PROPOSAL PENGEMBANGAN KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, DAN TRANSGENDER (LGBT) DALAM PERSPEKTIF AGAMA BUDDHA
|
|
- Lanny Atmadjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PROPOSAL PENGEMBANGAN KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, DAN TRANSGENDER (LGBT) DALAM PERSPEKTIF AGAMA BUDDHA BIDANG KEGIATAN: PKM-GAGASAN TERTULIS DIUSULKAN OLEH: Dandan Lestari ( ) SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA (STAB) KERTARAJASA BATU
2 RINGKASAN Sepanjang sejarah peradaban manusia, LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) selalu menjadi polemik. Demikian pula dalam komunitas Buddhis. Berbagai label negatif dilekatkan kepada LGBT yang menimbulkan diskrimimasi sosial sehingga menekankan kelompok tersebut. Ajaran Buddha tentang LGBT terkait dengan istilah pandaka maupun ubhatobyanjanaka. Vinaya menentukan bahwa kelompok tersebut tidak dapat menjadi seorang bikkhu. Di sisi lain, Buddha mengajarkan kesetaraan dan cinta kasih kepada semua makhluk. Ajaran ini mengantisipasi homofobia dan diskriminasi sosial. Selain itu, permasalahan pokok dalam pandangan Buddhis, bukanlah heteroseksual atau homoseksual, melainkan pengendalian diri dan pencapaian pencerahan tanpa keterikatan pada hawa nafsu. Kata kunci: LGBT, pandaka, ubhatobyanjanaka, Buddhisme PENDAHULUAN Homoseksual sudah menjadi polemik sejak peradaban manusia menyejarah. Dua sisi koin menggambarkan problematis yang menjadikan masalah biologis ini menjadi fenomena sosial. Di satu sisi, tidak dapat ditampik kecenderungan seksual menyukai sesama jenis. Selain itu, normanorma gender juga menarik batas hitam-putih perilaku sosial perempuan dan laki-laki, sehingga sanksi sosial akan menimpa seseorang yang melangkah di luar batas-batas itu, misal dengan memberi label negatif banci kepada seorang laki-laki yang bersikap keperempuanperempuanan. Tak sedikit orang yang merasa tak berdaya karena terperangkap dalam tubuh yang salah, laki-laki yang merasa jiwanya perempuan atau sebaliknya. Ketidakberdayaan ini membawa mereka pada keputus-asaan dan keinginan untuk bunuh diri. Selain itu, stigma negatif membuat penderitaan yang sangat besar bagi orang yang kelompok homoseksual, biseksual, dan trans-gender (LGBT) ini. Oleh karena itu, artikel ini akan menguraikan perspektif Buddhis tentang LGBT yang membawa pencerahan dengan mengutamakan pengendalian diri dan kesetaraan semua makhluk. Artikel ilmiah ini ditulis dalam rangka lomba penulisan artikel karya ilmiah Mahaniti Loka Dhamma tingkat nasional ke-v tahun 2016.
3 GAGASAN Pada dasarnya tidak ada alasan untuk mendeskriminasi LGBT karena mereka juga adalah manusia seperti kita. Seperti yang diungkapkan Kusumaningrum (2008: 111), Lesbian adalah manusia perempuan seperti manusia pada umumnya, dimana dalam 24 jam kehidupannya sehari adalah beraktivitas dan hidup seperti manusia lainnya: bernafas, berpikir, atau belajar atau berkegiatan lain seperti umumnya manusia lainnya yang berbeda hanya prefensi seksualnya. Lebih lanjut, Dr. John F. Knight (2004: 181) menjelaskan, lesbianisme terjadi apabila dua orang wanita tertarik satu sama lain secara seksualitas. Kaum lesbian pada umumnya tidak memiliki ketertarikan kepada teman prianya. Mereka merasa anggota teman sejenis kelamin mereka lebih menarik untuk diajak bergaul, dan menikmati suatu hubungan erotis dengan mereka. Selain lesbian, homoseksual juga mencakup gay, yang mengacu pada pria yang menganggap pria lain lebih menarik secara seksual daripada perempuan (Knight, 2004: 182). Kemungkinan lain adalah biseksual, yaitu seseorang individu yang tertarik pada dua jenis kelamin. Jadi, biseksual adalah laki-laki yang menyukai laki-laki dan perempuan. Begitu juga perempuan yang mempunyai hasrat seksual baik kepada laki-laki juga perempuan. Preferensi seksual ini juga terkait dengan penampilan. Transgender adalah seorang laki-laki yang berpenampilan perempuan, atau masyarakat biasanya menyebutnya sebagai waria (wanita pria). Di sisi lain, perempuan yang berpenampilan maskulin lebih tidak menonjol dan mungkin hanya mendapat label tomboy dari masyarakat dan tidak dianggap transgender. Di samping itu, transeksual adalah seseorang baik laki-laki atau perempuan yang mengganti alat kelaminnya. Polemik mencuat dengan adanya perbedaan pandangan bahwa kecenderungan seksual tersebut bersifat natural atau bawaan lahir. Namun, di sisi lain, ada pula yang memandangnya sebagai kelainan seksual, penyimpangan, atau penyakit. Dalam hal ini, lingkungan dianggap sebagai faktor pemicu LGBT seperti salah asuh dan salah pergaulan, kekerasan dalam rumah tangga, dan trauma seksual. Oleh sebab itu, pihak ini menganggap bahwa LGBT harus ditekan, disembuhkan, dan diluruskan. Terkait dengan pro-kontra ini, lembaga-lembaga hukum, agama, dan masyarakat pun menunjukkan dinamikanya dalam menyikapi hal ini. Dalam legalitas pernikahan, setidaknya sudah ada 22 negara yang melegalkan pernikahan sesama jenis.
