Risna Rogamelia STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT Keywords: SPICC counseling models, Elementary School Assertive Behaviour

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Risna Rogamelia STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT Keywords: SPICC counseling models, Elementary School Assertive Behaviour"

Transkripsi

1 SEQUENTIALLY PLANNED INTEGRATIVE COUNSELING FOR CHILDREN (SPICC) UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU (Stusi Eksperimen Kuasi Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Kelapa Tujuh Lampung Utara Tahun Pelajaran 2012/2013) Risna Rogamelia STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT Assertive behavior is shown by having self-esteem and self-respect, recognizing strengths and limitations, assessing thinking and feeling and expressing it clearly, directly and precisely. Children who are lack of the assertive behavior is likely to have the risk of becoming a victim of bullying and potentially experience a variety of psychological and emotional problems that will hamper its development. The purpose of this research is to improve assertive behavior of fourth grade of Elementary School students who are victims of bullying by using counseling SPICC models. The method used in this study is an experimental research using a quasi-experimental design. Data collection technique used is assertive behavior questionnaire. Samples are taken from the fourth grade students of SD Negeri 1 Kelapa Tujuh obtained by using purposive sampling technique. Data are analyzed using t- test to compare the average gain score of assertive behavior of the fourth grade students who are being bullied in SDN 1 Kelapa Tujuh before (pretest) and after receiving treatment (posttest). The result is that the assertive behavior level of students is in middle category and shows an average difference of 0.35 points between pretest and posttest. It means that SPICC counseling models is effective to improve assertive behavior at the fourth grade students who are being bullied in SDN 1 Kelapa Tujuh in the academic year of 2012/2013. Keywords: SPICC counseling models, Elementary School Assertive Behaviour

2 PENDAHULUAN Bullying menjadi fenomena yang terus menjadi perhatian di dunia, semakin besar jumlah kasus yang melibatkan siswa sebagai pelaku dan korban menjadi perhatian utamanya. Terdapat lebih dari penelitian yang dipublikasikan tentang bullying dan mengangkat masalah korban dari seluruh dunia (Chen dan Schwartz, 2012:1) % siswa SD, SMP, dan SMA siswa di Amerika Serikat mengalami bullying di sekolah setiap hari atau mingguan (Sawyer & O'Brennan; Nishina, et al, dalam Moon, et al, 2012: 1). Kecenderungan yang terjadi yaitu anak-anak yang "berbeda" (status sosial ekonomi rendah, memakai kacamata, kelebihan berat badan, memakai pakaian yang berbeda), memiliki resiko menjadi korban bullying (Espelage dan Asiado, dalam McEachern, et al: 2005), Beane (2008: 74) menambahkan bahwa anak-anak yang kurang dapat menunjukkan perilaku asertif juga memiliki resiko menjadi korban bullying, hal tersebut dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Novalia & Dayakisni, Tri (2013) yang menunjukkan bahwa semakin tinggi perilaku asertif siswa maka semakin rendah kecenderungan menjadi korban bullying, demikian juga sebaliknya, semakin rendah perilaku asertif maka semakin tinggi kecenderungan menjadi korban bullying. Anak yang menjadi korban bullying tersebut berpotensi memiliki berbagai masalah psikologis dan emosional seperti depresi, kecemasan, bunuh diri, putus sekolah, penarikan diri, dan kesulitan belajar (Greenbaum & Stephens; Olweus; Rigby & Slee; Salmon, et al, dalam Moon, et al, 2012: 828). Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian (Dini: 2012) yang menyimpulkan bahwa korban bullying dapat mengalami perasaan rendah diri, dan dalam jangka waktu yang lama dikhawatirkan korban akan mengalami post-traumatic disorder (PTSD) yang ditandai dengan adanya kecemasan yang berlebihan pada individu dalam menghadapi suatu kejadian yang berkaitan dengan pengalaman traumatisnya. Masalah-masalah yang mungkin akan dialami pada anak korban bullying itu dapat menghambat anak dalam mencapai tugas perkembangan dan kompetensi dirinya, yang kemudian akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam mencapai tugas-tugas berikutnya, (Nurihsan & Agustin, 2011: 18). Berdasarkan hal itu, layanan bimbingan dan konseling diperlukan untuk memfasilitasi siswa agar dapat mencegah dan menanggulangi masalah-masalah tersebut dan membantu siswa untuk 136

3 mencapai perkembangan dirinya dengan optimal, sesuai dengan fungsi bimbingan dan konseling di sekolah yang bertujuan untuk memandirikan peserta didik agar peserta didik dapat mencapai perkembangan optimalnya (Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 24-25). Bimbingan konseling memiliki beberapa bidang layanan, yaitu bidang layanan akademik, bidang layanan karir dan bidang layanan bimbingan pribadi sosial. Bidang layanan bimbingan konseling pribadi-sosial merupakan bagian dari bidang layanan bimbingan dan konseling yang difokuskan terhadap proses bantuan terhadap permasalahan pribadi-sosial individu, agar individu dapat mencapai keberhasilan dalam perkembangan pribadisosialnya. Menurut Syaodih (2007:74), individu yang berhasil adalah individu yang dapat menyesuaikan diri, mampu menghadapi tantangan dan ancaman, juga mampu mengatasi hal-hal baru. Syaodih (2007:72), mengemukakan beberapa alasan mengapa pemberian layanan bimbingan dan konseling dapat mengoptimalkan perkembangan anak-anak dan remaja, yaitu: 1) pemberian bantuan dalam bimbingan dan konseling didahului oleh upaya-upaya pemahaman kemampuan, karakteristik dan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh perserta didik; 2) pemberian layanan bimbingan dan konseling dilaksanakan secara individual, kelompok, klasikal dan massal; 3) layanan bimbingan dan konseling diberikan secara profesional oleh orang-orang yang memiliki profesi di bidang bimbingan dan konseling. Salah satu jenis layanan dalam bidang layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial adalah konseling dengan bidang layanan pribadisosial. Tujuan utama konseling pada anak adalah membantu anak untuk kembali atau mendapatkan fungsi adaptif yang sehat dan relevan dengan tahap perkembangannya (Vernberg dalam Widijanto, 2012: 78). Geldard dan Geldard dalam Widijanto (2010: 3) mengungkapkan bahwa konseling pada anak tidak dapat disamakan dengan konseling pada remaja ataupun orang dewasa, konseling pada anak memerlukan keterampilan konseling dengan menggunakan media dan cara yang berbeda. Proses konseling anak menggunakan beberapa konsep pokok pendekatan konseling, sehingga akhirnya Geldard dan Geldard mengembangkan suatu model konseling pada anak yang menggabungkan berbagai pendekatan konseling, dan kemudian dinamakan sebagai Model SPICC (Sequentially Planned Integrative Counseling for Children). 137

4 Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada 28 Mei 2013 di SD Negeri 1 Kelapa Tujuh mendapatkan hasil dari 60 siswa kelas IV SD Negeri 1 Kelapa Tujuh, terdapat 42 siswa yang memiliki perilaku asertif dalam kategori sedang dan 18 siswa yang memiliki perilaku asertif dalam kategori tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan, rata-rata siswa kelas IV SD Negeri 1 Kelapa Tujuh memiliki perilaku asertif dalam kategori sedang. Secara lebih lanjut, pencapaian skor pada setiap aspek perilaku asertif siswa kelas IV SD Negeri 1 Kelapa Tujuh sesuai dengan kategori dan frekuensi jumlah siswa digambarkan dalam tabel 1.1 sebagai berikut : Tabel 1. Profil Aspek Perilaku Asertif Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Kelapa Tujuh Berdasarkan Kategori dan Frekuensi Jumlah Siswa Aspek Frekuensi Kategori Memiliki harga diri dan menghormati diri sendiri Mengenali kekuatan dan keterbatasan diri 36 Sedang 33 Sedang Menilai apa yang dipikirkan dan dirasakan 38 Tinggi Mengekspresikan secara jelas, langsung dan tepat pikiran juga perasaan Berdasarkan hasil dari observasi yang dilakukan pada studi pendahuluan, masih ditemukan siswa yang sering kali menjadi target ejekan, keisengan, bahkan terdapat siswa yang sering menjadi pelaku bullying terhadap teman yang lain dibawah ancaman pelaku sebenarnya. Sehingga bantuan kepada siswa yang memiliki perilaku asertif yang kurang dibandingkan dengan temannya yang lain masih dianggap perlu untuk dilakukan. Perilaku Asertif Perilaku asertif adalah kemampuan untuk dapat mengekspresikan diri dengan jelas, langsung dan tepat; menilai apa yang dipikirkan dan rasakan; 41 Sedang 138

5 memiliki harga diri dan menghormati diri sendiri; serta mengenali kekuatan dan keterbatasan diri sendiri (Rees & Graham, 2006: 1). Secara konseptual, Townend (2007: 12) mengungkapkan kunci dari perilaku asertif adalah tentang menghargai diri dan orang lain; pengakuan positif; emosi, pikiran dan membayangkan hal positif; hubungan otentik; arti dan tujuan; mendengarkan kata hati; koneksi antara pikiran, tubuh, dan otak; merasa aman; kesadaran fisik, intelektual, emosional dan spiritual; serta penerimaan dan kesadaran. Perilaku asertif merupakan perilaku yang terbentuk akibat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dialami oleh individu sepanjang hidupnya, bukan merupakan faktor bawaan (hereditas) (Rathus, 1988). Rathus dalam Fensterheim & Buer (1980: 65) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan asertif, yaitu : a) Jenis kelamin; b) Kepribadian; c) Intelegensi; d) Kebudayaan. Hal tersebut sejalan dengan Lioyd (1991) yang juga mengatakan bahwa perilaku asertif dipengaruhi oleh jenis kelamin, karena semenjak kanak-kanak peran dan pendidikan laki-laki dan perempuan telah dibedakan oleh masyarakat, sejak kecil telah dibiasakan bahwa anak laki-laki harus tegas dan kompetitif dan anak perempuan harus pasif menerima perintah dan sensitif. Hal ini berakibat laki-laki akan berperilaku lebih asertif dibandingkan anak perempuan. Kepribadian dapat mempengaruhi perkembangan perilaku asertif karena interaksi akan lebih efektif jika seseorang mau terlibat dan berperan aktif. Sementara orang yang berperan aktif dalam proses komunikasi adalah seseorang yang secara spontan mengutamakan buah pikirannya dan menanggapi pendapat pihak lainnya. Sifat spontan ini dapat dijumpai pada orang yang berkepribadian ekstrovert. Sofwat (2012: 5-6) mendeskripsikan ciri-ciri orang yang berkepribadian ekstrovert dan introvert sebagai berikut : orang yang berkepribadian ekstrovert memiliki ciri-ciri mudah mengungkapkan keadaan emosinya, membutuhkan hubungan antar pribadi, bertindak baru kemudian berpikir, dan membutuhkan keluasan dalam hidup. Sementara kebalikan dari orang berkepribadian ekstovert yaitu orang yang berkepribadian introvert memiliki ciri-ciri cenderung menyimpan keadaan emosinya, membutuhkan kesendirian, berpikir kemudian baru bertindak, menyendiri, diam dan sulit akrab, membuhkan kedalaman dalam hidup dan bagi orang introvert terkesan menarik diri bagi orang berkepribadian ekstrovert. 139

6 Hal tersebut sesuai dengan penggolongan tipe kepribadian yang diungkapkan oleh Jung (Nurihsan & Yusuf, 2011: 77) bahwa orang yang ekstrovert terutama dipengaruhi oleh dunia objektif, yaitu dunia diluar dirinya dan orientasi utamanya ditentukan oleh lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun non-sosial. Sementara orang yang introvert terutama dipengaruhi oleh dunia subjektif, yaitu dunia didalam dirinya sendiri dan orientasi utamanya tertuju pada dirinya sendiri. Sehingga dapat dikatakan bahwa orang dengan kepribadian introvert cenderung berpotensi memiliki perilaku asertif yang rendah. Faktor selanjutnya yang mempengaruhi perilaku asertif yaitu faktor intelegensi, hal ini dapat berpengaruh karena intelegensi dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk merumuskan dan mengungkapkan pikirannya secara jelas dan dapat dipahami oleh pihak lain sehingga proses komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Sehingga seseorang yang memiliki intelegensi yang tinggi cenderung lebih mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya dengan tepat dibandingkan dengan seseorang yang memiliki intelegensi lebih rendah. Selanjutnya faktor kebudayaan dianggap dapat mempengaruhi perkembangan perilaku asertif, karena secara tidak langsung manusia berperilaku didasari dengan sistem nilai dan norma yang berlaku di masyarakat (Sarwono & Mienarno, 2012: 154). Bullying Kata bullying berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata bull yang berarti banteng yang senang menyeruduk kesana kemari. (Wiyani, 2012 : 11). Secara etimologi, istilah bullying menggambarkan berbagai perilaku intimidasi yang dapat berdampak pada properti seseorang, tubuh, perasaan, hubungan, reputasi, dan status sosial. Bullying adalah bentuk perilaku terbuka dan agresif yang disengaja, menyakitkan, dan berulang (Beane, 2008: 2). Bullying melibatkan keinginan untuk menyakiti, tindakan menyakitkan, ketidakseimbangan kekuatan, penggunaan kekuasaan yang tidak adil, biasanya berulang, serta terdapat kenikmatan pada pelaku dan rasa tertindas pada korban (Rigby, 2003: 6). Sementara itu, Olweus dalam Cowie & Jennifer (2008: 2) mendefinisikan bullying sebagai bagian dari perilaku agresif dengan karakteristik khusus tertentu yang merupakan tindakan negatif oleh dari satu 140

7 atau siswa lain yang secara berulang-ulang dari waktu ke waktu sehingga seseorang terintimidasi atau menjadi korban ketika dia mengalaminya. Konseling Model SPICC Model SPICC bersumber dari konsep teoritis dan strategi praktis yang berasal dari berbagai pendekatan konseling yang telah mapan. Konseling Model SPICC adalah model terpadu yang menggunakan sejumlah pendekatan yang diatur secara berurutan. Pendekatan yang dimaksud adalah konseling berpusat pada klien (client centered), konseling gestalt, konseling naratif, konseling kogitif perilaku (cognitive behavior), dan konseling perilaku (behavior) (Geldard & Geldard dalam Widijanto, 2012: 79). Masing-masing pendekatan mempunyai teori perubahannya sendiri yang unik dan khusus, konseling model SPICC yang memadukan pendekatan tersebut satu persatu dalam urutan tertentu bertujuan untuk dapat mencapai keefektifan tujuan tiap sesi konseling dengan menggunakan masing-masing pendekatan yang sesuai. Seperti yang telah digambarkan sebelumnya mengenai proses konseling pada anak, berikut ini adalah siklus perubahan yang terjadi pada anak selama proses konseling berlangsung yang kemudian mendasari Geldard & Geldard untuk mengembangkan model SPICC (Widijanto, 2012: 70). Gambar 1. Spiral Perubahan pada Konseling Anak 141

8 METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen. Metode penelitian eksperimen kuantitatif bermaksud meneliti ide (suatu praktek atau prosedur) untuk melihat apakah memiliki pengaruh terhadap hasil atau variabel dependen (Cresweel, 2008: 299). Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain eksperimen kuasi. Desain ini menggunakan subyek yang tidak dipilih secara random (nonrandom assigment). Subyek dibagi menjadi kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kelompok eksperimen ialah kelompok yang mendapatkan perlakuan intervensi konseling model SPICC (Sequentially Planned Integrative Counseling for Children) dan kelompok kontrol ialah kelompok pembanding atau kelompok yang tidak mendapat perlakuan intervensi konseling model SPICC. Subyek penelitian dipilih sebanyak 16 orang anak yang memiliki skor terendah dalam kategori sedang hasil dari instrumen perilaku asertif, 8 orang pada kelompok eksperimen dan 8 orang pada kelompok kontrol. Jumlah subyek ditetapkan sebanyak 8 orang pada masing-masing kelompok, berdasarkan asumsi bahwa dalam konseling kelompok biasanya terdiri dari 4-8 anak, karena jumlah yang lebih besar membuat masing-masing anggota kelompok sulit untuk memenuhi kebutuhan pribadinya dalam sesi kelompok (Rose dan Edleson dalam Geldard & Geldard, 2012: 122). HASIL PENELITIAN Studi pendahuluan dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Kelapa Tujuh pada 28 Mei 2013 dengan memberikan angket perilaku asertif. Hasil yang diperoleh berdasarkan hasil angket tersebut memberikan gambaran perilaku asertif dua kelompok subyek penelitian, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, masing-masing kelompok beranggotakan delapan orang siswa yang memiliki tingkat perilaku asertif dalam kategori sedang. Gambaran kondisi awal perilaku asertif kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Grafik.1 sebagai berikut: 142

9 Memiliki harga diri dan menghormati diri sendiri Mengenali kekuatan dan keterbatasan diri Menilai apa yang dipikirkan dan dirasakan Mengekspresikan secara jelas, langsung dan tepat pikiran juga perasaan Eksperimen Kontrol Grafik. 1. Gambaran Kondisi Awal Perilaku Asertif Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Kelapa Tujuh Tabel 2. Profil Perilaku Asertif Berdasarkan Pencapaian Setiap Aspek, Kondisi Awal Perilaku Siswa dan Penilaian Kebutuhan NO Aspek Kategori 1. Memiliki harga diri dan menghormat i diri sendiri 2. Mengenali kekuatan dan keterbatasan diri 3. Menilai apa yang dipikirkan dan dirasakan Sedang Sedang Sedang Kondisi Awal Perilaku Siswa Siswa belum mampu berperilaku sesuai dengan keinginan sendiri Siswa kurang memiliki rasa percaya diri Siswa belum mampu meminta pertolongan pada saat merasa tidak mampu Siswa kurang mampu memberikan pandangan secara terbuka terhadap hal-hal yang tidak sepaham. Penilaian Kebutuhan a. Membantu siswa belajar berperilaku sesuai dengan keinginan sendiri b. Membantu siswa memiliki rasa percaya diri Membantu siswa belajar meminta pertolongan teman atau guru Membantu siswa belajar memberikan pandangan secara terbuka terhadap halhal yang tidak sepaham 143

10 4. Mengekspre -sikan secara jelas, langsung dan tepat pikiran juga perasaan Sedang Siswa tidak mampu menolak ajakan dan perintah teman yang merugikan dirinya a. Membantu siswa belajar menolak ajakan dan perintah teman yang merugikan dirinya Siswa kurang mampu mengutarakan apa yang dipikirkaan dan dirasakan b. Membantu siswa belajar mengutarakan apa yang dipikirkan dan dirasakan Konseling model SPICC dilakukan dengan 5 sesi pertemuan, sesi pertama dilaksanakan dengan tema Aku dan Teman-Teman di Sekolah menggunakan teknik konseling berpusat pada klien dengan setting kelompok dan dilakukan melalui aktivitas menggambar, tujuan dari kegiatan pada sesi pertama ini adalah agar anak dapat masuk ke dalam hubungan konseling dengan konselor juga dengan anggota kelompok yang lain. Sesi pertama ini dapat dikatakan berhasil jika anak mau membuka diri menceritakan tentang dirinya dan agar anak mau berinteraksi bersama dengan konselor dan anggota kelompok yang lain. Sesi kedua, dilaksanakan dengan tema Bagaimana diriku? menggunakan teknik konseling gestalt dengan setting kelompok dan dilakukan melalui aktivitas menulis dan bercerita, tujuan dari kegiatan pada sesi kedua ini adalah agar anak dapat mengungkapkan emosi dan menginternalisasi permasalahannya. Sesi kedua ini dapat dikatakan berhasil jika anak mau menceritakan tentang dirinya dan anak dapat menyebutkan permasalahan yang dialami dirinya. Sesi ketiga, dilaksanakan dengan tema Jika aku menjadi menggunakan teknik konseling naratif dengan setting kelompok, tujuan dari kegiatan pada sesi ketiga ini adalah agar anak dapat mengembangkan cerita sesuai dengan harapannya. Sesi ketiga ini dapat dikatakan berhasil jika anak berani bercerita dan mengemukakan pendapat. Sesi keempat, dilaksanakan dengan tema Mengapa dan Bagaimana menggunakan teknik konseling kognitif perilaku dengan setting kelompok, tujuan dari kegiatan pada sesi keempat ini adalah agar anak dapat 144

11 mengembangkan pikiran rasional yang dapat membantu anak mengembangkan diri dan menghadapi masalahnya. Sesi keempat ini dapat dikatakan berhasil jika anak dapat mengembangkan pikiran rasional. Sesi kelima, dilaksanakan dengan tema Belajar bersama teman, tujuan dari kegiatan pada sesi kelima ini adalah anak dapat Agar anak dapat mengembangkan kemampuan berperilaku asertif, sesi kelima ini dapat dikatakan berhasil jika mengekspresikan secara jelas, langsung dan tepat pikiran juga perasaannya dengan tepat dan jelas. Program konseling model SPICC yang dilakukan untuk membantu siswa meningkatkan perilaku asertif adalah konseling dalam setting kelompok, konseling dengan setting kelompok memberikan suasana sosial yang membantu anak belajar dari interaksi sosialnya dalam kelompok (Geldard dan Geldard, 2008: ). Kompetensi konselor pada konseling anak pada umumnya sama seperti pada konseling pada remaja dan dewasa, namun pada konseling anak Geldard & Geldard (2012: 22) menambahkan beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh konselor anak, yaitu : konselor harus kongruen, menyelami jiwa kanak-kanaknya sendiri, menerima dan tidak melibatkan emosi sendiri. Konselor harus kongruen artinya antara konselor dan konseli berada pada hubungan yang bisa dipercaya dan lingkungan yang aman. Agar hal tersebut terjadi konselor secara pribadi harus terbuka, tulus, konsisten dan stabil sehingga rasa percaya bisa dikembangkan dan dipertahankan. Konselor diharapkan mampu menyelami jiwa kanak-kanaknya, namun mengakses jiwa kanak-kanak bukan berarti menjadi kekanakan, namun berarti menggali bagian dari diri konselor yang tepat dengan dunia anak. Dengan menyelami dunia kanak-kanak pada diri sendiri, konselor akan lebih dapat menjalin hubungan yang sukses dengan anak, memahami perasaan dan pandangan anak, serta memberi kesempatan bagi anak untuk mengalami sepenuhnya. Konselor harus mampu menerima konseli apa adanya, hal tersebut sama halnya dengan konseling pada remaja maupun dewasa. Jika kita ingin mengeksplorasi konseli secara lebih pribadi lagi, konselor perlu menunjukkan perilaku penerimaan sehingga konseli dapat merasa menjadi diri sendiri tanpa pengekangan. Kompetensi yang terakhir yaitu konselor tidak melibatkan emosinya sendiri dalam konseling pada anak, karena jika anak merasa atau melihat 145

12 konselornya tertekan oleh apa yang diungkapkan, maka anak cerderung menarik diri dan tidak lagi membicarakan masalah yang menyakitkan. Program konseling SPICC juga menggunakan berbagai media dalam pelaskanaan sesi konselingnya, pemilihan media dilakukan berdasarkan beberapa faktor yaitu kesesuaian dengan tingkat usia perkembangan anak, kesesuaian dengan jenis konseling apakah individu atau kelompok dan berdasarkan tujuan konseling anak (Geldard & Geldard, 2012: 214). Menurut Geldard & Geldard (2012: 215) untuk anak usia sekolah dasar yaitu usia 6-10 tahun, media dan aktivitas yang paling cocok untuk digunakan pada konseling ialah buku/cerita, lempung, konstruksi, menggambar, melukis dengan jari, permainan, permainan pura-pura imajinatif, hewan miniatur, boneka tangan/mainan kain, baki pasir, simbol/figur dan lembar kerja. Hasil uji Efektivitas Penggunaan Konseling Model SPICC Terhadap Aspek Perilaku Asertif Pada Siswa Kelas IV Korban Bullying Di SD Negeri 1 Kelapa Tujuh diperoleh hasil seperti yang tersaji pada Tabel 3 berikut : Tabel 3. Hasil Uji t Independen Data Normalized Gain Aspek Perilaku Asertif Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol Aspek Kelompok Rata- Rata Gain Sd Perbedaan Rerata Statistik Uji t Nilai p Keterangan 0,34 0,19 Eksperimen Aspek - 0,36 0,4550 3,136 0,00 Signifikan 1 Kontrol 0, ,22 0,28 Eksperimen Aspek Tidak - 0,40 0,3675 2,079 0,05 2 Signifikan Kontrol 0, ,19 0,56 Eksperimen Aspek Tidak 0,1262 0,619 0,54 3 0,07 0,13 Signifikan Kontrol Aspek Eksperimen 0,39 0,25 0,4187 3,607 0,00 Signifikan 146

13 ,20 Kontrol 0, Hasil posttest yang diberikan kepada siswa setelah pelaksanaan konseling model SPICC yang menekankan pada pengembangan perilaku asertif, memperoleh hasil yang positif. Tingkat perilaku asertif pada kelompok eksperimen meningkat. Sedangkan tingkat perilaku asertif pada kelompok kontrol meskipun ada beberapa aspek yang mengalami perubahan namun tidak mengalami perubahan yang signifikan, bahkan pada aspek tertentu mengalami penurunan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku asertif pada siswa yang menjadi korban bullying dapat dikembangkan melalui penggunaan konseling model SPICC. Keberhasilan program ini dapat terlihat pada pencapaian skor aspek yang mengalami perubahan kearah positif. Temuan ini dapat ditafsirkan bahwa konseling dengan menggunakan model SPICC dapat digunakan sebagai alternatif layanan bimbingan dan konseling di sekolah yaitu sebagai layanan preventif (pencegahan) bagi siswa yang kurang memiliki perilaku asertif dan berpotensi menjadi korban bullying dan sebagai layanan responsif bagi siswa yang terlah mengalami atau menjadi korban perilaku bullying. Hasil pelaksanaan program konseling dengan menggunakan model SPICC menunjukkan hampir semua aspek mengalami perubahan yang positif. Meskipun, perubahan perilaku asertif siswa kelas IV SD Negeri 1 Kelapa Tujuh masih menunjukkan keragaman pada perolehan skor pada setiap aspek 147

14 6,000 Peningkatan Indikator Perilaku Asertif 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0, Pretest 1,250 1,750 3,375 1,125 1,125 2,500 0,875 2,500 2,625 1,000 Posttest 1,625 2,250 5,125 2,000 1,375 3,125 1,125 4,125 3,625 1,625 Grafik 2. Peningkatan Perilaku Asertif Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Kelapa Tujuh Setelah Menggunakan Konseling Model SPICC KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai efektifitas konseling model SPICC (Sequantially Planned Integrative Counseling for Children) untuk meningkatkan perilaku asertif siswa kelas IV korban bullying yang dilakukan kepada siswa kelas IV SD Negeri 1 Kelapa Tujuh diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Gambaran profil perilaku asertif siswa kelas IV SD Negeri 1 Kelapa Tujuh memiliki perilaku asertif pada kategori sedang dan tinggi, secara rata-rata kelas IV SD Negeri 1 Kelapa Tujuh memiliki perilaku asertif pada kategori sedang. 2. Program konseling model SPICC (Sequantially Planned Integrative Counseling for Children) sebagai layanan responsif untuk meningkatkan dan mengembangkan perilaku asertif siswa kelas IV korban bullying di SD Negeri 1 Kelapa Tujuh tahun ajaran 2012/ Secara statistik, hasil uji efektifitas menunjukkan bahwa konseling model SPICC (Sequantially Planned Integrative Counseling for 148

15 Children) efektif untuk meningkatkan perilaku asertif siswa kelas IV SD Negeri 1 Kelapa Tujuh tahun ajaran 2012/2013, terutama membantu meningkatkan aspek memiliki harga diri dan menghormati diri sendiri dan aspek mengekspresikan secara jelas, langsung dan tepat pikiran juga perasaan namun kurang efektif untuk meningkatkan untuk aspek mengenali kekuatan dan keterbatasan diri dan menilai apa yang dipikirkan dan dirasakan. DAFTAR PUSTAKA Azwar, Saifuddin. (2010). Penyuusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Beane, A.L. (2008). Protect Your Child From Bullying. San Fransisco: Jossey-Bass Chairul dan Puspaningtyas. (2013). Anak Korban 'Bully' Balas Dendam. 12/mgiid8- anak-korban-bully-balas-dendam. 12 Januari 2013 Connecticut School Counselor Association (CSCA), et al. (2000). Connecticut Comprehensive School Counseling Program. Cowie, H & Jennifer, A.W. (2008). New Perspectives On Bullying. New York : Open University Press. Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Depdiknas. Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan. Bandung : Rosdakarya.. (2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Rosdakarya. Dini, L.S. (2012). Trauma Mahasiswa yang Pernah Mengalami Bullying Ketika Duduk Di Bangku Sekolah Dasar. Error! Hyperlink reference not valid./2013/01 /trauma-mahasiswa-yang-pernah-mengalami.html Gibson & Mitchell. (2008). Introduction to Counseling and Guidance. Alih Bahasa oleh Santoso, Yudi. (2011). Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Geldard, K & Geldard, D. (2008). Counseling Children : A Practical Introduction (Third Edition). Alih Bahasa oleh Widijanto, Gianto dan Yuwono, Lilian. (2012). Konseling Anak-Anak Sebuah Pengatar Praktis (Edisi Ketiga). Jakarta : Indeks 149

16 Hansen,J.C., Stevic, R.R & Warner Jr, R.W. (1982). Counseling Theory and Process Third Ed. USA : Allyn and Bacon, Inc. Hurlock, E.B. (1978). Child Development (Sixth Ed). Alih Bahasa oleh Tjandrasa,Meitasari dan Zarkasih, Muslichah. Perkembangan Anak Jilid 1(Edisi Keenam). Jakarta : Erlangga.. (1980). Developmental Psychology: A Life Span Approach (Fifth ed). Alih Bahasa oleh Istidwiyanti dan Soedjarwo. (1997). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Kaman, Colleen. (2012). What country has the most bullies? Oktober 2012 Lesmana, J.M. (2006). Dasar-Dasar Konseling. Jakarta : UI-Press McEachern., et.al, (2005). Peer Victimization in Schools: An International Perspective. Journal of Social Sciences Special Issue No. 8: Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia & Menteri Agama Republik Indonesia. (2011) Sekretariat/110711/PPFB%20Permen%20Bersama%20nomorvipb2011. pdf. Mc Leod, John. (2008). Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus. Jakarta : Kencana Mruk,C.J. (2006). Self-Esteem Research, Theory, and Practice. New York : Springer Publishing Company, Inc. Moon, B., Morash, M. & McCluskey, J.D. (2012). General Strain Theory and School Bullying : An Empirical Test in South Korea. Crime & Delinquency, 58, (6), Nurikhsan, A.J. (2009). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika Aditama &Agustin, M. (2011). Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Refika Aditama. Novalia & Dayakisni, Tri. (2013). Perilaku Asertif Dan Kecenderungan Menjadi Korban Bullying. Jurnal Ilmiah dan Psikologi Terapan, 01, (01), Prayitno. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta 150

17 Rees & Graham. (2006). You Really Are Assertion Training: How To Be Who. London and New York : A Tavistock/Routledge Publication Rigby, Ken. (2003). Stop the Bullying : A Handbook for Schools. Melborne: Acerpress. Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan Dan Konseling Kelompok Di Sekolah. Bandung : Rizqi Rogers, C.R. (1961). On Becoming a Person. Alih Bahasa oleh Fajar, Rahmat (2012). Yogyakarta : Pustaka Pelajar Singhal, A & Nagao, M. (1993). Assertiveness as Communication Competence A Comparison of the Communication Syles of American and Japanese Students. Asian Journal of Communication, 3, (1), Sunardi. (2013). Latihan Asertif. [Online Tersedia] SUNARDI/karya_tls-materi_ajar_pdf/ LATIHAN_ASERTIF.pdf). Sofwat, R.A.W. (2012). [Makalah Seminar] Training for Tester. Bandung : Tidak diterbitkan. Syaodih, N.S. (2007). Bimbingan dan Konseling Dalam Praktek; Mengembangkan Potensi dan Kepribadian Siswa. Bandung : Maestro. Townend, Anne. (2007). Assertiveness and Diversity. New York : Palgrave Macmillan. Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. Uno, H.B. (2006). Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara Williams, C.J. (2001). Being Assertive dalam Overcoming Depression: A Five Areas Approach. UK: Arnold Publishers. Wikipedia. (2013). Narrative Therapy. [Online Tersedia] Narrative_therapy. Biodata Penulis : Risna Rogamelia, S.Pd., M.Pd. adalah dosen tetap pada Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Bandar Lampung. Lahir di Kotabumi pada tanggal 12 Februari Menyelesaikan pendidikan S1 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Lampung. Kemudian menyelesaikan pendidikan S2 pada Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Pendidikan Indonesia. 151

TESIS Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

TESIS Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KONSELING MODEL SEQUENTIALLY PLANNED INTEGRATIVE COUNSELING FOR CHILDREN (SPICC) UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF KORBAN BULLYING (Stusi Eksperimen Kuasi Pada Siswa Kelas IV SD

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab III ini berisi hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan penelitian, metode penelitian, desain penelitian, langkah-langkah penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN

LEMBAR PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 5 C. Rumusan Masalah... 6 D. Tujuan Penelitian... 6 E. Manfaat Penelitian...

Lebih terperinci

Layanan Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Self-Esteem Siswa

Layanan Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Self-Esteem Siswa Jurnal Fokus Konseling, Volume 3, No. 2 (2017), 148-153 ISSN Cetak : 2356-2102 ISSN Online : 2356-2099 DOI: https://doi.org/10.26638/jfk.405.2099 Layanan Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Self-Esteem

Lebih terperinci

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN ANALISIS TRANSAKSIONAL UNTUK MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI SISWA. Yohana Oktariana ABSTRAK

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN ANALISIS TRANSAKSIONAL UNTUK MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI SISWA. Yohana Oktariana ABSTRAK TRANSAKSIONAL UNTUK MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI SISWA Yohana Oktariana ABSTRAK Bimbingan kelompok dengan pendekatan analisis transaksional untuk mengembangakan konsep diri siswa. Penelitian dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari Guidance dan Counseling dalam bahasa Inggris. Istilah ini mengandung arti : (1) mengarahkan (to direct),

Lebih terperinci

SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara)

SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara) Self Esteem Korban Bullying 115 SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara) Stefi Gresia 1 Dr. Gantina Komalasari, M. Psi 2 Karsih, M. Pd 3 Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN METODE INSIDE OUTSIDE CIRCLE

KEEFEKTIFAN METODE INSIDE OUTSIDE CIRCLE JURNAL KEEFEKTIFAN METODE INSIDE OUTSIDE CIRCLE DALAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII B SMP ISLAM NGORO JOMBANG TAHUN AJARAN 2016 2017 The Effectiveness Inside

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bandung. Alasan pemilihan lokasi penelitian yakni belum tersedianya suatu

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK Emilia Roza (Eroza82@yahoo.com) 1 Muswardi Rosra 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT The objective of this research was

Lebih terperinci

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG Manuscript OLEH : Sri Utami G2A009102 PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DALAM BELAJAR GROUP COUNSELING FOR IMPROVING CONFIDENCE IN STUDENT LEARNING

PENGGUNAAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DALAM BELAJAR GROUP COUNSELING FOR IMPROVING CONFIDENCE IN STUDENT LEARNING 1 PENGGUNAAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DALAM BELAJAR GROUP COUNSELING FOR IMPROVING CONFIDENCE IN STUDENT LEARNING Shella Rahmi Putri (shellarahmi@yahoo.co.id) Dibawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari pelaporan penelitian yang membahas tentang latar belakang penelitian yang dilakukan, adapun yang menjadi fokus garapan dalam penelitian ini adalah masalah

Lebih terperinci

BAYU ADHY TAMA K

BAYU ADHY TAMA K PEMBERIAN INFORMASI KARIR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN PROGRAM JURUSAN SISWA KELAS X SMA NEGERI PUNUNG TAHUN AJARAN 2013/2014 JURNAL Oleh: BAYU ADHY TAMA K3109019

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application IJGC 6 (3) (2017) Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk Pengaruh Layanan Penguasaan Konten Teknik Mind Mapping terhadap Motivasi

Lebih terperinci

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK Nelly Oktaviyani (nellyokta31@yahoo.com) 1 Yusmansyah 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT The purpose of this study

Lebih terperinci

PEMBERIAN INFORMASI KARIR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN PROGRAM JURUSAN

PEMBERIAN INFORMASI KARIR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN PROGRAM JURUSAN PEMBERIAN INFORMASI KARIR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN PROGRAM JURUSAN (Penelitian Pada Siswa Kelas X SMA Negeri Punung Kabupaten Pacitan Tahun Ajaran 2013/2014)

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS INFORMASI KARIR DENGAN MEDIA BUKU BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN STUDI LANJUTAN SISWA

EFEKTIVITAS INFORMASI KARIR DENGAN MEDIA BUKU BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN STUDI LANJUTAN SISWA 77 Jurnal Psikologi Jurnal Pendidikan Psikologi Pendidikan & Konselin Vol. & Konseling 1 No. 1 Juni 2015 Volume 1 Nomor 1 Juni 2015. Hal 77-83 ISSN: 2443-2202 EFEKTIVITAS INFORMASI KARIR DENGAN MEDIA BUKU

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan

Lebih terperinci

JURNAL EFEKTIVITAS CINEMA THERAPY UNTUK MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI DI DEPAN KELAS SISWA KELAS XI PEMASARAN SMK PGRI 3 KEDIRI TAHUN 2016/2017

JURNAL EFEKTIVITAS CINEMA THERAPY UNTUK MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI DI DEPAN KELAS SISWA KELAS XI PEMASARAN SMK PGRI 3 KEDIRI TAHUN 2016/2017 JURNAL EFEKTIVITAS CINEMA THERAPY UNTUK MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI DI DEPAN KELAS SISWA KELAS XI PEMASARAN SMK PGRI 3 KEDIRI TAHUN 2016/2017 THE EFFECTIVENESS OF CINEMA THERAPY TO IMPROVE CONFIDENTLY

Lebih terperinci

CAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA DENGAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

CAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA DENGAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Volume 1 Nomor 1 Januari 2012 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling Halaman 1-5 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor CAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA DENGAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN IMPLIKASINYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara apabila dipengaruhi oleh suasana kondusif yang diciptakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara apabila dipengaruhi oleh suasana kondusif yang diciptakan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat pada saat sekarang ini, telah membawa dampak terhadap berbagai aspek kehidupan, terutama dalam bidang pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

PENGUATAN KETERAMPILAN KONSELING ANAK : MEMILIH MEDIA DAN AKTIVITAS YANG TEPAT

PENGUATAN KETERAMPILAN KONSELING ANAK : MEMILIH MEDIA DAN AKTIVITAS YANG TEPAT PENGUATAN KETERAMPILAN KONSELING ANAK : MEMILIH MEDIA DAN AKTIVITAS YANG TEPAT Mufida Istati, Nurul Rahmi UIN Antasari Banjarmasin Email: mufidach@yahoo.co.id ABSTRAK Konseling anak merupakan proses pemberian

Lebih terperinci

PENGARUH PERMAINAN BONEKA DALAM LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERKADAP KOMPETENSI MORAL SISWA

PENGARUH PERMAINAN BONEKA DALAM LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERKADAP KOMPETENSI MORAL SISWA 92 Pengaruh Permainan Boneka Dalam Layanan Bimbingan Kelompok Terkadap Kompetensi Moral Siswa PENGARUH PERMAINAN BONEKA DALAM LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERKADAP KOMPETENSI MORAL SISWA (Studi Kuasi Eksperimen

Lebih terperinci

Efektivitas Teknik Latihan Asertif Untuk Meningkatkan Internal Locus Of Control Siswa dalam Belajar

Efektivitas Teknik Latihan Asertif Untuk Meningkatkan Internal Locus Of Control Siswa dalam Belajar Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Volume 3 Number 2 December 2017. Page 8-14 p-issn: 2443-2202 e-issn: 2477-2518 Homepage: http://ojs.unm.ac.id/index.php/jppk Efektivitas Teknik Latihan Asertif Untuk

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Group Counseling Services, Learning Mathematics Motivation

ABSTRACT. Keywords: Group Counseling Services, Learning Mathematics Motivation MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013 INCREASE MOTIVATION TO LEARN

Lebih terperinci

JURNAL KEEFEKTIFAN TEKNIK KATA BERANTAI DALAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA KELAS VII SMP

JURNAL KEEFEKTIFAN TEKNIK KATA BERANTAI DALAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA KELAS VII SMP JURNAL KEEFEKTIFAN TEKNIK KATA BERANTAI DALAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA KELAS VII SMP THE EFFECTIVNESS OF KATA BERANTAI TECHNIQUE ON COUNSELING GROUP TO IMPROVE STUDENTS

Lebih terperinci

PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KELAS X MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK

PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KELAS X MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KELAS X MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK Tri Oktha Ayu Evita (triokthaayuevita@rocketmail.com) 1 Muswardi Rosra2 Shinta Mayasari3 ABSTRACT This research aim was to determine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berinteraksi dengan manusia lainnya. Masing-masing individu yang berinteraksi akan memberikan respon yang berbeda atas peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

PENINGKATAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PENINGKATAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK INCREASEMENT OF STUDENT IS SELF ADJUSTMENT WITH PEER GROUP USING GROUP COUNSELING SERVICES Octaria Nawala (octaria.nawala@yahoo.com)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan pendidikan yang efektif

Lebih terperinci

Keefektifan Teknik Self Instruction dalam Konseling Kognitif-Perilaku untuk Meningkatkan Efikasi Diri Sosial Siswa SMKN 2 Malang

Keefektifan Teknik Self Instruction dalam Konseling Kognitif-Perilaku untuk Meningkatkan Efikasi Diri Sosial Siswa SMKN 2 Malang 172 Jurnal Jurnal Kajian Bimbingan Kajian Bimbingan dan Konseling, dan Konseling 1, (4), 2016, Vol. 172 178 1, No. 4, 2016, hlm.172 178 Tersedia online di http://journal.um.ac.id/index.php/bk ISSN: 2503-3417

Lebih terperinci

MODEL SPICC UNTUK MENGURANGI KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR

MODEL SPICC UNTUK MENGURANGI KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR MODEL SPICC UNTUK MENGURANGI KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR Isti Yuni Purwanti Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak Kesulitan belajar yang dialami

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS TEKNIK BIBLIOKONSELING UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF SISWA KELAS X SMAN LOCERET NGANJUK TAHUN PELAJARAN 2016/2017

EFEKTIVITAS TEKNIK BIBLIOKONSELING UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF SISWA KELAS X SMAN LOCERET NGANJUK TAHUN PELAJARAN 2016/2017 EFEKTIVITAS TEKNIK BIBLIOKONSELING UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF SISWA KELAS X SMAN LOCERET NGANJUK TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

TINGKAT KEMAMPUAN ASERTIF PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 IX KOTO KABUPATEN DHARMASRAYA ABSTRACT

TINGKAT KEMAMPUAN ASERTIF PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 IX KOTO KABUPATEN DHARMASRAYA ABSTRACT 1 TINGKAT KEMAMPUAN ASERTIF PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 IX KOTO KABUPATEN DHARMASRAYA Erni Walini 1, Alfaiz 2, Hafiz Hidayat 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

Lebih terperinci

SUYUT ADIN FEBRIANTO NPM

SUYUT ADIN FEBRIANTO NPM PENGARUH LAYANAN INFORMASI DENGAN MEDIA FILM TERHADAP PENYESUAIAN DIRI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 17 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: SUYUT ADIN FEBRIANTO NPM :

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI MENGGUNAKAN TEKNIK REINFORCEMENT POSITIF SISWA KELAS 1 SD

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI MENGGUNAKAN TEKNIK REINFORCEMENT POSITIF SISWA KELAS 1 SD PENINGKATAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI MENGGUNAKAN TEKNIK REINFORCEMENT POSITIF SISWA KELAS 1 SD Wiwit Wiarti (wiwitwiarti@yahoo.co.id) 1 Yusmansyah 2 Diah Utaminingasih 3 ABSTRACT The purpose in this

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 10 PONTIANAK

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 10 PONTIANAK SOSIAL HORIZON: Jurnal Pendidikan Sosial ISSN 2407-5299 UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 10 PONTIANAK Rustam Program Studi Bimbingan

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK ADLER UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL SISWA SMP

KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK ADLER UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL SISWA SMP Fitriani, Hidayah, Efektivitas Penggunaan Media... 7 Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling Vol 1, No. 1, 2016, hlm. 7-11 Tersedia Online di http://journal.um.ac.id/index.php/bk JKBK JURNAL KAJIAN BIMBINGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku dan segala sifat yang membedakan antara individu satu dengan individu

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku dan segala sifat yang membedakan antara individu satu dengan individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia terlahir memiliki kesamaan dan perbedaan antara satu dengan lainnya, dan hal tersebut yang menjadikan manusia sebagai makluk yang unik. Manusia memiliki

Lebih terperinci

SILABUS. A.3. Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan pendidikan

SILABUS. A.3. Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan pendidikan UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN SILABUS A. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini membahas tentang posisi dan urgensi bimbingan dan konseling

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Ratih Novita Sari 1 Yusmansyah 2 Shinta Mayasari 3

PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Ratih Novita Sari 1 Yusmansyah 2 Shinta Mayasari 3 PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK Ratih Novita Sari (Ratihnovita@yahoo.co.id) 1 Yusmansyah 2 Shinta Mayasari 3 ABSTRACT The aim of this study was to find out whether

Lebih terperinci

PENGARUH KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN PERSON CENTERED

PENGARUH KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN PERSON CENTERED JURNAL PENGARUH KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN PERSON CENTERED TERHADAP RASA PERCAYA DIRI SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 2 KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016-2017 THE EFFECT OF GROUP COUNSELING WITH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilaksanakan melalui proses belajar mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilaksanakan melalui proses belajar mengajar yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dilaksanakan melalui proses belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah, meskipun pada dasarnya proses pendidikan dapat dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Salatiga. Subjek dalam penelitian ini adalah kelas IX A dan Kelas IX B yang berjumlah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Kecakapan Emosional, Program Bimbingan dan Konseling, Teknik Sosiodrama.

ABSTRAK. Kata Kunci: Kecakapan Emosional, Program Bimbingan dan Konseling, Teknik Sosiodrama. ABSTRAK. Efektivitas Program Bimbingan dan Konseling Melalui Teknik Sosiodrama untuk Meningkatkan Kecakapan Emosional Siswa (Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Depok Tahun

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEHNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA DI SEKOLAH

PENGGUNAAN TEHNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA DI SEKOLAH 1 PENGGUNAAN TEHNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA DI SEKOLAH Archi Pratiwi R (andrydwiichwanto@yahoo.com) Di bawah bimbingan Yusmansyah dan Diah Utaminingsih ABSTRACT The

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru dihadapkan pada karakterisktik siswa yang beraneka ragam dalam kegiatan pembelajaran. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajar secara lancar dan

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application IJGC 4 (3) (2015) Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk MENINGKATKAN PERILAKU BELAJAR EFEKTIF SISWA DALAM LAYANAN KLASIKAL MELALUI

Lebih terperinci

PENGARUH FRIENDLY SMART MONOPOLY TERHADAP KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA ANAK SEKOLAH DASAR

PENGARUH FRIENDLY SMART MONOPOLY TERHADAP KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA ANAK SEKOLAH DASAR PENGARUH FRIENDLY SMART MONOPOLY TERHADAP KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA ANAK SEKOLAH DASAR Nurul Huda, Jati Ariati Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa. Merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ukuran pencapaian sebuah bangsa yang diajukan oleh UNICEF adalah seberapa baik sebuah bangsa memelihara kesehatan dan keselamatan, kesejahteraan, pendidikan

Lebih terperinci

JURNAL OLEH: FAJAR KUSUMAJATI K

JURNAL OLEH: FAJAR KUSUMAJATI K PEMBERIAN INFORMASI TENTANG KONSEP DIRI POSITIF MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENUMBUHKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS VII SMP N 7 KLATEN TAHUN AJARAN 2013/2014 JURNAL OLEH: FAJAR KUSUMAJATI K3109031

Lebih terperinci

PEMAHAMAN PENDEKATAN KONSELING MAHASISWA BK FIP UNY SEBAGAI CALON KONSELOR JURNAL SKRIPSI. Oleh Siti Dinar Rohmawati NIM.

PEMAHAMAN PENDEKATAN KONSELING MAHASISWA BK FIP UNY SEBAGAI CALON KONSELOR JURNAL SKRIPSI. Oleh Siti Dinar Rohmawati NIM. PEMAHAMAN PENDEKATAN KONSELING MAHASISWA BK FIP UNY SEBAGAI CALON KONSELOR JURNAL SKRIPSI Oleh Siti Dinar Rohmawati NIM. 11104244043 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLiS) PADA MATA PELAJARAN IPA DITINJAU DARI MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLiS) PADA MATA PELAJARAN IPA DITINJAU DARI MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLiS) PADA MATA PELAJARAN IPA DITINJAU DARI MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR Imanuel Sairo Awang STKIP Persada Khatulistiwa, Jl Pertamina,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang rentang kehidupannya individu mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dijalani untuk tiap masanya. Tugas perkembangan tersebut terbentang

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application IJGC 4 (4) (2015) Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk MENINGKATKAN KESIAPAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

Lebih terperinci

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA NUR IKHSANIFA Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda INTISARI Penelitian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN CLAY THERAPY DALAM PROGRAM BIMBINGAN UNTUK PESERTA DIDIK TINGKAT SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN CLAY THERAPY DALAM PROGRAM BIMBINGAN UNTUK PESERTA DIDIK TINGKAT SEKOLAH DASAR PENGGUNAAN CLAY THERAPY DALAM PROGRAM BIMBINGAN UNTUK PESERTA DIDIK TINGKAT SEKOLAH DASAR Aniek Wirastania Bimbingan dan Konseling, FKIP Universitas PGRI Adi Buana Surabaya email: aniek.bk04@gmail.com

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA Ertik Indrawati, Setyorini dan Sumardjono Padmomartono Program Studi S1

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN ASERTIF TERHADAP ASERTIFITAS SISWA BARU DAN KEBERANIAN SERTA KEPERCAYAAN DIRI SISWA UNTUK MEMUTUSKAN KEHENDAK BAIKNYA

PENGARUH PELATIHAN ASERTIF TERHADAP ASERTIFITAS SISWA BARU DAN KEBERANIAN SERTA KEPERCAYAAN DIRI SISWA UNTUK MEMUTUSKAN KEHENDAK BAIKNYA PENGARUH PELATIHAN ASERTIF TERHADAP ASERTIFITAS SISWA BARU DAN KEBERANIAN SERTA KEPERCAYAAN DIRI SISWA UNTUK MEMUTUSKAN KEHENDAK BAIKNYA Zun Azizul Hakim IAIN Tulungagung Jl. Mayor Sujadi Timur 46 Tulungagung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang diarahkan pada peningkatan intelektual dan emosional anak

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang diarahkan pada peningkatan intelektual dan emosional anak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut UU no. 20/03 tentang sistem pendidikan Nasioanl pasal 1 ayat (1) menerangkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan individu untuk berinteraksi dengan individu lainnya membuat

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan individu untuk berinteraksi dengan individu lainnya membuat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan individu untuk berinteraksi dengan individu lainnya membuat individu menjalin sebuah hubungan sosial demi memenuhi kebutuhan hidup, baik secara moril

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari keseluruhan laporan penelitian yang menguraikan pokok bahasan tentang latar belakang masalah yang menjadi fokus penelitian, pertanyaan penelitian,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : Pudyastuti Widhasari ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MEWUJUDKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK DI KELAS VII SMP NEGERI 27PADANG JURNAL PENELITIAN

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MEWUJUDKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK DI KELAS VII SMP NEGERI 27PADANG JURNAL PENELITIAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MEWUJUDKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK DI KELAS VII SMP NEGERI 27PADANG JURNAL PENELITIAN Oleh : SYUKRI MARZUKI NPM: 11060269 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia memunculkan perbedaan karakter antara satu dengan yang lainnya. Tidak hanya seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nurul Fahmi,2014 EFEKTIVITAS PERMAINAN KELOMPOK UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Nurul Fahmi,2014 EFEKTIVITAS PERMAINAN KELOMPOK UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aktivitas anak tidak lepas dari kegiatan bermain dan permainan, kegiatan tersebut dapat mengembangkan interaksi dengan orang lain dan menjalin hubungan dengan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN SISWA MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN BEHAVIORISTIK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI GONDANGREJO

UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN SISWA MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN BEHAVIORISTIK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI GONDANGREJO 1 UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN SISWA MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN BEHAVIORISTIK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI GONDANGREJO Oleh : Vely Fatimah 12500082 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

JURNAL THE EFECTIVENESS OF SOCIODRAMA TECHNIQUE TO MINIMIZE HIGH BULLYING BEHAVIOR AT EIGHT GRADE OF SMPN 2 PAPAR ACADEMIC YEAR 2016/2017

JURNAL THE EFECTIVENESS OF SOCIODRAMA TECHNIQUE TO MINIMIZE HIGH BULLYING BEHAVIOR AT EIGHT GRADE OF SMPN 2 PAPAR ACADEMIC YEAR 2016/2017 Artikel Skripsi JURNAL EFEKTIVITAS TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MEMINIMALISIR PERILAKU BULLYING TINGGI PADA SISWA KELAS VIII F DI SMP NEGERI 2 PAPAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017 THE EFECTIVENESS OF SOCIODRAMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UU No. 20 Tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran secara umum dan spesifik mengenai persepsi penerapan Student Centered Learning serta keduabelas prinsipnya pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas

Lebih terperinci

GROUP COUNSELING SERVICES EFFECTIVENESS IN REDUCING STUDENT BEHAVIOR AGGRESSIVE SMA 6 PADANGSIDIMPUAN STATE ACADEMIC YEAR

GROUP COUNSELING SERVICES EFFECTIVENESS IN REDUCING STUDENT BEHAVIOR AGGRESSIVE SMA 6 PADANGSIDIMPUAN STATE ACADEMIC YEAR GROUP COUNSELING SERVICES EFFECTIVENESS IN REDUCING STUDENT BEHAVIOR AGGRESSIVE SMA 6 PADANGSIDIMPUAN STATE ACADEMIC YEAR 2015-2016 Sukatno, M.Pd Dosen Bimbingan dan Konseling, UMTS Padangsidimpuan Email:

Lebih terperinci

THE PROBLEM EXPERIENCED BY JUNIOR HIGH SCHOOL NUMBER 3 RUMBIO JAYA

THE PROBLEM EXPERIENCED BY JUNIOR HIGH SCHOOL NUMBER 3 RUMBIO JAYA 1 THE PROBLEM EXPERIENCED BY JUNIOR HIGH SCHOOL NUMBER 3 RUMBIO JAYA Nurazmi 1, Tri Umari 2, Rosmawti 3 Email:nurazmicubadak@gmai.com, t.umari@yahoo.co.id, rosandi5658@gmail.com No HP:081365683085,08126858328,

Lebih terperinci

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R.

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R. 51 GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R. 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

INFLUENCE OF GIVING INFORMATION SERVICE ABOUT RAISING SELF-CONFIDENT AT STUDENTS IN CLASS XI IPA STATED-OWNED SENIOR HIGH SCHOOL 2 PEKANBARU 2014/2015

INFLUENCE OF GIVING INFORMATION SERVICE ABOUT RAISING SELF-CONFIDENT AT STUDENTS IN CLASS XI IPA STATED-OWNED SENIOR HIGH SCHOOL 2 PEKANBARU 2014/2015 1 INFLUENCE OF GIVING INFORMATION SERVICE ABOUT RAISING SELF-CONFIDENT AT STUDENTS IN CLASS XI IPA STATED-OWNED SENIOR HIGH SCHOOL 2 PEKANBARU 2014/2015 Randi Gunola 1, Tri Umari 2, Raja Arlizon 3 E-mail:

Lebih terperinci

PEMBERIAN LAYANAN PENGUASAAN KONTEN UNTUK MENINGKATKAN KESIAPAN KARIER MAHASISWA IKIP PGRI PONTIANAK

PEMBERIAN LAYANAN PENGUASAAN KONTEN UNTUK MENINGKATKAN KESIAPAN KARIER MAHASISWA IKIP PGRI PONTIANAK ISSN 2407-5299 PEMBERIAN LAYANAN PENGUASAAN KONTEN UNTUK MENINGKATKAN KESIAPAN KARIER MAHASISWA IKIP PGRI PONTIANAK Riki Maulana 1, Novi Wahyu Hidayati 2, Martin 3 1,2,3 Program Studi Bimbingan dan Konseling

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERCAYA DIRI DALAM BELAJAR MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA SMA

MENINGKATKAN PERCAYA DIRI DALAM BELAJAR MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA SMA 1 MENINGKATKAN PERCAYA DIRI DALAM BELAJAR MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA SMA Fatwa Mustika Adji (fatwamustikaadji@gmail.com) 1 Yusmansyah 2 Diah Utaminingsih 3 ABSTRACT The objective

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN BERHITUNG PEMBAGIAN BAGI SISWA AUTISTIK KELAS IV SD DI SLB TEGAR HARAPAN YOGYAKARTA ARTIKEL JURNAL Diajukan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas sangat diperlukan dalam menghadapi era globalisasi, pembentukan manusia yang berkualitas ditentukan oleh kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan sekitar. Baik lingkungan keluarga, atau dengan cakupan yang lebih luas yaitu teman sebaya

Lebih terperinci

JURNAL. Oleh: ANJARWATI Dibimbing oleh : 1. Dra. Khususiyah, M. Pd. 2. Yuanita Dwi Krisphianti, M. Pd.

JURNAL. Oleh: ANJARWATI Dibimbing oleh : 1. Dra. Khususiyah, M. Pd. 2. Yuanita Dwi Krisphianti, M. Pd. JURNAL EFEKTIFITAS TEKHNIK PERMAINAN LANJUTKAN CERITAKU DALAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PERCAYA DIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 THE EFFECTIVENESS OF LANJUTKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I ini menguraikan inti dari penelitian yang mencakup latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Genogram Dalam Konseling Karir Untuk Meningkatkan...Kelas XII SMA

Pengaruh Penggunaan Genogram Dalam Konseling Karir Untuk Meningkatkan...Kelas XII SMA Pengaruh Penggunaan Genogram Dalam Konseling Karir Untuk Meningkatkan...Kelas XII SMA PENGARUH PENGGUNAAN GENOGRAM DALAM KONSELING KARIR UNTUK MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR PESERTA DIDIK KELAS XII SMA

Lebih terperinci

Oleh: HIMAWAN CATUR YOGA NIM : K

Oleh: HIMAWAN CATUR YOGA NIM : K PENERAPAN KONSELING KETERAMPILAN HIDUP (LIFESKILLS COUNSELLING) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIER (Penelitian dilakukan pada siswa kelas XII IPA 3 SMA Negeri 4 Sidoarjo Tahun

Lebih terperinci

JURNAL Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Teknik Diskusi Kelompok Terhadap Regulasi Diri Siswa Dalam Belajar Di SMP N 1 Semen Tahun Ajaran

JURNAL Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Teknik Diskusi Kelompok Terhadap Regulasi Diri Siswa Dalam Belajar Di SMP N 1 Semen Tahun Ajaran JURNAL Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Teknik Diskusi Kelompok Terhadap Regulasi Diri Siswa Dalam Belajar Di SMP N 1 Semen Tahun Ajaran 2016-2017 The Effects Of Discussion Group Guidance Service To

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah suatu lembaga tempat menuntut ilmu. Selain itu sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah suatu lembaga tempat menuntut ilmu. Selain itu sekolah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah adalah suatu lembaga tempat menuntut ilmu. Selain itu sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang secara sadar berupaya melakukan perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian, BAB I PENDAHULUAN Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan, manfaat penelitian serta mengulas secara singkat mengenai prosedur

Lebih terperinci

Meningkatkan Kemampuan Hubungan Interpersonal Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Sosiodrama pada Siswa Kelas IX-1 SMP Negeri 1 Praya Barat Daya

Meningkatkan Kemampuan Hubungan Interpersonal Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Sosiodrama pada Siswa Kelas IX-1 SMP Negeri 1 Praya Barat Daya p-issn 2086-6356 e-issn 2614-3674 Vol. 9, No. 1, April 2018, Hal. 12-16 Meningkatkan Kemampuan Hubungan Interpersonal Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Sosiodrama pada Siswa Kelas IX-1 SMP Negeri

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

PERBEDAAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PERBEDAAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT Edwina Renaganis Rosida 1, Tri Puji Astuti 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alrefi, 2014 Penerapan Solution-Focused Counseling Untuk Peningkatan Perilaku Asertif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alrefi, 2014 Penerapan Solution-Focused Counseling Untuk Peningkatan Perilaku Asertif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa awal remaja adalah masa seorang anak memiliki keinginan untuk mengetahui berbagai macam hal serta ingin memiliki kebebasan dalam menentukan apa yang ingin dilakukannya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PENGEDALIAN PERILAKU AGRESIF PESERTA DIDIK KELAS X SMK PGRI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PENGEDALIAN PERILAKU AGRESIF PESERTA DIDIK KELAS X SMK PGRI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PENGEDALIAN PERILAKU AGRESIF PESERTA DIDIK KELAS X SMK PGRI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application IJGC 5 (1) (2016) Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN SELF-CONTROL

Lebih terperinci

JURNAL HUBUNGAN KEPRIBADIAN INTROVERT DENGAN KOMUNIKASI VERBAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KADEMANGAN BLITAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017

JURNAL HUBUNGAN KEPRIBADIAN INTROVERT DENGAN KOMUNIKASI VERBAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KADEMANGAN BLITAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017 JURNAL HUBUNGAN KEPRIBADIAN INTROVERT DENGAN KOMUNIKASI VERBAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KADEMANGAN BLITAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017 The Correlation Between Introverted Personality and Verbal Communication

Lebih terperinci

MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN. Oleh M. Andi Setiawan, M.

MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN. Oleh M. Andi Setiawan, M. MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN Oleh M. Andi Setiawan, M.Pd ABSTRAK Penelitian ini berdasarkan atas fenomena yang terjadi di lapangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perencanaan dan pelaksanaan penelitian sesuai metode penelitian. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. perencanaan dan pelaksanaan penelitian sesuai metode penelitian. Metode BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian sesuai metode penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktek bullying sudah merambah ke dalam dunia pendidikan, hal ini sangat memprihatinkan bagi pendidik, orang tua dan masyarakat. Komnas Perlindungan Anak (PA)

Lebih terperinci

Keywords: Assertive Behavior, Interaction, Passive Attitude of Aggressive Attitude

Keywords: Assertive Behavior, Interaction, Passive Attitude of Aggressive Attitude 1 DAMPAK PERILAKU TIDAK ASSERTIVE PESERTA DIDIK DALAM BERINTERAKSI DI KELAS X SMA NEGERI 1 PASAMAN Tia Ayu Putri Aulia 1, Rahma Wira Nita 2, Septya Suarja 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Sementara rekomendasi hasil penelitian difokuskan pada upaya sosialisasi hasil

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Sementara rekomendasi hasil penelitian difokuskan pada upaya sosialisasi hasil 244 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini dipaparkan kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan merupakan inferensi dari temuan empiris dan kajian pustaka. Sementara rekomendasi hasil penelitian

Lebih terperinci