PENDAHULUAN. umumnya manusia dilihat dari jenis kelamin ada dua yaitu laki-laki dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN. umumnya manusia dilihat dari jenis kelamin ada dua yaitu laki-laki dengan"

Transkripsi

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk evolutif, tumbuh tahap demi tahap yaitu dari bayi menjadi kanak kemudian dewasa, lalu tua dan pada akhirnya meninggal. Pada umumnya manusia dilihat dari jenis kelamin ada dua yaitu laki-laki dengan perempuan. Berarti kata perempuan merupakan gambaran dari segi biologis yaitu, mengacu pada seks atau jenis kelamin. Mendengar kata perempuan, maka dapat diketahui identitas, peran, fungsi, pola perilaku serta kegiatan, dimana posisi perempuan sangat dipengaruhi oleh budaya setempat (Weiner, 1986: 6-7). Peran serta posisi perempuan dalam bermasyarakat tergantung pada nilai budaya yang mengaturnya. Seringkali orang langsung dapat menimpulkan bahwa perempuan sebagai mahluk yang dinomorduakan akibat budaya patriarkhi, padahal asumsi tersebut tidak terjadi pada semua kelompok masyarakat. Misalnya, masyarakat Minangkabau yang dikenal dengan prinsip matrilineal. Prinsip matrilineal memperhitungkan hubungan kekerabatan melalui garis keturunan wanita, sehingga semua kaum kerabat ibu termasuk dalam batas kekerabatannya, sedang semua kaum kerabat ayah berada di luar batas itu (Koentjaraningrat, 1998: 123). Berdasarkan prinsip keturunan matrilineal, jadi pada masyarakat Minangkabau, anak laki-laki dengan anak perempuan itu sama nilainya. Masyarakat Minangkabau justru lebih mendahulukan anak perempuan, dalam arti masyarakat lebih mendukung anak perempuan untuk lebih maju. Masyarakat Minangkabau sangat menginginkan anak perempuan berhasil yaitu dalam 1

2 pendidikan yang lebih tinggi dan berhasil di perantauan, sebab keberhasilan anak perempuan merupakan suatu kebanggaan bagi mereka. Setiap anak yang berhasil dalam pendidikan serta yang sukses dalam perantauan diharapkan harus sudah mampu untuk membangun kampung halamannya. Masyarakat Minangkabau selalu menanamkan kepada semua yang keluar dari daerahnya, harus mampu menerapkan segala yang diperoleh selama di daerah lain untuk membangun daerahnya baik yang melanjutkan pendidikan maupun bekerja. Akses dalam harta warisan, saat ini telah banyak sorotan, dimana anak perempuan sudah mulai menuntut haknya dalam harta warisan dari orang tuanya. Tulisan Sulistyowati (2003: ) menceritakan tentang perempuan Batak Toba yang sudah mulai menuntut haknya dalam mendapatkan harta warisan. Perempuan yang sudah janda sudah berhasil mendapatkan warisan dari keluarga mereka walaupun dengan membutuhkan perjuangan yang sangat panjang. Anak perempuan terutama perempuan yang sudah janda menciptakan budaya hukum sendiri, serta tahap-tahap pilihan hukum, yaitu yang pertama yang didasarkan pada ketentuan adat, jika tidak berhasil, sebagai pilihan kedua adalah digugat ke Pengadilan Negeri serta Pengadilan Tinggi yang dikuatkan oleh Mahkamah Agung sehingga akhirnya dimenangkan oleh perempuan. Selain dalam harta warisan, Hak Azasi perempuan sebagai bagian dari Hak Azasi Manusia telah mendapat pengakuan dan perlindungan yang telah berhasil diperjuangkan dalam waktu yang panjang. Konprensi Wina Majelis Umun PBB telah mengakomodasi Deklarasi Penghapusan Diskriminasi terhadap perempuan. Hukum Internasional tentang Hak Azasi Manusia di Wina menghasilkan kesepakatan bahwa Hak Azasi Perempuan adalah bagian integral dan universal 2

3 dari Hak Azasi Manusia. Hal tersebut menghasilkan perlindungan terhadap kasus pelecehan seksual sosial, kekerasan dalam rumah tangga serta kasus pemerkosaan (Poerwandari, 1997: 22). Kasus pelecehan seksual selama ini tidak pernah diperhatikan, pada hal sebenarnya kasus ini sering dialami oleh perempuan. Kekerasan rumah tangga juga selama ini dianggap sebagai masalah dalam keluarga yang bersangkutan saja, pada hal kekerasan tersebut sangat berpengaruh terhadap semua anggota keluarga terutama pada anak-anaknya yang menyangkut masa depan bangsa. Kasus pemerkosaan juga selama ini tidak begitu dicermati oleh pihak hukum kerena adanya hukum yang mengatur masyarakat yaitu hukum adat. Penyelesaian dilakukan di dalam lingkungan masyarakat saja, sehingga tidak ada satu hukum yang membuat anggota masyarakat jera dan takut. Sorotan ini menjadi diperhatikan oleh negara dan dengan adanya hukum perlindungan ini membuat perempuan merasa terbantu dan terlindungi. Berdasarkan beberapa kajian-kajian tersebut di atas menunjukkan adanya perjuangan-perjuangan anak perempuan dalam mendapatkan akses untuk memilih hal-hal seperti yang telah didapatkan anak laki-laki. Anak perempuan sampai kapanpun tidak akan pernah menjadi penerus silsilah tetapi mengenai harta warisan sudah mulai diberikan, mempunyai kesempatan yang sama dalam mengecap pendidikan, serta pendapat istri sudah mulai diperhitungkan oleh suami dalam mengambil sebuah keputusan dalam keluarga. Datangnya era reformasi yang didukung oleh kemajuan teknologi telah membuka peluang dan kesempatan bagi perempuan bersama laki-laki untuk membuka wawasan berpikir mereka. Dahulu perempuan asyik bergunjing 3

