ANALISIS PENDIDIKAN DAN FILSAFAT EKSISTENSIALISME JEAN PAUL SASTRE. Mardiana Lasandang Guru SMP Cokroaminoto Luwuk
|
|
- Harjanti Hartono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS PENDIDIKAN DAN FILSAFAT EKSISTENSIALISME JEAN PAUL SASTRE Mardiana Lasandang Guru SMP Cokroaminoto Luwuk Menurut Jean Paul Sastre hakikat filsafat eksistensialisme, dimana kita akan menjadi atheis, sorang kristen, Yahudi, Islam merupakan eksistensi, bukanlah suatu teka-teki berdasarkan permainan kata-kata. Hal ini dibuktikan oleh Kierkegaard telah menjadi seorang Kristen. Karena Ia melihat Tuhan sebagai subjektivitas memaksa yang infinitif.; dan jika Tuhan akan mencampuri dalam dunia, maka itu haruslah melalui individu. Seperti Jean Paul Sastre, orang yang eksistensialis mungkin berkata : Saya sedang mencoba untuk menjadi seorang Kristen, atau Saya menghidupi kehidupan saya seolah-olah ada satu Tuhan,atau Saya sedang menjadi seorang Kristen. Ini adalah suatu kontras yang dramatis terhadap mengatakan: Saya adalah seorang Kristen. Saya diselamatkan. Dan jika Anda tidak merobah cara-cara Anda, Anda akan ke neraka. Juga Jean Paul Sastre melihat Tuhan sebagai suatu Makhluk yang subjektif, tidak objektif. Jean Paul Sastre menghampiri lebih dekat ke Tuhan dalam memahami dirinya sendiri, dalam kontras yang menyolok dengan mengetahui Tuhan dengan kepercayaan sebagai semboyan dari Kekristenan hari modern. Dan pada mulanya individu, bukan Tuhan. Secara imamen (dalam medium fantastis dari abstraksi), Tuhan tidak bereksistensi, ia hanya ada.. Tuhan hanya bereksistensi bagi seseorang yang bereksistensi, artinya, ia hanya dapat bereksistensi dalam kepercayaan. Tuhan, tobat dan sebagainya hanya ada untuk seseorang yang bereksistensi. Jika semua hal telah diselesaikan, maka Tuhan terletak dalam penyempurnaan, jika semua hal telah diselesaikan, tobat jadinya terletak dalam keseimbangan, tetapi tuhan dan tobat itu tidaklah bereksistensi. Oleh karena itu, kepercayaan adalah anitisipasi dari yang abadi yang menjaga kesatuan faktor-faktornya agar tetap bersama, perpecahaan-perpecahan dari eksistensi. Jika seorang individu yang bereksistensi tidak mempunyai kepercayaan, maka Tuhan tidak ada, begitu pula Tuhan tidak bereksistensi, kendatipun dimengerti dari suatu titik pandangan abadi, Tuhan itu abadi. Analisis eksistensialis Jean Paul Sastre tentang dilema pendidikan modern pedih dan konkrit walaupun mereka tidak mudah menjadikan solusi yang praktis. Sebagaimana yang telah ditunjukkan eksistensialisme bukanlah berguna dengan segera sebagai sumberjawaban terhadap masalah-masalah pendidikan praktis maksudnya adalah untuk memberi saran apa yang harus kita cari dan kearah mana aktivitas kita diarahkan. Hal ini bertujuan untuk merumput kebun yang telah babinya moralitas yang menghambat pertumbuhan tumbuhan-tumbuhan yang lain. Hal ini merupakan suatu usaha untuk menghadapi isu-isu pendidikan dan moral yakni dilema eksistensi manusia. Bagi pendidik modern, esksitensialis merupakan pernyataan untuk menangkis tuntutan-tuntutan dan tekanan masyarakat dan mencari pendidikan dan membuang yang baru dalam mencari pendidik dan untuk individu. Siswa-siswa Profesor Jean Paul Sastre bertanya tentang seseorang yang sebenarnya dapat membuat nilai dengan melakukan pilihan bebas, namun mereka
2 2 berkesimpulan, kita tidak boleh selalu menekankan kebutuhan setiap individu menyatakan atau menolak nilai-nilai yang baru ada dan sudah siap dibuat. Perang terhadap kehipokritan moral yang dipelopori oleh Kierkegaard dan yang diteruskan Sastre harus menjadi perang pribadi setiap pendidik untuk membangun percaya diri dan hormat diri anak muda pada awal kedewasaannya. Demikian juga gelisah dalam nilai setiap doktrin yang secara drastis membatasi konsep-konsep tentang tradisi dan masyarakat khususnya berkenaan dengan perbedaan antara eksistensialis dan pendidik modern dalam hal pemenuhan kebutuhan individu versus sosial. Dia menunjukkan batasanbatasannya dengan mengacu kepada Jean Paul Sastre. Ketidakmampuan eksistensialis untuk memperluas dan menggeneralisasikan merupakan akibat logis dari doktrin yang begitu muda dan bebas. Mungkin perluasan dan generalisasi akan mengarahkan kepada struktur filosofis yang cocok yang tidak diinginkan kaum eksistensialisme. Sementara itu, istilah eksistensialisme muncul tidak lebih dari signifikansi nominal. Contohnya apa yang telah dilakukan ide Jean Paul Sastre tentang rasa takut (Angst) terhadap konsep misteri Jean Paul Sastre s?. Apa