BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini berisi secara keseluruhan tahapan pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini. Tahapan tersebut diuraikan pada subbab dibawah ini. 4.1 Detail Masalah Arief (2013) mengembangkan konsep SWB Recumbent Bike sebagai sepeda dengan mempertimbangkan aspek ergonomi dan kesehatan. Permasalahannya adalah pada penelitian yang dilakukan Arief (2013) hanya sampai pada tahap visualisasi desain. Padahal untuk dapat merancang SWB Recumbent Bike menjadi sebuah prototipe, diperlukan spesifikasi sepeda secara detail. Penentuan spesifikasi mencakup ukuran frame dan komponen yang berfungsi untuk melengkapi komposisi SWB Recumbent Bike. SWB Recumbent Bike merupakan tipe sepeda yang berbeda dari sepeda biasa karena SWB Recumbent Bike masih jarang beredar di pasaran. Hal tersebut menyebabkan penentuan spesifikasi SWB cukup sulit dilakukan. Oleh karena itu, untuk membantu penentuan spesifikasi agar spesifikasi tersebut dapat direalisasikan menjadi sebuah prototipe maka dilakukan observasi di workshop sepeda yang beralamat daerah Gagak Sifat, Adi Soemarmo, Boyolali. Selain itu juga dilakukan wawancara dan diskusi dengan praktisi ahli dalam bidang sepeda sekaligus pemilik workshop tersebut. Informasi yang diperoleh terkait dengan kebutuhan manufaktur dalam perancangan SWB Recumbent Bike, meliputi peralatan yang tersedia, kemampuan praktisi dalam membuat SWB Recumbent Bike dan material yang tersedia. 4.2 Pemilihan Komponen yang digunakan Penentuan komponen SWB Recumbent Bike dilakukan secara bertahap. Langkah awal penentuan komponen adalah mengumpulkan referensi yang dilakukan dengan mencari tiga merk city bike yang paling laris dipasaran. Menurut Warta Ekonomi (2013), tiga merk sepeda nasional yang menguasai pasar indonesia adalah Polygon, WimCycle dan United Bike. Langkah selanjutnya IV-1

2 adalah mencari tipe sepeda yang paling banyak diminati untuk kategori city bike. Metode yang digunakan adalah observasi dan wawancara karena data penjualan sepeda secara kuantitatif sulit untuk diperoleh. Berikut adalah hasil observasi yang diperoleh: Tabel 4.1 Hasil Observasi Toko Hasil Observasi Polygon WimCycle United Bike 1 Sierra Lite Sierra Lite I3 Star Lite - 3 Sierra Lite - TC 3650 Ci71 4 Sierra Lite Sierra Lite - TC 3650 Ci01 6 Sierra Lite Star Lite - 7 Sierra Deluxe 3 Star Lite TC 3650 Ci71 8 Sierra Lite Soloist 77 Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, dapat diketahui tipe sepeda kategori city bike yang paling laris, yaitu tipe Sierra Lite untuk merk Polygon, Star Lite untuk merk Wim Cycle dan TC 3650 Ci71 untuk United Bike. Berikut adalah daftar komponen untuk ketiga tipe tersebut : Tabel 4.2 Spesifikasi Sierra Lite Tipe Sepeda Nama Komponen Jenis Komponen frame alutech alloy sport city front fork hi-ten fork shift lever shimano tourney SL-RS36 derailleur rear shimano tourney RD-TY21 brakes front/rear alloy, V-brake tektro brake levers generik pedals PP body with rubber grip crankset steel, CX 170 mm, 36 T Sierra Lite bottom bracket BALL Retainer chain KMC Z-33 cassete Shimano tourney MF-TZ21, 14-28T rim Araya KP-80 tires deli tires 26 x 1-3/8 saddle SELE ROYAL RIO PLUS seatpost ALLOY, 27.2 X 300 mm Hub rear/front steel 36 JY 433 handlebar steel 25,4 x headset chin haur CH-90-3BW IV-2

3 Tabel 4.3 Spesifikasi Star Lite dan TC 3650 C171 Tipe Sepeda Nama Komponen Jenis Komponen frame alumunium 6061 front fork coop rigid fork shift lever SHIMANO RS-35 REVO Shifter derailleur rear Shimano TY-18 brakes front/rear alloy, V-brake ALHONGA brake levers alloy pedals city nylon platform crankset plastic disc VCP, 1/8'' x 3/32' 38 T Star Lite cassete shimano 7-SPD HG 41 gear system bottom bracket steel chain kmc z-51 rim generik tires generik saddle Wim Cycle seatpost steel 10 inch stem MINI alloy head Y-stem handlebar MTB butterfly headset ball bearing frame Alumunium alloy front fork Butted stem ST shift lever Shimano SL-RS43 derailleur rear Shimano RD-TX 51 brakes front V-brake generik brake levers generik pedals generik crankset generik TC 3650 bottom bracket steel united C171 chain KMC Z 33 rim aluminium alloy 26 inch tires generik saddle united seatpost united cassete Shimano MF-TZ07 handlebar United headset United oversize Berdasarkan ketiga sepeda tersebut lalu dilakukan perbandingan komponen sepeda dengan mempertimbangkan kualitas dan harga. Jika terdapat komponen yang tidak sesuai dengan rancangan SWB Recumbent Bike maka dilakukan pencarian referensi komponen. Adapun part generik yang digunakan dalam hal IV-3

4 ini. Part generik merupakan komponen tiruan akan tetapi mempunyai fungsi yang sama seperti merk-merk terkenal. Berikut adalah daftar komponen awal dan usulan praktisi sepeda : Tabel 4.4 Daftar Komponen Awal Nama Komponen komponen Awal shift lever Shimano REVO Shift Nexus-3 disc brake Tektro V-brake Shimano M4 22 brake lever reverse brake Fixie pedals PP body with rubber grip crankset Shimano 52 T bottom bracket Shimano BB UN 26 (110mm) chain KMC Z-33 front rim Araya (20 inch) rear rim Araya (27 inch) front tire generik rear tire generik front spoke generik (32) rear spoke generik (32) rear Hub internal hub Nexus 3 front Hub shimano JY 433 headset chin haur over size stem generik bearing generik Konsep awal penggabungan garpu utama dengan handlebar SWB Recumbent Bike menggunakan las busur, akan tetapi proses pengerjaan tersebut kurang efisien karena sulit untuk dibongkar pasang apabila ukuran frame ingin diubah. Oleh karena itu, berdasarkan diskusi dengan pihak praktisi sepeda, proses penggabungan garpu utama dengan handlebar menggunakan komponen stem yang dipasang dengan mur dan baut. IV-4

5 Tabel 4.5 Daftar Usulan Komponen Manufaktur Nama Komponen Usulan Komponen dari Manufaktur Keterangan shift lever Promax tolak front brake disc brake tektro novela terima rear brake Tektro Promax Shimano alloy non series terima (Shimano Alloy non series brake levers generik tolak pedals generik terima crankset alloy, Fixie 48 T truvativ 52 T terima ( Fixie 48 T) bottom bracket Neco non series terima chain KMC Z-33 sama rim generik terima tires generik sama cassete generik 3 speed tolak derailleur generik tolak rear Hub Shimano non series tolak front Hub Promax non series 6 bolt Shimano non series terima (Promax non series 6 bolt) headset Neco non series terima spoke 32 terima rear velg 700 cc terima front velg 20 inch sama stem generik sama Tabel 4.6 Daftar Komponen Akhir Nama Komponen Komponen akhir shift lever Shimano REVO Shift Nexus-3 Disc brake Tektro V- brake Shimano alloy non series brake levers Fixie reverse brake pedal generik crankset Fixie alloy 48 T bottom bracket Neco non series (110 mm) chain KMC Z-33 front rim generik (20 inch) rear rim generik (700 c) front tire generik rear tire generik front spoke generik (32) rear spoke generik (32) rear Hub Shimano internal hub Nexus 3 front Hub Promax non series ( 6 bolts) headset Neco over size 1 1/8 stem generik bearing generik Komponen yang telah terpilih lalu didiskusikan dengan ahli praktisi sepeda untuk mengetahui kesesuaiannya dengan rancangan SWB Recumbent Bike. IV-5

