BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, wanita sudah banyak yang ikut berkecimpung di dalam dunia pekerjaan layaknya kaum pria, ketika dimana kaum pria yang sangat mendominasi di dunia pekerjaan nampaknya saat ini sudah tidak berlaku lagi, begitu juga dengan keadaan dimana kaum wanita yang hanya berperan sebagai ibu rumah tangga kini sudah semakin tertutupi dengan fenomena yang saat ini muncul yaitu wanita karier. Partisipasi wanita di duniakerja cenderung semakin meningkat. Di Amerika Serikat pada tahun 1950 pekerja wanita mencapai 29%, sementara pada tahun 1990 angkatan kerja wanita mencapai 57,7% (Sutanto, 2000: 675). Hal ini terlihat dari masuknya wanita pada pekerjaan yang dahulu hanya didominasi oleh laki-laki, misalnya di Indonesia sudah terdapat presiden wanita, menteri wanita, bupati wanita, dan direktur wanita, hal itu menjadi contoh bahwa telah meningkatnya pekerja wanita yang berkompeten dan meningkatnya proporsi wanita yang menduduki posisi-posisi level manajerial (Syahroza dan Tjiptono, 1999: 117 ) Saat ini wanita di dalam keluarga dapat berperan sebagai pencari nafkah layaknya pria, bahkan tidak sedikit suatu keluarga yang kebutuhan hidup primernya di popang oleh seorang wanita, dan itupun berlaku bagi para polisi lalu lintas wanita, dan selanjutnya akan disebut polantas wanita. Menurut Koretz (1992) menyatakan bahwa produktivitas ekonomi menderita karena adanya kegagalan dalam memanfaatkan secara penuh potensi pekerja wanita yang berkomitmen. Sementara menurut Hartman (1988) bahwa lakilaki dipandang lebih kuat daripada wanita, dan kinerja laki laki lebih baik daripada wanita dilihat dari karakteristiknya, namun berbeda dengan temuan dari Kundson (1982), yang menyatakan bahwa perempuan mampu sebagai laki-laki jika diberikan paparan yang sama dari organisasinya. 1

2 Jumlah polantas wanita saat ini semakin bertambah jumlahnya, Keterlibatan wanita dalam profesi ini dibuktikan juga dengan apa yang diungkapkan oleh Kapolri Jendral Sutarman kepada media yang menyatakan bahwa jumlah polwan di Indonesia hingga bulan September 2014 adalah sebanyak personel atau sekitar 6,14% dari jumlah personel polri (bisnis.com, September 2014), jumlah ini meningkat cukup tinggi dibandingkan pada tahun 2009 yang dimana jumlah polwan yang hanya personel atau 3,25% dari jumlah polri (Helena Magdalena, 2009), dan pada akhir tahun 2012 tercatat jumlah polwan di Indonesia adalah personel atau sekitar 3,4% dari jumlah polri di Indonesia (tempo, Agustus 2013), dan pada tahun 2013 tercatat terdapat personel polwan atau 3,64% dari jumlah polri (mabes polri, 2013). Terlihat bahwa jumlah polwan di Indonesia semakin tahun semakin bertambah jumlahnya. Publik sejauh ini juga menilai bahwa polwan lebih bisa melakukan pendekatan sosio-psikologis dalam tugas-tugas penegakan keamanan dan ketertiban, sehingga peningkatan komposisi polwan sangat membantu efektifitas kerja Polri. Terlebih bahwa sistem kepolisian yang professional di negara demokratis mensyaratkan penugasan dan fungsi Polri yang harus bersentuhan langsung dengan masyarakat dan menghindari pendekatan yang militeristik (tn, 2008:06). Namun, jumlah personel polwan tersebut masih jauh perbandingannya dengan jumlah polisi pria secara keseluruhan. menurut temuan yang dilakukan oleh Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) mengatakan masih adanya diskriminasi gender di internal Polri antara polisi pria dengan polisi wanita (Polwan). Menurut Komisioner Kompolnas, Hamidah Abdurrahman, hingga kini kesetaraan gender di instansi yang dipimpin Jenderal Timur Pradopo itu masih terus terjadi. Misalnya Polwan belum mendapat hak dan perlakuan sama dengan polisi laki-laki. (jpnn.com, September 2014). Polda Jawa Barat adalah markas besar kepolisian untuk wilayah Jawa Barat, pada bulan Juli 2014, Indonesian Police Watch (IPW) memberikan rapor merah terhadap kinerja dari beberapa institusi kepolisan di Indonesia yang salah satunya diberikan kepada Polda Jawa Barat. ICW memberikan penilaian ini didasarkan atas hasil dari evaluasi kinerja Polda Jawa Barat yang memperlihatkan bahwa terdapat 2

