BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sikap (attitude) adalah evaluasi terhadap objek psikologis terhadap

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sikap (attitude) adalah evaluasi terhadap objek psikologis terhadap"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. SIKAP 1. Definisi Sikap Sikap (attitude) adalah evaluasi terhadap objek psikologis terhadap dimensi atribut seperti baik-buruk, berbahaya-menguntungkan menyenangkantidak menyenangkan, dan disukai atau tidak disukai (Ajzen & Fishbein 2000, Eagly & Chaiken tahun 1993, Petty et al 1997). Sikap mengacu pada evaluasi seseorang terhadap berbagai aspek dunia sosial (Olson& Maio, 2003; Petty, Wheeler & Tormala, 2003 dalam Baron 2002). Seseorang bisa memiliki reaksi yang mendukung atau tidak mendukung isu, ide, individu tertentu, kelompok sosial dan objek tertentu. Menurut Ajzen (2005), sikap adalah disposisi untuk berespon secara favorable atau unfavorable terhadap benda, orang, institusi, atau kejadian. Psikolog Sosial menyetujui bahwa sikap adalah evaluasi berupa pernyataan setuju, tidak setuju, suka tidak suka (Edwards 1957; Osgood et al 1957; Bern 1970; Fishbein dan Ajzen 1975; Bukit 1981; Oskamp 1991; Eagly dan Chaiken 1993). Ajzen (1988) mendefinisikan sikap sebagai predisposisi yang dipelajari individu untuk memberikan respon suka atau tidak suka secara konsisten terhadap objek sikap. Respon suka atau tidak suka itu adalah hasil proses evaluasi terhadap keyakinan-keyakinan (beliefs) individu terhadap objek sikap (Fishbein & Ajzen, 1975). 11

2 12 Allport (dalam Hogg, 2002) mendefinisikan sikap sebagai sebuah kecenderungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu dalam situasi sosial. Hogg (2002) mendefiniskan sikap sebagai suatu respon evaluatif individu yang sebenarnya terhadap aspek dunia sosial. Individu akan menunjukkan respon suka atau tidak suka terhadap suatu isu, ide, individu tertentu, kelompok sosial maupun objek tertentu. Evaluasi yang dilakukan bisa positif dan negatif terhadap seseorang, objek, ataupun isu tertentu. Sikap seseorang terhadap terhadap subatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tertentu (Berkowitz, 1972). Sementara Second & Backman dalam Azwar (2010) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek lingkungan sekitar. Robbins (2008) mendefinisikan sikap sebagai pernyataan evaluatif baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan terhadap objek, orang, atau peristiwa. Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi seseorang untuk bereaksi secara positif maupun negatif seperti baik-buruk, berbahaya-menguntungkan menyenangkan-tidak menyenangkan, dan disukai atau tidak disukai terhadap objek tertentu yang dibentuk dari interaksi antara komponen kognitif, afektif, dan konatif / perilaku.

3 13 2. Komponen sikap Sikap dapat disimpulkan dari respon kognitif, afektif, dan konatif terhadap objek sikap. Hal ini mengasumsikan bahwa setiap kategori respon mencerminkan komponen teoritis dari sikap (Smith 1947; Katz dan Stotland 1959; McGuire 1985; Eagly dan Chaiken 1998). Dalam pandangan ini, sikap adalah multidimensi yang terdiri dari kognisi, afeksi, dan konasi. Respon Kognitif adalah tanggapan yang mencerminkan persepsi, dan pikiran tentang objek sikap. Respon afektif adalah tanggapan dari yang sikap dapat disimpulkan memiliki hubungan dengan evaluasi dan perasaan terhadap objek sikap. Respon konatif adalah tanggapan yang bersifat konatif adalah kecenderungan perilaku, niat, komitmen, dan tindakan sehubungan dengan objek sikap atau menunjukkan bagaimana seseorang tidak atau akan bertindak sehubungan dengan objek. Hal yang sama mengenai komponen sikap diungkaapkan oleh Mcquire dalam Hogg (2002) yang didasarkan pada Three-component attitude model.yang menyatakan bahwa sikap (attitude) terdiri dari komponen kognitif, afektif, dan komponen perilaku. Hal ini sesuai dengan pendapat Travers (1977); Gagne (1977) dan Cronbach (1977); Allport dalam Mar at (2006); Ahmadi, (2009) yang menyatakan bahwa sikap terdiri dari 3 komponen yang saling berhubungan yaitu: a. Komponen kognitif yaitu berupa pengetahuan, kepercayaan atau pikiran yang didasarkan pada informasi yang dimiliki yang berhubungan dengan objek. Aspek kognitif adalah aspek yang berhubungan dengan gejala mengenal pikiran yaitu pengolahan, pengalaman, dan keyakinan serta

4 14 harapan-harapan individu tentang objek atau kelompok obejk tertentu. Pemikiran seseorang tentang objek tertentu seperti fakta, pengetahuan, dan keyakinan (Ahmadi, 2009). Komponen kognitif merupakan komponen yang berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap b. Komponen afektif yaitu perujuk pada dimensi emosional yaitu emosi yang berhubungan dengan objek yaitu dapat berupa perasaan senang atau tidak senang. Emosi dan perasaan seseorang terhadap stimulus, khusunya evaluasi positif dan negatif (Ahmadi, 2009) c. Komponen perilaku yaitu melibatkan salah satu predisposisi untuk bertindak terhadap objek. Komponen ini berhubungan dengan tendensi/kecenderungan untuk berbuat sesuatu terhadap objek atau disebut dengan action tendency. Menurut Ahmadi (2009), sikap dapat dibedakan menjadi 2 antara lain: 1. Sikap positif Sikap positif adalah sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui serta melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu berada. Apabila individu memiliki sikap yang positif maka ia akan siap membantu, memperhatikan, berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi objek tertentu.