6 Praktisi sepeda juga ikut mengambil bagian dalam penentuan komponen karena pendapat praktisi menjadi pertimbangan dalam proses pemilihan komponen. Berikut adalah komponen-komponen dari SWB Recumbent Bike hasil diskusi dengan ahli praktisi sepeda: 1. Roda Sesuai dengan konsep rancangan awal dari Arief (2013), maka SWB Recumbent Bike menggunakan ukuran yang berbeda untuk roda depan (front wheel) dan roda belakang (rear wheel). Ukuran roda depan yang digunakan berdiameter 20 inch dan ukuran roda belakang berdiameter 27 inch. Namun berdasarkan hasil diskusi dengan ahli praktisi sepeda, ukuran roda belakang yang digunakan dalam perancangan ini adalah 700 c. Ukuran tersebut dipilih dengan menyesuaikan ukuran standar internasional. Daftar komponen pada tabel 4.2 dan 4.3 menunjukkan bahwa rata-rata ukuran roda sepeda city bike adalah 26 inch, sehingga data tersebut tidak bisa menjadi acuan dalam pemilihan komponen SWB Recumbent Bike. Oleh karena itu, penentuan komponen roda berdasarkan hasil pencarian referensi dan diskusi dengan praktisi sepeda. Komponen ban yang digunakan adalah part generik Berikut adalah data ukuran komponen roda SWB Recumbent Bike : a. Tire depan : 20 inch x 135 b. Tire belakang : 700c x 23 c. Rim depan : 20 inch d. Rim belakang : 700 c e. Material rim depan : alloy f. Material rim belakang : alloy g. Spoke depan : 32 h. Spoke belakang : 32 IV-6

7 Gambar 4.1 Rim Ukuran 700 c Sumber : Polygon.com (2014) 2. Drive Train Gambar 4.2 Rim Ukuran 20 inch Sumber : Polygon.com (2014) Drive train meliputi sistem crank set, pedal, gears, shifter, derailleurs, dan chain (rantai) yang berfungsi sebagai sistem penggerak sepeda (Haine, 2011). Berikut adalah komponen drive train yang digunakan : a. Crank set Crank set terdiri dari dua crank arm, bottom bracket dan satu atau lebih chain rings. Crank arm merupakan bagian dimana salah satu ujungnya melekat pada bottom bracket dan ujung lainnya sebagai poros pedal yang berotasi memberikan daya ungkit untuk menggerakan sepeda (Downs, 2005). Sedangkan chain rings merupakan sproket yang melekat pada chain arm dan berfungsi sebagai pendorong rantai (Downs, 2005). Crank arm dan chain rings yang digunakan merupakan single ring, karena disesuaikan dengan kondisi infrastruktur kota yang rata dan jalan raya yang cenderung lurus. Crank yang digunakan dalam perancangan ini adalah crank Fixie dengan jumlah gigi 48. Komponen tersebut dipilih karena dilengkapi IV-7

8 dengan bush guard untuk melindungi kaki pengendara agar tidak lecet dan kotor. Gambar 4.3 Crank Arm dan Chain Ring Sumber : Bukalapak.com (2014) Bottom bracket merupakan bagian silinder dari frame sepeda yang menahan poros crank set, dua set ball bearing, fixed cup dan adjustable cup (Downs, 2005). Bottom bracket yang digunakan menyesuaikan ukuran crank arm dan chain rings, yaitu Neco dengan panjang 110 mm. b. Pedal Gambar 4.4 Bottom Bracket Sumber : Bukalapak.com (2014) Pedal merupakan bagian sepeda yang berfungsi sebagai penggerak sepeda dengan cara menggunakan kekuatan kaki otot untuk mengayuh sepeda (Haine, 2011). Komponen pedal menggunakan part generik. Gambar 4.5 Pedal Sumber : Polygon.com (2014) IV-8

9 c. Rantai (chain) Rantai merupakan rangkaian mata rantai yang memanjang dari chain ring hingga gigi roda belakang dan berfungsi untuk menggerakan sepeda ketika mengayuh (Downs, 2005). Rantai yang digunakan yaitu jenis KMC Z-33. d. Hub Gambar 4.6 Rantai Sumber : Bukalapak.com (2014) Hub merupakan bagian tengah dari roda yang berfungsi sebagai tempat untuk mengaitkan spokes dan terdiri dari dua set bearing, bearing cone, lock washers, locknut dan part untuk mengaitkan rim dengan frame (Downs, 2005). Arief (2013) merekomendasikan rear hub menggunakan internal gear. Internal gear memiliki gear di dalam hub dan tidak memerlukan cassete dan derailleur rear. Kelebihan internal gear, yaitu membuat rantai sepeda menjadi lurus sehingga meningkatkan efisiensi mengayuh dan menawarkan kemudahan dalam perawatan dibandingkan menggunakan sistem derailleur karena gear terletak di dalam hub (Haine, 2011),. Gambar 4.7 Internal Hub Nexus-3 Sumber : Polygon.com (2014) IV-9

10 Pada tipe city bike yang tingkat levelnya berada diatas Sierra, yaitu tipe Sierra Deluxe 3 sudah menggunakan internal hub Nexus-3. Komponen tersebut sudah mencakup sprocket. Pada penelitian ini, internal hub Nexus-3 dipilih karena perbedaan dari perbandingan biaya komponen hub, cassete dan derailleur rear dengan harga internal hub Nexus-3 tidak terlalu jauh. Internal hub Nexus-3 memiliki ukuran OLD 113 mm dan axle 193 mm. Sedangkan front hub, digunakan menggunakan part Promax 6 bolts yang mempunyai dudukan untuk disc brake. 3. Safety. Gambar 4.8 Front Hub Sumber : Polygon.com (2014) Sistem safety meliputi rem, brake levers dan shift levers. Berikut adalah penjelasnnya: a. Rem (Brake) Brake merupakan sistem pengereman yang dirancang untuk mengatur proses berhenti sepeda dengan cepat dan efisien (Haine, 2011). Berdasarkan konsep rancangan awal dari Arief (2013), maka SWB Recumbent Bike menggunakan rem yang berbeda untuk roda depan (front wheel) dan roda belakang (rear wheel). Hal ini dikarenakan ukuran roda depan yang kecil sehingga membutuhkan daya pengereman yang tinggi, sedangkan ukuran roda belakang yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan daya pengereman yang tinggi. Roda depan menggunakan disc brake mekanik. Disc brake merupakan sistem pengereman dengan menggunakan caliper kecil yang mengapit piringan atau disc (terbuat dari stainless steel) yang dipasangkan ke hub sepeda untuk menghasilkan gaya pengereman (Downs, 2005). Disc brake mekanik dipilih karena harganya terjangkau dan perawatannya mudah bila IV-10

11 dibandingkan dengan rem hidrolik. Disc brake yang digunakan adalah disc brake Tektro 6 holes. Gambar 4.9 Disc Brake Sumber : bukalapak.com (2014) Roda belakang menggunakan rem V-brake Shimano non series. V-brake merupakan nama brand Shimano untuk model pengereman sistem tarik secara linear dan dipasang pada rim sepeda (Downs, 2005). b. Brake Levers Gambar 4.10 V-brake Sumber : bukalapak.com (2014) Brake lever merupakan tuas yang terhubung dengan rem dan berguna untuk mengendalikan pengereman. Brake lever yang digunakan adalah reverse brake seperti yang digunakan dalam sepeda Fixie. Hal tersebut menyesuaikan bentuk handlebar SWB Recumbent Bike. Gambar 4.11 Brake levers Sumber : Bukalapak.com (2014) IV-11

