SISTEM PENDIDIKAN TAMAN SISWA; STUDI KASUS PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA. Dheny Wiratmoko

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SISTEM PENDIDIKAN TAMAN SISWA; STUDI KASUS PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA. Dheny Wiratmoko"

Transkripsi

1 Dheny Wiratmoko, Sistem Pendidikan Taman Siswa...1 SISTEM PENDIDIKAN TAMAN SISWA; STUDI KASUS PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA Dheny Wiratmoko Dosen STKIP PGRI Pacitan Abstrak: Politik Ethis bagi bangsa Indonesia mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam upaya untuk merebut kemerdekaan. Pendidikan sebagai salah satu sila dalam Politik Ethis, memungkinkan bangsa Indonesia dapat merasakan pendidikan formal, seperti bangsa lainnya. Dengan pendidikan, masyarakat Indonesia akan dapat berkembang, serta dapat meraih ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang didapat oleh masyarakat Barat. Ki Hajar Dewantara sebagai salah satu tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, bersama dengan rekan-rekannya, berjuang melalui gelanggang politik yaitu dengan membentuk organisasi pergerakan yang diberi nama Indische Partij. Sedangkan perjuangan melalui gelanggang pendidikan dilakukan oleh Ki Hajar Dewantara dengan mengemukakan konsep pendidikan yang diberi nama Taman Siswa. Sekolah Taman Siswa menjadi tempat untuk mencetak kaum cerdik pandai bangsa Indonesia, yang bertumpu pada kemerdekaan berpikir dan berbudaya Indonesia. Kata kunci: Ki Hajar Dewantara, Pendidikan, dan Taman Siswa Rangkaian perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia telah mengantarkan bangsa Indonesia pada era kemerdekaan. Suatu era di mana kedaulatan sebuah negara menjadi dasar untuk mengisi pembangunan di kancah dunia global. Kemerdekaan bangsa Indonesia yang diperjuangkan dengan segenap jiwa dan raga dalam menghadapi pemerintah kolonial, menjadi sebuah semangat untuk membuktikan diri, bahwa bangsa Indonesia sejajar dengan bangsa lain. Sebagai akibat dari penjajahan, bangsa Indonesia menjadi lahan eksploitasi bagi bangsa penjajah, baik eksploitasi sumber daya alam maupun eksploitasi sumber daya manusia. Berbagai kebijakan dari pemerintah kolonial diterapkan sematamata untuk menindas bangsa Indonesia. Watak imperialisme dan kapitalisme diterapkan dengan berbagai kebijakan, di antaranya adalah cultuurstelsel. Hasil dari kebijakan cultuurstelsel adalah finansial yang digunakan untuk kepentingan pemerintah kolonial. Reaksi terhadap penerapan kebijakan cultuurstelsel memunculkan beberapa perdebatan di parlemen Belanda. Ada golongan yang berusaha untuk memperjuangkan nasib penduduk jajahan yang dilakukan oleh kaum ethis. Nama tersebut dipakai untuk menyebut politik kolonial yang baru, yaitu Politik Ethis. Salah seorang penggagasnya adalah Van Deventer, yaitu penulis artikel yang berjudul Hutang Budi. Politik Ethis menggunakan tiga sila sebagai slogannya yaitu irigasi, edukasi, dan emigrasi. Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia banyak berorientasi pada kepentingan bangsa Belanda. Hal tersebut tentu akan memunculkan kesenjangan yang demikian besar terhadap masyarakat Indonesia. Politik Ethis, yang di dalamnya terkandung usaha untuk memajukan pendidikan bagi bangsa Indonesia, menjadi pintu untuk mengusahakan pendidikan bagi bangsa Indonesia. Upaya tersebut bertujuan untuk menciptakan kaum cerdik pandai yang akan menjadi tulang punggung dalam mengisi kemerdekaan. Dalam

2 Dheny Wiratmoko, Sistem Pendidikan Taman Siswa...2 kajian ini akan difokuskan pada pemikiran Ki Hajar Dewantara terkait sistem pendidikan Taman Siswa. METODE Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan (library research) artinya data penelitian berasal dari sumbersumber kepustakaan berupa buku-buku, makalah, jurnal, majalah dan sumber lain yang koheren dengan obyek bahasan. Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik, yakni berusaha menggambarkan secara jelas dan sistematis obyek kajian lalu menganalisis bahasan penelitian. Data yang terkumpul atau tersusun dianalisis, kemudian ditarik sebuah kesimpulan. Hal ini memungkinkan untuk mencari relevansi atau titik-temu kedua konsep tersebut. Sumber data terdiri dari primer dan sekunder. Data primer pada penelitian ini adalah buku karangan Darsiti Soeratman, dengan judul Ki Hajar Dewantara, sedangkan data sekundernya adalah berbagai buku, majalah, jurnal dan sumber-sumber lain yang terkait. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, teknik yang digunakan adalah pengumpulan data literer (studi kepustakaan), yaitu pengumpulan informasi yang segaris lurus dengan obyek bahasan guna mendapatkan konsep yang utuh (Bisri, 1998: 61). Analisis data merupakan suatu langkah yang sangat kritis dalam penelitian guna menghasilkan suatu kesimpulan yang konkret berdasar dari hasil telaah (Suryabrata, 1998: 85). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Sketsa Hidup Ki Hajar Dewantara R.M. Suwardi Suryaningrat adalah nama lain dari Ki Hajar Dewantara. Beliau dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889, sebagai putra dari K.P.H. Suryaningrat, dan cucu dari Paku Alam III. Pada tanggal 23 Februari 1928, R.M. Suwardi Suryaningrat secara resmi berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara. Beliau adalah pelopor berdirinya Perguruan Nasional Taman Siswa yang didirikan pada tanggal 3 Juli Setelah tamat dari E.L.S. (Europeesche Lagere School), Ki Hajar Dewantara kemudian melanjutkan sekolahnya ke STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen), yaitu sekolah untuk mendidik calon dokter-dokter bangsa Indonesia di Jakarta, namun tidak sampai lulus. Sekolah tersebut lalu ditinggalkannya, dan kemudian Ki Hajar Dewantara bekerja menjadi asisten apoteker. Selain itu, Ki Hajar Dewantara juga menekuni dunia jurnalistik sebagai seorang wartawan, dan membantu beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo ( surat kabar berbahasa Jawa), serta Midden Java dan De Express (keduanya adalah surat kabar berbahasa Belanda) (Soemarsono, 1991: 41). Pada tanggal 18 Agustus 1913, Ki Hajar Dewantara bersama-sama dengan rekan-rekannya ditangkap dan dibuang ke negeri Belanda. Selama dieksternir (dibuang) ke negeri Belanda, aktifitasnya digunakan sebagai kesempatan untuk mempelajari masalah pendidikan dan pengajaran dengan mendalam, sehingga ia mencapai ijazah Hoofdacte (Kepala Sekolah S.R. Belanda) dan juga berhasil memperoleh Europeesche Akte (semacam ijasah pendidikan). Meskipun keputusan pengasingan telah dicabut pada tanggal 14 Agustus 1917, beliau baru kembali ke Indonesia pada tanggal 6 September Begitu tiba di Indonesia, beliau terjun kembali ke medan perjuangan kemerdekaan, sehingga sempat meringkuk di dalam penjara di daerah Semarang dan Pekalongan.

3 Dheny Wiratmoko, Sistem Pendidikan Taman Siswa...3 Ki Hajar Dewantara menikah dengan R.A. Sutartinah, putra ke-6 dari K.P.H. Haryo Sasraningrat yang lahir pada tanggal 14 September 1890 di Yogyakarta. Beliau seorang tokoh pendiri organisasi Wanita Taman Siswa. Kiprahnya dalam Perguruan Taman Siswa adalah sebagai pembina Taman Indira (Taman Kanak-Kanak) dan Taman Muda (Sekolah Dasar). Sekitar tahun 1960, ikut berperan dalam pendirian Perguruan Sarjana Wiyata Taman Siswa dan menjabat sebagai rektor pada tahun Pada tahun 1960, nama R.A. Sutartinah diganti menjadi Nyi Hajar Dewantara (Sulistya, 2002: 44). Ki Hajar Dewantara wafat di Yogyakarta pada tanggal 28 April 1959, dan dimakamkan di pemakaman keluarga Taman Siswa Yogyakarta. Untuk mengenang jasa-jasanya, Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan tanggal 2 Mei (tanggal kelahiran Ki Hajar Dewantara), sebagai Hari Pendidikan Nasional yang diperingati di seluruh Indonesia. Di samping itu, Ki Hajar Dewantara juga dikukuhkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional dengan SK Presiden No. 305/1959, tanggal 28 November 1959 (Soemarsono, 1991: 43). Dasar Fisofis Taman Siswa Sistem pendidikan Taman Siswa muncul akibat kegagalan pemerintah memenuhi atau menyalurkan sistem pendidikan Barat. Sejumlah besar apa yang dikatakan sebagai Sekolah Liar, telah lahir. Sekolah-sekolah ini tidak memenuhi syarat, baik tenaga pengajar, maupun kurikulum sebagaimana ditetapkan oleh pemerintah. Lebih jauh, sekolah ini terarah menentang sifat dan prinsip pemerintah kolonial. Sekolahsekolah ini hampir selalu didirikan oleh orang Indonesia yang terpelajar dan idealis dan tidak mau bekerja sama dengan pemerintah kolonial (Van Niel, 1984: 286). Sejalan dengan perluasan bidang pemerintahan beserta administrasi dan pelayanannya di pihak lain, timbullah kebutuhan akan tenaga, baik dalam bidang administrasi maupun dalam pelbagai bidang teknik dan kejuruan. Sekedar untuk memenuhi kebutuhan itulah, pemerintah kolonial Belanda secara lambat laun mendirikan sekolahsekolah. Pada awalnya, sekolah yang dibuka hanya terbatas pada sekolah tingkat rendah saja, akan tetapi seiring perkembangan zaman, dibukalah sekolah-sekolah menengah sampai sekolah tingggi (Kartodirdjo, 1999: 74). Akan tetapi, sekolah-sekolah tersebut tetap hanya diperuntukan bagi golongan tertentu saja, misalnya bagi anak para pejabat, maupun elit yang berkuasa. Ditengah pertikaian tentang Sekolah Liar dan sekolah bentukan pemerintah kolonial Belanda tersebut, sebuah lembaga yang metoda, kedalaman tujuan, dan vitalitasnya berbeda dengan yang lain muncul. Sekolah ini bernama Taman Siswa. Sekolah ini didirikan oleh Ki Hajar Dewantara. Selama dibuang di negeri Belanda dari tahun , Ki Hajar Dewantara mengajukan permohonan untuk melanjutkan sekolah dan kemudian mendapatkan ijazah guru sebelum pulang ke tanah air. Harapan akan Indonesia yang berotonomi, dan yang telah mengilhaminya semasa di dalam Indische Partij tidak luntur, tetapi pandangannya tentang bagaimana hal ini dapat dicapai, berubah secara radikal. Kegagalan prinsip asosiasi pada Indische Partij yang sudah diperbaharui sesudah perang, dan kemunduran organisasi-organisasi Indonesia ke dalam forum-forum untuk pergulatan politik oleh pribadi-pribadi yang bermain sendiri, barangkali memperkuat keyakinan bahwa cara pendekatan lain sangat diperlukan (Van Niel, 1984: 287). Setelah melihat adanya bangsa-

4 Dheny Wiratmoko, Sistem Pendidikan Taman Siswa...4 bangsa Asia yang ternyata lebih maju dalam hal pendidikannya, maka Ki Hajar Dewantara segera mengambil sikap untuk memperjuangkan kemerdekaan, serta meningkatkan taraf pendidikan bangsa Indonesia (Media, Edisi Mei, 1996: 39). Upaya tersebut semata-mata untuk memperjuangkan bangsa Indonesia sejajar dengan bangsa lain. Kesadaran diri yang tumbuh pada orang Indonesia terjalin dalam kehampaan, perlu mendapatkan isi bagi perasaan yang baru ini. Ki Hajar Dewantara merasa bahwa pendidikan pemuda Jawa melalui garis-garis nasional Jawa adalah cara yang dapat diandalkan untuk melapangkan jalan ke arah otonomi dan menyatakan kepribadian. Di dalam kebingungan kultural ini, Ki Hajar Dewantara dalam mengemukakan prinsip sekolahnya yaitu, Jadikanlah sejarah kebudayaan kita suatu pangkal tolak untuk maju. Hanya berdasarkan kebudayan kita sendiri, pekerjaan membangun dapat dijalankan dengan aman. Biarkan bangsa kita muncul di pentas hubungan internasional di dalam suatu bentuk nasional yang bukan tiruan. Dengan dasar tersebut, sekolah Taman Siswa menyebarkan akarnya di dalam tradisi kebudayaan Jawa. Sifat fisik sekolah ini memberi pengarahan kepada suatu bentuk yang tidak dikenal di sekolah Barat. Banyak tekanan diletakkan pada keterampilan dan nilainilai kehidupan Jawa, musik, tari, dan pembentukan watak dinilai tinggi sebagaimana mata pelajaran Barat yang biasa. Sekali dasar pendidikan diletakan di dalam kehidupan Jawa, maka harus ada penerapan unsur-unsur kebudayaan Barat yang berguna untuk mempersiapkan memenuhi tuntutan hidup modern. Hanya degan cara inilah, suatu kebudayaan baru dapat dibentuk, kebudayaan yang mungkin dijadikan hak milik rakyat semua. Nasionalisme kebudayan inilah merupakan suatu citacita Taman Siswa, tetapi nasionalisme ini hanya dapat berlaku apabila terlibat di dalamnya perjuangan individu menuju integrasi yang harmonis di dalam hidup. Tujuan Taman Siswa paling baik dinyatakan dalam suatu kata, kata yang sama dan paling banyak memberi ciri kehidupan Jawa yaitu harmoni (Van Niel, 1984: 288). Kebudayaan Jawa dipilih sebagai representasi kebudayaan Indonesia, dan sekaligus sebagai pelecut gerakan untuk memujudkan Indonesia merdeka. Praktek yang sebenarnya, sekolah Taman Siswa telah dibebani oleh kesulitan-kesulitan. Pada waktu pembentukannya (3 Juli 1922) pemerintah tidak mempunyai pendirian tertentu dan ragu-ragu, bahkan nyaris menentang terhadap jenis sekolah seperti ini. Dalam beberapa tahun, dengan adanya perubahan sikap dari pemerintah dan dengan perbaikan mutu sekolah, sikap ini telah demikian diperlunak sampai sebelum pecah Perang Dunia Kedua, ketika Taman Siswa menerima subsidi pemerintah. Dengan tidak adanya dana pada tahuntahun permulaan, guru-guru yang dikumpulkan oleh Ki Hajar Dewantara lebih banyak bekerja untuk keyakinan dari pada untuk keuntungan meteri. Menyusun sebuah perkumpulan pelajar pun tidak mudah, karena sekolah ini tidak diakui, tetapi orang-orang yang sedikit berkuasa, termasuk anggota keluarga kerajaan, percaya pada eksperimen Ki Hajar Dewantara dan mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah itu (Van Niel, 1984: 288). Perjuangan Ki Hajar Dewantara memunculkan suatu harapan untuk mewujudkan kedaulatan bangsa melalui sektor pendidikan. Dirasakan penting untuk berkompromi demi cita-cita, karena tuntutan yang besar adalah pendidikan cara Barat. Sekolah-sekolah Taman Siswa berurutan membentuk program pendidikan yang bersamaan dengan

5 Dheny Wiratmoko, Sistem Pendidikan Taman Siswa...5 sekolah dasar Barat, sehingga tamatan Taman Siswa dapat berkompetisi masuk ke sekolah-sekolah menengah pemerintah. Secara ideal bukanlah ini yang menjadi tujuan utama Taman Siswa, tetapi ini menjadi salah satu fungsi pokoknya dan barangkali menjadi akar penunjang keuangan yang perlu untuk mempertahankan hidup. Sungguhpun demikian, Taman Siswa tetap berlainan dari sekolah cara Barat yang biasa dan ia hanya dapat dipandang bersifat Jawa. Taman Siswa tetap berada di luar cakarawala politik. Dalam arti tertentu, ia dapat pula dipandang sebagai satu segi cita-cita. Sekolah Taman Siswa tentu saja memberi pengaruh dalam membentuk kesadaran nasional yang positif di kalangan orang Indonesia (Van Niel, 1984: 289). Sebelum Berdirinya Taman Siswa Sebelum memasuki gelanggang pendidikan, Ki Hajar Dewantara juga berjuang dalam gelanggang politik. Beliau mendirikan organisasi pergerakan kemerdekaan yang bersifat revolusioner dan diberi nama Indische Partij bersama-sama dengan dua rekan perjuangannya yaitu dr. E.F.E. Douwes- Dekker (dr. Setyabudi) dan dr. Cipto Mangunkusumo pada tanggal 25 Desember 1912, yang kemudian terkenal dengan sebutan Tiga Serangkai (Simbolon, 2006: 265). Adapun tujuan dari pendirian organisasi pergerakan tersebut adalah untuk mencapai Indonesia merdeka. Berdirinya organisasi pergerakan tersebut menandakan munculnya perkembangan baru dalam sejarah pergerakan kemerdekaan. Organisasi pergerakan ini didasarkan atas rasa nasionalisme serta merupakan sarana membangun semangat kebangsaan Indonesia. Sikap pergerakan ini terhadap pemerintah Belanda dengan tegas menyatakan antipati dan nonkooperasi. Hal ini muncul karena diilhami oleh perasaan tidak puas atas kebijakan pemerintah kolonial Belanda. Para pemimpin Indische Partij adalah orang-orang yang agresif dan berani dalam menentang pemerintah kolonial Belanda. Banyak tulisan-tulisan para pemimpin Indische Partij yang bernada kritik pedas terhadap pemerintah kolonial Belanda yang dimuat dalam surat kabar De Express asuhan dr. E.F.E. Douwes-Dekker. Di antaranya adalah tulisan Ki Hajar Dewantara yang berjudul: Als Ik Een Nederlandsch Was (seandainya saya seorang Belanda), yang isinya: tidak selayaknya bangsa Indonesia yang ditindas Belanda ikut-ikutan merayakan kemerdekaan bangsa yang menindas. Tulisan tersebut berupa kritikan terhadap pemerintah kolonial Belanda untuk memprotes akan adanya perayaan memperingati hari ulang tahun kemerdekaan Belanda yang ke-100 tahun, pada tahun 1913, yang biayanya dikumpulkan dari rakyat Indonesia (Tim Materi Pameran Bersama, 2007: 35). Mengapa demikian? Karena tulisan yang bernada kritik keras tersebut dianggap berbahaya bagi pemerintah kolonial Belanda, maka tulisan tersebut dijadikan alasan oleh pemerintah kolonial Belanda untuk melarang atau membubarkan Indische Partij. Tidak sebatas melarang atau membubarkan, pemerintah kolonial Belanda juga menindak tegas dengan mengasingkan para pemimpin Indische Partij. Namun atas permintaan mereka sendiri, pemerintah kolonial Belanda memperkenankan mereka dipindah ke negeri Belanda. Sejarah Berdirinya Taman Siswa Pada tahun 1921, Ki Hajar Dewantara meninggalkan gelanggang politik dan memasuki gelanggang pendidikan. Pada masa pemerintahan kolonial Belanda tersebut, sistem pendidikan yang berlaku banyak berorientasi pada kepentingan bangsa

6 Dheny Wiratmoko, Sistem Pendidikan Taman Siswa...6 Belanda dibandingkan dengan kepentingan Indonesia. Kepincangan ini menjadi tantangan bagi kaum pergerakan pemerhati pendidikan di Yogyakarta. Selanjutnya, mereka kemudian membentuk forum untuk membicarakan masalah-masalah nasib bangsa Indonesia. Forum tersebut kemudian dikenal dengan istilah Perkumpulan Selasa Kliwon, yang berpusat di Yogyakarta, yaitu terdiri dari orang-orang atau pemimpin yang berkumpul tiap-tiap malam Selasa Kliwon untuk membicarakan kebudayaan Jawa (Sulistya, dkk. 2002: 32).. Tujuan dari gerakan ini tersimpul dalam semboyannya yaitu memayu hayuning sarira, memayu hayuning bangsa, dan memayu hayuning manungsa, (melindungi keselamatan diri, keselamatan bangsa dan keselamatan manusia). Hal tersebut dapat diartikan: kemerdekaan bangsa harus berlandaskan jiwa merdeka yaitu jiwa kebangsaan (nasionalisme) dan harus dibina secara kontinyu dan sistematis, sehingga memiliki keyakinan yang teguh dalam menghadapi rintangan-rintangan. Perkumpulan ini juga membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan usaha-usaha menaikan derajat dan martabat bangsa Indonesia (Soeratman, 1983/1984: 85). Forum ini beranggotakan antara lain: RM. Soetatmo Soerjokoesoemo, RM. Soerjopoetro, BRM. Soebono, Ki Pronowidigdo, Ki Hajar Dewantara, Ki Ageng Soerjo Mataram, Ki Soetopo Wonoboyo, dan RM. Gondo Atmodjo Seiring berjalannya waktu, Ki Hajar Dewantara salah seorang tokoh Perkumpulan Selasa Kliwon, tanggal 3 Juli 1922 mendirikan National Onderwijs Institut Taman Siswa di Tanjung Weg 32 (sekarang Jl. Gadjah Mada 32 Yogyakarta). Dalam menjalankan proses pendidikannya dengan menggunakan Sistem Among yang mendasarkan pada: Pertama, kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakan kekuatan lahir batin, sehingga dapat hidup berdiri sendiri. Kedua, kodrat alam sebagai syarat untuk menghidupkan dan mencapai kemajuan dengan secepat-cepatnya dan sebaikbaiknya (Sulistya, 2002: 32). Pada tanggal 6 Januari 1923, dalam National Onderwijs Instituut Taman Siswa dibentuk majelis yang disebut Instituutraad, yang bertugas memperlancar jalannya pendidikan. Dalam konferensinya di Yogyakarta tanggal Oktober 1923, perguruan ini memperluas Institut menjadi Hoofdraat (Majelis Luhur). Pada tahun 1930, National Onderwijs Instituut Tamansiswa diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi Perguruan Nasional Taman Siswa. Moto Pendidikan Taman Siswa adalah Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani (seorang pendidik yang apabila berdiri di depan harus mampu memberi teladan yang baik, apabila berdiri di tengah harus dapat memberikan semangat dan kemauan, dan apabila berdiri di belakang harus dapat memberikan dorongan atau pengaruh yang baik terhadap peserta didik). Moto ini kemudian dipakai sebagai lambang Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Sulistya, dkk. 2002: 33-34). Sesudah Berdirinya Taman Siswa Ki Hajar Dewantara menjalankan sistem pendidikan Taman Siswa dengan bertumpu pada dasar kemerdekaan. Mula-mula yang dibuka hanya bagian Taman Kanak-Kanak dan kursus guru saja. Seiring berjalannya waktu, beberapa rintangan mulai menghadang. Tahun 1924, Ki Hajar Dewantara dikenakan pajak rumah tangga, tetapi beliau tidak mau membayarnya. Akibatnya barang-barang Taman Siswa dilelang di muka umum. Tetapi pajak itu kemudian dikembalikan

7 Dheny Wiratmoko, Sistem Pendidikan Taman Siswa...7 setelah Ki Hajar Dewantara mengajukan protes. Dan atas kedermawanan para pembeli, barang-barang yang sudah dilelang itupun diserahkan kembali. Rintangan berikutnya adalah berupa Ordonansi Sekolah Liar yang muncul pada tanggal 1 Oktober Isi ordonansi itu adalah: sekolah partikelir harus minta izin lebih dahulu, gurugurunya harus mempunyai izin mengajar, dan isi pelajarannya harus sesuai dengan sekolah negeri. Ki Hajar Dewantara menentang dan mengajukan protes, dan akhirnya pada tahun 1933, ordonansi tersebut dibatalkan. Ada lagi rintangan lainya, yaitu adanya onderwijsverbod (larangan mengajar) selama 2 tahun ( ). Sehingga ada 60 orang guru Taman Siswa menjadi korban, bahkan ada cabang yang ditutup sama sekali selama 1 tahun. Februari 1935, timbul masalah tentang tunjangan anak. Peraturan menetapkan bahwa mulai tahun 1935 tunjangan anak hanya diberikan pada pegawai negeri yang anak-anaknya sekolah pada sekolah negeri. Perjuangan ini baru berhasil tahun Pada zaman Jepang yang diperbolehkan dibuka hanya sekolah-sekolah kejuruan saja. Karena itu, Taman Dewasa diubah menjadi Taman Tani, sedangkan Taman Madya dan Taman Guru dibubarkan. Pada zaman pendudukan Jepang, peranan Ki Hajar Dewantara juga telah mewarnai perjalanan bangsa Indonesia. Beliau diangkat sebagai salah seorang pemimpin Empat Serangkai, bersama dengan Ir. Sukarno, Drs Muhammad Hatta, dan Kiai Haji Mas Mansyur. Empat serangkai ini memperoleh kepercayaan dari Pemerintah Bala Tentara Jepang untuk memimpin organisasi PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat), yaitu tahun Pada tahun 1944, ia diangkat menjadi Naimubu Bunkyoku Sanjo (Kepala Kebudayaan). Pada zaman kemerdekaan, berturut-turut ia menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan, Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung, dan Anggota Parlemen. Pada tanggal 19 Desember 1956, ia mendapat gelar Doktor Honoris Causa (Doktor Kehormatan) dalam Ilmu Kebudayaan dari Universitas Gadjah Mada. Akhirnya pada tanggal 28 April 1959, beliau wafat dalam usia yang ke 70 tahun. Menurut penuturan Ki Hajar Dewantara pada hakikatnya pendidikan adalah bagi tiap-tiap bangsa berarti pemeliharaan guna mengembangkan benih keturunan dari bangsa itu, agar dapat berkembang dengan sehat lahir dan batin. Untuk itu, manusia individu harus dikembangkan jiwa raganya dengan mempergunakan segala alat pendidikan yang berdasar adat-istiadat rakyat. Sistem pendidikannya bersandarkan atas kebudayaan kita sendiri dan mengutamakan kepentingan masyarakat. Intelektualisme harus dijauhi, dan dipraktikan Sistem Among, yang menyokong kodrat alam anak-anak. Jadi tidak dengan perintah paksaan, tetapi dengan tuntunan, agar berkembang hidup lahir batin menurut kodratnya sendiri-sendiri (Ahmadi, 1975: 43). Pembahasan Sistem Pendidikan dan Pengajaran Berdasarkan kajian tersebut di atas, menunjukkan bahwa sistem pendidikan dan pengajaran Ki Hajar Dewantara mempunyai nilai-nilai filosofis yang mendalam. Hal ini dapat dilihat secara jelas pada pandanganpandangannya tentang pendidikan, baik pra kemerdekaan, maupun pasca kemerdekaan. Sistem Among adalah idenya untuk memonitor dan berkomunikasi dengan siswa didiknya. Dalam hal ini sitem among terdiri dua dasar, yaitu: Pertama, Kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir batin, hingga dapat hidup merdeka (dapat berdiri sendiri). Adanya dasar

8 Dheny Wiratmoko, Sistem Pendidikan Taman Siswa...8 kemerdekaan adalah dasar suatu usaha untuk mendidik murid-murid agar bersikap mental, serta bekerja keras dalam batas-batas tujuan mencapai tertib damainya hidup bersama. Dalam hal ini bukan hanya dikenakan pada sikap perilaku, tetapi dilaksanakan pula pada kebebasan anak-anak untuk berpikir; Kedua, Kodrat alam sebagai syarat untuk menghidupkan dan mencapai kemajuan dengan secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya. Menurut Ki Hajar Dewantara, bahwa sistem pendidikan cara lama yang menggunakan perintah, paksaan, dan hukuman harus diganti dengan sistem pendidikan yang berdasar pada kodrat alam. Anak didik baru dapat berkembang secara optimal apabila ia diberi kebebasan untuk berkembang sesuai dengan bakat dan pembawaan yang ada dalam dirinya (Media, Edisi Mei 1996: 39). Sedangkan dasar pendidikan dan pengajaran dari Taman Siswa ialah Panca Dharma Taman Siswa, yang disusun pada tahun Dasar-dasar itu ialah: 1) asas kemerdekaan, maksudnya bahwa disiplin pada diri sendiri oleh diri sendiri, atas dasar nilai hidup yang tinggi, baik hidup sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat; 2) asas kodrat alam, berarti bahwa pada hakikatnya manusia itu sebagai makhluk adalah satu dengan kodrat alam ini. Ia tidak bisa lepas dari kehendaknya, tetapi akan mengalami bahagia, jika bisa menyatukan diri dengan kodrat alam yang mengandung kemajuan itu. Karena itu, hendaklah tiap anak dapat berkembang dengan sewajarnya; 3) asas kebudayaan, hal ini tidak berarti asal memelihara kebudayaan kebangsaan, tetapi pertamatama membawa kebudayaan kebangsaan ke arah kemajuan yang sesuai dengan kecerdasan zaman, kemajuan dunia, dan kepentingan hidup rakyat lahir batin. Dalam hal ini, Ki Hajar Dewantara menganjurkan untuk mengembangkan kebudayaan lokal dalam arti kebudayaan sendiri, di mana si anak tersebut tinggal; 4) asas kebangsaan. Maksudnya, tidak boleh bertentangan dengan kemanusiaan, bahkan harus menjadi bentuk dan perbuatan kemanusiaan yang nyata. Dan oleh karena itu, tidak mengandung arti permusuhan dengan bangsa lain, melainkan mengandung rasa satu dengan bangsa sendiri, rasa satu dalam suka dan duka, rasa satu dalam kehendak menuju ke arah kebahagiaan lahir batin seluruh bangsa; 5) asas kemanusiaan. Artinya, menyatakan bahwa dharma tiap-tiap manusia itu adalah mewujudkan kemanusiaan, yang harus terlihat pada kesucian hatinya dan adanya rasa cinta kasih terhadap sesama manusia dan terhadap makhluk Tuhan seluruhnya. Nilai Luhur Pandangan Ki Hajar Dewantara Berilah kemerdekaan pada anak-anak kita, bukan kemerdekaan yang leluasa, tetapi yang terbatas pada tuntutan-tuntutan kodrat alam yang nyata, dan menuju ke arah kebuadayaan, yakni keluhuran dan kehalusan hidup manusia. Dan agar kebuadayaan itu dapat menyelamatkan dan membahagiakan hidup, maka perlulah dipakai dasar kebangsaan. Akan tetapi, jangan sekali-kali dasar ini bertentangan dengan dasar yang lebih luas, yaitu dasar kemanusiaan (Ahmadi, 1975: 45). Taman Siswa merupakan lembaga pendidikan yang menanamkan jiwa merdeka di hati sanubari peserta didik. Dalam suatu masyarakat yang sedang dijajah, melaksanakan pendidikan semacam itu tentu merupakan perjuangan yang luar biasa. Peserta didik dibantu untuk menikmati gerak jiwa, pikiran, dan tenaga badan yang terlibat secara bebas dalam setiap mata pelajaran. Dalam asas Taman Siswa juga disebutkan bahwa hak mengatur diri sendiri dengan mengindahkan tuntutan kebersamaan yang serasi, merupakan asas yang utama (Simbolon, 2006: 666).

9 Dheny Wiratmoko, Sistem Pendidikan Taman Siswa...9 Sedangkan sebutan dan adatadat Ke-Taman Siswa-an mempunyai karakteristik sangat unik dibandingkan dengan lembaga pendidikan lainnya. Paling tidak ada lima nilai-nilai kekhususan Taman Siswa, yaitu; 1) Sebutan Ki, Nyi dan Ni. Maksudnya yaitu menghilangkan perbedaan tingkat pada anggota keluarga Taman Siswa, dan karenanya malaksanakan prinsip demokrasi dalam hidup pergaulan sehari-hari. Ki sebutan bagi anggota kaum pria; Nyi sebutan bagi anggota kaum wnita yang sudah bersuami; dan Ni sebutan bagi anggota wanita yang belum bersuami; 2) tantang menghilangkan konsep majikanburuh. Guru-guru tidak menerima gaji, tetapi mendapat nafkah, yakni biaya hidup yang diperhitungkan menurut kebutuhan-kebutuhan hidup yang nyata; 3) tentang urusan kekeluargaan. Hampir seluruh aturan tentang kekeluargaan Taman Siswa tidak bersandarkan pada peraturan-peraturan tertulis, namun pada mula-mulanya semata-mata timbul sebagai adat kebiasaan, sedangkan dasar-dasarnya ialah demokrasi serta keadilan sosial dalam lingkungan citacita perikemanusian dan kodrat alam; 4) sebutan ibu dan bapak. Murid-murid menyebut ibu atau bapak kepada gurugurunya atau pamongnya; 5) pengertian demokrasi. Yang dimaksud bukan demokrasi secara Barat yang diterima secara mentah-mentah, melainkan harus ditempatkan di bawah pimpinan kebijaksanaan. Disamping sistem among, penyebutan dan adat-adat, Taman Siswa pun mempunyai kekhususan dibidang semboyan-semboyan Taman Siswa. Semboyan-semboyan diberikan dalam bentuk sastra, lukisan, atau kesenian lainnya, sehingga anak lebih mudah mengingatnya. Hal ini penting untuk perkembangan pribadi anak-anak, bukan saja pikirannya, tetapi juga perasaannya. Semboyan-semboyan itu antara lain: Pertama, Lawan Sastra Ngesti Mulya. Artinya, dengan kecerdasan jiwa menuju ke arah kesejahteraan. Inilah semboyan Taman Siswa yang pertama dan yang menjelaskan maksud berdirinya Taman Siswa tahun 1922 (1852 tahun Jawa); Kedua, Suci Tata Ngesti Tunggal. Maknanya, dengan kesucian dan ketertiban menuju kesatuan. Menjelaskan terjadinya Taman Siswa pada tahun 1923; Ketiga, Ing Ngarsa Sung Tuladha. Artinya, seorang pemimpin kalau berada di depan harus memberi teladan yang baik bagi yang dipimpinya; Keempat, Ing Madyo Mangun Karsa. Maknanya, seorang pemimpin kalau berada di tengah harus dapat membangun motivasi dan kemauan orang yang dipimpinya; Kelima, Tut Wuri Handayani. Artinya, seorang pemimpin kalau berada di belakang harus dapat memberi pengaruh. Maksudnya, biarkan anak mencari jalan sendiri, sesuai dengan kemampuannya. Bila anak salah jalan barulah sang pemimpin (pamong) boleh mengarahkannya. Kemajuan sejati hanya dapat diperoleh dengan perkembangan kodrati. Dasar kodrat alam dan dasar kemerdekaan kemudian mewujudkan Sistem Among. Tugas guru sebagai pamong ialah tetap mengarahkan anak didik dengan memberi kesempatan kepadanya untuk berjalan sendiri. Pamong hanya wajib menyingkirkan segala sesuatu yang merintangi jalan anak-anak, apabila mereka sendiri tidak bisa menghindari bahaya-bahaya yang mengancam keselamatannya; Keenam, Tertib dan Damai. Artinya, taman Siswa mendasarkan pendiriannya kepada tertib dan damai yaitu lahirnya tiada perintah, batinnya dapat memerintah sendiri, dan juga berdiri atas kekuatan sendiri; Ketujuh, Kita Berhamba Kepada Sang Anak. Artinya, pendidik dengan ikhlas dan tidak terikat oleh apapun juga, mendekati si terdidik untuk mengorbankan diri kepadanya. Jadi guru untuk murid, dan bukan sebaliknya;

10 Dheny Wiratmoko, Sistem Pendidikan Taman Siswa...10 Kedelapan, Rawe-Rawe Rantas, Malang-Malang Putung. Artinya, citacitanya adalah menciptakan Indonesia merdeka dan berdaulat. Segala yang menghalangi akan dihancurkan. Semboyan itu akan dipakai untuk memperteguh kemauan; Kesembilan, Tetep, Antep, dan Mantep. Artinya, ketetapan pikiran dan batin menentukan kualitas seseorang. Jika tetep dan antep telah ada, maka mantep akan datang juga; Kesepuluh, Ngandel, Kandel, Kendel, dan Bandel. Artinya, percaya akan memberikan pendirian yang tegak. Maka kemudiannya kendel (berani) dan bandel (tidak lekas ketakutan) akan menyusul sendiri; Kesebelas, Neng, Ning, Nung, dan Nang. Artinya, kesucian pikiran dan kebatinan yang didapat dengan ketenangan hati, itulah yang mendatangkan kekuasaan. Dan kalau sudah ada ketiga-tiganya itu, maka kemenangan akan menjadi bagian kita; Keduabelas, Bibit, Bebet dan Bobot. Artinya, menganjurkan pemilihan yang seksama di dalam menentukan anak menantu. Pilihlah bibit yang sehat, jenis yang baik, dan berisi (cukup materi). Kurikulum dan Jenis Sekolah Kurikulum sekolah di Taman Siswa, dirancang untuk memberikan pembelajaran kepada peserta didik agar dapat menunjukkan jati dirinya masingmasing. Kurikulum tersebut di antaranya yaitu: 1) isi kurikulum atau rencana pelajaran Taman Siswa bersifat kultural nasional. Tiap-tiap mata pelajaran diberikan sebagai bagian dari peradaban bangsa, dan di mana perlu harus memperbaiki syarat-syarat keadaban untuk disesuaikan dengan zaman. Pemuda-pemuda tidak boleh dikekang oleh ikatan tradisi dan konvensikonvensi yang dapat menghambat pesatnya kemajuan bangsa; 2) segala pelajaran harus dapat membangkitkan perasaan cinta kepada tanah air dan bangsa. Untuk ini, dipentingkan sekali nyanyian-nyanyian tradisional, ceritacerita pahlawan bangsa, darmawisata, dan sebagainya; 3) di samping pendidikan kecerdasan, dipentingkan juga penjagaan dan latihan kesusilaan, serta pendidikan kebudayaan yang bersifat kebangsaan; 4) bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa pengantar diwajibkan, dan bahasa daerah yang penting diajarkan secukupnya dalam daerahnya masingmasing. Adapun bahasa asing diberikan untuk keperluan melanjutkan pelajaran dan menambah perhubungan dengan luar negeri. Sedangkan jenis-jenis sekolah yang diadakan oleh Taman Siswa terdiri dari beberapa sekolah dengan tingkatan yang berbeda-beda. Jenis-jenis sekolah tersebut di antaranya adalah: 1) Taman Indriya (Taman Kanak-Kanak Taman Siswa): umur 5-6 tahun; 2) Taman Anak (kelas I-III) umur 6-10 tahun; 3) Taman Muda (Kelas IV-VI): umur tahun; 4) Taman Dewasa (SMP); 5) Taman Madya (SMA); 6) Taman Guru B I: Calon Guru SD, dibagi menjadi tiga, yaitu: a) Taman Guru B II: (1 tahun sesudah Taman Guru B I) ; b) Taman Guru B III: (1 tahun sesudah Taman Guru B II); c) Taman Guru Indriya: (SLTP + 2 tahun); 7) Taman Masyarakat, Taman Tani, dan Taman Rini (untuk wanita); 8) Taman Karti untuk pertukangan, (diadakan di beberapa tempat saja) Bentuk Organisasi Pendidikan Sesuai dengan sifat pendidikannya (kultural nasional), maka Taman Siswa sebagai organisasi pendidikan berbentuk: 1) Perguruan, adalah tempat berguru, yaitu tempat murid-murid mendapatkan pendidikan, dan juga tempat kediaman guru. Jadi gedung perguruan, di samping tempat mengajar, juga tempat anak-anak berkumpul dengan gurunya sehabis berguru. Juga tempat pertemuan, perayaan dan sebagainya. Ruangruangnya dibuat praktis, dinding-dinding

11 Dheny Wiratmoko, Sistem Pendidikan Taman Siswa...11 antar kelas mudah dibuka, sehingga merupakan ruangan yang luas; 2) Pondok-Asrama. Selain guru-guru, juga murid-murid yang berasal dari tempat lain, berdiam di perguruan yang sudah bersifat asrama. Pondok-asrama ini menjadi salah satu alat pendidikan di Taman Siswa. Pondok untuk anak lakilaki disebut Wisma Priya, sedang untuk anak-anak perempuan disebut Wisma Rini. Pondok itu selalu berada di bawah pengawasan para guru dan sifat kekeluargaan tetap terpelihara. Menurut pendapat Ki Hajar Dewantara, pendidikan dengan Sistem Among memakai cara pondok-asrama, karena dengan cara itu dapatlah ketiga lingkungan pendidikan bekerja bersamasama yaitu lingkungan keluarga, perguruan, dan perkumpulan pemuda. Persatuan ketiga corak ligkungan pendidikan tersebut penting sekali untuk sempurnanya pendidikan (Sistem Tri Pusat Pendidikan). Di sisi yang sama pendidikan Taman Siswa juga identik dengan model Tri Pusat Pendidikan, yang meliputi alam keluarga, alam perguruan dan alam pemuda. Alam keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan yang terpenting. Tugasnya adalah mendidik budi pekerti dan tingkah laku sosial. Alam perguruan merupakan pusat pendidikan yang berkewajiban untuk mengusahakan kecerdasan pikiran dan memberi ilmu pengetahuan. Alam pemuda merupakan pusat pendidikan yang membantu menuju kecerdasan jiwa maupun budi pekerti. Sistem pendidikan yang mengemukakan adanya tiga pusat pendidikan itulah yang dinamakan Sistem Tri Pusat (Soeratman, 1983/1984: 85). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Ki Hajar Dewantara telah dikenal secara luas sebagai tokoh pergerakan nasional yang berperan dalam mewujudkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Di Indonesia, khususnya di kalangan para pendidik, beliau dikenal sebagai tokoh yang berjuang untuk memberi jawaban terhadap pertanyaan: Pendidikan apakah yang paling cocok untuk anakanak Indonesia? Jawaban yang paling tepat untuk masalah itu adalah: Pendidikan Nasional. Pendidikan Nasional merupakan sebuah ikhtiar untuk memajukan bangsa Indonesia agar bebas dari belenggu penjajahan. Usaha menyalenggarakan pendidikan nasional tersebut yaitu dengan mendirikan Perguruan Kebangsaan Taman Siswa di Yogyakarta. Melalui perguruan Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk kepentingan nusa dan bangsa. Taman Siswa melaksanakan kerja duta dan membantu. Tugas yang pertama dimaksudkan untuk mendidik rakyat agar berjiwa kebangsaan dan berjiwa merdeka, untuk menjadi kader-kader yang sanggup dan mampu mengangkat derajat nusa dan bangsanya sejajar dengan bangsa lain yang merdeka. Tugas yang kedua, kerja membantu, dimaksudkan untuk membantu perluasan pendidikan dan pengajaran yang pada saat itu sangat dibutuhkan oleh rakyat, sedang jumlah sekolah yang disediakan oleh pemerintah Belanda sangat terbatas. Taman Siswa dalam menjalankan sistem pendidikannya selalu menerapkan kebijakan nonkooperatif terhadap pemerintah kolonial Belanda. Oleh sebab itu, Taman Siswa tidak mau menerima subsidi dari pemerintah kolonial Belanda. Hal tersebut dilakukan, agar Taman Siswa dapat hidup dengan merdeka dalam bertindak dan agar dapat dengan leluasa melaksanakan apa yang telah digariskan sesuai dengan dasar-dasar pendidikan nasional. Sebagai konsekuensinya, Taman Siswa berjalan dengan kekuatan sendiri (mandiri) dengan mendayakan

12 Dheny Wiratmoko, Sistem Pendidikan Taman Siswa...12 seluruh kemampuannya untuk menjalankan pendidikannya tersebut. Untuk itu, pejuang-pejuang Taman Siswa harus berani hidup sederhana penuh pengabdian. Ki Hajar Dewantara selalu mengingatkan, bahwa tugas para pemimpin Taman Siswa ialah terjun ke dalam kalangan masyarakat, menyatukan diri dengan hidup dan penghidupan rakyat, serta menggerakkan rakyat ke arah kemajuan. Dengan demikian, tugas seorang pemimpin adalah untuk membawa orang yang dipimpin menjadi manusia yang merdeka sepenuhnya. Saran Pada prinsipnya mengkaji pemikiran Ki Hajar Dewantara tidak lekang oleh zaman, apalagi pemikirannya dibidang pendidikan. Hanya saja, tidak banyak para pengkaji yang benar-benar inten mengurai filosofis berdiri dan perjuangan Taman Siswa pra dan pasca kemerdekaan. Kajian ini pun, harus diakui bagian darinya. Harapannya para pengkaji berikutnya, dapat mengkajinya secara utuh dan mendalam. Deputi Bidang Pelestarian dan Pengembangan Budaya. Darsiti Soeratman Ki Hajar Dewantara. Jakarta: Depdikbud. Mengenang Ki Hajar Dewantara Bapak Pendidikan Nasional Kita, dalam Media, Edisi Niel, Robert Van The Emergence of the Modern Indonesian Elite. Ab. Zahara Deliar Noer. Munculnya Elit Modern Indonesia. Jakarta : Pustaka Jaya. Parakitri T. Simbolon Menjadi Indonesia. Jakarta: Kompas. Sartono Kartodirdjo Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Soemarsono Riwayat Juang Para Pahlawan Bangsa. Surabaya : Karunia. Tim Materi Pameran Bersama 2007 Jejak-Jejak Perjuangan Pemuda Pelajar Yogyakarta. DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi Sejarah Pendidikan. Semarang: Toha Putra. Agus Sulistya, V., dkk Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Yogyakarta: Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata Deputi Bidang Pelestarian dan Pengembangan Budaya Buku Panduan Museum Perjuangan Yogyakarta (Museum Benteng Vredeburg Unit II). Yogyakarta: Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata

Ki Hadjar Dewantara. Mulai bersekolah dan menjadi wartawan

Ki Hadjar Dewantara. Mulai bersekolah dan menjadi wartawan Ki Hadjar Dewantara Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai pelopor pendidikan untuk masyarakat pribumi di Indonesia ketika masih dalam masa penjajahan Kolonial Belanda. Mengenai profil Ki Hajar Dewantara

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam (PAI) Perspektif Ki Hadjar

BAB V PEMBAHASAN. A. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam (PAI) Perspektif Ki Hadjar BAB V PEMBAHASAN A. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam (PAI) Perspektif Ki Hadjar Dewantara Sebagaimana disebutkan di dalam penegasan istilah bahwa penelitian ini dibatasi pada nilai-nilai Pendidikan Agama

Lebih terperinci

PERJUANGAN PERGERAKAN BANGSA INDONESIA. Taat, Nasionalisme dan Jatidiri Bangsa,

PERJUANGAN PERGERAKAN BANGSA INDONESIA. Taat, Nasionalisme dan Jatidiri Bangsa, PERJUANGAN PERGERAKAN BANGSA INDONESIA Budi Utomo Tanda-tanda lahirnya gerakan nasional yang teratur mulai tampak saat Budi Utomo mucul pada tahun 20 Mei 1908. Perkumpulan ini beranggotakan kaum intelektual

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA - 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA I. UMUM Salah satu tujuan bernegara yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

BAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA

BAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA BAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA A. Pencetus Sistem Among Sistem among adalah hasil pemikiran dari Ki Hajar Dewantara, Ki hajar dewantara terlahir dengan nama Raden Mas Suwardi Suryaningrat pada

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN. dari hasil wawancara dengan informan, observasi di lapangan maupun datadata

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN. dari hasil wawancara dengan informan, observasi di lapangan maupun datadata BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data Paparan data temuan penelitian adalah pengungkapan dan pemaparan data maupun temuan yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan baik dari

Lebih terperinci

Aliran Pendidikan di Indonesia

Aliran Pendidikan di Indonesia Aliran Pendidikan di Indonesia Afid Burhanuddin Aliran Pendidikan di Indonesia Taman Siswa; INS Kayutaman; Muhammadiyah; Maarif Afid Burhanuddin, M.Pd. 1 Taman Siswa Taman Siswa Taman Siswa didirikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat mewujudkan semua potensi diri manusia dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selaku Pimpinan Yayasan Persatuan Perguruan Tamansiswa mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. selaku Pimpinan Yayasan Persatuan Perguruan Tamansiswa mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa yang berkedudukan di Yogyakarta selaku Pimpinan Yayasan Persatuan Perguruan Tamansiswa mempunyai kewenangan untuk pengesahan Majelis

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA

PERKEMBANGAN PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA PERKEMBANGAN PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA A. LATAR BELAKANG MUNCULNYA PERGERAKAN KEBANGSAAN Politik DRAINAGE Belanda mengeruk kekayaan dari negara Indonesia untuk kepentingan dan kesejahteraan negara

Lebih terperinci

SOAL CPNS PANCASILA. Petunjuk! Pilihlah jawaban yang paling tepat!

SOAL CPNS PANCASILA.  Petunjuk! Pilihlah jawaban yang paling tepat! Petunjuk! Pilihlah jawaban yang paling tepat! SOAL CPNS PANCASILA 1. Toleransi dalam kehidupan antar umat beragama berarti. a. Persebaran agama dapat dilakukan kepada siapa saja dan dimana saja b. Setiap

Lebih terperinci

Dengan Kecerdasan Jiwa Menuju ke Arah Kesejahteraan

Dengan Kecerdasan Jiwa Menuju ke Arah Kesejahteraan 1 of 7 10/12/2015 09:27 AM Sowing The Seed of Liberation Dengan Kecerdasan Jiwa Menuju ke Arah Kesejahteraan Taman Siswa adalah sebuah nama untuk sebuah Perguruan Nasional yang berdiri pada 3 Juli 1922,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131, 2010 PENDIDIKAN. Kepramukaan. Kelembagaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5169) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA KEBANGKITAN NASIONAL SEBAGAI TONGGAK PERGERAKAN NASIONAL PADA AWAL ABAD KE XX. 4.1 Kebangkitan Nasional dan Pergerakan Nasional

BAB IV MAKNA KEBANGKITAN NASIONAL SEBAGAI TONGGAK PERGERAKAN NASIONAL PADA AWAL ABAD KE XX. 4.1 Kebangkitan Nasional dan Pergerakan Nasional BAB IV MAKNA KEBANGKITAN NASIONAL SEBAGAI TONGGAK PERGERAKAN NASIONAL PADA AWAL ABAD KE XX 4.1 Kebangkitan Nasional dan Pergerakan Nasional Kebangkitan Nasional adalah tonggak sejarah bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA A. Pengertian Perkawinan Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan nomor 1 Tahun 1974. Pengertian perkawinan menurut Pasal

Lebih terperinci

Lampiran 1. Foto Ki Hadjar Dewantara

Lampiran 1. Foto Ki Hadjar Dewantara LAMPIRAN 104 Lampiran 1. Foto Ki Hadjar Dewantara Sumber: Buku Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama: Pendidikan, Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa pada tahun 1977. 105 Lampiran 2. Azas-azas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun tidak lepas dari intrik-intrik politik dan memiliki tujuan didalamnya, hal yang pada awalnya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Hasil penelitian menunjukkan bahwa filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara merupakan sistem konsep pendidikan yang bersifat kultural nasional. Sekalipun Ki Hadjar

Lebih terperinci

Kumpulan Soal CPNS Pancasila

Kumpulan Soal CPNS Pancasila Kumpulan Soal CPNS Pancasila Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Toleransi dalam kehidupan antar umat beragama berarti. a. Persebaran agama dapat dilakukan kepada siapa saja dan dimana saja b. Setiap

Lebih terperinci

SEBAB MUNCULNYA NASIONALISME

SEBAB MUNCULNYA NASIONALISME NASIONALISME Nasionalisme diartikan sebagai perangkat nilai atau sistem legitimasi baru yang mendasari berdirinya sebuah negara baru Dekolonisasi diartikan sebagai proses menurunnya kekuasaan negara-negara

Lebih terperinci

Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Bangsa Barat Sebelum dan Setelah Abad 20

Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Bangsa Barat Sebelum dan Setelah Abad 20 Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Bangsa Barat Sebelum dan Setelah Abad 20 Anggota kelompok 3: 1. Ananda Thalia 2. Budiman Akbar 3. Farrel Affieto 4. Hidayati Nur Trianti Strategi Perlawanan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

Kajian IPS Mengenai Zaman Pergerakan Nasional

Kajian IPS Mengenai Zaman Pergerakan Nasional Kajian IPS Mengenai Zaman Pergerakan Nasional Oleh: Didin Saripudin Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Konsep IPS-Sejarah dalam Memaknai Zaman Pergerakan Nasional di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa Indonesia memang sangat majemuk. Oleh karena itu lahir sumpah pemuda, dan semboyan bhineka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah peristiwa yang terjadi begitu saja. Peristiwa tersebut adalah sebuah akumulasi sebuah perjuangan

Lebih terperinci

PEMAHAMAN SISWA TERHADAP PEMIKIRAN PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA DI SMA TAMAN MADYA SE-KOTA YOGYAKARTA ARTIKEL JURNAL

PEMAHAMAN SISWA TERHADAP PEMIKIRAN PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA DI SMA TAMAN MADYA SE-KOTA YOGYAKARTA ARTIKEL JURNAL PEMAHAMAN SISWA TERHADAP PEMIKIRAN PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA DI SMA TAMAN MADYA SE-KOTA YOGYAKARTA ARTIKEL JURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk

Lebih terperinci

PERJUANGAN EMANSIPASI ORGANISASI WANITA TAMAN SISWA DI YOGYAKARTA TAHUN

PERJUANGAN EMANSIPASI ORGANISASI WANITA TAMAN SISWA DI YOGYAKARTA TAHUN PERJUANGAN EMANSIPASI ORGANISASI WANITA TAMAN SISWA DI YOGYAKARTA TAHUN 1922-1945 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012

Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012 Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA UPACARA PENGANUGERAHAN GELAR PAHLAWAN

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PERSPEKTIF KI HAJAR DEWANTARA

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PERSPEKTIF KI HAJAR DEWANTARA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PERSPEKTIF KI HAJAR DEWANTARA Rohmatun Nurul Hidayah Jurusan Tarbiyah, Skolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ngawi Email : h_day240990@yahoo.com ABSTRAK Pendidikan anak usia dini pada

Lebih terperinci

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nasionalisme atau rasa kebangsaan tidak dapat dipisahkan dari sistem pemerintahan yang berlaku di sebuah negara. Nasionalisme akan tumbuh dari kesamaan cita-cita

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 2. TEKS BIOGRAFILatihan Soal 2.2

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 2. TEKS BIOGRAFILatihan Soal 2.2 SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 2. TEKS BIOGRAFILatihan Soal 2.2 1. Perjalanan hidup Ki Hajar Dewantara benar-benar ditandai dengan perjuangan dan pengabdian pada kepentingan bangsa dan negara. Ki Hajar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Silaturahim dg Paskibraka, di Jakarta, tgl.18 Agt 2014 Senin, 18 Agustus 2014

Sambutan Presiden RI pd Silaturahim dg Paskibraka, di Jakarta, tgl.18 Agt 2014 Senin, 18 Agustus 2014 Sambutan Presiden RI pd Silaturahim dg Paskibraka, di Jakarta, tgl.18 Agt 2014 Senin, 18 Agustus 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA SILATURAHIM PRESIDEN RI DENGAN PASKIBRAKA, PASUKAN

Lebih terperinci

MAKNA PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA

MAKNA PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA MAKNA PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Manajemen Dosen Pengampu: Dr. A. Siswanto, M.SEM. Disusun Oleh: Sumini NIM. 2016081073 Swesti Intan Pramesti

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL UUD 1945 ( waktu : 36 menit )

LATIHAN SOAL UUD 1945 ( waktu : 36 menit ) LATIHAN SOAL UUD 1945 ( waktu : 36 menit ) 1. Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas a. anggota Mahkamah Konstitusi dan anggota anggota Dewan Perwakilan Rakyat b. anggota Mahkamah Konstitusi dan anggota

Lebih terperinci

Pengantar Presiden RI pada Hari Pramuka ke-53, di Cibubur, Jakarta, Tgl. 14 Agustus 2014 Kamis, 14 Agustus 2014

Pengantar Presiden RI pada Hari Pramuka ke-53, di Cibubur, Jakarta, Tgl. 14 Agustus 2014 Kamis, 14 Agustus 2014 Pengantar Presiden RI pada Hari Pramuka ke-53, di Cibubur, Jakarta, Tgl. 14 Agustus 2014 Kamis, 14 Agustus 2014 PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA HARI PRAMUKA KE-53 DI LAPANGAN BUMI PERKEMAHAN

Lebih terperinci

BAB III GURU PROFESIONAL MENURUT KI HAJAR DEWANTARA. dilahirkan hari kamis legi tanggal 2 puasa 1303 H, atau pada tanggal 2 Mei

BAB III GURU PROFESIONAL MENURUT KI HAJAR DEWANTARA. dilahirkan hari kamis legi tanggal 2 puasa 1303 H, atau pada tanggal 2 Mei BAB III GURU PROFESIONAL MENURUT KI HAJAR DEWANTARA A. Biografi Ki Hajar Dewantara Ki Hajar Dewantara yang nama aslinya Suwardi Surya Ningrat dilahirkan hari kamis legi tanggal 2 puasa 1303 H, atau pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia di jajah oleh bangsa Eropa kurang lebih 350 tahun atau 3.5 abad, hal ini di hitung dari awal masuk sampai berakhir kekuasaannya pada tahun 1942. Negara eropa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pancasila lahir pada tanggal 1 Juni 1945 dan resmikan pada tanggal 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia adalah

Lebih terperinci

RESUME BUKU. : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Dari. Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2)

RESUME BUKU. : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Dari. Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2) RESUME BUKU Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional dari Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2) Penulis : Sartono Kartodirdjo Judul : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah

Lebih terperinci

SAMBUTAN KETUA DPRD KABUPATEN KEBUMEN P A D A MALAM TASYAKURAN HARI ULANG TAHUN PROKLAMASI KE 72 TAHUNREPUBLIK INDONESIA Rabu, 16 Agustus 2017

SAMBUTAN KETUA DPRD KABUPATEN KEBUMEN P A D A MALAM TASYAKURAN HARI ULANG TAHUN PROKLAMASI KE 72 TAHUNREPUBLIK INDONESIA Rabu, 16 Agustus 2017 SAMBUTAN KETUA DPRD KABUPATEN KEBUMEN P A D A MALAM TASYAKURAN HARI ULANG TAHUN PROKLAMASI KE 72 TAHUNREPUBLIK INDONESIA Rabu, 16 Agustus 2017 Assalamu alaikum Wr. Wb. Selamat Malam, Salam Sejahtera bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan. dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan saat ini ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan. dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan saat ini ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan Pendidikan sudah dimulai sejak adanya manusia. Pendidikan itu diperoleh dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak masuknya bangsa Belanda dan tata-hukumnya di nusantara tahun 1596

I. PENDAHULUAN. Sejak masuknya bangsa Belanda dan tata-hukumnya di nusantara tahun 1596 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak masuknya bangsa Belanda dan tata-hukumnya di nusantara tahun 1596 berlakulah dualisme hukum di Indonesia, yaitu di samping berlakunya hukum Belanda kuno

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 056 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN KARANG PAMITRAN

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 056 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN KARANG PAMITRAN KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 056 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN KARANG PAMITRAN Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Menimbang : 1. bahwa dalam rangka usaha meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh BAB V A. Kesimpulan PENUTUP Dalam upaya mewujudkan Pendidikan yang secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PIDATO MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI PADA UPACARA HARI PENDIDIKAN NASIONAL 2017 2 MEI 2017 ASSALAMU ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH. SALAM SEJAHTERA DAN BAHAGIA

Lebih terperinci

yang berhubungan dengan aturan agama Islam. Hal yang wajib dilakukan secara tertib adalah melaksanakan shalat. Shalat merupakan tiang agama Islam

yang berhubungan dengan aturan agama Islam. Hal yang wajib dilakukan secara tertib adalah melaksanakan shalat. Shalat merupakan tiang agama Islam 1 NYAI AHMAD DAHLAN Bangsa Indonesia pada umumnya, khususnya keluarga besar Muhammadiyah dan Aisiyah di manapun berada, selayaknyalah menyambut gembira Surat Keputusan Republik Indonesia, Jenderal Soeharto

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penghadangan terhadap tentara Jepang di daerah Kubang Garut oleh

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan

Lebih terperinci

MEMAHAMI HAKIKAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

MEMAHAMI HAKIKAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL MEMAHAMI HAKIKAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL Oleh INDRIYANTO Saya menyampaikan selamat memperingati hari pendidikan nasional yang ke-54 tanggal 2 Mei 2013 kepada seluruh warga Negara Indonesia di manapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia, khususnya siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis (Renstra) Depdiknas

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PROGRAM PENYEBARAN DAN PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH Dl PERSADA NUSANTARA

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PROGRAM PENYEBARAN DAN PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH Dl PERSADA NUSANTARA 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PROGRAM PENYEBARAN DAN PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH Dl PERSADA NUSANTARA Yang saya hormati, Tanggal : 11 Agustus 2008 Pukul : 09.30 WIB Tempat : Balai

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL SEJARAH Perjuangan Bangsa ( waktu : 30 menit)

LATIHAN SOAL SEJARAH Perjuangan Bangsa ( waktu : 30 menit) Langkah untuk mendapatkan kunci jawaban dan pembahasan download di Latihan Soal CPNS Sejarah (Perjuangan Bangsa Kode E) Ferry Andriyanto, S. Pd. 1. Preanger Stelsel mewajibkan rakyat Indonesia untuk menanam

Lebih terperinci

SURAT KEPERCAYAAN GELANGGANG SENIMAN MERDEKA INDONESIA

SURAT KEPERCAYAAN GELANGGANG SENIMAN MERDEKA INDONESIA Surat Kepercayaan Gelanggang SURAT KEPERCAYAAN GELANGGANG SENIMAN MERDEKA INDONESIA Kami adalah ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia dan kebudayaan ini kami teruskan dengan cara kami sendiri. kami

Lebih terperinci

ZAMAN PERGERAKAN NASIONAL

ZAMAN PERGERAKAN NASIONAL ZAMAN PERGERAKAN NASIONAL Faktor ekstern dan intern lahirnya nasionalisme Indonesia. Faktor ekstern: Kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905 yang menyadarkan dan membangkitkan bangsa-bangsa Asia untuk

Lebih terperinci

Kamis, 29 November 2012

Kamis, 29 November 2012 BUPATI KULON PROGO Sambutan Pada Upacara PERINGATAN HUT KE-41 KORPRI & HUT KE- 67 PGRI KABUPATEN KULONPROGO TAHUN 2012 Kamis, 29 November 2012 Asasalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam sejahtera

Lebih terperinci

MODUL POLA KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL HINGGA KEMERDEKAAN MATERI : HUBUNGAN POLITIK ETIS DENGAN PERGERAKAN NASIONAL

MODUL POLA KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL HINGGA KEMERDEKAAN MATERI : HUBUNGAN POLITIK ETIS DENGAN PERGERAKAN NASIONAL MODUL POLA KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL HINGGA KEMERDEKAAN MATERI : HUBUNGAN POLITIK ETIS DENGAN PERGERAKAN NASIONAL Fredy Hermanto, S. Pd., M.Pd. PPG DALAM JABATAN Kementerian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan Tamansiswa, yaitu melaksanakan sepenuhnya ketentuan dari sistem pendidikan nasional dengan tetap mengamalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA ABSTRAK Prinsip-prinsip pembangunan politik yang kurang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila telah membawa dampak yang luas dan mendasar bagi kehidupan manusia Indonesia.

Lebih terperinci

Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR

Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/Semester : VI / I Alokasi Waktu : 6 x 35 Menit Standar Kompetensi 1. Menghargai nilai-nilai juang dalam proses

Lebih terperinci

Berilah tanda (X) pada huruf a, b, c, atau d sebagai jawaban yang paling tepat!

Berilah tanda (X) pada huruf a, b, c, atau d sebagai jawaban yang paling tepat! SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 BERBAH ULANGAN HARIAN 1 KELAS VIII SEMESTER GASAL TAHUN 2016 Waktu: 50 menit Berilah tanda (X) pada huruf a, b, c, atau d sebagai jawaban yang paling tepat! 1. Sikap positif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Revitalisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Untuk Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

BAB IV KONTRIBUSI PENDIDIKAN KARAKTER PRESPEKTIF KI HADJAR DEWANTARA. akhlak anak didik yang nyaris kehilangan karakter di era globalisasi ini, maka

BAB IV KONTRIBUSI PENDIDIKAN KARAKTER PRESPEKTIF KI HADJAR DEWANTARA. akhlak anak didik yang nyaris kehilangan karakter di era globalisasi ini, maka BAB IV KONTRIBUSI PENDIDIKAN KARAKTER PRESPEKTIF KI HADJAR DEWANTARA Pendidikan nasional saat ini memiliki segudang persoalan. Mengingat akhlak anak didik yang nyaris kehilangan karakter di era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi perilaku anak yang semakin hilangnya nilai-nilai karakter bangsa. Hilangnya nilai-nilai karakter bangsa

Lebih terperinci

Asas dan dasar negara Kebangsaan republik Indonesia. Asas dan dasar itu terdiri atas lima hal yaitu: 1. Peri Kebangsaan 2. Peri kemanusiaan 3.

Asas dan dasar negara Kebangsaan republik Indonesia. Asas dan dasar itu terdiri atas lima hal yaitu: 1. Peri Kebangsaan 2. Peri kemanusiaan 3. PANCASILA LANJUT Asas dan dasar negara Kebangsaan republik Indonesia. Asas dan dasar itu terdiri atas lima hal yaitu: 1. Peri Kebangsaan 2. Peri kemanusiaan 3. Peri ketuhanan 4. Peri kerakyatan 5. Kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemuda sebagai generasi penerus sebuah bangsa, kader Selakigus aset. pengawasan pelaksanaan kenegaraan hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Pemuda sebagai generasi penerus sebuah bangsa, kader Selakigus aset. pengawasan pelaksanaan kenegaraan hingga saat ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemuda sebagai generasi penerus sebuah bangsa, kader Selakigus aset masyarakat. Seseorang atau komunitas manusia muda yang biasa di identikan dengan ke dinamisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai nasionalisme merupakan jiwa bangsa Indonesia yang akan terus melekat selama bangsa Indonesia masih ada. Nasionalisme bukanlah suatu pengertian yang sempit

Lebih terperinci

BAB IV PEMUDA DAN SOSIALISASI

BAB IV PEMUDA DAN SOSIALISASI BAB IV PEMUDA DAN SOSIALISASI A. MASALAH-MASALAH KEPEMUDAAN Masalah pemuda merupakan masalah yang selalu dialami oleh setiap generasi dalam hubungannya dengan generasi yang lebih tua. Masalah yang dialami

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 48 TAHUN 1960 TENTANG PENGAWASAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN ASING PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 48 TAHUN 1960 TENTANG PENGAWASAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN ASING PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 48 TAHUN 1960 TENTANG PENGAWASAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN ASING PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perlu mengadakan ketentuan-ketentuan

Lebih terperinci

KI HADJAR DEWANTARA PERANNYA DALAM MEMPERJUANGKAN PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN

KI HADJAR DEWANTARA PERANNYA DALAM MEMPERJUANGKAN PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN KI HADJAR DEWANTARA PERANNYA DALAM MEMPERJUANGKAN PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 1922-1959 (KI HADJAR DEWANTARA ROLE IN THE STRUGGLE FOR NATIONAL EDUCATION IN 1922-1959) Taufiq Hari Setiono (taufiqharisetiono@yahoo.co.id)

Lebih terperinci

YODI PERMANA PENGAMALAN PANCASILA PENDIDIKAN PANCASILA JURUSAN SISTEM INFORMASI

YODI PERMANA PENGAMALAN PANCASILA PENDIDIKAN PANCASILA JURUSAN SISTEM INFORMASI TUGAS AKHIR YODI PERMANA 11.12.5667 PENGAMALAN PANCASILA PENDIDIKAN PANCASILA JURUSAN SISTEM INFORMASI DOSEN : Drs. Muhammad Idris P, M PENDAHULUAN Sebagai warga negara yang setia pada nusa dan bangsa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan Politik Etis dalam bidang pendidikan yang diberlakukan oleh

I. PENDAHULUAN. Kebijakan Politik Etis dalam bidang pendidikan yang diberlakukan oleh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan Politik Etis dalam bidang pendidikan yang diberlakukan oleh pemerintah Hindia Belanda memang membuka kesempatan banyak bagi pemudapemuda Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1954 TENTANG TANDA KEHORMATAN SEWINDU ANGKATAN PERANG REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1954 TENTANG TANDA KEHORMATAN SEWINDU ANGKATAN PERANG REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 1954 TENTANG TANDA KEHORMATAN SEWINDU ANGKATAN PERANG PRESIDEN, Menimbang : 1.bahwa masa satu windu, sejak saat diresmikan berdirinya Angkatan Perang Republik Indonesia pada

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai

Lebih terperinci

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO Membangun kembali fundamental ekonomi yang sehat dan mantap demi meningkatkan pertumbuhan, memperluas pemerataan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sebelumnya yang Relevan Penelitian tentang nilai-nilai moral sudah pernah dilakukan oleh Lia Venti, dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Barat, pendidikan di Sumatra Timur bersifat magis religius yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Barat, pendidikan di Sumatra Timur bersifat magis religius yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pendidikan sudah dimulai sejak adanya manusia. Manusia yang ingin mencapai tingkat kemajuan harus menempuh pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Namun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kesempatan lebih luas bagi kaum wanita untuk lebih berkiprah maju

I. PENDAHULUAN. memberikan kesempatan lebih luas bagi kaum wanita untuk lebih berkiprah maju 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan babak baru bagi perjuangan rakyat Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan dan pembelajaran yang secara programatik-prosedural berupaya memanusiakan dan membudayakan serta memberdayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam UU no. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

Tanggal 17 Agustus Assalamu alaikum Wr. Wb. Selamat pagi dan Salam sejahtera bagi kita sekalian.

Tanggal 17 Agustus Assalamu alaikum Wr. Wb. Selamat pagi dan Salam sejahtera bagi kita sekalian. BUPATI KULON PROGO SAMBUTAN PADA ACARA UPACARA BENDERA 17 AGUSTUS 2014 DALAM RANGKA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE 69 PROKLAMASI KEMERDEKAAN R I TINGKAT KABUPATEN KULON PROGO Tanggal 17 Agustus 2014 Assalamu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia pada periode 1945-1950 merupakan sejarah yang menentukan masa depan bangsa ini, karena pada periode inilah bangsa Indonesia mencapai titik puncak perjuangan

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM SEJARAH PERJUANGAN BANGSA

PANCASILA DALAM SEJARAH PERJUANGAN BANGSA Modul ke: PANCASILA DALAM SEJARAH PERJUANGAN BANGSA Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri www.mercubuana.ac.id DR. Rais Hidayat, M.Pd Kompetensi Mahasiswa dapat mengetahui sejarah Pancasila Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya untuk mewujudkan kekuasaan warga negara untuk dijalankan oleh pemerintahan

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2015

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2015 SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2015 Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Di hari yang membahagiakan ini, ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengecap pahitnya penderitaan dalam sejarah masa lalunya sebagai bangsa

BAB I PENDAHULUAN. mengecap pahitnya penderitaan dalam sejarah masa lalunya sebagai bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan satu dari sekian bangsa yang pernah mengecap pahitnya penderitaan dalam sejarah masa lalunya sebagai bangsa yang dijajah bangsa lain.

Lebih terperinci

EKSISTENSI SANGGAR TARI KEMBANG SORE PUSAT - YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati

EKSISTENSI SANGGAR TARI KEMBANG SORE PUSAT - YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati EKSISTENSI SANGGAR TARI KEMBANG SORE PUSAT - YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati Pengaruh era globalisasi sangat terasa di berbagai sendi kehidupan bangsa Indonesia, tidak terkecuali di Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB 6: SEJARAH PERGERAKAN NASIONAL

BAB 6: SEJARAH PERGERAKAN NASIONAL www.bimbinganalumniui.com 1. Kemenangan Jepang atas Rusia dalam perang tahun 1904 1905 membuktikan bahwa Jepang sanggup menyamai bahkan melebihi salah satu negara Barat. Kemenangan Jepang tahun 1905 menyadarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pelecehan-pelecehan yang dilakukan oleh aparat-aparat yang. beralasan dari masyarakat pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pelecehan-pelecehan yang dilakukan oleh aparat-aparat yang. beralasan dari masyarakat pada umumnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman modern ini, keberadaan kaum waria seakan penuh dengan nilai-nilai negatif dalam pribadi seseorang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem,

Lebih terperinci

BAB I PARTAI POLITIK PADA MASA PENJAJAHAN

BAB I PARTAI POLITIK PADA MASA PENJAJAHAN BAB I PARTAI POLITIK PADA MASA PENJAJAHAN Kepartaian yang terjadi di Indonesia, sudah mulai tumbuh dan berkembang sejak masa kolonial Belanda, untuk hal yang menarik untuk disimak dalam buku ini, dimulai

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI Pd Pertemuan dg Veteran dan Pejuang Perang..., tgl 23 Mar 2014, di Bali Minggu, 23 Maret 2014

Sambutan Presiden RI Pd Pertemuan dg Veteran dan Pejuang Perang..., tgl 23 Mar 2014, di Bali Minggu, 23 Maret 2014 Sambutan Presiden RI Pd Pertemuan dg Veteran dan Pejuang Perang..., tgl 23 Mar 2014, di Bali Minggu, 23 Maret 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERTEMUAN DENGAN VETERAN DAN PEJUANG PERANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II BIOGRAFI DAN KARYA KI HADJAR DEWANTARA. Ki Hadjar Dewantara merupakan figur yang selalu menjadi kebanggaan

BAB II BIOGRAFI DAN KARYA KI HADJAR DEWANTARA. Ki Hadjar Dewantara merupakan figur yang selalu menjadi kebanggaan BAB II BIOGRAFI DAN KARYA KI HADJAR DEWANTARA Ki Hadjar Dewantara merupakan figur yang selalu menjadi kebanggaan bangsa Indonesia terutama di dunia pendidikan, sebagai tokoh yang mempunyai jiwa pejuang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Teori a. Ki Hadjar Dewantara Ki Hadjar Dewantara dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei tahun 1889 dengan nama R.M Suwardi Suryaningrat. Masa

Lebih terperinci