BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan iklim investasi yang aman dan nyaman bagi investor
|
|
- Fanny Salim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menciptakan iklim investasi yang aman dan nyaman bagi investor merupakan langkah awal dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu daerah maupun bangsa. Kebijakan fiskal, kebijakan moneter, dan keadaan sosial politik yang mendukung sangat perlu dibutuhkan oleh para investor demi keamanan dan kenyamanan dalam berinvestasi, tentu saja dengan pertimbangan tingkat pengembalian atas pengorbanan yang telah dilakukan. Begitu juga pemerintah tidak mengesampingkan kepentingan masyarakat secara umum. Dinamika investasi selanjutnya akan mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi. Pendapatan yang diinvestasikan dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan dikemudian hari menyebabkan terjadinya akumulasi modal selanjutnya akan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat. Todaro dan Smith (2006: 118) menyatakan bahwa: akumulasi modal (capital accumulation) akan diperoleh bila sebagian dari pendapatan yang diterima saat ini yang ditabung dan diinvestasikan lagi dengan tujuan meningkatkan output dan pendapatan di masa depan. Pabrik-pabrik, mesin, peralatan, dan bahan-bahan baku baru akan meningkatkan stok modal (capital stock) fisik suatu negara (yaitu total nilai riil neto dari semua barang modal produktif secara fisik) dan memungkinkan untuk meningkatkan tingkat output yang ingin dicapai. Investasi produktif secara langsung tersebut ditopang oleh investasi dalam apa yang dikenal sebagai infrastruktur sosial dan ekonomi (jalan-jalan, listrik, air dan sanitasi, komunikasi, dan sebagainya) yang memfasilitasi dan mengintegrasikan aktivitas-aktivitas ekonomi. Infrastruktur jalan sebagai subsektor infrastruktur merupakan salah satu indikator utama yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi masyarakat. 1
2 Ketersediaan infrastruktur jalan yang memadai dan bermutu menjadi kebutuhan pokok bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat. Selain sebagai alat penghubung satu daerah dengan daerah yang lainnya (mempermudah mobilitas penduduk, barang maupun jasa), infrastruktur jalan sangat diyakini dapat memberikan efek pengganda (multiplier effect) terhadap pertumbuhan sektor-sektor lain, sehingga dapat memperkecil kesenjangan pembangunan antarwilayah. Ketersediaan infrastruktur terutama infrastruktur jalan akan mempengaruhi para investor dalam mengalokasikan sumberdayanya untuk berinvestasi ke suatu daerah/wilayah. Keputusan berinvestasi adalah keputusan masa depan, yaitu mengalokasikan segala sumber daya pada saat ini dengan harapan akan memperoleh hasil yang lebih di masa yang akan datang. Namun, kondisi iklim investasi yang tidak kondusif bagi investor sangat menggangu dan mempengaruhi keputusan dalam berinvestasi, salah satunya adalah kondisi infrastruktur. Penarikan minat Foreign Direct Investment (FDI) ke Indonesia masih sulit dilakukan karena masih banyaknya hambatan yang dihadapi dalam merealisasikan investasi, diantaranya adalah masalah keterbatasan infrastruktur (ICN, 2009). Kondisi panjang jalan berdasarkan status pembinaannya tahun 2011 di Provinsi Sumatera Barat mencapai 2.366,82 km, yang terdiri dari jalan nasional sepanjang 1.212,89 km, jalan provinsi sepanjang 1.153,93 km. Untuk kondisi kualitas jalan menurut kriteria IRI (International Roughness Index) kualitas jalan nasional tidak mantap di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2011 mencapai 274,76 km yang terdiri dari 11,32 persen kondisi jalan rusak ringan dan 11,33 persen dengan kondisi rusak berat. Sementara untuk kondisi jalan mantap 2
3 sepanjang 938,13 km atau sekitar 77,35 persen kondisi jalan mantap di Sumatera Barat (Bappenas, 2013). Investasi merupakan indikator utama dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat, menciptakan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan dan memperkecil kesenjangan pendapatan masyarakat. Keberhasilan pemerintah dalam upaya menangani dan menanggulangi permasalahanpermasalahan sosial masyarakat terutama peningkatan pendapatan masyarakat, akan terlihat dari seberapa besar tingkat pertumbuhan ekonomi yang diperoleh oleh daerah tersebut. Kemajuan pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat, tidak dapat dipisahkan dari meningkatnya investasi. Investasi merupakan kunci penentu laju pertumbuhan ekonomi, karena di samping akan mendorong kenaikan output secara signifikan, juga secara otomatis akan meningkatkan permintaan input, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat sebagai konsekuensi dari meningkatnya pendapatan yang diterima masyarakat (BKPM, 2014). Perkembangan realisasi PMA Provinsi Sumatera Barat dalam tiga tahun terakhir ( ) cenderung meningkat, nilai realisasi PMA tahun 2012 tercatat sebesar 75,02 juta US$ meningkat dibandingkan tahun 2011 (65,457 juta US$) dengan jumlah proyek sebanyak 45 proyek. Sementara untuk perkembangan realisasi PMDN pada tahun 2012 cenderung menurun, nilai realisasi PMDN tahun 2012 sebesar mencapai Rp885,28 miliar lebih rendah dari nilai realisasi PMDN 2011 (Rp1.678 miliar) dengan jumlah proyek sebanyak 22 proyek (BKPM, 2014). 3
