BAB I PENDAHULUAN. ekonomi telah menumbuhkan berkah berupa lahirnya para entrepreneur baru.
|
|
- Widyawati Harjanti Budiono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sejak pertengahan tahun 1997, Indonesia mengalami krisis moneter yang berkembang menjadi krisis ekonomi dan akhirnya krisis multi dimensional yang telah menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran dan jumlah penduduk miskin baik di perkotaan maupun di pedesaan. Pada tahun 1998 menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pusat angka pengangguran itu telah mencapai 13,8 juta orang dan jumlah orang miskin mencapai 80 juta orang serta pada periode jumlah tersebut relatif bertahan sejalan dengan belum selesainya krisis ekonomi yang dialami bangsa Indonesia. Menurut Ruyadi (2004) tingginya angka pengangguran itu faktor utamanya adalah kolapsnya sejumlah perusahaan besar karena tidak mampu mengatasi dampak dari krisis ekonomi tersebut sehingga banyak pekerjanya yang di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Di sisi lain, krisis ekonomi telah menumbuhkan berkah berupa lahirnya para entrepreneur baru. Mereka ini adalah orang-orang yang jeli melihat peluang dan tak gamang menghadapi kesulitan. Ketika banyak orang meratapi nasibnya yang malang akibat terkena PHK dan juga tidak dapat pekerjaan, mereka mengerahkan segenap daya dan upaya untuk menciptakan lapangan kerja bagi dirinya sendiri dan orang lain. Sehingga menurut BPS jumlah penganggur pada Februari 2011 mengalami penurunan sebesar 200 ribu orang jika dibanding keadaan Agustus 2010 dan mengalami penurunan 470 ribu orang jika dibanding keadaan Februari 2010.
2 Dalam rangka menghadapi era perdagangan bebas, bangsa Indonesia ditantang bukan hanya untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang siap bekerja, melainkan juga harus mampu mempersiapkan dan membuka lapangan kerja baru. Masyarakat kita dididik untuk menjadi para pencari kerja. Dengan kondisi perekonomian yang tidak stabil, kemapanan dan keamanan dalam bekerja adalah tujuan utama, dan kemapanan tersebut didapat saat kita menjadi karyawan yang mendapat gaji bulanan yang tetap. Sekolah, kuliah dan melamar pekerjaan sudah menjadi tradisi di negeri kita (Soetadi, 2010). Dunia entrepreneur (wirausaha) masih ditakuti oleh sebagian orang karena dianggap gambling dengan pendapatan yang fluktuatif, kadang naik, kadang turun, dan bisa saja bangkrut. Padahal tidak sedikit entrepreneur yang sukses. Bahkan kebanyakan orang kaya di Indonesia saat ini adalah entrepreneur. Selain itu, saat kita menerjunkan diri menjadi seorang wirausahawan, kita sudah turut andil dalam membuka lapangan pekerjaaan yang saat ini menjadi permasalahan global (Soetadi, 2010). Hendy Setiono, Presiden Direktur Kebab Turki Baba Rafi Surabaya adalah salah satu wirausahawan muda yang sukses dalam berwirausaha. Hendy belajar untuk membuat kebab ketika dia berada di Qatar. Awalnya Hendy hanya mencoba makanan yang banyak dijualbeli oleh warga setempat. Ketika dia memakan kebab tersebut langsung terbesit di pikiran Hendy untuk membuka usaha kebab di Indonesia. Ketika tiba di Surabaya, dia langsung menyusun strategi bisnis bersama kawan bisnisnya Hasan Baraja. Awalnya mereka sengaja melakukan trial dan error untuk menjajaki peluang bisnis serta pangsa pasarnya. Ternyata resep
3 kebab dari Qatar tidak begitu disukai oleh konsumen. Sehingga mereka memodifikasi rasa dan ukuran yang sesuai dengan orang Indonesia. September 2003, gerobak jualan kebab pertamanya mulai beroperasi. Mengawali sebuah bisnis tidaklah mudah. Apalagi untuk meraih sukses. Suka duka pun dirasakan oleh Hendy. Misalnya, uang jualan dibawa lari karyawannya, banyak karyawan yang keluar masuk. Bahkan pernah suatu hari dia tidak memiliki karyawan sehingga Hendy dan istri yang berjualan. Hari itupun kebetulan hujan sehingga tidak banyak orang yang membeli kebab dan pemasukan pun sedikit (Irpanudin, 2009). Hendy tidak ingin setengah-tengah dalam menjalankan bisnis. Akhirnya dia memutuskan berhenti dari bangku kuliah. Hendy tidak menyesal meninggalkan bangku kuliah untuk membangun usaha. Keputusan dia untuk meninggalkan bangku kuliah juga sempat ditentang oleh orang tuanya karena dianggap bisnis yang akan dilakukannya adalah proyek iseng. Yang luar biasa kesuksesan bisnis Hendy tidak memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkannya. Dalam waktu 3-4 tahun, dia berhasil mengembangkan sayap di mana-mana. Bahkan, hingga pengujung 2006 pengusaha muda tersebut mencatat telah memiliki 100 outlet Kebab Turki Baba Rafi yang tersebar di 16 kota di Indonesia. Tidak hanya di Indonesia, Hendy berencana mengembangkan usahanya ke luar negeri. Hendy juga sempat ditawari dari Trinidad dan Tobago serta Kamboja untuk membuka outlet (Irpanudin, 2009) Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menjalankan dunia kewirausahaan akan banyak tantangan dan hambatan yang dihadapi.
