Sunu, (2012 dalam Boham, 2013) menyatakan bahwa autisme berasal. dari kata auto yang artinya sendiri. Istilah ini dipakai karena mereka yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sunu, (2012 dalam Boham, 2013) menyatakan bahwa autisme berasal. dari kata auto yang artinya sendiri. Istilah ini dipakai karena mereka yang"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Autis Pengertian Autis Sunu, (2012 dalam Boham, 2013) menyatakan bahwa autisme berasal dari kata auto yang artinya sendiri. Istilah ini dipakai karena mereka yang mengidap gejala autisme seringkali memang terlihat seperti seorang yang hidup sendiri. Anak autis seolah-olah hidup di dunianya sendiri dan terlepas dari kontak sosial yang ada di sekitarnya. Muhith (2015) berpendapat bahwa autisme adalah gangguan perkembangan pervasif yang ditandai oleh adanya kelainan atau kendala perkembangan yang muncul sebelum usia 3 tahun, dan dengan ciri kelainan fungsi dalam tiga bidang interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang terbatas dan berulang. Cristie (2007 dalam Kartika, 2014) berpendapat bahwa autisme didiagnosis menggunakan parameter triad of impairments, yaitu tiga area kesulitan belajar dan berkomunikasi seorang anak yang tampak dalam perkembangan anak sebelum dia berusia tiga tahun. Bukan berarti semua anak didiagnosis sebelum tiga tahun, tetapi berdasarkan observasi pada orang tua dan observasi lainnya, tampak bahwa pola kesulitan yang dialami seorang anak diawali sebelum usianya tiga tahun. Ketiga area kesulitan tersebut meliputi kesulitan dalam berbahasa dan berkomunikasi, kesulitan dalam interaksi sosial dan pemahaman terhadap sekitarnya, dan kurangnya fleksibilitas dalam berpikir dan bertingkah laku.

2 Karakteristik Autis Abdul Muhith (2015) menyatakan untuk memeriksa seorang anak menderita autis atau tidak, digunakan standar internasional tentang autisme. ICD- 10 (International Classification of Diseases) 1993 dan DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual) 1994 merumuskan kriteria diagnosis untuk autis yang isinya sama, saat ini dipakai di seluruh dunia. Kriteria tersebut adalah harus ada sedikitnya gejala dari (1), (2), dan (3) seperti dibawah ini, dengan minimal 2 gejala dari (1) dan masing masing 1 dari gejala dari (2) dan (3) Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik Anak autis minimal harus memiliki 2 dari gejala di bawah ini, yaitu pertama tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai: kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak gerik kurang tertuju, apabila dipanggil tinggal menengok. Kedua tidak bisa bermain dengan teman sebaya, senang menyendiri. Ketiga kurangnya hubungan timbal balik sosial dan emosional. Keempat tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain. Kelima kurangnya kemampuan untuk bisa membagi kegembiraan dan kesenangan pada orang lain (Newson, 1998) Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi Anak autis minimal harus memiliki 2 dari gejala di bawah ini, yaitu pertama perkembangan bicara terlambat atau sama sekali tidak berkembang. Anak tidak berusaha untuk berkomuniksai secara non verbal. Kedua bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak dipakai untuk berkomuniksi. Ketiga sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang. Keempat cara bermain kurang

3 9 variatif, kurang imajinatif, dan kurang dapat meniru Adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang. Pertama mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang khas dan berlebihan. Kedua terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada gunanya. Ketiga ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulangulang. Keempat seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda Adanya gangguan emosi Gangguan emosi yang dimaksud seperti tertawa, menangis, marah-marah tanpa sebab, emosi tidak terkendali, dan rasa takut yang tidak wajar Adanya gangguan persepsi sensorik Gangguan persepsi sensorik yang dimaksud seperti menjilat-jilat dan mencium-cium benda, menutup telinga bila mendengar suara keras dengan nada tertentu, tidak suka memakai baju dengan bahan yang kasar, dan sangat tahan terhadap sakit Tahapan Komunikasi Anak Autis Sebuah studi banding yang dilakukan oleh Menyuk dan Quill (1985 dalam Peeters, 2009) memberi informasi menarik tentang komunikasi anak autis. mereka mempelajari perkembangan makna dalam bahasa pada anak yang normal dan anak-anak autistik.

4 10 Tabel Perkembangan Bahasa dan Komunikasi Anak Autis dan Anak Normal Usia dalam Bulan 2bulan Perkembangan Bahasa dan Komunikasi pada Anak Autis Perkembangan Bahasa dan Komunikasi pada Anak Normal Suara-suara vocal 6bulan Tangisan sulit dipahami Pembicaran vokal atau bertatap muka Posisi dengan orangtua Suara-suara konsonan mulai muncul 8bulan 12bulan Ocehan yang terbatas atau tidak normal (misalnya, menjerit atau berciut) Tidak ada peniruan bunyi, bahasa tubuh, ekspresi Kata-kata pertama mungkin muncul, tapi seringkali tidak bermakna Sering menangis keras-keras; tetap sulit untuk dipahami Berbagai intonasi dalam ocehan, termasuk bertanya Intonasi Mengoceh potongan-potongan kata secara berulang-ulang (ba-ba-ba, ma-ma-ma) Gerakan menunjuk mulai muncul Kata-kata pertama mulai muncul Penggunaan jargon dengan intonasi yang seperti kalimat Bahasa yang paling sering digunakan untuk menanggapi lingkungan dan permainan vokal Penggunaaan bahasa tubuh plus vokalisasi untuk mendapatkan perhatian, menunjukkan benda-benda dan mengajukan permintaan 18bulan 3-50 kosa kata Bertanya pertanyaan yang sederhana Perluasan makna kata yang berlebihan (misalnya, papa untuk semua laki-laki) Menggunakan bahasa untuk menanggapi, meminta sesuatu dan tindakan, dan mendapatkan perhatian Juga menarik orang lain untuk mendapatkan dan mengarahkan perhatian Mungkin sering melakukan perilaku echo atau meniru 24bulan Biasanya kurang dari 15 kata Kata-kata muncul, kemudian hilang Bahasa tubuh tidak berkembang; sedikit menunjuk pada benda Kata-kata 3-5 kata digabung (ucapan yang bersifat telegrafik ) Bertanya pertanyaan yang sederhana (misalnya, Mana Papa? Pergi?) Menggunakan kata ini disertai perilaku menunjuk Menyebut diri sendiri dengan nama dan bukannya saya Tidak dapat mempertahankan topik pembicaraan Bisa dengan cepat membalikkan kata-kata ganti

