KETIKA MELIHAT BANJIR DI KOTA BALIKPAPAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KETIKA MELIHAT BANJIR DI KOTA BALIKPAPAN"

Transkripsi

1 KETIKA MELIHAT BANJIR DI KOTA BALIKPAPAN Oleh : Heri Susanto, P3E Kalimantan, KLHK Dalam 10 tahun terakhir peningkatan frekwensi kejadian banjir di Kota Balikpapan semakin meningkat dari waktu ke waktu yang diikuti juga dengan peningkatan jumlah lokasi titik genangan air. Manajemen atau pengelolaan limpasan air hujan yang baik sangat dibutuhkan untuk menekan terjadinya bencana maupun kerugian ekonomi yang lebih tinggi akibat banjir. Pengelolaan pemanfaatan ruang dan limpasan air hujan perlu dilakukan dengan keseriusan dan konsisten terhadap target dan tujuan yang ingin dicapai. Penyelesaian permasalahan banjir di Balikpapan telah ramai diperbincangkan, namun karena kondisi dan faktor alam dianggap sebagai penyebab utamanya maka seolaholah tidak ada penyelesaian terhadap masalah ini. Semua penyebab kejadian banjir digeneralisasi sama untuk semua lokasi, padahal di setiap lokasi memiliki sistem dan karakteristik yang berbeda sehingga penyebab terjadinya genangan air atau banjir juga berbeda. Pada tahun 2017, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Balikpapan pada beberapa media menyampaikan beberapa titik lokasi genangan air (banjir) diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Kecamatan Balikpapan Selatan a. Jl. MT.Haryono, Jl. Boulevard Raya, Kelurahan Damai Baru b. Jl. Manunggal, Jl. MT.Haryono, Jl. Asoka, Kelurahan Damai Bahagia. c. Taman Lalu Lintas, Kelurahan Sepinggan d. Jl. Ruhui Rahayu, Kelurahan Sepinggan Baru e. Jl. Marsma Iswahyudi, Jl. Syarifuddin Yoes, Jl. Asnawi Arbain, Kelurahan Sepinggan Raya. f. Jl. MT. Haryono Dalam, Jl. MT. Haryono, Kel. Gunung Bahagia. g. Jl. Asnawi Arbain, Jl. ZA. Maulani Manunggal, Kelurahan Sungai Nangka.

2 2. Kecamatan Balikpapan Kota a. Jl. Mayjend Sutoyo, Kelurahan Klandasan Illir b. Jl. Zainal Arifin (Beller), Kelurahan Damai c. Jl. Jend. Sudirman, Kelurahan Klandasan Ulu 3. Kecamatan Balikpapan Utara a. Jl. MT. Haryono,Kelurahan Gunung Samarinda b. Jl. Indrakila, Kelurahan Gunung Samarinda Baru. c. Jl. Soekarno-Hatta Km.17, Kelurahan Batu Ampar. d. Jl. Soekarno-Hatta Km. 4, Kelurahan Batu Ampar e. Jl. AMD Projakal, Kelurahan Graha Indah. f. Jl. A. Yani, Kelurahan Muara Rapak 4. Kecamatan Balikpapan Tengah a. Jl. Ahmad Yani, Jl.Mayjen. Sutoyo, Kelurahan Gunung Sari Illir b. Kelurahan Gunung Sari Ullu. c. Jl. Ahmad Yani, Jl. Pangeran Antasari, Kelurahan Karang Rejo. d. Jl. DI. Panjaitan, Kelurahan Sumber Rejo. 5. Kecamatan Balikpapan Barat a. Jl. Letjen Suprapto, Kelurahan Baru Ilir. b. Jl. Letjen Suprapto, Kelurahan Baru Ulu c. Jl. Letjen Suprapto, Kelurahan Baru Tengah d. Jl. Hasanudin, Kelurahan Kariangau e. Jl. Margamulyo, Kelurahan Margamulyo 6. Kecamatan Balikpapan Timur a. Kelurahan Manggar b. Kelurahan Manggar Baru c. Kelurahan Teritip Dari sekian banyak titik-titik genangan air tersebut umumnya adalah merupakan daerah-daerah dataran atau cekungan-cekungan dari sebuah sistem daerah aliran sungai (DAS). Dua lokasi langganan banjir yang sangat sering terjadi adalah daerah Gunung Sari yang termasuk dalam sistem DAS Klandasan Kecil dan daerah Jalan MT. Haryono atau Jalan Beller yang termasuk dalam Sistem DAS Sungai Ampal yang akan dicoba untuk ditelaah dan disampaikan pada tulisan ini.

