakan tanggung jawab pemerintah. Hak merupakan suatu kuasa untuk menerima atau melakukan sesuatu yang semestinya diterima atau dilakukan oleh pihak tertentu. Sebagaimana diketahui apabila hak warga Negara belum terpenuhi, maka hal itu menjadi tanggung jawab pemerintah untuk memenuhi hak mereka. Terjadinya fenomena kematian bayi akibat gizi buruk dan ibu hamil yang disebabkan oleh kemiskinan menjadi perhatian serius oleh negara. Tanggung jawab negara menjadi penting untuk menangani hal tersebut. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat (2) bahwa Negara mengembangkan sistem jaminan social bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat commit yang lemah to user dan tidak mampu sesuai dengan

18 74 martabat kemanusiaan. Hal ini juga diperkuat dengan adanya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Jaminan Sosial Nasional. Tanggung jawab negara, terhadap pemenuhan hak bagi warga negara adalah merupakan kewajiban dan tanggung jawab pemerintah di dalam sebuah negara. Berdasarkan pendapat TH Marshall dalam buku Citizenship and social Class (1950) tentang kewarganegaraan berbasis hak yang dikutip oleh Winarno (2009: 20), kewarganegaraan dikonseptualisasikan atas dasar tiga hak yaitu hak sipil, hak politik, dan hak sosial. Hak sipil mencakup perlindungan individu untuk bebas yaitu kebebasan berbicara, berkeyakinan, berhak atas keadilan. Hak politik mencakup hak berpartisipasi dalam pemerintahan. Hak sosial adalah hak atas pelayanan pendidikan, kesehatan dan pelayanan sosial lainnya. Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo memliki banyak sumberdaya, selain itu juga memiliki permasalahan seperti kemiskinan yang berdampak pada kesehatan. Masalah kesehatan balita dan ibu hamil terjadi di keluarga miskin di Kecamatan Polokarto. Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Kecamatan Polokarto, dari jumlah penduduk di Kecamatan Polokarto sejumlah orang, terdapat 9270 orang penduduk miskin. Dan data dari Puskesmas Kecamatan Polokarto menunjukkan bahwa : Tahun Jumlah Kematian Ibu Hamil/ Menyusui Prosentase Kematian Ibu Hamil/ Menyusui (%) Kematian Balita Prosentase Kematian Balita (%) , , , ,1 Tabel 4.5 Jumlah Kematian Ibu Hamil/ Menyusui dan Kematian Balita Kecamatan Polokarto Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dijelaskan dalam Pasal 5 bahwa Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Hal itu merupakan tanggung jawab pemerintah yang selanjutnya dijelaskan pula dalam Pasal 14 bahwa Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur,

19 75 menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Maka sesuai dengan program dari Kementerian Sosial Republik Indonesia, yang selanjutnya dilaksanakan di Kabupaten Sukoharjo yaitu Program Keluarga Harapan, merupakan salah satu bentuk tanggung jawab pemerintah dalam menjamin hak warga Negara yang belum terpenuhi terutama hak warga miskin dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Tanggung jawab pemerintah untuk mengurangi permasalahan mengenai belum terpenuhinya hak warga miskin untuk memperoleh pelayanan kesehatan sangatlah dibutuhkan. Sebagaimana yang diungkapkan Dr. Sriyono, M.Kes, selaku Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo bahwa: Permasalahan kesehatan yang terjadi karena dampak kemiskinan, menjadikan salah satu hak warga miskin tidak terpenuhi. Sudah menjadi tanggungjawab pemerintah untuk memenuhi hak warga negaranya, terutama hak warga miskin yang belum terpenuhi. Hak engenai kesehatan warga miskin salah satunya diwujudkan dalam pemberian pelayanan kesehatan. (Wawancara : Kamis, 12 Februari 2015) Berkaitan dengan hal ini, kajian mengenai implementasi Program Keluarga Harapan terhadap pemenuhan hak memperoleh palayanan kesehatan masyarakat miskin di Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo menjadi hal yang menarik untuk diteliti. Dalam penelitian ini dirumuskan beberapa rumusan masalah untuk membatasi permasalahan yang akan dikaji secara mendalam. Beberapa rumusan masalah yang telah dibuat antara lain adalah: 1. Implementasi Program Keluarga Harapan terhadap pemenuhan hak memperoleh pelayanan kesehatan masyarakat miskin di Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo. 2. Hambatan/kendala pelaksanaan Program Keluarga Harapan 3. Relevansi Program Keluarga Harapan terhadap pemenuhan hak memperoleh pelayanan kesehatan ditinjau dari materi hak asasi manusia.