3 peningkatan pelanggaran kode etik sebesar 275% oleh personel polisi naungan Polda Jawa Barat tersebut pada tahun 2014, dimana terdapat 22 personel yang melakukan pelanggaran kode etik tersebut, sementara pada tahun 2013 hanya terdapat 8 personel yang melakukannya (kompas.com, September 2014). Peningkatan tersebut apabila dihubungkan dengan peningkatan jumlah personel polwan, seharusnya tingkat pelanggaran kode etik tersebut akan menurun bilamana jumlah polwan pada tahun 2014 meningkat dari tahun Lawrence dan Shaub (1997) mengemukakan terdapat perbedaan persepsi antara pria dan wanita dalam menyikap perilaku etis dan skandal etis yang terjadi dalam profesi. Penelitian yang dilakukan oleh Sankaran dan Bui (2003) menunjukan bahwa seorang perempuan akan lebih peduli terhadap perilaku etis dan pelanggarannya dibandingkan dengan seorang laki-laki. Penelitian yang dilakukan Sankaran dan Bui (2003) mendapatkan hasil bahwa pekerja bergender wanita akan lebih bepersepsi tegas terhadap pelanggaran etika. Penelitian oleh Darsinah (2005) juga menyatakan bahwa ada perbedaan sensitivitas etis yang signifikan antara laki-laki dengan perempuan dalam menyikapi berbagai aturan kode etik. Berkaitan dengan hal tersebut, munculah suatu fenomena yang tersebar di masyarakat umum dimana adanya suatu perbedaan kinerja yang dihasilkan disaat mereka bertugas. Fenomena tersebut muncul di masyarakat didasari dengan adanya suatu perbedaan karakteristik manusia antara pria dan wanita, oleh karena inilah hal yang dapat memunculkan permasalahan dalam perbedaan kinerja yang dihasilkan oleh para polantas pria dan wanita ketika sedang bertugas. Dari sudut pandang sosial, pekerja yang berkomitmen dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan tingkat produktivitas yang tinggi. Komitmen yang tinggi juga mungkin diinginkan bagi setiap individu untuk mencapai kompensasi yang lebih baik atau memiliki prospek karir yang lebih baik. Bagaimanapun, efek negatif dari komitmen yang tinggi bagi individu adalah seperti stres, stagnasi karir, dan ketegangan dalam keluarga (Marsden & Kalleberg, 1992). Permasalahan seperti ini dikuatkan dengan adanya kondisi seorang polantas wanita yang dimana dia berperan juga sebagai Ibu dari anak anaknya, maka perlu ada suatu kesulitan tersendiri bagi para polantas wanita untuk membagi fokus kerjanya dengan peran ganda ini, artinya dimana fokus para polantas wanita ini selain harus bertugas bagi 3

4 kesatuannya mereka juga bertugas sebagai Ibu bagi anak anaknya. Hal tersebut akan menimbulkan suatu konflik keluarga yang memungkinkan munculnya perbedaan komitmen terhadap kesatuannya maupun profesi yang dihasilkan antara polantas pria dan wanita. Banyak masyarakat umum yang beranggapan bahwa bekerja sebagai seorang polisi adalah suatu profesi atau pekerjaan bagi para kaum pria, anggapan ini muncul akibat didasari oleh kebutuhan bagi seorang polisi yang harus memiliki ketahanan fisik dan mental yang tinggi. Wanita di Indonesia memiliki kesempatan untuk menjadi petugas polisi yang telah terpilih, lulus pendidikan kepolisian, diangkat dengan Surat Keputusan Kepolisian atau Kapolri menjadi anggota polri dan berdinas aktif dalam penugasan kepolisian (Sari, 2002). Tugas secara umum dari seorang polisi wanita dan polisi pria berada di satu jalur yang sama sesuai dengan yang tercantum dalam UU Kepolisian No. 2 Tahun 2002 pasal 13, yaitu tugas pokok Polri adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Dalam perspektif gender, hal ini telah menjadi salah satu faktor yang diperhitungkan oleh suatu organisasi manakala akan melakukan suatu rekruitmen atau penambahan tenaga kerja. Berbagai upaya untuk menjelaskan fakta ini dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori besar. Penjelasan pertama adanya perbedaan pada gender dalam kemampuannya dan preferensi dalam setiap melakukan seleksi mandiri. Kelas kedua penjelasan terkait dengan diskriminasi di tempat kerja, yang mengarah ke perbedaan sistem pemeliharaan tenaga kerja pria dan wanita dengan preferensi dan kemampuan yang sama (Gneezy & Niederle, 2003). Spesifikasi dalam seleksi seharusnya tidak diskriminatif terhadap suatu hal manapun, terutama dalam hal jenis kelamin atau ras, karena hal ini dapat memperbesar kemungkinan hilangnya para calon pekerja yang potensial. Dari pandangan gender terdapat adanya perbedaan dalam segi fisik antara pria dan wanita, dari penelitian yang telah dilakukan oleh Birzer dan Craig (1996) memperlihatkan bahwa tingkat kegagalan (failed) wanita pada tes fisik di Akademi Kepolisan Amerika mencapai 72% dari total peserta tes, berbeda signifikan dengan 4

