BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Leony Makmur
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Natrium Diklofenak Natrium diklofenak merupakan obat golongan anti inflamatori non steroid (AINS) yang mempunyai daya anti radang terkuat dan efek samping yang kurang kuat dibandingkan dengan obat lainnya (indometasin, piroxicam). Natrium diklofenak adalah bentuk garam natrium dari diklofenak dan merupakan turunan dari fenilasetat. Obat ini sering digunakan untuk segala macam nyeri, juga pada migrain dan encok (Tjay dan Rahardja, 2007). Natrium diklofenak memiliki rumus molekul C 14 H 10 Cl 2 NNaO 2 (Ar = 318,13) dengan rumus struktur seperti pada Gambar 1. Natrium [o-(2,6- dikloroanilino) fenil] asetat adalah nama kimia dari natrium diklofenak. Obat ini berbentuk serbuk hablur putih hingga hampir putih, bersifat higroskopis dan melebur pada suhu 284 O C. Sifat kelarutannya mudah larut dalam metanol, larut dalam etanol, agak sukar larut dalam air dan praktis sukar larut dalam kloroform serta eter (Depkes RI, 2009). Gambar 1. Rumus struktur natrium diklofenak (Anonim, 2007) Natrium diklofenak diabsorbi oleh saluran cerna dengan cepat dan lengkap. Obat ini terikat 99% pada protein plasma dan mengalami efek metabolisme lintas pertama (first-pass) sebesar 40-50%. Walaupun waktu paruh singkat yakni 1-3 jam, diklofenak diakumulasi di cairan sinovial yang menjelaskan efek terapi di sendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat tersebut (Gunawan et al, 2008). Lima metabolit dari natrium diklofenak telah
2 6 diidentifikasi dalam plasma dan urin manusia, dimana kelima metabolit tersebut dimediasi oleh enzim sitokrom P450 (CYP450) seperti CYP2C9, CYP2C8, CYP3A4 dan UGT2B7 (Naisbitt et al, 2007). Proses metabolisme natrium diklofenak dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Metabolisme natrium diklofenak (Naisbitt et al, 2007) Efek analgetik natrium diklofenak dimulai setelah 1 jam. Pemberian secara rektal dan parenteral menghasilkan efek yang lebih cepat, masing-masing setelah 30 dan 15 menit. Penyerapan diklofenak dalam bentuk garam kalium lebih cepat dibandingkan diklofenak dalam bentuk garam natrium. Ekskresi obat ini berlangsung melalui saluran kemih dengan 60% sebagai metabolit dan 20% dalam bentuk tinja melalui empedu (Tjay dan Rahardja, 2007). Natrium diklofenak di pasaran tersedia dalam bentuk tablet salut enterik, emugel, dan salah satunya dalam bentuk diamonium diklofenak (Katzung, 2002). Dosis natrium diklofenak untuk pemberian oral yaitu tiga kali sehari dengan dosis mg, pemberian secara rektal yaitu sehari satu kali dengan dosis mg, sedangkan pemberian melalui intra muskular pada nyeri kolik atau serangan encok dengan dosis 75 mg satu sampai dua kali sehari selama satu sampai tiga hari (Tjay dan Rahardja, 2007).
3 7 Efek samping yang lazim ialah mual, gastritis, eritema kulit, dan sakit kepala sama seperti semua obat AINS. Pemakaian obat ini harus berhati-hati pada pasien tukak lambung. Peningkatan enzim transaminase dapat terjadi pada 15% pasien dan umumnya kembali ke normal (Gunawan et al, 2008). Toksisitas natrium diklofenak menurut Pfizer (2011) menyebutkan bahwa uji pada tikus dengan pemberian oral diklofenak dosis mg/kgbb dapat menyebabkan kematian pada 50% populasi hewan uji. B. Bioanalisis Bioanalisis adalah sub-disiplin kimia analitik yang meliputi pengukuran kualitatif dan kuantitatif obat-obatan serta metabolitnya dalam sistem biologi. Dalam industri farmasi, bioanalisis digunakan untuk menampilkan ukuran kuantitatif dari obat aktif maupun metabolitnya, juga untuk tujuan farmakokinetika, toksikokinetika serta biofarmasetika (Prabu dan Suriyaprakash, 2012). Cairan biologis yang biasa digunakan untuk analisis berupa darah (plasma, serum) dan urine (Munson, 1991). Cairan biologis merupakan matriks yang sangat kompleks yang terdiri dari komponen yang dapat mengganggu proses pemisahan sampel dan analisis. Contoh cairan biologis yang umum dipakai dalam proses analisis obat dalam cairan biologis yaitu darah. Darah berperan dalam distribusi obat ke jaringan tujuan maupun tempat eliminasi. Selain berfungsi sebagai transporter obat, darah juga berperan dalam transporter banyak zat dan nutrisi untuk seluruh tubuh. Akibat fungsi tersebut banyak senyawa endogen dan eksogen pengganggu dalam analisis. Maka preparasi sampel yang baik dan benar menjadi kriteria yang utama (Prabu dan Suriyaprakash, 2012). Darah adalah matriks yang kompleks dari cairan tubuh, dimana darah memiliki volume kurang lebih seperduabelas dari berat badan. Darah terdiri dari 55% bagian cair (plasma, beberapa protein, serta lemak terlarut) dan 45% bagian padat (sel darah merah tersuspensi). Bagian padatan penyusun darah dapat dipisahkan dari plasma dengan sentrifugasi sederhana. Perlakuan ini harus hati-hati mengingat sel darah mudah pecah dan menyulitkan pemisahan
