BAB V RANCANGAN MODEL PENINGKATAN KINERJA DOSEN. Model merupakan suatu konstruksi dari suatu konsep yang digunakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V RANCANGAN MODEL PENINGKATAN KINERJA DOSEN. Model merupakan suatu konstruksi dari suatu konsep yang digunakan"

Transkripsi

1 BAB V RANCANGAN MODEL PENINGKATAN KINERJA DOSEN 5.1. Definisi Model Model merupakan suatu konstruksi dari suatu konsep yang digunakan sebagai pendekatan untuk memahami suatu realitas. Menurut Jhonson (1993:2) ada empat kategori model yaitu : 1) cognitive models concept, 2) normative models (purpose oriented), 3) descriptive models (behavior oriented), 4) functional models (action and control oriented). Dalam kajian ini yang dimaksud dengan model adalah suatu studi yang dilakukan dengan menghimpun keunggulan. Keunggulan yang diperoleh dan menghindari kelemahan-kelemahan dari model yang telah diterapkan. Model yang dimaksud adalah pendekatan atau pola implementasi dari manajemen peningkatan kinerja dosen di STAIN Surakarta dan STAIN Salatiga Dasar Pemikiran Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi, STAIN mempunyai peran penting dalam usaha mencapai tujuan-tujuan Pendidikan Nasional, terutama dalam melaksanakan Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat di bidang Ilmu Pengetahuan Agama Islam. Dan berdasarkan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 3443 Tahun 1997 tentang Status Sekolah Tinggi 313

2 314 Agama Islam Negeri. STAIN selain mempunyai tugas pokok juga mempunyai fungsi dalam melaksanakan kegiatannya, dengan rincian sebagai berikut : a. Pengembangan dan penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran. b. Penelitian dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan agama Islam. c. Pengabdian kepada masyarakat. d. Pembinaan kemahasiswaan e. Pembinaan civitas akademika, dan f. Kegiatan pelayanan administratif. Oleh sebab itu pendidikan menjadi leading sector dalam pembangunan bangsa, hampir setiap negara telah menjadikan dosen sebagai bagian terpenting dalam melakukan perubahan terhadap sistem pendidikan nasional. dosen sebagai salah satu SDM kependidikan memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar. Tugas dan tanggung jawab tersebut lebih luas dari sekedar hanya membuat mahasiswa menjadi tahu dan memahami bahan ajar yang diberikan, yaitu menjadikan mahasiswa menjadi manusia terdidik yang memahami perannya sebagai manusia, sehingga bermanfaat bagi dirinya, bangsa dan agama. Persoalan dosen adalah persoalan pendidikan, dan persoalan pendidikan adalah persoalan bangsa. Begitulah kira-kira kalangan praktisi pendidikan menggiring isu tentang dosen dalam upaya meningkatkan profesionalismenya. dosen merupakan unsur utama dalam keseluruhan proses pendidikan khususnya di tingkat institusional.

3 315 Dalam temuan penelitian menunjukkan gambaran bahwa kurang optimalnya manajemen peningkatan kinerja dosen yang telah diterapkan di STAIN menimbulkan permasalahan dalam aspek perencanaan, pelaksanaa, pengawasan dan pengendalian kinerja dosen. Akibat belum optimalnya pendayagunaan manajemen peningkatan kinerja dosen menempatkan posisi dosen belum mampu menampilkan mutu kinerjanya. Di samping itu, faktor kemampuan intelektual, kemampuan profesional, motivasi, persepsi dosen yang positif terhadap tugas pokok dan fungsinya, struktur organisasi yang menjelaskan posisi dan peranan dosen dalam proses pembelajaran, serta lingkungan internal dan eksternal STAIN turut pula menentukan kinerja dosen. Oleh sebab itu, pola manajemen peningkatan kinerja dosen merupakan salah satu kriteria manajemen SDM kependidikan yang profesional. Pola peningkatan kinerja dosen tersebut akan memberi peluang bersaing pada setiap dosen dalam meniti karier sesuai dengan kinerjanya, sehingga memungkinkan lahirnya para dosen yang handal dan menguasai bidang masing-masing, yang pada gilirannya akan memberi dampak positif bagi efektifitas proses pembelajaran di STAIN Surakarta dan STAIN Salatiga. Selain itu harus ada tim pembelajaran yang kompak (team learning) atau pembelajaran yang di atur sesuai prosedur yang membentuk satu kesatuan yang utuh untuk membentuk proses belajar mengajar yang profesional. Maka dalam learning organization ketua STAIN mempunyai peran kritikal yaitu

4 316 sebagai desainer, dan konsep learning organization efektif untuk dikembangkan secara konsisten dan terpadu. Dengan demikian learning organization sebagai sarana pengembangan manajemen peningkatan kinerja dosen yang diharapkan mampu mentransformasi perubahan dari berbagai karakteristik dosen untuk di satu padukan dalam learning proses dengan visi dan misi yang sejalan serta akuntabilitas dalam hasil dan prosesnya Tujuan Permodelan Berdasarkan pemikiran di atas, maka dalam merumuskan aspek-aspek kinerja dosen yang dapat dijadikan standar penilaian kinerja, dengan tujuan ; (1) dapat menganalisis aspek-aspek kinerja dosen yang tidak termaktub dalam unsur penilaian berdasarkan instrumen penilaian dalam kinerja reguler; (2) dapat merumuskan komponen-komponen dan parameter dari setiap kinerja dosen dalam setiap jenjang jabatan fungsional. Maka keluaran yang diinginkan dari model ini ialah ; (1) rumusan parameter analisis kompetensi dosen berbasis kinerja keperilakuan; (2) strategi operasional peningkatan kinerja dosen untuk setiap jenjang jabatan fungsional. Sedangkan, sasaran program ialah dosen. Alasan diperlukannya penilaian kinerja yaitu: (1) Penilaian kinerja memberikan informasi bagi pertimbangan pemberian promosi dan penetapan gaji, (2) Penilaian kinerja memberikan umpan balik bagi ketua STAIN maupun dosen untuk melakukan intropeksi dan meninjau kembali perilaku

5 317 selama ini, baik yang positif maupun negatif untuk kemudian dirumuskan kembali sebagai perilaku yang mendukung tumbuh berkembangnya budaya organisasi secara keseluruhan. Manfaat penilaian kinerja adalah: (1) Mengelola STAIN secara efektif dan efisien melalui pemotivasian dosen secara maksimum, (2) Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan dosen seperti: promosi dan lain-lain, (3) Menyediakan umpan balik bagi dosen mengenai bagaimana ketua STAIN menilai kinerja dosen. Manfaat yang diperoleh dari penilaian kinerja dosen ini terutama menjadi pedoman dalam melakukan tindakan evaluasi bagi STAIN sesuai dengan pengharapan dari berbagai pihak. Tahap penilaian terdiri dari tiga tahap yaitu: (1) Perbandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, (2) Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan kinerja sesungguhnya dari yang ditetapkan dalam standar, (3) Penegakkan perilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan untuk mencegah perilaku yang tidak diinginkan Asumsi - Asumsi 1) STAIN dapat diasumsikan sebagai organisasi yang mampu melayani jasa di bidang pendidikan bagi semua masyarakat sebagai pelanggan dan mampu memenuhi kompetensi yang dibutuhkan oleh seluruh personil STAIN Surakarta dan STAIN Salatiga.

