BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem imun berfungsi dalam pertahanan tubuh untuk melawan mikroba

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem imun berfungsi dalam pertahanan tubuh untuk melawan mikroba"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem imun berfungsi dalam pertahanan tubuh untuk melawan mikroba patogen (Abbas dkk., 2012). Tubuh membutuhkan sistem imun yang kuat agar tetap terlindung dari mikroorganisme penyebab penyakit (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010). Tanpa sistem imun yang berfungsi baik, infeksi ringan dapat menjadi fatal (Parham, 2000). Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, termasuk tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Tanaman tersebut antara lain meniran (Phyllanthus niruri L.), keladi tikus (Typhonium flagelliforme (Lodd.) Blume) dan sirih merah (Piper crocatum Ruiz and Pav). Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa sirih merah mengandung flavonoid, alkaloid dan tanin (Safithri dan Fahma, 2008). Senyawa-senyawa yang terkandung dalam meniran antara lain flavonoid, alkaloid, terpenoid, lignin, polifenol, tanin, kumarin dan saponin dari berbagai bagian tanaman (Sudarsono dkk., 2006; Paithankar dkk., 2011). Keladi tikus mengandung flavonoid, alkaloid, terpenoid, tanin dan sterol (Singh dkk., 2013). Senyawa alkaloid, kuinon, terpenoid, asam fenol karboksilat, polisakarida dan glikoprotein potensial sebagai imunostimulator (Wagner, 1990). Kandungan flavonoid dan alkaloid pada tanaman meniran, keladi tikus dan sirih merah diduga memiliki efek imunomodulator. Alkaloid dan flavonoid 1

2 2 meningkatkan proliferasi limfosit dan aktivitas IL-2. Proliferasi limfosit mempengaruhi sel TCD4+ yang kemudian akan mengaktifkan sel Th1 yang mempengaruhi IFN-γ. IFN-γ mengaktifkan makrofag sehingga fagositosis mikroba berlangsung lebih cepat dan efisien (Ukhrowi, 2011). Ekstrak meniran terbukti dapat meningkatkan fagositosis makrofag pada mencit (Ash, 2012; Nworu dkk., 2010). Ekstrak keladi tikus dengan dosis 250 mg/kgbb, 500 mg/kgbb dan 1000 mg/kgbb dapat meningkatkan fagositosis makrofag tikus yang terinduksi cyclophospamide (Sriyanti, 2012). Menurut Apriyanto (2011) pemberian ekstrak etanol daun sirih merah (Piper crocatum) pada dosis 10 mg/kgbb, 100 mg/kgbb dan 300 mg/kgbb dapat menaikkan indeks fagositosis makrofag tikus terinduksi vaksin Hepatitis B. Ketiga ekstrak tersebut dalam penggunaan tunggalnya memiliki efek imunostimulator. Kombinasi ketiga ekstrak ini diharapkan memiliki efek sinergis. Jamu Imuno Gama Herbal yang diharapkan berefek sebagai imunostimulator terdiri dari kombinasi ketiga ekstrak tersebut. Penelitian in vitro oleh Sagala (2013) dan Difita (Unpublished) menunjukkan bahwa kombinasi EMN, EKT dan ESM dengan konsentrasi 1 µg/ml, 10 µg/ml dan 100 µg/ml dapat meningkatkan kapasitas dan indeks fagositosis makrofag mencit jantan galur Balb/c dengan konsentrasi optimum 10 µg/ml. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai aktivitas imunostimulator kombinasi ketiga ekstrak tanaman tersebut secara in vivo dalam rangka pengembangannya sebagai obat herbal.

3 3 B. Rumusan Masalah 1. Apakah pemberian kombinasi EMN, EKT dan ESM dapat meningkatkan kapasitas fagositosis makrofag mencit jantan galur Balb/c? 2. Apakah pemberian kombinasi EMN, EKT dan ESM dapat meningkatkan indeks fagositosis makrofag mencit jantan galur Balb/c? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apakah pemberian kombinasi EMN, EKT dan ESM dapat meningkatkan kapasitas fagositosis makrofag mencit jantan galur Balb/c. 2. Untuk mengetahui apakah pemberian kombinasi EMN, EKT dan ESM dapat meningkatkan indeks fagositosis makrofag mencit jantan galur Balb/c. D. Manfaat Penelitian 1. Memperkaya informasi mengenai potensi imunostimulator kombinasi ekstrak etanolik herba meniran (Phyllanthus niruri L.), umbi keladi tikus (Typhonium flagelliforme (Lodd.) Blume) dan daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz and Pav). 2. Memanfaatkan secara optimal keanekaragaman hayati tumbuhan Indonesia sebagai obat herbal.

4 4 E. Tinjauan Pustaka 1. Sistem Imun Kata imun berasal dari bahasa Latin immunis yang berarti bebas dari beban. Dahulu imunitas diartikan sebagai daya tahan relatif hospes terhadap mikroba tertentu (Bellanti, 1985). Imunitas adalah perlindungan dari penyakit, termasuk penyakit infeksi. Ketika mikroba maupun substansi asing masuk ke dalam tubuh maka terjadilah respon imun (Abbas dkk., 2012). Imunitas yang kurang lebih berarti kekebalan tubuh terbagi menjadi dua macam yaitu innate immunity (imunitas alami atau nonspesifik) dan adaptive immunity (imunitas adaptif atau spesifik). Imunitas nonspesifik tidak memiliki memori dalam mengenali mikroba ataupun substansi asing yang masuk ke dalam tubuh. Imunitas spesifik yang terdiri dari limfosit dan antibodi memiliki memori dalam mengenali mikroba ataupun substansi asing yang masuk sehingga dapat beradaptasi dan mengembangkan respon terhadapnya. Ini berguna apabila tubuh terpapar lagi mikroba atau substansi asing yang pernah dikenali sebelumnya. Substansi asing atau mikroba yang memicu imunitas spesifik disebut antigen (Abbas dkk., 2012). Respon imun di dalam tubuh tidak hanya melawan patogen, tetapi sesungguhnya memiliki 3 fungsi yaitu pertahanan (defense), homeostasis dan pengawasan (surveillance). Fungsi pertama yaitu pertahanan mengandung arti pertahanan terhadap patogen. Homeostasis berarti keseimbangan, berfungsi untuk memusnahkan sel-sel yang sudah tidak berguna dari tubuh. Sel seperti eritrosit dan leukosit di sirkulasi dapat rusak oleh karena waktu hidup normalnya telah

5 5 berakhir ataupun karena melawan patogen. Agar kondisi di dalam tubuh tetap seimbang maka sel-sel yang rusak ini harus dibersihkan. Pengawasan dini (surveillance) mengenali sel-sel abnormal yang timbul di dalam tubuh dikarenakan virus maupun zat kimia. Sistem imun akan mengenali sel abnormal tersebut dan memusnahkannya (Bellanti, 1985). 2. Imunitas Nonspesifik Imunitas nonspesifik berperan paling awal dalam pertahanan tubuh melawan mikroba patogen (Abbas dkk., 2012). Imunitas nonspesifik berfungsi sejak lahir, tidak memiliki memori dan tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu. Imunitas non spesifik memiliki respon yang cepat. Respon langsung terjadi dalam waktu beberapa menit sampai jam dan tidak memerlukan pemejanan sebelumnya di dalam melawan substansi asing. Kelemahannya yaitu dapat berespon berlebihan (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010). Imunitas nonspesifik terdiri dari lapisan epitel dan substansi antimikroba di permukaannya sebagai barrier fisik dan kimia terhadap mikroba yang akan masuk. Komponen lain adalah sel fagosit (neutrofil dan makrofag) serta sel NK (natural killer), juga terdapat protein dalam darah, mediator inflamasi dan sistem komplemen. Aktivitas dari sel-sel pada imunitas nonspesifik diatur oleh protein yang disebut sitokin (Abbas dkk., 2012). Sel lain yang penting dalam imunitas nonspesifik adalah basofil, sel mast, eosinofil dan sel dendritik. Neutrofil, monosit dan basofil dapat ditemukan di sirkulasi, sedangkan sel mast dan makrofag terdapat di jaringan (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010).