5 11 Usia dalam Bulan 36bulan 48bulan 60bulan Perkembangan Bahasa dan Komunikasi pada Anak Autis Kombinasi kata-kata jarang Mungkin ada kalimat-kalimat yang bersifat echo, tapi tidak ada penggunaan bahasa yang kreatif Ritme, tekanan atau penekanan suara yang aneh Artikulasi yang sangat rendah separuh dari anak-anak normal Separuhnya atau lebih tanpa ucapanucapan yang bermakna Menarik tangan orangtua dan membawanya ke suatu obyek Pergi ke tempat yang sudah biasa dan menunggu untuk mendapatkan sesuatu Sebagian kecil bisa mengkombinasikan dua atau tiga kata secara kreatif Ekolali masih ada; mungkin digunakan secara komunikatif Meniru iklan TV Membuat permintaan Perkembangan Bahasa dan Komunikasi pada Anak Normal Bahasa berfokus pada di sini dan sekarang Kosa kata sekitar 1000 kata Kebanyakan morfem gramatikal (kata jamak, masa lampau, preposisi, dll.) digunakan secara tepat Perilaku echo jarang terjadi pada usia ini Bahasa semakin banyak digunakan untuk bicara mengenai di sana dan kemudian Banyak bertanya, seringkali lebih untuk melanjutkan interaksi daripada mencari informasi Struktur kalimat yang kompleks digunakan Dapat mempertahankan topik pembicaraan dan menambah informasi baru Bertanya pada orang lain untuk menjelaskan ucapan-ucapan Menyesuaikan kualitas bahasa dengan pendengar (misalnya, menyederhanakan bahasa ketika berbicara dengan anak berusia 2 tahun) Penggunaan struktur yang kompleks secara lebih tepat Struktur gramatikal sudah matang secara umum (masih ada beberapa masalah dengan kesesuaian subyek/kata kerja, bentuk-bentuk kata yang tidak beraturan, pengucapan, dll.) Kemampuan untuk menilai kalimat secara gramatikal/nongramatikal dan membuat perbaikan Mengembangkan kemampuan memahami lelucon dan sindiran, mengenali kerancuan verbal Meningkatkan kemampuan untuk menyesuaikan bahasa dengan perspektif dan peran pendengar Menurut Sussman (1999 dalam Yuwono, 2012) secara umum komunikasi anak autis berkembang melalui 4 tahapan: The Own Agenda Stage Pada tahap ini anak masih lebih suka bermain sendiri dan tampaknya tidak tertarik dengan orang-orang di sekitarnya. Anak belum tahu bahwa dengan

6 12 komunikasi dia dapat mempengaruhi orang lain. Untuk mengetahui keinginannya, anda harus memperhatikan gerak tubuh dan ekspresi wajah anak. Sering kali anak mengambil sendiri benda-benda yang diinginkannya. Interaksi dengan ibu dan pengasuhnya mungkin dapat berlangsung cukup lama, namun anak belum mau berinteraksi dengan anak-anak lain atau orang yang baru dikenalnya. Anak autis belum dapat bermain dengan benar dan akan menangis atau berteriak bila kegiatannya terganggu atau bila menolak The Requester Stage Pada tahap ini anak mulai menyadari bahwa tingkah lakunya dapat mempengaruhi orang di sekitarnya. Bila menginginkan sesuatu, anak biasanya akan menarik tangan orang lain dan mengarahkannya ke benda yang diinginkannya. Kegiatan atau permainan yang amat disukainya biasanya masih bersifat fisik seperti bergulat, digelitiki, cilukba. Sebagian anak mampu mengulangi kata-kata atau suara tetapi bukan untuk berkomunikasi melainkan untuk menenangkan dirinya. Anak mulai bisa mengikuti perintah sederhana, tetapi responnya masih belum konsisten. Ia juga sudah memahami tahapan rutin dalam kehidupannya sehari-hari The Early Communication Stage Kemampuan anak berkomunikasi lebih baik karena melibatkan penggunaan gerak isyarat, suara, dan gambar. Interaksi yang terjadi juga berlangsung lebih lama. Anak telah menyadari bahwa dia bisa menggunakan satu bentuk komunikasi tertentu secara konsisten pada situasi khusus. Anak autis memiliki inisiatif berkomunikasi yang masih terbatas pada pemenuhan

7 13 kebutuhannya seperti makanan, minuman dan benda-benda kesukaanya. Pada tahap ini anak telah mulai mengulang hal-hal yang didengar, mulai memahami isyarat visual/gambar komunikasi dan mulai memahami kalimat-kalimat sederhana yang kita ucapkan. Bila terlihat perkembangan bahwa anak mulai menaggil nama, menunjuk sesuatu yang diinginkan, atau melakukan kontak mata untuk menarik perhatian, maka berarti anak sudah siap untuk memulai komunikasi dua arah. Pada tahap ini anak sudah dapat diajarkan untuk menyapa orang lain, menjawab pertanyaan Apa ini/itu? dan memberikan jawaban ya atau tidak The Parther Stage Tahap ini merupakan fase yang paling efektif. Bila kemampuan bicara anak baik, ia akan mempu melakukan percakapan sederhana. Anak juga dapat diminta untuk menceritakan pengalamannya yang lalu, keinginannya yang belum terpenuhi dan mengekspresikan perasaannya. Namun kadang-kadang anak masih terpaku pada kalimat-kalimat yang telah dihapalkan dan sulit menemukan topik pembicaraan yang tepat pada situasi baru. Bagi anak-anak yang masih mengalami kesulitan untuk berbicara, komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan rangkaian gambar atau menyusun kartu-kartu bertulisan. Walaupun sudah sering berinteraksi dengan anak-anak lain dan orang tuanya, kebiasaan anak untuk bermain sendiri masih tetap ada, terutama bila dia tidak tahu apa yang harus dilakukan bersama teman-temannya.