6 318 2) STAIN yang bermutu diperlukan pilar pengelolaan mutu yang efektif melalui faktor strategi perilaku kepemimpinan, iklim organisasi dan motivasi berprestasi sebagai daya ungkit terhadap kinerja dosen. 3) Penyelenggaraan pendidikan yang produktif dicerminkan melalui keteladanan dan aplikasinya yang profesional serta tangguh dengan selalu berusaha meningkatkan kepentingan yang relevan. 4) Prespektif pengelolaan STAIN sebagai sebuah lembaga pendidikan tinggi. Visi dan misi tersebut meminta semua pihak yang terkait pada manajemen STAIN untuk mengimplementasikannya ke dalam proses dan sistem pendidikan tinggi yang mantap, efektif, efisien, inovatif dan responsif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Sehingga diharapkan mampu mencapai kualitas dan hasil pendidikan yang handal, modern, dan mampu bersaing, serta diperlukan kebijakan strategi dalam manajemen pendidikannya untuk mewujudkan visi, misi dam hasil yang bermutu. 5) Dosen sebagai pengemban visi dan misi merupakan bagian integral akuntabilitas pelayanan akademik yang bermutu dalam melaksanakan tri dharmanya yang dicerminkan dari lulusan yang bermutu, terpenuhinya kompetensi mahasiswa yang bermutu, hasil penelitian yang adaptif yang dibutuhkan seluruh personil STAIN Surakarta dan STAIN Salatiga. 6) Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dosen pada umumnya diidentikan dengan kinerja yang berbentuk penampilan mengajar dosen pada saat

7 319 proses hasil langsung (output), dan hasil akhir (outcome) dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (tupoksi). 7) Ditinjau dari aspek produktivitas pelaksanaan mengajar, penampilan mengajar (performance) dosen, dapat diamati dari komponen (1) kemampuan dalam melaksanakan tugas (ability), (2) dorongan untuk melaksanakan pengajaran (motivation). Kedua unsur kinerja ini, disebut dengan kompetensi. 8) Kompetensi (competencies), dikatagorikan ke dalam tiga jenis, yaitu (1) kompetensi pribadi (personal competencies), (2) kompetensi profesional (profesional competencies), (3) kompetensi sosial (social kompetencies). 9) Akumulasi dan internalisasi kompetensi personal, profesional dan sosial dari seorang dosen secara praktis akan tergambar dalam aspek perilaku (behavior), baik pada saat melaksanakan tugas pokok dan fungsi (taks behavior) dan pada saat berhubungan antar manusia (human behavior) di lingkungan tempat mengajarnya. 10) Kinerja sumber daya organisasi yang mencakup dosen, pimpinan. staff, struktur sangat ditentukan oleh faktor internal dan eksternal yaitu faktor internal dipengaruhi oleh dorongan pada dirinya dan kompetensi yang dimilikinya serta jenjang pendidikannya. Adapun faktor eksternal yang mempengaruhinya yaitu perilaku kepemimpinan, iklim organisasi dan motivasi berprestasi dosen yang status profesi pekerjaannya di mana sumber dayanya berbeda

8 320 11) STAIN merupakan lembaga atau organisasi pendidikan yang bertujuan memajukan ilmu pengetahuan, teknologi dan agama, menghasilkan lulusan dan memberikan pelayanan melalui proses pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat, dengan mengunggulkan kajian kawasan yang berskala lokal, nasional dan regional dalam rangka membangun masyarakat Indonesia sebagai masyarakat utama Komponen Model Komponen model manajemen peningkatan kinerja dosen, penulis konstruk berdasarkan urgensi kebutuhan peningkatan kompetensi profesional dosen dalam STAIN melalui pembelajaran organisasi (learning organization) dengan enam disiplin (The Sixth Discipline) 1) Motivasi spiritual (spiritual motivation) 2) Keahlian pribadi (personal mastery) 3) Model mental (mental models) 4) Visi bersama (building sharedvision) 5) Pembelajaran tim (team learning) 6) Pemikiran sistem (system thinking) Model ini disebut dengan manajemen peningkatan kinerja dosen melalui The spiritual motivation in the learning organization yang melandasi pengajuan model ini adalah : 1) Mutu pendidikan pada STAIN ditentukan oleh efisien dan efektivitas pengelolaan manajemennya dalam memberikan pelayanan akademik

9 321 terhadap civitas kampus, kinerja dosen sekaligus mutu produktivitas karyakarya ilmiah maupun penelitiannya, mutu out putnya yang ditandai oleh pengakuan masyarakat maupun lembaga pengguna jasa lulusannya. 2) Manajemen peningkatan kinerja dosen dengan learning organization harus dilihat sebagai upaya pembelajaran terus menerus guna meningkatkan kemampuan profesional dosen sesuai dengan tujuan organisasi. 3) Dosen sebagai staf STAIN harus memiliki potensi untuk menguasai pengetahuan dan pemahaman akademik, menguasai ketrampilan serta mendisain dan melaksanakan penelitian, mengajar, menguasai administrasi dan pengabdian pada masyarakat. 4) Dalam melaksanakan fungsi organisasi, dosen sebagai ujung tombak perkembangan dan kemajuan STAIN, dibutuhkan dosen yang profesional yaitu dosen yang menguasai, mengikuti perkembangan mampu mengembangkan serta bertanggung jawab terhadap disiplin ilmunya, memiliki kemampuan berinteraksi dengan mahasiswa secara profesional, menghormati dan melindungi hak-hak mahasiswa, menjadi teladan dalam sikap dan pemikiran, berkemampuan menyusun kurikulum yang relevan, efektif dan efisien, memberikan informasi yang luas dan mutakhir, menciptakan suasana akademik yang kondusif bagi pengembangan mahasiswa, membuat sistem penilaian yang shahih serta pemantauan dan evaluasi yang teratur, sebagai kegiatan-kegiatan yang berlangsung berhubungan dengan transfer of knowledge and attitude maupun