3 1. Sistem DAS Klandasan Kecil Luas areal tangkapan limpasan air hujan atau dikenal dengan istilah daerah tangkapan air (DTA) mencapai 514,39 ha dengan panjang aliran sungai mencapai 3,468 km yang bermuara ke laut melalui saluran sungai di samping Mall Balikpapan Plaza. Dari luasan areal 514,39 ha tersebut, hanya sekitar 10 % tutupan lahannya berupa hutan (42,791 ha) dan semak belukar (8,750 ha) kemudian sisanya 90 % adalah berupa lahan terbangun seperti permukiman, industry, tanah kosong dan badan air berdasakan data tutupan lahan tahun 2015 (Bappeda Kota Balikpapan). Gambar 1 : Peta Tutupan Lahan sistem DAS Sungai Klandasan Kecil/Gn.sari_1, (Sumber Data : Bappeda Kota Balikpapan, 2015) Dengan memperhatikan pada kondisi tutupan lahan tersebut, maka volume tampungan dan debit buangan pada sungai ataupun drainase pengaliran limpasan air hujan di daerah tersebut perlu dihitung secara detail agar bisa mengakomodir limpasan air hujan yang akan tertampung di daerah tersebut dalam setiap kejadian hujan.

4 Foto 1 : Kondisi Sungai di Jembatan Jalan Gajah Mada dan Mall Balikpapan Plaza (Doc. P3E Kalimantan 2017) Untuk contoh, sesuai dengan masterplan drainase Kota Balikpapan yang telah disusun pada tahun 2006 untuk masa waktu aliran sungai/saluran drainase memiliki volume sebesar m3 dan debit buangan dimuara pengaliran Sungai Klandasan Kecil adalah 45 m3/detik. Pada kondisi hujan ratarata normal di Kota Balikpapan yaitu sekitar 11 mm maka diperoleh jumlah limpasan air hujan yang harus ditampung dan dialirkan didalam sistem ini adalah m3. Maka akan dibutuhkan waktu untuk membuang limpasan air hujan tersebut sekitar 2 3 jam agar tidak tergenang di sistem ini. Lamanya waktu ini belum ditambah dengan volume air limpasan dari aktifitas rumah tangga dan kondisi pasang surut air laut. Foto 2 : Kondisi sedimentasi dan sampah di sepanjang alur sungai Depan PUSKIB (Doc. P3E Kalimantan, 2017)

5 Selain perhitungan tersebut diatas, ditemukan juga beberapa kondisi yang sangat mempengaruhi kemampuan alur Sungai Klandasan Kecil untuk membuang aliran limpasan air hujan, diantaranya : a. Pola aliran sungai yang berkelok tajam hingga mendekati 90 dibelakang Depot Mikki, di Kampung Banjar belakang simpang jam Gunung Sari dan pertigaan Gunung Malang. b. Penyempitan penyempitan alur sungai di Mall Balikpapan Plaza, sekitar Hotel Menara Bahtera, Jembatan Maryati, belakang Toko Utama dan pertigaan Gunung Malang. c. Pertemuan alur anak sungai/drainase di sekitar Tugu Adipura. d. Sedimentasi dan tumpukan sampah plastik di alur sungai seperti di sekitar Kampung Banjar, sekitar alur sungai PUSKIB hingga ke Tugu Adipura. Foto 3 : Kondisi Sedimentasi dan Pertemuan Alur Sungai/Drainase di sekitar Tugu Adipura (Doc. P3E Kalimantan, 2017) Semua faktor faktor tersebut akan mengurangi kecepatan aliran sungai, sehingga menyebabkan daerah-daerah disekitar aliran Sungai Klandasan Kecil seperti daerah Sekitar Hotel Menara Bahtera, Jembatan Maryati, Kampung Banjar dan pertigaan Gunung Malang tergenang air bisa mencapai 0,5 1 meter. 2. Sistem DAS Sungai Ampal Luas areal tangkapan limpasan air hujan sistem DAS Sungai Ampal mencapai 2.670,32 ha dengan panjang aliran sungai mencapai 5,128 km yang bermuara ke laut melalui saluran sungai disamping Balikpapan Super Block (BSB). Kondisi tutupan lahan daripada sistem DAS Sungai Ampal dapat disampaikan sebagai berikut :

6 a. Tegakan Hutan : 331,64 ha b. Semak Belukar : 582,53 ha c. Permukiman/Lahan terbangun/badan Jalan : 733,50 ha d. Lahan terbuka/tanah kosong : 970,89 ha e. Tubuh air dan rawa : 51,75 ha Dari data tersebut diatas memperlihatkan bahwa hanya 12,42% dari total luasan yang memiliki kemampuan sangat baik sebagai daerah resapan air hujan. Gambar 2 : Peta Tutupan Lahan sistem DAS Sungai Ampal, (Sumber Data : Bappeda Kota Balikpapan, 2015) Dengan memperhatikan kondisi tersebut di atas maka setelah dihitung jumlah limpasan air hujan pada kondisi hujan rata-rata normal yaitu 11 mm, diperoleh limpasan air hujan yang harus ditampung pada sistem ini adalah sebesar m3. Dengan debit buangan alur sungai di muara BSB sebesar 192 m3/detik maka seharusnya sekitar 1 jam limpasan air hujan tersebut sudah bisa teralirkan kelaut. Pokok persoalan yang terjadi pada sistem ini bukanlah pada volume tampungan alur sungai tapi lebih pada kecepatan aliran air pada alur sungai dikarenakan topografi yang datar, beda tinggi alur sungai dari muara hingga ke hulu hanya 6,5 meter. Hal ini berbeda jauh dengan sistem DAS Sungai Klandasan Kecil beda tinggi topografi dari muara ke hulu sungai yang mencapai 15,29 m.

