diwujudkan hasilnya dalam bentuk perubahan tingkah laku.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "diwujudkan hasilnya dalam bentuk perubahan tingkah laku."

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Kependidikan 1. Hakikat Belajar a. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya (Sugihartono dkk., 2013: 74). Beberapa definisi lain tentang belajar dikemukakan oleh Cronbach (Sumadi Suryabrata, 2007: 231) bahwa proses belajar ditunjukkan oleh adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar yang baik adalah dengan mengalami dengan menggunakan panca indera. Menurut Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Oemar Hamalik (2003: 27) menyatakan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behaviour through experiencing). Belajar merupakan proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan melalui pengalaman-pengalaman belajar dari lingkungan yang kemudian diinternalisasikan oleh individu dan diwujudkan hasilnya dalam bentuk perubahan tingkah laku. 10

2 b. Ciri-Ciri Belajar Belajar menghasilkan suatu perubahan tingkah laku pada individu, akan tetapi, tidak semua tingkah laku dikategorikan sebagai aktivitas belajar. Tingkah laku yang dikategorikan sebagai perilaku belajar menurut Sugihartono dkk. (2013: 74-76) memiliki enam ciri sebagai berikut. 1) Perubahan tingkah laku terjadi secara sadar Suatu perilaku digolongkan sebagai aktivitas belajar apabila pelaku menyadari terjadinya perubahan tersebut atau merasakan adanya perubahan dalam dirinya. 2) Perubahan bersifat kontinu dan fungsional Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan dan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan selanjutnya akan berguna bagi kehidupan atau bagi proses belajar selanjutnya. 3) Perubahan bersifat positif dan aktif Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bersifat positif, artinya perilaku selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan itu juga bersifat aktif, perubahan tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri. 4) Perubahan bersifat permanen Perubahan yang terjadi bersifat permanen atau menetap. 11

3 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Perubahan tingkah laku dalam belajar mensyaratkan adanya tujuan yang akan dicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. 6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Jika seseorang belajar sesuatu sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. c. Belajar Tuntas (Mastery Learning) Tujuan proses belajar mengajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Hal ini disebut mastery learning atau belajar tuntas, artinya penguasaan penuh. Cita-cita ini hanya dapat dijadikan tujuan apabila guru meninggalkan kurva normal sebagai patokan keberhasilan mengajar. Jadi, masalah yang sangat penting yang dihadapi guru adalah bagaimana usaha agar sebagian besar dari siswa dapat belajar dengan efektif dan menguasai bahan-bahan pelajaran yang dianggap esensial (S. Nasution, 2003: 36-37). Bakat masing-masing anak berbeda. Perbedaan bakat ini menyebabkan perbedaan hasil belajar apabila seluruh anak dengan bakat berbeda tersebut diberi pengajaran yang sama. Jika diberi metode pengajaran lebih bermutu yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap anak serta waktu belajar lebih banyak, maka dapat dicapai keberhasilan penuh bagi setiap anak dalam tiap bidang studi (S. Nasution, 2003: 38). 12

4 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar tuntas antara lain: 1) bakat untuk mempelajari sesuatu, 2) mutu pengajaran, 3) kesanggupan untuk memahami pengajaran, 4) ketekunan, dan; 5) waktu yang tersedia untuk belajar (S. Nasution, 2003: 50). d. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Belajar sebagai suatu aktivitas mensyaratkan banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan internal (Sumadi Suryabrata, 2007: 233). 1) Faktor eksternal berasal dari luar diri individu, dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor nonsosial dan faktor sosial. a) Faktor-faktor non sosial dalam belajar, misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu belajar, alat-alat yang dipakai, letak sekolah atau tempat belajar, media pembelajaran, dan sebagainya. b) Faktor-faktor sosial dalam belajar, yaitu faktor manusia baik yang hadir secara langsung maupun tidak langsung, misalnya kehadiran orang lain saat sedang belajar, persepsi dan dukungan dari orang-orang di sekitarnya, dan sebagainya. Sedangkan menurut Sugihartono dkk. (2013: 76) faktor eksternal yang mempengaruhi belajar meliputi: 13

5 a) faktor keluarga, antara lain cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, dan latar belakang kebudayaan; b) faktor sekolah, antara lain metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah; c) faktor masyarakat, antara lain kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan dalam masyarakat, dan media massa. 2) Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, dan dapat digolongkan memnjadi dua golongan, yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis. a) Faktor fisiologis meliputi keadaan tonus jasmani umum, yaitu kelelahan jasmani, asupan nutrisi dan faktor penyakit kronis yang dapat mengganggu belajar, serta keadaan fungsi jasmani tertentu terutama fungsi-fungsi panca indera (Sumadi Suryabrata, 2007: 233). b) Faktor psikologis menurut Frandsen (Sumadi Suryabrata, 2007: 236) meliputi: (1) adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas; (2) adanya sifat kreatif dan keinginan untuk selalu maju; 14

6 (3) adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman; (4) adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha baru, baik dengan koperasi atau kompetisi; (5) adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran, serta; (6) adanya reward and punishment sebagai akhir dari belajar e. Penilaian Kognitif Penilaian kognitif adalah penilaian terhadap kemampuan berpikir untuk memecahkan masalah. Menurut taksonomi Bloom kemampuan tersebut meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Taksonomi pada ranah kognitif tersebut direvisi oleh Anderson dan Krathwol menjadi dua dimensi, yaitu dimensi pengetahuan (faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif) dan dimensi proses kognitif (remember, understand, apply, analyze, evaluate, dan create) (Bambang Subali dan Pujiati Suyata, 2012: 3 dan Imam Gunawan dan Anggarini Retno Palupi, 2016: 30-31). Alasan dari adanya revisi taksonomi Bloom antara lain: 1) mengarahkan kembali fokus pendidik karena pendidikan masih terkait dengan maslaah desain pendidikan, penerapan program yang tepat, kurikulum standar, dan aesmen autentik; 2) kebutuhan untuk memadukan pengetahuan dan pemikiran baru dalam kerangka kategorisasi tujuan pendidikan; 15

7 3) menjadi dasar merumuskan tujuan pendidikan yang seharusnya berisi satu kata kerja dan kata benda; 4) proporsi yang tidak sebanding dalam penggunaan taksonomi pendidikan untuk perencanaan kurikulum dan untuk asesmen; 5) taksonomi Bloom versi asli lebih menekankan kategori daripada subkategori; 6) ketidakseimbangan proporsi subkategori taksonomi Bloom asli; 7) taksonomi Bloom versi asli lebih ditujukan pada dosen, padahal perencanaan kurikulum, pembelajaran, dan penilaian tidak hanya dilakukan oleh dosen (Imam Gunawan dan Anggarini Retno Palupi, 2016: 22-23). Taksonomi dari tujuan pembelajaran merupakan sebuah kerangka pikir untuk menggolongkan kemampuan-kemampuan yang diharapkan dipelajari oleh siswa sebagai bagian dari pembelajaran. Tingkat SMA diharapkan pada tingkat berpikir tinggi, yaitu aplikasi, evaluasi, dan kreasi (Bambang Subali dan Pujiati Suyata, 2012: 3). Taksonomi Bloom versi baru menurut Krathwol (2002: 214) dijelaskan dalam tabel 1. 16

8 Tabel 1. Kategori Tingkat Berpikir Kognitif Berdasarkan Taksonomi Bloom Versi Revisi (Krathwol, 2002: 214) Kategori Penjelasan Aktivitas berpikir Mengingat Memahami Kemampuan menyebutkan kembali informasi/pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan jangka panjang Kemampuan menentukan makna/pengertian instruksi, ide, atau konsep yang telah diajarkan baik dalam bentuk lisan, tertulis, maupun grafik/diagram Menerapkan Kemampuan melakukan suatu hal atau mengaplikasikan suatu prosedur dalam situasi tertentu Menganalisis Kemampuan memisahkan konsep ke dalam beberapa komponen dan menyelidiki hubungan antarkomponen untuk memperoleh pemahaman atas konsep tersebut secara utuh. Mengevaluasi Kemampuan menetapkan penilaian sesuatu berdasarkan norma, kriteria atau patokan tertentu Mencipta Kemampuan memadukan unsur menjadi suatu bentuk baru yang utuh dan koheren, atau membuat suatu produk yang orisinal Mengenali Mengingat Menafsirkan Memberi contoh Mengklasifikasi Meringkas Menyimpulkan Membandingkan Menjelaskan Melaksanakan Menjalankan Membedakan Mengorganisasi Menghubungkan Memeriksa Memberi kritik Membangkitkan Merencanakan Memproduksi 2. Karakteristik Pembelajaran Biologi Istilah pembelajaran berbeda dengan belajar. Pembelajaran sesungguhnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Pembahasan tentang belajar lebih menekankan pada siswa dan proses yang menyertainya, sedangkan pembahasan tentang pembelajaran lebih 17

9 menekankan pada guru dalam upayanya untuk membuat siswa dapat belajar (Sugihartono dkk., 2013: 73). Belajar biologi menurut Djohar (Suratsih dkk, 2010: 6) merupakan perwujudan dari interaksi subjek (anak didik) dengan objek yang terdiri dari benda dan kejadian, proses dan produk. Subyek belajar dapat mengeksplorasi dan menemukan konsep apabila melakukan interaksi dengan obyek belajar secara mandiri. Interaksi ini memberi peluang kepada siswa untuk berlatih belajar dan mengerti bagaimana belajar, mengembangkan potensi rasional pikir, ketrampilan, dan kepribadian serta mengenal permasalahan biologi dan pengkajiannya. Rulis Hidayatussaadah, Sukarni Hidayati & Siti Umniyatie (2016: 59) juga menyatakan bahwa pembelajaran Biologi bersifat faktual, artinya siswa dapat mengamati objek Biologi secara langsung baik di dalam kelas maupun di laboratorium sehingga keberadaan laboratorium untuk mendukung proses pembelajaran Biologi sangatlah penting. 3. Kesulitan Belajar a. Pengertian Kesulitan Belajar Tingkat penguasaan kompetensi menurut Sugihartono dkk. (2013: 152) biasanya ditetapkan antara 75-90% apabila dikaitkan dengan konsep belajar tuntas (mastery learning). Penguasaan kompetensi siswa dinilai berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM ditetapkan oleh guru melalui metode kualitatif dengan professional judgement atau kuantitatif dengan mempertimbangkan tiga hal, yaitu: 18