5 15 2. Sikap negatif Sikap negatif adalah sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui norma-norma yang berlaku dimana individu berada. Apabila individu memiliki sikap yang negatif terhadap suatu objek, maka ia akan mencela, menyerang bahkan menghilangkan objek tersebut. Psikolog sosial memandang sikap sebagai hal yang penting bukan hanya karena sikap itu sulit untuk diubah, tetapi karena sikap sangat mempengaruhi pemikiran sosial individu meskipun sikap tidak selalu direfleksikan dalam tingkah laku yang tampak dan juga karena sikap seringkali mempengaruhi tingkah laku individu terutama terjadi saat sikap yang dimiliki kuat dan mantap (Baron, 2002). 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap, antara lain: 1. Pengalaman pribadi. Sikap seseorang adalah hasil dari pengalaman langsung dengan objek sikap. Orang yang menemukan sebuah objek sikap dan memiliki pengalaman positif atau negatif akan membentuk sikap mereka terhadap objek itu. Fishbein dan Azjen (1975) mengatakan bahwa pengalaman langsung dapat mempengaruhi sikap terhadap suatu objek dengan menyediakan informasi tentang atribut dari objek sikap tertentu. Sikap juga akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Tanggapan akan menjadi salah-satu dasar terbentuknya sikap. Middlebrook dalam

6 16 Azwar (2012) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dengan suatu objek psikologis, cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. 2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Sikap seseorang dipengaruhi oleh pengaruh orang lain. Individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi kita (significant others), akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. 3. Pengaruh kebudayaan Kebudayaan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan pribadi seseorang. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individuindividu masyarakat asuhannya. Kebudayaan lah yang menanamkan garis pengarah sikap individu terhadap berbagai masalah. 4. Media massa Berbagai bentuk media massa seperti radio, televisi, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Media massa memberikan pesan-pesan yang sugestif yang mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan pengetahuan baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal

7 17 tersebut. Jika cukup kuat, pesan-pesan sugestif akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. 5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. 6. Pengaruh faktor emosional Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama. B. DALIHAN NA TOLU 1. Definisi Dalihan na tolu Orang Batak Toba salah satu sub suku Batak, memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan nenek moyang. Struktur dan sistem sosial tersebut mengatur hubungan sesama anggota masyarakat, baik yang merupakan kerabat dekat, kerabat luas, saudara semarga maupun beda marga serta masyarakat umum. Struktur sosial yang dimiliki pada hakikatnya berdasarkan sistem sosial marga. Suku Batak memperthitungkan hubungan keturunan secara

8 18 patrilineal dalam kelompok kekerabatan. Kelompok kekerabatan yang besar pada suku Batak Toba adalah marga. Dengan demikian struktur sosial orang Batak yang didasarkan pada pada garis keturunan dan sistem perkawinan dikenal dengan sebutan Dalihan na tolu (Simanjuntak,2002). Secara harafiah, arti kata Dalihan na tolu tungku nan tiga yang merupakan lambang yang diasosiasikan dengan sistem sosial Batak yang mempunyai tiang penopang, yaitu hula-hula, dongan sabutuha, boru (Siahaan, 1982). Ketiga kata tersebut secara berturut memiliki arti yaitu pihak yang semarga; pihak yang menerima isteri (wife receiving party); pihak yang memberi isteri (wife giving party). Tungku itu diibaratkan sebagai orang Batak secara keseluruhan, sedangkan tiga pilar itu adalah tiga golongan dari masyarakat Batak yang sejajar dan menyokong berdirinya tungku (Simanjuntak, 2006). Dalihan na tolu merupakan tiang utama penyangga kehidupan seluruh tatanan kebudayaan Batak yang terdiri dari hula-hula, dongan sabutuha, dan boru. Di atas ketiga kaki tungku inilah seluruh tatanan sosio kultural disandarkan (Harahap, 1987). Dalihan na tolu dapat dianalogikan dengan tiga kaki tungkumasak di dapur tempat menjajakan periuk yang terdiri dari unsur pihak semarga, pihak yang menerima isteri dan pihak yang memberi isteri (Siahaan, 1982). Dari pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Dalihan na tolu adalah suatu bentuk kebudayaan berupa sistem kekerabatan yang mengatur hubungan antar orang Batak yang merupakan nilai utama dari inti budaya Batak yang terdiri dari tiga unsur yaitu dongan sabutuha, hula-hula, dan boru.

9 19 Sistem kekerabatan orang Batak menempatkan posisi seseorang secara pasti sejak dilahirkan hingga meninggal dalam 3 posisi yang disebut Dalihan na tolu. Dalihan na tolu bukanlah kasta karena setiap orang Batak memiliki ketiga posisi tersebut ada saatnya menjadi hula-hula, ada saatnya menempati posisi dongan tubu dan ada saatnya menjadi boru. Dengan dalihan na tolu, adat Batak tidak memandang posisi seseorang berdasarkan pangkat, harta atau status seseorang. Sistem dalihan na tolu mencegah pembentukan kelas-kelas sosial yang kaku. Selalu ada hula-hula yang harus dipelihara dan dihormati. Oleh karena itu, masyarakat Toba memiliki ciri egaliter yang kuat, dibandingkan misalnya dengan masyarakat jawa. Sehingga Dalihan na tolu ini menjadi pedoman hidup orang Batak dalam kehidupan bermasyarakat (Sinaga, 2013). 2. Unsur-unsur Dalihan Na Tolu Unsur-unsur dalihan na tolu dapat dijelaskan sebagai berikut (Vergouwen 1986; Sinaga 2013; Siahaan 1982) a. Dongan tubu atau dongan sabutuha Secara harafiah teman yang berasal dari kandungan yang sama (sabutuha atai sekandungan) atau dalam arti luas disebut sebagai teman semarga. Dongan tubu adalah sebutan pada yang semarga dan masih dekat pertalian darah (Siahaan, 1982). Dongan sabutuha juga merupakan satuan kelompok yang berasal dari jalur keturunan yang sama yang berasal dari keturunan pihak ayah, hal tersebut dikarenakan sistem kekerabatan orang Batak adalah patrilineal dimana laki-laki

