BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyakit infeksi. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyakit infeksi. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya tingkat polusi dan perubahan cuaca yang tidak menentu akhir-akhir ini dapat menyebabkan daya tahan tubuh menurun. Daya tahan tubuh berhubungan dengan kemampuan tubuh untuk menghindari penyakit, terutama penyakit infeksi. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Dewasa ini, penggunaan bahan alami yang berasal dari tumbuhan cenderung semakin diminati dengan konsep back to nature (Block & Mead, 2004). Imunostimulan adalah bahan yang dapat meningkatkan kerja komponenkomponen sistem imun (Baratawidjaja & Rengganis, 2010). Bahan tersebut mampu memodulasi sistem imunitas manusia dengan berperan memperbaiki ketidakseimbangan sistem imun (Ediati, 2012). Sistem imun terdiri atas imunitas nonspesifik dan spesifik. Kedua sistem imun bekerja sama dalam pertahanan keseimbangan badan. Penyembuhan infeksi akan lebih cepat bila fungsi sistem imun tubuh ditingkatkan. Berbagai bahan asal tanaman dapat memacu fungsi berbagai komponen sistem imun nonspesifik (makrofag, sel NK) dan sistem imun spesifik (proliferasi sel T, sel B yang memproduksi antibodi) serta produksi sitokin sehingga dapat digunakan dalam klinik sebagai adjuvan (meningkatkan sistem imun namun bersifat non imunogenik) untuk penyembuhan berbagai penyakit infeksi (Baratawidjaja & Rengganis, 2010; Anderson, 1999). Kombinasi obat merupakan salah satu cara pengobatan yang efektif (Hafid et al., 2011). Kombinasi efek kandungan aktif dalam campuran bahan dapat melalui 1

2 2 efek sinergisme dan komplementer. Efek sinergisme yaitu saling mendukung menuju satu indikasi dengan mekanisme yang sama, sedangkan efek komplementer yaitu saling mendukung menuju satu indikasi dengan mekanisme berbeda. Makrofag sebagai sel fagosit dapat membunuh kuman dengan berbagai cara seperti peningkatan aktivitas enzim lisosomal, produksi sitokin, pelepasan nitric oxide, interleukin, Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α) sehingga dapat meningkatkan aktivitas dari makrofag (Ediati, 2012). Senyawa yang mempunyai bioaktifitas sebagai agen imunostimulan adalah golongan senyawa polisakarida, terpenoids, alkaloid dan polifenol (Wagner, 1985). Kombinasi ekstrak etanol herba sambiloto (Andrographis paniculata) dan daun mangga (Mangifera indica L.) memiliki efek sinergisme sebagai imunostimulan. Sambiloto dengan senyawa aktif andrographolide (diterpen lakton), sedangkan mangga dengan zat aktif manginferin (xanton). Kedua kombinasi ekstrak tersebut ternyata memiliki efek sinergisme meningkatkan aktivitas fagositosis makrofag dengan parameter kapasitas fagositosis dibandingkan dengan ekstrak tunggal (Pradana, 2012). Beberapa obat yang ada dipasaran saat ini pun merupakan kombinasi dari satu atau lebih ekstrak bahan alam, sebagai contoh Stimuno, Fituno, Primunox, dan Tribost. Meniran merupakan salah satu tanaman yang telah banyak dilaporkan memiliki efek imunostimulan. Ekstrak air meniran mampu meningkatkan proliferasi dari sel B dan sel T limfosit, pelepasan sitokin spesifik seperti TNF-α, IFN-γ dan IL-4. Selain itu, meniran juga mampu memacu aktifitas fagositosis

3 3 makrofag, aktivitas enzim lisosomal, serta pelepasan nitric oxide oleh makrofag (Nworu, et al., 2010). Kandungan utama dari meniran yang memiliki efek imunomodulator adalah golongan alkaloid, lignan, dan flavonoid (Chavali, et al., 2001; Gupta & Ahmed, 1984; Nara et al., 1977; Wagner, 1985). Apriyanto (2011) menyebutkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun sirih merah pada tikus dapat menaikkan indeks fagositosis makrofag secara in vivo. Penelitian Paula (2012) melaporkan bahwa senyawa golongan neolignan daun sirih merah mempunyai efek imunostimulan secara in vitro terhadap aktivitas fagositosis makrofag. Daun sirih merah mengandung alkaloid, senyawa fenolat, flavonoid, isoflavonoid, dan triterpen. Golongan senyawa tersebut sudah diketahui bermanfaat sebagai antikanker dan imunomodulator (Parmer et al., 1997, Groteword, 2006). Berdasarkan penelitian Sriyanti (2012), ekstrak etanol umbi keladi tikus mampu meningkatkan kemampuan fagositosis makrofag pada tikus terinduksi cyclophosphamide. Titania (2012) melaporkan ekstrak etanolik umbi keladi tikus mampu memperbaiki sistem imun akibat terinduksi cyclophosphamide dengan parameter peningkatan presentase sel T CD8 +. Keladi tikus mengandung metabolit sekunder alkoloid, flavonoid, dan steroid dengan kandungan utamanya adalah alkoloid dan flavonoid (Mankaran, 2013). Pemejanan tunggal dari ekstrak herba meniran, daun sirih merah, dan umbi keladi tikus secara ilmiah dapat berefek imunomodulator. Kandungan senyawa yang berbeda-beda dan mekanisme aktivasi makrofag yang berbeda dari masingmasing ekstrak ternyata mampu meningkatkan fagositosis makrofag. Kombinasi

4 4 ketiganya penting untuk diketahui efek sinergisme melalui mekanisme yang sama yaitu peningkatan aktivitas fagositosis makrofag. B. Rumusan Masalah Apakah kombinasi ekstrak etanol herba meniran (Phyllanthus niruri L.), daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz. & Pav.), dan umbi keladi tikus (Typhonium flagelliforme (Lodd.) Blume) konsentrasi 1 µg/ml, 10 µg/ml, dan 100 µg/ml dengan kombinasi 1 (EEM 28,6%, ESM 14,3%, EKT 57,1%), kombinasi 2 (EEM 30,8%, ESM 7,7%, EKT 61,5%) kombinasi 3 (EEM 18,2%, ESM 9,1%, EKT 72,7%) dan kombinasi 4 (EEM 30%, ESM 30%, EKT 40%) dapat meningkatkan aktivitas fagositosis makrofag mencit jantan Balb/c secara in vitro? C. Tujuan Penelitian Sebagai data ilmiah yang dapat digunakan sebagai pengembangan obat alami khususnya obat imunomodulator yang terdiri dari herba meniran (P. niruri), daun sirih merah (P. crocatum), dan umbi keladi tikus (T. flagelliforme) dan secara khusus mengevaluasi kombinasi ekstrak tersebut secara in vitro terhadap peningkatan aktivitas fagositosis makrofag mencit jantan Balb/c.