4 dipinggir pagar rumahnya, karena informasi mereka mungkin sebatas tingkat rukun tetangga. Sekarang perempuan mendapat peluang untuk tahu lebih banyak. Kalau badan mereka mungkin masih saja terikat dalam grafitasi rumahnya, dunia justru kini yang secara rutin menjenguknya melalui televisi, radio atau barang cetakan lainnya. Media massa setiap saat memberitahukan hal-hal yang terjadi di luar. Media informasi ini tersebar keseluruh pelosok masyarakat, dimana media tersebut masuk juga ke dalam kelompok masyarakay Batak Toba. Masyarakat Batak Toba secara umum telah membuka diri dan telah menerima media tersebut. Melalui televisi, radio dan surat kabar tersebut tidak jarang menginformasikan hal-hal yang berhubungan dengan perempuan. Media tersebut acapkali menampilkan kaum perempuan yang sudah ikut berperan dalam pendidikan dan pekerjaan. Telah banyak anak perempuan yang berpendidikan tinggi dan memiliki pekerjaan yang baik dan bukan hanya dikaitkan dengan rumah saja. Masuknya unsur-unsur baru tersebut didukung oleh keterbukaan masyarakat untuk menerimanya. Hal tersebut telah menggugah hati para orang tua yang menyebabkan terjadinya perubahan perlakuan terhadap anak perempuan dengan memberikan kesempatan yang sama antara anak laki-laki dengan anak perempuan untuk maju. Adanya perubahan perlakuan terhadap anak perempuan tersebut memberikan adanya pilihan anak perempuan untuk berusaha dalam mewujudkan kemajuan seperti yang diperoleh anak laki-laki. Hasil lapangan menunjukkan jumlah jumlah anak perempuan sudah banyak yang berpendidikan karena terjadinya perubahan perlakuan terhadap anak perempuan. 4

5 Jumlah anak perempuan setiap tahunnya dapat dikatakan lebih banyak yang berhasil dalam pendidikan. Hal ini kemungkinan karena perbandingan jumlah anak perempuan lebih banyak dari anak laki-laki. Hal ini juga dapat terbukti dengan lebih banyaknya anak laki-laki dijumpai yang tinggal di desa. Menurut para informan, anak perempuan hampir semuanya keluar dari desa dengan tujuan yang berbeda. Kebanyakan diantara mereka bertujuan untuk melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah dan sebagian lagi bertujuan untuk bekerja. Anak perempuan juga sudah mulai diberikan harta warisan oleh orang tuanya. Anak perempuan juga sudah menjadi ahli waris jika tidak ada anak lakilaki yang dilahirkan, padahal sebelumnya jika tidak memiliki anak laki-laki maka harta warisan akan jatuh ke saudara laki-laki dari ayah. Perempuan janda juga sudah di serahkan kuasa untuk tetap memiliki dan mempergunakan warisan dari suaminya yang meninggal. Di lapangan juga diperoleh data yang menunjukkan sudah adanya perempuan yang menjadi kepala rumah tangga serta yang berperan ganda. Terjadinya perubahan perlakuan terhadap anak perempuan menjadikan perempuan Batak Toba sudah banyak yang berhasil baik dalam pendidikan maupun dalam dunia kerja, pada hal budaya Batak Toba lebih mengutamakan anak laki-laki. Artinya nilai anak laki-laki lebih tinggi dari anak perempuan pada budaya Batak Toba. Keutamaan anak laki-laki dalam budaya Batak Toba dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menjadi peran anak laki-laki yaitu: Pertama: anak laki-laki berperan sebagai penerus keturunan marga. Sebuah keluarga menjadi punah kalau tidak ada anak laki-laki yang dilahirkan. Peran ini tidak akan pernah 5

6 berubah sampai kapanpun dan tetap sebagai peran anak laki-laki. Anak laki-laki yang bertanggung jawab atas kelangsungan klen ayahnya, sedangkan anak perempuan akan keluar dari klen ayahnya setelah menikah. Hal inilah yang menyebabkan hak dan kewajiban antara anak laki-laki dengan anak perempuan berbeda. Kedua: anak laki-laki berperan sebagai ahli waris utama peninggalan harta orang tuanya. Hal ini karena anak laki-laki sebagai penerus silsilah ayahnya tetapi sekarang perempuan mulai diberikan harta warisan oleh orang tuanya. Ketiga: anak laki-laki sebagai pelaksana utama dalam aktivitas adat. Hal ini karena hanya anak laki-lakilah yang mengerti tentang adat. Sejak kecil anak lakilaki sudah diajarkan tentang adat sedangkan anak perempuan tidak, tetapi suami sudah muali meminta pertimbangan dari istri dalam mengambil sebuah keputusan. Keempat: anak laki-laki diutamakan dalam pendidikan, karena anak laki-laki sebagai penerus keturunan. Masyarakat Batak mengutamakan anak laki-laki untuk berpendidikan karena dapat mengharumkan nama keluarga. Perkembangan zaman dan masuknya unsur-unsur kebudayaan baru serta hasil interaksi dengan berbagai suku bangsa lain mempengaruhi kehidupan masyarakat Batak Toba. Didukung oleh masyarakat yang mau membuka diri secara umum dan mau menerima dan menyaring unsur-unsur baru sehingga menimbulkan terjadinya perubahan. Tujuan dari perubahan ini adah agar masyarakat dapat mengikuti perkembangan zaman. Perlu disadari bahwa setiap masyarakat manusia pasti mengalami perubahan dalam hidupnya, itu yang dinamakan kedinamisan dan perkembangan. Tanpa perubahan mustahil ada yang dinamakan dengan perkembangan. Artinya tanpa perubahan suatu masyarakat tidak akan pernah berkembang dan dapat 6

7 menyesuaikan diri dengan masyarakat lain yang telah mengikuti perkembangan zaman. Perubahan dalam masyarakat terdiri dari dua macam yaitui perubahan secara lambat dan perubahan secara cepat yang mengarah pada perubahan yang semakin sempurna dari keadaan sebelumya. Perubahan dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai budaya, norma-norma sosial, pola-pola perikelakuan dan lain sebagainya. Manusia hidup atas dasar kebiasaan, dimana kebiasaan ini akan hilang bila terjadi suatu perubahan (Koentjaraningrat, 1970: 89). Perubahan ini didukung oleh adanya modernisasi yang merupakan perubahan yang berupa perkembangan dalam pembangunan ke arah modern atau ke arah yang lebih maju atau positif. Perubahan didukung oleh masuknya agama Kristen, dimana agama mengajarkan suatu perasaan keagamaan yang mendalam yang menganggap derajat manusia adalah sama. Berdasarkan hal ini posisi lakilaki dengan perempuan adalah sama. Faktor utama pendukung perubahan adalah tingkat pendidikan yang semakin tinggi. Pendidikan dapat berpengaruh untuk memperluas ilmu pengetahuan, serta ilmu pengetahuan telah menyediakan informasi-informasi dan teknologi baru yang diperlukan oleh orang-orang yang secara sadar ingin menambah dorongan mereka sendiri ke arah perubahan yang lebih baik. Perubahan terjadi juga pada masyarakat Batak Toba yang didorong oleh masuknya unsur-unsur baru serta teknologi yang memberikan wawasan luas pada masyarakat dan keterbukaan masyarakat untuk menerima unsur-unsur baru tersebut. Berdasarkan pengetahuan yang dimiliki masyarakat yang semakin luas, akhirnya masyarakat memberikan kesempatan yang sama untuk anak perempuan dengan anak laki-laki untuk maju. Sama seperti masyarakat lain yang juga 7