10 322 pengembangan scientific attitude mahasiswa. Dalam proses manajemen peningkatan kinerja dosen melalui learning organization pimpinan harus memiliki komitmen, sikap yang kuat dan bersifat demokratis. 5) Untuk mendapatkan hasil optimal manajemen peningkatan kinerja dosen dengan learning organization melalui pembelajaran single loop dan double loop dengan cara mengidentifikasi dan mengoreksi ketidaksesuaian hasil manajemen peningkatan kinerja dosen (mismatch) antara keinginan dan hasil (out come). Jika kesalahan itu diketahui dan dikoreksi tanpa mempertanyakan atau mengubah nilai-nilai dasar sistem disebut pembelajaran single loop. Dan jika dalam proses koreksi itu dilakukan pemeriksaan dan pengubahan atas penyebab-penyebabnya, pembelajaran yang terjadi disebut double loop. Seperti pada gambar di bawah ini. Pemikiran Sistem Pembelajaran tim Motivasi Spiritual Keahlian pribadi Visi bersama Model mental Gambar 24 Manajemen Peningkatan Kinerja Dosen Dengan Learning Organization yang mencakup The Sixth Discipline

11 323 Penjelasan gambar diagram diatas, dan disesuaikan dengan pendapat Senge (1996 : 25) diperoleh yang menjelaskan manajemen peningkatan kinerja dosen, dibutuhkan hal sebagai berikut: a) Motivasi spiritual adalah sebagai energi daya dorong sekaligus kompas untuk mengembangkan kemampuan akan makna, visi dan nilai hidup. b) Model mental adalah merupakan asuransi yang sangat dalam, generalisasi, gambaran dan citra anggapan, persepsi yang mempengaruhi kita bagaimana memahami suatu dunia dan bagaimana kita mengambil tindakan yang tercermin dalam perilaku c) Visi bersama, mengenai membangun visi bersama ini Singe memulainya dari posisi bahwa jika gagasan seseorang tentang kepemimpinan telah memberi inspirasi, ini menunjukkan kapasitas untuk mempertahankan gambaran tentang masa depan yang ingin kita ciptakan. Semua organisasi itu mampu mengikat orang-orang bersama dalam identitas dan rasa tujuan bersama. d) Pembelajaran tim, adalah disiplin pembelajaran tim dimulai dari dialog. Dialog berarti mengalir bebasnya pengertian melalui suatu kelompok. Memungkinkan kelompok menemukan suatu pandangan yang tidak dicapai secara individu. e) Berpikir sistem, yaitu disiplin yang mengintegrasikan disiplin-disiplin lainnya, menggabungkannya menjadi suatu bangunan teori yang koheren, dan praktis. Berpikir sistem membutuhkan kedisiplinan ilmu dalam berbagai visi, model mental, pembelajaran tim dan keahlian pribadi untuk mengetahui potensinya Strategi Implementasi Perencanaan stratejik (Renstra) merupakan langkah awal yang dilakukan STAIN agar mampu menjawab segala tuntutan lingkungan stratejik, baik itu lokal, nasional, regional dan global dengan tetap berada dalam tatanan Administrasi Negara Kesatuan RI. Melalui pendekatan stratejik yang jelas dan sinergis, maka STAIN dapat menyelaraskan antara visi dan misinya.

12 324 Selanjutnya pada Renstra memuat visi dan misi, tujuan, sasaran, indikator sasaran, kebijakan dan program. Untuk mewujudkan rencana stratejik, telah dilakukan seleksi dan program prioritas yang harus dilaksanakan setiap tahunnya melalui kegiatan rapat kerja baik bidang akademik Kemahasiswaan dan bidang Adminsitrasi Umum. Hasil raker tersebut diolah dan dijabarkan melalui beberapa kegiatan pokok yang diprioritaskan pada kegiatan yang banyak memberikan kontribusi pada visi dan misi untuk mewujudkan tujuan khususnya peningkatan kinerja dosen. Manajemen pendekatan strategis dalam peningkatan kinerja dosen beranjak dari kebijakan dan mekanisme sistem promosi dan penghargaan yang tertuang dalam Standar Kinerja dosen. Satu hal yang belum tergambar dengan jelas dalam penilaian kinerja dosen ialah prosedur sistem dalam aspek kinerja keperilakuan yang secara kasat mata dapat diamati baik secara pribadi maupun sosial dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Unsur-unsur ini pun seyogyanya menjadi bagian dari kriteria dalam proses peningkatan karier dan kesejahteraanya. Namun proses pelaksanaannya harus tetap merujuk pada tugas pokok dan fungsi dosen yang bersangkutan pada setiap STAIN. Sehingga terbuka peluang bagi dosen untuk diberi penghargaan atas prestasi mengajarnya. Oleh karena itu, prestasi merupakan bagian dari motivasi dosen untuk memperoleh kehormatan, penghargaan dan pujian. Dan dosen yang butuh akan pencapaian prestasi tinggi akan berjuang meraih prestasi pribadi dan

13 325 meraih fasilitas jabatan serta imbalan atas kesuksesan. dosen tersebut mempunyai keinginan untuk melakukan sesuatu lebih baik atau lebih efisien dari pada yang telah dilakukan sebelumnya. Selama ini persepsi dosen terhadap prestasi dalam sebuah organisasi pendidikan tidak dapat di pisahkan dari kesuksesan mencapai karir, padahal peningkatan karir identik dengan pencapaian kesuksesan dosen. peningkatan prestasi dosen dapat disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya: (1) kemampuan melaksanakan tugas, (2) memiliki kecakapan, (3) mampu meraih pangkat dan jabatan yang lebih tinggi. Dengan demikian makna pencapaian prestasi merupakan salah satu pemotivasi bagi dosen di lingkungan STAIN. Standar kinerja memiliki dua aspek sasaran yaitu: (1) kemampuan dosen dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, (2) motivasi dalam melaksanakan pekerjaannya, baik secara individu maupun kelompok dalam posisi jabatan yang menjadi tanggungjawabnya. Oleh karena itu motivasi dosen di STAIN bergantung pada harapannya. dosen akan mempunyai motivasi kerja yang tinggi dalam organisasi kalau ia berkeyakinan bahwa harapannya akan terpenuhi. Hal ini menunjukkan bahwa dosen yang tidak mempunyai harapan pada organisasi tempatnya bekerja, kualitas kerjanya sulit untuk meningkat. Harapan dosen pada organisasi biasanya tercermin dari: (1) kondisi kerja yang baik, (2) merasa diikut sertakan dalam proses pengambilan keputusan terutama yang menyangkut tentang nasibnya, (3) penghargaan yang wajar atas prestasi kerja tinggi, (4) kesempatan promosi dan berkembang di