8 Hambatan Komunikasi pada Anak Autis Menurut Wijayaptri dalam jurnalhambatan Komunikasi pada Penyandang Autisme Remaja: Sebuah Studi Kasus (2015) terdapat beberapa bentuk gangguan dalam aspek komunikasi yang dialami oleh penyandang autisme. Berdasarkan studinya, Paul (2008) mengidentifikasi setidaknya ada 6 jenis gangguan komunikasi yang tipikal pada anak autis, yaitu: Pertama respon yang minim dalam berkomunikasi, misalnya tidakmerespon jika orang lain memanggil namanya. Anak autis umumnya memiliki kemampuan komunikasi yang sangat minim, anak dengan autis biasanya juga sangat jarang memulai komunikasi dalam lingkungan sosialnya. Komunikasi yang saya gambarkan di sini lebih kepada komunikasi yang bersifat verbal. Kedua sulit memusatkan perhatian. Ketiga rendahnya frekuensi komunikasi. Keempat fungsi komunikasi yang terbatas, biasanyakomunikasi hanya berfungsi untuk meminta (request) atau menolak (protest). Kelima echolaliae., yaitu sebuah kondisi di mana penyandang autisme menirukan berulang-ulang kata-kata yang didengar atau diingat meskipun tidak mengetahui maknanya. Keenam penggunaan katakata yang tidak lazim (idiosyncratic words). Shea dan Mesibov (2005 dalam Wijayaptri, 2015) menyebutkan bahwa sebagian besar penyandang autisme remaja menunjukkan abnormalitas dalam berbicara dan berbahasa. Hal ini juga didukung oleh Levy dan Perry (2011 dalam Wijayaptri, 2015) yang menjelaskan bahwa mayoritas penyandang autisme remaja terus memiliki permasalahan yang berkaitan dengan perilaku, komunikasi, pendidikan, keterampilan hidup, kemandirian, keterampilan sosial, dan

9 15 pertemanan. Pandangan yang lebih moderat menyebutkan bahwa kemampuan komunikasi penyandang autisme terus berkembang seiring dengan perkembangan usianya, namun mereka tetap akan mengalami berbagai hambatan sosial saat berkomunikasi Penanganan Hambatan Komunikasi pada Anak Autis Andriana (2008) menyatakan bahwa penyandang autisme pada umumnya mengalami gangguan kemampuan dalam interaksi sosial, kemampuan berkomunikasi atau berbahasa, kemampuan perilaku dan minat. Gangguan tersebut menyebabkan mereka kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungannya, untuk menghadapi masa depan yang lebih baik mereka memerlukan penanganan yang cepat dan tepat, jika tidak ditangani dengan cepat mereka tidak dapat berbaur dan hidup mandiri dalam di masyarakat. Penanganan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan terapi. Terapi ada bermacam-macam, namun terapi untuk penderita autism biasanya berbeda-beda, tergantung pada kebutuhan masing-masing. Waktu terapi dan keberhasilannya juga tidak sama. Peran serta orang tua dengan rajin mengulang terapi di rumah, tingkat kecerdasan anak, serta ringan atau beratnya autisme akan sangat berpengaruh. Muhith (2015) menyatakan bahwa anak autis belajar lebih baik jika informasi disampaikan secara visual (melalui gambar) dan verbal (melalui katakata). Masukkan komunikasi augmentatif dalam kegiatan rutin sehari-hari dengan menggabungkan kata-kata dan foto-foto, lambang atau isyarat tangan untuk membantu anak mengutarakan kebutuhan, perasaan, dan gagasannya.

10 16 Francine Brower (2010) menyatakan bahwa anak autis cenderung mulai berbicara tanpa mendapatkan perhatian dari orang yang ia ajak bicara terlebih dahulu. Ketika orang yang diajak bicara meminta kalimatnya diulang, anak autis terlanjur enggan melakukannya. Saat situasi ini terjadi, jelaskan bahwa anda tadi tidak mendengar yang anak autis tersebut ucapkan dan anda ingin mendengarnya kembali. Berikan waktu bagi anak autis untuk kembali memperoleh kepercayaan dirinya, dorong anak autis untuk mengulang perkataannya, dan pujilah usahanya untuk terus mencoba berkomunikasi Terapi bicara Andriana (2008) menyatakan bahwa terapi bicara adalah suatu keharusan autisme, karena semua penyandang autis mempunyai keterlambatan bicara dan kesulitan berbahasa. Masalah utama pada anak autis bukan hambatan dalam mengucapkan kata-kata melainkan pada pemahaman bahasa secara keseluruhan.terapi bicara akan membantu kemampuan bicara anak autis semakin meningkat. Anak autis yang telah sukses menjalani terapi ini akan mudah berbicara, bahkan ada beberapa anak autis yang memiliki kemampuan berbahasa di atas anak normal sebayanya. Ada sejumlah latihan yang harus dilakukan seperti pecs dan compic, facilitated communikation dan sign language. Haryana (2012) menyatakan bahwa Pecs dan compic adalah kartu-kartu bergambar yang digunakan untuk membantu anak mengungkapkan keinginannya dan mengekpresikan diri. Awalnya anak diajari untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan hanya dengan menunjuk atau menyerahkan kartu yang merupakan simbol dari bendanya. Selanjutnya anak diajarkan kemampuan komunikasi yang

11 17 lebih kompleks seperti menyusun kalimat sederhana dan menjawab pertanyaan. Andriana (2008) menyatakan bahwa Facilitated Communikation; anak diajarkan untuk mengunggkapkan diri dengan cara menunjuk huruf-huruf pada papan abjad atau organizer. Anak autis banyak mengalami masalah koordinasi motoric tangan, maka oleh karenanya awalnya diberikan bantuan untuk menyangga lengan tangan mereka. Andriana (2008) menyatakan Sign language atau bahasa isyarat adalah cara komunikasi dengan menggunakan gerakan tangan, badan, dan ekspresi wajah. Pada sebagian anak cara ini menjadi sulit karena mereka mengalami hambatan dalam melakukan gerakan yang tepat. Peeters (2009) menyatakan bahwa bagi anak-anak non verbal, belajar bukanlah cara berkomunikasi yang disukai dan terbaik baginya. Bila mengucap satu kata saja sudah menyulitkan atau bahasa verbal amat membingungkan baginya, anak tentu tidak ingin melakukannya. Orang-orang disekitarnya dapat memberikan alternatif yang lebih mudah, seperti menggunakan gambar, papan komunikasi, atau bahasa isyarat, sehingga anak akan melihat komunikasi sebagai kegiatan yang menyenangkan, selanjutnya anak akan lebih sering berinisiatif untuk berinteraksi Terapi Sosial Munnal (2015) menyatakan bahwa anak autis mengalami kesulitan dalam berkomunikasi (dua arah) dan berinteraksi social. Orang tua sebaiknya mengajak anak autis bermain bersama teman-temannya. Saat bermain, orang tua bisa mengajari cara-cara bermain dan berinteraksi bersama teman-temannya

