BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi-pribadi manusia yang merangkaikan suatu sistem sosial yang ada dan perlakuannya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi-pribadi manusia yang merangkaikan suatu sistem sosial yang ada dan perlakuannya"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pelapisan Sosial Pelapisan sosial di sini dianggap sebagai kedudukan yang berbeda-beda, mengenai pribadi-pribadi manusia yang merangkaikan suatu sistem sosial yang ada dan perlakuannya sebagai hubungan orang atasan (Superior) dan orang bawahan (inferior) satu sama lain dalam hal-hal tertentu yang oleh masyarakat dianggap penting. Kedudukan yang bermacam-macam seperti itu dianggap suatu fenomena sistem-sistem sosial yang benar-benar mendasar dan apa yang merupakan hal-hal di mana kedudukan adalah penting. Kedudukan merupakan salah satu di antara banyak dasar yang memungkinkan di dalam pribadi-pribadi dapat dibeda-bedakan. Hal itu hanya dalam perbedaan-perbedaan yang sepanjang diberlakukan sebagai keterlibatan atau hubungan dengan jenis-jenis tertentu superioritas atau inferioritas sosial yang relevan dengan teori pelapisan (Talcot : 1985 :70 ) Stratifikasi sosial (social Stratification) merupakan suatu sistem di mana manusia terbagi dalam lapisan-lapisan sesuai dengan kekuasaan, kepemilikan, dan prestise relatif mereka. Stratifikasi sosial merupakan cara untuk menggolongkan sejumlah besar kelompok manusia ke dalam suatu hirarki sesuai dengan hak-hak istimewa relatif mereka. (Henslin 2007:178) Stratifikasi dapat terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari proses pertumbuhan masyarakat, juga dapat dibentuk untuk mencapai tujuan bersama. Faktor yang menyebabkan stratifikasi sosial dapat tumbuh dengan sendirinya adalah kepandaian, usia, sistem kekerabatan dan harta dalam batasan-batasan tertentu. Stratifikasi sosial memiliki dua sifat yaitu stratifikasi terbuka dan stratifikasi tertutup. 14

2 15 Pada startifikasi terbuka kemungkinan terjadinya mobilitas sosial cukup besar, sedangkan pada stratifikasi tertutup kemungkinan terjadinya mobilitas sosial sangat kecil.menurut Davis dan Moore bahwa posisi yang tinggi di dalam stratifikasi sosial dianggap sebagai posisi yang kurang menyenangkan tetapi sangat penting untuk menjaga keberlangsungan hidup masyarakat dan membutuhkan bakat dan kemampuan yang besar. Oleh karena itu masyarakat menambahkan di dalam posisi itu ganjaran-ganjaran atau reward sehingga orang-orang yang bekerja di dalam posisi itu dapat melakukan pekerjaannya dengan rajin. Sebaliknya, posisi yang lebih rendah lebih menyenangkan tetapi kurang penting dan tidak membutuhkan bakat dan kemampuan khusus untuk melaksanakannya. Masyarakat juga tidak terlalu menganggap penting bahwa orang-orang menduduki posisi-posisi itu harus melaksanakan tugasnya (Bernard 2007: 51) Secara umum, status seseorang dalam masyarakat terdidiri dari tiga bentuk, yaitu 1. Ascribed Status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut dapat diperoleh karena kelahiran, misalnya kedudukan seorang anak bangsawan adalah bangsawan juga. 2. Achieved Status, yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja, kedudukan tersebut tidak diperoleh atas dasar kelahiran, tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja, tergantung dari kemampuannya masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan, misalnya setiap orang dapat menjadi hakim asalkan memenuhi syarat-syarat tertentu. 3. Assigned Status, yaitu kedudukan yang diberikan berhubungan dengan achieved status, misalnya sekelompok atau segolongan orang yang memberikan kedudukan

3 16 yang lebih tinggi kepada seseorang yang berprestasi di dalam instansi pemerintahan akan dinaikkan pangkatnya. Menurut Soerdjono Soekanto : Status sosial diartikan sebagai suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat, yang disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi pula oleh si pembawa status. Bentuk bentuk penghargaan masyarakat yang mempengaruhi tingkat status sosial seseorang adalah pekerjaan yang dimilikinya, pendapatan, pendidikan, keturunan, kepangkatan, kekayaan, bentuk rumah dan lokasi rumah.inilah yang menyebabkan terjadinya lapisan-lapisan ataupun stratifikasi di dalam masyarakat dalam arti sosial. Menurut Soerjono Soekanto : Ada beberapa ukuran-ukuran yang dapat diperlukan untuk menggolong-golongkan masyarakat, anggota-anggotanya ke dalam lapisan-lapisan,yaitu : a. Ukuran Kekayaan (materil) b. Ukuran kekuasaan c. Ukuran kehormatan d. Ukuran ilmu pengetahuan. Untuk lebih jelasnya maka berikut ini akan diuraikan yang mempengaruhi pembentukan tingkatan sosial.

4 17 1. Pendidikan Salah satu ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongankan masyarakat kedalam lapisan-lapisan sosial atau status sosial ialah ukuran ilmu pengetahuan.ilmu pengetahuan diperoleh dengan pendidikan formal yang diperoleh di sekolah-sekolah. Bila anggota masyarakat memandang pendidikan sebagai suatu yang berharga yang dapat meningkatkan status sosial, maka secara sadar akan berusaha agar hal tersebut dapat dicapai. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia, baik melalui lembagalembaga pendidikan atau sekolah-sekolah maupun di luar sekolah. Melalui pendidikan yang diperoleh seseorang secara tidak langsung akan mengembangkan kepribadiannya dan kemampuannya untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi. Berbeda dengan orangorang yang belum pernah mengecap pendidikan. Dengan demikian tingkat pendidikan yang dialami, mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan seseorang yang berpendidikan rendah, menegah atau yang sama sekali tidak berpendidikan. Demikian juga halnya dengan status sosial, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pula penghargaan masyarakat kepadanya. Seseorang yang berpendidikan tinggi misalnya sarjana, maka penghargaan yang diberikan oleh masyarakat kepadanya akan berbeda dengan seorang yang hanya berpendidikan SMA. Pendidikan berlangsung seumur hidup serta dilaksanakan di lingkungan keluarga, sekolah dan juga masyarakat.pendidikan dalam keluarga memberikan dasar-dasar bagi pendidikan selanjutnya.pendidikan di sekolah dengan segala peraturannya, merupakan pendidikan yang bersifat formal atau resmi, sedangkan pendidikan di dalam masyarakat merupakan pendidikan

5 18 non formal.dari defenisi diatas dapat diketahui bahwa pendidikan itu tidak hanya terletak pada satu pusat saja, tetapi adanya kerjasama antara ketiga unsur keluarga, sekolah dan masyarakat. 2. Pekerjaan Jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang sangat menentukan status sosial dalam masyarakat.artinya dengan melihat jenis pekerjaan seseorang, dapat dilihat tingkat status sosial di dalam masyarakat. Berdasarkan jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang akan dapat mempengaruhi penghargaan masyarakat kepadanya. Semakin tinggi status sosial seseorang berdasarkan jenis pekerjaan yang dimilikinya, maka semakin besar penghargaan masyarakat kepadanya, demikian juga sebaliknya. Tujuan dari pekerjaan yang dilakukan adalah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, sesuai dengan nilai sosial yang berlaku. Maksudnya adalah jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan haruslah sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan norma hukum yang ada dalam masyarakat. Pekerjaan tersebut haruslah menurut aturan-aturan yang berlaku, bukan pekerjaan yang merugikan orang lain, namun haruslah mengandung nilai keuntungan baik bagi diri pribadi, organisasi tempat bekerja maupun bagi masyarakat. Dalam pemilihan pekerjaan pun perlu diperhatikan bahwa pekerjaan bukan hanya sebagai sarana saja, melainkan juga sangat berguna. Bukan sebagai kewajiban melainkan sebagai hak setiap manusia, seperti yang dirumuskan berikut ini: 1. Pekerjaan sebagai sarana memproduksi barang dan jasa bagi masyarakat dan perorangan. 2. Pekerjaan sebagai sarana pendapatan bagi masyarakat dan perorangan sebagai imbalan atas jasa pengorbanan energinya.