6 6 Bakteri yang akan masuk melalui kulit akan dihambat oleh bakteri simbiotik yang ada di kulit. Kelenjar keringat akan melepaskan sebum yang di dalamnya terkandung asam laktat sehingga ph menjadi rendah dan menimbulkan suasana asam. Hal tersebut akan menghambat bakteri untuk masuk. Selain itu pada permukaan mukosa terdapat lisozim yang bersifat destruktif terhadap bakteri. Apabila bakteri berhasil masuk ke jaringan di bawahnya maka sel fagosit yaitu makrofag yang akan bekerja (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010). 3. Makrofag Sel pluripoten di sumsum tulang adalah sel induk yang akan berdiferensiasi menjadi sel premieloid yang kemudian menjadi sel mieloid, sel induk limfosit dan sel premonosit. Sel premonosit berdiferensiasi menjadi monosit di sirkulasi dan makrofag di jaringan. Monosit mengenali dan menyerang bakteri, memproduksi sitokin, berperan sebagai APC (Antigen Presenting Cell) serta terlibat dalam perbaikan jaringan. Monosit berada di dalam darah selama 1 hari kemudian bermigrasi ke berbagai jaringan dan berdiferensiasi menjadi makrofag jaringan selama 4 12 hari hingga jangka waktu bulan. Makrofag dan monosit termasuk dalam sel fagosit mononuklear (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010). Sel fagosit mononuklear adalah sel efektor yang penting baik di dalam imunitas nonspesifik maupun spesifik, yang paling dominan adalah makrofag. Pada imunitas nonspesifik peran sel fagosit mononuklear adalah memfagositosis mikroba dan memproduksi sitokin yang selanjutnya akan mengaktifkan mediatormediator inflamasi. Dalam imunitas spesifik, makrofag memiliki beberapa peran

7 7 efektor, selain berfungsi dalam fagositosis mikroba juga dapat mempresentasikannya pada sel T. Sel T akan menstimulasi makrofag untuk menghancurkan mikroba tersebut. Pada permukaan makrofag terdapat reseptor untuk antibodi yang apabila diduduki oleh antibodi akan memicu fagositosis mikroba (Abbas dkk., 2012). Makrofag adalah sel utama dari sistem imun nonspesifik, berfungsi untuk fagositosis, menangkap antigen dan mempresentasikannya, melepaskan sitokin dan protein komplemen serta mediator inflamasi. Makrofag memiliki ukuran 5 10 kali lebih besar daripada monosit, terdiri dari 3 organel yaitu lisosom, endosom dan mitokondria dengan organel paling banyak adalah lisosom. Lisosom berada di dalam sitoplasma, memiliki membran dan mengandung enzim hidrolitik yang dapat keluar dari sel. Endosom merupakan vesikel intraseluler berukuran 0,1 0,2 µm, memiliki ph asam dan mengandung enzim proteolitik yang memecah protein menjadi peptida untuk selanjutnya dapat diproses sebagai antigen. Endosom terbentuk jika ada proses endositosis. Mitokondria berada di sitoplasma untuk metabolisme sel, respirasi, transport elektron, fosforilasi oksidatif dan siklus asam sitrat (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010). Makrofag dapat mengalami perubahan morfologi yang berbeda karena rangsangan dari substansi asing ataupun mikroba. Ada makrofag yang memiliki sitoplasma yang melimpah menyerupai sel epitel kulit. Makrofag yang teraktivasi dapat membentuk multinucleate giant cells yaitu sel besar dengan banyak inti (Abbas dkk., 2012).

8 8 Makrofag teraktivasi oleh lipopolisakarida (LPS) yang dihasilkan bakteri, sitokin dan mediator inflamasi. Aktivasi makrofag oleh LPS akan menghasilkan sitokin yaitu IL-1 yang merupakan pirogen endogen yang dapat memicu demam. Makrofag melepaskan lisozim, komplemen, interferon dan sitokin yang nantinya akan berperan baik di dalam sistem imun non spesifik dan spesifik (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010). Selain di jaringan, makrofag juga berada di cairan rongga peritoneal di sepanjang kapiler untuk menangkap antigen dan kemudian mempresentasikannya ke sel T. Makrofag memiliki nama yang spesifik dibedakan berdasar jaringan dimana makrofag berada (Tabel I). Tabel I. Jenis-jenis makrofag spesifik dalam jaringan (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010) Jaringan Usus Kulit Paru Jaringan ikat Hati Ginjal Otak Tulang Nama Makrofag intestinal Sel dendritik, sel Langerhans Makrofag alveolar, sel Langhans Histiosit Sel Kuppfer Sel mesangial Sel mikroglia Osteoklas Imunitas nonspesifik memerlukan reseptor berupa PRR (Pattern Recognition Receptor) untuk mengenali mikroba yang memicu sinyal untuk fagositosis maupun penghancuran bakteri oleh komplemen. Reseptor terdiri dari dua macam yaitu reseptor larut dalam darah dan cairan jaringan serta reseptor tak larut yang terikat oleh membran makrofag, neutrofil dan sel dendritik (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010).

9 9 Reseptor larut diproduksi lokal di tempat terjadi infeksi dan juga di tempat lain yang selanjutnya dibawa oleh sirkulasi darah ke jaringan sasaran. Contoh dari reseptor larut adalah SAP (Serum Amyloid A Protein) yang merupakan reseptor untuk fagosit dengan cara mengikat LPS dinding sel bakteri dan CRP (C Reactive Protein) yang mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik dengan mengikat polisakarida C dari bakteri dan jamur (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010). Reseptor tidak larut diekspresikan oleh makrofag dan monosit, terdapat 4 macam reseptor tidak larut yaitu TLR (Toll-like Receptor), SRs (Scavenger Receptors), NOD (Nucleotide-binding Oligomerization Domain) dan FcR (Fragmen crystallizable Receptor). TLR (Toll-like Receptor) diduga merupakan reseptor terpenting karena mengenali sejumlah besar patogen dengan PAMPs (Pathogen Associated Molecular Patterns). Contoh dari PAMPs antara lain komponen dari virus, bakteri, jamur dan LPS yang diproduksi oleh bakteri Gram negatif. Makrofag, sel dendritik, neutrofil dan eosinofil mengekspresikan TLR. TLR spesifik pada LPS, peptidoglikan, glukan, teichoic acid dan arabinomanan. Sampai saat ini diketahui ada 9 macam TLR yang memiliki sasaran masingmasing yaitu TLR1, TLR2, TLR3, TLR4, TLR5, TLR6, TLR7, TLR8 dan TLR9 (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010). Lipopolisakarida bakteri memberikan sinyal transduksi melalui TLR dan reseptor untuk sitokin makrofag terpenting yaitu IFN-γ. Makrofag teraktivasi oleh sinyal dari TLR sehingga respon imun nonspesifik aktif dan memproduksi protein dan sitokin yang berperan dalam fungsi makrofag (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010).

