ASKEP LOW BACK PAIN TINJAUAN TEORITIS 2.1. Konsep Teoritis Anatomi dan Fisilogi Sistem Muskuloskeletal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ASKEP LOW BACK PAIN TINJAUAN TEORITIS 2.1. Konsep Teoritis Anatomi dan Fisilogi Sistem Muskuloskeletal"

Transkripsi

1 ASKEP LOW BACK PAIN TINJAUAN TEORITIS 2.1. Konsep Teoritis Anatomi dan Fisilogi Sistem Muskuloskeletal Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah struktur lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang belakang. Diantara dua ruas tulang pada tulang belakang terdapat bantalan tulang rawan. Panjang rangkaian tulang belakang pada orang dewasa dapat mencapai cm. Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang belakang, 24 buah diantaranya adalah tulangtulang terpisah dan 9 buah ruas sisanya bergabung membentuk dua tulang. Gambar 1.1 Anatomi Tulang Belakang Sumber: Roos and Wilson, (2011 : 298) Susunan anatomi atau struktur tulang belakang dikelompokkan dan dinamai sesuai dengan daerah yang ditempatinya, yaitu: 1. Tujuh vertebra servikal atau ruas tulang belakang leher membentuk daerah tengkuk. 2. Dua belas vertebra torakalis atau ruas tulang punggung membentuk tulang belakang thorax atau dada. 3. Lima vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang membentuk daerah lumbal atau pinggang. 4. Lima vertebra sakralis atau ruas tulang kelangkang membentuk sakrum atau tulang kelangkang. 5. Empat vertebra koksigeus atau ruas tulang tungging membentuk tulang koksigeus atau tulang tungging. Lengkung ruas tulang bagian leher melengkung ke depan, lengkung ruas tulang dada ke arah belakang, daerah pinggang melengkung ke depan dan pelvis atau kelangkang lengkungannya kearah belakang. Dengan perkecualian dua ruas pertama dari tulang leher maka semua ruas yang dapat bergerak memiliki ciri khas yang sama. Setiap vertebra terdiri atas dua bagian, yang anterior disebut vertebra dan yang posterior disebut arkus neuralis yang melingkari kanalis neuralis (foramen vertebra atau saluran sumsum tulang belakang) yang dilalui sumsum tulang belakang. Vertebra servikalis atau ruas tulang leher adalah yang paling kecil. Kecuali yang pertama dan kedua, yang berbentuk istimewa, maka ruas tulang leher pada umumnya mempunyai ciri seperti berikut : badannya kecil dan persegi panjang, lebih panjang dari samping ke samping dari pada depan kebelakang. Lengkungnya besar. Prosesus spinosus atau taju duri atau ujungnya memecah dua atau bifida. Prosesus transversusnya atau taju sayap berlubang-lubang karena banyak foramina untuk lewatnya arteri vertebralis.

2 Vertebra servikalis ketujuh adalah ruas yang pertama yang mempunyai prosesus spinosus tidak berbelah. Prosesus ini mempunyai tuberkel (benjolan) pada ujungnya. Membentuk gambaran yang jelas di tengkuk dan tampak pada bagian bawah tengkuk. Karena ciri khususnya ini maka tulang ini disebut vertebra prominens. Vertebra torakalis atau ruas tulang punggung lebih besar dari pada yang servikal dan di sebelah bawah menjadi besar. Ciri khas vertebra torakalis adalah sebagai berikut : badannya berbentuk lebar-lonjong (bentuk jantung) dengan faset atau lekukan kecil di setiap sisi untuk menyambung iga; lengkungnya agak kecil; prosesus spinosus panjang dan mengarah ke bawah, sedangkan prosesus transverius, yang membantu mendukung iga adalah tebal dan kuat serta memuat fase persendian untuk iga. Vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang adalah yang terbesar. Badannya sangat besar dibandingkan dengan badan vertebra lainnya dan berbentuk ginjal. Prosesus spinosus lebar dan berbentuk seperti ginjal. Prosesus spinosusnya lebar dan berbentuk sperti pak kecil. Prosesus transversusnya panjang dan lanngsing. Ruas kelima membentuk sendi dengan sekrum pada sendi lumbo-sakral. Sakrum atau tulang kelangkang berbentuk segitiga yang terletak pada bagian bawah kolumna vertebaralis, terjepit diantara kedua tulang inominata (tulang koxa) dan membentuk bagian belakang rongga pelvis (panggul). Dasar dari sakrum terletak diatas dan bersendi dengan vertebra lumbalis kelima dan membentuk promontrorium sakralis. Karnalis sakralis terletak dibawah karnalis vertebarallis (saluran tulang belakang) dan memang lanjutan dari padanya. Dinsing karnalis sakralis berlubanglubang untuk dilalui saraf sakral. Prosesus spinosus yang rudirameter dapat dilihat pada pandangan posterior dari sakrum. Permukaan anterior sakrum adalah cekung dan memperlihatkan empat gili-gili melintang, yang menandakan tempat penggabungan kelima vertebra sakralis. Pada ujung gili-gili ini, di setiap sisi terdapat lubang-lubang kecil untuk dilewati urat-urat saraf. Lubang-lubang ini disebut foramina. Apex dari sakrum bersendi dengan tulang koksigeus. Di sisinya, sakrum bersendi dengan tulang ileum dan membentuk sendi sakro-iliaka kanan dan kiri. Koksigeus atau tulang tungging terdiri atas empat atau lima vertebra rudimenter yang bergabung menjadi satu. Di atasnya ia bersendi dengan sakrum. Lengkung kolumna vertebralis. Kalau dilihat dari samping maka kolumna vertebralis memperlihatkan empat kurva atau lengkung anteroposterior: lengkung vertikal pada daerah leher melengkung ke depan, daerah torakal melengkung ke belakang, daerah lumbal melengkung ke depan daerah pelvis melengkung ke belakang. Kedua lengkung yang menghadap posterior, yaitu yang terakal dan pelvis, disebut primer karena mereka mempertahankan lengkung aslinya ke belakang dari tulang belakang, yaitu bentuk C sewaktu janin dengan kepala membengkok ke bawah sampai batas dada dan gelang panggul dimiringkan ke atas ke arah depan badan. Kedua lengkung yang menghadap ke anterior adalah sekunder-lengkung servikal berkembang ketika kanak-kanak mangangkat kepalanya untuk melihat sekelilingnya sambil menyelidiki, dan lengkung lumbal dibentuk ketika ia merangkak, berdiri dan berjalan dan mempertahankan tegak. Sendi kolumna vertebra, sendi ini dibentuk oleh bantalan