6 19 3. Pekerjaan sebagai sumber memperoleh status sosial, harga diri dan penghargaan masyarakat sebagai imbalan atas prestasinya. 4. Pekerjaan yang mempunyai sumber penghasilan yang layak dan sumber martabatnya, sebagai kewajiban dan haknya. Tingkatan pekerjaan memang terdapat pada suatu masyarakat. Tingkatan jenis pekerjaan tersebut dipengaruhi oleh prestise dari anggota masyarakat tersebut. Dari penjelasan-penjelasan mengenai status di atas maka dapat dikatakan bahwa status seseorang dalam masyarakat ditentukan oleh faktor-faktor aspek kehidupan yang ada dalam masyarakat (achieved status) dalam masyarakat yang dinyatakan dengan status sosial ekonomi.utuk melihat apakah seseorang memiliki status sosial ekonomi yang tinggi, sedang dan rendah di dalam suatu masyarakat didasarkan pada banyak tidaknya bentuk penghargaan masyarakat padanya. Artinya semakin tinggi tingkat status sosial ekonomi seseorang maka semakin banyak bentuk penghargaan masyarakat yang diterimanya dan sebaliknya semakin rendah tingkat status ekonomi seseorang maka semakin sedikit bentuk penghargaan masyarakat yang diterimanya.(jhon 1994:147) Bentuk-bentuk penghargaan masyarakat yang mempengaruhi tingkat status sosial seseorang adalah pekerjaan yang dimilikinya, pendapatan, pendidikan, keturunan, kepangkatan, kekayaan, bentuk rumah dan lokasi rumah.faktor-faktor inilah yang menyebabkan terjadinya lapisan-lapisan ataupun stratifikasi di dalam masyakat dalam arti sosial maupun ekonomi.

7 Manusia dan Kebudayaan Antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat, manusia menjadi manusia merupakan kebudayaan.hampir semua tindakan manusia itu merupakan kebudayaan.hanya tindakan yang sifatnya naluriah saja yang bukan merupakan kebudayaan, tetapi tindakan demikian presentasinya sangat kecil. Tindakan yang berupa kebuayaan tersebut dibiasakan dengan cara belajar (Jacobus,2006:20) Selanjutnya hubungan antara manusia dengan kebudayaan juga dapat dilihat dari kedudukan manusia tersebut terhadap kebudayaan.manusia mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu sebagai 1) penganut kebudayaan, 2) pembawa kebudayaan, 3) manipulator kebudayaan, 4) pencipta kebudayaan.pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia diharapkan pada persoalan yang diminta pemecahan dan penyelesaian.kebudayaan yang digunakan manusia dalam menyelesaikan masalah-masalahnya bias kita sebut sebagai way of life, yang digunakan individu sebagai pedoman dalam bertingkah laku.berarti kebudayaan adalah segala sesuatu yang telah ada, telah diterima, dilaksanakan oleh semua orang dalam waktu yang cukup lama dan sudah menjadi kebiasaan. Berarti Adat adalah segala sesuatu yang telah ada, diterima, dilaksanakan oleh semua orang dalam waktu yang cukup lama dan sudah menjadi kebiasaan (Bambang,2000:44) Demikian halnya dengan masyarakat Batak Toba, juga tidak pernah berhasil dijelaskan siapa peletak dasar adat Batak Toba. Menurut silsila ( tarombo) Batak, bahwa manusia pertama di bumi ini (tanah Batak tentunya) adalah si Raja Batak yang diciptakan oleh debata mulajadina bolon bersama dengan seorang perempuan di puncak Pusuk Buhit, kemudian si Raja Batak memiliki keturunan yang masih dapat ditelusuri yaitu Guru Tetabulan dan Raja Isombaon. Dari

8 21 mereka inilah kemudian berkembang dan terbentuklah komunitas masyarakat Batak Toba yang pertama. Dari komunitas Batak yang pertama inilah mulai diletakkan dasar budaya Batak (Vergouwen 1986:7) Pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan pada persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian. Manusia harus mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya sehingga manusia melakukan berbagai cara. Hal yang dilakukan oleh manusia inilah kebudayaan.kebudayaan yang digunakan manusia dalam menyelesaikan masalahmasalahnya bias kita sebut sebagai way of life, yang digunakan individu sebagai pedoman dalam bertingkah laku. 2.3 Perubahan dan Kebudayaan Perubahan sosial merupakan ciri khas semua masyarakat dan semua kebudayaan, baik masyarakat tradisonal maupun masyarakat modern.dalam masyarakat modern perubahan itu sangat cepat, sedang dalam masyarakat tradisional sangat lambat.perubahan sosial dapat menimbulkan problem sosial. Problem sosial dapat saja identik secara materil dalam masa dan kebudayaan yang berbeda, tetapi problem itu selalu erat bergantung pada kenyataan sosio-kultural yang khusus. Dengan kata lain ada relasi kecenderungan-kecenderungan dan dinamisme sosio kultural dengan problem sosial masyarakat modern. Problem sosial erat hubungannya dengan kondisi sosial, sebab problem sosial ditimbulkan oleh interaksi dan interelasi dua manusia atau lebih. (Simandjuntak 1980:7) Suatu masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkannya, tidak mungkin berhenti berproses, kecuali apabila masyarakat dan kebudayaan tersebut telah mati.setiap masyarakat dan

9 22 kebudayaan, pasti mengalami perubahan.mungkin saja perubahan yang terjadi tidak begitu tampak, karena manusia kurang menyadarinya atau merasa dirinya kurang terlibat. Di Indonesia sering dikatakan, bahwa masyarakat desa sama sekali tidak berubah, atau suku-suku bangsa yang terasing, sama sekali masih murni. Ini sama sekali tidak benar; mungkin pandangan tersebut didasarkan pada sudut pandangan yang sangat sempit. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, hampir-hampir tidak memungkinkan manusia dan kelompoknya untuk menutupi diri terhadap pengaruh dari luar. Memang perlu diakui, di satu pihak pengaruh tersebut mungkin masuk dengan mudah, namun di pihak lain, ada pula pengaruh yang lebih sukar masuknya (Soekanto 1988:73) Pada dasarnya perubahan sosial dan kebudayaan tidak dapat berdiri sendiri, keduanya saling mempengaruhi satu sama lain. Perubahan sosial dan perubahan kebudayaan berbeda. Dalam perubahan sosial terjadi perubahan struktur sosial dan pola-pola hubungan sosial, antara lain sistem status, hubungan-hubungan di dalam keluarga, sistem politik dan kekuasaan, serta persebaran penduduk. Sedangkan yang dimaksud dengan perubahan kebudayaan ialah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimilki bersama oleh warga atau sejumlah warga masyarakat yang bersangkutan, antara lain aturan-aturan, norma-norma yang digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan, juga teknologi, selera, rasa keindahan (kesenian) dan bahasa.walaupun perubahan sosial dan perubahan sosial dan perubahan kebudayaan itu berbeda, pembahasan kedua perubahan itu tak akan mencapai suatu pengertian yang benar tanpa mengaitkan keduanya. Dengan munculnya pola-pola baru berarti lenyaplah pola-pola lama.lenyapnya pola-pola kelakuan tradisional dan munculnya pola-pola baru menimbulkan ketegangan-ketegangan.ada

