PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT PADA PT. OTO MULTIARTHA CABANG SURAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT PADA PT. OTO MULTIARTHA CABANG SURAKARTA"

Transkripsi

1 PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT PADA PT. OTO MULTIARTHA CABANG SURAKARTA Etika Janu Armara Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABSTRAKSI The purpose of this study was to know the implementation of the financing Agreement and know the problem solving between company and cusumers. Location research at PT. Oto Multiartha Surakarta. This type of research is legally Sociological approach. Source of research data using primary data and secondary Sata and analize used qualitative analysis. Consumer financing agreement is terms Of from and content is a standart contract / standart agreement, which was made By PT. Oto Multiartha Surakarta. The mechanism of implementation of cosumer Financing agreement with PT. Oto Multiartha through several phases : application, checking and field indpection stage, stage billing or payment monitoring, and decision letter of guarantee. Dispute between the parties that the company with the buyer arises because of a default, event of default under the financing agreement are solely respomsible for the risk is the buyer. This is in accordance with the contents of the financing agreement that has been agreed between both parties. Solving problems that arise in a hire purchase agreement automobiles can be reached in two way, namely through deliberation and recall of automobiles. Keywords : financing agreement, cars Latar Belakang Masalah Kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari bermacam-macam kebutuhan. Manusia harus berusaha untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Salah satu bentuk kebutuhan tersebut adalah kebutuhan transportasi, yang berupa kendaraan roda empat atau mobil. Kendaraan roda empat menjadi salah satu kebutuhan transportasi yang sangat vital, karena dengan memiliki dan menggunakan mobil pada saat ini dirasa dapat mendukung segala aktifitas manusia itu sendiri. Misalnya saja saperti ketika akan pergi ke tempat kerja, sekolah, berkunjung ke tempat kerabat, atau bahkan sebagai sarana dalam melaksanakan pekerjaannya seperti sales yang harus berkeliling dari tempat satu ke tempat lainnya dengan menggunakan mobil. Oleh karena itu kebutuhan akan mobil sebagai alat trasportasi sangatlah tinggi. 1

2 Adanya keterbatasan kemampuan ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan untuk membeli mobil di dealer secara tunai, maka diperlukan cara yang tepat dan benar menurut hukum. Kerukunan, kebersamaan, dan kekeluargaan merupakan cara yang dirasa cukup baik untuk mencapai tujuan bersama itu dan salah satunya adalah melalui kerjasama dengan lembaga pembiayaan. Pembelian secara kredit memberikan manfaat dan keuntungan yang tidak sedikit bagi masyarakat. Saat daya beli masyarakat yang lemah, beragam kemudahan untuk memiliki kendaraan bermotor roda empat ditawarkan oleh lembaga pembiayaan. Perjanjian dengan lembaga pembiayaan ini mempunyai manfaat ganda, yaitu memberi keuntungan kedua belah pihak, baik bagi lembaga pembiayaan maupun pembeli. Manfaat bagi lembaga pembiayaan adalah mendapatkan keuntungan sedangkan bagi pembeli adalah bahwa pembeli akan segera dapat memperoleh barang (mobil) walaupun mereka belum mempunyai uang yang cukup secara kontan. Perjanjian pembiayaan di Indonesia dewasa ini berkembang dengan pesat. Hal ini dapat dilihat dalam praktek sehari-hari, banyaknya peminat dari masyarakat terhadap perjanjian tersebut, terutama dalam pemenuhan kebutuhan sekundernya. Baik dalam kalangan produsennya (penjual) maupun konsumen (pembeli). Perjanjian tersebut sering kita jumpai pula dalam praktek dunia perdagangan mobil. Bahkan perjanjian pembiayaan tersebut dapat dikatakan tumbuh dan berkembang subur di Indonesia. Berdasarkan Pasal 1313 KUHPerdata menyatakan bahwa Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Selanjutnya dalam Pasal 1320 KUHPerdata disebutkan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian, diperlukan 4 syarat, yaitu adanya sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, kecakapan untuk membuat perikatan, hal tertentu dan suatu sebab yang halal. Dengan memenuhi persyaratan ini, masyarakat dapat membuat perjanjian apa saja. Pasal 1320 KUHPerdata disebut sebagai ketentuan yang mengatur asas konsesualisme, yaitu perjanjian adalah sah apabila ada kata sepakat mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian. 2

3 Perjanjian yang dilakukan antara lembaga pembiayaan dengan konsumen tidak terlepas dari kemungkinan terjadinya berbagai hambatan dan masalah, sehingga lembaga pembiayaan perlu menyiapkan berbagai upaya penyelesaian guna mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan tersebut. Perumusan Masalah Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian pembiayaan kendaraan bermotor roda empat pada PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta dan Bagaimanakah penyelesaiannya jika terjadi perselisihan antara pihak yang menyewakan dengan pihak penyewa (konsumen) yang timbul karena adanya wanprestasi? Metode Penelitian Lokasi penelitian di PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta. Jenis penelitian yang digunakan yaitu pendekatan secara yuridis sosiologis. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif yang menggambarkan atau menjelaskan tentang pelaksanaan perjanjian pembiayaan kendaraan bermotor roda empat dan penyelesaian jika terjadi perselisihan antara PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta dengan konsumen yang timbul karena adanya wanprestasi. Sumber data menggunakan berupa keterangan dari supervisor dan head collector PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta. Pengumpulan data menggunakan wawancara dan studi pustaka. Analisa data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif dengan model interaktif yaitu data yang terkumpul akan dianalisa melalui tiga tahapan, yaitu mereduksi data, menyajikan data, dan kemudian akan ditarik kesimpulan (HB. Sutopo, 2002 : 98). Hasil Penelitian dan Pembahasan Perjanjian pembiayaan kendaraan bermotor roda empat pada PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta dituangkan dalam bentuk standar, apabila calon 3

4 konsumen ada yang mengajukan permohonan perjanjian pembiayaan untuk jenis kendaraan tertentu, maka pihak dealer tinggal menyodorkan harga produk ataupun brosur sehingga pembeli dapat memilih jenis kendaraan bermotor roda empat yang diinginkan beserta dengan berapa tahun pembeli akan melakukan angsuran dan setelah setuju maka pihak dealer akan menghubungi pihak PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta. Pelaksanaan perjanjian pembiayaan kendaraan bermotor roda empat pada PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta merupakan bentuk perjanjian standar antar pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian disertai dengan hak dan kewajiban masing-masing pihak serta berakhirnya perjanjian. Berdasarkan penelitian lapangan yang dilakukan peneliti terhadap lembaga pembiayaan PT Oto Multiartha Cabang Surakarta tata cara perjanjian antara pihak PT. Oto Multiartha dengan konsumen adalah sebagai berikut : 1. Tahap Permohonan Pada tahap ini untuk dapat memperoleh fasilitas pembiayaan konsumen berupa kendaraan roda empat (mobil) yang dibutuhkan oleh konsumen, maka debitur (konsumen) sudah mempunyai usaha yang baik, atau mempunyai pekerjaan yang tetap serta berpenghasilan yang memadai. Permohonan pembiayaan konsumen biasanya dilakukan oleh debitur (konsumen) ditempat dealer/supplier penyedia barang kebutuhan konsumen, yang telah bekerjasama dengan perusahaan pembiayaan. 2. Tahap Pengecekan dan Pemeriksaan Lapangan Sebelum memutuskan untuk mengabulkan permohonan dari seorang calon lessee, perusahaan memeriksa kebenaran data atau dokumen yang diserahkan dan menganalisa kemampuan calon lessee untuk membayar cicilan mobil yang akan dibelinya dengan melakukan : a. Kunjungan secara langsung ke alamat rumah calon lessee (konsumen) guna mencocokkan data yang diterima dengan kenyataan di lapangan serta melakukan interview kepada calon lessee untuk mendapatkan keterangan. b. Jika menurut surveyor yang melakukan kunjungan permohonan dari calon pembeli layak untuk diterima, maka petugas tersebut mengusulkan kepada atasannya untuk menyetujui dan mengabulkan permohonan tersebut; 4