14 326 dalam organisasi, (5) adanya pengertian pimpinan STAIN jika bawahan menghadapi masalah pribadi, (6) jaminan diperlakukan secara adil dan objektif, (7) pekerjaan yang menarik dan penuh tantangan. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan prestasi, berbagai harapan dosen di STAIN Surakarta dan STAIN Salatiga perlu di realisasikan secara nyata. Hal ini dapat tercapai bila manajemen peningkatan kinerja dosen di STAIN komitmen dengan semua yang diharapkan dosen. Oleh karena itu, proses analisis difokuskan pada komponen kompetensi pribadi (personal competencies), kompetensi profesional (professional competencies), kompetensi sosial (social competencies). Di samping unsur standar kinerja tersebut, ada satu aspek yang menjadi pertimbangan yaitu sistem pengembangan karier dosen yang secara normatif tertuang dalam rumusan-rumusan kebijakan yang ada dalam ketentuan perundang-undangan yang berlaku, identifikasi kinerja difokuskan pada dimensi-dimensi keperilakuan yang secara praktis harus dapat diamati berdasarkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dosen yang bersangkutan pada setiap STAIN, yaitu komponen yang berkenaan dengan perilaku dalam melaksanakan tugas (task behavior) dan perilaku dalam hubungan antar manusia (human behavior). Dengan demikian perilaku ketua STAIN sangat berpengaruh terhadap manajemen peningkatan kinerja dosen, terutama keteladanan ketua STAIN dalam berperilaku di lingkungan STAIN dan di masyarakat. Hal ini akan

15 327 memberikan kontribusi yang positif terhadap kinerja dosen baik di STAIN Surakarta maupun di STAIN Salatiga. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar di bawah ini: MANAJEMEN LEARNING ORGANIZATION KEMAMPUAN MELAKSANAKAN TUGAS DAN MOTIVASI KERJA TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI VISI DAN MISI KOMPETENSI PAEDAGOGIK KOMPETENSI KEPRIBADIAN KOMPETENSI PROESIONAL KOMPETENSI SOSIAL PENDIDIKAN ( TUGAS TERSTRUKTUR ) PERILAKU SEBAGAI DOSEN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DOSEN SESUAI POSISINYA DALAM STRUKTUR ORG KINERJA PERILAKU DLM MELAKSANAKAN TUGASA POKOK DAN FUNGSI (TASK BEHAVIOR) KINERJA PERILAKU DLM BERHUBUNGAN REKAN SEJAWAT (HUMAN BEHAVIOR) KARIR DOSEN PENELITIAN KINERJA DOSEN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT Gambar : 25 Model Manajemen Peningkatan Kinerja Dosen 5.7. Indikator Keberhasilan Kinerja Dosen yang Harus Ditingkatkan Indikator kinerja dosen yang harus di tingkatkan sebagai alat ukur dalam penilaian dosen adalah : a) Kinerja perilaku dalam melaksanakan tugas (task behavior) berkenaan dengan aspek-aspek : (1) Komitmen terhadap tugas: dosen dapat menunjukkan perilaku yang sungguh-sungguh terhadap pencapaian target dan hasil setiap

16 328 pengajaran sesuai apa yang telah ditetapkan dalam tugas pokok dan fungsinya. (2) Moralitas mengajar: dosen dapat menghindari bentuk-bentuk penyalahgunaan prosedur pelaksanaan pengajaran untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya. (3) Semangat mengajar: dosen dapat menerima dan melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengajarannya dengan penuh ketekunan. (4) Konstruktif: dosen dapat mengajukan kritik, saran, usul kepada atasan atau rekan sejawat untuk peningkatan hasil-hasil pengajarannya dengan senantiasa memberikan alternatif pemecahan yang disampaikan secara lisan atau tertulis secara langsung kepada yang bersangkutan. (5) Adaptif: dosen dapat memahami setiap petunjuk, instruksi, atau saran untuk perbaikan dan peningkatan proses dan hasil pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. (6) Partisipatif: dosen dapat menentukan peranan keterlibatan dirinya dalam pengajaran yang menuntut penyelesaian secara kelompok dengan betul tanpa meninggalkan tugas pokoknya dengan menawarkan bantuan untuk berpartisipasi menyelesaikan tugas-tugas kelompok yang belum selesai sesuai dengan kemampuan dirinya. (7) Kooperatif: dosen dapat menghargai perbedaan kemampuan masingmasing orang dalam melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab bersama.

17 329 b) Kinerja perilaku dalam berhubungan dengan rekan sejawat (human behavior/colleague behavior), berkenaan dengan: (1) Kepercayaan terhadap diri sendiri: dosen dapat menghargai potensi dan kemampuan dirinya dengan melaksanakan KBM yang menjadi tugas pokoknya. (2) Integritas: dosen dapat membedakan antara tindakan yang baik dan tindakan yang tidak baik. dan kemudian diimplementasikan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. (3) Kepedulian sosial: dosen dapat menunjukkan tenggang rasa terhadap persoalan dan kesulitan yang dihadapi rekan sejawatnya dengan memberikan bantuan sesuai dengan posisi tugas dirinya. (4) Keterbukaan: dosen dapat menerima kritikan, saran, dan pendapat atasan atau rekan sejawat dengan lapang dada atas kekurangan dan atau kesalahan dalam melaksanakan tugasnya. (5) Obyektivitas: dosen dapat mengakui hasil pengajaran rekan sejawat dalam kelompoknya sebagai hasil mengajar dan prestasi bersama. (6) Pragmatis: dosen dapat mengajar dengan apa adanya dengan memanfaatkan sarana dan fasilitas yang ada dengan mengkondisikan suasana mengajar yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. (7) Fasilitatif: dosen dapat melayani dan memberikan bantuan terhadap kebutuhan rekan sejawat atau pihak lain yang meminta bantuan pada dirinya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

18 330 (8) Komunikatif/Supel: dosen dapat menempatkan diri dalam pergaulan dengan rekan sejawat dengan atribut, tutur kata dan bahasa dan tindak tanduk yang sesuai dengan waktu, tempat dan suasananya 5.8. Strategi Evaluasi Berdasarkan pemikiran sebagaimana dipaparkan di atas, maka analisisnya adalah: a. Hasil analisis efektifitas kinerja kegiatan : 1) Pembinaan, Koordinasi, Pelaksanaan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan, antara tujuan dengan hasil, manfaat dan dampak mempunyai tingkat keselarasan tinggi 2) Program Pelayanan Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, antara tujuan dengan hasil, manfaat dan dampak mempunyai tingkat keselarasan tinggi. 3) Pembinaan administrasi dan Pengelolaan Keuangan, antara tujuan dengan hasil, manfaat dan dampak mempunyai tingkat keselarasan tinggi. 4) Pembinaan/Penyusunan Program Rencana Kerja dan Anggaran, antara tujuan dengan hasil, manfaat dan dampak mempunyai tingkat keselarasan tinggi. 5) Pengembangan SDM dan Administrasi Kepegawaian, antara tujuan dengan hasil, manfaat dan dampak mempunyai tingkat keselarasan tinggi.