4 8 komponen. Bagian cairan pada darah dapat berupa plasma maupun serum, kedua komponen ini serupa dalam banyak hal kecuali bahwa serum tidak lagi mengandung faktor pembekuan karena sudah digunakan pada proses pembekuan (Chamberlain, 1995). Kehadiran protein dapat menyulitkan pemisahan obat dari plasma, sehingga perlu ada proses ekstraksi atau pra perlakuan terhadap plasma guna menghilangkan protein dari plasma. Ada beberapa prosedur ekstraksi untuk menghilangkan protein di antaranya yaitu: Liquid-Liquid Extraction (LLE), Solid Phase Extraction (SPE), metode pengendap protein, Solid phae microextraction (SPME), Matrix Solid-Phase Dispertion (MSPD), Supercritical fluid extraction, Column switching. Dari berbagai metode ekstraksi tersebut metode denaturasi protein lebih sederhana dan cepat dimana sampel ditambahkan dengan pelarut khusus seperti asam trikloroasetat, asam perkolat, asam tungstat, dan pelarut organik yang berupa metanol dan asetonitril. Penggunaan pelarut-pelarut tersebut akan mengganggu ikatan antara protein dengan plasma. Selanjutnya larutan disentrifugasi dan hasilnya akan terdapat dua lapisan dimana plasma akan berada di lapisan atas, sedangkan protein akan mengendap di bawah (Prabu dan Suriyaprakash, 2012). C. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau biasa juga disebut dengan HPLC (High Performance Liquid Chromatography) merupakan suatu teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan kemurnian sampel pada sejumlah bidang. KCKT adalah metode yang dapat digunakan dengan baik dalam analisa kualitatif maupun kuantitatif dan suatu metode yang tidak destruktif (Gandjar dan Rohman, 2007). KCKT biasanya digunakan dalam menetapkan kadar senyawa-senyawa tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat, dan protein-protein dalam cairan fisiologi; menentukan kadar senyawa-senyawa aktif obat, produk hasil samping proses sintesis, atau produk-produk degradasi dalam sediaan farmasi (Gandjar dan Rohman, 2007). Cara kerja KCKT yaitu berdasarkan
5 9 teknik pemisahan dimana solut terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solut-solut ini melewati suatu kolom kromatografi. Pemisahan ini diatur oleh distribusi solut dalam fase gerak dan fase diam (Gandjar dan Rohman, 2007). Sampel yang akan dianalisis disuntikan secara langsung ke dalam aliran fase gerak yang mengalir di bawah tekanan tinggi menuju kolom. Di dalam kolom terjadi pemisahan dimana solut terpisah oleh perbedaan kepolaran dan kecepatan elusi. Kromatografi cair kinerja tinggi mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan dibanding dengan metode lain. Kelebihan KCKT yaitu: mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran, mudah melaksanakannya, kecepatan analisis dan kepekaan tinggi, dapat dihindari kerusakan bahan yang dianalisis, resolusi yang baik, dapat digunakan bermacam-macam detektor, kolom dapat digunakan kembali serta mudah melakukan rekoveri sampel (Putra, 2007). Kelemahan KCKT yaitu : kolom KCKT bisa tersumbat oleh kotoran sepeti protein sehingga kemurnian sampel harus dijaga. Teknik pemisahan pada KCKT dapat dilakukan dengan dua fase yaitu fase normal dimana fase diam lebih polar dari pada fase gerak, sedangkan fase terbalik yaitu fase diam kurang polar dibanding fase geraknya. Berdasarkan penggunaan fase gerak dan fase diam, KCKT dibagi menjadi beberapa jenis, di antaranya yaitu: kromatografi adsorbsi, kromatografi partisi, kromatografi penukar ion dan kromatografi eksklusi ukuran (Gandjar dan Rohman, 2007). Kromatografi partisi disebut juga dengan kromatografi fase terikat, dimana kromatografi ini berdasarkan partisi zat padat di antara dua pelarut yang tidak dapat bercampur, salah satu pelarut bertindak sebagai fase diam sedangkan pelarut yang lain berupa fase diam (Putra, 2007). Fase diam kromatografi partisi adalah silika yang dimodifikasi secara kimiawi atau fase terikat, modifikasi ini berupa hidrokarbon-hidokarbon nonpolar seperti oktadesilsilana, oktasilana, atau dengan fenil. Sedangkan fase geraknya adalah campuran metanol atau asetonitril dengan air atau dengan larutan dapar. Peranan ph sangat berpengaruh khususnya untuk solut yang bersifat asam lemah atau basa lemah karena jika ph fase gerak tidak diatur maka akan terjadi ionisasi dan