5 5 D. Tinjauan Pustaka 1. Sistem Imun Istilah Imun berasal dari bahasa Latin Immunis yang berarti bebas dari pajak atau bebas dari beban. Immunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama infeksi. Gabungan sel, molekul, dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi disebut sistem imun. Reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekulmolekul, dan bahan lainnya terhadap mikroba disebut respon imun. Sistem imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup seperti bakteri, virus, toksik, jamur, serta jaringan asing. Sistem imun dapat dibagi menjadi sistem imun alamiah atau nonspesifik/ natural/ innate/ native/ nonadaptif dan didapat atau spesifik/ adaptif/ acquired (Baratawidjaja & Rengganis, 2010). Gambar 1. Perbedaan fungsi sistem imun nonspesifik dan spesifik (Abbas and Lichman, 2005) a. Sistem Imun Nonspesifik Disebut nonspesifik karena tidak ditunjukkan terhadap mikroba tertentu, telah ada dan siap berfungsi sejak lahir. Mekanismenya tidak menunjukkan spesifisitas

6 6 terhadap bahan asing dan mampu melindungi tubuh terhadap banyak patogen potensial dan merupakan pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroba dan dapat memberikan respons langsung (Baratawidjaja & Rengganis, 2010). Sistem imun nonspesifik mencakup : 1) Pertahanan Fisik Dalam sistem pertahanan fisik, kulit selapur lendir, silia, saluran nafas, batuk, dan bersin merupakan garis pertahanan terdepan terhadap infeksi. Keratinosit dan lapisan epidermis kulit sehat dan epitel mukosa yang utuh tidak dapat ditembus kebanyakan mikroba. 2) Pertahanan biokimia Lisozim dalam keringat, ludah, air mata, air susu ibu melindungi tubuh terhadap kuman gram positif dengan cara menghancurkan lapisan peptidoglikan dinding bakteri. Saliva mengandung enzim seperti laktooksidase yang merusak dinding mikroba, dan antibodi serta komplemen yang dapat berfungsi yang dapat berfungsi sebagai opsonin dalam sel mikroba. Asam hidroklorida dalam lambung, enzim proteolitik, antibodi dan empedu dalam usus halus menciptakan lingkungan asam yang mencegah infeksi mikroba. 3) Pertahanan humoral Sistem imun nonspesifik menggunakan berbagai molekul larut. Molekul larut tertentu diproduksi ditempat infeksi atau cidera dan berfungsi lokal. Molekul tersebut antara lain adalah peptida anti mikroba, seperti defensin, katelisidin, dan IFN dengan efek antiviral. Faktor larut lainnya diproduksi ditempat yang lebih

7 7 jauh dan dikerahkan di jaringan sasaran melalui sirkulasi seperti komplemen dan PFA. 4) Pertahanan seluler Yang berperan dalam pertahanan seluler adalah fagosit, sel NK, sel mast dan eosinofil. Dapat ditemukan dalam dalam sirkulasi atau jaringan. Sel yang ditemukan dalam sirkulasi adalah neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, sel T, sel B, sel NK, sel darah merah, dan trombosit. Contoh sel dalam jaringan adalah eosinofil, sel mast, makrofag, sel T, sel plasma, dan sel NK. (Baratawidjaja & Rengganis, 2010) b. Sistem Imun Spesifik Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda asing bagi dirinya. Ada dua jenis mekanisme efektor yang menengahi respons imun spesifik (1) mereka ditengahi oleh produk sel jaringan-jaringan limfoit yang disebut sebagai antibodi (humoral immunity), fungsi utama antibodi ialah pertahanan terhadap infeksi ekstraseluler, virus, bakteri serta menetralkan toksinnya dan (2) mereka yang diperantarai oleh limfosit sendiri yang tersentisisasi yang disebut imunitas seluler (cell-mediated immunity) (Baratawidjaja & Rengganis, 2010). 2. Makrofag Berbagai sel dalam tubuh dapat melakukan fagositosis, sel utama yang berperan dalam pertahanan nonspesifik adalah sel mononuklear (monosit dan makrofag) serta granulosit (Baratawidjaja & Rengganis, 2010). Fagosit

8 8 mononuklear dihasilkan oleh sel induk (steam cell) di dalam sumsum tulang kemudian berdiferensiasi menjadi premonosit-monosit-makrofag. Monosit berdiameter µm. Kemudian bermigrasi dan menetap di jaringan, sel monosit matang dan menjadi makrofag. Sel makrofag berdiferensiasi, membesar jumlahnya dan organel-organel bertambah kompleks (Abbas and Lichtman, 2005). Ukuran makrofag bisa 5-10 kali lebih besar dibanding monosit (Baratawidjaja & Rengganis, 2010). Makrofag sebagai sel fagosit mampu membunuh kuman melalui dua mekanisme, yaitu : a. Oxygen dependent mechanisms Dimana terjadi peningkatan penggunaan oksigen yang menghasilkan ROIs (reactive oxygen intermediates) yaitu suatu metabolit oksigen mikrobisidal yang dilepas selama fagositosis. Ikatan mikroba dengan sel fagositosis terjadi fusi dengan lisosom membentuk fagolisosom (Abbas & Lichtman, 2005). Dengan terbentuknya fagolisosom, reseptor fagosit yang mengikat mikroba mengirimkan sinyal yang mengaktifkan beberapa enzim dalam fagolisosom, salah satunya oksidase fagosit terbentuk atas pengaruh mediator inflamasi LTB4, PAF dan TNF atau produk bakteri seperti peptida N-formilmetionil (Baratawidjaja & Rengganis, 2010). Enzim tersebut mengubah oksigen menjadi superoxide anion, hydroxyl radicals, single oxygen, myeloperoxidase, hydrogen peroxide (H 2O 2) yang dapat berinteraksi sehingga menghasilkan metabolit oksigen yang toksik yang dapat digunakan untuk membunuh kuman (Abbas & Lichtman, 2005).