5 c. Setelah permohonan disetujui dan dikabulkan serta dinilai layak untuk dibiayai, oleh pejabat yang berwenang, maka petugas yang ditunjuk mempersiapkan perjanjian dengan mengisi formulir perjanjian kredit mobil. d. Selanjutnya pembeli diminta untuk membayar DP dan kemudian diajukan dengan penandatanganan perjanjian kredit mobil. e. Dengan ditandatanganinya Perjanjian Kredit Mobil, mobil dapat dibawa langsung oleh lessee atau diserahkan oleh dealer di rumah lessee. 3. Tahap Pembayaran Angsuran dan Monitoring Pembayaran Setelah seluruh proses pembayaran kepada supplier/dealer dilakukan, proses selanjutnya adalah pembayaran angsuran dari debitur sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Pasal 1 Perjanjian Pembiayaan Konsumen dari Oto Finance menyatakan bahwa angsuran adalah sejumlah uang yang terdiri dari hutang pokok jumlah pinjaman ditambah bunga yang harus dibayar secara berkala oleh debitur kepada kreditur sesuai dengan jadwal pembayaran angsuran. Adapun sistem pembayaran yang dapat dilakukan yaitu : dengan cara cash, cheque/bilyet giro, transfer, dan ditagih langsung. Perlu diketahui bahwa penentuan sistem pembayaran angsuran telah ditentukan pada waktu marketing process dilakukan. Monitoring pembayaran angsuran dilakukan oleh Collection Department, berdasarkan jatuh tempo pembayaran yang telah ditentukan, dan berdasarkan sistim pembayaran yang diterapkan. Perlu dijelaskan bahwa monitoring oleh kreditur tidak terbatas hanya pada monitoring pembayaran angsuran dari debitur, akan tetapi kreditur juga melakukan monitoring terhadap jaminan, jangka waktu berlakunya jaminan, dan masa berlakunya penutupan asuransi. Pasal 3 Perjanjian pembiayaan konsumen yang dibuat oleh Oto Finance mengenai pembayaran angsuran yang harus dilakukan oleh konsumen diterangkan bahwa : a. Debitur wajib membayar angsuran sesuai dengan jadwal pembayaran angsuran. 5

6 b. Apabila tanggal pembayaran angsuran jatuh pada hari libur maka pembayaran wajib dilakukan pada hari kerja sebelumnya. c. Pembayaran dengan cek atau bilyet giro dibuat atas nama kreditur dengan kata pembawa dicoret dan dianggap sebagai pembayaran apabila dana telah efektif tercatat di rekening kreditur. d. Keterlambatan pembayaran angsuran dikenakan denda e. Pembayaran angsuran merupakan pembayaran yang sudah bersih dari pajak-pajak, cukai, materai atau biaya lain yang timbul berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. f. Setiap pembayaran yang dilakukan oleh debitur akan dibukukan oleh kreditur dengan urutan prioritas pembayaran pertama-tama biaya-biaya yang timbul, kemudian denda lalu bunga dan terakhir jumlah pinjaman yang terhutang. 4. Pengambilan Surat Jaminan Apabila seluruh kewajiban debitur telah dilunasi, maka kreditur akan mengembalikan kepada debitur : jaminan (BPKB, sertifikat, dan atau invoice/faktur beserta dokumen lainnya jika ada). Di dalam perjanjian pembiayaan yang ditandatangani kedua pihak, maka timbullah suatu perikatan diantara mereka yang memberikan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak. Dari data yang terkumpul setelah penulis mengadakan wawancara dengan surveyor leasing dari PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta yang sesuai dengan Pasal 9 Perjanjian Pembiayaan Konsumen Berakhirnya perjanjian antara pihak PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta dengan pihak pembeli tertuang dalam draft perjanjian pembiayaan kendaraan roda empat, di mana dikatakan perjanjian berakhir apabila : a. Terjadinya peristiwa cidera janji b. Kreditur berpendapat bahwa terjadi suatu keadaan yang diduga dapat menghambat atau membahayakan usaha debitur sehingga mengakibatkan debitur tidak dapat melaksanakan kewajibannya berdasarkan keseluruhan perjanjian pembiayaan konsumen. c. Kendaraan yang dibiayai hilang, dicuri, musnah atau rusak berat. 6

7 d. Debitur meninggal dunia atau ditaruh di bawah pengampunan atau karena sebab apapun tidak cakap atau berwenang lagi untuk melakukan tindakan pengurusan atau pemilikan atas harta kekayaannya, baik sebagaian atau seluruhnya. e. Apabila pihak lain mengajukan permohonan pembubaran (likuiditas) atau kepailitan terhadap debitur dan/atau pemilik jaminan atau apabila debitur dan/atau pemilik jaminan mengajukan permohonan untuk dinyatakan pailit atau penundaan pembayaran hutang. f. Debitur dan/aatau pemilik jaminan berakhir status badan hukumnya. g. Harta kekayaan debitur dan/atau pemilik jaminan sebagian atau seluruhnya disita oleh pihak lain atau instansi yang berwenang, yang menurut kreditur diduga dapat mempengaruhi kelancaran pelaksanaan kewajiban debitur dan/atau pemilik jaminan berdasarkan keseluruhan perjanjian pembiayaan konsumen. Masalah yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan kendaraan bermotor roda empat di PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta yang biasa terjadi adalah masalah penunggakan pembayaran angsuran oleh pembeli, namun tidak menutup kemungkinan bahwa pembeli tersebut juga memindah tangankan objek perjanjian pada pihak ketiga, jika pembeli tidak mau membayar angsuran kendaraan bermotor roda empat dalam bulan pertama sudah terlambat hingga 24 hari ataupun selama dua bulan berturut-turut maka pembeli tersebut sudah dianggap melakukan wanprestasi atau ingkar janji dan yang perlu dipahami bahwa dalam suatu perjanjian pembiayaan dalam bentuk apapun, berarti kedua belah pihak saling mengikatkan dirinya untuk melaksanakan sesuatu yang telah diperjanjikan (prestasi), tetapi dalam kenyataan yang ada tidak menutup kemungkinan dapat terjadi bahwa salah satu pihak tidak melaksanakan apa yang telah diperjanjikan. Wanprestasi terjadi apabila dalam suatu perjanjian si debitur tidak melaksanakan apa yang telah diperjanjikan, dapat pula dikatakan bahwa ia telah lalai atau alpa atau ingkar janji atau bahkan melanggar perjanjian dengan melakukan sesuatu hal yang dilarang/tidak boleh dilakukan. Hal ini berakibat hukum yakni pihak/para pihak yang dirugikan dapat menuntut pelaksanaan dari 7

