Bab 1. Pendahuluan. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Sekarang ini, Indonesia sedang

Transkripsi

1 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Sekarang ini, Indonesia sedang mengusung program pembangunan yang besar. Pembangunan yang besar itu dinamakan pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan serta sifatnya untuk memperbaiki. Tujuan dari pembangunan nasional adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik yang bersifat material maupun spiritual. Untuk itu, pemerintah harus berusaha meningkatkan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional. Untuk menjalankan kegiatan pembangunan tersebut diperlukan pembiayaan yang tidak sedikit. Salah satu pemasukan negara untuk pembiayaan tersebut adalah dengan pajak. Pajak merupakan salah satu dari penerimaan yang diterima oleh negara, disamping pendapatan migas dan non-migas. Menurut Nota Keuangan dan RAPBN 2015, pendapatan dari sektor pajak memiliki andil sebesar 76,20% atau sebesar Rp dari total pendapatan negara dan hibah yaitu sebesar Rp Oleh karena andil dari pajak yang begitu besar, pajak juga merupakan penerimaan pemerintah yang paling sentral. Pemerintah perlu berupaya untuk meningkatkan penerimaan melalui pajak tersebut. Langkah-langkah seperti intensifikasi dan ekstensifikasi perlu digalakkan oleh pemerintah, sehingga penerimaan dari sektor pajak dapat dimaksimalkan. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya agar pajak dapat ditarik dengan optimal melalui penyempurnaan atas pelaksanaan sistem perpajakan yang memperhatikan asas keadilan, yuridis, ekonomi, dan finansial. Pajak bersifat dinamis mengikuti kehidupan sosial dan ekonomi masyarakatnya. Peningkatan penerimaan pajak, adanya

2 perbaikan-perbaikan dari segala sistem administrasi, serta kebijakan perpajakan agar basis pajak dapat semakin diperluas, sehingga potensi penerimaan pajak dapat diterima dengan optimal. Untuk menciptakan pembangunan nasional yang merata bagi seluruh wilayah Indonesia, maka pemerintah pusat memberlakukan kebijakan otonomi daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan adanya otonomi daerah, pembiayaan tidak hanya berasal dari pusat saja tetapi juga berasal dari daerahnya sendiri. Otonomi daerah mengharuskan pemerintah daerahnya untuk mengurus daerahnya sendiri dalam rangka memaksimalkan potensi sumber daya yang dimiliki oleh daerahnya. Ada berbagai macam alternatif sumber pendapatan daerah, namun dari berbagai dan alternatif tersebut salah satu upaya yang ditempuh pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah dengan menetapkan pajak daerah dan retribusi daerah. Tujuan otonomi daerah dibedakan dari 2 sisi kepentingan yaitu kepentingan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam kepentingan pemerintah pusat tujuan utamanya adalah pendidikan, politik, pelatihan kepemimpinan, mencipatakan stabilitas politik dan mewujudkan demokrasi sistem pemerintahan daerah. Sementara bila dilihat dari sisi kepentingan pemerintah daerah terdapat tiga tujuan: 1. Sebagai political educational, artinya melalui otonomi daerah diharapkan akan lebih memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas politik ditingkat lokal atau daerah.

3 2. Untuk menciptakan local accountability, artinya dengan otonomi daerah akan meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam memperhatikan hak-hak masyarakat. 3. Untuk mewujudkan local responsive, artinya dengan otonomi daerah diharapkan akan mempermudah antisipasi terhadap masalah yang muncul dan meningkatkan akselerasi pembangunan sosial dan ekonomi daerah. Berdasarkan berbagai sumber pendapatan daerah tersebut, diharapkan bahwa pemerintah daerah dapat mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dimilikinya. Kota Bontang sebagai salah satu kota yang berada di Provinsi Kalimantan Timur membutuhkan sumber potensi yag besar dalam membangun kota. Mengingat usia kota Bontang yang masih berusia 16 tahun, maka kota ini masih butuh banyak potensi-potensi daerah agar pembangunan di Kota Bontang dapat berjalan dengan baik. Kota Bontang adalah kota yang terletak di Provinsi Kalimantan Timur. Kota ini terletak sekitar 120 kilometer dari Kota Samarinda, yang mempunyai batasan langsung dengan Kabupaten Kutai Timur di utara dan barat, Kabupaten Kutai Kartanegara di selatan dan Selat Makassar di timur. Selain menjadi daerah industri, Kota Bontang yang dekat dengan laut menjadikan Kota Bontang sebagai pusat pariwisata pesisir, serta diharapkan dapat menjadi potensi yang besar terhadap PAD Kota Bontang, khususnya pada bidang jasa sebagai pelengkap dari nilai pariwisata itu sendiri. Dana pembangunan diusahakan oleh pemerintah daerah dan bersumber dari penerimaan pemerintah daerah Kota Bontang sendiri. Sumber pembiayaan kebutuhan pemerintah biasa dikenal dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berasal dari pengolahan sumber daya yang dimiliki daerah disamping penerimaan dari pemerintah propinsi, pemerintah pusat, serta penerimaan daerah lainnya. Sejalan dengan upaya untuk mengingkatkan serta menggali sumber-