3 tulang rawan yang diletakkan diantara setiap dua vertebra, dikuatkan oleh ligamentum yang berjalan didepan dan belakang badan-badan vertebra sepanjang kolumna vertebralis. Massa otot disetiap sisi membantu dengan sepenuhnya kestabilan tulang belakang. Diskus invertebralis atau cakram antar ruas adalah bantalan tebal dari tulang rawan fibrosa yang terdapat diantara badan vertebra yang dapat bergerak. Gerakan Sendi yang terbentuk antara cakram dan vertebra adalah persendian dengan gerakan yang terbatas saja dan termasuk sendi jenis simfisis, tetapi jumlahnya yang banyak memberi kemungkinan membengkok kepada kolumnanya secara keseluruhan. Gerakannya yang mungkin adalah flexi atau membengkok ke depan, extensi, membengkok kebelakang, membengkok lateral ke setiap sisi dan rotasi atau berputar ke kanan dan ke kiri (Evelyn C. Pearce, 2005 : 56-59). Fisologinya adalah sebagai berikut : 1. Tulang belakang memiliki fungsi sebagai pendukung tubuh yang kokoh untuk dapat melakukan duduk, berdiri maupun berjalan. 2. Sebagai penyangga dengan perantaraan tulang rawan cakram (di antara 2 ruas tulang) yang lengkungannya memberi fleksibilitas dan memungkinkan membongkok tanpa patah. 3. Cakram juga berguna untuk menyerap goncangan yang terjadi pada saat menggerakan badan seperti pada saat berlari dan meloncat. 4. Tulang belakang juga befungsi memikul berat badan 5. Sebagai permukaan untuk kaitan otot dan tulang iga dimana fungsi tulang iga atau rusuk adalah sebagai pelindung organ tubuh vital seperti jantung dan paru-paru (Evelyn C. Pearce, 2005 : 62). Fungsi kolumn vertebrata meliputi hal-hal berikut ini: 1. Foramina vertebrata membentuk kanal vertebrata yang memberi perlindungan yang kuat kepada medula spinalis yang lunak. Medula spinalis berada didalam kanal vertebrata. 2. Pedikel pada vertebrata yang berdekatan membentuk foramina intervertebrata di sisi, memberikan akses ke medula spinalis untuk syaraf spinal pembuluh darah, dan pembulu limfe. 3. Jumlah tulang vertebrata yang banyak memungkinkan gerakan tertentu. 4. Menopang tengkorak. 5. Diskus intervertebrata bekerja sebagai shock absober (bantalan penahan goncangan) yang melindungi otak. 6. Membentuk aksis batang tubuh, memberi pelekatan pada tulang iga, gelang bahu, ekstremitas atas, gelang pelvis, dan ekstremitas bawah. Sangkar toraksikis, toraks ( sangkar toksiskis) dibentuk oleh sternum, dibagian anterior, 12 pasang iga yang membentuk sangakar tulang lateral, dan 12 vertebrata toraksikis. 1. Sternum merupakan tulang pipih yang berada didepan dada. Sternum terdiri atas: a. Manubrium yang merupakan bagian teratas dan membentuk persendian dengan klavikula, yakni sendi sterno-klavikula dan dengan dua pasang iga pertama.

4 b. Badan atau bagian tengah yang merupakan tempat meletaknya iga; c. Prosesus xipodeus merupakan ujung tulang tempat meletaknya diafragma, otot dinding abdomen anterior, dan linea alba. 2. Iga terdiri atas 12 pasang yang membentuk dinding lateral sangkar toraksis. Dibagian anterior, 7 pasang iga pertama membentuk persendian dengan sternum dan disebut iga sejati. Tiga pasang iga berikutnya membentuk persendian secara tidak langsung. Kartilago kosta melekatkan iga pada sternum. Dua pasang iga terbawah, disebut dengan ujung sternum dan ujung anterior tidak terhubung oleh struktur apa pun. (Roos and Wilson, 2011 : 298) Definisi Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan musculoscletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. Masalah nyeri pinggang yang timbul akibat duduk lama menjadi fenomena yang sering terjadi pada mahasiswa (Lukman, Nurna Ningsih 2011 ;128). Menurut Fransisca B. Batticaca (2008:168) Herniasi Diskus Invertebralis atau disebut juga dengan Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh penonjolan nukleus pulposus dari diskus ke dalam anulus (cincin fibrosa disekitar diskus), yang disertai dengan kompresi dari akar-akar saraf. Herniasi dapat terjadi di lumbal, lumbosakral, regio skapula, regio servikal dan berbagai kolumna vertebralis. Menurut Arif Muttaqin (2008:192) Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) adalah keadaan ketika nukleus pulposus keluar menonjol kemudian menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang robek. HNP merupakan suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologik di kolumna vertebralis pada diskus invertebralis/diskogenik. Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah lumbasakral dan sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai sampai kaki. (Harsono,2000) Etiologi Menurut Lukman dan Nurna Ningsih (2011; 128). Penyebab LBP dapat dibagi menjadi: 1. Regangan lumbosakral akut 2. Ketidak stabilan ligamen lumbosakral dan kelemahan otot 3. Osteoartritis tulang belakang 4. Stenosis tulang belakang 5. Masalah diskus invertebralis 6. Perbedaan panjang tungkai 7. Pada lansia ; akibat fraktur tulang belakang, osteoporosis atau metastasis tulang. 8. Penyebab lain, seperti gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor retroperitoneal, aneurisma abdominal dan masalah psikosomatik Patofisiologi Pinggang adalah bagian belakang badan yang mengemban bagian tubuh dari toraks keatas dan perut. Bagian tersebut ialah tulang belakang lumbal khususnya dan

5 seluruh tulang belakang umumnya. Tiap ruas tulang belakang berikut dengan diskus intervertebralis sepanjang kolumna vertebralis merupakan satuan anatomi dan fisiologi. Bagian depan yang terdiri dari korpus vertebralis dan diskus intervertebralis berfungsi sebagai pengemban yang kuat, tetapi cukup fleksibel serta bisa tahan terhadap tekanantekanan menurut porosnya, yang menahan tekanan tersebut ialah nucleus pulposus. Fleksibilitas dijamin oleh ligamenta dan fasia-fasia yang kuat yang mengikat dan membungkus korpus serta diskus intervertebralis, tetapi fleksibilitas tersebut dijamin terhadap penekukan kebelakang dan kesamping yang berlebihan oleh artikulus posterior superior yang merupakan bagian belakang tiap ruas tulang belakang. Bagian belakang ini terdiri dari pedikel, lamina serta processus spinosus dan transverses. Dalam keseluruhannya bagian belakang menyediakan terowongan yang dikenal sebagai kanalis vertebralis. Serta fasies artikulus inferior bersendi dengan faises artikulus tetangganya. Persendian tersebut terdiri dari semua unsur jaringan yang dimiliki setiap sendi biasa tubuh, yaitu kartilago, sinovial dan kapsul. Diantara padikelpadikel sepanjang kolumna vertebralis terdapat lubang yang dinamakan foramen intervertebralis. Dinding belakang dibentuk oleh artikulus posterior dan dinding depannya dibentuk sebagian besar oleh diskus intervertebralis. Didalam kanalis vertebralis terdapat medulla spinalis yang membujur kebawah sampai L2 melalui setiap foramen intervertebralis setiap segmen medulla spinalis menjulurkan radiks dorsalis dan ventralisnya ke periferi menuju cervical dan torakal berkas serabut tepi itu (radiks dorslis dan ventralis) menuju ke foramen tersebut secara horizontal. Tetapi didaerah lumbal dan sacral, radiks dorsalis dan ventralis berjalan secara curam ke bawah dahulu sebelum tiba ditingkat foramen intervertebralis yang bersangkutan. Hal ini disebabkan oleh karena medulla spinalis membujur hanya sampai tingkat L.2 saja. Otot-otot yang terdapat sekeliling tulang belakang mempunyai origo dan inserio pada processus transverses atau processus spinosus. Stabilitas kolumna vertebralis dijamin oleh ligamenta secara impuls nyeri terdapat ligamenta, otot-otot, periostium, lapisan louar annulus fibrosus dan sinovia artikulus posterior. Nyeri setempat karena iritasi ujung-ujung saraf penghantar impuls nyeri. Korpus vertebra yang dirusak tumor ganas tidak menimbulkan nyeri selama periostiumnya tidak teregang, oleh karena korpus vertebra tidak mengandung ujung-ujung serabut pengantar impuls nyeri. Proses patologi apapun yang membangkitkan nyeri setempat harus dianggap sebagai perangsang jaringan-jaringan yang peka nyeri. Nyeri setempat biasanya terus menerus atau hilang timbul. Pada penekanan nyeri dapat bertambah hebat atau diluar. Reffered pain atau nyeri berulang yang dirasakan didaerah pinggang dapat bersumber pada proses patologi dijaringan yang peka nyeri didaerah abdominal, pelvis ataupun tulang belakang lumbalnya sendiri. Reffered pain yang berasal dari tulang belakang lumbal bagian atas dirasakan didaerah anterior paha dan tungkai bawah. Reffered pain yang berasal dari organ-organ abdominal dan pelvis terasa disamping pinggang dan didaerah permukaan perut sendiri.