20 76 1. Implementasi Program Keluarga Harapan terhadap pemenuhan hak memperoleh pelayanan kesehatan masyarakat miskin di Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program yang memberikan bantuan tunai kepada Keluarga Sangat Miskin (KSM). Sebagai imbalannya KSM diwajibkan memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui aspek pendidikan dan kesehatan. PKH adalah program asistensi sosial kepada rumah tangga yang memenuhi kualifikasi tertentu dengan memberlakukan persyaratan dalam rangka untuk mengubah perilaku miskin. PKH diutamakan bagi KSM yang memiliki ibu hamil/menyusui, dan anak usia 0-15 tahun, atau anak usia tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasarnya. Tujuan jangka pendek PKH adalah memberikan income effect melalui pengurangan beban pengeluaran RTSM. Sementara tujuan jangka panjangnya adalah untuk memutus mata rantai kemiskinan RTSM melalui peningkatan kualitas kesehatan/nutrisi, pendidikan, dan kapasitas pendapatan anak (price effect) serta memberikan kepastian akan masa depan anak (insurance effect) dan mengubah perilaku (behaviour effect) keluarga miskin. PKH merupakan suatu program penanggulangan kemiskinan. PKH sendiri mempunyai tujuan umum yakni meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta mengubah perilaku peserta PKH untuk memeriksakan ibu hamil/nifas/balita ke fasilitas kesehatan dan mengirimkan anak ke sekolah dan fasilitas pendidikan dan tujuan khusus yaitu meningkatkan kualitas kesehatan, meningkatkan taraf pendidikan anak, dan meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan. Hak dalam pelayanan yang diterima peserta berbeda-beda, tergantung pada kategori peserta. disini kategori peserta adalah : a. anak usia 0-6 bulan mendapatkan pelayanan berupa : Anak usia 0-28 hari (neonatus) harus diperiksa kesehatannya sebanyak 3 kali

21 77 Anak usia 0-11 bulan harus diimunisasi lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B) dan ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan. Anak usia 6-11 bulan harus mendapatkan Vitamin A minimal sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun yaitu bulan Februari dan Agustus. Anak usia bulan perlu mendapatkan imunisasi tambahan dan ditimbang berat badannya secara rutin setiap 3 (tiga) bulan. Anak usia 5-6 tahun ditimbang berat badannya secara rutin setiap 3 (tiga) bulan untuk dipantau tumbuh kembangnya dan atau mengikuti program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD/Early Childhood Education) apabila di lokasi/posyandu terdekat terdapat fasilitas PAUD. b. Ibu hamil dan nifas mendapatkan pelayanan berupa : Selama kehamilan, ibu hamil harus melakukan pemeriksaan kehamilan di fasilitas kesehatan sebanyak 4 (empat) kali yaitu sekali pada usia kehamilan 3 bulan I, sekali pada usia kehamilan 3 bulan II, dua kali pada 3 bulan terakhir, dan mendapatkan suplemen tablet Fe. Ibu melahirkan harus ditolong oleh tenaga kesehatan. Ibu nifas harus melakukan pemeriksaan/diperiksa kesehatannya setidaknya 3 (tiga) kali pada minggu I, IV dan VI setelah melahirkan. Dalam hal kesehatan, setiap peserta mendapatkan hak pelayanan kesehatan masing-masing sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya apabila balita mendapatkan vitamin, tambahan gizi, imunisasi dan pengobatan apabila terjadi sakit. Sedangkan untuk ibu hamil, mereka diwajibkan untuk dating ke tempat pelayanan kesehatan yang terdapat di setiap kelurahan seperti Puskesmas atau Bidan desa, untuk memeriksakan kehamilannya. Pemeriksaan itu juga harus dilakukan 4 kali dalam masa kehamilan. Sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Sarmadi, SE, M.Si, selaku pengarah Unit PKH Kabupaten Sukoharjo, bahwa : Permasalahan kesehatan merupakan permasalahan finansial, maka melalui program dari Kemensos, diharapkan warga miskin yang menjadi peserta PKH commit memperhatikan to user kesehatannya, sebagaimana kewajibannya dalam menjalankan kepesertaannya di PKH. Untuk

22 78 balita dan ibu hamil diwajibkan memeriksakan kesehatannya, selain itu pemenuhan gizi juga bida didapat dari pelayanan kesehatan di Puskesmas, Posyandu, atau bidan desa. (Wawancara : Jum at, 3 Januari 2015) Selain itu Peserta PKH juga mendapatkan bantuan berupa uang tunai. Besaran bantuan tergantung kondisi masing-masing keluarga, jumlah bantuan akan berubah dari waktu ke waktu tergantung kondisi keluarga yang bersangkutan dan kebutuhan dalam memenuhi kewajiban, bantuan yang diberikan meliputi : a. Bantuan tetap Rp ,00 b. Bantuan pendidikan SD/MI Rp ,00 c. Bantuan pendidikan SMA/MTs Rp ,00 d. Bantuan kesehatan (ibu hamil/nifas, bayi atau balita) Rp Bantuan minimal yang diterima peserta PKH minimal Rp ,00 dan maksimal adalah Rp ,00 per tahun. Bantuan tersebut dibayarkan 4 kali dalam 1 tahun (per 3 bulan) melalui kantor pos terdekat dengan membawa kartu peserta PKH/ undangan. Uang tersebut dapat digunakan peserta untuk memeriksakan diri ke dokter apabila di Puskesmas mereka mendapatkan hambatan seperti jangakaun lokasi yang jauh, maka dengan uang tersebut dapat digunakan untuk berobat ke dokter terdekat. Dalam PKH ini, mewajibkan pesertanya untuk memenuhi kewajibannya. Kewajiban tersebut antara lain untuk anak usia 6 sampai 11 bulan harus diimunisasi lengkap dan ditimbang secara rutin setia bulan serta mendapatkan suplemen vitamin A sebanyak 2 kali dalam setahun. Sedangkan anak usia 1 sampai 5 tahun mendapatkan pemantauan tumbuh kembang setiap 3 bulan. Anak usia 2 sampai 6 tahun atau pra sekolah mendapatkan pemantauan tumbuh kembangnya. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Amrih Gancar Utami, AMd. Keb, selaku Bidan Desa di Desa Mranggen, bahwa : Sebagai wujud untuk memenuhi hak masyarakat miskin dalam memperoleh commit pelayanan to user kesehatan, baik keluarga yang memiliki balita maupun ibu hamil harus rutin memeriksakan