10 1) tingkat kompleksitas setiap indikator dan kompetensi dasar; 2) daya dukung penyelenggaraan pembelajaran, misalnya tenaga pendidik, sarana dan prasarana; 3) kemampuan (intake) rata-rata peserta didik (Direktorat Pembinaan SMA, 2010: 24-25). Setiap siswa pada prinsipnya berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik (academic performance) yang memuaskan. Siswa memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara siswa satu dengan yang lain. Kesulitan belajar (learning difficulty) tidak hanya menimpa siswa yang berkemampuan rendah saja, tetapi juga pada siswa berkemampuan tinggi dan berkemampuan rata-rata yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan (Muhibbin Syah, 2012: ). Caroll (Sugihartono dkk., 2013: 152) mengatakan bahwa apabila peserta didik diberi kesempatan menggunakan waktu yang dibutuhkan untuk belajar, dan mereka menggunakan dengan sebaik-baiknya, maka mereka akan mencapai tingkat hasil belajar yang diharapkan. Kesulitan belajar siswa menurut Warkitri dkk. (Sugihartono dkk., 2013: ) mencakup pengertian yang luas, antara lain: 1) Learning disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan proses belajar anak terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan. 19

11 Anak yang mengalami kekacauan belajar potensi dasarnya tidak diragukan, akan tetapi belajar anak terhambat oleh adanya reaksireaksi belajar bertentangan, sehingga anak tidak dapat memahami bahan yang dipelajari dengan baik. 2) Learning disfunction yaitu kesulitan belajar mengacu pada gejala proses belajar yang tidak dapat berfungsi dengan baik walaupun anak tidak menunjukkan adanya subnormal mental, gangguan alat indera ataupun gangguan psikologis yang lain. 3) Learning disabilities atau ketidakmampuan belajar yaitu suatu gejala anak tidak mampu belajar atau selalu menghindari belajar dengan berbagai sebab sehingga hasil belajar yang dicapai berada di bawah potensi intelektualnya. 4) Underachiever, yaitu suatu kesulitan belajar yang terjadi pada anak yang memiliki potensi intelektual tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajar yang dicapai tergolong rendah. 5) Slow learner atau lambat belajar adalah kesulitan belajar yang disebabkan anak sangat lambat dalam proses belajarnya, sehingga setiap melakukan kegiatan belajar membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan anak lain yang memiliki tingkat intelektual yang lama. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa secara umum hampir sama dengan faktor yang mempengaruhi hasil belajar. 20

12 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa juga dapat berasal dari dalam individu sendiri maupun dari lingkungan (internal dan eksternal). Berdasarkan kedua faktor tersebut, penyebab timbulnya kesulitan belajar di sekolah menurut Alisuf Sabri (2007: 89-90) adalah: 1) rendahnya kemampuan intelektual atau kecerdasan anak; 2) gangguan-gangguan perasaan atau emosi; 3) kurangnya motivasi dalam belajar; 4) latar belakang sosial yang tidak menunjang; 5) kebiasaan belajar yang kurang baik; 6) kemampuan mengingat yang lemah atau rendah; 7) terganggunya alat indera; 8) proses belajar mengajar yang tidak sesuai; 9) tidak adanya dukungan dari lingkungan belajar. c. Diagnosis Kesulitan Belajar Pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang dapat mengkondisikan siswa mencapai kemajuan secara maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Tidak semua siswa dapat mencapai kemajuan secara maksimal dalam proses belajarnya. Siswa sering menghadapi kesulitan atau masalah dan membutuhkan bantuan serta dukungan dari lingkungan sekitarnya untuk menyelesaikan kesulitan tersebut. Kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa tersebut perlu diketahui terlebih dahulu untuk kemudian dianalisis dan dirumuskan pemecahannya (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 3). 21

13 Evaluasi formatif sangat penting peranannya dalam peningkatan proses pembelajaran. Fungsi evaluasi formatif misalnya fungsi diagnosis, remediasi, umpan balik, motivasi, dan bimbingan. Apabila hasil dari evaluasi formatif tidak mengukur pencapaian tujuan (kurang dari 75%), maka guru perlu melakukan pembelajaran remedial dengan memberikan bimbingan dan motivasi serta memberikan umpan balik pada setiap latihan yang kurang dipahami siswa (Nuryani Rustaman, 2007: 151). Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan yang tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa. Tes diagnostik memiliki dua fungsi utama (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 3), yaitu mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami siswa dan merencanakan tindak lanjut berupa upaya-upaya pemecahan sesuai masalah atau kesulitan yang telah teridentifikasi. Mulyadi (2006: 4) menyatakan bahwa kedudukan diagnosis kesulitan belajar adalah menemukan letak kesulitan belajar siswa dan menentukan kemungkinan cara mengatasi dengan memperhitungkan faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar. B. Kajian Keilmuan Domain Bacteria dan Archaea merupakan organisme uniseluler prokaryotik (tidak memiliki nukleus dan organel bermembran lain), sedangkan domain eukarya merupakan organisme yang memiliki nukleus dan 22

14 organel-organel lain yang terselubung membran seperti mitokondria dan aparatus Golgi. Kingdom Protista menurut para ahli sebenarnya telah runtuh karena bersifat polifiletik, yaitu mencakup anggota-anggota yang berkerabat lebih dekat dengan tumbuhan, fungi, atau hewan daripada dengan protista lain (Campbell, et al., 2008: 113). Sistem klasifikasi yang diajukan oleh Thomas Cavalier-Smith membagi makhluk hidup menjadi tujuh kingdom, yaitu Archaea, Bacteria, Protozoa, Chromista, Fungi, Plantae, dan Animalia. Anggota kingdom Chromista berasal dari kingdom Protista dan Fungi yang dibedakan dari kingdom asalnya karena memiliki klorofil c (Ruggiero, et al., 2015: 4). Ahli biologi umumnya masih menggunakan istilah Protista hanya untuk memudahkan saat mengacu pada eukariota yang bukan tumbuhan, hewan, maupun fungi (Campbell, et al., 2008: 139). 1. Pengertian Protista Kata protista berasa dari bahasa Yunani yang artinya "yang pertama" karena mereka merupakan organisme eukaryotik yang pertama kali berkembang. Sel eukaryotik memiliki nukleus dan organel lain yang diselubungi membran seperti mitokondria dan plastida, selain itu mereka juga memiliki beberapa kromosom yang menyimpan DNA dan protein dalam kromatin. Karakteristik lain dari eukaryot adalah bereproduksi secara seksual, meiosis, dan mitosis. Protista yang terdiri dari alga (alga), jamur air (water molds), jamur lendir (slime molds), dan protozoa, merupakan organisme uniseluler, berkoloni, atau multiseluler sederhana yang memiliki susunan sel eukaryotik (Solomon, et al., 2011: 571). 23

15 2. Klasifikasi Protista Protista diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu Protista mirip hewan (Protozoa), Protista mirip tumbuhan (Alga), dan Protista mirip Fungi. Euglenoid merupakan salah satu tipe Protista yang memiliki karakteristik mirip hewan dan tumbuhan sekaligus. Mereka biasanya dikelompokkan dalam kelompok Alga karena memiliki kloroplas sehingga dapat melakukan fotosintesis (Biggs, et al. 2008: 540). a. Protista Mirip Hewan (Protozoa) 1) Ciri-ciri Protozoa Protozoa terdapat sebagai sel tunggal dan heterotrofik, tetapi mereka dibedakan oleh kemampuannya bergerak dan tidak adanya dinding sel sehingga Protozoa dikatakan mempunyai ciri-ciri hewan (Pelczar dan Chan, 2015: 188). Ukuran dan bentuk Protozoa beragam. Ukuran Protozoa bervariasi antara 3-100x10-6 m. Aktivitas metabolisme dilakukan oleh sel itu sendiri dengan berbagai macam organel, misalnya inti (nukleus), anak inti (nukleolus), rongga (vacuola), dan mitokondria (Adun Rusyana, 2007: 6). Beberapa organisme berbentuk lonjong atau bola, ada yang memanjang, dan ada pula yang polimorfik. Mereka memiliki satu atau lebih nukleus. Protozoa juga memiliki pelikel, yaitu lapisan yang meliputi membran sitoplasma sel. Banyak protozoa yang dapat membentuk sista, yaitu seludang yang melindungi trofozoit (bentuk vegetatif protozoa) dari bahaya alam sekitar, misalnya kekeringan dan kehabisan makanan. 24

16 Protozoa bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi seksual pada berbagai kelompok Protozoa dilakukan dengan konjugasi, sedangkan aseksual dengan pembelahan biner, multiple fission, dan bertunas. Protozoa bersifat aerob obligat atau anaerob fakultatif (Pelczar dan Chan (2015: ). Menurut Yusuf Kastawi dkk. (2005: 15) Protozoa mengambil makanan dengan cara saprozoik (memakan/menguraikan bangkai hewan), holofitik (memakan tumbuhan), dan holozoik (memakan hewan). 2) Klasifikasi Protozoa Protozoa dapat diklasifikasikan berdasarkan cara geraknya menjadi empat filum sebagai berikut. Tabel 2. Kelas Utama Protozoa (Pelczar dan Chan, 2015: 225). Kelompok Cara Berkembang Cara Gerak Ciri-ciri Lain Utama Biak Mastigophora Flagela (satu (Flagellata) atau lebih) Sarcodina (Rhizopoda) Ciliophora (Ciliata) Apicomplexa (Sporozoa) Pseudopodia terutama Silia (banyak) Gerak dengan meluncur atau tidak bergerak, tak ada anggota lokomotor luar Pembelahan biner membujur, pada beberapa kelompok ada reproduksi seksual Pembelahan biner, tidak memiliki reproduksi seksual Pembelahan biner melintang, reproduksi seksual dengan konjugasi Pembelahan bahurangkap (multiple fission), mikrogamet berflagela pada reproduksi seksual. Nutrisinya fototrofik heterotrofik, atau keduanya. Kebanyakan spesies hidup bebas, heterotrofik Kebanyakan spesies hidup bebas, heterotrofik Semua spesies parasitik. 25