4 Kemungkinan gagal dalam berwirausaha adalah ancaman yang selalu ada bagi wirausaha dan tidak ada jaminan kesuksesan. Sehingga seorang wirausahawan membutuhkan adversity quotient untuk mencapai keberhasilannya. Menurut Stoltz (2000) adversity quotient (AQ) merupakan sikap mental yang berupa kemampuan seseorang untuk bertahan dalam menghadapi kesulitan dan mengatasinya sehingga dapat terus bertahan untuk mencapai kesuksesan pada pekerjaan dan hidup. Stoltz (2000) mengemukakan adversity quotient merupakan faktor yang paling penting dalam meraih kesuksesan. Adversity quotient adalah suatu ukuran untuk mengetahui respon terhadap kesulitan dan serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respon terhadap kesulitan. Seseorang yang memandang dan mampu mengubah kesulitan atau hambatan sebagai suatu tantangan dan peluang menurut Stoltz (2000) adalah seseorang yang akan mampu terus berjuang dalam situasi apapun sehingga mereka akan mencapai kesuksesan. Seseorang yang terus berjuang dan berkembang pesat adalah seseorang yang memiliki adversity quotient yang tinggi. Seseorang dengan adversity quotient tinggi ini adalah individu yang merasa berdaya, optimis, tabah, teguh dan memiliki kemampuan bertahan terhadap kesulitan. Adversity quotient memiliki empat dimensi utama yang dapat membentuk AQ seseorang kuat yaitu control, dimensi ini mempertanyakan seberapa besar kendali yang seseorang rasakan terhadap sebuah peristiwa yang menimbulkan kesulitan. Origin dan ownership, dimensi ini mempertanyakan siapa atau apa yang menjadi asal usul kesulitan dan sampai sejauh manakah seseorang mengakui
5 akibat kesulitan tersebut. Reach, dimensi ini mempertanyakan sejauh manakah kesulitan akan menjangkau bagian lain dari kehidupan seseorang. Endurance, dimensi ini mempertanyakan seberapa lama kesulitan akan berlangsung atau seberapa lama penyebab kesulitan akan berlangsung (Stoltz, 2000). Menurut Koentjaraningrat (dalam Dewi, 2005), masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, nilai-nilai budaya satu suku bangsa dapat berbeda dengan suku bangsa lainnya. Perbedaan ini tentu saja akan mempengaruhi pola pikir, emosi, dan tingkah laku individu dalam setiap suku bangsa. Dalam penelitian ini, peneliti hendak melihat perbedaan adversity quotient wirausahawan Batak Toba dan Jawa. Peneliti tertarik untuk meneliti wirausahawan Batak Toba dan Jawa karena kedua budaya tersebut semakin hari semakin berusaha mengembangkan usahanya dan semakin banyaknya muncul para wirausahawan baru. Menurut Stoltz (2000) ada sembilan faktor pendukung kesuksesan seseorang yaitu kinerja, bakat, kemauan, kecerdasan, kesehatan, karakter, genetika, pendidikan dan keyakinan. Faktor tersebut dapat mempengaruhi AQ yang dimiliki oleh seseorang. Salah satu faktor yang mempengaruhi AQ yang dapat membedakan AQ yang dimiliki oleh wirausaha etnis Batak Toba dan Jawa adalah karakter. Karakter yang dimiliki oleh masing-masing budaya adalah berbeda. Pewarisan kultur genetis suatu bangsa dapat menjadi alasan mengapa suku atau bangsa tertentu memiliki karakter yang berbeda. Perbedaan ini bukan semata-mata terjadi karena perbedaan iklim dan geografis tempat pribadi hidup,