6 Proses patologi di bagian retroperitoneal seperti batu ginjal, limfoma, karsinpoma, dan aneorisma aorta dapat membangkitkan reffered pain di pinggang dengan penjalaran kedaerah perut bawah sampai garis inguinal bahkan ke labia atau testis. Reffered pain dipinggang yang bersumber pada organ di pelvis diakibatkan oleh proses patologi apapun yang menegangkan ligament sakrouterina. Posisi uterus yang salah dapat menarik ligament tersebut dan menimbulkan reffered pain di punggung bagian bawah. Nyeri radikuler menjalar secara tegas, terbatas pada dermatomnya dan sifat nyerinya lebih keras dan terasa pada permukaan tubuh. Nyeri radikuler timbul karena perangsangan terhadap radiks hal ini berarti proses patologi yang menimbulkan nyeri radikuler harus berada disekitar foramen intervertebralis. Nyeri yang menjalar karena terlibatnya nervus isciadicus di tingkat sendi sakroiliaka atau sendi punggung pada waktu. Nyeri akibat kontraksi otot sebagai tindakan proaktif. Otot dalam keadaan tegang terus menerus menimbulkan perasaan yang dinyatakan kebanyakan orang sebagai pegal. Sikap duduk jalan dan berdiri yang salah dapat menimbulkan sakit pinggang. Keadaan tegang mental memberikan ketegangannya kepada otot-otot lumbal juga, sebagaimana halnya dengan ketegangan mental yang diberikan kepada otot-otot kepala-leher-bahu. Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen system nosiseptif dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain. Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah yang kompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah local. Sel-sel mast, folikel rambut dan kelenjar keringat. Stimuli serabut ini mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel mast dan mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral dari cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebra system saraf dan dengan organ internal yang lebih besar. Sejumlah substansi yang dapat meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin dan substansi prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi lain dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam system saraf pusat. Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari

7 reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri terjadi karena adanya interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi nyeri. Patofisiologi pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sum-sum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung. Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung biasa. Diskus lumbal bawah, Lumbal 4 Lumbal 5 dan Lumbal 5 Sacral 6, menderita stress paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut. (Priguna Sidharta 2000; 203). Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sumsum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung. Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung biasa. Diskus lumbal bawah, Lumbal 4 Lumbal 5 dan Lumbal 5 Sacral 6, menderita stress paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis

8 spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut (Lukman Nurma Ningsih, 2011 : ) Manifestasi Klinis 1. Keluhan nyeri punggung akut maupun kronis (berlangsung lebih dari dua bulan tanpa perbaikan) dan kelemahan 2. Nyeri bila tungkai ditinggikan dalam keadaan lurus, indikasi iritasi serabut saraf 3. Adanya spasme otot paravertebralis (peningkatan tonus otot tulang postural belakang yang berlebihan) 4. Hilangnya lengkungan lordotik lumbal yang normal 5. Dapat ditemukan deformitas pada tulang belakang (Lukman Nurma Ningsih, 2011 : 130) Pemeriksaan Diagnostik Menurut Marilyn E.Doengoes (2000 : 321) ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menentukan diagnosa pada pasien dengan HNP (Hernia Diskus Pulposus) diantaranya : 1. Foto Rontgen Spinal : Memperlihatkan adanya perubahan degeneratif pada tulang belakang/ruang intervertebralis atau mengesampingkan kecurigaan patologis lain, seperti tumor, osteomielitis. 2. Elektromiografi : Dapat melokalisasi lesi pada tingkat akar saraf spinal yang utama yang terkena. 3. Venogram Epidural : Dapat dilakukan pada kasus dimana keakuratan dari miogram terbatas. 4. Pungsi Lumbal : Mengesampingkan kondisi yang berhubungan infeksi, adanya darah. 5. Tanda Leseque (Tes dengan mengangkat kaki lurus ke atas) : Mendukung diagnosa awal dari herniasi diskus invertebralis ketika muncul nyeri pada posterior. 6. Scan CT : Dapat menunjukkan kanal spinal yang mengecil, adanya protrusi diskus invertebralis. 7. MRI : Pemeriksaan non invasif yang dapat menunjukkan adanya perubahan tulang dan jaringan lunak dan dapat memperkuat bukti adanya herniasi diskus. 8. Mielogram : Mungkin normal atau memperlihatkan penyempitan dari ruang diskus, menentukan lokasi dan herniasi secara spesifik Penatalaksanaan Penatalaksanaan medis mencakup beberapa aspek yang diperlu diperhatikan yaitu : 1. Dukungan Istirahat total pada tempat tidur yang datar (papan tripleks tebal tanpa kasur), kompres panas atau dingin pada daerah nyeri dan pemasangan cervical collar atau traksi servikal 2. Terapi fisik Terapi farmakologi : Obat anti inflamasi seperti ibuprofen atau prednisolon, relaksasi otot seperti diazepam atau cyclobenzaprine dan obat analgesik dan narkotik merupakan obat pilihan selama fase akut. 3. Pembedahan

9 Dilakukan jika terjadi defisit neurologis atau kegagalan perbaikan dengan terapi konservatif. Prosedur pembedahan meliputi : diskectomy, laminektomy, spinalfusion, microdikectomy dan percutaneous diskectomy. 4. Chemunudeolysis Untuk herniasi lumbal, injeksi chymopapain kedalam diskus agar menghilangkan air dan proteoglian dari diskus, mengurangi ukuran diskus, dan tekanan subsekuen pada akar saraf (Fransisca B. Batticaca, 2008 : 169) 2.2. Konsep Keperawatan Pengkajian Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verfikasi, dan komunikasi data tentang pasien. Fase proses keperawatan ini mencakup dua langkah: pengumpulan data dari sumber primer (pasien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisis data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan (Potter & Perry, 2005:144). Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengkajian pasien menurut Arif Mutaqqin (2008 : ) terdiri dari : Pengumpulan data subjektif dan objektif pada pasien dengan gangguan sistem persarafan sehubungan dengan HNP bergantung pada bentuk, lokasi, jenis, injuri, dan adanya komplikasi pada organ vital lainnya. Pengkajian keperawatan HNP meliputi

10 anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psikososial. 1. Anamnesis Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosis medis. HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat benda berat atau mendorong benda berat). Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah nyeri punggung bawah. a. Propocatif/ paliatif Adanya riwayat trauma (mengangkat atau mendorong benda berat). b. Quality/ Quantity Sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena api, nyeri tumpul yang terus-menerus. Kaji penyebaran nyeri, apakah bersifat radikular atau nyeri acuan (refered pain). Nyeri bersifat menetap, atau hilang timbul, semakin lama semakin nyeri. Nyeri bertambah hebat karena adanya faktor pencetus seperti gerakan-gerakan pinggang batuk atau mengedan, berdiri atau duduk atau jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang bila dibuat istirahat atau berbaring. Sifat nyeri khas dari posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai dari pantat dan menjalar ke bagian belakang lutut, kemudian ketungkai bawah. Nyeri bertambah bila ditekan didaerah L 5 -S 1 (garis antara dua krista iliaka). c. Region Letak atau lokasi nyeri, minta klien menunjukkan nyeri dengan setempat-tempatnya sehingga letak nyeri dapat diketahuai dengan cermat. d. Saverity Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri. Aktivitas yang menimbulkan nyeri seperti berjalan, menuruni tangga, menyapu, dan gerakan yang mendesak. Obat-obatan yang sedang diminum seperti analgesik, berapa lama klien menggunakan obat tersebut. e. Time Sifatnya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilang timbul, semakin lama semakin nyeri. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun). 2. Riwayat Penyakit Saat Ini Kaji adanya riwayat trauma akibat mengangkat atau mendorong benda yang berat, pengkajian yang dapat meliputi keluhan paraparesis flisid, parestesia, dan retensi urine. Keluhan pada punggung bawah, ditengah-tengah area pantat dan betis, belakang tumit, dan telapak kaki. Klien sering mengeluh kesemutan (parastesia) atau baal bahkan kekuatan otot menurun sesuai dengan distribusi persarafan yang terlibat. Pengkajian riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, yang juga bisa minimbulkan nyeri pinggang bawah yang keluhannya hampir mirip dengan keluhan