19 331 6) Pengembangan Program Pengabdian kepada Masyarakat, antara tujuan dengan hasil, manfaat dan dampak mempunyai tingkat keselarasan tinggi. 7) Penyediaan Sarana dan Prasarana Pendidikan, antara tujuan dengan hasil, manfaat dan dampak mempunyai tingkat keselarasan tinggi. 8) Penyediaan Beasiswa untuk Mahasiswa Miskin dan Beasiswa Mahasiswa berprestasi, antara tujuan dengan hasil, manfaat dan dampak mempunyai tingkat keselarasan tinggi. 9) Bantuan penyelesaian Studi dosen S2 dan S3, antara tujuan dengan hasil, manfaat dan dampak mempunyai tingkat keselarasan tinggi. 10) Peningkatan Mutu Penelitian, antara tujuan dengan hasil, manfaat dan dampak mempunyai tingkat keselarasan tinggi. 11) Program Pengelola Gaji, Honorarium dan Tunjangan, dan vakasi, antara tujuan dengan hasil, manfaat dan dampak mempunyai tingkat keselarasan tinggi b. Analisis Efesiensi 1) Program Penerapan Pemerintahan yang baik, meliputi kegiatan analisis efesiensi dengan membandingkan antara rencana dengan realisasi yang terdapat pada tingkat efesiensi. Setelah dibandingkan antara input dan output serta membandingkan dengan kegiatan lain yang sama, ternyata program ini cukup efisien.

20 332 2) Program Pendidikan Tinggi yang meliputi beberapa kegiatan setelah dilakukan analisis efesiensi dengan membandingkan antara rencana dengan realisasi terdapat tingkat efesiensi. Demikian pula setelah dibandingkan antara input dan output serta membandingkan dengan kegiatan lain yang sama, ternyata program ini efisien. 3) Program Manajemen Pelayanan Pendidikan yang meliputi beberapa kegiatan setelah dilakukan analisis efesiensi dengan membandingkan antara rencana dengan realisasi terdapat tingkat efesiensi. Demikian pula setelah dibandingkan antara input dan output serta membandingkan dengan kegiatan lain yang sama, ternyata program ini efisien Organisasi Tim dalam Manajemen Peningkatan Kinerja Dosen di STAIN Suatu organisasi yang profesional tidak akan mampu mewujudkan suatu manajemen peningkatan kinerja dosen yang baik tanpa ada dukungan yang kuat dari seluruh komponen di STAIN. Manajemen peningkatan kinerja dosen akan dapat diwujudkan jika ada hubungan dan keinginan yang sinergi antara atasan dan bawahan dalam usaha bersama-sama mewujudkan visi dan misi STAIN. Untuk itu salah satu dasar mewujudkan manajemen peningkatan kinerja dosen di STAIN adalah dengan mengembangkan dan mengedepankan komunikasi yang efektif antar berbagai pihak baik di lingkungan internal STAIN dan eksternal STAIN.

21 333 Oleh sebab itu organisasi pelaksana manajemen peningkatan kinerja dosen, sebaiknya dilakukan oleh Tim khusus, yang dibentuk pada setiap STAIN, dengan asumsi bahwa program ini bukan merupakan tanggung jawab salah satu pihak, tetapi merupakan tanggung jawab semua pihak, sehingga dapat mengurangi kadar subyektivitas dan efektivitasnya bisa lebih baik. Oleh karena itu, keterliban anggota tim dari luar unsur dinas (konsultan), harus dibatasi dalam aspek prosedur ilmiah dan teknis pengolahan, karena yang lebih tahu tentang perilaku setiap dosen hanya ketua STAIN dan dosen lain sebagai rekan sejawatnya serta personil yang ada dalam STAIN tersebut. Dan dalam menentukan anggota tim pelaksana terdiri dari orang-orang yang dapat dipercaya, cerdas dan memiliki kemampuan profesional dalam bidang peningkatan dan evaluasi keperilakuan dengan baik. Di samping itu, pelaksanaan program manajemen peningkatan kinerja dosen tersebut harus terbuka antara pihak pengelola program dengan pihak dosen sebagai sasaran program. Sehingga tujuan spesifik diterapkannya manajemen peningkatan kinerja dosen dapat terwujud, untuk : (1) meningkatkan motivasi dan komitmen dosen, (2) memberi kesempatan dosen untuk mengungkapkan aspirasi dan perhatian dosen tentang pekerjaannya, (3) mendukung visi dan misi STAIN. Dengan demikian STAIN mempunyai iklim organisasi yang berfungsi sebagai berikut: (1) menentukan peran yang membedakan organisasi yang satu dengan lainnya, (2) menimbulkan dan merangsang perasaan ikut memiliki

22 334 identitas bagi para dosen dan pegawainya, (3) mengutamakan tercapainya tujuan bersama di bandingkan sekedar kesenangan individu, (4) menjaga stabilitas (kemampuan) sosial organisasi.

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan kunci utama sebagai fondasi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan secara harfiah berasal dari kata pimpin. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan

Lebih terperinci

Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah ( Renstra SKPD )

Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah ( Renstra SKPD ) BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah ( Renstra SKPD ) merupakan suatu proses untuk menentukan tindakan pada masa depan tepat melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR. Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu

BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR. Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR A. ASUMSI MODEL Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu konsep. Sebagai pendekatan, model dapat digunakan

Lebih terperinci

G.Tata Pamong (Governance) 1. Struktur dan Suasana Organisasi Secara umum, posisi Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia terlihat pada diagram Struktur

G.Tata Pamong (Governance) 1. Struktur dan Suasana Organisasi Secara umum, posisi Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia terlihat pada diagram Struktur 70 G.Tata Pamong (Governance) 1. Struktur dan Suasana Organisasi Secara umum, posisi Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia terlihat pada diagram Struktur Organisasi Fakultas Bahasa dan Seni UPI (Lampiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan, dan di Indonesia pendidikan merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan, dan di Indonesia pendidikan merupakan salah satu faktor yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak manusia dilahirkan hingga sepanjang hidupnya, manusia tidak lepas dari suatu kebutuhan untuk mendapatkan pendidikan. Dewasa ini, masyarakat sering memandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan tantangan bagi bangsa Indonesia. Tantangan tersebut bukan hanya dalam menghadapi dampak tranformasi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Perencanaan pengembangan kinerja dosen di IAIN Sulthan Thaha

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Perencanaan pengembangan kinerja dosen di IAIN Sulthan Thaha 259 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Perencanaan Pengembangan Kinerja Dosen Perencanaan pengembangan kinerja dosen di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pada prinsipnya telah dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan kunci utama sebagai fondasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutu pendidikan sering diartikan sebagai karakteristik jasa pendidikan yang sesuai dengan kriteria tertentu untuk memenuhi kepuasan pengguna (user) pendidikan,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar

Lebih terperinci

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI)

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI) MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH A. Prawacana DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI) Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan formal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global,

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan menghadapi dua tuntutan yaitu tuntutan dari masyarakat dan tuntutan dunia usaha. Hal yang menjadi tuntutan yaitu tentang

Lebih terperinci

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN BAU BAU

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN BAU BAU KEBIJAKAN AKADEMIK FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN BAU BAU DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i KATA PENGANTAR ii BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB II. ARAH KEBIJAKAN 2 2.1 Kebijakan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 menetapkan