4 Perkembangan pendapatan per kapita Provinsi Sumatera Barat tahun menunjukkan adanya peningkatan pendapatan per kapita, yang secara makro menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat. Jika dilihat secara nasional dan antarregional (6 provinsi) pada Gambar 1.1 PDRB atas dasar harga konstan 2000 per kapita menurut provinsi , diperoleh bahwa tingkat pendapatan per kapita Provinsi Sumatera Barat masih berada di bawah rata-rata pendapatan per kapita nasional, begitu juga untuk wilayah antarregional di Pulau Sumatera, tingkat pendapatan per kapita Provinsi Sumatera Barat masih di bawah Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Riau, Provinsi Bangka Belitung, dan Provinsi Kepulauan Riau , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,4 Sumber: BPS (diolah) Gambar 1.1 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Per Kapita Menurut Provinsi, (ribu rupiah) Permasalahan kesenjangan dalam pendapatan per kapita di Provinsi Sumatera Barat menjadi persoalan dalam pemerataan pembangunan di Provinsi Sumatera Barat. Ketidakmerataan dalam distribusi pendapatan per kapita di 4
5 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat tahun 2011 dan 2012 dijelaskan pada tabel berikut. Kabupaten/Kota Tabel 1.1 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Per Kapita Sumatera Barat Berdasarkan Kabupaten/Kota, (juta rupiah) PDRB Pertumbuhan PDRB Per Kapita Ekonomi Kepulauan Mentawai , ,58 5,25 7,27 7,51 Pesisir Selatan , ,32 5,66 5,12 5,37 Solok , ,4 6,26 6,53 6,89 Sijunjung , ,43 6,08 6,96 7,26 Tanah Datar , ,73 5,71 8,08 8,53 Padang Pariaman , ,01 6,03 7,71 8,15 Agam , ,92 6,82 7,13 7,58 Lima Puluh Kota , ,28 6,37 8,58 9,04 Pasaman , ,68 6,16 5,67 5,96 Solok Selatan , ,15 6,43 4,74 4,98 Dhamasraya , ,71 6,62 6,37 6,63 Pasaman Barat , ,19 6,47 7,80 8,15 Padang , , ,17 15,96 Solok , ,89 6,33 9,31 9,72 Sawahlunto , ,72 5,98 9,56 10,04 Bukittinggi , ,91 6,39 9,71 10,17 Padang Panjang , ,42 6,24 9,39 9,85 Payakumbuh , ,12 6,72 7,87 8,29 Pariaman , ,44 6,02 9,56 10,03 Sumber: BPS Sumatera Barat (diolah) Tabel 1.1 PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 per kapita Sumatera Barat berdasarkan kabupaten/kota diketahui bahwa Kabupaten Solok Selatan dengan tingkat pendapatan per kapita terendah yaitu sebesar Rp ,00 per kapita (tahun 2011); Rp ,00 per kapita (tahun 2012), diikuti oleh Kabupaten Pesisir Selatan yaitu sebesar Rp ,00 per kapita (tahun 2011); Rp ,00 per kapita (tahun 2012), dan Kabupaten Pasaman yaitu sebesar Rp ,00 per kapita (tahun 2011); Rp ,00 per kapita 5
6 (tahun 2012). Daerah dengan tingkat pendapatan per kapita tertinggi di Provinsi Sumatera Barat adalah Pemerintah Kota Padang yaitu sebesar Rp ,00 per kapita (tahun 2011); Rp ,00 per kapita (tahun 2012), diikuti dengan Pemerintah Kota Sawahlunto yaitu sebesar Rp ,00 per kapita (tahun 2011); Rp ,00 per kapita (tahun 2012) dan Pemerintah Kota Pariaman yaitu sebesar Rp ,00 per kapita (tahun 2011); Rp ,00 per kapita (tahun 2012). Kebijakan ekonomi yang ditentukan oleh pusat (baik kebijakan fiskal dan kebijakan moneter) sangat mempengaruhi kebijakan pembangunan yang akan dilakukan oleh pemerintah provinsi, kabupaten maupun kota di Provinsi Sumatera Barat terutama dalam hal menciptakan iklim investasi yang baik. Namun, usaha untuk meningkatkan perekonomian masyarakat ternyata secara agregat telah memberikan kesenjangan laju pertumbuhan ekonomi dan perbedaan tingkat pendapatan per kapita antarwilayah regional. Kondisi ini menjadi permasalahan serius dalam hal pemerataan pembangunan antarwilayah kawasan regional. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh infrastruktur jalan, nilai kurs rupiah dan pendapatan per kapita terhadap PMA dan PMDN di kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat tahun