4 LGBT dalam Sejarah Kebudayaan Indonesia Mengemukanya globalitas sering dianggap sebagai salah satu pemicu maraknya LGBT di Indonesia. LGBT dipandang semata-mata sebagai produk pergaulan dengan bangsa asing. Padahal, LGBT sudah mempunyai sejarah panjang dalam peradaban bangsa ini. Kisah homoseksual tokoh seniman Cebolang terkuak dalam Serat Centhini. Laki-laki yang terusir dari rumahnya mencari nafkah dengan menjadi penari. Dalam perkembangannya ia menjadi primadona penari yang mampu menarik perhatian banyak pria setiap ia pentas. Kisah Cebolang ini dikatakan melatari bentu-bentuk kesenian tradisional masyarakat yang bernuansa LGBT, seperti Reog Ponorogo (Koeswinarno, 2004: 7). Dalam komunitas Reog, gemblak, yang terlibat homoseksual, justru dihormati oleh masyarakat. Selain, Srikandi memang terlahir sebagai wanita namun karena adanya sabda dewa, Srikandi diasuh sebagai seorang pria, bahkan kadangkala berjenis kelamin netral (waria). Dalam versi Jawa, Srikandi dan Arjuna tidak bisa mempunyai keturunan karena Srikandi (waria) dan Arjuna (keperempuan-perempuanan). Dalam versi yang lainnya, Raja Drupada mengetahui bahwa Srikandi akan menjadi penyebab dari kematian Bisma. Karena Raja Drupada takut jika nantinya ia akan menjadi musuh Bisma, ia mengusir Srikandi. Dalam pengusirannya di tengah hutan Srikandi berdoa dan berganti jenis kelamin menjadi laki-laki. Dalam versi lain juga diceritakan Srikandi kabur dari kerajaan Panchala kemudian ia bertemu dengan seorang yaksa (pria) dan menukar jenis kelaminnya dengan Srikandi. Demikian legenda yang menggambarkan keberadaan trangender dalam masyarakat kita. Oleh karena itu, tidaklah tepat bila dikatakan bahwa LGBT merupakan fenomena budaya Barat semata. Homoseksual dan Hermafrodit dalam Theravada Kaum homoseksual dalam Buddhis disebut sebagai pandaka, sedangkan hermafrodit memiliki istilah Pali ubhatobyanjanaka. Kitab Vinaya melarang para bhikkhu untuk berhubungan seksual dengan pria, pandaka maupun ubhatobyanjanaka. Hal ini dijelaskan melalui kutipan sebagai berikut:...terjadi pelanggaran parajika bila melakukan percabulan dengan hermafrodit manusia dengan hermafrodit bukan manusia dengan hermafrodit hewan melalui tiga jalan: anus, lubang kemaluan, mulut. Terjadi pelanggaran parajika bila melakukan percabulan dengan pandaka manusia melalui dua jalan: anus dan mulut dengan pandaka bukan manusia dengan pandaka hewan dengan pria [28] manusia dengan pria bukan manusia dengan hewan jantan melalui dua jalan:
5 anus dan mulut Terjadi pelanggaran parajika bagi seorang bhikkhu yang memperkenankan alat kelaminnya memasuki anus lubang kemaluan mulut wanita bukan manusia hewan betina hermafrodit manusia hermafrodit bukan manusia hermafrodit hewan. Terjadi pelanggaran parajika bagi seorang bhikkhu yang memperkenankan alat kelaminnya memasuki anus mulut pandaka manusia. Terjadi pelanggaran parajika bagi seorang bhikkhu yang membiarkan alat kelaminnya memasuki anus mulut pandaka bukan manusia pandaka hewan pria (manusia) pria bukan manusia hewan jantan. (Vinaya Pitaka, Suttavibhanga Vol I:72). Di dalam Theravada, ada dua jenis ubhatobyanjanaka, yaitu itthi-ubhatobyanjanaka (hermafrodit perempuan) dan purisa ubhatobyanjanaka (hermafrodit laki-laki). Itthiubhatobyanjanaka adalah seseorang yang mengubah pikiran perempuannya menjadi pikiran laki-laki, alat kelamin perempuannya berubah menjadi alat kelamin laki-laki dan mampu berhubungan seks dengan perempuan. Sedangkan purisa-ubhatobyanjanaka adalah seseorang yang bernafsu melihat seorang pria dan kehilangan kejantannya, tubuhnya menjadi seorang wanita dan mampu berhubungan seks dengan pria. Dalam komentar Buddhaghosa, ubhatobyanjanaka muncul akibat ketidakcocokan antara kekuatan maskulin dan feminin (indriya) dengan organ seksual (byanjana). Ia mendeksripsikan bahwa sikap laki-laki atau wanita muncul dari kekuatan maskulin (purusindriya) dan kekuatan feminin (itthindriya). Namun, Buddhaghosa mengatakan bahwa kekuatan kelamin ini tidak berpengaruh pada organ seksual, ubhatobyanjanaka mendeskripsikan seorang manusia dengan satu kelamin tapi dengan kekuatan yang lain, misalnya seorang pria namun feminin ataupun seorang wanita tapi maskulin. Jadi antara seks biologis dengan orientasi seksual dibedakan. Berdasarkan catatan ini Buddhaghosa menjelaskan ubhatobyanjanaka sebagai biseks atau homoseksual. Pandaka juga dibagi menjadi pandaka pria dan pandaka wanita. Kisah ubhatobyanjanaka yang mengalami perubahan seks ada dalam Dhammapada Atthakatha appamada vagga bab ii: Suatu hari Soreyya beserta seorang teman dan beberapa pembantu pergi dengan sebuah kereta yang mewah untuk membersihkan diri (mandi). Pada saat itu, Mahakaccayana Thera sedang mengatur jubahnya di pinggir luar kota, karena ia akan memasuki kota Soreyya untuk ber-pindapatta. Pemuda Soreyya melihat sinar keemasan dari Mahakaccayana Thera, berpikir, "Bagaimana apabila Mahakaccayana Thera menjadi istriku, atau bagaimana apabila warna kulit istriku seperti itu." Karena muncul keinginan seperti itu, kelaminnya berubah menjadi seorang wanita. Dengan sangat malu, ia turun dari kereta dan berlari, pada jalan menuju ke arah Taxila. Pembantunya kehilangan dia, mencarinya, tetapi tidak