Bab I Pendahuluan. Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 menetapkan Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 menetapkan bahwa setiap lembaga pemerintah

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Sekolah Manajemen pendidikan di tingkat sekolah merupakan suatu sistem yang setiap komponen didalamnya mempunyai kewenangan melaksanakan tugas pokok dan fungsinya untuk

Lebih terperinci

BAB V MODEL ALTERNATIF IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERBASIS KEWILAYAHAN DI KABUPATEN INDRAMAYU

BAB V MODEL ALTERNATIF IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERBASIS KEWILAYAHAN DI KABUPATEN INDRAMAYU 549 BAB V MODEL ALTERNATIF IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERBASIS KEWILAYAHAN DI KABUPATEN INDRAMAYU A. Pengertian Model Model adalah kerangka kerja formal yang mewakili ciri-ciri pokok

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 281 TAHUN 2015 281 TAHUN 2015 TENTANG TATA KELOLA AKADEMI KEPERAWATAN DENGAN STATUS POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PENUH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa komponen yang saling terkait. Adapun komponenkomponen

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa komponen yang saling terkait. Adapun komponenkomponen 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sekolah merupakan sebuah intitusi pendidikan yang di dalamnya terdapat beberapa komponen yang saling terkait. Adapun komponenkomponen tersebut ialah kepala

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh langsung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sistem yang tidak bisa dipisah antara unsur yang satu dengan yang lainnya dan juga tidak bisa dipisahkan dengan sistem-sistem kehidupan

Lebih terperinci

Bab I. Pengantar. tujuan untuk mengetahui hubungan dari budaya kerja terhadap kinerja dosen

Bab I. Pengantar. tujuan untuk mengetahui hubungan dari budaya kerja terhadap kinerja dosen Bab I Pengantar 1.1. Latar Belakang Studi ini bermaksud untuk menjelaskan kondisi kinerja dosen di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu (FKIK Unib). Dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Setelah mengemukakan latar belakang penelitian yang diantaranya memuat rumusan masalah dan ruang lingkup

Lebih terperinci

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019 KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan kegiatan pendidikan yang mempunyai kemampuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan kegiatan pendidikan yang mempunyai kemampuan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam usaha membangun dan mencerdaskan kehidupan bangsa, diperlukan kegiatan pendidikan yang mempunyai kemampuan dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN (AKAFARMA) YAYASAN HARAPAN BANGSA BANDA ACEH TAHUN

RENCANA OPERASIONAL AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN (AKAFARMA) YAYASAN HARAPAN BANGSA BANDA ACEH TAHUN RENCANA OPERASIONAL AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN (AKAFARMA) YAYASAN HARAPAN BANGSA BANDA ACEH TAHUN 2017 2020 Strategi: 1. Peningkatan relevansi melalui peningkatan kemampuan pengetahuan, keahlian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu hampir

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1) kesimpulan, 2) implikasi dan saran hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1) kesimpulan, 2) implikasi dan saran hasil penelitian. BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bagian akhir tesis ini akan diuraikan secara berturut-turut mengenai: 1) kesimpulan, 2) implikasi dan saran hasil penelitian. A. Kesimpulan Berdasarkan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

Bab II Perencanaan Kinerja

Bab II Perencanaan Kinerja Di kantor Bab II Perencanaan Kinerja 2.1. Perencanaan 2.1.1. Rencana Strategis Tahun 2013-2018 Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, perencanaan stratejik merupakan langkah awal yang

Lebih terperinci

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Sesuai dengan tujuan yang dijabarkan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian pada bab satu, dapat disimpulkan beberapa temuan pokok dari penelitian ini. 1. Diagnosis

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA TAHUN

KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA TAHUN KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA TAHUN 2007-2012 Jakarta 2007 DAFTAR ISI Hal Judul i Daftar Isi.. ii Kata Pengantar.. iii Keputusan Senat Unika Atma Jaya... iv A. Pendahuluan

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG TATA KELOLA AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG TATA KELOLA AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KOTA TEGAL SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG TATA KELOLA AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih menjadi. perbincangan para pakar pendidikan dari tingkat daerah sampai dengan pusat,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih menjadi. perbincangan para pakar pendidikan dari tingkat daerah sampai dengan pusat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kualitas pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih menjadi perbincangan para pakar pendidikan dari tingkat daerah sampai dengan pusat, berbagai dimensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah memiliki keunggulan dan berkualitas adalah dambaan bagi guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah. Sebagai kepala sekolah sudah

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1 Kata Pengantar Reformasi birokrasi dilingkungan Kementerian Hukum dan HAM pada hakikatnya adalah perubahan besar dalam paradigma dan tata kelola pemerintahan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang

Lebih terperinci

BADAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

BADAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS NGUDI WALUYO MANUAL SPMI UNIVERSITAS NGUDI WALUYO BADAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS NGUDI WALUYO MANUAL SPMI 1 dari 7 A. TUJUAN DAN MAKSUD MANUAL SPMI Penjaminan mutu Perguruan Tinggi adalah proses penetapan dan pemenuhan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan... 1 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan telah diselesaikannya penyusunan Laporan Pengukuran Indeks Penerapan Nilai Dasar Budaya Kerja Aparatur Negara di STPP Medan periode semester

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Program Pengembangan Karir Widyaiswara. dan dibina oleh kepala lembaga diklat yang bersangkutan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Program Pengembangan Karir Widyaiswara. dan dibina oleh kepala lembaga diklat yang bersangkutan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat dikelompokan kedalam gugus-gugus berikut: 1. Program Pengembangan Karir Widyaiswara Widyaiswara

Lebih terperinci

2015 KONTRIBUSI PENGEMBANGAN TENAGA AD MINISTRASI SEKOLAH TERHAD AP MUTU LAYANAN D I LINGKUNGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SE-KOTA BAND UNG

2015 KONTRIBUSI PENGEMBANGAN TENAGA AD MINISTRASI SEKOLAH TERHAD AP MUTU LAYANAN D I LINGKUNGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SE-KOTA BAND UNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang mampu menghasilkan output yang kompetitif dalam menghadapi persaingan serta sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia

Lebih terperinci

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia I. PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia dapat melakukan peran sebagai pelaksana yang handal dalam proses pembangunan. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tidak akan dapat menjalankan fungsinya sebagai tempat belajar jika tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tidak akan dapat menjalankan fungsinya sebagai tempat belajar jika tidak ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting yang berpengaruh dalam pembangunan nasional. Komponen pendidikan yang berperan dalam upaya meningkatkan mutu

Lebih terperinci

STANDAR DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

STANDAR DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SM SPMI Hal : 1/11 1 Judul STANDAR DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK-SPMI SM 04 SUMEDANG 2016 SM SPMI Hal : 2/11 2 Lembar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan Indonesia jangka panjang yaitu Indonesia yang maju dan mandiri, adil dan demokratis, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era reformasi, pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era reformasi, pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era reformasi, pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja menjadi perhatian utama bagi para pengambil keputusan di pemerintahan. Perubahan perubahan penting dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah tonggak kemajuan bangsa. Menjadi negara yang maju merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Indonesia merupakan salah

Lebih terperinci

BUKU KODE ETIK DAN TATA TERTIB DOSEN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

BUKU KODE ETIK DAN TATA TERTIB DOSEN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO BUKU KODE ETIK DAN TATA TERTIB DOSEN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahnya Buku Kode Etik dan Tata tertib dosen Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan BAB I PENDAHULUHUAN A. Latar Belakang Masalah UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS ABULYATAMA

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS ABULYATAMA KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS ABULYATAMA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH BESAR 2013 Universitas Abulyatama KEBIJAKAN SPMI UNIVERSITAS ABULYATAMA Nomor:../. /..