12 c. Shift Lever Shift lever merupakan bagian yang terhubung dengan hub belakang sepeda yang berfungsi untuk mengatur tingkat kecepatan (Downs, 2005). Shift lever yang digunakan menyesuaikan tipe HUB internal Nexus-3, yaitu Shimano REVO Shift Nexus Steering Gambar 4.12 Revo Shift Nexus-3 Sumber : Polygon.com (2014) Sistem steering meliputi headset, handle grip dan handle stem. Berikut adalah penjelasannya : a. Headset Headset merupakan komponen yang menghubungkan steering ke main frame (rangka utama) dan mengatur sistem kemudi sepeda (Downs, 2005). Headset yang digunakan adalah headset Neco over size 1 1/8 inch. b. Handle grip Gambar 4.13 Headset Sumber : Bukalapak.com (2014) Handle grip merupakan komponen untuk melapisi handlebar agar lebih nyaman digunakan. Handle grip yang digunakan adalah tipe generik. IV-12

13 c. Handle stem Gambar 4.14 Handle Grip Sumber : Polygon.com (2010) Handle stem merupakan bagian yang menghubungkan fork dengan handlebar (Downs, 2005). Ukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah 900 mm. Gambar 4.15 Handle Stem Sumber : Polygon.com (2010) IV-13

14 4.3 Penentuan Ukuran Frame Penentuan ukuran frame berdasarkan antropometri manusia agar pengguna lebih nyaman ketika mengendarai Data Anthropometri SWB Recumbent Bike ini dirancang untuk orang indonesia sehingga dimensi antropometri menyesuaikan orang Indonesia. Data antropometri diperoleh dari data antropometri Indonesia yang diakses secara online pada website Data yang diambil dengan kriteria sebagai berikut : Suku : Semua suku Jenis Kelamin : Laki-laki Tahun : Usia : tahun Informasi data antropometri yang tersedia pada website tersebut meliputi : dimensi, keterangan dimensi, percentil dan standar deviasi (SD). Berikut adalah data antropometri orang Indonesia: Tabel 4.7 Dimensi antropometri orang Indonesia (dalam satuan cm) Dimensi Keterangan 5th 50th 95 th SD D1 Tinggi tubuh 168,42 170,7 171,71 6,17 D2 tinggi mata 156,88 158,53 160,17 6,29 D3 tinggi bahu 140,67 142,31 143,96 6,05 D4 tinggi siku 102,92 104,56 106,21 5 D5 tinggi pinggul 93,18 94,83 96,47 1,78 D6 tinggi tulang ruas 73,85 75,5 77,14 4,07 D7 tinggi ujung jari 72,28 73,92 75,57 0,92 D8 tinggi dalam posisi duduk 81,49 83,13 84,78 2,67 D9 tinggi mata dalam posisi duduk 73,62 75,27 76,91 3,25 D10 tinggi bahu dalam posisi duduk 61,31 62,96 64,61 2,61 D11 tinggi siku dalam posisi duduk 33,08 34,73 36,37 0,02 D12 tebal paha 18,57 20,21 21,86 0,65 D13 panjang lutut 50,98 52,63 54,27 1,46 D14 panjang popliteal 35,6 37,25 38,89 3,54 D15 tinggi lutut 55,2 56,84 58,49 4,17 D16 tinggi popliteal 41,23 42,87 44,52 3,21 D17 lebar sisi bahu 42,23 43,88 45,52 3,67 D18 lebar bahu bagian atas 34,2 35,85 37,49 4,36 D19 lebar pinggul 33,75 35,4 37,04 4,46 D20 panjang tangan 17,14 18,79 20,43 1,25 D21 lebar tangan 12,26 13,91 15,55 0,21 IV-14

15 4.3.2 Penentuan Ukuran Frame Penentuan ukuran frame meliputi handlebar, saddle, garpu depan dan main frame. Berikut adalah perhitungan ukuran frame dari SWB Recumbent Bike: 1. Handlebar (Pegangan Kemudi) Gambar 4.16 Sistematika Handlebar Berdasarkan konsep rancangan awal Arief (2013), desain handlebar yang digunakan berbentuk W. Dimensi handlebar terdiri dari panjang dan lebar handlebar. Panjang handlebar menggunakan data lebar sisi bahu pria dewasa (D17). Percentil yang digunakan adalah percentil 95 agar orang yang memiliki bahu lebar lebih nyaman dalam penggunaannya. = Lebar sisi bahu (P95%) = 45,52 = 45 cm Pembulatan nilai pada panjang handlebar dilakukan untuk mempermudah perancangan. Lebar handlebar menggunakan data lebar tangan pada pria dewasa (D21). Percentil yang digunakan adalah percentil 95 agar orang yang memiliki tangan lebar lebih nyaman dalam penggunaannya. Lebar handlebar ditentukan berdasarkan antropometri lebar tangan dan allowance. = Lebar tangan (P95%) + allowance = 15,55 + 3,5 = 19,05 = 19 cm IV-15

16 Penambahan allowance pada lebar handlebar dilakukan untuk pemberian space pada penempatan brake lever dan menambah kenyamanan pengguna. 2. Saddle (Tempat Duduk) Gambar 4.17 Sistematika Sandaran Punggung Gambar 4.18 Sistematika alas duduk Gambar 4.19 Sistematika sandaran punggung dan kepala IV-16

17 Dimensi saddle terdiri dari alas duduk, sandaran punggung dan sandaran kepala. Pada penentuan saddle mempertimbangkan sudut segment tubuh saat mengemudi. Pertimbangan sudut ini mengacu pada penelitian Rebiffe (1969). Pada tabel 4.2 menjelaskan tentang sudut yang direkomendasikan. Gambar 4.20 Rekomendasi Sudut Sumber : Rebiffe (1969) Tabel 4.8 Rekomendasi sudut segmen tubuh (Rebiffe, 1969) Penentuan sudut kemiringan sandaran punggung (nilai IV-17 ) berdasarkan rekomendasi sudut pada segmen tubuh trunk, yang berkisar dari derajat. Sudut yang digunakan dalam penelitian ini adalah 105 derajat karena nilai tersebut merupakan nilai tengah dari rentang yang direkomendasikan sehingga posisi saddle tidak condong ke belakang. a. Alas duduk No Segmen tubuh Rekomendasi sudut A Back B Trunk C Knee D Ankle E Upper Arm F Elbow Dimensi alas duduk yang ditentukan adalah panjang dan lebar alas duduk. Panjang alas duduk menggunakan data antropometri panjang pantat popliteal pria (D14). Percentil yang digunakan adalah percentil 95 agar orang yang memiliki pantat yang panjang lebih nyaman dalam

18 penggunaannya. Perhitungan panjang alas duduk ditentukan berdasarkan panjang pantat popliteal dengan tambahan allowance. = Panjang pantat popliteal (P95%) = 38,89 = 38 cm Pembulatan pada panjang alas duduk dilakukan untuk mempermudah perancangan. Lebar alas duduk menggunakan data antropometri lebar pinggul pria (D19). Percentil yang digunakan adalah percentil 95 agar orang yang memiliki pinggul yang lebar lebih nyaman dalam penggunaannya. Perhitungan lebar alas duduk ditentukan berdasarkan lebar pinggul pria. = Lebar pinggul (P95%) = 37,04 = 37 cm Pembulatan pada lebar alas duduk dilakukan untuk mempermudah perancangan. b. Sandaran punggung Dimensi sandaran punggung terdiri dari panjang dan lebar. Panjang sandaran punggung menggunakan data antropometri panjang tinggi bahu dalam posisi duduk pria dewasa (D10). Percentil yang digunakan adalah percentil 95 agar orang yang memiliku tinggi bahu yang panjang lebih nyaman dalam penggunaannya. Perhitungan panjang sandaran punggung ditentukan berdasarkan tinggi bahu dalam posisi duduk. = tinggi bahu dalam posisi duduk (P95%) = 64,61 = 64 cm Pembulatan pada panjang sandaran punggung dilakukan untuk mempermudah perancangan. Lebar sandaran punggung menyesuaikan lebar alas duduk. IV-18

