BAB I PENDAHULUAN. lingkungan semakin meningkat. Pada masa ini manusia mengubah lingkungan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. lingkungan semakin meningkat. Pada masa ini manusia mengubah lingkungan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup tidak dapat lepas dari lingkungan di sekitarnya. Hubungan antara manusia dengan alam dan lingkungan tersebut telah dimulai sejak jaman prasejarah. 1 Keeratan hubungan antara manusia dengan alam dan lingkungannya itu tercermin juga di dalam cara hidup mereka dalam mencari pencaharian hidup. 2 Hal ini menyebabkan manusia mempunyai sifat ketergantungan terhadap lingkungan, oleh karena dorongan kebutuhan ekonomi dan sifat egois dari manusia sehingga terkadang lupa memperhatikan keadaan lingkungan tersebut. Semakin hari perhatian dan pengaruh manusia terhadap lingkungan semakin meningkat. Pada masa ini manusia mengubah lingkungan hidup alami menjadi lingkungan hidup binaan. 3 Eksploitasi sumber daya alam makin meningkat untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sebaliknya, untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, lingkungan menjadi tercemar bahkan rusak karena, eksploitasi besar-besaran yang dilakukan oleh manusia tidak diimbangi dengan usaha pelestarian terhadap lingkungan, contohnya dengan diadakannya program reboisasi, pengerukan sungai dan pelestarian hutan lindung. 1 M. Suprihadi Sastrosupeno, Manusia, Alam dan Lingkungan, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta, 1984, hlm Ibid., hlm Anonim, Hubungan Manusia dengan Lingkungan, diakses pada tanggal 29 September 2014 Pukul 19:39 WIB.

2 2 Perilaku manusia yang cenderung merusak lingkungan, terlihat dari perbuatan manusia yang sangat sederhana dan sering dilakukan, seperti membuang sampah sembarangan. Dampak dari kebiasaan manusia yang merusak lingkungan ini, secara sadar maupun tidak sadar dapat berakibat sangat fatal bagi kelangsungan hidup manusia sendiri. Manusia seolah tidak mempedulikan lingkungannya, sehingga kesadaran untuk menjaga lingkungan hidup disekitarnya masih sangat kurang. Ironisnya kesadaran untuk menjaga lingkungan hidup baru akan muncul setelah terjadi bencana. Pada penulisan hukum ini, penulis akan membahas tentang bencana banjir. Seperti yang sudah penulis jelaskan di paragraf sebelumnya, salah satu penyebab bencana banjir adalah perilaku manusia yang cenderung merusak lingkungan. Contohnya membuang sampah sembarangan ke sungai, sampah yang menumpuk di sungai dapat menyebabkan pendangkalan sungai dan mengakibatkan bencana banjir. Contoh lainnya yaitu perubahan peruntukan bantaran sungai. Di kota-kota besar seperti Jakarta, bantaran sungai yang seharusnya menjadi area penghijauan dan pencegah banjir atau erosi telah berubah menjadi tempat permukiman warga. Selain perilaku buruk manusia, yang menyebabkan bencana banjir yaitu cuaca yang tidak menentu dan global warming. Seperti pendapat yang dikeluarkan oleh IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change): Since 1870, global sea

3 3 levels have risen by about 8 inches. 4 apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yaitu sejak tahun 1870, permukaan air laut global sudah meningkat sekitar 8 inci. Global warming is partly to blame for these heavy rainfall events. 5 Satu lagi pendapat yang dikeluarkan oleh NWF (National Wildlife Federation), apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yaitu peristiwa pemanasan global dapat disalahkan untuk peristiwa hujan deras. Hubungan antara pemanasan global, perubahan cuaca yang tidak menentu seperti curah hujan yang tinggi dan perilaku manusia yang buruk merupakan penyebab bencana banjir yang terjadi di Jakarta. Indonesia adalah negara yang beriklim tropis dan hanya memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau karena dilalui oleh garis khatulistiwa. Pada umumnya sewaktu matahari berada di belahan bumi selatan dari bulan Oktober sampai dengan bulan Maret, curah hujan akan lebih banyak jika dibandingkan sewaktu matahari berada di belahan bumi utara dari bulan April sampai dengan bulan September 6. Perubahan cuaca yang tidak menentu menyebabkan peralihan kedua musim yang sudah tidak normal dan tidak sesuai bulannya. 4 Intergovernmental Panel on Climate Change, 11 Facts About Global Warming, diakses pada tanggal 20 Oktober 2014 Pukul 21:30 WIB. 5 National Wildlife Federation, Global Warming and Floods, Wildlife/Global-Warming/Global-Warming-is-Causing-Extreme-Weather/Floods.aspx diakses pada tanggal 20 Oktober 2014 Pukul 21:45 WIB. 6 Akhmad Fadholi, Hujan dan Kemarau Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), diakses pada tanggal 17 Juni 2015 Pukul 11:37 WIB.

