PENGARUH WAKTU FERMENTASI CAMPURAN Trichoderma reesei DAN Aspergillus niger TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN SERAT KASAR AMPAS SAGU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH WAKTU FERMENTASI CAMPURAN Trichoderma reesei DAN Aspergillus niger TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN SERAT KASAR AMPAS SAGU"

Transkripsi

1 JKK, tahun 2012, volume 1 (1), halaman ISSN PENGARUH WAKTU FERMENTASI CAMPURAN Trichoderma reesei DAN Aspergillus niger TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN SERAT KASAR AMPAS SAGU Ria Fransistika 1 *, Nora Idiawati 1, Lia Destiarti 1 1 Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi tika_kimia55@yahoo.co.id ABSTRAK Ampas sagu merupakan limbah hasil industri pertanian yang belum dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan ternak unggas, karena memiliki kadar protein yang rendah dan kandungan serat kasar yang tinggi. Pada penelitian ini dilakukan fermentasi campuran dengan menggunakan trichoderma reesei dan Aspergillus niger untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kandungan protein dan serat kasar ampas sagu. Fermentasi dipengaruhi oleh dua variable, yaitu waktu penundaan pencampuran kedua kapang dan waktu fermentasi. Pada penelitian ini yang diujikan yaitu bilamana A.niger diinokulasikan setelah fermentasi oleh T.reesei berjalan 0 hari ( )1 hari ( ) dan 2 hari ( ), serta waktu fermentasi yang digunakan yaitu 2 hari ( ), 4 hari ( ) dan 6 hari ( ). Secara umum, kadar protein dan serat kasar meningkat dengan variasi waktu yang diberikan. Kadar protein dan serat kasar ampas sagu sebelum difermentasi yaitu 1,54% dan 11,16%. Peningkatan kadar protein tertinggi diperoleh pada kondisi yaitu sebesar 16,27%. Peningkatan protein disebabkan oleh penambahan protein yang disumbangkan oleh sel mikroba akibat pertumbuhnnya yang menghasilkan produk protein sel tunggal (PST). Kadar serat paling rendah diperoleh pada yaitu sebesar 26,76%. Hasil ini menunjukkan bahwa pemanfaatan kedua kapang dapat meningkatkan kandungan protein ampas sagu, namun tidak dapat menurunkan kadar serat yang tinggi. Kata kunci : Ampas Sagu, Protein Kasar, Serat Kasar, Trichoderma reesei, Aspergillus niger PENDAHULUAN Ampas sagu merupakan limbah padat hasil industri pertanian pengolahan pati sagu yang tersedia cukup banyak sepanjang tahun, murah dan mudah didapat. Dalam pengolahan empulur sagu diperoleh 18,5% pati sagu dan 81,5% berupa ampas sagu (Kiat, 2006). Tingginya jumlah limbah yang dihasilkan belum dimanfaatkan secara optimal dan hanya dibiarkan menumpuk di tempat pengolahan tepung sagu. Sampai saat ini pemanfaatan ampas sagu sebagai pakan ternak masih terbatas karena memiliki kandungan protein yang rendah dan kandungan serat kasar yang tinggi. Kandungan serat kasar yang terdapat dalam ampas sagu tinggi sementara unggas terbatas kemampuannya dalam mencerna serat kasar. Upaya yang telah dilakukan guna memaksimalkan penggunaan ampas sagu sebagai pakan melalui fermentasi dengan menambahkan mikroorganisme (kapang atau bakteri) ke dalam suatu bahan. Sugiyono (2008) dalam penelitiannya melaporkan bahwa fermentasi A.niger pada ampas sagu dapat meningkatkan kadar protein sebesar 1,9% dalam waktu 12 hari. Penambahan suatu kapang atau bakteri ke dalam bahan pangan atau pakan dengan tujuan meningkatkan kualitas nutrisi suatu bahan telah lama dikenal dan dilakukan, namun penggunaanya hanya sebatas kultur tunggal. Padahal penggunaan kultur campuran menurut Krastanov, et al. (2005) diperoleh hasil metabolisme yang lebih baik, seperti peningkatan kerja enzim, produksi etanol dan produksi asam asetat, hal ini dikarenakan masing-masing mikroba akan menghasilkan komponen metabolit yang dapat saling melengkapi kebutuhan lingkungan yang baik bagi pertumbuhan mikroba-mikroba tersebut. Trichoderma reesei dan Aspergillus niger secara kultur tunggal sering digunakan dalam pengolahan pakan karena kemampuannya dalam degradasi selulosa maupun pati menjadi protein. Trichoderma reesei menghasilkan enzim selulolitik yaitu endoglukanase dan eksoglukanase yang berperan untuk menghidrolisis selulosa, Sedangkan A.niger tidak hanya menghasilkan enzim selulolitik, tetapi juga enzim amilolitik seperti amylase dan glukoamilase (Ratanaphadit, et al., 2010). Aspergillus niger juga menghasilkan enzim ß-glukosidase yang kuat dimana enzim ini berperan untuk mempercepat konversi selobiosa manjadi glukosa (Juhasz, et al., 2003). Fermentasi kultur campuran T.reesei dan A.niger telah dicobakan pada substrat isi empulur batang gewang (putak) yang 35