8 prestasi atau konsekwensi lain yang diatur dalam perjanjian (ganti kerugian). Mengenai wanprestasi atau ingakar janji yang paling umum terjadi di dealer dalam perjanjian pembiayaan adalah masalah penuggakan pembayaran angsuran dari pihak pembeli. Hal ini ditegaskan bahwa jika pembeli membayar angsuran namun tidak tepat pada waktunya maka pihak PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta diijinkan mendatangi pembeli untuk menagih tunggakan angsuran tersebut Pelaksanaan perjanjian apabila salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban atau yang telah diperjanjikannya, maka dapat dikatakan telah melakukan wanprestasi atau dapat pula dikatakan bahwa pembeli lalai atau alpha atau ingkar janji atau bahkan telah melakukan sesuatu hal yang dilarang atau tidak boleh dilakukan. Wanprestasi menurut Pasal 1365 KUH Perdata, adalah tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian pada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. Mengenai wanprestasi yang paling umum terjadi dalam praktek adalah masalah pembayaran angsuran dari pembeli, jika pembeli tidak mau membayar angsuran kendaraan bermotor roda empat selama sesuai dengan perjanjian yang telah ditentukan, maka sesuai pasal yang telah ditentukan dalam perjanjian yang dibuat atas kesepakatan bersama yaitu antara pihak PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta dengan pembeli, maka pihak yang menyewakan kendaraan bermotor roda empat atau kuasanya berhak datang untuk menagih pada pembeli. Penunggakan pembayaran angsuran kendaraan bermotor roda empat biasanya disebabkan oleh beberapa faktor yang mendorongnya. Hasil wawancara dengan head collector PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta tanggal 25 Nopember 2014 diketahui bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang ingkar janji, yaitu sebagai berikut: 1. Ekonomi yaitu pihak pembeli biasanya merasa terbebani dengan angsuran yang harus dibayar setiap bulan, karena pembeli masih mencukupi kebutuhan keluarga mereka sehari-harinya. 8

9 2. Pembeli pergi, dalam hal ini pembeli biasanya pergi atau raib karena dirasa bahwa pembeli tidak dapat melanjutkan angsuran dan pembeli merasa takut apabila pihak dealer akan melaporkan pada pihak yang berwajib 3. Masalah yang timbul dalam perjanjian pembiayaan kendaraan bermotor roda empat tidak hanya masalah penuggakan pembayaran angsuran saja, tapi juga terjadinya pemindah tanganan obyek perjanjian pembiayaan yaitu kendaraan bermotor roda empat kepada pihak ketiga 4. Barang dijual, disewakan dipindah tangankan dialihkan atua dijaminkan kepada ihak ketiga tanpa mendapat persetujuan tertulis terlebih dahulu dari kreditur. 5. Surat pernyataan, surat keterangan atau dokumen-dokumen yang diberikan oleh pihak pembeli sehubungan dengan perjanjian tersebut adalah palsu atau tidak benar. Proses penyelesaian atas wanprestasi yang dilakukan oleh pihak lessee/ debitur tersebut adalah langkah pertama yang dilakukan menelepon lessee/debitur untuk mengingatkan bahwa jangka waktu untuk pembayaran angsuran sudah habis, jika debitur belum membayar maka dalam kurun waktu 7 hari debitur akan mendapat surat pemberitahuan dari PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta akan keterlambatan pembayaran angsuran, jika debitur/lessee setelah diberikan surat pemberitahuan tetap tidak membayar angsuran, maka dalam kurun waktu 15 hari debitur/lessee diberikan surat teguran, jika debitur/lessee tidak mengindahkan surat teguran tersebut maka dalam kurun waktu 21 hari debitur/ lessee diberikan surat peringatan terakhir dari PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta yang diantar langsung oleh collector ke tempat tujuan atau alamat debitur/lessee, dan jika debitur/lessee tetap tidak membayar angsuran setelah diberikan surat peringatan terakhir tersebut, maka dalam jangka waktu 24 hari obyek perjanjian atau mobil ditarik/diambil oleh PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta yang diwakili oleh collector. PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta akan memberikan surat peringatan ketika pembeli terbukti tidak melunasi angsuran kendaraan bermotor roda empat dan dengan surat peringatan pertama pembeli belum melunasi tunggakan cicilan tersebut, maka pihak PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta diperbolehkan datang 9

10 langsung ke alamat pembeli untuk menagih tunggakan angsuran tersebut. Jika pada waktu tersebut pihak PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta datang untuk menagih uang angsuran pada pihak pembeli, dan pihak pembeli belum mempunyai uang untuk melunasi maka pihak pembeli berhak untuk mengajukan permohonan bahwa pembeli akan melunasi tunggakan angsuran dalam jangka waktu yang ditetapkan. Dengan adanya pengajuan permohonan dari pembeli untuk melunasi tunggakan angsuran, maka pihak PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta harus mau memenuhi hak dari si pembeli, dan pihak yang menyewakan tidak bisa langsung menarik mobilnya sampai batas yang ditentukan oleh sipembeli, karena itu sudah termasuk dalam surat perjanjian. Biasanya permohonan tersebut dilakukan dengan lisan oleh pihak pembeli. Tapi jika dalam jangka waktu yang sudah disepakati bersama itu pihak pembeli belum juga melunasi tunggakan angsurannya, maka pihak yang menyewakan berhak untuk mencabut kendaraan bermotor roda empat tersebut dengan paksa, dan pembeli diwajibkan membayar denda atau kerugian yang ditanggung yang telah ditentukan oleh pihak yang finance. Debitur/lessee yang terlambat dua bulan dari jangka waktu pembayaran yang telah ditentukan maka mobil harus ditarik, khusus angsuran awal bila terlambat dua puluh empat hari maka obyek perjanjian atau mobil harus ditarik dengan alasan debitur/lessee tidak mempunyai itikad baik hal ini dikarenakan angsuran pertama sudah menunggak/wanprestasi, dikhawatirkan jika mengangsur 24 kali atau bahkan lebih debitur/lessee dapat melakukan tunggakan berkali-kali, untuk unit yang dipindahtangankan tanpa sepengetahuan atau tidak ada memberitahukan/melaporkan terlebih dahulu pada PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta maka obyek perjanjian atau mobil dapat ditarik dan dilaporkan pada pihak yang berwajib yaitu kepolisian hal ini dikarenakan karena tidak ada itikad baik dari pihak debitur/lessee. Keberadaan obyek perjanjian/mobil yang berada di luar Pulau Jawa, obyek perjanjian/mobil dapat ditarik, hal ini dikarenakan obyek perjanjian tersebut berada di luar Pulau Jawa, tetapi debitur tidak memenuhi kewajibannya yaitu membayar angsuran. Penarikan terhadap obyek perjanjian/mobil yang dilakukan oleh PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta diwakili oleh tim collector, yaitu tim 10