17 a) Mastigophora (Flagelata) Kelompok ini memiliki alat gerak berupa bulu cambuk (flagrum= mastix) dan hidup di air tawar, air laut, atau parasit pada organisme lain (Adun Rusyana, 2007: 9). Sitoplasma flagellata dikitari oleh pelikel yang nyata sehingga memberi bentuk pada organismenya. Membran sitoplasma organisme ini juga berombak yang digunakan untuk gerak alih atau mengumpulkan makanan (Pelczar dan Chan, 2015: ). Flagellata dibagi menjadi dua grup, yaitu fitoflagellata dan zooflagellata. Fitoflagellata mengandung klorofil dan bersifat autotrof, sedangkan zooflagellata bersifat heterotrof (Pelczar dan Chan, 2015: ). Gembong Tjitrosoepomo (2009: 34) menyatakan bahwa Flagellata memperbanyak diri dengan dua cara. (1) Aseksual, yaitu dengan membelah menurut poros bujur, misalnya pada Dunaliella sp. (2) Seksual, dengan isogamet, hanya pada beberapa golongan saja, yaitu Volvocales dan Dinoflagellata. Kelas Fitoflagellata (Phytomastigophorea) biasanya memiliki satu atau dua flagela dan memiliki chromaplas (kromatofor) untuk melakukan fotosintesis (holofitik). Beberapa contoh organisme kelompok ini antara lain Euglena, Volvox, Chlamydomonas, dan Paranema. Kelas Zooflagellata (Zoomastigophorea) memiliki satu atau lebih flagela dan tidak memiliki chromaplas sehingga bersifat holozoic atau saprozoic. Menurut Gembong Tjitrosoepomo (2009: 34) flagela dapat berbentuk 26

18 sama panjang (isokon), berbeda panjangnya (heterokon), atau hanya satu dan terletak ke belakang (opistokon). Beberapa jenis organisme kelompok ini hidup bebas, tetapi biasanya bersifat komensal, simbiosis, atau parasit pada hewan lain, terutama pada artropoda dan vertebrata. Contoh organisme kelompok ini adalah Leishmania dan Trypanosoma (Yusuf Kastawi dkk., 2005: 21). Gambar 1. Trichomonas vaginalis, Flagellata Penyebab Penyakit Vaginitis (Sumber: Reece, et al., 2010: 593) Organisme yang termasuk dalam kelompok flagellata antara lain: (1) Noctiluca miliaris, memiliki dua flagel pendek, hidup di laut, dan dapat menghasilkan cahaya (luminescent). (2) Trypanosoma gambiense, mempunyai 1 flagel, hidup sebagai parasit pada binatang atau manusia, penyebab penyakit tidur dengan perantara lalat tse-tse. (3) Trypanosoma evansi, berbentuk langsing atau intermediet, penyebab penyakit surrah (infeksi darah) pada ternak sapi, kerbau, dan kuda (4) Leishmania donovani, penyebab penyakit kala azar pada manusia (Adun Rusyana, 2011: 9 dan Yusuf Kastawi dkk., 2005: 22). 27

19 b) Sarcodina (Rhizopoda) Istilah Rhizopoda berasal dari kata rhiza : akar dan podus : kaki. Kelompok ini menggunakan pseudopodia (kaki semu) untuk bergerak. Rhizopoda mengambil oksigen dengan cara difusi pada permukaan tubuhnya. Cara perkembangbiakannya hanya dengan pembelahan biner (aseksual), dimulai dengan pembelahan inti dan diikuti pembelahan sitoplasma. Beberapa amoeba berkemampuan membentuk sista apabila kondisi lingkungan tidak memungkinkan untuk berkembang biak (Pelczar dan Chan, 2015: 228). Menurut Yusuf Kastawi dkk. (2005: 23) Sarcodina dibagi menjadi 4 grup, yaitu Amoeba, Foraminifera, Heliozoa, dan Radiolaria. (1) Amoeba Istilah Amoeba berasal dari bahasa Yunani amoibe yang artinya berubah karena bentuknya yang selalu berubah-ubah (Pelczar dan Chan, 2015: 228). Ada amoeba yang terbungkus oleh cangkang dan ada juga yang tidak terbungkus oleh cangkang. Cangkang tersebut berasal dari sekresi sitoplasma berupa silika, kitin, atau materi dari luar tubuh Amoeba (Yusuf Kastawi dkk., 2005: 23). Amoeba bergerak menggunakan pseudopodia atau kaki palsu. Pseudopodia merupakan perluasan sitoplasma agar dapat bergerak di suatu permukaan dan menelan partikel makanan untuk dikurung dalam vakuola dan kemudian dicerna (Pelczar dan Chan, 2015: 228). Ada dua tipe pseudopodia, yaitu tipe lobopodia (pada amoeba tanpa cangkang) 28

20 dan tipe filopodia (pada amoeba bercangkang). Penjuluran pseudopodia pada tipe lobopodia lebih besar, mengandung ektoplasma dan sitoplasma, sedangkan pada filopodia penjuluran lebih kecil dan hanya mengandung ektoplasma (Yusuf Kastawi dkk., 2005: 23). Vakuola kontraktil Pseudopoda Nukleus Sitoplasma Gambar 2. Struktur Tubuh Amoeba sp. (Sumber: Reece, et al., 2010: 591 & Biggs, et al., 2008: 550). Contoh organisme Amoeba antara lain: (a)entamoeba coli yang hidup di usus manusia dan membantu proses pencernaan; (b)entamoeba histolytica yang menyebabkan disentri amoeba; (c)entamoeba gingivalis yang membusukkan sisa makanan di rongga mulut dan merusak gusi; (d)difflugia memiliki rangka luar yang mengandung pasir, berbentuk seperti arloji panjang dan hidup di air tawar (Pelczar dan Chan, 2015: 228 dan Yusuf Kastawi dkk., 2005: 24). (2) Foraminifera Foraminifera umumnya hidup di laut dan sebagian besar melekat pada dasar lautan (benthos). Pseudopodianya berbentuk seperti benang, bercabang, dan saling bersambungan sehingga disebut reticulopodia. Pseudopodia ini berfungsi untuk berenang, membentuk testa, dan makan. Foraminifera memiliki cangkang yang tersusun dari kalsium karbonat 29

21 dan sedikit bahan anorganik, yaitu silika dan magnesium sulfat (Yusuf Kastawi dkk., 2005: 25). Testa foram dan protista berkapur lain terfosilasi membentuk sedimen laut (Campbell, et al., 2008: 154). (3) Heliozoa Heliozoa umumnya hidup bebas atau melekat di air tawar. Pseudopodia disebut axopodia berbentuk lurus seperti jarum dan berfungsi untuk menangkap makanan. Tubuh heliozoa terdiri dari dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) yang berupa vakuola besar dan bagian dalam (medula) yang berisi protoplasma (Yusuf Kastawi dkk., 2005: 25). (4) Radiolaria Radiolaria memiliki rangka internal silika yang rumit dan simetris. Pseudopodia memancar dari pusat tubuh dan diperkuat oleh berkas-berkas mikrotubulus. Mikrotubulus tertutup oleh lapisan tipis sitoplasma. Mikroorganisme yang melekat pada pseudopodia ditelan oleh lapisan tersebut. Aliran sitoplasma kemudian membawa mangsa yang tertangkap ke bagian utama sel (Campbell, et al., 2008: 154). c) Ciliophora (Ciliata) Ciliata dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang mempunyai silia pada sebagian selnya dan yang mempunyai silia yang tersebar merata di seluruh sel. Silia berfungsi untuk bergerak di sekitar di sekitar alur-alur mulut dan menimbulkan efek pusaran air yang membantu pengumpulan makanan (Pelczar dan Chan, 2015: 228). 30

22 Menurut Yusuf Kastawi dkk. (2005: 30) salah satu ciri khas Ciliophora adalah memiliki dua inti, yaitu makronukleus (vegetatif) dan mikronukleus (generatif). Sebagian besar anggota kelompok ini memiliki mulut (sitostoma). Ciliata umumnya bereproduksi secara aseksual dengan pembelahan biner atau secara seksual dengan konjugasi yang menghasilkan variasi genetik. Ciliata umumnya hidup bebas, misalnya Paramaecium caudatum yang hidup bebas di perairan (Pelczar dan Chan, 2015: 231). Vakuola kontraktil Silia Lekukan mulut Mulut sel Mikronukleus Makronukleus Vakuola makanan Gambar 3. Struktur Tubuh Paramaecium sp. (Sumber: Reece, et al., 2010: 600). Lubang mulut (sitostoma) Paramaecium sp. berfungsi untuk membentuk vakuola makanan. Vakuola makanan menyimpan makanan yang diperoleh melalui mulut dan diedarkan ke seluruh tubuh serta mengeluarkan sisa pencernaan ke dubur (sitopig). Vakuola kontraktil berfungsi mengatur kadar air (tekanan osmosis) di dalam tubuh dan membuang sisa metabolisme. Trikosis berbentuk gelendong, terletak di dalam ektoplasma berfungsi sebagai alat pertahanan atau alat 31

23 mengikatkan diri pada suatu objek. Silia di sepanjang lekukan mulut menggerakkan makanan ke dalam mulut sel (Yusuf Kastawi dkk., 2005: 30) Paramaecium caudatum berkembangbiak secara aseksual dengan membelah diri. Mikronukleus membelah menjadi dua secara mitosis, kemudian diikuti oleh makronukleus secara amitosis. Bagian tubuh yang lain kemudian membelah sehingga terbentuk dua individu. Perkembangbiakan secara seksual dilakukan dengan cara konjugasi yang melibatkan dua individu. Proses konjugasi adalah sebagai berikut Gambar 4. Siklus Hidup Paramaecium sp. (Sumber: Reece, et al., 2010: 600). Keterangan: 8 (1) Dua sel Paramaecium berdampingan dan melakukan fusi sebagian sel (plasmogami). (2) Mikronukleus melakukan meiosis sehingga terbentuk empat mikronukleus pada masing-masing sel