hubungannya antara ide Heidegger tentang Sein zumtode melahirkan panggilan Sastre untuk melakukan komitmen (keterlibatan)?. Dimana kita tempatkan Jaspers yang ketika menyusun fondasi baru tentang filofofis eksistensi menyatakan kembali peran sains dan agama?. Filosofis dan penulis lain yang telah ditempatkan dalam golongan eksistensialis adalah Nietsche, Carlyle, Rousselot, Husserl, Kafka, banyak yang lain belum disebut, walaupun banyakan pandangan mereka yang bertentangan. Bahkan Leguier dipercayai oleh Sastre dengan menyatakan Faire, et en faisant, se faire (untuk dilakukan, dan dalam proses melakukan, untuk menjadi). Pertentangan yang paling kritis dalam membedakan perbedaan-perbedaan mengitari nilai dan maknanya. Kenyataannya jelas bukan gaya filosofis eksitensialis membuat Kierkegaard mengikuti jalannya yang baru memuji Tuhan dan keselamatan. Jaspers terhadap pernyataan tentang filosofis yang dikomunikasi secara murni. Marcel tentang jenis baru faham katolik serta Heidegger dan Sastre terhadap apa yang nampaknya harus kepada kebanyakan orang Amerika berbahaya, jika tidak suka menentang penolakan terhadap semua nilai sosial dan agama fakta ini hampir memaksa kita untuk mengambil keputusan pribadi seperti siapa yang benar dan siapa yang salah. Kesimpulan yang aman adalah perkembangan terakhir di sekolah filosofis ini belum dibuat dan semua jalan yang dicari oleh orang ini akan diteliti lebih jauh dan dalam beberapa hal kemungkinan dipecahkan. Dalam hasil hanya orang seperti Karl Barth dan Martin Buber, penomologi radikal Sastre dan Heidegger mungkin diselesaikan dengan sikap Marcel dan Jasper s yang lebih religius. Karena diberi dasar keyakinan tentang eksitensi, kemungkinan pendekatan yang paling baik terhadap setiap jenis generalisasi ada dalam pemikiran Heidegger dan Sastre, walaupun kesimpulan-kesimpulannya berbahaya dan radikal. Yakinlah tidak ada orang yang dapat menolak keberanian kedua pemikir ini yang dalam analisisnya tentang eskistensi manusia telah menelanjangi ketegori warisan nilai dan makna tentang semua hal yang menutupinya. Keinginan untuk menghadapi dengan tidak merasa malu, sebenarnya jika anda ingin masalah dan makna eksistensi manusia sebagai eksistensi individu merupakan tekanan dan panggilan yang mempunyai karekteristik falsafah eksistensialis. Tidak ada alasan
3 3 untuk meragukan kemungkinan bahwa jenis analisis yang radikal ini dan proposisi tentang alam yang lebih signifikan dan optimistik daripada harus selip eksistensialisme. Jika ditujukan untuk penyelesaian dan menjadi falsafah bermakna dan dapat diadaptasikan terhadap manusia modern, akan menjadi lebih utama sebagai hasil dari jenis analisis dengan teliti yang digunakan oleh kedua pemikir ini. Tetapi jika perkembangan terakhir dalam faham sksitensialis belum muncul pengaruh doktrin tidak ditolak. Critikal disini merupakan karya dua kaum kontemporer seperti Erich Fromm dan David Riesman. Yang terdahulu merupakan seorang psikoanalis dan pengkritik budaya, yang kedua seorang psikologis sosial. Dengan menggunakan metode dan ruang lingkup pengetahuan sosial kontemporer, keduanya berbicara dengan istilah dannilai yang dapat diterima dan dapat diterjemahkan ke dalam logika eksistensialis, sehingga Erich Fromm menyatakan dalam analisisnya tentang dasar kebebasan: kebebasan positif terdiri dari aktivitas spontan tentang kepribadian yang terintegrasi total. Dia menggambarkan bagaimana penguasa-penguasa yang tidak dikenal tentang media massa dan control dalam pemerintahan dan industri dengan tidak bisa dihindarkan menghasilkan kedua conformis dan kepribadian-kepribadian independen. Perbedaan penjelasan Riesman antara penyesuaian otonomi, dan anomi dalam karakter sosial dengan hati-hati melukiskan nilai kepribadian otonomi dalam jenis karekter, yang digambarkan sebagai diarahkan di dalam dan diarahkan ke yang lain. Yang pertama, dalam model eksistensialis, menggunakan sistem nilai sendiri, suara hati dan mengarahkan untuk membimbing kehidupan dan aktivitas-aktivitasnya. Mereka merupakan self piloting sesuai dengan apa yang suara-suara dalamnya menyuruh mereka untuk berbuat. Orang yang diarahkan ke yang lain berkaitan dengan yang lainnya Heidegger. Mereka sensitif terhadap apa yang dipikirkan orang lain tentang mereka; mereka nampaknya rindu untuk disetujui dan sedih ketika ditolak. Kebebasan untuk menentukan terhadap kasus aksi yang akan menjadi miliknya membawa mereka untuk mejadi takut sekali jika tidak sampai panik. Di dalam Fromm dan