7 Foto 4 : Sedimentasi di Jembatan Kantor PDAM dan sekitar Pasar Segar Balikpapan Baru (Doc. P3E Kalimantan, 2017) Selain kondisi topografi juga ditemukan beberapa lokasi dan kondisi alur sungai sistem DAS Sungai Ampal yang menyebabkan terjadinya titik titik genangan di sepanjang pinggiran Sungai Ampal, diantaranya : a. Pola aliran sungai yang berkelok tajam hingga mendekati 90 atau lebih cenderung berbalik dialur sungai belakang Hotel Zurich. b. Penyempitan penyempitan alur sungai di jembatan menuju UNIBA, Jembatan kantor PDAM dan di pertigaan Jalan MT. Haryono Dalam. c. Pertemuan alur anak sungai/drainase di sekitar jembatan kantor PDAM, pertigaan jalan ke perumahan BDS, pertigaan jalan MT. Haryono Dalam dan Pasar Segar Balikpapan Baru. d. Sedimentasi dan tumpukan sampah ditemukan hampir di sepanjang alur sungai dengan jumlah dan ketebalan yang bervariasi, beberapa diantaranya di sepanjang alur sungai di sekitar jembatan menuju UNIBA, sekitar jembatan kantor PDAM, sepanjang aliran sungai sekitar jalan Beller dan sekitar pasar segar Balikpapan Baru. e. Dikarenakan topografi yang sangat landai, sehingga sistem pengaliran alur sungai sangat dipengaruhi oleh kondisi pasang surut air laut. Dengan rata rata air pasang normal perairan laut Balikpapan yang mencapai antara 1 1,5 mdpl maka pada saat pasang air laut akan masuk melalui alur sungai hingga mencapai daerah jembatan menuju ke UNIBA atau sekitar alur sungai belakang SPBU Pertamina.

8 Foto 5 : Penyempitan alur sungai/drainase di Jembatan menuju UNIBA dan pertigaan Jl. MT. Haryono Dalam (Doc. P3E Kalimantan, 2017) Dengan kondisi dan hal tersebut di atas menyebabkan genangan air/banjir sering terjadi di daerah sekitar jembatan menuju UNIBA dengan ketinggian mencapai 1 m, daerah jalan beller ketinggian mencapai lebih dari 2 m, daerah sekitar pasar segar Balikpapan Baru ketinggian air berkisat 0,5 m 1 m dan jalan sepanjang JL. MT. Haryono dan MT. Haryono dalam dengan ketinggian air mencapai 0,5 m 1 m. Walau Pemerintah Kota Balikpapan telah membangun beberapa Bendungan Pengendali (BENDALI) di sistem DAS Sungai Ampal untuk menampung limpasan air hujan dari beberapa daerah hulu namun belum mampu mengurangi terjadinya genangan air beberapa lokasi di daerah ini, atau proses operasional BENDALI yang mungkin perlu di evaluasi apakah benar-benar berfungsi sebagai bendungan pengendali atau hanya sekedar menjadi kolam tampungan air tidak memiliki sistem kontrol pelepasan air. Foto 6 : Sedimentasi dan pengaruh pasang surut air laut di muara Sungai Ampal di sebelah Hotel Zurich dan Balikpapan Super Block (BSB) (Doc. P3E Kalimantan, 2017)

HASIL SURVEY KEPUASAN MASYARAKAT KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2016

HASIL SURVEY KEPUASAN MASYARAKAT KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2016 HASIL SURVEY KEPUASAN MASYARAKAT KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2016 No Nilai SKM Nilai SKM 1 Dinas Pasar (UPT.Pandansari) 56.32 C 48.71 C 2 Dinas Pasar (UPT Pasar Baru) 58.89 C 3 Dinas Pasar (UPT Klandasan) 66.97

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN TUJUH KELURAHAN DALAM WILAYAH KOTA BALIKPAPAN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN TUJUH KELURAHAN DALAM WILAYAH KOTA BALIKPAPAN PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN TUJUH KELURAHAN DALAM WILAYAH KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Kali Tuntang mempuyai peran yang penting sebagai saluran drainase yang terbentuk secara alamiah dan berfungsi sebagai saluran penampung hujan di empat Kabupaten yaitu