9 9 b. Oxygen independent mechanism Dengan peningkatan reactive oxygen intermediste (ROIs), makrofag menghasilkan reactive nitrogen intermediates dengan bantuan enzyme seperti hydrolitic enzyme, defensins (cationic protein), lysozyme, lactoferrin dan nitric oxide synthase (inos). Nitric oxide synthase merupakan katalase dalam konversi arginin menjadi NO yang bersifat bakterisidal. Dalam fagolisosom terjadi reaksi fagosit oksidase antara nitrit oksida dengan hidrogen peroksida atau superoksida yang menghasilkan radikal peroxy nitrit sangat reaktif dan bisa membunuh mikroba (Abbas & Lichtman, 2005). 3. Fagositosis Proses fagositosis terjadi melalui beberapa tingkat yaitu kemotaktis, menangkap, memakan, fagositosis, memusnahkan, dan mencerna. Kemotaktis adalah pergerakan fagosit ke tempat infeksi sebagai respons terhadap berbagai faktor seperti produk bakteri dan faktor kimiawi yang dilepas pada aktivasi komplemen. Antibodi seperti halnya dengan dengan komplemen (C3b) dapat meningkatkan opsonisasi. Opsonin adalah molekul besar yang diikat dan dapat dikenal oleh reseptor permukaan sel fagosit makrofag, sehingga meningkatkan efisiensi fagositosis. Makrofag mengekspresikan banyak reseptor permukaan yang dapat menelan mikroba. Bila sudah ditelan, membran menutup, partikel digerakkan ke sitoplasma sel dan terbentuk vesikel intraseluler yang mengandung bakteri atau bahan lain asal ekstraseluler yang disebut fagosom. Didalam sel terdapat enzim lisosom yang diperlukan untuk memecah bahan yang ditelan,

10 10 bersatu dengan fagosom membentuk fagolisosom memungkinkan terjadinya degradasi oleh ROS dan NO sehingga terjadi degradasi oleh makrofag (Baratawidjaja & Rengganis, 2010). Gambar 2. Fagositosis mikroba di dalam sel. (A) Mikroba berikatan dengan reseptor fagositosis. (B) Membran sel fagosit membentuk fagosom. (C) Mikroba di dalam fagosom dan berfusi dengan lisosom. (D) Mikroba dihancurkan oleh enzim lisosom, ROS, dan NO di dalam fagolisosom (Abbas & Lichman, 2005) Makrofag cocok untuk studi fagositosis karena makrofag dianggap sebagai salah satu sel fagosit yang paling primitif dari sistem kekebalan tubuh nonspesifik (Zelikoff et al., 1991 ; Silva et al., 2002 cit Jensch-Junior et al., 2006). Fagositosis makrofag banyak digunakan sebagai parameter imunologi untuk mengevaluasi kesehatan/fungsi kekebalan tubuh. Penilaian kemampuan/aktivitas fagositosis dapat dihitung dengan mengukur kapasitas fagositosis dan indeks fagositosis. Kapasitas fagositosis = Indeks fagositosis = (Jensch-Junior et al., 2006)

11 11 4. Imunomodulator Imunomodulator bekerja melalui mekanisme imunostimulasi dan imunosupresi. Imunostimulasi adalah cara memperbaiki fungsi sistem imun dengan menggunakan imunostimulan yaitu bahan yang dapat meningkatkan sistem imun. Imunostimulan dapat berupa imunostimulan biologis (limfokin, interferon, antibodi monoklonal, Lymphokine-Aktivated Killer, bakteri, jamur) maupun sintetik (levamisol, isoprinosin, hidroksiklorin, muramil dipeptida, dan lain-lain) (Bratawidjaja & Rengganis, 2010). Imunosupresi adalah suatu tindakan untuk menekan respon imun dengan imunosupresan yaitu kelompok obat yang menekan satu atau lebih komponen dari sistem imun spesifik maupun nonspesifik seperti mencegah penolakan transpalansi atau mengatasi penyakit autoimun. Contoh obat imunosupresan adalah cyclosporine dengan aksi mengeblok sitokin dari T sel (Abbas & Lichman, 2005). 5. Meniran Gambar 3. Meniran yang digunakan dalam penelitian Tumbuhan meniran terdapat di India, Cina, Malaysia, Filiphina, Dan Australia. Tumbuh tersebar hampir di seluruh Indonesia pada ketinggian tempat

12 12 Antara 1 m sampai m di atas permukaan laut. Tumbuh liar di tempat terbuka, pada tanah gembur yang mengandung pasir, di ladang, di tepi sungai dan pantai (Departemen Kesehatan RI, 1978). Dari hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa meniran mengandung senyawa aktif, yaitu golongan alkaloid seperti 4-metoksi-norsekurinin, 4-metoksisekurinin (Mulchandani & Hassarajani, 1985). Golongan flavonoid seperti kuersetin, isoquersitrin, astragalin, rutin, kaemferol-1-4 -O-ramnosida; eridiktiol- 7-ramnosida, nirurin (5,6,7,4 -tetrahidroksi-8-(3-metilbut-2-enil)-flavonon-50- rutinosida (Gupta & Ahmed, 1984; Nara et al., 1977). Golongan lignan seperti filantin, hipofilantin, nirantin, nirtetralin, filtetralin, lintetralin, nirfilin dan firnilurin (Ward et al., 1989, Singh et al., 1989). Konsumsi makanan yang mengandung lignan dapat meningkatkan mediator sitokin seperti IL-12. Interleukin 12 merupakan mediator utama dan awal pada respon imun nonspesifik untuk mikroba intraseluler (Gambar 4). Paparan terhadap mikroba menyebabkan sel-sel imun seperti makrofag dan dendritik sel mengekspresikan IL-12. Selanjutnya sitokin ini akan menginduksi aktivasi berbagai sel pada sistem imun, sel TCD8 +, natural killer, sel TCD4 + dan yang lainnya untuk menanggapi mikroba bersangkutan. (Abbas & Lichman, 2012 cit Yuswanto, 2013; Chavali et al., 2010). Senyawa yang mempunyai bioaktifitas sebagai agen imunostimulan adalah golongan senyawa polisakarida, terpenoids, alkaloid dan polifenol (Wagner, 1985). Meniran mengandung metabolit sekunder flavonoid, alkaloid, dan lignan sehingga berpotensi sebagai imunostimulan.