Riesman, seperti dalam ilmuwan sosial lainnya, kami menekankan pada nilai-nilai pribadi dan otonomi tentang kebebasan dan memahami penelitian ilmiahnya dengan mana nilai-nilai ini. Tujuan kami disini adalah tidak akan terlalu banyak mendemonstrasikan pengaruh eksistensialis terhadap pengetahuan sosial kontemporer akan tetapi menyarankan akibat-akibat yang mungkin pada hal-hal tentang penelitian ilmiah sosial yang modern dan proses filosofis kaum eksistensialis. Karena banyak guru sendiri diarahkan yang lain, wajarlah mereka menjawab secara tidak kritis dan secara simpatik kepada siswa-siswa yang bertahan terhadap yang diinformasikan khususnya mengenai apa yang mereka harpkan. Mereka meminta dan menerima dari guru tugas-tugas yang jelas diterima menunjukkan persetujuan dan memberikan status. Sebaliknya karya Fromm, Riesman dan yang lain bercampur dengan doktrin eksistensialis untuk mendesak bahwa guru-guru belajar bagaimana mengatasi siswa yang diarahkan ke dalam yang ingin menjadi tokoh-berangkat dengan dirinya sendiri, bebas dari konvensi dan bentuk yang kaku dari organisasi kelas. Ketidakdapat disiplinan William Jame s mungkin cocok menjadi produk yang paling dibanggakan di sekolah ada waktu-waktunya yang bila guru perlu meninggalkan siswanya sendiri
4 dan sebenarnya untuk melindunginya dari gangguan; Dia perlu menggali seni memahami idiosinkrasi bila di bawah kontrol pikiran dan tidak dalam fakta subversif. Ini berarti bahwa dalam pendidikan formal tentang guru bayaran yang besar perlu ditempatkan pada kepribadian inner directed yang ada pada sekarang dan kebebasan yang besar diberikan untuk spontanitas pikiran dan tindakan. Bagaimanapun juga belajar merupakan masalah pribadi, suatu sintesa pribadi dan kreatif dan interpretasi tentang pengalamannya sendiri. Hampir tidak dapat diharapkan bahwa siswa akan mendapatkan keuntungan secara eksistensialis dari guru yang mereka sendiri tidak didik dalam semangat dan maksud eksistensialis. Khususnya dalam sistem pendidikan Jean Paul Sastre berorientasi secara sosial dan dimana proses kelompok diberikan banyak permainan, guru menyetujui secara tidak kritis sebelum terori umum yang mayoritas harus benar atau harus memiliki pengetahuan yang lebih besar dari individu yang mayoritas atau kelompok tersebut dibangun. Sementara teori yang demikian secara umum benar faktanya dilupakan sehingga individu kadang-kadang bisa lebih benar dari kelompok itu. Akan tetapi kebanarannya mungkin dihancurkan oleh keputusan pikiran yang sedikit. Eksistensialis mengingatkan guru bahwa kelompok terdiri dari individu-individu; sehingga kelompok bisa takut, ditakuti, cerdas, bodoh, sebagai anggota individunya, Sesungguhnya kelompok dapat lebih jelek dari individu yang memisahkan diri. William Sarayon pernah mengamati di suatu daerah bahwa banyak sekali individu-individu terkesan hanya dalam aritmetika seperti satu juta lebih dari satu misalnya. Kelompok tidak mencat gambar, atau melahirkan anak atau membuat lagu. Mungkin ada sekolah-sekolah pikiran atau sekolah aktivitas, tetapi leluhurnya biasa sendiri-sendiri. Idenya adalah menyalurkan ciptaan individu; Einstein dalam matemetika, Hemingway dalam sastra, Picasso dalam seni, Gandhi dalam reformasi sosial, Fermi dalam sain, Pasteur dalam kedokteran. Semua individu ini bekerja melawan arus yang merupakan opini mayoritas. Sekolah seni, musikal, satra, filsafat dibuat oleh individu-individu. Sekolah atau kelompok tersebut menjadi cermin, penilai, penyetor tentang kreativitas individu. Eksistensialis bukan sistem filosofis sebagai suatu bentuk baru dalam berfilsafat. Kita biasanya berpikir tentang filosof sebagai seseorang pengamat yang tanpa motif praktis, belajar dan berkonstemplasi tentang pertanyaan yang bersifat abadi tentang kebaikan dan keburukan, esensi dan eksistensi. Profesor Allen menyatakan eksistensialisme merupakan usaha berfilsafat dari sudut pandang aktor daripada, yang sudah biasa; dari sudut pandang penonton. Akhirnya, jatuhnya nilai eksistensialisme tentang manusia dan tengan keberadaan kita yang berorientasi sosial berhembus seperti angin segar melalui kontroversi individu dalam hubungannya dengan masyarakat. Hal itu bukanlah jawaban terhadap masalah tersebut. Namun, usahanya untuk mengembangkan moralitas yang baru sejajar dengan pernyataan lengkap dari kebebasan individu, membawa kita ke suatu pengenalan yang banyak dibutuhkan sehingga kemungkinan kita lelah terlalu jauh menekankan terhadap masyarakat dan mungkin sekolah-sekolah negeri kita akan berakhir dengan melakukan kekerasan terhadap individu jika mereka terus mempertahankan pengabdiannya yang sekarang kurang kritis terhadap keanoniman dengan pemikiran masyarakat. 4
