BAB V SIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI. Setelah melakukan pengujian hipotesis yang diajukan dan membahas hasil-hasilnya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V SIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI. Setelah melakukan pengujian hipotesis yang diajukan dan membahas hasil-hasilnya"

Transkripsi

1 BAB V SIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI Setelah melakukan pengujian hipotesis yang diajukan dan membahas hasil-hasilnya dalam bab sebelumnya, tahap selanjutnya adalah menyimpulkan hasil penelitian sesuai dengan tujuan penelitian ini. Selain itu, bagian ini juga akan menunjukkan implikasi dan keterbatasan pernelitian ini. A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab 4 dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, pengaruh pembingkaian kontrak insentif (bonus) terhadap pengambilan kebijakan akuntansi oleh CFO ketika menyajikan laporan keuangan didukung. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa pembingkaian sebagai salah satu penjelasan teori prospek dapat digunakan untuk menjelaskan keputusan yang dilakukan CFO, dalam hal ini CFO disulih dengan mahasiswa bisnis yang ada di beberapa perguruan tinggi antara lain Universitas Gadjah Mada, STIE YKPN dan Universitas Diponegoro. CFO yang kompensasinya dibingkai positif cenderung bersikap risk-averse dengan membuat keputusan yang lebih konservatif dalam pelaporan keuangannya daripada yang kompensasinya dibingkai dengan negatif. Berdasarkan teori prospek (Kahneman dan Tversky, 1979), pembingkaian positif menempatkan individu dalam kondisi menguntungkan, sehingga ia akan cenderung risk-averse. Sedangkan, bingkai negatif menempatkan individu dalam kondisi rugi, sehingga ia cenderung akan bersikap risk taker. Sikap 131

2 risk-averse dan risk taker CFO tercermin dalam mengambil kebijakan atau keputusan ketika menyajikan laporan keuangan. Sikap risk-averse cenderung akan membuat kebijakan atau keputusan yang relatif lebih konservatif daripada sikap risk taker. Kedua, hasil pengujian terhadap hipotesis 2 juga menunjukkan adanya dukungan, bahwa tingkat litigasi berpengaruh terhadap pengambilan kebijakan akuntansi CFO ketika menyajikan laporan keuangan. Hal itu menunjukkan bahwa ketika individu dihadapkan pada 2 kondisi yang berbeda yaitu kondisi yang tidak pasti tetapi hasilnya besar dan kondisi yang pasti atau lebih pasti tetapi hasilnya kecil, individu tersebut akan memilih kondisi yang pasti meskipun hasilnya kecil. Laba yang kecil tapi pasti lebih dipilih CFO daripada laba yang besar tetapi masih mungkin. Hal itu dikarenakan laba yang besar tersebut masih mungkin berkurang karena perusahaan sedang menghadapi litigasi yang ada kemungkinan kalah di pengadilan. Hasil tersebut sesuai dengan prediksi teori prospek melalui penjelasan certainty effect. Ketiga, hasil pengujian hipotesis berikut menunjukkan bahwa pengaruh tingkat beban pajak terhadap kebijakan akuntansi yang diambil oleh CFO ketika menyajikan laporan keuangan juga didukung. Hal itu menunjukkan bahwa prediksi teori prospek terhadap sikap individu melalui penjelasan endowment effect yang dikembangkan Thaler (1980) dapat digunakan untuk menjelaskan keputusan individu, dalam hal ini CFO yang disulih dengan mahasiswa bisnis, dalam keputusan di ranah akutansi. CFO cenderung enggan untuk melepaskan aset perusahaan untuk membayar pajak. Disutilitas yang dirasakan pengambil keputusan lebih besar ketika mengeluarkan aset daripada utilitas yang dirasakan saat mendapatkan aset tersebut. 132

3 Akuntansi konservatif dapat menjadi pilihan CFO untuk membuat keputusan pelaporan keuangan yang tidak menimbulkan disutilitas bagi stakeholder. Pengakuan laba yang belum pasti sebagai laba akan meningkatkan jumlah kepemilikan dan pajak yang harus dibayarkan. Jika dikemudian hari pengakuan laba tersebut tidak terealisasi seperti yang dilaporkan, maka hal itu dapat menimbulkan disutilitas. Dengan demikian, endowment effect mengindikasikan bahwa individu cenderung akan mempertahankan aset yang ada saat ini. Keempat, berdasarkan hasil pengujian hipotesis 4 yang menyatakan bahwa CFO yang menghadapi kontrak insentif (bonus) yang dibingkai dengan positif (gain) dan litigasi tinggi akan mengambil kebijakan akuntansi yang lebih konservatif daripada CFO yang menghadapi kontrak insentif yang dibingkai negatif (loss) dan tidak ada litigasi menunjukkan hasil yang tidak didukung. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dasar penjelasan kedua variabel yang berbeda diduga menjadi penyebab interaksi kedua variabel tidak signifikan. Selain itu, kekuatan tritmen juga diduga dapat mempengaruhi interaksi tersebut. Pembingkaian positif yang menempatkan seseorang dalam kondisi menguntungkan ketika menyajikan laporan keuangan yang konservatif berbeda dengan penjelasan litigasi tinggi yang mempengaruhi CFO menyajikan laporan keuangan konservatif karena ingin hasil yang pasti. Kelima, hasil pengujian hipotesis 5 yang menyatakan bahwa pengaruh interaksi antara pembingkaian kontrak insentif (bonus) dengan tingkat beban pajak terhadap pengambilan kebijakan akuntansi CFO ketika menyajikan laporan keuangan terbukti tidak didukung. Dengan demikian, 2 (dua) penjelasan teori prospek yaitu pembingkaian dan endowment effect tidak menemukan pengaruh yang 133

4 signifikan dalam pengambilan keputusan pelaporan keuangan yang konservatif. Kondisi yang melatarbelakangi penjelasan pembingkaian dan endowment effect yang berbeda atau tidak saling mendukung diduga menjadi penyebab interaksi yang tidak signifikan. Dengan kata lain, interaksi menyebabkan pengaruh masing-masing variabel tersebut terhadap konservatisma laporan keuangan berkurang atau hilang. Terakhir, hipotesis terakhir yang menyatakan bahwa adanya pengaruh interaksi antara tingkat litigasi dengan tingkat beban pajak terhadap pemilihan metode akuntansi yang dilakukan CFO ketika menyajikan laporan keuangan tidak didukung. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, interaksi antara variabel litigasi yang dijelaskan dengan certainty effect dan pajak yang dijelaskan dengan endowment effect menunjukkan bahwa kedua penjelasan tersebut independen satu dengan yang lain atau tidak saling melengkapi. Certainty effect yang menekankan hasil yang pasti meskipun lebih kecil daripada hasil besar tapi tidak pasti berbeda dengan penjelasan endowmen effet yang menekankan pada sikap enggan individu untuk mengeluarkan aset yang dimiliki. CFO cenderung mengambil kebijakan atau keputusan yang dapat mengurangi pengeluaran aset perusahaan sebesar mungkin. Hal itu terbukti dengan pengambilan kebijakan atau keputusan yang dilakukan CFO ketika menyajikan laporan keuangan yang konservatif. B. Keterbatasan dan Saran Pepatah yang mengatakan bahwa tidak ada gading yang tak retak juga berlaku dalam penelitian ini. Meskipun penulis sudah merasa mengeluarkan seluruh kemampuannya, tetapi hasil penelitian ini jauh dari sempurna. Penulis menyadari bahwa kemampuan yang dimiliki penulis masih sangat terbatas, sehingga tidak 134

5 mampu menangkap berbagai hal yang dapat membuat hasil penelitian ini lebih baik lagi. Beberapa keterbatasan dalam penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, penelitian ini hanya menggunakan ukuran yang sangat terbatas dalam membuat kasus pembingkaian. Ukuran kinerja yang hanya mengukur target yang tidak tercapai tidak dapat menjelaskan lebih lanjut mengenai kondisi perusahaan yang targetnya tercapai atau kondisi kinerja yang berada dibawah target minimal menerima bonus. Dengan hanya mengukur kinerja yang berada di antara batas minimal dan maksimal menerima bonus, hasil penelitian ini tidak mampu menjelaskan secara komprehensif sikap CFO dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya yang terkait dengan keterbatasan tersebut dapat memperbaiki atau melengkapi berbagai kondisi (skenario) yang mungkin terjadi dalam perusahaan dengan berbagai kinerja yang beragam. Hal itu dilakukan agar hasil penelitian benar-benar mampu menangkap berbagai kondisi keuangan, sikap CFO dalam menghadapi kondisi tersebut dan keputusan atau kebijakan akuntansi yang akan diambil. Dampaknya, penelitian tersebut akan banyak membutuhkan effort yang lebih besar untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Waktu, biaya, tenaga, pikiran dan keterlibatan banyak pihak menjadi kunci keberhasilan penelitian selanjutnya. Oleh karena itu, keterbatasan penelitian ini diharapkan dapat teratasi dengan baik. Kedua, penggunaan mahasiswa sebagai penyulih CFO dalam mengambil keputusan atau kebijakan akuntansi ketika menyajikan laporan keuangan merupakan keterbatasan penelitian ini selanjutnya. Hal itu dikarenakan validitas eksternal penelitian ini menjadi berkurang atau rendah karena penggunaan desain eksperimen laboratorium yang menggunakan mahasiswa sebagai partisipan untuk menyulih 135

6 CFO. Sebagian masyarakat menganggap bahwa penggunaan partisipan yang bukan pelaku sebenarnya dalam eksperimen ini dianggap tidak mewakili kondisi yang sebenarnya, sehingga hasilnya tidak dapat digeneralisasi dalam praktik. Meskipun demikian, karena eksperimen ini tidak mengukur pengalaman membuat keputusan atau kebijakan akuntansi ketika menyajikan laporan keuangan maka hasil penelitian ini masih relevan menggunakan mahasiswa bisnis. Penelitian ini menguji sikap manajer dan keputusan atau kebijakan akuntansi yang diambil tanpa menguji pengalaman sehingga mahasiswa bisnis yang berlatar belakang S1 akuntansi memiliki pengetahuan dan psikologi yang tidak jauh berbeda dengan pelaku sebenarnya. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya diharapkan mempertimbangkan penggunaan partisipan sesuai pelaku yang sebenarnya. Dengan menghadirkan pelaku yang sebenarnya dalam penelitian ini diharapkan hasil penelitian mampu mencerminkan kondisi yang sesungguhnya, sehingga hasil penelitian memiliki validitas eksternal yang lebih baik. Dengan kata lain, hasil penelitian ini dapat di generalisasi dalam kondisi yang sesungguhnya. Namun, untuk melakukan eksperimen yang menggunakan pelaku sebenarnya bukanlah pekerjaan yang mudah. Selain sulit untuk menghadirkan CFO yang sesungguhnya, waktu dan biaya menjadi kendala berikutnya, serta berpotensi dapat menimbulkan bias yang lain. Kesibukan menjadi kendala utama karena biasanya CFO memiliki aktivitas yang sangat pada atau sibuk dan membutuhkan kecermatan dan ketelititan tinggi dalam menjalankan tugasnya. Keterbatasan ketiga yaitu terkait dengan pelaksanaan eksperimen. Ketidakmampuan penulis untuk menghadirkan partisipan secara bersamaan 136

7 menjadikan eksperimen ini kemungkinan mengalami bias, khususnya bias histori. Selain dilakukan beberapa kali dalam waktu yang berbeda, eksperimen ini juga dilakukan di beberapa tempat, antara lain di Universitas Gadjah Mada, Universitas Diponegoro dan STIE YKPN. Waktu, tempat, dan jumlah calon partisipan yang terbatas menjadi kendala utama penulis untuk melakukan eksperimen secara serentak. Akibatnya, keterbatasan ini tidak dapat dihindari. Adapun penelitian yang akan datang sebaiknya merancang dan merencanakan ekperimen dalam waktu yang cukup, sehingga waktu pelaksanaan eksperimen, tempat eksperimen dan partisipan yang akan mengikuti eksperimen benar-benar dapat terpenuhi. Namun, lagi-lagi masalah klasik muncul kembali. Agar dapat melaksanakan eksperimen yang baik, yaitu yang dapat menghindari berbagai macam ancaman validitas, baik internal maupun eksternal membutuhkan sumber daya yang tidak kecil. Sumber daya menjadi kunci sukses dalam melakukan eksperimen ini. Penulis harus menyediakan sumber daya yang cukup agar hasil penelitian ini lebih baik. Meskipun demikian, sebagaimana karakteristik dari eksperimen laboratorium yang tidak menekankan pada validitas eksternal, maka kemungkinan tingkat generalisasi masih rendah sangat dimungkinkan. Keempat, keterbatasan yang terkait dengan alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini. Hal itu berkenaan dengan sifat teori prospek yang digambarkan dengan kurva berbentuk S atau tidak linier. Meskipun dalam penelitian ini penulis menguji hipotesis yang sifatnya linier karena hanya membedakan dua kelompok subjek kedalam kelompok yang semakin konservatif dan semakin tidak konservatif, namun bagi peneliti selanjutnya yang ingin menguji teori prospek diharapkan dapat mempertimbangkan penggunaan alat analisis non-linier. 137

8 Terakhir, berkaitan dengan tata bahasa dalam penulisan hasil penelitian maupun kasus yang digunakan dalam eksperimen. Misalnya, penulis hanya menuliskan probabilitas yang totalnya kurang dari 100% dalam kasus, sehingga dikhawatirkan subjek yang kurang jeli membaca kasus tidak memahami dengan sempurna. Oleh karena itu, peneliti selanjutnya diharapkan berhati-hati menggunakan tata bahasa dalam penulisan karya ilmiah, termasuk didalamnya penulisan kasus eksperimen. Bila perlu, penulis dapat menggunakan peer-review atau tenaga profesional yang ahli tata bahasa dalam penulisan tersebut. C. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas, maka penelitian ini memiliki beberapa implikasi penting. Implikasi hasil penelitian ini antara lain, pertama, berkenaan dengan efek pembingkaian. Hasil penelitian mendukung efek pembingkaian (framing effect) yang menjelaskan bahwa individu akan bertindak berdasarkan domainnya. Berdasarkan teori prospek yang dikembangkan oleh Kahneman dan Tversky (1979), hasil tersebut menjadi bukti bahwa teori prospek dapat digunakan untuk menjelaskan keputusan keputusan manajemen di ranah akuntansi. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa CFO yang berada pada domain positif bersikap risk-averse dan cenderung membuat keputusan yang lebih konservatif daripada CFO yang berada pada domain negatif yang cenderung bersikap risk taker dapat digunakan shareholder untuk mengarahkan tindakan manajemen demi kepentingan terbaiknya. Kondisi tersebut didukung dengan fleksibilitas yang dimiliki CFO untuk menggunakan judgment dalam menentukan besarnya biaya, khususnya riset dan pengembangan. 138

9 Kedua, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada saat kinerja tidak mencapai target, CFO cenderung mengambil keputusan atau kebijakan akuntansi yang kurang konservatif. CFO berusaha untuk menyajikan laporan keuangan yang sesuai atau mendekati target ketika kinerjanya diukur dengan kinerja keuangan. Dasar penilaian kinerja yang berbasis keuangan dapat mendorong CFO membuat keputusan atau kebijakan akuntansi yang menghasilkan manfaat pribadi sebesarbesarnya, misalnya untuk mendapatkan kompensasi (bonus) semaksimal mungkin. Selain itu, standar akuntansi pasca konvergensi IFRS menyediakan ruang lebih luas bagi manajemen (CFO) untuk menggunakan judgment-nya dalam menentukan angka-angka akuntansi, dalam hal ini besarnya biaya dan aktiva riset dan pengembangan, yang akan disajikan dalam laporan keuangan memungkinkan CFO untuk menggunakan judgment yang hanya menguntungkan dirinya. Implikasi ketiga penelitian ini yaitu CFO cenderung akan menggunakan fleksibilitasnya untuk membuat judgmentnya yang terbaik bagi perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang sedang menghadapi litigasi, khususnya yang terkait dengan masalah keuangan perusahaan, cenderung menyajikan laporan keuangan yang konservatif menunjukkan bahwa CFO ingin memberikan kepastian dari angkaangka yang disajikan dalam laporan keuangan. Dengan membuat kebijakan untuk segera membebankan biaya yang timbul dari kemungkinan kalah di pengadilan sebesar probabilitasnya, maka dapat mengurangi ketidakpastian laba yang disajikan dalam laporan keuangan. Karena, bila tidak segera membebankan biaya litigasi tersebut akan meningkatkan ketidakpastian laba yang dilaporkan. Hal ini dapat dijadikan sebagai petunjuk awal mengenai kondisi keuangan bagi para stakeholder dalam mengambil keputusan. Sebaliknya, bagi perusahaan yang tidak sedang 139

10 bermasalah di pengadilan cenderung membuat laporan keuangan yang kurang konservatif. Hal itu dapat mendorong CFO untuk membuat kebijakan yang terlalu optimis mengenai kondisi keuangan perusahaan, sehingga dapat memicu timbulnya ketidakpastian. Keempat, implikasi untuk perpajakan dapat disampaikan bahwa perusahaan yang memiliki potensi untuk menghasilkan laba yang besar cenderung membuat keputusan atau kebijakan akuntansi yang merendahkan labanya. Hal itu dilakukan untuk menekan atau menurunkan kewajiban membayar pajak yang didasakan pada laba perusahaan. Standar akuntansi yang masih menyediakan berbagai metode dan kebijakan akuntansi yang dapat dipilih memungkinkan CFO untuk melakukan hal itu. Upaya untuk menghindari beban pajak yang besar dapat dilakukan dengan membuat kebijakan akuntansi yang dapat merendahkan laba dengan dalih fair value. Fair value dapat dijadikan alasan manajemen (CFO) ketika harga pasar dari aset perusahaan tidak tersedia. Peluang untuk menggunakan judgment sebesar-besarnya dalam menentukan nilai aset yang tidak memiliki nilai wajar dapat menjadi pintu masuk untuk membuat keputusan yang kurang terpuji. Oleh karena itu, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu masukan bagi para penyusun dalam menyusun standar akuntansi, khususnya ketika aset tidak memiliki harga pasar atau nilai wajar. Kelima, implikasi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa standar akuntansi pasca konvergensi IFRS masih memberikan peluang bagi manajemen (CFO) untuk melakukan tindakan-tindakan yang hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu. Meskipun, IFRS mengklaim dirinya lebih baik dalam menyajikan angka-angka akuntansi dalam laporan keuangan karena mampu mengeliminasi prinsip 140

11 konservatisma yang dianggap bias melalui fair value, namun hal itu justru membuat peluang lebih luas bagi manajemen (CFO) untuk membuat keputusan atau kebijakan akkuntansi yang lebih konservatif atau sebaliknya, semakin tidak konservatif. Kondisi akan semakin buruk, bila manajemen (CFO) mendahulukan kepentingan pribadinya (kompensasi/bonus) daripada kepentingan stakeholder yang lebih besar. Oleh karena itu, penelitian ini memberikan bukti bahwa standar akuntansi konvergensian masih mengadopsi kepentingan pribadi pembuat keputusan yang dapat mempengaruhi kebijakan akuntansinya. Selain itu, pemberian fleksibilitas kepada manajemen yang lebih luas untuk membuat judgment akuntansi pasca IFRS dapat menjauhkan laporan keuangan dalam mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya. Implikasi terakhir dari penelitian ini terkait dengan penggunaan teori prospek. Teori prospek yang selama ini telah terbukti mampu menjelaskan keputusan di berbagai bidang, teori ini juga dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana CFO menggunakan judgment dalam mengambil keputusan atau kebijakan akuntansi ketika menyajikan laporan keuangan. Dengan demikian, hasil penelitian ini menambah generalisasi teori prospek dalam ranah akuntansi. Melalui penjelasan framing effect, certainty effect, dan endowment effect, main effect dari variabel penelitian didukung. Namun demikian, interaksi di antara penjelasan-penjelasan teori prospek tersebut tidak signifikan. Hal itu menunjukkan bahwa penjelasan teori prospek tersebut tidak saling melengkapi, tetapi saling meniadakan. 141

12 BAGIAN I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Beberapa tahun terakhir, kritik terhadap prinsip konservatisma akuntansi semakin menguat. Beberapa pihak, antara lain regulator pasar modal, penyusun standar dan akademisi/peneliti mengatakan bahwa penggunaan prinsip akuntansi yang konservatif dalam pelaporan keuangan akan menghasilkan informasi yang bias ke bawah (Watts, 2002), sehingga informasi tersebut menjadi kurang relevan bila digunakan dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang konservatif dianggap tidak mencerminkan kondisi ekonomi perusahaan yang sesungguhnya. Hal itu dikarenakan sifat laporan keuangan yang konservatif cenderung melaporkan aset dan laba yang selalu lebih rendah (Beaver dan Ryan, 2000; dan Penman dan Zhang, 2002). Akibatnya, informasi tersebut dapat mempengaruhi ketepatan dan keakuratan dalam pengambilan keputusan. IFRS, yang menggunakan konsep fair value dalam menilai aset bersih dan laba, dianggap mampu mengurangi informasi yang bias tersebut (IASB, 2006a). Jika dikaitkan dengan fenomena yang terjadi saat ini yaitu konvergensi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dengan International Financial Reporting Standard (IFRS), maka hal ini menjadi menarik. IFRS mengklaim bahwa konsep fair value dalam menilai aset bersih dan laba lebih baik daripada prinsip konservatisma yang selama ini digunakan dalam penyajian laporan keuangan. Sebagian besar negara di dunia telah melakukan konvergensi dan adopsi IFRS, baik secara penuh maupun parsial. 1

13 Meskipun International Accounting Standard Board (IASB), melalui kerangka konseptualnya (IASB, 2006a), dan Financial Accounting Standard Board (FASB) menyatakan bahwa prudence dan konservatisma bukan merupakan kualitas informasi pelaporan keuangan yang diinginkan, namun isi IFRS masih mengindikasikan adanya prudence dan konservatisma (Hellman, 2008). IFRS masih menjelaskan bahwa prudence merupakan sebuah prinsip kehati-hatian yang digunakan untuk menggantikan istilah prinsip akuntansi konservatif. Dengan demikian, keinginan IASB untuk tidak menggunakan prinsip prudence/konservatisma dalam pelaporan keuangan masih tidak jelas. Argumen yang digunakan IFRS mengenai perubahan penilaian aset bersih dan laba yaitu bahwa penilaian aset bersih dan laba yang lebih rendah secara konsisten, sebagaimana yang dikenal sebagai konservatisma konsisten dan digunakan selama ini, tidak lagi dipertimbangkan sebagai cara yang memadai terkait dengan adanya ketidakpastian. Selanjutnya, perubahan kondisi bisnis suatu perusahaan seharusnya tercermin dalam pelaporan keuangan melalui perubahan estimasi dan probabilitas yang berorientasi masa depan. Oleh karena itu, konvergensi IFRS dianggap sebagai solusi atas kelemahan dari prinsip konservatisma yang banyak menggunakan kos historis (historical cost) dalam menentukan nilai aset perusahaan. Konsep fair value dianggap mampu mengurangi bias ke bawah (persisten lebih rendah) dari aset yang dilaporkan, sehingga konsep ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba perusahaan serta informasi yang dihasilkan semakin relevan untuk pengambilan keputusan. Selain itu, konvergensi IFRS akan mengubah mind-stream dari rule-based ke principle-based. Dengan demikian, laporan keuangan yang disajikan perusahaan tidak harus menggunakan aturan-aturan yang ketat sebagaimana yang diatur dalam standar sebelumnya. 2

14 Namun demikian, Watts (2003b) mengkhawatirkan penggunaan fair value dengan mengatakan bahwa menghilangkan konservatisma untuk mendapatkan keuntungan dari penilaian akuntansi suatu perusahaan yang didasarkan pada estimasi manajer merupakan sesuatu yang tidak masuk akal. Sebagaimana diketahui, prinsip fair value yang digunakan IFRS lebih banyak menggunakan estimasi untuk menilai aset secara wajar. Sedangkan, estimasi yang dibuat manajer tersebut memasukkan masalahmasalah yang menjadi fokus dari konservatisma akuntansi selama ini. Kewenangan manajer yang begitu besar untuk menggunakan judgment dalam mengestimasi angkaangka akuntansi yang akan disajikan dalam laporan keuangan memberikan insentif dan meningkatkan moral hazard manajemen. Akibatnya, konflik keagenan akan semakin meningkat, meskipun pengadopsian IFRS diklaim akan meningkatkan kualitas dan relevansi laporan keuangan. Misalnya, konflik antara manajemen dan shareholder akan semakin memburuk dan sulit di atasi ketika kinerja manajemen diukur berdasarkan kinerja keuangan. Hal itu dikarenakan angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan banyak menggunakan judgment manajemen. Selanjutnya, ada beberapa alasan yang mendorong perusahaan menyajikan laporan keuangan yang konservatif antara lain, yaitu pertama, alasan pengontrakan. Alasan ini menjelaskan bahwa konservatisma akuntansi dibutuhkan terkait dengan masalah kontrak (Watts, 2003ab), misalnya kontrak antara perusahaan dengan pemberi pinjaman, kontrak antara manajemen dengan shareholder, dan sebagainya. Alasan kedua yaitu litigasi yang menjelaskan bahwa pengadilan kemungkinan besar memberikan hukuman pada perusahaan yang menyajikan angka-angka laporan keuangan yang terlalu tinggi (overstatement) daripada yang lebih rendah (understatement). Hal itu dikarenakan stakeholder akan menderita kerugian yang lebih besar akibat laporan 3

15 keuangan yang overstatement daripada understatement (Watts, 2003ab). Alasan ketiga yaitu masalah perpajakan yang menjelaskan bahwa konservatisma dapat digunakan manajemen untuk tujuan penundaan pembayaran pajak atau mengalihkan pembayaran pajak sekarang ke masa yang akan datang (Basu, 1997; Watts, 2003b; Qiang, 2007). Dengan menggunakan akuntansi konservatif maka pendapatan akan dicatat relatif lebih rendah dan biaya dicatat lebih besar. Hal itu digunakan perusahaan pembayar pajak untuk menurunkan dan menangguhkan jumlah pajak yang harus dibayar, sehingga beban pajak penghasilan perusahaan menjadi lebih rendah akibat laba yang dilaporkan lebih rendah. Sedangkan alasan terakhir yang sering digunakan untuk memilih kebijakan akuntansi konservatif yaitu alasan regulasi. Alasan ini menjelaskan bahwa perusahaan menggunakan akuntansi konservatif karena regulasi mengatur demikian (Watts, 2003ab). Selanjutnya, sebagai bentuk keputusan manajemen, laporan keuangan merupakan hasil dari proses pemilihan berbagai kebijakan, estimasi dan metode akuntansi. Chief financial officer (CFO), sebagai pihak yang paling bertanggungjawab terhadap pelaporan keuangan, memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam pemilihan kebijakan, estimasi dan metode akuntansi yang digunakan dalam pelaporan keuangan. Dengan kewenangan yang dimiliki, CFO mempunyai insentif yang besar dalam memilih metode akuntansi (Jiang, 2010). Oleh karena itu, laporan keuangan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk karakter (faktor psikologis) penyajinya. Misalnya, CFO yang memiliki karakter menyukai risiko (risk taker), mungkin akan memilih metode akuntansi (keputusan) yang berbeda dengan CFO yang berkarakter tidak suka risiko (risk averse). Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pembingkaian kontrak, tingkat litigasi dan tingkat beban pajak terhadap keputusan pengambilan kebijakan dan metode akuntansi CFO dalam menyajikan laporan keuangan. 4

16 CFO memiliki tanggungjawab untuk sistem pelaporan keuangan perusahaan, sehingga keputusan pengambilan kebijakan dan pemilihan metode akuntansi dalam laporan keuangan tidak lepas dari preferensi risiko penyajinya (Mian, 2001). Selanjutnya, penelitian ini akan menguji pengaruh psikologis CFO dalam menyajikan laporan keuangan. B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Apakah pembingkaian kontrak insentif (bonus) dalam bentuk gain dan loss mempengaruhi CFO untuk menggunakan kebijakan akuntansi tertentu ketika menyajikan laporan keuangan? 2. Apakah tingkat litigasi berpengaruh terhadap pembuatan kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh CFO ketika menyajikan laporan keuangan? 3. Apakah tingkat beban pajak mempengaruhi CFO untuk mengambil kebijakan akuntansi tertentu ketika menyajikan laporan keuangan? 4. Apakah interaksi antara kontrak insentif (bonus) dengan tingkat litigasi mempengaruhi CFO untuk mengambil kebijakan akuntansi tertentu? 5. Apakah interaksi antara pembingkaian kontrak insentif (bonus) dengan tingkat beban pembayaran pajak mempengaruhi CFO untuk mengambil kebijakan akuntansi tertentu? 6. Apakah interaksi antara tingkat litigasi dengan tingkat beban pajak mempengaruhi CFO untuk membuat kebijakan akuntansi tertentu? 5

17 KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Prospek Teori prospek dikembangkan pertama kali oleh Kahneman dan Tversky (1979). Teori prospek menyatakan bahwa individu-individu lebih fokus pada prospek laba (gains) dan prospek rugi (losses), bukan pada total kekayaan. Kemudian, reference point yang digunakan untuk menghitung laba dan rugi dapat berubah sepanjang waktu. Individuindividu mempersepsikan munculan (outcomes) dalam bentuk fungsi nilai. Salah satu kesimpulan utama Kahneman dan Tversky (1979) menyatakan bahwa fungsi nilai didefinisikan dalam bentuk gains dan losses. Fungsi nilai gains berbeda dengan fungsi nilai losses. Fungsi nilai losses lebih cekung curam, sedangkan fungsi nilai gain cembung dan tidak begitu curam. Fungsi nilai tersebut menjelaskan bahwa individu cenderung menjadi risk averse ketika berada dalam domain laba dan menjadi risk seeking ketika berada dalam domain rugi. Selanjutnya, fungsi nilai dapat dijelaskan bahwa kerugian (loss) dirasakan lebih menyakitkan daripada kepuasan yang diperoleh dari keuntungan (gain), meskipun dalam jumlah yang sama. Hal itu berimplikasi bahwa pembuat keputusan akan menjadi enggan berisiko (risk averse) ketika menentukan pilihan antara gain dan losses. Dengan kata lain bahwa teori prospek secara tidak langsung menunjukkan bahwa seseorang akan membuat keputusan yang relatif lebih berisiko (risk taker) bila berada dalam domain rugi (loss) dan akan membuat keputusan yang lebih berhati-hati (risk averse) apabila berada dalam domain laba (gains). Lebih lanjut, Kahneman dan Tversky (1979) menyampaikan bahwa teori prospek dapat dijelaskan melalui beberapa cara yaitu certainty effect, isolation effect, dan value function. Certainty effect menjelaskan bahwa seseorang memberi bobot yang berbeda 6

18 terhadap munculan (outcome) yang bersifat pasti dengan bobot yang lebih besar daripada munculan yang bersifat mungkin (probable). Kemudian, isolation effect menjelaskan bahwa pada umumnya individu membuang komponen-komponen yang terbagi dalam semua prospek dalam pertimbangannya. Hal ini mengarah pada preferensi yang tidak konsisten ketika dihadapkan pada pilihan yang sama disajikan dalam bentuk yang berbeda. Sedangkan, value function merupakan suatu teori alternatif mengenai pilihan yang menjelaskan bahwa fungsi nilai ditunjukkan dalam gain dan loss daripada posisi akhir suatu aset. Kemudian, Thaler (1980) menambahkan bahwa endowment effect juga dapat digunakan untuk menjelaskan teori prospek. Endowment effect mengatakan bahwa individu cenderung enggan untuk melepaskan aset yang dimiliki. Endowment effect mengarah pada loss aversion dalam pengambilan keputusan yang merupakan cerminan dari perilaku risk aversion pembuat keputusan. Framing (Pembingkaian) Pembingkaian berkaitan dengan bagaimana suatu masalah/fakta/informasi diungkapkan (Kahneman & Tversky,1979; Tversky & Kahneman, 1981). Pembingkaian biasa digunakan untuk membingkai suatu masalah atau informasi tanpa mengubah makna normatifnya. Misalnya, masalah yang dibingkai secara positif atau negatif digunakan untuk mempengaruhi pemakainya dalam pengambilan keputusan tanpa mengubah maknanya. Seorang pembuat keputusan yang diberi alternatif keputusan yang dibingkai secara positif maka kemungkinan keputusan yang diambil akan berbeda dengan alternatif keputusan yang dibingkai secara negatif. Pembingkaian secara positif (gain) membuat pengambil keputusan cenderung mengambil keputusan yang kurang berisiko (risk averse), sebaliknya pembuat keputusan yang diberi informasi yang dibingkai secara 7

19 negatif (loss) cenderung akan membuat keputusan yang lebih berisiko (risk seeking), sebagaimana yang didokumentasikan Kahneman dan Tversky (1979). Certainty Effect Kahneman dan Tversky (1979) memperkenalkan certainty effect melalui problem 1, 2, dan 3. Namun, problem 3 lebih jelas dalam menjelaskan sikap seseorang ketika orang tersebut diminta untuk memilih salah satu pilihan yang ditawarkan. Hasilnya, orang tersebut akan memilih pilihan yang hasilnya lebih kecil tetapi pasti daripada besar tetapi masih mungkin. Secara umum, orang cenderung memilih hasil yang pasti meskipun nilainya lebih kecil daripada hasil besar tetapi masih belum pasti (mungkin). Selanjutnya, bila pilihan tersebut hasilnya masih bersifat kemungkinan, maka seseorang akan memilih kemungkinan yang memberikan hasil yang lebih besar. Seseorang memberikan bobot yang berbeda terhadap munculan (outcome) yang bersifat pasti dan munculan yang tidak pasti. Kepastian diberi bobot yang lebih besar (untuk hasil yang positif) daripada yang tidak pasti (kemungkinan). Sedangkan, untuk kerugian (loss), seseorang akan memilih kerugian yang besar tetapi belum pasti daripada kerugian kecil tetapi pasti. Hal inilah yang menjadikan concern Kahneman & Tversky (1979) untuk membantah expected utility theory. Endowment Effect Thaler (1980) mengembangkan penjelasan teori prospek dengan menambahkan apa yang disebut dengan endowment effect. Sebagai orang pertama yang memperkenalkan endowment effect, Thaler (1980) menurunkan dari proposisi teori prospek dalam problem 11 12, seperti yang dikembangkan oleh Kahneman & Tversky (1979). Dalam penjelasan tersebut disebutkan bahwa 1) seseorang cenderung memilih hasil yang pasti meskipun 8

20 nilainya kecil daripada hasil besar tetapi masih mungkin, sebaliknya; 2) seseorang cenderung memilih pengeluaran yang besar tetapi masih mungkin daripada pengeluaran kecil tapi pasti. Berdasarkan dasar pengembangan endowment effect tersebut, bila terkait dengan hasil maka individu akan memilih hasil yang pasti tetapi kecil, sedangkan bila berkaitan dengan biaya atau pengeluaran maka individu cenderung untuk memilih pengeluaran yang besar tetapi masih mungkin. Dengan demikian, endowment effect berimplikasi bahwa individu cenderung enggan untuk melepaskan aset yang dimiliki. Thaler (1980) membuat terminologi endowment effect untuk menjelaskan keengganan orang-orang untuk menyerahkan aset atau miliknya karena melepaskan aset dirasakan lebih menyakitkan daripada kesenangan yang diperoleh ketika mendapatkan aset tersebut, meskipun dalam jumlah yang sama. Lebih lanjut, Thaler menjelaskan bahwa endowment effect sebagai pemberian bobot yang lebih rendah terhadap opportunity cost daripada out of pocket. Konservatisma Akuntansi Definisi Konservatisma Akuntansi Hingga saat ini, pengetian mengenai konservatisma akuntansi belum mendapatkan kesepakatan yang otoritatif. Pengertian konservatisma akuntansi menurut Bliss dalam Watts (2002) secara tradisional didefinisikan dengan istilah tidak mengantisipasi laba, tetapi mengantisipasi semua kerugian. Kemudian, Sterling (1970) menyatakan bahwa konservatisma merupakan prinsip penilaian yang pengaruhnya sangat kuat dalam akuntansi tradisional. Sedangkan, Ahmed et al. (2000) mendefinisikan konservatisma sebagai tingkatan yang mana net aset secara persisten dinyatakan lebih rendah dari nilai pasarnya. Beaver dan Ryan (2005) mengatakan bahwa konservatisma akuntansi 9

21 merupakan nilai buku yang rata-rata lebih rendah dari aset bersih relatif dengan nilai pasarnya. Pengertian konservatisma tersebut mengacu pada prinsip yang menilai aset dan laba perusahaan yang lebih rendah. Sedangnkan, Wolk et al. (2001: ) memberikan definisi konservatisma akuntansi sebagai usaha untuk memilih metode akuntansi berterima umum yang (a) memperlambat pengakuan revenues, (b) mempercepat pengakuan expenses, (c) merendahkan penilaian aktiva, dan (d) meninggikan penilaian utang. Definisi tersebut mengakibatkan nilai aktiva bersih yang understated secara persisten. Beberapa penelitian menggunakan ukuran yang berbeda karena mereka mendefinisikan dan mengklasifikasikan konservatisma secara berbeda sebagai berikut. a. Konservatisma bersyarat (conditional conservatism) dan konservatisma tidak bersyarat (unconditional conservatism) Berdasarkan pengakuannya, Beaver dan Ryan (2005) serta Ball dan Shivakumar (2005) menyatakan bahwa secara umum konservatisma akuntansi dapat digolongkan dalam 2 kelompok besar yang berbeda, yaitu konservatisma bersyarat (conditional conservatism) dan konservatisma tidak bersyarat (unconditional conservatism). Alasan pengelompokkan konservatisma tersebut berkaitan dengan peranan yang dapat dimainkannya. b. Konservatisma diskresioner (discretionary conservatism) dan konservatisma non diskresioner (nondiscretionary conservatism) Konservatisma diskresioner yaitu konservatisma yang berasal dari kebijakan terhadap estimasi akuntansi oleh manajemen, sedangkan, konservatisma nondiskresioner yaitu konservatisma akuntansi yang dipengaruhi oleh prinsip akuntansi berterima umum. c. Akuntansi Konservatif Konsisten (consistent conservative accounting) dan Akuntansi Konservatif Temporer (temporary conservative accounting) 10

22 Bentuk konservatisma pasca konvergensi cenderung mengarah pada akuntansi konservatif yang temporer. Pemisahan konservatisma kedalam 2 bentuk yaitu konservatif yang konsisten dan konservatif temporer berkaitan dengan dampak yang ditimbulkan terhadap laba dan aset bersih. Konservatisma Pelaporan Keuangan Watts (2003) mengatakan bahwa ada 4 (empat) alasan yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa manajer menyajikan laporan keuangan yang konservatif, yaitu 1) alasan pengontrakan, dimana alasan ini digunakan baik dalam kontrak antara manajer dan shareholder maupun manajer dengan kreditor; 2) alasan adanya peningkatan litigasi; 3) alasan perpajakan; dan 4) alasan regulasi pemerintah. Selanjutnya, Watt (2003a) mengatakan bahwa, dalam praktik, konservatisma bukan hanya sekedar untuk menutup bias manajerial, menunda melaporkan laba, maupun menyatakan laba kumulatif dan aset bersih yang lebih rendah, tetapi konservatisma juga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan dapat terjadi karena konservatisma menghambat pembayaran oportinistik manajemen pada mereka sendiri dan pihak lainnya, seperti shareholder. Kemudian, peningkatan nilai perusahaan tersebut didistribusikan kepada berbagai pihak yang terkait dengan perusahaan melalui peningkatan kesejahteraan Dengan demikian, konservatisma merupakan suatu mekanisme pengontrakan yang efisien. Lebih lanjut, Watts (2003a) mengikhtisarkan bahwa konservatisma merupakan mekanisma yang efisien untuk menurunkan asimetri informasi dan menurunkan konflik kepentingan antara manajemen dan pihak-pihak yang terkait, dan menurunkan potensi litigasi dengan pihak-pihak diluar perusahaan, khususnya shareholder. Qiang (2007) menguji dan mendokumentasikan hasil yang mendukung penjelasan yang dinyatakan Watts (2003ab) tersebut. 11

23 Pengembangan Hipotesis Teori Prospek, Pembingkaian Kontrak dan Keputusan Akuntansi Konservatif Beberapa bukti dukungan terhadap teori prospek dalam pengontrakan telah didokumentasikan. Church et al. (2008) yang memperluas penelitian sebelumnya (Luft, 1994; dan Hannan, et.al., 2005) melaporkan hasil yang konsisten dengan teori prospek. Kontrak yang dibingkai dengan pinalti memotivasi kinerja tugas yang lebih tinggi daripada kontrak yang dibingkai dengan bonus, untuk individu yang kinerjanya tidak berada pada kisaran bonus atau berada pada area pinalti. Sedangkan, kinerja tidak berbeda berkaitan dengan bingkai kontrak untuk individu yang memiliki kinerja yang memampukan mereka untuk menerima pembayaran maksimum, atau untuk individu yang kinerjanya diperoleh dari penerimaan pembayaran minimumnya. Hipotesis 1. CFO dalam kondisi kontrak insentif yang dibingkai positif (gain) akan memilih kebijakan akuntansi yang lebih konservatif ketika menyajikan laporan keuangan daripada CFO dalam kontrak insentif yang dibingkai negatif (loss). Teori Prospek dan Penjelasan Litigasi Penjelasan litigasi dalam konservatisma laporan keuangan menyebutkan bahwa peningkatan biaya litigasi ekspektasian mempengaruhi konservatisma karena biaya litigasi ekspektasian merupakan bentuk asimetri. Kellog (1984) mengatakan bahwa manajer, auditor dan perusahaan kemungkinan besar dapat dituntut karena melaporkan laba dan aset bersih yang berlebihan daripada pelaporan yang lebih rendah. Bukti lainnya menunjukkan bahwa perusahaan yang sedang berperkara hukum di pengadilan memiliki price-to-book ratio (PBR) yang lebih rendah dibandingkan perusahaan kontrol atau tidak 12

24 sedang berperkara hukum (Watts, 1994). Hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa litigasi dapat mempengaruhi konservatisma laporan keuangan, yang mana laporan keuangan yang konservatif akan memiliki PBR yang tinggi. Hipotesis 2: CFO dalam kondisi ancaman tuntutan hukum (litigasi) tinggi akan memilih kebijakan akuntansi yang lebih konservatif ketika menyajikan laporan keuangan daripada CFO dalam kondisi ancaman tuntutan hukum rendah. Teori Prospek dan Penjelasan Perpajakan Argumentasi yang diberikan Watts (2003a,b) dalam penjelasan perpajakan terkait dengan konservatisma laporan keuangan yaitu bahwa perusahaan cenderung memilih metode akuntansi konservatif yang menghasilkan pajak yang rendah dan menangguhkan pembayaran pajak. Hal itu sesuai dengan temuan yang didokumentasikan Guenther (1997). Qiang (2007) memberikan dukungan terhadap penjelasan tersebut, setelah membagi konservatisma dalam 2 (bentuk) yaitu konservatisma bersyarat (conditional conservatism) dan konservatisma tidak bersyarat (unconditional conservatism). Kelley (2005) serta Kim dan Jung (2007) juga mendokumentasikan hal yang sama yaitu perusahaan yang memiliki kedekatan hubungan antara pendapatan menurut catatan perusahaan dengan pendapatan kena pajak. Level konservatisma berhubungan positif dengan beban pajak perusahaan. melaporkan hasil yang juga mendukung penjelasan perpajakan. Mengenai pembayaran pajak, berdasarkan teori prospek, perilaku pembayar pajak secara potensial lebih membantu dalam pengambilan kebijakan. Teori prospek memprediksi bahwa cara keputusan pajak dibingkai akan mempengaruhi perilaku 13

25 pembayar pajak secara sistematis. Pembayar pajak sebagai pihak yang memperoleh pendapatan berada dalam kondisi yang menguntungkan, sehingga mereka akan menghindari risiko dari penyelewengan pajak, begitu juga sebaliknya. Selain itu, endowment effect sebagai cerminan loss aversion menyatakan bahwa disutilitas yang dirasakan ketika menyerahkan aktiva adalah lebih besar daripada utilitas yang dirasakan ketika memperoleh aktiva. Akuntansi konservatif dapat menjadi pilihan CFO untuk membuat keputusan pelaporan keuangan yang tidak menimbulkan disutilitas bagi stakeholder. Hipotesis 3: CFO dalam kondisi beban pajak yang besar akan memilih kebijakan akuntansi yang lebih konservatif ketika menyajikan laporan keuangan daripada CFO dalam kondisi beban pajak yang kecil. Hipotesis Efek Interaksi Selain dugaan adanya pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat (main effect) seperti yang dihipotesiskan dengan menggunakan teori prospek di atas, penelitian ini juga menduga ada pengaruh interaksi antar variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Kahneman dan Tversky (1979) menjelaskan reflection effect dalam teori prospek. Reflection effect menjelaskan preferensi antara prospek positif dan negatif. Refleksi prospek yang terjadi di sekitar angka 0, akan membalikkan urutan preferensi. Hal itu berarti bahwa bila suatu prospek positif diubah dengan prospek negatif, maka akan terjadi perubahan preferensi yang berkebalikan. Reflection effect berdampak bahwa sikap risk aversion dalam domain positif yang disertai dengan sikap negatif dalam domain loss, maka individu akan mau menerima risiko yang lebih besar. Kondisi 14

26 tersebut sering dijumpai dalam aktivitas sehari-hari. Manajer sering dihadapkan dengan berbagai kondisi yang kejadiannya sama seperti yang dijelaskan dalam reflection effect. Seringkali, kejadian yang menguntungkan diikuti dengan kejadian yang tidak menguntungkan, begitu juga sebaliknya. Interaksi antara kejadian yang menguntungkan dengan yang tidak menguntungkan tersebut dapat mempengaruhi preferensi dalam membuat keputusan. CFO yang memiliki kontrak dengan bingkai gain akan cenderung bersikap risk averse. Namun, ketika CFO menerima kontrak yang dibingkai gain tersebut juga menghadapi litigasi dan beban pajak yang tinggi, maka diduga CFO akan semakin berhati-hati (risk averse) dalam mengambil keputusan. Hal itu akan tercermin dalam keputusan CFO dalam memilih metode akuntansi yang semakin konservatif menjadi tidak konservatif. H4: CFO dalam kondisi kontrak insentif yang dibingkai positif (gain) dan ancaman tuntutan hukum (litigasi) tinggi akan memilih kebijakan akuntansi yang lebih konservatif ketika menyajikan laporan keuangan daripada CFO dalam kondisi kontrak insentif yang dibingkai negatif (loss) dan ancaman tuntutan hukum (litigasi) yang rendah. H5: CFO dalam kondisi kontrak insentif yang dibingkai dengan positif (gain) dan beban pajak besar akan memilih kebijakan akuntansi yang lebih konservatif ketika menyajikan laporan keuangan daripada CFO dalam kondisi kontrak insentif yang dibingkai negatif (loss) dan beban pajak yang kecil. H6: CFO dalam kondisi ancaman tuntutan hokum (litigasi) tinggi dan beban pajak besar akan memilih kebijakan akuntansi yang lebih konservatif 15

27 ketika menyajikan laporan keuangan daripada CFO dalam kondisi ancaman tuntutan hokum (litigasi) rendah dan beban pajak yang kecil. METODA PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan eksperimen dengan desain factorial 2x2x2 between-subject. Penggunaan desain eksperimen between-subject dikarenakan kelompok subjek yang digunakan untuk menguji masalah pengontrakan yang terdiri dari 2 (dua) level yaitu gain dan loss berbeda. Kelompok subjek yang mendapatkan perlakuan kontrak yang dibingkai dengan gain berbeda dengan kelompok subjek yang digunakan untuk menguji kontrak yang dibingkai dengan loss. Kondisi gain dan loss digunakan penulis sebagai tritmen untuk memanipulasi keadaan ketika subjek tersebut mengambil keputusan. Begitu juga dengan kelompok subjek yang mendapat perlakuan litigasi dan perpajakan. Setiap sel yang ada dalam desain faktorial diisi oleh kelompok subjek yang berbeda. Variabel Penelitian Variabel Terikat (dependent variable). Variabel dependen penelitian ini adalah judgment keputusan mengenai pemilihan metode atau kebijakan akuntansi yang konservatif (tidak konservatif). Variabel ini diukur dengan menggunakan skala 1-9. Skor 9 menunjukkan bahwa CFO secara pasti akan mengambil kebijakan akuntansi yang menghasilkan biaya sebesar-besarnya (konservatif) dan skor 1 yang mencatat biaya sekecil-kecilnya (tidak konservatif). Variabel Bebas (independent variable). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu informasi mengenai kontrak insentif (bonus), tingkat litigasi, dan tingkat beban pajak. Variabel informasi tentang kontrak insentif diberikan dalam 2 bentuk atau level yaitu kontrak insentif yang dibingkai dengan gain (positif) dan kontrak 16

28 insentif yang dibingkai dengan loss (negatif). Kemudian, variabel litigasi dan perpajakan juga memiliki 2 (dua) level yaitu tingkat litigasi tinggi dan tingkat litigasi rendah serta tingkat beban pajak besar dan tingkat beban pajak kecil. Subjek Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Magister Manajemen (MM) dan Magister Akuntansi (Maksi) yang digunakan sebagai penyulih CFO yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Selain itu, kriteria mahasiswa MM dan Maksi yang dapat menjadi subjek eksperimen adalah mereka yang memiliki latar belakang pendidikan Strata 1 Sarjana Akuntansi. Pemilihan mahasiswa tersebut sesuai dengan ekspektasi penulis bahwa mahasiswa tersebut memiliki pemahaman tentang metode dan kebijakan akuntansi yang digunakan CFO untuk menyajikan laporan keuangan. Adapun kebutuhan subjek dalam eskperimen ini diperoleh dari beberapa perguruan tinggi antara lain dari Universitas Gadjah Mada, Universitas Diponegoro dan STIE YKPN. Material kasus/eksperimen Materi kasus berisi informasi tentang kondisi keuangan perusahaan, kondisi lingkungan bisnis saat ini, serta informasi kualitatif lainnya mengenai perusahaan. Adapun fokus skenario dalam kasus 1 yaitu mengenai potensi penurunan laba dan kebijakan akuntansi untuk mencatat biaya riset dan pengembangan (R & D) oleh CFO. CFO memiliki fleksibilitas untuk menentukan kebijakan akuntansi tertentu ketika mencatat biaya riset dan pengembangan, seperti tertuang dalam PSAK No.19. Kemudian, ringkasan PSAK No.19 juga disajikan dalam material kasus untuk digunakan subjek sebagai pedoman dalam menggunakan judgment-nya. Selanjutnya, kasus 2 berisi tentang adanya litigasi yang dilakukan oleh masyarakat (investor). Litigasi dilakukan karena perusahaan mengalami penurunan harga 17

29 saham yang sangat signifikan, sehingga Bapepam-LK melakukan suspensi terhadap saham perusahaan. Masyarakat (investor) menilai bahwa penurunan harga saham yang sangat signifikan tersebut akibat dari manajemen yang telah melakukan penilaian aset dan laba yang terlalu tinggi atau berlebihan (overstatement) sebelum melakukan IPO. Litigasi sudah berjalan di pengadilan yang kemungkinannya 60% perusahaan kalah dan harus mengganti kerugian yang diderita oleh investor. Atas kondisi tersebut, CFO diminta untuk membuat kebijakan akuntansinya, apakah CFO akan membebankan biaya litigasi tersebut atau tidak. Untuk itu, CFO diberikan ringkasan mengenai penggunaan judgment berkaitan dengan masalah hukum yang dihadapi (kontinjensi) yaitu PSAK No.57. Sedangkan, untuk kasus 3 berisi tentang dampak peningkatan penjualan dan laba perusahaan terhadap beban pajak yang harus dibayar dan cash flow perusahaan. Perusahaan sedang mengalami peningkatan penjualan yang sangat signifikan akibat program ekspornya berjalan dengan baik. Namun, peningkatan penjualan perusahaan didominasi oleh penjualan kredit. Akibatnya, peningkatan penjualan dan laba perusahaan menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar semakin tinggi, sehingga cash flow perusahaan terganggu. Berdasarkan hal itu, maka CFO diminta untuk menggunakan judgment-nya untuk kepentingan terbaik perusahaan. Berkaitan dengan masalah besarnya pajak yang harus dibayar, masalah yang paling relevan dengan hal tersebut adalah meningkatkan jumlah biaya yang tidak mengurangi kas perusahaan. Oleh karena itu, CFO diminta untuk membuat judgment apakah akan mengganti metode yang meningkatkan jumlah biaya penyusutan untuk mengurangi beban pajak atau tidak. Dalam menggunakan judgment, CFO diberikan ringkasan mengenai hal itu, yaitu PSAK No.16 mengenai Aktiva Tetap. 18

30 Tugas dan Prosedur Eksperimen Sebelum melakukan eksperimen, peneliti telah membuat kesepakatan dengan calon subjek untuk melakukan eksperimen. Setelah waktu dan tempat disetujui serta beberapa instruksi yang bersifat umum disampaikan maka eksperimen baru dapat dilaksanakan. Pelaksanaan eksperimen diawali dengan datangnya partisipan untuk mengisi daftar hadir. Kemudian, calon subjek dipersilakan masuk ruangan sesuai dengan kesepakatan. Eksperimenter menjelaskan tahapan eksperimen yang akan dilalui serta menjelaskan tata cara dalam mengikuti eksperimen yang harus dipatuhi subjek selama mengikuti eksperimen. Setelah semua siap, selanjutnya eksperimenter mulai memberikan tugas kepada subjek. Pertama, subjek ditugaskan secara random kedalam tiap-tiap sel sesuai dengan desain yang direncanakan yaitu 8 (delapan) sel. Eksperimen dilakukan dalam 3 (tiga) tahap sesuai dengan jumlah kasus yang diberikan. Tahap pertama, eksperimenter membagikan booklet yang berisi kasus-kasus yang digunakan sebagai perlakukan kepada subjek. Setelah subjek menerima booklet yang dibagikan oleh eksperimenter, subjek diminta untuk membaca dengan hati-hati dan teliti terhadap setiap informasi yang disajikan dalam kasus 1. Setelah selesai, subjek diminta untuk membuat keputusan terkait dengan kebijakan akuntansi yang akan digunakan untuk mencatat biaya riset dan pengembangan. Setiap akhir kasus, subjek diingatkan mengenai dampak dari setiap keputusan yang diambil. Eksperimen ini kurang lebih memakan waktu 15 menit. Setelah tahap pertama selesai, subjek diminta untuk melanjutkan tahap kedua dan ketiga sebagaimana tahap pertama. Subjek diminta untuk membaca kasus yang telah disiapkan. Dalam tahap ini subjek juga diminta untuk membaca dengan hati-hati dan teliti setiap informasi yang disajikan. Kasus ini berisi informasi tentang ancaman tuntutan hukum atau litigasi dan mengenai beban pajak perusahaan. Setelah selesai, 19

BAB I PENDAHULUAN. menguat. Beberapa pihak, antara lain regulator pasar modal, penyusun standar dan

BAB I PENDAHULUAN. menguat. Beberapa pihak, antara lain regulator pasar modal, penyusun standar dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Beberapa tahun terakhir, kritik terhadap prinsip konservatisma akuntansi semakin menguat. Beberapa pihak, antara lain regulator pasar modal, penyusun standar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya laju pertumbuhan bisnis saat ini menuntut Indonesia untuk menyetarakan standar keuangan serta penyusunan laporan keuangan mengikuti standar internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dalam mengelola sumber daya. Laporan keuangan merupakan produk

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dalam mengelola sumber daya. Laporan keuangan merupakan produk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembuatan laporan keuangan oleh perusahaan sebagai gambaran kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya. Laporan keuangan merupakan produk akhir dari proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilihat pada kasus Enron Corporation di Amerika Serikat (Isnaeni, 2015) perusahaan agar saham tetap diminati investor.

BAB 1 PENDAHULUAN. dilihat pada kasus Enron Corporation di Amerika Serikat (Isnaeni, 2015) perusahaan agar saham tetap diminati investor. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Manajemen laba merupakan upaya yang dilakukan pihak manajemen untuk melakukan intervensi dalam penyusunan laporan keuangan dengan tujuan untuk menguntungkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. mengetahui perbandingan tingkat konservatisme akuntansi laporan keuangan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. mengetahui perbandingan tingkat konservatisme akuntansi laporan keuangan di BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori Landasan teori dalam penelitian ini adalah konservatisme akuntansi dan konvergensi IFRS. Kedua hal tersebut akan menjadi dasar dalam

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. dipatuhi. Setiap negara memiliki standar akuntansi yang berbeda-beda dalam

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. dipatuhi. Setiap negara memiliki standar akuntansi yang berbeda-beda dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam menyusun laporan keuangan dikenal adanya standar yang harus dipatuhi. Setiap negara memiliki standar akuntansi yang berbeda-beda dalam perlakuan, metode,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. implikasi sangat besar terhadap penilaian aset perusahaan. Konservatisme

BAB I PENDAHULUAN. implikasi sangat besar terhadap penilaian aset perusahaan. Konservatisme 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konservatisme merupakan salah satu prinsip dalam akuntansi yang memiliki implikasi sangat besar terhadap penilaian aset perusahaan. Konservatisme merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Hanafi

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Hanafi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan perlu membuat laporan keuangan untuk mengetahui kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan kata lain, laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dengan adanya Signaling Theory, investor akan diberikan kemudahan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dengan adanya Signaling Theory, investor akan diberikan kemudahan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Sinyal (Signalling Theory) Menurut Septyawanti (2013), teori sinyal dapat menunjukkan penyajian laporan keuangan berkualitas yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II A. Landasan Teoritis TINJAUAN PUSTAKA 1. Teori sinyal (Signaling Theory) Teori sinyal mengasumsikan bahwa informasi yang diterima oleh masingmasing pihak tidak sama. Atau dengan kata lain, teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aturan, standar, dan prinsip yang mengatur penyajian laporan keuangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. aturan, standar, dan prinsip yang mengatur penyajian laporan keuangan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu sarana yang digunakan oleh investor dan para stakeholder lainnya dalam menilai kondisi keuangan perusahaan. Banyak aturan, standar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada masa tertentu. Laporan keuangan menggambarkan situasi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada masa tertentu. Laporan keuangan menggambarkan situasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan alat untuk melakukan evaluasi atas suatu kinerja perusahaan pada masa tertentu. Laporan keuangan menggambarkan situasi keuangan dan kinerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan publik memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab dalam menerbitkan laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya dengan melakukan pendanaan terhadap proyek investasi (capital

BAB I PENDAHULUAN. satunya dengan melakukan pendanaan terhadap proyek investasi (capital BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan memiliki potensi untuk mengembangkan usahanya, salah satunya dengan melakukan pendanaan terhadap proyek investasi (capital budgeting) yang akan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pasar modal juga, investor dapat dengan mudah masuk ke lantai pasar. kegiatan perusahaan semakin lebih kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pasar modal juga, investor dapat dengan mudah masuk ke lantai pasar. kegiatan perusahaan semakin lebih kompleks. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri serta arus globalisasi yang semakin pesat menuntut perusahaan untuk mampu bergerak sejalan dengan perkembangan tersebut. Selain itu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laporan keuangan yang relevan dan andal. Standar akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laporan keuangan yang relevan dan andal. Standar akuntansi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan menyusun laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi agar dapat menghasilkan laporan keuangan yang relevan dan andal. Standar akuntansi menetapkan aturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan haruslah memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan haruslah memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu informasi yang disediakan perusahaan, terkait dengan kinerja manajemen atas pengelolaan sumber daya perusahaan, adalah laporan keuangan. Selain

Lebih terperinci

Judul : Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Potensi Kesulitan Keuangan pada Konservatisme Akuntansi dengan Leverage

Judul : Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Potensi Kesulitan Keuangan pada Konservatisme Akuntansi dengan Leverage Judul : Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Potensi Kesulitan Keuangan pada Konservatisme Akuntansi dengan Leverage sebagai Pemoderasi (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2015)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemakai lainnya untuk proses pengambilan keputusan. Informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pemakai lainnya untuk proses pengambilan keputusan. Informasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk informasi yang sangat bermanfaat yang dapat digunakan oleh para investor, kreditor dan para pemakai lainnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konservatisme merupakan suatu sikap hati-hati yang dikerjakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Konservatisme merupakan suatu sikap hati-hati yang dikerjakan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Konservatisme adalah suatu tema yang paling menonjol dalam penelitian akuntansi. Safiq (2010) menjelaskan bahwa konservatisme adalah salah satu prinsip utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan operasi. Diperlukan sejumlah modal untuk melakukan kegiatan usaha

BAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan operasi. Diperlukan sejumlah modal untuk melakukan kegiatan usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu organisasi yang tujuan kegiatannya dijalankan adalah untuk menambah kekayaan pemilik melalui keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Akuntansi merupakan bahasa universal untuk bisnis karena akuntansi digunakan hampir di seluruh kegiatan bisnis di seluruh dunia sehingga akuntansi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan sebuah jembatan yang dapat menghubungkan keperluan bisnis. Tujuan dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dan investasi dari obligasi atau surat hutang yang diterbitkan perusahaan

PENDAHULUAN. dan investasi dari obligasi atau surat hutang yang diterbitkan perusahaan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi dibedakan menjadi dua bagian, yaitu investasi dari saham, dan investasi dari obligasi atau surat hutang yang diterbitkan perusahaan dipasar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan sarana komunikasi antara pihak internal (manajemen) dengan pihak eksternal perusahaan yang memberikan gambaran kinerja manajemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan adalah suatu catatan informasi keuangan suatu perusahaan tentang transaksi yang terjadi di dalam perusahaan dalam suatu periode akuntansi yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan timbul permasalahan agensi, karena masing-masing dari kedua pihak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan timbul permasalahan agensi, karena masing-masing dari kedua pihak 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi Teori agensi menyatakan bahwa apabila terdapat pemisahan antara prinsipal dan agen dimana keduanya menjalankan sebuah perusahaan yang akan timbul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multinasional yang membutuhkan Standar Akuntansi Internasional. Dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. multinasional yang membutuhkan Standar Akuntansi Internasional. Dunia bisnis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, banyak bermunculan perusahaan multinasional yang membutuhkan Standar Akuntansi Internasional. Dunia bisnis saat ini dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan digunakan manajemen untuk mempertanggung jawabkan kinerjanya dalam mengelola sumber daya perusahaan. Selain itu, laporan keuangan juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Harga transfer (transfer pricing) merupakan harga produk atau jasa yang ditransfer secara

BAB I PENDAHULUAN. Harga transfer (transfer pricing) merupakan harga produk atau jasa yang ditransfer secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Harga transfer (transfer pricing) merupakan harga produk atau jasa yang ditransfer secara internal oleh pusat-pusat pertanggungjawaban (divisi) dalam sebuah perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dalam dunia bisnis di Indonesia telah melahirkan begitu banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dalam dunia bisnis di Indonesia telah melahirkan begitu banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan dalam dunia bisnis di Indonesia telah melahirkan begitu banyak perusahaan besar yang berskala nasional maupun internasional. Kemajuan ini juga di ikuti dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Perusahaan memerlukan sumber pendanaan untuk mengembangkan bisnisnya, baik dari pihak internal maupun eksternal. Pengembangan bisnis tersebut merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu

Lebih terperinci

BAB I. PENGANTAR. A. Latar Belakang. Manajer akan meningkatkan nilai bagi pemegang saham melalui investasi yang

BAB I. PENGANTAR. A. Latar Belakang. Manajer akan meningkatkan nilai bagi pemegang saham melalui investasi yang 1 BAB I. PENGANTAR A. Latar Belakang Manajer akan meningkatkan nilai bagi pemegang saham melalui investasi yang memberikan tingkat pengembalian lebih besar daripada biaya modal. Kalau hal ini terjadi berarti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagai pedoman bagi peneliti. Selain itu juga untuk menghindari adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagai pedoman bagi peneliti. Selain itu juga untuk menghindari adanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu bertujuan sebagai bahan untuk membandingkan dan sebagai pedoman bagi peneliti. Selain itu juga untuk menghindari adanya kesamaan dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. terhadap penyajian data akuntansi yang relevan dan handal.

BAB II LANDASAN TEORI. terhadap penyajian data akuntansi yang relevan dan handal. BAB II LANDASAN TEORI A. Teori - teori 1. Pengertian dalam Akuntansi Menurut Belkaoui (2011:288), konservatisme sebagai suatu prinsip pengecualian atau modifikasi dalam prinsip tersebut bertindak sebagai

Lebih terperinci

Dalam penyusunan laporan keuangan terdapat prinsip-prinsip yang dianut antara lain: Prinsip Pengakuan Pendapatan, Pengakuan Beban, Pengakuan Penuh,

Dalam penyusunan laporan keuangan terdapat prinsip-prinsip yang dianut antara lain: Prinsip Pengakuan Pendapatan, Pengakuan Beban, Pengakuan Penuh, PENDAHULUAN Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan menggambarkan kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya perusahaannya. Informasi yang disampaikan melalui laporan keuangan ini digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Properti investasi adalah properti berupa tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya yang dikuasai oleh pemilik (lessee) melalui sewa pembiayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konservatisme merupakan prinsip yang sering digunakan para akuntan dalam mengidentifikasi kejadian, di mana mengakui semua kerugian tetapi menunda terjadinya

Lebih terperinci

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UNIPMA KONSEVATISME AKUNTANSI DAN KINERJA MASA DEPAN PERUSAHAAN

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UNIPMA KONSEVATISME AKUNTANSI DAN KINERJA MASA DEPAN PERUSAHAAN KONSEVATISME AKUNTANSI DAN KINERJA MASA DEPAN PERUSAHAAN Anggita Langgeng Wijaya UNIVERSITAS PGRI Madiun Email : Gonggeng14@gmail.com ABSTRACT Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan kinerja masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (decision maker). Dalam pengambilan keputusan, manajer harus

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (decision maker). Dalam pengambilan keputusan, manajer harus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seorang manajer memegang fungsi dan peran sebagai pengambil keputusan (decision maker). Dalam pengambilan keputusan, manajer harus mempertimbangkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam laporan keuangan harus tranparan dan akuntabel agar. keputusan dibuat oleh pihak internal dan ekternal bisa tepat.

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam laporan keuangan harus tranparan dan akuntabel agar. keputusan dibuat oleh pihak internal dan ekternal bisa tepat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut PSAK No 1 Tahun 2013, Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur mengenai posisi dan kinerja keuangan suatu entitas. Sehingga laporan keuangan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan usahanya perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana, baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan usahanya perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana, baik untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menjalankan usahanya perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana, baik untuk keperluan modal usaha maupun untuk perluasan usahanya. Ekspansi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam praktik akuntansi. Sebagaimana dikatakan Lasdi (2008), meskipun. melaporkan laporan keuangan secara konservatif.

BAB I PENDAHULUAN. dalam praktik akuntansi. Sebagaimana dikatakan Lasdi (2008), meskipun. melaporkan laporan keuangan secara konservatif. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konservatisme merupakan konvensi laporan keuangan yang penting dalam akuntansi, sehingga disebut sebagai prinsip akuntansi dominan. Konvensi seperti konservatisme

Lebih terperinci

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan Tugas S2 matrikulasi: Ekonomi Bisnis & Financial Dosen: Dr. Prihantoro, SE., MM Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Selain itu, bank juga dikenal

BAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Selain itu, bank juga dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Selain itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk

Lebih terperinci

TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI DI INDONESIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE

TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI DI INDONESIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI DI INDONESIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan dibuat oleh perusahaan memiliki berbagai tujuan diantaranya adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja perusahaan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Terjadi pertentangan pendapat mengenai penerapan nilai wajar. Argumen teoritis yang menentang nilai wajar menurut pendapat Penman (2011) bahwa akuntansi nilai wajar

Lebih terperinci

Tiga karakteristik identifikasi, pengukuran dan komunikasi informasi keuangan mengenai kesatuan ekonomi kepada pihak yang berkepentingan

Tiga karakteristik identifikasi, pengukuran dan komunikasi informasi keuangan mengenai kesatuan ekonomi kepada pihak yang berkepentingan BAB 1 Apa itu AKUNTANSI? Akuntansi adalah seni yg menurut kepercayaan luas pertama kali ditemukan oleh Fra Luca Bartolomeo de Pacioli, seorang ahli matematika Italia dan friar Franciscan di abad ke 16

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan yaitu pihak pemilik dan pengelola, yang berkontribusi dalam modal, keahlian, serta tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa kasus praktik income smoothing (perataan laba) yang pernah terjadi,

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa kasus praktik income smoothing (perataan laba) yang pernah terjadi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktik income smoothing (perataan laba) bukanlah hal baru yang terjadi di tengah perekonomian Indonesia. Berdasarkan data dari Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal),

Lebih terperinci

KERANGKA KERJA KONSEPTUAL

KERANGKA KERJA KONSEPTUAL KERANGKA KERJA KONSEPTUAL Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) didefinisikan oleh FASB sebagai : a coherent system of interrelated objectives and fundamentals that is expected to lead to consistent

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selain itu, bab ini juga menguraikan tentang rumusan masalah yang menjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Prinsip konservatisme telah menjadi konsep pencatatan akuntansi yang diterapkan secara luas dalam beberapa dekade belakangan ini. Sterling (1970) menyatakan bahwa konservatisme merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga, Indonesia yang pendapatannya berasal dari pajak. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga, Indonesia yang pendapatannya berasal dari pajak. Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir setiap negara memperoleh pendapatan yang berasal dari pajak. Demikian juga, Indonesia yang pendapatannya berasal dari pajak. Indonesia adalah negara yang pendapatannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan menggambarkan kinerja manajemen perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dipercayakan. Informasi yang disampaikan melalui laporan keuangan ini digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengungkapan informasi yang relevan dan reliabel merupakan hal yang penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial Reporting Standard

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan menggambarkan kinerja manajemen perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Laporan keuangan merupakan media informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu prinsip yang dianut dalam proses pelaporan keuangan adalah prinsip konservatisme. Konservatisme merupakan konvensi laporan keuangan yang penting dalam akuntansi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada Era Globalisasi saat ini negara-negara berkembang dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada Era Globalisasi saat ini negara-negara berkembang dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada Era Globalisasi saat ini negara-negara berkembang dituntut untuk menerapkan sistem yang baru dan lebih baik dalam pengelolaan bisnis yang berdasarkan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah ditetapkan. Laporan keuangan perusahaan disediakan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. telah ditetapkan. Laporan keuangan perusahaan disediakan untuk memberikan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Entitas perusahaan memiliki tanggung jawab untuk mempersiapkan dan menyediakan laporan keuangan entitas berdasarkan Standar Akuntansi yang telah ditetapkan. Laporan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Agency Theory Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam perusahaan yang memiliki berbagai kepentingan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kreditor. Informasi akuntansi terjadi pada laporan keuangan perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan kreditor. Informasi akuntansi terjadi pada laporan keuangan perusahaan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi keuangan merupakan media informasi yang disusun oleh manajemen selaku pengelola bisnis untuk kepentingan publik khususnya investor dan kreditor. Informasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perusahaan membuat laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja manajemen dalam

I. PENDAHULUAN. Perusahaan membuat laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja manajemen dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan membuat laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya perusahaannya. Laporan keuangan menjadi penting bagi penggunanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Konservatisma merupakan prinsip akuntansi yang jika diterapkan akan menghasilkan angka-angka laba dan aset cenderung rendah, serta angka-angka biaya dan utang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengertian Akuntansi Pengertian akuntansi dalam Mursyidi (2010:17) adalah proses pengidentifikasian data keuangan, memproses pengolahan dan penganalisisan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fokus utama pelaporan keuangan adalah informasi mengenai laba dan komponennya. Pihak manajemen perusahaan sebagai pihak yang bertanggung jawab atas penyusunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan dalam usaha mengharmonisasikan standar-standar akuntansi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan dalam usaha mengharmonisasikan standar-standar akuntansi dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengaruh globalisasi saat ini telah menghilangkan batasan-batasan geografis dalam kegiatan perekonomian dan menuntut adanya suatu sistem akuntansi dalam

Lebih terperinci

MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN YANG MELANGGAR PERJANJIAN UTANG SKRIPSI

MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN YANG MELANGGAR PERJANJIAN UTANG SKRIPSI MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN YANG MELANGGAR PERJANJIAN UTANG (Studi Empiris pada Perusahaan LQ 45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2008) SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Singapura pada tahun Konsekuensi atas kesepakatan MEA tersebut berupa

BAB I PENDAHULUAN. Singapura pada tahun Konsekuensi atas kesepakatan MEA tersebut berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 merupakan realisasi pasar bebas di Asia Tenggara yang telah dilakukan secara bertahap mulai KTT ASEAN di Singapura pada tahun 1992.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. likuid dan efisien. Pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan

BAB I PENDAHULUAN. likuid dan efisien. Pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, pasar modal merupakan tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan risiko untung dan rugi. Selain itu, pasar modal juga merupakan suatu usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hubungan antara agen dengan prinsipal yang dapat memicu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hubungan antara agen dengan prinsipal yang dapat memicu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi Hubungan antara agen dengan prinsipal yang dapat memicu munculnya suatu konflik karena adanya perbedaan kepentingan diantara keduanya dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya perbedaan standar akuntansi yang berlaku di masing-masing negara.

BAB I PENDAHULUAN. adanya perbedaan standar akuntansi yang berlaku di masing-masing negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 Dalam beberapa dekade belakangan ini, isu globalisasi telah menjadi sebuah fenomena bagi dunia bisnis. Dampak globalisasi terlihat jelas dengan adanya perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah dan keterbatasan kemampuan rasional manusia. dengan pihak eksternal maupun pihak internal perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. masalah dan keterbatasan kemampuan rasional manusia. dengan pihak eksternal maupun pihak internal perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengambilan keputusan merupakan suatu proses mengkombinasikan pendekatan yang rasional dan judgmental, yang prosesnya tidak dapat diformulasikan secara lengkap. Dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diminta untuk pengakuan laba dibandingkan rugi. Watts juga menyatakan bahwa

BAB II LANDASAN TEORI. diminta untuk pengakuan laba dibandingkan rugi. Watts juga menyatakan bahwa BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Konservatisme Watts (2003) mendefinisikan konservatisme sebagai perbedaan verifiabilitas yang diminta untuk pengakuan laba dibandingkan rugi. Watts juga menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut Reves (2003:10) Akuntansi dapat di definisikan sebagai sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan mencatat informasi keuangan perusahaan pada periode tertentu. Laporan keuangan digunakan untuk berbagai pihak seperti investor, karyawan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) merupakan teori yang muncul karena adanya konflik kepentingan antara principal dan agen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersedia menyalurkan dananya melalui pasar modal adalah perasaan aman

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersedia menyalurkan dananya melalui pasar modal adalah perasaan aman 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi pasar modal adalah sebagai sarana untuk memobilisasi dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi.

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan UKDW. melalui informasi laba yang terkandung di dalamnya. Bagi para stakeholder, laporan

BAB I. Pendahuluan UKDW. melalui informasi laba yang terkandung di dalamnya. Bagi para stakeholder, laporan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Laporan keuangan dapat menjadi indikator

Lebih terperinci

KEMAMPUAN INFORMASI ARUS KAS DALAM MEMPREDIKSI ARUS KAS MASA DEPAN. (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur. Go Publik di Bursa Efek Indonesia)

KEMAMPUAN INFORMASI ARUS KAS DALAM MEMPREDIKSI ARUS KAS MASA DEPAN. (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur. Go Publik di Bursa Efek Indonesia) KEMAMPUAN INFORMASI ARUS KAS DALAM MEMPREDIKSI ARUS KAS MASA DEPAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Go Publik di Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel 3.1.1. Populasi Penelitian Populasi penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi di Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. 3.1.2. Sampel Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Indikator pesatnya pertumbuhan perusahaan tersebut dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Indikator pesatnya pertumbuhan perusahaan tersebut dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu Negara dapat dilihat dari peningkatan pasar modalnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama lima tahun terakhir bergerak menuju ke arah lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi merupakan teori yang digunakan perusahaan dalam mendasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi merupakan teori yang digunakan perusahaan dalam mendasari 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Agency Theory Teori agensi merupakan teori yang digunakan perusahaan dalam mendasari praktik bisnisnya. Teori agensi merupakan

Lebih terperinci

RINGKASAN BAB VII KERANGKA KONSEPTUAL FASB

RINGKASAN BAB VII KERANGKA KONSEPTUAL FASB RINGKASAN BAB VII KERANGKA KONSEPTUAL FASB Setelah mengetahui anggota dari panitia pembuat dokumen (FASB) dan berasal dari AICPA, APB dan AAA. Rangkaian dari dokumen sangatlah penting, dimana dua hal yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adanya kesulitan prinsipal untuk memonitor dan melakukan kontrol terhadap

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adanya kesulitan prinsipal untuk memonitor dan melakukan kontrol terhadap 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah teori yang dapat menjelaskan tentang adverse selection. Adverse selection adalah salah satu permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan (IAI,2009). Manajer

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan (IAI,2009). Manajer BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan sumber informasi yang digunakan untuk menilai posisi keuangan dan kinerja perusahaan yang terdiri dari Laporan Posisi Keuangan, Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu laporan keuangan yang memiliki kredibilitas tinggi. International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan pedoman

BAB I PENDAHULUAN. suatu laporan keuangan yang memiliki kredibilitas tinggi. International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan pedoman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki suatu tantangan untuk terus meningkatkan kualitas informasi akuntansi disetiap perusahaan yaitu dengan melakukan penyajian dan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Teori Keagenan (Agency theory) Teori keagenan merupsksn salah satu cara untuk lebih memahami ekonomi informasi dengan mem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk kepada beberapa penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Jumlah Partisipan Eksperimen

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Jumlah Partisipan Eksperimen BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Partisipan Tabel di bawah ini merupakan gambaran umum dari partisipan dalam eksperimen ini : Tabel 4.1 Jumlah Partisipan Eksperimen Keterangan Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang akuntansi, istilah manajemen laba tidak asing lagi di kalangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang akuntansi, istilah manajemen laba tidak asing lagi di kalangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam bidang akuntansi, istilah manajemen laba tidak asing lagi di kalangan praktisi maupun akademisi, khususnya peneliti akuntansi karena berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2017) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 13, Properti investasi adalah suatu properti berupa tanah atau

Lebih terperinci

KONSEKUENSI EKONOMI DAN TEORIAKUNTANSI POSITIF

KONSEKUENSI EKONOMI DAN TEORIAKUNTANSI POSITIF KONSEKUENSI EKONOMI DAN TEORIAKUNTANSI POSITIF IKHTISAR Motivasi kinerja manajer yang bertanggungjawab merupakan peran yang sama pentingnya bagi akuntansi keuangan seperti halnya penyediaan informasi bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan utama suatu perusahaan adalah memperoleh tingkat laba yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan utama suatu perusahaan adalah memperoleh tingkat laba yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan utama suatu perusahaan adalah memperoleh tingkat laba yang memuaskan (Halim: 2009). Laba yang memuaskan tersebut salah satunya bertujuan untuk memaksimalkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENURUNAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENURUNAN HIPOTESIS 14 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENURUNAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Relevansi Nilai Setiap perusahaan sudah pasti memiliki laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut sebagai tanggung jawab dan keterbukaan

Lebih terperinci

BAB II RERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. beberapa hal yang berkaitan dengan Komite Audit dalam perusahaan:

BAB II RERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. beberapa hal yang berkaitan dengan Komite Audit dalam perusahaan: 11 BAB II RERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1. Komite Audit Berdasarkan KEP-29/PM/2004 peraturan nomor IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di perkembangan perekonomian yang semakin maju ini di mana persaingan usaha

BAB I PENDAHULUAN. Di perkembangan perekonomian yang semakin maju ini di mana persaingan usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di perkembangan perekonomian yang semakin maju ini di mana persaingan usaha menjadi semakin sulit, perusahaan yang kuat dapat semakin meningkatkan keuntungannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti sole proprietorship biasanya peran ini dilakukan oleh pemilik. Tetapi pada

BAB I PENDAHULUAN. seperti sole proprietorship biasanya peran ini dilakukan oleh pemilik. Tetapi pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya setiap entitas bisnis didirikandengan tujuan memperoleh laba, bertumbuhdan melanjutkan operasinya secara terus menerus. Pencapaian tujuan tersebut memerlukan

Lebih terperinci