5 tingkat kegagalan (failed) tes fisik pria yang hanya 7% dari total peserta tes. Pandangan secara teori menyatakan bahwa Sex role stereotypes dihubungkan dengan pandangan umum bahwa pria itu lebih berorientasi pada pekerjaan, obyektif, independen, agresif, dan pada umumnya mempunyai kemampuan lebih dibandingkan wanita dalam pertanggungjawaban manajerial. Wanita dilain pihak dipandang lebih pasif, lembut, orientasi pada pertimbangan lebih sensitif, dan lebih rendah posisinya pada pertanggungjawaban dalam organisasi dibandingkan pria (Gill Palmer & Kandassami, 1997). Menurut Trilestari dkk (2010), Universitas Semarang dalam penelitiannya yang menganalisis perbedaan kienrja dalam perspektif gender aspek kinerja yang diteliti yaitu; Komitmen Organisasi, komitmen profesi, motivasi, kesempatan kerja, kepuasan kerja, dan pengalaman organisasi menyatakan tidak adanya perbedaan kinerja yang signifikan antara pria dan wanita dari keenam aspek tersebut. Dan hasil penelitian dari Antonius (2008), Universitas Padjajaran yang menganalisis perbedaan kinerja berdasarkan Gender dengan aspek aspek kinerja yang diteliti yaitu; Komitmen, motivasi, kesempatan kerja,dan kepuasan kerja menyatakan tidak adanya perbedaan kinerja yang signifikan antara auditor pria dan wanita dari keempat aspek tersebut. Sementara hasil berbeda dari Shorea Dwarawati (2005), hasil dari penelitian tentang perbedaan kinerja dalam perspektif gender dengan aspek kinerja yang diteliti yaitu; Komitmen Organisasi, komitmen profesi, motivasi, kesempatan kerja, kepuasan kerja, menyatakan adanya perbedaan kinerja yang signifikan antara auditor pria dan wanita dari kelima aspek tersebut. Dengan perbedaan karakteristik dan kajian hasil penelitian inilah peneliti untuk mengadakan penelitian lebih lanjut yang berjudul Perbedaan Kinerja Polisi Lalu Lintas berdasarkan Gender Ditinjau dari Komitmen Organisasi, Motivasi, dan Kesempatan Kerja di Kantor Polda Jawa Barat Bandung. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalahnya adalah : 1. Apakah terdapat Perbedaan Kinerja yang signifikan yang dihasilkan antara polantas pria dan wanita yang ditinjau dari komitmen organisasi di Kantor Polda Jawa Barat? 5

6 2. Apakah terdapat Perbedaan Kinerja yang signifikan yang dihasilkan antara polantas pria dan wanita yang ditinjau dari motivasi di Kantor Polda Jawa Barat? 3. Apakah terdapat Perbedaan Kinerja yang signifikan yang dihasilkan antara polantas pria dan wanita yang ditinjau dari kesempatan kerja di Kantor Polda Jawa Barat? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja yang signifikan yang dihasilkan antara polantas pria dan wanita yang ditinjau dari komitmen organisasi pada kantor Polda Jawa Barat. 2. Ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja yang signifikan yang dihasilkan antara polantas pria dan wanita yang ditinjau dari motivasi pada kantor Polda Jawa Barat. 3. Ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja yang signifikan yang dihasilkan antara polantas pria dan wanita yang ditinjau dari kesempatan kerja pada kantor Polda Jawa Barat. 1.4 Pembatasan Masalah Pembatasan masalah yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kinerja polantas pria dan wanita yang diteliti perbedaannya hanya ditinjau dari tiga (3) aspek saja, yaitu komitmen organisasi, motivasi, dan kesempatan kerja. Hal hal yang diluar ketiga aspek tersebut diabaikan. 2. Penelitian ini hanya dilakukan pada kantor Polda Jawa Barat di Bandung, sementara selain kantor diluar naungan Polda Jawa Barat tidak dimasukkan dalam penelitian ini. 6

7 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik bagi penulis maupun bagi badan yang terkait. Adapun manfaat yang saya bagi menjadi dua bagian, yaitu manfaat teoritis dan praktis adalah sebagai berikut : Manfaat Teoritis Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kinerja antara polantas pria dan wanita. Apabila bukti empiris nanti membuktikan adanya perbedaan kinerja yang signifikan antara polantas pria dan wanita, maka hasil ini sesuai dengan teori awal dimana terdapat perbedaan karakteristik antara polantas pria dan wanita, maka kinerja yang ditinjau dari komitmen organisasi, motivasi, dan kesempatan kerja dari polantas pria dan wanita pun akan berbeda. Polantas pria itu lebih berorientasi pada pekerjaan, obyektif, independen, agresif, dan pada umumnya mempunyai kemampuan lebih dibandingkan polantas wanita dalam pertanggungjawaban manajerial. Polantas wanita dilain pihak dipandang lebih pasif, lembut, orientasi pada pertimbangan lebih sensitif, dan lebih rendah posisinya pada pertanggungjawaban dalam organisasi dibandingkan polantas pria. Bilamana penelitian ini memang menujukkan adanya perbedaan kinerja antara polantas pria dan polantas wanita maka hasilnya sesuai dengan teori awal. Namun bilamana penelitian ini menghasilkan sebaliknya yaitu tidak ada perbedaan kinerja antara polantas pria dan polantas wanita, maka perlu dicari fakta fakta penyebabnya Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan mampu membuktikan secara empiris bahwa apakah terdapat perbedaan kinerja yang signifikan yang dihasilkan antara polantas pria dan wanita pada Kantor Polda Jawa Barat. Hal ini dapat dijadikan sebagai salah satu dasar pertimbangan Polda Jawa Barat setiap membuka rekruitmen khususnya pada bagian Satlantas. 7