4 sumber penerimaan daerah, maka pemerintah daerah Kota Bontang berusaha secara aktif untuk meningkatkan serta menggali sumber-sumber penerimaan daerah terutama penerimaan yang berasal dari daerah sendiri. Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat dalam pembiayaan pembangunan daerah mengingat bahwa Kota Bontang masih bergantung pada dana perimbangan dari pusat. Tabel 1.1 Ringkasan Anggaran Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Satuan Kerja Perangkat Daerah Kode Rekening Uraian Jumlah (Rp) 4 Pendapatan Asli Daerah , Pendapatan Daerah , Hasil Pajak Daerah , Hasil Retribusi Daerah , Lain-lain PAD yang sah ,00 Sumber: Rencana Kerja Dan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah Bontang 2015 Pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa pendapatan asli daerah yang berasal dari pajak daerah merupakan pendapatan yang paling besar. Pajak daerah merupakan salah satu pendapatan yang potensial dalam rangka mendukung penyelenggaraan pemerintah daerah, terutama terkait dengan pelaksanaan otonomi daerah, oleh karena itu sumbangan pajak daerah cukup berperan terhadap PAD yang salah satu jenis pajak daerah tersebut adalah Pajak Hotel dan Pajak Restoran. Pajak hotel dan pajak restoran merupakan dua potensi penting dalam unsur pendapatan asli daerah. Karena Kota Bontang merupakan kota pariwisata yang sedang berkembang,

5 sehingga pajak hotel dan pajak restoran seharusnya merupakan tonggak pendapatan asli daerah di sektor pajak karena juga merupakan penunjang dari kegiatan pariwisata. Berikut merupakan hasil pendapatan pajak daerah di Kota Bontang. Tabel 1.2. Hasil Pajak Daerah Pemerintah Kota Bontang Tahun Anggaran 2015 Nama Rekening Anggaran (Rp) 2015 Realisasi (Rp) 2015 % Realisasi (Rp) 2014 Pajak Hotel , ,50 94, ,70 Pajak Restoran , ,20 144, ,50 Sumber: Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Bontang Tahun 2015 Tabel 1.2. menunjukkan bahwa penerimaan pajak hotel dan restoran pada Pemerintah Daerah Kota Bontang tahun 2015 hampir sepenuhnya terealisasi. Selain itu, untuk meningkatkan kepatuhan perpajakan pemilik hotel dan restoran di Kota Bontang, pemerintah Kota Bontang memberikan 450 penghargaan kepada wajib pajak pribadi dan 11 penghargaan kepada usaha hotel dan restoran yang dinilai telah taat terhadap pembayaran pajak daerah. Menurut Adi Darma selaku walikota Kota Bontang, penghargaan wajib pajak teladan ini sebagai bentuk apresiasi Pemerintah Kota Bontang kepada pengusaha restoran, hotel, hingga tempat hiburan di Kota Bontang yang selama ini telah taat dalam membayar pajak. Dengan penghargaan yang diberikan oleh walikota, diharapkan penghargaan tersebut dapat memotivasi restoran dan hotel yang lainnya untuk taat dalam membayarkan pajak daerahnya (Kusdiantoro, kaltim.antaranews.com, 2015). Dalam penelitian ini, peneliti ingin mencoba untuk meneliti faktor-faktor apa yang menyebabkan kepatuhan perpajakan pemilik hotel dan restoran di Kota Bontang. Namun, adanya upaya pendidikan dan penyuluhan masyarakat dalam pembayaran pajak, tidak akan berarti banyak apabila masyarakat tidak merasakan manfaat untuk membayar pajak