8 mengutamakan anak perempuan seperti yang terjadi pada masyarakat Minangkabau. Berdasarkan pengetahuan tersebut perlakuan terhadap anak perempuanpun berubah yang menjadikan anak perempuan Batak Toba sadar akan pentingnya pendidikan, merantau untuk mendapat pekerjaan yang lebih baik serta sudah diberikan harta warisan oleh orang tua Perumusan Masalah Masyarakat Batak Toba menganut prinsip keturunan patrilineal yang memperhitungkan garis keturunan dari laki-laki. Suami menjadi kepala keluarga yang akan menguasai istri, anak-anak serta harta benda milik keluarganya. Istri harus bertugas untuk melayani suami, mengurus dan mendidik anak-anak serta mengatur rumah. Artinya, dalam rumah tangga ditemui adanya perbedaan kedudukan antara laki-laki dengan perempuan. Kehidupan masyarakat Batak Toba selalu berada dibawah pengaturan nilai budaya. Artinya, masyarakat Batak Toba harus selalu hidup sesuai nilai budaya dan diharapkan tidak menimpang dari aturan yang berlaku. Sebuah keluarga Batak Toba yang hidup sesuai nilai budaya, harus adanya anak laki-laki yang dilahirkan sebagai penyambung silsilah marga supaya jangan terputus. Keluarga yang tidak mempunyai anak laki-laki akan terputus dalam silsilah dan tidak diperhitungkan lagi. Hal inilah yang membuat keinginan masyarakat Batak Toba mengusahakan kehadiran anak laki-laki. Masyarakat Batak Toba yang berprinsip patrilineal untuk menginginkan kehadiran anak laki-laki masih tetap dipertahankan. Beberapa fakta menyatakan sudah terjadi perubahan perlakuan terhadap anak perempuan. Hal ini disebabkan 8

9 oleh masuknya unsur-unsur baru ke dalam masyarakat yang mulai mengklaim anak perempuan untuk lebih maju. Fakta menyatakan bahwa anak perempuan yang lebih berhasil dalam pendidikan bahkan sampai pada tingkat perguruan tinggi, anak perempuan juga kebanyakan merantau serta anak perempuan juga sudah mulai menuntut warisan, ketika dalam sebuah keluarga tidak ada anak lakilaki. Berbagai macam perjuangan dilakukan oleh anak perempuan guna untuk mendapatkan kesempatan yang sama dengan anak laki-laki untuk maju. Berdasarkan uraian latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana proses perubahan perlakuan terhadap anak perempuan yang direspon oleh orang Batak secara umum dan direspon oleh perempuanperempuan Batak Toba secara khusus. 2. Bentuk-bentuk perjuangan anak perempuan agar perubahan perlakuan terhadap anak perempuan secara nyata Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Pollung, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan. Alasan pemilihan lokasi di desa ini karena berdasarkan informasi yang penulis dapat, yaitu dari kepala desa setempat bahwa di desa ini penduduknya mayoritas suku Batak Toba yang berbudaya mengutamakan anak laki-laki terutama dalam pendidikan. Di desa ini ditemukan terjadinya perubahan perlakuan terhadap anak perempuan yang memberikan kesempatan yang sama dengan anak laki-laki untuk maju. Anak perempuan juga mulai diberikan akses 9

10 dalam mendapat warisan. Desa ini berada di wilayah pedalaman yang jauh dari kota, sehingga masih dianggap sebagai desa yang masih terpencil Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan dan menjelaskan bahwa telah terjadi perubahan cara memperlakukan anak perempuan dimana sebelumnya anak perempuan selalu dinomorduakan dalam budaya Batak Toba. Secara akademis bahwa hasil penelitian ini merupakan bahan untuk skripsi guna memperoleh gelar sarjana program Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Medan. Secara umum penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memperkaya pengetahuan tentang posisi perempuan dalam suatu budaya patriarkhi yang sudah mengalami perubahan-perubahan. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah masukan bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang bagaimana kedudukan anak perempuan dalam keluarga suatu masyarakat, yang menyebabkan terjadinya perubahan perlakuan terhadap anak perempuan. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah kepustakaan antropologi. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi masyarakat yang mengalami masalah yang sama, dalam arti dapat dijadikan sebagai pertimbangan masyarakat yang mempunyai nilai budaya yang selalu mengutamakan anak laki-laki dari pada anak perempuan. 10

11 1.5. Tinjauan Pustaka. Masyarakat Batak Toba memiliki nilai yang terkandung dalam budayanya sendiri, sama dengan etnik lain. Warga masyarakat yang mengerti akan nilai-nilai budaya dengan sendirinya sudah mengetahui apa yang pantas dilakukan dan yang harus dihindari agar tidak melanggar hukum atau peraturan yang berlaku dalam masyarakat. Nilai budaya juga dapat dijabarkan dalam aturan-aturan. Aturanaturan ini merupakan nilai-nilai budaya yang menjadi pegangan untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari (Koentjaraningrat, 1970: 381). Nilai budaya terungkap dalam bentuk wujud aspeknya yaitu pada sistem kekerabatan dalam suatu masyarakat. Sistem kekerabatan adalah pola tingkah laku berdasarkan pengalaman dan penghayatan yang menyatu secara terpadu dalam wujud ideal kebudayaan. Wujud ideal dari nilai budaya Batak Toba adalah dilihat dari prinsip keturunan yang berlaku pada masyarakat. Menurut Koentjaraningrat (1970: 106) orang Batak memperhitungkan prinsip keturunan itu secara patrilineal. Artinya garis keturunan dihitung dari garis ayah atau pihak laki-laki, untuk itu orang Batak Toba selalu menginginkan kehadiran anak laki-laki. Hal ini menimbulkan hubungan kekuasaan yang timpang antara laki-laki dengan perempuan, jadi selalu dilakukan berbagai usaha supaya ada anak laki-laki yang dilahirkan dalam sebuah keluarga. Menurut Ihromi (1990: ) keluarga yang belum mendapatkan keturunan dalam jangka yang cukup lama setelah menikah, maka pasangan tersebut beserta keluarganya akan berusaha, dengan tujuan supaya memiliki keturunan. Berbagai cara akan dilakukan sekalipun akan mengeluarkan biaya yang sangat besar. Biaya yang besar tidak akan membuat usaha untuk 11