4 4 Situasi yang satu sama lain saling mempengaruhi yaitu perilaku buruk manusia, cuaca yang tidak menentu dan pemanasan global menyebabkan turunnya kualitas lingkungan. Turunnya kualitas lingkungan merupakan salah satu penyebab penurunan daya dukung lingkungan. 7 Salah satu penurunan daya dukung lingkungan disebabkan oleh pesatnya pertambahan jumlah penduduk. Bertambahnya jumlah penduduk diikuti dengan bertambahnya kebutuhan yang semakin meningkat. Pada saat ini jumlah penduduk di Indonesia semakin bertambah dengan cepat. Pertambahan jumlah penduduk ini dapat dilihat dari data statistik yang terdapat di Badan Pusat Statistik (BPS) Nasional, dimana pada akhir tahun 2000 jumlah penduduknya adalah jiwa, sementara pada akhir tahun 2010 sudah mencapai jiwa. 8 Data Proyeksi Jumlah Penduduk Indonesia pada tahun 2014 yang dikeluarkan oleh BPS Nasional bahkan diperkirakan bertambah sebanyak ,80 ribu jiwa dari tahun Pesatnya pertambahan penduduk ini sangat erat kaitannya dengan kerusakan lingkungan yang terjadi di Indonesia, karena dengan jumlah penduduk yang banyak tersebut akan berbanding lurus dengan kebutuhan masyarakat terhadap sumber daya alam. Hal tersebut dapat 7 Esther S.M. Nababan, Eko-Efisiensi dengan Daya Dukung Lingkungan, diakses pada tanggal 29 September 2014 Pukul 20:36 WIB. 8 Badan Pusat Statistik, Jumlah Penduduk Indonesia, diakses pada tanggal 19 Oktober 2015 Pukul 21:21 WIB. 9 Badan Pusat Statistik, Proyeksi Penduduk Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010, diakses pada tanggal 19 Oktober 2015 Pukul 21:29 WIB

5 5 memicu ekploitasi lingkungan secara berlebihan yang dapat berujung pada kerusakan lingkungan yang bersifat sementara maupun permanen. Meningkatnya populasi penduduk di Indonesia berdampak pada naiknya kebutuhan akan lahan. Lahan-lahan yang sebelumnya digunakan untuk daerah preservasi dan konservasi untuk menjaga keseimbangan, diambil alih untuk permukiman, pabrik-pabrik, industri dan lainnya. 10 Hal tersebut berakibat pada tidak terlindunginya lahan untuk resapan air serta bencana seperti banjir dan kekeringan yang tidak dapat terhindarkan. Bencana banjir umumnya terjadi karena perilaku buruk masyarakat Indonesia dalam menjaga kebersihan lingkungannya. Salah satu perilaku buruk masyarakat Indonesia yang sangat umum ditemui adalah membuang sampah sembarangan. Ada beberapa alasan yang menyebabkan warga membuang sampah ke sungai, diantaranya dinilai lebih praktis dan gratis, kurangnya sarana tempat sampah yang tersedia, serta budaya masyarakat Indonesia yang gemar membuang sampah di sekitar sungai. 11 Sanksi bagi siapa saja yang membuang sampah sembarangan ke sungai telah ditetapkan oleh Pemda DKI Jakarta, yaitu bahwa setiap orang dengan sengaja atau terbukti membuang, menumpuk sampah dan/atau bangkai binatang ke sungai/kali/kanal, 10 Robert J. Kodoatie dan Sugiyanto, Banjir Beberapa Penyebab dan Metode Pengendaliannya Dalam Perspektif Lingkungan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002, hlm Liana Penny, H. Untung Bijaksana, Rizmi Yunita, Daniel Itta., 2012, Kajian Perilaku Masyarakat Membuang Sampah di Bantaran Sungai Martapura Terhadap Lingkungan Perairan, EnviroScienteae 8.

6 6 waduk, situ, saluran air limbah, di jalan, taman, atau tempat umum, dikenakan uang paksa paling banyak Rp ,00 (lima ratus ribu rupiah). 12 Kepadatan penduduk yang diikuti oleh kemiskinan juga mendorong penduduk di beberapa bagian wilayah Indonesia terpaksa membuka lahan yang pada awalnya merupakan kawasan hutan sebagai daerah resapan air. Daerah resapan air yang seharusya dilindungi demi menjaga lingkungan dari ancaman bencana banjir dan kekeringan. Hal ini sering kita jumpai di kota-kota besar di Indonesia terutama di Jakarta. Seperti kita ketahui, Jakarta merupakan kota terbesar sekaligus sebagai Ibu Kota Negara Republik Indonesia yang memiliki peran penting terhadap berlangsungnya kehidupan bernegara di berbagai aspek terutama yang berkaitan dengan kegiatan di bidang ekonomi dan bisnis. Oleh karena fungsi dari Kota Jakarta sebagai pusat kegiatan ekonomi dan bisnis, maka banyak sekali penduduk Indonesia yang datang untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Jumlah penduduk DKI Jakarta dapat dilihat dari data statistik yang terdapat di BAPPEDA DKI Jakarta (Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah) dimana pada tahun 2000 jumlah penduduknya adalah 8,3 juta jiwa, sementara pada tahun 2014 jumlah penduduknya adalah meningkat menjadi 10 juta jiwa. 13 Jumlah penduduk yang begitu padat di Kota Jakarta menyebabkan kurangnya lahan yang tersedia. Kurangnya lahan di Kota Jakarta 12 Pasal 130 (ayat) (1) huruf b Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah. 13 BAPPEDA Provinsi DKI Jakarta, Statisik Jumlah Penduduk, diakses pada tanggal 28 Oktober 2014 Pukul 14:42 WIB.