11 nyeri HNP sangat diperlukan untuk penegakkan masalah klien lebih komprehensif dan memberikan dampak terhadapintervensi keperawatan selanjutnya. 3. Riwayat Penyakit Dahulu Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi apakah klien pernah menderita tuberkolosis tulang, osteomielitis, keganasan (mieloma multipleks), dan metabolik (osteoporosis) yang semua penyakt ini sering berhubungan dengan kejadian dan meningkatkan resiko terjadinya herniasi nukleus pulposus (HNP). Pengkajian lainnya adalah menanyakan adanya riwayat hipertensi, riwayat cidera tulang belakang, diabetes melitus, dan penyakit jantung. Pengkajian ini berguna sebagia data untuk melakukan tindakan lainnya dan menghindari komplikasi. 4. Riwayat Penyakit Keluarga Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang menderita hipertensi dan diabetes militus. 5. Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien perlu dilakukan untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat, dan respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat, apakah klien mengalami dampak yang timbul akibat penyakit seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ke tidak mampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Adanya perubahan berupa paralisis anggota gerak bawah memberikan manifestasi berbeda pada setiap klien yang mengalami gangguan pada tulang belakang. Semakin lama klien menderita paraparise tersebut, maka makin akan bermanifestasi pada koping yang tidak efektif. Adanya perubahan hubungan dan peran disebabkan oleh karena klien mengalami kesulitan dalam beraktivitas mengakibatkan ketidak mampuan dalam aktivitas ekonomi. Pola persepsi dan konsep diri yang ditemukan adalah klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah dan tidak kooperatif, karena klien harus menjalani rawat inap maka perawat harus mengkaji apakah keadaan iniakan memberi dampak pada status ekonomi klien, karena biaya perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit. Pengobatan HNP yang memerlukan biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga. Perawat juga melakukan pengkajian terhadap fungsi neurologis dan dampak ganguan neurologisyang akan terjadi pada gaya hidup individu. Perspektif keperawatan dalam mengkaji terdiri atas dua masalah, yaitu keterbatasan yang diakibatkan oleh defisit nurologis dalam hubungannya dengan peran sosial klien dan rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi klien dengan gangguan neurologis di dalam sistem dukungan individu. 6. Pemeriksaan Fisik Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian

12 anamnesa. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan perissitem dan terarah (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada B3 (Brain) dan B6 (Bone) dan dihubngkan dengan keluhan klien. a. Keadaan Umum, pada HNP keadaan umum biasanya tidak mengalami penurunan kesadaran. Adanya perubahan padatanda-tanda vital brakikardi, hipotensi yang berhubungan dengan penurunan aktivitas karena adanya paraparise. B1 (Breating) jika tidak mengganggu sistem pernapasan biasanya pada pemeriksaan : 1) Inspeksi, ditemukan klien tidak mengalami batuk, tidak sesak napas, dan frekuensi pernapasan normal. 2) Palpasi, ditemukan taktil fremitus kiri dan kanan. 3) Perkusi, ditemukan adanya sura resonan pada seluruh lapang paru. 4) Auskultasi, ditemukan tidak terdengar bunyi napas tambahan. B2 (Blood), bila tidak ada gangguan pada sistem kardiovaskuler, biasanya kualitas dan frekuensi nadi normal, tekanan darah normal. Pada auskultasi, tidak ditemukan bunyi jantung tambahan. B3 (Brain), merupakan pemeriksaan fokus yang lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem yang lain. Inspeksi umum, kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya anglus, pelvis miring/asimetris, postur tungkai yang abnormal. Hambatan pada pergerakan punggung, pelvis dan tungkai selama bergerak. b. Tingkat Kesadaran Tingkat kesadaran klien biasanya kompos mentis. c. Pemeriksaan fungsi serebri Status mental, observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya bicara klien dan observasi ekspresi wajah, dan aktivitas motirik. Status mental klien yang telah lama menderita HNP biasanya mengalami perubahan. d. Pemeriksaan saraf kranial Saraf I, biasanya pada klien HNP tidak ada kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan. Saraf II, hasil tesketajaman penglihatan biasanya normal. Saraf III, IV, dan V, klien biasanya mengalami kesulitan mengangkat kelopak mata, pupil isokor. Saraf V, pada klien HNP umumnya tidak ditemukan paralisis pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan. Saraf VII, persepsi pengecapan dalam bats normal, wajah simetris. Saraf VIII, tidak ditemukannya tuli konduktif dan tuli persepsi. Saraf IX dan X, kemampuan menelan baik. Saraf XI, tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Saraf XII, lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi, indra pengecapan normal. e. Sistem motorik

13 1) Kaji kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki dan ibu jari, dan jari lainnya dengan memeinta klien untuk melakukan gerak fleksi dan ekstensi lalu menahan gerakan tersebut. 2) Ditemukan atropi otot pada meleolus atau kaput fibula dengan membandingkan kanan dan kiri. 3) Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu. f. Pemeriksaan refleks 1) Refleks achilles pada HNP L 4 -L 5 negatif. 2) Reflek lutut/patella pada HNP lateral di L 4 -L 5 negatif. g. Sistem sensorik Lakukan pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar untuk menentukan dermatom yang terganggu sehigga dapat ditentukan pula radiks yang terganggu. Palpasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga tidak memebingungkan klien. Palapasi dilakukan pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling terasa nyeri. B4 (Bladder), kaji keadaan urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi akibat menurunya perfusi pada ginjal. B5 (Bowel), pemenuhan nutrisi kurang karena adanya mual dan asupan nutrisi yang kurang. Lakukan pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan penilaian ada tidaknya lesi pada mulut atau perubahan pada lidah. Hal ini dapat menunjukkan adanya dehidrasi. B6 (Bone), adanya kesulitan dalam beraktivitas dan menggerakkan badan karena danya nyeri, kelemahan,kehilangan sensori, dan mudah lelah menyebabkan masalah padapola aktivitas dan istirahat. Inspeksi, karvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya angulus, pelvis yang miring/asimetris, muskulatur paravertebral atau bokong yang asimetris, postur tungkai yang abnormal. Adanya kesulitan atau hambatan dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis dan tungkai selama bergerak. Palapasi, ketika meraba kolumna vertebratalis, cari kemungkinan adanya deviasi kelateral antroposterior. Palapsi pada daerah yang ringan rasa nyerinya kearah yang paling terasa nyeri Diagnosa Keperawatan Menurut Marlyn E. Dongoes, (2000:320) diagnosa yang muncul antara lain 1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan agen pencedera fisik : kompresi saraf,spasme otot ditandai dengan keluhan punggung bawah,kekakuan leher, ketidak mampuan berjalan, perubahan tonus otot. 2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, spasme otot, kerusakan neuro maskular ditandai dengan keluhan nyeri pada gerakan, keterbatasan rentang gerak, penurunan kekuatan otot. 3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, perubahan status kesehatan, ditandai dengan ketakutan, ketidak berdayaan, ketidak mampuan untuk memenuhi harapan peran.