13 13 Gambar 4. Induksi IL-12 pada sel-sel imun (Abbas et al., 2012) Penelitian yang dilakukan oleh Nworu et al (2010) mengatakan bahwa ekstrak air meniran mampu meningkatkan proliferasi dari sel B dan sel T limfosit, produksi IFN-γ dan IL-4. Selain itu, meniran juga mampu memacu aktifitas fagositosis makrofag, aktivitas enzim lisosomal, dan pelepasan TNF-α, serta memodulasi pelepasan nitric oxide, oleh makrofag. 6. Sirih Merah Gambar 5. Daun sirih merah yang digunakan dalam penelitian Tanaman sirih merah menyukai tempat teduh, berhawa sejuk dengan sinar matahari 60-75%, dapat tumbuh subur dan bagus di daerah pegunungan. Bila

14 14 tumbuh pada daerah panas, sinar matahari langsung, batangnya cepat mengering. Selain itu, warna merah daunnya akan pudar (Manoi, 2007 cit Juliantina, 2008). Daun sirih merah mengandung alkaloid, senyawa fenolat, flavonoid, isoflavonoid, dan triterpen. Golongan senyawa tersebut sudah diketahui bermanfaat sebagai antikanker dan imunomodulator (Parmer et al., 1997; Groteword, 2006). Secara ilmiah, pemberian ekstrak etanol daun sirih merah pada tikus dapat menaikkan indeks fagositosis makrofag (Apriyanto, 2011). Senyawa golongan neolignan dari fraksi tak larut n-heksan ekstrak etanol daun sirih merah juga dapat meningkatkan indeks fagositosis makrofag. Isolasi yang dilakukan oleh Paula (2012) mendapatkan senyawa golongan neolignan sebagai imunostimulan, yaitu isolat 1 dan isolat 2 : 3''' H 3CO 3'' 4'' H 3CO 5'' 1''' H 3CO 3' 3 2 2' 2'' 4 1 1'' 5 1' 6 OH 6'' OCH 3 O 2''' H 3CO Gambar 6. isolat 1 (2-allyl-4- (1'-hydroxy-1'(3",4",5"-trimethoxyphenyl) propan-2'-yl)-3,5- dimethoxycyclohexa 3,5-dienone) 3''' H 3CO 3'' 4'' H 3CO 5'' H 3CO 1''' H 3CO 3' 3 2 2' 2'' 4 1 1'' 5 1' 6 O 6'' OCH 3 O 2''' O CH 3 Gambar 7. isolat 2 (2-ally-4-(1'-acetyl-1'-(3",4",5"-trimethoxyphenyl) propan-2'-yl)-3,5- dimethoxycyclohexa-3,5-dienone) 7. Keladi Tikus Tumbuh berumpun di alam bebas pada tanah gembur, lembab dan teduh. Waktu yang tepat untuk pengambilan umbi adalah akhir musim hujan sampai pertengahan musim kemarau. Di pulau Jawa hampir ditemukan hampir di semua

15 15 tempat, dataran tinggi maupun dataran rendah. Banyak dijumpai di parit dan sawah (Widyaningrum, 2011). Ekstrak etanol umbi keladi tikus mampu meningkatkan kemampuan fagositosis makrofag dan presentase sel T CD8 + pada tikus terinduksi cyclophosphamide (Sriyanti, 2012; Titania 2012). Keladi tikus mengandung metabolit sekunder alkoloid, flavonoid, dan steroid dengan kandungan utamanya adalah alkoloid dan flavonoid (Mankaran, 2013). Kandungan golongan senyawa flavonoid dan alkaloid bersifat imunostimulan (Wagner, 1985). 8. Ekstraksi dan Maserasi, dan Identifikasi Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Ekstraksi atau penyarian adalah proses penarikan suatu zat dengan pelarut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Peristiwa difusi lebih berpengaruh dibandingkan osmosis. Dalam penyarian, larutan harus melewati lapisan batas antara butir serbuk dengan cairan penyari. Kecepatan melintasi lapisan batas dipengaruhi oleh derajat perbedaan konsentrasi, tebal lapisan batas, serta koefisien difusi. Ekstraksi dalam penelitian ini menggunakan metode maserasi. Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasiantara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang diluar sel, maka

16 16 larutan yang terpekat didesak keluar (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986). Kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling sering digunakan dalam bidang kimia analisis. Penotolan sampel akan optimal apabila penotolan dengan bercak sekecil dan sesempit mungkin karena apabila terlalu banyak akan menurunkan resolusi. Untuk memperoleh reprodusibilitas, volume sampel yang ditotolkan paling sedikit 0,5 µl. Jika lebih besar dari 2-10 µl maka penotolan harus dilakukan secara bertahap dengan pengeringan antar totolan. Pengembangan dilakukan pada bejana kromatografi yang sebelumnya sudah dijenuhi dengan uap fase gerak. Fase gerak pada bejana ± 0,5-1 cm. Tinggi fase gerak harus berada di bawah lempeng totolan. Untuk melakukan penjenuhan fase gerak biasanya bejana dilapisi kertas saring. Bila fase gerak sudah mencapai ujung kertas saring, maka dikatakan bahwa fase gerak telah jenuh. Pengembangan menaik merupakan teknik yang paling popular dibanding cara lain. Deteksi bercak dapat dilakukan dengan cara fisika dan kimia. Dengan cara fisika yaitu pencacahan radioaktif dan flouresensi sinar UV. Sedang untuk kimiawi dengan reagen kromogenik, menyemprot dengan asam sulfat pekat atau asam nitrat pekat, memaparkan uap dengan iodium, dan lain-lain tergantung senyawa yang akan dianalisis (Gandjar & Rohman, 2007). Perbandingan jarak rambat suatu senyawa tertentu terhadap jarak rambat fase gerak, diukur dari titik penotolan sampai titik yang memberikan intensitas maksimum pada bercak, dinyatakan sebagai harga Rf senyawa tersebut (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009).