6 melainkan pola perilaku, sifat, temperamen, perangai bisa memiliki kesamaan yang membedakannya dengan suku atau bangsa lain (Koesoema, 2007). Secara stereotipe, orang Jawa umumnya dikenal karena gaya bicaranya yang lemah lembut, sabar, memiliki sikap pasrah, nrimo dan pantang untuk berbicara dan bertingkah laku keras. Menurut Mulder (dalam Dewi, 2005), masyarakat Jawa tidak menyukai emosi kuat dan marah, karena bila hal tersebut diungkapkan dalam suatu hubungan interpersonal dapat merusak keselarasan sosial. Oleh karena itu, kelembutan perasaan merupakan nilai yang sangat dihargai dalam masyarakat Jawa. Sebaliknya, orang Batak Toba umumnya dikenal karena kegigihan dalam memperoleh sesuatu, gaya bicarannya yang keras, memiliki keberanian untuk membela kepentingan seluruh keluarga dan sanak saudara, tidak pasrah menerima keadaan, dan biasa bertindak tegas. Stereotipe orang Batak Toba ini pada dasarnya terbentuk dari nilai-nilai budaya Batak Toba yang sejak dulu dianut dan disampaikan secara turun-temurun (Dalihan Na Tolu). Berdasarkan hal tersebut dapat terlihat bahwa adversity quotient orang Batak Toba lebih tinggi dibandingkan orang Jawa. Hal ini dikarenakan orang Batak Toba memiliki sebahagian ciri-ciri orang yang memiliki AQ yang tinggi yaitu orang yang terus berjuang dalam bentuk kegigihannya dalam memperoleh sesuatu, memiliki kemampuan bertahan terhadap kesulitan yang ditunjukkan dengan sikap tidak pasrah menerima keadaan. Sedangkan orang Jawa tidak termasuk orang yang memiliki AQ yang tinggi berdasarkan stereotipe nya. Karena orang Jawa memiliki sikap pasrah dan nrimo (Dewi, 2005)
7 Tiap etnis yang ada di Indonesia juga memiliki falsafah hidup masingmasing. Falsafah hidup merupakan anggapan, gagasan dan sikap batin yang paling umum yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Falsafah hidup menjadi landasan dan memberi makna pada sikap hidup suatu masyarakat. Etnis Jawa memiliki falsafah hidup tersendiri yang terkandung dalam lima hakekat pokok yaitu hakekat hidup, hakekat kerja, hakekat waktu, hakekat hubungan manusia dengan sesamanya dan hakekat hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Misalnya falsafah hidup Jawa yang berisi hakekat hidup adalah falsafah nrima ing pandum yang hampir semua orang Jawa mengenalnya adalah menerima apa yang telah diberikan oleh Tuhan secara apa adanya. Dengan falsafah ini orang Jawa menganggap hidup harus dijalankan dengan tabah dan pasrah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gauthama (dalam Hadi, 2003) di lima daerah yaitu kota Yogyakarta, Kediri, Banyumas, Pekalongan dan Pasuruan diperoleh hasil bahwa sebagian besar masyarakat, baik masyarakat kelas bawah, menengah maupun atas masih memahami dan menganut falsafah ini dan hanya sebagian kecil yang tidak memahaminya. Menurut Tinambunan (2010) suku bangsa Batak menjalani hidup seharihari juga berdasarkan prinsip-prinsip falsafah batak. Falsafah Batak adalah suatu kebenaran hakiki yang menggambarkan tentang ciri-ciri khas Batak, yang mengatur perilaku hubungan kekerabatan dan interaksi antara yang satu dengan yang lainnya, yang saling mempengaruhi, saling menentukan, saling berhubungan dan saling membutuhkan yang diikat dengan sistem Dalihan Natolu. Prinsip-prinsip yang mendasar tersebut masih aktual dan sangat sering dilakonkan