14 4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan belajar berhubungan kesalahan interpretasi informasi kurang mengingat ditandai dengan mengungkapkan masalah, dengan pernyataan salah konsepsi. Menurut Arief Mutaqin, (2008 : 360).Diagnosis Keperawatan yang muncul adalah : 1. Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervertebratalis, tekanan didaerah distribusu ujung saraf. 2. Resiko tinggi trauma yang berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik, kesulitan atau hambatan dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis, dan tungkai. 3. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuskular, menurunya kekuatan dan kesadaran, kehilangan kontrol/koordinasi otot. 4. Resiko gangguan intregitas kulit yang berhubungan dengan imobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer, tirah baring lama. 5. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan ketidak berdayaan dan merasa tidak ada harapan, kehilangan/perubahan dalam pekerjaan. Rencana Keperawatan N o Diagnosa Keperawata n 1. Nyeri akut b/d agen injuri (fisik, kelainan muskulo skeletal dan system syaraf vaskuler Batasan karakteristi k : Verbal Menarik nafas panjang, merintih Mengeluh nyeri Motorik Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam nyeri berkurang / hilang dengan kriteria : Tingkat nyeri (2102) Melaporkan nyeri berkurang / hilang Frekuensi nyeri berkurang / hilang Lama nyeri berkurang Ekspresi oral berkurang Intervensi Manajemen nyeri (1400) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karateristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi). Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan. Gunakan teknik komunikasi terapetik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien. Kaji kultur / budaya yang mempengaruhi respon nyeri. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau. Evaluasi bersama klien dan tim kesehatan lain

15 Menyeringai kan wajah. Langkah yang terseok-seok Postur yang kaku / tidak stabil Gerakan yang amat lambat atau terpaksa Respon autonom Perubahan vital sign / hilang Ketegangan otot berku-rang / hilang Dapat istirahat Skala nyeri berkurang / menurun Kontrol Nyeri (1605) Mengenal faktor-faktor penyebab Mengenal onset nyeri Jarang / tidak pernah melakukan tindakan pertolongan dengan non analgetik Jarang / tidak pernah menggunakan analgetik Jarang / tidak pernah melaporkan nyeri kepa-da tim kesehatan. Nyeri terkontrol tentang ketidak efektifan kontrol nyeri masa lampau. Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri (suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan) Kurangi faktor presipitasi nyeri.. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmokologi, non farmakologi dan interpersonal). Kaji tipe dan sumber nyeri untuk me-nentukan intervensi.. Ajarkan tentang teknik non farmakologi.. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri. Tingkatkan istirahat. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil.. Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri. Tingkat kenyamanan (2100) Klien melaporkan kebu-tuhan Andministrasi Analgetik (2210) Tentukan lokasi, karateristik kualitas, dan derajat nyeri sebagai pemberian obat.

16 Batasan karakteristi k : istirahat tidur tercukupi Melaporkan kondisi fisik baik Melaporkan kondisi psikis baik Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama X 24 2 Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan muskuloskel etal, kekakuan sendi atau kontraktur jam klien mampu mencapai mobilitas fisik dengan kriteria : Mobility Level Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan fekkuensi. Cek riwayat alergi Pilih analgenik yang diperlukan atau kombinasi dari analgetik ketika pemberian lebih dari satu. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri. Tentukan analgetik pilihan rute pemberian dan dosis optimal. Pilih rute pemberian secara iv-im untuk pengobatan nyeri secara teratur Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat.. Evaluasi efektifitas analgesik tanda dan gejala (efek sampingan) Koreksi tingkat kemampuan mobilisasi de-ngan sekala 0-4 : 0 : Klien tidak tergantung pada orang lain 1 : Klien butuh sedikit bantuan 2 : Klien butuh bantuan sederhana 3 : Klien butuh bantuan banyak 4 : Klien sangat tergantung pada

17 Postur tubuh kaku tidak stabil. Jalan terseok-seok Gerak lambat Membatasi perubahan ge-rak yang mendadak atau cepat Sakit berbalik 3. Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman Batasan karakteristi k : Pasien menahan sakit (merintih, menyeringai) Pasien mengungkap kan tidak (0208) : Klien dapat melakukan mobilitas secara bertahap dengan tanpa merasakan nyeri. Penampilan seimbang Menggerakkan otot dan sendi Mampu pindah tempat tanpa bantuan Berjalan tanpa bantuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama X 24 jam klien dapat terpenuhi kebutuhan tidurnya dengan criteria : Tidur (0004) Jumlah jam tidur cukup Pola tidur normal pemberian pelayanan Atur posisi klien Bantu klien melakukan perubahan gerak. Observasi / kaji terus kemampuan gerak motorik, keseimbangan Ukur tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan latihan. Anjurkan keluarga klien untuk melatih dan memberi motivasi. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (fisioterapi untuk pemasangan korset) Buat posisi seluruh persendian dalam letak anatomis dan nyaman dengan memberikan penyangga pada lekukan lekukan sendi serta pastikan posisi punggung lurus. Peningkatan Tidur / Sleep Enhancement (1850) Kaji pola tidur / pola aktivitas Anjurkan klien tidur secara teratur Jelaskan tentang pentingnya tidur yang cukup selama sakit dan terapi. Monitor pola tidur dan catat keadaan fisik, psykososial yang mengganggu tidur Diskusikan pada klien dan keluarga tentang

18 bisa tidur karena nyeri Kualitas tidur cukup Tidur secara teratur Tidak sering terbangun Tanda vital dalam batas normal Rest (0003) Istirahat Cukup Kualitas istirahat baik Istirahat fisik cukup Istirahat psikis cukup Anxiety control (1402) Tidur adekuat Tidak ada manifestasi fisik Tidak ada manifestasi perilaku Mencari informasi untuk mengurangi cemas tehnik peningkatan pola tidur Manajemen lingkungan (6480) Batasi pengunjung Jaga lingkungan dari bising Tidak melakukan tindakan keperawatan pada saat klien tidur Menggunakan teknik relaksasi untuk mengu-rangi cemas Berinteraksi Anxiety Reduction (5820) Jelaskan semua prosedur termasuk pera-saan yang mungkin dialami selama men-jalani prosedur Berikan objek yang dapat memberikan rasa aman Berbicara dengan pelan dan tenang Membina hubungan saling percaya Dengarkan klien dengan penuh perhatian Ciptakan suasana saling percaya Dorong orang tua mengungkapkan perasaan, persepsi dan cemas secara verbal Berikan peralatan / aktivitas yang menghibur untuk mengurangi ketegangan Anjurkan untuk menggunakan teknik relaksasi Berikan lingkungan yang tenang

19 sosial Batasi pengunjung 4. Defisit srlf care b.d nyeri Seteleh dilakukan tindakan keperawatan pada pasien selama 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan perawatan diri pasien dapat terpenuhi, dengan kriteria hasil : klien terbebas dari bau badan Menyatakan kenyamanan terhadap pemenuhan kebutuhan perawatan diri Self care assistance ; 1. Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri 2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu 3. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk memenuhi perawatan dirinya 4. Dorong klien untuk melakukan aktivitas yang mandiri sesuai kemampuan DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002 Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002 Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot, Philadelphia, Askep LBP (Low Back Pain). Diakses pada tanggal 12 Februaei

20 .Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Low Back Pain. Diakses pada tanggal 12 Februari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri punggung bawah sudah dikenal beribu-ribu tahun yang lalu didiskripsikan sebagai lumbago dan sciatica didalam Al-kitab, sering akibat nyeri punggung ini seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dibentuk oleh struktur tulang belakang yang sangat kuat dimana berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni

Lebih terperinci

Anatomi Vertebra. Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis. 2

Anatomi Vertebra. Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis. 2 Anatomi Vertebra Tulang belakang (vertebra) dibagi dalam dua bagian. Di bagian ventral terdiri atas korpus vertebra yang dibatasi satu sama lain oleh discus intervebra dan ditahan satu sama lain oleh ligamen

Lebih terperinci

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk punggung yang mudah digerakkan. Terdapat 33 tulang punggung pada manusia, 5 di antaranya bergabung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri pinggang bawah atau low back pain merupakan rasa nyeri, ngilu, pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah diagnosis tapi hanya

Lebih terperinci

AHMAD SAHRANI ISSA INA JARINI MUHAMMAD WILDANI SRIWATI

AHMAD SAHRANI ISSA INA JARINI MUHAMMAD WILDANI SRIWATI AHMAD SAHRANI ISSA INA JARINI MUHAMMAD WILDANI SRIWATI Hernia adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal suatu defek pada fasia dan muskukaponeurotik dinding perut, baik secara kongenital atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian yakni salah satunya bagian leher yang mempunyai peranan sangat

BAB I PENDAHULUAN. bagian yakni salah satunya bagian leher yang mempunyai peranan sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dibentuk oleh struktur tulang belakang yang sangat kuat dimana berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN HNP

LAPORAN PENDAHULUAN HNP LAPORAN PENDAHULUAN HNP Hernia Nukleus Pulposus (HNP) sering disebut juga dengan ruptur diskus intervertebralis. Diskus intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Lama Duduk Sebelum Istirahat Dalam Berkendara

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Lama Duduk Sebelum Istirahat Dalam Berkendara BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lama Duduk Sebelum Istirahat Dalam Berkendara Sopir atau pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang telah memiliki Surat Ijin

Lebih terperinci

Manifestasi Klinis a. b. c. d. Asuhan Keperawatan Pengkajian

Manifestasi Klinis a. b. c. d. Asuhan Keperawatan Pengkajian Manifestasi Klinis a. Nyeri akut pada belakang leher yang menyebar sepanjang saraf yang terkena b. Paraplegi c. Tingkat neurologis: - Paralisis sensorik dan motorik total di bawah tingkat neurologis -

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era yang lebih maju dan berkembang disertai dengan peningkatan teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan perilaku hidup, hal ini mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bebas dari kecacatan sehingga untuk dapat melakukan aktivitas dalam

BAB I PENDAHULUAN. bebas dari kecacatan sehingga untuk dapat melakukan aktivitas dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan satu hal yang sangat penting dalam kehidupan setiap makhluk Tuhan yang ada di dunia ini terutama manusia. Bagi manusia kesehatan mencakup

Lebih terperinci

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang 3. PERENCANAAN TINDAKAN PERAWATAN NO DIAGNOSA KEPERAWATAN Gangguan rasa nyaman TUJUAN DAN HASIL YANG DIHARAPKAN Tujuan : RENCANA TINDAKAN - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : RASIONAL - Nyeri dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, tingkat aktivitas masyarakat Indonesia semakin tinggi. Hal ini disebabkan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas sel tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas sel tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem persarafan terdiri dari otak, medulla spinalis, dan saraf perifer. Struktur ini bertanggung jawab mengendalikan dan mengordinasikan aktivitas sel tubuh melalui

Lebih terperinci

Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis

Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis Akhmad Imron*) Departemen Bedah Saraf FK.Unpad/RSHS Definisi Instabilitas Spinal : adalah hilangnya kemampuan jaringan lunak pada spinal (contoh : ligamen, otot

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4" BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nyeri Punggung Bawah 2.1.1. Definisi Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri diantara sudut kosta sampai daerah bokong yang dapat menjalar sampai ke kedua kaki (Casazza,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manakala seseorang menderita sakit maka seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manakala seseorang menderita sakit maka seseorang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Sehat pada dasarnya merupakan dambaan atau kebutuhan setiap orang sehingga manakala seseorang menderita sakit maka seseorang akan mengusahakan dirinya untuk kesembuhan

Lebih terperinci

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen 6 ke lateral dan sedikit ke arah posterior dari hubungan lamina dan pedikel dan bersama dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen yang menempel kepadanya. Processus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung dan tidak langsung, kesehatan masyarakat juga perlu. With Low Back Pain : A Randomized Controllled Trial Bukti juga

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung dan tidak langsung, kesehatan masyarakat juga perlu. With Low Back Pain : A Randomized Controllled Trial Bukti juga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan dalam bekerja sangat penting bagi masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas fungsional sehari-hari. yang lama dan berulang, akan menimbulkan keluhan pada pinggang bawah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas fungsional sehari-hari. yang lama dan berulang, akan menimbulkan keluhan pada pinggang bawah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada perkembangan jaman sekarang ini, kesehatan merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kesehatan saat ini merupakan hal yang sangat penting dikarenakan meningkatnya jumlah pasien di rumah sakit dan meningkat juga pengguna jasa asuransi kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam melaksanakan pekerjaannya seseorang dapat saja terkena gangguan atau cidera. Disadari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyeri 1. Pengertian Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang potensial dan aktual (Smeltzer & Bare, 2002). Menurut

Lebih terperinci

BMI = Berat Badan (dalam kg) / Tinggi Badan² (TB x TB dalam m 2 )

BMI = Berat Badan (dalam kg) / Tinggi Badan² (TB x TB dalam m 2 ) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obesitas 2.1.1 Definisi Obesitas atau kegemukan mempunyai pengertian yang berbeda-beda bagi setiap orang. Pada kebanyakan wanita dan pria, obesitas berarti kelebihan berat badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menuju Indonesia Sehat 2010 merupakan program pemerintah dalam mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai macam kondisi yang dapat

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL

SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL Disusun oleh : HENDRO HARNOTO J110070059 Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. sehingga dengan demikian walaupun etiologi LBP dapat bervariasi dari yang

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. sehingga dengan demikian walaupun etiologi LBP dapat bervariasi dari yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan manifestasi keadaan patologik yang dialami oleh jaringan atau alat tubuh yang merupakan bagian pinggang

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG A. DEFINISI CKR (Cedera Kepala Ringan) merupakan cedera yang dapat mengakibatkan kerusakan

Lebih terperinci

REHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH. Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang

REHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH. Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang REHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang SKDI 2012 : LBP Tingkat kompetensi : 3A Lulusan dokter mampu : Membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan

Lebih terperinci

PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN THORAX (ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK)

PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN THORAX (ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK) PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN THORAX (ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK) Nama Mahasiswa : Tanggal Pemeriksaan : No. 1. 2. 3. 4. Aspek yang dinilai Membina sambung rasa, bersikap baik dan sopan, serta menunjukkan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN Di Ruang Dahlia 2 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN Di Ruang Dahlia 2 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN Di Ruang Dahlia 2 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tugas Mandiri Stase Praktek Keperawatan Dasar Disusun

Lebih terperinci

Repository.unimus.ac.id

Repository.unimus.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi dan Fisiologi Tulang Punggung Tulang belakang terdiri dari ruas-ruas yang saling berhubungan(17) rangkaian tulang belakang (kolumna vertebralis) adalah sebuah struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kota-kota di Indonesia telah mencapai tingkat perkembangan kota yang pesat dan cukup tinggi. Kecelakan merupakan salah satu faktor penyebab kematian terbesar

Lebih terperinci

makalah low back pain akibat kerja LOW BACK PAIN ( NYERI PUNGGUNG BAWAH) AKIBAT KERJA

makalah low back pain akibat kerja LOW BACK PAIN ( NYERI PUNGGUNG BAWAH) AKIBAT KERJA makalah low back pain akibat kerja LOW BACK PAIN ( NYERI PUNGGUNG BAWAH) AKIBAT KERJA PENDAHULUAN 1). Latar Belakang Low back pain (LBP) merupakan permasalah yang sering muncul dalam suatu asuhan keperawatan