6 dapat menemukannya. Soreyya, sekarang seorang wanita, memberikan cincinnya sebagai ongkos kepada beberapa orang yang bepergian ke Taxila, dengan harapan agar ia diizinkan ikut dalam kereta mereka. Setelah tiba di Taxila, teman-teman Soreyya berkata kepada seorang pemuda kaya di Taxila, tentang perempuan yang datang bersama mereka. Pemuda kaya itu melihat Soreyya yang begitu cantik dan seumur dengannya, menikahi Soreyya. Perkawinan itu membuahkan dua anak laki-laki, dan ada juga dua anak laki-laki dari perkawinan Soreyya pada waktu masih sebagai pria. Laki-laki dari kota Soreyya menasehatinya untuk meminta maaf kepada Mahakaccayana Thera. Mahakaccayana Thera diundang ke rumah perempuan Soreyya dan menerima dana makanan darinya. Sesudah bersantap perempuan Soreyya dibawa menghadap Mahakaccayana Thera, dan laki-laki dari kota Soreyya berbicara kepada Mahakaccayana Thera bahwa perempuan ini pada waktu dulu adalah seorang anak laki-laki orang kaya di kota Soreyya. Ia kemudian menjelaskan kepada Mahakaccayana Thera bagaimana Soreyya menjadi perempuan karena berpikiran jelek pada saat menghormati Mahakaccayana Thera. Perempuan Soreyya dengan hormat meminta maaf kepada Mahakaccayana Thera. Mahakaccayana Thera berkata, "Bangunlah, saya memaafkanmu." Segera setelah kata-kata itu diucapkan, perempuan tersebut berubah kelamin menjadi seorang laki-laki. Soreyya kemudian merenungkan bagaimana dengan satu keberadaan diri dan dengan satu keberadaan tubuh jasmani ia berubah kelamin, bagaimana anak-anak telah dilahirkannya. Merasa sangat cemas dan jijik terhadap segala hal itu, ia memutuskan untuk meninggalkan hidup berumah tangga, dan memasuki Pasamuan Sangha di bawah bimbingan Mahakaccayana Thera Kemudian ia menyendiri dan dengan rajin, merenungkan penghancuran dan proses tubuh jasmani. Tidak terlalu lama kemudian, ia mencapai kesucian Arahat, bersamaan dengan pandangan terang analitis. Dalam hal ini, perubahan jenis kelamin dari laki-laki ke perempuan perlu dimaknai sebagai gambaran akibat dari suatu pikiran buruk dan tidak menghormat pada yang patut dihormat. Selain itu, hal ini sesuai dengan ajaran Buddha bahwa untuk menjadi Buddha, seseorang harus terlahir menjadi laki-laki. Dengan demikian, cerita tersebut tidak berhubungan dengan orientasi seksual seperti halnya dalam wacana LGBT. Terkait dengan hal itu, dalam Vinaya (Vinaya pitaka, Suttavibhanga:volume 1:71), disebutkan ada lima macam Pandaka (homoseks). 1. Asittakapandaka (Skt. Asekapandaka / Asecanapandaka)
7 Seorang pria yang mendapatkan kepuasan seksual dengan cara melakukan oral seks dengan pria lain dan mengeluarkan spermanya. Pandaka ini juga berrati mereka yang menjadi terbangkitkan gairah seksualnya karena telah berhasil merangsang dan mengeluarkan sperma pria lain. 2. Ussuyapandaka (Skt. Irsyapandaka) Seseorang yang mendapatkan kepuasan seksual dengan hanya melihat seorang pria dan wanita melakukan hubungan seks, dan merasakan kecemburuan. 3. Opakkamikapandaka (Skt. Apatpandaka) Sida-sida (kasim), yaitu pria yang dikebiri, tidak memiliki organ seksual lengkap. Tipe pandaka ini menjadi pandaka setelah mereka lahir, berbeda dengan tipe pandaka yang lain, yang sudah menjadi pandaka sejak lahir. 4. Pakkhapandaka (Skt. Paksapandaka) Orang-orang yang gairah seksualnya bangkit tergantung pada fase bulan, di mana gairah seksualnya bangkit pada masa 2 minggu periode bulan gelap atau periode bulan purnama, 2 minggu sisanya mereka menjadi impoten. 5. Napumsakapandaka (Skt. Prakrtipandaka) Seseorang tanpa jenis organ kelamin yang jelas atau yang terlahir dalam keadaan tidak beralat kelamin, apakah pria atau wanita, hanya memiliki saluran kencing. Untuk menjadi seorang bhikkhu harus memenuhi beberapa syarat yang telah menjadi kesepakatan bersama Sangha. Di dalam syarat tersebut tercantum seseorang yang memiliki jenis kelamin yang tidak jelas, pandaka atau ubhatobyanjanaka, tidak bisa ditahbiskan menjadi seorang bhikkhu. Sikap Buddhisme terhadap LGBT Agama Budddha memiliki beberapa karakter yang seharunya dimiliki para siswanya di antaranya yaitu karakter yang sering dibacakan dalam paritta Brahmavihara adalah cinta kasih (metta), kasih sayang (karuna), simpati (mudita), dan hati seimbang (upekha). Untuk menyikapi kaum LGBT pandaka atau ubhatobyanjanaka dalam Agama Buddha. Buddha Theravada Sang Buddha mengajarkan para siswanya untuk mengembangkan metta (cinta kasih universal) dengan merenungkan semoga semua mahluk hidup berbahagia, bebas dari derita, bebas dari mendengki dan didengki, bebas dari menyakiti dan disakiti, bebas dari derita jasmani dan batin, serta berharap mereka dapat menjalankan hidup dengan bahagia.
8 Seperti halnya manusia lain, kaum LGBT pandaka atau ubhatobyanjanaka adalah manusia biasa, yang perlu kita pancarkan cinta kasih. Cinta kasih (metta) yang saya maksud di sini lebih menekankan mengenai cinta kasih yang bersifat universal diapliakasikan melalui rasa toleransi terhadap kaum LGBT pandaka atau ubhatobyanjanaka tersebut, bukan malah membenci ataupun menjauhi mereka. Seperti yang tertuang dalam Karaniya Metta Sutta, di mana dalam karaniyametta sutta syair ke-7 dituliskan agar kita memancarkan cinta kasih sebagaimana seorang ibu mempertaruhkan jiwanya melindungi putra tunggalnya, demikianlah terhadap semua mahluk kembangkan pikiran cinta kasih tanpa batas. Dengan demikian, seperti yang dikemukakan oleh Chih Yin Shih (2015: 190), meskipun terdapat pandangan yang berbedabeda tentang homoseksual, Buddhadhamma berperan dalam mengatasi homofobia. Selain ajaran tentang cinta kasih tanpa diskriminasi, ajaran Buddha tentang pengendalian diri juga menjadi hal pokok dalam mengatasi polemik tentang LGBT, seperti yang ditandaskan oleh Chih Yin Shih (2015: 193), Baik heteroseksualitas dan homoseksualitas keduanya melibatkan nafsu inria yang berdasarkan pada kebodohan. KESIMPULAN Agama Buddha yang identik atau sangat populer dengan ajaran Cinta Kasih yang bersifat universal (metta) mengajarkan kepada para siswanya agar mengembangkan serta memancarkan rasa cinta kasih yang bersifat universal tanpa batas kepada semua mahluk. Untuk menyikapi kaum LGBT(lesbian, gay, biseksual, dan Transgender) tersebut Agama Buddha menerapkan ajaran tersebut yakni metta atau cinta kasih dengan mengembangkan rasa toleransi terhadap kaum LGBT. Mengembangkan rasa toleransi yakni bersifat menerima kaum LGBT tersebut sebagaimana adanya diri mereka. Seperti yang telah diajarkan oleh Guru Agung Buddha Gautama hendaknya kita memancarkan cinta kasih (metta) kepada siapa saja dan keseluruh penjuru tanpa rasa pilih kasih ataupun sepihak.
9 DAFTAR PUSTAKA Aggabalo, Bikkhu. (2207). Dhammapa Atthakata. Jakarta:Perpustakaan Narada. Chih Yin Shi Analisa Naratif Wacana Buddhis tentang Pernikahan Sejenis di Taiwan: Studi Kasus oleh Master Chao Hwei. Paper dipresentasikan dalam Sakyadhita Konferensi Internasional Perempuan Buddhist ke-14. Yogyakarta, Juni Jeto, Bikkhu. (1989). Navakovada. Jakarta:Yayasan Dhammadipa Arama. Koeswinarno (2004). Hidup Sebagai Waria. Yogyakarta:LkiS. Kusumaningrum. (2008). Seksualitas Lesbian. Dalam Jurnal Perempuan. Jakarta:Yayasan Jurnal Perempuan (YJP). Knight, John F. (2004). Jadi, Kamu Sudah Remaja?. Indonesia:Indonesia Publishing House. Rasyid, Teja S.M. (1994). Materi Pokok Kitab Suci Vinaya Pitaka II. Jakarta:Jendral Bimbingan Masyarakat Hindu dan Buddha. Sangha Theravada Indonesia (2005). Paritta Suci edisi II. Jakarta: Yayasan Sangha Theravada Indonesia. Thitayanno, Bikkhu (2005). Vinaya Pitaka Volume I. Medan:Indonesia Tipitaka Center (ITC). Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (2008). KBBI edisi IV. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan Hawa, sejak saat itu pula orang mengetahui bahwa manusia diciptakan secara berpasang-pasangan.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Tinjauan tentang Orientasi Seksual a. Pengertian Orientasi Seksual Setiap individu memiliki suatu ketertarikan, baik secara fisik maupun emosional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai individu yang kompleks memiliki orientasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai individu yang kompleks memiliki orientasi seksual dalam kehidupannya dari kecil. Orientasi seksual ada beberapa jenis yaitu heteroseksual,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena gay dan lesbi nampaknya sudah tidak asing lagi di masyarakat luas. Hal yang pada awalnya tabu untuk dibicarakan, kini menjadi seolah-olah bagian dari
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat pederitanya merasa bahwa identitas gendernya (sebagai laki-laki atau perempuan) tidak sesuai dengan anatomi biologisnya.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi dan bersosialisasi. Karena manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gay adalah istilah yang digunakan untuk menyebut seorang laki-laki yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gay adalah istilah yang digunakan untuk menyebut seorang laki-laki yang memiliki orientasi seksual yang menyimpang, yakni menyukai sejenisnya (suka sesama laki-laki).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang selalu membawa pengaruh positif dan negatif. Dampak perkembangan yang bersifat positif selalu dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal dan keberadaannya disadari sebagai sebuah realita di dalam masyarakat dan menimbulkan berbagai
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Adapun tujuan dan metode penelitian juga tercantum dalam pendahuluan.
Bab 5 Ringkasan 5.1 Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Analisis Psikologi Transgender Pada Tokoh Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Dalam bab ini, penulis akan menjabarkan ringkasan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penerima pesan atau yang biasa disebut dengan komunikan.manusia merupakan
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan dari komunikator dengan menggunakan berbagai media dan sarana sehingga dapat diterima oleh sang penerima pesan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberadaan komunitas homoseksual ini sebenarnya telah diakui oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan komunitas homoseksual ini sebenarnya telah diakui oleh Indonesia, antara lain dengan adanya Peraturan Menteri Sosial No.8 / 2012 yang memasukan kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Koeswinarno (2004: 7-8) dalam bukunya Hidup Sebagai. layaknya perempuan. Orang-orang yang berperilaku menyimpang dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat kita cenderung berpikiran oposisi biner, yaitu hanya mengakui hal-hal yang sama sekali bertentangan, misalnya hitam dan putih, baik dan buruk, kaya dan miskin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan sampai merinding serta menggetarkan bahu ketika mendengarkan kata
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini tidak sedikit kaum wanita yang mengerutkan kening, terkejut, bahkan sampai merinding serta menggetarkan bahu ketika mendengarkan kata poligami.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ditinjau dari segi bahasa kata waria adalah singkatan dari wanita dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau dari segi bahasa kata waria adalah singkatan dari wanita dan pria. Istilah lain waria adalah wadam atau wanita adam. Ini bermakna pria atau adam yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang kehidupannya. Individu tidak pernah dapat hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan McMullin (1992) (dikutip dalam Siahaan, 2009: 47) mengungkapkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Homoseksual merupakan suatu realitas sosial yang semakin berkembang dalam kehidupan masyarakat. Keberadaan homoseksual telah muncul seiring dengan sejarah
Lebih terperinciLAPORAN PENGEMBANGAN KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM. Homoseksualitas Sebagai Realitas Sosial dalam Perspektif Buddhis BIDANG KEGIATAN:
LAPORAN PENGEMBANGAN KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM Homoseksualitas Sebagai Realitas Sosial dalam Perspektif Buddhis BIDANG KEGIATAN: PKM GAGASAN TERTULIS Disusun oleh: Nama: Andreian NIM: 15.1.246
Lebih terperinciSeks Laki-laki dan Laki-laki, perempuan, interseks, transgender
Dari Suara Lesbian, Gay, Bisexual, dan Transgender (LGBT)- Jalan Lain Memahami Hak Minoritas Konsep tentang Seksualitas Esensialism vs Social Constructionism Memperbincangkan LGBT tak dapat dilepaskan
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. elektronik. Media hiburan ini yang sering disebut dengan dorama atau serial televisi
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang seperti yang banyak kita ketahui adalah negara maju dan modern hampir di segala bidang. Kemajuan di segala bidang ini tidak terkecuali media hiburan. Media hiburan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada umumnya memiliki perilaku yang berbeda-beda sesuai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada umumnya memiliki perilaku yang berbeda-beda sesuai dengan kepribadian masing-masing. Perilaku adalah merupakan perbuatan atau tindakan dan perkataan seseorang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi sesama manusia. Manusia membutuhkan manusia lainnya sebagai pemenuhan kebutuhan lahir
Lebih terperinciUKDW BAB I : PENDAHULUAN. I. Latar Belakang
BAB I : PENDAHULUAN I. Latar Belakang Keberagaman merupakan sebuah realitas yang tidak dapat dipisahkan di dalam dunia. Terkadang keberagaman menghasilkan sesuatu yang indah, tetapi juga keberagaman dapat
Lebih terperinciBuku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. Jadi singkatnya Seks bisa disebut juga sebagai Jenis kelamin biologis.
BAB 2. SEKSUALITAS Apa itu Seks dan Gender? Sebelum kita melangkah ke apa itu seksualitas, pertanyaan mengenai apa itu Seks dan Gender serta istilah lain yang berkaitan dengan nya sering sekali muncul.
Lebih terperinciBab 4. Simpulan dan Saran. disimpulkan bahwa tokoh Ruka Kishimoto dalam serial drama Jepang Last Friends
Bab 4 Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Berdasarkan analisis data yang penulis lakukan pada bab analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa tokoh Ruka Kishimoto dalam serial drama Jepang Last Friends merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. seorang pengarang akan mencoba menggambarkan realitas yang ada ke dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari sebuah proses gejolak dan perasaan seorang pengarang terhadap realitas sosial yang merangsang kesadaran pribadinya. Dengan kedalaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana manusia tersebut tidak dapat hidup sendiri melainkan membutuhkan orang lain dalam menjalankan kehidupannya. Seseorang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini masyarakat mulai menyadari akan adanya keberadaan kaum gay disekitar mereka. Data yang dilansir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerimaan masyarakat terhadap kelompok berorientasi homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. Mayoritas masyarakat menganggap homoseksual
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kalangan remaja maupun dewasa tersebut. atau sesama pria.selain itu, seks antar sesama jenis tersebut sekarang bukan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa pemilihan yang akan menentukan masa depan seseorang. Tidak sedikit dari remaja sekarang yang terjerumus dalam berbagai permasalahan.tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seksualitas merupakan salah satu topik yang bersifat sensitif dan kompleks. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan individu
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Menurut World Health Organization (WHO) sehat itu
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah elemen terpenting dalam kehidupan yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Menurut World Health Organization (WHO) sehat itu sendiri dapat diartikan
Lebih terperinciAgama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama
Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Kata agama berasal dari kata dalam bahasa Pali atau bisa juga dari kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu dari akar kata gacc, yang artinya adalah pergi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah perubahan yang terjadi pada perkembangan pribadi seseorang. Masuknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi dunia mempengaruhi banyak bidang kehidupan, salah satunya adalah perubahan yang terjadi pada perkembangan pribadi seseorang. Masuknya media Eropa ke Asia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umumnya memiliki pola pikir yang dikotomis, seperti hitam-putih, kayamiskin,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejatinya jalan hidup setiap manusia berbeda-beda termasuk dalam hal orientasi seksualnya. Secara ekstrim, sebagian besar masyarakat pada umumnya memiliki pola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. perbandingan dan memudahkan dalam melakukan penelitian. Berikut ini adalah. tabel penelitian terdahulu yang penulis gunakan:
8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai perbandingan dan memudahkan dalam melakukan penelitian. Berikut ini adalah tabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Homoseksualitas adalah salah satu fenomena sosial yang kontroversial
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Homoseksualitas adalah salah satu fenomena sosial yang kontroversial sekaligus menarik untuk didiskusikan. Di Indonesia sendiri, homoseksualitas sudah meranah
Lebih terperinciBAB 1. Pendahuluan. daripada karya fiksi (Wellek & Warren, 1995:3-4). Sastra memiliki fungsi sebagai
BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Karya sastra merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi (Wellek & Warren, 1995:3-4). Sastra memiliki fungsi sebagai hiburan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang normal. Hal ini dilakukan, agar kita dapat diterima dalam masyarakat disekitar. Salah
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasar kodratnya, manusia ditakdirkan berpasang-pasangan membangun
BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasar kodratnya, manusia ditakdirkan berpasang-pasangan membangun keluarga melalui pernikahan lalu memiliki keturunan dan terkait dengan kecenderungan seksual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini keragaman fenomena sosial yang muncul di kota-kota besar di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini keragaman fenomena sosial yang muncul di kota-kota besar di Indonesia semakin kompleks dan berkembang dengan cepat, bahkan lebih cepat dari tindakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Homoseksual pertama kali ditemukan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Homoseksual pertama kali ditemukan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog Jerman Karoly Maria Benkert. Walaupun istilah ini tergolong baru tetapi diskusi tentang seksualitas
Lebih terperinciManusia dan Cinta Kasih
Manusia dan Cinta Kasih Cinta kasih Menurut kamus umum bahasa Indonesia karya W.J.S Poerwa Darminta, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau (rasa) sayang (kepada), ataupun (rasa) sangat kasih atau
Lebih terperinciCHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE. pada penulisan skripsi ini. Teori yang ada pada bab ini adalah teori teori yang
CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE Dalam bab ini, penulis menguraikan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini dan selanjutnya teori yang telah diuraikan digunakan sebagai acuan pada penulisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang paling penting yang dihadapi oleh manusia adalah kebutuhan untuk mendefinisikan diri sendiri, khususnya dalam hubungannya dengan orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah Manusia dalam proses perkembangan untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti rasa kasih sayang, rasa aman, dihargai, diakui, dan sebagainya.memenuhi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan manusia lain dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, baik itu kebutuhan biologis seperti makan dan minum maupun kebutuhan psikologis, seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal ini dibuktikan dengan data yang didapatkan, dimana menurut survey yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waria adalah transgender yang tidak bisa dipungkiri keberadaannya. Mereka yang dulunya tidak berani menampakkan dirinya ke masyarakat karena merasa menjadi kaum yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang tabu bagi beberapa orang. seksualitas mereka. Kemunculan mereka bukannya datang tiba-tiba.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dewasa ini, fenomena homoseksualitas semakin marak. Bukan hanya di luar negeri, tetapi fenomena ini juga berlaku di Indonesia. Baik itu lesbian ataupun gay. Baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Penelitian Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki atau perempuan. Secara biologis manusia dengan mudah dibedakan
Lebih terperinciD. ucapan benar E. usaha benar
1. Keyakinan yang dituntut dalam agama Buddha adalah A. keyakinan tanpa dasar terhadap seluruh ajaran Buddha B. keyakinan yang muncul dari proses pembelajaran, pengalaman, dan perenungan C. keyakinan yang
Lebih terperinciDPD Patria Sumatera Utara. Juara II. Lomba Berkarya Dhamma PIKIRAN ADALAH PELOPOR DARI SEGALA SESUATU DODI PURNOMO WIJAKSONO, SURABAYA
DPD Patria Sumatera Utara Juara II Lomba Berkarya Dhamma PIKIRAN ADALAH PELOPOR DARI SEGALA SESUATU DODI PURNOMO WIJAKSONO, SURABAYA Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhassa Namo Tassa Bhagavato
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan yaitu : 5.1.1. Indikator Identitas Diri Menurut subjek SN dan GD memiliki
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. remaja dan yang terakhir adalah masa dewasa. Di dalam masa dewasa, setiap
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Setiap individu tentunya akan mengalami pertambahan usia. Pertambahan usia setiap individu itu akan terbagi menjadi masa kanak kanak kemudian masa remaja dan yang terakhir
Lebih terperinciMata Kuliah : Ilmu Sosial Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin. Topik Makalah. Kelas : 1-KA24
Mata Kuliah : Ilmu Sosial Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin Topik Makalah Budaya Perilaku Menyimpang Lesbian, Gay, Biseksual Dan Transgender (LGBT) Kelas : 1-KA24 Tanggal Penyerahan Makalah : 22 April
Lebih terperinciSutta Magandiya: Kepada Magandiya (Magandiya Sutta: To Magandiya) [Majjhima Nikaya 75]
1 Sutta Magandiya: Kepada Magandiya (Magandiya Sutta: To Magandiya) [Majjhima Nikaya 75] Magandiya, seandainya ada seorang penderita kusta yang dipenuhi luka- luka dan infeksi, dimakan oleh cacing, menggaruk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah kemungkinan bahwa ada proses penerimaan makna yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film sebagai bagian dari media massa dalam kajian komunikasi massa modern dinilai memiliki pengaruh pada penonton khalayak. Pengaruh tersebut menjadi sebuah kemungkinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seksual kepada sesama jenisnya, disebut gay bila laki-laki dan lesbian bila
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia orientasi seksual yang umum dan diakui oleh masyarakat kebanyakan adalah heteroseksual. Namun tidak dapat dipungkiri ada sebagian kecil dari masyarakat
Lebih terperinciPERSEPSI MASYARAKAT TENTANG FENOMENA LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANSGENDER) DI KABUPATEN BENGKULU SELATAN TAHUN 2016
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG FENOMENA LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANSGENDER) DI KABUPATEN BENGKULU SELATAN TAHUN 2016 Firman Hayadi Akademi Kebidanan Manna Abstrak: Fenomena LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual,
Lebih terperinciANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal Paul Suparno, S.J.
1 ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal 28-31 Paul Suparno, S.J. Sr. Bundanita mensharingkan pengalamannya bagaimana ia pernah mempunyai anak mas waktu mengajar di Sekolah
Lebih terperinciBAB IV REFLEKSI TEOLOGIS
BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Pada bab IV ini penulis akan menguraikan tentang refleksi teologis yang didapat setelah penulis memaparkan teori-teori mengenai makna hidup yang dipakai dalam penulisan skripsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mendapatkan pasangan hidup yang terbaik, tentu menjadi harapan setiap manusia. Pasangan hidup saling membutuhkan kasih sayang, perhatian dan kecukupan pemenuhan kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap
BAB I PENDAHULUIAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku seksual yang tidak sehat khususnya dikalangan remaja cenderung meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap penyalahgunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang
BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Masalah Fenomena kaum waria merupakan suatu paparan nyata yang tidak dapat ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang mengetahui seluk-beluk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Homoseksualitas merupakan rasa tertarik pada orang-orang berjenis kelamin sama baik secara perasaan ataupun secara erotik, dengan atau tanpa hubungan fisik. Disebutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita. Setiap individu, baik pria maupun wanita memiliki peran masing-masing serta mengalami pertumbuhan
Lebih terperinciCOPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA
COPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Psikologi Diajukan oleh : ANDRI SUCI LESTARININGRUM F 100
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi kodratnya manusia diciptakan berpasang-pasangan antara lakilaki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia mengakui setiap perbedaan yang ada pada diri manusia, baik itu perbedaan jenis kelamin, asal ras atau etnis, dan agama, yang pada dasarnya semua perbedaan itu
Lebih terperinciMengapa bhikkhu harus dipotong rambutnya? Mengapa bhikkhu itu tidak boleh beristeri? Mengapa anak perempuan tidak boleh dekat bhikkhu?
TENTANG SANG BUDDHA 1. Apa arti kata Buddha? Kata Buddha berarti "Yang telah Bangun" atau "Yang telah Sadar", yaitu seseorang yang dengan usahanya sendiri telah mencapai Penerangan Sempurna. 2. Apakah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat, terlebih di masyarakat perkotaan. Fenomena waria merupakan suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di jaman modern ini, banyak sekali waria yang hidup di dalam masyarakat, terlebih di masyarakat perkotaan. Fenomena waria merupakan suatu paparan nyata yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian kebermaknaan hidup dapat diartikan lebih luas sebagai usaha manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan individu tidak lepas dari pencarian identitas dan jati diri. Pencapaian kebermaknaan hidup dapat diartikan lebih luas sebagai usaha manusia untuk
Lebih terperinciSutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas)
1 Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas) [Anguttara Nikaya 3.65] Demikianlah telah saya dengar. Bhagavan sedang melakukan perjalanan bersama orang-orang Kosala dengan sekumpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam siklus kehidupan manusia. Setiap orang berkeinginan untuk membangun sebuah rumah tangga yang bahagia bersama orang
Lebih terperinciSĪLA-2. Pariyatti Sāsana hp ; pin!
SĪLA-2 Pariyatti Sāsana www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin! 2965F5FD Murid-buangan (Upāsakacaṇḍāla) Vs Murid-permata (upāsakaratana) Murid buangan atau pengikut-yang-ternoda (upāsakamala) atau pengikut-kelas-bawah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Yayasan Srikandi Pasundan, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Yayasan Srikandi Pasundan, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebelum seseorang menjadi waria, atau ia
Lebih terperinciPERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)
PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang indah, tetapi tidak setiap remaja dapat menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang beberapa permasalahan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metodologi guna mendapatkan data-data dari berbagai sumber sebagai bahan analisa. Menurut Kristi E. Kristi Poerwandari dalam bukunya yang berjudul Pendekatan
Lebih terperinciOleh : TIM DOSEN SPAI
Oleh : TIM DOSEN SPAI Syarat Pernikahan Adanya persetujuan kedua calon mempelai Adanya izin dari orang tua bagi calon mempelai yang belum berumur 21 tahun Antara kedua calon tidak ada hubungan darah Calon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam hidupnya akan selalu berkembang dan harus melalui tahap-tahap perkembangannya. Akibat dari perkembangan tersebut, manusia akan mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat, hampir semua manusia hidup terikat dalam sebuah jaringan dimana seorang manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat hidup
Lebih terperinciMeditasi Mettā (Meditasi Cinta Kasih)
Meditasi Mettā (Meditasi Cinta Kasih) oleh: U Sikkhānanda (Andi Kusnadi) Dari ceramah Dhamma Chanmyay Sayadaw pada retret meditasi vipassanā tanggal 2-3 Jan.2009 di Pusat Meditasi YASATI, Bacom, Cianjur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sebuah kumpulan individu yang memiliki sebuah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sebuah kumpulan individu yang memiliki sebuah norma dan nilai sosial didalamnya yang tujuannya untuk menata keteraturan dalam masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran
Lebih terperinciFEBRUARI Berdoa untuk Mengakhiri Pernikahan Anak-anak
FEBRUARI 2016 Berdoa untuk Mengakhiri Pernikahan Anak-anak Setiap hari sekitar 41.000 anak perempuan di seluruh dunia yang berusia di bawah 18 tahun menikah - itu berarti setahun ada 15 juta anak perempuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan salah satu sunatullah yang berlaku pada semua mahluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuhan. Dengan naluri mahluk, dan masing-masing
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. manusia lainnya sebagai makhluk yang selalu digerakkan oleh keinginan-keinginan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup yang unik, sangat berbeda dengan makhluk hidup yang lain. Pada manusia dalam memenuhi dorongan biologis atau seksnya tersebut dikendalikan
Lebih terperinciBAB IV HASIL ANALISIS PERKAWINAN SESAMA JENIS BERDASARKAN HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM. A. Faktor Faktor Penyebab Perkawinan Sesama Jenis
BAB IV HASIL ANALISIS PERKAWINAN SESAMA JENIS BERDASARKAN HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM A. Faktor Faktor Penyebab Perkawinan Sesama Jenis Perkawinan sesama jenis adalah perkawinan yang dilangsungkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa adanya orang lain disekitarnya. Kebutuhan akan keberadaan orang lain disekitar kita
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dari ketiga subyek, mereka memiliki persamaan dan perbedaan dalam setiap aspek yang diteliti. Khususnya dalam penelitian mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Waria (wanita-pria) adalah laki laki yang secara fisik mereka adalah lakilaki normal, memiliki kelamin yang normal, namun mereka merasa dirinya perempuan, dan berpenampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Buddha mengajarkan bahwa dalam hidupnya manusia akan selalu mengalami keempat hal, yaitu: kelahiran, sakit, usia tua, dan kematian. Keempat hal ini disebabkan
Lebih terperinciDharmayatra tempat suci Buddha
Dharmayatra tempat suci Buddha 1. Pengertian Dharmayatra Dharmayatra terdiri dari dua kata, yaitu : dhamma dan yatra. Dharmma (Pali) atau Dharma (Sanskerta) artinya kesunyataan, benar, kebenaran, hukum,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah
1 BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang umum berlaku pada mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah hidupnya karena keturunan dan perkembangbiakan
Lebih terperinciWritten by Daniel Ronda Saturday, 08 February :22 - Last Updated Wednesday, 29 October :08
Oleh Daniel Ronda Zaman sekarang pria dan wanita mendapat peluang yang sama dalam karir dan kesempatan, sehingga pria dan perempuan bekerja bersama dan melakukan interaksi yang intens dalam tugas. Bahkan
Lebih terperinci