12 memperoleh keturunan berhenti. Alasannya anak jauh lebih bernilai dibandingkan harta benda. Anak adalah harta yang paling berharga dan yang paling penting dalam sebuah keluarga Batak Toba. Berdasarkan nilai anak, maka peran anak laki-laki secara umum yaitu: anak laki-laki sebagai penerus silsilah marga, anak laki-laki sebagai ahli waris, dan anak laki-laki selalu diutamakan dalam aktivitas-aktivitas adat. Berdasarkan peran-peran anak laki-laki tersebut, maka anak laki-laki jugalah yang lebih diutamakan dalam pendidikan. Menurut Aritonang (1988: 50-57) mengatakan ada pandangan yang menunjukkan anak laki-laki yang terpenting bagi masyarakat Batak Toba yaitu: anakkonhi do naummarga di au, anakkonhi do hasangapon di au dan anakkonhi do hamoraon di au. Artinya anakku itulah yang paling berharga bagiku, anakku itulah kehormatanku dan anakku itulah kekayaanku. Ketiga hal ini melukiskan perjuangan dan pengorbanan orang tua untuk mengusahakan pendidikan setinggitingginya dan untuk keberhasilan anak-anaknya. Inilah pemahaman orang Batak tentang nilai anak, sekaligus pendorong utama untuk mendidik dan mengusahakan pendidikan anak-anaknya setinggi mungkin. Bagi orang Batak, nilai anak sangat tinggi dan nilai tinggi anak ini berhubungan erat dengan tiga serangkai cita-cita tertinggi orang Batak yaitu: hagabeon, hamoraon dan hasangapon. Hagabeon; yang mengharapkan bahwa keturunan harus berlanjut, menurut adanya anak laki-laki. Pada kehidupan masyarakat Batak Toba, anak mempunyai nilai khusus sebagai ukuran kebahagiaan seseorang. Orang yang tidak mempunyai keturunan dianggap sebagai orang yang menanggung aib. Pentingnya fungsi anak dalam kehidupan masyarakat Batak Toba dapat tergambar dalam 12

13 sebuah pepatah maranak sapulu pitu marboru sapulu onom, yang artinya: masyarakat Batak Toba itu mengembangkan keturunan dengan tujuh belas anak laki-laki dan enam belas anak perempuan. Pepatah ini maksudnya agar masyarakat Batak mampu mengembangkan keturunan sebanyak mungkin supaya marganya tetap berlanjut. Hagabeon yang diidamkan oleh masyarakat Batak bukan sekedar penerus generasi saja, tetapi yang membedakan antara anak lakilaki dengan anak perempuan terlihat dalam tingkat pendidikan yang diperoleh anak (Irianto, 2003: 8-9). Hamoraon; yang berarti kekayaan, selain dalam arti kekayaan material juga mencakup dalam pemilikan anak. Hal ini dapat dilihat dari istilah Anakkonhi do Hamoraon Di au. Artinya: anakku merupakan kekayaan dalam hidupku. Kekayaan yang dimaksud disini mempunyai pengertian yang luas. Pada masyarakat Batak Toba hamoraon adalah: mempunyai anak terutama anak lakilaki serta anak tersebut berkualitas dan sudah meraih sukses dalam hidupnya yang juga ditujukan pada keberhasilan pendidikan (Irianto, 2003: 8-9). Hasangapon; suatu keluarga akan dihormati dan menjadi terpandang apa bila sudah cukup harta material dan memiliki banyak anak, terutama anak lakilaki. Anak dapat menaikkan martabat orangtuanya jika anak tersebut sudah berhasil. Keberhasilan anak dapat diukur dari keberhasilan dalam bidang pendidikan, maka anak tersebut dapat menjadi kebanggaan bagi orang tuanya. Penilaian ini berasal dari orang lain terhadap seorang Batak Toba yang dianggap layak menerima kehormatan ini, apalagi si anak mempunyai kualitas. Artinya semakin tinggi pendidikan dari setiap keturunan, maka semakin sangap orang tua didalam pandangan masyarakat sekitarnya, karena semakin tinggi pendidikan 13

14 setiap anak, semakin tinggi pula budi bahasa dan semakin baik kelakuan mereka (Irianto, 2003: 8-9). Nilai anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Secara umum perempuan diartikan sebagai seorang manusia yang mempunyai jenis kelamin vagina, yang dapat mengandung, melahirkan dan menyusui yang kebanyakan mempunyai sifat lemah lembut. Perempuan juga dikenal sebagai makhluk yang pasif, lemah perasa, tergantung dan menerima keadaan. Berdasarkan hal ini membuat secara kultural derajat perempuan lebih rendah dari laki-laki yang menyebabkan perempuan selalu di nomorduakan. Perempuan dinilai sebagai makhluk rumah yang berarti mengurus pekerjaan rumah, melayani suami serta mengurus anak yang telah dianggap sebagai pekerjaan yang wajib dilakukan perempuan. Pada kehidupan sehari-hari perempuan diwajibkan untuk selalu menghormati laki-laki dan telah membudaya yang sulit untuk berubah. Menurut Haviland (1993: ) pada umumnya kebudayaan selalu bersifat dinamis, atau selalu mengalami perubahan baik secara lambat maupun cepat. Semua kebudayaan pada suatu waktu berubah karena berbagai macam sebab. Kemampuan berubah selalu merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan manusia. Tanpa hal itu, kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang berubah terutama pengaruh zaman yang semakin maju. Perubahan sosial adalah perubahan dalam struktur sosial dan dalam polapola hubungan sosial. Perubahan sosial mencakup sistem status, hubunganhubungan dalam keluarga, sistem politik dan persebaran penduduk, sedangkan perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh sejumlah warga masyarakat yang bersangkutan. Perubahan 14