Lebih terperinci

CHECKLIST ANAMNESIS KASUS NYERI KEPALA

CHECKLIST ANAMNESIS KASUS NYERI KEPALA CHECKLIST ANAMNESIS KASUS NYERI KEPALA No. Aspek yang Dinilai Contoh/Parameter 1. Mengucap salam...assalamualaikum wr wb... 2. Memperkenalkan diri dan membina sambung rasa...perkenalkan saya Andi saya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Dalam paradigma kesehatan ini

BAB I PENDAHULUAN. terbebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Dalam paradigma kesehatan ini BAB I PENDAHULUAN Dalam rangka mewujudkan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, maka setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh derajat yang setinggitingginya dalam hal kesehatan jasmani, rohani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kompres 1. Kompres hangat Adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan kantung berisi air hangat yang menimbulkan rasa hangat pada bagian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang berkembang kian pesat sangat berpengaruh pula aktivitas yang terjadi pada

PENDAHULUAN. yang berkembang kian pesat sangat berpengaruh pula aktivitas yang terjadi pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan mempunyai peranan penting dalam pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar.

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar. Pengertian Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan aktivitas tubuh kita seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah makanan dan lainnya. Sistem Saraf tersusun dari

Lebih terperinci

Tulang Rangka Manusia dan Bagian-bagiannya

Tulang Rangka Manusia dan Bagian-bagiannya Gambar Kerangka Manusia Tulang Rangka Manusia dan Bagian-bagiannya Rangka mempunyai fungsi sebagai berikut : Penopang dan penunjang tegaknya tubuh. Memberi bentuk tubuh. Melindungi alat-alat atau bagian

Lebih terperinci

TUGAS CASE LBP E.C. SPONDILOSIS. 1. Pemeriksaan Lasegue, Cross Lasegue, Patrick, dan Contra-Patrick

TUGAS CASE LBP E.C. SPONDILOSIS. 1. Pemeriksaan Lasegue, Cross Lasegue, Patrick, dan Contra-Patrick TUGAS CASE LBP E.C. SPONDILOSIS Nama : Meiustia Rahayu No.BP : 07120141 1. Pemeriksaan Lasegue, Cross Lasegue, Patrick, dan Contra-Patrick a. Pemeriksaan Lasegue (Straight Leg Raising Test) Cara pemeriksaan:

Lebih terperinci

Low Back Pain Dr.dr.Yunus Sp RM. MARS. MM. CFP

Low Back Pain Dr.dr.Yunus Sp RM. MARS. MM. CFP Low Back Pain Dr.dr.Yunus Sp RM. MARS. MM. CFP PENDAHULU AN Penyebab L.B.P. tulan g oto t saraf 4 DIFINISI ANATOMI ANATOMI 8 ANATOMI 9 10 SEBAB MEKANIK ANKILOSING SPONDILITIS 16 PENYEBAB sis 1. Spon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

STASE KDM LAPORAN PENDAHULUAN (LP) NYERI

STASE KDM LAPORAN PENDAHULUAN (LP) NYERI STASE KDM LAPORAN PENDAHULUAN (LP) NYERI Oleh : Meivita Dewi Purnamasari, S.Kep KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. dapat dilewati (Sabiston, 1997: 228). Sedangkan pengertian hernia

BAB I KONSEP DASAR. dapat dilewati (Sabiston, 1997: 228). Sedangkan pengertian hernia 1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Kata hernia pada hakekatnya berarti penonjolan suatu peritoneum, suata organ atau lemak praperitoneum melalui cacat kongenital atau akuisita dalam parietas muskuloaponeurotik

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor A. DEFINISI Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. punggung antara lain aktifitas sehari-hari seperti, berolahraga, bekerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. punggung antara lain aktifitas sehari-hari seperti, berolahraga, bekerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Punggung merupakan salah satu dari bagian tubuh manusia yang sering digunakan untuk beraktifitas. Banyak aktifitas yang melibatkan pergerakan punggung antara lain aktifitas

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASKA OPERASI HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI VERTEBRA L5-S1 DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASKA OPERASI HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI VERTEBRA L5-S1 DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASKA OPERASI HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI VERTEBRA L5-S1 DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Disusun Oleh FITRI ISTIQOMAH NIM. J100.060.056 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. duduk terlalu lama dengan sikap yang salah, hal ini dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. duduk terlalu lama dengan sikap yang salah, hal ini dapat menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebiasaan duduk dapat menimbulkan nyeri pinggang apabila duduk terlalu lama dengan sikap yang salah, hal ini dapat menyebabkan otot punggung akan menjadi tegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu tujuan dari bangsa Indonesia yang tercantum pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada dewasa ini tingkat partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. merupakan bagian pinggang atau yang ada di dekat pinggang.

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. merupakan bagian pinggang atau yang ada di dekat pinggang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan manifestasi keadaan patologik yang dialami oleh jaringan atau alat tubuh yang merupakan bagian pinggang atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dengan tingkat kesehatan yang optimal maka akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dengan tingkat kesehatan yang optimal maka akan dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkembangnya ilmu kesehatan, semakin maju juga tingkat kesadaran manusia untuk hidup sehat. Hal ini dibuktikan dengan semakin tingginya tingkat kesadaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002). Nyeri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kerja maka tentunya experience yang dimiliki juga semakin matang,

BAB II LANDASAN TEORI. kerja maka tentunya experience yang dimiliki juga semakin matang, BAB II LANDASAN TEORI A. Masa Kerja 1. Pengertian Masa Kerja Masa kerja adalah yang pendek dan lama mampu memberi pengaruh pada experience dari seorang karyawan, semakin lama masa kerja maka tentunya experience

Lebih terperinci

Clinical Science Session Pain

Clinical Science Session Pain Clinical Science Session Pain Disusun oleh : Nurlina Wardhani 1301-1214-0658 William Reinaldi 1301-1214-0503 Preseptor : Arnengsih, dr., Sp.KFR BAGIAN ILMU KESEHATAN FISIK DAN REHABILITASI FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN PADA LEHER ( ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK)

PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN PADA LEHER ( ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK) Nama Mahasiswa : Tanggal Pemeriksaan : PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN PADA LEHER ( ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Aspek yang dinilai Membina sambung rasa, bersikap

Lebih terperinci

Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut

Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut Konsep kenyamanan Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut didukung oleh Kolcaba yang mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kota-kota di Indonesia telah mencapai tingkat perkembangan kota yang pesat dan cukup tinggi. Kecelakan merupakan salah satu faktor penyebab kematian terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja sehingga menjadi kurang

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja sehingga menjadi kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini semua proses pekerjaan tidak terlepas dari posisi duduk, mulai dari orang kecil seperti murid sekolah sampai orang dewasa dengan pekerjaan yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patologis dimana terjadi protusi dari anulus fibrosus beserta nukleus pulposus ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patologis dimana terjadi protusi dari anulus fibrosus beserta nukleus pulposus ke BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hernia Nukleus Pulposus (HNP) Hernia Nukleus Pulposus (HNP) didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis dimana terjadi protusi dari anulus fibrosus beserta nukleus pulposus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia didapatkan pada usia tahun. Di Amerika Serikat, kasusnyeri

BAB I PENDAHULUAN. populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia didapatkan pada usia tahun. Di Amerika Serikat, kasusnyeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri pinggang dilaporkan terjadi setidaknya 1 kali dalam 85% populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia 30-50 tahun.setiap tahun prevalensi nyeri pinggang