19 c. Sandaran kepala Dimensi sandaran kepala terdiri dari panjang dan lebar sandaran kepala. Panjang sandaran kepala menggunakan data antropometri tinggi tubuh (D1) dikurangi tinggi bahu pria dewasa (D3). Percentil yang digunakan adalah percentil 95%. = tinggi tubuh (P95%) tinggi bahu (P95%) = 171,7 143,96 = 27,74 = 27 cm Pembulatan pada panjang sandaran kepala dilakukan untuk mempermudah perancangan. Lebar sandaran kepala menggunakan data antropometri lebar kepala pria dewasa (D27). Percentil yang digunakan adalah percentil 95 agar orang yang memiliki lebar kepala yang panjang lebih nyaman dalam penggunaannya. = Lebar kepala (P95%) = 18,4 cm = 18 cm Pembulatan pada lebar sandaran kepala dilakukan untuk mempermudah perancangan. 3. Garpu Utama Garpu Utama terdiri dari steer tube dan front fork. Gambar 4.21 Sistematika Garpu Depan a. Steer tube Dimensi steer tube menggunakan data antropometri tinggi bahu dalam posisi duduk pria dewasa. Percentil yang digunakan adalah percentil 95 agar orang yang memiliku tinggi bahu yang panjang lebih nyaman dalam IV-19

20 penggunaannya. Perhitungan panjang steer tube ditentukan berdasarkan tinggi bahu dalam posisi duduk dikurangi lebar handlebar. = tinggi bahu (P5%) lebar handlebar = 61,32-19 = 42,32 = 43 cm Pembulatan pada panjang steer tube dilakukan untuk mempermudah perancangan. b. Front fork Dimensi front fork menyesuaikan ukuran roda depan. Perhitungan front fork ditentukan berdasarkan setengah diameter roda depan dan ditambah dengan allowance. = (diameter roda depan) + allowance = (20 inch) + allowance = (50,8 cm) + allowance = 25,4 + allowance = 30 cm Penambahan allowance pada panjang front fork dilakukan untuk pemberian space tire dan fenders sepeda. 4. Main Frame (Garpu utama) Main frame terdiri dari tiga dimensi, yaitu jarak dari bottom bracket hingga headset, jarak dari headset hingga pangkal rear fork dan jarak dari pangkal rear fork hingga drop out. Gambar 4.22 Sistematika Main Frame Pada penelitian Arief (2013) telah dilakukan perhitungan untuk jarak dari bottom bracket hingga headset ) dan jarak dari headset hingga pangkal rear fork ). Perhitungan tersebut dilakukan dengan membandingkan IV-20

21 ukuran antropometri orang Amerika dan orang Indonesia. Hasil perhitungan yang diperoleh adalah 26,5 cm untuk dan 42,5 cm untuk. Pada perhitungan ini dilakukan penyesuaian panjang kaki pria. Namun, untuk nilai perhitungan Arief (2013) terlalu kecil, sehingga dilakukan diskusi dengan ahlipraktisi sepeda. Nilai lalu ditentukan dengan penyesuaian tinggi lutut (D16) dikurangi allowance untuk jarak dari mata kaki hingga alas kaki. Nilai yang diperoleh adalah 37,5 cm. a. Jarak dari bottom bracket hingga headset ) Perhitungan jarak dari bottom bracket hingga headset 37,5 cm b. Jarak dari headset hingga pangkal rear fork ) Perhitungan jarak dari headset hingga pangkal rear fork 42,5 cm. c. Jarak dari pangkal rear fork hingga drop out ) Jarak dari pangkal rear fork hingga drop out menyesuaikan ukuran roda belakang. Perhitungan ini ditentukan berdasarkan setengah diameter roda belakang dan ditambah dengan allowance. = (diameter roda belakang) + allowance = (27 inch) + allowance = (67,58 cm) + allowance = 34,29 + allowance = 40 cm Penambahan allowance pada jarak rear fork hingga drop out dilakukan untuk pemberian space tire dan fenders sepeda. 4.4 Pembuatan Gambar Rancangan Pembuatan gambar teknik berdasarkan data antopometri yang dibahas pada sub bab sebelumnya dan hasil diskusi bersama ahli praktisi sepeda. Berikut adalah gambar rancangan dari SWB Recumbent Bike : 1. Chain Guard Chain guard merupakan komponen yang berfungsi sebagai jalur silang rantai. Sistem rantai pada rancangan ini adalah menyilang (cross) sehingga perlu adanya chain guard. Berikut adalah sistem rantai SWB Recumbent Bike : IV-21

22 Gambar 4.23 Sistem Rantai Chain guard yang berdiameter 4 cm ini didesain menyesuaikan ukuran rantai yang digunakan. Bahan pembuatan chain guard menggunakan nylon. Sistem geraknya menggunakan dua bearing yang dipasang pada kedua sisi. Chain guard dipasang pada main frame menggunakan clamp. Gambar 4.24 Bentuk Chain Guard Gambar 4.25 Chain Guard Tampak Samping IV-22

23 Gambar 4.26 Chain Guard Tampak Atas dan Bawah 2. Handlebar Handlebar rancangan SWB Recumbent Bike berbentu W dengan material besi carbon steel dengan kandungan karbon 0,30%(G1030). Proses pembuatannya dengan penekukan (bending). Penggabungan handlebar dengan steer tube menggunakan komponen stem yang dipasang pada bagian tengah handlebar dan dikencangkan dengan mur baut. Gambar 4.27 Bentuk Handlebar Gambar 4.28 Handlebar Tampak Depan dan Samping IV-23

24 Gambar 4.29 Handlebar Tampak Atas 3. Saddle Saddle terdiri dari tiga bagian, yaitu alas duduk, sandaran punggung dan sandaran kepala. Berikut adalah gambar dari saddle : Gambar 4.30 Saddle Tampak Depan 4. Garpu Utama Gambar 4.31 Saddle Tampak Samping IV-24

25 Garpu utama menggunakan material besi G1030. Pada ujung garpu utama terdapat drop out yang berfungsi sebagai pencekam hub untuk menghubungkan roda dengan garrpu utama. Berikut adalah gambar garpu utama : Gambar 4.32 Bentuk Garpu utama Gambar 4.33 Garpu Utama Tampak Samping dan Depan IV-25

26 5. Main frame Main frame menggunakan material besi G1030. Berikut adalah gambar main frame: Gambar 4.34 Main frame Gambar 4.35 Main Frame Tampak Samping Gambar 4.36 Main Frame Tampak Atas 6. Dropout Dropout meliputi front dropout dan rear dropout. Material dropout adalah besi G1030. Berikut adalah gambar dropout SWB Recumbent Bike : IV-26