7 7 memaksa penduduk untuk membangun permukiman di tempat yang seharusnya tidak untuk permukiman, seperti daerah hutan yang berfungsi sebagai resapan air atau di bantaran sungai. Penduduk yang membangun permukiman di daerah hutan dan di bantaran sungai menyebabkan bencana yang tidak terduga yang dialami Kota Jakarta yaitu banjir. Faktor penyebab terjadinya banjir di Kota Jakarta selain membuang sampah sembarangan, perubahan peruntukan bantaran sungai, cuaca yang tidak menentu, global warming, dan pengalihfungsian lahan di atas adalah rendahnya dataran Kota Jakarta. Wilayah Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 (tujuh) meter di atas permukaan laut. Sekitar 40 (empat puluh) persen wilayah Jakarta berupa dataran yang permukaan tanahnya berada 1-1,5 meter di bawah muka laut pasang. 14 Jakarta juga dilewati oleh 13 (tiga belas) sungai yang bermuara di teluk Jakarta. Sebagian besar sungai-sungai tersebut dalam kondisi memprihatinkan. Sungai-sungai tersebut mengalami pendangkalan dan penyempitan, bantaran sungainya dipenuhi oleh bangunan-bangunan baik yang berizin maupun tidak, sehingga sungai yang dangkal dan sempit tidak lagi mampu menampung curahan air hujan. 15 Tidak mengherankan apabila terjadi hujan di wilayah Jakarta dan sekitarnya air hujan akan menggenang di Jakarta dan tidak dapat mengalir ke laut karena kondisi seperti yang dijelaskan sebelumnya. 14 Jakartapedia, Geologi DKI Jakarta, diakses pada tanggal 28 Oktober 2015 Pukul 17:21 WIB. 15 Arif Fiyanto, Memahami Banjir Jakarta, diakses pada tanggal 3 November 2014 Pukul 20:41 WIB.

8 8 Jakarta memang sangat rentan terhadap bencana banjir karena berupa dataran pantai yang sangat rendah, bahkan sekitar 40 (empat puluh) persen dari wilayah Jakarta lebih rendah daripada muka laut yang sebagian besar berbentuk rawa pantai. 16 Kota Jakarta sudah dilanda banjir sejak ribuan tahun silam, jauh sebelum kota ini diberi nama Batavia dan dikuasai oleh penjajah Belanda. 17 Dalam catatan sejarah banjir, sejak dulu Batavia sudah kesulitan menangani musibah ini. Misalnya catatan banjir pada 1621, 1654, 1873, 1918 hingga 1909, banjir sudah menggenangi permukiman warga karena limpahan air dari sungai Ciliwung, Cisadane, Angke dan Bekasi. 18 Ironisnya, banjir tetap mengepung setelah Belanda meninggalkan Jakarta, misalnya pada periode 1979, 1996, 1999, 2002, 2007 hingga kini. 19 Banjir Jakarta juga pernah tercatat sebagai tragedi bencana nasional yaitu, pada tahun 2002 dan 2007 lalu. 20 Banjir pada tahun 2002 dan 2007 tercatat sebagai bencana nasional dikarenakan dampaknya yang lebih luas dan parah daripada banjir pada tahun-tahun sebelumnya. Catatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada 2002 banjir menewaskan dua orang dan menyebabkan (empat puluh ribu) orang mengungsi. Sementara 2007, sedikitnya 80 (delapan 16 Restu Gunawan, 2010, Gagalnya sistem kanal: pengendalian banjir Jakarta dari masa ke masa, PT Kompas Media Nusantara, Jakarta, hlm Ibid, 18 Mohamad Taufik, Hik(ayat) banjir Jakarta dari era Jenderal Coen sampai Jokowi, diakses pada tanggal 3 November 2014 Pukul 20:55 WIB. 19 Ibid, 20 Ibid,

9 9 puluh) orang dinyatakan tewas selama 10 hari karena terseret arus, tersengat listrik, atau sakit, dan jumlah pengungsi mencapai orang. 21 Sejak tahun 2007 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menyusun rencana kerja khusus untuk menangani banjir di wilayah DKI Jakarta. 22 Dalam upaya penanggulangan banjir, salah satu program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah membangun Banjir Kanal Timur yang akan mengurangi banjir di kawasan Timur dan Utara Kota Jakarta, yang kira-kira seperempat dari luas keseluruhan Kota Jakarta. Program Pemerintah DKI Jakarta selain pembangunan Banjir Kanal Timur yaitu pengerukan sungai-sungai dan saluran-saluran air. Pemerintah tidak hanya semata-mata berupaya membangun infrastruktur, tetapi juga melalui pendekatan perubahan perilaku penduduk yang tinggal di Jakarta. Salah satu misi Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan adalah mempertahankan wilayah Jakarta Selatan sebagai daerah resapan air. Secara khusus Jakarta Selatan seharusnya menjadi kawasan hijau yang berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Bogor. Kenyataannya Jakarta Selatan mengalami beberapa perubahan dari tahun ke tahun seperti pembangunan mallmall dan perumahan-perumahan minimalis, sehingga lahan untuk resapan air maupun Ruang Terbuka Hijau semakin berkurang. Wilayah Jakarta Selatan merupakan daerah resapan air untuk Kota Jakarta, sehingga keberadaannya perlu 21 Ibid, 22 Pemprov DKI Jakarta, 2012, Persaingan antara Manusia dan Air: Upaya Pengendalian Banjir Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, diakses pada tanggal 9 November 2014 pada pukul 18:26.