10 10 SRs (Scavenger Receptors) diekspresikan pada makrofag dan sel dendritik, spesifik terhadap karbohidrat dan lipid. SRs berperan membantu makrofag dalam mengikat bakteri baik Gram positif maupun negatif, fagositosis, pencernaan mikroba, apoptosis sel yang terinfeksi dan endositosis partikel lipoprotein berdensitas rendah yang terasetilasi. NOD (Nucleotide-binding Oligomerization Domain) berada di sitosol, terdiri dari NOD1 dan NOD2 yang mengenali produk peptidoglikan bakteri. Makrofag dapat mengikat patogen dengan reseptor CD14 yang spesifik untuk LPS bakteri. FcR (Fragmen crystallizable Receptor) terdapat pada permukaan limfosit, makrofag dan sel mast untuk mengikat Fc (Fragmen crystallizable) imunoglobulin. FcR ada 2 macam yaitu Fcγ-R untuk IgG dan Fcε- R untuk IgE (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010). Makrofag yang teraktivasi adalah makrofag yang memiliki kemampuan membunuh mikroba yang lebih berkembang dibandingkan dengan makrofag yang tidak aktif (Colligan, 2010). Aktivasi makrofag didefinisikan sebagai respon terhadap stimulus lingkungan yang akan mengubah bentuk dan fisiologinya (Cohn, 1978 cit Colligan, 2008). Makrofag dapat teraktivasi oleh IFN-γ yang diproduksi oleh sel NK (Natural Killer) dan aktivasi TLR (Toll-like Receptor) oleh ligan. Ligan tersebut dikenal dengan nama PAMPs (Pathogen Associated Molecular Patterns). Makrofag yang teraktivasi akan menghasilkan NO (Nitric Oxide) untuk membunuh mikroba, TNF (Tumor Necrosis Factor) dan IL-12 (Colligan, 2008).

11 11 4. Fagositosis Fagositosis merupakan proses ingesti partikel yang dilakukan oleh sel fagosit. Fagositosis terdiri dari beberapa fase yaitu gerakan ke arah objek (kemotaksis), pengenalan dan pengikatan, endositosis, fusi fagosom-lisosom, pemusnahan dan pencernaan (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010). Gerakan sel dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu motilitas, lokomosi dan kemotaksis. Gerakan dari sel itu sendiri disebut motilitas, namun jika sel tersebut bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain maka disebut lokomosi. Jika sel bergerak ke suatu arah karena adanya rangsangan kimia yaitu adanya kemoatraktan maka itu disebut kemotaksis. MAF (Macrophage Activating Factor) adalah kemoatraktan untuk makrofag (Bellanti, 1985). Pada proses fagositosis, kemotaksis terjadi karena ada pelepasan faktor kemotaktik atau kemoatraktan seperti produk bakteri dan produk biokimiawi yang dilepaskan saat aktivasi komplemen. Jaringan yang rusak juga memicu pelepasan faktor kemotaktik dan menyebabkan inflamasi. Sel-sel fagosit berturut-turut neutrofil, makrofag dan monosit bergerak ke daerah inflamasi karena kemotaksis dan kemudian membunuh bakteri. Neutrofil berperan dalam fagositosis dini sementara makrofag berperan dalam fagositosis efisien dan mensekresikan sitokin yang merangsang inflamasi, tetapi kedua sel tersebut sama-sama dapat membunuh bakteri (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010). Makrofag dalam aksinya sama cepat dengan neutrofil tetapi berada lebih lama di daerah inflamasi (Abbas dkk., 2012).

12 12 Inflamasi melibatkan sel darah putih (leukosit) dan pengeluaran protein plasma ke tempat terjadinya infeksi di mana kemudian leukosit dan protein plasma akan mengeliminasi mikroba kemudian memperbaiki jaringan yang rusak (Abbas dkk., 2012). A B C D Gambar 1. Tahapan fagositosis (Abbas dkk., 2012). Pada tahapan A, mikroba berikatan dengan reseptor makrofag. Selanjutnya terjadi pembentukan fagosom (B) yang diikuti oleh fusi antara fagosom dan lisosom (C). Tahapan D menunjukkan mikroba yang dihancurkan oleh enzim lisosom, ROS (Reactive Oxygen Species) dan nitrit oksida. Fagositosis menelan partikel berukuran besar yang diameternya >0,5 µm (Abbas dkk., 2012). Reseptor di permukaan makrofag maupun neutrofil dapat menangkap dan menelan mikroba. Ketika mikroba sudah ditelan maka membran menutup dan mikroba digerakkan ke sitoplasma sel membentuk fagosom. Fagosom adalah vesikel intraselular yang mengandung mikroba atau partikel

13 13 ekstraselular. Sel fagosit memiliki lisosom yang berisi enzim destruktif (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010). Fagosom dan lisosom bergabung membentuk fagolisosom yang selanjutnya akan menjadi tempat degradasi mikroba yang sudah ditelan oleh makrofag. Enzim dalam lisosom akan mencerna bakteri dalam fagolisosom. Penghancuran mikroba dapat melalui proses yang oksigen dependen maupun oksigen independen. Proses yang oksigen independen adalah proses yang melibatkan lisozim, laktoferin dan enzim proteolitik (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010). Proses yang oksigen dependen membutuhkan ROI (Reactive Oxygen Intermediate). Ketika fagolisosom terbentuk, reseptor pengikat mikroba mengaktifkan beberapa enzim yaitu enzim oksidase fagosit, INOS (Inducible Nitric Oxid Synthase) dan protease lisosom. Enzim oksidase fagosit mengubah molekul oksigen menjadi ROI yaitu anion superoksid, radikal bebas dan H 2 O 2. ROI sangat toksik terhadap mikroba dan jaringan, namun sangat tidak stabil. ROI dipecah menjadi H 2 O 2 yang kemudian dipecah lagi oleh katalase. INOS mengubah arginin menjadi NO (nitrit oksida) yang bersifat bakterisidal. Protease lisosom akan memecah protein mikroba. Bahan-bahan penghancur mikroba di lisosom tidak merusak sel fagosit, namun jika terjadi inflamasi kuat maka enzim-enzim tadi akan dilepas ke rongga ekstraselular sehingga jaringan rusak (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010). Fagositosis berinteraksi dengan komplemen dan sistem imun spesifik untuk fagositosis yang efektif agar infeksi bisa dicegah. Patogen dikenali oleh reseptor pada permukaan makrofag yang kemudian akan memicu produksi sitokin

14 14 proinflamasi (IL-1, IL-6 dan TNF), kemoatraktan kuat neutrofil (IL-8), aktivator sel NK dan pengarah diferensiasi sel Th1 (IL-12) serta mediator lainnya seperti prostaglandin, radikal oksigen dan nitrogen. IL-12 diketahui dapat meningkatkan imunitas spesifik. Fagositosis dapat ditingkatkan oleh antibodi IgG yang dikenali oleh Fcγ-R (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010). 5. Imunostimulator Imunostimulator adalah bahan-bahan yang dapat meningkatkan sistem imun (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010). Imunostimulator memiliki peranan dalam pencegahan maupun pengobatan penyakit, oleh karena itu pemberian imunostimulator menjadi penting ketika sistem imun melemah (Sherwood, 1996 cit Sriningsih dan Wibowo, 2009). Menurut Bellanti (1985), mekanisme peningkatan respon imun yang dilakukan oleh suatu imunostimulan antara lain adalah : a. Mempersingkat waktu yang diperlukan sampai terjadi respon b. Meningkatkan respon tertentu secara menyeluruh c. Memperpanjang durasi respon yang terjadi d. Memperlambat terjadinya penghentian respon e. Mengembangkan respon baru terhadap antigen yang sebelumnya tidak menimbulkan respon

15 15 6. Meniran (Phyllanthus niruri L.) a. Klasifikasi Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2001), klasifikasi tanaman meniran adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Geraniales Suku : Euphorbiaceae Marga : Phyllanthus Jenis : Phyllanthus niruri L. Gambar 2. Tanaman meniran (Phyllanthus niruri) (Tanner, C., 2010) b. Nama Daerah Nama daerah dari meniran adalah meniran ijo (Jawa) dan memeniran (Sunda) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1978).