27 Gambar 4.37 Front Dropout Gambar 4.38 Front Dropout Tampak Samping dan Tampak Depan Gambar 4.39 Rear Dropout IV-27

28 Gambar 4.40 Rear Dropout Tampak Samping dan Tampak Depan IV-28

29 4.5 Bill of Material (BOM) Gambar 4.41 Bill of Material IV-28

30 Bill of material (BOM) dalam penelitian ini merupakan perkiraan daftar yang dibutuhkan untuk membuat satu unit SWB Recumbent Bike. BOM SWB Recumbent Bike terdiri dari : 1. Komponen yang dibeli Penggunaan material yang telah tersedia di pasar jauh lebih murah daripada merancang, mengembangkan dan membuat material itu sendiri. Material yang dibeli meliputi : roda, crank set, hub, headset, bottom bracket, bearing, stem, rem, rantai, pedal, shift level, dan brake lever. 2. Komponen yang dirakit Perakitan dilakukan untuk bagian-bagian SWB Recumbent Bike yang tidak ada di pasaran. Selain itu, perakitan komponen dilakukan untuk menyesuaikan desain yang telah dibuat. Komponen yang dirakit meliputi main frame, garpu depan, saddle, handlebar, drop out dan chain guide. 4.6 Estimasi Pengerjaan Estimasi pengerjaan SWB Recumbent Bike akan dijelaskan di bawah ini : a. Pengerjaan Main Frame Proses pengerjaan main frame dibagi menjadi 4 tahapan. Tahap awal adalah membuat dropout sesuai dengan gambar desain. Material digunakan adalah plat besi G1030 dengan ketebalan 6 mm. Proses pengerjaannya dengan mesin gerinda. Lubang dudukan sebesar 10 mm. Langkah kedua adalah pembuatan rear fork sesuai dengan gambar desain. Material yang digunakan adalah besi oval atau pipih G1030 dengan diameter 48 mm dan tebal 1,8 mm. Besi tersebut di potong sepanjang 400 mm sejumlah dua bagian lalu di-bending dengan kelengkungan sesuai dengan gambar rancangan. Langkah ketiga adalah pemotongan besi G1030 yang berdiameter 48 mm dan tebal 1,8 mm sepanjang 800 mm. Pada jarak 425 mm dari ujung besi dilakukan proses pelubangan dengan diameter 40 mm (sudah memperhitungkan toleransi sebesar 1 mm). Proses pelubangan tersebut digunakan sebagai rumah headset untuk menggabungkan antara main frame dengan garpu depan. IV-29

31 Langkah terakhir adalah memotong besi oval G1030 dengan diameter 48 mm dan tebal 1,8 mm sepanjang 69 mm (sudah memperhitungkan toleransi sebesar 1 mm). Bagian tersebut sebagai rumah bottom bracket yang berfungsi untuk dudukan crank. Kemudian dilakukan pengelasan untuk penggabungan dropout dengan kedua ujung rear fork, penggabungan rumah bottom bracket pada ujung main frame, dan penggabungan rumah dua rear fork pada ujung main frame lainnya. Jarak antar rear fork adalah 110 mm. Proses pengelasan tersebut menggunakan las busur listrik. b. Pengerjaan Garpu Utama Proses pengerjaan garpu utama dibagi menjadi 3 tahapan. Tahap pertama adalah membuat steer tube. Prosesnya dilakukan dengan memotong besi G1030 yang berdiameter 38 mm dengan tebal 1,5 mm sepanjang 430 mm. Tahap kedua adalah memotong besi oval G1030 yang berdiameter 38 mm sepanjang 300 mm sebanyak dua buah. Setelah itu dilakukan proses bending dengan kelengkungan sesuai dengan gambar rancangan. Langkah ketiga adalah membuat dropout dengan material plat besi G1030 dengan ketebalan 6 mm. Proses pembuatan dropout menggunakan mesin gerinda sehingga berbentuk seperti gambar rancangan sebanyak dua buah. Setelah itu, kemudian dilakukan pengelasan untuk menggabungkan antar bagian. Pengelasan dropout dengan front fork dilakukan pada kedua ujung front fork. Selanjutnya, dilakukan pengelasan pada bagian ujung steer tube dengan kedua front fork. c. Pengerjaan Saddle Pengerjaan bentuk saddle sesuai dengan gambar rancangan. Untuk pembentukan saddle dilakukan dengan mencetak plat yang di-press sesuai kebutuhan. Selanjutnya, plat tersebut dilapisi diisi dengan busa dan dilapisi dengan cover pelapis seperti bahan jok mobil. d. Pengerjaan Handle Bar Material yang digunakan adalah besi G1030 dengan diameter 22 mm dan tebal 1,5 mm. Pengerjaan bentuk handlebar sesuai dengan gambar rancangan. Proses pembentukannya menggunakan mesin bending dengan sudut menyesuaikan gambar rancangan. IV-30

32 e. Pengerjaan Chain Guard Material yang digunakan adalah nylon dengan diameter 40 mm. Pengerjaan bentuk chain guard sesuai dengan gambar rancangan. Proses pengerjaannya menggunakan mesin bubut dan pada bagian kedua ujung chain guard dilengkapi dengan bearing sebagai penggerak. f. Painting Proses painting merupakan proses pemberian warna pada frame. Frame yang telah selesai dibentuk lalu dibersihkan menggunakan amplas untuk menghilangkan karat dan menghaluskan besi. Setelah itu dilakukan pemberian warna dasar menggunakan cat semprot yang kemudian dikeringkan beberapa saat. Selanjutnya adalah pemberian warna utama dan diakhiri dengan pemberian clear bening untuk melindungi lapisan cat agar tidak cepat rusak. g. Assembly Proses assembly berguna untuk menggabungkan bagian antar frame dan komponen yang digunakan sehingga dapat terbentuk rangka SWB Recumbent Bike. Langkah awal yang dapat dilakukan adalah menggabungkan garpu utama pada rumah headset dengan menggunakan headset oversize. Headset tersebut berguna untuk mengatur sistem kemudi sepeda sehingga steer tube bisa bergerak.. Selanjutnya dilakukan pemasangan front wheel pada dropout front fork dengan menggunakan front hub dan pemasangan rear wheel pada dropout rear fork menggunakan rear hub. Untuk penggabungan steer tube dengan handlebar menggunakan handle stem yang dikencangkan dengan mur-baut. Handle stem tersebut mencekam bagian tengah handlebar. Pada bagian kedua ujung handlebar dilapisi handle grip. Selanjutnya adalah pemasangan bottom bracket pada rumah bottom bracket yang berfungsi sebagai tempat pemasangan crank set sehingga dapat berputar untuk menggerakan rantai. Sedangkan rantai dipasang pada poros chain ring dan sproket. Pada bagian tengah main frame dipasang chain guard dengan menggunakan mur baut. Langkah terakhir adalah pemasangan saddle pada bagian main frame dengan menggunakan clamp. IV-31

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat dan bahan Peralatan yang digunakan untuk membuat alat troli bermesin antara lain: 1. Mesin las 2. Mesin bubut 3. Mesin bor 4. Mesin gerinda 5. Pemotong plat

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah proses yang mengolah dari bahan mentah menjadi suatu barang jadi. Berikut ini pemilihan bahan yang digunakan dalam pembuatan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

RENCANA ANGGARAN BIAYA PEMBUATAN MOBIL LISTRIK EVRT GHOST SERIES

RENCANA ANGGARAN BIAYA PEMBUATAN MOBIL LISTRIK EVRT GHOST SERIES RENCANA ANGGARAN BIAYA PEMBUATAN MOBIL LISTRIK EVRT GHOST SERIES 1. Biaya Komponen Non Standar Komponen non standar adalah komponen yang tidak ada dipasaran, yang harus di buat sendiri sesuai dengan desain

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Produksi Produksi adalah suatu proses memperbanyak jumlah produk melalui tahapantahapan dari bahan baku untuk diubah dengan cara diproses melalui prosedur kerja

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

Sepeda Syarat keselamatan

Sepeda Syarat keselamatan SNI 1049:2008 Standar Nasional Indonesia Sepeda Syarat keselamatan ICS 43.150 Badan Standardisasi Nasional SNI 1049:2008 Daftar isi Datar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut 16 III. METODE PEMBUATAN A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut Amanah, jalan raya candimas Natar, Lampung Selatan. Pembuatan mesin pengaduk adonan