6 dan justru mencurigai adanya penggelapan pajak oleh oknum tidak bertanggung jawab. Temuan empiris yang dilakukan oleh Belkaoui et al (2006) menyebutkan bahwa penyelidikan dari 30 negara maju dan berkembang menunjukkan bahwa kepatuhan pajak menjadi tinggi di negaranegara yang ditandai dengan kontrol yang tinggi terhadap korupsi dan birokrasi yang sederhana. Hal ini menunjukkan bahwa pendorong yang kuat dalam penciptaan semangat pajak, dimana warga negara dilindungi dari tindak laku korupsi dan birokrasi yang rumit. Selain itu, penegakan hukum yang kurang tegas, kerapkali menjadikan wajib pajak untuk tidak menghiraukan kewajiban perpajakannya. Implementasi akan UU tentang perpajakan mewajibkan wajib pajak untuk membayar pajak sepertinya masih sangat kurang, bahkan wajib pajak dapat melakukan negosiasi dengan para pegawai pajak untuk melakukan pengurangan jumlah nominal pajak si wajib pajak. Semua ini merupakan contoh nyata dari kurangnya kesadaran akan membayar pajak baik dari wajib pajak ataupun petugas pajak. Ancok (1990) menyatakan bahwa kepatuhan masyarakat untuk membayar pajak dapat ditingkatkan apabila seluruh aparat pemerintah meningkatkan dan memperbaiki mutu pelayanan, dia juga menyebutkan ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam kemauan membayar pajak, antara lain: 1. Kurangnya pengetahuan tentang pajak Jika pengetahuan tentang pajak masih kurang, maka kemauan masyarakat dalam membayar pajak pun akan berkurang. Berdasarkan teori, untuk menumbuhkan sikap positif tentang suatu hal harus berawal dari pengetahuan tentang pajak sudah sangat tinggi, hal ini disebabkan pemberitahuan tentang pajak sangat gencar baik melalui media cetak maupun elektronik, dan hal ini baru mulai dilakukan di negara kita. 2. Kesadaran masyarakat dalam membayar pajak

7 Kesadaran masyarakat dalam membayar pajak merupakan kesadaran aktif yang daya penerimaan atau kepekaannya hanya merupakan bagian kesadaran. Perencanaan yang aktif merupakan bagian utama kehidupan mental, tidak peduli apakah rencana tersebut sederhana dan siap dilaksanakan untuk jangka panjang. 3. Persepsi tentang petugas pajak Para petugas pajak sebaiknya semaksimal mungkin bersikap simpatik terhadap masyarakat, karena hal ini akan mempengaruhi kemauan masyarakat dalam membayar pajak. 4. Kemudahan dalam pelaksanaan sistem pajak Kemudahan dalam memperoleh, mengisi, dan mengemmbalikan SPT akan menentukan kemauan masyarakat dalam membayar pajak. Selain itu, dengan adanya kemudahan dalam kepengurusan pajak maka antusias masyarakat dalam membayar pajak akan semakin besar. Penelitian yang dilakukan oleh Eviant (2003) menemukan bahwa undang-undang pajak yang jelas dan tegas, dan kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak memiliki paling dampak berpengaruh dan signifikan terhadap tingkat kepatuhan pajak dalam membayar pajak. Ali et al (2001) menyatakan sanksi perpajakan dan audit adalah suatu kebijakan yang efektif untuk mencegah ketidakpatuhan wajib pajak. Meskipun demikian, masih banyak terdapat wajib pajak yang lalai dengan kewajibannya dalam membayar pajak. Sementara penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan pajak juga dilakukan oleh Prasetiyo (2013). Hasil dari studi ini adalah bahwa faktor denda pajak ketat sangat berpengaruh dan memiliki dampak yang signifikan terhadap tingkat kepatuhan pajak di membayar pajak. Karena denda pajak yang ketat, setiap wajib pajak takut untuk tidak membayar pajak. Penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pajak juga dilakukan oleh Somang (2006). Hasil dari studi ini adalah bahwa faktor yang paling berpengaruh

8 dan dampak yang signifikan terhadap tingkat kepatuhan pajak adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas pajak pada jumlah aset yang dimiliki oleh wajib pajak. Untuk itu pemerintah daerah perlu berupaya meningkatkan penerimaan pajak hotel dan pajak restoran, agar penerimaan pemerintah terus meningkat sehingga dapat mempelancar pembangunan di Kota Bontang. Untuk mencapai ini pemerintah harus melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam bidang keuangan daerah yang dikelola secara efektif dan efesien. Kemudian ditambah lagi dengan adanya upaya pemerintah untuk membuat esktensifikasi dan intensifikasi semakin gencar dilakukan agar kiranya pajak hotel dan restoran dapat dioptimalkan. Disamping itu, berhasil atau tidaknya pemerintah menghimpun dana dari sektor pajak tidak semata-mata tergantung pada aparat perpajakan saja namun juga dari kepatuhan wajib pajak terhadap kewajiban perpajakannya. Dengan dasar pertimbangan ini, maka pemerintah daerah kelak akan mendapatkan hasil maksimal yang akan didapatkan dari pajak hotel dan pajak restoran. Dalam rangka peningkatan penerimaan pajak hotel dan restoran di Kota Bontang, agar semakin transparan, jujur, demokratis, efektif, efisien, dan akuntabel, maka penulis memandang perlu untuk menganalisis pengaruh pengetahuan pajak, persepsi tentang petugas perpajakan, pemeriksaan pajak, serta sanksi pajak yang berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak hotel dan wajib pajak restoran di Kota Bontang sehingga dapat menjadi suatu informasi yang penting terutama dalam membuat kebijakan bagaimana cara mengoptimalkan pendapatan yang berasal dari pajak hotel dan pajak restoran serta mendorong para wajib pajak daerah untuk mematuhi kewajiban perpajakannya. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis mengambil judul Analisis Faktor-Faktor Kepatuhan Perpajakan Pemilik Hotel dan Restoran di Kota Bontang.