6 10 protonisasi. Terjadinya proses ini menyebabkan ikatan dengan fase diam jadi lebih lemah dan mempercepat elusi dibanding dengan solut yang tidak terionkan (Gandjar dan Rohman, 2007). Komponen-komponen KCKT secara umum dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Komponen Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Settle, 1997) 1. Reservoir Reservoir atau wadah fase gerak merupakan suatu tempat penampung fase gerak yang harus bersih dan bersifat inert. Elusi dapat dilakukan dengan cara isokratik (komposisi fase gerak tetap selama elusi) atau dengan cara bergradien yakni komposisi fase gerak berubah-ubah selama elusi (Gandjar dan Rohman, 2007). 2. Fase Gerak Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur secara keseluruhan dan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen - komponen sampel (Gandjar dan Rohman, 2007). Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam pemilihan fase gerak di antaranya yaitu viskositas, transparansi UV, reaktif indeks, titik didih, kemurnian, inert, tidak menyebabkan korosi, toksisitas, dan harga (Mayer, 2004). 3. Pompa Pompa pada KCKT digunakan sebagai penggerak fase gerak ke dalam kolom. Pompa yang digunakan sebaiknya memberikan tekanan sampai 5000
7 11 psi dan mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan 3 ml/menit. Ada dua tipe pompa yang digunakan yaitu kinerja konstan (constant pressure) dan pemindahan konstan (constant displacement) (Putra, 2007). 4. Injektor Injektor merupakan komponen dari KCKT yang berfungsi untuk memasukan sampel. Pada waktu pengisian sampel, sampel dialirkan melalui keluk sampel dan kelebihannya dirilis ke pembuang. Pada saat penyuntikan, katup diputar sehingga fase gerak mengalir melewati keluk sampel dan menggelontorkan sampel ke kolom (Gandjar dan Rohman, 2007). 5. Kolom Bagian ini merupakan organ vital pada proses KCKT, berhasil atau tidaknya analisis dengan KCKT bergantung pada pemilihan kolom serta kondisi penelitian. Kolom umumnya dibuat dari stainless steel dan biasanya dioperasikan pada temperatur kamar, tetapi bisa juga digunakan temperatur lebih tinggi. Kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu: kolom analitik dan kolom preparatif (Putra, 2007). 6. Detektor Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel di dalam kolom (analisis kualitatif) dan menghitung kadamya (analisis kuantitatif). Detektor yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan (noise) yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi respons untuk semua tipe senyawa. Detektor KCKT yang umum digunakan adalah detektor UV-Vis. Variabel panjang gelombang dapat digunakan untuk mendeteksi banyak senyawa dengan kisaran yang lebih luas (Putra, 2007). 7. Integerator Integerator atau recorder merupakan suatu alat yang berfungsi mengukur sinyal elektronik yang dihasilkan oleh detektor lalu memplotkannya sebagai kromatogram (Gandjar dan Rohman, 2007). Integerator biasanya berupa komputer maupun alat penangkap data yang telah terprogram untuk fungsi tersebut.
8 12 D. Validasi Metode Analisis Validasi metode analisis merupakan suatu tindakan penelitian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004). Ada beberapa parameter validasi metode analisis yang harus dipenuhi agar suatu metode dikatakan valid. Menutrut Harmita (2004) parameter validasi tersebut meliputi : 1. Linearitas Linearitas merupakan kemampuan suatu metode yang memberikan gambaran langsung maupun melalui bantuan perhitungan matematis yang menghasilkan data yang proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Linearitas suatu metode dapta dilihat dari menghitung regresi linear antara hasil pengukuran vs konsentrasi (Harmita, 2004) Data berupa slope (b), intercept (a) dan koefisien korelasi (r) dari perhitungan hasil regresi linear antar hasil yang terukur vs konsentrasi berupa Y=bx+a akan memberikan gambaran tentang linearitas, nilai dari koefisien korelasi (r) merupakan parameter untuk mengetahui hubungan yang linear. Hubungan linear yang ideal dicapai jika nilai b = 0 dan r = +1 atau -1 bergantung pada arah garis. Sedangkan nilai a menunjukan kepekaan analisis terutama instrumen yang digunakan. 2. Batas deteksi dan batas kuantitasi Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit yang masih memberikan respon yang signifikan dibanding dengan blanko. Batas deteksi digunakan sebagai batas uji batas pada suatu penelitian. Sedangkan batas kuantitasi adalah kuantitas terkecil analit yang masih dapat memberikan hasil yang cermat dan seksama. Perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dilihat pada persamaan 1 (Harmita, 2004). (1) Keterangan : Q = LOD (batas deteksi) atau LOQ (batas kuantitasi)