23 79 kesehatannya. Hal ini dilakukan sebagai upaya mencagah terjadinya permasalahan terkait kesehatan. Selain itu faktor lain yang menyebabkan mereka rutin memeriksakan kesehatannya juga karena adanya sanksi dari PKH. Sanksi tersebut yakni pemotongan bantuan uang sesuai dengan tingkat kesalahan yang dilakukan peserta (Wawacara : Kamis, 15 Januari 2015) Dalam kepesertaan PKH, memang diwajibkan peserta harus menjalankan kewajibannya terhadap dalam hal kesehatan maupun pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar mereka juga memiliki sikap disiplin dan member perhatian khusus terhadap kesehatannya. Sebagaimana menurut Sarmadi, SE, M.Si, selaku Pengarah Unit PKH Kabupaten Sukoharjo bahwa: Memang PKH ini bantuannya unik, selain memberikan bantuan, peserta juga memiliki kewajiban untuk memeriksakan kesehatannya secara rutin. Apabila mereka tidak melakukannya maka akan dipotong bantuan uannya sesuai dengan tingkat kesalahan yang dilakukan. Selain itu, kewajiban ini dimaksudkan agar peserta nantinya akan lebih memperhatikan kesehatannya dan menanamkan sikap sadar sehat (Wawancara : Jum at, 2 Januari 2015) Dalam kurun waktu sampai 2014 ini, peserta PKH telah melakukan kewajibannya dengan baik. Terbukti dengan berkurangnya permasalahan kesehatan di Kecamatan Polokarto. Maka hal itu senada dengan yang diungkapkan Muhammad Jaelani, S.Sos, selaku Ketua Pendamping PKH Kecamatan Polokarto, bahwa : Untuk peserta PKH, sudah melakukan kewajibannya dengan baik. Dari pantauan kami, mereka rutin melakukan kewajibannya memeriksakan kesehatan di tempat-tempat pelayanan kesehatan. Terbukti dengan adanya kartu sehat yang divalidasi oleh pihak bidan atau dokter. Memang awalnya mereka ada yang masih menyepelekan, namun setelah kami memberikan bimbingan dan pengarahan, mereka secara sadar melakukan kewajibannya sebagaimana yang diharapkan dalam PKH (Wawancara: Kamis, 8 Januari 2015). Berdasarkan wawancara dengan beberapa peserta didapat informasi bahwa pemberian bantuan sudah sesuai dengan ketentuan didalam penyelenggaraan PKH. Dimana setiap KSM mendapatkan bantuan berupa uang tunai dan peberian hak-hak sesuai dengan tujuan dari PKH di bidang

24 80 kesehatan. Seperti yang diungkapkan oleh beberapa peserta PKH pada saat wawancara yang dilakukan oleh peneliti, antara lain : a. Ibu Umi Mukaromah (Peserta PKH yang memiliki 1 anak berusia 6 tahun dari Desa Mranggen) mengatakan bahwa Saya memperoleh bantuan berupa uang tunai sebesar Rp ,- tiap 3 bulan. Selain itu saya mendapatkan pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas, serta anak saya mendapatkan vitamin. (Wawancara : Kamis 4 Desember 2014) b. Ibu Ratmini (Peserta PKH yang memiliki 4 anak masing-masing berusia 15 tahun, 9 tahun, 6 tahun dan 2 tahun dari Desa Tepisari) mengatakan bahwa Saya memperoleh bantuan sebesar Rp ,- setiap 3 bulan sekali. Karena disini anak saya 4 orang. Serta saya dalam posisi hamil sehingga bantuan tersebut saya dapatkan. Selain itu dalam hal pelayanan kesehatan, saya memperoleh gratis dari Puskesmas dan Bidan Desa. Pelayanan tersebut berupa pemberian vitamin dan pemeriksaan kesehatan anak saya, anak saya yang paling kecil juga mendapatkan vitamin A pada saat saya ke Posyandu kemarin. (Wawancara : Kamis 4 Desember 2014) c. Bapak Paijo (Peserta PKH dari Desa Pranan) mengatakan bahwa, Saya menerima bantuan sebesar Rp ,-. Bantuan tersebut saya dapatkan setiap 3 bulan sekali selama 1 tahun. Selain itu anak saya mendapatkan pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas dan pemberian vitamin di Posyandu. (wawancara : Jum at, 5 Desember 2014) d. Ibu Mundariyah (Peserta PKH yang memiliki anak usia 6 bulan dari Godog) mengatakan bahwa, saya memperoleh bantuan berupa uang tunai sebesar 250 setiap 3 bulan sekali. Anak saya mendapatkan imunisasi gratis di Puskesmas. Kemarin juga sudah diberi imunisasi lainnya sesuai dengan petunjuk Bidan. (Wawancara : Jum at, 5 Desember 2014) e. Ibu Sri Mulyati (Peserta PKH yang hamil 3 bulan dan memiliki anak 7 tahun dari Desa Tepisari) mengatakan bahwa, Saya memperoleh bantuan uang tunai sebesar Rp ,00 setiap 3 bulan sekali melalui kantor Pos. saya mendapatkan pelayanan commit to untuk user periksa kandungan gratis di