10 23 kemungkinan pola-pola lama secara lambat menghilang dan pola-pola baru muncul secara lambat, proses desintegrasi lambat. Perubahan adalah proses yang berkesinambungan dan memilki arah yang jelas yang dapat terjadi melalui adaptasi, penyesuaian, akomodasi, asimilasi, dan lain-lain, sehingga terjadi proses perubahan antara dua atau lebih objek dan sistem sosial budaya. (Piotr, 2008:34). Perubahan tata cara perkawinan ini bukan hanya terjadi pada masyarakat Batak Toba saja, karena dengan berjalannya waktu upacara perkawinan adat sekarang ini juga mengalami perubahan yang mana pelaksanaannya upacara perkawinannya sudah tidak bertele-tele lagi dan tidak mengeluarkan banyak biaya lagi karena sudah lebih praktis. Perubahan ini juga karena adanya teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin canggih yang mempermudah terjadinya tukar menukar kebudayaan baik antara suku bangsa maupun dengan kubudayaan asing. 2.4 Masyarakat Batak Toba 1. Masyarakat Menurut Koentjoroningrat dalam Muhammad Basrowi dan Soenyono (2004:46), istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab syaraka yang berarti ikut serta, berpartisipasi, atau musyaraka berarti saling bergaul. Di dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang sebelumnya berasal dari kata latin socious, berarti kawan. Pendapat sejenis juga terdapat dalam buku karangan Abdul Syani, dijelaskan bahwa perkataan masyarakat berasal dari kata musyarak (arab), yang artinya bersama-sama, kemudian berubah menjadi masyarakat, yang artinya berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi.

11 24 Sementara itu menurut John Lewis Gillin dan John Philip Gillin mengatakan bahwa masyarakat itu adalah kelompok manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokanpengelompokan yang lebih kecil.pengertian yang dikemukakan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat itu meliputi kelompok manusia yang kecil sampai dengan kelompok manusia dalam suatu masyarakat yang sangat besar. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang terdiri dari kelompok yang kecil sampai kelompok yang besar yang berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling bergaul dan saling mempengaruhi. Kelompok manusia tersebut mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama. 2. Masyarakat Batak Ada beberapa dugaan tentang asal orang Batak Toba. Harahap dalam Bungaran Antonius (2006:25) yang menyatakan ada dua asal orang Batak, yaitu 1) dari Utara (tidak dijelaskan yang mana), dari sana pindah ke Filipina, dari Filipina pindah ke Selatan, yaitu Sulawesi bagian selatan, menurunkan orang Bugis dan Makassar. Kemudian bersama angin timur berlayar ke barat bagian Lampung, lalu melalui pantai barat Sumatera bagian di Barus. Dari sana naik ke pulau Samosir di Danau Toba. 2) berasal dari India (Hindia muka) turun ke Burma, kemudian turun ke tanah genting kera di utara Malaysia, terus berlayar ke barat tiba di Sumatera. Kemudian melalui Tanjung Balai atau Batu Bara atau Pangkalan Berandan, Kuala Simpang naik ke Danau Toba. Untuk sementara Harahap mereservasi dugaan di atas sebagai pegangan.namun tetap bersikap bahwa faktanya orang Batak sudah ada di tanah Batak dan mereka juga beratus tahun

12 25 tinggal di wilayah itu. Tentang dari mana asal, bagaimana sampai di sana, dianggap suatu spekulasi yang mungkin besar, tapi mungkin juga salah. Menurut Antonius (2006:18) suku Batak terbagi dalam berbagai sub suku yang didasarkan atas pemakaian bahasa Batak yang mempunyai perbedaan di antara masing-masing sub suku, yaitu 1) Batak Karo di bagian utara Danau Toba di tanah Batak pusat dan di utara Padang Lawas, 4) Batak Simalungun di timur Danau Toba, 5) Batak Angkola/ Mandailing di Angkola, Sipirok, Padang Lawas Tengah dan Sibolangit bagian selatan. Sianipar (1991) menyatakan bahwa masyarakat Batak Toba adalah masyarakat marga, sehingga dalam kegiatannnya tidak dapat meninggalkan keterlibatan marga. Dalam masyarakat Batak norm umum dipakai untuk keperluan umum, namun keperluan adat masyarakat Batak menggunakan norma dan adat istiadat orang Batak. Dalam masyarakat Batak terdapat marga yang diikuti susunan silsilah orang Batak yang disebut tarombo (silsilah).hubungan sosial kemasyarakatan orang Batak tidak dapat berjalan tanpa marga dan tarombo (silsilah).marga dan tarombo(silsilah) memudahkan hubungan sosial antara orang Batak dimanapun berada. 3. Masyarakat Batak Toba Masyarakat Batak Toba sebagai salah satu suku bangsa di bumi Indonesia memiliki tatanan sosial kemasyarakatan yang disebut dalihan na tolu. Pengaruh dan cengkeramannya sudah sedemikian mendalam sehingga tidak salah menyebutkan orang Batak sebagai masyarakat dalihan na tolu. dalihan na tolu sudah menjadi warisan orang Batak. Dalihan Na Tolu artinya tungku berkaki tiga, ketiga kaki tungku melambangkan pengakuan atas adanya pembagian masyarakat Batak dalam tiga kelompok utama.pembagian inilah yang menjadi struktur kemasyarakatan bagi orang-orang Batak Toba.Ketiga kelompok

13 26 tersebut terdiri dari dongan sabutuha, yaitu orang-orang yang berasal dari satu marga. Misalnya Situmeang, Lumban Tobing, Sinaga, Situmorang, Simamora, dan sebagainya. Karena pernikahan diantara sesama marga dilarang dan dianggap tabu (incest), maka pernikahan antar marga merupakan perilaku yang diterima atau kelaziman.sebagai akibat pernikahan tersebut, maka timbullah secara bersamaan kelompok hula-hula, yaitu marga asal istri dan borumarga asal suami. Tanpa pernikahan antar marga maka hula-hula dan boru tidak akan timbul. Dengan timbulnya kelompok tersebut, terciptalah struktur sosial masyarakat yang baku, dimana ketiga kelompok tersebut bergerak, berhubungan selaras, seimbang dan teguh dalam suatu tatanan masyarakat. Dengan kata lain ketiga kelompok tersebut selalu berinteraksi antar kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Antara pribadi dari kelompok yang satu dengan kelompok lainnya dan juga diantara pribadi dengan pribadi di dalam kelompok sendiri.selain struktur sosial, pengelompokan tersebut juga menetapkan fungsi sosial dari setiap kelompok. Dengan demikian akan ditemukan tiga fungsi sosial, yaitu fungsi sosial sebagai boru. Ketiga fungsi tersebut terus berinter relasi dan berinteraksi kedalam dan keluar kelompok sehingga dalihan na tolu tersebut dikategorikan sebagai sistem yang sempurna.(rajamarpodan, 1992:127) Dalihan Na Tolu tidak hanya sekedar menetapkan struktur sosial dan fungsi sosial masyarakat Batak tetapi juga menetapkan sikap dan perilaku yang patut ditampilkan oleh setiap kelompok.manat atau berhati-hati merupakan sikap terhadap dongan sabutuha.somba atau hormat merupakan sikap yang patut ditampilkan terhadap hula-hula dan elek atau lemah lembut merupakan sikap yang patut ditampilkan terhadap boru.penjabaran dan pelaksanaan ketiga sikap tersebut telah dituangkan partuturan atau sistem kekerabatan orang Batak.