12 18 dalam suasana yang bahagia. Saat anak autis bermain bersama teman-temannya, ini mempermudahnya dalam belajar berbicara, berkomunikasi, dan berinteraksi sosial. Suteja (2014) menyatakan seorang terapis harus membantu memberikan fasilitas pada anak-anak autis untuk bergaul dengan teman-teman sebayanya dan mengajari cara-caranya secara langsung dalam terapi sosial. Munnal (2015) menyatakan bahwa sementara itu, bagi anak autis yang berusia di atas 5 tahun, tetapi belum dapat bersosialisasi sama sekali dengan orang lain, maka perlu diberi pelatihan tambahan yang cenderung kepada peningkatan motoric halus dan kasarnya Terapi Bermain Munnal (2015) menyatakan bahwa anda dapat bermain dengan anak Anda menggunakan alat-alat permainan. Hal ini bisa membantu Anda dan anak Anda berinteraksi secara aktif dan maksimal. Selain itu, aktivitas bermain tersebut juga mampu meningkatkan kemampuannya dalam bersosialisasi, berkomunikasi, berimajinasi, gerak dan kognisi, serta sensori dan integrasinya. Seseorang terapis bermain dapat membantu anak autis melalui teknik-teknik khusus. Terapi yang diterapkan oleh Bromfield, dia memasuki dunia anak autis. Sehingga, Bromfield bisa memahami pembicaraan sekaligus perilaku anak autis yang kadang tidak diketahui maknanya. Bromfield pun menirukan perilaku obsesif anak autis untuk mencium ataupun membaui semua objek menggunakan boneka yang juga membaui benda. Ternyata, tindakan tersebut menarik perhatian

13 19 anak autis. Bromfield sukses menjalin komunikasi lebih lanjut dengan sang anak menggunakan boneka dan alat bermain lainnya, misalnya telepon mainan. Terapi yang diterapkan oleh Lower dan Lanyado. Lower dan Lanyado menjadikan pemaknaan sebagai teknik utama dalam terapi bermain. Dengan demikian, mereka masuk ke dunia anak autis dengan memaknai bahasa tubuh dan tanda-tanda dari anak autis, misalnya gerakan menunjuk Terapi Musik Munnal (2015) menyatakan bahwa musik dapat menghasilkan getaran gelombang yang berpengaruh terhadap permukaan membran otak. Ini turut memperbaiki kondisi fisiologis. Sehingga, indra pendengaran berfungsi lebih maksimal, sekaligus merangsang kemampuan berbicara pada anak autis. Dalam terapi musik, tidak dibutuhkan komunikasi verbal. Selain itu, terapi music juga berfungsi sebagai penguat alami. Munnal (2015) menyatakan terapi musik bisa membantu anak autis dalam meningkatkan kemampuan berbicaranya, khususnya yang melibatkan konseptualisasi, simbolisasi, maupun pemahaman. Para ahli berpendapat bahwa musik diproses di kedua belahan otak. Maka, terapi musik mampu meningkatkan fungsi kognitif sekaligus keterampilan bahasa pada anak autis. Anak autis mulai berkomunikasi saat mengikuti kegiatan menyanyi ataupun menari. Anak autis lebih capat menyambut suara musik ketimbang perintah verbal maupun pendekatan fisik. Peran musik memang sangat membantu dalam perkembangn anak autis.

14 Sekolah Pendidikan Khusus Suteja (2014) menyatakan bahwa salah satu bentuk terapi terhadap anak autis juga adalah dengan memasukannya di sekolah khusus anak-anak autis karena di dalam pendidikan khusus biasanya telah mencakup terapi perilaku, terapi bicara, dan terapi okuvasi. Pada pendidikan khusus biasanya seorang terapis hanya mampu menangani seorang anak pada saat yang sama. Boham (2013) berpendapat bahwa kemampuan komunikasi anak autis dapat ditingkatkan dengan melatih beberapa hal dirumah, yaitu: A. Mempertahankan kontak mata Dasar yang pertama dilakukan pada umunnya ketika seseorang berbicara dengan orang lain adalah melihat wajah lawan bicaranya, karena itu anak autis yang biasanya kesulitan melakukan kontak mata. Pertama kali latihlah anak autis untuk melihat wajah dari lawan bicaranya. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk melatih anak autis melihat wajah, yaitu jangan mulai pembicaraan sebelum anak autis melihat kepada orangtua dan setiap kali terjadi kontak mata dengan anak autis meskipun tidak disengaja usahakan untuk melakukan suatu pembicaraan. B. Mengajak anak autis berbicara Kemampuan berbahasa secara otomatis berkembang ketika kita berada di tengah lingkungan yang terus menerus menggunakan bahasa tersebut. Orang tua sebaiknya mengajak anak autis berbicara dalam situasi apapun. Orang tua sebaiknya menceritakan pada anak autis cerita apapun, lepas dari anak autis benar-benar mengerti atau tidak.

15 21 C. Manfaatkan kepandaian anak autis dalam meniru Anak autis memiliki kemampuan meniru sesuatu dengan sangat baik. Orangtua bisa memanfaatkan kemampuan ini dengan memberikan model bahasa atau kata-kata yang sesuai. Orang tua menggunakan flashcard lalu orangtua mengucapkan nama gambar di dalam flashcard, lakukan sesering mungkin dan terus-menerus. Orangtua mengajak anak autis berbicara berdua dengan berbagai kalimat dalam suasana yang nyaman sesering mungkin sehingga anak autis terdorong untuk mengingat dan meniru kata-kata. D. Berikan apresiasi positif saat anak bercerita Ketika anak autis menceritakan sesuatu tentang dirinya sendiri, misalnya tentang mainannya, temannya atau apapun secara spontan, selalu sempatkan untuk memberi tanggapan dengan bahasa indonesia yang baik dan benar yang sering dipakai dalam percakapan sehari-hari. Orangtua sebaiknya memberi apresiasi atas apa yang diceritakan anak autis sehingga anak autis termotivasi untuk bercerita kembali lain kali. Orangtua harus menghindari sikap mengabaikan atau berkomentar yang membuat anak autis merasa enggan untuk berbicara. Apresiasi secara positif kemauan anak autis untuk bercerita dan pancing dengan berbagai pertanyaan yang membuat anak bercerita lebih banyak. E. Mengajak anak autis bermain Orangtua bisa mengajak anak autis bermain untuk meningkatkan komunikasi anak autis. Orangtua juga sebaiknya mengajarkan nama-nama benda kepada anak autis. Orang tua atau terapis membutuhkan gambar-gambar yang sudah dikenal dan dinamai untuk mempraktekan cara ini. Misalkan, gambar topi,