11 khusus yang dibentuk untuk menangani masalah yang timbul akibat debitur/ lessee melakukan wanprestasi. Kendaraan bermotor roda empat yang menjadi obyek perjanjian tersebut sudah ditarik oleh pihak lembaga pembiayaan, maka pihak pembeli diberi hak untuk menebus kembali mobil yang sudah ditarik dalam waktu yang sudah ditentukan oleh pihak yang lembaga pembiayaan. Serta si konsumen diwajibkan melunasi semua angsuran yang belum dilunasi ditambah dengan semua biaya yang telah dikeluarkan oleh lembaga pembiayaan konsumen, jika mobil yang menjadi obyek dari perjanjian tersebut tidak ditebus kembali maka mobil tersebut akan menjadi hak sepenuhnya oleh PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta. Pihak pembeli tidak mempunyai hak suatu apapun atas obyek yang telah diperjanjikan, semua pembayaran yang sudah dikeluarkan oleh pembeli kepada lembaga pembiayaan konsumen akan menjadi hak sepenuhnya oleh pihak lembaga pembiayaan konsumen tersebut. Setelah itu perjanjian pembiayaan tersebut dianggap berakhir dan tidak ada keterikatan lagi antara kedua pihak. Selain masalah pembayaran, sering juga kita jumpai terjadinya wanprestasi dari pembeli namun dengan kasus yang lain. Ciri khas perjanjian pembiayaan adalah bahwa hak milik akan berpindah tangan pada pembeli pada saat harga barang dibayar lunas, oleh karena itu jika harga barang belum dibayar lunas, maka pembeli belum mempunyai hak milik sepenuhnya atas barang yang menjadi obyek perjanjian. Pembeli hanya berhak memakai dan menggunakan barang tersebut sesuai dengan sifat dan tujuannya, sehingga pemindah tanganan yang menjadi obyek perjanjian pembiayaan adalah merupakan hal yang dilarang dan dapat diancam dengan tindakan pidana penggelapan (Pasal 372 KUHP) dan tindak pidana penipuan (Pasal 378 KUHP) Apabila unsur-unsur dalam pasal 378 KUHP dikaitkan dengan perjanjian pembiayaan yang telah ditanda tangani bersama ternyata alamat, nama dan persyaratan yang tertera dan terlampir dalam surat perjanjian hanya dipinjam nama saja oleh orang lain atau pihak ketiga dilakukan dengan sengaja, maka tindakan pembeli dapat dituduh telah melakukan tindak pidana persekongkolan jahat karena telah melakukan penipuan untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan untuk keuntungan diri sendiri atau orang lain. 11

12 Mengenai larangan tersebut pasti pihak leasing dalam hal ini adalah PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta memberitahu atau menjelaskan kepada pembeli untuk tidak mengalihkan atau menjual kendaraan yang menjadi obyek perjanjian pembiayaan sebelum angsuran lunas. Penjelasan ini diberikan pada waktu disepakatinya perjanjian pembiayaan, sehingga apabila calon pembeli tersebut merasa keberatan dengan isi surat perjanjian tersebut, maka perjanjian pembiayaan tersebut tidak akan jadi dilaksanakan, namun demikian dalam prakteknya tetap banyak juga pembeli yang melanggar isi dari perjanjian pembiayaan tersebut. Biasanya pihak pembeli menjual kembali obyek perjanjian yaitu kendaraan bermotor roda empat yang pembiayaannya sebelum pembeli membayar lunas angsurannya. Hal ini dilakukan pembeli dengan alasan ekonomi, yaitu karena adanya tuntutan kebutuhan yang mendesak kepada pembeli kemudian pembeli menjual mobil secara sembunyi-sembunyi atau tanpa sepengetahuan leasing. Pihak penjual sendiri juga dirasa jarang melakukan pengawasan terhadap obyek yang diperjanjikan yang berada di tangan pembeli. PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta tahu kalau kendaraan tersebut telah dipindahtangankan atau dijual oleh pembeli apabila pembeli macet dalam pembayaran angsurannya, jika terjadi kemacetan oleh pihak pembeli maka pihak leasing akan memberikan peringatan baik secara lisan ataupun tulisan, kalau peringatan ini diabaikan maka leasing akan segera menarik kendaan yang menjadi obyek perjanjian pembiayaan. Biasanya pada waktu leasing akan melakukan penarikan inilah baru diketahui apabila kendaraan yang menjadi obyek perjanjian pembiayaan tersebut telah digelapkan atau dipindah tangankan oleh pembeli. Apabila ada kejadian seperti ini maka tindakan leasing adalah mengusut dimana kendaraan yang menjadi obyek perjanjian tersebut berada untuk dapat ditarik kembali. Pihak ketiga sebagai pembeli kedua tersebut tidak mempunyai alasan untuk mempertahankan kendaraan tersebut untuk tetap dapat dikuasainya. Jika pihak ketiga tetap mempertahankan kendaraan yang menjadi obyek perjanjian tersebut, maka ia dianggap sebagai penadah dan bisa dikenai sanksi pidana. Menurut Pasal 1471 KUHPerdata, jual beli barang milik orang lain adalah batal. Sehingga jual 12

13 beli yang dilakukan pembeli dengan pihak ketiga juga ikut batal selama perjanjian pembiayaan antara pembeli dan dealer masih berlangsung. Menyikapi kejadian tersebut, penyelesaian selanjutnya dalam praktek adalah pihak PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta memberikan kebijakan kepada pembeli untuk melunasi angsuran yang masih kurang sesuai yang ada dalam perjanjian. Sehingga kebijakan seperti ini dapat penulis anggap sebagai suatu kelonggaran yang diberikan bagi pihak pembeli maupun pihak ketiga yang beritikad baik. Apabila pembeli mau bertanggung jawab dan mengangsur kembali sampai angsuran tersebut lunas, maka kendaraan dapat diserahkan kembali pada sipembeli. Tetapi jika pembeli tidak mau melunasi kekurangan angsurannya, maka pihak ketigalah yang harus bertanggung jawab atas pelunasan angsurannya. Itupun kalau pihak ketiga masih mau mendapatkan kendaraan bermotor roda empat yang menjadi obyek perjanjian pembiayaan tersebut. Apabila dalam hal ini pihak ketiga ternyata bersedia meneruskan angsuran, maka pihak ketiga tinggal meneruskan perjanjian yang telah dibuat antara pihak leasing dan pembeli. Kecuali kalau pihak pihak ketiga menginginkan balik nama dari pembeli ke pihak ketiga, maka akan dibuat kembali perjanjian lagi pada pihak ketiga yang menginginkan obyek perjanjian tersebut bisa balik nama. Pihak ketiga tidak perlu membayar uang muka kepada leasing, namun pihak ketiga tetap akan dikenai biaya balik nama atas obyek perjanjian serta meneruskan angsuran yang belum terbayar oleh pembeli. Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa kedudukan pihak ketiga dalam hal ini tetap lemah, karena apabila mobil yang telah ia beli secara lunas dari pihak pembeli ternyata benar-benar ditarik oleh perusahaan finance dan pembeli tidak mau bertanggung jawab, maka pihak ketiga akan kehilangan kendaraan yang telah ia bayar, namun jika pihak ketiga menginginkan kendaraannya lagi maka ia harus melunasi kekurangan angsuran berikut dendanya dan jika pembeli dan pihak ketiga sama-sama tidak mau melakukan pelunasan angsurannya, maka kendaraan bermotor tersebut akan beralih hak milik sepenuhnya menjadi milik PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta. Mengenai uang yang sudah dibayar pihak ketiga 13