10 10 dipertahankan. Hingga kini sudah banyak cara yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah banjir di Kota Jakarta, misalnya pembangunan kanal, pengerukan sungai, normalisasi waduk, dan perbaikan drainase, namum upaya tersebut belum berhasil mengatasi permasalahan banjir yang terjadi. Wilayah Administrasi Jakarta Selatan terdiri dari 10 (sepuluh) kecamatan dengan jumlah penduduk jiwa 23 dan menurut data demografi pada tahun 2013, terdapat beberapa titik-titik rawan banjir yang ada di Jakarta Selatan meliputi: IKPN (Kelurahan Bintaro), Ulujami (Kelurahan Ulujami), Pondok Pinang (Kelurahan Bintaro), Cireundeu Permai (Kelurahan Lebak Bulus), Kebalen, Kecamatan Mampang Prapatan (Rengas), Kelurahan Kuningan, Tegal Parang (Kelurahan Mampang), Petogogan (Kelurahan Petogogan), Pondok Karya (Kelurahan Pela Mampang), Darma Jaya (Kelurahan Bangka), Pulo Raya (Kelurahan Pela Mampang), Kampung Pulo (Kelurahan Pondok Labu), Bukit Duri, Kebon Baru (Kelurahan Kebon Baru), Pengadegan (Kelurahan Pengadegan), Rawajati (Kelurahan Rawajati), serta Cipulir dan Ciledug Raya (Kelurahan Cipulir). 24 Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030 terdapat 3 (tiga) kecamatan yang paling rawan banjir, yaitu Kecamatan Pancoran, Tebet, dan Mampang Prapatan. 23 Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2015, Demografi, Diakses pada tanggal 5 Februari 2015 pada pukul 09:11 WIB. 24 Kurnia Sari Aziza, 2013, Ini Kawasan Rawan Banjir di Jakarta, Diakses pada tanggal 10 November 2014 pada pukul 18:12 WIB.

11 11 Salah satu titik rawan banjir yang terdapat di Jakarta Selatan yaitu Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran Baru. Wilayah Kelurahan Petogogan dikenal sebagai daerah banjir sejak tahun 1987 sampai tahun 2015, karena setiap musim hujan daerah tersebut menjadi tergenang akibat luapan air Kali Krukut yang melintasi daerah tersebut. 25 Beberapa hal yang membedakan banjir di Kelurahan Petogogan dengan daerah lain di Jakarta Selatan, berdasarkan peta situasi yang terdapat di Kantor Kelurahan Petogogan yaitu: 1. Letak wilayah Kelurahan Petogogan berada di tengah Kota Jakarta Selatan; 2. Wilayah Kelurahan Petogogan berbentuk cekungan yang melintang; 3. Daerah aliran Kali Krukut berada di sepanjang kawasan Kelurahan Petogogan; dan 4. Tinggi genangan air yang mencapai 2 (dua) hingga 3 (tiga) meter jika terjadi banjir di Kelurahan Petogogan. Bahkan terkadang jika hujan tidak turun, air Kali Krukut dapat meluap, dan membanjiri wilayah tersebut. 26 Meluapnya Kali Krukut disebabkan oleh pendangkalan sungai dan pengalihfungsian bantaran sungai dijadikan sebagai pemukiman warga yang menyebabkan berkurangnya lebar sungai sehingga, air meluap dan menyebabkan banjir. Dalam hal ini Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan mempunyai peran dalam menanggulangi banjir yang terjadi di Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran Baru. Oleh karena itu lokasi 25 Harian Umum PELITA, Kelurahan Petogogan yang Dikenal sebagai Daerah Banjir, Diakses pada tanggal 18 Mei 2015 pada pukul 17:48 WIB. 26 Ibid.,

12 12 penelitian penulisan hukum ini dilaksanakan di Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran Baru. Alasan dipilihnya lokasi penelitian tersebut, karena penulis ingin mengetahui sejauh mana peran Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan dalam menanggulangi banjir di Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran Baru. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengajukan usulan penelitian untuk penulisan hukum dengan judul Peran Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan Dalam Menanggulangi Banjir Di Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran Baru. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah: 1. Bagaimana peran Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan dalam menanggulangi banjir di Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran Baru? 2. Kendala apa saja yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan dalam menanggulangi banjir di Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran Baru? 3. Bagaimana cara mengatasi kendala dalam menanggulangi banjir di Kelurahan Petogogan yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan?

13 13 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ditentukan dengan prinsip penelitian sebagai kegiatan ilmiah, maka berbagai data yang dicari dan dihimpun dari berbagai sumber semata-mata untuk tujuan ilmiah. Karena data tersebut dijadikan dasar sebagai analisis penelitian yang bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui peran Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan dalam menanggulangi banjir di Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran Baru. 2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan dalam menanggulangi banjir di Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran Baru. 3. Untuk mengetahui cara mengatasi kendala dalam menanggulangi banjir yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan di Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran Baru. D. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang telah dilakukan di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, ada penulisan hukum yang berkaitan dengan penelitian penulis diantaranya: 1. Tinjauan Yuridis Terhadap Pengaturan Penataan Ruang JaBoPunJur Sebagai Upaya Penanggulangan Banjir Jakarta yang disusun oleh Budy Supriady pada tahun Penulisan hukum tersebut membahas mengenai bagaimana