16 16 c. Habitat dan Penyebaran Meniran tumbuh tersebar pada hampir seluruh wilayah Indonesia yang daerahnya memiliki ketinggian m di atas permukaan laut. Meniran tumbuh liar di tempat terbuka, antara lain di ladang, tepi sungai, pantai dan tanah gembur yang berpasir. Tanaman ini selain terdapat di Indonesia juga terdapat di Malaysia, Filipina, Australia, India dan Cina (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1978). d. Morfologi Tanaman meniran adalah terna yang memiliki tinggi cm dan memiliki batang yang berwarna hijau pucat atau hijau kemerahan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1978). Akarnya adalah jenis akar tunggang dan berwarna putih kotor (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001). Cabangnya berpencar memiliki daun tunggal yang tumbuh mendatar dari batang pokok. Daunnya berbentuk bulat telur hingga bulat memanjang, berujung bundar atau runcing, panjang 5 10 mm, lebar 2,5 5 mm (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1978). Daun meniran berwarna hijau dan bertepi rata (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001). Permukaan bawah daun memiliki bintik-bintik kelenjar (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1978). Bunga meniran terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang letaknya berbeda namun sama-sama muncul dari ketiak daun. Bunga jantan berada di

17 17 bawah ketiak daun, gagangnya berdiameter 0,5 1 mm, mahkota bunga berwarna merah pucat dan berbentuk bundar telur terbalik dengan panjang 0,75 1 mm. Bunga betina berada di atas ketiak daun, gagang bunga berdiameter 0,75 1 mm, mahkota bunga bertepi hijau muda berbentuk bundar telur sampai bundar memanjang dengan panjang 1,25 2,5 mm (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1978). Buah meniran berwarna hijau keunguan (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001), licin, berdiameter 2 2,5 mm dan gagang buahnya memiliki panjang 1,5 2 mm (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1978). Meniran memiliki biji yang berbentuk ginjal, kecil, keras dan berwarna coklat (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001). Bagian dari meniran yang dimanfaatkan adalah herbanya yaitu seluruh bagian di atas tanah dari tanaman (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008). e. Kandungan Senyawa Senyawa-senyawa yang terkandung dalam meniran antara lain kuersetin, kuersitrin, isokuersitrin, astragalin, rutin, alkaloid, terpenoid, lignin, polifenol, tanin, kumarin dan saponin (Sudarsono, dkk, 2006; Paithankar dkk, 2011). f. Kegunaan Meniran digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti disentri influenza, vaginitis, diabetes, tumor, jaundice, batu ginjal, dyspepsia juga sebagai

18 18 diuretik, antiviral, antibakteri dan antihepatitis B (Paithankar, 2011). Di Indonesia sendiri, meniran merupakan tumbuhan obat yang digunakan turun-temurun untuk mengobati infeksi dan batu pada saluran kencing, kencing nanah, diare, rabun senja, rematik, sakit kuning dan sebagai diuretik, pelancar haid, ekspektoran (Hutapea dan Syamsuhidayat, 1991). g. Penelitian Sebelumnya Menurut Sriningsih dan Wibowo (2009), ekstrak etanol 80% herba meniran pada dosis 40 mg/200 g BB dapat meningkatkan aktivitas fagositosis makrofag peritoneum tikus. Pemberian ekstrak meniran terbukti meningkatkan aktivitas fagositosis makrofag mencit Balb/c (Ash, 2012; Nworu dkk., 2010). 7. Keladi Tikus (Typhonium flagelliforme (Lodd.) Blume) a. Klasifikasi Klasifikasi tanaman keladi tikus menurut Backer dan van Den Brink (1968) adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Arales Famili : Araceae Genus : Typhonium Spesies : Typhonium flagelliforme (Lodd.) Blume

19 19 Gambar 3. Tanaman keladi tikus (Typhonium flagelliforme (Lodd.) Blume) (Institute Of Sustainable Agrotechnology University Malaysia Perlis, 2011) b. Nama Daerah Keladi tikus (Typhonium flagelliforme (Lodd.) Blume) memiliki banyak nama daerah, antara lain bira kecil, daun panta susu, ileus, kalamayong, ki babi dan trenggiling mentik (Widyaningrum dkk., 2011). c. Habitat dan Penyebaran Tanaman keladi tikus tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah yang tanahnya subur, lembab dan teduh. Pada musim kemarau tanaman ini menghilang tetapi umbinya masih berada di dalam tanah yang kemudian akan tumbuh menjadi tanaman keladi tikus pada musim hujan. Umbi untuk keperluan pengobatan lebih baik diambil pada akhir musim penghujan sampai pertengahan musim kemarau, karena setelah lewat waktu itu umbi akan mulai membusuk, sedangkan pada awal musim penghujan umbi baru terbentuk. Bagian yang digunakan adalah umbi yang

20 20 berdiameter 1 2 cm. Bunga tanaman ini kelopaknya mirip dengan ekor tikus, oleh karena itu dinamakan keladi tikus (Widyaningrum dkk., 2011). d. Morfologi Tanaman keladi tikus termasuk golongan rerumputan yang berbentuk menyerupai talas. Tanaman dewasa dapat mencapai tinggi cm dan memiliki berat gram setiap rumpunnya. Daun tanaman yang baru tumbuh berbentuk bulat sedikit lonjong, sementara daun dewasa berwarna hijau, halus, berbentuk meruncing seperti ujung anak panah. Bunga tanaman keladi tikus berwarna putih kekuningan. Akarnya berwarna putih dan akan membesar membentuk umbi yang berbentuk bulat lonjong (Widyaningrum dkk., 2011). e. Kandungan Senyawa Menurut Singh dkk (2013) senyawa yang terkandung dalam keladi tikus adalah flavonoid, alkaloid. terpenoid, tanin dan sterol. f. Kegunaan Keladi tikus dipercaya dapat mengobati kanker payudara dan mengatasi efek samping dari kemoterapi yaitu rambut rontok, perasaan tidak nyaman dan berkurangnya nafsu makan (Widyaningrum dkk., 2011).