2 menunjukkan hasil lebih baik dibandingkan kultur tunggal, dimana terjadi peningkatan kadar protein kasar menjadi 23,62% (Hilakore, 2008). Meskipun demikian, publikasi penelitian mengenai kegunaan kultur campuran pada ampas sagu belum dikemukakan. Kemampuan tumbuh A.niger lebih cepat dibandingkan T.reesei, maka pada variasi perlakuan penundaan pencampuran T.reesei diinokulasikan terlebih dahulu. Dengan demikian, dalam penelitian ini diupayakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan penundaan pencampuran kedua kapang tersebut terhadap kandungan protein dan serat kasar dari ampas sagu METODOLOGI PENELITIAN Bahan Bahan-bahan yang digunakan adalah agaragar, akuades, ammonium sulfat ((NH 4 ) 2 SO 4 ), asam borat (H 3 BO 3 ), ampas sagu, asam klorida (HCl), asam oksalat (H 2 C 2 O 4 ), asam sulfat (H 2 SO 4 ), etanol 96%, glukosa (C 6 H 12 O 6 ), kalium sulfat (K 2 SO 4 ), tembaga (II) sulfat pentahidrat (CuSO 4 5H 2 O), kentang, indikator fenolphtalein,indikator bromokresol hijau, indikator metil merah, natrium hidroksida (NaOH), urea (CO(NH 2 ) 2 ), dan kertas saring whatman 41. Mikroorganisme yang digunakan yaitu A.niger dan T.reesei yang diperoleh dari Institut Pertanian Bogor. Peralatan Peralatan yang digunakan yaitu autoclave, alat-alat gelas yang digunakan dilaboratorium, hotplate, labu Kjedhal, rangkaian alat destilasi, rangkaian alat refluks, neraca analitik, dan kertas saring. Cara Kerja Preparasi Sampel Ampas sagu yang diperoleh dari Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya, sebelum digunakan ampas sagu diperas dan dikeringkan pada suhu C selama 6 jam. Selanjutnya ampas sagu diayak. Perbanyakan Aspergillus niger dan Trichoderma reesei Pembiakan T.reesei menggunakan media PDA (Potato Dextrose Agar). Media PDA kemudian dituangkan ke dalam cawan petri steril. Kemudian ditambahkan satu ose biakan T.reesei kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 1 minggu, dan dilakukan hal yang sama untuk biakan A.niger. Pembuatan Larutan Nutrisi Akuades dimasukkan ke dalam gelas beker, kemudian ditambahkan dengan urea (3 g/l), (NH 4 ) 2 SO 4 (10 g/l), KH 2 PO 4 (3 g/l), MgSO 4 7H 2 O (0,5 g/l), CaCl 2 H 2 O (0,5 g/l) dan diaduk hingga larut (Singhania, et al., 2006). Larutan nutrisi dipindahkan ke dalam labu ukur 1 L dan ditepatkan hingga tanda batas dengan aquades. Fermentasi Campuran Trichoderma reesei dan Aspergillus niger pada Ampas Sagu Ampas sagu sebanyak 5 g dimasukkan ke dalam wadah fermentasi dengan menambahkan larutan nutrisi sehingga diperoleh kadar air sebesar 75%. Media disterilkan di dalam autoclave pada suhu C selama 20 menit, kemudian media didinginkan. Blok agar diambil dari cawan petri yang berisi jamur T.reesei dan A.niger berumur 7 hari digunakan sebagai inokulum. Satu blok agar T.reesei dan A.niger diinokulasi ke dalam wadah fermentasi yang mengandung substrat (Pothiraj, et al., 2006). Penundaan pencampuran yang dilakukan yaitu bilamana A.niger diinokulasikan setelah fermentasi oleh T.reesei berjalan 0 hari ( ),1 hari ( ) dan 2 hari ( ) (Hilakore, 2008). Sampel kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 2 hari ( ), 4 hari ( ) dan 6 hari ( ). Kadar Protein Kasar Semimikro Kjedhal (SNI ) Pengujian kandungan proein dilakukan dengan metode semimikro Kjedhal SNI dengan modifikasi katalis yang digunakan yaitu (K 2 SO 4 7 g dan CuSO 4 0,83 g ). Kadar Serat Kasar (SNI ) Pengujian kandungan serat kasar dilakukan dengan metoda SNI Pengolahan Data Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan variasi 3 perlakuan dan 3 kelompok dengan 2 kali perulangan. Data kemudian diolah dengan menggunakan ANOVA. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Fermentasi oleh Trichoderma reesei dan Aspergillus niger Fermentasi ampas sagu dilakukan dengan hidrolisis selulosa secara enzimatik dengan memanfaatkan enzim selulase yang dihasilkan oleh fungi (jamur) yang berasal dari T.reesei dan A.niger. Trichoderma reesei dapat menghasilkan enzim selobiohidrolase yang 36