14 14 tinjauan yuridis terhadap pengaturan tata ruang wilayah JaBoPunJur dan mengetahui langkah yang diambil pemerintah dalam rangka melaksanakan pengaturan tata ruang wilayah tersebut untuk mencegah dan menanggulangi bencana banjir di Jakarta, dimana pada skripsi tersebut penulis lebih memfokuskan kepada kajian pengaturan penataan ruang. Perbedaan dengan penulisan hukum yang disusun oleh penulis adalah penulisan hukum ini membahas tentang bagaimana peran Pemerintah Daerah dalam menanggulangi banjir tidak hanya dilihat dari sisi tata ruang wilayahnya saja. 2. Aspek Yuridis Upaya Penanganan Dampak ROB Dan Banjir Terhadap Penataan Lingkungan Perkotaan Di Kota Semarang yang disusun oleh Abdul Mukti pada tahun Penulisan hukum tersebut membahas mengenai dampak rob dan banjir yang terjadi di Kota Semarang terhadap kerusakan lingkungan, upaya pemerintah dalam menangani keadaan lingkungan yang diakibatkan oleh rob dan banjir, serta kendala yang dihadapi pemerintah dalam menata kembali kondisi lingkungan perkotaan yang mengalami kerusakan. Perbedaan dengan penulisan hukum yang disusun oleh penulis adalah lokasi penelitian yang berada di Jakarta Selatan dan penanganan banjir yang diakibatkan oleh penyempitan Kali Krukut dan Kali Nipah. Adapun penulisan hukum ini penulis membahas permasalahan yang dihadapi pemerintah daerah dalam menangani bencana banjir di Kelurahan Petogogan. Selain itu, pemilihan lokasi penelitian juga berbeda dengan kedua skripsi diatas.

15 15 Dengan demikian penulisan hukum ini berbeda dengan kedua skripsi diatas, sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini adalah penelitian yang asli. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik untuk kepentingan akademik maupun kepentingan praktis, yaitu berupa: 1. Manfaat Akademis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan ilmu hukum lingkungan pada khususnya, serta bermanfaat bagi penelitian-penelitian ilmu hukum selanjutnya. b. Hasil penelitian ini digunakan sebagai syarat kelulusan dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya maupun sebagai masukan dan sumbangan pemikiran bagi pemerintah dalam konteks upaya penanganan banjir yang terjadi di wilayah Kelurahan Petogogan.

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, dimana hampir semua aktifitas ekonomi dipusatkan di Jakarta. Hal ini secara tidak langsung menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di

BAB I PENDAHULUAN. Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 6 12 Lintang Selatan dan 106 o 48 Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir sudah menjadi masalah umum yang dihadapi oleh negaranegara di dunia, seperti di negara tetangga Myanmar, Thailand, Filipina, Malaysia, Singapore, Pakistan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budimanta (2005) menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah suatu cara pandang mengenai kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam kerangka

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi 6 0 12 Lintang Selatan dan 106 0 48 Bujur Timur. Sebelah Utara Propinsi DKI Jakarta terbentang pantai dari Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Uraian Umum Banjir besar yang terjadi hampir bersamaan di beberapa wilayah di Indonesia telah menelan korban jiwa dan harta benda. Kerugian mencapai trilyunan rupiah berupa rumah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan menunjukkan bahwa manusia dengan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,

Lebih terperinci

BANJIR (PENGERTIAN PENYEBAB, DAMPAK DAN USAHA PENANGGULANGANNYA)

BANJIR (PENGERTIAN PENYEBAB, DAMPAK DAN USAHA PENANGGULANGANNYA) BANJIR (PENGERTIAN PENYEBAB, DAMPAK DAN USAHA PENANGGULANGANNYA) Delapan kecamatan di Kota Cilegon dilanda banjir, Rabu (25/4). Banjir kali ini merupakan yang terparah karena merata di seluruh kecamatan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang sering terjadi bencana, seperti bencana banjir, tanah longsor, kekeringan, gempa bumi, dan lain-lainnya. Bencana yang terjadi di kota-kota

Lebih terperinci

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini Abstract Key words PENDAHULUAN Air merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG (Studi Kasus: Kelurahan Mangunharjo dan Kelurahan Mangkang Wetan) T U G A S A K H I R Oleh : LYSA DEWI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan air memungkinkan terjadinya bencana kekeringan.

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan air memungkinkan terjadinya bencana kekeringan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air adalah salah satu sumberdaya alam yang sangat berharga bagimanusia dan semua makhluk hidup. Air merupakan material yang membuat kehidupan terjadi di bumi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana dapat datang secara tiba-tiba, dan mengakibatkan kerugian materiil dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan menanggulangi dan memulihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia memiliki peranan yang sangat penting sebagai pusat administrasi, pusat ekonomi dan pusat pemerintahan. Secara topografi, 40

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan fenomena lingkungan yang sering dibicarakan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan fenomena lingkungan yang sering dibicarakan. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banjir merupakan fenomena lingkungan yang sering dibicarakan. Hal ini tentu saja dikarenakan banyak wilayah di Indonesia pada saat musim hujan sering dilanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di berbagai kota di Indonesia, baik kota besar maupun kota kecil dan sekitarnya pembangunan fisik berlangsung dengan pesat. Hal ini di dorong oleh adanya pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Penelitian ini dilakukan di dua kelurahan di bantaran Sungai Krukut yaitu,

V. GAMBARAN UMUM. Penelitian ini dilakukan di dua kelurahan di bantaran Sungai Krukut yaitu, V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua kelurahan di bantaran Sungai Krukut yaitu, Kelurahan Petogogan dan Kelurahan Pela Mampang. Sungai Krukut merupakan

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN. Eskalasi dan siklus banjir yang semakin pendek di Kota. Surabaya selama paruh kedua abad ke-20, terjadi karena

BAB VIII KESIMPULAN. Eskalasi dan siklus banjir yang semakin pendek di Kota. Surabaya selama paruh kedua abad ke-20, terjadi karena BAB VIII KESIMPULAN Eskalasi dan siklus banjir yang semakin pendek di Kota Surabaya selama paruh kedua abad ke-20, terjadi karena perubahan dan degradasi lingkungan perkotaan yang masif selama lima puluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

BAB I PENDAHULUAN - 1 - BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN Kota Semarang sebagai ibukota propinsi Jawa Tengah merupakan sebuah kota yang setiap tahun mengalami perkembangan dan pembangunan yang begitu pesat.