17 17 E. LANDASAN TEORI Salah satu alternatif untuk mendapatkan terapi yang efektif adalah dengan menggunakan kombinasi obat. Terapi kombinasi obat akan terjadi efek sinergis obat dan peningkatan potensi dari satu atau lebih obat melalui mekanisme yang kompleks dari sistem tubuh (Hafid et al., 2011). Daun sirih merah mengandung alkaloid, senyawa fenolat, flavonoid, isoflavonoid, triterpen, dan neolignan. Golongan senyawa tersebut sudah diketahui bermanfaat sebagai antikanker dan imunomodulator (Parmer et al., 1997; Groteword, 2006; Paula, 2012). Meniran mampu memacu aktifitas fagositosis makrofag, aktivitas enzim lisosomal, dan pelepasan TNF-α, serta memodulasi pelepasan nitric oxide oleh makrofag (Nworu, et al., 2010). Meniran mengandung golongan senyawa alkaloid, flavonoid, dan lignan yang berefek sebagai imunostimulan. Berdasarkan penelitian Sriyanti (2012), ekstrak etanol umbi keladi tikus mampu meningkatkan kemampuan fagositosis makrofag pada tikus terinduksi cyclophosphamide. Kandungan utama pada keladi tikus adalah flavonoid dan alkaloid (Mankaran, 2013) Penelitian dari masing-masing tanaman di atas sudah banyak dilakukan dan terbukti sebagai agen imunomodulator dengan berbagai kandungan yang berbeda pada masing-masing ekstrak dalam mengaktifkan sistem imun. Secara umum golongan senyawa yang memiliki efek imunostimulan adalah golongan flavonoid, alkaloid dan lignan. Kombinasi ketiganya penting untuk diketahui efek sinergisme

18 18 dari kandungan metabolit sekunder yang berbeda tersebut melalui mekanisme sistem imun yang sama yaitu peningkatan aktivitas fagositosis makrofag. F. Hipotesis Kombinasi ekstrak etanol herba meniran (P. niruri), daun sirih merah (P..crocatum) dan umbi keladi tikus (T. flagelliforme) dapat meningkatkan aktivitas makrofag mencit jantan Balb/c secara in vitro.

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Senyawa-senyawa yang dapat memodulasi sistem imun dapat diperoleh dari tanaman (Wagner et al., 1999). Pengobatan alami seharusnya menjadi sumber penting untuk mendapatkan

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM IMUN Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM KEKEBALAN TUBUH Imunologi : Ilmu yang mempelajari cara tubuh melindungi diri dari gangguan fisik, kimiawi, dan biologis. . SISTEM IMUN INNATE : Respon

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam)

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam) BAB V PEMBAHASAN 1. Kemampuan fagositosis makrofag Kemampuan fagositosis makrofag yang dinyatakan dalam indeks fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam) lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sirih merah merupakan salah satu tanaman yang sudah dikenal luas di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sirih merah merupakan salah satu tanaman yang sudah dikenal luas di BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirih merah Sirih merah merupakan salah satu tanaman yang sudah dikenal luas di Indonesia. Sirih merah selain dimanfaatkan sebagai tanaman hias, juga dimanfaatkan sebagai tanaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respons imun yang didapat. Inflamasi dapat diartikan

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengaruh dari formula ekstrak herbal terhadap sistem imunitas tubuh ayam dapat diperoleh dengan melihat aktivitas dan kapasitas makrofag peritoneum ayam yang telah ditantang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem imun berfungsi dalam mempertahankan kondisi tubuh terhadap benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus dan parasit. Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bumi yang menjadi tempat tinggal kita penuh dengan mikroba.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bumi yang menjadi tempat tinggal kita penuh dengan mikroba. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bumi yang menjadi tempat tinggal kita penuh dengan mikroba. Keberadaan organisme, baik tumbuhan maupun hewan dan manusia selalu dihadapkan dengan bahaya yang mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Demam

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Demam BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Demam tifoid adalah penyakit sistemik akut akibat infeksi Salmonella typhi. Demam tifoid masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting di Indonesia, penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Inflamasi adalah reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respons imun yang didapat. Inflamasi dapat

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

MEKANISME FAGOSITOSIS. oleh: DAVID CHRISTIANTO

MEKANISME FAGOSITOSIS. oleh: DAVID CHRISTIANTO MEKANISME FAGOSITOSIS oleh: DAVID CHRISTIANTO 136070100011013 PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 1 DAFTAR ISI SAMPUL... 1 DAFTAR ISI... 2 BAB I. PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular melalui makanan atau air yang terkontaminasi. 2 Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menular melalui makanan atau air yang terkontaminasi. 2 Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi. 1 Penyakit ini banyak ditemukan di negara berkembang dan menular melalui makanan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem imun berfungsi dalam pertahanan tubuh untuk melawan mikroba

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem imun berfungsi dalam pertahanan tubuh untuk melawan mikroba BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem imun berfungsi dalam pertahanan tubuh untuk melawan mikroba patogen (Abbas dkk., 2012). Tubuh membutuhkan sistem imun yang kuat agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyaknya faktor-faktor yang dapat menurunkan kekebalan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyaknya faktor-faktor yang dapat menurunkan kekebalan tubuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyaknya faktor-faktor yang dapat menurunkan kekebalan tubuh seseorang, seperti tingginya tingkat polusi, perubahan gaya hidup dan pola makan, banyaknya wabah penyakit,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara empiris dapat mengobati berbagai macam penyakit. Tumbuh subur pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara empiris dapat mengobati berbagai macam penyakit. Tumbuh subur pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Mahkota Dewa Mahkota dewa merupakan tanaman asli Indonesia tepatnya Papua dan secara empiris dapat mengobati berbagai macam penyakit. Tumbuh subur pada ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray].

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray]. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bahan alam berkhasiat obat yang banyak diteliti manfaatnya adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray]. Tanaman kembang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 3 penyakit menyular setelah TB dan Pneumonia. 1. Diare dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, salah satunya infeksi bakteri.