15 kebudayaan mencakup aturan-aturan, atau norma-norma, atau nilai-nilai yang digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan warga masyarakat (Suparlan 1982). Faktor yang mendukung untuk terjadinya perubahan kebudayaan adalah adanya pembauran kebudayaan, masuknya unsur-unsur baru ke dalam masyarakat yang menjadikan perubahan ini dapat terwujud yang didukung oleh masyarakat suatu kelompok dapat membuka diri untuk menerima hal yang baru dan tidak menutup diri terhadap perkembangan zaman. Contoh dengan adanya teknologi informasi, seperti televisi yang setiap saat dapat menyiarkan acara yang terjadi di luar. Keterbukaan masyarakat terhadap dunia luar sangat membantu terjadinya perubahan. Berdasarkan keterbukaan tersebut masyarakat dapat mengetahui pada masyarakat lain, anak perempuan juga diutamakan baik dalam pendidikan, serta diperlakukan seimbang dengan anak laki-laki. Masyarakat jadi sadar akan pentingnya perlakuan yang sama antara anak laki-laki dengan anak perempuan supaya dapat menunjang kemajuan. Perkembangan zaman dan masuknya unsur-unsur baru serta keterbukaan anggota masyarakat Batak Toba untuk menerimanya melahirkan terjadinya perubahan perlakuan terhadap anak perempuan. Terjadinya perubahan perlakuan terhadap anak perempuan pada masyarakat Batak Toba, direspon secara khusus oleh perempuan. Akhirnya anak perempuan mendapat kesempatan yang sama dengan anak laki-laki dalam pendidikan. Sehingga anak perempuan telah berpendidikan dan merantau. Berdasarkan pendidikan yang telah diperoleh anak perempuan disertai dengan usaha atau perjuangan-perjuangan yang panjang maka anak perempuan juga telah mendapat akses dalam mendatatkan harta warisan dari 15

16 orang tuanya. anak perempuan juga telah menjadi salah satu unsur yang diperhitungkan dalam keluarganya dengan pendidikan yang diperolehnya. Perubahan perlakuan terhadap anak perempuan pada masyarakat Batak Toba menimbulkan adanya modernisasi dimana modernisasi didukung oleh pendidikan yang semakin maju, perekonomian yang semakin mapan serta masuknya teknologi yang lebih modern ke dalam masyarakat yang sangat mendukung terjadinya perubahan kearah yang lebih maju. Perubahan perlakuan terhadap anak perempuan yang saya maksudkan di sini adalah terjadinya perubahan cara memperlakuan anak perempuan pada masyarakat Batak Toba, dimana sebelumnya budaya Batak Toba selalu mengklaim anak perempuan dan menomorduakan anak perempuan dan selalu mengutamakan anak laki-laki. Keutamaan anak laki-laki yaitu: sebagai penerus keturunan marga, sebagai ahli waris, pelaksana aktivitas adat serta diutamakan dalam pendidikan. Akibat masuknya unsur-unsur baru menyebabkan perubahan perlakuan terhadap anak perempuan yang direspon secara khusus oleh anak perempuan. Menurut Wainer (1986: iii) modernisasi merupakan sebuah perubahan yang terjadi pada sikap pribadi menyebabkan manusia berhasil melepaskan diri dari tirai kekuasaan. Berdasarkan pendapat tersebut dalam tulisan ini dimaksudkan bahwa dengan perjuangan-perjuangan yang panjang, perempuan akhirnya mendapatkan kesempatan yang sama dengan anak laki-laki untuk maju dan berhasil dalam pendidikan dan dunia kerja serta telah diberikan warisan oleh orang tuanya. 16

17 1.6. Metode Penelitian Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu yang bertujuan untuk menjelaskan secara terperinci bagaimana terjadinya perubahan perlakuan terhadap anak perempuan pada masyarakat Batak Toba. Penelitian ini memberikan gambaran mengenai kedudukan anak perempuan dalam keluarga Batak Toba yang pada akhirnya berhasil memperoleh kesempatan yang sama dengan anak laki-laki untuk maju. Anak perempuan telah banyak yang berhasil dalam pendidikan dan sudah mulai diberikan warisan oleh orang tuanya Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data tentang terjadinya perubahan perlakuan terhadap anak perempuan pada masyarakat Batak Toba yang beragama Kristen di desa Pollung, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan. Data yang diperlukan dikumpulkan dari para informan dengan melakukan pendekatan terhadap para informan yang dianggap perlu dalam kelengkapan skripsi ini. Supaya memperkuat data yang ada, penulis melakukan pencarian dan pencatatan data melalui dokumen-dokumen dari kantor kepala desa Pollung. Selain data dari kantor kepala desa Pollung, penulis juga melakukan pencatatan dari buku-buku, artikel dan internet yang berhubungan dengan budaya Batak Toba dan yang berkaitan dengan perubahan perlakuan terhadap anak perempuan. Pengamatan dilakukan dengan cara melihat bagaimana sikap dan reaksi para informan pada saat penulis melakukan wawancara dengan informan. Penulis melihat para informan dalam memberikan informasi dengan beragam reaksi. Ada informan yang santai serta terbuka dalam memberikan informasi, ada yang gugup, 17

18 gelisah dan ada juga yang secara cetus dalam memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penulis. Informan yang santai memberikan informasi adalah mereka yang mengerti dan paham akan keperluan penulis, sedangkan sebagian informan gugup dan gelisah adalah karena mereka merasa takut dan segan untuk memberikan informasi. Penulis melihat adanya kesamaan pekerjaan antara laki-laki dengan perempuan saat di luar rumah. Sumber penghasilan masyarakat adalah pertanian. Sebagian besar masyarakat bekerja di sawah dan di ladang. Penulis melihat lakilaki dengan perempuan baik yang remaja sampai dewasa bahkan yang sudah tua sama-sama pergi ke ladang dan melakukan pekerjaan yang sama. Sementara di rumah yang berperan adalah perempuan secara umum dan laki-laki hanya membantu dengan keinginannya sendiri. Pengamatan dilakukan terhadap hubungan antara suami dengan istri, anak laki-laki dengan anak laki-laki, anak laki-laki dengan saudara perempuan, anak perempuan dengan anak perempuan, ayah dengan anak laki-laki, ayah dengan anak perempuan serta ibu dengan anak laki-laki dan ibu dengan anak perempuan. Penulis mengamati hubungan yang terjadi diantara sesama anggota keluarga guna memperkuat informasi dari para informan. Wawancara dalam penelitian ini merupakan hal yang sangat penting dalam memperoleh informasi yang diperlukan guna kelengkapan data penelitian. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam. Wawancara ini dimaksudkan untuk memperoleh sebanyak mungkin data tentang bagaimana cara memperlakukan anak perempuan dalam masyarakat yang mengarah pada terjadinya perubahan. Wawancara dilakukan dengan 18