Lebih terperinci

AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR

AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR Cetakan ke-1, 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang IAARD Press, 2012 Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surabaya merupakan kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat dan menyumbang pendapatan Negara yang sangat besar. Surabaya juga merupakan kota terbesar kedua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan perkotaan yang begitu cepat, memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota oleh masyarakat yang tidak mengacu pada tata ruang kota yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terjadi pada tahun 1979, 1996, 1999, 2002, 2007 (Kusumaputra, 2010).

I. PENDAHULUAN. terjadi pada tahun 1979, 1996, 1999, 2002, 2007 (Kusumaputra, 2010). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia, khususnya kota-kota besar seperti Jakarta. Banjir yang terjadi di Jakarta membentuk suatu peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cahaya matahari secara tetap setiap tahunnya hanya memiliki dua tipe musim

BAB I PENDAHULUAN. cahaya matahari secara tetap setiap tahunnya hanya memiliki dua tipe musim BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa yang mendapat cahaya matahari secara tetap setiap tahunnya hanya memiliki dua tipe musim yaitu musim penghujan

Lebih terperinci

Peran Tanah Terhadap Evaluasi Banjir ( Studi Kasus Banjir di DKI Jakarta ) Oleh : Bhian Rangga FKIP Geografi UNS

Peran Tanah Terhadap Evaluasi Banjir ( Studi Kasus Banjir di DKI Jakarta ) Oleh : Bhian Rangga FKIP Geografi UNS Peran Tanah Terhadap Evaluasi Banjir ( Studi Kasus Banjir di DKI Jakarta ) Oleh : Bhian Rangga FKIP Geografi UNS A. Pendahuluan Bencana banjir merupakan salah satu bencana yang melanda di setiap wilayah

Lebih terperinci

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR Oleh: EVA SHOKHIFATUN NISA L2D 304 153 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau Jawa, dilintasi oleh 13 sungai, sekitar 40% wilayah DKI berada di dataran banjir dan sebagian

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262 Website : http://www.staklimpondoketung.net Jln. Raya Kodam Bintaro No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir.

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan kata yang sangat popular di Indonesia, khususnya dalam musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir. Permasalahan banjir

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Dosen: PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA SURVEI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA SURVEI BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA SURVEI 4.1 GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG Kota Semarang secara geografis terletak pada koordinat 6 0 50-7 0 10 Lintang Selatan dan garis 109 0 35-110 0 50 Bujur Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya rawan terjadinya bencana alam banjir. Banjir adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. satunya rawan terjadinya bencana alam banjir. Banjir adalah suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana alam merupakan fenomena atau kejadian yang tidak dapat dihindari, dari tahun ke tahun kejadiannya dapat meningkat dengan pesat. Bencana alam sendiri

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH. Administrasi dan Teknis

KONDISI UMUM WILAYAH. Administrasi dan Teknis 22 KONDISI UMUM WILAYAH Administrasi dan Teknis Kanal Banjir Timur (KBT) memiliki panjang total ± 23,5 km dengan kedalaman di hulu 3 m dan di hilir 7 m. Kanal Banjir Timur melewati 11 kelurahan di Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 P. Nasoetion, Pemanasan Global dan Upaya-Upaya Sedehana Dalam Mengantisipasinya.

BAB I PENDAHULUAN. 1 P. Nasoetion, Pemanasan Global dan Upaya-Upaya Sedehana Dalam Mengantisipasinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim atau Climate change adalah gejala naiknya suhu permukaan bumi akibat naiknya intensitas efek rumah kaca yang kemudian menyebabkan terjadinya pemanasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Hidrologi Analisis hidrologi merupakan salah satu bagian dari keseluruhan rangkaian dalam perencanaan bangunan air seperti sistem drainase, tanggul penahan banjir dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan primer bagi umat manusia di mana pun berada selalu menjadi prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kota Tanggerang setiap tahunnya mengalami permasalahan bencana banjir, khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya penanganan telah dilakukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota besar yang ada di Indonesia dan banyak menimbulkan kerugian. Banjir merupakan bencana

BAB I PENDAHULUAN. kota besar yang ada di Indonesia dan banyak menimbulkan kerugian. Banjir merupakan bencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang setiap tahunnya dilanda banjir, fenomena tersebut merupakan permasalahan yang harus segera diselesaikan, sebab telah menjadi

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Telp: (0) 7330 / Fax: 736 Website : http://wwwstaklimpondoketungnet Jln Raya Kodam Bintaro No Jakarta Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara maritim dimana sebagian besar wilayahnya terdiri dari wilayah perairan kurang lebih 70,8 % dari luas permukaan bumi yang luasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surakarta yang merupakan kota disalah satu Provinsi Jawa Tengah. Kota

BAB I PENDAHULUAN. Surakarta yang merupakan kota disalah satu Provinsi Jawa Tengah. Kota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Surakarta terletak di tengah kota atau kabupaten di karesidenan Surakarta yang merupakan kota disalah satu Provinsi Jawa Tengah. Kota Surakarta terdiri