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk

Lebih terperinci

RUPTUR TENDO ACHILLES

RUPTUR TENDO ACHILLES RUPTUR TENDO ACHILLES LI 1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makro Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan otot plantaris. Pada manusia, letaknya tepat di bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai oleh perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan yang semakin meningkat otomatis disertai dengan peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat erat hubungannya dengan gerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana dijumpai beraneka ragam jenis keluhan antara lain gangguan neuromuskular,

BAB I PENDAHULUAN. dimana dijumpai beraneka ragam jenis keluhan antara lain gangguan neuromuskular, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup sehat adalah harapan setiap individu baik sehat fisik maupun psikis. Namun harapan tersebut kadang bertentangan dengan keadaan di masyarakat, dimana dijumpai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setiap individu tidak terlepas dari aktivitas atau pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut membutuhkan energi dan kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru. (Millson, 2008). Sedangkan menurut pendapat Departement of Trade and

BAB I PENDAHULUAN. baru. (Millson, 2008). Sedangkan menurut pendapat Departement of Trade and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Inovasi adalah perbuatan mengenalkan sesuatu yang baru dengan cara yang baru. (Millson, 2008). Sedangkan menurut pendapat Departement of Trade and Industry,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Setiap orang mendambakan bebas dari penyakit, baik fisik maupun mental serta terhindar dari kecacatan. Sehat bukan suatu keadaan yang sifatnya statis tapi merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri punggung merupakan keluhan yang sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari. Diperkirakan hampir semua orang pernah mengalami nyeri punggung semasa hidupnya. Nyeri

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA Tubuhmu memiliki bentuk tertentu. Tubuhmu memiliki rangka yang mendukung dan menjadikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya dan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi motorik dan sensorik yang berdampak pada timbulnya

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar darah Hemoglobin (Hb) atau hematokrit di bawah normal. (Brunner & Suddarth, 2000:

Lebih terperinci

Carpal tunnel syndrome

Carpal tunnel syndrome Carpal tunnel syndrome I. Definisi Carpal tunnel syndrome adalah keadaan nervus medianus tertekan di daerah pergelangan tangan sehingga menimbulkan rasa nyeri, parestesia, dan kelelahan otot tangan. Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Berdasarkan laporan WHO, kasus baru tuberkulosis di dunia lebih dari 8 juta pertahun. Diperkirakan 20-33% dari penduduk dunia terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Low Back Pain (LBP) 1. Definisi Low Back Pain (LBP) Low Back Pain (LBP) merupakan rasa nyeri yang dirasakan pada punggung bawah yang berasal dari tulang belakang daerah spinal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental dan juga bebas dari kecacatan. Keadaan sehat bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental dan juga bebas dari kecacatan. Keadaan sehat bukanlah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah suatu keadaan bebas dari penyakit baik penyakit fisik maupun mental dan juga bebas dari kecacatan. Keadaan sehat bukanlah merupakan keadaan statis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya: ASKEP CA OVARIUM A. Pengertian Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar

Lebih terperinci

CEDERA SPINAL DANIEL, PUTU DEASY, APRIL, MURNI, DESI, JERRY, DAVID, HERNA, SARI, VANI, OCTA, ESTER,

CEDERA SPINAL DANIEL, PUTU DEASY, APRIL, MURNI, DESI, JERRY, DAVID, HERNA, SARI, VANI, OCTA, ESTER, CEDERA SPINAL DANIEL, PUTU DEASY, APRIL, MURNI, DESI, JERRY, DAVID, HERNA, SARI, VANI, OCTA, ESTER, Medula Spinalis Medula spinalis merupakan bagian dari susunan saraf pusat Kendali untuk sistem gerak

Lebih terperinci

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat melakukan gerakan meluncur dan rotasi pada saat mandibula berfungsi. Sendi ini dibentuk oleh kondilus mandibula

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau perempuan, tua atau muda. Berdasarkan data dilapangan, angka kejadian stroke meningkat secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Meningkatkan derajat kesehatan yang adil dan merata seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Meningkatkan derajat kesehatan yang adil dan merata seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Meningkatkan derajat kesehatan yang adil dan merata seperti ditingkatkan melalui sikap respontif dan efektif dalam melakukan suatu tindakan untuk memberi kenyamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. hingga kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses menua (aging process) adalah akumulasi secara progresif dari berbagai perubahan patofisiologi organ tubuh yang berlangsung seiring dengan berlalunya waktu dan

Lebih terperinci

Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi:

Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi: DEFINISI Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur, sebagaimana yang dikemukakan para ahli melalui berbagai literature. Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang,

Lebih terperinci

Pusat Hiperked dan KK

Pusat Hiperked dan KK Pusat Hiperked dan KK 1. Gangguan pernafasan (sumbatan jalan nafas, menghisap asap/gas beracun, kelemahan atau kekejangan otot pernafasan). 2. Gangguan kesadaran (gegar/memar otak, sengatan matahari langsung,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI LOW BACK PAIN SUSPECT HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI LOW BACK PAIN SUSPECT HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI LOW BACK PAIN SUSPECT HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA Disusun Oleh: FITRANDA HANINA ULFAH J100090010 Diajukan Guna Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri menurut International Association For Study Of Pain / IASP yang dikutuip oleh Kuntono, 2011 adalah suatu pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILITAS

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILITAS LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILITAS DISUSUN OLEH: PUTU EKA ANGGA RIANTINI P. 17420112108 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEMARANG JURUSAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

Nama: Anugerah Ramadhaan Putra Nim: Pembimbing: dr. Haidar Nasution

Nama: Anugerah Ramadhaan Putra Nim: Pembimbing: dr. Haidar Nasution Nama: Anugerah Ramadhaan Putra Nim: 04101401005 Pembimbing: dr. Haidar Nasution HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu keluarnya nucleus pulposus dari discus melalui robekan annulus fibrosus keluar ke belakang/dorsal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk salah satunya di bidang kesehatan. Pembangunan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk salah satunya di bidang kesehatan. Pembangunan di bidang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan Nasional adalah pembangunan yang meliputi segala aspek kehidupan termasuk salah satunya di bidang kesehatan. Pembangunan di bidang kesehatan, pada hakekatnya adalah untuk

Lebih terperinci

LAPORAN PEDAHULUAN ABDOMINAL PAIN

LAPORAN PEDAHULUAN ABDOMINAL PAIN LAPORAN PEDAHULUAN ABDOMINAL PAIN A. PENGERTIAN Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan yang terasa disetiap regio abdomen (Pierce A. Grace &Neil R.Borley, 2006). Nyeri abdomen ada

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION DAN ULTRASOUND PADA LOW BACK PAIN KINETIK

PENGARUH TERAPI TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION DAN ULTRASOUND PADA LOW BACK PAIN KINETIK PENGARUH TERAPI TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION DAN ULTRASOUND PADA LOW BACK PAIN KINETIK SKRIPSI DISUSUN SEBAGAI PERSYARATAN DALAM MERAIH GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI Disusun Oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian dan Macam-macam Sikap Kerja. 4 macam sikap dalam bekerja, yaitu :

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian dan Macam-macam Sikap Kerja. 4 macam sikap dalam bekerja, yaitu : BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Sikap Kerja a. Pengertian dan Macam-macam Sikap Kerja Menurut Nurmianto (2008), sikap kerja merupakan suatu tindakan yang diambil tenaga kerja untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Manifestasi fisiologi nyeri

BAB II PEMBAHASAN. Manifestasi fisiologi nyeri BAB II PEMBAHASAN 1. PROSES TERJADINYA NYERI DAN MANIFESTASI FISIOLOGIS NYERI Pengertian nyeri, menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah merupakan pengalaman sensoris subyektif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai fungsi yang berbeda dan saling mempengaruhi. Sistem saraf mengatur kegiatan tubuh yang cepat seperti

Lebih terperinci