9 13 K = 3 untuk batas deteksi dan 10 untuk batas kuantitasi Sb = simpangan baku respon analitik blanko (simpangan baku residual Sy/x) SI = arah garis linear (kepekaan arah) dari kurva antara respon terhadap konsentrasi yaitu slope (b pada persamaan garis y=bx+a) 3. Keseksamaan (presisi) Keseksamaan merupakan ukuran yang menunjukan kedekatan hasil uji individu dengan metode pengukuran yang dilakukan secara berulang-ulang pada sampel yang homogen. Keseksamaan dapat dinyatakan sebagai keterulangan (repeatiblity) atau ketertiruan (reproducibility). Keterulangan didefinisikan sebagai keseksamaan metode yang dilakukan oleh individu yang sama secara berulang pada kondisi yang sama serta dalam interval waktu yang pendek. Sedangkan ketertiruan didefinisikan sebagai keseksamaan metode jika dilakukan pada kondisi yang berbeda. Kriteria seksama diberikan jika metode memberikan simpang baku relatif atau koefisien variasi 2% atau kurang (Harmita, 2004). Kriteria ini sangat fleksibel tergantung pada konsentrasi analit yang diperiksa, jumlah sampel dan kondisi laboratorium. Ditemukan bahwa koefisien variasi meningkat seiring dengan menurunnya konsentrasi analit. Pada kadar 1% atau lebih, standar deviasi relatif antara laboratorium adalah 2,5% ada pada satu per seribu adalah 5%. Pada kadar satu per sejuta (ppm) nilai RSD adalah 16% dan pada kadar part per bilion (ppb) adalah 32%. Pada metode yang kritis secara umum diterima bahwa RSD harus lebih dari 2% (Harmita, 2004). Penentuan presisi dapat dilihat pada perhitungan Persamaan 2, 3, dan Persamaan 4. SD = (2) KV = x 100% (3) Ketelitian alat = 100% - RSD (4)
10 14 4. Kecermatan (accuracy) Kecermatan didefinisikan sebagai ukuran yang menunjukan drajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kemabali (rekovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan hasil analisis sangat tergantung pada sebaran kesalahan sistemik di dalam keseluruhan tahapan analisis. Oleh karena itu untuk mencapai kecermatan yang tinggi hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi kesalahan sistemik tersebut seperti menggunakan peralatan yang telah dikalibrasi, menggunakan pereaksi yang dan pelarut yang baik, pengontrolan suhu dan pelaksanaan yang cermat, taat sesuai prosedur (Harmita, 2004). Perhitungan persen perolehan kembali dapat dilihat pada perhitungan Persamaan (5) Nilai rata-rata perolehan kembali (recovery) analit antara %(Gandjar & Rohman, 2007). E. Penelitian Terdahulu Analisis Natrium Diklofenak dengan Metode KCKT Berkembangnya metode KCKT memberikan kemajuan pada analisa obat baik dalam formulasi maupun dalam cairan biologis. Berikut beberapa metode KCKT dalam analisa natrium diklofenak. Pada monograf suplemen 1 Farmakope Indonesia, (2009) analisa tablet natrium diklofenak lepas lambat menggunakan kolom L7(end-capped) 4,6 mm x 25 cm, fase gerak metanol : dapar fosfat ph 2,5 (70:30) laju alir 1 ml/menit pada panjang gelombang 254 nm menghasilkan waktu retensi relatif 1,0 menit. Penggunaan fase gerak dengan ph 2,5 cukup riskan bila digunakan pada kolom oktadesil yang memiliki batas ph 2,5-8,5 (Watson, 2005). Penelitian Kasperek (2008) yang menganalisa diklofenak dan papaverin hidrokloriden dalam tablet menggunakan metode KCKT, kolom zorbax SB C18, fase gerak metanol: air (60:40), laju alir 1 ml/menit dan detektor UV 278
11 15 nm menghasilkan grafik kromatogram yang baik. Kromatrogram diklofenak muncul pada menit ke 2,73 menit, walaupun hasil kromatogramnya bagus namun metode ini cukup riskan mengingat tidak menggunakan larutan dapar sehingga memungkinkan ketidakstabilan fase gerak. Penelitian ini hanya menggambarkan diklofenak dalam formulasi sehingga tidak dapat menunjukan data diklofenak dalam cairan biologis. Penelitian Iersa (2012) yang menganalisa natrium diklofenak dan vitamin C dengan hewan uji kelinci menggunakan metode KCKT. Metode ini menggunakan kolom C18 (250 mm x 4,60 mm), detektor UV-vis dan fase gerak berupa metanol : dapar asetat (85:15) dengan laju alir 1 ml/menit. Dalam preparasi sampel biologis, darah sebanyak 1 ml ditampung dalam wadah yang berisi 2 tetes heparin kemudian ditambahkan TCA 20% sebanyak 1mL untuk mendapatkan plasma. Hasil kromatogram yang didapat menggambarkan bahwa natrium diklofenak muncul pada waktu retensi 4,5 menit dan senyawa endogen plasma muncul pada menit ke 3. Penelitian Muntean et al (2011) menganalisa profil farmakokinetika natrium diklofenak dalam plasma manusia menggunakan metode KCKT kolom gemini NX-C18 (50 mm x 2,0mm) 3 µm, detektor berupa spektro massa dan fase gerak campuran dari asam asetat 0,2% : asetonitril (47:53) dengan laju alir 0,6 ml/menit. Preparasi sampel darah dengan cara 0,2 ml plasma ditambah dengan 0,6 ml metanol yang kemudian diultrasentrifugasi dengan kecepatan rpm. Keunggulan metode Muntean et al (2011) yaitu dalam jumlah plasma yang digunakan yaitu hanya sebesar 0,2 ml sangat cocok untuk analisa obat dalam cairan biologis dengan hewan uji seperti tikus yang volume darah total sedikit.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Optimasi Sistem KCKT Sistem KCKT yang digunakan untuk analisis senyawa siklamat adalah sebagai berikut: Fase diam : C 18 Fase gerak : dapar fosfat ph
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut USP (2007), sifat fisikokimia cefadroxil adalah sebagai berikut:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cefadroxil 2.1.1 Sifat fisikokimia Menurut USP (2007), sifat fisikokimia cefadroxil adalah sebagai berikut: Rumus struktur : Gambar 1 Struktur cefadroxil Nama Kimia : 5-thia-1-azabicyclo[4.2.0]oct-2-ene-1-carbocylic