7 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian yang sejenis telah banyak dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang akan menjadi acuan dan pembanding atas penelitian ini. Tabel 1.2 Keaslian Penelitian Nama Peneliti Judul Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian Aiello et al. (2010) Caglayan et al. (2010) Cahyono dan Kaluge. (2010) Zameer dan Siddiqi (2010) Regional infrastructure and firm investment: Theory and Empirical Evidence for Italy. The Effect of the Exchange Rates on Investment in Mexican Manufacturing Industry. Analisis Pengaruh Infrastruktur Publik Terhadap Produk Domestik Bruto Per Kapita di Indonesia. The Impact of Exports, FDI and External Debt on Exchange Rate Volatility in Pakistan. Regression Panel Data External Exposure Measures, Measuring Market Power, Measuring Exchange Rate Volatility (ARCH) Engle-Granger Cointegration dan Error Correction Model (ECM) Autoregressive Distributed Lag Model (ARDL), Co-Integration and Error Correction Model (ECM) Pengeluaran pemerintah di bidang infrastruktur memberikan kontribusi terhadap penurunan/pengurangan kesenjangan ekonomi di wilayah bagian selatan dan utara Italia. 1. Penurunan nilai mata tukar mata uang (depreciation) berdampak positif (negatif) terhadap investasi tetap melalui saluran ekspor (impor). 2. Perubahan nilai tukar mata uang peso berdampak pada sektor yang berorientasi ekspor. 3. Sensitivitas dari investasi terhadap pergerakan nilai mata uang peso lebih kuat pada sektor manufaktur barang tidak tahan lama dan industri dengan rasio mark-up yang rendah. 1. Infrastruktur publik (jalan, listrik dan telepon) mempengaruhi Produk Domestik Bruto per kapita di Indonesia untuk jangka panjang. 2. Infrastruktur publik (jalan, listrik dan telepon) tidak mempengaruhi Produk Domestik Bruto Per kapita di Indonesia untuk jangka pendek. Dalam jangka pendek dan jangka panjang ekspor, FDI dan utang luar negeri berpengaruh signifikan terhadap perubahan nilai tukar mata uang rupee (Pakistan). 7
8 Nama Peneliti Judul Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian Ngouhouo dan Mawazini (2012) Ngowani (2012) Tirtosuharto (2012) Nourzad et al. (2014) Foreign Direct Investments and Individual Income in Central Africa. Exchange Rate Volatility and its Impact on FDI in Emerging Market Economies: The Case of Zambia. The Impact of Public Capital Investment on the Revenue Growth of Medium Enterprise in Indonesia. The Interaction Between FDI and Infrastructure Capital in The Development Process. Regression Through Doubled Least Squares (DLS) OLS (Ordinary Least Squared) OLS (Ordinary Least Squared) Uji Regresi Data Panel 46 negara kurun waktu ratarata lima tahun ( ) Terdapat dampak secara langsung antara FDI (Foreign Direct Investment) dengan pendapatan per kapita dalam komunitas ekonomi dan moneter Afrika Tengah (EMCCA). Nilai tukar RMB (Renmimbi) tidak berpengaruh signifikan (negatif) terhadap investasi langsung luar negeri (foreign direct investment) di Zambia. 1. Dampak terbesar dari investasi belanja modal adalah pada usaha menengah di sektor industri dan perdagangan. 2. Jenis investasi modal yang paling optimal adalah infrastruktur transportasi. Infrastruktur dasar yang dibangun oleh setiap negara membantu dalam meningkatkan efek marjinal dari FDI dalam pendapatan riil suatu negara. Dibandingkan dengan penelitian-penelitian terdahulu, maka penelitian ini memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaan terletak pada alat analisis yang digunakan yaitu regresi data panel dan beberapa variabel pendukung seperti variabel infrastruktur jalan, foreign direct investment (FDI), nilai tukar mata uang asing (foreign exchange rate), pendapatan per kapita, sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek kajian penelitian yaitu wilayah Provinsi Sumatera Barat dan kurun waktu penelitian yaitu dari tahun Rumusan Masalah Masalah pemerataan hasil pembangunan menjadi masalah serius yang dihadapi oleh pemerintahan daerah. Upaya-upaya yang dilakukan untuk 8
9 mengurangi kesenjangan hasil pembangunan antarwilayah tampaknya belum mencapai hasil yang memuaskan. Situasi ini juga dialami oleh pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat, program-program pembangunan seperti perbaikan infrastruktur, terutama jalan yang telah dijalankan ternyata belum mampu menciptakan iklim investasi yang baik bagi para investor terutama para investor dari dalam negeri. Kurun waktu merupakan masa rentang waktu yang tepat untuk melihat keadaan pembangunan yang telah berjalan. Masa reformasi merupakan titik balik dari perubahan sistem pemerintahan dari sentralistik ke desentralistik (UU No. 22 Tahun 1999 diubah menjadi UU No 32 Tahun 2004). Begitu juga dengan diberlakukannya UU No. 25 Tahun 1999 diubah menjadi UU No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah memberikan kewenangan kepada daerah mengelola segala potensi sumber daya daerah yang ada dalam wadah NKRI. Pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita yang tinggi merupakan sinyal yang baik bagi investor untuk berinvestasi menanamkan modalnya ke suatu wilayah/negara. Realisasi investasi baik PMA dan PMDN, kebijakan pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur jalan telah berlangsung lama serta memakan biaya yang relatif besar, tetapi tidak mampu mengurangi kesenjangan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita antarwilayah terkhususnya di Provinsi Sumatera Barat. 9