14 kepada pembeli tersebut, pihak PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta tidak mau tahu dan itu merupakan urusan dari pihak pembeli dengan pihak ketiga. Masalah resiko dalam perjanjian pembiayaan, sesuai dengan praktek yang ada di PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta, mengenai siapa yang menanggung resiko sudah ditetapkan dalam surat perjanjian pembiayaan yaitu dibebankan pada pembeli sejak pembeli menerima kendaraan bermotor atau obyek perjanjian. Hal ini terjadi karena PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta yang menentukan isi dari perjanjian pembiayaan tersebut secara sepihak. Dengan demikian tentunya pihak PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta menentukan isi perjanjian pembiayaan tersebut dengan lebih menguntungkan dirinya sendiri dibandingkan dengan pembeli, jadi berakhirnya perjanjian pembiayaan kendaraan bermotor roda empat pada umumnya pada saat pembayaran agsuran yang terakhir, sedangkan kemungkinan berakhirnya perjanjian pembiayaan ini dengan cara lain dapat dikatakan jarang terjadi. Hal ini dikarenakan pihak PT. Oto Multiartha Cabang Surakarta bertindak teliti dalam menentukan calon pembeli. Masalah penyelesaian perselisihan yang terjadi, biasanya pihak leasing menggunakan dua cara yaitu dengan musyawarah mufakat, dan penarikan kembali barang yang diperjanjikan. Kesimpulan Perjanjian pembiayaan konsumen ditinjau dari bentuk dan isinya merupakan perjanjian baku/perjanjian standar, yang dibuat oleh PT. Multiartha Finance Cabang Surakarta. Mekanisme pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen pada PT. Multiartha Finance Cabang Surakarta harus melalui tahap-tahap yaitu : tahap permohonan, tahap pengecekan dan pemeriksaan lapangan, tahap penagihan atau monitoring pembayaran, dan pengambilan surat jaminan. Perselisihan antara pihak yang perusahaan dengan pihak pembeli timbul karena adanya wanprestasi, terjadinya wanprestasi dalam perjanjian pembiayaan maka yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap resiko adalah pembeli. Hal ini sesuai dengan isi dari perjanjian pembiayaan yang sudah disepakati antara kedua belah pihak. Penyelesaian masalah yang timbul dalam perjanjian sewa beli kendaraan bermotor roda empat dapat ditempuh dengan dua cara yaitu melalui musyawarah mufakat dan penarikan kembali kendaraan bermotor roda empat. 14

15 Daftar Pustaka Abdulkadir Muhammad, 2002, Hukum Perikatan, Bandung : Alumni. Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Bandung : Citra Aditya Bakti Ade Maman Suherman Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global. Jakarta : Ghalia Indonesia. J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. Johanes Ibrahim, 2003, Pengimpasan Pinjaman (Kompensasi) dan Asas Kebebasan Bekontrak Dalam Perjanjian Kredit Bank. Jakarta : CV. Utomo Kartini Mulyadi dan Gunawan Widjaja, 2005, Hak Istimewa, Gadai, dan Hipotik, Seri Hukum Harta Kekayaan, Jakarta :Kencana. Rahmadi Usman, 2009, Hukum Jaminan Keperdataan. Jakarta : Sinar Grafika Ridwan Khairandi, 2003, Itikad Baik Dalam Kebebasan Berkontrak, Jakarta Universitas Indonesia. R.M. Suryodiningrat, SH, 1985, Azas-Azas Hukum Perikatan, Bandung : Transito R. Subekti, 1989, Jaminan-jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, Bandung : PTCitra Aditya Bakti. Salim HS Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika. Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press. Sunaryo, 2008, Hukum Lembaga Pembiayaan, Jakarta: Sinar Grafika. Wirjono Prodjodikoro Azas-Azas Hukum Perjanjian. Bandung : Mandar Maju 15

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PADA KRISNA FINANCE SURAKARTA

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PADA KRISNA FINANCE SURAKARTA PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PADA KRISNA FINANCE SURAKARTA HARTINI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SURAKARTA ABSTRAK: Salah satu bentuk perjanjian adalah perjanjian

Lebih terperinci

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor Menurut sistem terbuka yang mengenal adanya asas kebebasan berkontrak

Lebih terperinci

PERJANJIAN PINJAMAN. (Pemberi Pinjaman dan Penerima Pinjaman selanjutnya secara bersama disebut sebagai Para Pihak )

PERJANJIAN PINJAMAN. (Pemberi Pinjaman dan Penerima Pinjaman selanjutnya secara bersama disebut sebagai Para Pihak ) PERJANJIAN PINJAMAN Perjanjian pinjaman ini ( Perjanjian ) dibuat pada hari dan tanggal yang disebutkan dalam Lampiran I Perjanjian ini, oleh dan antara: 1. Koperasi Sahabat Sejahtera Anda, suatu koperasi

Lebih terperinci

KAJIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. BUSSAN AUTO FINANCE SURAKARTA. Oleh:

KAJIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. BUSSAN AUTO FINANCE SURAKARTA. Oleh: KAJIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. BUSSAN AUTO FINANCE SURAKARTA Oleh: Ronal Ravianto Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat kita lihat dalam praktek sehari-hari, banyaknya peminat dari

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat kita lihat dalam praktek sehari-hari, banyaknya peminat dari BAB I PENDAHULUAN H. Latar Belakang Dalam dunia perdagangan kita mengenal berbagai macam perjanjian, salah satu diantaranya adalah Perjanjian Sewa Beli. Perjanjian ini timbul dalam praktek karena adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN 2.1 Perjanjian 2.1.1 Pengertian Perjanjian Definisi perjanjian diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Perjanjian Dalam istilah perjanjian atau kontrak terkadang masih dipahami secara rancu, banyak pelaku bisnis mencampuradukkan kedua istilah tersebut seolah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik itu lembaga di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik itu lembaga di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi 1 BAB I PENDAHULUAN Perkembangan masyarakat terlihat pada lembaga yang ada pada masyarakat, baik itu lembaga di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi maupun hukum. Untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan Suatu perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selalu berusaha untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Hal ini menyebabkan setiap manusia di dalam kehidupannya senantiasa melakukan berbagai

Lebih terperinci

1 KETENTUAN MENDAPATKAN FASILITAS PINJAMAN

1 KETENTUAN MENDAPATKAN FASILITAS PINJAMAN PERJANJIAN PINJAMAN Perjanjian pinjaman ini ( Perjanjian ) dibuat pada hari [masukan hari penandatanganan] tanggal [masukkan tanggal penandantangan], oleh dan antara: 1. Koperasi Mapan Indonesia, suatu

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017. TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DALAM PERJANJIAN SEWA-BELI KENDARAAN BERMOTOR 1 Oleh : Febrian Valentino Musak 2

Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017. TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DALAM PERJANJIAN SEWA-BELI KENDARAAN BERMOTOR 1 Oleh : Febrian Valentino Musak 2 TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DALAM PERJANJIAN SEWA-BELI KENDARAAN BERMOTOR 1 Oleh : Febrian Valentino Musak 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana konsep Perjanjian

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KONTRAK SEWA BELI

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KONTRAK SEWA BELI 65 TINJAUAN YURIDIS Abstrak : Perjanjian sewa beli merupakan gabungan antara sewamenyewa dengan jual beli. Artinya bahwa barang yang menjadi objek sewa beli akan menjadi milik penyewa beli (pembeli) apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkumpulnya uang yang cukup untuk membeli barang tersebut secara tunai.