8 1.6 Definisi Variabel Variabel Penelitan Dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan tiga (3) aspek yaitu; Aspek Komitmen Organisasi, aspek Motivasi, dan aspek Kesempatan Kerja. 1. Aspek Komitmen Organisasi Komitmen disini mencakup komitmen organisasi yang diungkapkan oleh Kalbers dan Fogarty (1995) yang didefinisikan sebagai suatu perpaduan antara sikap dan perilaku yang menggunakan dua pandangan yaitu, affective dan continuence. Pandangan komitmen organisasi affective berhubungan dengan satu pandangan profesionalisme yaitu pengabdian dan profesi, sedangkan komitmen organisasi continuence berhubungan secara positif dengan pengalaman dan secara negatif dengan pandangan profesionalisme kewajiban sosial. 2. Aspek Motivasi Motivasi karyawan didefinisikan sebagai keinginan atau penggerak karyawan yang secara langsung mempengaruhi tingkat keterlibatannya atau kinerja yang dilakukannya di tempat kerja. (Berkson et al, 2012) 3. Kesempatan Kerja Kesempatan kerja adalah peluang mendapatkan kesetaraan dalam pengembangan atau promosi dan mendapatkan penugasan serta dalam kenaikan secara berkala. (Shorea Dwarawati, 2005:56). 1.7 Outline Skripsi Secara garis besar penilitan ini dibagi menjadi 5 bagian dalam berbentuk Bab yang pembahasan seluruhnya sesuai dengan pokok utama penelitian ini adalah perbedaan kinerja polantas pria dan wanita berdasarkan gender yang ditinjau dari komitmen, motivasi, pelayanan, dan kesempatan kerja di Kantor Polda Jawa Barat. Hal pertama yang dilakukan oleh penulis adalah menentukan judul penelitian yang menggambarkan secara singkat masalah yang akan diangkat. Kemudian penelitian dilanjutkan dengan Bab I yaitu berisi pendahuluan. Dimana di dalam pendahuluan berisikan latar belakang masalah yang menjelaskan mengenai uraian singkat hal 8

9 pokok yang akan dibahas dan fenomena yang terjadi mengenai perkembangan wanita karier dan kinerja kepolisian di Indonesia saat ini. Kemudian terdapat pembatasan masalah yang berguna untuk membatasi antara masalah secara umum dan masalah yang akan diteliti. Arah dari penelitian ini terdapat pada tujuan penelitian, yang merinci apa yang ingin diketahui dan ditulis dalam bentuk pertanyaan. Manfaat penelitan merupakan kegunaan dari penelitian ini dan sumbangan bagi perkembangan ilmu manjamen sumber daya manusia. Manfaat tersebut diwujudkan dengan bentuk manfaat teoritis dan manfaat praktis. Pada Bab II yaitu Tinjauan Pustaka yang memuat mengenai kumpulan teori yang dijadikan landasan referensi penelitian ini baik itu skripsi, thesis, maupun jurnal atau artikel yang telah diterbitkan. Dalam bab ini dikemukakan mengenai definisi dari Kinerja, Polisi Lalu Lintas, Gender, dan variabel variabel yang digunakan. Tinjauan Pustaka ini juga menghasilkan kerangka pemikiran dan hipotesis. Selanjutnya adalah Bab III berisikan gambaran perusahaan dalam studi empiris, dengan mengidentifikasi variabel variabel serta dilanjutkan dengan melakukan operasionalisasi variabel penelitian. Setelah itu bab ini juga menjelaskan mengenai cara pengukuruan variabel variabel tersebut. Terakhir bab ini mengemukakan teknik pemilihan data dan metode analisis data. Pada Bab IV hasil penelitian dan pembahasan, merupakan isi pokok dari penelitian ini. Didalamnya memuat pendeskripsian dari data yang telah dikumpulkan dan diolah untuk akhirnya mengemukakan hasil dari penelitian. Akhir dari penulisan penelitian ini adalah Bab V yaitu kesimpulan dan saran. Pada bagian ini diambil kesimpulan dari perumusan masalah setelah melalui proses analisis dan pembahasan. Kesimpulan tersebut merupakan hasil akhir dari penelitian ini. 9

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dibandingkan dengan laki-laki 1. Fenomena ini terdapat juga pada

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dibandingkan dengan laki-laki 1. Fenomena ini terdapat juga pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring bergesernya waktu dari tahun ke tahun fenomena emansipasi di era modernitas saat ini menunjukan kebangkitan perempuan, dan tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika dahulu dunia pekerjaan hanya didominasi oleh kaum laki-laki, sekarang fenomena tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi dari pekerja perempuan di Indonesia untuk setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi dari pekerja perempuan di Indonesia untuk setiap tahun semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Partisipasi dari pekerja perempuan di Indonesia untuk setiap tahun semakin meningkat. Jika dalu dalam dunia pekerjaan hanya didominasi oleh kaum laki-laki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pada zaman modern seperti ini, wanita bukan lagi mereka yang dikurung di rumah dan hanya diperbolehkan melakukan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetisi dalam dunia kerja, setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetisi dalam dunia kerja, setiap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kompetisi dalam dunia kerja, setiap profesi diharuskan untuk dapat bekerja secara profesional dan memiliki keahlian dan kemampuan agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan wanita dalam dunia bisnis saat ini menunjukkan fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan wanita dalam dunia bisnis saat ini menunjukkan fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan wanita dalam dunia bisnis saat ini menunjukkan fenomena yang tidak kalah menarik. Pertama, angkatan kerja saat ini lebih didominasi oleh wanita Dessler (Chiu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak perusahaan go publik yang ikut berperan dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak perusahaan go publik yang ikut berperan dalam peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan profesi akuntan publik di Indonesia dewasa ini dan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap profesi auditor mampu membawa perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (Indonesian Institute of Accountants) yang disingkat IAI.