25 81 Puskesmas. Selain itu saya mendapatkan vitamin untuk tumbuh kembang bayi saya. (Wawancara: Kamis, 4 Desember 2014) Data pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa melalui PKH, peserta diberikan bantuan berupa uang tunai dan bantuan kesehatan. Hal itu dimaksudkan sebagai upaya dari pemerintah untuk memenuhi hak masyarakat miskin dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Wujud dari pelayanan kesehatan tersebut adalah dengan memberikan pengobatan di Puskesmas gratis, pemberian vitamin pada balita, serta pemeriksaan ibu hamil 3 kali pada masa kehamilannya. Berdasarkan dari wawancara dan pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti, pelaksanaan Program Keluarga Harapan sejauh ini berjalan sesuai dengan pedoman dan target yang telah ditentukan. Seperti hak mereka dalam memperoleh pelayanan kesehatan sudah terpenuhi. Namun, masih ditemui beberapa kendala dan hambatan yang menjadi kekurangan dari pelaksanaan program ini sehingga perlu ada perbaikan untuk ke depannya agar tujuan program ini segera tercapai secara maksimal. 2. Hambatan/Kendala Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) Implementasi program tidak pernah jauh dari suatu permasalahan. Setiap pelaksanaan suatu program pasti selalu bersandingan dengan masalah, karena pada dasarnya dari permasalah tersebutlah suatu implementasi program maupun kegiatan dapat dicari kelemahannya untuk kemudian diperbaiki dan disempurnakan. Hambatan/kendala yang ada bukanlah indikator bahwa pelaksanaan program/kegiatan tersebut telah gagal, namun justru menjadi evaluasi untuk pelaksanaan yang lebih baik ke depannya. Begitu pula dengan Program Keluarga Harapan (PKH). Program PKH dalam implementasinya juga mengalami beberapa kendala baik dari segi teknis maupun non teknis. Kendala yang ada bukanlah menjadi bukti bahwa program ini telah gagal, namun justru menjadi evaluasi agar program ini semakin baik dari tahun ke tahun.

26 82 Berdasarkan pihak-pihak yang terlibat dalam PKH, maka penulis membagi menjadi 2, yakni pertama kendala dari pelaksana (dalam hal ini Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Pemberi layanan kesehatan, dan Tim Pendamping Kecamatan Polokarto). Yang kedua kendala dari peserta itu sendiri. Menurut pelaksana dari Dinas Sosial salaku Koordinator PKH, Sarmadi, SE, M.Si, mengemukakan beberapa hambatan secara umum yang dihadapi Tim pendamping Kecamatan terhadap pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) antara lain: Ada beberapa hambatan/kendala dalam pelaksanaan PKH ini. Hambatan yang pertama yaitu verifikasi data, karena dari pihak Kabupaten sendiri tidak melakukan pendataan, data tersebut diterima dari BPS pusat dan kami hanya melakukan verifikasi melalui tim pendamping di setiap kecamatan. Selain itu hambatan lainnya juga berasal dari peserta sendiri, mereka kurang memahami tentang kewajiban sebagai peserta, sehingga menyepelekan (Wawancara: Jum at, 2 Januari 2015) Dari petikan wawancara tersebut, maka hambatan itu masih secara luas yang mencakup semua kecamatan di Kabupaten Sukoharjo. Sedangkan hambatan yang ada di Kecamatan Polokarto sendiri, dijelaskan oleh Tim Pendamping PKH Kecamatan Polokarto, Muhammad Jaelani, S.Sos, antara lain: Kendala awal atau kendala teknis adalah verifikasi data. Dari data yang diberikan Dinas Sosial, kami masih harus memvalidasinya degan mengunjungi satu per satu penduduk di Kecamatan Polokarto. Kendala lain yang dialami untuk setiap kelompok di Kecamatan Polokarto berbeda beda. Hal ini disebabkan karena letak geografis wilayah dan tingkat SDM yang rendah dikarenakan faktor pendidikan. Kendala yang dialami itu antara lain permasalahan administrasi kependudukan yang masih acak-acakan yakni Kartu Keluarga (KK) keluarga yang menerima PKH masih ikut dengan KK dari orang tua/ keluarga inti, kesulitan para penerima untuk menghadiri acara pertemuan dikarenakan terikat pekerjaan/ karyawan pabrik, keluarga yang bersangkutan/ penerima bantuan PKH pindah tempat, dan penerima PKH diasuh oleh walinya (simbah, bibi/ tantenya) (Wawancara: Kamis 8 Januari 2015) Dari penyataan diatas, maka hambatan/ kendala tersebut sudah ada sejak awal yaitu mengenai verifikasi commit to data. user Karena data yang diberikan Dinas