BAB I PENDAHULUAN. terkumpulnya uang yang cukup untuk membeli barang tersebut secara tunai. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masyarakat kita dewasa ini, membeli suatu barang dengan pembayaran diangsur beberapa kali bukan hanya dilakukan oleh golongan ekonomi lemah saja, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi diperlukan peran serta lembaga keuangan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Listrik merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Sejak adanya listrik manusia mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang, yang menonjol adalah

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. ADIRA FINANCE. perusahaan pembiayaan non-bank (multi finance).

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. ADIRA FINANCE. perusahaan pembiayaan non-bank (multi finance). BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. ADIRA FINANCE A. Gambaran Umum PT Adira Finance PT Adira Dinamika Multi Finance, Tbk (Adira Finance) adalah sebuah perusahaan pembiayaan

Lebih terperinci

Contoh Perjanjian Leasing

Contoh Perjanjian Leasing Contoh Perjanjian Leasing Draft Leasing Perjanjian ini dibuat pada hari ini kamis tanggal 19 bulan april tahun 2009 antara : 1. Nama : M.Ridha Ulhaq Jabatan : Direktur PT ASOE NANGGROE FINANCE Alamat :

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016 PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA (UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999) 1 Oleh: Aristo Yermia Tamboto 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA KENDARAAN RODA EMPAT DALAM HAL BERALIHNYA BARANG OBJEK SEWA PADA CV. INDAH JAYA KUTA BADUNG

PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA KENDARAAN RODA EMPAT DALAM HAL BERALIHNYA BARANG OBJEK SEWA PADA CV. INDAH JAYA KUTA BADUNG PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA KENDARAAN RODA EMPAT DALAM HAL BERALIHNYA BARANG OBJEK SEWA PADA CV. INDAH JAYA KUTA BADUNG Oleh : Dewa Ayu Putu Andina Novianta Dewa Gede Rudy A.A. Sri Indrawati Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan lembaga keuangan konvensial, yaitu bank. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan lembaga keuangan konvensial, yaitu bank. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah lembaga pembiayaan mungkin belum sepopuler dengan istilah lembaga keuangan dan lembaga perbankan. Belum akrabnya dengan istilah ini bisa jadi karena dilihat

Lebih terperinci

PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial ::

PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial :: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan di Indonesia dibedakan menjadi dua yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank. Dalam praktek kehidupan sehari-hari lembaga

Lebih terperinci

BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN

BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN A. Pelaksanaan Penanggungan dalam Perjanjian Kredit di BPR Alto Makmur Bank Perkreditan Rakyat adalah bank

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM A. Segi-segi Hukum Perjanjian Mengenai ketentuan-ketentuan yang mengatur perjanjian pada umumnya terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata pada Buku

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015 PEMBERLAKUAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK MENURUT HUKUM PERDATA TERHADAP PELAKSANAANNYA DALAM PRAKTEK 1 Oleh : Suryono Suwikromo 2 A. Latar Belakang Didalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan selalu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI 25 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI 2.1 Pengertian Gadai Salah satu lembaga jaminan yang obyeknya benda bergerak adalah lembaga gadai yang diatur dalam Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160 KUHPerdata.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata, bahwa suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya 1. Pembiayaan Konsumen Pembiayaan konsumen merupakan salah satu model pembiayaan yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

LEMBAGA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN

LEMBAGA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN LEMBAGA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN ST., S.H.,M.H Universitas Islam Negeri Alauddin (UIN) Makassar Abstract Vehicle financing agreement was made as the embodiment of the financing

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian Arisan Motor Plus

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian Arisan Motor Plus 34 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian Arisan Motor Plus Hak ialah sesuatu yang diperoleh dari pihak lain dengan kewenangan menuntut jika tidak dipenuhi

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT Syarat dan Ketentuan Dana Bantuan Sahabat ini berlaku bagi Nasabah Dana Bantuan Sahabat yang sebelumnya adalah Nasabah aktif ANZ Personal Loan pada saat produk

Lebih terperinci

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit Kehadiran bank dirasakan semakin penting di tengah masyarakat. Masyarakat selalu membutuhkan

Lebih terperinci

BAB III WANPRESTASI TERHADAP OBJEK JAMINAN YANG DISITA SEBAGAI BARANG BUKTI OLEH PIHAK KEPOLISIAN

BAB III WANPRESTASI TERHADAP OBJEK JAMINAN YANG DISITA SEBAGAI BARANG BUKTI OLEH PIHAK KEPOLISIAN BAB III WANPRESTASI TERHADAP OBJEK JAMINAN YANG DISITA SEBAGAI BARANG BUKTI OLEH PIHAK KEPOLISIAN A. Pelaksanaan Perjanjian Pembiyaan Konsumen Pada PT. Federal International Finance Cabang Yogyakarta 1.

Lebih terperinci

Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth

Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth Syarat dan Ketentuan Umum untuk Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth 1. Definisi Syarat dan Ketentuan Umum ANGSURAN adalah suatu

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR *

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR * PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR * Oleh Swandewi ** I Made Sarjana *** I Nyoman Darmadha **** Bagian

Lebih terperinci

SURAT PERJANJIAN SEWA TANAH

SURAT PERJANJIAN SEWA TANAH SURAT PERJANJIAN SEWA TANAH SURAT PERJANJIAN SEWA TANAH Saya yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama :.. Tempat, Tgl Lahir :.. Pekerjaan :.. Alamat :.... Nomor KTP/SIM :.. Dalam hal ini bertindak atas

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT Living, Breathing Asia SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT Syarat dan Ketentuan Dana Bantuan Sahabat ini berlaku bagi Nasabah yang permohonan Dana Bantuan Sahabat telah disetujui. Harap membaca Syarat

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN JUAL-BELI SMARTPHONE MELALUI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT ADIRA QUANTUM CABANG DENPASAR

PELAKSANAAN PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN JUAL-BELI SMARTPHONE MELALUI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT ADIRA QUANTUM CABANG DENPASAR PELAKSANAAN PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN JUAL-BELI SMARTPHONE MELALUI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT ADIRA QUANTUM CABANG DENPASAR Oleh: Hendra Adinata A.A Sri Indrawati I Made Dedy Priyanto Bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI. 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI. 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan 22 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan 2.1.1 Pengertian Lembaga Pembiayaan Istilah lembaga pembiayaan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 44 BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 3.1 Hubungan Hukum Antara Para Pihak Dalam Perjanjian Kartu Kredit 3.1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakan oleh manusia atau mesin. Transportasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak, yang isinya adalah hak dan kewajiban, suatu hak untuk menuntut sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan yang segera dari hukum itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan yang segera dari hukum itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Salah satu tantangan terbesar bagi hukum di Indonesia adalah terus berkembangnya perubahan di dalam masyarakat yang membutuhkan perhatian dan pengaturan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN NOVASI SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET OLEH BANK

PELAKSANAAN NOVASI SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET OLEH BANK PELAKSANAAN NOVASI SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET OLEH BANK (Studi kasus Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Solo) S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman negara Indonesia telah banyak perkembangan yang begitu pesat, salah satunya adalah dalam bidang pembangunan ekonomi yang dimana sebagai

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN FASILITAS DANA BANTUAN SAHABAT