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BALIKPAPAN TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BALIKPAPAN TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2012 2032 Menimbang : Mengingat : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 I-1 BAB I 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali merupakan bagian dari Satuan Wilayah Sungai (SWS) Pemali-Comal yang secara administratif berada di wilayah Kabupaten Brebes Provinsi Jawa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BALIKPAPAN RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2016

PEMERINTAH KOTA BALIKPAPAN RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2016 LAMPIRAN II PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KOTA BALIKPAPAN RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB II KONDISI UMUM LOKASI 6 BAB II KONDISI UMUM LOKASI 2.1 GAMBARAN UMUM Lokasi wilayah studi terletak di wilayah Semarang Barat antara 06 57 18-07 00 54 Lintang Selatan dan 110 20 42-110 23 06 Bujur Timur. Wilayah kajian merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Uraian Umum Banjir besar yang terjadi hampir bersamaan di beberapa wilayah di Indonesia telah menelan korban jiwa dan harta benda. Kerugian mencapai trilyunan rupiah berupa rumah,

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG Titik Poerwati Leonardus F. Dhari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI

Lebih terperinci

STUDI PENANGGULANGAN BANJIR KAWASAN PERUMAHAN GRAHA FAMILY DAN SEKITARNYA DI SURABAYA BARAT

STUDI PENANGGULANGAN BANJIR KAWASAN PERUMAHAN GRAHA FAMILY DAN SEKITARNYA DI SURABAYA BARAT TUGAS AKHIR RC09-1380 STUDI PENANGGULANGAN BANJIR KAWASAN PERUMAHAN GRAHA FAMILY DAN SEKITARNYA DI SURABAYA BARAT RATNA PUSPITA WIDYANINGRUM NRP 3107 100 060 Dosen Pembimbing : Ir. Sofyan Rasyid, MT JURUSAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Perencanaan pengembangan drainase di wilayah Kota Batam khususnya di Kecamatan Batam Kota sangatlah kompleks. Banyak sekali faktor yang harus dipertimbangkan

Lebih terperinci

0 BAB 1 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

0 BAB 1 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 0 BAB 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geografis Kota Semarang terletak di pantai utara Jawa Tengah, terbentang antara garis 06 o 50 07 o 10 Lintang Selatan dan garis 110 o 35 Bujur Timur. Sedang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH BALIKPAPAN TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH BALIKPAPAN TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH BALIKPAPAN TAHUN 1994-2004 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir sudah menjadi masalah umum yang dihadapi oleh negaranegara di dunia, seperti di negara tetangga Myanmar, Thailand, Filipina, Malaysia, Singapore, Pakistan serta

Lebih terperinci

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG (Studi Kasus: Kelurahan Mangunharjo dan Kelurahan Mangkang Wetan) T U G A S A K H I R Oleh : LYSA DEWI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Banjir sebagai fenomena alam terkait dengan ulah manusia terjadi sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi daerah hulu,

Lebih terperinci

HASIL SURVEY KEPUASAN MASYARAKAT KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2015

HASIL SURVEY KEPUASAN MASYARAKAT KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2015 HASIL SURVEY KEPUASAN MASYARAKAT KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2015 Tahun 2014 Tahun 2015 No SKPD/Unit Pelayanan Publik Nilai SKM Mutu Pelayanan Nilai SKM Mutu Pelayanan SURVEYOR 1 Dinas Pasar (UPT.Pandansari)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hampir seluruh negara di dunia mengalami masalah banjir, tidak terkecuali di negara negara yang telah maju sekalipun. Masalah tersebut mulai muncul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Banjir merupakan salah satu fenomena alam yang menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi manusia. Di samping disebabkan oleh faktor alam, seringkali disebabkan

Lebih terperinci

KELURAHAN SELINDUNG BARU

KELURAHAN SELINDUNG BARU Tabel II.21 Ruang Terbuka Hijau Kelurahan Selindung Baru N0. JENIS RTH LOKASI LUAS (M 2 ) 1. Pekarangan SMP 7 RT.01 10.000,0 2. Pekarangan Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan RT.01 4.771,0 3. Kuburan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran umum Kota Banjarmasin yang terdiri dari kondisi fisik dasar, pemanfaatan lahan dan kependudukan. Selain itu, dibahas pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekalongan dibagi menjadi dua wilayah administratif yaitu wilayah Kabupaten Pekalongan dan wilayah Kotamadya Pekalongan. Di Kabupaten Pekalongan mengalir beberapa sungai

Lebih terperinci

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan DIPRESENTASIKAN OLEH : 1. MAGDALENA ERMIYANTI SINAGA (10600125) 2. MARSAHALA R SITUMORANG (10600248) 3. SANTI LESTARI HASIBUAN (10600145) 4. SUSI MARIA TAMPUBOLON