27 83 Sosial masih belum terverifikasi, maka ini menjadi tugas dari Tim Pendamping untuk melakukan verifikasi data secara manual. Hambatan lainnya dikarenakan perbedaan letak geografis setiap desa yang ada di Kecamatan Polokarto sehingga hambatan menjadi beraneka ragam. Beberapa desa memang ada yang sudah maju, namun beberapa lainnya masih menunjukkan kemunduran. Salah satunya untuk Desa Polokarto, di desa ini, penduduknya memiliki tingkat pendidikan yang rendah, sehingga mereka yang menjadi peserta PKH belum begitu memperhatikan kewajibannya sebagai peserta. Selain itu masih banyaknya keluarga yang belum memiliki Kartu Keluarga sendiri. Padahal untuk menjadi peserta PKH mereka harus mempunyai Kartu Keluarga sendiri sebagai data untuk kepesertaan. Hambatan lainnya dijelaskan bahwa penerima PKH diasuh oleh walinya yakni nenek/ kakek dan bibinya. Sehingga mereka terkadang menyepelekan kewajibannya sebagai peserta untuk melakukan cek kesehatan. Akibatnya pada awal kepesertaan masih ditemukannya kasus terkait permasalahan kesehatan. Hambatan dan kendala akan selalu ada dalam setiap implementasi kebijakan, program maupun kegiatan, namun setiap kendala yang ada sudah seharusnya segera dicari solusinya dan segera ditangani agar tidak menjadi lebih besar. Begitu pula dengan hambatan dan kendala dalam implementasi PKH, karena setiap kendala pasti ada solusi untuk menyelesaikannya. Beberapa strategi yang dilakukan oleh Tim Pendamping Kecamatan Polokarto sebagai upaya menyelesaikan dan mengatasi hambatan dan kendala yang muncul dikemukakan oleh Muhammad Jaelani, S.Sos, yakni: Sejauh ini upaya yang dilakukan tim pendamping adalah memverifikasi data yang masuk untuk divalidasi dengan cara mendatangi setiap KSM yang menjadi peserta PKH secara manual, memberikan pengarahan untuk menertibkan administrasi kependudukannya, menjadwalkan agenda pertemuan sesuai dengan waktu mereka, bersilaturahmi ke rumah-rumah peserta penerima PKH, memberikan informasi dan wawasan apabila si penerima tidak disiplin dalam menjalankan kewajibannya sebagai peserta (Wawancara: Kamis, 8 Januari 2015)

28 84 Kendala yang kedua berasal dari peserta itu sendiri, berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui wawancara dan observasi dari peneliti, kendala yang berasal dari peserta antara lain yaitu kurangnya kesadaran peserta untuk melaksanakan kewajibannya sebagai peserta dalam memeriksakan kesehatannya di tempat pelayanan kesehatan yang ada. Hal itu terbukti dari beberapa peserta ada yang dipotong bantuan tunainya, karena tidak memenuhi kewajibannya. Seperti yang diungkapkan ibu Mundariyah, Perserta PKH yang memiliki 1 anak dari Desa Godog bahwa : Saya kemarin hanya mendapatkan uang bantuan sebesar Rp ,00 saja padahal biasanya saya terima Rp ,00. Karena saya tidak menimbangkan anak saya ke Posyandu. Karena pada saat itu anak saya ikut saya kerumah simbahnya. Jadi kartu PKH, saya kosong satu kali. Uangnya langsung dipotong dari Kantor Pos sebesar 20%. (Wawancara : Jum at, 5 Desember 2015) Selanjutnya, kendala lain disebutkan oleh ibu Utami, yaitu peserta PKH yang berasal dari Desa Polokarto dan memiliki 2 orang anak masingmasing berusia 4 tahun dan 9 tahun. Ia mengaku bekerja di pabrik sehingga sulit membagi waktu untuk pertemuan kelompok. Selain itu berdasarkan pengamatan dari peneliti, beberapa peserta yang dianggap sudah mampu secara ekonomi namun tidak memiliki kesadaran untuk lepas dari PKH. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Muhammad Jaelani, S.Sos yaitu : Beberapa peserta memang ada yang dianggap sudah mampu secara ekonomi dan lainnya, namun karena kesadarannya kurang, mereka tidak mau melepaskan diri dari PKH. Padahal secara persyaratan peserta yang sudah dianggap mampu secara ekonomi dan lainnya untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, harus mau lepas dari PKH, dengan membuat surat pernyataan yang ditandatangani diatas materai. (Wawancara : Kamis, 8 Januari 2015) Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa beberapa permasalahan sudah diambil langkah-langkah penyelesaiannya. Seperti misalnya untuk kendala yang dialami oleh pelaksana yaitu pemutakhiran data dilakukan dengan cara mendatangi peserta kerumah masing-masing. Untuk kendala administrasi kependudukan yang masih acak-acakannya administrasi dan masih ikut orang tua diatasi dengan menertibkan administrasi. Hal ini dilakukan commit oleh to user tim pendamping yang bekerja sama

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data hasil temuan penelitian yang telah dianalisis oleh penulis, maka dapat diambil kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah yang telah

Lebih terperinci

PROGRAM KELUARGA HARAPAN

PROGRAM KELUARGA HARAPAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN PKH adalah program perlindungan sosial yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dan bagi anggota keluarga RTS diwajibkan melaksanakan persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kemiskinan dalam pembangunan di Indonesia merupakan salah satu masalah utama yang ditandai oleh masih besarnya jumlah penduduk miskin, pengangguran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dengan jumlah penduduk yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah yang sampai saat ini masih terus dicari langkah yang tepat untuk menanggulanginya. Kemiskinan merupakan masalah multi dimensi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih termasuk ke dalam kategori negara berkembang. Ilmu pengetahuan dan perekonomian menjadi tolak ukur global sejauh mana suatu negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat kompleks. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kebijakan dibidang perlindungan sosial, tahun 2007 Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kebijakan dibidang perlindungan sosial, tahun 2007 Pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan sekaligus pengembangan kebijakan dibidang perlindungan sosial, tahun 2007 Pemerintah Indonesia telah meluncurkan Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah kebutuhan utama dan mendasar bagi kehidupan manusia. Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Demografis Desa Petir merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jumlah penduduk Desa

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia Outline 1. Latar Belakang 3. Tujuan PKH 6. Pendampingan 9.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan, antara lain tingkat pendapatan,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan, antara lain tingkat pendapatan, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang terjadi di berbagai tempat di Indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan, antara lain tingkat pendapatan,