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (Indonesian Institute of Accountants) yang disingkat IAI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan dunia global serta tuntutan profesi dalam menghasilkan profesi akuntan yang baik, maka dalam menjalankan aktivitasnya seorang akuntan dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh akuntan publik menjadi kebutuhan utama sebelum para pengambil kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. oleh akuntan publik menjadi kebutuhan utama sebelum para pengambil kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman sekarang ini, kebutuhan akan pemeriksaan laporan keuangan oleh akuntan publik menjadi kebutuhan utama sebelum para pengambil kebijakan mengambil keputusan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) merupakan jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) merupakan jenjang pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penelitian Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) merupakan jenjang pendidikan tambahan yang ditujukan bagi seorang lulusan sarjana ekonomi jurusan akuntansi yang ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dan sangat menentukan bagi setiap organisasi atau perusahaan, sehingga tujuan dan gerak langkah sumber daya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tunjauan Umum Gender 2.1.1 Pengertian dan Pandangan atas Gender Kata gender sering diartikan sebagai kelompok laki laki, perempuan, atau perbedaan jenis kelamin. Kata gender ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia bisnis, perusahaan yang dapat bertahan adalah perusahaan yang memiliki konsisten tinggi dalam menjalankan kinerjanya. Untuk melihat konsistensi dari kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang bisnis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang bisnis UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti ini dimana seluruh dunia, khususnya di Indonesia sedang diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang

Lebih terperinci

aktivitas-aktivitas investasi, perbankan dan capital raising, jasa perencanaan

aktivitas-aktivitas investasi, perbankan dan capital raising, jasa perencanaan A. Latar Belakang Masalah Peran profesi akuntan sekarang ini, mengalami peningkatan sesuai dengan perkembangan bisnis dan perubahan global. Kantor akuntan Publik (KAP) tidak hanya mengerjakan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara pekerja pria dan wanita. Perilaku merupakan hasil tindakan sadar dalam

BAB I PENDAHULUAN. antara pekerja pria dan wanita. Perilaku merupakan hasil tindakan sadar dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, setiap pekerjaan dapat dilakukan oleh setiap orang tanpa memandang jenis kelamin mereka. Pria dan wanita dapat bekerja sama dalam suatu kegiatan. Namun disisi

Lebih terperinci

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 9.1. Kesimpulan Pada bagian ini akan diuraikan beberapa butir kesimpulan berdasarkan temuan dan analisis data (yang tercermin dalam uraian tentang implikasi teoritis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bebas atau free trade antara negara-negara anggota ASEAN sehingga Institut

BAB I PENDAHULUAN. bebas atau free trade antara negara-negara anggota ASEAN sehingga Institut BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN yang memiliki pola mengintegrasikan ekonomi ASEAN dengan cara membentuk sistem perdagangan bebas atau free trade antara negara-negara

Lebih terperinci

SISTEM MERIT DAN KESETARAAN GENDER JABATAN PIMPINAN TINGGI (JPT)

SISTEM MERIT DAN KESETARAAN GENDER JABATAN PIMPINAN TINGGI (JPT) SISTEM MERIT DAN KESETARAAN GENDER JABATAN PIMPINAN TINGGI (JPT) Diskusi Terbatas Paparan Awal Riset Gender dan Birokrasi: Ketimpangan Gender di 34 Kementrian, Jakarta, Hotel Four Points, 29 Mei 2017 ASAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya hukum dalam masyarakat oleh aparat penegak hukum. Sebagai anggota polisi harus mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang YB. Mangunwijaya (Alm)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang YB. Mangunwijaya (Alm) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia dewasa ini jumlah wanita yang memiliki pekerjaan diluar rumah semakin meningkat, hampir 40,6% pendatang baru dalam dunia kerja antara tahun 1996 dan 2006

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1537, 2013 KEPOLISIAN. Badan Penguji Kesehatan. Personel Polri. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan meningkatnya kompetensi persaingan, profesi akuntan menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan meningkatnya kompetensi persaingan, profesi akuntan menghadapi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dengan meningkatnya kompetensi persaingan, profesi akuntan menghadapi tantangan yang semakin berat sehingga dalam menjalankan aktivitasnya seorang akuntan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah wanita yang memasuki dunia kerja dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah wanita yang memasuki dunia kerja dalam beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya jumlah wanita yang memasuki dunia kerja dalam beberapa tahun terakhir mempengaruhi manajemen dalam pengelolaan diversitas yang berkaitan dengan gender.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepolisian Republik Indonesia dalam upaya memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kepolisian Republik Indonesia dalam upaya memenuhi kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepolisian Republik Indonesia dalam upaya memenuhi kebutuhan personel Polri khususnya yang berpangkat Brigadir, maka dilaksanakan proses seleksi Brigadir Polri bertahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua kepentingan menegakkan kebenaran, kemampuan teknis dan

BAB I PENDAHULUAN. semua kepentingan menegakkan kebenaran, kemampuan teknis dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan harus memiliki integritas, independen dan bebas dari semua kepentingan menegakkan kebenaran, kemampuan teknis dan profesionalisme harus selalu

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. terutama pada posisi jabatan struktural. Hal ini dapat diindikasikan bahwa terdapat

BAB VI PENUTUP. terutama pada posisi jabatan struktural. Hal ini dapat diindikasikan bahwa terdapat BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta merupakan dinas yang memiliki jumlah pegawai perempuan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pegawai laki-laki, terutama pada posisi jabatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya jaman dan arus globalisasi membuat tidak sedikit