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu usaha menciptakan manusia yang mampu berinovasi dengan mengembangkan potensi dalam dirinya. Selain itu, pendidikan juga meningkatkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI 1 Lembar Pengesahan 2 Daftar Distribusi 2 Catatan Perubahan 2

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI 1 Lembar Pengesahan 2 Daftar Distribusi 2 Catatan Perubahan 2 Halaman : 1 dari 13 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI 1 Lembar Pengesahan 2 Daftar Distribusi 2 Catatan Perubahan 2 KATA PENGANTAR 3 BAB I PENDAHULUAN 4 BAB II ARAH KEBIJAKAN 5 Umum 5 Pendidikan 5 Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan bangsa. Sejarah menunjukan bahwa kunci keberhasilan pembangunan Negaranegara maju adalah

Lebih terperinci

Sekolah Tinggi Hukum Galunggung Tasikmalaya. Tim Penyusun

Sekolah Tinggi Hukum Galunggung Tasikmalaya. Tim Penyusun Laporan Rencana Strategis Sekolah Tinggi Hukum Galunggung Tasikmalaya Periode 2013 2017 Tim Penyusun Sekolah Tinggi Hukum Galunggung Tasikmalaya 2013 11 Daftar Isi Executive Summary Bab I. Pendahuluan...

Lebih terperinci

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH RIAU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHH RIAU 2011 VISI Menjadikan Universitas Muhammadiyah Riau sebagai lembaga pendidikan tinggi yang bermarwah dan bermartabat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa, dunia usaha dan industri, serta pemerintah karena sudah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa, dunia usaha dan industri, serta pemerintah karena sudah mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja dosen pada kondisi saat ini banyak dikeluhkan masyarakat, baik oleh mahasiswa, dunia usaha dan industri, serta pemerintah karena sudah mengalami penurunan.

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA UNRAM YANG MAJU, RELEVAN DAN BERDAYA SAING

PROGRAM KERJA UNRAM YANG MAJU, RELEVAN DAN BERDAYA SAING PROGRAM KERJA 2017 2021 UNRAM YANG MAJU, RELEVAN DAN BERDAYA SAING 1 landasan pikir ProgramProfYusufAkhyarS2013 2 PRIORITAS NASIONAL RPJP (2005-2025) RPJM 1 (2005-2009) Menata Kembali NKRI, membangun Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya sekolah yang kuat merupakan suatu kekuatan yang dapat menyatukan tujuan, menciptakan motivasi, komitmen dan loyalitas seluruh warga sekolah, serta memberikan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENILAIAN PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TAHUN 2016

PEDOMAN PENILAIAN PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TAHUN 2016 PEDOMAN PENILAIAN PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TAHUN 2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT PEMBINAAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIKDASMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman.

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman. Pendidikan yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sumber daya manusia yang memiliki peran sentral dalam. menentukan output pendidikan. Peran sentral tersebut terkait dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari sumber daya manusia yang memiliki peran sentral dalam. menentukan output pendidikan. Peran sentral tersebut terkait dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam konteks manajemen pendidikan, guru merupakan bagian dari sumber daya manusia yang memiliki peran sentral dalam menentukan output pendidikan. Peran sentral

Lebih terperinci

NAMA :ANDI SUBANDRIYO NIM. :Q

NAMA :ANDI SUBANDRIYO NIM. :Q PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, IKLIM ORGANISASI, DAN TINGKAT PENGHASILAN GURU TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU DI SD SEGUGUS MAJAPAHIT KECAMATAN KARTASURA T E S I S Disusun Oleh: NAMA :ANDI SUBANDRIYO

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DALAM PENGEMBANGAN MUTU PERGURUAN TINGGI

KONTRIBUSI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DALAM PENGEMBANGAN MUTU PERGURUAN TINGGI PRAKTIK BAIK SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DI PERGURUAN TINGGI Manfaat yang diperolah Setelah Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal di Perguruan Tinggi KONTRIBUSI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakekatnya merupakan sebuah proses berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakekatnya merupakan sebuah proses berkesinambungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan sebuah proses berkesinambungan yang seharusnya tidak boleh berhenti dan harus berjalan seiring dengan usia manusia dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah aspek penting dan merupakan ujung tombak dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah aspek penting dan merupakan ujung tombak dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah aspek penting dan merupakan ujung tombak dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia agar supaya mampu bersaing di tengah kompetisi

Lebih terperinci

INFORMASI FAKTOR JABATAN STRUKTURAL

INFORMASI FAKTOR JABATAN STRUKTURAL Contoh Informasi Faktor Jabatan Struktural INFORMASI FAKTOR JABATAN STRUKTURAL Nama Jabatan : Asisten Deputi Kesejahteraan Sumber Daya Manusia Aparatur, Kedeputian Sumber Daya Manusia Aparatur, Kementerian

Lebih terperinci

DALAM PENINGKATAN MUTU

DALAM PENINGKATAN MUTU KEBIJAKAN MAJELIS DIKDASMEN DALAM PENINGKATAN MUTU SEKOLAH DAN MADRASAH Oleh: Sungkowo M Wakil Ketua Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah Disampaikan pada: Rapat Koordinasi Nasional Majelis Lingkungan Hidup

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN

BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN 5.1 Karakteristik Kepemimpinan Pemimpin di Showa Indonesia Manufacturing yang ada menggunakan prinsip keterbukaan terhadap karyawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengusahakan tercapainya pendidikan nasional. Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. mengusahakan tercapainya pendidikan nasional. Sistem Pendidikan Nasional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan

Lebih terperinci

Manual Mutu Pengabdian

Manual Mutu Pengabdian Manual Mutu Pengabdian MM 03 PJM Revisi Tanggal Dikaji Oleh Disetujui Oleh Pusat Jaminan Mutu Disetujui Oleh: Revisi ke 03 Tanggal 01 Juni 2011 KATA PENGANTAR Kehidupan dan perkembangan akademik di Perguruan

