EVALUASI FASILITAS PENYEBERANGAN JL. JENDERAL SUDIRMAN - JL. MH. THAMRIN KOTA TANGERANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI FASILITAS PENYEBERANGAN JL. JENDERAL SUDIRMAN - JL. MH. THAMRIN KOTA TANGERANG"

Transkripsi

1 EVALUASI FASILITAS PENYEBERANGAN JL. JENDERAL SUDIRMAN - JL. MH. THAMRIN KOTA TANGERANG Sylvia Indriany,Anggit Ton Ardono Program studi Teknik Sipil UMB Abstrak Peningkatan jumlah pejalan kaki dan volume kendaraan, perlu diimbangi dengan penyediaan fasilitas penyeberangan yang memenuhi standar kelayakan,sehingga keberadaan pejalan kaki tetap terlindungi tanpa mengganggu arus lalu lintas. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi terhadap fasilitas penyeberangan yang sudah ada ataupun yang akan dibangun sehingga sesuai dengan kebutuhan. Salah satu jalan utama di Kota Tangerang yang memiliki sejumlah fasilitas penyeberangan adalah jalan Jenderal Sudirman dan MH. Thamrin yang akan menjadi lokasi pengamatan. Sepanjang ruas jalan tersebut akan dievaluasi 4 penyeberangan pejalan kaki dan 1 lokasi rencana penentuan fasilitas penyeberangan. Dari survey akan diperoleh data jumlah pejalan kaki, volume kendaraan, kecepatan kendaraan dan data penunjang lainnya. Selanjutnya penentuan fasilitas penyeberangan sesuai dengan Tata Cara Penentuan Fasilitas Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan (1995), sedangkan untuk penentuan kecepatan rata-rata kendaraan sesuai dengan Manual Kapasitas Jalan Indonesia Selain itu akan dilihat pula persepsi pengguna terhadap keberadaan jembatan dilihat dari fungsi, keamanan, kenyaman, kebersihan dan keindahan. Hasil evaluasi dan analisa konflik pedestrian terhadap volume kendaraan pada 4 jembatan penyeberangan orang (JPO) di jalan MH. Thamrin dan Jenderal Sudirman adalah pelican crossing dengan lapak tunggu. Hanya pada Kebonanas yang memerlukan fasilitas Jembatan. Pada kenyataannya di semua lokasi studi menggunakan Jembatan(JPO) yang sampai saat ini masih mempunyai tingkat pelayanan A, kecuali Kebonanas yang sudah mencapai LOS C. Keberadaan fasilitas ini cukup beralasan jika dilihat dari lebar jalan m dengan median tinggi, kecepatan kendaraan di ruas tersebut yang berkisar km/jam dan banyak kendaraan berat sehingga membahayakan bila digunakan fasilitas penyeberangan sebidang Kata kunci : Pedestrian, Level of Service, Jembatan Penyeberangan orang(jpo) Abstract Selain itu pejalan kaki sebagai responden pada 4 lokasi jembatan penyeberangan, 75-95% mendukung keberadaan JPO karena letak yang strategis, tetapi perlu peningkatan dari faktor kenyamanan pada JPO Kebonanas yang cukup padat, kotor dan hampir 50 % merasa takut untuk menuruni tangga penyeberangan. Sedangkan pada rencana fasilitas 85% pejalan kaki menginginkan JPO karena rawan kecelakaan dan waktu tunggu yang cukup lama untuk menyeberang jalan Increasing the number of pedestrian and vehicle volume, needs to be balanced with the provision of pedestrian facilities that meet eligibility standards, so the presence of pedestrians are protected without interrupting traffic flow. It is necessary for evaluation of pedestrian facilities existing or to be built to fit the needs. One of the main roads in the city of Tangerang which has a number of pedestrian facilities is the way of General Sudirman and MH. Thamrin will be the location of the observation. Along the roads will be evaluated four pedestrian crossings and one pedestrian facility location determination plan. From the survey will obtain data on number of pedestrians, vehicle volume, vehicle speed and other

2 supporting data. Furthermore, the determination of the crossing facility in accordance with the Procedure for Determining Pedestrian Facilities in Urban Areas (1995), while for the determination of the average speed of vehicles in accordance with Indonesia's Road Capacity Manual Additionally, it will be seen also on user perception of the existence of the bridge seen from the function, safety, comfort, cleanliness and beauty. The results of the evaluation and analysis of pedestrian conflicts on the volume of vehicles crossing the four bridges (JPO) in the MH. Thamrin and Sudirman is a pelican crossing with the stall area. Only on Kebonanas that require bridge facility. In fact in all the study sites using the bridge (JPO), which to this day still has a level of service A, except Kebonanas already reached LOS C. The existence of this facility is quite reasonable when viewed from roads m wide with a median height, the speed of the vehicle in the segment is in the range km / h and many heavy vehicles so dangerous when used at grade pedestrian crossing fasility Additionally pedestrian as respondents in 4 locations overpass, 75-95% support the existence of JPO as a strategic location, but need to increase the comfort factor of the JPO Kebonanas fairly dense, dirty and almost 50% are afraid to get down the stairs crossings. While in the facility plan 85% wanted the JPO as pedestrian accident prone and waiting times are long enough to cross the street. Keywords : Pedestrian, Level of Service, JPO 1. PENDAHULUAN Kebutuhan masyarakat akan jalan dan prasarana penunjangnya saat ini sangat besar sejalan dengan semakin tingginya aktivitas yang dilakukan. Kota Tangerang merupakan salah satu kota penyangga Ibu Kota dengan arus lalu lintas cukup padat. Salah satu jalan utama yang memiliki arus lalu lintas padat adalah Jl. Jenderal Sudirman By pass yang berstatus jalan Provinsi yang kewenangan dan kebijakannya diatur oleh pemerintah tingkat Provinsi. Jalan dengan panjang 3,6 km dan lebar m ( 6/2UD) ini menghubungkan Jl. Daan Mogot dan Jl. M.H. Thamrin. Jl. Daan Mogot dan Jl. M.H. Thamrin merupakan jalan yang menghubungkan Kota Tangerang dengan Ibu Kota Jakarta. Jalan Jend. Sudirman merupakan kawasan bisnis dan perbelanjaan sehingga padat akan kendaraan dan pejalan kaki yang melintasi jalan tersebut. Salah satu daerah terpadat akan orang dan kendaraan yang melintas adalah di depan Modernland dan Mall Tangerang City yang sedang dalam pelaksanaan pembangunan. Dengan posisi jalan yang diapit oleh Metropolis Mall didalam Modernland berjarak 100 m dari Jl. Jend. Sudirman dantangerang City yang tepat berada disisi jalan menjadikan area tersebut padat akan orang yang menyeberang. Saat ini sebagian besar aktivitas menyeberang merupakan pengunjung Mall Metropolis, dikarenakan Tangerang City masih dalam tahap finishing. Dengan prediksi akan meningkatnya jumlah pejalan kaki bilatangerang City selesai, saat ini prasarana penyeberangan orang belum dimiliki pada titik tersebut. Orang yang menyeberang pada jalan tersebut juga mengalami kesulitan dikarenakan kepadatan dan kecepatan kendaraan yang cukup tinggi. Hal ini tentunya sangat menghambat aktivitas yang membutuhkan efisiensi waktu dan apabila dibiarkan dapat mengganggu kenyamanan serta membahayakan keselamatan pengguna jalan. Dengan melihat kondisi tersebut maka penelitian ini bertujuan: 1. Menentukan jumlah pejalan kaki dan kinerja jalan 2. Menentukan jenis fasilitas penyeberangan di lokasi studi. ( Jl. Sudirman ) 3. Mengevaluasi fasilitas peyeberangan yang sudah ada ( Jl. MH. Thamrin ) Sehingga batasan studi kebutuhan fasilitas penyeberangan orang ini adalah : a) Pengamatan pada titik sejalur sebagai pembanding yaitu Jl. MH. Thamrin yang merupakan ruas kelanjutan dari Jl. Sudirman. Lokasi yang ditinjau dan waktu surveynya pada Jl. MH. Thamrin : :

3 JPO 1 di depan SD Cikokol ( ; ; ) JPO 2 di depan Mall Careffour Cikokol ( ; ) JPO 3 di depan SPBU Petronas Cikokol ( ; ) JPO 4 di depan Halte Kebonanas ( ; ) b) Jl. Jend. Sudirman Kota Tangerang di depan mall Tangerang City. Pengamatan pada titik ini dilakukan sepanjang 200 m (100 m kiri dan 100 m kanan ). 2. TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pejalan Kaki Bagian dari Lalu lintas Kebutuhan fasilitas pejalan kaki biasanya terkonsentrasi didaerah perkotaan, mengingat dinamika masyarakatnya yang cukup tinggi terutama dipusat pusat keramaian seperti pusat perdangan, stasiun, terminal, sekolahan dan lain sebagainya. Pejalan kaki merupakan unsur penting didalam lalu lintas. Kegiatan pejalan kaki sebagian besar dilakukan di trotoar dan untuk menyeberang. Pejalan kaki merupakan unsur yang paling lemah dan mudah mendapat kecelakaan, untuk itu diperlukan fasilitas pejalan kaki yang memenuhi syarat mutlak keamanan dan kenyamanan. Dalam analisa pejalan kaki memiliki parameter penting yang sering digunakan, antara lain : Kecepatan pejalan kaki (m/dt), jumlah aliran pejalan kaki(ped./menit), aliran per satuan lebar(pejalan kaki / menit / meter), platoon, kepadatan(ped/m2) serta riang pejalan kaki(m2/ped) 2.2. Jalur Pejalan Kaki Didalam menganalisa dan merencanakan jalur pejalan kaki dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Lebar dan alinyemen jalur pejalan kaki dibuat leluasa mungkin, minimal bila dua orang pejalan kaki berpapasan, salah satu diantaranya tidak harus turun ke jalur lalu lintas kendaraan. b. Mudah dan jelas, fasilitas yang dibuat harus mudah diakses dan cepat dikenali. c. Nyaman dan aman, fasilitasnya dirancang yang menyenangkan dan aman dari sisi konstruksi dan lingkungan. d. Sebaiknya menerus, langsung dan lurus ke tempat tujuan. e. Lebar minimum jalur pejalan kaki adalah 1,5 meter. f. Maksimum arus pejalan kaki adalah 50 pejalan kaki/menit. g. Untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada pejalan kaki maka jalur harus diperkeras, dan apabila mempunyai perbedaan tinggi dengan sekitarnya harus diberi pembatas (dapat berupa kerbs atau batas penghalang/barrier). h. Perkerasan dapat dibuat dari blok beton, perkerasan aspal atau plesteran. Permukaan harus rata dan mempunyai kemiringan melintang 2 4 % supaya tidak terjadi genangan air. Kemiringan memanjang disesuaikan dengan kemiringan memanjang jalan dan disarankan kemiringan maksimum adalah 10 %. i. Lebar jalur pejalan kaki harus ditambah, bila patok rambu lalu lintas, kotak surat, pohon peneduh atau fasilitas umum lainnya ditempatkan pada jalur tersebut. j. Lebar minimum pejalan kaki diambil dari lebar yang dibutuhkan untuk pergerakan 2 orang pejalan kaki secara bergandengan atau 2 orang pejalan kaki yang berpapasan tanpa terjadinya persinggungan. Lebar absolut minimum jalur pejalan kaki ditentukan 2 x 75 cm + jarak antara dengan bangunan bangunan disampingnya, yaitu ( 2 x 15 cm ) = 1.80 m. Dalam keadaan ideal untuk mendapatkan lebar minimum dipakai rumus sebagai berikut : LT = Lp + Lh ( 2 1) (2 1) Dimana : LT = Lebar total jalur pejalan kaki Lp = Lebar jalur pejalan kaki yang diperlukan sesuai dengan tingkat kenyamanan yang diinginkan.

4 k. Besarnya penambahan lebar dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini 2.3. Trotoar Tabel 1. Penambahan Lebar Jalur Pejalan Kaki No Fasilitas Lebar tambahan (cm) 1 Patok Penerangan Patok lampu lalu lintas Rambu lalu lintas Kotak Surat Keranjang Sampah Tanaman Peneduh Pot bunga 150 Sumber : Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan (DPU Dirjen Bina Marga Direktorat Bina Teknik / No : 011/T/Bt/1995) Trotoar dapat direncanakan pada ruas jalan yang terdapat volume pejalan kaki lebih dari 300 orang per 12 jam (jam ). Ruang bebas trotoar tidak kurang dari 2,5 meter dan kedalaman bebas tidak kurang dari satu meter dari permukaan trotoar. Kebebasan samping tidak kurang dari 0,3 meter. Perencanaan pemasangan utilitas selain harus memenuhi ruang bebas trotoar juga harus memenuhi ketentuan ketentuan dalam buku petunjuk pelaksanaan pemasangan utilitas. Lebar trotoar harus dapat melayani volume pejalan kaki yang ada. Lebar minimum trotoar sebaiknya seperti yang tercantum dalam tabel 2.2 sesuai dengan klasifikasi jalan. Tabel 2. Lebar Trotoar Minimum Klasifikasi Jalan Rencana Standar Minimum(m) Lebar Minimum ( m ) ( Pengecualian ) Tipe II Kelas I Kelas II Kelas III Sumber : Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan (DPU Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Bina Teknik / No : 011/T/Bt/1995) Keterangan : Lebar minimum digunakan pada jembatan dengan panjang 50 meter atau lebih pada daerah terowongan dimana volume lalu lintas pejalan kaki ( orang per 12 jam ) Fasilitas Penyeberangan Sebidang Terdapat beberapa jenis penyeberangan sebidang yaitu zebra cross tanpa atau dengan pelindung dan pelikan tanpa atau dengan pelindung. Pelindung yang dimaksud baik berupa pulau ataupun rambu peringatan awal bangunan pemisah untuk lalu lintas dua arah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk penyeberangan sebidang adalah sebagai berikut : a. Fasilitas penyeberangan pejalan kaki ada kaitannya dengan trotoar, maka fasilitas penyeberangan pejalan kaki dapat berupa perpanjangan dan trotoar. b. Untuk penyeberangan dengan Zebra Cross dan Pelikan Cross sebaiknya ditempatkan sedekat mungkin dengan persimpangan.beberapa syarat penempatan zebra cross yang perlu diperhatikan antara lain : - Tidak diperbolehkan di mulut simpang atau diatas pulau maya. - Pada jalan minor harus ditempatkan 15 m dibelakang garis henti dan sebaiknya delengkapi dengan marka jalan yang mengarahkan arus lalu lintas.

5 - Perlu diperhatikan interaksi dari sistem perioritas antara lain jumlah lalu lintas yang membelok, kecepatan dan penglihatan pengemudi. - Jalan yang lebarnya lebih dari 10 m sebaiknya diberi pelindung.sedangkan untuk penempatan pelikan harus ditempatkan minimal 20 m dari simpang. c. Lokasi penyeberangan harus terlihat jelas oleh pengendara dan ditempatkan tegak lurus sumbu jalan d. Dasar dasar penentuan jenis fasilitas penyeberangan adalah tertera pada tabel 3 di bawah ini Kriteria dalam memilih fasilitas penyeberangan sebidang didasarkan pada rumus empiris PV 2, dengan : P = arus pejalan kaki yang meyeberang diruas jalan sepanjang 100 m tiap jamnya ( orang/jam ) V = arus lalu lintas dalam dua arah tiap jamnya (Kendaraan/jam) Nilai P dan V merupakan arus rata rata pejalan kaki dan kendaraan dalam empat jam tersibuk. Secara keseluruhan penentuan fasilitas penyeberangan harus memenuhi pada Tabel 3 Tabel 3. Pemilihan fasilitas penyebrangan berdasarkan PV 2 PV 2 P(orang / jam) V(kendaraan / jam) Rekomendasi > Zebra cross (Zc) >2x Zc dengan Lapak Tunggu > >500 Pelican ( p ) >10 8 >1100 >300 Pelican ( p ) >2x >750 Pelican dengan Lapak Tunggu >2x10 8 >1100 >400 Pelican dengan Lapak Tunggu Sumber : Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan (Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Bina Teknik / No : 011/T/Bt/1995) 2.5. Penyeberangan Tidak Sebidang Jenis fasilitas penyeberangan tidak sebidang dapat berupa jembatan peyeberangan atau terowongan penyeberangan. Fasilitas ini ditempatkan pada ruas jalan yang memiliki kriteria sebagai berikut : a. Pada ruas jalan dengan kecepatan rencana > 70 km/jam. b. Pada kawasan strategis, tapi para penyeberang jalan tidak memungkinkan. c. Untuk menyeberang jalan, kecuali hanya pada jembatan penyeberangan. d. PV 2 > 2x108, dengan ; P > 1100 orang/jam dan V > 750 kend/jam. Nilai V yang diambil adalah dari arus rata rata selama 4 jam tersibuk. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk diadakannya jembatan penyeberangan agar sesuai dengan yang ditentukan /disyaratkan sesuai dengan aspek keselamatan, kenyamanan dan kemudahan bagi pejalan kaki, maka hal hal ini harus diperhatikan yaitu : a. Kebebasan vertikal antara jembatan dengan jalan b. Panjang jalur turun minimal 1,5 m 5,0 m c. Tinggi maksimum anak tangga diusahakan 15 cm dengan lebar anak tangga 30 cm e. Kelandaian maksimum 10 % d. Lebar landasan tangga dan jalur berjalan minimum 2,0 m 2.6. Kebutuhan Ruang Gerak Masing masing orang secara rata rata membutuhkan suatu luasan minimum ketika berdiri, yang dikenal sebagai lingkar tubuh. Lingkar tubuh ini berukuran 50 cm x 60 cm ( 0.3 m 2 ). Kebutuhan ruang minimum ini tidak mencukupi jika orang membawa koper atau ransel. Untuk kenyamanan pribadi, Fruin menyarankan sekitar 0.9 hingga 1,3 m 2 /orang. Kebutuhan ini dapat berlaku untuk orang yang berdiri tanpa bergerak (Fruin, 1971; FHWA, 1980 ). Selanjutnya aliran pejalan kaki diuraikan dalam besaran kecepatan dan aliran, yang digambarkan dengan kurva parabolik yang serupa dengan aliran kendaraan bermotor ( Greenshields, 1934; TRB, 2000 ). Suatu

6 hubungan kecepatan kepadatan aliran secara teoritis ditunjukan pada Gambar 1. Ketika kepadatan pejalan kaki naik, kecepatan pejalan kaki dalam arus lalu lintas akan menurun. Secara umum hubungan antara kepadatan, kecepatan dan aliran mempunyai persamaan sebagai berikut : V = S x D (2-2) Dengan V = aliran pejalan kaki ( pejalan kaki / menit / meter ) atau ( ped/menit/ft ) S = kecepatan pejalan kaki ( meter / menit ) atau ( ft / menit ) D = kepadatan pejalan kaki ( pejalan kaki / m2 ) atau ( ped / ft 2 ) Atau V = S/M ( 2 3 ) Dengan M = Ruangan pejalan kaki (m2 / pejalan kaki ) atau ped / ft 2 Selain itu, kebutuhan pedestrian dinyatakan sebagai ped / 15 menit, dengan menggunakan periode aliran puncak 15 menit sebagai dasar untuk analisis. Aliran pejalan kaki rata rata ( v ) kemudian dihitung sebagai : υ = V / 15W E ( 2 4 ) Dengan V = Aliran pejalan kaki puncak ( pejalan kaki / 15 menit ) atau ( ped / 15 menit ) W E = Lebar jalan orang efektif ( m ) Gambar 1. Hubungan Kecepatan dengan Kerapatan pejalan kaki 2.7. Tingkat Pelayanan dan Tingkat efektifitas Pada desain fasilitas pejalan kaki, ukuran dasar keefektifannya adalah ruang. Kapasitas diambil sama dengan 25 Pejalan kaki/menit/ft. Tabel 4. menunjukkan kriteria untuk tingkat pelayanan pejalan kaki. Fluktuasi jangka pendek dapat terjadi pada sebagian besar aliran pejalan kaki karena pejalan kaki tiba dan berangkat secara acak, seperti pada trotoar. Apabila trotoar dan fasilitas faslitas lain menunjukkan efek pleton, disarankan bahwa lonjakan ini harus dibagi - bagi waktunya. Suatu perumusan yang menghubungkan laju aliran pleton maksimum dengan laju aliran rata rata (dalam ped/menit/ft)yaitu : Aliran pleton / Arus pleton = Aliran (Arus) rata rata + 4 Table 4. Kriteria LOS untuk Jalan orang dan Trotoar

7 Sumber :TRB,2000 Selain itu per;u pula diketahui efektifitas prasarana yang diukur dengan besar keterpakaiannya oleh pejalan kaki. Beberapa faktor mempengaruhi tingkat keterpakaian ini,antaralain : Letak dan lokasi, lokasi tidak memiliki akses padat pejalan kaki yang melintas dan menyeberang jalan. Keamanan dan kenyamanan, kondisi penyebengan yang tidak memberikan kemudahan dan kenyamanan pejalan kaki. Besarnya tingkat terpakainya penyeberangan dinyatakan dalam persentase ( % ). Didalam penelitian ini tingkat efektifitas akan diukur secara kalulitatif dari hasil wawancara dengan pengguna fasilitas penyeberangan ataupun dengan pejalan kaki pada rencana lokasi penyeberangan 3. METODA PENELITIAN Untuk mencapai tujuan penelitian ini sebagaimana disebutkan sebelumnya maka perlu langkah-langkah sebagai berikut, sebagai acuan dalam melakukan survey juga analisis

8 Gambar 2. Diagram Alir Penelitian 4. Penentuan Jenis Fasilitas Penyeberangan Data volume pejalan kaki(p) digunakan untuk mengetahui besarnya kapasitas dan arus penyeberang yang melintasi lokasi fasilitas penyeberangan atau lokasi rencana fasilitas penyeberangan. Demikian pula dengan jumlah kendaraan (V) yang merupakan salah satu unsur didalam menentukan jenis fasilitas pejalan kaki, diperoleh dengan melakukan survey kendaraan 2 arah, interval waktu setiap 15 menitan. Jenis kendaraan yang dicatat saat pengamatan dikelompokan pada jenis kendaraan sesuai dengan MKJI Selanjutnya analisa PV 2 digunakan untuk menentukan fasilitas penyeberangan yang disesuaikan dengan volume pejalan kaki dan kendaraan pada lokasi tersebut. Nilai PV 2 dari masing masing lokasi, dan evaluasi fasilitas penyeberangan pada masing masing lokasi akan di bahas sebagai berikut. Sebagai contoh untuk perhitungan adalah JPO di depan SD Cikokol dengan data volume pejalan kaki dan volume kendaraan seperti ditunjukkan Tabel 5.

9 Tabel 5. Analisis PV 2 pada JPO di depan SD Cikokol. Dengan mengambil data 4 jam tersibuk dari tabel diatas maka jenis fasilitas yang diperlukan sebagaimana Table 6. dibawah ini Tabel 6. Penentuan Fasilitas penyeberangan di depan SD Cikokol Hasil penentuan jenis fasilitas penyeberangan berdasarkan nilai rata rata PV 2 pada masing masing lokasi dapat dilihat pada Tabel 7. berikut ini. Tabel 7. Jenis fasilitas penyeberangan 5 lokasi Berdasarkan evaluasi dan analisa yang dilakukan pada lima lokasi dapat dijelaskan sebagai berikut : Menurut Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan (Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Teknik / No : 011/T/Bt/1995 ) bahwa rekomendasi fasilitas penyeberangan pada ke-empat lokasi yaitu Pelican dengan lapak tunggu, hanya pada lokasi depan Halte

10 Kebonanas yang berupa JPO (Jembatan Penyeberangan Orang). Dari ke-empat lokasi yaitu : depan SD, depan Careffour, depan SPBU Petronas dan depan Halte Kebon nanas telah memiliki existing berupa JPO (Jembatan Penyeberangan Orang). Hal ini menunjukkan fasilitas existing yang sudah ada sudah cukup aman untuk pejalan kaki. Pada lokasi depan Tangerang City existing belum memiliki fasilitas penyeberangan setelah dianalisa fasilitas yang sesuai rekomendasi adalah berupa Pelican dengan lapak tunggu. Pada kelima lokasi tersebut memliki volume tertinggi bervariasi tergantung dari kegiatan yang ada disekitar lokasi penyeberangan tersebut. Secara rinci hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut Depan SD Cikokol, waktu tersibuk terjadi pada pagi hari antara jam 6.00 sampai dengan jam 7.00, siang hari jam sampai dengan jam 13.00, kemudian sore hari jam sampai dengan Hal ini dikarenakan letak lokasi yang berdekatan dengan sekolah, sehingga waktu tersibuk dipengaruhi oleh kegiatan anak sekolah yang berangkat pagi, siang dan pulang sekolah pada sore hari. Depan Careffour, Waktu tersibuk terjadi pada pagi hari antara jam sampai dengan jam 12.00, kemudian siang hari jam sampai dengan serta sore hari antara jam sampai dengan Kondisi ini dikarenakan posisi jembatan penyeberangan yang merupakan akses Mall Careffour sehingga pada pagi hari merupakan kesibukan para pegawai Mall dan pengunjung yang baru berdatangan. Waktu sibuk pada sore harimerupakan pengunjung careffour yang berbelanja setelah pulang kerja dan pada malam hari merupakan para pegawai careffour dan pengunjung yang pulang. Depan SPBU Petronas, dan Depan Halte Kebonanas Volume tertinggi penyeberangan pada lokasi ini terjadi pada pagi hari jam 6.00 sampai dengan 9.00 dan pada sore hari jam sampai dengan Hal ini dikarenakan kegiatan berangkat kerja atau pulang kerja, selain itu juga keadaan lalu lintas kendaraan pada jam tersebut merupakan volume tertinggi. Depan Mall Tangerang City, Jumlah pejalan kaki dan kendaraan yg melintas mengalami jam jam sibuk pada pagi hari jam 8.00 sampai dengan jam dan sore hari jam sampai dengan jam serta malam hari jam sampai dengan Kondisi ini dikarenakan Jl. Sudirman di depan tangerang city juga terdapat Mall Metropolis Modernland, sehingga jam jam tersibuk dikarenakan pegawai mall dan pengunjung yang berdatangan dan pulang. 5. Hubungan Kecepatan dengan Fasilitas Penyeberangan Keputusan penentuan fasilitas penyeberangan juga mempertimbangkan factor kelancaran arus lalu lintas yang dapat dilihat dari nilai kecepatan rata rata kendaraan yang melintas. Hal tersebut diperhatikan sebagai usaha meningkatkan faktor keselamatan pejalan kaki. Kecepatan rata rata kendaraan pada masing masing lokasi dapat dilihat sebagai berikut. Tabel 8. Fasilitas Penyeberangan pada masing masing lokasi dan Kec. Rata rata nya.

11 Dari Table 8 dapat dilihat besarnya kecepatan kendaraan yang melintas pada masing masing lokasi yang berkisar antara km/jam atau rata-rata 35 km/jam. Dengan kecepatan tersebut maka cukup beralasan bila sepanjang jalan ini disediakan(eksisting) berupa JPO dengan beberapa pertimbangan : Berbahaya bagi pejalan kaki untuk menyeberang sebidang dengan kecepatan tersebut serta badan jalan yang lebar ( m). Merupakan jalan arteri yang padat dan memiliki proporsi kendaraan berat cukup besar dilihat dari volume perjamnya. Sehingga banyaknya penyeberang jalan akan mengganggu lalu lintas. Sepanjang jalan tersebut merupakan jalan terbagi dengan median berupa pagar tinggi sehingga tidak memungkinkan menyeberang jalan. 6. Tingkat Pelayanan dan Tingkat Efektifitas Fasilitas Penyeberangan Tingkat pelayanan dianalisis untuk mengetahui sejauh mana pelayanan yang diberikan. Perhitungan tingkat pelayanan peyeberangan pada masing masing lokasi ditunjukkan dengan Tabel 9. Dari Tabel tersebut dapat dilihat bahwa setelah beberapa tahun pada lokasi yang secara eksisting telah ada JPO memiliki LOS A, kecuali depan Kebon Nanas. Artinya penggunaan JPO di 3 lokasi yang lain tidak optimal. Sedangkan di depan Tangerang City baru rencana, sehingga ditargetkan pada saat dibuka mempunyai LOS A. Tabel 9. Tabel LOS pada masing masing lokasi. Selanjutnya perlu diketahui penyebab kurangnya minat masyarakat terhadap JPO yang ada dapat dilihat dari analisis efektifitas(hasil wawancara) yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pelayanan fasilitas yang ada dengan melihat faktor Fungsi, keamanan, kenyamanan, kebersihan dan keindahan. A. Pada Lokasi dengan Fasilitas JPO Hasil survey wawancarapada pejalan kaki di empat lokasi yaitu depan SD Cikokol, depancareffour, depan SPBU Petronas dan depan Halte Kebonanas didapatkan data sebagai berikut. a. Fungsi. Dari grafik1. Dapat dilihat hasil bahwa responden 75%-95% menyatakan secara fungsi masih memanfaatkan fasilitas penyeberangan dan 70%-90% menganggap jembatan ini masih perlu serta cukup strategis dengan alasan yang hampir sama yaitu : merupakan akses bagi para pekerja, pelajar dan penduduk sekitar untuk bekerja, sekolah maupun melakukan aktivitas lain.hal yang sama juga berlaku bagi pengunjung mall. Alasan lain adalah karena keberadaan pagar pembatas pada median yang tinggi tidak memungkinkan untuk dilewati. Khusus untuk JPO Kebon Nanas kebutuhan ini juga disebabkan lokasi yang merupakan tempat transit perjalanan antar kota ataupun provinsi.

12 SD cikokol Carrefour Petronas Kbn nanas Kebutuhan Jembatan Kesesuaian Letak GRAFIK 1. Efektifitas Jembatan Ditinjau dari Fungsi b. Keamanan Struktur Pada pertanyaan keamanan di masing masing lokasi menunjukkan hasil di depan SD Cikokol 90 %, depan Careffour 95 %, depan SPBU Petronas 85 % dan Halte Kebonanas 75 % bahwa responden sangat yakin dengan keamanan konstruksi jembatan dan hanya 10%-20% yang merasa jembatan akan roboh. Hal tersebut dikarenakan kondisi jembatan yang masih kokoh dan berfungsi dengan baik. Lebih jelas dapat dilihat pada Grafik 2 berikut ini SD cikokol Carrefour Petronas Kbn nanas Keyakinan Jembatan Kuat Keyakinan Jembatan Akan Roboh GRAFIK 2. Efektifitas Jembatan Ditinjau dari Keamanan c. Kenyamanan Dari kelima pertanyaan yang diberikan menunjukkan tingkat kenyamanan yang berbeda beda pada masing masing lokasi. Hasil yang didapatkan dari analisa sebagaimana grafik 3 dan penjelasan dibawah ini.

13 SD cikokol Carrefour Petronas Kbn nanas Kenyamanan saat naik tangga Kecukupan panjang jembatan Kepadatan pengguna Kenyamanan saat turun Kecukupan lebar jembatan GRAFIK 3. Efektifitas Jembatan Ditinjau dari Kenyamanan SD Cikokol, sebanyak 80 % responden menyatakan tidak mengalami lelah dan tidak merasa takut saat menaiki atau menuruni tangga. Hal ini disebabkan jarak anak tangga yang tidak terlalu tinggi serta posisi naik dan turun yang tidak terlalu curam. Sekitar 70 % responden pejalan kaki berpendapat jembatan penyeberangan ini tidak terlalu panjang dan sempit, serta 85% mengatakann bahwa jembatan ini tidak terlalu padat. Mall Careffour, hampir 85 % responden menyatakan nyaman saat menaiki dan menuruni tangga serta tidak merasa lelah. Hal ini disebabkan desain jembatan yang cukup indah sehingga paraa pejalan kaki sedikit terhibur dan terlena oleh rasa lelah pada saat melewati jembatan. Sekitar 85 % responden pejalan kaki berpendapat jembatan penyeberangan ini tidak terlalu panjang dan sempit, serta mengatakan bahwa jembatan ini tidak terlalu padat. Hal tersebut dapat dilihat bahwa jembatan memiliki lebarcukup besar yaitu dengann lebar L = 5 m ( ft ). SPBU Petronas, 75 % responden yang melintas jembatan ini tidak merasa lelah dan akan terjatuh dikarenakan anak tangga tidak terlalu tinggi, padajembatan inii juga memiliki penghijauann yang baik sehingga jembatan tidak terkesan melelahkan dan terasa sempit saat menaiki dan menuruninya. Halte Kebonanas, Sekitar 90 % responden tidak merasa lelah saat menaiki tangga, namun hanya 70 % yang merasaa tidak takut ketika menuruni tangga. Hal ini dikarenakan anak tangga yang cukup tinggi sehingga menimbulkan kekhawatiran pejalan kaki saat menuruni nya. Hampir 75 % beranggapann jembatan inii tidak terlalu panjang dan sempit sehinggapejalan kaki merasa cukup leluasa saat melintasinya. Namun sebanyak 70% berpendapat jembatan ini cukup padat atau 30% yang merasa sebaliknya, sehingga perlu dilakukan upaya agar tingkat pelayanan dapat mencapai nilai LOS yang lebih baik. Upaya tersebut dapat dilakukan dengann cara sebagai berikut :

14 Lebar jembatan ( We ) diperlebar sehingga akan memiliki nilai aliran pejalan kaki lebih kecil. Dengan demikian nilai LOS menjadi lebih baik. Untuk mencapai nilai LOS B, maka jembatan perlu diperlebar 6 m dan Apabila ingin mencapai nilai LOS A, makajembatan perlu diperlebar 7 m. Untuk trotoar yang menuju tangga penyeberangan dapat diperberlebar agar pejalan kaki dapat lebih leluasa bejalan menuju jembatan. c. Kebersihan Pertanyaan mengenai kebersihan jembatan pada masing masing lokasi memiliki jawaban yang akan dianalisa sebagaimana terlihat pada Grafik SD cikokol Carrefour Petronas Kbn nanas Jumlah sampah Gangguan sampah terhadap pengguna Pembersihan berkala GRAFIK 4. Efektifitas Jembatan Ditinjau dari Kebersihan SD Cikokol, Mall Careffour, SPBU Petronas sekitar 70% -85% responden mengatakan jembatan ini cukup bersih, jumlah sampah yang berserakan tidak banyak dan mengganggu pejalan kaki. Namun dilihat dari jumlah responden hanya 10-15% yang menolak,maka dapat dikatakan bahwa responden memandang perlu selalu dijaga kebersihannya. Baik dilakukan oleh pihak Mall dengan tersedianya tempat sampah maupun dilakukannya pembersihan secara rutin disekitar jembatan oleh petugas kebersihan kota Tangerang. Halte Kebonanas, Pada jembatan ini terlihat 60 % responden mengatakan jumlah sampah cukup banyak sedangkan 40% nya menolak. Selain itu 90 % responden menginginkan agar sampah selalu dibersihkan agar kenyamanan mereka tidak terganggu. Banyaknya sampah dikarenakan besarnya jumlah pejalan kaki yang melintas dan banyaknya pedagang kaki lima yang berjualan disekitar jembatan. d. Keindahan Dengan cara yang sama maka pada ke empat lokasi yaitu SD Cikokol 75 %, Mall Careffour 70 %, SPBU Petronas 75 % dan Halte Kebonanas 75 % responden menyatakan setuju dilakukan renovasi pada jembatan agar terlihat lebih indah dengan melakukan upaya pengecatan ulang, pencopotan spanduk, dan penghijauan pada jembatan. Dengan demikian para responden memiliki keyakinan bahwa jembatan yang sudah ada akan tampak ebih indah apabila dilakukan upaya upaya tersebut. B. Tingkat efektifitas pada fasilitas belum ada Hasil survey wawancara juga dilakukan pada lokasi yang belum memilki fasilitas penyeberangan, yaitu terletak di jalan depan Mall Tangerang City. Hasil survey wawancara tersebut dianalisa berdasarkan kriteria pertanyaan sebagai berikut. a. Fungsi

15 Dari pertanyaan fungsi yang diberikan kepada 20 reponden didapatkan hasil analisa sebagai berikut. Sebanyak 75 % responden menyatakan mengalami kesulitan untukmenyeberang jalan, disebabkan banyaknya kendaraan yang melintas dengan kecepatan yang cukup menyulitkan pejalan kaki untuk menyeberang. Selain itu memperlihatkan sekitar 75 % pejalan kaki menyeberang secara rutin. Hal ini dikarenakan penyeberang merupakan pengunjung dan pegawai mall Metropolis yang berada di depan Tangerang City. Dan 85 % responden menginginkan adanya jembatan di lokasi ini, walaupun dari analisa konflik adalah pelican dengan lapak tunggu b. Keamanan Analisa yang berkaitan dengan keamanan fasilitas penyeberangan adalah sebanyak 85 % responden berpendapat bahwa jalan pada lokasi depantangerang City cukup rawan kecelakaan kendaraan. Hal ini dikarenakan sering terjadi kecelakaan kendaraan pada jalan tersebut. Dengan demikian pengguna jalan mengharapkan adanya fasilitas penyeberangan. c. Kenyamanan Hampir 70 % responden merasa kenyamanan dalam menyeberang belum terpenuhi. karena terlalu lama menunggu waktu yang tepat untuk dapat melintas tanpa gangguan kendaraan yang lewat. Sedangkan kendaraan yang melintas juga memiliki kecepatan yang cukup tinggi. 7. KESIMPULAN 1. Hasil evaluasi terhadap jumlah pejalan kaki dan kendaraan pada kelima lokasi menunjukkan bahwa fasilitas yang sesuai adalah pelican dengan lapak tunggu, hanya di lokasi halte kebonanas yang harus menggunakan jembatan. Namun dengan kondisi median yang dipagar dan kecepatan kendaraanyang cukup tinggi, maka pada lokasi - lokasi tersebut harus menggunakan jembatan penyeberangan. 2. Didalam menentukkan fasilitas penyeberangan selain digunakan syarat konflik antara pejalan kaki dan volume kendaraan(pv 2 ) juga harus memperhatikan faktor lain yaitu kondisi lokasi seperti lebar jalan, pagar median dan besarnya kecepatan kendaraan yang melintas. 3. Tingkat pelayanan pada fasilitas yang sudah ada menunjukkan LOS A, kecuali pada lokasi kebonanas yang menunjukkan tingkat pelayanan C. Hal ini disebabkan kebonanas sebagai pintu gerbang perbatasan wilayah kotatangerang dengan kab / kota lain, sehingga menjadi lokasi transit pengguna angkutan umum. 4. Tingkat efektifitas fasilitas penyeberangan pada lokasi yang telah memiliki fasilitas menunjukkan kondisi keterpakaian yang masih baik.hal tersebut dapat dilihat dari analisa hasil wawancara kepada pejalankaki yang menggunakan fasilitas penyeberangan. 5. Hasil analisa pada lokasi depan Tangerang City menunjukkan bahwa fasilitas penyeberangan yang sesuai adalah pelican dengan lapak tunggu,tetapi tidak menutup kemungkinan adanya fasilitas berupa jembatan. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara terhadap pejalan kaki yang membutuhkan adanya jembatan dan faktor keamanan yang menyebutkan lokasi adalah rawan kecelakaan. 8. DAFTAR PUSTAKA 1. Anggit T.A, Sylvia I, Studi Kebutuhan Fasilitas Penyeberangan di Kota Tangerang (Studi Kasus jl Jendral Sudirman-Jl. MH. Tahmrin), Tugas Akhir Teknik Sipil UMB, Jakarta 2. C. Jotin Khisty, B. Kent Lall, (2006), Dasar-dasar Rekayasa Transportasi jilid 2, Erlangga, Jakarta 3. F.D Hobs.( 1995), Perencanaan & Teknik Lalu-Lintas, Gajah Mada Universitas Press Yogya 4. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), (1997), Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta 5. Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan No. 011/T/Bt/1995, DPU Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Bina Teknik 6. Transportation Research Board(TRB)(2000) Highway capacity Manual, National Research Council,Washington,DC.

TUGAS AKHIR STUDI KEBUTUHAN FASILITAS PENYEBERANGAN DI KOTA TANGERANG ( STUDI KASUS JL. JENDERAL SUDIRMAN DAN JL. MH. THAMRIN )

TUGAS AKHIR STUDI KEBUTUHAN FASILITAS PENYEBERANGAN DI KOTA TANGERANG ( STUDI KASUS JL. JENDERAL SUDIRMAN DAN JL. MH. THAMRIN ) TUGAS AKHIR STUDI KEBUTUHAN FASILITAS PENYEBERANGAN DI KOTA TANGERANG ( STUDI KASUS JL. JENDERAL SUDIRMAN DAN JL. MH. THAMRIN ) Diajukan Sebagai Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Teknik Strata Satu ( S-1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hierarki Jalan Peranan jalan menurut fungsinya menurut SK Menteri Kimpraswil No.375/KPTS/M/2004 terbagi atas tiga yaitu : 1. Jalan Arteri, adalah jalan yang melayani angkutan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. NO.: 011/T/Bt/1995 Jalur Pejalan Kaki yang terdiri dari :

BAB II KERANGKA TEORITIS. NO.: 011/T/Bt/1995 Jalur Pejalan Kaki yang terdiri dari : BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki Di Kawasan Perkotaan NO.: 011/T/Bt/1995 Jalur Pejalan Kaki yang terdiri dari : a) Trotoar b) Penyeberangan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. memberikan pelayanan yang optimal bagi pejalan kaki.

BAB III LANDASAN TEORI. memberikan pelayanan yang optimal bagi pejalan kaki. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Jalur Pejalan Kaki Pejalan kaki merupakan salah satu pengguna jalan yang memiliki hak dalam penggunaan jalan. Oleh sebab itu, fasilitas bagi pejalan kaki perlu disediakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Umum Fasilitas pejalan kaki adalah seluruh bangunan pelengkap yang disediakan untuk pejalan kaki guna memberikan pelayanan demi kelancaran, keamanan dan kenyamanan, serta keselamatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Fasilitas pejalan kaki harus direncanakan berdasarkan ketentuanketentuan sebagai berikut : 1. Pejalan kaki harus mencapai tujuan dengan jarak sedekat mungkin, aman dari

Lebih terperinci

TATA CARA PERENCANAAN FASILITAS PEJALAN KAKI DI KAWASAN PERKOTAAN

TATA CARA PERENCANAAN FASILITAS PEJALAN KAKI DI KAWASAN PERKOTAAN J A L A N NO.: 011/T/Bt/1995 TATA CARA PERENCANAAN FASILITAS PEJALAN KAKI DI KAWASAN PERKOTAAN DER P A R T E M EN PEKERJAAN UMUM DIRE KTORAT JENDERAL BINA MARGA D I R E K T O R A T B I N A T E K N I K

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI Penentuan Fasilitas Penyeberangan Tidak Sebidang

BAB III LANDASAN TEORI Penentuan Fasilitas Penyeberangan Tidak Sebidang BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Penentuan Fasilitas Penyeberangan Tidak Sebidang Penentuan fasilitas penyeberangan tidak sebidang harus sesuai kondisi lalu lintas jalan yang ditinjau. Berikut metode penentuan

Lebih terperinci

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN Supriyanto Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam Kalau kita berjalan kaki di suatu kawasan atau daerah, kita mempunyai tempat untuk mengekspresikan diri ( yaitu

Lebih terperinci

Manajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan. 1. Pejalan kaki itu sendiri (berjalan dari tempat asal ke tujuan)

Manajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan. 1. Pejalan kaki itu sendiri (berjalan dari tempat asal ke tujuan) Manajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan Mata Kuliah Manajemen Lalu Lintas Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM Pendahuluan Yang termasuk pejalan kaki : 1. Pejalan kaki itu sendiri

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Trotoar Menurut keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No.76/KPTS/Db/1999 tanggal 20 Desember 1999 yang dimaksud dengan trotoar adalah bagian dari jalan raya yang khusus disediakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pejalan Kaki Menurut Pratama (2014) pejalan kaki adalah istilah dalam transportasi yang digunakan untuk menjelaskan orang yang berjalan di lintasan pejalan kaki baik dipinggir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Fasilitas Penyeberangan Fasilitas penyeberangan pejalan kaki menurut Departemen Pekerjaan Umum, dalam Pedoman Perencanaan Jalur Pejalan Kaki pada Jalan Umum (1999:1) adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), yang dimaksud dengan evaluasi adalah pengumpulan dan pengamatan dari berbagai macam bukti untuk mengukur dampak dan efektivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Wibowo (2010), dalam Analisis Kelayakan Sarana Transportasi Khususnya Trotoar, yang mengambil lokasi penelitian di Pasar pakem, Sleman, Yogyakarta, membahas

Lebih terperinci

BAB ll TINJAUAN PUSTAKA

BAB ll TINJAUAN PUSTAKA BAB ll TINJAUAN PUSTAKA II.1 Fasilitas Penyeberangan Fasilitas penyeberangan adalah fasilitas pejalan kaki di jalan untuk mengkonsentrasikan pejalan kaki yang menyeberang jalan. Idealnya semua penyeberangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perhubungan Darat : SK.43/AJ 007/DRJD/97).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perhubungan Darat : SK.43/AJ 007/DRJD/97). II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pejalan Kaki 1. Definisi Pejalan kaki adalah orang yang melakukan aktifitas berjalan kaki dan merupakan salah satu unsur pengguna jalan. (Keputusan Direktur Jendral Perhubungan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 5.1 Lokasi Penelitian U Gambar 5.1 Lokasi Penelitian Gambar 5.2 Lokasi Penelitian 30 31 Pemilihan titik lokasi penelitian seperti pada Gambar 5.2, pemilihan lokasi ini

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI LITERATUR

BAB 2 STUDI LITERATUR BAB 2 STUDI LITERATUR 2.1. JEMBATAN PENYEBERANGAN PEJALAN KAKI Jembatan penyeberangan merupakan fasilitas penyeberangan pejalan kaki tak sebidang. Fasilitas ini memisahkan arus penyeberang jalan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Ruas jalan Cicendo memiliki lebar jalan 12 meter dan tanpa median, ditambah lagi jalan ini berstatus jalan arteri primer yang memiliki minimal kecepatan 60 km/jam yang

Lebih terperinci

Kajian Azaz Manfaat Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Jalan Sultan Thaha Kota Jambi. Fakhrul Rozi Yamali

Kajian Azaz Manfaat Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Jalan Sultan Thaha Kota Jambi. Fakhrul Rozi Yamali Kajian Azaz Manfaat Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Jalan Sultan Fakhrul Rozi Yamali fakhrul_65@yahoo.co.id Abstrak Fasilitas pejalan kaki sering terabaikan. Padahal pejalan kaki termasuk unsur arus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PEJALAN KAKI 1. Definisi Pejalan kaki adalah orang yang melakukan aktifitas berjalan kaki dan merupakan salah satu unsur pengguna jalan. (Keputusan Direktur Jendral Perhubungan

Lebih terperinci

Agus Surandono 1,a*, Amri Faizal 2,b

Agus Surandono 1,a*, Amri Faizal 2,b STUDI KEBUTUHAN FASILITAS PENYEBERANGAN JALAN DI RUAS JALAN PROKLAMATOR BANDAR JAYA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (Studi Kasus Bandar Jaya Plaza - Komplek Pertokoan Bandar Jaya) Agus Surandono 1,a*, Amri Faizal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Variabel Analisis Variabel yang digunakan dalam analisis kinerja Ruas Jalan Otto Iskandardiata Kota Bandung akibat pertumbuhan lalu lintas selama 10 tahun mendatang

Lebih terperinci

JURNAL Rekayasa dan Manajemen Transportasi Journal of Transportation Management and Engineering

JURNAL Rekayasa dan Manajemen Transportasi Journal of Transportation Management and Engineering JURNAL Rekayasa dan Manajemen Transportasi Journal of Transportation Management and Engineering STUDI KARAKTERISTIK PEJALAN KAKI DAN PEMILIHAN JENIS FASILITAS PENYEBERANGAN PEJALAN KAKI DI KOTA PALU (Studi

Lebih terperinci

Evaluasi Zona Selamat Sekolah di SD Sukasenang Jalan P.H.H. Mustofa Kota Bandung

Evaluasi Zona Selamat Sekolah di SD Sukasenang Jalan P.H.H. Mustofa Kota Bandung Rekaracana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Januari Evaluasi Zona Selamat Sekolah di SD Sukasenang Jalan P.H.H. Mustofa Kota Bandung ANISA RULLIYANA TSANI, DWI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Umum 2.1.1. Fasilitas penyeberangan pejalan kaki Dalam Setiawan. R. (2006), fasilitas penyeberangan jalan dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu: a. Penyeberangan

Lebih terperinci

PEDOMAN. Perencanaan Trotoar. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 1-27

PEDOMAN. Perencanaan Trotoar. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 1-27 PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Perencanaan Trotoar DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN 1-27 Daftar Isi Daftar Isi Daftar Tabel

Lebih terperinci

TINGKAT PEMANFAATAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DI DEPAN MEGA MALL JALAN A.YANI KOTA PONTIANAK

TINGKAT PEMANFAATAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DI DEPAN MEGA MALL JALAN A.YANI KOTA PONTIANAK TINGKAT PEMANFAATAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DI DEPAN MEGA MALL JALAN A.YANI KOTA PONTIANAK Eka Agus Sugito 1 )., Syafaruddin As 2 ).,Siti Nurlaily 2 ) madridgito@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan yang lancar merupakan idaman setiap warga, dengan semakin banyaknya pengguna jalan raya, lalu lintas menjadi tidak lancar, seiring dengan bertambahnya jumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pedestrian / Pejalan Kaki Dirjen Perhubungan Darat (1999) menyatakan bahwa pejalan kaki adalah suatu bentuk transportasi yang penting di daerah perkotaan. Pejalan kaki merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN KEBUTUHAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG 6 KUTABLANG LHOKSEUMAWE

KAJIAN KEBUTUHAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG 6 KUTABLANG LHOKSEUMAWE KAJIAN KEBUTUHAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG 6 KUTABLANG LHOKSEUMAWE Wesli 1), Said Jalalul Akbar 2) 1), 2) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh email: 1) ir_wesli@yahoo.co.id;

Lebih terperinci

Analisa Perhitungan Level Of Service Fasilitas Pedestrian Menggunakan Prototipe Gainesville, Pada Ruas Jalan Margonda, Depok

Analisa Perhitungan Level Of Service Fasilitas Pedestrian Menggunakan Prototipe Gainesville, Pada Ruas Jalan Margonda, Depok Analisa Perhitungan Level Of Service Fasilitas Pedestrian Menggunakan Prototipe Gainesville, Pada Ruas Jalan Margonda, Depok Bayu Sandy Jatmiko Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Indonesia

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN DI JALAN SUMPAH PEMUDA KOTA SURAKARTA (Study kasus : Kampus UNISRI sampai dengan Kantor Kelurahan Mojosongo) Sumina

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN DI JALAN SUMPAH PEMUDA KOTA SURAKARTA (Study kasus : Kampus UNISRI sampai dengan Kantor Kelurahan Mojosongo) Sumina EVALUASI KINERJA RUAS JALAN DI JALAN SUMPAH PEMUDA KOTA SURAKARTA (Study kasus Kampus UNISRI sampai dengan Kantor Kelurahan Mojosongo) Sumina Abstrak Pertumbuhan jumlah kendaraan yang tinggi berdampak

Lebih terperinci

BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG

BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG Memperhatikan penampang melintang jalan sebagaimana Bab I (gambar 1.6 dan gambar 1.7), maka akan tampak bagian-bagian jalan yang lazim disebut sebagai komponen penampang

Lebih terperinci

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street parking menjadi Off-street parking (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street parking menjadi Off-street parking (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri) 1 Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street parking menjadi Off-street parking (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri) Deka Agrapradhana, Ir. Ervina Ahyudanari ME, Ph.D. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS KEMACETAN LALU LINTAS DI SUATU WILAYAH (STUDI KASUS DI JALAN LENTENG AGUNG)

ANALISIS KEMACETAN LALU LINTAS DI SUATU WILAYAH (STUDI KASUS DI JALAN LENTENG AGUNG) ANALISIS KEMACETAN LALU LINTAS DI SUATU WILAYAH (STUDI KASUS DI JALAN LENTENG AGUNG) Deden Firmansyah, A.R. Indra Tjahjani Program Studi Teknik Sipil, Universitas Pancasila Jakarta, Jl. Srengseng Sawah

Lebih terperinci

1. Manajemen Pejalan Kaki

1. Manajemen Pejalan Kaki 1. Manajemen Pejalan Kaki 1. Desain Fasilitas Pejalan Kaki Terdapat 2 jenis design fasilitas pejalan kaki 1. Traditional engineering design Meminimumkan biaya dan memaksimalkan efisiensi. Contoh: waktu

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Tanjakan Ale Ale Padang Bulan, Jayapura, dapat disimpulkan bahwa:

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Tanjakan Ale Ale Padang Bulan, Jayapura, dapat disimpulkan bahwa: 66 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Hasil pengelolaan data dan analisis kecelakaan lalu lintas pada ruas jalan Tanjakan Ale Ale Padang Bulan, Jayapura, dapat disimpulkan bahwa: 1. Lokasi kejadian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan. Jalan secara umum adalah suatu lintasan yang menghubungkan lalu lintas

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan. Jalan secara umum adalah suatu lintasan yang menghubungkan lalu lintas 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Jalan secara umum adalah suatu lintasan yang menghubungkan lalu lintas antar suatu daerah dengan daerah lainnya, baik itu barang maupun manusia. Seiring dengan pertambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah suatu pergerakan orang dan barang. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehariharinya, sehingga transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS PENYEBERANGAN JALAN DI DEPAN KAMPUS FT. UNTIRTA KOTA CILEGON

ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS PENYEBERANGAN JALAN DI DEPAN KAMPUS FT. UNTIRTA KOTA CILEGON ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS PENYEBERANGAN JALAN DI DEPAN KAMPUS FT. UNTIRTA KOTA CILEGON Arief Budiman Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering Sultan Ageng Tirtayasa University Jl. Jendral

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI KINERJA TROTOAR DI JALAN PASAR BESAR KOTA MALANG TUGAS AKHIR. Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang

STUDI EVALUASI KINERJA TROTOAR DI JALAN PASAR BESAR KOTA MALANG TUGAS AKHIR. Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang STUDI EVALUASI KINERJA TROTOAR DI JALAN PASAR BESAR KOTA MALANG TUGAS AKHIR Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Akademik dalam Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Konversi Satuan Mobil Penumpang

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Konversi Satuan Mobil Penumpang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konversi Satuan Mobil Penumpang Menurut MKJI (1997), kendaraan bermotor di jalan perkotaan dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu sepeda motor (MC), kendaraan ringan (LV), dan

Lebih terperinci

JALUR PEJALAN KAKI / PEDESTRIAN PADA JALAN UMUM

JALUR PEJALAN KAKI / PEDESTRIAN PADA JALAN UMUM JALUR PEJALAN KAKI / PEDESTRIAN PADA JALAN UMUM PENGERTIAN PEDESTRIAN Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagi

Lebih terperinci

PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK

PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK A.R. Indra Tjahjani 1, Gita Cakra 2, Gita Cintya 3 1Program Studi Teknik Sipil, Universitas Pancasila Jakarta, Lenteng Agung Jakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu menuju daerah lainnya. Dalam ketentuan yang diberlakukan dalam UU 22 tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu menuju daerah lainnya. Dalam ketentuan yang diberlakukan dalam UU 22 tahun 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Jalan merupakan salah satu instrument prasarana penghubung dari daerah yang satu menuju daerah lainnya. Dalam ketentuan yang diberlakukan dalam UU 22 tahun 2009 Jalan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Traffic light merupakan sebuah teknologi yang mana kegunaannya adalah untuk mengatasi antrian dan dapat mempelancar arus lalu lintas

PENDAHULUAN. Traffic light merupakan sebuah teknologi yang mana kegunaannya adalah untuk mengatasi antrian dan dapat mempelancar arus lalu lintas PENDAHULUAN Lalu lintas yang terjadi disuatu wilayah, memberikan pengaruh terhadap kelancaran perkembangan kegiatan ekonomi, sosial, budaya dan kegiatan lainnya baik di daerah itu sendiri maupun daerah

Lebih terperinci

Iin Irawati 1 dan Supoyo 2. Program Studi Teknik Sipil, Universitas Semarang, Jl. Soekarno Hatta Tlogosari Semarang

Iin Irawati 1 dan Supoyo 2. Program Studi Teknik Sipil, Universitas Semarang, Jl. Soekarno Hatta Tlogosari Semarang PENGARUH PERGERAKAN PEJALAN KAKI TERHADAP KINERJA RUAS JALAN YANG DISEBABKAN OLEH KURANG OPTIMALNYA PEMANFAATAN JEMBATAN PENYEBERANGAN (KAJIAN WILAYAH : JALAN MERDEKA UTARA MALANG) Iin Irawati 1 dan Supoyo

Lebih terperinci

Evaluasi Kondisi dan Pemanfaatan Trotoar Pada Jalan Ir. H. Juanda-Bandung

Evaluasi Kondisi dan Pemanfaatan Trotoar Pada Jalan Ir. H. Juanda-Bandung Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Juli 2015 Evaluasi Kondisi dan Pemanfaatan Trotoar Pada Jalan Ir. H. Juanda-Bandung TEUKU HIRZI AULIA 1, ELKHASNET 2 1) Mahasiswa,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Jalan Perkotaan

BAB II DASAR TEORI Jalan Perkotaan BAB II DASAR TEORI 2.1. Jalan Perkotaan Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan merupakan segmen jalan yang mempunyai perkembangan secara permanen dan menerus sepanjang seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan ditunjukan dengan adanya peningkatan jumlah pemakaian

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan ditunjukan dengan adanya peningkatan jumlah pemakaian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring pertambahan jaman dan perkembangan suatu kota dengan peningkatan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat mengakibatkan peningkatan kebutuhan transportasi.

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian Berdasarkan survei yang dilakukan pada Simpang Gintung, maka diperoleh data geometrik simpang dan besar volume lalu lintas yang terjadi pada simpang tersebut.

Lebih terperinci

PENENTUAN FASILITAS PENYEBERANGAN ORANG DI DEPAN KAMPUS UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA, JALAN SURYA SUMANTRI, BANDUNG ABSTRAK

PENENTUAN FASILITAS PENYEBERANGAN ORANG DI DEPAN KAMPUS UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA, JALAN SURYA SUMANTRI, BANDUNG ABSTRAK PENENTUAN FASILITAS PENYEBERANGAN ORANG DI DEPAN KAMPUS UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA, JALAN SURYA SUMANTRI, BANDUNG Rini Purwanti NRP : 1021057 Pembimbing : Santoso Urip Gunawan,Ir.,MT ABSTRAK Jalan Surya

Lebih terperinci

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN PENDAHULUAN Angkutan jalan merupakan salah satu jenis angkutan, sehingga jaringan jalan semestinya ditinjau sebagai bagian dari sistem angkutan/transportasi secara keseluruhan. Moda jalan merupakan jenis

Lebih terperinci

Penampang Melintang Jalan Tipikal. dilengkapi Trotoar

Penampang Melintang Jalan Tipikal. dilengkapi Trotoar Penampang melintang merupakan bentuk tipikal Potongan jalan yang menggambarkan ukuran bagian bagian jalan seperti perkerasan jalan, bahu jalan dan bagian-bagian lainnya. BAGIAN-BAGIAN DARI PENAMPANG MELINTANG

Lebih terperinci

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dari analisa pengamatan di lapangan, studi referensi, perhitungan dan juga hasil evaluasi mengenai KINERJA RUAS JALAN RAYA CIBIRU JALAN RAYA CINUNUK PADA

Lebih terperinci

STUDI KECEPATAN KENDARAAN PADA RUAS JALAN PERKOTAAN DI KOTA PADANG

STUDI KECEPATAN KENDARAAN PADA RUAS JALAN PERKOTAAN DI KOTA PADANG STUDI KECEPATAN KENDARAAN PADA RUAS JALAN PERKOTAAN DI KOTA PADANG Purnawan Titi Kurniati Deddy Noveyusa Staf Pengajar Staf Pengajar Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Inspeksi Keselamatan Jalan Tingginya angka lalu lintas, maka salah satu cara untuk mengurangi tingkat kecelakaan adalah dengan melakukan Inspeksi Keselamatan Jalan.

Lebih terperinci

SURVEY TC (Traffic Counting) PEJALAN KAKI

SURVEY TC (Traffic Counting) PEJALAN KAKI J U R U S A N T E K N I K P L A N O L O G I F A K U L T A S T E K N I K U N I V E R S I T A S P A S U N D A N B A N D U N G Jl. Dr Setiabudhi No 193 Telp (022) 2006466 Bandung SURVEY TC (Traffic Counting)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Iswanto (2006), Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Iswanto (2006), Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pejalan Kaki (Pedestrian) Menurut Iswanto (2006), Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan

Lebih terperinci

TUNDAAN DAN TINGKAT PELAYANAN PADA PERSIMPANGAN BERSIGNAL TIGA LENGAN KAROMBASAN MANADO

TUNDAAN DAN TINGKAT PELAYANAN PADA PERSIMPANGAN BERSIGNAL TIGA LENGAN KAROMBASAN MANADO TUNDAAN DAN TINGKAT PELAYANAN PADA PERSIMPANGAN BERSIGNAL TIGA LENGAN KAROMBASAN MANADO Johanis Lolong ABSTRAK Persimpangan adalah salah satu bagian jalan yang rawan terjadi konflik lalu lintas karena

Lebih terperinci

PENGARUH PERLINTASAN KERETA API TERHADAP KINERJA JALAN RAYA CITAYAM (169T)

PENGARUH PERLINTASAN KERETA API TERHADAP KINERJA JALAN RAYA CITAYAM (169T) PENGARUH PERLINTASAN KERETA API TERHADAP KINERJA JALAN RAYA CITAYAM (169T) Sylvia Indriany 1, Wandhi Wijaya 2 1 Jurusan TeknikSipilUniversitasMercuBuana, Jl. Meruya Selatan Kembangan,Jakarta Barat Email:syllfa@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan lalu lintas regional dan intra regional dalam keadaan aman,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan lalu lintas regional dan intra regional dalam keadaan aman, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Fungsi utama dari sistem jalan adalah memberikan pelayanan untuk pergerakan lalu lintas regional dan intra regional dalam keadaan aman, nyaman, dan cara pengoperasian

Lebih terperinci

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1244, 2014 KEMENHUB. Jalan. Marka. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KAJIAN KEBUTUHAN FASILITAS PENYEBERANGAN PADA RUAS JALAN DI AREA KOMERSIAL KOTA PONTIANAK (STUDI KASUS: JL. TEUKU UMAR JL

KAJIAN KEBUTUHAN FASILITAS PENYEBERANGAN PADA RUAS JALAN DI AREA KOMERSIAL KOTA PONTIANAK (STUDI KASUS: JL. TEUKU UMAR JL KAJIAN KEBUTUHAN ENYEBERANGAN ADA RUAS JALAN DI AREA (STUDI KASUS: JL. TEUKU UMAR JL. HOS COKROAMINOTO, KOTA ONTIANAK) Abstrak Kawasan komersial sudah pasti ramai dikunjungi orang baik menggunakan kendaraan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Bagan alir dalam penulisan tugas akhir ini terdiri dari :

BAB III METODOLOGI. Bagan alir dalam penulisan tugas akhir ini terdiri dari : BAB III METODOLOGI 3.1. Bagan Alir Bagan alir dalam penulisan tugas akhir ini terdiri dari : START PENGUMPULAN DATA DATA PRIMER Geometrik Volume Lalu Lintas Kecepatan Kendaraan Hambatan Samping Volume

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jendulan melintang jalan (road humps) merupakan bagian dari alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jendulan melintang jalan (road humps) merupakan bagian dari alat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 POLISI TIDUR (ROAD HUMPS) Jendulan melintang jalan (road humps) merupakan bagian dari alat pengendali pemakai jalan sebagai alat pembatas kecepatan, dan memiliki banyak nama

Lebih terperinci

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan Karangmenjangan Jalan Raya Nginden jika dilihat berdasarkan Dinas PU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan kota Surabaya yang diikuti dengan pertumbuhan penduduk serta laju pertumbuhan ekonomi mengakibatkan kebutuhan akan transportasi cukup tinggi. Saat ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelompokan Jalan Menurut Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, ditinjau dari peruntukannya jalan dibedakan menjadi : a. Jalan khusus b. Jalan Umum 2.1.1. Jalan

Lebih terperinci

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Persimpangan jalan adalah simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa pendekat, dimana arus kendaraan dari berbagai pendekat bertemu dan memencar meninggalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen lalu lintas yang sangat penting terutama di perkotaan.

BAB I PENDAHULUAN. komponen lalu lintas yang sangat penting terutama di perkotaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Padatnya pertumbuhan penduduk di perkotaan menambah semakin banyaknya tingkat transportasi yang ada. Transportasi merupakan sektor pendukung dalam setiap aktivitas

Lebih terperinci

EVALUASI DAN UPAYA PENINGKATAN KINERJA BUNDARAN KALIBANTENG PASCA TERBANGUNNYA FLYOVER

EVALUASI DAN UPAYA PENINGKATAN KINERJA BUNDARAN KALIBANTENG PASCA TERBANGUNNYA FLYOVER EVALUASI DAN UPAYA PENINGKATAN KINERJA BUNDARAN KALIBANTENG PASCA TERBANGUNNYA FLYOVER Agustina Maya Paramitha, Radiksa Ivan Sitranata Bambang Riyanto, YI. Wicaksono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Ruas Jalan HOS Cokroaminoto Akibat Perkembangan Lalu Lintas di Yogyakarta

Analisis Kinerja Ruas Jalan HOS Cokroaminoto Akibat Perkembangan Lalu Lintas di Yogyakarta JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 15, No. 2, 167-177, November 2012 167 Analisis Kinerja Ruas Jalan HOS Cokroaminoto Akibat Perkembangan Lalu Lintas di Yogyakarta (Performance Analysis on HOS Tjokroaminoto

Lebih terperinci

c. Pada tahun 2014 (5 tahun setelah Paragon City beroperasi), baik saat akhir pekan maupun hari kerja, terutama pada saat jam-jam puncak, simpang

c. Pada tahun 2014 (5 tahun setelah Paragon City beroperasi), baik saat akhir pekan maupun hari kerja, terutama pada saat jam-jam puncak, simpang BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Dari hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada Simpang Bersinyal telapak kaki a. Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Perkotaan Menurut MKJI 1997, segmen jalan perkotaan/semi perkotaan mempunyai perkembangan secara permanen dan menerus sepanjang seluruh atau hampir seluruh jalan, minimum

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dari hasil survei inventaris jalan didapat data-data ruas Jalan Pintu Satu Senayan. Panjang. ( m )

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dari hasil survei inventaris jalan didapat data-data ruas Jalan Pintu Satu Senayan. Panjang. ( m ) BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Ruas Jalan 4.1.1 Inventarisasi Geometrik Jalan Dari hasil survei inventaris jalan didapat data-data ruas Jalan Pintu Satu Senayan sebagai berikut : Tabel 4.1

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 3 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 3 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 3 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 10 TAHUN 2002 T E N T A N G PENYELENGGARAAN LALU LINTAS JALAN DENGAN RACHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

Jurnal Kalibrasi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut Indonesia

Jurnal Kalibrasi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut Indonesia EFEKTIFITAS PENGGUNAAN FASILITAS JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG (JPO) (STUDI KASUS PADA FASILITAS JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DI JL. SOEKARNO HATTA BANDUNG) Edy Supriady Koswara 1, Roestaman, 2 Eko Walujodjati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Simpang Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), simpang adalah tempat berbelok atau bercabang dari yang lurus. Persimpangan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENATAAN FASILITAS PEJALAN KAKI DENGAN EFISIENSI PERGERAKAN BERDASARKAN PADA KARAKTERISTIK PEDESTRIAN

OPTIMALISASI PENATAAN FASILITAS PEJALAN KAKI DENGAN EFISIENSI PERGERAKAN BERDASARKAN PADA KARAKTERISTIK PEDESTRIAN OPTIMALISASI PENATAAN FASILITAS PEJALAN KAKI DENGAN EFISIENSI PERGERAKAN BERDASARKAN PADA KARAKTERISTIK PEDESTRIAN (Studi Kasus di Simpang Empat Kartasura) Harwidyo Eko Prasetyo Program Studi Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : A. Karakteristik kecelakaan berdasarkan beberapa klasifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trotoar adalah jalur bagi pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Simpang Persimpangan adalah daerah di mana dua atau lebih jalan bergabung atau berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu persimpangan adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hambatan Samping Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997), hambatan samping adalah dampak terhadap kinerja lalu lintas akibat kegiatan di sisi jalan. Aktivitas samping

Lebih terperinci

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN Penampang melintang jalan adalah potongan melintang tegak lurus sumbu jalan, yang memperlihatkan bagian bagian jalan. Penampang melintang jalan yang akan digunakan harus

Lebih terperinci

BAB II TINJAU PUSTAKA

BAB II TINJAU PUSTAKA BAB II TINJAU PUSTAKA A. Tinjauan Umum Diambil dari berbagai referensi yang ada, trotoar mempunyai pengertian sebagai berikut: 1. Bagian jalan disediakan untuk pejalan kaki yang biasanya sejajar dengan

Lebih terperinci

PENGARUH SOSIALISASI ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS) TERHADAP EFEKTIFITAS ZoSS SEKOLAH DASAR DI PEKANBARU. Septian Surya Utama 1), Yosi Alwinda 2)

PENGARUH SOSIALISASI ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS) TERHADAP EFEKTIFITAS ZoSS SEKOLAH DASAR DI PEKANBARU. Septian Surya Utama 1), Yosi Alwinda 2) PENGARUH SOSIALISASI ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS) TERHADAP EFEKTIFITAS ZoSS SEKOLAH DASAR DI PEKANBARU Septian Surya Utama 1), Yosi Alwinda 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, 2) Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya, maka dengan ini penulis mengambil referensi dari beberapa buku dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya, maka dengan ini penulis mengambil referensi dari beberapa buku dan 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penulisan tugas akhir ini berdasarkan referensi beberapa buku dan skripsi sebelumnya, maka dengan ini penulis mengambil referensi dari beberapa buku dan skripsi sebelumnya. Penelitian

Lebih terperinci

POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Parit tepi (side ditch), atau saluran Jalur lalu-lintas (travel way); drainase jalan; Pemisah luar (separator);

POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Parit tepi (side ditch), atau saluran Jalur lalu-lintas (travel way); drainase jalan; Pemisah luar (separator); POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Pengertian Umum Potongan melintang jalan (cross section) adalah suatu potongan arah melintang yang tegak lurus terhadap sumbu jalan, sehingga dengan potongan melintang

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN FASILITAS PEJALAN KAKI DI KAWASAN PERDAGANGAN (STUDI KASUS DI PASARSURADADI,KABUPATEN TEGAL)

ANALISIS KEBUTUHAN FASILITAS PEJALAN KAKI DI KAWASAN PERDAGANGAN (STUDI KASUS DI PASARSURADADI,KABUPATEN TEGAL) ANALISIS KEBUTUHAN FASILITAS PEJALAN KAKI DI KAWASAN PERDAGANGAN (STUDI KASUS DI PASARSURADADI,KABUPATEN TEGAL) Iqbal Maulana Taruna DIV Manajemen Keselamatan Transportasi Jalan- Politeknik Keselamatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Raya Jalan merupakan suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA DAN PERENCANAAN PERBAIKAN FASILITAS PEJALAN KAKI DI JALAN MERDEKA KOTA BANDUNG

EVALUASI KINERJA DAN PERENCANAAN PERBAIKAN FASILITAS PEJALAN KAKI DI JALAN MERDEKA KOTA BANDUNG EVALUASI KINERJA DAN PERENCANAAN PERBAIKAN FASILITAS PEJALAN KAKI DI JALAN MERDEKA KOTA BANDUNG TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ruas Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa BAB I PENDAHULUAN I.1. Uraian Permasalahan transportasi berupa kemacetan, tundaan, serta polusi suara dan udara yang sering kita jumpai setiap hari di beberapa kota besar di Indonesia ada yang sudah berada

Lebih terperinci

Djoko Sulistiono, Amalia Firdaus M, Sulchan Arifin Program Studi Diploma Teknik Sipil FTSP ITS

Djoko Sulistiono, Amalia Firdaus M, Sulchan Arifin Program Studi Diploma Teknik Sipil FTSP ITS Jurnal PLIKSI Volume 14, Nomor 2, gustus 2016 Tingkat Pelayanan (Los) Trotoar Pada Ruas Jalan Utama Kota Surabaya (Kasus Jalan Wonokromo, Jalan Raya Darmo, Jalan Basuki Rahmat, Jalan Urip Sumohardjo, Jalan

Lebih terperinci

PENGARUH TARIKAN MANADO TOWN SQUARE TERHADAP LALU LINTAS DI RUAS JALAN BOULEVARD MANADO

PENGARUH TARIKAN MANADO TOWN SQUARE TERHADAP LALU LINTAS DI RUAS JALAN BOULEVARD MANADO PENGARUH TARIKAN MANADO TOWN SQUARE TERHADAP LALU LINTAS DI RUAS JALAN BOULEVARD MANADO Yitro Tirsa Pabannu James A. Timboeleng, Joice E. Waani Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Email

Lebih terperinci