8 oleh sebagian besar orang Batak untuk mewujudkan kesatuan dan persatuan, kekerabatan dan adat istiadat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Adapun tujuh falsafah hidup yang menjadi pegangan hidup dalam acara-acara adat, keagamaan, pesta, acara kekeluargaan dan kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan oleh komunitas Batak yaitu Mardebata (punya Tuhan), Marpinompar (punya keturunan), Martutur (punya kekerabatan), Maradat (punya adat istiadat), Marpangkirimon (punya pengharapan), Marpatik (punya aturan dan Undang-Undang), Maruhum (punya hukum). Misalnya salah satu falsafah hidup orang Batak adalah hamoraon, yang artinya setiap orang Batak bercita-cita ingin memiliki harta dan kekayaan. Oleh karena itu, orang Batak begitu gigih mencari uang. Laki-laki ataupun perempuan sama saja, tidak dibedabedakan. Identik hamoraon (kekayaan) dipakai untuk mencari hasangapon (terpandang) dengan menyekolahkan anak setinggi-tingginya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masing-masing budaya memiliki karakter yang berbeda. Nilai falsafah hidup kedua budaya juga berbeda. Hal ini dapat mengakibatkan adversity quotient kedua budaya juga berbeda. Karakter seseorang yang tercermin dari nilai falsafah hidupnya dapat mempengaruhi adversity quotient yang dimilikinya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang ada/tidaknya perbedaan adversity quotient pada wirausahawan Batak Toba dan Jawa.
9 B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah ada perbedaan adversity quotient pada wirausahawan Batak Toba dan Jawa? C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui perbedaan adversity quotient pada wirausahawan Batak Toba dan Jawa D. MANFAAT PENELITIAN Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberikan gambaran profil adversity quotient pada wirausahawan Batak Toba dan Jawa. 2. Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi khususnya kepada wirausahawan bahwa adversity quotient sangat dibutuhkan dalam mencapai keberhasilan di dunia kewirausahaan serta orang Batak Toba dan Jawa mengetahui level adversity quotient yang dimiliki masing-masing etnis. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi kepada Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop) untuk lebih dapat memberikan pelatihan kepada wirausahawan Batak Toba dan Jawa dan pihak Bank
10 sebagai pihak penyedia dana bagi wirausahawan untuk lebih dapat memberikan bantuan dana bagi wirausahawan Batak Toba dan Jawa. E. SISTEMATIKA PENULISAN Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah: Bab I Pendahuluan Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini menguraikan tentang landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian. Bab ini memuat landasan teori mengenai adversity quotient, kebudayaan etnis Batak Toba dan etnis Jawa serta kewirausahaan. Kemudian dijelaskan pula hipotesa sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang menjelaskan perbedaan adversity quotient pada wirausahawan Batak Toba dan Jawa. Bab III Metode Penelitian Bab ini menguraikan identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, uji coba alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian dan metode analisa data yang digunakan untuk mengolah hasil data penelitian. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah wirausaha etnis Batak Toba dan etnis Jawa. Sedangkan variabel tergantungnya adalah adversity quotient. Alat ukur yang digunakan adalah skala adversity quotient.
11 Bab IV Analisa Data dan Pembahasan Bab ini menguraikan tentang deksripsi data penelitian, hasil penelitian utama dan pembahasan. Bab V Kesimpulan dan Saran Bab ini membahas mengenai kesimpulan peneliti mengenai hasil penelitian serta dilengkapi dengan saran-saran bagi pihak lain berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh.