Lebih terperinci

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data. BAB III PROSES MANUFAKTUR 3.1. Metode Proses Manufaktur Proses yang dilakukan untuk pembuatan mesin pembuat tepung ini berkaitan dengan proses manufaktur dari mesin tersebut. Proses manufaktur merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan merupakan salah satu tahap untuk membuat komponenkomponen pada Troli Bermesin. Komponen-komponen yang akan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada BAB IV HASIL & PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada Rangka Gokart Kendaraan Gokart terdiri atas beberapa komponen pembentuk baik komponen utama maupun komponen tambahan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin BAB III METODE PROYEK AKHIR A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan dan perakitan mesin pemotong kerupuk ini di lakukan di Bengkel Kurnia Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV PROSES PRODUKSI BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong kerupuk rambak kulit. Pengerjaan paling dominan dalam pembuatan komponen

Lebih terperinci

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las Sulistiawan I 1303010 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin BAB III METODOLOGI 3.1. Diagram Alur Produksi Mesin Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin 3.2. Cara Kerja Mesin Prinsip kerja mesin pencetak bakso secara umum yaitu terletak pada screw penekan adonan dan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2 c = b - 2x = 13 2. 2,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = mm mm = 82 mm 2 = 0,000082 m 2 g) Massa sabuk per meter. Massa belt per meter dihitung dengan rumus. M = area panjang density = 0,000082

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Studi Literatur. Penyediaan Alat dan Bahan. Perancangan Prototipe sistem rem dan geometri roda

BAB III METODE PENELITIAN. Studi Literatur. Penyediaan Alat dan Bahan. Perancangan Prototipe sistem rem dan geometri roda BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Penelitian Secara garis besar metode penelitian dan pengujian dapat digambarkan pada diagram alir dibawah ini: Mulai Studi Literatur Penyediaan Alat dan Bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar mesin sortasi buah manggis hasil rancangan dapat dilihat dalam Bak penampung mutu super Bak penampung mutu 1 Unit pengolahan citra Mangkuk dan sistem transportasi

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong umbi. Pengerjaan yang dominan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian 3.1.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Studi Literatur Penyediaan Alat dan bahan Perancangan Chasis Pembuatan Chasis Pengujian Chasis Analisa dan Pembahasan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN

BAB III METODE PEMBUATAN BAB III METODE PEMBUATAN 3.1. Metode Pembuatan Metodologi yang digunakan dalam pembuatan paratrike ini, yaitu : a. Studi Literatur Sebagai landasan dalam pembuatan paratrike diperlukan teori yang mendukung

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen komponen yang akan dibuat adalah komponen

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat lubang biopori. Pengerjaan yang dominan

Lebih terperinci

BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponenkomponen pada mesin pemotong krupuk rambak kulit. Pengerjaan paling dominan dalam pembuatan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN

BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN 35 BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN 3.1. Daftar Spesifikasi Kendaraan 1) Spesifikasi Kendaraan Toyota Kijang Innova 2.0 V M/T Tahun 2004 Tabel 3.1. Spesifikasi Kendaraan Toyota Kijang Innova 2.0

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN 30 BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat stik dan keripik. Pengerjaan yang dominan dalam

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1. Hasil Perancangan Paratrike Berdasarkan dari hasil perancangan rangka paratrike yang telah dibuat sebelumnya, maka didapatkan dimensi dan bahan yang digunakan dalam pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1. Tempat Pelaksanaan Tempat yang akan di gunakan untuk perakitan dan pembuatan sistem penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi Universitas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat dan Bahan A. Alat dan bahan 1. Mesin las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Alat ukur (jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

FRAME F - 1. Dimention (mm) No. Notes. l/w (_ ) HARNESS, WIRE

FRAME F - 1. Dimention (mm) No. Notes. l/w (_ ) HARNESS, WIRE F - AME No..... Part Number Part Name Qty HP F-R&X F 00 00 BODY COMP, AME RANGKA HP F-R&X F 0068 00 HARNESS, WIRE KABEL BODY HP F-R&X F 00 00 COVER SET, RR. STANDING PANGKON TUTUP COVER, BODY HP F-R&X

Lebih terperinci

AUTOMOBILE TECHNOLOGY TINGKAT PROVINSI

AUTOMOBILE TECHNOLOGY TINGKAT PROVINSI KISI KISI LOMBA KETERAMPILAN SISWA AUTOMOBILE TECHNOLOGY TINGKAT PROVINSI TAHUN 2012 TUGAS A : TUNE UP MOTOR BENSIN WAKTU : 1. Persiapan ( 5 Menit) Tune Up Motor bensin pada kendaran Kijang 7K tahun 2007

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab IV - Pengumpulan dan Pengolahan Data BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data Umum PT STI PT STI adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pembuatan spare part, machinery, engineering,

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK 3.1 Perancangan dan pabrikasi Perancangan dilakukan untuk menentukan desain prototype singkong. Perancangan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT TANAM BENIH JAGUNG ERGONOMIS DENGAN TUAS PENGUNGKIT

RANCANG BANGUN ALAT TANAM BENIH JAGUNG ERGONOMIS DENGAN TUAS PENGUNGKIT RANCANG BANGUN ALAT TANAM BENIH JAGUNG ERGONOMIS DENGAN TUAS PENGUNGKIT Rindra Yusianto Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang 50131 E-mail : rindrayusianto@yahoo.com ABSTRAK Salah satu

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV PROSES PRODUKSI 28 BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian utama Dinamometer Arus Eddy adalah : 4.1.1 Alat Alat yang digunakan meliputi : 1. Mesin Bubut 2. Mesin

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan pemaparan dan pembahasan data dari Bab I hingga Bab III

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan pemaparan dan pembahasan data dari Bab I hingga Bab III BAB IV PENUTUP Berdasarkan pemaparan dan pembahasan data dari Bab I hingga Bab III sebelumnya, maka dalam Bab IV ini akan dipaparkan kesimpulan dan juga saran yang berhubungan dengan penelitian. A. Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1. Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen-komponen yang akan dibuat adalah komponen yang tidak

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS 3.1 Perencanaan Alat Bab ini akan menjelaskan tentang pembuatan model sistem buka-tutup atap louvre otomatis, yaitu mengenai konstruksi atau rangka utama

Lebih terperinci

Membuat Parut Listrik Sederhana MEMBUAT PARUT LISTRIK SEDERHANA (KOMPETENSI DASAR PERBANDINGAN) Oleh : Sutaji Pratomo. 1 x 2.

Membuat Parut Listrik Sederhana MEMBUAT PARUT LISTRIK SEDERHANA (KOMPETENSI DASAR PERBANDINGAN) Oleh : Sutaji Pratomo. 1 x 2. MEMBUAT PARUT LISTRIK SEDERHANA (KOMPETENSI DASAR PERBANDINGAN) Oleh : Sutaji Pratomo ) A. LATAR BELAKANG a. Awal munculnya ide/tema Setelah penulis dapat membuat unit las listrik berkekuatan.200 watt

Lebih terperinci

DM-MBST (Indonesian) Panduan Dealer. JALANAN MTB Trekking. Keliling Kota/ Sepeda Nyaman. Tuas pemindah. EZ-FIRE Plus ST-EF500 ST-EF510

DM-MBST (Indonesian) Panduan Dealer. JALANAN MTB Trekking. Keliling Kota/ Sepeda Nyaman. Tuas pemindah. EZ-FIRE Plus ST-EF500 ST-EF510 (Indonesian) DM-MBST001-00 Panduan Dealer JALANAN MTB Trekking Keliling Kota/ Sepeda Nyaman URBAN SPORT E-BIKE Tuas pemindah EZ-FIRE Plus ST-EF500 ST-EF510 DAFTAR ISI PENGUMUMAN PENTING... 3 UNTUK MENJAGA