10 1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan sebelumnya, maka dalam penelitian ini mencoba untuk menjawab beberapa pertanyaan penelitian. 1. Apakah infrastruktur jalan dalam kondisi baik berpengaruh signifikan terhadap PMA dan PMDN di kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat, ? 2. Apakah nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap PMA dan PMDN di kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat, ? 3. Apakah pendapatan per kapita berpengaruh signifikan terhadap PMA dan PMDN di kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat, ? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menganalisis pengaruh infrastruktur jalan dalam kondisi baik terhadap PMA dan PMDN di kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat, Menganalisis pengaruh nilai tukar rupiah terhadap PMA dan PMDN di kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat, Menganalisis pengaruh pendapatan per kapita terhadap PMA dan PMDN di kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat, Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi kepada: 1. mahasiswa dan peneliti, sebagai bahan masukan dan tambahan referensi bagi mahasiswa dan peneliti lainnya yang menekuni dan mendalami kajian tentang 10
11 peranan infrastruktur jalan dalam kondisi baik, pengaruh nilai tukar rupiah, dan pendapatan per kapita terhadap investasi baik PMA maupun PMDN; 2. pemerintah, terutama di era otonomi daerah penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan perencanaan pembangunan, terutama kaitannya dengan perbaikan dan penyediaan infrastruktur jalan dalam upaya meningkatkan investasi dan upaya pemerataan dan meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat di daerah. 1.7 Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut. Bab I Pendahuluan, yang berisikan mj latar belakang masalah, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. Bab II Landasan Teori dan Kajian Pustaka berisikan pengertian secara teoritis tentang investasi, jalan, nilai tukar rupiah, pendapatan per kapita, dan kajian pustaka tentang penelitian-penelitian terdahulu. Bab III Metoda Penelitian berisikan desain penelitian, metoda pengumpulan data, definisi operasional, dan metoda analisis data. Bab IV Analisis dan Pembahasan berisikan deskripsi data, analisis data, uji hipotesis, uji konsistensi, dan pembahasan. Bab V Simpulan dan Saran berisikan simpulan, implikasi, keterbatasan, dan saran penelitian. 11
DAFTAR PUSTAKA. Alam, S Ekonomi Untuk SMA dan MA Kelas X. Esis. Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Aiello, F., Iona, A., dan Leonida, L. 2010. Regional infrastructure and firm investment: Theory and Empirical Evidence for Italy. Springer-Verlag, Empir Econ (2012) 42, Februari: 835-862.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi pada hakekatnya adalah langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi dan mencerminkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu ukuran penting dalam menilai keberhasilan pembangunan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang diharapkan itu adalah kemajuan yang merata antarsatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan sarana untuk mendorong kemajuan daerahdaerah. Kemajuan yang diharapkan itu adalah kemajuan yang merata antarsatu wilayah dengan wilayah yang lain,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini disebabkan oleh potensi sumber daya yang dimiliki daerah berbeda-beda. Todaro dan Smith (2012: 71)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta pembangunan seluruh aspek kehidupan masyarakat. Hakikat pembangunan ini mengandung makna bahwa pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang menimbulkan ketimpangan dalam pembangunan (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya makin kaya sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai dimensi tantangan lokal, nasional maupun global. Kemiskinan tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengentasan kemiskinan merupakan masalah pembangunan yang mempunyai dimensi tantangan lokal, nasional maupun global. Kemiskinan tidak hanya menjadi permasalahan bagi
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari ekonomi. Semakin tinggi ekonomi semakin baik pula perekonomian negara tersebut. Laju ekonomi harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembangunan daerah diarahkan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil-hasil pembangunan yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional
Lebih terperinciPENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan proses multidimensial yang meliputi perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam kelembagaan (institusi)
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Penerapan desentralisasi di Indonesia sejak tahun 1998 menuntut daerah untuk mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki secara arif dan bijaksana agar peningkatan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan pertumbuhan GNP yang setinggi-tingginya dan penyediaan lapangan pekerjaan, juga menginginkan adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU No.23 Tahun 2014 yaitu desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Desentralisasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi melalui produktivitas yang tinggi, dan mendatangkan lebih banyak input ke dalam proses produksi.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah dibutuhkannya investasi. Investasi merupakan salah satu pendorong untuk mendapatkan pendapatan yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyediaan pelayanan publik yang lebih efisien, efektif, dan merata serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia, pembangunan daerah memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota
Lebih terperinciDISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BAPPEDA PROVINSI SUMATERA BARAT Edisi 07 Agustus 2015
DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN Edisi 07 Agustus 2015 Buku saku ini dalam upaya untuk memberikan data dan informasi sesuai dengan UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan ekonomi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang disertai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode 2010-2015, secara umum pertumbuhan ekonomi mengalami fluktuasi, dimana pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010-2015, laju pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1) melindungi segenap bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem desentralistik atau otonomi daerah merupakan salah satu keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut dilatarbelakangi oleh pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Indonesia memiliki perekonomian yang masih rapuh dan tidak konstan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN. produk domestik bruto. Menurut BPS (2014) Produk Domestik Bruto (PDB)
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi adalah meningkatnya pendapatan yang diterima oleh masyarakat. Untuk menilai peningkatan pendapatan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Adanya modal dalam sebuah perusahaan menjamin berlangsungnya proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan distribusi pendapatan yang merata tanpa adanya disparitas. Selain untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat diperlukan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perencanaan Wilayah Adanya otonomi daerah membuat pemerintah daerah berhak untuk membangun wilayahnya sendiri. Pembangunan yang baik tentunya adalah pembangunan yang terencana.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam yang berlimpah pada suatu daerah umumnya akan menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada sumber daya alam yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam negeri sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan modal penting bagi negara-negara berkembang, karena memiliki peranan yang besar dalam proses pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pokok utama suatu negara. Pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan harus mampu memberi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan merupakan salah satu pokok utama suatu negara. Pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan harus mampu memberi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Sebagai daerah yang miskin dengan sumber daya alam, desentralisasi
BAB V PENUTUP Sebagai daerah yang miskin dengan sumber daya alam, desentralisasi fiskal secara umum terlihat sangat membebani neraca keuangan dan pembangunan Kabupaten/Kota se Provinsi Sumatera Barat.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi menunjukkan proses pembangunan yang terjadi di suatu daerah. Pengukuran pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat pada besaran Pendapatan Domestik
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. setelah Provinsi DKI Jakarta. Luas wilayah administrasi DIY mencapai 3.185,80