3 bermanfaat untuk menghidrolisis selulosa dan A.niger memiliki kemampuan untuk menghasilkan enzim selobiase yang dapat mendegradasi substrat menjadi glukosa (Juhasz, et al., 2003). Fermentasi ampas sagu pada penelitian ini dilakukan dengan variasi penundaan pencampuran dan waktu inkubasi. Variasi penundaan pencampuran yang dilakukan yaitu bilamana A.niger diinokulasikan setelah fermentasi oleh T.reesei berjalan 0 hari ( ),1 hari ( ) dan 2 hari ( ) dengan waktu inkubasi 2 hari ( ), 4 hari ( ) dan 6 hari ( ). Inkubasi dilakukan pada kadar air 75% dan suhu ruangan. Kadar air 75% pada substrat putak terlihat cukup baik dan tidak menyebabkan terhambatnya aktifitas metabolisme dari kedua kapang yaitu T.reesei dan A.niger. Kadar air berfungsi untuk hidrolisis enzimatik dan proses transport nutrien dan produk-produk metabolit melalui membran sel. Fermentasi dengan tujuan peningkatan kadar protein lebih baik dilakukan pada suhu kamar pada substrat putak (Hilakore, 2008). Pertumbuhan kapang pada medium dipengaruhi oleh nutrien yang ada di dalam substrat maupun yang diberikan ke substrat. Sumber nutrisi yang diperlukan oleh kapang terdiri dari unsur C, N dan mineral dengan perbandingan tertentu. Sumber karbon diperoleh dari substrat yang digunakan yaitu ampas sagu. Sumber karbon ini kemudian dimanfaatkan oleh A.niger setelah enzim selulase disekresikan, sehingga enzim selulase dapat menguraikan senyawa kompleks (selulosa) dari substrat menjadi senyawasenyawa yang lebih sederhana (glukosa) (Gandjar, 2006). Nitrogen mempunyai fungsi fisiologis bagi mikroorganisme yaitu merupakan bagian dari protein, asam nukleat dan koenzim. Sumber nitrogen yang paling optimal untuk menghasilkan enzim selulase adalah urea (CO(NH 2 ) 2 dan ammonium sulfat (NH 4 ) 2 SO 4 (Narasimha, et al., 2006) (Oshoma, et al., 2010). Sumber mineral utama yang diperlukan oleh kapang untuk pertumbuhannya dapat berupa fosfat, magnesium, kalium, sulfur dan kalsium. Magnesium berperan sebagai kofaktor dalam mengatur jumlah enzim yang terlibat dalam reaksi (Gandjar, 2006). Adanya senyawa kimia lain yang dapat mengganggu pertumbuhan kapang pada substrat dapat diendapkan dengan adanya magnesium dan kalsium. Substrat yang telah ditambahkan larutan nutrisi kemudian disterilisasi dengan aotoclave pada C selama 20 menit. Sterilisasi dilakukan untuk membunuh mikroba lain yang tidak diinginkan, menghilangkan lignin dan komponen inhibitor sehingga lebih mudah diinvasi oleh enzim (Kiat, 2006). Analisis Kandungan Nutrisi Ampas Sagu Fermentasi Analisis kandungan nutrisi ampas sagu meliputi kandungan protein kasar dan serat kasar. Protein Kasar Penetapan kandungan protein dilakukan menggunakan metode semimikro kjedhal berdasarkan SNI Dalam metode ini, kadar protein kasar dianalisis melalui tiga langkah yaitu destruksi, netralisasi dan titrasi. Destruksi mengubah nitrogen menjadi ammonia, larutan ammonium sulfat dibebaskan dengan penambahan NaOH, yang mengubah ammonium sulfat menjadi gas ammonia. Gas ammonia yang terbentuk diubah menjadi ion ammonium serta mengubah asam borat menjadi ion borat. Kandungan nitrogen dan ion ammonium borat yang terbentuk dititrasi dengan HCl standar untuk menetukan titik akhir titrasi. Kadar ion hidrogen (dalam mol) yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir titrasi setara dengan kadar nitrogen dalam sampel. Nitrogen merupakan unsur penyusun protein, sehingga nitrogen dapat menunjukkan banyaknya protein yang terkandung dalam suatu bahan pangan. Kadar nitrogen yang diperoleh dikalikan 6,25 sebagai angka konversi menjadi protein. Nilai 6,25 diperoleh dari asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen. Hasil analisis kandungan protein ampas sagu hasil fermentasi dapat dilihat pada Tabel 1. Kadar protein ampas sagu setelah proses fermentasi mengalami peningkatan dibandingkan proses tanpa fermentasi. Kadar protein kasar menunjukkan peningkatan seiring dengan meningkatnya waktu inkubasi. Kadar protein kasar memiliki rentang nilai 3,34-16,27%. Pada Tabel 1 terlihat bahwa kandungan protein kasar tertinggi diperoleh pada perlakuan yaitu sebesar 16,27%. 37

4 Tabel 1 Hasil Analisi Kandungan Protein Ampas Sagu Fermentasi Perlakuan Waktu Kadar Protein (hari) Ampas Sagu - 1,54% 3,34% 3,99% 4,30% 15,07% 16,25% 16,27% 5,07% 6,30% 6,83% Keterangan : D o : A.niger dan T.reesei diinokulasi bersamaan : A.niger diinokulasikan setelah fermentasi dengan T.reesei berjalan 1 hari : A.niger diinokulasikan setelah fermentasi dengan T.reesei berjalan 2 hari. : waktu fermentasi 2 hari : waktu fermentasi 4 hari : waktu fermentasi 6 hari Enzim selobiohidrolase (endoglukanase dan eksoglukanase) merupakan selulosa utama yang diproduksi oleh T.reesei. Enzim selobiohidrolase memecah selulosa menjadi selobiosa sebagai satu-satunya produk akhir hidrolisis. Akumulasi selobiosa dalam medium akan menghambat aktifitas enzim Selobiohidrolase. Enzim selobiosa (ßglukosidase) yang dihasilkan oleh T.reesei sangat sensitif terhadap inhibisi produk akhir dibandingkan A.niger (Juhasz, et al., 2003). Semakin lama waktu inkubasi maka kandungan protein kasar semakin tinggi. Peningkatan protein diduga karena adanya penambahan protein yang disumbangkan oleh sel mikroba akibat pertumbuhannya yang menghasilkan produk protein sel tunggal (PST) atau biomassa sel yang mengandung sekitar 40-65% protein (Krisnan, et al., 2005). Disamping protein sel tunggal, selobiohidrolase juga merupakan komponen enzim yang menyumbang sekitar 60% total protein extraseluler ( Hilakore, 2008). Berdasarkan uji ANOVA yang diolah dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK), menunjukkan bahwa ada pengaruh perlakuan terhadap kandungan protein kasar, namun tidak ada perbedaan rata-rata perlakuan dan waktu terhadap kandungan protein kasar. Serat Kasar Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat, sebagian besar berasal dari dinding sel tanaman dan mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin (Suparjo, 2010). 38 Analisis kandungan serat kasar ampas sagu dilakukan berdasarkan SNI Kadar serat kasar ampas sagu sebelum dan setelah difermantasi dapat dilihat pada Tabel 2. Semakin lama waktu inkubasi maka kandungan serat kasar semakin tinggi pula. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan kapang yang ikut menyumbang serat kasar yang berasal dari miselium sehingga makin banyak massa sel makin tinggi kadar seratnya (Hilakore, 2008). Selain itu berkurangnya kadar air pada substrat selama proses fermentasi menyebabkan serat kasar semakin terkonsentrasi, sehingga pada analisis terhitung sebagai serat kasar (Krisnan, 2006; Syahrir dan Abdeli, 2005). Tabel 2 Hasil Analisis Kandungan Serat Kasar Ampas Sagu Fermentasi Perlakuan Waktu Kadar Serat (hari) Ampas Sagu - 11,16% 30,05% 34,90% 36,69% 26,76% 36,25% 38,68% 33,94% 38,35% 36,36% Meningkatnya serat kasar juga dilaporkan oleh Hilakore (2008) pada substrat putak, kemudian Biyatmoko (2002) pada substrat ampas sagu yang difermentasi menggunakan A.niger. Berdasarkan uji ANOVA yang diolah dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK), diperoleh hasil analisis namun ada pengaruh perlakuan terhadap kandungan serat kasar, sedangkan interaksi antara perlakuan dan waktu fermentasi menunjukkan ada perbedaan rata-rata perlakuan dan waktu terhadap kandungan serat kasar. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa fermentasi campuran T.reesei dan A.niger dapat meningkatkan kandungan protein ampas sagu. Hasil terbaik diperoleh pada perlakuan dengan waktu fermentasi 6 hari dengan kadar protein sebesar 16,27%, peningkatan protein disebabkan oleh penambahan protein yang disumbangkan oleh sel mikroba akibat pertumbuhnnya yang menghasilkan produk protein sel tunggal (PST). Sedangkan kandungan serat kasar dari ampas sagu hasil fermentasi dari setiap percobaan