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN Perancangan atau desain mesin pencacah serasah tebu ini dimaksudkan untuk mencacah serasah yang ada di lahan tebu yang dapat ditarik oleh traktor dengan daya 110-200

Lebih terperinci

Nexus. Panduan Dealer. JALANAN MTB Trekking. Keliling Kota/ Sepeda Nyaman SG-3R40 SG-3R45 SG-3R75 SG-3R75-A SG-3R75-B SG-3D55 SG-3C41

Nexus. Panduan Dealer. JALANAN MTB Trekking. Keliling Kota/ Sepeda Nyaman SG-3R40 SG-3R45 SG-3R75 SG-3R75-A SG-3R75-B SG-3D55 SG-3C41 (Indonesian) DM-SG0005-01 Panduan Dealer JALANAN MTB Trekking Keliling Kota/ Sepeda Nyaman URBAN SPORT E-BIKE Nexus SG-3R40 SG-3R45 SG-3R75 SG-3R75-A SG-3R75-B SG-3D55 SG-3C41 SL-3S35-E SL-3S41-E SL-3S42-E

Lebih terperinci

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA Definisi Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia Antropometri

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin press serbuk kayu. Pengerjaan dominan dalam pembuatan komponen tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan, asumsi, dan sistematika pembahasan. 1.1 Latar Belakang Sepeda

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen dan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

Penerapan Metoda Design for Manufacture and Assembly pada Handle Transformer Hand Bike

Penerapan Metoda Design for Manufacture and Assembly pada Handle Transformer Hand Bike Penerapan Metoda Design for Manufacture and Assembly pada Handle Transformer Hand Bike Rifko Rahmat Kurnianto 1,a, Agung Wibowo 2,b *, Tri Prakosa 3,c Institut Teknologi Bandung, Fakultas Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB III KONSEP RANCANGAN A. Konsep Perancangan Modifikasi Modifikasi sistem rem tromol belakang GL PRO 1995 menjadi rem cakram dengan teknologi Combi Brake berfungsi untuk memberikan keamanan pengendara

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN KOMPONEN PENDUKUNG UTAMA

BAB III PEMBUATAN KOMPONEN PENDUKUNG UTAMA BAB III PEMBUATAN KOMPONEN PENDUKUNG UTAMA 3.1 Alat-alat yang dibutuhkan dalam Pembuatan Gokart Sebelum dilakukan proses pembuatan gokart terlebih dahgulu dilakukan perencanaan yang berupa perancangan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai pembuatan dan pengujian alat yang selanjutnya akan di analisa, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dan untuk

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id 38 BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses PembuatanTabung Peniris Luar dan tutup Tabung luar peniris dan tutup peniris (Gambar 4.1) terbuat dari plat stainless steel berlubang dengan

Lebih terperinci

DM-SL (Indonesian) Panduan Dealer. JALANAN MTB Trekking. Keliling Kota/ Sepeda Nyaman. Tuas Pemindah. RAPIDFIRE Plus 11-kecepatan SL-RS700

DM-SL (Indonesian) Panduan Dealer. JALANAN MTB Trekking. Keliling Kota/ Sepeda Nyaman. Tuas Pemindah. RAPIDFIRE Plus 11-kecepatan SL-RS700 (Indonesian) DM-SL0006-02 Panduan Dealer JALANAN MTB Trekking Keliling Kota/ Sepeda Nyaman URBAN SPORT E-BIKE Tuas Pemindah RAPIDFIRE Plus 11-kecepatan SL-RS700 DAFTAR ISI PENGUMUMAN PENTING... 3 UNTUK

Lebih terperinci

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Kriteria Perancangan Perancangan dynamometer tipe rem cakeram pada penelitian ini bertujuan untuk mengukur torsi dari poros out-put suatu penggerak mula dimana besaran ini

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Sepeda Ontel Sumber: (2)

Gambar 2.1 Sepeda Ontel Sumber: (2) BAB II TINJAUAN PUSTAKA Di bagian ini akan dibahas tentang pengertian sepeda yang meliputi prinsip cara kerja sepeda, bagian-bagian sepeda, pratinjau model sepeda gerobak yang sudah ada di pasaran serta

Lebih terperinci

SUSPENSI DAN KEMUDI SEPEDA MOTOR

SUSPENSI DAN KEMUDI SEPEDA MOTOR SUSPENSI DAN KEMUDI SEPEDA MOTOR TEORI SECARA UMUM SISTIM SUSPENSI Sistim suspensi biasanya ditempatkan diantara frame dan poros roda. Pada umumnya dilengkapi dengan shock absorber. Sistim suspensi terletak

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan September- Oktober

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Diagram Alir Tugas Akhir. Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Pengecoran Alumunium. Skala Laboratorium.

BAB III METODOLOGI Diagram Alir Tugas Akhir. Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Pengecoran Alumunium. Skala Laboratorium. BAB III METODOLOGI 3.1. Diagram Alir Tugas Akhir Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Pengecoran Alumunium Skala Laboratorium. Gambar 3.1. Diagram Alir Tugas Akhir 3.2. Alat dan Dalam rancang

Lebih terperinci

Pemindah Gigi Belakang

Pemindah Gigi Belakang (Indonesian) DM-MBRD001-04 Panduan Dealer JALANAN MTB Trekking Keliling Kota/ Sepeda Nyaman URBAN SPORT E-BIKE Pemindah Gigi Belakang SLX RD-M7000 DEORE RD-M6000 DAFTAR ISI PENGUMUMAN PENTING... 3 UNTUK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Adapun maksud

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

BAB III KONTRUKSI DAN PERHITUNGAN ALAT

BAB III KONTRUKSI DAN PERHITUNGAN ALAT BAB III KONTRUKSI DAN PERHITUNGAN ALAT 3.1 PROSES PERENCANAAN Proses perencanaan yang akan dilakukan tidak jauh-jauh dari batasan yang telah dikemukakan penulis pada bab I yaitu data teknis dari model

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG ALAT BANTU KERJA WHEEL CHOCK

PERANCANGAN ULANG ALAT BANTU KERJA WHEEL CHOCK PERANCANGAN ULANG ALAT BANTU KERJA WHEEL CHOCK UNTUK HAUL TRUCK 793C CATERPILLAR PADA FUEL STATION DI PT. NEWMONT NUSA TENGGARA DENGAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI Dyah Ika Rinawati, Karina Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Kajian ergonomi desain sepeda fixed gear (fixie)

Kajian ergonomi desain sepeda fixed gear (fixie) Productum: Jurnal Desain Produk (Pengetahuan dan Perancangan Produk) Vol 3 No 1 Edisi Januari-Juni 2017 Hal 8-21 ISSN 2477-7900 (printed) ISSN 2579-7328 (online) Ali Ramadhan, 1* Joseph Petra Sihombing,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Aliran Diagram aliran merupakan suatu gambaran dasar yang digunakan dasar dalam bertindak. Seperti pada proses perencanaan diperlukan suatu diagram alir yang

Lebih terperinci

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK Nama : Hery Hermawanto NPM : 23411367 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Ridwan, ST., MT Latar Belakang Begitu banyak dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI BALI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR

PEMERINTAH PROVINSI BALI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR TUGAS : ENGINE TUNE UP NO ASPEK PENILAIAN YES NO ACTUAL COMMENT 1 PERSIAPAN 1.1 Periksa semua perlengkapan yang ada 10 0 1.2 Periksa semua instruksi 10 0 1.3 Pilih peralatan pengetesan yang benar 20 0

Lebih terperinci

Rancang Bangun dan Uji Efisiensi Sepeda Chainless Zerol Bevel Gear Dengan Memodifikasi Rangka Sepeda