24 (3) Tiga mikronukleus masing-masing sel hancur, mikronukleus yang tersisa membelah secara mitosis. (4) Sel-sel saling bertukar satu mikronukleus. (5) Sel-sel berpisah. (6) Kedua mikronukleus melakukan fusi (kariogami). (7) Mikronukleus melakukan mitosis sebanyak 3 kali sehingga menghasilkan 8 mikronukleus. (8) Makronukleus awal hancur, 4 mikronukleus menjadi makronukleus. (9) Terjadi dua kali sitokinesis, sehingga dihasilkan 4 individu baru Paramaecium (Campbell, et al., 2008: 151). Contoh lain dari siliata antara lain:. (1) Balantidium coli, berbentuk agak bulat telur, menyebabkan penyakit diare berdarah pada manusia (balantidiasis); (2) Stentor coeruleus (heterotricha), berbentuk seperti terompet, biasanya menetap pada suatu tempat meskipun dapat berpindah; (3) Vorticella campanula (peritricha), berbentuk seperti lonceng, bertangkai lurus atau spiral, hidup pada suatu tempat, memiliki silia hanya di sekitar mulut. (4) Stylonychia mytilus (hypotricha) memiliki bentuk spiral siput dan memiliki silia berkelompok di ujung tubuhnya; (5) Stentor coerulens, berbentuk seperti terompet, bagian pangkal melekat pada suatu tempat atau berpindah (Yusuf Kastawi dkk., 2005: 33); 33

25 d) Apicomplexa (Sporozoa) Hampir semua apicomplexa (sporozoa) adalah parasit pada hewan, dan beberapa dapat menyebabkan penyakit serius pada manusia. Parasit tersebut masuk ke dalam tubuh inang dalam bentuk sel penginfeksi kecil yang disebut sporozoit. Organisme dalam filum ini disebut apicomplexa karena pada ujung (apex) sel sporozoitnya terdapat sebuah kompleks organel yang terspesialisasi untuk menembus sel-sel inang. Sporozoa merupakan protista yang tidak memiliki alat gerak (Adun Rusyana, 2011: 14). Menurut Pelczar dan Chan (2015: 232), bentuk-bentuk dewasanya tidak mempunyai organ untuk pergerakan, tetapi mungkin pada satu stadium dalam daur hidupnya bergerak dengan cara meluncur. Sporozoa ini tidak dapat menelan partikel-partikel padat, tetapi hidup dari sel atau zat alir tubuh inangnya. Contoh dari filum ini antara lain: (1) Plasmodium sp. penyebab penyakit malaria yang menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. (2) Toxoplasma gondii penyebab penyakit toxoplasmosis yang dapat mengakibatkan keguguran janin dan cacat mental pada bayi. Parasit ini menjalani siklus reproduksi seksualnya pada usus hewan dari famili kucing. (3) Eimeria bovis, penyebab penyakit diare pada sapi. 34

26 Gambar 5. Struktur Tubuh Plasmodium sp. (Sumber: Reece, et al., 2010: 599 dan Raven, et al., 2011: 475). Siklus hidup Apicomplexa umumnya terdiri dari tahap aseksual dan seksual yang seringkali membutuhkan dua atau lebih spesies inang seperti yang dijelaskan oleh Campbell, et al. (2008: 147). Daur hidupnya memperlihatkan pergiliran generasi antara bentuk seksual dan aseksual. Parasit yang menyebabkan penyakit malaria yaitu Plasmodium hidup di dalam tubuh nyamuk dan manusia (Pelczar dan Chan, 2015: 232). Reproduksi seksual Plasmodium terjadi di dalam nyamuk. Reproduksi aseksual pada manusia terjadi di dalam sel-sel hati dan darah merah. Sporozoit yang diinjeksikan oleh gigitan nyamuk memasuki selsel hati melalui peredaran darah dan memperbanyak diri secara aseksual (skizogoni). Merozoit yang terbentuk memasuki sel-sel darah merah dan membentuk gametozit. Gametozit kemudian dihisap dari darah oleh nyamuk yang menggigit dan diubah menjadi gamet di dalam perut serangga tersebut. Zigot membentuk sista secara eksternal pada dinding perut dan membentuk oosista. Oosista mengalami reproduksi aseksual 35

27 (sporogoni) menghasilkan banyak sporozoit. Sporozoit kemudian menyerbu kelenjar ludah nyamuk. Mereka diinjeksikan melalui gigitan nyamuk ke dalam inang manusia lain (Pelczar dan Chan, 2015: 232). Menurut Yusuf Kastawi dkk. (2005: 28), rasa demam timbul saat pecahnya sel darah merah karena racun tersebar bersamaan dengan keluarnya merozoit ke dalam sistem peredaran darah. 1. nyamuk menginjeksikan sporozoit Plasmodium ke dalam tubuh manusia 2. sporozoit masuk ke dalam hati, bereproduksi secara aseksual membentuk merozoit dan mengeluarkannya ke dalam pembuluh darah 6. gametosit berkembang menjadi gamet dan bereproduksi secara aseksual membentuk sporozoit dalam tubuh 5. gametosit dihisap oleh nyamuk lain 4. merozoit berkembang menjadi gametosit 3. merozoit menggandakan diri di dalam sel darah merah, dikeluarkan, dan siklus berulang Gambar 6. Siklus Hidup Plasmodium sp. (Sumber: Raven, et al., 2011: 577). 36

28 b. Protista Mirip Tumbuhan (Alga) 1) Ciri-ciri Alga Alga terdapat dalam bentuk makroskopik maupun mikroskopik. Ciri-ciri alga yang sama dengan tumbuhan hijau adalah mampu melakukan fotosintesis (Pelczar dan Chan, 2015: 188). Alga dijumpai hampir di semua lingkungan yang terkena sinar matahari. Morfologi dan ciri-cirinya beraneka ragam. Alga umumnya bersifat mikroskopis (Pelczar dan Chan, 2015: 237). Alga renik yang terapung merupakan bagian dari fitoplankton (flora laut tersuspensi). Fitoplankton berguna sebagai sumber makanan yang penting bagi organisme lain. Ia berperan sebagai produsen primer dalam ekosistem akuatik karena kemampuannya melakukan fotosintesis. Alga juga menghasilkan oksigen yang sangat berguna bagi organisme lain untuk respirasi aerobik (Pelczar dan Chan, 2015: 238). Banyak spesies yang hanya memiliki sel tunggal dan berbentuk bola, batang, gada, atau kumparan. Beberapa spesies dapat bergerak dengan flagela tunggal, berpasangan, atau bergerombol, dan beberapa tidak dapat bergerak. Alga bersifat uniseluler, membentuk koloni multiseluler, ada pula yang bersifat multiseluler. Alga mengandung nukleus yang dibatasi membran. Ia juga mengandung partikel lain misalnya pati, tetesan minyak, dan vakuola. Setiap sel mengandung satu atau lebih kloroplas yang berbentuk pita atau cakram-cakram deskrit. Alga bereproduksi secara seksual dan aseksual atau keduanya. 37

29 Reproduksi aseksual dilakukan dengan pembelahan biner sederhana (Pelczar dan Chan, 2015: 238). Alga dijumpai di seluruh tempat yang memiliki cukup cahaya, kelembaban, dan nutrien sederhana. Beberapa spesies alga hidup di salju dan es di daerah kutub dan puncak gunung. Beberapa alga hidup di dalam sumber air panas dan suhu setinggi 70 o C meskipun suhu optimum alga di antara 50 o C dan 54 o C. Batuan di sumber air panas Yellowstone National Park berwarna hijau kebiruan karena adanya alga. Beberapa alga air tawar menyesuaikan metabolismenya terhadap konsentrasi garam yang tinggi yang terdapat pada danau air asin di daerah Amerika Serikat. Beberapa alga beradaptasi pada tanah lembab, pepohonan, dan permukaan batuan yang didegradasi olehnya (Pelczar dan Chan, 2015: 239). Alga memiliki tiga macam pigmen fotosintetik yang terdapat dalam kloroplas, yaitu klorofil, karotenoid, dan fikobilin. Semua alga memiliki klorofil a. Alga memiliki dua macam karotenoid, yaitu karoten dan xantofil serta dua macam fikobilin, yaitu fikosianin dan fikoeritrin. Warna alga berbeda karena adanya pigmen lain, misalnya alga berwarna coklat karena memiliki xantofil dan karoten dalam jumlah yang relatif besar sehingga warna hijau klorofil tertutupi. Alga tampak keunguan atau kemerahan karena kandungan fikobilinnya. Alga menyimpan cadangan makanan hasil fotosintesisnya dalam granul atau globul (Pelczar dan Chan, 2015: 240). 38

30 Beberapa spesies ganggang memiliki daur hidup dengan adanya pergiliran keturunan (metagenesis) antara keturunan yang haploid (gametofit) dan keturunan yang diploid (sporofit). Ukuran gametofit dan sporofit ada yang sama besar dan ada yang berbeda. Gametofit dan sporofit yang masing-masing hidup bebas, tetapi ada pula yang saling menumpang. Fase yang disebut sebagai tumbuhan ganggang adalah yang memiliki ukuran lebih besar antara sporofit dan gametofit (Gembong Tjitrosoepomo, 2009: 31-32). 2) Klasifikasi Alga Klasifikasi alga menurut Pelczar dan Chan (2015: 247) didasarkan pada enam hal, yaitu: 1. susunan kimia pigmen, 2. bentuk kimia produk makanan cadangan, 3. jumlah dan morfologi flagela (jika ada), 4. sifat fisika dan kimia dari dinding sel, 5. organisasi sel, 6. sejarah hidup (rangkaian perubahan yang lengkap dari makhluk hidup) dan reproduksi. Berdasarkan klasifikasi tersebut, Alga dibagi menjadi 9 macam yang dijelaskan dalam tabel 3 (Pelczar dan Chan, 2015: 247) 39