21 21 g. Penelitian Sebelumnya Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zhong dkk (2001) ekstrak air, alkohol dan ester keladi tikus memiliki efek meredakan batuk berdahak dan berkhasiat sebagai antiasmatik, analgesik, antiperadangan dan sedatif. Ekstrak etanolik keladi tikus memiliki efek sitotoksik terhadap sel kanker payudara T47D dengan harga IC 50 sebesar 632 µg/ml (Nurrochmad dkk., 2011). Ekstrak keladi tikus dengan dosis 250 mg/kgbb, 500 mg/kgbb dan 1000 mg/kgbb dapat meningkatkan fagositosis makrofag tikus yang terinduksi cyclophospamide (Sriyanti, 2012). 8. Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz and Pav) a. Klasifikasi Klasifikasi sirih merah menurut Backer dan van Der Brink (1965) adalah : Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Magnolidae Ordo : Piperales Famili : Piperaceae Genus : Piper Spesies : Piper crocatum Ruiz and Pav

22 22 Gambar 4. Tanaman sirih merah (Piper crocatum Ruiz and Pav) (Pratama, 2012) b. Nama Daerah Nama daerah dari sirih merah adalah suruh (Jawa); seureuh (Sunda); base (Bali); dontile, parigi, gamnjeng (Sulawesi); gies, bido (Maluku); leko, kowak, malo dan malu (Nusa Tenggara) (Redaksi Agromedia, 2008). c. Habitat dan Penyebaran Tanaman sirih merah tumbuh lebih baik di daerah pegunungan, berhawa sejuk dan teduh dengan sinar matahari 60 75%. Sirih merah juga dapat tumbuh di daerah panas yang terkena sinar matahari langsung tetapi batangnya cepat mengering dan warna merah daunnya akan pudar (Juliantina dkk., 2009). d. Morfologi Tanaman sirih merah adalah tanaman menjalar atau merambat yang panjangnya dapat mencapai 5 10 m. Batangnya berwarna hijau keunguan dan

23 23 berbentuk bulat, beruas dengan panjang 3 8 cm, pada setiap buku tumbuh 1 daun. Daun muda dan daun dewasa memiliki bentuk yang agak berbeda, daun muda bentuknya menjantung membulat telur sedangkan daun dewasa bentuk daun menjadi lonjong. Daun sirih merah adalah daun tunggal yang duduknya berseling, kaku, panjang daun 6,1 14,6 cm, lebar 4 9,4 cm, tangkainya memiliki panjang 2,1 6,2 cm dan berwarna hijau merah keunguan. Daun bagian atas berwarna hijau dengan garis-garis merah jambu kemerahan, permukaannya rata hingga agak cembung dan mengkilat. Daun bagian bawah berwarna hijau merah tua keunguan dengan pertulangan daun yang menonjol dan permukaan mencekung (Astuti dan Munawaroh, 2011). e. Kandungan Senyawa Menurut Safithri dan Fahma (2008) dan Juliantina dkk (2009) sirih merah mengandung flavonoid, alkaloid dan tanin dan minyak atsiri. Flavonoid mempengaruhi aktivitas makrofag dengan cara mempengaruhi produksi nitrit oksida (Nijveldt dkk., 2001) dan mempengaruhi ekspresi IL-10 (Comalada dkk., 2006). f. Kegunaan Sirih merah dipercaya dapat mengobati penyakit diabetes, hipertensi, kanker payudara, hepatitis, peradangan, wasir dan maag (Juliantina dkk., 2009). Tanaman ini juga dapat menyembuhkan keputihan, juga dapat digunakan sebagai obat kumur (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2010).

24 24 g. Penelitian Sebelumnya Pemberian ekstrak etanol daun sirih merah (Piper crocatum) pada dosis 10 mg/kgbb, 100 mg/kgbb dan 300 mg/kgbb dapat menaikkan indeks fagositosis makrofag tikus terinduksi vaksin Hepatitis B (Apriyanto, 2011). Ekstrak n- heksana daun sirih merah dosis 100 mg/kgbb dan 300 mg/kgbb dapat meningkatkan indeks dan rasio fagositosis makrofag tikus terinduksi vaksin Hepatitis B (Indriyani, 2011). Menurut Werdyani (2012) fraksi n-heksana daun sirih merah dapat meningkatkan fagositosis makrofag tikus pada dosis 10 mg/kgbb, 50 mg/kgbb dan 100 mg/kgbb. F. Landasan Teori Tubuh membutuhkan sistem imun yang kuat agar terlindung dari penyakit. Sistem imun yang lemah akan membuat tubuh lebih mudah terserang infeksi. Agar sistem imun tubuh kuat maka dibutuhkan senyawa yang dapat meningkatkan sistem imun yaitu imunostimulator. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tumbuhan yang tinggi, sehingga potensial untuk mencari imunostimulator dari tumbuhan yang ada. Tanaman meniran, keladi tikus dan sirih merah mengandung senyawa yang potensial berperan sebagai imunostimulator. Menurut Safithri dan Fahma (2008) sirih merah mengandung flavonoid, alkaloid dan tanin. Kandungan senyawa dari keladi tikus adalah flavonoid, alkaloid, terpenoid, tanin dan sterol (Singh dkk, 2013). Senyawa-senyawa yang terkandung dalam meniran antara lain kuersetin, kuersitrin, isokuersitrin, astragalin, rutin, alkaloid, terpenoid, lignin, polifenol,

25 25 tanin, kumarin dan saponin (Sudarsono, dkk, 2006; Paithankar dkk, 2011). Senyawa alkaloid, kuinon, terpenoid, asam fenol karboksilat, polisakarida dan glikoprotein potensial sebagai imunostimulator (Wagner, 1990). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa dalam penggunaan tunggalnya ekstrak meniran dapat meningkatkan aktivitas fagositosis makrofag peritoneum tikus pada dosis 40 mg/200 g BB (Sriningsih dan Wibowo, 2009) dan aktivitas fagositosis makrofag mencit Balb/c (Ash, 2012; Nworu dkk., 2010). Ekstrak keladi tikus dengan dosis 250 mg/kgbb, 500 mg/kgbb dan 1000 mg/kgbb dapat meningkatkan fagositosis makrofag tikus yang terinduksi cyclophospamide (Sriyanti, 2012). Menurut Apriyanto (2011) pemberian ekstrak etanol daun sirih merah (Piper crocatum) pada dosis 10 mg/kgbb, 100 mg/kgbb, 300 mg/kgbb dapat menaikkan indeks fagositosis makrofag tikus terinduksi vaksin Hepatitis B. Dengan dikombinasikannya ketiga ekstrak itu maka diharapkan efek yang terjadi adalah sinergis. Jamu Imuno Gama Herbal mengandung kombinasi ketiga ekstrak ini. Penelitian in vitro oleh Sagala (2013) dan Difita (Unpublished) menunjukkan bahwa kombinasi EMN, EKT dan ESM dengan konsentrasi 1 µg/ml, 10 µg/ml dan 100 µg/ml dapat meningkatkan kapasitas dan indeks fagositosis makrofag mencit jantan galur Balb/c dengan konsentrasi optimum 10 µg/ml. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai aktivitas imunostimulator kombinasi ketiga ekstrak tersebut secara in vivo.

26 26 G. Hipotesis 1. Pemberian kombinasi EMN, EKT dan ESM dapat meningkatkan kapasitas fagositosis makrofag mencit jantan galur Balb/c. 2. Pemberian kombinasi EMN, EKT dan ESM dapat meningkatkan indeks fagositosis makrofag mencit jantan galur Balb/c.