62 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Keadaan Geografis DIY Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan wilayah setingkat provinsi yang memiliki luas wilayah administrasi terkecil kedua di Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pembangunan di bidang ekonomi ini sangat penting karena dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap Negara mempunyai tujuan dalam pembangunan ekonomi termasuk Indonesia. Pembangunan di bidang ekonomi ini sangat penting karena dengan meningkatnya pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan ekonomi nasional adalah mencapai masyarakat yang sejahtera. Oleh karena itu, pemerintah di berbagai negara berusaha untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk di suatu negara dalam jangka panjang yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Cita-cita mulia tersebut dapat diwujudkan melalui pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dokumen RPJP Provinsi Riau tahun , Mewujudkan keseimbangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan misi pembangunan daerah Provinsi Riau yang tertera dalam dokumen RPJP Provinsi Riau tahun 2005-2025, Mewujudkan keseimbangan pembangunan antarwilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU No.32 Tahun 2004 yaitu desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Desentralisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di suatu negara bisa dijadikan alat ukur untuk menganalisa tingkat perkembangan perekonomian di negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi disuatu negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang terencana menuju keadaan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik daripada kondisi yang lalu (Tanuwidjaya,
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kesenjangan Ekonomi Antar Wilayah Sjafrizal (2008) menyatakan kesenjangan ekonomi antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan
Lebih terperinciTabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi
Boks 2 REALISASI INVESTASI DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU I. GAMBARAN UMUM Investasi merupakan salah satu pilar pokok dalam mencapai pertumbuhan ekonomi, karena mampu memberikan multiplier effect
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia selalu mengalami perjalanan yang berfluktuasi, minyak dan gas alam yang selama ini menjadi mesin pertumbuhan, harganya dipasar internasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan suatu negara secara terus menerus dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mekanisme penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan produksi suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu upaya bagi pemerintah untuk mengembangkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu upaya bagi pemerintah untuk mengembangkan daerahnya. Salah satu tujuan dari pembangunan diantaranya adalah meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang terjadi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di mana di dalam pembangunan ini tidak bisa terlepas. penggerak pertumbuhan dan mengurangi kemiskinan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Dalam pelaksanaannya tujuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang dialami dunia hanya semenjak dua abad
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menunjukkan besarnya peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam suatu. angkatan kerja. Terakhir yaitu kemajuan teknologi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang menunjukkan besarnya peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam suatu perekonomian. Tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan daripada modal atau investasi. Modal merupakan faktor yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu usaha dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi adalah peranan daripada modal atau investasi. Modal merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan. Pentingnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Pada posisi semacam ini investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makro ekonomi jangka panjang disetiap periode. Dalam setiap periode upaya untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan suatu
Lebih terperinciBAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerataan pembangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia sudah lama
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerataan pembangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia sudah lama dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang diinginkan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desentralisasi fiskal sudah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2001. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama beberapa tahun terakhir (2005-2009), ekonomi Indonesia membaik dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,5 persen. Namun kinerja itu masih jauh jika dibanding