19 menggunakan alat tulis untuk mencatat hasil wawancara dalam hal menghindari terjadinya kelupaan data yang diperoleh dalam menulis hasil laporan. Wawancara mendalam dilakukan dengan kepala desa Pollung. Penulis mengetahui siapa-siapa saja orang yang mengerti akan adat Batak Toba dari kepala desa. Penulis juga melakukan wawancara kepada para orang tua yang memiliki anak laki-laki dengan anak perempuan yang anak-anaknya sudah ada yang tamat dari SMU. Selain itu wawancara juga dilakukan kepada anak laki-laki dan anak perempuan yang sudah duduk di bangku SMU, Perguruan Tinggi bahkan yang sudah bekerja. Dari lembaga keagamaan penulis mengambil seorang informan yaitu Pendeta GKPI yang memberikan informasi tentang budaya Batak Toba secara tertulis dan pada prakteknya. Wawancara dilakukan kepada informan pangkal. Informan pangkal yang penulis jadikan adalah kepala desa dan para penetua adat. Dari kepala desa diperoleh keterangan atau data-data yang berhubungan dengan penduduk, tingkat pendidikan masyarakat serta perbandingan antara anak laki-laki dengan anak perempuan berdasarkan tingkat pendidikan. Sedangkan dari para penetua adat diperoleh informasi yang berhubungan dengan nilai budaya Batak Toba serta pelaksanaannya. Informan kunci yaitu anak perempuan mulai dari yang sudah duduk di bangku SMU sampai Perguruan tinggi. Selain itu yang dijadikan sebagai informan kunci yaitu orang tua yang menyekolahkan anak perempuannya sampai Perguruan Tinggi. Wawancara dilakukan juga terhadap informan biasa. Informan biasa dipilih dari antara masyarakat Pollung. Wawancara dilakukan terhadap informan 19

20 biasa ini adalah untuk melengkapi data yang telah diperoleh guna memperkuat data yang sudah ada. Wawancara dilakukan beberapa kali sampai penulis merasa data yang diperlukan sudah diperoleh dari para informan. Wawancara dihentikan saat informasi yang didapat sudah berulang-ulang Analisis Data Data yang diperoleh akan dianalisa kembali secara kualitatif. Proses analisis data pada penelitian ini dimulai dengan menelaah keseluruhan data yang diperoleh dari observasi dan wawancara serta studi kepustakaan. Lalu disusun secara sistematis agar lebih mudah dipahami. Data yang diperoleh dari kepala desa adalah merupakan data awal yang sangat membantu peneliti dalam melakukan penelitian. Data yang diperoleh itu adalah data-data yang berhubungan dengan penduduk, tingkat pendidikan masyarakat serta perbandingan antara anak laki-laki dengan anak perempuan berdasarkan tingkat pendidikan. Sedangkan data yang diperoleh dari para orang tua yang telah menyekolahkan anak-anaknya sampai ke Perguruan Tinggi adalah tentang bagaimana cara memperlakukan anak-anaknya baik laki-laki maupun perempuan. Sedangkan data yang diperoleh dari masyarakat sekitar dipergunakan sebagai informasi tambahan. Penulisan laporan dilakukan sesuai data yang diperoleh sampai akhir penelitian. Keseluruhan data yang diperoleh akan diklasifikasikan berdasarkan kategori-kategori tertentu yaitu mengenai proses terjadinya perubahan perlakuan terhadap anak perempuan pada masyarakat Batak Toba serta dampak dari perubahan tersebut. 20

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia. yang dilalui untuk dapat mempertahankan dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia. yang dilalui untuk dapat mempertahankan dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahkluk Tuhan yang paling sempurna. Manusia diberi akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia memiliki kodrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain untuk melengkapi kehidupannya. Proses pernikahan menjadi salah satu upaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu keturunan ditarik dari ayahnya. Dilihat dari marga yang dipakai oleh orang batak yang diambil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem kekerabatan yang dianut masyarakat Indonesia umumnya adalah masyarakat patrilineal. Patrilineal adalah kekuasaan berada di tangan ayah atau pihak laki-laki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, khususnya daerah di sekitar Danau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I. marga pada masyarakat Batak. Marga pada masyarakat Batak merupakan nama. Dalam kultur masyarakat Batak terkenal dengan 3 H, yaitu hamoraon

BAB I. marga pada masyarakat Batak. Marga pada masyarakat Batak merupakan nama. Dalam kultur masyarakat Batak terkenal dengan 3 H, yaitu hamoraon BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera Utara. Nama Batak merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal)

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan bermasyarakat dewasa ini, masalah yang berhubungan dengan kehidupan sosial sudah makin kompleks dan terdiri dari berbagai aspek yang mana hal ini

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya BAB II Kajian Pustaka 2.1. Perempuan Karo Dalam Perspektif Gender Dalam kehidupan masyarakat Batak pada umumnya dan masyarakat Karo pada khususnya bahwa pembagian harta warisan telah diatur secara turun

Lebih terperinci

bersikap kolot, dan lebih mudah menerima perubahan yang terjadi di dalam masyarakat terutama pada perempuan yang tidak menikah ini.

bersikap kolot, dan lebih mudah menerima perubahan yang terjadi di dalam masyarakat terutama pada perempuan yang tidak menikah ini. BAB V KESIMPULAN Suku Batak Toba merupakan suku yang kaya akan budaya salah satunya falasafah Dalihan Na Tolu yang menjadi landasan orang Batak Toba dalam bermasyarakat. Dalihan Na Tolu ini mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut stelsel

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut stelsel BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut stelsel kabapaan. Stelsel kebapaan ini yang dianut masyarakat Karo ini dapat dilihat dari kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keturunan maka penerus silsilah orang tua dan kekerabatan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keturunan maka penerus silsilah orang tua dan kekerabatan keluarga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan kebahagiaan, kebanggaan, penerus keturunan, serta harta kekayaan pada sebuah keluarga. namun tidak semua keluarga dapat memperoleh keturunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas selama manusia itu ada dalam berbagai interaksi sosialnya, baik itu konflik perorangan

Lebih terperinci

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya Pemahaman Progresif tentang Hak Perempuan atas Waris, Kepemilikan Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya Beberapa Istilah Penting terkait dengan Hak Perempuan atas Waris dan Kepemilikan Tanah: Ahli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA. Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi

HASIL WAWANCARA. Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi Lampiran 2 HASIL WAWANCARA Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi 1. Bagaimanakah cara orang tua menyampaikan hukum adat Minangkabau kepada anak, terkait adanya pewarisan harta kepada anak perempuan?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa penting tersebut dikaitkan dengan upacaraupacara yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda. Masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai etnis dengan berbagai nilai budaya dan beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh masyarakat adat batak toba. Sistem ini dalam arti positif merupakan suatu sistem dimana seseorang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, dan penuh dengan keberagaman, salah satu istilah tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER OLEH WAYAN SUDARTA Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Udayana Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan peranan (hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. Dimana manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Sejak manusia lahir hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari balita, anak-anak, remaja, dewasa, orang tua sampai ia meninggal. Biasanya pada usia

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN A. Sekilas Tentang Bapak Kasun Sebagai Anak Angkat Bapak Tasral Tasral dan istrinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang memiliki keragaman atas dasar suku (etnis), adat istiadat, agama, bahasa dan lainnya. Masyarakat etnis

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ).