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tiga jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Kim et al., 2009). Tuberkulosis pada umumnya terjadi di paru-paru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Demam

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Demam BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Demam tifoid adalah penyakit sistemik akut akibat infeksi Salmonella typhi. Demam tifoid masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting di Indonesia, penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Senyawa-senyawa yang dapat memodulasi sistem imun dapat diperoleh dari tanaman (Wagner et al., 1999). Pengobatan alami seharusnya menjadi sumber penting untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sirih merah merupakan salah satu tanaman yang sudah dikenal luas di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sirih merah merupakan salah satu tanaman yang sudah dikenal luas di BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirih merah Sirih merah merupakan salah satu tanaman yang sudah dikenal luas di Indonesia. Sirih merah selain dimanfaatkan sebagai tanaman hias, juga dimanfaatkan sebagai tanaman

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam)

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam) BAB V PEMBAHASAN 1. Kemampuan fagositosis makrofag Kemampuan fagositosis makrofag yang dinyatakan dalam indeks fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam) lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem imun berfungsi dalam mempertahankan kondisi tubuh terhadap benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus dan parasit. Sistem

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengaruh dari formula ekstrak herbal terhadap sistem imunitas tubuh ayam dapat diperoleh dengan melihat aktivitas dan kapasitas makrofag peritoneum ayam yang telah ditantang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respons imun yang didapat. Inflamasi dapat diartikan

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia yang menjadi perhatian serius untuk segera ditangani. Rendahnya kesadaran masyarakat akan hidup sehat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup populer saat ini dan penggunaannya mulai meningkat. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup populer saat ini dan penggunaannya mulai meningkat. Salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan bahan alam sebagai alternatif pengobatan merupakan tren yang cukup populer saat ini dan penggunaannya mulai meningkat. Salah satu pemanfaatannya adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya semua manusia memiliki sistem imun. Sistem imun diperlukan oleh tubuh sebagai pertahanan terhadap berbagai macam organisme asing patogen yang masuk ke

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 3 penyakit menyular setelah TB dan Pneumonia. 1. Diare dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, salah satunya infeksi bakteri.

BAB 1 PENDAHULUAN. 3 penyakit menyular setelah TB dan Pneumonia. 1. Diare dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, salah satunya infeksi bakteri. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit infeksi merupakan penyakit yang banyak dialami oleh masyarakat Indonesia. Salah satu penyakit yang sering dialami adalah diare. Penyakit diare merupakan masalah

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM IMUN Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM KEKEBALAN TUBUH Imunologi : Ilmu yang mempelajari cara tubuh melindungi diri dari gangguan fisik, kimiawi, dan biologis. . SISTEM IMUN INNATE : Respon

Lebih terperinci

MEKANISME FAGOSITOSIS. oleh: DAVID CHRISTIANTO

MEKANISME FAGOSITOSIS. oleh: DAVID CHRISTIANTO MEKANISME FAGOSITOSIS oleh: DAVID CHRISTIANTO 136070100011013 PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 1 DAFTAR ISI SAMPUL... 1 DAFTAR ISI... 2 BAB I. PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN Sel yang terlibat dalam sistem imun normalnya berupa sel yang bersirkulasi dalam darah juga pada cairan lymph. Sel-sel tersebut dapat dijumpai dalam

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah BAB VI PEMBAHASAN Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mencit terinfeksi E. coli setelah pemberian tiga jenis teripang ditunjukkan pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mencit terinfeksi E. coli setelah pemberian tiga jenis teripang ditunjukkan pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Data hasil penelitian jumlah netrofil yang menginvasi cairan intraperitoneal mencit terinfeksi E. coli setelah pemberian tiga jenis teripang ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara empiris dapat mengobati berbagai macam penyakit. Tumbuh subur pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara empiris dapat mengobati berbagai macam penyakit. Tumbuh subur pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Mahkota Dewa Mahkota dewa merupakan tanaman asli Indonesia tepatnya Papua dan secara empiris dapat mengobati berbagai macam penyakit. Tumbuh subur pada ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyaknya faktor-faktor yang dapat menurunkan kekebalan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyaknya faktor-faktor yang dapat menurunkan kekebalan tubuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyaknya faktor-faktor yang dapat menurunkan kekebalan tubuh seseorang, seperti tingginya tingkat polusi, perubahan gaya hidup dan pola makan, banyaknya wabah penyakit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bumi yang menjadi tempat tinggal kita penuh dengan mikroba.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bumi yang menjadi tempat tinggal kita penuh dengan mikroba. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bumi yang menjadi tempat tinggal kita penuh dengan mikroba. Keberadaan organisme, baik tumbuhan maupun hewan dan manusia selalu dihadapkan dengan bahaya yang mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem imunitas didalam tubuh manusia merupakan satu kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem imunitas didalam tubuh manusia merupakan satu kesatuan yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem imunitas didalam tubuh manusia merupakan satu kesatuan yang kompleks dan berlapis-lapis dalam menghadapi invasi patogen yang masuk seperti bakteri, jamur, virus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray].

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray]. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bahan alam berkhasiat obat yang banyak diteliti manfaatnya adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray]. Tanaman kembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penurunan sistem imun dapat menjadi penyebab timbulnya berbagai penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam tubuh (Murphy et al.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. digunakan sebagai alternatif pengobatan seperti kunyit, temulawak, daun sirih,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. digunakan sebagai alternatif pengobatan seperti kunyit, temulawak, daun sirih, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahan alam untuk mengobati penyakit sudah sejak lama diterapkan oleh masyarakat. Pada jaman sekarang banyak obat herbal yang digunakan sebagai alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting sehingga mampu menghadapi serangan zat asing seperti

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting sehingga mampu menghadapi serangan zat asing seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada keadaan normal, paparan mikroorganisme patogen terhadap tubuh dapat dilawan dengan adanya sistem pertahanan tubuh (sistem imun). Pada saat fungsi dan jumlah sel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular melalui makanan atau air yang terkontaminasi. 2 Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menular melalui makanan atau air yang terkontaminasi. 2 Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi. 1 Penyakit ini banyak ditemukan di negara berkembang dan menular melalui makanan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman

BAB I PENDAHULUAN. yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan merupakan keragaman hayati yang selalu ada di sekitar kita, baik yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman dahulu, tumbuhan sudah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Tumbuhan 1. Sistematika Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dycotyledoneae Ordo : Annonales Famili : Annonaceae Genus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. barriers berupa respon inflamasi, fagositosis, dan pertahanan tubuh yang spesifik

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. barriers berupa respon inflamasi, fagositosis, dan pertahanan tubuh yang spesifik BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas manusia sehari-hari tidak terlepas dari lingkungan udara, makanan, sentuhan yang secara tidak langsung menghadapkan kita pada mikroorganisme yang bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kesakitandan angka kematian terutama pada negara

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kesakitandan angka kematian terutama pada negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kesakitandan angka kematian terutama pada negara berkembang seperti Indonesia masih disebabkan oleh penyakit infeksi. 1 Penyakit infeksi dapat disebabkan

Lebih terperinci

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Dr. Nia Kurniati, SpA (K) Manusia mempunyai sistem pertahanan tubuh yang kompleks terhadap benda asing. Berbagai barrier diciptakan oleh

Lebih terperinci

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed 1 PENDAHULUAN Sistem imun melindungi tubuh dari sel asing & abnormal dan membersihkan debris sel. Bakteri dan virus patogenik adalah sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alergi terjadi akibat adanya paparan alergen, salah satunya ovalbumin.

BAB I PENDAHULUAN. Alergi terjadi akibat adanya paparan alergen, salah satunya ovalbumin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alergi adalah suatu keadaan hipersensitivitas yang diinduksi oleh pajanan suatu antigen tertentu yang menimbulkan reaksi imunologi yang berbahaya pada pajanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan dan manfaat tanaman mahkota dewa. Sistematika tanaman mahkota dewa adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan dan manfaat tanaman mahkota dewa. Sistematika tanaman mahkota dewa adalah sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Mahkota Dewa Berikut adalah sistematika tanaman, daerah, deskripsi tanaman, bagian yang digunakan dan manfaat tanaman mahkota dewa. 2.1.1 Sistematika Tanaman Sistematika

Lebih terperinci

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER BAB 8 IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER 8.1. PENDAHULUAN Ada dua cabang imunitas perolehan (acquired immunity) yang mempunyai pendukung dan maksud yang berbeda, tetapi dengan tujuan umum yang sama, yaitu mengeliminasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai saluran cerna. Diagnosis demam tifoid bisa dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai saluran cerna. Diagnosis demam tifoid bisa dilakukan dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna. Diagnosis demam tifoid bisa dilakukan dengan melihat gejala klinis berupa demam,

Lebih terperinci

Tahapan Respon Sistem Imun Respon Imune Innate Respon Imunitas Spesifik

Tahapan Respon Sistem Imun Respon Imune Innate Respon Imunitas Spesifik Tahapan Respon Sistem Imun 1. Deteksi dan mengenali benda asing 2. Komunikasi dengan sel lain untuk merespon 3. Rekruitmen bantuan dan koordinasi respon 4. Destruksi atau supresi penginvasi Respon Imune

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Inflamasi adalah reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respons imun yang didapat. Inflamasi dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Tanaman 1. Sistematika tumbuhan Berdasarkan pustaka, berikut klasifikasi secara umum dari tumbuhan Lamtoro (Leucaena leucocephala) : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi yang kompleks terhadap agen penyebab jejas, seperti mikroba dan kerusakan sel. Respon inflamasi berhubungan erat dengan proses penyembuhan,

Lebih terperinci

SISTEM PERTAHANAN TUBUH

SISTEM PERTAHANAN TUBUH SISTEM PERTAHANAN TUBUH Sistem Pertahanan Tubuh Sistem Pertahanan Tubuh Non spesifik Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik Jenis Kekebalan Tubuh Disfungsi sitem kekebalan tubuh Eksternal Internal Struktur Sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Terjadinya diabetes melitus ini

BAB 1 PENDAHULUAN. metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Terjadinya diabetes melitus ini 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diabetes melitus (DM) yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing manis adalah kelainan metabolisme yang disebabkan oleh banyak faktor dengan gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan disekitar kita banyak mengandung agen infeksius maupun non infeksius yang dapat memberikan paparan pada tubuh manusia. Setiap orang dihadapkan pada berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infeksi setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Berdasarkan hasil Survei

BAB I PENDAHULUAN. infeksi setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Berdasarkan hasil Survei BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor dua karena infeksi setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium

BAB 5 PEMBAHASAN. Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium 49 BAB 5 PEMBAHASAN Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium Biokimia Universitas Muhammdiyah Jogjakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24 ekor, di mana tiap kelompok

Lebih terperinci

ulangan pada tiap perlakuan. Pada penelitian ini dilakuan sebanyak 6 kali ulangan.

ulangan pada tiap perlakuan. Pada penelitian ini dilakuan sebanyak 6 kali ulangan. Hasil dari perhitungan rumus di atas diperoleh nilai minimal 3 kali ulangan pada tiap perlakuan. Pada penelitian ini dilakuan sebanyak 6 kali ulangan. 3.6. Analisis Data Data-data yang diperoleh adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yaitu terjadinya kerusakan jaringan tubuh sendiri (Subowo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yaitu terjadinya kerusakan jaringan tubuh sendiri (Subowo, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imunitas merupakan suatu mekanisme untuk mengenal suatu zat atau bahan yang dianggap sebagai benda asing terhadap dirinya, selanjutnya tubuh akan mengadakan tanggapan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diinfeksi Klebsiella pneumoniae, diperoleh hasil sebagai berikut.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diinfeksi Klebsiella pneumoniae, diperoleh hasil sebagai berikut. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Dari hasil perhitungan jumlah neutrofil (%) pada mencit Balb/c yang diinfeksi Klebsiella pneumoniae, diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 4.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. patogen di lingkungan, seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. patogen di lingkungan, seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tubuh memiliki sistem imun sebagai pelindung dari berbagai jenis patogen di lingkungan, seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi. 1

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba

Lebih terperinci

BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur

BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur immunitas, inflamasi dan hematopoesis. 1 Sitokin adalah salah satu dari sejumlah zat yang disekresikan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi yang biasa disebut juga dengan peradangan, merupakan salah satu bagian dari sistem imunitas tubuh manusia. Peradangan merupakan respon tubuh terhadap adanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat tradisional telah lama digunakan diseluruh dunia dan menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlukaan merupakan rusaknya jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan suhu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demam adalah kenaikan suhu diatas normal. bila diukur pada rectal lebih dari 37,8 C (100,4 F), diukur pada oral lebih dari 37,8 C, dan bila diukur melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan di sekitar manusia banyak mengandung berbagai jenis patogen, misalnya bakteri, virus, protozoa dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Infeksi

Lebih terperinci

menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk negara berkembang telah menggunakan obat herbal

menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk negara berkembang telah menggunakan obat herbal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penggunaan obat tradisional telah lama digunakan diseluruh dunia dan menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh, terhitung sekitar 16% dari berat badan manusia dewasa. Kulit memiliki banyak fungsi penting, termasuk sebagai sistem pertahanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tumbuhan Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tumbuhan Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) 2.1.1 Klasifikasi tumbuhan Dalam taksonomi tumbuhan, tanaman mahkota dewa diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Divisi Subdivisi

Lebih terperinci

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Sistem Imun Secara umum, pertahanan tubuh diperantarai oleh sistem imun bawaan dan sistem imun dapatan. Sistem imun bawaan merupakan sistem imun yang dibawa sejak lahir, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen,

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen, misalnya bakteri, virus, jamur, fungus, protozoa dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiki 2 sistem imun yaitu sistem imun bawaan. (innate immunity) dan sistem imun adaptif (adaptive

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiki 2 sistem imun yaitu sistem imun bawaan. (innate immunity) dan sistem imun adaptif (adaptive BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memiki 2 sistem imun yaitu sistem imun bawaan (innate immunity) dan sistem imun adaptif (adaptive immunity). Sistem imun bawaan bersifat non-spesifik sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. (Baratawidjaja & Rengganis, 2004). Sistem imun melindungi tubuh dari masuknya

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. (Baratawidjaja & Rengganis, 2004). Sistem imun melindungi tubuh dari masuknya BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sistem imun adalah bagian terpenting dari sistem pertahanan tubuh (Baratawidjaja & Rengganis, 2004). Sistem imun melindungi tubuh dari masuknya berbagai mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan mangrove Rhizophora stylosa 2.1.1 Klasifikasi Rhizophora stylosa Menurut Cronquist (1981), taksonomi tumbuhan mangrove Rhizophora stylosa sebagai berikut : Kingdom

Lebih terperinci

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM Pengertian Sistem Pertahanan Tubuh Pertahanan tubuh adalah seluruh sistem/ mekanisme untuk mencegah dan melawan gangguan tubuh (fisik, kimia, mikroorg) Imunitas Daya tahan tubuh terhadap penyakit dan infeksi

Lebih terperinci

SEL SISTEM IMUN SPESIFIK

SEL SISTEM IMUN SPESIFIK SEL SISTEM IMUN SPESIFIK Diana Holidah Bagian Farmasi Klinik dan Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Jember Components of the Immune System Nonspecific Specific Humoral Cellular Humoral Cellular complement,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyakit infeksi. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyakit infeksi. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya tingkat polusi dan perubahan cuaca yang tidak menentu akhir-akhir ini dapat menyebabkan daya tahan tubuh menurun. Daya tahan tubuh berhubungan dengan kemampuan

Lebih terperinci

Sistem Imun. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal

Sistem Imun. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal Kuntarti, SKp Sistem Imun Fungsi: 1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkhasiat sebagai obat yang diketahui dari penuturan orang-orang tua dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkhasiat sebagai obat yang diketahui dari penuturan orang-orang tua dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Tradisional Indonesia sebagai negara beriklim tropis, mempunyai tanaman obat yang sangat beragam, sehingga tradisi penggunaan tanaman obat sudah ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup remaja yang telah digemari oleh masyarakat yaitu mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan mengakibatkan gangguan pada organ hati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mikroorganisme penyebab penyakit infeksi. Peningkatan sistem imun penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mikroorganisme penyebab penyakit infeksi. Peningkatan sistem imun penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh memerlukan sistem imun yang kuat agar dapat terlindung dari mikroorganisme penyebab penyakit infeksi. Peningkatan sistem imun penting untuk dilakukan untuk mempertahankan

Lebih terperinci

SIMPLISIA dari SELURUH TANAMAN MENIRAN (I)

SIMPLISIA dari SELURUH TANAMAN MENIRAN (I) SIMPLISIA dari SELURUH TANAMAN MENIRAN (I) Meniran Klasifikasi Meniran Famili : Euphorbiaceae Spesies : Phylanthus urinaria Linn. atau Phyllanthus niruri Sinonim : Phylanthus alatus Bl. ; P. cantonensis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman herbal merupakan minuman yang berasal dari bahan alami yang bermanfaat bagi tubuh. Minuman herbal biasanya dibuat dari rempah-rempah atau bagian dari tanaman,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sirih merah (Piper crocatum) termasuk dalam famili Piperacae,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sirih merah (Piper crocatum) termasuk dalam famili Piperacae, 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirih Merah 2.1.1 Gambaran Umum Tanaman sirih merah (Piper crocatum) termasuk dalam famili Piperacae, tumbuh merambat dengan bentuk daun menyerupai hati dan bertangkai, yang

Lebih terperinci

Respon imun adaptif : Respon humoral

Respon imun adaptif : Respon humoral Respon imun adaptif : Respon humoral Respon humoral dimediasi oleh antibodi yang disekresikan oleh sel plasma 3 cara antibodi untuk memproteksi tubuh : Netralisasi Opsonisasi Aktivasi komplemen 1 Dua cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun negara berkembang. Dewasa ini para sarjana kedokteran telah

BAB I PENDAHULUAN. maupun negara berkembang. Dewasa ini para sarjana kedokteran telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia modern ini alergi merupakan penyakit yang penyebarannya paling luas. Menurut World Health Organization (WHO) diperkirakan terdapat lima puluh juta orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem imun merupakan mekanisme pertahanan tubuh sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem imun merupakan mekanisme pertahanan tubuh sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem imun merupakan mekanisme pertahanan tubuh sebagai perlindungan dari bahaya berbagai bahan dalam lingkungan yang dianggap asing bagi tubuh seperti bakteri, virus,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus Jaringan limfoid sangat berperan penting untuk pertahanan terhadap mikroorganisme. Ayam broiler memiliki jaringan limfoid primer (timus dan bursa

Lebih terperinci

SOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006

SOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006 SOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006 1. Imunitas natural :? Jawab : non spesifik, makrofag paling berperan, tidak terbentuk sel memori 2. Antigen : a. Non spesifik maupun spesifik,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebetulnya secara alami tubuh mempunyai sel-sel yang dapat memelihara sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebetulnya secara alami tubuh mempunyai sel-sel yang dapat memelihara sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Imunomodulator merupakan salah satu senyawa yang berfungsi untuk meningkatkan pertahanan tubuh dan memperbaiki sistem imun yang melemah. Sebetulnya secara alami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) dikenal masyarakat Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang terkandung seperti polisakarida,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis adalah suatu penyakit kulit (ekzema) yang menimbulkan peradangan. Dermatitis alergika yang sering dijumpai dalam kehidupan seharihari adalah dermatitis atopik.

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS MN / PMN LPS. NLRP3 ASC Adaptor protein OLIGOMERASI INFLAMMASOME. IL-1β SEPSIS SURVIVAL

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS MN / PMN LPS. NLRP3 ASC Adaptor protein OLIGOMERASI INFLAMMASOME. IL-1β SEPSIS SURVIVAL BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Konseptual dan Hipotesis LPS CD14 TLR 4 TRAF poliubikuitinisa IKK MN / PMN LPS EKSTRA SEL SITOSOL Degradasi IKB NFƙB aktif Migrasi ke dalam nukleus NLRP3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Harty,2003). Perlukaan sering terjadi di dalam rongga mulut, khususnya pada gingiva (Newman dkk, 2002). Luka merupakan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. (Harty,2003). Perlukaan sering terjadi di dalam rongga mulut, khususnya pada gingiva (Newman dkk, 2002). Luka merupakan kerusakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gingiva merupakan jaringan ikat fibrosa, ditutupi epitel yang mengelilingi dan melekat ke gigi dan tulang alveolar dan meluas ke pertautan mukogingiva (Harty,2003).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ketika tubuh terpajan oleh suatu antigen atau benda asing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ketika tubuh terpajan oleh suatu antigen atau benda asing, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika tubuh terpajan oleh suatu antigen atau benda asing, secara otomatis tubuh akan memberi tanggapan berupa respon imun. Respon imun dibagi menjadi imunitas

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia terletak di daerah tropis dan sangat kaya dengan berbagai spesies flora. Dari 40 ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika dari tumbuhan Keladi Tikus adalah sebagai berikut : Spesies : Typhonium flagelliforme (Anonim, 2009)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika dari tumbuhan Keladi Tikus adalah sebagai berikut : Spesies : Typhonium flagelliforme (Anonim, 2009) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan 2.1.1 Sistematika Tumbuhan Sistematika dari tumbuhan Keladi Tikus adalah sebagai berikut : Divisio Sub divisio Classsis Ordo Familia Genus : Spermatophyta :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya teknologi di segala bidang merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Diantara sekian banyaknya kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden penyakit kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk dengan PMR 13%. Diperkirakan angka kematian akibat kanker adalah sekitar 7,6 juta pada tahun 2008. Di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi rongga mulut. Lapisan ini terdiri dari epitel gepeng berlapis baik yang berkeratin maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola hidup kurang baik yang berkembang pada zaman modern ini dikuatirkan dapat mengalami perubahan terhadap segala aspek kehidupan, khususnya pada bidang kesehatan

Lebih terperinci

Gambar: Struktur Antibodi

Gambar: Struktur Antibodi PENJELASAN TENTANG ANTIBODY? 2.1 Definisi Antibodi Secara umum antibodi dapat diartikan sebagai protein yang dapat ditemukan pada plasma darah dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan

Lebih terperinci