5 yang diujikan cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya waktu fermentasi. DAFTAR PUSTAKA Biyatmoko, D., 2002, Penggunaan Ampas Sagu Fermentasi dalam Ransum Itik Alabio Jantan, Institut Pertanian Bogor, Bogor, (Disertasi). Gandjar, I., 2006., Mikrobiologi Dasar dan Terapan Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Hilakore, M.A., 2008, Peningkatan Kualitas Nutrisi Putak Melalui Fermentasi Campuran Trichoderma reesei dan Aspergillus niger sebagai Pakan Ruminansia, Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Bogor, (Tesis). Juhasz, T.; Kozma, K.; Zsolt, S. dan Reczey, K., 2003, Production of ß-glukosidase in Mixed Culture of A.niger BKMF 1305 and T.reesei RUT C30, Food Technol Biotechnol, 41: Kiat, L.J., 2006., Preparation and Characterization of Carboxymethyl Sago Waste and Its Hydrogel, Universitas Putra Malaysia, (Thesis). Krastanov, I.A.; Stoilova, I.S. and Gargova, S.A., 2005, Production of Enzymes by Mixed Culture from Micellial Fungi in Solid State Fermentation, Biotechnol & Biotechnol. Krisnan, R., 2005, The Effect of Aplication of Tea Waste (Cammellia Sinensis) Fermented With Aspergillus niger on Broiler, JITV, 10(1):1-5. Krisnan, R,; Ginting dan Simon, P., 2006, Pengaruh Fermentasi Menggunakan Beberapa Starin Trichoderma dan Masa Inkubasi Berbeda Terhadap Komposisi Kimiawi Bungkil Inti Sawit, Seminar Nasional Tekhnologi Peternakan dan Veteriner. Narasimha, G.; Sridevi, A.; Vismanath,B.; Subosh, C.M. and Rajasekhar, R.B., 2006, Nutrient Effects on Production of Cellulolitic Enzymes by Aspergillus niger, Afr.J.Biotechnol, 5(5): Oshoma, C.E.; Imarhagbe, E.E.; Ikenebomeh, M.J. and Eigbaredon, H.E., 2010, Nitrogen Supplements Effects on Amylase Production by Aspergillus niger Using Cassava When Medium, Afr.J.Biotechnol, 9(5): Pothiraj, C.; Balaji, P.; and Eyini, M., 2006, Enhanced Production of Cellulases by Various Fungal Cultures in Solid State Fermentation of Cassava Waste, African Journal of Biotechnology, 5:20. Pratiwi, W.; Aditra, E.; dan Melati., 2011, Fermentasi Tepung Dedak Menggunakan Ragi Tape Saccharomyces cerevisiae untuk Meningkatkan Nutrisi Pakan Ikan, PKMAI, IPB. Ratanaphadit, K.; Kaewjan, K. and Plakan, S.J., 2010, Poteintial of Glycoamylase and Cellulase Production Using Mixed Culture of Aspergillus niger TISTR 3254 and Trikoderma reesei TISTR 3081, KKU.Res.J, 15(9):2553. Singhania, R. R.; Sukumaran, R. K.; Pillai, A.; Prema, P.; Szakacs, G. and Pandey, A., 2006, Solid State Fermentation of Lignocellulosic Substrates for Cellulase Production by Trichoderma reesei NRRL 11460, Indian J Biotechnol, 5: SNI , Cara Uji Makanan dan Minuman. Sugiyono, 2008, Kadar Protein dan Serat Kasar Ampas Sagu (Metroxylon sp) Terfermentasi dengan Lama Pemeraman Berbeda, J Ilmiah Inkoma, 1. Suparjo., 2010, Analisis Bahan Pakan Secara Kimiawi; Analisis Proksimat dan Analisis Serat, Fakultas Peternakan, Universitas Jambi. Syahrir dan Abdeli, M., 2005, Analisis Kandungan Zat-Zat Makanan Kulit Buah Kakao yang difermentasi dengan Trikoderma. Sp Sebagai Pakan Ternak Ruminansia, J.Agrisains, 6(3) :