10 20 membentuk kelompok kekerabatan dan perempuan menciptakan hubungan besan dengan pihak yang lain (Vergouwen, 1986). Ungkapan budaya yang mengukuhkan hubungan bersaudara semarga berbunyi manat mardongan tubu. Artinya hati-hati dan bijaksana terhadap saudara semarga, teliti, hati-hati, bertenggang rasa dan sabar. Sikap dan perilaku ini mutlak di perlukan dalam pergaulan sehari-hari. Ungkapan ini menekankan pada garis kebijaksanaan dalam hubungan sosial dengan semarga. Karakter dongan tubu selalu menunjukkan diri sebagai penanggungjawab atas terlaksananya suatu kegiatan adat. Dalam pelaksanaan adat dan relasi kultural sehari-hari ia selalu bersikap akomodatif karena sebagai subjek dalam hubungannya dengan sesama dongan tubu. Selain itu dongan tubu sebagai pemberi nasihat, nasihat atau saran dan pendamping dalam pelaksanaan adat. b. Hula-hula Secara harafiah adalah pihak pemberi isteri. Hula-hula yaitu kelompok orang-orang yang posisinya "di atas". Hula-hula merupakan sapaan terhadap saudara laki-laki istri kita, saudara laki-laki ibu yang melahirkan kita, saudara laki-laki ibu yang melahirkan ayah kita, saudara laki-laki ibu yang melahirkan kakek kita. Selain itu saudara laki-laki ibu yang melahirkan istri kita, orangtua dari istri anak kita juga sebagai hula-hula. Prinsip yang dipegang teguh masyarakat Batak ialah keluarga pria yang menerima seorang wanita menjadi anggotanya karena menikah dengan putera dari keluarga tersebut maka keluarga pria sangat berhutang budi kepada keluarga yang

11 21 memberikan wanita tersebut. Sang wanita dan klen suaminya harus tetap hormat menyembah hula-hula seolah-olah sebagai sumber berkat. Salah satu ungkapan budaya yang melegalisasi sikap sosial kepada hulahula berbunyi somba marhula-hula, artinya sembah sujud kepada hula-hula. Sembah sujud disini berada dalam konteks tingkah laku, sikap pandang, pemberian pelayanan sosial, dan adat. Somba marhula-hula artinya seorang pria harus menghormati keluarga pihak istrinya. Hal ini dikarenakan pihak keluarga istri telah memberikan anak perempuannya dan memberikan restu atas hubungan kekeluargaan kedua keluarga. Karakter hula-hula adalah orang yang harus dihormati, yang selalu ditempatkan dalam posisi yang diutamakan, baik melalui ucapan, sapaan maupun melalui perbuatan. Oleh karena itu sebutan lain untuk hula-hula adalah raja. Posisi hula-hula sebagai raja adalah sebagai pengayom, penasehat bahkan pemberi perintah. Namun harus pula dicatat, bahwa pemahaman raja dalam relasi kultural Batak tidak sama dengan pemahaman raja yang berkonotasi kepada kekuasaan, hierarkhi jabatan dan wilayah kedudukan. Kedudukan sosial hula-hula lebih tinggi dan istimewa oleh karena sistem sosial yang dianut dikukuhkan oleh budayanya. Wujud lebih tingginya kedudukan sosial hula-hula dibuktikan bahwa kelompok ini diapandang sebagai sumber restu yang bernilai kepercayaan. Restu yang diberikan dapat berupa jasmani, rohani dan materi. Restu akan berdampak pada masa kini maupun masa depan. Hula-hula dalam kehidupan sosial dihormati, tidak diremehkan (Simanjuntak, 2002).

12 22 c. Boru Boru adalah kelompok orang orang yang posisinya "di bawah", yaitu saudara perempuan kita dan pihak marga suaminya, keluarga perempuan pihak ayah. Ungkapan budaya terhadap boru adalah elek marboru, artinya harus dapat merangkul boru, pandai mengambil hati, agar yang diambil hatinya senantiasa baik. Hal ini penting karena anak boru adalah tulang punggung bagi segala kegiatan /prosesi adat. Hal ini melambangkan kedudukan seorang wanita didalam lingkungan marganya. Karakter boru adalah pelaksana dan pemberi tenaga agar pelaksanaan adat dari pihak hula-hula berjalan dengan lancar dan baik. Apabila dongan tubu adalah pelaksana prinsip, hula-hula sebagai penasehat, maka boru adalah pelaksana teknis. Namun hal itu tidak pernah dipahami sebagai perendahan status sosial atau harkat dan martabat kemanusiaan, tetapi justru suatu kelayakan sesuai dengan posisinya sebagai boru. Ketiga unsur dalam Dalihan Na Tolu tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain dan tidak dapat dipisahkan. Hal tersebut karena setiap orang dapat menjadi hula-hula, boru dan dongan sabutuha maupun bagi individu yang lainnya. Dalam konsep Dalihan na tolu hubungan antar unsur berlangsung atas dasar keseimbangan dan keserasian terutama menyangkut hak dan kewajiban. Dengan sistem demikian, maka setiap orang Batak yang sudah menikah akan dengan sendirinya memiliki peran sebagai hula-hula, dongan tubu dan boru sesuai dengan posisi dan kedudukannya pada suatu kegiatan pelaksanaan adat

13 23 budaya Batak atau di tengah keluarganya. Artinya, apabila yang melaksanakan adat itu adalah semarganya, maka psosisi dan peranannya adalah sebagai dongan tubu. Apabila yang melaksanakan adat itu adalah dari pihak marga isterinya, maka posisi dan peranannya adalah sebagai boru. Apabila yang melaksanakan adat itu adalah keluarga yang mengambil istri dari marganya maka posisi dan peranannya adalah sebagai hula-hula. Dengan demikian peranan setiap orang Batak dapat sebagai hula-hula, dongan tubu, dan boru, sesuai dengan posisinya dalam keluarga dan adat. Situasi demikian masih ditemukan terutama didaerah pedesaan tanah Batak hingga kini. Diperkotaan juga demikian, akan tetapi polanya sudah agak lain dan tidak seintensif di pedesaan. Prinsip Dalihan na tolu dijadikan konsep dasar kebudayaan Batak baik di kampung halaman atau desa maupun tanah perantauan (Harahap, 1987). Selain itu prinsip tersebut digunakan dalam setiap upacara adat yang mencakup upacara adat perkawinan, kematian, dan lain-lain. Apabila tidak berdasarkan pada adat Dalihan Na Tolu maka tidak dapat dikatakan sebagai upacara adat Batak (Siahaan, 1982). Upacara adat dikatakan berdasarkan adat Dalihan Na Tolu apabila ia mengundang dongan sabutuha, hula-hula, dan boru serta melakukan berbagai prosesi berdasarkan ketentuan adat. 3. Masyarakat dan budaya Batak Toba Suku Batak Toba merupakan sebuah suku yang menempati suatu wilayah yang luas di Tanah Batak yaitu Provinsi Sumatera Utara. Penduduk tanah Batak