31 Tabel 3. Ciri-ciri Penting Kelompok (Divisi) Taksonomi Alga yang Utama (Pelczar dan Chan, 2015: 247) Divisi (Nama Umum) Bahan Cadangan Struktur Sel Chlorophycophyta (alga hijau) Pati, minyak Kebanyakan nonmotil (kecuali satu ordo), tetapi beberapa sel reproduktif Rhodophycophyta (alga merah) Chrysophycophyta (alga keemasan) Phaeophycophyta (alga coklat) Bacillariophycophyta (diatom) Euglenophycophyta (euglenoid) Cryptophycophyta (kriptomonad) Pyrrophycophyta (dinoflagellata, fitodinad) Xantophycophyta (alga hijau-kuning) Pati floridean (seperti glikogen) Karbohidrat seperti pati; minyak Karbohidrat seperti pati; manitol Karbohidrat seperti pati; minyak/ Karbohidrat seperti pati; minyak Pati Pati; minyak Karbohidrat seperti pati; minyak dapat berflagela Nonmotil; agar dan karegen dalam dinding sel Flagela; 1 atau 2, sama atau tak sama; pada beberapa, permukaannya tertutup oleh sisik-sisik khas Flagela; 2 lateral, tak sama; asam alginat pada dinding sel Flagela; 1 pada gamet jantan, apikal; sel menjadi dua paruhan; dinding bersilika dengan tanda-tanda rumit Flagela; 1, 2, atau 3 yang sama, agak apikal, ada kerongkongan; tidak ada dinding sel tetapi memiliki pelikel elastik Flagela; 2 tak sama, lateral; kerongkongan pada beberapa spesies, tak ada dinding sel Flagela; 2 lateral; 1 menyeret, 1 melilit Flagela; 2 tak sama, apikal a) Chlorophycophyta (alga hijau) Kloroplas alga hijau memiliki ultrastruktur dan komposisi pigmen yang mirip kloroplas tumbuhan darat. Alga hijau terbagi menjadi dua kelompok utama, yakni chlorophyta dan charophyta. Chlorophyta yang 40

32 paling sederhana misalnya Chlamydomonas. Berbagai spesies chlorophyta uniseluler hidup sebagai plankton atau mendiami tanah lembab. Beberapa spesies lain hidup bersimbiosis dengan eukariota lain dan menyumbangkan sebagian produk fotosintesisnya sebagai asupan makanan inang. Contoh dari chlorophyta lain antara lain: a) Volvox yang berbentuk koloni; b) Ulva, memiliki tubuh multiseluler sejati oleh pembelahan sel dan diferensiasi; c) Caulerpa, memiliki filamen multinukleat yang terbentuk melalui pembelahan nukleus berulang tanpa pembelahan sitoplasma. Kelompok yang lain yaitu charophyta berkerabat paling dekat dengan tumbuhan (Campbell, et al., 2008: ). Gambar 7. Alga Hijau Ulva sp. (Kiri) dan Caulerpa sp. (Kanan) (Sumber: Reece, et al., 2010: 603). Perkembangbiakan terjadi secara seksual dan aseksual. Perkembangbiakan aseksual dengan membentuk zoospora yang berbentuk pir, sedangkan perkembangbiakan seksual dengan anisogami. Gamet jantan selalu bergerak bebas dan sangat menyerupai zoospora, sedangkan gamet betina kadang-kadang tidak bergerak sehingga merupakan oogonium (Gembong Tjitrosoepomo, 2009: 55). 41

33 b) Rhodophycophyta (alga merah) Alga merah memiliki pigmen fotosintetik aksesoris yang disebut fikoeritrin (phycoerythrin), sehingga warna hijau klorofil tersamarkan. Beberapa spesies tidak memiliki pigmentasi sama sekali dan berfungsi secara heterotrofik sebagai parasit pada alga merah lain. Alga merah umumnya bersifat multiseluler. Alga merah terbesar mencakup alga yang disebut sebagai rumput laut. Talus dari banyak jenis alga merah membentuk filamen, bercabang-cabang dan berpola sulaman. Contoh dari alga merah adalah Porphyra ( nori dalam bahasa Jepang) (Campbell, et al., 2008: 155). Gambar 8. Alga Merah Bonnemaisonia hamifera (Sumber: Reece, et al., 2010: 603). Alga merah memiliki siklus hidup yang beraneka ragam dan pergiliran generasi umum terjadi. Mereka tidak memiliki tahap berflagela pada siklus hidupnya sehingga penyatuan gamet tergantung pada arus air (Campbell, et al., 2008: 155). Perkembangbiakan alga merah secara 42

34 aseksual dengan pembentukan spora dan secara seksual dengan oogami. Spora dan gametnya tidak memiliki bulu cambuk, sehingga tidak dapat bergerak aktif (Gembong Tjitrosoepomo, 2009: 89). c) Chrysophycophyta (alga keemasan) Warna khas alga pirang (keemasan, golden algae) berasal dari karotenoid kuning dan cokelat yang dimilikinya. Sel-sel alga pirang biasanya bersifat biflagella dengan kedua flagela yang melekat di dekat salah satu ujung sel. Banyak alga pirang yang merupakan komponen dari plankton air tawar dan air laut. Beberapa spesies bersifat miksotrofik. Mereka dapat mengabsorpsi senyawa-senyawa organik terlarut atau menelan partikel-partikel makanan termasuk sel hidup melalui fagositosis. Spesies kelompok ini umumnya bersifat uniseluler, tetapi beberapa spesies bersifat kolonial, misalnya genus Dinobryon (Campbell, et al., 2008: 150). Gambar 9. Alga Pirang Kolonial Dinobryon (Sumber : Reece, et al., 2011: 596). 43

35 Reproduksi alga pirang menurut Pelczar dan Chan (2015: 250) umumnya secara aseksual dengan pembelahan biner, tetapi terkadang secara seksual dengan isogami. Apabila kondisi lingkungan memburuk, banyak spesies membentuk kista pelindung yang dapat bertahan selama beberapa dekade (Campbell, et al., 2008: 150). d) Phaeophycophyta (alga cokelat) Alga cokelat merupakan alga yang paling besar dan paling kompleks. Semua alga cokelat bersifat multiseluler, dan sebagian besar hidup di laut. Warna cokelat atau zaitun berasal dari karotenoid di dalam plastidanya. Banyak spesies alga cokelat disebut rumput laut. Dinding sel alga cokelat terbuat dari selulosa dan polisakarida pembentuk gel yang dapat mengalasi talus dari gelombang dan mengurangi kekeringan ketika terpapar matahari (Campbell, et al., 2008: 151). Siklus hidup dari alga cokelat Laminaria merupakan contoh dari pergiliran generasi. Individu diploid disebut sporofit karena menghasilkan spora. Spora bersifat haploid dan bergerak dengan flagela (disebut zoospora). Zoospora berkembang menjadi gametofit haploid jantan dan betina, yang menghasilkan gamet. Penyatuan dua gamet (fertilisasi atau singami) menghasilkan zigot diploid yang dewasa dan menghasilkan sporofit baru (Campbell, et al., 2008: 151). 44

36 Gambar 10. Alga Coklat Laminaria sp. (Sumber: Reece, et al., 2010: 603). e) Bacillariophycophyta (diatom) Bentuk sel diatom secara umum ada dua, yaitu bentuk bilateral dan sentrik. Dinding sel tersusun dari pektin dengan suatu panser yang terdiri dari kersik di bagian luarnya. Panser kersik itu tidak menutup seluruh sel, akan tetapi membentuk wadah dan tutupnya. Sel diatom memiliki inti dan kromatofora berwarna kuning-coklat yang mengandung klorofil-a, karotin, xantofil, dan karotenoid lainnya yang menyerupai fikosantin. Beberapa jenis diatomae tidak memiliki zat warna, dan hidup sebagai saprofit (Gembong Tjitrosoepomo, 2009: 49). Gambar 11. Berbagai Bentuk Diatom (Sumber: Raven, et al., 2011: 581) 45

37 Diatom bereproduksi secara aseksual dengan mitosis. Setiap sel anakan menerima separuh dinding sel induk dan membuat separuh dinding yang lain. (Campbell, et al., 2008: 149). Cara reproduksi lain yaitu dengan pembentukan auksospora. Panser dilepaskan sebelum suatu sel mencapai minimum, protoplas tumbuh sebesar sel normal, lalu kemudian membuat panser lagi. Reproduksi seksual dengan cara oogami, sel-sel dengan reduksi membuat gamet yang haploid (sel telur dan spermatozoid), jadi sel-sel diatomae adalah diploid (Gembong Tjitrosoepomo, 2009: 49-50). f) Euglenophycophyta (euglenoid) Alga uniseluler ini bergerak dengan flagela dan bereproduksi dengan pembelahan biner membujur. Sel-sel euglena tidak memiliki dinding sel selulosa (Pelczar dan Chan, 2015: 253). Radiopoetro dkk. (1996: 155) menempatkan euglena ke dalam kelompok Flagellata (Protozoa). Mereka umumnya bersifat holofitik atau saprofitik dan hidup di air tawar. Gambar 12. Struktur Tubuh Euglena sp. (Sumber: Raven, et al., 2011: 574) 46

38 Euglenoid memiliki satu kantong pada salah satu ujung sel tempat munculnya satu atau dua flagela. Banyak spesies euglena merupakan miksotrof. Apabila ada sinar matahari mereka menjadi fototrof, akan tetapi apabila tidak ada sinar matahari, mereka menjadi heterotrof. Banyak euglenoid lain menelan mangsa melalui fagositosis (Campbell, et al., 2008: 145). g) Cryptophycophyta (kriptomonad) Algae ini dinamakan kriptomonad yang memiliki dua flagela tak sama. Sel-selnya biasanya berbentuk pipih, sandal dan dijumpai secara individual. Beberapa sel memiliki dinding dan beberapa yang lain telanjang. Cadangan makanan disimpan sebagai pati. Sel kriptomonad membelah secara membujur. Reproduksi seksual belum diketahui (Pelczar dan Chan, 2015: 255). Radiopoetro dkk. (1996: 155) menggolongkan mereka dalam Protozoa (Flagellata). Beberapa spesies tidak memiliki pigmen, tetapi ada yang memiliki kromatofora hijau, kuning, atau coklat. Mereka bersifat holofitik atau saprofitik dan hidup di air tawar atau air laut, misalnya Cryptomonas dan Zooxanthellae. h) Pyrrophycophyta (dinoflagellata, fitodinad) Divisi ini meliputi dinoflagellata yang motil dan fitodinad yang non motil, tetapi memiliki zoospora berflagel. Kedua divisi tersebut memiliki flagela yang keluar dari titik yang sama pada selnya (Pelczar 47