SYARAT DAN KETENTUAN FASILITAS DANA BANTUAN SAHABAT SYARAT DAN KETENTUAN FASILITAS DANA BANTUAN SAHABAT Syarat dan Ketentuan Fasilitas Dana Bantuan Sahabat ( Syarat dan Ketentuan Umum ) ini berlaku bagi Nasabah yang permohonan Fasilitas Dana Bantuan Sahabat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perjanjian adalah persetujuan tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem aturan. Hukum bukanlah, seperti terkadang dikatakan, sebuah

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem aturan. Hukum bukanlah, seperti terkadang dikatakan, sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum adalah suatu tatanan perbuatan manusia. Tatanan adalah suatu sistem aturan. Hukum bukanlah, seperti terkadang dikatakan, sebuah peraturan. Hukum adalah

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN

SYARAT DAN KETENTUAN SYARAT DAN KETENTUAN 1. DEFINISI (1) Bank adalah PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk., yang berkantor pusat di Bandung, dan dalam hal ini bertindak melalui kantor-kantor cabangnya, meliputi kantor cabang,

Lebih terperinci

BAB II DEPOSITO SEBAGAI SALAH SATU SURAT BERHARGA. deposito di Bank lazimnya di letakkan pada persyaratan jangka waktu

BAB II DEPOSITO SEBAGAI SALAH SATU SURAT BERHARGA. deposito di Bank lazimnya di letakkan pada persyaratan jangka waktu BAB II DEPOSITO SEBAGAI SALAH SATU SURAT BERHARGA A. Pengertian Deposito Seperti diketahui salah satu aktivititas perbankan dalam usaha untuk mengumpulkan dana adalah mengarahkan aktivitas deposito. Di

Lebih terperinci

SUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI

SUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI SUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI Oleh Fery Bernando Sebayang I Nyoman Wita Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Sales Returns

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X 44 BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X 4.1 Kedudukan Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Perjanjian yang akan dianalisis di dalam penulisan skripsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT A. Pengertian Hukum Jaminan Kredit Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, zekerheidsrechten atau security of law. Dalam Keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengusaha untuk mengembangkan usahanya. kedua belah pihak, yakni pembeli dan penjual.

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengusaha untuk mengembangkan usahanya. kedua belah pihak, yakni pembeli dan penjual. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dunia bisnis saat ini berbagai macam usaha dan kegiatan dapat dilakukan dalam rangka untuk memenuhi pangsa pasar di tengah-tengah masyarakat.permintaa

Lebih terperinci

PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (Studi Tentang Hubungan Hukum Dalam Perjanjian Di PT. Adira Dinamika. Multi Finance Tbk.

PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (Studi Tentang Hubungan Hukum Dalam Perjanjian Di PT. Adira Dinamika. Multi Finance Tbk. PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (Studi Tentang Hubungan Hukum Dalam Perjanjian Di PT. Adira Dinamika Multi Finance Tbk. Cabang Purwodadi) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA MENYEWA TANAH

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA MENYEWA TANAH CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA MENYEWA TANAH Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : ---------------------------------------------------- Umur : ----------------------------------------------------

Lebih terperinci

Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan

Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan Perikatan dalam bahasa Belanda disebut ver bintenis. Istilah perikatan ini lebih umum dipakai dalam literatur hukum di Indonesia. Perikatan dalam hal ini berarti

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT PERJANJIAN KREDIT Yang bertanda tangan di bawah ini : I. ------------------------------------- dalam hal ini bertindak dalam kedudukan selaku ( ------ jabatan ------- ) dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alat transportasi yang banyak dibutuhkan oleh manusia adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini menjadi salah satu

Lebih terperinci

TANGGUNGJAWAB HUKUM DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DI PUTRA UTAMA MOTOR SUKOHARJO

TANGGUNGJAWAB HUKUM DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DI PUTRA UTAMA MOTOR SUKOHARJO TANGGUNGJAWAB HUKUM DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DI PUTRA UTAMA MOTOR SUKOHARJO SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Tugas dan Syarat Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan paling pokok dalam kehidupan manusia. Rumah sebagai tempat berlindung dari segala cuaca sekaligus sebagai tempat tumbuh kembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam, yaitu kebutuhan primer, sekunder dan tersier. 1 Meningkatnya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. macam, yaitu kebutuhan primer, sekunder dan tersier. 1 Meningkatnya kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman dan peningkatan ekonomi, maka kebutuhan masyarakat yang beraneka ragam sesuai dengan harkatnya semakin meningkat pula. Macam kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata, bahwa suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda bergerak maupun yang tidak berwujud. Pesatnya perkembangan masyarakat dewasa ini, kebutuhan akan sarana

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITOR DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN SEPEDA MOTOR ARTIKEL. Diajukan Oleh : DODY PEBRI CAHYONO

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITOR DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN SEPEDA MOTOR ARTIKEL. Diajukan Oleh : DODY PEBRI CAHYONO TINJAUAN YURIDIS TERHADAP WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITOR DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN SEPEDA MOTOR ARTIKEL Diajukan Oleh : DODY PEBRI CAHYONO 1 1 1 0 0 0 4 2 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI

Lebih terperinci

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016 Website :

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016 Website : PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH KABUPATEN GROBOGAN Angga Wisnu Firmansyah*, Siti Malikhatun B, Dewi Hendrawati Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi 142 PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT Deny Slamet Pribadi Dosen Fakultas Hukum Universitas Mulawarman Samarinda ABSTRAK Dalam perjanjian keagenan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN, JAMINAN DAN GADAI. politicon). Manusia dikatakan zoon politicon oleh Aristoteles, sebab

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN, JAMINAN DAN GADAI. politicon). Manusia dikatakan zoon politicon oleh Aristoteles, sebab BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN, JAMINAN DAN GADAI 2.1 Perjanjian 2.1.1 Pengertian Perjanjian Masalah perjanjian itu sebenarnya merupakan adanya ikatan antara dua belah pihak atau antara 2 (dua)

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT. Oleh : Ida Bagus Gde Surya Pradnyana I Nengah Suharta

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT. Oleh : Ida Bagus Gde Surya Pradnyana I Nengah Suharta TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT Oleh : Ida Bagus Gde Surya Pradnyana I Nengah Suharta Hukum Bisnis, Fakultas Hukum Program Ekstensi Universitas Udayana

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN KONSUMEN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI PADA SUZUKI FINANCE CABANG DENPASAR

PENYELESAIAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN KONSUMEN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI PADA SUZUKI FINANCE CABANG DENPASAR PENYELESAIAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN KONSUMEN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI PADA SUZUKI FINANCE CABANG DENPASAR Oleh : I Komang Sugiharta Wardana I Nyoman Wita Hukum Perdata, Fakultas Hukum, Universitas

Lebih terperinci

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Akibat Hukum dari Wanprestasi yang Timbul dari Perjanjian Kredit Nomor 047/PK-UKM/GAR/11 Berdasarkan Buku III KUHPERDATA Dihubungkan dengan Putusan Pengadilan Nomor

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT. FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT. FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT. FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK RAHMAT WAHYUNI RIKA LESTARI, SH.,M.Hum ULFIA HASANAH, SH.,M.Kn Abstrak The law financial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan Pembangunan Nasional, peranan pihak swasta dalam kegiatan pembangunan semakin ditingkatkan juga. Sebab