16 22 burung, sepatu, apel, gajah, dan sebagainya yang dapat dipotong dari majalah bekas. Orangtua juga bisa mengajari anak autis bernyanyi. Lagu adalah cara yang menyenangkan untuk kemampuan verbal anak, karena umumnya anak-anak suka sekali bernyanyi. Melalui bernyanyi anak dapat belajar mengucapkan lirik lagu tersebut satu persatu. 2.2 Perilaku Pengertian Perilaku Kwick (1974 dalam Kholid, 2012) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Sunaryo (2013) menyatakan bahwa dari sudut biologis, perilaku dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Blum (1974, dalam Maulana, 2009) menyatakan bahwa perilaku adalah faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat. Wahit Iqbal Mubarak (2011) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sunaryo (2013) menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara umum, perilaku manusia dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu

17 23 kebutuhan, motivasi, faktor perangsang dan penguat, serta sikap dan kepercayaan. Keempat faktor itu adalah: Kebutuhan Abraham Harold Maslow (1 April Juni 1979) adalah seorang tokoh yang terkenal dengan teori kebutuhan. Maslow (1970) menjelaskan bahwa manusia memiliki 5 kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologi/biologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kelima kebutuhan ini dijelaskan dalam bentuk hierarki yang sering dikenal dengan Hierarki Kebutuhan Maslow Motivasi Motivasi adalah dorongan penggerak untuk mencapai tujuan tertentu, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu atau lingkungan. Motivasi yang terbaik adalah motivasi yang datang dari diri sendiri (motivasi intrinsik), bukan pengaruh lingkungan (motivasi ekstrinsik) Faktor perangsang dan penguat Perilaku manusia dapat didukung dengan adanya faktor perangsang dan penguat. Untuk meningkatkan motivasi berperilaku dapat dilakukan dengan empat cara. Pertama, dengan cara memberi hadiah atau ganjaran yang dapat berupa penghargaan, pujian, penghargaan, pujian, piagam, hadiah, promisi pendidikan, dan jabatan. Kedua, dengan melakukan kompetisi atau persaingan yang sehat. Ketiga, dengan memperjelas tujuan atau sasaran atau menciptakan tujuan antara

18 24 (pace making). Terakhir, dapat dilakukan dengan menginformasikan keberhasilan kegiatan yang telah dicapai sehingga dapat memotivasi agar lebih berhasil Sikap dan Kepercayaan Dua hal yang dapat mempengaruhi perilaku adalah sikap dan kepercayaan. Sikap seseorang dapat mempengaruhi perilaku, baik positif maupun negatif Konsep Perilaku Bloom (1908 dalam Sunaryo, 2013) mengungkapkan bahwa perilaku manusia dapat di bagi ke dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Domain kognitif dapat diukur dari pengetahuan sedangkan domain afektif dapat diukur dari sikap. Domain psikomotor dapat diukur dari tindakan atau keterampilan. Apabila digambarkan melalui skema, dapat dilihat seperti di bawah ini. 1. Kognitif 2. Afektif Perilaku 3.Psikomotor Skema Domain Perilaku menurut Bloom Kognitif Bloom (1993 dalam Sunaryo, 2013) berpendapat bahwa kognitif adalah perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, dan keterampilan berpikir. Kognitif memiliki 6 jenjang proses berpikir, yaitu pengetahuan, memahami, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

19 25 Pengetahuan merupakan tingkat kognitif paling rendah. Tahu artinya dapat mengingat kembali suatu materi atau suatu hal yang telah dipelajari sebelumnya. Seseorang dinyatakan tahu apabila ia dapat menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, dan menyatakan. Memahami artinya kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan objek yang diketahui dengan benar. Seseorang yang telah paham tentang sesuatu, harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, dan menyimpulkan Penerapan yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum, rumus, atau metode dalam situasi nyata. Analisis merupakan kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, namun masih di dalam suatu struktur objek tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain. Ukuran kemampuan ialah dapat menjelaskan, membuat bagan, membedakan, memisahkan, dan mengelompokkan suatu teori. Sintesis, merupakan kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada. Ukuran kemampuan ialah dapat menyusun, dapat meringkaskan, merencanakan, dan menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang telah ada. Evaluasi yaitu kemampuan melakukan penilaian atau justifikasi terhadap objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun sendiri.

20 26 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kognitif (Notoatmodjo, 2012): a. Tingkat pendidikan, kemampuan belajar yang dimiliki manusia merupakan bekal yang sangat pokok. Tingkat pendidikan dapat menghasilkan suatu perubahan dalam kognitif; b. Informasi, dengan kurangnya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, cara pemelihara kesehatan, cara menghindari penyakit akan menurunkan tingkat kognitif seseorang tentang hal tersebut; c. Budaya, budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat kognitif seseorang, karena informasi baru akan disaring kira-kira sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut; d. Pengalaman, pengalaman disini berkaitan dengan umur dan tingkat pendidikan seseorang, maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan lebih luas sedangkan umur semakin bertambah Afektif Bloom (1993 dalam Sunaryo, 2013) berpendapat bahwa afektif adalah perilaku terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, minat, motivasi, dan sikap. Afektif memiliki 4 jenjang yaitu: menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab. Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kerelaan, dan mengarahkan perhatian. Menerima berarti mau dan memperhatikan stimulus yang di berikan/objek. Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas dalam merespon, dan mematuhi peraturan, memberikan jawaban jika

21 27 ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Terlepas dari benar atau salah, hal ini berarti individu menerima ide tersebut. Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, dan komitmen terhadap suatu nilai. Pada tingkat ini, individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. Bertanggung jawab, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak, dan mengorganisasi sistem suatu nilai. Merupakan afektif yang paling tinggi, dengan segala risiko bertanggung jawab terhadap sesuatu yang telah dipilih, meskipun mendapat tantangan dari keluarga. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan afektif menurutkristina (2007) antara lain: a. Pengalaman pribadi Apa yang dialami seseorang akan mempengaruhi penghayatan dalam stimulus sosial, tanggapan akan menjadi salah satu dasar dalam pembentukan afektif, untuk dapat memiliki tanggapan dan penghayatan seseorang harus memiliki pengamatan yang berkaitan dengan objek psikologis. Afektif yang diperoleh lewat pengalaman akan menimbulkan pengaruh langsung terhadap prilaku berikutnya. Pengaruh langsung tersebut dapat berupa predisposisi perilaku yang akan direalisasikan hanya apabila kondisi dan situasi memungkinkan. b. Orang lain Seseorang cenderung akan memiliki afektif yang disesuaikan atau sejalan dengan afektif yang dimiliki orang yang dianggap berpengaruh antara lain