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan kestabilan. Pembangunan
Lebih terperinciSKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( )
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT (1996-2010) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pada Program Studi S1 Ilmu Ekonomi Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan kultural, dengan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan dan penggunaan waktu (Boediono, 1999). pada intinya PDB merupakan nilai moneter dari seluruh produksi barang jadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu negara memiliki beberapa tujuan termasuk Indonesia, yang mana salah satu tujuannya ialah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Salah satu ukuran dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya peningkatan kapasitas pemerintahan daerah agar tercipta suatu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik selama periode tertentu. Menurut Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara yang berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.
Lebih terperinciRINGKASAN DATA DAN INFORMASI PENANAMAN MODAL PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017 KONDISI S.D. 30 JUNI 2017
RINGKASAN DATA DAN INFORMASI PENANAMAN MODAL PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017 KONDISI S.D. 30 JUNI 2017 I. RENCANA INVESTASI PMDN/ PMA Tabel 1. Perkembangan PMDN & PMA Satuan nilai rencana investasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, meratakan pendapatan dan meningkatkan hubungan antara daerah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak lepas dari berbagai hambatan dan tantangan dalam pembangunan. Masalah kemiskinan, rendahnya modal, rendahnya kualitas
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu wilayah atau negara menuju keadaan yang lebih baik dalam periode waktu tertentu.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kesempatan kerja. Pendekatan pertumbuhan ekonomi banyak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang dasar 1945 yang mengamanatkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas provinsi-provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini tidak terlepas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai kemampuan ekonomi nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka waktu yang cukup lama untuk dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada daerah masing-masing.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Disparitas perekonomian antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Disparitas ini pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan
Lebih terperinciIV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 4.1. Dinamika Disparitas Wilayah Pembangunan wilayah merupakan sub sistem dari pembangunan koridor ekonomi dan provinsi dan merupakan bagian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebuah negara, keberhasilan pembangunan ekonominya dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2007) menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sharp et al. (1996) mengatakan kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai negara maju dan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan suatu negara diarahkan pada upaya meningkatkan pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator yang digunakan untuk melihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi, infrastrukur dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dijelaskan terlebih dahulu beberapa istilah yang terkait dengan judul. Adapun
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Sebagai kerangka awal untuk memudahkan dan menghindari kesalah pahaman dalam memahami maksud dari judul ini, maka perlu kiranya dijelaskan terlebih dahulu beberapa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha untuk mengembangkan perekonomian sehingga menimbulkan perubahan pada struktur perekonomian. Sebagai implikasi dari perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang
17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis tersebut menjadi salah satu hal yang sangat menarik mengingat terjadinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia selama periode tahun 1990 sampai dengan tahun 2008 banyak mengalami perkembangan yang bersifat positif sampai sebelum tahun 1997. Hal ini tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi ekonomi merupakan dunia kegiatan dan keterkaitan perekonomian. Kegiatan-kegiatan perekonomian tidak lagi sekedar nasional tapi bahkan internasional, bukan
Lebih terperinci