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya jaman dan arus globalisasi membuat tidak sedikit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya jaman dan arus globalisasi membuat tidak sedikit perempuan yang berkesempatan berkarir di luar rumah dan menduduki posisiposisi penting di perusahaannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga menimbulkan persaingan bisnis yang cukup tajam. Semua usaha bisnis tersebut berusaha untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi adalah suatu hal yang harus dibarengi dengan keahlian dan etika. Kemampuan dan keahlian khusus yang dimiliki oleh suatu profesi adalah suatu keharusan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DIVISI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DIVISI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA DIVISI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA EMAIL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditor Eksternal, merupakan para auditor yang bekerja pada perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditor Eksternal, merupakan para auditor yang bekerja pada perusahaan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Auditor Eksternal, merupakan para auditor yang bekerja pada perusahaan akuntan publik, dimana salah satu jasa yang ditawarkan oleh kantor akuntan publik adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar kompeten dan memelihara kepercayaan, integritas dan obyektivitas.

BAB I PENDAHULUAN. agar kompeten dan memelihara kepercayaan, integritas dan obyektivitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap profesi membutuhkan pengetahuan dan keahlian khusus, dan setiap professional diharapkan memiliki kualitas professional tertentu. Demikian pula halnya dengan

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 3. Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2010 tentan

2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 3. Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2010 tentan No.75, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. Tunjangan Jabatan. Fungsional. POLRI. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua. kreditor, dan investor atau calon investor.

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua. kreditor, dan investor atau calon investor. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu sistem yang mengolah data keuangan menjadi suatu informasi yang digunakan unuk pengambilan keputusan bagi pemakainya adalah akuntansi. Pemakai informasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku organisasi yang merupakan pencerminan dari perilaku dan sikap orang-orang yang terdapat dalam organisasi

Lebih terperinci

SUBSTANSI DAN KONTEN NILAI DASAR, KODE ETIK DAN KODE PERILAKU ASN

SUBSTANSI DAN KONTEN NILAI DASAR, KODE ETIK DAN KODE PERILAKU ASN SUBSTANSI DAN KONTEN NILAI DASAR, KODE ETIK DAN KODE PERILAKU ASN Teguh Kurniawan Kepala UPMA & SPI, FIA Universitas Indonesia teguh.kurniawan@ui.ac.id; http://kurniawans.id OUTLINE Pengertian Nilai Dasar,

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.1766, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. SISBINKAR. Pencabutan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PEMBINAAN KARIER ANGGOTA KEPOLISIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pria dan wanita, dilandaskan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender yang

BAB I PENDAHULUAN. pria dan wanita, dilandaskan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjuangan kesetaraan gender adalah terkait dengan kesetaraan sosial antara pria dan wanita, dilandaskan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diera global seperti sekarang ini, persaingan dalam usaha semakin terbuka

BAB I PENDAHULUAN. Diera global seperti sekarang ini, persaingan dalam usaha semakin terbuka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diera global seperti sekarang ini, persaingan dalam usaha semakin terbuka lebar bagi para pelaku usaha. Banyak perusahaan berlomba-lomba untuk mendapatkan laba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta (BEJ) Nomor Kep-306/BEJ/ menyebutkan bahwa perusahaan yang go

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta (BEJ) Nomor Kep-306/BEJ/ menyebutkan bahwa perusahaan yang go BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peraturan BAPEPAM Nomor Kep-36/PM/2003 dan Peraturan Bursa Efek Jakarta (BEJ) Nomor Kep-306/BEJ/07-2004 menyebutkan bahwa perusahaan yang go public diwajibkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki komposisi penduduk dalam rentang usia produktif yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki komposisi penduduk dalam rentang usia produktif yang Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara dengan jumlah populasi penduduk terpadat keempat di dunia, Indonesia memiliki komposisi penduduk dalam rentang usia produktif yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan partisipasi wanita dalam dunia kerja telah menjadi fenomena yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti Indonesia. Kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru bagi masyarakat. Polri saat ini memasuki usia ke-70, masih berjuang dan

BAB I PENDAHULUAN. baru bagi masyarakat. Polri saat ini memasuki usia ke-70, masih berjuang dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG Pergantian kepemimpinan baru di Polri, senantiasa menerbitkan harapan baru bagi masyarakat. Polri saat ini memasuki usia ke-70, masih berjuang dan bermetamorfosis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009. 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fungsi audit sangat penting untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi dalam suatu organisasi. Hasil audit akan memberikan umpan balik bagi semua

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Uji Coba Persepsi Sukses Polisi. Jakarta, Januari 2013

Lampiran 1 Kuesioner Uji Coba Persepsi Sukses Polisi. Jakarta, Januari 2013 Lampiran 1 Kuesioner Uji Coba Persepsi Sukses Polisi Jakarta, Januari 2013 Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam, Saya, Riana Kusumawardani, mahasiswi Universitas Bina Nusantara, Jurusan Psikologi, Fakultas Humaniora.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan dalam usaha mencapai tujuan nasional. Berbagai isu aktual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan dalam usaha mencapai tujuan nasional. Berbagai isu aktual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, pembangunan kedudukan dan peranan pegawai negeri sangatlah penting. Hal ini disebabkan karena pegawai negeri merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipenuhi dari kebutuhan pokok hingga kebutuhan yang lainnya karena itulah