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena curah hujan dan kejadian banjir di Kota Denpasar akhirakhir

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena curah hujan dan kejadian banjir di Kota Denpasar akhirakhir BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena curah hujan dan kejadian banjir di Kota Denpasar akhirakhir ini telah semakin menarik untuk dicermati, terkait dengan semakin berkembangnya kawasan tersebut

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak kota Palembang adalah antara 101º-105º Bujur Timur dan antara 1,5º-2º Lintang Selatan atau terletak pada bagian timur propinsi Sumatera Selatan, dipinggir kanan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA SURVEI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA SURVEI BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA SURVEI 4.1 GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG Kota Semarang secara geografis terletak pada koordinat 6 0 50-7 0 10 Lintang Selatan dan garis 109 0 35-110 0 50 Bujur Timur

Lebih terperinci

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam tampak semakin meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh proses alam maupun manusia itu sendiri. Kerugian langsung berupa korban jiwa, harta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu kawasan yang berfungsi untuk menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan sampai akhirnya bermuara

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BALIKPAPAN DAFTAR URUTAN KEGIATAN PRIORITAS KECAMATAN TAHUN 2016 BERDASAR SKPD KECAMATAN BALIKPAPAN TENGAH KEGIATAN

PEMERINTAH KOTA BALIKPAPAN DAFTAR URUTAN KEGIATAN PRIORITAS KECAMATAN TAHUN 2016 BERDASAR SKPD KECAMATAN BALIKPAPAN TENGAH KEGIATAN PEMERINTAH KOTA BALIKPAPAN DAFTAR URUTAN KEGIATAN PRIORITAS KECAMATAN TAHUN 2016 BERDASAR SKPD KECAMATAN BALIKPAPAN TENGAH Hal 1 dari 1 NO PROGRAM KEGIATAN PAGU SKPD Penanggung jawab 1 2 3 4 5 6 01. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia memiliki peranan yang sangat penting sebagai pusat administrasi, pusat ekonomi dan pusat pemerintahan. Secara topografi, 40

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Analisis Situasi Mitra

BAB I PENDAHULUAN Analisis Situasi Mitra BAB I PENDAHULUAN 1.1. Analisis Situasi Mitra Kawasan perumahan di RT 3 RW 20 dengan RW 22 Desa Sumbersari Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember adalah suatu kawasan perumahan yang perbedaan elevasinya

Lebih terperinci

HASIL SENSUS PENDUDUK Angka Sementara

HASIL SENSUS PENDUDUK Angka Sementara HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 Angka Sementara Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus Kota di samping empat daerah

Lebih terperinci

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA Oleh 1207055018 Nur Aini 1207055040 Nur Kholifah ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MULAWARMAN

Lebih terperinci

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya RAWA adalah sumber air berupa genangan air terus menerus atau musiman yang terbentuk secara alamiah merupakan satu kesatuan jaringan sumber air dan mempunyai ciri-ciri khusus secara phisik, kimiawi dan

Lebih terperinci

BAB 4 RENCANA POLA RUANG

BAB 4 RENCANA POLA RUANG 4.2 Kawasan Budidaya 4.2.1 KAWASAN PERUNTUKAN PERTANIAN A. PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA ahan pertanian di Kota Balikpapan relatif terbatas luasan dan sebarannya. Kegiatan pertanian yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan salah satu permasalahan yang terjadi pada saat musim hujan. Hal ini terjadi hampir di seluruh kota di Indonesia. Peristiwa ini hampir setiap tahun

Lebih terperinci

STUDI PENANGANAN BANJIR SUNGAI SAMBOJA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR

STUDI PENANGANAN BANJIR SUNGAI SAMBOJA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR STUDI PENANGANAN BANJIR SUNGAI SAMBOJA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR Daru Purbaningtyas 1 1 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Samarinda Jl. Dr. Ciptomangunkusumo Kampus Gn. Lipan P.O

Lebih terperinci

11/26/2015. Pengendalian Banjir. 1. Fenomena Banjir

11/26/2015. Pengendalian Banjir. 1. Fenomena Banjir Pengendalian Banjir 1. Fenomena Banjir 1 2 3 4 5 6 7 8 Model koordinasi yang ada belum dapat menjadi jembatan di antara kelembagaan batas wilayah administrasi (kab/kota) dengan batas wilayah sungai/das

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir.