39 dan Chan, 2015: 255). Dinoflagellata memiliki sel yang diperkuat oleh lempengan selulosa. Dua flagela yang terletak di lengkungan tegak lurus dalam sel ini membuat dinoflagellata berputar cepat ketika bergerak melalui air. Dinoflagellata hidup di permukaan air. Ia merupakan komponen yang banyak menyusun plankton air tawar dan air laut. Beberapa anggota penting dinoflagellata merupakan spesies fotosintetik, akan tetapi banyak dinoflagellata fotosintetik bersifat miksotrofik. Kirakira separuh dari semua dinoflagellata bersifat heterotrofik, misalnya Ceratium (Campbell, et al., 2008: 146). Gambar 13. Dinoflagellata yang Menyebabkan Pasang Merah (Sumber: Reece, et al., 2011: 598). Fitodinad memiliki selubung selulosa dan kromatofora merah. Mereka umumnya bersifat holofitik dengan cadangan makanan berupa amilum. Habitat mereka umumnya di air tawar, misalnya Haematococcus, Pandorina, dan Volvox (Radiopoetro dkk., 1996: 156). Cara perkembangbiakan dinoflagellata ada dua, yaitu secara vegetatif dan generatif. Vegetatif dengan pembelahan sel yang bergerak, apabila sel memiliki panser maka selubung itu pecah. Protoplas membelah membujur lalu keluarlah dua sel telanjang yang dapat mengembara. 48

40 Perkembangbiakan generatif dengan membentuk 4 isogamet yang masing-masing dapat mengadakan perkawinan dengan isogamet dari individu lain. Sel-sel Volvox memiliki satu bintik mata dan dua bulu cambuk. Kumpulan yang berbentuk peluru terdiri dari sel atau lebih dan terisi dengan lendir. Sel-sel dalam kelompok itu protoplasmanya bersambungan dan tampak adanya pembagian kerja di antara sel-sel tersebut. Adanya polaritas dalam berkembang biak menjadikan koloni Volvox dianggap bukan sebagai koloni, tetapi sebagai suatu individu bersel banyak (Gembong Tjitrosoepomo, 2009: 46). i) Xantophycophyta (alga hijau-kuning) Sel-sel alga yang motil ini memiliki dua flagela yang tidak sama panjang. Dinding sel alga ini biasanya berisi silika. Beberapa spesies alga ini tidak motil. Beberapa spesies merupakan organisme uniseluler dan berkoloni, berbentuk filamen, atau berbentuk tabung. Produk cadangan makanan jenis alga ini adalah minyak. Contoh spesies dari kelompok ini Vaucheria. Reproduksi seksual melalui oogami yang melibatkan gametgamet berukuran tak sama (Pelczar dan Chan, 2015: 255). c. Protista Mirip Jamur 1) Ciri-ciri Protista Mirip Jamur Beberapa protista disebut mirip jamur karena mereka menyerap nutrisi dari organisme lain. Organisme ini tidak diklasifikasikan sebagai 49

41 fungi karena protista ini mengandung sentriol, organel bulat kecil yang berperan dalam mitosis dan biasanya tidak ditemukan di sel jamur. Dinding sel jamur dan protista mirip jamur juga berbeda (Biggs et al., 2008: 543). 2) Klasifikasi Protista Mirip Jamur a) Oomycetes (Jamur Air, Water Molds) Kelompok jamur ini mencakup jamur air (water mold), karat putih (white rust), dan embun tepung (downy mildew). Banyak jamur air memiliki filamen multinukleat (hifa) yang menyerupai hifa fungi, akan tetapi ada banyak perbedaan antara jamur air dan fungi. Jamur air memiliki dinding sel yang terbuat dari selulosa, sementara fungi memiliki dinding sel dari kitin. Contoh organisme kelompok ini antara lain Phytophthora infestans, penyebab penyakit hawar daun kentang yag mengubah tangkai dan batang tanaman kentang menjadi lendir hitam (Campbell, et al., 2008: ). Gambar 14. Jamur Air pada Jasad Insekta (Sumber: Solomon, et al., 2011: 582) Jamur air mendapatkan nutrien sebagai pengurai atau parasit. Reproduksi jamur air secara aseksual dan seksual. Ketika makanan 50

42 berlimpah dan kondisi lingkungan memungkinkan, jamur air bereproduksi secara aseksual dengan mitosis. Ketika kondisi lingkungan memburuk, jamur air melakukan reproduksi seksual dengan oogami (Solomon, et al., 2011: 582). b) Mycetozoa (Jamur Lendir, Slime Molds). Jamur lendir atau mycetozoa dahulu dikelompokkan sebagai fungi karena menghasilkan tubuh buah yang membantu penyebaran spora. Menurut Gembong Tjitrosoepomo (2009: 86) dalam keadaan vegetatif tubuhnya berupa massa telanjang yang bergerak sebagai amoeba, disebut dengan plasmodium. Cara hidup plasmodium sebagai saprofit atau seperti hewan. Berdasarkan siklus hidupnya, jamur lendir terdiri dari dua kelompok, yaitu jamur lendir plasmodial dan jamur lendir seluler (Campbell, et al., 2008: 158). (1) Jamur Lendir Plasmodial Banyak spesies jamur lendir plasmodial yang berwarna cerah, misalnya kuning atau jingga. Mereka membentuk massa yang dapat mencapai ukuran beberapa sentimeter (disebut plasmodium) pada salah satu tahap hidupnya. Plasmodium adalah masa tunggal yang mengandung banyak nukleus diploid dan tidak terbagi-bagi oleh membran plasma. Supersel ini adalah produk pembelahan mitosis nukleus yang tidak diikuti oleh sitokinesis. Kondisi diploid ini merupakan bagian predominan dari siklus hidup. Ia menjulurkan pseudopodia melalui tanah lembab, seresah daun atau kayu busuk, menelan partikel mananan 51

43 meallui fagositosis ketika tumbuh. Jika habitat mengering atau tidak ada makanan tersisa, plasmodium berhenti tumbuh dan berdiferensiasi menjadi tubuh buah yang berfungsi dalam reproduksi seksual (Campbell, et al., 2008: 158). Gambar 15. Jamur Lendir Plasmodial, Hemitrichia serpula (Sumber: Reece, et al., 2011: 606). (2) Jamur Lendir Seluler Organisme ini melakukan aktivitas mencari makan secara soliter, akan tetapi ketika makanan habis mereka membentuk agregat yang berfungsi sebagai satu unit. Sel-sel tetap terpisah oleh membran plasma individualnya. Jamur lendir seluler juga berbeda dengan jamur lendir plasmodial karena merupakan organisme haploid (hanya zigot yang diploid), selain itu mereka memiliki tubuh buah yang berfungsi dalam reproduksi aseksual, bukan seksual (Campbell, et al., 2008: ). Gambar 16. Agregat Jamur Lendir Seluler Dictyostelium discoideum (Sumber: Reece, et al., 2011: 607). 52

KINGDOM PROTISTA. Dyah Ayu Widyastuti

KINGDOM PROTISTA. Dyah Ayu Widyastuti KINGDOM PROTISTA Dyah Ayu Widyastuti Tree of Life Three-domain tree of life based on small subunit rrna sequences (modified from N. R Pace, ASM News 62: 464, 1996) Protista Salah satu Kingdom dalam klasifikasi

Lebih terperinci

Alga (ganggang) Alga sering disebut ganggang.

Alga (ganggang) Alga sering disebut ganggang. Alga (ganggang) Alga sering disebut ganggang. Alga termasuk golongan tumbuhan berklorofil tubuh disebut talus yaitu tidak punya akar, batang dan daun. Alga dianggap sebagai bentuk tumbuhan rendah karena

Lebih terperinci

Protozoologi I M A Y U D H A P E R W I R A

Protozoologi I M A Y U D H A P E R W I R A Protozoologi I M A Y U D H A P E R W I R A Protozoologi merupakan cabang biologi (dan mikrobiologi) yang mengkhususkan diri dalam mempelajari kehidupan dan klasifikasi Protozoa. Secara klasik, objek pengkajiannya

Lebih terperinci

PROTOZOA. Otot-rangka. Pencernaan. Saraf. Sirkulasi. Respirasi. Reproduksi. Ekskresi

PROTOZOA. Otot-rangka. Pencernaan. Saraf. Sirkulasi. Respirasi. Reproduksi. Ekskresi PROTOZOA Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik. Kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya. Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Beberapa organisme

Lebih terperinci

KELOMPOK G EUKARYOTA. Yudi Prasetiyo Dony Pratama Akhira Yanti Ningsih Ritonga Mey Laurentya Manalu Ramsiah Diliana Cahaya Mora Siregar

KELOMPOK G EUKARYOTA. Yudi Prasetiyo Dony Pratama Akhira Yanti Ningsih Ritonga Mey Laurentya Manalu Ramsiah Diliana Cahaya Mora Siregar KELOMPOK G EUKARYOTA Yudi Prasetiyo Dony Pratama Akhira Yanti Ningsih Ritonga Mey Laurentya Manalu Ramsiah Diliana Cahaya Mora Siregar 1. Pengertian Sel yang mempunyai struktur yang kompleks. Inti dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Validitas Instrumen Instrumen yang divalidasi adalah soal tes Protista dan angket yang diberikan pada siswa. Berdasarkan hasil validasi tersebut akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizhopoda merupakan satu kelas dari lima pembagian kelas yang termasuk dalam protozhoa. Ukuran protozoa bervariasi, yaitu mulai kurang dari 10 mikron(µm) dan ada yang

Lebih terperinci

Protozoa I M A Y U D H A P E R W I R A

Protozoa I M A Y U D H A P E R W I R A Protozoa I M A Y U D H A P E R W I R A Karakteristik Protozoa Protozoa: proto (Yunani) artinya pertama dikombinasikan dengan zoa (Yunani) artinya hewan, jadi protozoa adalah nama untuk hewanhewan yang

Lebih terperinci

PROTISTA a. Protista Mirip Tumbuhan 1. Diatomae 2. Dinoflagellata. 3. Euglenoid b. Protista Mirip Hewan

PROTISTA a. Protista Mirip Tumbuhan 1. Diatomae 2. Dinoflagellata. 3. Euglenoid b. Protista Mirip Hewan PROTISTA PROTISTA Protista adalah organisme prokaritik yang paling sederhana, uniseluler, beberapa berkoloni dan multiseluler.. Kebanyakan berkembangbiak secara aseksual melalui pembelahan sel, sedangkan

Lebih terperinci

Sf. Eko Yulianto, S. Si. Edisi : Protista. Kelas X. Disusun oleh : Protista. PanduanBelajar Siswa

Sf. Eko Yulianto, S. Si. Edisi : Protista. Kelas X. Disusun oleh : Protista. PanduanBelajar Siswa P B S PanduanBelajar Siswa Edisi : Protista Kelas X Disusun oleh : Sf. Eko Yulianto, S. Si 2013 http://konsepbiologi.wordpress.com Sf. Eko Yulianto, S. Si 1 Apa itu Protista? Lengkapi tugas ini untuk memahami

Lebih terperinci

DI SUSUN OLEH. KELOMPOK : II Anggota : 1. Nurhaliza ( ) 2. Nevri Isnaliza ( ) 3. Siti wardana ( )

DI SUSUN OLEH. KELOMPOK : II Anggota : 1. Nurhaliza ( ) 2. Nevri Isnaliza ( ) 3. Siti wardana ( ) DI SUSUN OLEH KELOMPOK : II Anggota : 1. Nurhaliza (0806103050078) 2. Nevri Isnaliza (0806103010039) 3. Siti wardana (0806103010061) Ciliata (Ciliophora) 1. Silia berfungsi sebagai alat gerak dan membantu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Protozoa merupakan mahkluk hidup bersel satu yang sering menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Protozoa merupakan mahkluk hidup bersel satu yang sering menjadi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Protozoa 1. Pengertian Protozoa Protozoa merupakan mahkluk hidup bersel satu yang sering menjadi penyebab penyakit diare, manusia yang terinfeksi oleh protozoa biasanya dapat

Lebih terperinci

PROTISTA. By: Makhrus Aly Smanpaba

PROTISTA. By: Makhrus Aly Smanpaba PROTISTA By: Makhrus Aly Smanpaba Indikator Pembelajaran Setelah proses pembelajaran ini selesai di bahas, diharapkan siswa dapat : 1. Membedakan ciri bakteri (Monera) dengan Protista yang termasuk dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ganggang Mikro

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ganggang Mikro II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ganggang Mikro Ganggang termasuk golongan organisme berklorofil dan memiliki ukuran beraneka ragam, mulai dari ukuran yang sangat kecil dalam skala µm hingga beberapa meter panjangnya.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PENGAMATAN PROTISTA

LAPORAN PRAKTIKUM PENGAMATAN PROTISTA LAPORAN PRAKTIKUM PENGAMATAN PROTISTA Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah : Konsep Dasar Biologi SD Dosen Pengampu : Ipin Aripin, M.Pd Kelas/Smt : 6 IPA-3 / PGSD Kelompok : 2 Cici Royani

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK FAKULTAS TARBIYAH

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK FAKULTAS TARBIYAH UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2014-2015 FAKULTAS TARBIYAH Mata Kuliah Semester/ Jurusan Nama/NIM Kelas : Evaluasi Pembelajaran Biologi : VI / IPA Biologi : Ahmad Rifai/14121620633 : C Hari/Tanggal

Lebih terperinci

Pendahuluan. UNSYIAH Universitas Syiah Kuala 9/28/2016. Pohon Kehidupan. Tiga Domain Kehidupan

Pendahuluan. UNSYIAH Universitas Syiah Kuala 9/28/2016. Pohon Kehidupan. Tiga Domain Kehidupan Pengantar Biologi MPA-107, 3 (2-1) Kuliah 13 BIOSISTEMATIKA & EVOLUSI: MIKROORGANISME Tim Pengantar Biologi Jurusan Biologi FMIPA Unsyiah Pendahuluan Mikroorganisme, atau mikroba, adalah makhluk hidup

Lebih terperinci

By : Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta. october

By : Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta. october By : Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta october 2014 1 Ciri-Ciri 1. Eukariot 2. Uniseluler atau Multiseluler sederhana 3. Organisme mikroskopik sampai makroskopik 4. Autotrof atau heterotrof dengan

Lebih terperinci

Protozoa (Proto = pertama/primitif, zoa = binatang)

Protozoa (Proto = pertama/primitif, zoa = binatang) Protozoa (Proto = pertama/primitif, zoa = binatang) Simbiosis Hidup bebas Amoeba proteus Euglena viridis Paramecium sp. Parasitis Entamoeba Trypanosoma Leishmania Balantidium Plasmodium Monocystis Mutualistis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon TINJAUAN PUSTAKA Jabon (Anthocephalus cadamba) merupakan salah satu jenis tumbuhan lokal Indonesia yang berpotensi baik untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman maupun untuk tujuan lainnya, seperti

Lebih terperinci

MIKROBIOLOGI BAKTERI

MIKROBIOLOGI BAKTERI 1 MIKROBIOLOGI BAKTERI (Nurwahyuni Isnaini) Tugas I Disusun untuk memenuhi tugas brosing artikel webpage Oleh RIZKA RAMADHANTY NIM:G0C015080 PRORAM DIPLOMA DIII ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

Nama : Novita Purnamasari Hendarmin NIM : Hari, Tanggal : Kamis,10 Desember 2015

Nama : Novita Purnamasari Hendarmin NIM : Hari, Tanggal : Kamis,10 Desember 2015 Nama : Novita Purnamasari Hendarmin NIM : 1503646 Hari, Tanggal : Kamis,10 Desember 2015 1. Jelaskan perbedaan antara bakteri, fungi, algae dan virus! Ciri-ciri -Memiliki sifat antara benda mati dan benda

Lebih terperinci

BAB 5. P R O T I S T A. Oleh : Dwi Putri Pasinggi, S.Pd

BAB 5. P R O T I S T A. Oleh : Dwi Putri Pasinggi, S.Pd ` YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id BAB

Lebih terperinci

PROTISTA PENGERTIAN CIRI CIRI KINGDOM PROTISTA

PROTISTA PENGERTIAN CIRI CIRI KINGDOM PROTISTA PROTISTA PENGERTIAN Protista adalah sesuatu yang sangat kecil yang digolongkan dalam kelompok eukariota yang bukan termasuk dalam kelompok hewan, tumbuhan, atau pun dalam kelompok jamur. Pengelompokan

Lebih terperinci

MORFOLOGI DAN STRUKTUR MIKROORGANISME. Dyah Ayu Widyastuti

MORFOLOGI DAN STRUKTUR MIKROORGANISME. Dyah Ayu Widyastuti MORFOLOGI DAN STRUKTUR MIKROORGANISME Dyah Ayu Widyastuti Mikrobiologi Micros: kecil/renik Bios: hidup Mikrobiologi kajian tentang mikroorganisme meliputi aspek: morfologi, fisiologi, reproduksi, ekologi,

Lebih terperinci

PAKAN DAN PEMBERIAN PAKAN

PAKAN DAN PEMBERIAN PAKAN PAKAN DAN PEMBERIAN PAKAN 1. Pendahuluan Pakan alami adalah sejenis pakan ikan yang berupa organisme air. Organism ini secara ekosistem merupakan produsen primer atau level makanan dibawah ikan dalam rantai

Lebih terperinci

Lumut/Bryophyta. Alat perkembangbiakan lumut hati

Lumut/Bryophyta. Alat perkembangbiakan lumut hati Lumut/Bryophyta 1. Ciri-ciri dan sifat lumut Pada umumnya kita menyebut "lumut" untuk semua tumbuhan yang hidup di permukaan tanah, batu, tembok atau pohon yang basah, bahkan yang hidup di air. Padahal

Lebih terperinci

2. BENTUK UMUM PROTOZOA ---- TDK. TERBATAS : SIMETRI BILATERAL RADIAL SPHERIS MIKROSKOPIS INDIVIDU ANAPLASMA KOLONI 1/6 1/10 ERITROSIT PERIOSTOMUM KOM

2. BENTUK UMUM PROTOZOA ---- TDK. TERBATAS : SIMETRI BILATERAL RADIAL SPHERIS MIKROSKOPIS INDIVIDU ANAPLASMA KOLONI 1/6 1/10 ERITROSIT PERIOSTOMUM KOM PHYLUM PROTOZOA 1. DEFINISI PROTOS : PERTAMA ZOION : HEWAN UNISELULER TUBUH 1 PROTOZOA --- SEL --- METAZOA 2. BENTUK UMUM PROTOZOA ---- TDK. TERBATAS : SIMETRI BILATERAL RADIAL SPHERIS MIKROSKOPIS INDIVIDU

Lebih terperinci

Mengenal Protista. Bab5

Mengenal Protista. Bab5 Bab5 Mengenal Protista Seekor bakteri yang berenang di dekat amuba, pasti dengan cepat akan ditangkap oleh kaki-kaki semunya. Amuba termasuk dalam kingdom protista, yaitu hewan sederhana bersel satu. Setelah

Lebih terperinci

PROTOZOA. Marlia Singgih Wibowo

PROTOZOA. Marlia Singgih Wibowo PROTOZOA Marlia Singgih Wibowo Pendahuluan Protozoa berarti first animal, suatu bentuk sederhana kehidupan hewan Dapat hidup bebas di laut, air tawar, atau tanah, atau bersimbiosis, atau hidup di dalam

Lebih terperinci

2.1. Pengertian Lumut (Bryophyta)

2.1. Pengertian Lumut (Bryophyta) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lumut (Bryophyta) Lumut merupakan kelompok tumbuhan yang telah beradaptasi dengan lingkungan darat. Kelompok tumbuhan ini penyebarannya menggunakan spora dan telah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Biologi Tetraselmis sp. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif

Lebih terperinci

PERBEDAAN SEL EUKARIOTIK DAN PROKARIOTIK

PERBEDAAN SEL EUKARIOTIK DAN PROKARIOTIK PERBEDAAN SEL EUKARIOTIK DAN PROKARIOTIK EDITOR : VENNA AGATHA DESTRIANASARI NIM : G1C015011 PROGRAM STUDI DIV ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