Lebih terperinci

BAB II PEMBINAAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA. A. Pengertian Pembinaan dan Konsep Pembinaan

BAB II PEMBINAAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA. A. Pengertian Pembinaan dan Konsep Pembinaan BAB II PEMBINAAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA A. Pengertian Pembinaan dan Konsep Pembinaan Pembinaan adalah suatu proses atau pengembangan yang mencakup urutan urutan pengertian, diawali dengan

Lebih terperinci

Borang Kinerja Jurusan UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2010

Borang Kinerja Jurusan UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2010 Borang Kinerja Jurusan UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2010 Borang Kinerja Jurusan Nama Jurusan : Administrasi Publik Jumlah Program Studi : 3 (Tiga) Daftar Nama Program Studi : 1. Administrasi Negara/Publik

Lebih terperinci

Manual Mutu FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO

Manual Mutu FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO Manual Mutu FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO Revisi : 1 Tanggal : 10 Desember 2010 Dikaji ulang oleh : Pembantu Dekan I Dikendalikan : Gugus Jaminan Mutu FP Disetujui oleh : Dekan FP Kode DAFTAR

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN AGEN PERUBAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN AGEN PERUBAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN AGEN PERUBAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PEMILIHAN KETUA PROGRAM STUDI BERPRESTASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

PEDOMAN UMUM PEMILIHAN KETUA PROGRAM STUDI BERPRESTASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 01/SKA/DITAK/2010 PEDOMAN UMUM PEMILIHAN KETUA PROGRAM STUDI BERPRESTASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT AKADEMIK 2010 2 KATA PENGANTAR Pemilihan Ketua

Lebih terperinci

02/PP/DITDIKTENDIK/2014 PEDOMAN UMUM PEMILIHAN KETUA PROGRAM STUDI BERPRESTASI

02/PP/DITDIKTENDIK/2014 PEDOMAN UMUM PEMILIHAN KETUA PROGRAM STUDI BERPRESTASI 02/PP/DITDIKTENDIK/2014 PEDOMAN UMUM PEMILIHAN KETUA PROGRAM STUDI BERPRESTASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2014

Lebih terperinci

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM MUKADDIMAH Universitas Muhammadiyah Mataram disingkat UM Mataram adalah Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN / INSTANSI. semula bernama Pendidikan Ahli Administrasi Perusahaan USU disingkat dengan

BAB II PROFIL PERUSAHAAN / INSTANSI. semula bernama Pendidikan Ahli Administrasi Perusahaan USU disingkat dengan BAB II PROFIL PERUSAHAAN / INSTANSI 2.1. Sejarah Ringkas Program Diploma III Fakultas Ekonomi semula bernama Pendidikan Ahli Administrasi Perusahaan USU disingkat dengan PAAP-USU. PAAP USU berdiri didasarkan

Lebih terperinci

BAB V MODEL ALTERNATIF IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI ANGGARAN PENDIDIKAN. Model merupakan kerangka kerja formal yang mewakili ciri-ciri pokok

BAB V MODEL ALTERNATIF IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI ANGGARAN PENDIDIKAN. Model merupakan kerangka kerja formal yang mewakili ciri-ciri pokok BAB V MODEL ALTERNATIF IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI ANGGARAN PENDIDIKAN A. Pengertian Model Model merupakan kerangka kerja formal yang mewakili ciri-ciri pokok dari suatu sistem yang kompleks dengan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

STANDAR 1. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN SERTA STRATEGI PENCAPAIAN

STANDAR 1. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN SERTA STRATEGI PENCAPAIAN STANDAR 1. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN SERTA STRATEGI PENCAPAIAN 1.1 Visi, misi, tujuan, dan sasaran serta strategi pencapaian Fakultas/Sekolah Tinggi Visi dan misi Fakultas Politik Pemerintahan dibuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Negara Republik Indonesia dinyatakan bahwa salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu dalam

Lebih terperinci

Lampiran 1 Core Value HIDUP BERKAH LPP Graha Wisata Semarang

Lampiran 1 Core Value HIDUP BERKAH LPP Graha Wisata Semarang Lampiran 1 Core Value HIDUP BERKAH LPP Graha Wisata Semarang 1. High Performance (berkinerja tinggi) Bekerja dan melayani dengan baik saja tidak cukup bagi kami. Kami bekerja dengan predikat yang luar

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN) PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN) NO. 1. Judul Undang-undang tentang Pokok- Pokok kepegawaian

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan akhir manusia dalam menempuh pendidikan biasanya berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan akhir manusia dalam menempuh pendidikan biasanya berkaitan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu cara yang paling umum yang ditempuh manusia dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keahlian yang dimilikinya. Tujuan akhir manusia

Lebih terperinci

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH Kompetensi Kepribadian 1. Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin : Selalu konsisten dalam berfikir, bersikap, berucap, dan berbuat dalam setiap melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dalam penyelenggaraan pendidikan sangat penting. pengelolaan sumber daya manusia dapat berjalan sesuai dengan apa yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dalam penyelenggaraan pendidikan sangat penting. pengelolaan sumber daya manusia dapat berjalan sesuai dengan apa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia sangat penting bagi organisasi/lembaga dalam mengelola, mengatur, dan memanfaatkan pegawai sehingga dapat berfungsi secara produktif untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sarana vital dalam pengembangan Sumber Daya. Manusia, merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sarana vital dalam pengembangan Sumber Daya. Manusia, merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sebagai sarana vital dalam pengembangan Sumber Daya Manusia, merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dalam

Lebih terperinci

Kampus & Sekretariat Pendaftaran. Website :

Kampus & Sekretariat Pendaftaran. Website : Kampus & Sekretariat Pendaftaran Twiter : STIMAIMMI Facebook : stima.immi3 Website : www.stimaimmi.ac.id PEDOMAN OPERASIONAL AUDIT AKADEMIK INTERNAL BADAN PENJAMINAN MUTU AKADEMIK (BPMA) SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Paparan hasil penelitian sebagaimana terdapat dalam bab IV telah memberikan gambaran yang utuh terkait implementasi SMM ISO di UIN Maliki Malang. Berikut disajikan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan terus menjadi topik yang diperbincangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam

Lebih terperinci

1. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara kepemimpinan kepala

1. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara kepemimpinan kepala 108 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut. 1. Terdapat hubungan yang signifikan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA INSPEKTORAT KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

INDIKATOR KINERJA UTAMA INSPEKTORAT KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT INDIKATOR KINERJA UTAMA INSPEKTORAT KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur ke Hadirat Illahi Rabbi, karena hanya dengan limpahan rahmat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang ditandai dengan persaingan yang ketat dalam semua aspek kehidupan, memberi pengaruh terhadap tuntutan akan kualitas sumber daya manusia,

Lebih terperinci