9 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh pengetahuan wajib pajak tentang pajak terhadap kepatuhan perpajakan? 2. Bagaimana pengaruh persepsi tentang para petugas pajak terhadap kepatuhan perpajakan? 3. Bagaimana pengaruh pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan perpajakan? 4. Bagaimana pengaruh sanksi pajak terhadap kepatuhan perpajakan? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui pengaruh pengetahuan wajib pajak tentang pajak terhadap kepatuhan pemilik hotel dan restoran 2. Mengetahui pengaruh persepsi tentang para petugas pajak terhadap kepatuhan pemilik hotel dan restoran 3. Mengetahui pengaruh pemeriksaan pajak dalam membayar pajak terhadap kepatuhan pemilik hotel dan restoran 4. Mengetahui pengaruh sanksi pajak dalam pelaksanaan sistem pajak terhadap kepatuhan pemilik hotel dan restoran 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini peneliti harap akan bermanfaat bagi: 1. Akademisi

10 Penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi bagi penelitian lain dalam bidang akuntansi perpajakan dan memperkaya penelitian dalam bidang akuntansi perpajakan. 2. Masyarakat Penelitian ini dapat menambah wawasan masyarakat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan perpajakan 3. Pemerintah Penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi dalam peningkatan pemungutan pajak daerah 1.5. Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini, yang dikemukakan dan diuji adalah pengetahuan tentang pajak, persepsi tentang para petugas pajak, pemeriksaan pajak, serta sanksi pajak yang mempengaruhi pemilik hotel dan restoran dalam kepatuhan kewajiban perpajakan di Kota Bontang. Pemilihan hotel dan restoran dikarenakan hotel dan restoran merupakan potensi pajak daerah yang memliki andil cukup besar dalam penerimaan asli daerah (PAD) Kota Bontang serta industri jasa ini sudah mulai berkembang semenjak sektor pariwisata Kota Bontang mengalami perbaikan yang signifikan, sehingga Kota Bontang mulai sering dikunjungi oleh wisatawan baik lokal maupun asing. Agar permasalahan yang diteliti tidak meluas, maka penulis membatasi penulisan pada hotel dan restoran yang ada di Kota Bontang Sistematika Penulisan Skripsi ini dibagai dalam 5 bab yang diuraikan sebagai berikut: Bab I: Pendahuluan Bab pendahuluan akan menjelaskan latar belakang, rumusan masalah yang menjadi dasar penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan penelitian.

11 BAB II: Tinjauan Pustaka Bab II menjelaskan tentang kajian pustaka yang membahas berbagai teori tentang pajak, tujuan dan fungsi pajak, macam-macam pajak, teori tentang Pajak Hotel dan Restoran, dasar pengenaan, tarif dan cara perhitungan Pajak Hotel dan Restoran, masa pajak, tahun pajak, saat terutang pajak, tata cara pemungutan pajak pajak hotel dan restoran model hipotesis, dan perumusan hipotesis BAB III: Metodologi Penelitian Bab III mengemukakan tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengenai rancangan penelitian, jenis penelitian, variabel penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengujian instrument dan teknik analisis data. Bab IV: Analisis Data dan Pembahasan Bab IV berisi tentang hasil dan pembahasan yang menguraikan secara rinci tentang analisis yang dibuat. Bab ini akan menjawab permasalahan penelitian yang diangkat berdasarkan hasil pengolahan data dan landasan teori yang relevan. Dalam bab ini juga akan dijelaskan gambaran umum penelitian beserta data yang digunakan. Bab V: Kesimpulan dan Saran Bab V sebagai penutup berisi tentang kesimpulan dan saran, serta keterbatasan penelitian. Bab ini mengemukakan kesimpulan penelitian sesuai dengan hasil yang ditemukan dari pembahasan.