5 DAFTAR PUSTA Jean Paul Sastre. (1947). Existensialism. New York: Philosophical Library. 5
EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme:
EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme: Filsafat eksistensialisme merupakan pemberontakan terhadap beberapa sifat dari filsafat tradisional dan masyarakat modern. Eksistensialisme suatu protes terhadap
Lebih terperinciFilsafat eksistensialisme
Filsafat eksistensialisme Sejarah munculnya eksistensialisme Istilah eksistensialisme dikemukakan oleh ahli filsafat Jerman Martin Heidegger (1889-1976) Eksistensialisme adalah merupakan filsafat dan akar
Lebih terperinciNama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi.
Nama Mata Kuliah Modul ke: Filsafat Manusia Fakultas Fakultas Psikologi Masyhar MA Program Studi Program Studi www.mercubuana.ac.id EKSISTENSIALISME Template Modul https://www.youtube.com/watch?v=3fvwtuojuso
Lebih terperinciAreté Volume 02 Nomor 02 September 2013 RESENSI BUKU 2. Simon Untara 1
199 RESENSI BUKU 2 Simon Untara 1 Judul Buku : Tema-tema Eksistensialisme, Pengantar Menuju Eksistensialisme Dewasa Ini Pengarang : Emanuel Prasetyono Penerbit : Fakultas Filsafat Unika Widya Mandala Surabaya,
Lebih terperinciModul ke: Kematian. 11Fakultas PSIKOLOGI. Shely Cathrin, M.Phil. Program Studi Psikologi
Modul ke: 11Fakultas PSIKOLOGI Kematian Shely Cathrin, M.Phil Program Studi Psikologi Pokok Bahasan Abstract Kematian merupakan salah satu soal paling penting dari eksistensialitas manusia, dimana manusia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apabila dilihat dari sudut pandang spiritual, dunia ini terbagi ke dalam dua karakter kehidupan spiritual, yaitu: Bangsa-bangsa barat yang sekuler dalam arti memisahkan
Lebih terperinciFilsafat dan Teori Pendidikan. Oleh. Fauzan AlghiFari / / TP-B
Filsafat dan Teori Pendidikan Oleh Fauzan AlghiFari / 15105241008 / TP-B http://fauzanfari.blogs.uny.ac.id Berikut aliran-aliran dalam filsafat pendidikan : A. Filsafat Pendidikan Progresivisme Progresivisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak manusia menghidupi kehidupan palsu. Kehidupan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dewasa ini, banyak manusia menghidupi kehidupan palsu. Kehidupan yang ditampilkan di luar tidak ditopang dengan penghayatan hidup yang dipilihnya. Dengan kata lain,
Lebih terperinciFILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI
Nama Mata Kuliah Modul ke: FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI Fakultas Fakultas Psikologi Masyhar, MA Program Studi Program Studi www.mercubuana.ac.id Posisi Filsafat dalam ilmu-ilmu 1) Filsafat dapat menyumbang
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di
Bab 5 Ringkasan Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di Jepang. Wanita kelahiran 26 Februari 1961 mengawali karir sebagai penulis komik sejak umur tujuh belas tahun. Setelah mendapatkan
Lebih terperinciFilsafat Ilmu dan Logika
Filsafat Ilmu dan Logika Modul ke: METODE-METODE FILSAFAT Fakultas Psikologi Masyhar Zainuddin, MA Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengantar metode filsafat bukanlah metode ketergantungan
Lebih terperinciFILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE ( )
FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE (1866-1952) Filsafat Sejarah Croce (1) Benedetto Croce (1866-1952), merupakan pemikir terkemuka dalam mazhab idealisme historis. Syafii Maarif mengidentifikasi empat doktrin
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Setelah menganalisis struktur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel Atheis
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Setelah menganalisis struktur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel Atheis karya Akhdiat Kartamihardja dengan menggunakan kajian strukturalisme genetik penulis dapat
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Rekonstruksi teologi antroposentris Hassan Hanafi merupakan
344 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan tiga rumusan masalah yang ada dalam penelitian tesis berjudul Konstruksi Eksistensialisme Manusia Independen dalam Teologi Antroposentris Hassan Hanafi, maka
Lebih terperinciModul ke: FILSAFAT MANUSIA KEMATIAN. Ahmad Sabir, M. Phil. Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI.