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pencarian kondisi analisis optimum levofloksasin a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT Pada penelitian ini digunakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obat Spesialite Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati, mendiagnosis penyakit atau gangguan, atau menimbulkan suatu kondisi tertentu (Anonim,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Meka et al (2014) dalam penelitiannya melakukan validasi metode KCKT untuk estimasi metformin HCl dan propranolol HCl dalam plasma dengan detektor PDA (Photo
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Preparasi sampel Daging bebek yang direbus dengan parasetamol dihaluskan menggunakan blender dan ditimbang sebanyak 10 g kemudian dipreparasi dengan menambahkan asam trikloroasetat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ibuprofen 2.1.1 Sifat Fisikokimia Menurut Ditjen POM (1995), sifat fisikokimia dari Ibuprofen adalah sebagai berikut : Rumus Struktur : Gambar 1. Struktur Ibuprofen Nama Kimia
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam Ditimbang 10,90 mg fenobarbital dan 10,90 mg diazepam, kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alprazolam 2.1.1 Sifat fisikokimia Rumus struktur : Gambar 1 Struktur Alprazolam Nama Kimia Rumus Molekul :8-Kloro-1-metil-6-fenil-4H-s-triazolo[4,3-α] [1,4] benzodiazepina
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, pengambilan lima sampel yang dilakukan dengan cara memilih madu impor berasal Jerman, Austria, China, Australia, dan Swiss yang dijual
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan panjang gelombang maksimum ini digunakan untuk mengetahui pada serapan berapa zat yang dibaca oleh spektrofotometer UV secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghambat enzim HMG-CoA reduktase. HMG-CoA merupakan pembentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simvastatin merupakan obat antihiperlidemia yang bekerja dengan cara menghambat enzim HMG-CoA reduktase. HMG-CoA merupakan pembentuk kolesterol dengan bantuan katalis
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium
30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian validasi metode dan penentuan cemaran melamin dalam susu formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen. BKAK (2014), sifat fisikokimia pirasetam adalah : Gambar 2.1 Struktur Pirasetam. : 2-Oxopirolidin 1-Asetamida
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pirasetam 2.1.1 Uraian Bahan Menurut Ditjen. BKAK (2014), sifat fisikokimia pirasetam adalah : Gambar 2.1 Struktur Pirasetam Nama Kimia : 2-Oxopirolidin 1-Asetamida Rumus Molekul
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengkompromikan daya pisah kromatografi, beban cuplikan, dan waktu analisis
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Analisis secara kromatografi yang berhasil baik berkaitan dengan mengkompromikan daya pisah kromatografi, beban cuplikan, dan waktu analisis atau kecepatan seperti digambarkan dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu Rote dan Sonavane, 2013 tentang pengembangan metode dan validasi penentuan metoprolol tartrat
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sistem kromatografi yang digunakan merupakan kromatografi fasa balik, yaitu polaritas fasa gerak lebih polar daripada fasa diam, dengan kolom C-18 (n-oktadesil silan)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apabila kita lihat pengertian aslinya, sebenarnya apotek berasal dari bahasa Yunani apotheca, yang secara harfiah berarti penyimpanan. Dalam bahasa Belanda, apotek disebut
Lebih terperinciBAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang
BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA A. ALAT Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang dilengkapi dengan detektor UV-Vis (SPD-10A VP, Shimadzu), kolom Kromasil LC-18 dengan dimensi kolom
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Generik (Unbranded Drug) adalah obat dengan nama generik, nama
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obat Nama Generik 2.1.1. Pengertian Obat Generik Obat Generik (Unbranded Drug) adalah obat dengan nama generik, nama resmi yang telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sediaan pemutih wajah. Hal ini dikarenakan efektivitas kerja dari hidrokuinon
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidrokuinon merupakan zat aktif yang paling banyak digunakan dalam sediaan pemutih wajah. Hal ini dikarenakan efektivitas kerja dari hidrokuinon yaitu dapat
Lebih terperinciHigh Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah
High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah HPLC Merupakan teknik pemisahan senyawa dengan cara melewatkan senyawa melalui fase diam (stationary phase) Senyawa dalam kolom tersebut akan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan kadar Aspartam ini dilakukan menggunakan alat KCKT, dengan sistem kromatografi fasa terbalik, yaitu polarisitas fasa gerak lebih polar daripada fasa diam dengan kolom
Lebih terperinciBAB I TINJAUAN PUSTAKA
BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Obat Tradisional Menurut peraturan menteri kesehatan nomor 007 tahun 2012 obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
Lebih terperinciHigh Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah
High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah HPLC Merupakan teknik pemisahan senyawa dengan cara melewatkan senyawa melalui fase diam (stationary phase) Senyawa dalam kolom tersebut akan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Validasi merupakan proses penilaian terhadap parameter analitik tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa metode tersebut memenuhi syarat sesuai
Lebih terperinciAnalisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008
4 3 5 1 2 6 Gambar 3. Alat kromatografi cair kinerja tinggi Keterangan : 1. Pompa LC-10AD (Shimadzu) 2. Injektor Rheodyne 3. Kolom Kromasil TM LC-18 25 cm x 4,6 mm 4. Detektor SPD-10 (Shimadzu) 5. Komputer
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. A (retinol) atau disebut juga tretinoin. Bahan ini sering dipakai pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asam retinoat adalah bentuk asam dan bentuk aktif dari vitamin A (retinol) atau disebut juga tretinoin. Bahan ini sering dipakai pada preparat kulit terutama
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Sifat Fisikokimia Sifat fisikokimia menurut Ditjen POM (1995) adalah sebagai berikut :
BAB II TIJAUA PUSTAKA 2.1 Uraian Umum 2.1.1 Simetidin 2.1.1.1 Sifat Fisikokimia Sifat fisikokimia menurut Ditjen POM (1995) adalah sebagai berikut : Rumus struktur H 3 C H CH 2 S H 2 C C H 2 H C C H CH
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Optimasi esterifikasi DHA Dilakukan dua metode esterifikasi DHA yakni prosedur Lepage dan Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir DHA
Lebih terperinciHigh Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah
High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah HPLC Merupakan teknik pemisahan senyawa dengan cara melewatkan senyawa melalui fase diam (stationary phase) Senyawa dalam kolom tersebut akan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meringankan gejala batuk dan pilek, penyakit yang seluruh orang pernah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kombinasi CTM dan GG sering digunakan sebagai zat aktif untuk meringankan gejala batuk dan pilek, penyakit yang seluruh orang pernah mengalaminya (Hardman dkk.,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Siklamat 1. Karakteristik Fisika Kimia Rumus struktur : Rumus molekul : C 6 H 12 NNaO 3 S Nama kimia : Sodium N-Cyclohexylsulfamate Berat molekul : 201,2 g/mol Pemerian Kelarutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai infeksi virus pada manusia disebabkan oleh virus herpes. Infeksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai infeksi virus pada manusia disebabkan oleh virus herpes. Infeksi dari virus herpes dapat disembuhkan oleh salep asiklovir. Salep asiklovir merupakan derivat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk tabung pipih atau siskuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau siskuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM HPLC : ANALISA TABLET VITAMIN C
LAPORAN PRAKTIKUM HPLC : ANALISA TABLET VITAMIN C Nama : Juwita (127008003) Rika Nailuvar Sinaga (127008004) Hari / Tanggal Praktikum : Kamis / 19 Desember 2012 Waktu Praktikum : 12.00 15.00 WIB Tujuan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi pada bulan Februari sampai Mei tahun 2012. 3.2 Alat-alat Alat alat yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis DHA Kondisi analisis optimum kromatografi gas terpilih adalah dengan pemrograman suhu dengan suhu awal
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu produk kosmetik yang banyak menggunakan bahan pengawet sebagai bahan tambahan adalah hand body lotion. Metode analisis yang sensitif dan akurat diperlukan untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit kronis pada homeostasis glukosa yang ditandai dengan beberapa hal yaitu, meningkatnya kadar gula darah, kelainan kerja insulin,
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengumpulan Sampel Pengumpulan sampel ini dilakukan berdasarkan ketidaklengkapannya informasi atau keterangan yang seharusnya dicantumkan pada etiket wadah dan atau pembungkus.