14 24 adalah suku Batak yang terbagi-bagi dalam berbagai subsuku. Subsuku tersebut antara lain Batak Karo, di bagian utara Danau Toba; Pakpak dibagian Barat Tapanuli; Simalungun di bagian Timur Danau Toba; Angkola di Angkola, Sipirok; Mandailing di Mandailing. a. Nilai budaya Batak Menurut Harahap dan Siahaan (1987), suku Batak memiliki 9 nilai budaya antara lain nilai kekerabatan, religi, hagabeon, hasangapon, hamoraon, hamajuon, hukum, pengayoman dan konflik. Kekerabatan mencakup hubungan primordial suku, kasih sayang atas dasar hubungan darah, kerukunan unsur-unsur Dalihan na tolu (hula-hula, dongan tubu, dan boru), serta segala yang ada kaitannya dengan hubungan kekerabatan karena pernikahan, solidaritas marga dan lain-lain. Pada suku Batak Toba kedudukan nilai yang paling tinggi adalah nilai kekerabatan. Nilai lain yaitu religi mencakup kehidupan keagamaan, baik agama tradisional maupun agama yang datang kemudian yang mengatur hubungannya dengan Maha Pencipta serta hubungannya dengan manusia dan lingkungan hidupnya. Hagabeon mencakup banyak keturunan dan panjang umur. Hasangapon mencakup kemuliaan, kewibawaan, dan kharisma yang merupakan suatu nilai utama yang memberi dorongan kuat untuk meraih kejayaan. Hamoraon (kaya raya) merupakan salah satu nilai budaya yang mendasari dan mendorong orang Batak, khususnya orang Toba, untuk mencari harta benda yang banyak. Hamajuon mencakup kemajuan yang diraih melalui merantau dan menuntut ilmu.

15 25 Nilai budaya hamajuon ini sangat mendorong orang Batak bermigrasi keseluruh pelosok tanah air. Hukum mencakup patik dohot uhum (aturan dan hukum). Nilai patik dohot uhum merupakan nilai yang kuat disosialisasikan oleh orang Batak. Nilai ini mungkin lahir dari tingginya frekuensi pelanggaran hak asasi dalam perjalanan hidup orang Batak sejak jaman purba, sehingga mereka mahir dalam berbicara dan berjuang memperjuangkan hak-hak asasi. Pengayoman yaitu kehidupan sosio-kultural orang Batak kurang kuat dibandingkan dengan nilai-nilai yang disebutkan terdahulu. Hal ini mungkin disebabkan kemandirian yang berkadar tinggi. Kehadiran pengayom, pelindung, pemberi kesejahteraan, hanya diperlukan dalam keadaan yang sangat mendesak. Sumber konflik pada orang Batak Toba tidak hanya kehidupan kekerabatan melainkan lebih luas lagi karena menyangkut perjuangan meraih hasil nilai budaya lainnya, antara lain hamoraon yang mau tidak mau merupakan sumber konflik yang abadi bagi orang Toba. 4. Partuturan Kata partuturan dalam bahasa Batak tidaklah sama dengan kekerabatan dalam bahasa Indonesia. Sebab partuturan adalah juga kekerabatan, namun karena ada kaitannya dengan marga, maka partuturan lebih khas. Partuturan erat kaitannya dengan marga sekaligus dengan tarombo (silsilah), sebab melalui marga dan silsilah dapat ditarik hubungan kekerabatan yang berlaku.

16 26 Dasar fundamental hubungan sosial orang Batak Toba adalah marga. Didalam hubungan sosial, marga adalah unsur dasar yang menentukan hubungan sosial partuturan. Setelah saling memberitahukan marga, masing-masing mengingat latarbelakang silsilah. Latarbelakang silsilah antara lain tingkatan kedudukan dalam silsilah. Dengan cara ini dapat ditentukan referensi panggilan. Dengan mengetahui silsilah dari marga maka mudah untuk menyatakan bentuk hubungan dan terminologi panggilan satu sama lain. Demikian seterusnya sampai dapat menempatkan diri pada struktur Dalihan na tolu, sebagai hula-hula, boru, dongan tubu (Sinaga, 2013). Partuturan dalam adat Batak dapat dibagi tiga. Pertama adalah mardongan tubu yaitu hubungan antara sesama marga. Kedua disebut marboru yaitu hubungan kekerabatan terhadap marga yang mengawini wanita yang semarga dengan kita atau marga yang lahir dari wanita yang semarga degan kita. Ketiga adalah marhula-hula yaitu hubungan kekerabatan terhadap marga ibu kita, istri kita, marga ibu yang melahirkan ayah kita, dan marga ibu yang melahirkan kakek kita. 5. Martarombo Martarombo adalah mencari atau menentukan titik pertalian darah yang terdekat dalam rangka menentukan hubungan kekerabatan. Martarombo adalah salah satu komunikasi yang efisien dalam menjalin kekerabatan pada orang Batak. Martarombo dan martutur adalah sebagai dasar penentu posisi pada marga lain atau marga yang sama dan boleh dikatakan menjadi suatu tolak ukur bagi prinsip

17 27 Dalihan na tolu, karena martarombo adalah saling menanyai marga, Bila orang Batak berkenalan sesama orang Batak pertama kali, biasanya mereka saling tanya marga dan martarombo. Dengan Tarombo atau martutur suatu nilai budaya yang sangat mendasar dalam melestarikan tradisi, adat dan kekarabatan, berbicara dengan tarombo maka berbicara tentang Marga (Sinaga, 2013). Dengan mengetahui hubungan kekerabatan, maka dengan sendirinya dapat ditentukan kata sapaan yang akan digunakan. Sapaan yang digunakan bukan sapaan sehari-hari, melainkan berdasarkan dalam suasana ke-batakan. Tarombo Batak adalah silsilah garis keturunan secara patrilineal dalam suku Batak. Sudah menjadi kewajiban bagi masyarakat suku bangsa Batak untuk mengetahui silsilahnya agar mengetahui letak hubungan kekerabatan terkhusus dalam falsafah Dalihan na tolu. Kata sapaan atau panggilan kekerabatan berperan dalam menunjukkan hubungan kekerabatan. Salah atau sembarangan menggunakan sapaan dapat digolongkan sebagai orang yang tidak beradat dan dapat menimbulkan rasa antipasti terhadap dirinya. Sapaan sementara sebelum mengetahui hubungan kekerabatan antara dua orang adalah amang, inang, lae, eda, ito, dan ampara. 1. Sapaan terhadap sesama dongan tubu a. Amang adalah ayah kita, disapa dengan amang Inang adalah ibu kita, disapa dengan inang b. Amangtua adalah abang ayah kita, disapa amangtua Inangtua adalah istri abang ayah kita, disapa inangtua c. Amanguda adalah adik ayah kita, disapa amanguda

18 28 Inanguda adalah istri adik ayah kita, disapa inanguda d. Ampara adalah seseorang yang semarga dengan kita yang belum jelas hubungan sebagai abang, adik atau anak, maka disapa dengan sebutan ampara. 2. Sapaan terhadap kelompok boru a. Ito adalah saudara kita perempuan, anak perempuan dari namboru kita, ibu dari amangboru b. Namboru adalah saudara perempuan ayah kita, disapa namboru c. Amangboru adalah suami dari saudara perempuan ayah d. Bere adalah anak laki-laki dari saudara perempuan kita e. Ibebere adalah anak perempuan dan suami dari saudara kita perempuan. 3. Sapaan terhadap kelompok hula-hula a. Tulang adalah saudara laki-laki ibu kita Nantulang merupakan sebutan untuk istri tulang b. Eda adalah sapaan sesama perempuan, yaitu sapaan saudara perempuan kita terhadap isteri, dan sebaliknya. c. Ompung adalah orangtua ibu, yang disapa dengan ompung

19 29 C. MAHASISWA 1. Definisi Mahasiswa Secara harfiah, mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut, maupun akademi. Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia bahwa mahasiswa merupakan individu yang belajar di perguruan tinggi. Mahasiswa dalam perkembangannya berada pada kategori remaja akhir yang berada dalam rentang usia tahun (Monks dkk, 2001). 2. Definisi mahasiswa Batak toba Mahasiswa batak toba adalah individu yang belajar di Perguruan tinggi baik di Universitas, Institut, maupun Akademi yang berada pada rentang usia yang bersuku Batak Toba serta kedua orangtuanya juga bersuku Batak Toba.

20 30 D. GAMBARAN SIKAP MAHASISWA BATAK TOBA TERHADAP DALIHAN NA TOLU Perkembangan globalisasi menyebabkan perubahan baik segi perekonomian, sosial dan juga budaya. Salah satu perubahan tersebut adalah pada kebudayaan. Ketidakmampuan mempertahankan budaya dasar membuat kaum muda mengadopsi kebudayaan lain (Novianto, 2008). Hal ini yang mungkin terjadi pada kaum muda Batak, karena perubahan tersebut bisa menyebabkan kaum muda tidak mengetahui konsep budaya asalnya. Konsep budaya asal dapat berupa sistem kekerabatan. Sistem kekerabatan berfungsi untuk membangun ikatan antar individu. Dalam budaya Batak sistem kekerabatan ini dinamakan Dalihan na tolu. Dalihan na tolu merupakan sistem kekerabatan yang menggambarkan konsep kebudayaan Batak Toba yang terdiri dari 3 unsur yaitu hula-hula, boru dan dongan tubu (Siahaan, 1982). Dalihan na tolu yang merupakan salah satu contoh kearifan lokal yang memiliki sifat relatif dan bisa berubah, maka hal ini menyebabkan diperlukannya informasi untuk mengetahui penilaian, pemaknaan mengenai Dalihan na tolu oleh kaum muda Batak Toba agar perubahan tersebut tidak diarahkan pada perubahan negatif dan tetap dijadikan pegangan dalam mengatur kehidupan masyarakat Batak (Damanik, 2006). Perilaku mahasiswa yang tidak menggunakan bahasa Batak, martutur, martarombo dipengaruhi oleh berbagai hal. Psikolog sosial menyatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh sikap. Dari segi psikologis dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang. Sehingga

21 31 dengan mengetahui gambaran sikap dapat diketahui bagaimana seseorang memandang Dalihan na tolu. Dengan mengetahui bagaimana seseorang memandang Dalihan na tolu, maka diketahui mengapa dia berperilaku demikian. Sikap (attitude) adalah suatu bentuk evaluasi seseorang untuk bereaksi secara positif maupun negatif terhadap objek tertentu yang dibentuk dari interaksi antara komponen kognitif, afektif, dan konatif / perilaku. sikap terdiri dari 3 komponen yaitu komponen kognitif, afektif dan juga konatif. Komponen kognitif didasarkan pada pengalaman sebelumnya mengenai Dalihan na tolu, sedangkan afektif lebih kepada ekspresi emosi/perasaan terhadap Dalihan na tolu kompoen konatif yaitu kecenderungan untuk bertindak. Ketika individu memiliki evaluasi negatif yang ditunjukkan dengan penilaian yang negatif yang ditunjukkan dengan ketidaktahuan dan tidak ada pengalaman terhadap Dalihan na tolu dan sebaliknya, sedangkan individu dikatakan memiliki persepsi positif ketika adanya evaluasi yang positif berdasarkan pengetahuan individu, serta adanya pengalaman individu terhadap Dalihan na tolu.

22 32 Kerangka Berpikir Globalisasi Budaya Dalihan Na Tolu Local Wisdom Mahasiswa tidak bisa berbahasa Batak Mahasiswa tidak mengetahui partuturan Mahasiswa tidak mengetahui silsilah/tarombo MEMUDAR/BAHKAN HILANG Sikap terhadap Dalihan na tolu

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Orang Batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keturunan maka penerus silsilah orang tua dan kekerabatan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keturunan maka penerus silsilah orang tua dan kekerabatan keluarga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan kebahagiaan, kebanggaan, penerus keturunan, serta harta kekayaan pada sebuah keluarga. namun tidak semua keluarga dapat memperoleh keturunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N

P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Sebagaimana telah kita ketahui, Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari berbagai-bagai pulau dari Sabang sampai Merauke, dan didiami oleh berbagai-bagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Adat istiadat merupakan konsepsi pemikiran yang lahir sebagai rangkaian pemikiran manusia yang bersumber dari hakikat kemajuan akalnya. Sebelumnya disebut bahwa adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Suku Batak dari sekian banyak suku yang ada di negeri ini termasuk salah satu suku yang banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Suku Batak dari sekian banyak suku yang ada di negeri ini termasuk salah satu suku yang banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suku Batak dari sekian banyak suku yang ada di negeri ini termasuk salah satu suku yang banyak merantau. Suku Batak terdiri dari beberapa subsuku, yaitu: Toba,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA Adat bagi masyarakat Batak Toba merupakan hukum yang harus dipelihara sepanjang hidupnya. Adat yang diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, khususnya daerah di sekitar Danau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lain yang berhubungan dengan perasaan dari orientasi seleksinya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. lain yang berhubungan dengan perasaan dari orientasi seleksinya. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Nilai Batasan nilai bisa mengacu pada berbagai hal, seperti minat, kesukaan, pilihan, tugas, kewajiban agama, kebutuhan, keamanan, hasrat, keengganan, daya tarik, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh masyarakat adat batak toba. Sistem ini dalam arti positif merupakan suatu sistem dimana seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. defenisi mengenai kebudayaan sebagai berikut (terjemahannya):

I. PENDAHULUAN. defenisi mengenai kebudayaan sebagai berikut (terjemahannya): I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keragaman suku juga disertai dengan keragaman budaya. Itulah yang membuat suku budaya Indonesia sangat dikenal bangsa lain karena budayanya yang unik. Berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, beragam suku bangsa, kaya akan nilai budaya maupun kearifan lokal. Negara mengakui perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap masyarakat dalam kelompok masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun antara perorangan dengan kelompok manusia. Hartomo, H (1997)

BAB I PENDAHULUAN. maupun antara perorangan dengan kelompok manusia. Hartomo, H (1997) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang hidup di suatu wilayah tertentu dan saling berinteraksi satu sama lain. Masyarakat yang saling berhubungan satu dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI 1. Definisi Harga Diri Coopersmith (1967, h.4) menyatakan bahwa self esteem refer to the evaluation which the individual makes and customarily maintains with regard

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang memiliki kebiasaan, aturan, serta norma yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman budaya, suku dan kesenian yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk komunikasi dan situasi. Kehidupan semacam inilah terjadi interaksi, dari hasil interaksi ini

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN MULTIKULTURAL DALIHAN NA TOLU DALIHAN NA TOLU DALAM PERSPEKTIF KONSELINGMULTIKULTURAL

BAB IV KAJIAN MULTIKULTURAL DALIHAN NA TOLU DALIHAN NA TOLU DALAM PERSPEKTIF KONSELINGMULTIKULTURAL BAB IV KAJIAN MULTIKULTURAL DALIHAN NA TOLU Mengacu pada temuan hasil penelitian maka dalam bab ini akan membahas secara khusus dalihan na tolu dalam perspektif konseling multikultural. 4.1.1 DALIHAN NA

Lebih terperinci

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: )

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: ) 11. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Upacara Adat Upacara adalah sistem aktifitas atau rangkaian atau tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda. Masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai etnis dengan berbagai nilai budaya dan beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Batak terdiri dari beberapa etnik yaitu Toba, Simalungun, Karo, Angkola/Mandailing dan Pakpak Dairi. Namun sekarang ini sebutan Batak hanya ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendiami daerah Simalungun begitu juga dengan yang lainnya. marga, dimana menghubungkan dua pihak yakni pihak parboru atau sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mendiami daerah Simalungun begitu juga dengan yang lainnya. marga, dimana menghubungkan dua pihak yakni pihak parboru atau sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batak merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia yang mana sebagian besar bermukim di Sumatera Utara. Suku yang dikategorikan sebagai Batak yaitu Batak Toba, Batak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki kebudayaan sendiri yang menjadi ciri khas bagi setiap suku tersebut. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harus dipenuhi guna menjaga kelangsungan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harus dipenuhi guna menjaga kelangsungan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Makna Pekerjaan Dalam Masyarakat Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi guna menjaga kelangsungan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi sumatera utara dewasa ini mencatat adanya suku Batak dan Suku Melayu sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang membentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukankajian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukankajian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukankajian pustaka.kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Permasalahan Suku Batak memiliki lima sub suku, yaitu suku Toba, Simalungun, Karo, Pak-Pak atau Dairi, dan Angkola-Mandailing. Setiap sub suku tersebut memiliki ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut. BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang multikultural, hal ini terbukti dengan banyaknya suku bangsa di Indonesia yang mempunyai budaya berbedabeda. Perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menganggap bentuk kehidupan itu benar, baik dan berguna bagi mereka. Fenomena dari

BAB I PENDAHULUAN. menganggap bentuk kehidupan itu benar, baik dan berguna bagi mereka. Fenomena dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari berbagai perbedaan kehidupan manusia, satu bentuk variasi kehidupan mereka yang menonjol adalah fenomena stratifikasi (tingkat-tingkat) sosial. Perbedaan itu tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara ini memiliki beragam adat budanya dan hukum adatnya. Suku-suku

I. PENDAHULUAN. negara ini memiliki beragam adat budanya dan hukum adatnya. Suku-suku I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara majemuk yang dikenal dengan keaneka ragaman suku dan budayanya, dimana penduduk yang berdiam dan merupakan suku asli negara ini memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, istilah Batak sebenarnya sudah jarang sekali dipakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, istilah Batak sebenarnya sudah jarang sekali dipakai untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terlebih dahulu harus diketahui apa itu sebenarnya Batak. Di zaman sekarang ini, istilah Batak sebenarnya sudah jarang sekali dipakai untuk merujuk kepada semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penganutnya. Indonesia merupakan negara penganut budaya Timur dan

BAB I PENDAHULUAN. penganutnya. Indonesia merupakan negara penganut budaya Timur dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki beranekaragam budaya, di mana setiap budaya yang ada memiliki sistem nilai masing-masing dan dipelihara oleh anggota masyarakat penganutnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak dan Batak Mandailing,

BAB I PENDAHULUAN. Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak dan Batak Mandailing, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Batak merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia yang mana sebagian besar bermukim di Sumatera Utara. Suku yang dikategorikan sebagai Batak yaitu Batak Toba, Batak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku memiliki bahasa daerah tersendiri yang membedakan bahasa suku yang satu dengan bahasa

Lebih terperinci

bersikap kolot, dan lebih mudah menerima perubahan yang terjadi di dalam masyarakat terutama pada perempuan yang tidak menikah ini.

bersikap kolot, dan lebih mudah menerima perubahan yang terjadi di dalam masyarakat terutama pada perempuan yang tidak menikah ini. BAB V KESIMPULAN Suku Batak Toba merupakan suku yang kaya akan budaya salah satunya falasafah Dalihan Na Tolu yang menjadi landasan orang Batak Toba dalam bermasyarakat. Dalihan Na Tolu ini mengandung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu praktek kebudayaan yang paling mengundang upaya perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Budaya merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas selama manusia itu ada dalam berbagai interaksi sosialnya, baik itu konflik perorangan

Lebih terperinci

KONSTRUKSI MAKNA NILAI NILAI FALSAFAH DALIHAN NA TOLU BAGI BATAK PERANTAU DI KOTA JAKARTA

KONSTRUKSI MAKNA NILAI NILAI FALSAFAH DALIHAN NA TOLU BAGI BATAK PERANTAU DI KOTA JAKARTA KONSTRUKSI MAKNA NILAI NILAI FALSAFAH DALIHAN NA TOLU BAGI BATAK PERANTAU DI KOTA JAKARTA Oleh: Pramono Benyamin 1, Adinda Arifiah 2 dan Iwan Koswara 3 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia. yang dilalui untuk dapat mempertahankan dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia. yang dilalui untuk dapat mempertahankan dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahkluk Tuhan yang paling sempurna. Manusia diberi akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia memiliki kodrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak.

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hula - hula dalam adat Batak Toba adalah keluarga laki-laki dari pihak istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. Hula - hula merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa penting tersebut dikaitkan dengan upacaraupacara yang bersifat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat lebih dari 500 etnis di Indonesia (Suryadinata, 1999). Suku Batak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Satuan pendukung kebahasaannya meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pak-pak Dairi, dan Batak Angkola Mandailing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa seseorang dapat mengungkapkan ide-ide di dalam pikirannya.

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I ini berisi pendahuluan yang membahas latar belakang penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan masalah dan rumusan masalah. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah diketahui bahwa penduduk Indonesia adalah multietnik (plural society). Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain untuk melengkapi kehidupannya. Proses pernikahan menjadi salah satu upaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang heterogen, Indonesia memiliki banyak suku yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang heterogen, Indonesia memiliki banyak suku yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Sebagai negara yang heterogen, Indonesia memiliki banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Berdasarkan data Sensus Penduduk 2013 yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adapun alasan atau faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Adapun alasan atau faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu mempunyai keinginan untuk merubah dirinya menjadi lebih baik. Hal ini bisa dikarenakan tempat sebelumnya mempunyai lingkungan yang kurang baik, ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat suku Batakyang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat suku Batakyang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Batak Toba merupakan kelompok kesatuan sosial dari bagian subsuku masyarakat suku Batakyang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya sebagai asal lahirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikerjakan, dan diterapkan oleh manusia (budi-daya manusia). Kata kebudayaan berasal

BAB I PENDAHULUAN. dikerjakan, dan diterapkan oleh manusia (budi-daya manusia). Kata kebudayaan berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keragaman suku. Pada setiap suku memmpunyai hasil kebudayaan masing-masing. Kebudayaan hadir dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan menjadi identitasnya masing-masing. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki beragam kebudayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah adat Batak Toba atau yang disebut (Jabu) juga sangat sangat banyak ditemukan.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah adat Batak Toba atau yang disebut (Jabu) juga sangat sangat banyak ditemukan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Samosir merupakan sebuah pulau yang terletak ditengah-tengah Danau Toba. Daerah ini merupakan pusat kebudayaan masyarakat Batak Toba. Di pulau inilah lahir si

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan buah pikiran dan perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi

Lebih terperinci

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN Hukum adat kekerabatan adalah hukum adat yang mengatur tentang bagaimana kedudukan pribadi seseorang sebagai anggota kerabat, kedudukan anak terhadap orangtua dan sebaliknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam adat Batak Toba, penyatuan dua orang dari anggota masyarakat melalui perkawinan tidak bisa dilepaskan dari kepentingan kelompok masyarakat bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal tersebut dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian itu, karena orang-orang Batak kota pun tetap berpedoman pada

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian itu, karena orang-orang Batak kota pun tetap berpedoman pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Batak sebagai salah satu golongan ethnis di Sumatera sejak dahulu sampai kini menempuh kebudayaannya menurut kepribadian sendiri. Tampaknya moderenisasi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan sarana dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan sarana dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan sarana dalam berinteraksi sebagai suatu usaha atau kegiatan untuk menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah konflik sendiri secara etimologis berasal dari bahasa Latin con yang

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah konflik sendiri secara etimologis berasal dari bahasa Latin con yang BAB II LANDASAN TEORI A. Konflik A.1. Defenisi konflik Konflik merupakan hal yang sering kita jumpai dalam kehidupan seharihari. Istilah konflik sendiri secara etimologis berasal dari bahasa Latin con

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang

Lebih terperinci

STRUKTUR SIKAP Komponen Kognitif Komponen Afektif Komponen Konatif

STRUKTUR SIKAP Komponen Kognitif Komponen Afektif Komponen Konatif STRUKTUR DAN PEMBENTUKAN SIKAP STRUKTUR SIKAP Komponen Kognitif Komponen Afektif Komponen Konatif Komponen Kognitif Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Berisi persepsi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut pengetahuan umum anak adalah seseorang yang lahir dari hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut pengetahuan umum anak adalah seseorang yang lahir dari hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut pengetahuan umum anak adalah seseorang yang lahir dari hubungan perkawinan antara pria dan wanita. Anak juga sering dijadikan pedoman dalam mengkaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari balita, anak-anak, remaja, dewasa, orang tua sampai ia meninggal. Biasanya pada usia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sikap. adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sikap. adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sikap 1. Pengertian Sikap Walgito (2002 ) mendefinisikan sikap adalah organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang sering terjadi, disertai adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya dilindungi oleh Undang-undang Dasar Dalam penjelasan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya dilindungi oleh Undang-undang Dasar Dalam penjelasan Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia terdapat berbagai ragam bahasa daerah. Bahasa daerah hidup berdampingan dengan bahasa Indonesia. Semua bahasa daerah yang dipakai penuturnya dilindungi

Lebih terperinci

ABSTRAK PERANAN PUNGUAN PARSAHUTAON DALAM PELESTARIAN SISTEM KEKERABATAN PADA MASYARAKAT BATAK PERANTAU

ABSTRAK PERANAN PUNGUAN PARSAHUTAON DALAM PELESTARIAN SISTEM KEKERABATAN PADA MASYARAKAT BATAK PERANTAU ABSTRAK PERANAN PUNGUAN PARSAHUTAON DALAM PELESTARIAN SISTEM KEKERABATAN PADA MASYARAKAT BATAK PERANTAU (Rismawati Silalahi, Hermi Yanzi, Yunisca Nurmalisa) Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan dan

Lebih terperinci

EKSISTENSI ADAT BUDAYA BATAK DALIHAN NA TOLU PADA MASYARAKAT BATAK

EKSISTENSI ADAT BUDAYA BATAK DALIHAN NA TOLU PADA MASYARAKAT BATAK EKSISTENSI ADAT BUDAYA BATAK DALIHAN NA TOLU PADA MASYARAKAT BATAK ( Studi Kasus Masyarakat Batak Perantauan di Kabupaten Brebes) SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem kekerabatan yang dianut masyarakat Indonesia umumnya adalah masyarakat patrilineal. Patrilineal adalah kekuasaan berada di tangan ayah atau pihak laki-laki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang terkenal akan keanearagaman budaya yang dimiliki setiap suku bangsa yang mendiami wilayahnya. Kemajemukan Indonesia tercermin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakter setiap manusia. John Dewey (Hasbullah, 2005:2) mengatakan,

BAB I PENDAHULUAN. karakter setiap manusia. John Dewey (Hasbullah, 2005:2) mengatakan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan modal dasar pertumbuhan dan perkembangan karakter setiap manusia. John Dewey (Hasbullah, 2005:2) mengatakan, Pendidikan adalah pembentukan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental diri objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hukum islam pernikahan merupakan satu anjuran bagi kaum

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hukum islam pernikahan merupakan satu anjuran bagi kaum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam hukum islam pernikahan merupakan satu anjuran bagi kaum muslimin. Hal ini diatur dalam Undang-undang Dasar No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, dan Instruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upacara adat disebut kerja, yang pertama disebut Kerja Baik yaitu upacara adat

BAB I PENDAHULUAN. upacara adat disebut kerja, yang pertama disebut Kerja Baik yaitu upacara adat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap Etnis yang ada di Indonesia mempunyai kebudayaan maupun kepercayaan, sehingga Indonesia merupakan Negara yang terkenal akan kebudayaan yang bermacam-macam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari beragam budaya dan ragam bahasa daerah yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. PERILAKU PROSOSIAL 1. Definisi Perilaku Prososial Perilaku prososial merupakan tindakan sukarela yang dimaksudkan untuk membantu dan menguntungkan individu atau kelompok individu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan 82 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada Bab IV telah dibahas mengenai jenis dan fungsi tindak tutur yang digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan dan pembahasan penelitian

Lebih terperinci

SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU

SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU 1 SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI MUDA BATAK DI PERKOTAAN (Kasus Pada Perkumpulan Masyarakat Batak Parsahutaon Dalihan Na Tolu di Sarua Permai, Ciputat) Oleh Charolina Margaretha A14204065 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya akan mendapat hak waris bergerak seperti emas, perhiasan atau

BAB I PENDAHULUAN. hanya akan mendapat hak waris bergerak seperti emas, perhiasan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat Batak. Dengan sistem patrilineal yang dianut oleh masyarakat Batak, jelas menunjukkan

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA. Oleh MIKAWATI INDRYANI HUTABARAT

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA. Oleh MIKAWATI INDRYANI HUTABARAT KESANTUNAN BERBAHASA DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA Oleh MIKAWATI INDRYANI HUTABARAT ABSTRAK Upacara adat Batak Toba adalah upacara yang dihadiri oleh ketiga unsur Dalihan Na Tolu yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia yang merupakan negara kepulauan (terdiri atas 1700 pulau)

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia yang merupakan negara kepulauan (terdiri atas 1700 pulau) 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia yang merupakan negara kepulauan (terdiri atas 1700 pulau) dikenal dengan kebhinekaan agama, etnik, dan adat istiadat penduduknya. Sebut saja pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara dua jenis manusia, tetapi hubungan yang masing-masing mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. antara dua jenis manusia, tetapi hubungan yang masing-masing mempunyai peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan bukanlah sekedar ritus untuk mengabsahkan hubungan seksual antara dua jenis manusia, tetapi hubungan yang masing-masing mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menggolongkannya berdasarkan orang yang peduli, orang yang dipedulikan dan

BAB II LANDASAN TEORI. menggolongkannya berdasarkan orang yang peduli, orang yang dipedulikan dan 24 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepedulian 1. Definisi Kepedulian Kata peduli memiliki makna yang beragam. Banyak literatur yang menggolongkannya berdasarkan orang yang peduli, orang yang dipedulikan dan sebagainya.

Lebih terperinci