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Salah satu contoh sektor

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Salah satu contoh sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Salah satu contoh sektor pertanian yang memiliki produksi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan baku utama dalam penelitian ini adalah tongkol jagung manis kering yang diperoleh dari daerah Leuwiliang, Bogor. Kapang yang digunakan untuk

Lebih terperinci

II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT

II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah pati sagu (Metroxylon sp.) yang diperoleh dari industri pati sagu rakyat di daerah Cimahpar, Bogor. Khamir yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di Laboratorium Kimia, Jurusan Pendidikan Kimia dan Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah TINJAUAN PUSTAKA Ampas Sagu Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah mempunyai proporsi pemanfaatan yang besar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN ALAT Limbah tanaman jagung (LTJ) yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas Bisi 2 yang komponen utamanya berupa batang, tongkol, klobot, dan daun berasal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium jurusan pendidikan biologi Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium jurusan pendidikan biologi Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian 25 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium jurusan pendidikan kimia dan laboratorium jurusan pendidikan biologi Universitas Negeri Gorontalo.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong. Pemanfaatan limbah industri gula tebu sebagai pakan alternatif merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam budidaya ternak unggas secara intensif biaya pakan menduduki urutan pertama yaitu mencapai

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2011. Pelaksanaan penelitian di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak ramah lingkungan dalam bidang industri (Falch, 1991).

BAB I PENDAHULUAN. tidak ramah lingkungan dalam bidang industri (Falch, 1991). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian enzim yang sifatnya efisien, selektif, mengkatalis reaksi tanpa produk samping dan ramah lingkungan meningkat pesat pada akhir dekade ini. Industri enzim

Lebih terperinci

ABSTRAK. Keywords : sago hampas, bagasse, Trichoderma sp, crude protein. PENDAHULUAN

ABSTRAK. Keywords : sago hampas, bagasse, Trichoderma sp, crude protein. PENDAHULUAN PENGARUH VARIASI MASSA LIMBAH AMPAS SAGU DAN AMPAS TEBU DENGAN PENAMBAHAN TRICHODERMA SP TERHADAP PENINGKATAN KANDUNGAN PROTEIN PAKAN TERNAK RUMINANSIA Nindi Ayu Saswika*), Sri Sumiyati**), Budhi Santoso**)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat makanan yang

I. PENDAHULUAN. yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat makanan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pakan adalah campuran berbagai macam bahan organik dan anorganik yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS CAMPURAN ENZIM SELULASE DARI Aspergillus niger DAN Trichoderma reesei DALAM MENGHIDROLISIS SUBSTRAT SABUT KELAPA

EFEKTIVITAS CAMPURAN ENZIM SELULASE DARI Aspergillus niger DAN Trichoderma reesei DALAM MENGHIDROLISIS SUBSTRAT SABUT KELAPA EFEKTIVITAS CAMPURAN ENZIM SELULASE DARI Aspergillus niger DAN Trichoderma reesei DALAM MENGHIDROLISIS SUBSTRAT SABUT KELAPA Selviza Safaria 1 *, Nora Idiawati 1, Titin Anita Zaharah 1 1 Program Studi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam broiler mempunyai potensi yang besar dalam memberikan sumbangan terhadap pemenuhan kebutuhan konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia, karena sifat proses produksi

Lebih terperinci

Rancangan Penelitian

Rancangan Penelitian Bab III Rancangan Penelitian Pada bagian ini dijelaskan tentang penelitian yang dilaksanakan meliputi metodologi penelitian, bahan dan alat yang digunakan, alur penelitian dan analisis yang dilakukan.

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN 4.1.1. Komposisi Kimia Ampas Kulit Nanas Penelitian pendahuluan pertama dilakukan untuk mengetahui karakteristik bahan baku yang akan digunakan,

Lebih terperinci

Jurnal Atomik., 2016, 01 (2) hal 65-70

Jurnal Atomik., 2016, 01 (2) hal 65-70 Jurnal Atomik., 2016, 01 (2) hal 65-70 ANALISIS VARIASI NUTRISI AMMONIUM SULFAT DAN UREA DALAM PEMBUATAN BIOETANOL DARI KULIT PISANG KEPOK (Musa paradisiaca. L) DENGAN HIDROLISIS ENZIMATIK DAN FERMENTASI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama fermentasi berlangsung terjadi perubahan terhadap komposisi kimia substrat yaitu asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral, selain itu juga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha peternakan, baik terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan tercapai bila mendapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan,

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan, lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan, oleh karena itu penyediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kulit kacang hijau dan pecahan-pecahan tauge kacang hijau (Christiana, 2012). Tauge

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kulit kacang hijau dan pecahan-pecahan tauge kacang hijau (Christiana, 2012). Tauge 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah Tauge Kacang Hijau Limbah tauge kacang hijau merupakan sisa produksi tauge yang terdiri dari kulit kacang hijau dan pecahan-pecahan tauge kacang hijau (Christiana,

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS DAN LAMA FERMENTASI BUAH KETAPANG (Ficus lyrata) OLEH Bacillus licheniformis TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR

PENGARUH DOSIS DAN LAMA FERMENTASI BUAH KETAPANG (Ficus lyrata) OLEH Bacillus licheniformis TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PENGARUH DOSIS DAN LAMA FERMENTASI BUAH KETAPANG (Ficus lyrata) OLEH Bacillus licheniformis TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR AANG. R 1, ABUN 2, dan TJITJAH. A 3 Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pisang merupakan buah yang umum ditemui di Indonesia. Badan Pusat statistik mencatat pada tahun 2012 produksi pisang di Indonesia adalah sebanyak 6.189.052 ton. Jumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan antara lain : oven, autoklap, ph meter, spatula, saringan, shaker waterbath,

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Berbagai jenis makanan dan minuman yang dibuat melalui proses fermentasi telah lama dikenal. Dalam prosesnya, inokulum atau starter berperan penting dalam fermentasi.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

Pengaruh Dosis Inokulum dan Lama Fermentasi Buah Ketapang (Ficus lyrata) oleh Aspergillus niger terhadap Bahan Kering, Serat Kasar, dan Energi Bruto

Pengaruh Dosis Inokulum dan Lama Fermentasi Buah Ketapang (Ficus lyrata) oleh Aspergillus niger terhadap Bahan Kering, Serat Kasar, dan Energi Bruto Pengaruh Dosis Inokulum dan Lama Fermentasi Buah Ketapang (Ficus lyrata) oleh Aspergillus niger terhadap Bahan Kering, Serat Kasar, dan Energi Bruto AZI MINGGUSTI LUNAR 1, HERY SUPRATMAN 2, dan ABUN 3

Lebih terperinci

mesh, kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer 500 ml selanjutnya diamkan selama 30 menit

mesh, kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer 500 ml selanjutnya diamkan selama 30 menit Lampiran 1. Prosedur Penelitian 1. Sifat Kimia Tanah a. C-Organik Ditimbang g tanah kering udara telah diayak dengan ayakan 10 mesh, kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer 500 ml Ditambahkan 10 ml K 2

Lebih terperinci

Uji Nilai Nutrisi Kulit Ubi Kayu yang Difermentasi dengan Aspergillus niger (Nutrient Value Test of Cassava Tuber Skin Fermented by Aspergillus niger)

Uji Nilai Nutrisi Kulit Ubi Kayu yang Difermentasi dengan Aspergillus niger (Nutrient Value Test of Cassava Tuber Skin Fermented by Aspergillus niger) Edhy Mirwandhono, Irawati Bachari, dan Darwanto Situmorang: Uji Nilai Nutrisi Kulit Ubi Kayu yang Uji Nilai Nutrisi Kulit Ubi Kayu yang Difermentasi dengan Aspergillus niger (Nutrient Value Test of Cassava

Lebih terperinci

APPENDIKS A PROSEDUR KERJA DAN ANALISA

APPENDIKS A PROSEDUR KERJA DAN ANALISA APPENDIKS A PROSEDUR KERJA DAN ANALISA 1. Pembuatan sodium Sitrat (C 6 H 5 Na 3 O 7 2H 2 O) 0,1 M 1. Mengambil dan menimbang sodium sitrat seberat 29.4 gr. 2. Melarutkan dengan aquades hingga volume 1000

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Juli 2011. Pengujian dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi Proses, Laboratorium Bioteknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam broiler merupakan salah satu ternak yang penting dalam memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Ransum merupakan faktor yang penting dalam peningkatan produksi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-November 2013 di Laboraturium

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-November 2013 di Laboraturium 28 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-November 2013 di Laboraturium Biokimia Jurusan Kimia, Laboraturium Instrumentasi Jurusan Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu dengan cara mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. Rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan sudah tidak layak jual atau busuk (Sudradjat, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan sudah tidak layak jual atau busuk (Sudradjat, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk serta meningkatnya aktivitas pembangunan menyebabkan jumlah sampah dan pemakaian bahan bakar. Bahan bakar fosil seperti minyak bumi saat

Lebih terperinci

HIDROLISIS ENZIMATIK SELULOSA DARI AMPAS SAGU MENGGUNAKAN CAMPURAN SELULASE DARI Trichoderma reesei DAN Aspergillus niger

HIDROLISIS ENZIMATIK SELULOSA DARI AMPAS SAGU MENGGUNAKAN CAMPURAN SELULASE DARI Trichoderma reesei DAN Aspergillus niger HIDRLISIS ENZIMATIK SELULSA DARI AMPAS SAGU MENGGUNAKAN CAMPURAN SELULASE DARI Trichoderma reesei DAN Aspergillus niger Rika Julfana Sutarno 1 *, Titin Anita Zaharah 1, Nora Idiawati 1 1 Program Studi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 2.4 BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan untuk preparasi media fermentasi semi padat adalah limbah pertanian berupa kulit durian, kulit jeruk Siam, kulit jeruk Medan, dan

Lebih terperinci

PENINGKATAN NILAI NUTRIEN (PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR) LIMBAH SOLID KELAPA SAWIT TERFERMENTASI DENGAN Trichoderma reesei

PENINGKATAN NILAI NUTRIEN (PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR) LIMBAH SOLID KELAPA SAWIT TERFERMENTASI DENGAN Trichoderma reesei PENINGKATAN NILAI NUTRIEN (PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR) LIMBAH SOLID KELAPA SAWIT TERFERMENTASI DENGAN Trichoderma reesei Marthen Lie 1, Marie Najoan 2, Fenny R. Wolayan 2 1 Pascasarjana Unsrat Manado

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar memiliki peran yang penting dalam kehidupan manusia. Krisis energi yang terjadi di dunia dan peningkatan populasi manusia sangat kontradiktif dengan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan pakan, yang mana ketersedian pakan khususnya untuk unggas harganya dipasaran sering

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang

I. PENDAHULUAN. peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah populasi dan produksi unggas perlu diimbangi dengan peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang selalu ada di dalam ransum

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di 24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di Laboratorium Instrumentasi dan Biokimia Jurusan Kimia FMIPA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Sampel yang digunakan berjumlah 24, dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. banyak jumlahnya. Menurut Basse (2000) jumlah kulit pisang adalah 1/3 dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. banyak jumlahnya. Menurut Basse (2000) jumlah kulit pisang adalah 1/3 dari 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kulit Pisang Kulit pisang merupakan bahan buangan (limbah buah pisang) yang cukup banyak jumlahnya. Menurut Basse (2000) jumlah kulit pisang adalah 1/3 dari buah pisang yang belum

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Pada penelitian ini bahan baku yang digunakan adalah reject pulp yang diperoleh dari PT.RAPP. Metode hidrolisis digunakan secara biologi yaitu dengan menggunakan enzim sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September 14 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Proksimat Batang Sawit Tahapan awal penelitian, didahului dengan melakukan analisa proksimat atau analisa sifat-sifat kimia seperti kadar air, abu, ekstraktif, selulosa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang peran pemberian metionin dan linoleat pada tepung kaki ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 yang bertempat di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Makanan Ternak, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Makanan Ternak, Jurusan III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari Januari sampai dengan

Lebih terperinci

PERLAKUAN PENYEDUHAN AIR PANAS PADA PROSES FERMENTASI SINGKONG DENGAN ASPERGILLUS NIGER

PERLAKUAN PENYEDUHAN AIR PANAS PADA PROSES FERMENTASI SINGKONG DENGAN ASPERGILLUS NIGER PKMI-1-15-1 PERLAKUAN PENYEDUHAN AIR PANAS PADA PROSES FERMENTASI SINGKONG DENGAN ASPERGILLUS NIGER Pratiwi Erika, Sherly Widjaja, Lindawati, Fransisca Frenny Fakultas Teknobiologi, Universitas katolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi permintaan. Artinya, kebijakan energi tidak lagi mengandalkan pada ketersediaan pasokan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia karena memiliki potensi keuntungan yang menjanjikan. Seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3 TUJUAN PENELITIAN 5 Penelitian ini akan memproduksi enzim selulase dari tongkol jagung mengunakan Trichoderma reesei, Aspergillus niger dan campuran keduanya dengan waktu fermentasi yang divariasikan. Proses yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pisang merupakan buah yang tumbuh di daerah-daerah di Indonesia. Menurut data Direktorat Jendral Hortikultura produksi pisang pada tahun 2010 adalah sebanyak 5.755.073

Lebih terperinci

5/7/2015. Selulosa. Hemiselulosa (%) Lignin (%) (%) Serat kapas Btg kayu Bagase Jerami , ,8

5/7/2015. Selulosa. Hemiselulosa (%) Lignin (%) (%) Serat kapas Btg kayu Bagase Jerami , ,8 Proses-proses yang dilakukan oleh mikroorganisme untuk mengubah suatu senyawa menjadi suatu produk yang mempunyai struktur kimiawi yang berhubungan Proses yang mengubah suatu bahan organik menjadi produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan faktor utama penentu keberhasilan usaha peternakan, karena sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan biaya

Lebih terperinci

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN 2442-9805 Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN 2086-4701 UPAYA PENYEDIAAN PAKAN ALTERNATIF DARI FERMENTASI ONGGOK BAGI BEBEK PEDAGING DI KOTA METRO Widya Sartika

Lebih terperinci

Produksi Glukosa dari Hidrolisis Enzimatis Ampas Pati Aren (Perbandingan Enzim Selulase dari Aspergillus niger dan Trichoderma sp.

Produksi Glukosa dari Hidrolisis Enzimatis Ampas Pati Aren (Perbandingan Enzim Selulase dari Aspergillus niger dan Trichoderma sp. Produksi Glukosa dari Hidrolisis Enzimatis Ampas Pati Aren (Perbandingan Enzim Selulase dari Aspergillus niger dan Trichoderma sp.) Andang Arif Wibawa 1, Evelyta Kusumawardhani 2 1 Program Studi D4 Analis

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PADAT TAPIOKA ( ONGGOK ) SEBAGAI

PEMANFAATAN LIMBAH PADAT TAPIOKA ( ONGGOK ) SEBAGAI LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH PADAT TAPIOKA ( ONGGOK ) SEBAGAI PAKAN TERNAK BERPROTEIN TINGGI DENGAN HASIL SAMPING GLUKOSA CAIR MELALUI PROSES FERMENTASI OLEH ASPERGILLUS NIGER Oleh : NUR AMIN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Terpadu, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung dan Laboratorium

Lebih terperinci

Hidrolisis Enzimatik Menggunakan Enzim Selulase dari Trichoderma reseei dan Aspergillus niger pada Produksi Bioetanol Jerami Padi

Hidrolisis Enzimatik Menggunakan Enzim Selulase dari Trichoderma reseei dan Aspergillus niger pada Produksi Bioetanol Jerami Padi Hidrolisis Enzimatik Menggunakan Enzim Selulase dari Trichoderma reseei dan Aspergillus niger pada Produksi Bioetanol Jerami Padi Haris Ferdiansyah*, Sumardi Hadi Sumarlan, Bambang Dwi Argo Jurusan Keteknikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari Oktober. penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari Oktober. penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas Lampung. 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari Oktober 2015 dan tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas Lampung. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Advisory (FAR), mengungkapkan bahwa Indonesia adalah penyumbang

BAB I PENDAHULUAN. Advisory (FAR), mengungkapkan bahwa Indonesia adalah penyumbang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Permasalahan Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Rabobank, Pawan Kumar, Rabobank Associate Director

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2011. Pemeliharaan ternak prapemotongan dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012, bertempat di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al.,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al., PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagian besar populasi ternak sapi di Indonesia dipelihara oleh petani peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al., 2011). Usaha peningkatan produktivitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien dan Asam Fitat Pakan Pakan yang diberikan kepada ternak tidak hanya mengandung komponen nutrien yang dibutuhkan ternak, tetapi juga mengandung senyawa antinutrisi.