Modul ke: FILSAFAT MANUSIA KEMATIAN Fakultas PSIKOLOGI Ahmad Sabir, M. Phil. Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Kematian Manusia Kematian merupakan batas historisitas manusia yang telah dimengerti
Lebih terperinciDasar-Dasar Etika Michael Hariadi / Teknik Elektro
Dasar-Dasar Michael Hariadi / 1406564332 Teknik Elektro Sama halnya antara karakter dan kepribadian, demikian juga antara etika dan moralitas yang penggunaan sering menjadi rancu. berasal dari bahasa Yunani,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berkomunikasi dengan orang lain sebagai wujud interaksi. Interaksi tersebut selalu didukung oleh alat komunikasi vital yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Modernisasi menjadi fenomena yang sangat penting dalam dunia kerja.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modernisasi menjadi fenomena yang sangat penting dalam dunia kerja. Selain dampaknya terhadap penggunaan alat-alat produksi dan strategi pemasaran. Modernisasi juga
Lebih terperinciBAB V. FILSAFAT EKSISTENSIALISME DAN FENOMENOLOGI (Bahan Pertemuan Ke-6)
BAB V FILSAFAT EKSISTENSIALISME DAN FENOMENOLOGI (Bahan Pertemuan Ke-6) Eksistensialisme dan fenomenologi merupakan dua gerakan yang sangat erat dan menunjukkan pemberontakan terhadap metoda-metoda dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tidak terlepas dari segi-segi kehidupan manusia. Kesenian juga merupakan cerminan dari jiwa masyarakat. Negara
Lebih terperinciMENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa
MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa Keith Johnstone (1999) menjelaskan bahwa mendongeng atau bercerita (storytelling) merupakan produk seni budaya kuno. Hampir semua suku bangsa di dunia memiliki tradisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pada Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Penemuan (Discovery Method) Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan studi individual, manipulasi objek-objek dan eksperimentasi oleh siswa.
Lebih terperinciBAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN
50 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Perwujudan Karya Seni Kemajuan yang tengah dialami oleh kaum feminis (perempuan) merupakan suatu titik puncak kejenuhan atas ideologi patriarki, penulis sendiri
Lebih terperinciNama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi.
Nama Mata Kuliah Modul ke: Filsafat Manusia Fakultas Fakultas Psikologi Masyhar MA Program Studi Program Studi www.mercubuana.ac.id HUBUNGAN ANTARSUBJEKTIF DAN HUBUNGAN DENGAN DUNIA INFRAHUMAN Template
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa untuk mengikuti kegiatan ini tidak memerlukan kecerdasan, bahkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Banyak pandangan orang bahwa olahraga di sekolah adalah pelajaran yang paling disukai siswa karena dianggap tidak menggunakan otak, tetapi hanya memerlukan
Lebih terperinci2014 ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK TERHADAP NILAI-NILAI EKSISTENSIALISME DALAM NASKAH TEATER HUIS CLOS KARYA JEAN-PAUL SARTRE
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Karya sastra tidak luput dari pandangan pengarang terhadap kondisi yang terjadi di lingkungannya, seperti sejarah, budaya, agama, filsafat, politik dan sebagainya.