BAB I PENDAHULUAN. Sebuah kota besar terdiri dari beberapa multi etnis baik yang pribumi maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dimana terletak di garis katulistiwa ujung dari Sumatera hingga Papua. Salah satu keunikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Adapun alasan atau faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu mempunyai keinginan untuk merubah dirinya menjadi lebih baik. Hal ini bisa dikarenakan tempat sebelumnya mempunyai lingkungan yang kurang baik, ingin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja kalah cepat dengan kenaikan jumlah lulusan. Sangat ironis bila kita
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan kita telah berhasil menghasilkan lulusan dengan tanda lulus belajar untuk masuk ke pasar kerja namun sayangnya kenaikan jumlah lapangan kerja kalah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Proses Berpikir Berpikir selalu dihubungkan dengan permasalahan, baik masalah yang timbul saat ini, masa lampau dan mungkin masalah yang belum terjadi.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya. Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asuransi untuk jaman sekarang sangat dibutuhkan oleh setiap perorangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Asuransi untuk jaman sekarang sangat dibutuhkan oleh setiap perorangan maupun perusahaan, baik di Indonesia maupun diluar negeri. Definisi asuransi menurut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata adversity berasal dari bahasa Inggris yang berarti kegagalan atau kemalangan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ADVERSITY QUOTIENT 1. PengertianAdversity Quotient Adversity atau kesulitan adalah bagian kehidupan kita yang hadir dan ada karena sebuah alasan dan kita sebagai manusia dapat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIK. lambang pengganti suatu aktifitas yang tampak secara fisik. Berpikir
BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Proses Berpikir Analogi Matematis Menurut Gilmer (Kuswana, 2011), berpikir merupakan suatu pemecahan masalah dan proses penggunaan gagasan atau lambang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang berkepanjangan membawa dampak besar terhadap perkembangan ekonomi dan keadaan hidup pada penduduk Indonesia. Hal tersebut dikarenakan banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia. yang dilalui untuk dapat mempertahankan dirinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahkluk Tuhan yang paling sempurna. Manusia diberi akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia memiliki kodrat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dengan tujuan untuk membentuk karakteristik seseorang agar menjadi lebih baik. Melalui jalur pendidikan formal, warga negara juga diharapkan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Oleh : DIANITA WAHYU S. F100 040 259 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua manusia yang ada di dunia ini pasti memiliki kebudayaan tersendiri. Keduanya tidak mungkin dipisahkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kondisi perekonomian yang cukup sulit bagi sebagian lapisan masyarakat mendorong mahasiswa
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Fenomena kuliah sambil kerja banyak dijumpai di berbagai negara. Hal ini terjadi baik di negara berkembang maupun di negara maju yang telah mapan secara ekonomi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menyelesaikan berbagai permasalahan tersebut adalah adversity
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu yang hidup pasti pernah menemui permasalahan. Kemampuan yang harus dimiliki agar setiap individu dapat bertahan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami banyak perubahan. Salah satu penyebab dari perubahan tersebut adalah semakin berkembangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba membekali diri dengan berbagai keterampilan dan pendidikan yang lebih tinggi agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah pembelajar sejati, yang terus belajar dari ia lahir sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu keharusan bagi manusia dan untuk
Lebih terperinci04Ilmu. Menerapkan Sikap Mental KEWIRAUSAHAAN - 1. Galih Chandra Kirana, SE.,M.Ak. Komunikasi. Modul ke: Bisnis Orang China.
KEWIRAUSAHAAN - 1 Menerapkan Sikap Mental Modul ke: Bisnis Orang China Fakultas 04Ilmu Galih Chandra Kirana, SE.,M.Ak Komunikasi Program Studi Penyiaran 1 Pengantar Sepanjang sejarah sudah diakui akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk memproduksi barang atau jasa, serta bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Tujuan organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks. Hal ini dapat diamati dari jumlah pengangguran yang terus meningkat dan terbatasnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan berbagai jenis dan macam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan berbagai jenis dan macam barang serta jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan Anak Usia Dini pada hakikatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Mohamad Abdul Rasyid Ridho, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap lulusan perguruan tinggi mempunyai harapan dapat mengamalkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang telah didapat selama studi sebagai salah satu
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. yakni menjadi seorang muslim yang tidak menanggalkan identitas sebagai orang Batak Toba. Sebab untuk saat ini dan akan datang
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Proses keberlangsungan pendidikan akhlak disejumlah daerah pada setiap keluarga Batak Toba Islam secara subtansial dapat dikatakan berasal dari pesan ajaran Islam serta pesan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah institusi pendidikan primer, sebelum seorang anak mendapatkan pendidikan di lembaga lain. Pada institusi primer inilah seorang anak mengalami
Lebih terperinciMenerapkan Sikap Mental Bisnis Orang China
Modul ke: Menerapkan Sikap Mental Bisnis Orang China Sudah tidak dapat kita bantah bahwa bangsa China telah banyak menjadi pengusaha di dunia Fakultas Ilmu Komputer Julius Nursyamsi, MM Program Studi Sistem
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian 3.1.1. Pendekatan penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas selama manusia itu ada dalam berbagai interaksi sosialnya, baik itu konflik perorangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan yang terjadi pada era globalisasi saat ini menuntut adanya persaingan yang semakin ketat dalam dunia kerja. Hal ini mengakibatkan adanya tuntutan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dengan segala kemajuan teknologi yang mengikutinya,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dengan segala kemajuan teknologi yang mengikutinya, menantang bangsa ini untuk mengatasi krisis yang dialami agar tidak tertinggal kemajuan
Lebih terperinciADVERSITY QUOTIENT PADA MAHASISWA BERPRESTASI
ADVERSITY QUOTIENT PADA MAHASISWA BERPRESTASI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sehingga persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh: Laksmi Fivyan Warapsari F100110088 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menteri Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2006: ) No. 22 tahun 2006 tujuan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses belajar mengajar antara guru dan siswa yang berlangsung secara efektif dan efesien. Pendidikan sains khususnya fisika memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak pihak sekarang ini yang mengritik tajam sistem pendidikan di Indonesia. Ada yang merasa bahwa sekolah-sekolah di negeri ini hanya menghasilkan manusia-manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau perusahaan dapat melakukan berbagai kegiatan bisnis, operasi fungsi-fungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi internet semakin banyak dimanfaatkan oleh berbagai organisasi terutama organisasi bisnis, kegiatan dunia usaha yang menggunakan teknologi internet
Lebih terperincibersikap kolot, dan lebih mudah menerima perubahan yang terjadi di dalam masyarakat terutama pada perempuan yang tidak menikah ini.
BAB V KESIMPULAN Suku Batak Toba merupakan suku yang kaya akan budaya salah satunya falasafah Dalihan Na Tolu yang menjadi landasan orang Batak Toba dalam bermasyarakat. Dalihan Na Tolu ini mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian. Objek dalam penelitian ini merupakan entrepreneur di Bandung yang sudah menjalani usahanya selama lebih dari tiga setengah tahun. Wirausaha memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain untuk melengkapi kehidupannya. Proses pernikahan menjadi salah satu upaya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak hal-hal yang tidak terduga seperti kecelakaan, bencana alam, bahkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani siklus kehidupan, setiap individu akan menghadapi banyak hal-hal yang tidak terduga seperti kecelakaan, bencana alam, bahkan kematian mendadak.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai sektor bidang kehidupan mengalami peningkatan yang cukup pesat. Untuk dapat memajukan bidang kehidupan, manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa penting tersebut dikaitkan dengan upacaraupacara yang bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Terjadinya krisis perekonomian di Indonesia yang berdampak sangat luas,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Terjadinya krisis perekonomian di Indonesia yang berdampak sangat luas, menjadikan persaingan antar perusahaan semakin ketat. Baik perusahaan yang begerak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha telah mencapai era globalisasi, dimana
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha telah mencapai era globalisasi, dimana persaingan semakin ketat dan perubahan yang terjadipun semakin cepat sehingga para pengusaha harus dapat
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
58 BAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bagian ini peneliti memaparkan mengenai kesimpulan yang digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian berdasarkan analisis data yang telah dilakukan; diskusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda. Masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai etnis dengan berbagai nilai budaya dan beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN an merupakan pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. ekonomi yang lebih besar justru tumbang oleh krisis.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis moneter yang terjadi secara mendadak dan di luar perkiraan pada akhir 1990-an merupakan pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. Dampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan (entrepreneurship)merupakan salah satu alternatif bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kewirausahaan (entrepreneurship)merupakan salah satu alternatif bagi pemerintah untuk meningkatkan perekonomian negara dan juga untuk menambahkan lapangan pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Era Globalisasi dan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat ini, pemerintah sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang yang pada hakekatnya bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Adat istiadat merupakan konsepsi pemikiran yang lahir sebagai rangkaian pemikiran manusia yang bersumber dari hakikat kemajuan akalnya. Sebelumnya disebut bahwa adat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah klasik yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Tingginya angka pengangguran merupakan fenomena