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan kata yang sangat popular di Indonesia, khususnya dalam musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir. Permasalahan banjir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana telah mengakibatkan suatu penderitaan yang mendalam bagi korban serta orang yang berada di sekitarnya. Kerugian tidak hanya dialami masyarakat yang terkena

Lebih terperinci

4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Hygiene

4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Hygiene BAB 4 Program Pengembangan Sanitasi saat ini dan yang direncanakan 4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Hygiene 4.2 Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik 4.3. Peningkatan Pengelolaan

Lebih terperinci

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang 1.1. Latar Belakang yang terletak sekitar 120 km sebelah selatan Kota Surabaya merupakan dataran alluvial Kali Brantas. Penduduk di Kabupaten ini berjumlah sekitar 1.101.853 juta jiwa pada tahun 2001 yang

Lebih terperinci

Gambar 1.1 DAS Ciliwung

Gambar 1.1 DAS Ciliwung BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kali Ciliwung merupakan salah satu kali yang membelah Provinsi DKI Jakarta. Kali Ciliwung membentang dari selatan ke utara dengan hulunya berada di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V LAHAN DAN HUTAN

BAB V LAHAN DAN HUTAN BAB LAHAN DAN HUTAN 5.1. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan Kota Denpasar didominasi oleh permukiman. Dari 12.778 ha luas total Kota Denpasar, penggunaan lahan untuk permukiman adalah 7.831 ha atau 61,29%.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum Sungai Sragi terletak pada perbatasan antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Pemalang. Di bagian hulu sungai, terdapat percabangan membentuk dua alur sungai yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Peristiwa ini terjadi akibat volume air di suatu badan air seperti sungai atau

Lebih terperinci

PAPARAN MANAJEMEN BANJIR DI KOTA SIDOARJO DWIDJO PRAWITO. Oleh : KEPALA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN SIDOARJO

PAPARAN MANAJEMEN BANJIR DI KOTA SIDOARJO DWIDJO PRAWITO. Oleh : KEPALA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN SIDOARJO PAPARAN MANAJEMEN BANJIR DI KOTA SIDOARJO Oleh : DWIDJO PRAWITO KEPALA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN SIDOARJO PETA KABUPATEN SIDOARJO WILAYAH ADMINSTRASI Sebelah Utara : Kota Surabaya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BALIKPAPAN TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BALIKPAPAN TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2005 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup, termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan perkotaan semakin meningkat sejalan

Lebih terperinci

STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN

STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN Sugeng Sutikno 1, Mutia Sophiani 2 1 Staf Pengajar pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Subang 2 Alumni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pusat pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pusat pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Medan yang menyandang status sebagai Pusat Pemerintahan, pusat pertumbuhan ekonomi dan pusat pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang menuntut kota

Lebih terperinci

SISTEM DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI BANJIR DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (STUDI KASUS : JL. PDAM SUNGGAL DEPAN PAM TIRTANADI)

SISTEM DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI BANJIR DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (STUDI KASUS : JL. PDAM SUNGGAL DEPAN PAM TIRTANADI) SISTEM DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI BANJIR DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (STUDI KASUS : JL. PDAM SUNGGAL DEPAN PAM TIRTANADI) Raja Fahmi Siregar 1, Novrianti 2 Raja Fahmi Siregar 1 Alumni Fakultas Teknik

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di bumi terdapat kira-kira 1,3 1,4 milyar km³ air : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah,

Lebih terperinci

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini Abstract Key words PENDAHULUAN Air merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ARHAM BAHTIAR A L2A PRIYO HADI WIBOWO L2A

BAB I PENDAHULUAN ARHAM BAHTIAR A L2A PRIYO HADI WIBOWO L2A BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Daerah dataran merupakan suatu daerah yang mempunyai peranan penting dan telah lama dikembangkan sesuai dengan peradaban dan kehidupan suatu bangsa. Segala

Lebih terperinci

STUDI PENGENDALIAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN POMPA PADA DAERAH PENGALIRAN KALI KANDANGAN KOTAMADYA SURABAYA TUGAS AKHIR

STUDI PENGENDALIAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN POMPA PADA DAERAH PENGALIRAN KALI KANDANGAN KOTAMADYA SURABAYA TUGAS AKHIR STUDI PENGENDALIAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN POMPA PADA DAERAH PENGALIRAN KALI KANDANGAN KOTAMADYA SURABAYA TUGAS AKHIR untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik Sipil (

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga benda-benda bersejarah yang tidak ternilai harganya sehingga harus

BAB I PENDAHULUAN. dan juga benda-benda bersejarah yang tidak ternilai harganya sehingga harus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Museum Bank Indonesia di daerah Kota, Jakarta Barat merupakan salah satu tempat bersejarah yang memiliki nilai historis yang sangat tinggi bagi bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Deskripsi Wilayah Studi 1. Letak dan Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Jepara dan Daerah Tangkapan Hujan Waduk Way Jepara secara geografis terletak pada 105 o 35 50 BT

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

BAB I PENDAHULUAN - 1 - BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN Kota Semarang sebagai ibukota propinsi Jawa Tengah merupakan sebuah kota yang setiap tahun mengalami perkembangan dan pembangunan yang begitu pesat.