BAB 1 PENDAHULUAN. dipenuhi dari kebutuhan pokok hingga kebutuhan yang lainnya karena itulah BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap manusia pasti mempunyai berbagai kebutuhan hidup yang harus dipenuhi dari kebutuhan pokok hingga kebutuhan yang lainnya karena itulah manusia membutuhkan biaya atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kinerja auditor harus berpedoman pada Standar Profesional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kinerja auditor harus berpedoman pada Standar Profesional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja auditor harus berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yaitu, standar pemeriksa laporan keuangan auditor harus menyatakan apakah laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya persaingan di kalangan auditor dan berkembangnya profesi

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya persaingan di kalangan auditor dan berkembangnya profesi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pesatnya persaingan di kalangan auditor dan berkembangnya profesi tersebut di Indonesia menuntut auditor untuk selalu meningkatkan kinerjanya, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang terdiri dari angkatan darat, angkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang terdiri dari angkatan darat, angkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua negara di dunia pasti memiliki institusi yang bertugas sebagai badan pertahanan dan keamanan negara, tak terkecuali Indonesia. Sebelum reformasi, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Isu terkait etika selalu menjadi hal menarik untuk dibahas karena etika

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Isu terkait etika selalu menjadi hal menarik untuk dibahas karena etika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan memiliki tantangan yang sangat sulit dalam melakukan pekerjaannya, karena akuntan harus profesional agar bisa menjaga kompetensi, serta harkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang kedokteran membuat rumah sakit dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang kedokteran membuat rumah sakit dari pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan dalam bidang kedokteran membuat rumah sakit dari pemerintah maupun swasta saling bersaing, dengan persaingan yang berfokus pada kepuasan konsumen dituntut

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN) PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN) NO. 1. Judul Undang-undang tentang Pokok- Pokok kepegawaian

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM I. Pendahuluan 1. Umum STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu. judgment atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. dengan judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu. judgment atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang auditor dalam menjalankan proses audit akan memberikan opini dengan judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu perusahaan dimasa lalu,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka menunjang pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan pengayoman pada masyarakat serta kemampuan professional dan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan pengayoman pada masyarakat serta kemampuan professional dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam meningkatkan kualitas aparatur negara dengan memperbaiki kesejahteraan dan keprofesionalan serta memberlakukan sistem karir berdasarkan prestasi kerja dengan prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini akuntan dituntut untuk profesional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini akuntan dituntut untuk profesional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini akuntan dituntut untuk profesional dalam menjalankan perannya. Peran akuntan sebagai penyedia informasi keuangan sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I. melanggar dimensi moral dan etika bisnis itu sendiri, termasuk profesi. Masalah etika menjadi perhatian yang sangat penting bagi masyarakat

BAB I. melanggar dimensi moral dan etika bisnis itu sendiri, termasuk profesi. Masalah etika menjadi perhatian yang sangat penting bagi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia bisnis menimbulkan persaingan yang cukup tajam. Oleh sebab itu, para pelaku bisnis dituntut untuk menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini di dalam dunia kerja setiap pekerja dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini di dalam dunia kerja setiap pekerja dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi ini di dalam dunia kerja setiap pekerja dari berbagai profesi harus mengedepankan prilaku etis dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan, pada umumnya manusia menjadikan usaha atau perkerjaan sebagai salah satu cara untuk mendapatkan semua yang dibutuhkan. Umumnya kebutuhan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer adalah pandangan dari seseorang atau banyak orang akan hal atau peristiwa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi menjadi fenomena yang sangat penting dalam dunia kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi menjadi fenomena yang sangat penting dalam dunia kerja. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modernisasi menjadi fenomena yang sangat penting dalam dunia kerja. Selain dampaknya terhadap penggunaan alat-alat produksi dan strategi pemasaran. Modernisasi juga

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 133 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Setelah melakukan penelitian, maka penulis mengambil kesimpulan dari data dan fakta yang ada, dan memberikan saran sebagai pertimbangan dan masukan kepada pihak-pihak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika profesi menjadi topik pembicaraan yang sangat penting dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis multidimensi di Indonesia menyadarkan masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

Lebih terperinci

2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA

2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja bagi manusia sudah menjadi suatu kebutuhan, baik bagi pria maupun bagi wanita. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan undang-undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan undang-undang perkawinan. Sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepatuhan dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. kepatuhan dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak dibidang jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit kepatuhan dan audit

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN DIPANDANG DARI SEGI GENDER

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN DIPANDANG DARI SEGI GENDER PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN DIPANDANG DARI SEGI GENDER (Studi Kasus di Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Universitas Sebelas Maret Surakarta) SKRIPSI

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI DIVISI PROFESI DAN PENGAMANAN POLRI PUSAT PEMBINAAN PROFESI I. Pendahuluan 1. Umum STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI Pelayanan publik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemudian mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang. berkepentingan (Boynton et al.,2001) dalam (Junaidi, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. kemudian mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang. berkepentingan (Boynton et al.,2001) dalam (Junaidi, 2016). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bekerja bukanlah suatu hal yang baru di kalangan masyarakat. Berbeda dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bekerja bukanlah suatu hal yang baru di kalangan masyarakat. Berbeda dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melihat perkembangan era modern ini, pemandangan wanita bekerja bukanlah suatu hal yang baru di kalangan masyarakat. Berbeda dari budaya Timur yang pada umumnya peran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peran Pekerjaan dan Keluarga Fenomena wanita bekerja di luar rumah oleh banyak pihak dianggap sebagai sesuatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Kendati semakin lumrah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam perkembangan dan kemajuan dunia binis. Akuntan bukan hanya sekedar