Lebih terperincirepository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar untuk perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar untuk perkembangan manusia dan menjadi kebutuhan bagi semua manusia. Pemerintah juga memberikan kewajiban setiap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Akademik 1. Pengertian prestasi akademik Menurut pendapat Djamarah (2002) tentang pengertian prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat lebih dari 500 etnis di Indonesia (Suryadinata, 1999). Suku Batak merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah diketahui bahwa penduduk Indonesia adalah multietnik (plural society). Indonesia merupakan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. faktor yang memicu orang-orang untuk mencari pekerjaan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini masyarakat kesulitan dalam menemukan lapangan pekerjaan. Banyak sarjana yang menjadi pengangguran, akibatnya pendidikan yang dulunya begitu diagung-agungkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Konflik 1. Pengertian konflik Secara umum Degenova (2008) mengatakan bahwa konflik merupakan hal yang normal terjadi pada setiap hubungan, dimana dua orang tidak pernah selalu
Lebih terperinciKewirausahaan 1. Menerapkan Sikap Mental bisnis Cina. Cynthia Sari Dewi, B.Sc, M.Sc. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen
Kewirausahaan 1 Modul ke: Menerapkan Sikap Mental bisnis Cina Fakultas Ekonomi dan Bisnis Cynthia Sari Dewi, B.Sc, M.Sc Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Definisi Sepanjang sejarah sudah diakui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya ilmu pengetahuan dan teknologi membawa manusia untuk berusaha menyesuaikan diri dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah mempercepat modernisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari hari, manusia selalu mengadakan bermacammacam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari hari, manusia selalu mengadakan bermacammacam aktivitas. Salah satu aktivitas itu diwujudkan dalam gerakan yang dinamakan keija (As'ad, 1991:
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem kekerabatan yang dianut masyarakat Indonesia umumnya adalah masyarakat patrilineal. Patrilineal adalah kekuasaan berada di tangan ayah atau pihak laki-laki.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berkualitas, bukan hanya kekayaan alam yang berlimpah. Sumber daya alam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu bangsa sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang berkualitas, bukan hanya kekayaan alam yang berlimpah. Sumber daya alam baru dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, yang saat ini sudah mencapai lebih 200 juta jiwa, bertambah pula kebutuhan pangan, papan, lapangan kerja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki ciri khas dengan berbagai macam bentuk keberagaman. Keberagaman tersebut terlihat dari adanya perbedaan budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terus menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil dan merata, serta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdampak keras terhadap perekonomian Indonesia. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pengangguran dan kemiskinan masih merupakan masalah besar yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini, dan beberapa tahun kedepan. Selain itu krisis moneter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk mendapatkan pengetahuan atau wawasan, mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju kesuksesan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pengangguran dan kemiskinan adalah sebuah fenomena yang masih menjadi permasalahan di Indonesia. Hal ini di sebabkan karena tidak seimbangnya antara lapangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan semakin terbukanya pasar dunia, Indonesia dihadapkan pada persaingan yang semakin luas dan berat. Ketidakmampuan dalam meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia per 31 Desember 2010 (KPK, 2010). Sumber lain menyebutkan jika
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis moral yang saat ini dialami bangsa Indonesi menjadi isu yang tengah hangat diperbincangkan. KPK dalam laporan tahunan tahun 2010 mencatat adanya 6.265 laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. [Type text]
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. sampel, (D) Metode pengumpulan data, (E) Validitas dan Reliabilitas alat ukur, 1. Variabel bebas : Adversity Quotient
BAB III METODE PENELITIAN Berdasarkan metode penelitian ini akan menguraikan : (A) Identifikasi variabel-variabel penelitian, (B) Defenisi operasional penelitian, (C) Populasi dan sampel, (D) Metode pengumpulan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dalam penelitian ini adalah teori perilaku terencana yang merupakan
BAB II LANDASAN TEORI A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Pendekatan teoritis yang digunakan untuk menjelaskan intensi perilaku dalam penelitian ini adalah teori perilaku terencana yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. pegawai atau karyawan perusahaan swasta. Setiap lulusan Perguruan Tinggi sudah tentu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengamalkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang telah didapat selama studi sebagai salah satu pilihan untuk berprofesi. Secara realitas ada tiga pilihan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari hubungan antar variabel. Variabel-variabel dalam penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel. Variabel-variabel dalam penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia wirausaha menimbulkan ketertarikan tersendiri bagi orang-orang yang memiliki keinginan untuk memulai dan mengembangkan usahanya. Tidak semua orang terlahir dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tantangan dalam pembangunan suatu negara adalah menangani masalah pengangguran. Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) menunjukkan bahwa angka pengangguran di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang berbasis eksport melakukan PHK ataupun merumahkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis global yang terjadi saat ini menekan perekonomian nasional. Salah satu imbasnya adalah meningkatkan angka pengangguran nasional karena banyak perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karakter setiap manusia. John Dewey (Hasbullah, 2005:2) mengatakan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan modal dasar pertumbuhan dan perkembangan karakter setiap manusia. John Dewey (Hasbullah, 2005:2) mengatakan, Pendidikan adalah pembentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kaya sumber daya manusia dengan jumlah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kaya sumber daya manusia dengan jumlah penduduk sebanyak 231,83 juta jiwa dan juga didaulat sebagai negara dengan penduduk terbanyak
Lebih terperinciSikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3
Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3 Pengenalan Diri Instropeksi SALAH Dilazimkan Menyalahkan: Orang lain Lingkungan akibatnya Tidak percaya diri Tidak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini istilah wirausaha (entrepreneur) dan kewirausahaan (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan, program pemberdayaan sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, hampir setiap hari manusia menemui kesulitankesulitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Dalam kehidupan, hampir setiap hari manusia menemui kesulitankesulitan yang berbeda-beda. Kesulitan itu sudah menjadi bagian dari diri individu dan tidak dapat
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan pembahasan, dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Setting Sosial Tahun 1998, di Indonesia banyak terjadi demonstrasi hingga berujung pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penggunaan medis (McGuire, Hasskarl, Bode, Klingmann, & Zahn, 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan farmasi adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan, produksi dan pemasaran obat yang memiliki surat izin untuk penggunaan medis (McGuire, Hasskarl,
Lebih terperinciPETUNJUK PENGISIAN. #### Selamat Mengerjakan ####
Identitas Responden Jenis Kelamin : Kuliah di : Angkatan : Asal daerah : Tempat tinggal di Semarang : Lama tinggal di Jawa Tengah : Tidak pernah tinggal di Jawa Tengah sebelumnya: (Ya/ Tidak) PETUNJUK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperkirakan, pengangguran global
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperkirakan, pengangguran global dapat bertambah lima juta orang akibat guncangan ekonomi global yang mencakup antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pada Peringatan 1 Tahun Gerakan Kewirausahaan Nasional, Jakarta, 8 Maret 2012 Kamis, 08 Maret 2012
Sambutan Presiden RI pada Peringatan 1 Tahun Gerakan Kewirausahaan Nasional, Jakarta, 8 Maret 2012 Kamis, 08 Maret 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN SATU TAHUN GERAKAN KEWIRAUSAHAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan manusia dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok utama, sehubungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan manusia dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok utama, sehubungan dengan hakikat manusia, yaitu sebagai makhluk berketuhanan, makhluk individual,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Kajian Teori
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Adversity Quotient a. Pengertian Adversity Quotient Kemampuan peserta didik dalam merespon menghadapi kesulitan atau keadaan yang tidak diinginkan disebut dengan
Lebih terperinciHUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN KECERDASAN RUHANIAH DENGAN KECENDERUNGAN POST POWER SYNDROME PADA ANGGOTA TNI AU DI LANUD ISWAHJUDI MADIUN.
HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN KECERDASAN RUHANIAH DENGAN KECENDERUNGAN POST POWER SYNDROME PADA ANGGOTA TNI AU DI LANUD ISWAHJUDI MADIUN Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persoalan kemiskinan telah menjadi masalah yang sangat sulit untuk
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Persoalan kemiskinan telah menjadi masalah yang sangat sulit untuk diatasi. Masalah kemiskinan sepertinya juga menjadi sesuatu yang telah mengakar dan menjadi permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menjadi solusi yang dilematis namun terus saja terjadi setiap tahun. Saat ini pengangguran tak hanya berstatus lulusan SD sampai
Lebih terperinci