22 28 adalah orang tua, teman dekat, teman sebaya. c. Kebudayaan Kebudayaan dimana kita hidup akan mempengaruhi pembentukan afektif seseorang. d. Media Massa Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio, surat kabar mempunyai pengaruh dalam membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarah pada opini yang kemudian dapat mengakibatkan adanya landasan kognisi sehingga mampu membentuk afektif. e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan afektif, dikarenakan keduanya meletakkan dasar, pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan dan pusat keagamaan serta ajaranya. f. Faktor Emosional Tidak semua bentuk afektif ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk afektif merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Afektif demikian dapat merupakan afektif yang sementara dan segera berlalu, begitu frustasi telah hilang, akan tetapi

23 29 dapat pula merupakan afektif lebih persisten dan bertahan lama. Suatu afektif belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya afektif menjadi suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain harus didukung dengan fasilitas, afektif yang positif Psikomotor Bloom (1993 dalam Sunaryo, 2013) berpendapat bahwa psikomotor adalah perilaku yang menekankan keterampilan motoric / kemampuan fisik. Psikomotor juga memiliki tingkatan,yaitu: a. Persepsi, yaitu mengenal dan memilih objek sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan. b. Respon terpimpin, yaitu individu dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai contoh. c. Mekanisme, yaitu individu dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sudah menjadi kebiasaan. d. Adaptasi, yaitu suatu tindakan yang sudah berkembang dan dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran.

Pedoman Identifikasi Anak Autis. Sukinah jurusan PLB FIP UNY

Pedoman Identifikasi Anak Autis. Sukinah jurusan PLB FIP UNY Pedoman Identifikasi Anak Autis Sukinah jurusan PLB FIP UNY Adanya gangguan dalam berkomunikasi verbal maupun non-verbal Terlambat bicara Tidak ada usaha untuk berkomunikasi Meracau dengan bahasa yang

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETRAMPILAN KOMUNIKASI PADA ANAK AUTIS ADRIANA S. GINANJAR

MENINGKATKAN KETRAMPILAN KOMUNIKASI PADA ANAK AUTIS ADRIANA S. GINANJAR MENINGKATKAN KETRAMPILAN KOMUNIKASI PADA ANAK AUTIS ADRIANA S. GINANJAR Masalah Komunikasi Salah satu ciri utama pada gangguan autistik adalah hambatan yang besar dalam berkomunikasi dan berbicara Orangtua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak adalah karunia yang diberikan oleh Tuhan kepada umatnya. Setiap orang yang telah terikat dalam sebuah institusi perkawinan pasti ingin dianugerahi seorang anak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang telah menikah pastilah mendambakan hadirnya buah hati di tengah-tengah kehidupan mereka, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal, seorang bayi mulai bisa berinteraksi dengan ibunya pada usia 3-4 bulan. Bila ibu merangsang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata orang tua. Karena anak merupakan buah cinta yang senantiasa ditunggu oleh pasangan yang telah menikah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Ponija, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Ponija, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari interaksi dengan lingkungan sekitarnya dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhannya. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BERMAIN 1. Pengertian Bermain Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap anak mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dalam hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap tahapan mempunyai ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak-anak autis di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Data UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai 35 juta jiwa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah pengakuan terhadap sesuatu yang menghasilkan keputusan. Keputusan ini mengutarakan pengetahuan, sehingga untuk berlakunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Masa ini dapat disebut juga sebagai The Golden Age atau masa. pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Masa ini dapat disebut juga sebagai The Golden Age atau masa. pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah investasi masa depan bagi keluarga dan bangsa yang sedang menjalani proses perkembangan dengan pesat untuk menjalani kehidupan selanjutnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, seperti yang tercantum dalam Undang Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak. Autis pertama kali ditemukan oleh Kanner pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak. Autis pertama kali ditemukan oleh Kanner pada tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Istilah autis sudah cukup populer di kalangan masyarakat, karena banyak media massa dan elektronik yang mencoba untuk mengupasnya secara mendalam. Autisme

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH Pendahuluan Pada hakikatnya, anak manusia, ketika dilahirkan telah dibekali dengan bermacam-macam potensi yakni kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang

Lebih terperinci

Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad

Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad Manusia berinteraksi satu dengan yang lain melalui komunikasi dalam bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks pada anak, mulai tampak sebelum usia 3 tahun. Gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks pada anak, mulai tampak sebelum usia 3 tahun. Gangguan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Autisme dipandang sebagai kelainan perkembangan sosial dan mental yang disebabkan oleh gangguan perkembangan otak akibat kerusakan selama pertumbuhan fetus, atau saat

Lebih terperinci

Perkembangan Emosi Anak

Perkembangan Emosi Anak Perkembangan Emosi Anak Pengembangan Kemampuan Emosi Anak Usia Dini oleh Setyawan Pujiono Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Universitas Negeri Yogyakarta PEDOMAN MERANGSANG PERKEMBANGAN EMOSI ANAK 1.

Lebih terperinci

2016 PENGARUH MED IA PUZZLE KERETA API D ALAM MENYAMBUNGKAN SUKU KATA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK D OWN SYND ROM

2016 PENGARUH MED IA PUZZLE KERETA API D ALAM MENYAMBUNGKAN SUKU KATA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK D OWN SYND ROM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan terdapat proses yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu dan lainnya, yaitu proses belajar dan proses mengajar yang saling

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi

Pengantar Ilmu Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Pengantar Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Komunikasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM Marcomm 03 85001 Deskripsi Pokok bahasan pengantar ilmu komunikasi membahas

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN

PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut: 1. Mahasiswa dapat memahami tentang arti interaksi, kontak dan komunikasi. 2. Mahasiswa

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) 1) Mahasiswa FKIP UMN Al Washliyah dan 2) Dosen Kopertis Wilayah I dpk FKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi. Setiap pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar menempati posisi yang sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia ( Depdiknas,

Lebih terperinci

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini yang menjadi pondasi bagi pendidikan selanjutnya sudah seharusnya

Lebih terperinci

Manfaat Deteksi Dini. Tumbuh Kembang Anak SERI BACAAN ORANG TUA

Manfaat Deteksi Dini. Tumbuh Kembang Anak SERI BACAAN ORANG TUA 03 SERI BACAAN ORANG TUA Manfaat Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah suatu perilaku yang masih