Lebih terperinci

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan DIPRESENTASIKAN OLEH : 1. MAGDALENA ERMIYANTI SINAGA (10600125) 2. MARSAHALA R SITUMORANG (10600248) 3. SANTI LESTARI HASIBUAN (10600145) 4. SUSI MARIA TAMPUBOLON

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dengan morfologi yang beragam, dari daratan sampai pegunungan serta lautan. Keragaman ini dipengaruhi

Lebih terperinci

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam tampak semakin meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh proses alam maupun manusia itu sendiri. Kerugian langsung berupa korban jiwa, harta

Lebih terperinci

ARTIKEL STRATEGI PENANGANAN KEBENCANAAN DI KOTA SEMARANG (STUDI BANJIR DAN ROB) Penyusun : INNE SEPTIANA PERMATASARI D2A Dosen Pembimbing :

ARTIKEL STRATEGI PENANGANAN KEBENCANAAN DI KOTA SEMARANG (STUDI BANJIR DAN ROB) Penyusun : INNE SEPTIANA PERMATASARI D2A Dosen Pembimbing : ARTIKEL STRATEGI PENANGANAN KEBENCANAAN DI KOTA SEMARANG (STUDI BANJIR DAN ROB) Penyusun : INNE SEPTIANA PERMATASARI D2A008036 Dosen Pembimbing : Drs. Herbasuki Nurcahyanto, MT & Dra. Maryam Musawa, MSi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan tujuan utama bagi penduduk untuk berurbanisasi karena mereka pada umumnya melihat kehidupan kota yang lebih modern dan memiliki lebih banyak lapangan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Sungai Krukut telah mengalami penyempitan dan pendangkalan. Hal ini

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Sungai Krukut telah mengalami penyempitan dan pendangkalan. Hal ini III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Operasional Sungai Krukut telah mengalami penyempitan dan pendangkalan. Hal ini menyebabkan masyarakat Kelurahan Petogogan dan Pela Mampang yang tinggal dipinggir

Lebih terperinci

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA Sejalan dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk kota Jakarta, hal ini berdampak langsung terhadap meningkatnya kebutuhan air bersih. Dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidro-meteorologi (banjir, kekeringan, pasang surut, gelombang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN. hidro-meteorologi (banjir, kekeringan, pasang surut, gelombang besar, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang berlokasi di wilayah yang rawan terhadap berbagai kejadian bencana alam, misalnya bahaya geologi (gempa, gunung api, longsor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis,hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banjir merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi pada saat musim hujan. Peristiwa ini hampir setiap tahun berulang, namun permasalahan ini sampai saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Palembang adalah 102,47 Km² dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari

BAB I PENDAHULUAN. Kota Palembang adalah 102,47 Km² dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Palembang terletak pada 2 59 27.99 LS-104 45 24.24 BT. Luas wilayah Kota Palembang adalah 102,47 Km² dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan laut. Palembang

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

terbuka hijau yang telah diubah menjadi ruang-ruang terbangun, yang tujuannya juga untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi penduduk kota itu sendiri.

terbuka hijau yang telah diubah menjadi ruang-ruang terbangun, yang tujuannya juga untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi penduduk kota itu sendiri. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Ruang terbuka sebagai daerah resapan Di berbagai kota di Indonesia, baik kota besar maupun kota kecil dan sekitarnya pembangunan fisik berlangsung dengan pesat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung sejak jaman kolonial Belanda identik dengan keindahan dan kenyamanannya, dikenal sebagai kota yang indah, sejuk dan nyaman hingga diberi julukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan suatu sumber daya alam di bumi dimana setiap organisme hidup membutuhkan salah satu sumber daya alam terbarukan ini. Air adalah zat atau materi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak kota Palembang adalah antara 101º-105º Bujur Timur dan antara 1,5º-2º Lintang Selatan atau terletak pada bagian timur propinsi Sumatera Selatan, dipinggir kanan

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jl. Raya Kodam Bintaro No. 82 Tangerang Selatan Telp : (021)

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jl. Raya Kodam Bintaro No. 82 Tangerang Selatan Telp : (021) BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jl. Raya Kodam Bintaro No. 82 Tangerang Selatan Telp : (021) 7353018 Fax : (021) 7355262 Kode Pos 12070 Email : staklim.pondok.betung@gmail.com

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jl. Raya Kodam Bintaro No. 82 Tangerang Selatan Telp : (021)

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jl. Raya Kodam Bintaro No. 82 Tangerang Selatan Telp : (021) BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jl. Raya Kodam Bintaro No. 82 Tangerang Selatan Telp : (021) 7353018 Fax : (021) 7355262 Kode Pos 12070 Email : staklim.pondok.betung@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Meningkatnya frekuensi curah hujan dan populasi penduduk di daerah Ibukota

BAB 1 PENDAHULUAN. Meningkatnya frekuensi curah hujan dan populasi penduduk di daerah Ibukota 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Meningkatnya frekuensi curah hujan dan populasi penduduk di daerah Ibukota Jakarta setiap tahunnya telah membawa berbagai dampak dalam segala aspek kehidupan. Polusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan kebutuhan penduduk terhadap lahan baik itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan kebutuhan penduduk terhadap lahan baik itu untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat, menyebabkan peningkatan kebutuhan penduduk terhadap lahan baik itu untuk kegiatan pertanian, industri, perumahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekayaan sumberdaya alam wilayah kepesisiran dan pulau-pulau kecil di Indonesia sangat beragam. Kekayaan sumberdaya alam tersebut meliputi ekosistem hutan mangrove,