BAB 1 PENDAHULUAN. 3 penyakit menyular setelah TB dan Pneumonia. 1. Diare dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, salah satunya infeksi bakteri. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit infeksi merupakan penyakit yang banyak dialami oleh masyarakat Indonesia. Salah satu penyakit yang sering dialami adalah diare. Penyakit diare merupakan masalah

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah BAB VI PEMBAHASAN Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup populer saat ini dan penggunaannya mulai meningkat. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup populer saat ini dan penggunaannya mulai meningkat. Salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan bahan alam sebagai alternatif pengobatan merupakan tren yang cukup populer saat ini dan penggunaannya mulai meningkat. Salah satu pemanfaatannya adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting sehingga mampu menghadapi serangan zat asing seperti

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting sehingga mampu menghadapi serangan zat asing seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada keadaan normal, paparan mikroorganisme patogen terhadap tubuh dapat dilawan dengan adanya sistem pertahanan tubuh (sistem imun). Pada saat fungsi dan jumlah sel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penurunan sistem imun dapat menjadi penyebab timbulnya berbagai penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam tubuh (Murphy et al.,

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai saluran cerna. Diagnosis demam tifoid bisa dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai saluran cerna. Diagnosis demam tifoid bisa dilakukan dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna. Diagnosis demam tifoid bisa dilakukan dengan melihat gejala klinis berupa demam,

Lebih terperinci

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN Sistem Imun merupakan semua mekanisme pertahanan yang dapat dimobilisasi oleh tubuh untuk memerangi berbagai ancaman invasi asing. Kulit merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem imunitas didalam tubuh manusia merupakan satu kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem imunitas didalam tubuh manusia merupakan satu kesatuan yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem imunitas didalam tubuh manusia merupakan satu kesatuan yang kompleks dan berlapis-lapis dalam menghadapi invasi patogen yang masuk seperti bakteri, jamur, virus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. digunakan sebagai alternatif pengobatan seperti kunyit, temulawak, daun sirih,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. digunakan sebagai alternatif pengobatan seperti kunyit, temulawak, daun sirih, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahan alam untuk mengobati penyakit sudah sejak lama diterapkan oleh masyarakat. Pada jaman sekarang banyak obat herbal yang digunakan sebagai alternatif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi yang biasa disebut juga dengan peradangan, merupakan salah satu bagian dari sistem imunitas tubuh manusia. Peradangan merupakan respon tubuh terhadap adanya

Lebih terperinci

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Dr. Nia Kurniati, SpA (K) Manusia mempunyai sistem pertahanan tubuh yang kompleks terhadap benda asing. Berbagai barrier diciptakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia yang menjadi perhatian serius untuk segera ditangani. Rendahnya kesadaran masyarakat akan hidup sehat

Lebih terperinci

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN Sel yang terlibat dalam sistem imun normalnya berupa sel yang bersirkulasi dalam darah juga pada cairan lymph. Sel-sel tersebut dapat dijumpai dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya semua manusia memiliki sistem imun. Sistem imun diperlukan oleh tubuh sebagai pertahanan terhadap berbagai macam organisme asing patogen yang masuk ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan disekitar kita banyak mengandung agen infeksius maupun non infeksius yang dapat memberikan paparan pada tubuh manusia. Setiap orang dihadapkan pada berbagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tiga jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat tradisional telah lama digunakan diseluruh dunia dan menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Kim et al., 2009). Tuberkulosis pada umumnya terjadi di paru-paru

Lebih terperinci

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM Pengertian Sistem Pertahanan Tubuh Pertahanan tubuh adalah seluruh sistem/ mekanisme untuk mencegah dan melawan gangguan tubuh (fisik, kimia, mikroorg) Imunitas Daya tahan tubuh terhadap penyakit dan infeksi

Lebih terperinci

RESPON PERTAHANAN TERHADAP MIKROBIA PATOGEN

RESPON PERTAHANAN TERHADAP MIKROBIA PATOGEN BAB 10 RESPON PERTAHANAN TERHADAP MIKROBIA PATOGEN 10.1. PENDAHULUAN Virus, bakteri, parasit, dan fungi, masing-masing menggunakan strategi yang berbeda untuk mengembangkan dirinya dalam hospes dan akibatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Seiring dengan peningkatan tuntutan atas jaminan kualitas, keamanan, dan khasiat obat bahan alam, produksi industri obat tradisional telah bergeser dari bentuk sediaan

Lebih terperinci

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER BAB 8 IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER 8.1. PENDAHULUAN Ada dua cabang imunitas perolehan (acquired immunity) yang mempunyai pendukung dan maksud yang berbeda, tetapi dengan tujuan umum yang sama, yaitu mengeliminasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman

BAB I PENDAHULUAN. yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan merupakan keragaman hayati yang selalu ada di sekitar kita, baik yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman dahulu, tumbuhan sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiki 2 sistem imun yaitu sistem imun bawaan. (innate immunity) dan sistem imun adaptif (adaptive

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiki 2 sistem imun yaitu sistem imun bawaan. (innate immunity) dan sistem imun adaptif (adaptive BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memiki 2 sistem imun yaitu sistem imun bawaan (innate immunity) dan sistem imun adaptif (adaptive immunity). Sistem imun bawaan bersifat non-spesifik sedangkan

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium

BAB 5 PEMBAHASAN. Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium 49 BAB 5 PEMBAHASAN Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium Biokimia Universitas Muhammdiyah Jogjakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24 ekor, di mana tiap kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem imun merupakan mekanisme pertahanan tubuh sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem imun merupakan mekanisme pertahanan tubuh sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem imun merupakan mekanisme pertahanan tubuh sebagai perlindungan dari bahaya berbagai bahan dalam lingkungan yang dianggap asing bagi tubuh seperti bakteri, virus,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan di sekitar manusia banyak mengandung berbagai jenis patogen, misalnya bakteri, virus, protozoa dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ketika tubuh terpajan oleh suatu antigen atau benda asing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ketika tubuh terpajan oleh suatu antigen atau benda asing, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika tubuh terpajan oleh suatu antigen atau benda asing, secara otomatis tubuh akan memberi tanggapan berupa respon imun. Respon imun dibagi menjadi imunitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Tanaman 1. Sistematika tumbuhan Berdasarkan pustaka, berikut klasifikasi secara umum dari tumbuhan Lamtoro (Leucaena leucocephala) : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. barriers berupa respon inflamasi, fagositosis, dan pertahanan tubuh yang spesifik

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. barriers berupa respon inflamasi, fagositosis, dan pertahanan tubuh yang spesifik BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas manusia sehari-hari tidak terlepas dari lingkungan udara, makanan, sentuhan yang secara tidak langsung menghadapkan kita pada mikroorganisme yang bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Inflamasi terjadi di dalam tubuh dimediasi oleh berbagai macam mekanisme molekular. Salah satunya yang sangat popular adalah karena produksi nitrit oksida (NO) yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen,

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen, misalnya bakteri, virus, jamur, fungus, protozoa dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan dan manfaat tanaman mahkota dewa. Sistematika tanaman mahkota dewa adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan dan manfaat tanaman mahkota dewa. Sistematika tanaman mahkota dewa adalah sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Mahkota Dewa Berikut adalah sistematika tanaman, daerah, deskripsi tanaman, bagian yang digunakan dan manfaat tanaman mahkota dewa. 2.1.1 Sistematika Tanaman Sistematika

Lebih terperinci

BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur

BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur immunitas, inflamasi dan hematopoesis. 1 Sitokin adalah salah satu dari sejumlah zat yang disekresikan oleh

Lebih terperinci

ulangan pada tiap perlakuan. Pada penelitian ini dilakuan sebanyak 6 kali ulangan.

ulangan pada tiap perlakuan. Pada penelitian ini dilakuan sebanyak 6 kali ulangan. Hasil dari perhitungan rumus di atas diperoleh nilai minimal 3 kali ulangan pada tiap perlakuan. Pada penelitian ini dilakuan sebanyak 6 kali ulangan. 3.6. Analisis Data Data-data yang diperoleh adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. (Baratawidjaja & Rengganis, 2004). Sistem imun melindungi tubuh dari masuknya

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. (Baratawidjaja & Rengganis, 2004). Sistem imun melindungi tubuh dari masuknya BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sistem imun adalah bagian terpenting dari sistem pertahanan tubuh (Baratawidjaja & Rengganis, 2004). Sistem imun melindungi tubuh dari masuknya berbagai mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yaitu terjadinya kerusakan jaringan tubuh sendiri (Subowo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yaitu terjadinya kerusakan jaringan tubuh sendiri (Subowo, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imunitas merupakan suatu mekanisme untuk mengenal suatu zat atau bahan yang dianggap sebagai benda asing terhadap dirinya, selanjutnya tubuh akan mengadakan tanggapan

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ

Lebih terperinci

DASAR-DASAR IMUNOBIOLOGI

DASAR-DASAR IMUNOBIOLOGI DASAR-DASAR IMUNOBIOLOGI OLEH: TUTI NURAINI, SKp, M.Biomed. DASAR KEPERAWATAN DAN KEPERAWATAN DASAR PENDAHULUAN Asal kata bahasa latin: immunis: bebas dari beban kerja/ pajak, logos: ilmu Tahap perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka mempertahankan sistem pertahanan tubuh agar tetap maksimal. Saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka mempertahankan sistem pertahanan tubuh agar tetap maksimal. Saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya untuk meningkatkan sistem pertahanan tubuh menjadi penting dilakukan dalam rangka mempertahankan sistem pertahanan tubuh agar tetap maksimal. Saat keadaan

Lebih terperinci

Imunisasi: Apa dan Mengapa?

Imunisasi: Apa dan Mengapa? Imunisasi: Apa dan Mengapa? dr. Nurcholid Umam K, M.Sc, Sp.A Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Jogjakarta Penyebab kematian pada anak di seluruh dunia Campak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. patogen di lingkungan, seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. patogen di lingkungan, seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tubuh memiliki sistem imun sebagai pelindung dari berbagai jenis patogen di lingkungan, seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. supaya tidak terserang oleh penyakit (Baratawidjaja, 2000). keganasan terutama yang melibatkan sistem limfatik (Widianto, 1987).

BAB I PENDAHULUAN. supaya tidak terserang oleh penyakit (Baratawidjaja, 2000). keganasan terutama yang melibatkan sistem limfatik (Widianto, 1987). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan disekitar kita banyak mengandung agen infeksius maupun non infeksius yang dapat memberikan paparan pada tubuh manusia. Setiap orang dihadapkan pada berbagai

Lebih terperinci

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini : Kompetensi Dasar: Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan metode pemisahan dengan KLT dan dapat mengaplikasikannya untuk analisis suatu sampel Gambaran Umum KLT Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan

Lebih terperinci

IMUNOLOGI DASAR. Sistem pertahanan tubuh terbagi atas : Sistem imun nonspesifik ( natural / innate ) Sistem imun spesifik ( adaptive / acquired

IMUNOLOGI DASAR. Sistem pertahanan tubuh terbagi atas : Sistem imun nonspesifik ( natural / innate ) Sistem imun spesifik ( adaptive / acquired IMUNOLOGI DASAR Sistem Imun Antigen (Ag) Antibodi (Ab) Reaksi Hipersensitivitas Sistem pertahanan tubuh terbagi atas : Sistem imun nonspesifik ( natural / innate ) Sistem imun spesifik ( adaptive / acquired

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infeksi setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Berdasarkan hasil Survei

BAB I PENDAHULUAN. infeksi setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Berdasarkan hasil Survei BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor dua karena infeksi setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan

Lebih terperinci

Sistem Imun BIO 3 A. PENDAHULUAN SISTEM IMUN. materi78.co.nr

Sistem Imun BIO 3 A. PENDAHULUAN SISTEM IMUN. materi78.co.nr Sistem Imun A. PENDAHULUAN Sistem imun adalah sistem yang membentuk kekebalan tubuh dengan menolak berbagai benda asing yang masuk ke tubuh. Fungsi sistem imun: 1) Pembentuk kekebalan tubuh. 2) Penolak

Lebih terperinci

Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi

Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi LOGO Pendahuluan Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi Kasus baru didunia : 8,6 juta & Angka kematian : 1,3 juta

Lebih terperinci

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed 1 PENDAHULUAN Sistem imun melindungi tubuh dari sel asing & abnormal dan membersihkan debris sel. Bakteri dan virus patogenik adalah sasaran

Lebih terperinci

SEL SISTEM IMUN SPESIFIK

SEL SISTEM IMUN SPESIFIK SEL SISTEM IMUN SPESIFIK Diana Holidah Bagian Farmasi Klinik dan Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Jember Components of the Immune System Nonspecific Specific Humoral Cellular Humoral Cellular complement,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya dan merupakan suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu formula yang diberikan kepada bayi sebagai pengganti ASI, kerap kali memberikan efek samping yang mengganggu kesehatan bayi seperti alergi. Susu formula secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salmonella Typhimurium Gambar 1. Salmonella Typhimurium 13 Sistem taksonomi dari Salmonella Typhimurium : 14 Kingdom Phylum Class Ordo Familia Genus Species : Bacteria : Proteobacteria

Lebih terperinci

BAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Tumbuhan uji yang digunakan adalah pegagan dan beluntas. Tumbuhan uji diperoleh dalam bentuk bahan yang sudah dikeringkan. Simplisia pegagan dan beluntas yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Tumbuhan 1. Sistematika Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dycotyledoneae Ordo : Annonales Famili : Annonaceae Genus

Lebih terperinci

Sistem Imun. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal

Sistem Imun. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal Kuntarti, SKp Sistem Imun Fungsi: 1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor)

Lebih terperinci

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tubuh manusia, sistem imun sangat memegang peranan penting dalam pertahanan tubuh terhadap berbagai antigen (benda asing) dengan memberantas benda asing tersebut

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui 41 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Uji LD-50 Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui kepadatan bakteri yang akan digunakan pada tahap uji in vitro dan uji in vivo. Hasil

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi,

PENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi, PENGETAHUAN DASAR IMUNOLOGI KULIT Dr. Ariyati Yosi, SpKK PENDAHULUAN Kulit: end organ banyak kelainan yang diperantarai oleh proses imun kulit berperan secara aktif sel-sel imun (limfoid dan sel langerhans)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) dikenal masyarakat Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang terkandung seperti polisakarida,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kesakitandan angka kematian terutama pada negara

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kesakitandan angka kematian terutama pada negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kesakitandan angka kematian terutama pada negara berkembang seperti Indonesia masih disebabkan oleh penyakit infeksi. 1 Penyakit infeksi dapat disebabkan

Lebih terperinci

7.2 CIRI UMUM SITOKIN

7.2 CIRI UMUM SITOKIN BAB 7 SITOKIN 7.1 PENDAHULUAN Defnisi: Sitokin adalah senyawa protein, dengan berat molekul kira-kira 8-80 kda, yang merupakan mediator larut fase efektor imun natural dan adaptif. Nama dari sitokin bermacam-macam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring bertambahnya usia, daya fungsi makhluk hidup akan menurun secara progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada beberapa faktor yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh manusia secara fisiologis memiliki sistim pertahanan utama untuk melawan radikal bebas, yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim. Antioksidan enzimatik bekerja

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh

Lebih terperinci

Respon imun adaptif : Respon humoral

Respon imun adaptif : Respon humoral Respon imun adaptif : Respon humoral Respon humoral dimediasi oleh antibodi yang disekresikan oleh sel plasma 3 cara antibodi untuk memproteksi tubuh : Netralisasi Opsonisasi Aktivasi komplemen 1 Dua cara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus Jaringan limfoid sangat berperan penting untuk pertahanan terhadap mikroorganisme. Ayam broiler memiliki jaringan limfoid primer (timus dan bursa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin pesat secara tidak langsung telah menyebabkan terjadinya pergeseran pola hidup di masyarakat. Kemajuan teknologi dan industri secara

Lebih terperinci

DAYA TAHAN TUBUH & IMMUNOLOGI

DAYA TAHAN TUBUH & IMMUNOLOGI DAYA TAHAN TUBUH & IMMUNOLOGI Daya Tahan tubuh Adalah Kemampuan tubuh untuk melawan bibit penyakit agar terhindar dari penyakit 2 Jenis Daya Tahan Tubuh : 1. Daya tahan tubuh spesifik atau Immunitas 2.

Lebih terperinci

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ limfatik sekunder Limpa Nodus limfa Tonsil SISTEM PERTAHANAN TUBUH MANUSIA Fungsi Sistem Imun penangkal benda asing yang masuk

Lebih terperinci

2 Sebutkan macam-macam klas sel limfosit dan apa fungsi dasar masingmasing limfosit tersebut

2 Sebutkan macam-macam klas sel limfosit dan apa fungsi dasar masingmasing limfosit tersebut TUGAS IMUNOLOGI DASAR TUGAS I : CELLS AND TISSUE IN THE IMMUNE SYSTEM 1 Sebutkan jaringan dan sel yang terlibat dalam system imun Jaringan yang terlibat dalam system imun adalah : a. Primer Bone Marrow

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alergi merupakan suatu keadaan hipersensitivitas terhadap kontak atau pajanan zat asing (alergen) tertentu dengan akibat timbulnya gejala-gejala klinis, yang mana

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit intraseluler Protozoa, yaitu genus Plasmodium, menginfeksi 500 juta dan membunuh lebih dari 1 juta jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlukaan merupakan rusaknya jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan suhu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya teknologi di segala bidang merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Diantara sekian banyaknya kemajuan

Lebih terperinci

SISTEM PERTAHANAN TUBUH

SISTEM PERTAHANAN TUBUH SISTEM PERTAHANAN TUBUH Sistem Pertahanan Tubuh Sistem Pertahanan Tubuh Non spesifik Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik Jenis Kekebalan Tubuh Disfungsi sitem kekebalan tubuh Eksternal Internal Struktur Sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika dari tumbuhan Keladi Tikus adalah sebagai berikut : Spesies : Typhonium flagelliforme (Anonim, 2009)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika dari tumbuhan Keladi Tikus adalah sebagai berikut : Spesies : Typhonium flagelliforme (Anonim, 2009) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan 2.1.1 Sistematika Tumbuhan Sistematika dari tumbuhan Keladi Tikus adalah sebagai berikut : Divisio Sub divisio Classsis Ordo Familia Genus : Spermatophyta :

Lebih terperinci