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani*

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani* Al Ulum Vol.61 No.3 Juli 2014 halaman 17-23 17 AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA Istiana Heriani* ABSTRAK Masalah-masalah hukum yang timbul dalam perjanjian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN KOPERASI. Perikatan-Perikatan yang dilahirkan dari Kontrak atau Perjanjian,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN KOPERASI. Perikatan-Perikatan yang dilahirkan dari Kontrak atau Perjanjian, 23 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN KOPERASI 2.1 Pengertian Perjanjian Kredit Pasal 1313 KUHPerdata mengawali ketentuan yang diatur dalam Bab Kedua Buku III KUH Perdata, dibawah judul Tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst, mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst, mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teori 2.1.1. Pengertian Perjanjian dan Wanprestasi Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst, Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. ataulebih. Syarat syahnya Perjanjian menurut pasal 1320 KUHPerdata :

BAB III TINJAUAN TEORITIS. ataulebih. Syarat syahnya Perjanjian menurut pasal 1320 KUHPerdata : BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Perjanjian Perjanjian menurut pasal 1313 KUHPerdata adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikat dirinya terhadap satu orang ataulebih. Syarat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa latin testamentum,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa latin testamentum, 19 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN 2.1 Perjanjian Pembiayaan Konsumen 2.1.1 Pengertian Perjanjian Pembiayaan konsumen Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI TANAH

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI TANAH CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI TANAH Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. ( n a m a ), ( u m u r ), ( pekerjaan ), ( alamat lengkap ), ( nomer KTP / SIM ), dalam hal ini bertindak atas nama diri pribadi

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN UMUM PEMBERIAN FASILITAS KREDIT RUMAH

SYARAT DAN KETENTUAN UMUM PEMBERIAN FASILITAS KREDIT RUMAH SYARAT DAN KETENTUAN UMUM PEMBERIAN FASILITAS KREDIT RUMAH SYARAT DAN KETENTUAN UMUM PEMBERIAN FASILITAS KREDIT RUMAH Syarat dan ketentuan umum pemberian fasilitas kredit rumah ini merupakan syarat-syarat

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN JUAL BELI MOBIL

CONTOH SURAT PERJANJIAN JUAL BELI MOBIL CONTOH SURAT PERJANJIAN JUAL BELI MOBIL Pada hari ini ( ------------ ) tanggal [( ------) ( --- tanggal dalam huruf ---)] ( --- bulan dalam huruf ---) tahun [( ----) ( --- tahun dalam huruf ---)], telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia kodratnya adalah zoon politicon, yang merupakan makhluk sosial. Artinya bahwa manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan saling berinteraksi.

Lebih terperinci

POTENSI KEJAHATAN KORPORASI OLEH LEMBAGA PEMBIAYAAN DALAM JUAL BELI KENDARAAN SECARA KREDIT Oleh I Nyoman Gede Remaja 1

POTENSI KEJAHATAN KORPORASI OLEH LEMBAGA PEMBIAYAAN DALAM JUAL BELI KENDARAAN SECARA KREDIT Oleh I Nyoman Gede Remaja 1 POTENSI KEJAHATAN KORPORASI OLEH LEMBAGA PEMBIAYAAN DALAM JUAL BELI KENDARAAN SECARA KREDIT Oleh I Nyoman Gede Remaja 1 Abstrak: Klausula perjanjian dalam pembiayaan yang sudah ditentukan terlebih dahulu

Lebih terperinci

KETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB

KETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB KETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB Form.# Tgl. R Halaman 1 dari 8 Pasal 1 Letak 1.1. Pengembang dengan ini berjanji dan mengikatkan dirinya sekarang dan untuk kemudian pada waktunya menjual dan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang-undang, ditegaskan bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TERHADAP PERJANJIAN SEWA BELI. belum diatur dalam Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar

BAB II TINJAUAN TERHADAP PERJANJIAN SEWA BELI. belum diatur dalam Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar BAB II TINJAUAN TERHADAP PERJANJIAN SEWA BELI A. Pengaturan Sewa Beli di Indonesia Perjanjian sewa beli adalah termasuk perjanjian jenis baru yang timbul dalam masyarakat. Sebagaimana perjanjian jenis

Lebih terperinci

2 tersebut dapat dipakai dalam jangka waktu tertentu yang telah ditentukan atau dapat dimiliki oleh pembeli. Pengelolah pusat perbelanjaan menawarkan

2 tersebut dapat dipakai dalam jangka waktu tertentu yang telah ditentukan atau dapat dimiliki oleh pembeli. Pengelolah pusat perbelanjaan menawarkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional Indonesia bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil, makmur, materiil dan spiritual berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

Lebih terperinci

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan KEDUDUKAN TIDAK SEIMBANG PADA PERJANJIAN WARALABA BERKAITAN DENGAN PEMENUHAN KONDISI WANPRESTASI Etty Septiana R 1, Etty Susilowati 2. ABSTRAK Perjanjian waralaba merupakan perjanjian tertulis antara para

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT. pengertian hukum jaminan. Menurut J. Satrio, hukum jaminan itu diartikan peraturan hukum

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT. pengertian hukum jaminan. Menurut J. Satrio, hukum jaminan itu diartikan peraturan hukum BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT A. Pengertian dan Dasar Hukum Tentang Jaminan Kredit Sehubungan dengan pengertian hukum jaminan, tidak banyak literatur yang merumuskan pengertian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Uraian Teori Beberapa teori akan dipakai sebagai acuan dalam penelitian ini, yaitu pengertian perjanjian, pembiayaan leasing dan teori fidusia. 2.1.1. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan pada masa sekarang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengatasi ketimpangan ekonomi guna mencapai kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian Indonesia, khususnya dunia perbankan saat ini mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat baik, walaupun kegiatan bisnis bank umum sempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering dijumpai perbuatan hukum peminjaman uang antara dua orang atau lebih. Perjanjian yang terjalin antara dua orang atau disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang. menghasilkan berbagai macam produk kebutuhan hidup sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang. menghasilkan berbagai macam produk kebutuhan hidup sehari-hari, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang menghasilkan berbagai macam produk kebutuhan hidup sehari-hari, yang dipasarkan secara terbuka baik pasar-pasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN WANPRESTASI. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN WANPRESTASI. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst, BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN WANPRESTASI A. Pengertian Perjanjian Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst, Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemberian Kredit kepada masyarakat dilakukan melalui suatu perjanjian kredit antara pemberi dengan penerima kredit sehingga terjadi hubungan hukum antara keduanya. Seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain sebagai makhluk sosial dimana manusia saling membutuhkan satu dengan yang lainnya, sebuah dimensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya lembaga keuangan di Indonesia dibedakan atas dua bagian, yakni lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank, namun dalam praktek sehari-hari

Lebih terperinci

Persyaratan dan Ketentuan Pasal 1. DEFINISI

Persyaratan dan Ketentuan Pasal 1. DEFINISI Persyaratan dan Ketentuan Dengan menggunakan kartu, berarti Anda telah memahami, menerima, dan terikat pada ketentuan dan syarat yang tercantum berikut ini. Pasal 1. DEFINISI 1.1 BANK MEGA CARD CENTER

Lebih terperinci

PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM UANG DI PERUSAHAAN

PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM UANG DI PERUSAHAAN 49 PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM UANG DI PERUSAHAAN Pada hari ini, Senin tanggal empat bulan satu tahun dua ribu sepuluh (04-01-2010), bertempat di Jakarta, kami yang bertandatangan di bawah ini: 1. Amin,

Lebih terperinci