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ). BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI 2.1. Masyarakat Agraris Sejak zaman tokugawa sampai akhir perang dunia II, sistem keluarga Jepang diatur oleh konsep Ie dan bahkan mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas membentang dari kota Sabang Provinsi Nanggro Aceh Darussalam hingga kota Merauke Provinsi Papua. Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian merupakan suatu estafet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sangat membutuhkan adanya suatu aturan-aturan yang dapat mengikat manusia dalam melakukan perbuatan baik untuk diri sendiri dalam

Lebih terperinci

Keluarga merupakan tempat berlindung dari tekanan-tekanan fisik maupun psikis yang datang dari lingkungannya. Untuk melindungi diri maka diperlukan

Keluarga merupakan tempat berlindung dari tekanan-tekanan fisik maupun psikis yang datang dari lingkungannya. Untuk melindungi diri maka diperlukan ABSTRAK PENELITIAN Meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia membawa konsekuensi bertambahnya jumlah lansia. Abad 21 ini merupakan abad lansia (era of population ageing), karena pertumbuhan lansia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan baik itu oleh masyarakat sendiri

BAB I PENDAHULUAN. beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan baik itu oleh masyarakat sendiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan bermasyarakat pada saat sekarang ini, masalah dalam kehidupan sosial sudah semakin kompleks dan berkepanjangan, dimana terdapat beberapa aspek yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tiap-tiap hukum merupakan suatu sistem yaitu peraturan-peraturannya

BAB I PENDAHULUAN. Tiap-tiap hukum merupakan suatu sistem yaitu peraturan-peraturannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1. Latar Belakang Tiap-tiap hukum merupakan suatu sistem yaitu peraturan-peraturannya merupakan suatu kebulatan berdasarkan atas kesatuan alam pikiran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Berdasarkan Undang Undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat satu dan dua maka Negara Indonesia menjamin kebebasan berserikat dan berkeyakinan. Bahwa agama Katolik adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu masyarakat. Hal ini disebabkan karena hukum waris itu sangat erat kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu masyarakat. Hal ini disebabkan karena hukum waris itu sangat erat kaitannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum kewarisan merupakan bagian dari hukum keluarga yang memegang peranan sangat penting bahkan menentukan dan mencerminkan sistem dan bentuk hukum yang berlaku

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi 1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pelanggaran kawin sasuku pada masyarakat Minangkabau dianggap sebagai perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi lokasi penelitian ini terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada suatu peristiwa, tetapi hanya peristiwa yang banyak mengubah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ada suatu peristiwa, tetapi hanya peristiwa yang banyak mengubah kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa lampau manusia untuk sebagian besar tidak dapat ditampilkan kembali, bahkan mereka yang dikaruniai ingatan sekalipun tidak akan dapat menyusun kembali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun pria sama-sama memiliki kesempatan untuk bisa aktif di bidang politik

BAB I PENDAHULUAN. maupun pria sama-sama memiliki kesempatan untuk bisa aktif di bidang politik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat senantiasa akan selalu mengalami perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat dapat diketahui dengan membandingkan keadaan masyarakat

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang perorang antar generasi. Konflik tersebut sering muncul antar tetangga,

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang perorang antar generasi. Konflik tersebut sering muncul antar tetangga, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konflik tanah yang muncul sering sekali terjadi karena adanya masalah dengan orang perorang antar generasi. Konflik tersebut sering muncul antar tetangga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. bab- bab sebelumnya maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN. bab- bab sebelumnya maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di pembahasan pada bab- bab sebelumnya maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan analisa dan evaluasi

Lebih terperinci

sosial kaitannya dengan individu lain dalam masyarakat. Manusia sebagai masyarakat tersebut. Layaknya peribahasa di mana bumi dipijak, di situ

sosial kaitannya dengan individu lain dalam masyarakat. Manusia sebagai masyarakat tersebut. Layaknya peribahasa di mana bumi dipijak, di situ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk monodualis, di satu sisi ia berperan sebagai individu yang bertanggung jawab atas dirinya sendiri (internal individu), namun di sisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam ikatan suatu perkawinan.ikatan perkawinan adalah ikatan lahir

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam ikatan suatu perkawinan.ikatan perkawinan adalah ikatan lahir 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah menjadi kodrat alam, sejak dilahirkan kedunia manusia ditakdirkan untuk saling berpasang-pasangan agar hidup bersama untuk membentuk suatu keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain sepeda, sepeda motor, becak, mobil dan lain-lain. Dari banyak

BAB I PENDAHULUAN. antara lain sepeda, sepeda motor, becak, mobil dan lain-lain. Dari banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi sudah menjadi kebutuhan utama bagi manusia untuk menunjang aktivitasnya. Adanya transportasi menjadi suatu alat yang dapat mempermudah kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia sangat luas, juga mempunyai puluhan bahkan ratusan adat budaya. Begitu juga dengan sistem kekerabatan yang dianut, berbeda sukunya maka berbeda pula

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga 7 Definisi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori Menurut Undang-Undang nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kota Sibolga adalah daerah yang multikultural karena dihuni oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kota Sibolga adalah daerah yang multikultural karena dihuni oleh berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Sibolga adalah daerah yang multikultural karena dihuni oleh berbagai etnis, bahasa dan agama. Selain etnis Batak Toba penduduk lain yang mendiami dataran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia dilahirkan seorang diri, tetapi manusia adalah makhluk sosial yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup bermasyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini berfokus pada penggambaran peran perempuan dalam film 3 Nafas Likas. Revolusi perkembangan media sebagai salah satu sarana komunikasi atau penyampaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para

BAB I PENDAHULUAN. dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Daerah Sumatera Barat beserta masyarakatnya, kebudayaannya, hukum adat dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para cendikiawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup terpisah dari kelompok manusia lainnya. Dalam menjalankan kehidupannya setiap manusia membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malinowyki mengemukakan bahwa cultural determinan berarti segala sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. Malinowyki mengemukakan bahwa cultural determinan berarti segala sesuatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia, sekaligus sebagai salah satu unsur pokok dalam pembangunan manusia dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya multi dimensional untuk mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus disertai peningkatan harkat

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN HASIL WAWANCARA Informan I Nama : Manimbul Hutauruk Tanggal Wawancara : 31 Januari 2015 Tempat : Rumah Bapak Manimbul Hutauruk Waktu : Pukul 13.00 WIB 1. Berapa lama anda tinggal di Desa Hutauruk?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia mempunyai nilai yang tinggi karena merupakan suatu system yang dikembangkan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad lamanya, di dalam kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Orang Batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang

Bab 1. Pendahuluan. dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Banyak cara yang dapat digunakan untuk berhubungan atau berkomunikasi dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan gerbang terbentuknya keluarga dalam kehidupan masyarakat, bahkan kelangsungan hidup suatu masyarakat dijamin dalam dan oleh perkawinan. 1 Setiap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Relasi Kekuasaan Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki- laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. defenisi mengenai kebudayaan sebagai berikut (terjemahannya):

I. PENDAHULUAN. defenisi mengenai kebudayaan sebagai berikut (terjemahannya): I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keragaman suku juga disertai dengan keragaman budaya. Itulah yang membuat suku budaya Indonesia sangat dikenal bangsa lain karena budayanya yang unik. Berbagai

Lebih terperinci

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN Hukum adat kekerabatan adalah hukum adat yang mengatur tentang bagaimana kedudukan pribadi seseorang sebagai anggota kerabat, kedudukan anak terhadap orangtua dan sebaliknya

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakter setiap manusia. John Dewey (Hasbullah, 2005:2) mengatakan,

BAB I PENDAHULUAN. karakter setiap manusia. John Dewey (Hasbullah, 2005:2) mengatakan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan modal dasar pertumbuhan dan perkembangan karakter setiap manusia. John Dewey (Hasbullah, 2005:2) mengatakan, Pendidikan adalah pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan patrilinial yang menyebabkan sistem pertalian kewangsaan

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan patrilinial yang menyebabkan sistem pertalian kewangsaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Bali memiliki sistem pewarisan yang berakar pada sistem kekerabatan patrilinial yang menyebabkan sistem pertalian kewangsaan lebih dititikberatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perlawanan budaya merupakan perjuangan hak yang bertentangan agar terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan untuk melakukan perubahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumatera merupakan pulau yang memiliki sejumlah suku besar berciri khas tradisional. Suku yang terkenal adalah Minangkabau, Aceh, Batak, Melayu, dan ada juga sejumlah suku-suku

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. yakni menjadi seorang muslim yang tidak menanggalkan identitas sebagai orang Batak Toba. Sebab untuk saat ini dan akan datang

BAB V PENUTUP. yakni menjadi seorang muslim yang tidak menanggalkan identitas sebagai orang Batak Toba. Sebab untuk saat ini dan akan datang BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Proses keberlangsungan pendidikan akhlak disejumlah daerah pada setiap keluarga Batak Toba Islam secara subtansial dapat dikatakan berasal dari pesan ajaran Islam serta pesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kita hidup di zaman modern yang menuntut setiap individu untuk meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang dianggap kuno dan memperbaharui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan menjadi identitasnya masing-masing. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki beragam kebudayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Indonesia terkenal akan keberagamannya, keberagaman itu bisa dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Indonesia terkenal akan keberagamannya, keberagaman itu bisa dilihat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indonesia terkenal akan keberagamannya, keberagaman itu bisa dilihat dari kelompok etnik, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Di mana setiap dalam suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi.

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus informasi dan teknologi yang canggih yang menuntut masyarakat untuk lebih berperan aktif

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peran Pekerjaan dan Keluarga Fenomena wanita bekerja di luar rumah oleh banyak pihak dianggap sebagai sesuatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Kendati semakin lumrah,

Lebih terperinci

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN 5. Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB Proses sosialisasi nilai kerja pertanian dilihat dari pernah tidaknya

Lebih terperinci

2. Wanita. a. Sebelum mengisi pertanyaan terlebih dahulu tulislah dahulu identitas Bapak/Ibu/Saudara/I pada tempat yang telah disediakan.

2. Wanita. a. Sebelum mengisi pertanyaan terlebih dahulu tulislah dahulu identitas Bapak/Ibu/Saudara/I pada tempat yang telah disediakan. DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN MENGENAI NILAI DAN PERANAN ANAK LAKI-LAKI DALAM KELUARGA BATAK TOBA PERANTAU (Studi pada Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung di Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Dalam kehidupannya manusia memanfaatkan sumber daya alam yang ada untuk bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Adat istiadat merupakan konsepsi pemikiran yang lahir sebagai rangkaian pemikiran manusia yang bersumber dari hakikat kemajuan akalnya. Sebelumnya disebut bahwa adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan serta memiliki keturunan, dimana keturunan merupakan salah satu tujuan seseorang melangsungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pengakuan dan penghormatan untuk memosisikan dirinya sebagai manusia yang bermartabat. Dalam pandangan politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah atau adopsi, dan keluarga juga merupakan sistem sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Antara laki-laki dengan perempuan mempunyai rasa ketertarikan dan saling

BAB I PENDAHULUAN. Antara laki-laki dengan perempuan mempunyai rasa ketertarikan dan saling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan Tuhan dalam dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan. Antara laki-laki dengan perempuan mempunyai rasa ketertarikan dan saling membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil, yang terdiri dari seorang

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N

P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Sebagaimana telah kita ketahui, Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari berbagai-bagai pulau dari Sabang sampai Merauke, dan didiami oleh berbagai-bagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam adat Batak Toba, penyatuan dua orang dari anggota masyarakat melalui perkawinan tidak bisa dilepaskan dari kepentingan kelompok masyarakat bersangkutan.

Lebih terperinci

Hukum Adopsi menurut Hukum Adat

Hukum Adopsi menurut Hukum Adat Hukum Adopsi menurut Hukum Adat Oleh: 1. Rico Andrian Hartono(135010101111114)/ 17 2. Ramadhanti Safirriani(135010119111001)/ 46 3. Farahdyba R (135010107111189)/ 44 4. Giovanna Calista F (135010101111106)/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana pada masa tersebut terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Periode ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketakutan besar dalam kehidupan, dapat berdampak terhadap kualitas kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ketakutan besar dalam kehidupan, dapat berdampak terhadap kualitas kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan bertujuan untuk mendapatkan keturunan yang sah guna melanjutkan silsilah garis keturunan dalam memelihara keberlangsungan kehidupan (Tamrin, 2009). Permasalahan

Lebih terperinci