Lebih terperinciBAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN
BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,
Lebih terperinciMAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan
MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN Imam Gunawan PRAGMATISME Dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simalungun merupakan salah satu suku dengan ragam keunikan yang dimiliki, tanah yang subur, masyarakat yang ramah dan lemah lembut. Memiliki kekayaan warisan budaya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. esensialisme, pusat perhatiannya adalah situasi manusia. 1. Beberapa ciri dalam eksistensialisme, diantaranya: 2
BAB II KAJIAN TEORI A. Teori Eksistensi Soren Kierkegaard Eksistensialisme secara etimologi yakni berasal dari kata eksistensi, dari bahasa latin existere yang berarti muncul, ada, timbul, memilih keberadaan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa 5.1.1 Rencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanggapan, maupun respon positif dari orang lain. ditunjukkan kepada orang lain), membuat pendengar memahami yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang yang memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif akan selalu mudah menyampaikan dan menerima pesan atau ide terhadap orang lain dalam segala hal dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat untuk melakukan komunikasi dan bekerja sama dengan orang lain serta alat untuk mengidentifikasi diri. Bahasa memiliki peranan didalam perkembangan
Lebih terperinciANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN
ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN 1. Pesat tapi tidak merata. - Otot besar mendahului otot kecil. - Atur ruangan. - Koordinasi mata dengan tangan belum sempurna. - Belum dapat mengerjakan pekerjaan
Lebih terperinciPENILAIAN KETERAMPILAN PROSES.
PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES readonee@yahoo.com IPA terbentuk & berkembang melalui suatu proses ilmiah, yang juga harus dikembangkan pada peserta didik sebagai pengalaman bermakna yang dapat digunakan
Lebih terperinciPRAGMATISME (1) Pragmatisme:
Pragmatisme: PRAGMATISME (1) Pragmatisme merupakan gerakan filsfat Amerika yang mencerminkan sifat-sifat kehidupan Amerika. Pragmatisme banyak hubungannya dengan nama seperti Charles S. Peirce (1839-1934),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian. 1.1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Konflik merupakan bagian dari kehidupan umat manusia yang akan selalu ada sepanjang sejarah umat manusia. Sepanjang seseorang masih hidup hampir mustahil
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. masyarakat Eropa pada umumnya. Semangat revolusi Perancis sangat
119 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Didasarkan pada apa yang sudah ditanyakan pada penelitian ini sebagai rumusan masalah dan dibahas pada bab II dan III dapat ditarik kesimpulan bahwa revolusi perancis
Lebih terperinciALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS 1. PROGRESSIVISME a. Pandangan Ontologi Kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu,
Lebih terperinciFilsafat Pendidikan. Oleh Fiqi Kurnia Rachman TP-B
Filsafat Pendidikan Oleh Fiqi Kurnia Rachman 15105244011 TP-B 2015 http://fiqirachman.blogs.uny.ac.id/ Filsafat pendidikan adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang pendidikan sampai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pemikiran Yoga dapat dilihat sebagai suatu konstelasi pemikiran filsafat, bukan hanya seperangkat hukum religi karena ia bekerja juga mencapai ranah-ranah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Melihat dan mengalami fenomena kehidupan konkrit manusia di jaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Melihat dan mengalami fenomena kehidupan konkrit manusia di jaman modern sangat sulit untuk menemukan sebuah kehadiran dan relasi yang bermakna. Karena, perjumpaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, yang berlangsung
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini pada akhirnya menemukan beberapa jawaban atas persoalan yang ditulis dalam rumusan masalah. Jawaban tersebut dapat disimpulkan dalam kalimat-kalimat sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam semua aspek kehidupan manusia termasuk
Lebih terperinci5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)
Nama : No HP : Alamat : Pendidikan Terakhir : 1. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Pemikiran dan perhatian ditujukan ke dalam,
Lebih terperinciLangkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut:
Nama : Hana Meidawati NIM : 702011109 1. Metode Ceramah Penerapan metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan tidak asing lagi dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. SIMPULAN
101 BAB V PENUTUP A. SIMPULAN Memperoleh pendidikan pada dasarnya merupakan suatu hak bagi tiap individu. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang ditakdirkan untuk memperoleh pendidikan. Perolehan pendidikan
Lebih terperinciFalsafah ialah satu disiplin ilmiah yang mengusahakan kebenaran yang bersifat umum dan mendasar.
Falsafah ialah satu disiplin ilmiah yang mengusahakan kebenaran yang bersifat umum dan mendasar. Kata filsafat Berasal dari bahasa Yunani Φιλοσοφία philosophia, yang berarti love of wisdom atau mencintai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,
Lebih terperinciMORALITAS SEBAGAI PEMAHAMAN SOSIAL DAN PENALARAN MORAL PADA ANAK USIA DINI
MORALITAS SEBAGAI PEMAHAMAN SOSIAL DAN PENALARAN MORAL PADA ANAK USIA DINI MORALITAS SEBAGAI PEMAHAMAN SOSIAL Menurut perspektif pengembangan kognitif, teori kedewasaan dan pengalaman sosial menjurus kepada
Lebih terperinciBAB VIII SEJARAH FILSAFAT CINA
BAB VIII SEJARAH FILSAFAT CINA A. PENGANTAR Filsafat Cina bermula pada masa awal seribu tahun pertama sebelum Masehi. Pada awal abad ke-8 sampai dengan abad ke-5 sebelum Masehi filsafat Cina mempunyai
Lebih terperinciALIRAN FILSAFAT EKSISTENSIALISME
Dengan Nama Allaah yang menggenggam ajal kami ALIRAN FILSAFAT EKSISTENSIALISME Oleh: AAN SUKANDAR Eksistensialisme adalah aliran filsafat yg pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergaulan adalah salah satu kebutuhan manusia, sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui
Lebih terperinciKebenaran Kitab Suci Diterjemahkan dari Family Radio Bukti-Bukti Luar
Kebenaran Kitab Suci Diterjemahkan dari Family Radio http://www.familyradio.com/cross/tract/how-true.htm Bukti-Bukti Luar Bukti-bukti luar, yaitu fakta-fakta diluar Kitab Suci memperlihatkan bahwa Kitab
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut Nasution (2010), memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
BAB V PENUTUP Manusia dalam kehidupannya adalah manusia yang hidup dalam sebuah institusi. Institusi yang merupakan wujud implementasi kehidupan sosial manusia. Di mana pun keberadaannya manusia tidak
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Socratic diturunkan dari nama socrates, seorang filosofi yang sangat
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Socratic Circles Socratic diturunkan dari nama socrates, seorang filosofi yang sangat terkenal dan berpengaruh pada pengembangan keterampilan berpikir kritis. Selama berabad-abad,
Lebih terperinciBAB II PENGENALAN TERHADAP TUHAN
BAB II PENGENALAN TERHADAP TUHAN A. Kemampuan Manusia Mengenal Tuhan. Manusia diakui memiliki kemampuan yang Iebih dibanding makhluk Iainnya untuk mengetahui kebenaran, membedakan yang baik dan yang buruk.
Lebih terperinciBAB II TELAAH EKSISTENSI SECARA UMUM. berasal dari bahasa Inggris yaitu excitence; dari bahasa latin existere yang berarti
20 BAB II TELAAH EKSISTENSI SECARA UMUM A. Pengertian Eksistensi Secara etimologi, eksistensialisme berasal dari kata eksistensi, eksistensi berasal dari bahasa Inggris yaitu excitence; dari bahasa latin
Lebih terperinciMAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan
MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN Imam Gunawan PERENIALISME Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad 20. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal
2.1 Kecerdasan Interpersonal BAB II KAJIAN TEORI 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal bisa dikatakan juga sebagai kecerdasan sosial, diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan
Lebih terperinciKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh: CITA
Lebih terperinciyang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan
Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup
Lebih terperinciKonstitusi Rancangan Rusia untuk Suriah: Pertimbangan tentang Pemerintahan di Kawasan Tersebut
Konstitusi Rancangan Rusia untuk Suriah: Pertimbangan tentang Pemerintahan di Kawasan Tersebut Leif STENBERG Direktur, AKU- Dalam makalah berikut ini, saya akan mengambil perspektif yang sebagiannya dibangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah homo pluralis yang memiliki cipta, rasa, karsa, dan karya sehingga dengan jelas membedakan eksistensinya terhadap makhluk lain. Karena memiliki
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang bertujuan untuk
173 BAB VI PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam rumusan masalah. Adapun kesimpulan dari hasil penelitian ini antara
Lebih terperinciDokumenter Episode ke 3. Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep
Dokumenter Episode ke 3 Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep Menemukan Ide Untuk mendapatkan Ide, dibutuhkan kepekaan dokumentaris terhadap lingkungan sosial, budaya, politik, dan alam semesta Rasa INGIN
Lebih terperinciLAMPIRAN LAMPIRAN A PEDOMAN WAWANCARA. Data Kontrol: 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan 4. Tinggal bersama siapa saja
LAMPIRAN LAMPIRAN A PEDOMAN WAWANCARA Data Kontrol: 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan 4. Tinggal bersama siapa saja Gambaran Kehidupan Subjek Kehidupan/ kegiatan partisipan Identitas dan pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan kemampuan manusia, baik yang berada di lingkungan sekolah maupun di luar
Lebih terperinciStatus Rohani Seorang Anak
Status Rohani Seorang Anak PENDAHULUAN Kita yang melayani anak-anak di gereja atau di yayasan gerejawi perlu memiliki keyakinan tentang status rohani seorang anak di hadapan Tuhan, berdasarkan Firman Tuhan.
Lebih terperinciFILSAFAT MANUSIA LANDASAN KOMUNIKASI MANUSIA & BAHASA. Ahmad Sabir, M. Phil. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI
Modul ke: FILSAFAT MANUSIA LANDASAN KOMUNIKASI MANUSIA & BAHASA Fakultas PSIKOLOGI Ahmad Sabir, M. Phil. Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Defenisi Eksistensialisme Secara etimologis eksistensialisme
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN SINETRON KEPOMPONG DI TELEVISI DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTERI
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN SINETRON KEPOMPONG DI TELEVISI DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTERI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan manusia menjadi penunjang keberlangsungan hidup manusia. Manusia dengan akal budinya
Lebih terperinciFilsafat Manusia. Sosialitas Manusia. Cathrin, M.Phil. Modul ke: 03Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi
Modul ke: 03Fakultas Shely PSIKOLOGI Filsafat Manusia Sosialitas Manusia Cathrin, M.Phil Program Studi Psikologi Pokok Bahasan Abstract Membahas mengenai sosialitas manusia menurut pemikiran filsuf mengenai
Lebih terperinciPertemuan 2 ETIKA PROFESI
Pertemuan 2 ETIKA PROFESI Pembahasan 1. Pengertian Profesi 2. Etika Profesi 3. Etika Komputer 4. Profesional & Profesionalisme 5. Prinsip-prinsip yang menjadi tanggung jawab seorang Profesional I. Pengertian
Lebih terperinciRELEVANSI FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN. Oleh Dr. Raja Oloan Tumanggor
RELEVANSI FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN Oleh Dr. Raja Oloan Tumanggor Pokok Persoalan Apakah filsafat manusia itu? Apa perbedaan filsafat manusia dengan ilmu lain (dalam hal ini psikologi klinis)? Apa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai. dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1.
BAB V PENUTUP Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1. Kesimpulan Teologi pluralisme agama memang simpatik karena ingin membangun teologi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Simpulan
BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari keseluruhan kajian mengenai pemikiran Kiai Ṣāliḥ tentang etika belajar pada bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan penting, terutama mengenai konstruksi pemikiran
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif
BAB II LANDASAN TEORI Interaksi berkaitan erat dengan istilah komunikasi. Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yang terlibat di dalamnya, yaitu komunikator, komunikan, pesan dan saluran atau media (Sardiman
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah
Lebih terperinci: PETUNJUK PENGISIAN SKALA
65 No : PETUNJUK PENGISIAN SKALA 1. Sebelum menjawab pernyataan, bacalah secara teliti 2. Pada lembar lembar berikut terdapat pernyataan yang membutuhkan tanggapan Anda. Pilihlah salah satu tanggapan yang
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang
220 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa krisis spiritual manusia modern dalam perspektif filsafat Perennial Huston Smith dapat dilihat dalam tiga
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Melalui analisis, dapat terlihat berbagai kritik sosial yang diungkapkan oleh SGA dalam Kalatidha. Kritik dalam Kalatidha dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam
Lebih terperinciBAB II TEORI FENOMENOLOGI ALFRED SCHUTZ. akademik di Universitas Vienna, Austria dengan mengambil bidang ilmuilmu
37 BAB II TEORI FENOMENOLOGI ALFRED SCHUTZ A. Teori Fenomenologi Alfred Schutz lahir di Wina pada tahun 1899 dan meninggal di New York pada tahun 1959. Ia menyukai musik, pernah bekerja di bank mulai berkenalan
Lebih terperinciRANGKUMAN Penggolongan Filsafat Pendidikan menurut Theodore Brameld: 1. Tradisi filsafat klasik yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh dari teori Plato,
RANGKUMAN Penggolongan Filsafat Pendidikan menurut Theodore Brameld: 1. Tradisi filsafat klasik yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh dari teori Plato, Aristoteles, thomas Aquinas muncullah Perenialisme.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial yang berlaku dan berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam artikel Japan s Suicide Generation 1, dikatakan bahwa bunuh diri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam artikel Japan s Suicide Generation 1, dikatakan bahwa bunuh diri bukanlah suatu hal yang baru dalam masyarakat Jepang. Tingkat bunuh diri di Jepang setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial. Pendidikan adalah usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang berkualitas sangat diperlukan dalam upaya mendukung terciptanya manusia yang cerdas dan mampu bersaing diera globalisasi. Pendidikan mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Permasalahan Jean Paul Sartre seorang filsuf eksistensialis dari Perancis mengatakan bahwa manusia dilahirkan begitu saja ke dalam dunia ini, dan ia harus segera menanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain, manusia mempunyai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain, manusia mempunyai banyak kelebihan. Inilah yang disebut potensi positif, yakni suatu potensi yang menentukan eksistensinya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun sering menjadi momok bagi peserta didik, bahkan banyak yang menganggap bahwa Bahasa Indonesia
Lebih terperinciFilsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan RESENSI BUKU
RESENSI BUKU Judul : Filsafat Ilmu Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan Penulis : Mohammad Muslih Penerbit : Belukar Yogyakarta Cetakan : I, 2005 Tebal : XI + 269 halaman
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat
Lebih terperinci