Lebih terperinciValidasi metode merupakan proses yang dilakukan
TEKNIK VALIDASI METODE ANALISIS KADAR KETOPROFEN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Erina Oktavia 1 Validasi metode merupakan proses yang dilakukan melalui penelitian laboratorium untuk membuktikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kembali pada awal tahun 1920-an. Pada tahun 1995-an, metode kromatografi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis senyawa obat baik dalam bahan ruahan (bulk), dalam sediaan farmasi, maupun dalam cairan biologis dengan metode kromatografi dapat dilihat kembali pada awal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini akan memaparkan penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti. Penelitian terdahulu tentang analisis
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
12 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian eksperimental sederhana (posttest only control group
Lebih terperinciBAB I TINJAUAN PUSTAKA
BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Obat Tradisional Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.Preparasi Sampel Larutan standar dibuat dengan melarutkan standar tetrasiklin sebanyak 10 mg dalam metanol 100 ml dari larutan standar tersebut lalu dibuat larutan baku dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Bahan 2.1.1. Sifat Fisika dan Kimia Omeprazole Rumus struktur : Nama Kimia : 5-metoksi-{[(4-metoksi-3,5-dimetil-2- piridinil)metil]sulfinil]}1h-benzimidazol Rumus Molekul
Lebih terperinciVALIDASI METODE ANALISIS TABLET LOSARTAN MERK B YANG DITAMBAH PLASMA MANUSIA DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK
VALIDASI METODE ANALISIS TABLET LOSARTAN MERK B YANG DITAMBAH PLASMA MANUSIA DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK Ika Yuni Astuti *, Wiranti Sri Rahayu, Dian Pratiwi Fakultas Farmasi Universitas
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi,
BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. B. BAHAN Levofloksasin
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kloramfenikol 2.1.1 Sifat Fisikokimia Rumus struktur : OH H O 2 N C C CH 2 OH H NHCOCHCl 2 Nama Kimia : D-treo-(-)-2,2-Dikloro-N-[β-hidroksi-α-(hidroksimetil)-p- nitrofenetil]asetamida
Lebih terperinciRINGKASAN. Kata kunci : Optimasi; Fase Gerak; Campuran dalam Sirup; HPLC
Hasnah Lidiawati. 062112706. 2015. Optimasi Fase Gerak pada penetapan kadar campuran dextromethorphane HBr dan diphenhydramine HCl dalam sirup dengan metode HPLC. Dibimbing Oleh Drs. Husain Nashrianto,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan alat KCKT. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat KCKT. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biofarmasi dan di Laboratorium
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKAA Sifat. Fisikokimia. berikut: Rumus struktur : Nama Kimia. Rumus Molekul. : C 6 H 12 NNaO. Berat Molekul.
BABB II TINJAUAN PUSTAKAA 2.1 Natrium Siklamat 2.1.1 Sifat Fisikokimia Menurut Windholz, dkk. (1983), sifat fisikokimia natrium siklamat sebagai berikut: Rumus struktur : Nama Kimia Rumus Molekul Berat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan cairan tubuh manusia yaitu plasma secara in vitro. 3.2 Subyek Penelitian Subyek penelitian
Lebih terperinciSIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY
9 SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY Penetapan secara Simultan Campuran Parasetamol dan Ibuprofen dengan Kromatografi Cair Kinerja
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metformin Hidroklorida Tablet Metformin Hidroklorida sistem lepas lambat mengandung NLT 90% dan NMT 110% dari jumlah Metformin Hidroklorida berlabel (The United States Pharmacopeial
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Krim Krim didefinisikan sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat baik bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air. Krim biasanya digunakan sebagai emolien atau pemakaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang paling sering terjadi dan merupakan penyebab utama stroke, faktor resiko utama arteri koroner, serta kontributor
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu produk kosmetik yang banyak menggunakan bahan pengawet sebagai bahan tambahan adalah krim wajah. Metode analisis yang sensitif dan akurat diperlukan untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB III METODE PERCOBAAN
BAB III METODE PERCOBAAN 3.1. Tempat dan Waktu Percobaan Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Instrument PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan Jalan Raya Tanjung Morawa Km. 9 pada bulan Februari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nistatin sebagai obat antijamur poliena secara alami berasal dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nistatin sebagai obat antijamur poliena secara alami berasal dari Streptomyces noursei yang digunakan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh candida,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri merupakan perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman. Pada umumnya nyeri berkaitan dengan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Simvastatin 2.1.1 Uraian Bahan Menurut Moffat, et al., (2004), sifat fisiko kimia simvastatin adalah sebagai berikut: Rumus struktur: Gambar 1. Struktur Simvastatin Rumus Molekul
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juli 2011, bertempat di Laboratorium Pangan Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Badan POM RI,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan analisis obat semakin dikenal secara luas dan bahkan mulai
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kegiatan analisis obat semakin dikenal secara luas dan bahkan mulai dilakukan secara rutin dengan metode yang sistematis. Hal ini juga didukung oleh perkembangan yang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Trichomoniasis vaginalis, Amoebiasi dan Giardasis. Metronidazol bekerja efektif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Metronidazol (2-Metil-5-nitroimidazol-1-etanol) atau turunan nitroimidazol merupakan salah satu obat yang efektif untuk mengatasi bakteri Trichomoniasis vaginalis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigitan serangga dan eksim scabies (Anonim, 2008). Fluosinolon asetonid