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN AREAL KEDAP AIR TERHADAP AIR PERMUKAAN. Achmad Rusdiansyah ABSTRAK

PENGARUH PERUBAHAN AREAL KEDAP AIR TERHADAP AIR PERMUKAAN. Achmad Rusdiansyah ABSTRAK PENGARUH PERUBAHAN AREAL KEDAP AIR TERHADAP AIR PERMUKAAN Achmad Rusdiansyah ABSTRAK Genangan air sering kita lihat dan rasakan disetiap ruas jalan di perkotaan dan dimana saja. Keadaan ini merupakan langganan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu panas dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim.

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1987 TENTANG PENETAPAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SAMARINDA, KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BALIKPAPAN, KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini. Selama ini air seperti halnya udara telah dianggap oleh manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini. Selama ini air seperti halnya udara telah dianggap oleh manusia sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang sangat vital bagi semua manusia dan setiap mahluk hidup. Tanpa air, maka tidak akan ada suatu kehidupan di muka bumi ini. Selama

Lebih terperinci

BADAN HUKUM TANGGAL PENDIRIAN. 248/BH/DPPK-V/Kop/VII/06 07/10/ /BH/DPPK/Kop/VIII/06 31/08/ /BH/DPPK.IV/III/05 03/03/2005

BADAN HUKUM TANGGAL PENDIRIAN. 248/BH/DPPK-V/Kop/VII/06 07/10/ /BH/DPPK/Kop/VIII/06 31/08/ /BH/DPPK.IV/III/05 03/03/2005 MOR V 1 KOTA BALIKPAPAN Koperasi Simpan Pinjam Mitra Usaha Kecil dan Mikro 248/BH/DPPK-V/Kop/VII/06 07/10/2006 Jl. Letjen Suprapto Pasar Inpres, Baru Ilir, Kec. Balikpapan Barat, Kota Balikpapan, 2 Koperasi

Lebih terperinci

OPTIMALISASI SUNGAI WISA DAN SUNGAI KANAL SEBAGAI PENGENDALI BANJIR DI KAWASAN KOTA JEPARA

OPTIMALISASI SUNGAI WISA DAN SUNGAI KANAL SEBAGAI PENGENDALI BANJIR DI KAWASAN KOTA JEPARA Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 11 12 Mei 2007 OPTIMALISASI SUNGAI WISA DAN SUNGAI KANAL SEBAGAI PENGENDALI BANJIR DI KAWASAN KOTA JEPARA Esti

Lebih terperinci

KAJIAN GENANGAN AIR HUJAN PADA OULET EMBUNG DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DI SEKITAR KAMPUS UNNES. Dewi Liesnoor Setyowati dan Handayani

KAJIAN GENANGAN AIR HUJAN PADA OULET EMBUNG DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DI SEKITAR KAMPUS UNNES. Dewi Liesnoor Setyowati dan Handayani KAJIAN GENANGAN AIR HUJAN PADA OULET EMBUNG DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DI SEKITAR KAMPUS UNNES Dewi Liesnoor Setyowati dan Handayani ABSTRAK Genangan air di oulet embung kampus UNNES karena outlet embung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (catchment area) yang berperan menyimpan air untuk kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. (catchment area) yang berperan menyimpan air untuk kelangsungan hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagian hulu daerah aliran sungai (DAS) merupakan daerah tangkapan air (catchment area) yang berperan menyimpan air untuk kelangsungan hidup makhluk hidup. Apabila lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota besar di Indonesia. Mulai dari banjir, polusi udara, longsor, hingga kurangnya air bersih. Berbagai

Lebih terperinci

Gambar 2.1.Komponen Drainase Sistem Polder yang Ideal

Gambar 2.1.Komponen Drainase Sistem Polder yang Ideal DRAINASE POLDER Drainase sistem polder berfungsi untuk mengatasi banjir yang diakibatkan genangan yang ditimbulkan oleh besarnya kapasitas air yang masuk ke suatu daerah melebihi kapasitas keluar dari

Lebih terperinci

TATA PENGELOLAAN BANJIR PADA DAERAH REKLAMASI RAWA (STUDI KASUS: KAWASAN JAKABARING KOTA PALEMBANG)

TATA PENGELOLAAN BANJIR PADA DAERAH REKLAMASI RAWA (STUDI KASUS: KAWASAN JAKABARING KOTA PALEMBANG) TATA PENGELOLAAN BANJIR PADA DAERAH REKLAMASI RAWA (STUDI KASUS: KAWASAN JAKABARING KOTA PALEMBANG) Ishak Yunus Dosen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bina Darma Palembang Pengurus Himpunan Ahli

Lebih terperinci

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR Oleh: EVA SHOKHIFATUN NISA L2D 304 153 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Dana Rezky Arisandhy (1), Westi Susi Aysa (2), Ihsan (3) Abstrak

Dana Rezky Arisandhy (1), Westi Susi Aysa (2), Ihsan (3) Abstrak TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Prediksi Genangan Banjir Menggunakan Metode Rasional USSCS 1973 Studi Kasus: Perumahan BTN Hamzy, BTN Antara, BTN Asal Mula, Kelurahan Tamalanrea Indah, Kota Makassar Dana Rezky

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dengan morfologi yang beragam, dari daratan sampai pegunungan serta lautan. Keragaman ini dipengaruhi

Lebih terperinci

REVIEW RTRW KOTA BALIKPAPAN TAHUN

REVIEW RTRW KOTA BALIKPAPAN TAHUN REVIEW RTRW KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2012-2032 Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum dan Administrasi Perencanaan TKP432 Disusun Oleh: Kelompok 8 Kelas B Yonika Evidonta 21040113120002 Nofika Fitasari

Lebih terperinci

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN Spectra Nomor 11 Volume VI Januari 008: 8-1 KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN Ibnu Hidayat P.J. Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah sebagian

Lebih terperinci

JUMLAH KAMAR FASILITAS 19 TWIN & 16 SINGLE. Included 2 ABF. 1 BUSINES Rp708, TWIN & 50 SINGLE. 2 DELUXE Rp748,000

JUMLAH KAMAR FASILITAS 19 TWIN & 16 SINGLE. Included 2 ABF. 1 BUSINES Rp708, TWIN & 50 SINGLE. 2 DELUXE Rp748,000 PIC Hotel dan Tour Travel Pan Indo Hash 2017 Suzy Wong : 08990175000 / 082151587348 Berikut Daftar Hotel Kerja Sama Panitia Pan Indo Hash 2017 *Hotel di luar daftar tidak dilayani transportasi oleh panitia

Lebih terperinci

PEMBUATAN PETA TINGKAT KERAWANAN BANJIR SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MENGURANGI TINGKAT KERUGIAN AKIBAT BENCANA BANJIR 1 Oleh : Rahardyan Nugroho Adi 2

PEMBUATAN PETA TINGKAT KERAWANAN BANJIR SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MENGURANGI TINGKAT KERUGIAN AKIBAT BENCANA BANJIR 1 Oleh : Rahardyan Nugroho Adi 2 PEMBUATAN PETA TINGKAT KERAWANAN BANJIR SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MENGURANGI TINGKAT KERUGIAN AKIBAT BENCANA BANJIR 1 Oleh : Rahardyan Nugroho Adi 2 Balai Penelitian Kehutanan Solo. Jl. A. Yani PO Box 295

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, dimana hampir semua aktifitas ekonomi dipusatkan di Jakarta. Hal ini secara tidak langsung menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Drainase Sistem Sungai Tenggang 1

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Drainase Sistem Sungai Tenggang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang adalah ibu kota Propinsi Jawa Tengah, yang terletak didataran pantai Utara Jawa, dan secara topografi mempunyai keunikan yaitu dibagian Selatan berupa

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI PEMALI JUANA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI PEMALI JUANA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI PEMALI JUANA Alamat : Jl. Brigjen S. Sudiarto No. 379 Semarang Telp. (024) 6720516, Fax. (024)

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 PENELITIAN TERDAHULU Dalam usaha membuat penelitian ilmiah diperlukan studi pustaka dalam rangkaian proses penelitian, baik sebelum, ketika atau setelah melakukan penelitian. Pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi dari objek penelitian ini berada pada Kecamatan Rancaekek, tepatnya di Desa Sukamanah dan Kecamatan Rancaekek sendiri berada di Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

Rt Xt ...(2) ...(3) Untuk durasi 0 t 1jam

Rt Xt ...(2) ...(3) Untuk durasi 0 t 1jam EVALUASI DAN PERENCANAAN DRAINASE DI JALAN SOEKARNO HATTA MALANG Muhammad Faisal, Alwafi Pujiraharjo, Indradi Wijatmiko Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang Jalan M.T Haryono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan nasional dan meminimalkan perbedaan distribusi pengembangan sumber daya air di daerahdaerah, maka Pemerintah Indonesia telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi 6 0 12 Lintang Selatan dan 106 0 48 Bujur Timur. Sebelah Utara Propinsi DKI Jakarta terbentang pantai dari Barat

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BANJIR Di KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

HASIL PENELITIAN. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BANJIR Di KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO HASIL PENELITIAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BANJIR Di KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Ria Rizkiah 1, Ir.Hanny Poli, MSi 2, Ir.S.Supardjo MSi 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Genangan merupakan dampak dari ketidakmampuan saluran drainase menampung limpasan hujan. Tingginya limpasan hujan sangat dipengaruhi oleh jenis tutupan lahan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan menunjukkan bahwa manusia dengan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,

Lebih terperinci