14 27 Partuturan telah menggariskan identifikasi seseorang berdasarkan fungsinya serta menetapkan kata panggilan kekerabatan yang akan dipakai. Kemudian sistem kekerabatan tersebut juga menetapkan jenjang dan tata sopan santun didalam kekerabatan dalam masyarakat Batak. Demikianlah garis besar asal mula timbulnya inspirasi pembentukan tatanan sosial masyarakat Batak Toba yang bertumbu diatas tiga kelompok dalihan na tolu. Tua-tua generasi pendahulu telah menjadikan dalihan na tolu.tersebut sebagai kerangka dasar acuan dan pijakan tetanan sosial bagi keturunannya.mereka telah berhasil melakukan sebuah tatanan sosial yang diterima dan dipedomani dengan sadar oleh masyarakat Batak Toba dari generasi ke generasi hingga sekarang. Hal itu membuktikan bahwa tatanan sosial dalihan na tolu masih tetap dianggap layak dan berguna untuk diberlakukan atau relevan sebagai panduan dan pedoman pergaulan hidup Masyarakat Batak. Adat untuk perkawinan, kelahiran dan kematian 4. Masyarakat Batak di Perantauan Masyarakat Batak pada zaman penjajahan yang paling banyak pergi merantau di kalangan orang Batak ke daerah-daerah lain di Indonesia adalah Batak Mandailing.Hal ini dapat dimengerti karena pendidikan sekolah membuka yang membuka mata penduduk lebih dulu tertanam di Tapanuli Selatan daripada di Tapanuli Utara.Sesudah zaman penjajahan mulailah mengalir para petani Batak Toba ke daerah perkebunan di dataran rendah Sumatera Utara. Mereka bekerja sama dengan orang Jawa bekas buruh perkebunan dan membuka areal pertanian. Para petani asal Toba terdapat juga di Aceh Tenggara. Selain sebagai pegawai, banyak juga pengusaha kecil dan buruh swasta, seperti supir angutan kota, pedagang kaki lima (parenggerengge) ikut merantau ke kota-kota Sumatera dan Jawa (Siahaan, 1982:41-44) Pada umumnya masyarakat Batak Toba di perantauan selalu mendirikan perhimpunan marga, khususnya untuk keperluan adat. Urgensi dari perhimpunan marga ini adalah memelihara

15 28 nilai-nilai yang terkandung dalam nalihan na tolu (tungku nan tiga). Karena urusan marga yang terpenting ialah upacara perkawinan.marga di sini seolah-olah masih turunan satu ayah karena sebagai turunan satu leluhur tidak boleh mengawini. Sesuai dengan prinsip itulah, apabila timbul keretakan di dalam rumah tangga, yang diresmikan perkawinannya menurut adat nalihan na tolu (tungku nan tiga), maka patut dicampuri oleh para pengetua adat dalam marga itu untuk mencegah sedapat mungkin perceraian. Upacara perkawinan yang diadakan oleh masyarakat Batak Toba di perantauan adalah berdasarkan prinsip dalihan na tolu (tungku nan tiga), sama seperti di bona pasogit (kampung halaman), yaitu seluruh masyarakat Batak Toba adalah bagaikan keluarga besar, ada dongantubu (teman satu marga), ada boru (penerima gadis) dan ada hula-hula (pemberi gadis). Dalam pelaksanaan upacara perkawinan tersebut ada perbedaan-perbedaan kecil timbul di berbagai tempat di tanah Batak, sedemikian pula di perantauan, akan tetapi prinsipnya tetap sama. 2.5 Uraian Adat Dalam Masyarakat Batak Toba Orang Batak secara Umum dibagi berdasarkan 6 bagian sub suku, yaitu Karo, Simalungun, Toba, Pakpak Dairi dan Mandailing (Koentjaraningrat, 1982: 94-95). Keenam subsuku ini mendiami area antara perbatasan Sumatera Utara Aceh, Sumatera Utara Riau dan Sumatera Utara Sumatera Barat. Perbatasan antara Tanah Deli, Langkat, Labuhan Batu dan Asahan.Pembagian ke enam subsuku ini, dan saya hanya membahas pada subsuku Batak Toba saja. Pembagian subsuku Batak Toba menurut Koentjaraningrat sebetulnya bisa dibagi menjadi bagian bagian yang lebih spesifik. Pada masyarakat Batak Toba masih ada pembagian yang sering disebut dengan Orang Samosir yang berasal dari pulau Samosir, Orang Batak

16 29 yang mendiami perbatasan Parapat Simalungun sampai perbatasan Balige Siborong borong, kemudian dikenal lagi dengan Orang Humbang yang mendiami wilayah Siborong borong Dolok Sanggul, lalu yang terakhir Orang Silindung yang mendiami wilayah lembah Rura Silindung mencakup Kecamatan Tarutung dan sekitarnya sampai perbatasan Pahae, dari sini muncul lagi yang disebut dengan Orang Pahae yang mendiami sekitar wilayah Luat Pahae. Masing masing dari pembagian Orang Batak Toba tersebut diatas memiliki perbedaan dari segi gaya bahasa, sifat dan karakter dan bahkan sedikit perbedaan adat secara umum. Pembagian tersebut dapat ditinjau dari marga marga yang berasal dari pembagian daerah daerah diatas. Orang Toba dikenal dengan marga Sirait, Silalahi, Simangunsong, Pardede, dan lain lain.marga seperti Sihombing dan anak anaknya berasal dari Humbang.Dari Samosir umumnya marga marga yang tergabung dalam induknya Parna yang terdiri dari 57 marga. Dari Silindung kita dapat tinjau Marga marga seperti Tobing, Hutabarat, Panggabean dan Hutagalung. Marga marga ini banyak menyebar sampai ke daerah Luat Pahae ditambah marga seperti Sitompul dan sebagian marga Siregar yang berasal dari Sipirok. Orang hanya mengenal Sisingamagaraja yang istananya terdapat di Bakkara Samosir sebagai Si Raja Batak. Hal ini belum tentu benar sebab masing masing marga Orang Batak memiliki rajanya sendiri, dan mustahil Raja Sisingamangaraja menguasai seluruh wilayah raja raja yang disebutkan diatas. Karena hal itu akan mengundang perlawanan dari raja raja Batak yang lain, terutama mengenai pemerintahan, luas areal kekuasaan dan lain lain. Namun, sampai saat ini memang belum ada referensi resmi yang dapat digunakan sebagai bahan acuan.

17 30 Inti yang utama dalam tatanan kehidupan masyarakat Batak Toba ini adalah marga sesuai dengan garis keturunan ayah (patrilienal), selain itu juga status perkawinan.marga ini tidak hanya sekedar berfungsi dalam adat, tapi lebih daripada itu, marga berkembang sebagai alat pemersatu terutama bagi orang Batak yang berada di perantauan. Dalam diri orang Batak, adat diberlakukan terhadap dirinya melalui fase fase, yakni mulai ia lahir, menikah dan meninggal dunia. Ini adalah prosesi adat yang paling mudah ditandai pada masyarakat Batak Toba.Dalam masyarakat Batak Toba umumnya berlaku sekitar sistem kekerabatan dan sistem religi, dan kedua sistem ini berpengaruh kepada sistem mata pencaharian, kesenian dan sistem teknologi : 1. Sistem Kekerabatan Dalam Masyarakat Batak Toba Pertama sekali yang dilakukan Orang Batak Toba dalam menentukan sistem Kekerabatan dan peraturannya adalah dengan berdasarkan alur asal usul marga. Hal ini mencakup induk marga dan pada posisi marga ke berapa dari anak anak margaia berasal, hal ini adalah letak dasar tutur orang yang bersangkutan terhadap orang yang dijumpainya. Asal usul marga ini tidak bisa berpisah dari asal usul orang Batak. Orang Batak dahulu (sebelum masuknya Kristen) percaya bahwa nenek moyang mereka berasal atau lahir sebagai keturunan langsung dari Debata Raja Mulajadi Na Bolon yaitu Si Raja Batak dengan istrinya Si Boru Deak Parujar yang konon mereka diserahi tugas untuk menciptakan bumi dengan segala isinya. Setelah selesai, kemudian mereka menuju satu desa bernama Sianjurmulamula yang terletak di lereng gunung Pusuk Bukit.Dari tempat inilah Orang Batak menyakini bermulanya seluruh marga Orang Batak dari keenam subsuku Batak yang telah disebutkan diatas.walaupun pada saat ini kita mengenal keanekaragaman marga dalam seluruh

18 31 subsuku Batak, namun tetapi diyakini bahwa mereka semua berawal dari satu keturunan.memang ada versi versi yang beredar, namun semua versi versi ini belum dapat dipastikan kebenarannya, sebab memang ada marga Orang Batak Toba yang juga ditemui sebagai marga pada masyarakat Batak Karo, seperti marga Pasaribu di Batak Toba, dikenal juga marga Kacaribu di Tanah Karo. Marga memiliki fungsi yang penting dalam menapaki tali temali kekerabatan. Dengan mengetahui margaakan dapat ditelusuri hubungan si pembicara dengan lawan bicaranya. Kebiasaan seperti ini di dalam masyarakat Batak martarombo atau martutur (Tagor, 2006:30). Pentingnya marga-marga dalam menapaki tali temali kekerabatan ini dapat dilihat lewat ungkapan berikut ini : Tiniptip sanggar bahen huru-huran Jolo sinungkun marga asa binoto partuturan (dikerat batang pimping untuk membuat sangkar. Terlebih dahulu ditanyakan marga Agar diketahui hubungan kekerabatan) Dengan bekal marga ini seseorang bisa menelusuri hubungan kekerabatannya, baik lewat penapakan hubungan darah maupun perkawinan atau lewat perkawinan pada generasi lampau atau sekarang. Bagi Orang Batak berlaku ungkapan yang berbunyi :sada tumatok hite, luhut marhitehonsa, artinya satu orang yang membuat jembatan, tapi semua orang bisa menggunakannya. Maksudnya adalah seorang menjalin tali persaudaraan dengan ikatan perkawinan, maka seluruh famili dari orang pertama menjadi kerabat demikian sebaliknya.

19 32 Sistem kekerabatan yang diterapkan dalam sistem sosial masyarakat Batak Toba juga dilakukan dengan menggunakan marga ibu namun setelah menggunakan marga ayah. Bagi seorang Batak Toba, bila menjumpai atau berkenalan dengan seorang Batak Toba yang lain yang marganya sama dengan marga ibunya, maka spontan ia akan memanggil dengan sebutan tulang atau paman. Sistem kekerabatan seperti ini masih tetap berlangsung sampai saat ini. Penerapannya kemungkinan besar tidak mungkin akan berubah, sebab dalam dasarnya setiap kehidupan orang Batak Toba sepertinya tidak dapat dipisahkan dari adat-istiadat yang dimilikinya. 2. Hubungan Dalam Sistem Kekerabatan Hubungan dalam sistem kekerabatan Orang Batak mengenal konsep Dalihan NaTolu, hal ini sebenarnya dibagi dalam dua bagian yang besar yaitu hubungan internal dan hubungan eksternal.internal yaitu pihak dongan sabutuha, sedangkan eksternal yaitu pihak boru dan hula hula. Dalam masyarakat Batak juga dijunjung tinggi cita cita luhur yaitu hamoraon (kekayaan), hagabeon (banyak keturunan, panjang umur dan sukses) dan hasangapon (kehormatan dan martabat yang tinggi). Dalam masyarakat Batak Toba seluruh cita cita ini harus lengkap dicapai.misalnya orang yang kaya raya tapi tidak memiliki keturunan terutama laki laki belumlah dapat dikatakan berhasil dalam hidupnya.demikian juga bagi orang yang banyak anak namun tidak memiliki harta kekayaan sedikitpun, masih juga belum dikatakan berhasil dalam hidupnya. Untuk pencapaian ketiga cita cita ini, hubungan internal antara ketiga kelompok dalihan na tolu ini harus tetap dijaga keseimbangan yang dirumuskan dalam ungkapan yang popular pada masyarakat Batak yaitu :

20 33 Manat mardongan tubu (bersikap hati-hati, saling menjaga terhadap saudara Semarga) Somba marhula-hula (hormat kepada hula-hula) Elek marboru (membujuk kepada pihak boru) (Richard, 2007:25) Sistem kekerabatan ini akan diterangkan satu persatu seperti berikut: a. Manat mardongan tubu Hubungan dalam intern kelompok ini sering diungkapkan seperti ungkapan di bawah ini: molo naeng sangap ho, manat ma ho mardongan tubu. Artinya jika kamu ingin terhormat, hati-hati dan cermatlah kau dalam bergaul dengan pihak keluarga semarga. Rambu-rambu yang diungkapkan dalam manat mardongan tubu menuntut suatu Sikap yang senantiasa cermat dan waspada dalam menelusuri kedudukan dalam hirarki pertuturan dan selanjutnya berperan pula sesuai dengan hak-hak dan kewajiban yang melekat pada istilah kekerabatan yang digunakan. Pentingnya saudara semarga dalam seluruh struktur kehidupan orang Batak yang diatur oleh sistem patrilineal, dinyatakan oleh Vergouwen bahwa sejak zaman purba, lingkungan kekerabatan agnate (istilah lain untuk menyebutkan consanguini kerabat satu keturunan darah) ditetapkan sebagai sisada sipanganon (makan bersama dalam satu piring), sisada sinamot (satu dalam kemakmuran), sisada hasangapon (satu dalam kemuliaan) dan sisada hailaon (satu dalam kenistaan) (Vergouwen, 1986:50) Pentingnya kebersamaan ini tidak hanya berlaku di lingkungan kerabat agnate di tempat asal mereka. Bagi mereka yang merantau jauh ke seberang lautan kekerabatan itu tetap dituntut, seperti tertulis dalam ungkapan berikut:

21 34 tali paput, tali pangongan taripar laut tinanda rupa ni dongan Artinya, sekalipun di seberang lautan, kita harus saling mengenal saudara. Bagi kalangan perantau, terutama yang jauh dari tempat asal, seseorang dituntut agar peka mengenal dongan sabutuhanya (saudara semarga). Rasa persaudaraan dengan teman satu marga di perantauan harus lebih kuat lagi dari pada di dareah asalnya (Depdikbud. 1978:34) b. Somba Marhula hula Seorang boru harus bersikap menyembah terhadap hula-hulanya.hula-hula di tanggapi sebagai saluran berkat, mampu memantulkan kesemarakan dan kemuliaan bariborunya. Vergouwen mengungkapkan seperti di bawah ini : hula-hula adalah sumber adikodrati, daya hidup bagi masing-masing borunya. Boru memandang anggota hula-hulanya sebagai orang yang dikaruniai dengan sahala, yaitu kekuasaan istimewa yang dianggap sebagai suatu daya yang dahsyat, melebihi kekuatan terpendam biasa yang ada pada tondi (roh).sahala ini dapat memancarkan pengaruh yang faedah dan menyelamatkan bagi boru, tetap dalam pada itu, kekuasaannya menciptakan rasa takut dan hikmat kepadanya. Ini berarti boru harus menghindar dari perbuatan yang dapat merugikan atau menyinggung hula hula, dan boru tidak pernah lalai menunjukkan rasa syukur terhadap kebaikan yang diperolehnya dari hula hulannya (Vergouwen, 1986:62) Masyarakat Batak yang memandang berketurunan adalah tujuan utama menjalin tali pernikahan, maka akan sangat mengerikanlah apabila sepasang suami istri tidak memiliki keturunan, maka sangat ditekankanlah untuk menghormati hula hula agar hagabeon (memiliki banyak keturunan) dapat tercapai. Doa dari hula hula sangat diharapkan oleh borunya dan

22 35 keyakinan sangat berkuasa untuk mengetuk pintu hati Debata Mulajadi Na Bolon. (Jhon.2002:25) Berkat dari hula hula ini bukan saja hanya dalam hal keturunan saja, tetapi mencakup pula perlindungan dari mara bahaya seperti ungkapan : Obuk do jambulan na nidandan bahen samara, Pasu pasu ni hula hula pitu sundut so ada marga Artinya rambut di dandan menjadi busana, berkat dari hula hula melindungi selama tujuh keturunan tanpa mara bahaya. Oleh karena anggapan anggapan inilah maka dalam masyarakat Batak wajib untuk senantiasa menjaga nama baik dan menghormati hula hulanya, ini biasanya dibuktikan dengan membawa makanan berupa ikan mas na ni arsik. c. Elek Marboru Dalam tatanan Dalihan Na Tolu yang menganut azas totalitas yakni merupakan keseimbangan mutlak antara unsur unsurnya.penghormatan mutlak kepada hula hula ini juga harus diimbangi dengan kewajiban untuk menyayangi pihak boru.seseorang yang berkedudukan sebagai hula hula jika memiliki permintaan terhadap borunya, haruslah berlaku bijaksana.dalam arti tidak boleh memerintah atau memaksa, sebaliknya harus bersikap membujuk (mangelek), diplomatis tanpa meninggalkan bekas sakit hati bagi borunya. Ini membuktikan dengan ungkapan molo naeng mamora ho, elek ma marboru, artinya kalau kau ingin kaya, sayangilah borumu.

23 36 Kaya dalam arti kata di atas bukan hanya terhadap kebendaan, tetapi juga kaya dalam artian perasaan yang kaya karena merasa senang. Bila pihak boru yang telah memperoleh perlakuan yang lemah lembut dari hula hulanya, maka dengan senang hati akan memberikan bantuan kepada hula hulanya baik berupa moril maupun materil dalam keadaan suka maupun duka. 2.6 Konsep Perkawinan Dalam Masyarakat Batak Toba Perkawinan dalam masyarakat Batak Toba tidak dapat dipisahkan dari berlakunya dasar adat yaitu Dalihan Na Tolu.Konsep ini menentukan segalanya termasuk tutur (partuturan). Dalam Dalihan Na Tolu dikenal konsep tiga komponen utama yaitu : 1. Dongan tubu : Mereka adalah saudara laki-laki dari seorang laki-laki yang memiliki atau melaksanakan adat 2. Boru : Pihak yang mengawini anak perempuan sebuah keluarga 3. Hula-hula : Mereka adalah pihak yang memberikan anak gadisnya Dikawini oleh keluarga lain. Perkawinan dalam masyarakat Batak dipandang suatu alat untuk mempersatukan dua buah keluarga atau dua buah marga yang berbeda.demikian juga dengan pemberian mahar (tuhor) yang dipandang sebagai suatu alat magis yang tidak dapat dipisahkan dari animisme.pemberian mahar ini adalah suatu merupakan alat magis yang bertujuan untuk melepaskan ikatan seorang gadis dari klan ayahnya untuk bergabung dengan klan suaminya dengan maksud agar tidak terjadi gangguan dalam kesinambungan kosmo.

24 37 Sebelumnya telah disebutkan diatas bahwa perkawinan dalam pandangan Batak Toba menentukan peraturan, namun buka saja itu.perkawinan juga turut menentukan posisi seorang dalam pelaksanaan pesta adat.ada kalanya pada suatu waktu seseorang itu berkedudukan sebagai dongan tubu, boru, atau hula-hula.dalam kedudukan sebagai boru ini, menuntut seorang untuk berperan aktif bekerja dalam pelaksanaan seluruh kegiatan dalam pesta. Tapi pada kesempatan lain, dapat saja ia mendapat kedudukan terhormat dalam pesta tersebut yang mengharuskannya mendapatkan pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Orang Batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Adat istiadat merupakan konsepsi pemikiran yang lahir sebagai rangkaian pemikiran manusia yang bersumber dari hakikat kemajuan akalnya. Sebelumnya disebut bahwa adat

Lebih terperinci

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: )

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: ) 11. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Upacara Adat Upacara adalah sistem aktifitas atau rangkaian atau tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N

P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Sebagaimana telah kita ketahui, Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari berbagai-bagai pulau dari Sabang sampai Merauke, dan didiami oleh berbagai-bagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, beragam suku bangsa, kaya akan nilai budaya maupun kearifan lokal. Negara mengakui perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keturunan maka penerus silsilah orang tua dan kekerabatan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keturunan maka penerus silsilah orang tua dan kekerabatan keluarga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan kebahagiaan, kebanggaan, penerus keturunan, serta harta kekayaan pada sebuah keluarga. namun tidak semua keluarga dapat memperoleh keturunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi sumatera utara dewasa ini mencatat adanya suku Batak dan Suku Melayu sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, khususnya daerah di sekitar Danau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Batak terdiri dari beberapa etnik yaitu Toba, Simalungun, Karo, Angkola/Mandailing dan Pakpak Dairi. Namun sekarang ini sebutan Batak hanya ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh masyarakat adat batak toba. Sistem ini dalam arti positif merupakan suatu sistem dimana seseorang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA Adat bagi masyarakat Batak Toba merupakan hukum yang harus dipelihara sepanjang hidupnya. Adat yang diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang memiliki kebiasaan, aturan, serta norma yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menganggap bentuk kehidupan itu benar, baik dan berguna bagi mereka. Fenomena dari

BAB I PENDAHULUAN. menganggap bentuk kehidupan itu benar, baik dan berguna bagi mereka. Fenomena dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari berbagai perbedaan kehidupan manusia, satu bentuk variasi kehidupan mereka yang menonjol adalah fenomena stratifikasi (tingkat-tingkat) sosial. Perbedaan itu tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal tersebut dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap masyarakat dalam kelompok masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harus dipenuhi guna menjaga kelangsungan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harus dipenuhi guna menjaga kelangsungan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Makna Pekerjaan Dalam Masyarakat Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi guna menjaga kelangsungan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak.

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hula - hula dalam adat Batak Toba adalah keluarga laki-laki dari pihak istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. Hula - hula merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa penting tersebut dikaitkan dengan upacaraupacara yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, istilah Batak sebenarnya sudah jarang sekali dipakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, istilah Batak sebenarnya sudah jarang sekali dipakai untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terlebih dahulu harus diketahui apa itu sebenarnya Batak. Di zaman sekarang ini, istilah Batak sebenarnya sudah jarang sekali dipakai untuk merujuk kepada semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda. Masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai etnis dengan berbagai nilai budaya dan beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten yang tekstur wilayahnya bergunung-gunung. Tapanuli Utara berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut. BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang multikultural, hal ini terbukti dengan banyaknya suku bangsa di Indonesia yang mempunyai budaya berbedabeda. Perbedaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki kebudayaan sendiri yang menjadi ciri khas bagi setiap suku tersebut. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah adat Batak Toba atau yang disebut (Jabu) juga sangat sangat banyak ditemukan.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah adat Batak Toba atau yang disebut (Jabu) juga sangat sangat banyak ditemukan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Samosir merupakan sebuah pulau yang terletak ditengah-tengah Danau Toba. Daerah ini merupakan pusat kebudayaan masyarakat Batak Toba. Di pulau inilah lahir si

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya. Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk komunikasi dan situasi. Kehidupan semacam inilah terjadi interaksi, dari hasil interaksi ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. defenisi mengenai kebudayaan sebagai berikut (terjemahannya):

I. PENDAHULUAN. defenisi mengenai kebudayaan sebagai berikut (terjemahannya): I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keragaman suku juga disertai dengan keragaman budaya. Itulah yang membuat suku budaya Indonesia sangat dikenal bangsa lain karena budayanya yang unik. Berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum, 1 dimana setiap perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum, 1 dimana setiap perilaku dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum, 1 dimana setiap perilaku dan tindakan masyarakatnya diatur oleh hukum. Salah satu hukum di Indonesia yang telah lama berlaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun antara perorangan dengan kelompok manusia. Hartomo, H (1997)

BAB I PENDAHULUAN. maupun antara perorangan dengan kelompok manusia. Hartomo, H (1997) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang hidup di suatu wilayah tertentu dan saling berinteraksi satu sama lain. Masyarakat yang saling berhubungan satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pak-pak Dairi, dan Batak Angkola Mandailing.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukankajian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukankajian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukankajian pustaka.kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Permasalahan Suku Batak memiliki lima sub suku, yaitu suku Toba, Simalungun, Karo, Pak-Pak atau Dairi, dan Angkola-Mandailing. Setiap sub suku tersebut memiliki ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas selama manusia itu ada dalam berbagai interaksi sosialnya, baik itu konflik perorangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman budaya, suku dan kesenian yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Budaya merupakan suatu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lain yang berhubungan dengan perasaan dari orientasi seleksinya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. lain yang berhubungan dengan perasaan dari orientasi seleksinya. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Nilai Batasan nilai bisa mengacu pada berbagai hal, seperti minat, kesukaan, pilihan, tugas, kewajiban agama, kebutuhan, keamanan, hasrat, keengganan, daya tarik, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara ini memiliki beragam adat budanya dan hukum adatnya. Suku-suku

I. PENDAHULUAN. negara ini memiliki beragam adat budanya dan hukum adatnya. Suku-suku I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara majemuk yang dikenal dengan keaneka ragaman suku dan budayanya, dimana penduduk yang berdiam dan merupakan suku asli negara ini memiliki

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku memiliki bahasa daerah tersendiri yang membedakan bahasa suku yang satu dengan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penganutnya. Indonesia merupakan negara penganut budaya Timur dan

BAB I PENDAHULUAN. penganutnya. Indonesia merupakan negara penganut budaya Timur dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki beranekaragam budaya, di mana setiap budaya yang ada memiliki sistem nilai masing-masing dan dipelihara oleh anggota masyarakat penganutnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan buah pikiran dan perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam adat Batak Toba, penyatuan dua orang dari anggota masyarakat melalui perkawinan tidak bisa dilepaskan dari kepentingan kelompok masyarakat bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Satuan pendukung kebahasaannya meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah diketahui bahwa penduduk Indonesia adalah multietnik (plural society). Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI 1. Definisi Harga Diri Coopersmith (1967, h.4) menyatakan bahwa self esteem refer to the evaluation which the individual makes and customarily maintains with regard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. penduduk, sistem kekerabatan, agama dan kepercayaan, dan sistem kesenian

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. penduduk, sistem kekerabatan, agama dan kepercayaan, dan sistem kesenian BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada bab ini merupakan penjelasan tentang gambaran secara umum wilayah penelitian, yang tidak hanya mengenai lokasi penelitian melainkan juga meliputi penduduk,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sikap (attitude) adalah evaluasi terhadap objek psikologis terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sikap (attitude) adalah evaluasi terhadap objek psikologis terhadap BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. SIKAP 1. Definisi Sikap Sikap (attitude) adalah evaluasi terhadap objek psikologis terhadap dimensi atribut seperti baik-buruk, berbahaya-menguntungkan menyenangkantidak menyenangkan,

Lebih terperinci

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN Hukum adat kekerabatan adalah hukum adat yang mengatur tentang bagaimana kedudukan pribadi seseorang sebagai anggota kerabat, kedudukan anak terhadap orangtua dan sebaliknya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai perbedaan latar belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam ciri-ciri fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat suku Batakyang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat suku Batakyang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Batak Toba merupakan kelompok kesatuan sosial dari bagian subsuku masyarakat suku Batakyang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya sebagai asal lahirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang heterogen, Indonesia memiliki banyak suku yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang heterogen, Indonesia memiliki banyak suku yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Sebagai negara yang heterogen, Indonesia memiliki banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Berdasarkan data Sensus Penduduk 2013 yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari Sabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Suku Batak dari sekian banyak suku yang ada di negeri ini termasuk salah satu suku yang banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Suku Batak dari sekian banyak suku yang ada di negeri ini termasuk salah satu suku yang banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suku Batak dari sekian banyak suku yang ada di negeri ini termasuk salah satu suku yang banyak merantau. Suku Batak terdiri dari beberapa subsuku, yaitu: Toba,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari balita, anak-anak, remaja, dewasa, orang tua sampai ia meninggal. Biasanya pada usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia. yang dilalui untuk dapat mempertahankan dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia. yang dilalui untuk dapat mempertahankan dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahkluk Tuhan yang paling sempurna. Manusia diberi akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia memiliki kodrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa seseorang dapat mengungkapkan ide-ide di dalam pikirannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak dan Batak Mandailing,

BAB I PENDAHULUAN. Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak dan Batak Mandailing, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Batak merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia yang mana sebagian besar bermukim di Sumatera Utara. Suku yang dikategorikan sebagai Batak yaitu Batak Toba, Batak

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Semua etnis memiliki budaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendiami daerah Simalungun begitu juga dengan yang lainnya. marga, dimana menghubungkan dua pihak yakni pihak parboru atau sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mendiami daerah Simalungun begitu juga dengan yang lainnya. marga, dimana menghubungkan dua pihak yakni pihak parboru atau sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batak merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia yang mana sebagian besar bermukim di Sumatera Utara. Suku yang dikategorikan sebagai Batak yaitu Batak Toba, Batak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang terkenal akan keanearagaman budaya yang dimiliki setiap suku bangsa yang mendiami wilayahnya. Kemajemukan Indonesia tercermin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, yang memiliki keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki suatu bangsa dapat dijadikan

Lebih terperinci

bersikap kolot, dan lebih mudah menerima perubahan yang terjadi di dalam masyarakat terutama pada perempuan yang tidak menikah ini.

bersikap kolot, dan lebih mudah menerima perubahan yang terjadi di dalam masyarakat terutama pada perempuan yang tidak menikah ini. BAB V KESIMPULAN Suku Batak Toba merupakan suku yang kaya akan budaya salah satunya falasafah Dalihan Na Tolu yang menjadi landasan orang Batak Toba dalam bermasyarakat. Dalihan Na Tolu ini mengandung

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN PENELITIAN Letak Geografis dan Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Utara

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN PENELITIAN Letak Geografis dan Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Utara BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN PENELITIAN 2.1. Letak Geografis dan Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu daerah Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terdapat beranekaragam suku bangsa, yang memiliki adat-istiadat, tradisi dan

I. PENDAHULUAN. terdapat beranekaragam suku bangsa, yang memiliki adat-istiadat, tradisi dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang di dalamnya terdapat beranekaragam suku bangsa, yang memiliki adat-istiadat, tradisi dan kebiasaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.guna

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.guna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam dari kebudayaan yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, system mata pencaharian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. umumnya manusia dilihat dari jenis kelamin ada dua yaitu laki-laki dengan

PENDAHULUAN. umumnya manusia dilihat dari jenis kelamin ada dua yaitu laki-laki dengan PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk evolutif, tumbuh tahap demi tahap yaitu dari bayi menjadi kanak kemudian dewasa, lalu tua dan pada akhirnya meninggal. Pada umumnya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.tanah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.tanah bagi manusia memiliki arti yang sangat penting. Hubungan antara manusia dan tanah tidak dapat dipisahkan.

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH HUKUM WARIS ADAT PERBEDAAN IMPLEMENTASI HUKUM WARIS ADAT DI BERBAGAI SUKU SUKU ADAT DI INDONESIA. Disusun oleh :

TUGAS MATA KULIAH HUKUM WARIS ADAT PERBEDAAN IMPLEMENTASI HUKUM WARIS ADAT DI BERBAGAI SUKU SUKU ADAT DI INDONESIA. Disusun oleh : TUGAS MATA KULIAH HUKUM WARIS ADAT PERBEDAAN IMPLEMENTASI HUKUM WARIS ADAT DI BERBAGAI SUKU SUKU ADAT DI INDONESIA Disusun oleh : YASIR ADI PRATAMA (E1A012096) KELAS B KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikerjakan, dan diterapkan oleh manusia (budi-daya manusia). Kata kebudayaan berasal

BAB I PENDAHULUAN. dikerjakan, dan diterapkan oleh manusia (budi-daya manusia). Kata kebudayaan berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keragaman suku. Pada setiap suku memmpunyai hasil kebudayaan masing-masing. Kebudayaan hadir dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu praktek kebudayaan yang paling mengundang upaya perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Pencarian Jodoh Muli Mekhanai Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata Pemilihan mempunyai arti proses atau cara perbuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

ABSTRAK PERANAN PUNGUAN PARSAHUTAON DALAM PELESTARIAN SISTEM KEKERABATAN PADA MASYARAKAT BATAK PERANTAU

ABSTRAK PERANAN PUNGUAN PARSAHUTAON DALAM PELESTARIAN SISTEM KEKERABATAN PADA MASYARAKAT BATAK PERANTAU ABSTRAK PERANAN PUNGUAN PARSAHUTAON DALAM PELESTARIAN SISTEM KEKERABATAN PADA MASYARAKAT BATAK PERANTAU (Rismawati Silalahi, Hermi Yanzi, Yunisca Nurmalisa) Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat lebih dari 500 etnis di Indonesia (Suryadinata, 1999). Suku Batak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari yang terendah: Mate di Bortian (meninggal dalam kandungan), Mate Posoposo

BAB I PENDAHULUAN. Dari yang terendah: Mate di Bortian (meninggal dalam kandungan), Mate Posoposo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera Utara. Nama Batak merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia memiliki keanekaragaman suku yang tersebar diseluruh bagian tanah air. Masing-masing dari suku tersebut memiliki sejarahnya tersendiri. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suku Batak Toba merupakan salah satu suku besar di Indonesia. Suku Batak merupakan bagian dari enam ( 6) sub suku yakni: Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN BIOGRAFI SINGKAT GUNTUR SITOHANG

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN BIOGRAFI SINGKAT GUNTUR SITOHANG BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN BIOGRAFI SINGKAT GUNTUR SITOHANG Pada bab II ini penulis akan membahas gambaran umum lokasi penelitian dan biografi singkat Guntur Sitohang. Namun sebelum membahas

Lebih terperinci

AKIBAT PERKAWINAN SEMARGA MENURUT HUKUM ADAT BATAK TOBA

AKIBAT PERKAWINAN SEMARGA MENURUT HUKUM ADAT BATAK TOBA AKIBAT PERKAWINAN SEMARGA MENURUT HUKUM ADAT BATAK TOBA David Andrian H. Siahaan S1 Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, UNESA (davidandrians@gmail.com) Indri Fogar Susilowati, S.H., M.H. S1 Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arsitektur sebagai produk dari kebudayaan, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya proses perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I ini berisi pendahuluan yang membahas latar belakang penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan masalah dan rumusan masalah. Tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan merupakan peristiwa hukum yang terjadi didalam hidup bermasyarakat yang menyangkut nama baik keluarga ataupun masyarakat. Hal ini diterangkan dalam buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hukum islam pernikahan merupakan satu anjuran bagi kaum

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hukum islam pernikahan merupakan satu anjuran bagi kaum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam hukum islam pernikahan merupakan satu anjuran bagi kaum muslimin. Hal ini diatur dalam Undang-undang Dasar No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, dan Instruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batak Angkola bermukim di daerah Tapanuli Bagian Selatan yang merupakan. Etnis Angkola bekerja sebagai petani dan beragama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Batak Angkola bermukim di daerah Tapanuli Bagian Selatan yang merupakan. Etnis Angkola bekerja sebagai petani dan beragama Islam. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera Utara. Nama Batak Merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasi beberapa

Lebih terperinci