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kortikosteroid topikal digunakan untuk mengobati radang kulit yang bukan disebabkan oleh infeksi, khususnya penyakit eksim, dermatitis kontak, gigitan serangga dan eksim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai obat influenza. PCT merupakan analgesik-antipiretik, dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kombinasi parasetamol (PCT) dan klorfeniramin maleat (CTM) sering digunakan sebagai obat influenza. PCT merupakan analgesik-antipiretik, dalam pemakaiannya secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Betametason (Bm) dan Deksklorfeniramin Maleat (Dk) adalah kombinasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Betametason (Bm) dan Deksklorfeniramin Maleat (Dk) adalah kombinasi yang sering digunakan dalam bentuk sediaan tablet maupun sirup dalam berbagai merek dagang. Kombinasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Pengembangan Metode Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun hanya salah satu tahapan saja. Pengembangan metode dilakukan karena metode
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU
BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU pada bulan Februari 2012 April 2012. 2.2 Alat dan Bahan 2.2.1 Alat-alat Alat-alat
Lebih terperinciGambar 1. Alat kromatografi gas
68 A B Gambar 1. Alat kromatografi gas Keterangan: A. Unit utama B. Sistem kontrol 69 Gambar 2. Kromatogram larutan standar DHA 1552,5 µg/g Kondisi: Kolom kapiler VB-wax (60 m x 0,32 mm x 0,25 µm), fase
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini telah dilakukan pengembangan dan validasi metode analisis untuk penetapan kadar vitamin A dalam minyak goreng sawit secara KCKT menggunakan kolom C 18 dengan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Perhitungan Kadar Kadar residu antibiotik golongan tetrasiklin dihitung dengan rumus:
8 Kolom : Bondapak C18 Varian 150 4,6 mm Sistem : Fase Terbalik Fase Gerak : Asam oksalat 0.0025 M - asetonitril (4:1, v/v) Laju Alir : 1 ml/menit Detektor : Berkas fotodioda 355 nm dan 368 nm Atenuasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Moffat, dkk., (2004), uraian tentang tramadol adalah sebagai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tramadol HCl berikut: Menurut Moffat, dkk., (2004), uraian tentang tramadol adalah sebagai Gambar 1. Struktur Tramadol HCl Tramadol HCl dengan rumus molekul C 16 H 25 N 2, HCl
Lebih terperinciPengembangan Metode Analisis Parasetamol dalam Daging Bebek Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN 2460-6472 Pengembangan Metode Analisis Parasetamol dalam Daging Bebek Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi 1 Intan Permata Sekar Arum, 2 Diar Herawati
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Bhavar (2008), melaporkan metode High Performance Thin Layer Chromatography (HPTLC) telah dikembangkan untuk determinasi propranolol hidroklorid dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus merupakan suatu sindrom terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian tentang Metoprolol Gambar 1: Struktur molekul metoprolol Metoprolol merupakan obat selective β-1-adrenoreceptor antagonist yang digunakan pada pengobatan penyakit kardiovaskular
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di
30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan
Lebih terperinciPHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami*
PENETAPAN KADAR KLORAMFENIKOL DALAM TETES MATA PADA SEDIAAN GENERIK DAN MERK DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami* Fakultas Farmasi Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHUUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHUUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit utama di Indonesia karena prevalensinya cukup tinggi, yaitu 25,8% untuk usia 18 tahun (Riset Kesehatan Dasar, 2013), meskipun
Lebih terperinciVALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI
VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI Oleh: DENNY TIRTA LENGGANA K100060020 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembentukan Senyawa Indotimol Biru Reaksi pembentukan senyawa indotimol biru ini, pertama kali dijelaskan oleh Berthelot pada 1859, sudah sangat lazim digunakan untuk penentuan
Lebih terperinciKROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.
KROMATOGRAFI Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Tujuan Pembelajaran 1. Mahasiswa memahami pengertian dari kromatografi dan prinsip kerjanya 2. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis kromatografi dan pemanfaatannya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisis Universitas Muhammadiyah Purwokerto selama 4 bulan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walaupun nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jamu Obat tradisional menurut peraturan perundang-undangan dibidang obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Ditjen POM RI, 1995).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin tetapi dapat juga terbuat dari
Lebih terperinciPENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KADAR VALSARTAN DALAM PLASMA DARAH MANUSIA SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI
PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KADAR VALSARTAN DALAM PLASMA DARAH MANUSIA SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI HENDRIANTO 2443012018 PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
Lebih terperinciKromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography)
Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography) Kromatografi DEFINISI Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011, pengambilan sampel dilakukan di Sungai Way Kuala Bandar Lampung,
Lebih terperinciVALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI
VALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Jenis Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen (experiment research) (Notoatmodjo, 2002).
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Semua orang selalu menginginkan kehidupan yang dijalani adalah kehidupan
PENDAHULUAN Semua orang selalu menginginkan kehidupan yang dijalani adalah kehidupan yang sehat, yang dicerminkan oleh lingkungan yang sehat. Oleh karenanya menjaga lingkungan sehat sudah menjadi kewajiban
Lebih terperinci