Rancang Bangun dan Uji Efisiensi Sepeda Chainless Zerol Bevel Gear Dengan Memodifikasi Rangka Sepeda Rancang Bangun dan Uji Efisiensi Sepeda Chainless Zerol Bevel Gear Dengan Memodifikasi Rangka Sepeda A762 Gilas Kurnia Taufik dan Agus Sigit Pramono Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014)

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Tulangan Beton Baja tulangan beton adalah baja yang berbentuk batang berpenampang lingkaran yang digunakan untuk penulangan beton,yang diproduksi dari bahan baku billet

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yang merupakan jawaban dari tujuan penelitian ini. Berikut beberapa

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI BAB IV MODIFIKASI 4.1. Rancangan Mesin Sebelumnya Untuk melakukan modifikasi, terlebih dahulu dibutuhkan data-data dari perancangan sebelumnya. Data-data yang didapatkan dari perancangan sebelumnya adalah

Lebih terperinci

NAMA : Rodika NRP : DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ing. Ir. I Made Londen Batan, M. Eng TESIS (TM ) RANCANG BANGUN SEPEDA PASCA STROKE

NAMA : Rodika NRP : DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ing. Ir. I Made Londen Batan, M. Eng TESIS (TM ) RANCANG BANGUN SEPEDA PASCA STROKE TESIS (TM 092501) RANCANG BANGUN SEPEDA PASCA STROKE NAMA : Rodika NRP : 2111201015 DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ing. Ir. I Made Londen Batan, M. Eng PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN SISTEM MANUFAKTUR JURUSAN

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION. Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin,

BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION. Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin, BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION 3.1. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin, Politenik Muhammadiyah Yogyakarta. Pelaksanaan dilakukan

Lebih terperinci

Tuas pemindah. Panduan Dealer JALANAN MTB. RAPIDFIRE Plus ST-M4000 ST-M4050 ST-T4000 ST-T3000 ST-M370. Tiagra ST-4600 ST-4603 SORA ST-3500 ST-3503

Tuas pemindah. Panduan Dealer JALANAN MTB. RAPIDFIRE Plus ST-M4000 ST-M4050 ST-T4000 ST-T3000 ST-M370. Tiagra ST-4600 ST-4603 SORA ST-3500 ST-3503 (Bahasa Indonesia) DM-ST0001-05 Panduan Dealer Tuas pemindah MTB RAPIDFIRE Plus ST-M4000 ST-M4050 ST-T4000 ST-T3000 ST-M370 EZ-FIRE Plus ST-EF65 ST-EF51 ST-EF51-A ST-TX800 ST-EF41 ST-EF40 JALANAN Tiagra

Lebih terperinci

III. METODE PROYEK AKHIR. dari tanggal 06 Juni sampai tanggal 12 Juni 2013, dengan demikian terhitung. waktu pengerjaan berlangsung selama 1 minggu.

III. METODE PROYEK AKHIR. dari tanggal 06 Juni sampai tanggal 12 Juni 2013, dengan demikian terhitung. waktu pengerjaan berlangsung selama 1 minggu. 24 III. METODE PROYEK AKHIR 3.1. Waktu dan Tempat Proses pembuatan Proyek Akhir ini dilakukan di Bengkel Bubut Jl. Lintas Timur Way Jepara Lampung Timur. Waktu pengerjaan alat pemotong kentang spiral ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dan tempat pelaksanaan pembuatan stand pada mesin vespa P150X. Waktu Pelaksanaan : 1 Januari April 2016

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dan tempat pelaksanaan pembuatan stand pada mesin vespa P150X. Waktu Pelaksanaan : 1 Januari April 2016 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Waktu dan tempat pelaksanaan pembuatan stand pada mesin vespa P150X sebagai berikut : Tempat pembuatan stand : Bengkel Kampus Fakultas Teknik

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu LAMPIRAN I ATA PENGAMATAN. ata Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu Berikut merupakan tabel data hasil penepungan selama pengeringan jam, 4 jam, dan 6 jam. Tabel 8. ata hasil tepung selama

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Identifikasi Masalah, Kajian Pustaka.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Identifikasi Masalah, Kajian Pustaka. 3.1 DIAGRAM ALIR (Flowchart) BAB III METODELOGI PENELITIAN Mulai Identifikasi Masalah, Kajian Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan 1. Resin Epoxy + Hardener 6. Drop Out RD 2. Bambu Laminasi 7. Tube Logam

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahan yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Conveyor merupakan suatu alat transportasi yang umumnya dipakai dalam proses industri. Conveyor dapat mengangkut bahan produksi setengah jadi maupun hasil produksi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 2013. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pembuatan

Lebih terperinci

DM-RCWH (Indonesian) Panduan Dealer. JALANAN MTB Trekking. Keliling Kota/ Sepeda Nyaman. Set Roda. WH-RX31 SM-AX x12 SM-AX x12

DM-RCWH (Indonesian) Panduan Dealer. JALANAN MTB Trekking. Keliling Kota/ Sepeda Nyaman. Set Roda. WH-RX31 SM-AX x12 SM-AX x12 (Indonesian) DM-RCWH001-00 Panduan Dealer JALANAN MTB Trekking Keliling Kota/ Sepeda Nyaman URBAN SPORT E-BIKE Set Roda WH-RX31 SM-AX720-100x12 SM-AX720-142x12 DAFTAR ISI PENGUMUMAN PENTING... 3 UNTUK

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 1. Perancangan dilakukan pada bulan Oktober 2016 sampai januari 2017

METODE PENELITIAN. 1. Perancangan dilakukan pada bulan Oktober 2016 sampai januari 2017 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data, untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara tepat.

Lebih terperinci

Rancang Bangun Jari-Jari Velg Sepeda Menggunakan Material Kayu

Rancang Bangun Jari-Jari Velg Sepeda Menggunakan Material Kayu Rancang Bangun Jari-Jari Velg Sepeda Menggunakan Material Kayu Catur Setyawan K., Ikumbang Ferry P, Sukiswo Program Studi Pendidikan Teknik Mesin FT Universitas Negeri Jakarta catursk@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Set engkol depan. Panduan Dealer. JALANAN MTB Trekking. Keliling Kota/ Sepeda Nyaman ACERA FC-M3000 FC-M3000-B2 FC-M ALTUS FC-M2000

Set engkol depan. Panduan Dealer. JALANAN MTB Trekking. Keliling Kota/ Sepeda Nyaman ACERA FC-M3000 FC-M3000-B2 FC-M ALTUS FC-M2000 (Indonesian) DM-MDFC001-01 Panduan Dealer JALANAN MTB Trekking Keliling Kota/ Sepeda Nyaman URBAN SPORT E-BIKE Set engkol depan ALIVIO FC-M4000 FC-M4050 FC-M4050-B2 FC-M4060 ACERA FC-M3000 FC-M3000-B2

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Penyelesaian masalah yang diteliti dalam penelitian ini memerlukan teoriteori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut

Lebih terperinci

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kursi roda menjadi alat bantu yang sangat penting bagi penyandang cacat fisik khususnya penyandang cacat bagian kaki dari kalangan anak-anak hingga dewasa. Akan tetapi, kursi roda yang digunakan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DAN UJI EFISIENSI SEPEDA CHAINLESS ZEROL BEVEL GEAR DENGAN MEMODIFIKASI RANGKA SEPEDA

RANCANG BANGUN DAN UJI EFISIENSI SEPEDA CHAINLESS ZEROL BEVEL GEAR DENGAN MEMODIFIKASI RANGKA SEPEDA JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-855 RANCANG BANGUN DAN UJI EFISIENSI SEPEDA CHAINLESS ZEROL BEVEL GEAR DENGAN MEMODIFIKASI RANGKA SEPEDA Gilas Kurnia Taufik

Lebih terperinci