Lebih terperinci

JAMINAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

JAMINAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT JAMINAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIREKTORAT JAMINAN SOSIAL DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN DAN JAMINAN SOSIAL KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PROGRAM KELUARGA HARAPAN - PKH BANTUAN TUNAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. 1 Universitas Indonesia. Analisis pelaksanaan..., Rama Chandra, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. 1 Universitas Indonesia. Analisis pelaksanaan..., Rama Chandra, FE UI, 2010. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kemiskinan yang dihadapi, terutama, oleh negara-negara yang sedang berkembang, memang sangatlah kompleks. Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi individu dengan hidup yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi individu dengan hidup yang sehat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi individu dengan hidup yang sehat maka individu akan mampu melaksanakan aktifitas sehari-hari untuk bekerja sehingga

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia Outline 1. Latar Belakang 2. PKH New Initiatives Pedoman Pelaksanaan

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le No.940, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Program Keluarga Harapan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PROGRAM KELUARGA HARAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

TENTANG BANTUAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN

TENTANG BANTUAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN TENTANG BANTUAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN A. PEMILIHAN PENERIMA BANTUAN DAN SYARAT PROGRAM Penerima bantuan PKH adalah rumahtangga sangat miskin (RTSM) yang memiliki anggota keluarga yang terdiri dari anak

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA PELANGI KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2011

EVALUASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2011 EVALUASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2011 Erna Fidyatun Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro ABSTRAK Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan

Lebih terperinci

BAB VI UPAYA IBU MENINGKATKAN KUALITAS KESEHATAN DAN PENDIDIKAN KELUARGA

BAB VI UPAYA IBU MENINGKATKAN KUALITAS KESEHATAN DAN PENDIDIKAN KELUARGA 66 BAB VI UPAYA IBU MENINGKATKAN KUALITAS KESEHATAN DAN PENDIDIKAN KELUARGA 6.1 Penguatan Kapasitas Rumah Tangga Penerima PKH Mutu sumberdaya manusia bukan semata-mata ditentukan oleh seberapa kadar pengetahuan,

Lebih terperinci

IDA YUNANI DESTIANTI. Program Keluarga Harapan (PKH) dalam Meningkatkan Taraf Kesehatan oleh

IDA YUNANI DESTIANTI. Program Keluarga Harapan (PKH) dalam Meningkatkan Taraf Kesehatan oleh PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DALAM MENINGKATKAN TARAF KESEHATAN OLEH UPPKH KECAMATAN DI DESA CILIANG KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PANGANDARAN IDA YUNANI DESTIANTI ABSTRAK Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

MEKANISME PELAKSANAAN. Referensi Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016, Bab III - VI

MEKANISME PELAKSANAAN. Referensi Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016, Bab III - VI MEKANISME PELAKSANAAN Referensi Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016, Bab III - VI Outline 5. Pengembangan Kepesertaan 1. Alur Pelaksanaan PKH 6. Pengelolaan Sumber Daya 2. Penetapan Sasaran 7. Organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tidak hanya di negara berkembang, bahkan di Negara maju sekalipun.

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tidak hanya di negara berkembang, bahkan di Negara maju sekalipun. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan adalah suatu permasalahan dunia yang dialami oleh seluruh Negara. Tidak hanya di negara berkembang, bahkan di Negara maju sekalipun. Permasalah ini sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah dicerminkan oleh besar kecilnya angka PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan PDRB Per Kapita. Kesehatan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 5 TAHUN 2014

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL RAKYAT BANTEN BERSATU DI PROVINSI BANTEN DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan klasik yang dihadapi bangsa Indonesia adalah kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan klasik yang dihadapi bangsa Indonesia adalah kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan klasik yang dihadapi bangsa Indonesia adalah kemiskinan. Sejak zaman kemerdekaan bangsa Indonesia sudah dihadapkan dengan permasalahan ini dan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menjadi masalah yang berkepanjangan.kemiskinan tidak dipahami

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menjadi masalah yang berkepanjangan.kemiskinan tidak dipahami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks bagi setiap negara, terutama negara besar seperti Indonesia.Sampai saat ini, masalah kemiskinan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang ( RPJP) tahun Yang dijabarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang ( RPJP) tahun Yang dijabarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan sebagai hak azasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk pemberian barbagai pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan-pelayanan sosial personal yang tergolong sebagai pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan-pelayanan sosial personal yang tergolong sebagai pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Masalah Di negara yang sedang berkembang, daftar pelayanan sosial mencakup pelayanan-pelayanan sosial personal yang tergolong sebagai pelayanan kesejahteraan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millenium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama 189 negara

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KEMISKINAN HLM, LD Nomor 4 SERI D

PENANGGULANGAN KEMISKINAN HLM, LD Nomor 4 SERI D PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 2 PENANGGULANGAN KEMISKINAN 19 HLM, LD Nomor 4 SERI D TAHUN 2016 TENTANG ABSTRAK : - bahwa dalam rangka memenuhi hak dan kebutuhan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN

Lebih terperinci

PERAN DAN FUNGSI LEGISLATIF DALAM MENDORONG PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN ABAD MILENIUN/MDGs. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

PERAN DAN FUNGSI LEGISLATIF DALAM MENDORONG PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN ABAD MILENIUN/MDGs. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI PERAN DAN FUNGSI LEGISLATIF DALAM MENDORONG PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN ABAD MILENIUN/MDGs Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan dalam Seminar Pembangunan Abad Milenium/Millenium Development Goals

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PKH DI KELURAHAN BALUMBANG JAYA

BAB V PELAKSANAAN PKH DI KELURAHAN BALUMBANG JAYA BAB V PELAKSANAAN PKH DI KELURAHAN BALUMBANG JAYA 5.1 Kelembagaan PKH Pemilihan rumah tangga untuk menjadi peserta PKH dilakukan berdasarkan kriteria BPS. Ada 14 (empat belas) kriteria keluarga miskin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan terbelakang, melainkan juga dialami oleh negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. dan terbelakang, melainkan juga dialami oleh negara-negara maju. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan sudah menjadi masalah global yang dialami oleh semua negara di dunia. Kemiskinan tidak hanya berada di negara-negara berkembang dan terbelakang, melainkan

Lebih terperinci

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Millennium Development Goals (MDGs) Komitmen Negara terhadap rakyat Indonesia dan global Komitmen Indonesia kepada masyarakat Suatu kesepakatan dan kemitraan global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh lingkungan sehat,

Lebih terperinci

2018, No Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang P

2018, No Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang P No.187, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Program Keluarga Harapan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG PROGRAM KELUARGA HARAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan rendahnya kualitas hidup penduduk, pendidikan, kesehatan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan rendahnya kualitas hidup penduduk, pendidikan, kesehatan dan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan kondisi saat seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010-2014 mencantumkan empat sasaran pembangunan kesehatan, yaitu: 1) Menurunnya disparitas status kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah kemiskinan masih tetap menjadi masalah fenomenal yang masih belum dapat terselesaikan hingga

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

SALINAN WALIKOTA LANGSA,

SALINAN WALIKOTA LANGSA, SALINAN QANUN KOTA LANGSA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multidimensional, yang dapat ditandai dengan keberadaan pengangguran,

BAB I PENDAHULUAN. multidimensional, yang dapat ditandai dengan keberadaan pengangguran, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan permasalahan kesejahteraan sosial yang kompleks dan multidimensional, yang dapat ditandai dengan keberadaan pengangguran, keterbelakangan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang :

Lebih terperinci

Syarifah Maihani Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Almuslim

Syarifah Maihani Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Almuslim 50-54 PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DALAM UPAYA MEMBERIKAN PELAYANAN KESEHATAN DAN PENDIDIKAN BAGI KELUARGA SANGAT MISKIN (KSM) DI DESA PAYA CUT KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN Syarifah Maihani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Balumbang Jaya Kondisi Geografis

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Balumbang Jaya Kondisi Geografis 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Balumbang Jaya 4.1.1 Kondisi Geografis Kelurahan Balumbang Jaya merupakan salah satu kelurahan yang berada dalam wilayah administratif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha menyejahterakan rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 7 : PENUTUP. pelaksanaan Program Keluarga Harapan Khususnya Bidang Kesehatan.

BAB 7 : PENUTUP. pelaksanaan Program Keluarga Harapan Khususnya Bidang Kesehatan. BAB 7 : PENUTUP 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Komponen Input 1. Kebijakan berpedoman dari Kementerian Sosial RI, Kementerian Kesehatan RI dan Surat Keputusan Walikota Padang. Kebijakan ini belum maksimal disosialisasikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tinjauan Tentang Program Keluarga Harapan (PKH) a. Definisi Program Keluarga Harapan Secara eksplisit negara melalui konstitusi mengamanatkan bahwa Negara memelihara

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DAN USULAN PENYEMPURNAAN PROGRAM PRO-RAKYAT

PELAKSANAAN DAN USULAN PENYEMPURNAAN PROGRAM PRO-RAKYAT PELAKSANAAN DAN USULAN PENYEMPURNAAN PROGRAM PRO-RAKYAT BAMBANG WIDIANTO DEPUTI BIDANG KESRA KANTOR WAKIL PRESIDEN RI APRIL, 2010 KLASTER 1: PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERSASARAN KELUARGA/RUMAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional, karena masalah kesehatan menyentuh hampir semua aspek kehidupan manusia. Oleh

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. bantuan. Bantuan tersebut diwujudkan melalui bantuan tunai bersyarat yang diberik an

BAB V PENUTUP. bantuan. Bantuan tersebut diwujudkan melalui bantuan tunai bersyarat yang diberik an BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Program Keluarga Harapan (PKH) adalah salah satu bentuk kebijakan perlindungan sosial dengan basis keluarga sangat miskin sebagai peserta peneriman bantuan. Bantuan tersebut

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, No.16, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Pelayanan Kesehatan. Di Fasilitas Kawasan Terpencil. Sangat Terpencil. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 272 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN SERDANG

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Indikatornya adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, yang dapat menikmati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu contoh kebijakan publik yang paling mendasar.

I. PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu contoh kebijakan publik yang paling mendasar. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu contoh kebijakan publik yang paling mendasar. Kesehatan adalah hak fundamental setiap masyarakat, yang merupakan hak asasi manusia dan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah pemberdayaan mulai mengemuka pada periode tahun 1970 hingga tahun 1980-an. Pada masa itu Indonesia merupakan Negara acuan dunia di bidang pembangunan terutama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan manusia. Di era globalisasi ini banyak kita temukan penyakit-penyakit yang bukan hal biasa lagi.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2009 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2009 T E N T A N G KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN CIREBON

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu agenda yang tercantum di dalam Nawa Cita Pembangunan Nasional adalah meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Upaya meningkatkan kualitas hidup manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Kekurangan gizi belum dapat diselesaikan, prevalensi masalah gizi lebih dan obesitas

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Republik Indonesia dalam menyejahterakan rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Republik Indonesia dalam menyejahterakan rakyat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya pemerintah Republik Indonesia dalam menyejahterakan rakyat telah termaktub dalam UUD 1945 sebagai wujud tanggung jawab Negara terhadap bangsa dan rakyat

Lebih terperinci

PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) SEBAGAI INVESTASI SOSIAL

PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) SEBAGAI INVESTASI SOSIAL PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) SEBAGAI INVESTASI SOSIAL MURAH Dosen FKIP Universitas Gunung Rinjani Selong-Lombok Timur email : yusufmurah@gmail.com ABSTRAK (PKH) adalah program yang memberikan bantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Jumlah penduduk Indonesia meningkat terus dari tahun ke tahun. Sensus penduduk

Lebih terperinci

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut :

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut : 4. Sistem Informasi pelaporan dari fasilitas pelayanan kesehatan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kota Provinsi yang belum tepat waktu Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai

Lebih terperinci

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Indira Probo Handini 101111072 Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TORAJA UTARA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja Puskesmas, dimana pelaksanaannya dilakukan di tiap kelurahan/rw.

Lebih terperinci

Latar Belakang KLA. Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) adalah suatu pembangunan kabupaten/kota yang mengintegrasikan komitmen dan

Latar Belakang KLA. Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) adalah suatu pembangunan kabupaten/kota yang mengintegrasikan komitmen dan Latar Belakang KLA 1. Definisi dan Tujuan KLA Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) adalah suatu pembangunan kabupaten/kota yang mengintegrasikan komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Eka Fitriani, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Eka Fitriani, Kebidanan DIII UMP, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi juga merupakan target sasaran

Lebih terperinci

P O L I C Y B R I E F GAMBARAN PELAKSANAAN GENERASI SEHAT DAN CERDAS

P O L I C Y B R I E F GAMBARAN PELAKSANAAN GENERASI SEHAT DAN CERDAS P O L I C Y B R I E F GAMBARAN PELAKSANAAN GENERASI SEHAT DAN CERDAS I Gambaran Umum Generasi Sehat dan Cerdas selanjutnya disebut GSC, mulai dilaksanakan sejak tahun 2007, sebagai salah satu program nasional

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia tertinggal dari pembangunan ekonominya. Padahal pembangunan sosial sangat penting, karena pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komitmen pemerintah untuk mensejahterakan rakyat nyata dalam peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari penetapan perbaikan status gizi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah terpenting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) Regional Meeting on Revitalizing Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan tentang perlunya melakukan

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-H

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-H No.790, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Standar Habilitasi dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

WALIKOTA MOJOKERTO, PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 17 TAHUN 2012 TENT ANG

WALIKOTA MOJOKERTO, PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 17 TAHUN 2012 TENT ANG WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 17 TAHUN 2012 TENT ANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK) KOTA MOJOKERTO TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TU HAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PENGABDIAN MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENGELOLAAN POSYANDU BALITA MELALUI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI

PENGABDIAN MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENGELOLAAN POSYANDU BALITA MELALUI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI PENGABDIAN MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENGELOLAAN POSYANDU BALITA MELALUI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI Sri Mukhodim Faridah Hanum Universitas Muhammadiyah Sidoarjo srimukhodimfaridahhanum@umsida.ac.id

Lebih terperinci

5) Penanggulangan diare. 6) Sanitasi dasar. 7) Penyediaan obat esensial. 5. Penyelenggaraan

5) Penanggulangan diare. 6) Sanitasi dasar. 7) Penyediaan obat esensial. 5. Penyelenggaraan POSYANDU 1. Pengertian Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan. (www.bkkbn.com) Posyandu adalah pusat pelayanan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN IBU, ANAK DAN KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN IBU, ANAK DAN KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN IBU, ANAK DAN KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS PEKAUMAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Puskesmas sebagai organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat

Lebih terperinci

PNPM Generasi. Generasi Sehat Dan Cerdas SEKOLAH DASAR TUNAS BANGSA POSYANDU ANGGREK POSYANDU ANGGREK. Info Kit

PNPM Generasi. Generasi Sehat Dan Cerdas SEKOLAH DASAR TUNAS BANGSA POSYANDU ANGGREK POSYANDU ANGGREK. Info Kit PNPM Generasi Generasi Sehat Dan Cerdas SEKOLAH DASAR TUNAS BANGSA POSYANDU ANGGREK POSYANDU ANGGREK Info Kit PNPM Generasi Ringkasan PNPM Generasi Generasi Sehat Dan Cerdas Tujuan Pengembangan Tujuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK)- PERENCANAAN (2018)

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK)- PERENCANAAN (2018) KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK)- PERENCANAAN (2018) 1. OPD : Bappeda 2. Kegiatan : Program Keluarga Harapan/PKH (54) 3. Latar Belakang a. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan

Lebih terperinci

Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal, Angka Kematian Ibu (AKI)

Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal, Angka Kematian Ibu (AKI) kesehatan ibu dan anak, penyediaan SDM yang berkulitas dan penyediaan sarana dan prasarana dalam upaya percepatan penurunan AKI di Kabupaten Bangka Tengah. Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan Pencapaian Tujuan Milenium Indonesia Tahun 2010 ditegaskan, penurunan angka kematian ibu melahirkan (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan sasaran Milenium

Lebih terperinci