BAB V PEMBAHASAN. anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah suatu perilaku yang masih BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Pada anak autis perilaku tantrum sering muncul sebagai problem penyerta kerena ketidakstabilan emosinya, banyak ahli perkembangan anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah

Lebih terperinci

Pemanfaatan Lagu Anak Indonesia dalam Keluarga Sebagai Upaya Menumbuhkan Literasi Pada Anak

Pemanfaatan Lagu Anak Indonesia dalam Keluarga Sebagai Upaya Menumbuhkan Literasi Pada Anak Pemanfaatan Lagu Anak Indonesia dalam Keluarga Sebagai Upaya Menumbuhkan Literasi Pada Anak Maya Dewi Kurnia Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon 1.Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Anak merupakan pribadi

Lebih terperinci

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK Oleh Augustina K. Priyanto, S.Psi. Konsultan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus dan Orang Tua Anak Autistik Berbagai pendapat berkembang mengenai ide sekolah reguler bagi anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak juga merupakan suatu kesatuan yang utuh, pembagian tersebut semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak juga merupakan suatu kesatuan yang utuh, pembagian tersebut semata-mata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan anak merupakan hal yang sangat kompleks, meliputi perkembangan motorik, perseptual, bahasa, kognitif, dan sosial. Selain itu, perkembangan seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah individu yang unik, dimana anak selalu bergerak, memiliki rasa ingin tahu yang kuat, memiliki potensi untuk belajar dan mampu mengekspresikan diri

Lebih terperinci

menyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kurang dapat mengendalikan emosinya.

menyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kurang dapat mengendalikan emosinya. 2 tersebut dapat disimpulkan bahwa autisme yang terjadi pada anak dapat menyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kesulitan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 05 61033 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai Ketrampilan Dasar Konseling:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa perkembangan yang sangat pesat, sehingga sering disebut masa keemasan (Golden Age) dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Anak TK 2.1.1 Pengertian Menurut Padiyana (2007) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Kartu Kata Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk majemuk atau jamak medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media pembelajaran

Lebih terperinci

adapun tahap-tahap perkembangan anak sesuai dengan usianya sebagai berikut:

adapun tahap-tahap perkembangan anak sesuai dengan usianya sebagai berikut: Aspek Aspek Perkembangan Anak Ditulis oleh : Sanjaya Yasin Perkembangan Anak.inilah yang menarik darianak karena anak berkebang tidak secara serentak, dalam artian anak berkembang secara bertahap sesuai

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty SETUJUKAH BAHWA Setiap anak cerdas Setiap anak manis Setiap anak pintar Setiap anak hebat MENGAPA ANAK SEJAK USIA DINI PENTING UNTUK DIASUH DAN DIDIDIK DENGAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan dan Sikap 2.1.1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal tentang sesuatu. Suatu hal yang

Lebih terperinci

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI KOMUNIKASI PADA BAYI DAN BALITA A. PENGERTIAN KOMUNIKASI Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa, serta memberikan sikap-sikap atau emosional yang seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. siswa, serta memberikan sikap-sikap atau emosional yang seimbang. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu sarana pembelajaran anak usia belajar. Pembelajaran merupakan proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga kemasyarakatan. Kelompok-kelompok ini biasanya

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga kemasyarakatan. Kelompok-kelompok ini biasanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat mempunyai kelompok-kelompok sosial maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan. Kelompok-kelompok ini biasanya mengadakan hubungan kerjasama yaitu melalui

Lebih terperinci

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa 125120307111012 Pendahuluan Kemandirian merupakan salah satu aspek terpenting yang harus dimiliki setiap individu dan anak. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autis merupakan gangguan perkembangan yang menghambat berbagai aspek dalam kehidupan anak dengan gangguan autis. Anak autis rata-rata mengalami gangguan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi secara umum (Uchjana, 1992:3) dapat dilihat dari dua sebagai: 1. Pengertian komunikasi secara etimologis Komunikasi berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling kodrati dilakukan oleh semua orang. Begitu pula dengan seorang anak, sejak dalam kandungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu fase dalam perkembangan individu adalah masa remaja. Remaja yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak ke

Lebih terperinci

BAB II INFORMASI GANGGUAN AUTIS

BAB II INFORMASI GANGGUAN AUTIS BAB II INFORMASI GANGGUAN AUTIS 2.1 Definisi Informasi Informasi adalah ilmu pengetahuan yang didapatkan dari hasil belajar, pengalaman, atau instruksi. Namun informasi memiliki banyak arti bergantung

Lebih terperinci

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Pendahuluan Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda. Proses utama perkembangan anak merupakan hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara kerja

KAJIAN PUSTAKA. Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara kerja 8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Metode Bercerita Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara kerja yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan dalam mencapai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

Analisis Kemampuan Berkomunikasi Verbal dan Nonverbal pada Anak Penderita Autis (Tinjauan psikolinguistik)

Analisis Kemampuan Berkomunikasi Verbal dan Nonverbal pada Anak Penderita Autis (Tinjauan psikolinguistik) Analisis Kemampuan Berkomunikasi Verbal dan Nonverbal pada Anak Penderita Autis (Tinjauan psikolinguistik) Oleh Kartika Panggabean Drs. T.R. Pangaribuan, M.Pd. ABSTRAK Anak Autisme merupakan salah satu

Lebih terperinci

Mengasah Kemampuan Berbahasa. di Usia 0-2 tahun SERI BACAAN ORANG TUA

Mengasah Kemampuan Berbahasa. di Usia 0-2 tahun SERI BACAAN ORANG TUA 10 SERI BACAAN ORANG TUA Mengasah Kemampuan Berbahasa di Usia 0-2 tahun Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan aktivitas makhluk sosial. Menurut Carl I. Hovland (dalam Effendy, 2006: 10) komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. Dalam praktik