Lebih terperinci

CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP Kegiatan yang dilakukan oleh manusia, hewan, dan tumbuhan tidak sama. Tetapi gejala yang ditunjukkan oleh manusia, hewan, dan tumbuhan sama. Gejala atau ciri yang ditunjukkan oleh

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR, BAHAN AJAR ATLAS BIOLOGI, PROTISTA

BAB II HASIL BELAJAR, BAHAN AJAR ATLAS BIOLOGI, PROTISTA BAB II HASIL BELAJAR, BAHAN AJAR ATLAS BIOLOGI, PROTISTA A. Pengertian Belajar Belajar memiliki peran penting bagi kehidupan manusia. Belajar memiliki sifat yang fundamental dalam persaingan dunia globalisasi

Lebih terperinci

2. BENTUK UMUM PROTOZOA ---- TDK. TERBATAS : SIMETRI INDIVIDU ANAPLASMA KOLONI 1/6 1/10 ERITROSIT KOMENSALISMA MUTUALISMA PARASIT MIKROSKOPIS BILATERA

2. BENTUK UMUM PROTOZOA ---- TDK. TERBATAS : SIMETRI INDIVIDU ANAPLASMA KOLONI 1/6 1/10 ERITROSIT KOMENSALISMA MUTUALISMA PARASIT MIKROSKOPIS BILATERA PHYLUM PROTOZOA 1. DEFIN NISI PROTOS : PE ERTAMA ZOION : HEWAN UNISELU ULER TUBUH 1 PROTOZOA -- -- SEL --- METAZOA 2. BENTUK UMUM PROTOZOA ---- TDK. TERBATAS : SIMETRI INDIVIDU ANAPLASMA KOLONI 1/6 1/10

Lebih terperinci

CARA PERKEMBANGBIAKAN INVERTEBRATA

CARA PERKEMBANGBIAKAN INVERTEBRATA CARA PERKEMBANGBIAKAN INVERTEBRATA Dalam perkembangbiakannya,invertebrata memiliki cara reproduksi sebagai berikut 1. Reproduksi Generatif Reproduksi generative melalui fertilisasi antara sel kelamin jantan

Lebih terperinci

Protista BIO 2 A. PENDAHULUAN B. PROTISTA MIRIP JAMUR C. PROTISTA MIRIP TUMBUHAN PROTISTA. sp.

Protista BIO 2 A. PENDAHULUAN B. PROTISTA MIRIP JAMUR C. PROTISTA MIRIP TUMBUHAN PROTISTA. sp. Protista A. PENDAHULUAN Protista merupakan salah satu Kingdom dalam sistem klasifikasi makhluk hidup. Kingdom Protista bersifat polifiletik, yaitu anggotanya berasal dari berbagai jenis nenek moyang. Ciri-ciri

Lebih terperinci

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel ORGANISASI KEHIDUPAN Sel Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup. Ukuran sangat kecil untuk melihat harus dibantu dengan mikroskop. Kata sel berasal dari bahasa latin cellulae, yang berarti bilik kecil.

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM CHRYSOPHYTA MATA KULIAH BOTANY CRYPTOGAMAE

PANDUAN PRAKTIKUM CHRYSOPHYTA MATA KULIAH BOTANY CRYPTOGAMAE PANDUAN PRAKTIKUM CHRYSOPHYTA MATA KULIAH BOTANY CRYPTOGAMAE (ENI NURAENI, M. Pd) Chrysophyta merupakan ganggang keemasan karena mengandung pigmen kuning keemasan (chrysos). Alga ini tidak memiliki pirenoid

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN IPA

MODUL MATA PELAJARAN IPA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Struktur sel tumbuhan dan hewan untuk kegiatan PELATIHAN PENINGKATAN MUTU GURU DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

CENDAWAN PATOGEN TUMBUHAN

CENDAWAN PATOGEN TUMBUHAN CENDAWAN PATOGEN TUMBUHAN APA ITU CENDAWAN? Organisme eukariotik, heterotropik, tidak memiliki klorofil, mengambil nutrisi dengan cara absorpsi, berspora, dan umumnya bereproduksi secara seksual dan aseksual.

Lebih terperinci

A. KARAKTERISTIK UMUM FUNGI

A. KARAKTERISTIK UMUM FUNGI BAB 8 FUNGI A. KARAKTERISTIK UMUM FUNGI Fungi adalah organisme eukariot yang mempunyai dinding sel dan pada umumnya tidak motil. Karakteristik ini menyerupai karakteristik tumbuhan. Namun demikian fungi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tetraselmis sp. Menurut B u t c h e r ( 1 9 5 9 ) klasifikasi Tetraselmis sp. adalah sebagai berikut: Filum : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Volvocales Sub ordo Genus

Lebih terperinci

Fungi pada awal ditemukannya dikelompokkan sebagai tumbuhan. Dalam perkembangannya, fungi dipisahkan dari tumbuhan karena banyak hal yang berbeda.

Fungi pada awal ditemukannya dikelompokkan sebagai tumbuhan. Dalam perkembangannya, fungi dipisahkan dari tumbuhan karena banyak hal yang berbeda. IMA YUDHA PERWIRA Mikologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang jamur, banyak orang juga menyebut cendawan. Fungi adalah nama regnum/kingdom dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN IPA

MODUL MATA PELAJARAN IPA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Klasifikasi Makhluk Hidup dan Ciri-ciri Makhluk Hidup untuk kegiatan PELATIHAN PENINGKATAN

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB I PENDAHULUAN Protozoa merupakan binatang yang paling banyak di dunia. Mereka adalah sebagai konsumen bagi bakteri (Prokaryotes). Dimana bakteri memainkan peranan penting dalam menjaga bumi sebagai

Lebih terperinci

S E L. Suhardi, S.Pt.,MP

S E L. Suhardi, S.Pt.,MP S E L Suhardi, S.Pt.,MP Foreword Struktur sel, jaringan, organ, tubuh Bagian terkecil dan terbesar didalam sel Aktivitas metabolisme sel Perbedaan sel hewan dan tumbuhan Metabolisme sel Fisiologi Ternak.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. kelompok ataupun individual, proses dan kegiatan belajarnyanya tidak dapat

BAB II KAJIAN TEORITIS. kelompok ataupun individual, proses dan kegiatan belajarnyanya tidak dapat 16 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Definisi Individu Siswa atau peserta didik yang melakukan kegiatan belajar atau mengikuti proses pendidikan, adalah individu. Baik dalam kegiatan klasikal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar hutan Indonesia termasuk dalam kategori hutan hujan tropis karena memiliki curah hujan tinggi dan suhu hangat sepanjang tahun. Hutan hujan tropis merupakan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.1. Autotrof. Parasit. Saprofit

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.1. Autotrof. Parasit. Saprofit SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.1 1. Makhluk hidup yang dapat berfotosintesis adalah makhluk hidup... Autotrof Heterotrof Parasit Saprofit Kunci Jawaban : A Makhluk hidup autotrof

Lebih terperinci

PERBEDAAN SEL HEWAN & TUMBUHAN BAGIAN SEL & ORGANEL SEL TRANSPORT MELALUI MEMBRAN

PERBEDAAN SEL HEWAN & TUMBUHAN BAGIAN SEL & ORGANEL SEL TRANSPORT MELALUI MEMBRAN PERBEDAAN SEL HEWAN & TUMBUHAN BAGIAN SEL & ORGANEL SEL TRANSPORT MELALUI MEMBRAN SEL PROKARIOTIK & EUKARIOTIK SEL HEWAN & SEL TUMBUHAN SEL HEWAN SEL TUMBUHAN Sejarah Penemuan Sel 1500-an Ditemukan lensa

Lebih terperinci

Penggolongan Organisme dan Taksonomi Mikrobia. 5Maret 2015

Penggolongan Organisme dan Taksonomi Mikrobia. 5Maret 2015 Penggolongan Organisme dan Taksonomi Mikrobia 5Maret 2015 Taksonomi Carolus Linnaeus (1707-1778) Botaniawan, Sweden Pioneer dibidang taksonomi organisme 1766-1763 mengajukan konsep sistem pemberian nama

Lebih terperinci

Tabel Perbedaan Sel Prokariotik dan Sel Eukariotik Perbedaan Sel Prokariotik Sel Eukariotik Ukuran Sel

Tabel Perbedaan Sel Prokariotik dan Sel Eukariotik Perbedaan Sel Prokariotik Sel Eukariotik Ukuran Sel Tabel Perbedaan Sel Prokariotik dan Sel Eukariotik Perbedaan Sel Prokariotik Sel Eukariotik Ukuran Sel Diameter Sel prokariotik 0,2-2.0 µm Diameter Sel prokariotik 10-100 µm Inti Sel Organel terbungkus

Lebih terperinci

COELENTERATA Coilos = rongga Enteron = usus. By Luisa Diana Handoyo, M.Si.

COELENTERATA Coilos = rongga Enteron = usus. By Luisa Diana Handoyo, M.Si. COELENTERATA Coilos = rongga Enteron = usus By Luisa Diana Handoyo, M.Si. COELENTERATA (= CNIDARIA) Cnido = penyengat Multiseluler Tubuh bersimetri radial Diploblastik (ektoderm dan endoderm) Diantara

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm. 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Nannochloropsis sp Mikroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang memiliki klorofil, yang dapat digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Mikroalga tidak memiliki

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI BENTUK DAN STRUKTUR SEL

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI BENTUK DAN STRUKTUR SEL LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI BENTUK DAN STRUKTUR SEL Tugas Kelompok Biologi Disusun oleh : KELOMPOK ALOE VERA XI MIPA 1 1. Ni Putu Diah Damayanti (07) 2. Ni Putu Mirna Sari (18) 3. Ni Putu Nadia Ramayanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup, baik secara struktural dan fungsional. Sel merupakan satuan dasar yang menyusun organisme. Pada tahun 1665 seorang ilmuwan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikroalga Tetraselmis sp. merupakan salah satu mikroalga hijau.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikroalga Tetraselmis sp. merupakan salah satu mikroalga hijau. 1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tetraselmis sp. Mikroalga Tetraselmis sp. merupakan salah satu mikroalga hijau. