BAB II GAMBARAN UMUM PERKERETAAPIAN SUMATERA UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GAMBARAN UMUM PERKERETAAPIAN SUMATERA UTARA"

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN UMUM PERKERETAAPIAN SUMATERA UTARA 2.1 Kondisi Umum Perkeretaapian Sumatera Utara Perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi memiliki karakteristik dan keunggulan khusus, terutama dalam kemampuannya untuk mengangkut barang maupun penumpang secara massal. Moda transportasi ini juga dinilai lebih efisien dibandingkan dengan moda transportasi darat lain terutama untuk angkutan jarak jauh dan daerah yang padat lalu lintas. Kereta api sendiri merupakan alat transportasi yang umumnya terdiri dari lokomotif (kendaraan dengan tenaga gerak yang berjalan sendiri) dan rangkaian kereta atau gerbong (dirangkaikan antara satu dengan lainnya) 19. Rangkaian kereta api memiliki ruang yang luas ditiap gerbongnya sehingga mampu menampum penumpang dan barang dalam jumlah yang cukup besar dan menurut UU Republik Indonesia nomor 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian yang terdapat pada Bab 1 pasal 2, Kereta api merupakan: "sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri, maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api Kereta api juga memiliki cakupan yang sangat luas, ketika berbicara mengenai kereta api maka kita juga akan berbicara komponen-komponen yang 19 Moda transportasi kereta api terdapat pada diakses pada 29 oktober

2 terkait dengannya, baik itu stasiun, rel, peron, lokomotif, gerbong, palang pintu, pegawai kereta api, penumpang bahkan pedagang menjadi satu cakupan bahasan. 2.2 Sejarah Berdirinya Kereta Api Sumatera Utara Dalam tulisan Luckman (2007: 61) Keberadaan kereta api di Sumatera tidak terlepas dari adanya pengaruh pemerintah kolonial Belanda yang memprakarsai pembangunan sarana transportasi kereta api Deli Spoorweg Maatscappij (DSM) untuk mengangkut hasil perkebunan. Perkembangan yang pesat dari tanaman tembakau sejak abad ke-19 menyebabkan dibangunnya perusahaan kereta api Deli ini. Tujuannya adalah agar transportasi lebih cepat dan tidak terganggu lumpur-lumpur di jalanan ketika musim hujan datang. Gambar 1: Kereta Api Dengan Jarak Rel Sempit Untuk Pengangkutan Tembakau Deli Serdang, Sumatera Utara sumber gambar: 37

3 Inisiatif pertama pembuatan jalan kereta api ini datang dari tuan Cremer yang merupakan manager Deli Maatscappij. Kemudian pada tanggal 23 Januari 1883 Deli Maatscappij memperoleh konsensi dari pemerintah Belanda untuk membangun jalan kereta api dari Belawan-Medan Deli Tua-Timbang Langkat (Binjai). Pada bulan juni 1883 konsensi ini dialihkan kepada perusahaan Deli Spoorweg Maatscappij yang baru didirikan oleh Deli Maatscappij. Lima tahun kemudian diperoleh konsensi-konsensi untuk membuka cabang-cabang jaringan lintasan ke Serdang Perbaungan Serdang Hulu. Jaringan lintasan pertama dibuka pada bulan juni 1886 dan seluruh jaringan lintasan 63 mil selesai dalam tahun Apabila perkebunan-perkebunan baru mulai dibuka arah ke Selatan maka jalan kereta api juga turut menyusul dibuka ke arah selatan tersebut. Dengan dibukanya tambang-tambang minyak di Pangkalan Brandan dan pangkalan Susu maka dalam tahun 1900 jaringan lintasan baru dibuka pula ke sana. Kesemuanya telah dibuka 162 mil jaringan lintasan dengan 54 stasiun. Perkembangan jaringan lintasan kereta api cukup signifikan sejalan dengan ekspansi pengusaha perkebunan ke beberapa kawasan di Sumatera Timur. Pada tahun 1888 kawasan-kawasan seperti Belawan, Deli dan Binjai telah dapat dilalui oleh kereta api. Kemudian di tahun 1904 pembangunan kereta api dilanjutkan dengan menghubungkan antara Lubuk Pakam Bangun Purba. Perkembangan jaringan lintasan kereta api terus bertambah di tahun- tahun berikutnya, terbukti melalui tabel di bawah ini: 38

4 Tabel 2.1 Lintasan dan Panjang Rel Kereta Api Deli tahun Lintas rel Panjang (Km) SK Peresmian Medan Labuhan No. 17, tgl 23 Jan Juli 1886 Medan Binjai No. 17, tgl 23 Jan Mei 1887 Medan Deli Tua No. 17, tgl 23 Jan Sep 1887 Labuhan Belawan No. 17, tgl 23 Jan Feb 1888 Medan Serdang No. 09, tgl 28 Apr Jul 1889 Serdang Perbaungan No. 09, tgl 28 Apr Feb 1890 Binjai Selesai No. 01, tgl 20 Jun Des 1890 Kp. Baru Arnhemia No. 62, tgl 26 Jun Okt 1907 Pakam Bangun Purba No. 25, tgl 13 Jul Apr 1904 Selesai Kuala No. 33, tgl 11 Aug Nov 1902 Bamban Perbaungan No. 02, tgl 12 Feb Apr 1902 Bamban Rantau Laban No. 24, tgl 20 Sep Mar 1903 Stabat Rantau Laban No. 01, tgl 13 Jul Juni 1903 Stabat Binjai No. 01, tgl 13 Jul Aug 1904 Tanjung Pura Brandan No. 01, tgl 13 Jul Des 1904 Deli Tua P. Batu No. 28, tgl 10 Jun Des 1915 Brandan Besitang No. 56, tgl 26 Okt Des 1919 Besitang P. Susu No. 56, tgl 26 Okt Des 1921 Tebing Siantar No. 02, tgl 25 Aug Mei 1916 Rt. Laban Tj. Balai No. 14, tgl 19 Sep Aug 1915 Tj. Balai Tlk. Nibung No. 14, tgl 19 Sep Feb 1918 Kisaran Membang Muda No. 06, tgl 13 Des Aug 1937 Membang Muda Milano No. 07, tgl 24 Okt Aug 1837 Milano Rt. Prapat No. 07, tgl 24 Okt Aug 1937 Total Panjang Rel Sumber: Deli Spoorweg Maatschappij Peralian Sumatra Timur Menjadi Sumatera Utara Pada awalnya Sumatera Utara merupakan suatu pemerintahan yang bernama Gouvernement Van Sumatera dan dipimpin oleh seorang Gubernur yang berkedudukan di Medan. Sumatera Utara terdiri dari daerah-daerah administratif yang dinamakan keresidenan 22. pada Sidang 1 Komite Nasional daerah (KND) Provinsi Sumatera diputuskan untuk dibagi menjadi 3 sub Provinsi yaitu sub Provinsi Sumatera Utara (terdiri dari Keresidenan Aceh, Keresidenan Sumatera Timur dan Keresidenan tapanuli), sub Provinsi Sumatera Tengah dan sub Provinsi 21 Deli Spoorweg Maatschappij: Kontribusi Perkebunan Deli Dalam Pengembangan Transportasi di Sumatera Utara oleh Erond L.Damanik, M.Si yang terdapat pada diakses 20 November Keresidenan adalah sebuah pembagian administratif dalam sebuah Provinsi pada masa Hindia Belanda di Indonesia waktu itu, keresidenan biasanya terdiri dari beberapa kabupaten. 39

5 Sumatera Selatan. Melalui Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1948 tanggal 15 April 1948, pemerintah menetapkan Sumatera menjadi 3 Provinsi yang masingmasing berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri yakni Sumatera Utara, Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan. Pada tanggal 15 tersebut juga ditetapkan sebagai hari jadi Provinsi Sumatera Utara. Pada Awal tahun 1949 diadakan reorganisasi pemerintah di Sumatera. Dengan keputusan pemerintah Darurat RI tanggal 17 Mei 1949 Nomor 22/Pem/PDRI jabatan Gubernur Sumatera Utara ditiadakan. Selanjutnya, dengan ketetapan Pemerintah Darurat RI tanggal 17 Desember 1949 dibentuk Provinsi Aceh dan Provinsi Tapanuli/ Sumatera Timur yang kemudian dengan Peratutan Pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus 1950, ketetapan ini dicabut dan kembali dibentuk Provinsi Sumatera Utara. Tanggal 7 Desember 1956 diundangkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Provinsi Aceh dan perubahan peraturan pembentukan Provinsi Sumatera Utara yang intinya Provinsi Sumatera Utara wilayahnya dikurangi dengan bagian-bagian yang terbentuk sebagai Daerah Otonomi Provinsi Aceh Sejarah Provinsi Sumatera Utara terdapat pada diakses 10 desember

6 2.2.2 Pengaruh Kondisi Geografis Terhadap Perkebunan di Sumatera Utara Provinsi Sumatera Utara terletak diantara 1 o 4 0 Lintang Utara dan 98 o 100 o Bujur Timur yang pada tahun 2004 memiliki 18 kabupaten dan 7 kota serta terdiri dari 328 kecamatan. Secara keseluruhan Provinsi Sumatera Utara mempunyai desa dan 382 kelurahan serta memiliki luas daratan sebesar ,23 km Wilayah Sumatera Utara sendiri terdiri dari daerah pantai, daratan rendah dan daratan tinggi serta pegunungan Bukit Barisan yang membujur di tengahtengah dari Utara ke Selatan. Berdasarkan topografi daerah, Sumatera Utara di bagi atas 3 bagian yakni bagian timur dengan keadaan yang relatif datar, bagian tengah bergelombang sampai berbukit dan bagian barat merupakan daratan bergelombang. Wilayah pantai timur yang merupakan daratan rendah seluas ,99 km 2 atau 34,77% dari luas wilayah. Sumatera Utara sendiri memiliki iklim yang termasuk tropis dan dipengaruhi oleh angin passat dan angin Muson. Provinsi ini juga memiliki kelembaban udara rata-rata78% - 91% dengan curah hujan ( )mm/ tahun dan mendapat penyinaran matahari sebesar 43% 25. Keadaan tanah dan iklim tersebut menjadikan daerah Sumatera Utara menjadi daerah yang subur. Kondisi alam yang menguntungkan ini sangat cocok 24 Geografis Sumatera Utara terdapat pada diakses 10 desember Topografi dan iklim terdapat pada id=3 diakses 10 desember

7 untuk ditanami tanaman- tanaman bernilai ekonomis. Tanaman-tanaman tersebut seperti tembakau, karet,coklat, teh, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kelapa, dan kayu manis. Tanaman- tanaman ini dikelolah oleh perkebunan milik Belanda. Sebelum kedatangan Kolonial Belanda dan tumbuhnya perkebunan-perkebunan besar wilayah sumatera Utara merupakan hutan belantara yang memiliki keuntungan ekonomis yang kecil Sekilas Tentang Kehadiran Deli Maatschappij Pada tahun 1858, Holandia berhasil membuat pemimpin kesultanan Siak tunduk dan menjadi bagian dari Hindia-Belanda. Ini diatandai dengan ditandatanganinya Perjanjian Siak antara Sultan Siak dengan Hollandia pada tahun tersebut. Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa Kesultanan Siak dan daerah-daerah takhlukannya merupakan bagian dari kekuasaan Hollandia di Hindia Belanda. Sebuah kesultanan kecil di pantai timur Sumatera yang tanahnya subur serta menghasilkan lada, pinang, pala, gambir, dan tembakau yang diekspor ke Semenajung Malaya juga ikut tunduk. Kesultanan kecil ini berpusat pada sebuah kota yang bernama Labuhan. Kota Labuhan ini memiliki Sultan bernama Mahmud Perkasa Alam. Sultan inilah yang menandatangani Acte van Verband yakni suatu perjanjian antara kesultanan Deli dengan kerajaan Hollandia pada tahun Pada perjanjian itu Sultan Deli mengakui kekuasaan Sultan Siak yang telah 26 Dona Sofia: Keberadaan Angkutan Kereta Api di Sumatera Timur (Skripsi 2004) jurusan sejarah fakultas sastra USU, hal: 18 42

8 tunduk pada Hollandia yang dengan demikian Sultan Deli juga tunduk pada Hollandia. Deli kemudian mulai didatangi pengusaha Hollandia Jacobus Nienhuys pada tahun Nienhyus dan Sultan Mahmud Perkasa Alam membuat suatu persetujuan dimana orang Hollandia mulai diberi kesempatan untuk membuka perkebunan tembakau di Deli. Gambar 2: Kebun Tembakau Deli 27 Nienhuys pun mendapat konsesi dari sultan tersebut. Jika pada awalnya tanaman tembakau di Deli ditanam dan dikelola secara tradisional oleh para penduduk lokal, maka sejak kedatangan Nienhuys tanaman tembakau ditanam pada kebun yang lebih luas dan dikelola oleh orang asing. 27 Sumber gambar Alexander, 2012 dalam Parjis Van Soematra 43

9 Gambar 3: Jacobus Nienhuys 28 Pada tahun 1869, Nienhuys memindahkan kantor perkebunannya Deli Maatschappij bergeser menjauhi kota sang sultan. Kantor tersebut didirikan pada sebuah kampong bernama Medan Putri. Sekeliling Kampong yang masih hutan belukar merupakan potensi besar bagi perluasan kebun-kebun tembakau. Kampong ini juga berada di jalur jalan antara kota Labuhan dan Deli Tua. Gambar 4: Pembukaan Hutan Untuk Kebun Tembakau 29 Orang-orang dari labuhan dan Deli Tua menjadikan kampong ini sebagai tempat berkimpul untuk berdagang pada waktu-waktu tertentu. Posisi yang strategis ini 28 Sumber gambar Lucman, 2007 dalam Sejarah Medan Tempo Doeloe 29 Sumber gambar: Op.Cit Alrxander, hal 8 44

10 yang membuat Nienhuys memilih kampong Medan putri sebagai pusat pengaturan kebun-kebun tembakaunya (Alexander: 2012: 39-41). Memasuki tahun 1870-an, komoditas perkebunan tidak hanya terfokus pada tembakau saja namun telah merambah ke komoditas lainnya seperti karet, coklat, teh, dan kelapa sawit. Demikian juga halnya dengan perkebunan tidak lagi terkonsentrasi di Deli tetapi sudah memasuki daerah lain seperti Binjai, Langkat, Serdang, Padang (Tebing Tinggi), Siantar dan Simalungun. Gambar 5: Stasiun Medan pada tahun Mengingat pesatnya perkembangan perusahaan perkebunan Deli maka dibangunlah jaringan kereta api di tanah Deli tersebut pada tahun 1883 yakni Deli Spoorweg Matschappij yang mana transportasi kereta api ini digunakan sebagai 30 Sumber gambar:op.cit Luchman. Hal: 65 45

11 sarana pengangkutan komoditas perkebunan dari pedalaman menuju pusat kota Medan di sekitar Esplanade (Lapangan Merdeka). Gambar 6: Lapangan Merdeka Sebelum Prospek yang menjanjikan dari sektor perkebunan Sumatera Timur ini telah mendorong penataan disejumlah bidang untuk mendukung pengembangan kota Medan dan Sumatera Utara saat ini untuk menjadi kawasan yang maju dan Modern. Sehingga pada akhirnya Medan menjadi ibu kota Sumatera Utara pada tahun Kemudian pasca Indonesia merdeka memasuki awal tahun 1950-an, kabinet pemerintahan Indonesia di bawah kendali Bung Karno melakukan nasionalisasi aset pemerintah kolonial Belanda menjadi milik pemerintah Indonesia Sumber gambar: Ibid, hal Op.Cit L.Damanik, M.Si 46

12 2.2.4 Kaitan Perkembangan Kereta Api Sumatera Utara Dengan Kereta Api Indonesia Kehadiran kereta api di Sumatera Utara tidak terlepas dari sejarah kemunculan kereta api pertama di Indonesia yang pembangunannya pertama kali dilakukan di Jawa tepatnya di desa Kemijen Jum at tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari sabtu, 10 agustus Akibat keberhasilan NV. NISM membangun jalan Kereta api antara Kemijen Tanggung tersebut kemudian berkembang dan dilakukan pembangunan lagi pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang Surakarta (110 Km), keberhasilan pembangunan tersebut mendorong minat investor untuk membangun jalan kereta api di daerah lainnya. Sehingga pada tahun pembangunan jalan kereta api semakin panjang dan tumbuh dengan pesat. Pada tahun 1867 panjang jalan kereta api baru mencapai 25 km, di tahun 1870 menjadi 110 km dan tahun-tahun berikutnya terus bertambah yakni pada tahun 1880 mencapai 405 km, tahun 1890 menjadi km serta pada tahun 1900 menjadi km. 33 Sepur merupakan lebar antara sisi dalam kepala rel pada trak (jalur kereta api) kereta api 47

13 Tidak hanya di Jawa saja, pembangunan jalan kereta api juga dilakukan di Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), bahkan tahun 1922 di Sulawasi juga telah dibangun jalan kereta api sepanjang 47 Km antara Makasar Takalar, yang pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan kereta api di Indonesia mencapai km. Tetapi, pada tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi km, kurang lebih 901 km hilang dan diperkirakan karena dibongkar semasa pendudukan Jepang dan diangkut ke Burma untuk pembangunan jalan kereta api di sana. Jalan kereta api sering disebut dengan rel dan di Indonesia semula rel dibedakan dengan lebar sepur mm; 750 mm (di Aceh) dan 600 mm dibeberapa lintas cabang dan tram kota. Jalan rel yang dibongkar semasa pendudukan Jepang ( ) sepanjang 473 km, sedangkan jalan kereta api yang dibangun semasa pendudukan Jepang adalah 83 km antara Bayah Cikara dan 220 km antara Muaro Pekanbaru. Ironisnya, dengan teknologi yang seadanya, jalan kereta api Muaro Pekanbaru diprogramkan selesai pembangunannya selama 15 bulan yang memperkerjakan orang, diantaranya adalah Romusha. Jalan yang melintasi rawa-rawa, perbukitan, serta sungai yang deras arusnya ini, banyak menelan korban yang makamnya bertebaran sepanjang Muaro Pekanbaru. Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, karyawan kereta api yang tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta Api 48

14 (AMKA) mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari pihak Jepang. Peristiwa bersejarah yang terjadi pada tanggal 28 September 1945, pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945 kekuasaan perkeretaapian berada di tangan bangsa Indonesia. Orang Jepang tidak diperkenankan lagi campur tangan dengan urusan perkeretaapian di Indonesia. Inilah yang melandasi ditetapkannya 28 September 1945 sebagai hari kereta api di Indonesia, serta dibentuknya Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI). Pada tahun 1971 menjadi PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api), di tahun 1991 menjadi PERUMKA (Perusahaan Umum Kereta Api), kemudian pada tahun 1998 berganti menjadi PT. Kerteta Api (Persero) dan terakhir pada tahun 2010 sampai dengan sekarang ini berganti menjadi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) 34. PT. KAI ini merangkul seluruh perusahaan kereta api yang ada di Indonesia termasuk salah satunya adalah PT.KA Sumatera Utara. 2.3 Kereta Api Sumatera Utara Masa Kini Kereta api saat ini tidak hanya digunakan sebagai transportasi pengangkut hasil komoditi perkebunan. Transportasi ini telah berkembang menjadi angkutan penumpang dan barang serta berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Kereta api saat ini tidak lagi menggunakan batu bara sebagai sumber 34 sejarah Perkeretaapian terdapat pada diakses 29 oktober

15 tenaganya tetapi sudah mengandalkan mesin. Keberadaan kereta api sendiri kini lebih mudah dijumpai disetiap kota, pasalnya hampir disemua kota yang ada di Sumatera Utara memiliki tempat pemberhentian kereta yang biasaya disebut dengan Stasiun. Melalui Fasilitas yang ada distasiun dapat dilihat perkembangan yang terjadi pada perkeretaapian. Tidak hanya bentuk dan jenis kereta yang berbeda tetapi juga bangunan stasiun dan fasilitas yang diberikan juga berbeda. Saat ini ada 5 jenis kereta penumpang yekni kereta Srilelawangsa, Sribilah, Putri Deli, Sirex dan kereta Kuala Namu. A B Gambar 7: (A) Kereta Sri Lelawangsa dan (B) Putri Deli C D Gambar 8: (C) Kereta Kuala Namu dan (D) Sribilah 50

16 Kereta api juga membuka peluang kerja sama dengan pihak swasta guna memajukan pelayanan dibidang transportasi dan juga menambah pemasukan bagi pihak kereta api dengan cara menyewakan aset kereta api Stasiun Kereta Api Ketika berbicara mengenai kereta api maka kita juga akan berbicara mengenai sarana dan prasarana lain yang melingkupinya salah satunya adalah stasiun. Stasiun sendiri merupakan tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang kereta api. Ada 2 kategori stasiun yakni stasiun besar dan kecil. Perbedaan antara kedua stasiun tersebut dapat dilihat memalui luas dan fasilitas yang ada di stasiun tersebut. Melalui stasiun inilah beragam lapisan masyarakat saling berbaur dan menjalin komunikasi. Tidak hanya penumpang banyak pegawai kereta api yang bertugas dan pedagang juga berada di stasiun. Di beberapa stasiun tertentu terkadang dilengkapi dengan dipo lokomotif yang fungsinya sama seperti bengkel bagi kereta api yakni sebuah tempat untuk melakukan pemeriksaan dan perawatan terhadap mesin kereta api. Di Sumatera Utara sendiri ada banyak stasiun yang tersebar dalam beberapa wilayah yakni: 51

17 Tabel 2.2 Daftar Stasiun Kereta api Nama Stasiun Kabupaten/ Kota No 1 Rantau Prapat Kab. Labuhan Batu 2 ST. Merbau Kab. Labuhan Batu 3 ST. Pamingke Kab. Labuhan Batu 4 ST. Situngkir Kab. Labuhan Batu 5 ST.PadangHalaban Kab. Labuhan Batu 6 Aek Loba Kab. Asahan 7 Henglo Kab. Asahan Kisaran Pulo Raja Sentang ST. Teluk Dalam Bahlias Bandar Tinggi ST. Perlanaan Araskabu Batang Kuis Lubuk Pakam ST. Kuala Namu Besitang Stabat Tanjung Pura Bamban Perbaungan Sei Rampah ST. Bajalingge ST Bamban Teluk Mengkudu Lima Puluh Payapinang Sei Bejangkar ST. Dusun ST. Mambang Muda Tanjung Balai Pematang siantar Siantar Tebing Tinggi Bandar Khalipah Besar Belawan Besar Medan Rambutan Binjai Kab. Asahan Kab. Asahan Kab.Asahan Kab.Asahan Kab. Simalungun Kab. Simalungun Kab. Simalungun Kab. Deli Serdang Kab. Deli Serdang Kab. Deli Serdang Kab. Deli Serdang Kab. Langkat Kab. Langkat Kab. Langkat Kab. Serdang Bedagai Kab. Serdang Bedagai Kab. Serdang Bedagai Kab. Serdang Bedagai Kab. Serdang Bedagai Kab. Serdang Bedagai Kab. Bau Bara Kab. Batu Bara Kab. Batu Bara Kab. Batu Bara Kab. Labuhan Batu Kota Tanjung Balai Kota Pematang Siantar Kota Pematang Siantar Kota Tebing Tinggi Kota Medan Kota Medan Kota Medan Kota Medan Kota Medan Kota Binjai Sumber: Kementrian Perhubungan Terdapat pada diakses 10 desember

18 2.3.2 Struktur Organisasi Pengelolah Stasiun Sebagai sebuah Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dibidang Transportasi, PT. Kereta Api memiliki sebuah struktur organisasi pengelolah stasiun yang tergambar pada diagram berikut ini: Bagan 2.1 Struktur Organisasi Pengelolah Stasiun Kereta Api Kepala Stasiun Besar Wakil Kepala Stasiun Besar Tata Usaha Administrasi Bendaharawa dan staff Pimpinan Perjalanan Kereta Api Kepala Kiriman Barang Hantaran Kepala Kiriman Barang Hantaran Pengawas Peron Juru Rumah Sinyal Kantor Kawat Penjaga Lintasan Loket Loket Mandor(Bongkar Muatan dan Kebersihan Penjaga Pintu Depan Pembuat Laporan Kereta Juru Langsir Api Pekerja Stasiun Pekerja Stasiun Pekerja Stasiun Dari diagam diatas dapat terlihat bahwa jabatan tertinggi dipegang oleh kepala stasiun, oleh karena itulah kepala stasiun merupakan orang yang paling bertanggung jawab atas segala sesuatu yang ada di stasiun kereta api. Walaupun tanggung jawab tertinggi dipegang oleh kepala stasiun namun disamping itu setiap pegawai kereta api juga ikut andil dalam mempertanggung jawabkan setiap tugas mereka masing-masing, seperti berikut: 53

19 1. Kepala stasiun merupakan orang yang paling berkuasa dan bertanggung jawab penuh dalam stasiun kereta api. 2. Wakil kepala stasiun merupakan orang yang membantu tugas-tugas kepala stasiun, jika kepala stasiun tidak berada di tempat maka tanggung jawab kepala stasiun secara otomatis dibebankan kepada wakilnya. Jabatan wakil kepala stasiun ini hanya ada pada stasiun besar. 3. Bendahara bertugas mengurusi masalah administrasi keuangan stasiun kereta api. 4. Wakil bendahara merupakan orang yang membantu tugas-tugas bendahara. 5. Pimpinan Perjalanan Kereta Api (PPKA) bertugas mengatur operasional perjalanan kereta api. 6. Kondektur merupakan orang yang bertugas sebagai pemimpin dalam perjalanan kereta api dan bertanggung jawab penuh dalam perjalanan tersebut. 7. Staff kondektur/ TU kondektur bertugas mengatur jadwal dinas kondektur 8. Pengawas peron bertugas membantu PPKA, mengawasi segala kegiatan peron dan mengawasi emplasement Staff langsir bertugas sebagai juru langsir yang menyusun dan melepaskan satu gerbong kereta api atau mengeluarkan materil dari sato spur ke spur lainnya. 10. Kepala kantor kawat bertugas sebagai kepala urusan telegram berita. 11. Petugas administrasi mengurus surat menyurat kepala stasiun. 36 Emplasement merupakan ruangan/ lapangan/ halaman tempat lintas keluar-masuknya kereta apiuntuk menaikkan dan menurunkan penumpang. 54

20 12. Petugas statistik merupakan staff kepala stasiun besar dalam urusan pendataan berbagai hal secara statistik. 13. Petugas bagasi merupakan staff kepala stasiun besar urusan kiriman barang bagasi dan keatas kereta api. 37 Dari semua staff/ pegawai kereta api tersebut tidak semuanya terdapat di semua stasiun. beberapa diantaranya hanya terdapat di stasiun besar. Di Sumatera Utara ada 4 stasiun kereta api yang tergolong ke dalam stasiun besar yakni Medan, Tebing Tinggi, Tanjung Balai dan Rantau Prapat Pengaruh Stasiun Besar Medan Keberadaan stasiun besar Medan dinilai penting mengingat bahwa semua kereta api dengan tujuan mana saja bergerak dari stasiun ini. Sehingga stasiun lainnya menyesuaikan jadwal oprasional kereta api dengan jadwal kedatangan kereta dari stasiun Medan. Berikut merupakan jadwal oprasional kereta api di stasiun Medan: 37 Bambang Herawan Tugas akhir Proyek pengembangan stasiun Kereta api Medan, 2011 pada diakses pada 29 oktober

21 Tabel 2.3 Jadwal Operasional KA SRIBILAH NAMA KA NO.KA RELASI KEBERANGKATAN KEDATANGAN LAMA BARU LAMA BARU U27 R.PARAPAT-MEDAN 8:45 14:00 U28 MEDAN-R.PARAPAT 8:17 13:57 SRIBILAH U29 R.PARAPAT-MEDAN 15:20 20:43 U30 MEDAN-R.PARAPAT 10:47 16:00 U31 R.PARAPAT-MEDAN 17:10 22:11 U32 MEDAN-R.PARAPAT 15:46 21:16 U33 R.PARAPAT-MEDAN 23:55 5:09 U34 MEDAN-R.PARAPAT 22:50 3:50 Sumber: Stasiun KA Medan Tabel 2.4 Jadwal Operasional KA PUTRI DELI NAMA KA NO.KA RELASI KEBERANGKATAN KEDATANGAN LAMA BARU LAMA BARU U39 T.BALAI-MEDAN 7:55 12:52 U40 MEDAN-T.BALAI 6:57 11:28 U41 T.BALAI-MEDAN 13:20 17:55 PUTRI DELI U42 MEDAN-T.BALAI 13:12 17:36 U43 T.BALAI-MEDAN 19:00 23:20 U44 MEDAN-T.BALAI 16:57 21:35 Sumber: Stasiun KA Medan Tabel 2.5 Jadwal Operasional KA SIREX NAMA KA NO.KA RELASI KEBERANGKATAN KEDATANGAN LAMA BARU LAMA BARU SIREX U37 SIANTAR-MEDAN 7: :57 10:22 U38 MEDAN-SIANTAR 14: :33 18:15 Sumber: Stasiun KA Medan Tabel 2.6 Jadwal Operasional KA SRILELAWANGSA NAMA KA NO.KA RELASI KEBERANGKATAN KEDATANGAN LAMA BARU LAMA BARU U35 T.TINGGI-MEDAN 5:36 7:22 7:53 U36 MEDAN-T.TINGGI 18:57 21:51 20:37 S U45 BINJAI-MEDAN 5:45-6:14 R U46 MEDAN-BINJAI 5:00 5:37 5:29 I U47 BINJAI-MEDAN 7:15 7:22 7:44 L U48 MEDAN-BINJAI 6:30-6:59 E U49 BINJAI-MEDAN 9:15 9:52 9:44 L U50 MEDAN-BINJAI 8:30 9:07 8:59 A U51 BINJAI-MEDAN 12:07 12:12 12:36 W U52 MEDAN-BINJAI 10:00 10:37 10:29 A U53 BINJAI-MEDAN 13:55 15:07 14:24 N U54 MEDAN-BINJAI 13:10 13:07 13:39 G S U55 BINJAI-MEDAN 16:55 16:52 16:44 A U56 MEDAN-BINJAI 14:40 15:57 15:09 U57 BINJAI-MEDAN 18:55-19:24 U58 MEDAN-BINJAI 18:10 17:37 18:39 U59 BINJAI-MEDAN 21:45 21:37 22:14 U60 MEDAN-BINJAI 21:00-21:29 Sumber: Stasiun KA Medan 56

22 Jadwal operasional kereta api Medan saat ini samakin bertambah mengingat saat ini kereta api telah melayani perjalanan menuju bandara Kuala Namu. Kehadiran bandara Kuala Namu sendiri merupakan sebagai pengganti bandara Polonia yang tidak mungkin lagi beroprasi sebagai bandara untuk semua jenis pesawat. Hal ini karena wilayah sekitar bandara Polonia saat ini sudah dipadati oleh pemukiman penduduk sehingga ditakutkan akan membahayakan keselamatan bagi penduduk yang ada di sekitar wilayah tersebut dan juga keselamatan penumpang pesawat. Saat ini bandara Polonia telah diambil alih oleh pihak angkatan udara dan aktivitas penerbangan resmi dipindahkan ke bandara Kuala Namu. Berikut merupakan jadwal operasional kereta api menuju Kuala Namu: Tabel 2.7 Jadwal Keberangkatan dari Medan Menuju KNIA NO. Kereta yg Keberangkatan dari Tiba di Bandara Durasi Perjalanan diberangkatkan Stasiun Medan KNIA U WIB WIB 37 Menit U4A WIB WIB 37 Menit U8A WIB WIB 37 Menit U14A WIB WIB 37 Menit U18A WIB WIB 37 Menit U22A WIB WIB 37 Menit U26A WIB WIB 37 Menit U WIB WIB 37 Menit U WIB WIB 37 Menit U WIB WIB 37 Menit Sumber: ARS Tabel 2.8 Jadwal Keberangkatan dari KNIA Menuju Medan NO. Kereta yang Keberangkatan Tiba di Stasiun Durasi Perjalanan di Berangkatkan Dari Bandara KNIA Medan U63 U WIB WIB WIB WIB 47 Menit 44 Menit U5A WIB WIB 37 Menit U11A WIB WIB 37 Menit U15A WIB WIB 47 Menit U19A WIB WIB 37 Menit U23A WIB WIB 37 Menit U WIB WIB 44 Menit U75 U WIB WIB WIB WIB 44 Menit 37 Menit Sumber: ARS 57

23 Tidak hanya jadwal operasional saja bertambah, namun kini stasiun kereta api Medan juga dipadati dengan para penumpang yang bertujuan ke bandara Kuala Namu. Pasalnya kini dalam wilayah regional yang sama juga telah dibangun stasiun khusus penumpang Bandara. Sehingga membuat stasiun kereta api Medan memiliki bangunan tambahan yang digunakan sebagai stasiun khusus bandara yang mana dapat diakses melalui area drop off di lantai 2 atau dapat pula melalui pintu masuk stasiun di lantai 1 lalu naik ke lantai 2 dengan menggunakan eskalator ataupun lift yang ada. Stasiun kereta api bandara Medan terdiri dari tiga bangunan baru yang terbentang dari Jl. Stasiun sampai dengan Jl. Jawa, yang saling terhubung dengan dengan adanya 2 buah bangunan jembatan kaca (sky-bridge). Gambar 9: Sky-Bridge Stasiun Bandara di Medan Bangunan pertama City Railway Station (CRS) 1 merupakan bangunan inti yang berada di lantai 2, tempat pembelian tiket kereta. Bangunan kedua CRS 2 berada di tengah-tengah antara jalur kereta 8 dan 9, berfungsi sebagai peron 58

24 untuk keberangkatan dan kedatangan kereta api bandara, sedangkan bangunan CRS 3, berada di sisi jalan Jawa yang merupakan jalan keluar utama atau tempat penjemputan bagi para penumpang kereta yang datang dari Stasiun kereta api bandara Kuala Namu. Ketiga bangunan tersebut merupakan bangunan baru yang cukup modern, berpendingin udara (AC), oleh karena itu seluruh area dalam gedung merupakan area bebas asap rokok 38. Stasiun kereta api Bandara Medan juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti ruang kesehatan, mesin ATM, musholah dan resto-café, ruang check-in, dan kabarnya akan ditambahkan fasilitas penginapan berupa hotel. A B Gambar 10: (A) Cafe-resto Resto Yang Terdapat di Stasiun Medan dan (B) City Check In Yang Berada di Stasiun Bandara Medan 38 Stasiun kereta api bandara terdapat pada diakses 29 oktober

25 2.4 Cakupan Pembahasan Mengenai Kereta Api Di awal telah dijelaskan bahwa kereta api memiliki cakupan yang sangat luas, ketika berbicara mengenai kereta api maka kita juga akan berbicara komponen-komponen yang terkait dengannya yang salah satunya adalah stasiun. Di Stasiun kita dapat menemui berbagai macam kalangan masyarakat dan berbagai kegiatan pun terjadi di sana. Berbagai interaksi juga terjadi di stasiun dengan kata lain stasiun dapat disebut sebagai sebuah arena sosial yang berbentuk kecil yang mana berbagai kalangan dan lapisan masyarakat dapat saling berbaur. Kalangan-kalangan tersebut yakni penumpang yang berasal dari profesi, status, pendidikan yang berbeda maka cara pandang dan pola pikir dari masingmasing penumpang juga berbeda. Pedagang yang berasal dari daerah yang berbeda pula, pegawai kereta api yang berbeda spesifikasi, jabatan dan tugas yang diembannya, tukang becak yang pada dasarnya adalah orang pasaran serta agenagen lain yang terdapat dicakupan wilayah stasiun kereta api. Masing-masing dari kalangan masyarakat tersebut memiliki kepentingan yang berbeda-beda dengan kereta api. Ada yang sekedar menggunakan kereta api sebagai transportasi, ada yang menggunakan kereta api sebagai lahan mencari rejeki, ada yang menggunakan kereta api sebagai tuntutan kerja, ada juga yang menggunakan kereta api sebagai ajang rekreasi dan ada juga yang menggunakan kereta api sebagai lahan bisnis. 60

26 Cakupan kereta api sangatlah luas, sebagai mana yang terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian pada Bab 1 pasal 1 mengatakan bahwa: Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana, dan sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan dan prosedur untuk penyelenggaraan transportasi kereta api. Maka dari itu pembahasan mengenai kereta api disini tidak semata mata terkukung oleh transpotrasinya saja namun mencakup keseluruhan yang terkait dengan kereta api, termasuk aset perkeretaapian berupa tanah/bangunan dan individu-individu yang terlibat serta aturan-aturan yang ada di dalamnya. 61

BAB III PELAKSANAAN BATAS USIA PENSIUN PEGAWAI EKS DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DI PT.KAI. A. Profil Singkat PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

BAB III PELAKSANAAN BATAS USIA PENSIUN PEGAWAI EKS DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DI PT.KAI. A. Profil Singkat PT. Kereta Api Indonesia (Persero) BAB III PELAKSANAAN BATAS USIA PENSIUN PEGAWAI EKS DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DI PT.KAI A. Profil Singkat PT. Kereta Api Indonesia (Persero) 1. Sejarah PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Kehadiran kereta api

Lebih terperinci

BAB II. SEKILAS TENTANG PT. KERETA API (Persero) A. Sejarah Perkeretaapian Indonesia

BAB II. SEKILAS TENTANG PT. KERETA API (Persero) A. Sejarah Perkeretaapian Indonesia BAB II SEKILAS TENTANG PT. KERETA API (Persero) A. Sejarah Perkeretaapian Indonesia Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA didesa Kemijen Jumat tanggal

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAOP IV SEMARANG. 3.1 Sejarah Berdirinya PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)

BAB III GAMBARAN UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAOP IV SEMARANG. 3.1 Sejarah Berdirinya PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) BAB III GAMBARAN UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAOP IV SEMARANG 3.1 Sejarah Berdirinya PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) Berdirinya PT. Kereta Api Indonesia (Persero) ditandai dengan pencangkulan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. 57 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Perkeretaapian Indonesia Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama jalan KA di desa Kemijen, Jum at tanggal 17 Juni 1864

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Layanan Kereta Api di Stasiun Besar Tegal Viktorinus Singga Resi A

Rancang Bangun Sistem Layanan Kereta Api di Stasiun Besar Tegal Viktorinus Singga Resi A Rancang Bangun Sistem Layanan Kereta Api di Stasiun Besar Tegal Viktorinus Singga Resi A11.2008.04332 Program Studi Teknik Informatika Universitas Dian Nuswantoro 2013 ABSTRAK Selama ini informasi yang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) organisasi, dan tugas dalam hal ini PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai

GAMBARAN UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) organisasi, dan tugas dalam hal ini PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai BAB II GAMBARAN UMUM GAMBARAN UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) Bab dua berisi sejarah serta perkembangannya, visi, misi, struktur organisasi, dan tugas dalam hal ini PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kemajuan teknologi saat ini bisa dikatakan berkembang dengan sangat signifikan

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kemajuan teknologi saat ini bisa dikatakan berkembang dengan sangat signifikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Faktor kemajuan teknologi saat ini bisa dikatakan berkembang dengan sangat signifikan sesuai dengan tuntutan kebutuhan hidup manusia. Perkembangan teknologi merambah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA di desa Kemijen pada tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele.

BAB I PENDAHULUAN. Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA di desa Kemijen, Jum'at tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal

Lebih terperinci

BAB I PROFIL UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)

BAB I PROFIL UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) 1 BAB I PROFIL UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) 1.1 LATAR BELAKANG PERUSAHAAN Kerja praktik yang telah dilaksanakan di PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) dipo tanah abang. Perusahaan ini bergerak

Lebih terperinci

BAB II RUANG LINGKUP PERUSAHAAN. Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama

BAB II RUANG LINGKUP PERUSAHAAN. Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama BAB II RUANG LINGKUP PERUSAHAAN 2.1. PT. KERETA API PERSERO 2.1.1. Sejarah Perkeretaapian di Indonesia Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA di desa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Profil Perusahaan ( Sejarah Singkat Perusahaan) Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA di desa Kemijen, Jum'at tanggal

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU PT. KERETA API INDONESIA PERSERO. A. Tentang PT. Kereta Api Indonesia Persero

BAB III PRAKTEK PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU PT. KERETA API INDONESIA PERSERO. A. Tentang PT. Kereta Api Indonesia Persero BAB III PRAKTEK PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU PT. KERETA API INDONESIA PERSERO A. Tentang PT. Kereta Api Indonesia Persero 1. Sejarah PT. Kereta Api Indonesia Persero Laporan Tahunan PT. Kereta Api Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PROFIL UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)

BAB I PROFIL UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) BAB I PROFIL UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) 4.1 Sejarah Perkeretaapian Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA di desa Kemijen, Jum'at tanggal

Lebih terperinci

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurun waktu 1945-1949, merupakan kurun waktu yang penting bagi sejarah bangsa Indonesia. Karena Indonesia memasuki babakan baru dalam sejarah yaitu masa Perjuangan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM PT.KAI BANDUNG. Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan

BAB III TINJAUAN UMUM PT.KAI BANDUNG. Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan BAB III TINJAUAN UMUM PT.KAI BANDUNG 3.1 Profil PT.KAI Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA didesa Kemijen Jum'at tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Dalam perjalanan sejarahnya, angkutan kereta api di tanah air membuktikan peranannya yang berarti pada sektor perhubungan disamping menunjang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 Sejarah PT Kereta Api Indonesia (Persero) Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA di desa

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya PT Kereta Api Indonesia (Persero) Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA

Lebih terperinci

2.1 KEBIJAKAN RENCANA PENGEMBANGAN MENURUT RTRW. spasial dalam pengembangan wilayah dan kota yang dibentuk atas dasar kesepakatan

2.1 KEBIJAKAN RENCANA PENGEMBANGAN MENURUT RTRW. spasial dalam pengembangan wilayah dan kota yang dibentuk atas dasar kesepakatan BAB II KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DAN LANDASAN DASAR HUKUM 2.1 KEBIJAKAN RENCANA PENGEMBANGAN MENURUT RTRW KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Rencana tata ruang sebagai produk utama penataan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. - Wawancara dengan pihak PT KA. - Survei lapangan serta pemotretan

BAB 2 DATA DAN ANALISA. - Wawancara dengan pihak PT KA. - Survei lapangan serta pemotretan BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1. Data Data-data yang ada diperoleh dari - Wawancara dengan pihak PT KA - Buku company-profile PT KA - Majalah REL - Arsip dan Buku Interen PT KA - Survei lapangan serta pemotretan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN, JAKARTA PUSAT

BAB III TINJAUAN KAWASAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN, JAKARTA PUSAT BAB III TINJAUAN KAWASAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN, JAKARTA PUSAT 3.1. Tinjauan Umum Kota Administrasi Jakarta Pusat 3.1.1. Kondisi Administrasi Potensi Jakarta Pusat secara administratif terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan Indonesia sudah diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan Indonesia sudah diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkebunan Indonesia sudah diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak datang ke Indonesia dengan keuntungan yang melimpah. Hal tersebut merupakan salah

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 24 BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis

Lebih terperinci

BAB II RUANG LINGKUP PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI KERETA API. Jepang kita bisa melihat sejarah pengangkutan. 19 Pada tahun 1800 alat angkut

BAB II RUANG LINGKUP PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI KERETA API. Jepang kita bisa melihat sejarah pengangkutan. 19 Pada tahun 1800 alat angkut BAB II RUANG LINGKUP PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI KERETA API A. Sejarah Perkeretaapiaan Pada masa penjajahan Belanda hingga setelah pada masa penjajahan Jepang kita bisa melihat sejarah pengangkutan. 19

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROYEK

BAB II DESKRIPSI PROYEK BAB II DESKRIPSI PROYEK 11 BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 Tinjauan Umum Judul : Redesain Stasiun Kereta Api Tebing Tinggi Sifat : Fiktif Lokasi : Tebing Tinggi Luas Lahan : 8500 m 2 Luas Bangunan : 2300 m

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PT. KERETA API INDONESIA

BAB II GAMBARAN UMUM PT. KERETA API INDONESIA BAB II GAMBARAN UMUM PT. KERETA API INDONESIA (Persero) 2.1 Sejarah Singkat PT.Kereta Api Indonesia (Persero) Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA

Lebih terperinci

Makalah Kreatif Fundamental Inovasi PT KAI

Makalah Kreatif Fundamental Inovasi PT KAI Makalah Kreatif Fundamental Inovasi PT KAI Kelompok : Infinity Muchammad Hatta Z. 44316110066 Martha Hasibuan 44316110047 Muhamad Resya 44316110093 Radhiatul Mardhiah 44316110053 Syofatila Meidi 44316110035

Lebih terperinci

LANGKAH DAN STRATEGI. Paparan Bupati Batu Bara. Pada Tanggal 08 Januari 2015 di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian R.

LANGKAH DAN STRATEGI. Paparan Bupati Batu Bara. Pada Tanggal 08 Januari 2015 di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian R. LANGKAH DAN STRATEGI Percepatan Ketersediaan Lahan dan Infrastruktur Pendukung dalam Kerangka SISLOGNAS Pembangunan Pelabuhan Internasional di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara Paparan Bupati Batu Bara

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia untuk membawa barang melewati jalan setapak. Seiring dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia untuk membawa barang melewati jalan setapak. Seiring dengan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Darat Transportasi darat adalah segala bentuk transportasi menggunakan jalan untuk mengangkut penumpang atau barang dari satu tempat ke tempat lain (Munawar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JULI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JULI 2015 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No. 52/09/16/Th.XVIII, 01 September PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penumpang yang menggunakan jasa transportasi kereta api. Selain stasiun, pada

BAB I PENDAHULUAN. penumpang yang menggunakan jasa transportasi kereta api. Selain stasiun, pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan bidang yang dinamis selalu mengalami perkembangan sesuai zaman. dan salah satunya ialah kereta api, dimana setiap transportasi khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sejarah PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Kemunculan dan kehadiran Kereta Api (KA) di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PRAKTIK LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat UPT Medan Utara/ Dinas Pendapatan Sumatera Utara

BAB II DESKRIPSI LOKASI PRAKTIK LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat UPT Medan Utara/ Dinas Pendapatan Sumatera Utara BAB II DESKRIPSI LOKASI PRAKTIK LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat UPT Medan Utara/ Dinas Pendapatan Sumatera Utara Dinas Pendapatan Daerah Sumatera Utara pada awalnya mengurusi pengelolaan pajak dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN SEPTEMBER 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No.61/11/16/Th.XVIII, 01 November PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. (Persero), logo organisasi, struktur organisasi PT Kereta Api Indonesia

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. (Persero), logo organisasi, struktur organisasi PT Kereta Api Indonesia BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN Pada bab II ini, peneliti mendeskripsikan mengenai konteks dari penelitian yang diteliti. Konteks penelitian pada penelitian ini adalah mengenai PT KAI (Persero).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah PT. KAI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah PT. KAI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sejarah PT. KAI Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA didesa Kemijen Jum'at tanggal 17 Juni

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JUNI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JUNI 2015 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., 2007 No. 42/08/16/Th.XVIII, 01 Agustus PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan pada karakteristik desa dapat dilihat dari tipologi desa.

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan pada karakteristik desa dapat dilihat dari tipologi desa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan karakteristik keberadaan jumlah penduduk yang lebih banyak tinggal di desa dan jumlah desa yang lebih banyak

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2015 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No. 56/10/16/Th.XVIII, 01 Oktober PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Pada PT. (Persero) Angkasa Pura II adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi tugas oleh pemerintah untuk menjalankan bisnis jasa pelayanan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAOP 6 YOGYAKARTA

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAOP 6 YOGYAKARTA BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAOP 6 YOGYAKARTA A. Gambaran sejarah dan Perkembangan Kereta Api Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2017 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No. 23/05/16/Th.XIX, 02 Mei PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. (BUMN) yang bergerak di bidang jasa transportasi pengankutan penumpang dan

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. (BUMN) yang bergerak di bidang jasa transportasi pengankutan penumpang dan 1 BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Kereta Api (persero) adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa transportasi pengankutan penumpang dan barang,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA ASAM JAWA KECAMATAN KOTA PINANG, KABUPATEN LABUHAN BATU

BAB II GAMBARAN UMUM DESA ASAM JAWA KECAMATAN KOTA PINANG, KABUPATEN LABUHAN BATU BAB II GAMBARAN UMUM DESA ASAM JAWA KECAMATAN KOTA PINANG, KABUPATEN LABUHAN BATU 2.1 Letak Geografis Desa Asam Jawa Desa Asam Jawa berada di Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta api berfungsi sebagai transportasi massal di Indonesia yang dikenalkan pertama kali pada akhir abad 19. Jalur Kemijen menuju Desa Tanggung Kabupaten Semarang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hidup pada era modern seperti sekarang ini, mengharuskan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hidup pada era modern seperti sekarang ini, mengharuskan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup pada era modern seperti sekarang ini, mengharuskan manusia untuk melakukan sesuatu dengan cara cepat dan mudah. Salah satu hal yang ingin dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB II DATA AWAL PROYEK

BAB II DATA AWAL PROYEK BAB II DATA AWAL PROYEK 2.1 Lokasi 2.1.1 Lokasi Stasiun Lokasi : Kecamatan Manggarai, Jakarta Selatan Luas Lahan : ± 37.700 m² Luas Bangunan : ± 27.179,5 m² Gambar 1 Peta Kawasan Manggarai Sumber : www.cybermap.co.id

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA DESEMBER 2011

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA DESEMBER 2011 P BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 10/02/12 Th. XV, 01 Februari 2012 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA DESEMBER 2011 A. PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional Kereta api merupakan salah satu dari moda transportasi nasional yang ada sejak masa kolonial sampai dengan sekarang dan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peninggalan sejarah dan cagar budaya mempunyai peranan penting dalam perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah dan cagar budaya banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Dengan meredupnya sektor pertanian konvensional apalagi dimata generasi muda, perkotaan selalu menawarkan banyak kesempatan, baik di sektor formal maupun informal dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API I. UMUM Perkeretaapian merupakan salah satu moda transportasi yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan Sebelum PT (Persero) Angkasa Pura II berdiri terlebih dahulu dibangun landasan pacu Bandara Polonia Medan sehingga dengan adanya landasan inilah PT

Lebih terperinci

BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964

BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964 BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964 P.T. PP London Sumatra Indonesia Tbk. sebelum dinasionalisasi bernama Harrison & Crossfield Ltd. Perusahaan ini berpusat di London, Inggris,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Rencana Jaringan Kereta Api di Pulau Sumatera Tahun 2030 (sumber: RIPNAS, Kemenhub, 2011)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Rencana Jaringan Kereta Api di Pulau Sumatera Tahun 2030 (sumber: RIPNAS, Kemenhub, 2011) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNAS) 2030 telah direncanakan program jangka panjang pembangunan Trans Sumatera Railways yang membentang dari Provinsi

Lebih terperinci

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai BAB 2 TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG 2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Serdang Bedagai pada prinsipnya merupakan sarana/alat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN OKTOBER 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN OKTOBER 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No.69/12/16/Th.XVIII, 01 Desember PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan bidang kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pentingnya transportasi bagi masyarakat Indonesia disebabkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan perekonomian nasional dan menjadi sektor andalan serta mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

DAFTAR MEMORANDUM OF UNDERSTANDING. dengan Ditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata dengan Gubernur Bali dengan PT.KAI.

DAFTAR MEMORANDUM OF UNDERSTANDING. dengan Ditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata dengan Gubernur Bali dengan PT.KAI. DAFTAR MEMORANDUM OF UNDERSTANDING NO JUDUL TANGGAL MULAI BERLAKUNYA JANGKA WAKTU 1. Penyelenggaraan Di Bali Untuk Mendukung Pariwisata. Jakarta, 27 Desember 2010 Ditjen dengan Ditjen Pengembangan Destinasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Transportasi Kereta Api Transportasi merupakan dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat, serta pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi Lintang Utara,

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi Lintang Utara, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai 3.1.1 Letak Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 2 0 57 Lintang Utara, 3 0 16 Lintang Selatan, 98 0 33 Bujur Timur,

Lebih terperinci

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH No. 38/07/72/Th.XVIII, 01 Juli 2015 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Mei 2015, TPK Hotel Bintang

Lebih terperinci

DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH No. 08/02/72/Th.XVII, 03 Februari 2014 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Desember 2013, TPK Hotel

Lebih terperinci

2013, No Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir deng

2013, No Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir deng No. 380, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Kereta Api. Jalur. Persyaratan Teknis. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 60 TAHUN 2012 TENTANG PERSYARATAN

Lebih terperinci

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH No. 61/11/72/Th.XVIII, 02 November 2015 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama September 2015, TPK

Lebih terperinci

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH No. 43/08/72/Th.XVIII, 03 Agustus 2015 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Juni 2015, TPK Hotel

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA NOVEMBER 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 3/1/12/Thn. XX, 3 Januari 217 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA NOVEMBER 216 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung di Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

Provinsi Sumatera Utara: Demografi Fact Sheet 02/2015 (28 Februari 2015) Agrarian Resource Center ARC Provinsi Sumatera Utara: Demografi Provinsi Sumatera Utara adalah provinsi peringkat ke-4 di Indonesia dari sisi jumlah penduduk. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru dalam pelayanan moda transportasi kereta api di Indonesia. PT. Railink

BAB I PENDAHULUAN. baru dalam pelayanan moda transportasi kereta api di Indonesia. PT. Railink BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha PT. Railink PT. Railink, anak perusahaan dari PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dengan PT. Angkasa Pura II (Persero), didirikan

Lebih terperinci

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH No. 52/09/72/Th.XVIII, 01 September 2015 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Juli 2015, TPK Hotel

Lebih terperinci

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH No. 08/02/72/Th.XIX, 01 Februari 2016 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Desemebr 2015, TPK Hotel

Lebih terperinci

dan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara

dan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara Sebelum Dinas berdiri sendiri sebagai instansi tersendiri, Pengelolaan Pajak dan Pendapatan Daerah adalah merupakan salah satu bagian yang berada di bawah Biro Keuangan yang bernaung pada Sekretariat Kantor

Lebih terperinci

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH No. 23/05/72/Th.XX, 02 Mei 2017 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Maret 2017, TPK Hotel Bintang

Lebih terperinci

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH No. 33/06/72/Th.XX, 02 Juni 2017 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama April 2017, TPK Hotel Bintang

Lebih terperinci

Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan September 2017

Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan September 2017 Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan, ember No. 58/11/16/Th.XIX, 01 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan

Lebih terperinci

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH No. 07/02/72/Th.XX, 01 Februari 2017 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Desember 2016, TPK Hotel

Lebih terperinci

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH No. 24/05/72/Th.XIX, 02 Mei 2016 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Maret 2016, TPK Hotel Bintang

Lebih terperinci

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH No. /07/72/Th.XX, 03 Juli 2017 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Mei 2017, TPK Hotel Bintang Sebesar

Lebih terperinci

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH No. 19/04/72/Th.XX, 03 April 2017 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Februari 2017, TPK Hotel Bintang

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang Balai Pelaksana Teknis Bina Marga atau disingkat menjadi BPT Bina Marga Wilayah Magelang adalah bagian dari Dinas

Lebih terperinci

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH No. 15/03/72/Th.XX, 01 Maret 2017 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Januari 2017, TPK Hotel Bintang

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota, sekaligus sebagai ibu kota

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota, sekaligus sebagai ibu kota BAB IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN A. Geografis Kota Bandar Lampung 1. Profil Wilayah Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota, sekaligus sebagai ibu kota Provinsi Lampung,

Lebih terperinci

Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan Agustus 2017

Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan Agustus 2017 Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan, us No. 54/10/16/Th.XIX, 02 Oktober BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan us

Lebih terperinci

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH No. 43/08/72/Th.XX, 01 Agustus 2017 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Juni 2017, TPK Hotel Bintang

Lebih terperinci

DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH No. 26/05/72/Th. XVIII, 04 Mei 2015 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Maret 2015, TPK Hotel Bintang

Lebih terperinci

BAB II PT. ANGKASA PURA II (PERSERO) BANDAR UDARA POLONIA MEDAN. dan pelayanan lalu lintas udara yang telah melakukan aktivitas pelayanan jasa

BAB II PT. ANGKASA PURA II (PERSERO) BANDAR UDARA POLONIA MEDAN. dan pelayanan lalu lintas udara yang telah melakukan aktivitas pelayanan jasa 9 BAB II PT. ANGKASA PURA II (PERSERO) BANDAR UDARA POLONIA MEDAN A. Sejarah Ringkas Perusahaan Angkasa Pura II merupakan perusahaan pengelola jasa kebandarudaraan dan pelayanan lalu lintas udara yang

Lebih terperinci

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH No.02/01/72/Th.XX, 03 Januari 2017 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama November 2016, TPK Hotel

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses

PENDAHULUAN. raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai produsen terbesar di dunia, kelapa Indonesia menjadi ajang bisnis raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses produksi, pengolahan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2016

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No. 24/05/16/Th.XVIII, 02 Mei PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET Jumlah

Lebih terperinci

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH No. 61/11/72/Th.XIX, 01 November 2016 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama September 2016, TPK Hotel

Lebih terperinci

DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH No. 68/12/72/Th.XVII, 01 Desember 2014 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Oktober 2014, TPK Hotel

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN PERLINTASAN SEBIDANG PADA JARINGAN JALAN DALAM KOTA DAN ANTAR KOTA

STUDI KELAYAKAN PERLINTASAN SEBIDANG PADA JARINGAN JALAN DALAM KOTA DAN ANTAR KOTA Media Teknik Sipil, Volume X, Juli 2010 ISSN 1412-0976 STUDI KELAYAKAN PERLINTASAN SEBIDANG PADA JARINGAN JALAN DALAM KOTA DAN ANTAR KOTA Yusandy Aswad 1) 1) Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH No. 32/06/72/Th.XVII, 02 Juni 2014 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama April 2014, TPK Hotel Bintang

Lebih terperinci