Lebih terperinci

Tim Dosen Pengembangan Interaksi dan Komunikasi Anak Autis

Tim Dosen Pengembangan Interaksi dan Komunikasi Anak Autis PROGRAM PEMBELAJARAN BAGI ANAK AUTISTIK Tim Dosen Pengembangan Interaksi dan Komunikasi Anak Autis MEMILIH PROGRAM PEMBELAJARAN Program Penilaian Kemampuan Memilih Program untuk memulai pembelajaran Saatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, komunikasi menjadi hal terpenting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, komunikasi menjadi hal terpenting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, komunikasi menjadi hal terpenting dalam kehidupan yang mana manusia tidak bisa terhindar dari proses komunikasi. Pentingnya proses komunikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH Pendahuluan Tidak ada anak manusia yang diciptakan sama satu dengan lainnya Tidak ada satupun manusia tidak memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak usia dini (AUD) adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerapan Toilet Training 1. Pengertian Toilet Training Toilet training atau latihan berkemih dan defekasi adalah salah satu tugas perkembangan anak usia toddler (1-3 tahun).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara Umun Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelegensi atau akademiknya saja, tapi juga ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pengetahuan Komunikasi Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha atau kegiatan yang disengaja untuk membantu, membina, dan mengarahkan manusia mengembangkan segala kemampuannya yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Perkembangan Balita Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya mengetahui sekelumit pertumbuhan fisik dan sisi psikologinya. Ada beberapa aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, 2005). Memiliki

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, 2005). Memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan individu yang berbeda dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, 2005). Memiliki anak adalah suatu kebahagiaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek kepribadian anak yang perlu dikembangkan adalah kreativitas. Maslow & Roger (dalam Sujiono & Sujiono, 2010, hlm. 40) memandang bahwa kreativitas

Lebih terperinci

suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni :

suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni : 1. Hakekat Perilaku 1. Pengertian Perilaku suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni : 1) dalam bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit)

Lebih terperinci

MENGAJARKAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

MENGAJARKAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS MENGAJARKAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Asuhan: H i d a y a t (Dosen PLB & Psikiologi FIP UPI) Satu kemampuan dari berbagai berbagai kemampuan lain yang sangat penting bagi anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang

Lebih terperinci

AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme

AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme mrpk kelainan seumur hidup. Fakta baru: autisme masa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. dianalisis maka ada beberapa hal yang ditemukan yaitu : panca indra. Dalam iklan oreo versi oreo dan handphone ayah terdapat

BAB IV ANALISIS DATA. dianalisis maka ada beberapa hal yang ditemukan yaitu : panca indra. Dalam iklan oreo versi oreo dan handphone ayah terdapat 84 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Dari penyajian data pada bab sebelumnya, kemudian data tersebut dianalisis maka ada beberapa hal yang ditemukan yaitu : 1. Penanda dan Petanda. Petanda merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UU No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir hingga berusia kurang lebih delapan (0-8) tahun. Dalam kelompok ini dicakup bayi hingga anak

Lebih terperinci

POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS. Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. Mencapai derajat Sarjana S-1

POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS. Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. Mencapai derajat Sarjana S-1 POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Psikologi Disusun Oleh : YULI TRI ASTUTI F 100 030

Lebih terperinci

II. Deskripsi Kondisi Anak

II. Deskripsi Kondisi Anak I. Kondisi Anak 1. Apakah Anak Ibu/ Bapak termasuk mengalami kelainan : a. Tunanetra b. Tunarungu c. Tunagrahita d. Tunadaksa e. Tunalaras f. Tunaganda g. Kesulitan belajar h. Autisme i. Gangguan perhatian

Lebih terperinci

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI Asep Ardiyanto PGSD FIP Universitas PGRI Semarang ardiyanto.hernanda@gmail.com Abstrak Bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penyesuaian Sosial 2.1.1. Pengertian Penyesuaian Sosial Schneider (1964) mengemukakan tentang penyesuaian sosial bahwa, Sosial adjustment signifies the capacity to react affectively

Lebih terperinci

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY Perkembangan bahasa Tahap perkembangan yang paling menakjubkan pada masa anak adalah saat anak mulai bisa berbicara Arti bahasa : Adalah suatu sistem komunikasi

Lebih terperinci

GURU DENGAN PEMAHAMAN PERILAKU KOMUNIKASI ANAK DENGAN AUTISM

GURU DENGAN PEMAHAMAN PERILAKU KOMUNIKASI ANAK DENGAN AUTISM GURU DENGAN PEMAHAMAN PERILAKU KOMUNIKASI ANAK DENGAN AUTISM Ade Dian Firdiana Email: adedianfirdiana@gmail.com Terapis Perilaku Pusat Layanan Autis Kota Malang Abstract: One of the developmental characteristics

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE CERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIALISASI

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE CERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIALISASI BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE CERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIALISASI A. Pelaksanaan Metode Cerita untuk Meningkatkan Kemampuan Sosialisasi di TK Tarbiyatul Athfal 14 1. Persiapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nuraeni, 2014 Meningkatkan kemampuan berbicara melalui Penggunaan media puzzle

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nuraeni, 2014 Meningkatkan kemampuan berbicara melalui Penggunaan media puzzle 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara merupakan salah satu aspek dari keterampilan berbahasa yang sangat diperlukan bagi perkembangan bahasa anak. Perkembangan bahasa merupakan kemampuan

Lebih terperinci

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kemampuan keterampilan dan sikap. Seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 1 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi beberapa simpulan dan saran. Beberapa simpulan hasil penelitian sebagai jawaban terhadap masalah-masalah penelitian yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya.

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN Uji validitas dan reliabilitas Uji signifikansi

HASIL PENELITIAN Uji validitas dan reliabilitas Uji signifikansi HASIL PENELITIAN Uji validitas dan reliabilitas Validitas alat ukur dalam penelitian ini adalah validitas isi, yaitu taraf sejauh mana isi atau item item alat ukur dianggap dapat mengukur hal hal yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Terlalu lelah.

LAMPIRAN. Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Terlalu lelah. LAMPIRAN LAMPIRAN Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Tingkat Aktifitas Tingkat aktifitas Gelisah, Terlalu lelah Jumlah pergerakan tidak

Lebih terperinci

Modul 3 PPG-Konten Kurikulum 1

Modul 3 PPG-Konten Kurikulum 1 C. Hakikat Seni Anak Usia Dini Seni mewakili perasaan dan persepsi tentang dunia anak. Seorang anak menggambar dan menulis untuk mengatur gagasan dan membangun makna dari pengalamannya (Baghban, 2007).

Lebih terperinci

Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi

Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi Autism aritnya hidup sendiri Karakteristik tingkah laku, adanya defisit pada area: 1. Interaksi sosial 2. Komunikasi 3. Tingkah laku berulang dan terbatas A. Adanya gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (verbal communication) dan komunikasi nonverbal (non verbal communication).

BAB I PENDAHULUAN. (verbal communication) dan komunikasi nonverbal (non verbal communication). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dan kompleks bagi kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya dengan manusia

Lebih terperinci