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam perkembangan dan kemajuan dunia binis. Akuntan bukan hanya sekedar BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntan profesional mempunyai peran penting dalam dunia bisnis dan perkembangannya. Profesi akuntan kini menjadi salah satu profesi kunci dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ekonomi suatu perusahaan memacu profesi akuntan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ekonomi suatu perusahaan memacu profesi akuntan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan ekonomi suatu perusahaan memacu profesi akuntan untuk melakukan tindakan persaingan yang cukup tajam dalam dunia bisnis. Semua perusahaan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkebunan merupakan aktivitas budi daya tanaman tertentu pada lahan yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman tahunan yang jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (POLRI) sangatlah penting. Kehadiran POLRI dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (POLRI) sangatlah penting. Kehadiran POLRI dirasakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa sekarang ini peran dan fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) sangatlah penting. Kehadiran POLRI dirasakan sangatlah penting dalam setiap sendi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi sebagian orang dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya peristiwa jatuhnya Enron Corporation yang bangkrut

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya peristiwa jatuhnya Enron Corporation yang bangkrut 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejak terjadinya peristiwa jatuhnya Enron Corporation yang bangkrut pada tahun 2001, etika bisnis menjadi pokok bahasan dibalik peristiwa tersebut. Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan negara yang berdasarkan hukum dan bukan berdasarkan kekuasaan, negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (compliance audit) dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. (compliance audit) dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit kepatuhan (compliance audit)

Lebih terperinci

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAKSANAAN PROMOSI JABATAN TERBUKA DI LINGKUN

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAKSANAAN PROMOSI JABATAN TERBUKA DI LINGKUN No.1798, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Promosi Jabatan Terbuka. Pencabutan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PROMOSI JABATAN

Lebih terperinci

2016, No Strata Tiga kedinasan, dilakukan penyetaraan dengan lulusan Sekolah Staf dan Pimpinan Menengah dan Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi,

2016, No Strata Tiga kedinasan, dilakukan penyetaraan dengan lulusan Sekolah Staf dan Pimpinan Menengah dan Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi, No.1497, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Prodi S2 Kedinasan. Prodi S3 Kedinasan. Penyetaraan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYETARAAN LULUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas pengguna dana untuk. penyenglenggaraan pemerintah seharusnya didukung dengan suatu

BAB I PENDAHULUAN. besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas pengguna dana untuk. penyenglenggaraan pemerintah seharusnya didukung dengan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Negara yang dikelolah oleh pemerintah mencakup dana yang cukup besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas pengguna dana untuk penyenglenggaraan pemerintah seharusnya

Lebih terperinci

PEREMPUAN DALAM BIROKRASI Hambatan Kepemimpinan Perempuan dalam Birokrasi Pemerintah Provinsi DIY

PEREMPUAN DALAM BIROKRASI Hambatan Kepemimpinan Perempuan dalam Birokrasi Pemerintah Provinsi DIY PEREMPUAN DALAM BIROKRASI Hambatan Kepemimpinan Perempuan dalam Birokrasi Pemerintah Provinsi DIY Rike Anggun Mahasiswa Jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada rikeanggunartisa@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara serta pemberlakuan ASEAN Economic Community (AEC) atau masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. negara serta pemberlakuan ASEAN Economic Community (AEC) atau masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dinamika bisnis yang telah melesat begitu cepat dan melewati tapal batas antar negara serta pemberlakuan ASEAN Economic Community (AEC) atau masyarakat ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah Emansipasi wanita telah memberikan semangat dan dorongan bagi kaum perempuan untuk tampil secara mandiri dalam mencapai segala impian, cita-cita dan memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indonesia, karena dampak nyata kegiatan korupsi dapat menimbulkan high cost

BAB I PENDAHULUAN. indonesia, karena dampak nyata kegiatan korupsi dapat menimbulkan high cost BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah berperan aktif dalam mengelola negara dengan mencakup dana yang cukup besar jumlahnya. Dana yang cukup besar jumlahnya tidak terlepas kaitannya dengan kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui

BAB I PENDAHULUAN. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pergaulan hidup bermasyarakat dan bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional diperlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul.

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO.POL. : 2 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO.POL. : 2 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO.POL. : 2 TAHUN 2005 TENTANG MEKANISME DAN TATA TERTIB PEMILIHAN DAN PENENTUAN CALON ANGGOTA KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DARI UNSUR PAKAR KEPOLISIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berguna untuk mengantisipasi kejadian-kejadian serta perubahan-perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. berguna untuk mengantisipasi kejadian-kejadian serta perubahan-perubahan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk menghadapi perubahan yang semakin pesat dan beraneka ragam, organisasi dituntut agar dapat mengembangkan kemampuan manajemen. Hal tersebut berguna untuk

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG Draft Final 10-12-2009 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN EKSTERNAL PENERIMAAN CALON ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesi akuntan dalam mengaudit laporan keuangan. Munculnya krisis ini

BAB I PENDAHULUAN. profesi akuntan dalam mengaudit laporan keuangan. Munculnya krisis ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terjadinya kasus kegagalan audit dalam beberapa dekade belakangan ini, menimbulkan krisis kepercayaan masyarakat mengenai ketidakmampuan profesi akuntan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi di Indonesia yang semakin pesat membuat kebutuhan rumah tangga semakin meningkat. Kurangnya pendapatan yang dihasilkan suami sebagai kepala

Lebih terperinci