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN BAB VI PEMBAHASAN Praktikum kali ini membahas mengenai isolasi khamir pada cider nanas. Cider merupakan suatu produk pangan berupa minuman hasil fermentasi dengan kandungan alkohol antara 6,5% sampai sekitar

Lebih terperinci

Hasil. rumen domba. efektivitas. cairan Aktifitas enzim (UI/ml/menit) , Protease. Enzim

Hasil. rumen domba. efektivitas. cairan Aktifitas enzim (UI/ml/menit) , Protease. Enzim 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Efektivitas Cairan Rumen Domba Penelitian Tahap 1 dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui volume enzim cairan rumen domba dan lama waktu inkubasi yang tepat untuk penurunan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Fermentasi Fermentasi merupakan teknik yang dapat mengubah senyawa kompleks seperti protein, serat kasar, karbohidrat, lemak dan bahan organik lainnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan April sampai Bulan Agustus 2013. Penelitian pengaruh penambahan edible coat kitosan sebagai anti jamur pada

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kelapa sawit terbesar di dunia. Luas perkebunan sawit di Indonesia dari tahun ke

1. PENDAHULUAN. kelapa sawit terbesar di dunia. Luas perkebunan sawit di Indonesia dari tahun ke 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bungkil inti sawit (BIS) merupakan salah satu hasil samping agroindustri dari pembuatan minyak inti sawit. Perkebunan sawit berkembang pesat di Asia Tenggara, termasuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan di Farm dan Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi, pada tanggal 28 September sampai tanggal 28 November 2016.

Lebih terperinci

Pendahuluan PRODUKSI ASAM SITRAT SECARA FERMENTASI. Sejarah Asam sitrat. Kegunaan asam sitrat

Pendahuluan PRODUKSI ASAM SITRAT SECARA FERMENTASI. Sejarah Asam sitrat. Kegunaan asam sitrat Pendahuluan PRODUKSI ASAM SITRAT SECARA FERMENTASI Asam sitrat merupakan asam organik Berguna dalam industri makanan, farmasi dan tambahan dalam makanan ternak Dapat diproduksi secara kimiawi, atau secara

Lebih terperinci

FKIP, UNIVERSITAS PGRI MADIUN ABSTRAK ), 25% (K 3. ), 9hari (L 3

FKIP, UNIVERSITAS PGRI MADIUN ABSTRAK ), 25% (K 3. ), 9hari (L 3 Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian UJI AKTIVITAS CRUDE ENZIM SELULASE KAPANG Penicillium sp PADA UBSTRAT AMPAS TEBU SEBAGAI BUKU PEDOMAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK Ani Sulistyarsi 1),

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Minyak daun cengkeh merupakan hasil penyulingan daun cengkeh dengan menggunakan metode penyulingan (uap /steam). Minyak daun cengkeh berbentuk cair (oil) dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian 3.1.1 Bagan Alir Pembuatan Keju Cottage Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 900 g Susu skim - Ditambahkan

Lebih terperinci

Media Kultur. Pendahuluan. Komposisi Media 3/9/2016. Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Minggu ke 3 Nur Hidayat

Media Kultur. Pendahuluan. Komposisi Media 3/9/2016. Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Minggu ke 3 Nur Hidayat Media Kultur Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Minggu ke 3 Nur Hidayat Pendahuluan Medium untuk pertumbuhan skala laboratorium umumnya mahal sehingga dibutuhkan perubahan agar dapat dipakai medium yang

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.3 Metode Penelitian. 3.1 Waktu dan Tempat

3 METODOLOGI. 3.3 Metode Penelitian. 3.1 Waktu dan Tempat 10 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan. Bahan penelitian berupa hasil samping produksi karagenan diperoleh dari PT. Araminta Sidhakarya, Tangerang. Fermentasi

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XVIII PENGUJIAN BAHAN SECARA KIMIAWI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

Bahan kimia : * Asam sulfat pekat 98%, Asam borat 2 % Natrium salisilat, Natrium nitroprusida, Natrium hypokhlorida, Natrium hidroksida, Kalium hidrog

Bahan kimia : * Asam sulfat pekat 98%, Asam borat 2 % Natrium salisilat, Natrium nitroprusida, Natrium hypokhlorida, Natrium hidroksida, Kalium hidrog Senyawa nitrogen yang terdapat didalam tumbuhan, sebagian besar adalah protein. Protein terdiri dari 50-55% unsur karbon, 6-8% hidrogen, 20-23% oksigen, 15-18% nitrogen dan 2-4 % sulfur. Protein rata-rata

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2013, bertempat

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2013, bertempat III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2013, bertempat di kandang Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml -

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml - BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Alat alat Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss alat destruksi Kjeldahl 250ml - - alat destilasi uap - - - labu destruksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. enzim selulase dari campuran kapang Trichoderma sp., Gliocladium sp. dan Botrytis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. enzim selulase dari campuran kapang Trichoderma sp., Gliocladium sp. dan Botrytis Aktivitas Enzim Selulase (U/ml) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Selulase Berdasarkan penelitian yang dilakukan, data pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim selulase dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi semakin meningkat dengan peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi semakin meningkat dengan peningkatan jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin meningkat dengan peningkatan jumlah penduduk. Hal ini berlaku global termasuk di Indonesia. Peningkatan jumlah penduduk akan mempengaruhi

Lebih terperinci