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK KONSUMEN DALAM PROSES PEMBELIAN KOPIKO BROWN COFFEE

BAB V KARAKTERISTIK KONSUMEN DALAM PROSES PEMBELIAN KOPIKO BROWN COFFEE BAB V KARAKTERISTIK KONSUMEN DALAM PROSES PEMBELIAN KOPIKO BROWN COFFEE 5.1 Sejarah Kota Depok Depok bermula dari sebuah Kecamatan yang berada di lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu panas dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar populasi dunia bermukim dan menjalani kehidupannya di kawasan pesisir (Bird, 2008), termasuk Indonesia. Kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Makassar,

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM PENELITIAN 33 IV. KONDISI UMUM PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Peta Lokasi Penelitian a. Letak Geografis Jakarta Timur Kecamatan Ciracas dan Jatinegara merupakan salah satu kecamatan yang terletak di jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Letak tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara beriklim tropis yang kaya

BAB I PENDAHULUAN. Letak tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara beriklim tropis yang kaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah Negara yang berada di bawah garis khatulistiwa. Letak tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara beriklim tropis yang kaya akan berbagai

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Kota Depok 5.1.1 Letak dan Keadaan Geografi Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o 19 00 sampai 6 o 28 00 Lintang Selatan dan 106 o 43 00 sampai 106

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di negara kita Indonesia ini bencana merupakan sebuah peristiwa yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Di negara kita Indonesia ini bencana merupakan sebuah peristiwa yang sangat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di negara kita Indonesia ini bencana merupakan sebuah peristiwa yang sangat akrab dengan masyarakat kita. Banyak yang mengatakan Negara Indonesia adalah surga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hampir seluruh negara di dunia mengalami masalah banjir, tidak terkecuali di negara negara yang telah maju sekalipun. Masalah tersebut mulai muncul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pesisir adalah wilayah bertemunya daratan dan laut, dengan dua karakteristik yang berbeda. Bergabungnya kedua karakteristik tersebut membuat kawasan pesisir memiliki

Lebih terperinci

Gambar 1.1 DAS Ciliwung

Gambar 1.1 DAS Ciliwung BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kali Ciliwung merupakan salah satu kali yang membelah Provinsi DKI Jakarta. Kali Ciliwung membentang dari selatan ke utara dengan hulunya berada di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang terdapat di permukaan bumi, meliputi gejala-gejala yang terdapat pada lapisan air, tanah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan

Lebih terperinci

SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 30 APRIL 2004 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK 01 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Setelah dilakukan penelitian dengan mengumpulkan data skunder dari instansi terkait, dan data primer hasil observasi dan wawancara maka dapat diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam berupa banjir, tanah longsor dan gempa bumi melanda hampir sebagian besar kota di Indonesia. Bencana alam tersebut diperkirakan akan terus berlangsung

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017 ANALISA PENYEBAB BANJIR DAN NORMALISASI SUNGAI UNUS KOTA MATARAM

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017 ANALISA PENYEBAB BANJIR DAN NORMALISASI SUNGAI UNUS KOTA MATARAM ANALISA PENYEBAB BANJIR DAN NORMALISASI SUNGAI UNUS KOTA MATARAM Wardatul Jannah & Itratip Wenk_84@yahoo.co.id, itratip80@gmail.com Dosen Teknik Lingkungan Universitas Nahdatul Ulama (UNU) NTB Abstrak;

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari pengaruh dan fenomena alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari pengaruh dan fenomena alam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia tidak terlepas dari pengaruh dan fenomena alam yang ada, berbagai macam aktifitas manusia pasti berhubungan dengan lingkungan. Salah atu kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 I-1 BAB I 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali merupakan bagian dari Satuan Wilayah Sungai (SWS) Pemali-Comal yang secara administratif berada di wilayah Kabupaten Brebes Provinsi Jawa

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan iklim menyebabkan musim hujan yang makin pendek dengan intensitas hujan tinggi, sementara musim kemarau makin memanjang. Kondisi ini diperparah oleh perubahan penggunaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan klasifikasi iklim global, wilayah kepulauan Indonesia sebagian besar tergolong dalam zona iklim tropika basah dan sisanya masuk zona iklim pegunungan. Variasi

Lebih terperinci

12/12/2013 L/O/G/O.

12/12/2013 L/O/G/O. L/O/G/O www.themegallery.com 1 2 3 1 2 1. SEBAGIAN BESAR KAWASAN UTARA BERUPA DATARAN RENDAH di bawah muka laut pasang 2. 13 SUNGAI DARI BODETABEK MENGALIR KE JAKARTA Bermuara di Teluk Jakarta 3. PENURUNAN

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL SIG UNTUK MENENTUKAN RUTE EVAKUASI BENCANA BANJIR (Studi Kasus: Kec. Semarang Barat, Kota Semarang) TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN MODEL SIG UNTUK MENENTUKAN RUTE EVAKUASI BENCANA BANJIR (Studi Kasus: Kec. Semarang Barat, Kota Semarang) TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN MODEL SIG UNTUK MENENTUKAN RUTE EVAKUASI BENCANA BANJIR (Studi Kasus: Kec. Semarang Barat, Kota Semarang) TUGAS AKHIR Oleh: ARGO MULYANTO L2D 004 299 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci