LAPORAN HASIL PENELITIAN DOSEN MUDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN HASIL PENELITIAN DOSEN MUDA"

Transkripsi

1 LAPORAN HASIL PENELITIAN DOSEN MUDA No.89/USM.H8/L/2010 PERBEDAAN KINERJA AUDITOR DILIHAT DARI SISI GENDER PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI KOTA SEMARANG Oleh : Dian Indriana Trilestari, SE, MSi, Akt Amerti Irvin Widowati, SE, MSi, Akt. Indriyan Ismah Ulya, SE, Akt FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEMARANG 2010

2 HALAMAN PENGESAHAN 1. Judul Peneltian : PERBEDAAN KINERJA AUDITOR DILIHAT DARI SISI GENDER PADAKANTOR AKUNTAN PUBLIK DI KOTA SEMARANG 2. Bidang Penelitian : Ekonomi 3. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap : Dian Indriana Trilestari, SE, MSi, Akt b. JenisKelamin : Perempuan c. NIS : d. Disiplin Ilmu : Akuntansi e. Pangkat/Golongan : Asisten Ahli/IIIB f. Jabatan : Dosen Tetap Yayasan g. Fakultas/Jurusan : Ekonomi/Akuntansi h. Alamat : Jl. Soekarno Hatta Semarang i. Telepon/Faks/ / j. Alamat Rumah : Jl. Kyai Mojo No. 14 Semarang k. Telepon/Faks/ /dian_murwanto@yahoo.com 4. Mata Kuliah Yang Diampu : Teori Akuntansi dan Metodologi Penelitian 5. Penelitian Terakhir (bila ada) : 6. Jumlah Anggota Peneliti : a. Nama Anggota I : Amerti Irvin Widowati, SE, MSi, Akt. b. Nama Anggota II : Indriyan Ismah Ulya, SE, Akt 7. Lokasi Penelitian : Kotamadya Semarang 8. Jumlah Biaya Diusulkan : Rp ,- Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi Semarang, Februari 2010 Ketua Peneliti Dr. Ir. Hj. Kesi Widjajanti, SE, MM Dian Indriana TL, SE,MSi,Akt NIS : NIS : Menyetujui Ketua Lembaga Penelitian Indarto, SE, MM NIS :

3 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi, dimana bisnis tidak lagi mengenal batas negara, kebutuhan akan adanya pemeriksaan laporan keuangan oleh akuntan publik tidak dapat dielakkan lagi, justru menjadi kebutuhan utama sebelum para pengambil kebijakan mengambil keputusan. Auditor menjadi profesi yang diharapkan banyak orang untuk meletakkan kepercayaan pada pemeriksaan pendapatan yang diberikan. Profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja sebagai karyawan KAP. Akuntan publik yang memiliki pandangan profesionalisme yang tinggi akan memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh para pengambil keputusan. Untuk menjalankan perannya yang menuntut tanggung jawab yang semakin meluas, karyawan dituntut tanggung jawab yang semakin meluas, karyawan KAP harus mempunyai wawasan yang luas tentang komplesitas organisasi modern (Shorea Dwarawati, 2005:19). Saat ini terdapat kecenderungan meningkatnya wanita yang memilih profesi di bidang Akuntansi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Accountant American Institute Certified Public (AICPA) ternyata 50 persen lulusan dari pendidikan akuntansi diantaranya adalah wanita (AICPA, 1988 dalam Santosa dan Hardiningsih, 2004:109). Peningkatan lulusan wanita tersebut mempengaruhi perkembangan jumlah wanita yang menekuni profesi akuntansi. Bahkan pada tahun 1996, tercatat bahwa pemegang sertifikat akuntan publik di Amerika 25 persennya adalah wanita (Robbert, 1996 dalam Santosa dan Hardiningsih, 2004:109). Berbagai isu mengenai akuntan wanita yang berprofesi sebagai akuntan publik sebenarnya tidak terlepas dari masalah gender. Bersama dengan profesional lainnya di bidang bisnis, terutama dalam praktek akuntansi jumlah kaum wanita memasuki profesi sebagai akuntan publik telah meningkat secara drastis (Trapp et.al, 1989 dalam Murtanto dan Marini, 2003:796). Sejarah perjalanan wanita dibidang akuntansi merefleksikan suatu perjuangan panjang untuk mengatasi penghalang-penghalang dan batasan yang diciptakan oleh struktur sosial yang kaku, diskriminasi, pembedaan gender, ketidaksamaan konsep dan konflik antara rumah tangga dan karir (Ried et.al, 1987 dalam Basuki dan Nugroho, 2005:442). Di dalam lingkungan kerja mereka isu-isu yang berkaitan dengan akuntan publik wanita tidak terlepas dari masalah gender. Salah satu bidang yang terkena dampak dari ketidakadilan struktur ini

4 adalah bidang akuntansi yang tidak terlepas dari diskriminasi gender, hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Hasibuan (1996) dalam Murtanto dan Marini (2003:790) bahwa meskipun partisipasi wanita dalam pasar kerja di Indonesia meningkat secara signifikan, adanya diskriminasi terhdap wanita yang bekerja tetap menjadi suatu masalah besar. Perjuangan kesetaraan gender adalah terkait dengan kesetaraan sosial antara pria dan wanita, dilandaskan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender yang disebabkan oleh diskriminasi struktural dan kelembagaan. Perbedaan hakiki yang menyangkut jenis kelamin tidak dapat diganggu-gugat (misalnya secara biologis wanita mengandung), perbedaan peran gender dapat diubah karena bertumpu pada faktor-faktor sosial dan sejarah. Bidang akuntan publik yang terkait dengan banyak disiplin ilmu sosial tentunya akan sangat dipengaruhi oleh hal-hal tersebut (Trisnaningsih, 2004:108). Hasil kualitas kerja dari karyawan KAP sangat dipengaruhi oleh karakteristik individu masing-masing akuntan. Karakteristik individu tersebut salah satunya adalah jenis kelamin yang telah membedakan individu sebagai sifat dasar pada kodrat manusia. Isu mengenai pengaruh gender dilingkungan kerja meningkat ketika terjadi perubahan komposisi pekerja di perusahaan-perusahaan berdasarkan gender. Perusahaan yang terjadi terhadap komposisi pekerja berdasarkan gender dilingkungan kerja mendorong para manager untuk mempertimbangkan strategi dalam pengelolaan pengaruh gender terhadap kinerja personal (Shorea Dwarawati, 2005:20). Terminologi gender dalam ilmu-ilmu sosial diperkenalkan sebagai acuan kepada perbedaan-perbedaan antara pria dan wanita tanpa konotasi-konotasi yang sepenuhnya bersifat biologis (Macdonald at al, 1997 dalam Trisnaningsih, 2004:109). Rumusan ilmu-ilmu sosial juga mengenal istilah hubungan-hubungan gender yang merupakan sekumpulan aturan-aturan, tradisi-tradisi dan hubungan-hubungan sosial timbal balik dalam masyarakat dan dalam kebudayaan yang menentukan pembagian kekuasaan diantara pria dan wanita. Sedangkan istilah perilaku gender adalah perilaku yang tercipta melalui proses pembelajaran bukan sesuatu yang berasal dari dalam diri sendiri secara alamiah atau takdir yang tak bisa dipengaruhi oleh manusia (Trisnaningsih, 2004:109). Perbedaan gender sesungguhnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender. Namun yang menjadi persoalan ternyata perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan, baik bagi pria maupun wanita. Ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur dimana baik kaum pria maupun wanita menjadi korban dari sistem tersebut. Ketidakadilan gender termanifestasikan dalam berbagai bentuk yakni

5 marginalisasi, proses pemiskinan ekonomi, subordinasi dalam pengambilan keputusan, stereotype dan diskriminasi (Fakih, 1996, dalam Trisnaningsih, 2004:109). Bidang akuntan publik merupakan salah satu bidang yang tidak terlepas dari diskriminasi gender di Indonesia, masuknya wanita di pasar kerja pada saat ini menunjukkan jumlah yang semakin besar, sehingga meskipun jumlah wanita karir meningkat secara signifikan, adanya diskriminasi terhadap wanita tetap, menjadi suatu masalah yang cukup besar (Sunaryo, 1997 dalam Shorea Dwarawati, 2005:22). Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Walkup dan Fenzau tahun 1980 dalam Trisnaningsih, (2004:109) ditemukan bahwa 41 persen responden yang mereka teliti yaitu para auditor wanita meninggalkan karir mereka karena adanya bentuk-bentuk diskriminasi yang mereka rasakan. sementara itu Hasibuan (1996) dalam Laksmi dan Indriantoro (1999:2) mengatakan bahwa meskipun jumlah wanita karir meningkat, secara signifikan adanya diskriminasi terhadap wanita tetap menjadi suatu masalah yang cukup besar. Akuntan wanita mungkin bisa menjadi subyek negatif tempat kerja sebagai konsekuensi anggapan akuntan publik adalah profesi stereotype laki-laki. Dua penjelasan gender pada auditor wanita adalah situation-centered dan person centered (Maupin, 1993 dalam Abdurahim 2000:3). Situation centered menekankan pandangan bahwa penerimaan terhadap lingkungan informasi di Kantor Akuntan Publik (KAP) seperti pengaruh sosial dan struktural merupakan faktor penting yang mendukung perkembangan profesional. Person Centered merupakan pandangan tentang gender yang berdasarkan Sex-role, Inventory-nya. Pada umumnya mayoritas pria penganut person centered menjadi penyebab rendahnya kesempatan berkembang bagi karir akuntan wanita. Menurut Bem (1974) dalam Trisnaningsih (2004:109), sifat personalitas diklasifikasikan menjadi tiga karakteristik, yaitu ; maskulin, feminim, dan netral. Sedangkan Lehman (1990) dalam Trisnaningsih (2004:109) menginterprestasikan adanya perilaku stereotype maskulin merupakan faktor kunci keberhasilan dari kantor akuntan publik itu sendiri. Penelitian mengenai perbedaan kinerja pria dan wanita pada Kantor Akuntan Publik (KAP) telah dilakukan oleh Sumekto (1999) dalam Trisnaningsih (2004:110). Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat kesetaraan motivasi, komitmen organisasi, komitmen profesi dan kemampuan kerja antar auditor pria dan auditor wanita pada KAP di Jawa Timur. Sedangkan untuk kepuasan kerja menunjukkan adanya perbedaan antara auditor pria dan auditor wanita. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Trisnaningsih (2004: ) Variabel yang digunakan adalah Komitment organisasi, Komitment Profesi, Motivasi,

6 Kesempatam Kerja, Kepuasan Kerja. Dalam penelitian ini ditambahkan Variabel Pengalaman Organisasi untuk mengetahui adanya perbedaan kinerja antara auditor pria dan wanita. Lingkup penelitian ini dilakukan di kota Semarang dengan pertimbangan bahwa di kota Semarang terdapat cukup banyak Kantor Akuntan Publik (KAP). Penelitian ini menggunakan kuesioner yang dikirim ke Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Semarang dengan auditor sebagai respondennya. Penelitian ini juga ingin melihat konsistensi hasil-hasil penelitian sebelumnya, sehingga peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengambil judul : PERBEDAAN KINERJA AUDITOR DILIHAT DARI SISI GENDER PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI KOTA SEMARANG. 1.2 Perumusan Masalah Perbedaan gender sesungguhnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender. Namun yang menjadi persoalan ternyata perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan, baik bagi pria maupun wanita. Bidang akuntan publik merupakan salah satu bidang yang tidak terlepas dari diskriminasi gender. Dalam lingkungan pekerjaan, apabila terjadi masalah pegawai pria mungkin akan merasa tertantang untuk menghadapinya dibandingkan untuk menghindarinya. Perilaku wanita akan cenderung untuk menghindari konsekuensi konflik dibanding perilaku pegawai dari pria. Meskipun demikian, dalam banyak situasi wanita lebih banyak melakukan kerjasama dibanding pria. Namun apabila akan ada resiko yang timbul, pria cenderung akan lebih banyak membantu dibandingkan wanita. Oleh sebab itu, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan kinerja antara auditor pria dan wanita pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di kota Semarang. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguji secara empiris perbedaan kinerja antara auditor pria dan wanita pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di kota Semarang yang dikelompokkan ke dalam Komitmen Organisasi, Komitmen profesi, Motivasi, Kesempatan Kerja, Kepuasan Kerja, dan Pengalaman Organisasi.

7 Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Keperilakuan Istilah akuntansi keperilakuan baru muncul tahun 1967 dalam artikel Journal of Accounting Research oleh Becker yang mereview tulisan Cook (1967) dalam Kusuma (2003:75). Akuntansi keperilakuan sebenarnya merupakan bagian dari ilmu akuntansi yang perkembangannya semakin meningkat dalam 25 tahun belakangan. Riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu bidang baru yang berhubungan dengan perilaku individu, kelompok dan organisasi bisnis, terutama yang berhubungan dengan informasi akuntansi dan audit. Dalam audit riset akuntansi keperilakuan telah berkembang, tinjauan literature telah menjadi spesialis dengan lebih memfokuskan diri pada atribut keperilakuan spesifik seperti proses kognitif (Boner dan Pennington 1991 dalam Kusuma, 2003:75) atau riset keperilakuan pada satu topik khusus seperti audit sebagai tinjauan analisis, sebagai bidang riset yang sering memberitahukan kontribusi yang bermakna, riset akuntansi keperilakuan dapat membentuk kerangka dasar serta arah riset dimasa yang akan datang. Akuntansi keperilakuan menjelaskan bagaimana perilaku manusia mempengaruhi data akuntansi dan keputusan bisnis serta bagaimana mempengaruhi keputusan bisnis dan perilaku manusia selalu dicari jawabannya. Akuntansi keperilakuan menyediakan suatu kerangka yang disusun berdasarkan teknik berikut ini (Maya Kumalasari, 2006:1) : 1. Untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap orang-orang dan kinerja perusahaan. 2. Untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang relevan terhadap perencanaan strategis. 3. Untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan keberhasilan implementasi kebijakan perusahan. 2.2 Pengertian Gender Pengertian dari gender yang pertama ditemukan dalam kamus adalah penggolongan secara gramatikal terhadap kata-kata benda dan kata-kata lain yang berkaitan dengannya, yang secara garis besar berhubungan dengan keberadaan dua jenis kelamin serta ketiadaan jenis kelamin atau kenetralan (Mansour Fakih, 1999 dalam Trisnaningsih, 2003:110) Secara umum, pengertian gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan

8 apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Dalam Women Studies Ensiklopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural, berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Pandangan mengenai gender dapat diklasifikasikan, 1) kedalam dua model yaitu equity model dan complementary contribution model, 2) kedalam dua Stereotype yaitu Sex Role Stereotype dan Managerial Stereotype (Gill Palmer dan Tamilselvi Kandasaami, 1997 dalam Shoera Dwarawati, 2005:26). Model pertama mengasumsikan bahwa antara laki-laki dan wanita sebagai profesional adalah indentik sehingga perlu ada perbedaan dalam mengelola dan wanita harus diuraikan akses yang sama. Model kedua berasumsi bahwa antara laki-laki dan wanita mempunyai kemampuan yang berbeda sehingga perlu ada perbedaan dalam mengelola dan cara menilai, mencatat serta mengkombinasikan untuk menghasilkan suatu sinergi. Pengertian klasifikasi stereotype adalah proses pengelompokan individu ke dalam suatu kelompok, dan pemberian atribut karakteristik pada individu berdasarkan anggota kelompok. Sex Role Stereotype dihubungkan dengan pandangan umum bahwa laki-laki itu lebih berorientasi pada pekerjaan, obyektif, independen, agresif, dan pada umumnya mempunyai kemampuan lebih dibandingkan wanita dalam pertanggungjawaban manajerial. Wanita dilain pihak dipandang lebih pasif, lembut, orientasi pada pertimbangan, lebih sensitive dan lebih rendah posisinya pada pertanggung jawaban dalam organisasi dibandingkan laki-laki. Manajerial Stereotypes memberikan pengertian manajer yang sukses sebagai seseorang yang memiliki sikap, perilaku, dan temperamen yang umumnya lebih dimiliki laki-laki dibandingkan wanita. Menurut Schwartz (1996) dalam Laksmi dan Indriantoro (1999:3), bidang akuntan publik merupakan salah satu bidang kerja yang paling sulit bagi wanita karena intensitas pekerjaannya. Meski demikian, bidang ini adalah bidang yang sangat potensial terhadap perubahan, dan perubahan tersebut dapat meningkatkan lapangan pekerjaan bagi wanita. Schwartz juga mengungkapkan bahwa sangat mudah untuk mengetahui mengapa jumlah wanita yang menjadi partner lebih sedikit dibandingkan dengan laki-laki. Salah satu alasan yang dikemukakannya adalah adanya kebudayaan yang diciptakan untuk laki-laki (patriakhi), kemudian adanya Stereotype tentang wanita, terutama adanya pendapat yang menyatakan bahwa wanita mempunyai keterikatan (komitmen) pada keluarga yang lebih besar dari pada keterikatan komitmen terhadap karir. Adanya kenyataan yang spesifik dengan kondisi di Indonesia pada umumnya dengan latar belakang budaya, lingkungan sosial dan peran gender yang saling bersinergi secara lebih

9 harmonis, sehingga terdapat kemungkinan beberapa kenyataan yang berbeda dibandingkan dengan uraian hasil penelitian sebelumnya (dari penelitian di Amerika Serikat). Kesetaraan gender di Indonesia juga mempunyai eksistensi yang kuat sebagai konsekuensi logis dari ditandatanganinya konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita o1eh pemerintah Indonesia pada tanggal 19 Juli 1980, tentang kesempatan dalam lapangan kerja dan pekerjaan serta pengupahan antara laki-laki dan wanita. Dan berikutnya pada tanggal 24 Juli 1984 konvensi ini kemudian diratifikasi dengan UU no. 7 tahun 1984 tentang pengesahan konvensi mengenai penghapusan diskriminasi terhadap wanita. Peraturan mengenai perlindungan terhadap diskriminasi kepada para pegawai berdasarkan gender di Indonesia yang diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia no. 25 tahun 1997, tentunya juga turut mempengaruhi kesetaraan tersebut (Shorea Dwarawati, 2005:28). 2.3 Kinerja Pengertian Kinerja Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika (Suyadi, 1999 : 20 ). Menurut Chusway (1996:87), kinerja diartikan dengan manajemen kinerja adalah suatu proses manajemen yang dirancang untuk menghubungkan tujuan organisasi dan tujuan individu sedemikian rupa, sehingga baik tujuan individu maupun tujuan korporasi dapat bertemu. Proses manajemen kinerja yang beroperasi secara efektif akan menghasilkan sebagai berikut: 1. Tujuan yang jelas bagi organisasi dalam proses yang benar untuk mengidentifikasi, mengembangkan, mengukur dan membahas tujuan tersebut. 2. Integritas antara tujuan secara luas yang dibuat oleh manajemen senior dengan tujuan masing-masing. 3. Kejelasan yang lebih baik tentang aspirasi dan tujuan organisasi. 4. Pengembangan budaya kinerja dimana prioritas utama terletak pada hasil dari aspek fungsi organisasi, seperti penyesuaian terhadap prosedur standar. 5. Pelaksanaan dialog berkelanjutan antara manajemen dengan pekerja dan dengan sendirinya penekananya lebih besar pada kebutuhan individu. Pengembangan lingkungan yang lebih terbuka dan terpelajar dimana ide dan kesimpulan diletakkan digaris depan dan didiskusikan dalam situasi yang tidak menghakimi dengan

10 konsekuensi pengembangan dalam budaya belajar. 6. Suatu organisasi yang dapat membuat sesuatu terjadi dan mencapai hasil. 7. Mendorong pengembangan pribadi Pengertian Penilaian Kinerja Penilaian pelaksanaan kerja (kinerja) adalah suatu sistem yang digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah seorang karyawan telah malaksanakan pekerjaannya masingmasing secara keseluruhan. Seperti yang telah dikemukakan bahwa pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan bukan berarti hanya dilihat atau dinilai hasil fisiknya tetapi meliputi berbagai hal, seperti kemampuan kerja, disiplin hubungan kerja, prakarsa, kepemimpinan dan hal-hal khusus sesuai dengan bidang dan level pekerjaan yang dijabatnya (Shorea Dwarawati, 2005:30) Tujuan Penilaian Kinerja Tujuan penilaian kinerja menurut Shorea Dwarawati, (2005:30) adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui keadaan keterampilan dan kemampuan setiap karyawan secara rutin. 2. Untuk digunakan sebagi dasar perencanaan di bidang personalia, khususnya penyempurnaan kondisi kerja, peningkatan mutu dan hasil kerja. 3. Dapat digunakan sebagai dasar pengembangan dan pendayagunaan karyawan seoptimal mungkin, sehingga antara lain dapat diarahkan jenjang karier. 4. Mendorong terciptanya hubungan timbal balik yang sehat antara atasan dan bawahan. 5. Mengetahui kondisi perusahaan secara keseluruhan dari bidang personalia, khususnya kinerja karyawan dalam bekerja. 6. Secara pribadi karyawan dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan masing-masing, sehinggga dapat memacu perkembanganya. Sebaliknya bagi atasan yang menilai akan lebih memperhatikan dan mengenal bawahannya, sehingga dapat membantu dalam memotivasi karyawan dalam bekerja. 7. Hasil penilaian kinerja dapat bermanfat bagi penelitiaan dan pengembangan dibidang personalia secara keseluruhan.

11 2.3.4 Dimensi Kinerja Menurut Miner dalam Reza Surya dan Santosa Tri Hananto (2004:35) dinyatakan bahwa dimensi kinerja adalah ukuran dan penilaian kinerja dari perilaku yang actual di tempat kerja, dimensi kerja tersebut mencakup: 1. Quality of Output, kinerja seseorang individu dinyatakan baik apabila kualitas output yang dihasilkan lebih baik atau paling tidak sama dengan target yang telah ditentukan, 2. Quantity of Output, kinerja seseorang juga diukur dari jumlah output yang dihasilkan. Seseorang individu dinyatakan mempunyai kinerja yang baik apabila jumlah/ kuantitas output yang dicapai dapat melebihi atau paling tidak sama dengan target yang telah ditentukan dengan tidak mengabaikan kualitas output tersebut, 3. Time of Work, dimensi waktu juga menjadi pertimbangan di dalam mengukur kinerja seseorang. Dengan tidak mengabaikan kualitas dan kuantitas output yang harus dicapai, seorang individu dinilai mempunyai kinerja yang baik apabila individu tersebut dapat menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu atau bahkan melakukan penghematan waktu, 4. Cooperation With Others Work, kinerja juga dinilai dari kemampuan seorang individu untuk tetap bersifat kooperatif dengan pekerja lain yang juga harus menyelesaikan tugasnya masing-masing Pengukuran Kinerja 1. Komitmen Organisasi Menurut Shorea Dwarawati (2005:32) komitmen organisasi didefinisikan sebagai 1) Sebuah kepercayaan pada dan penerimaan terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai dari organisasi. 2) Sebuah kemauan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna kepentingan organisasi. 3) Sebuah keinginan untuk memelihara keanggotaan dalam organisasi. Komitmen organisasi cenderung didefinisikan sebagai suatu perpaduan antara sikap dan perilaku. Komitmen organisasi menyangkut tiga (3) sikap yaitu, rasa mengidentifikasi dengan tujuan organisasi, rasa keterlibatan dengan tugas organisasi, dan rasa kesetiaan kepada organisasi. Komitmen merupakan peristiwa di mana individu sangat tertarik pada atau mempunyai keikatan terhadap tujuan, nilai-nilai, dan sasaran majikannya. Komitmen lebih

12 dari sekedar keanggotaan, karena keikatan meliputi sikap yang sangat menyenangkan majikan dan kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi dalam mencapai tujuan. Berbagai penelitian memberikan kesimpulan bahwa terjadinya keikatan (komitmen) menunjuk pada tiga bidang pokok dimana dapat ditemui faktor pengaruh terhadap keikatan dalam organisasi. Bidang-bidang tersebut adalah (Shorea Dwarawati, 2005: 32-34) : a. Karakteristik individu karyawan, yang meliputi masa jabatannya dalam organisasi, sikap, minat, pendidikan, motif berprestasi dan variasi kekuatan kebutuhannya. b. Karakteristik pekerjaan, seperti variasi keahlian, identitas tugas, signifikansi tugas, otonomi, umpan balik dan kesempatan berinteraksi dengan rekan sekerja. c. Pengalaman kerja, seperti keterandalan organisasi yang terlihat di masa lampau dengan cara karyawan lainnya memperbincangkan dan mengutarakan perasaan mereka mengenai organisasi Meyer dan Allen (1991) dalam Karina (2004:4) merumuskan suatu definisi mengenai komitmen dalam berorganisasi sebagai suatu konstruk psikologis yang merupakan karakteristik hubungan anggota organisasi dengan organisasinya dan memiliki implikasi terhadap keputusan individu untuk melanjutkan keanggotaannya dalam berorganisasi. Berdasarkan definisi tersebut anggota yang memiliki komitmen terhadap organisasinya akan lebih dapat bertahan sebagai bagian dari organisasi dibandingkan anggota yang tidak memiliki komitmen terhadap organisasi. Komitmen organisasi cenderung didefinisikan sebagai suatu perpaduan antar sikap dan perilaku. Kalbers dan Fogarty, 1995 dalam Sinta Setiana (2006: 34) menggunakan dua pandangan tentang komitmen organisasional yaitu affective dan continuance. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa komitmen organisasi affective berhubungan dengan satu pandangan profesionalisme yaitu pengabdian pada profesi, sedangkan komitmen continuance berhubungan secara positif dengan pengalaman dan secara negative dengan pandangan profesionalisme kewajiban sosial. Komitmen Profesi Profesi berasal dari bahasa latin "Proffesio" yang mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan "apa saja" dan "siapa saja" untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan

13 berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut (Kururu, 2008:1). Komitmen profesi adalah tingkat loyalitas individu pada profesinya seperti yang dipersepsikan oleh individu tersebut. Wibowo 1996 dalam Shorea Dwarawati (2005:33), Mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan antara pengalaman internal auditor dengan komitmen profesionalisme, lama bekerja hanya mempengaruhi pandangan profesionalisme, hubungan dengan sesama profesi, keyakinan terhadap peraturan profesi dan pengabdian pada profesi. Hal ini disebabkan bahwa semenjak awal tenaga profesiona telah dididik untuk menjalankan tugas-tugas yang kompleks secara independen dan memecahkan permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan tugas-tugas dengan menggunakan keahlian dan dedikasi mereka secara professional. Komitmen professional dapat didefinisikan sebagai: (sebuah Kepercayaan dan penerimaan terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai profesi, (2) sebuah kemauan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna kepentingan profesi, (3) sebuah kepentingan untuk memelihara keanggotaan dalam profesi (Aranya,et al, 1981 dalam Karina, SPsi, 2004:5). Motivasi Motivasi adalah keadaan pribadi seseorang yang mendorong, keinginan individu melakukan kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Memotivasi orang berarti menunjukkan arah tertentu kepada mereka dan mengambil langkah-langkah yang perlu untuk memastikan bahwa mereka sampai kesuatu tujuan (Shorea Dwarawati, 2005:34). Motivasi merupakan sesuatu yang memulai gerakan, sesuatu yang membuat orang bertindak atau berperilaku dengann cara-cara tertentu (Armstrong, 1994). Reksohadiprodjo (1990), mendefinisikan motivasi sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan (Shorea Dwarawati, 2005:34). Motivasi yang diberikan bisa dibagi menjadi dua jenis motivasi, yaitu motivasi positif dan motivasi negatif. Motivasi positif adalah proses untuk mencoba mempengaruhi orang lain agar menjalankan sesuatu yang kita inginkan dengan cara

14 memberikan kemungkinan untuk mendapatkan "hadiah". Sedangkan motivasi negatif adalah proses untuk mempengaruhi seseorang agar mau melakukan sesuatu yang kita inginkan, tetapi teknik dasar yang digunakan adalah lewat kekuatan-kekuatan (Heidrachman dan Husnan, 2000 dalam Sinta Setiana, 2006:34). Motivasi selalu menjadi perhatian utama dari para manager karena motivasi berhubungan erat dengan keberhasilan seseorang, organisasi atau masyarakat didalam mencapai tujuan-tujuannya. Motif atau motivasi seringkali diartikan dengan dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat, sehingga motivasi tersebut merupakan suatu tenaga yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan didalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu. Menurut T.Hani Handoko (1992) dalam Shorea Dwarawati, (2005:35) bahwa setiap kegiatan dan tindakan manusia yang normal selalu didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam dirinya disebut sebagai motivasi. Motivasi orang adalah menunjukkan arah kepada mereka dan mengambil langkah-langkah yang perlu untuk memastikan bahwa mereka sampai kesana. Bermotivasi adalah ingin melakukan sesuatu berdasarkan keinginan sendiri, atau terdorong oleh apa saja yang ada agar dapat melakukan sesuatu dengan sengaja dan untuk mencapai keberhasilan setelah selesai melakukannya. Menurut Shorea Dwarawati (2005:35) kemampuan seorang manajer dalam memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan, dan berkomunikasi dengan para bawahannya akan menentukan efektivitas seorang manajer, karena motivasi mempunyai pengaruh dalam meningkatkan prestasi dan kepuasan kerja karyawannya. Kesempatan Kerja Kesempatan kerja dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai peluang mendapatkan kesetaraan dalam pengembangan karir antara lain promosi dan mendapatkan penugasan serta dalam penetapan gaji dan kenaikan secara berkala. Mengenai kesempatan bagi karyawan perempuan, pada umumnya baik karyawan perempuan dan laki-laki menyetujui bahwa karyawan wanita diberi pembebanan tugas dan diijinkan untuk mengembangkan spesialisasi industri yang sama sebagaimana rekan laki-lakinya, meskipun tingkat persetujuan untuk isu tersebut lebih tinggi untuk responden laki-laki. Kemudian isu tentang kesempatan bagi karyawan untuk menjadi partner, terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan (Shorea Dwarawati, 2005: 41). Trapp et al, (1989), dalam penelitiannya mengenai isu tentang kesempatan bagi akuntan publik laki-laki dan akuntan publik perempuan, dimana hasil penelitian tersebut

15 sejalan dengan penelitian Hayes dan Hollman (1996) dalam studi mereka yang menunjukkan bahwa akuntan publik perempuan tidak dipromosikan secepat rekan laki-lakinya (dalam Laksmi dan Inndrianto, 1999:3). Untuk isu-isu kesempatan bagi akuntan publik perempuan, pada umumnya baik akuntan publik perempuan dan laki-laki menyetujui bahwa akuntan publik perempuan diberi pembebanan tugas dan diijinkan untuk mengembangkan spesialisasi industri yang sama sebagaimana rekan laki-laki. Kemudian isu tentang kesempatan bagi akuntan publik untuk menjadi partner, terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Ayu Chairina Laksmi dan Nur Indrianto (1999:4), hasil penelitiannya menyatakan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada persepsi akuntan publik laki-laki dan perempuan terhadap isu mengenai kesempatan, penerimaan, komitmen, dan akomodasi khusus. Kepuasan Kerja Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah suatu sikap seseorang terhadap pekerjaan sebagai perbedaan antara banyaknya ganjaran yang diterima pekerja dan banyaknya yang diyakini yang seharusnya diterima (Robbin, 1996 dalam Sinta Setiana, 2006:34). Luthans (1995) dalam Sinta Setiana (2006:34) menyatakan bahwa kepuasan kerja memiliki tiga dimensi. Kedua, kepuasan kerja sering ditentukan oleh sebagaimana hasil kerja memenuhi atau melebihi harapan seseorang. Ketiga, kepuasan kerja mencerminkan hubungan dengan berbagai sikap lainnya dari para individual. Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini nampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya. Menurut Luthans (1995) dalam Shorea Dwarawati (2005:41), kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau positif yang dihasilkan dari penilaian kerja seseorang atau pengalaman kerja seseorang. Kepuasan kerja merupakan hasil dari persepsi seseorang mengenai seberapa baik pekerjaan mereka memberikan sesuatu yang dipandang penting. Ada tiga dimensi penting dalam kepuasan kerja, yaitu: 1. Kepuasan kerja adalah sebuah respon emosional terhadap situasi kerja, 2. Kepuasan kerja sering ditentukan oleh seberapa baik outcome kurang atau melebihi pengharapan,

16 3. Kepuasan kerja menggambarkan beberapa perilaku yang berhubungan. Kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan pegawai tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka. Kepuasan kerja adalah perasaan senang atau tidak senang yang relatif yang berbeda dari pemikiran obyektif dan keinginan perilaku. Kepuasan kerja menunjukkan kesesuaian antara harapan seseorang yang timbul dan imbalan yang disediakan pekerjaan, jadi kepuasan kerja juga berhubungan erat dengan teori keadilan. Menurut Gibson (2000) dalam Shorea Dwarawati (2005:42), kepuasan kerja adalah suatu sikap yang dipunyai individu mengenai pekerjaannya. Hal ini dihasilkan dari persepsi mereka terhadap pekerjaannya, didasarkan pada faktor lingkungan kerja, seperti gaya penyedia, kebijakan dan prosedur, afiliasi kelompok kerja dan tunjangan. Sementara banyak dimensi telah dihimpun dari kepuasan kerja, ada lima hal yang terutama mempunyai karakteristik penting, yaitu: 1. Pembayaran : suatu jumlah yang diterima dan keadaan yang dirasakan dari pembayaran, 2. Pekerjaan : sampai sejauh mana tugas kerja dianggap menarik dan memberikan kesempatan untuk belajar dan untuk menerima tanggung jawab; 3. Kesempatan promosi : adanya kesempatan untuk maju; 4. Penyedia : kemampuan penyedia untuk memperlihatkan ketertarikan dan perhatian kepada pekerja; 5. Rekan sekerja : sampai sejauh mana rekan sekerja bersahabat, kompeten dan mendukung. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut Robbins (1999) dalam Shorea Dwarawati (2005:47) adalah pekerjaan yang menantang, penghargaan yang sepadan, kondisi kerja yang mendukung dan rekan kerja yang mendukung serta kesesuaian antara pekerjaan dengan kepribadian individu. Dapat dijelaskan sebagai berikut: 1 Pekerjaan yang menantang Pekerjaan yang memberikan kesempatan kepada mereka untuk menawarkan berbagai macam tugas, kebebasan dan feedback atas pekerjaan mereka. Karyawan yang mengendalikan pekerjaan mereka akan lebih puas bekerja daripada karyawan yang dikendalikan oleh mesin.

17 2. Penghargaan yang sepadan Promosi menawarkan kesempatan untuk pertumbuhan pribadi, tanggung jawab yang lebih besar dari peningkatan status sosial. 3. Kondisi kerja yang mendukung Adanya lingkungan kerja yang sesuai dengan individu, dukungan atasan untuk bekerja lebih baik sehingga terciptanya kenyamanan kerja pribadi dan kepuasan kerja. 4. Rekan kerja yang suportif Rekan kerja yang ramah dan penuh dukungan perilaku atasan, seperti mendengarkan pendapat karyawan dan menunjukkan ketertarikan pribadi terhadap karyawan. 4. Kesesuaian pekerjaan dengan kepribadian individu Bakat dan kemampuan yang dimiliki sesuai dengan tuntutan pekerjaan, dan bisa mengekspresikan diri dalam pekerjaannya. Sedangkan faktor-faktor yang memberikan kepuasan kerja menurut Blum (1956) adalah sebagai berikut: 1. Faktor Individual, meliputi umur, kesehatan, watak, dan harapan. 2. Factor sosial meliputi hubungan kekeluargaan, pandangan masyarakat, kesempatan berekreasi, kegiatan perserikatan pekerja, kebebasan berpolitik,dan hubunngan bermasyarakat. 3. Faktor utama dalam pekerjaan, meliputi upah, pengawasan, ketentraman kerja, kondisi kerja, dan kesempatan untuk maju. Selain itu juga penghargaan terhadap kecakapan, hubungan sosial didalam pekerjaan, ketepatan dalam menyelesaikan konflik antar manusia, perasaan diperlakukan adil baik yang menyangkut pribadi ataupun tugas (Moh. As ad, 1995:114) Dari berbagai pendapat diatas dapat dirangkum mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu (Moh. As ad, 1995: ) : 1. Faktor psikologi, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan yang meliputi minat, ketentramann dalam bekerja, sikap terhadap kerja, bakat, dan ketrampilan. 2. Faktor sosial merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik antar sesama karyawan, dengan atasannya, maupun karyawan yang berbeda jenis pekerjaanya.

18 3. Faktor fisik merupkan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan, meliputi jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja, dan waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangann, suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan, umur da sebagainya. 4. Factor financial, merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan sosial, macammacam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi dan sebagainya. Kepuasan kerja juga dipengaruhi oleh fungsi dan level karyawan dalam organisasi. Karyawan pada level tingkat tinggi merasa lebih puas karena memiliki otonomi yang lebih besar, pekerjaan lebih bervariasi serta memiliki kebebasan dalam penilaian. Karyawan pada level bawah lebih mungkin mengalami ketidakpuasan dan kebebasan. Hal itu juga terjadi pada karyawan yang berpendidikan tinggi yang diberikan pekerjaan tetapi tidak sepadan dengan kemampuan dan keahliannya. Ketidakpuasan dan kebosanan juga bisa terjadi pada karyawan yang menghendaki status sosial yang tinggi dalam pekerjaan, sehingga mereka mencari pekerjaan yang memberikan tanggung jawab yang besar (Shorea Dwarawati, 2005:48). Pengalaman Organisasi Anggota minoritas suatu organisasi, misalnya pekerja wanita dan pekerja kulit hitam sering mengalami perlakuan diskriminasi dalam sejumlah hal, diantaranya adalah dukungan pimpinan, dukungan supervisor, otonomi dalam melakukan pekerjaan, peneriamaan oleh rekan sekerja serta partisipasi dalam menentukan strategi karir (Ilgen dan Youtz, 1986 dalam Yeni Kuntari dan Indra Wijaya Kusuma, 2001:77). Pengalaman yang tidak menyenangkan tersebut dapat memberikan konsekuensi yang disfungsional pada kesuksesan karir mereka. Perlakuan diskriminasi dapat menurunkan kinerja dan prospek karir mereka yang disebabkan adanya kesempatan yang lebih kecil dalam pengembangan diri. Kecilnya kesempatan dapat berupa kurangnya dukungan pimpinan, pemberian tugas-tugas rutin yang dapat menekan motivasi serta menurunkan kemampuan yang akhirnya menurunkan kinerja mereka (Yeni Kuntari dan Indra Wijaya Kusuma, 2001:77). Pengalaman organisasi juga yang merupakan indikator potensial adanya perlakuan diskriminatif. Ilgen dan Youtz (1986) serta Kanter (1979) berpendapat bahwa anggota organisasi minoritas kurang disukai untuk mempunyai pengalaman organisasi. Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa auditor wanita kurang mendapat dukungan karir dibanding auditor pria (Shirley dan Karen, 1984). Bahkan beberapa kantor akuntan enggan menerima

19 sebagai auditornya. Mai Dalton dan Sullivan (1981) menemukan bahwa pemberian tugas yang menantang pada wanita kurang disukai dibanding pria serta dalam hal promosi, penempatan wanita sebagai seorang manajer lebih memerlukan pemikiran yang hati-hati (Yeni Kuntari dan Indra Wijaya Kusuma, 2001:78). Dari uraian tersebut dapat simpulkan bahwa auditor wanita cenderung kurang memiliki pengalaman organisasi. 2.4 Review Penelitian Terdahulu Tabel 1 Review Hasil hasil Penelitian Terdahulu Peneliti dan Periode Obyek dan Varianel Alat Hasil penelitian Tahun penelitian jumlah penelitian analisis publikasi Ayu chairina (1980- sampel 158, Persepsi Analisis Adanya perbedaaan Laksmi dan Nur Indrianto (1999) 1997) responden dikantor Akuntan Publik isu isu tentang akuntan publik perempua regresi yang signifikan antara persepsi akuntan Publik laki-laki dan persepsi akuntan publik Perempuan Ahim ( n Sikap Analisis Adanya perbedaan abdurahim 1996) responden, terhadap ANOVA signifikan sikap dan Nur para akuntan kinerja akuntan pendidik pria Indriantoro pendidik Motivasi dan wanita di (2000) yang sedang mengikuti pendidikan di Program Persepsi diskrimina si lingkungan kerja, variabel motivasi, dan persepsi diskriminasi dilingkungan kerja Magister hasinya tidak terdapat Sains perbedaan yang Fakultas signifikan pada Ekonomi, akuntan pendidik pria jurusan dan wanita akuntansi

20 Universites Yeni kuntari (1971- Gajah Mada 240 Pengalama Analisis Adanya hubungan dan indra 1996) responden, n ANOVA yang positif dan wijaya kantor organisasi signifikan diantara kusuma akuntan yang Evaluasi kedua varibel tersebut. (2001) diperoleh terhadap Begitu juga dengan dari KAP kinerja pengujian hubungan tahun 1998 yang Hasil karir antara variabel evaluasi terhadap diterbitkan kinerja dengan IAI variabel hasil karir, keduanya menunjukkan hubungan yang positif Hendri ( Sikap Analisis dan signfikan Adanya perbedaan santosa dan 1999) responden, terhadap Regresi sikap dan motivasi pancawati kantor pekerjaan auditor pria dan hardiningsih perwakilan Motivasi wanita, sedangkan ( 2004) BPKP jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, Kalimantan Selatan, Kalimantan Persepsi diskrimina si Keinginan pindah kerja Pool persepsi diskriminasi tidak ada perbedaan yang signifikan antara auditor pria dan wanita Barat dan NTT Sri (2003) 260 Komitmen Analisis Tidak ada perbedaan trisnaningsih responden, organisasi regresi atau ada kesetaraan (2004) kantor KAP Komitmen komitment organisasi, di jawa timur t profesi komitment

21 tahun 2003 Motivasi professional, motivasi Kesempat dan kesempatan kerja an kerja antara auditor pria dan Shorea (2004) 52, Kepuasan kerja Komitmen Analisis wanita pada kantor akuntan publik di jawa timur Ada perbedaan kinerja Dwarawati responden di organisasi regresi antara karyawan KAP (2005) Kantor onal pria dan wanita pada Akuntan Komitmen Kantor Akuntan Publik Profesiona Publik di Yogyakarta Yogyakarta l tahun 2004 yang Motivasi diproksikan ke dalam Kesempat an Kerja Kepuasan Kerja Hasil komitmen organisasi, komitmen profesional, motivasi, kesempatan kerja, dan kepuasan kerja, secara individu Kerja 2.5 Kerangka Pemikiran Pada penelitian yang dilakukan oleh Larkin (1990) dalam Trisnaningsih (2004:110) disimpulkan bahwa gender berpengaruh secara nyata terhadap penilaian personalitas pada kepuasan kerja, motivasi, dan komitmen organisasi akan tetapi dengan tambahan 3 variabel berupa kesempatan kerja, kemampuan serta komitmen profesional pada penelitian yang dilakukan oleh sumekto (1999) dalam Trisnaningsih (2004:110) pada akuntan publik di Surabaya ternyata hasilnya berbeda dengan penelitian sebelumnya kecuali variabel kepuasan kerja. Penelitian yang dilakukan Abdurahim (2000:17) pada akuntan pendidik ternyata konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumekto (2005) tetapi hanya untuk variabel motivasi dan kesempatan kerja. Demikian halnya penelitian yang dilakukan oleh Trisnaningsih (2004:121) ternyata penelitian tidak terdapat perbedaan atau kesetaraan komitmen organisasi, komitmen professional, motivasi, dan kesempatan kerja antara auditor pria dan auditor wanita, sedangkan untuk variabel kepuasan kerja ada perbedaan antar auditor pria dan auditor wanita.

22 Dalam mengkaji berbagai hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh para peneliti terdahulu yang ternyata belum ada konsistensi simpulan hasil penelitian, maka penelitian ini akan menggunakan variabel komitment organisasi, komitmen profesi, motivasi, kesempatan kerja, kepuasan kerja dan pengalaman organisasi. Disamping itu sampel penelitian di Semarang dengan pertimbangan di Semarang banyak terdapat Kantor Akuntan Publik (KAP) yang dapat mendukung dilakukannya penelitian ini. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Trisnaningsih (2004:110) dengan modifikasi penambahan variabel yaitu pengalaman organisasi. Berdasarkan penelitian tersebut kemudian dibuat suatu kerangka penelitian yang menggambarkan hubungan antar variabel sebagai berikut : Gambar 1 Kerangka Pemikiran 2.6 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis diatas maka diajukan hipotesis sebagai berikut : H : Terdapat perbedaan komitmen organisasi antara auditor pria dan auditor wanita H : Terdapat perbedaan komitmen Profesi antara auditor pria dan auditor wanita H : Terdapat perbedaan Motivasi antara auditor pria dan auditor wanita H : Terdapat perbedaan Kesempatan Kerja antara auditor pria dan auditor wanita H : Terdapat perbedaan Kepuasan Kerja antara auditor pria dan auditor wanita H : Terdapat perbedaan Pengalaman organisasi antara auditor pria dan auditor wanita.

23 Bab 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah komitmen Organisasi, komitmen profesi, Motivasi, Kesempatan Kerja, Kepuasan Kerja, Pengalaman Organisasi sebagai proksi Kinerja. Definisi Operasional dari masing-masing proksi kinerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Komitmen Organisasi Komitmen organisasional adalah kekuatan individu yang didefinisikan dan dikaitkan dengan bagian organisasi. Hal ini akan merefleksikan sikap individu yang akan tetap sebagai anggota organisasi ditunjukkan dengan kerja kerasnya. Untuk mengukur komitmen organisasi digunakan instrumen. Instrumen ini terdiri enam (6) item pertanyaan yang terdiri dari keterkaitan pribadi dengan perusahaan yang kuat, sulit meninggalkan perusahaan, senang berkarir di perusahaan, bekerja demi kepentingan perusahaan, berani berkorban demi perusahaan, dan keyakinan akan mendapatkan fasilitas dari perusahaan. Keseluruhan item pertanyaan diukur dengan lima (5) poin skala likert (Shorea Dwarawati, 2005:54). 2. Komitmen Profesi Komitmen profesional adalah tingkat loyalitas individu pada profesinya seperti yang dipersepsikan oleh individu. Pada penelitian ini komitmen profesional diukur menggunakan beberapa instrumen. Instrumen ini terdiri dari lima (5) pandangan yang diringkas sedemikian rupa sehingga menjadi enam (6) item dengan lima (5) point skala likert. Item-item tersebut terdiri dari penyelesaian pekerjaan dengan baik, memiliki tanggung jawab yang besar terhadap publik, menjalin hubungan yang baik antar sesama profesi, tidak terhalang oleh peraturan-peraturan, pengabdian yang baik terhadap profesi, dan bekerja dengan mengacu pada tujuan-tujuan perusahaan (Shorea Dwarawati, 2005:55). 3. Motivasi Motivasi dipandang sebagai kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan tertentu atau berperilaku tertentu. Pengukuran ini menggunakan pendekatan teori ekspektasi. Poin utama dari teori ini adalah motivasi individu untuk melakukan suatu tingkat usaha tertentu akan tergantung kepada nilai outcome yang diterima dari usaha yang telah dilakukan, jadi ada kemungkinan usaha akan menemukan kinerja dan kinerja akan mengarahkan outcome. Bila salah satu komponen model rusak maka akan mempengaruhi kinerja. Pengukuran motivasi menggunakan instrumen dengan Tujuh (7) item dan lima (5)

24 skala likert yang terdiri dari gaji, keamanan kerja, jaminan hari tua, berperan untuk memberikan pendapat, jenjang karir dan komisi (Shorea Dwarawati, 2005:55). 4. Kesempatan Kerja Kesempatan dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai peluang mendapatkan kesetaraan dalam pengembangan atau promosi dan mendapatkan penugasan serta dalam penetapan gaji dan kenaikan secara berkala. Untuk mengukur kesempatan kerja digunakan instrumen yang terdiri dari empat (4) item dengan lima (5) poin skala likert yang terdiri dari peluang yang sama, promosi jabatan, kerja yang menantang, dan program peningkatan gaji (Shorea Dwarawati, 2005:56). 5. Kepuasan Kerja Kepuasan kerja didefinisikan sebagai tingkat kepuasan individu dengan posisinya dalam organisasi secara relatif dibandingkan dengan teman sekerja lain. Kepuasan kerja pada penelitian ini diukur dengan instrument yang dikembangkan oleh Joseph M. Larkin (1990) terdiri dari empat (4) item dengan lima (5) poin skala likert yang terdiri dari pengembangan diri, teman yang menyenangkan, dan mengusulkan ketidakpuasan yang ekstrim dari pekerjaan (Shorea Dwarawati, 2005:56). 6. Pengalaman Organisasi Fasilitas yang pernah dinikmati akuntan dalam rangka pengembangan karir seperti hubungan dengan pimpinan, otonomi pekerjaan, penerimaan, dukungan supervisor serta partisipasi dalam strategi karir. Pengalaman organisasi diukur dengan menggunakan 10 item pertanyaan yang diperoleh dari Greenhaouse et al. (1990) dalam Kuntari dan kusuma (2001:81) Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah para auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) di Semarang alasannya karena di Semarang merupakan daerah yang memiliki banyak Kantor Akuntan Publik. Sehingga diharapkan banyak responden akan mendukung penelitian ini dengan menjawab semua pertanyaan yang diajukan. Berdasarkan informasi dari Direktori Ikatan Akuntan Indonesia, diketahui bahwa jumlah KAP di Semarang sebanyak 15 KAP. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik atau metode purposive sampling. Alasan pengambilan sampel dengan metode purposive sampling, karena hanya akan memilih sampel yang memenuhi kriteria penelitian sehingga mereka dapat memberikan jawaban yang dapat mendukung jalannya penelitian ini. Adapun kriteria penelitian sampel adalah para sumber Auditor yang bekerja di KAP di Semarang, serta Auditor yang masa

25 kerjanya minimal 1 tahun. Dengan pertimbangan dalam jangka waktu tersebut auditor telah mampu mengidentifikasi dan menentukan jawaban yang sesuai pada pertanyaan dalam kuesioner yang terkait dengan variable penelitian dalam Kantor Akuntan Publik serta telah memiliki waktu dan pengalaman untuk beradaptasi serta menilai kondisi lingkungan kerjanya. 3.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer yang berasal dari jawaban responden atas kuesioner yang dibagikan, sedangkan sumber data berasal dari skor total yang diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah dikirim kepada auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP). 3.3 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dipergunakan untuk memperoleh data yang diperlukan adalah metode survey, yaitu dengan menggunakan kuesioner yang berupa pertanyaan pertanyaan dan langsung ditujukan kepada objek penelitian dan harus dijawab secara langsung pula oleh obyek penelitian. Metode kuesioner penelitian ini bersifat tertutup (closed ended question) dimana responden penelitian diminta untuk memilih jawaban yang telah disediakan. Responden diminta untuk menunjukkan tingkat yang mereka yakini sesuai dengan keadaan di Kantor Akuntan Publik tempat responden bekerja, dengan memilih salah satu jawaban pada setiap item. Skala ordinal berupa skala likert (5) poin, mulai dari (1) Sangat Tidak Setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Netral, (4) Setuju, (5) Sangat Setuju, yang digunakan untuk mengukur dengan elemen-elemen yaitu aspek komitmen organisasi, aspek komitmen professional, aspek profesi, aspek kesempatan kerja, aspek kepuasan kerja, dan aspek pengalaman organisasional. 3.4 Metode Analisis Secara lengkap metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Uji Validitas Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan tepat mengukur apa yang ingin diukur atau tidak. Validitas ditunjukan oleh suatu indeks yang menunjukkan seberapa jauh suatu alat ukur benar-benar mengukur apa yang ingin diukur. 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjukkan konsistensi alat pengukur didalam mengukur gejala yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah akuntansi keperilakuan baru muncul tahun 1967 dalam artikel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah akuntansi keperilakuan baru muncul tahun 1967 dalam artikel BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Akuntansi Keperilakuan Istilah akuntansi keperilakuan baru muncul tahun 1967 dalam artikel Journal Of Accounting Research oleh Becker yang mereview tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh akuntan publik menjadi kebutuhan utama sebelum para pengambil kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. oleh akuntan publik menjadi kebutuhan utama sebelum para pengambil kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman sekarang ini, kebutuhan akan pemeriksaan laporan keuangan oleh akuntan publik menjadi kebutuhan utama sebelum para pengambil kebijakan mengambil keputusan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pria dan wanita, dilandaskan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender yang

BAB I PENDAHULUAN. pria dan wanita, dilandaskan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjuangan kesetaraan gender adalah terkait dengan kesetaraan sosial antara pria dan wanita, dilandaskan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak perusahaan go publik yang ikut berperan dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak perusahaan go publik yang ikut berperan dalam peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan profesi akuntan publik di Indonesia dewasa ini dan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap profesi auditor mampu membawa perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dibandingkan dengan laki-laki 1. Fenomena ini terdapat juga pada

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dibandingkan dengan laki-laki 1. Fenomena ini terdapat juga pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring bergesernya waktu dari tahun ke tahun fenomena emansipasi di era modernitas saat ini menunjukan kebangkitan perempuan, dan tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah wanita yang memasuki dunia kerja dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah wanita yang memasuki dunia kerja dalam beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya jumlah wanita yang memasuki dunia kerja dalam beberapa tahun terakhir mempengaruhi manajemen dalam pengelolaan diversitas yang berkaitan dengan gender.

Lebih terperinci

penentuan populasi dan prosedu pengambilan sampel, prosedur pengumpulan data

penentuan populasi dan prosedu pengambilan sampel, prosedur pengumpulan data BAB HI METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan membahas mengenai kriteria responden dan penentuan populasi dan prosedu pengambilan sampel, prosedur pengumpulan data dan materinya, defimsi operasional, teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir mempengaruhi manajemen dalam pengelolaan diversitas yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir mempengaruhi manajemen dalam pengelolaan diversitas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya jumlah wanita yang memasuki dunia kerja dalam beberapa tahun terakhir mempengaruhi manajemen dalam pengelolaan diversitas yang berkaitan dengan gender.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang YB. Mangunwijaya (Alm)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang YB. Mangunwijaya (Alm) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia dewasa ini jumlah wanita yang memiliki pekerjaan diluar rumah semakin meningkat, hampir 40,6% pendatang baru dalam dunia kerja antara tahun 1996 dan 2006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh diskriminasi secara struktural dan kelembagaan. Di sebagian

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh diskriminasi secara struktural dan kelembagaan. Di sebagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjuangan kesetaraan gender terkait dengan kesetaraan sosial antara pria dan wanita, didasarkan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender disebabkan oleh diskriminasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta (BEJ) Nomor Kep-306/BEJ/ menyebutkan bahwa perusahaan yang go

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta (BEJ) Nomor Kep-306/BEJ/ menyebutkan bahwa perusahaan yang go BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peraturan BAPEPAM Nomor Kep-36/PM/2003 dan Peraturan Bursa Efek Jakarta (BEJ) Nomor Kep-306/BEJ/07-2004 menyebutkan bahwa perusahaan yang go public diwajibkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika dahulu dunia pekerjaan hanya didominasi oleh kaum laki-laki, sekarang fenomena tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua kepentingan menegakkan kebenaran, kemampuan teknis dan

BAB I PENDAHULUAN. semua kepentingan menegakkan kebenaran, kemampuan teknis dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan harus memiliki integritas, independen dan bebas dari semua kepentingan menegakkan kebenaran, kemampuan teknis dan profesionalisme harus selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan dipengaruhi oleh lingkungan tempat bekerja, baik dari atasan, bawahan

BAB I PENDAHULUAN. akan dipengaruhi oleh lingkungan tempat bekerja, baik dari atasan, bawahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber Daya Manusia dalam suatu organisasi merupakan penentu yang sangat penting bagi keefektifan berjalan kegiatan di dalam organisasi. Keberhasilan dan kinerja seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya persaingan di kalangan auditor dan berkembangnya profesi

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya persaingan di kalangan auditor dan berkembangnya profesi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pesatnya persaingan di kalangan auditor dan berkembangnya profesi tersebut di Indonesia menuntut auditor untuk selalu meningkatkan kinerjanya, sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tantang Analisis Perbedaan Persepsi Mahasiswa dan Mahasiswi Akuntansi S1 Terhadap Pentinngnya Laporan Keuangan (Studi Pada Program Studi Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi dari pekerja perempuan di Indonesia untuk setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi dari pekerja perempuan di Indonesia untuk setiap tahun semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Partisipasi dari pekerja perempuan di Indonesia untuk setiap tahun semakin meningkat. Jika dalu dalam dunia pekerjaan hanya didominasi oleh kaum laki-laki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki komposisi penduduk dalam rentang usia produktif yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki komposisi penduduk dalam rentang usia produktif yang Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara dengan jumlah populasi penduduk terpadat keempat di dunia, Indonesia memiliki komposisi penduduk dalam rentang usia produktif yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin meningkat, dan masalah yang dihadapi semakin UKDW

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin meningkat, dan masalah yang dihadapi semakin UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan persaingan antar perusahaan semakin meningkat, dan masalah yang dihadapi semakin kompleks. Hal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Secara etimologi, kinerja berasal dari kata prestasi kerja (performance).

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Secara etimologi, kinerja berasal dari kata prestasi kerja (performance). BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 Landasan Teori II.1.1 Teori Kinerja Secara etimologi, kinerja berasal dari kata prestasi kerja (performance). Sebagaimana dikemukakan oleh Mangkunegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perusahaan yang siap berkompetisi harus memiliki manajemen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perusahaan yang siap berkompetisi harus memiliki manajemen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan yang siap berkompetisi harus memiliki manajemen yang efektif. Untuk meningkatkan kinerja karyawan dalam manajemen yang efektif memerlukan dukungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Komitmen Organisasi. Salim (dalam Martini dan Rostiana, 2003) bahwa komitmen organisasi di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Komitmen Organisasi. Salim (dalam Martini dan Rostiana, 2003) bahwa komitmen organisasi di 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen bukanlah sesuatu yang bisa hadir begitu saja, karena itu untuk menghasilkan karyawan yang memiliki komitmen yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : komitmen organiasi, gaya kepemimpinan demokratis, etika profesi, pengalaman auditor pada kinerja auditor

ABSTRAK. Kata Kunci : komitmen organiasi, gaya kepemimpinan demokratis, etika profesi, pengalaman auditor pada kinerja auditor Judul : Pengaruh Komitmen Organisasi, Gaya Kepemimpinan Demokratis, Etika Profesi, dan Pengalaman Auditor Pada Kinerja Auditor Nama : I Wayan Candra NIM : 1206305063 ABSTRAK Kinerja auditor dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gaya kepemimpinan suatu organisasi merupakan salah satu faktor lingkungan intern yang sangat jelas mempunyai pengaruh terhadap perumusan kebijaksanaan dan penentuan

Lebih terperinci

KUESIONER ANALISIS PERBEDAAN KINERJA AUDITOR DILIHAT DARI SEGI GENDER PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI JAKARTA. Diajukan Oleh: Nama : Tedi Setiawan

KUESIONER ANALISIS PERBEDAAN KINERJA AUDITOR DILIHAT DARI SEGI GENDER PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI JAKARTA. Diajukan Oleh: Nama : Tedi Setiawan 108 Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian KUESIONER ANALISIS PERBEDAAN KINERJA AUDITOR DILIHAT DARI SEGI GENDER PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI JAKARTA Diajukan Oleh: Nama : Tedi Setiawan NIM : 2009 12 058 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga menimbulkan persaingan bisnis yang cukup tajam. Semua usaha bisnis tersebut berusaha untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan meningkatnya kompetensi persaingan, profesi akuntan menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan meningkatnya kompetensi persaingan, profesi akuntan menghadapi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dengan meningkatnya kompetensi persaingan, profesi akuntan menghadapi tantangan yang semakin berat sehingga dalam menjalankan aktivitasnya seorang akuntan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara serta pemberlakuan ASEAN Economic Community (AEC) atau masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. negara serta pemberlakuan ASEAN Economic Community (AEC) atau masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dinamika bisnis yang telah melesat begitu cepat dan melewati tapal batas antar negara serta pemberlakuan ASEAN Economic Community (AEC) atau masyarakat ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Para ahli umumnya memberikan pandangan yang beragam mengenai pengertian komitmen organisasional. Priansa (2014) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, wanita sudah banyak yang ikut berkecimpung di dalam dunia pekerjaan layaknya kaum pria, ketika dimana kaum pria yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan bisnis yang makin ketat seperti dewasa ini, sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan bisnis yang makin ketat seperti dewasa ini, sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era persaingan bisnis yang makin ketat seperti dewasa ini, sumber daya manusia merupakan aset perusahaan dan sumber daya vital sebagai penentu keberhasilan

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN DIPANDANG DARI SEGI GENDER

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN DIPANDANG DARI SEGI GENDER PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN DIPANDANG DARI SEGI GENDER (Studi Kasus di Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Universitas Sebelas Maret Surakarta) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada beberapa dekade terakhir telah banyak penelitian dan. perdebatan panjang yang terjadi dalam masyarakat mengenai gender dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada beberapa dekade terakhir telah banyak penelitian dan. perdebatan panjang yang terjadi dalam masyarakat mengenai gender dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pada beberapa dekade terakhir telah banyak penelitian dan perdebatan panjang yang terjadi dalam masyarakat mengenai gender dalam lingkungan kerja. Meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kepuasan kerja karyawan. dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kepuasan kerja karyawan. dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepuasan kerja karyawan merupakan salah satu topik yang senantiasa menarik dan dianggap penting, baik oleh ilmuwan maupun praktisi, karena kepuasan kerja dipandang dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik Responden Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah sebanyak 30 responden, yaitu auditor yang bekerja pada tujuh kantor

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Akuntansi Keperilakuan 2.1.1.1 Pengertian Akuntansi Keperilakuan Akuntansi adalah suatu sistem untuk menghasilkan informasi keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bertanggungjawab dengan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan bertanggungjawab dengan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan negara pada dasarnya harus dikelola secara transparan dan bertanggungjawab dengan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.1.1 Widiatami dan Cahyonowati (2013) Penelitian Widiatami dan Cahyonowati (2013) menguji tentang Determinan Pilihan Karir pada Mahasiswa Akuntansi (Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan publik dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan publik dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit kepatuhan, dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Mathis dan Jackson (2006:3), Manajemen Sumber Daya Manusia adalah rancangan sistem-sistem formal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer adalah pandangan dari seseorang atau banyak orang akan hal atau peristiwa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan unit sosial yang dengan sengaja diatur, terdiri atas dua orang atau lebih yang berfungsi secara relatif terus menerus untuk mencapai sasaran

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : MSY. FADHILAH DWINTASARI B

SKRIPSI. Oleh : MSY. FADHILAH DWINTASARI B PENGARUH LOCUS OF CONTROL, KOMITMEN PROFESI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU AUDITOR DALAM SITUASI KONFLIK AUDIT DENGAN KESADARAN ETIS SEBAGAI VARIABEL MODERATING (SURVEI PADA KANTOR AKUNTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kinerja seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kinerja seseorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kinerja seseorang dalam suatu bidang pekerjaan yang ditentukan oleh tingkat kompetensi, profesionalisme dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara BAB II LANDASAN TEORI A. KOMITMEN KARYAWAN TERHADAP ORGANISASI 1. Defenisi Komitmen Karyawan terhadap Organisasi Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara individu karyawan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 Kepuasan kerja 2.1.1. Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari dan digunakan sebagai konstruk pengukuran dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai kinerja auditor yang dapat dijadikan sebagai referensi peneliti dalam melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profit ataupun sosial dituntut harus dapat melakukan peningkatan kualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. profit ataupun sosial dituntut harus dapat melakukan peningkatan kualitas dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam era globalisasi ini, semua organisasi baik yang berorientasi profit ataupun sosial dituntut harus dapat melakukan peningkatan kualitas dan pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Penelitian ini akan dilakukan di UD Anugerah Sejati Embroidery

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Penelitian ini akan dilakukan di UD Anugerah Sejati Embroidery BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian ini akan dilakukan di UD Anugerah Sejati Embroidery Yogyakarta. UD Anugerah Sejati Embroidery Yogyakarta adalah perusahan yang bergerak dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah desain penelitian asosiatif.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah desain penelitian asosiatif. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian digunakan penelitian adalah desain penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan keunggulan kompetitif yang dapat menjamin kelangsungan usaha klien

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan keunggulan kompetitif yang dapat menjamin kelangsungan usaha klien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi dan teknologi yang pesat sebagai dampak dari globalisasi mengakibatkan persaingan dunia usaha semakin tajam. Hal ini memaksa banyak akuntan publik

Lebih terperinci

PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN KONFLIK PERAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk DI GRESIK

PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN KONFLIK PERAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk DI GRESIK PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN KONFLIK PERAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk DI GRESIK SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bebas atau free trade antara negara-negara anggota ASEAN sehingga Institut

BAB I PENDAHULUAN. bebas atau free trade antara negara-negara anggota ASEAN sehingga Institut BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN yang memiliki pola mengintegrasikan ekonomi ASEAN dengan cara membentuk sistem perdagangan bebas atau free trade antara negara-negara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan berisi penjelasan mengeai teori-teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu teori komitmen profesi, komitmen organisasi, dan guru, serta hubungan antara komitmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya profesi akuntan telah banyak diakui oleh berbagai kalangan.

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya profesi akuntan telah banyak diakui oleh berbagai kalangan. 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya profesi akuntan telah banyak diakui oleh berbagai kalangan. Pemicu perkembangan ini tidak lain adalah semakin berkembangnya kebutuhan dunia usaha,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. teoritis dalam penelitian ini terdiri dari grand theory dan supporting theori.grand

BAB II KAJIAN PUSTAKA. teoritis dalam penelitian ini terdiri dari grand theory dan supporting theori.grand BAB II KAJIAN PUSTAKA Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian ini terdiri dari grand theory dan supporting theori.grand theory yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Tindakan Beralasan Teori tindakan beralasan yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen (1975) menyatakan bahwa perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perusahaan go public di Indonesia berkembang dengan sangat cepat, hal

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perusahaan go public di Indonesia berkembang dengan sangat cepat, hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perusahaan go public di Indonesia berkembang dengan sangat cepat, hal tersebut dapat terlihat berdasarkan data statistik di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

Lebih terperinci

PENGARUH PENERIMAAN,PERLAKUAN,KOMITMEN DAN MASA KERJA TERHADAP KARIR AUDITOR

PENGARUH PENERIMAAN,PERLAKUAN,KOMITMEN DAN MASA KERJA TERHADAP KARIR AUDITOR PENGARUH PENERIMAAN,PERLAKUAN,KOMITMEN DAN MASA KERJA TERHADAP KARIR AUDITOR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara obyektif untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara obyektif untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Auditing Menurut Haryono (2010:11) auditing adalah suatu proses sistimatis untuk mendapatkan dan mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional 2.1.1 Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional Menurut Bass dalam Robbins & Judge (2009:90) gaya kepemimpinan transaksional adalah model kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen organisasi 1. Pengertian Komitmen merupakan perilaku seseorang terhadap organisasi atau perusahaan dimana individu tersebut bisa bersikap tegas dan berpegang teguh pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982;

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982; BAB II LANDASAN TEORI A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen organisasi dapat didefenisikan dengan dua cara yang amat berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepatuhan dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. kepatuhan dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak dibidang jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit kepatuhan dan audit

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka. Setiap orang pada dasarnya orang yang bekerja mempunyai tujuan untuk

BAB 2. Tinjauan Pustaka. Setiap orang pada dasarnya orang yang bekerja mempunyai tujuan untuk BAB 2 Tinjauan Pustaka 2. Tinjauan Pustaka 2. 1 Kepuasan Kerja Setiap orang pada dasarnya orang yang bekerja mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Apabila kebutuhan tersebut terpenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Kepuasan Kerja Guru Robbins & Judge (2012) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bekerja sehingga dapat mengoptimalkan kinerja dan output yang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. dalam bekerja sehingga dapat mengoptimalkan kinerja dan output yang baik bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia kerja semakin ketat, oleh karena itu organisasi maupun perusahaan yang telibat dalam persaingan bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan di dalam dunia industri semakin ketat. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. persaingan di dalam dunia industri semakin ketat. Hal itu dapat dilihat dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mulai meningkat membuat persaingan di dalam dunia industri semakin ketat. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya industri-industri,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen organisasi 1. Pengertian Komitmen merupakan perilaku seseorang terhadap organisasi atau perusahaan dimana individu tersebut bisa bersikap tegas dan berpegang teguh pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. independen sebagai pihak ketiga yaitu akuntan publik. eksistensinya dari waktu ke waktu semakin diakui oleh masyarakat bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. independen sebagai pihak ketiga yaitu akuntan publik. eksistensinya dari waktu ke waktu semakin diakui oleh masyarakat bisnis BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Audit atas laporan keuangan perusahaan oleh pihak ketiga sangat diperlukan untuk meningkatkan kredibilitas perusahaan, sehingga memperoleh laporan keuangan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam perkembangan dan kemajuan dunia binis. Akuntan bukan hanya sekedar

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam perkembangan dan kemajuan dunia binis. Akuntan bukan hanya sekedar BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntan profesional mempunyai peran penting dalam dunia bisnis dan perkembangannya. Profesi akuntan kini menjadi salah satu profesi kunci dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. entitas bisnis, terutama yang berskala menengah hingga berskala besar. Setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. entitas bisnis, terutama yang berskala menengah hingga berskala besar. Setiap tahunnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Profesi auditor saat ini memiliki peran yang penting dalam sebuah siklus bisnis. Sebuah entitas bisnis, terutama yang berskala menengah hingga berskala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan hidup karena sebagian besar waktu manusia dihabiskan di tempat kerja

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan hidup karena sebagian besar waktu manusia dihabiskan di tempat kerja 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kepuasan hidup karena sebagian besar waktu manusia dihabiskan di tempat kerja (Riggio, 1990)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Responden Data responden dalam penelitian ini mengunakan mahasiswa di universitas negeri dan swasta yang memiliki program studi akuntansi dan manajemen berakreditasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan audit serta mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan audit serta mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran auditor telah menjadi pusat kajian dan riset di kalangan akademisi. Tidak hanya itu, praktisi juga semakin kritis dengan selalu menganalisa kontribusi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pahlawan Seribu ITC BSD No. 33A&35 Serpong, Tangerang Selatan. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pahlawan Seribu ITC BSD No. 33A&35 Serpong, Tangerang Selatan. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah karyawan PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Bumi Serpong Damai yang beralamat di Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi ini adalah bagaimana menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki kualitas, kapabilitas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. publik untuk pengambilan keputusan ekonomi. Profesi akuntan publik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. publik untuk pengambilan keputusan ekonomi. Profesi akuntan publik merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik merupakan suatu pekerjaan yang mengedepankan suatu pola pikir akan pengetahuan yang kompleks dan hanya dapat dilakukan oleh individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kinerja KAP yang berkualitas sangat ditentukan oleh kinerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kinerja KAP yang berkualitas sangat ditentukan oleh kinerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja KAP yang berkualitas sangat ditentukan oleh kinerja auditor. Kinerja auditor menjadi perhatian utama, baik bagi klien maupun publik dalam menilai hasil audit

Lebih terperinci

PENGARUH KOMITMEN AUDITOR TERHADAP KEPUASAN KERJA: MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

PENGARUH KOMITMEN AUDITOR TERHADAP KEPUASAN KERJA: MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PENGARUH KOMITMEN AUDITOR TERHADAP KEPUASAN KERJA: MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Survey pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan Yogyakarta) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketidakpuasannya akan pekerjaannya saat ini. Keinginanan keluar atau turnover

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketidakpuasannya akan pekerjaannya saat ini. Keinginanan keluar atau turnover BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Turnover Intention Keinginan karyawan untuk keluar dari perusahaan yakni mengenai pergerakan tenaga kerja keluar dari organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Iklim Organisasi 2.1.1. Definisi Iklim Organisasi Awalnya, iklim organisasi adalah istilah yang digunakan merujuk kepada berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013) 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Komitmen Organisasional 2.1.1. Pengertian Komitmen Organisasional Komitmen organisasional adalah tingkat sampai dimana karyawan yakin dan menerima tujuan organisasional, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalansecara berkesinambungan, maka sangat dibutuhkan karyawan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. berjalansecara berkesinambungan, maka sangat dibutuhkan karyawan yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam berjalannya suatu perusahaan untuk mencapai visi, misi, strategi serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditor Eksternal, merupakan para auditor yang bekerja pada perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditor Eksternal, merupakan para auditor yang bekerja pada perusahaan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Auditor Eksternal, merupakan para auditor yang bekerja pada perusahaan akuntan publik, dimana salah satu jasa yang ditawarkan oleh kantor akuntan publik adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karir sebagai seorang akuntan publik sangat menantang dan dihargai

BAB I PENDAHULUAN. Karir sebagai seorang akuntan publik sangat menantang dan dihargai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karir sebagai seorang akuntan publik sangat menantang dan dihargai secara finansial. Profesi sebagai seorang akuntan dari sebuah perusahaan akuntan publik sangat

Lebih terperinci

ARUM KUSUMAWATI B

ARUM KUSUMAWATI B PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP TINGKAT MATERIALITAS DALAM PROSES PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris Pada KAP di Wilayah Surakarta dan Yogykarta) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan diperlukan faktor-faktor yang harus dimiliki yaitu

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan diperlukan faktor-faktor yang harus dimiliki yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu organisasi baik organisasi pemerintah maupun swasta dibentuk untuk mencapai tujuan diperlukan faktor-faktor yang harus dimiliki yaitu berupa SDM, materiil,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap pengambilan keputusan akan lengkap dan sempurna jika melibatkan

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap pengambilan keputusan akan lengkap dan sempurna jika melibatkan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pertimbangan Etis Setiap pengambilan keputusan akan lengkap dan sempurna jika melibatkan pertimbangan etis sebab pertimbangan etis merupakan suatu kriteria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Salah satu tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jenis jasa profesi akuntan publik di Indonesia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jenis jasa profesi akuntan publik di Indonesia yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan jenis jasa profesi akuntan publik di Indonesia yang sangat pesat menyebabkan meningkatnya minat dan keinginan sumber daya manusia khususnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Motivasi Kerja. dan bantuan yang kuat untuk bertahan hidup. Motivasi adalah memberikan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Motivasi Kerja. dan bantuan yang kuat untuk bertahan hidup. Motivasi adalah memberikan BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Kerja 1. Pengertian Motivasi Kerja Pamela & Oloko (2015) Motivasi adalah kunci dari organisasi yang sukses untuk menjaga kelangsungan pekerjaan dalam organisasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Financial Accounting Standard Board, terdapat dua karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Financial Accounting Standard Board, terdapat dua karakteristik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan menjadi hal yang sangat dibutuhkan oleh para pengelola perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnis pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intention to quit adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intention to quit adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Intention To Quit 2.1.1. Pengertian Intention To Quit Intention to quit adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti dari pekerjaannya secara sukarela menurut pilihannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Penghargaan Organisasi memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab kepada karyawan dan masyarakat. Seiring pemenuhan kewajiban tersebut, hubungan antara organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada sumber daya manusia (human resources) guna menjalankan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. pada sumber daya manusia (human resources) guna menjalankan fungsinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi yang baik, tumbuh dan berkembang akan menitikberatkan pada sumber daya manusia (human resources) guna menjalankan fungsinya dengan optimal, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ulrich dalam Novliadin (2007) mengungkapkan bahwa, Kunci sukses

BAB I PENDAHULUAN. Ulrich dalam Novliadin (2007) mengungkapkan bahwa, Kunci sukses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ulrich dalam Novliadin (2007) mengungkapkan bahwa, Kunci sukses sebuah perubahan adalah pada sumber daya manusia yaitu sebagai inisiator dan agen perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan hasil atau dampak dari kegiatan individu selama periode waktu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan hasil atau dampak dari kegiatan individu selama periode waktu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kinerja Karyawan 2.1.1 Pengertian Kinerja Karyawan Kinerja merupakan hasil atau dampak dari kegiatan individu selama periode waktu tertentu, dimana dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar kompeten dan memelihara kepercayaan, integritas dan obyektivitas.

BAB I PENDAHULUAN. agar kompeten dan memelihara kepercayaan, integritas dan obyektivitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap profesi membutuhkan pengetahuan dan keahlian khusus, dan setiap professional diharapkan memiliki kualitas professional tertentu. Demikian pula halnya dengan

Lebih terperinci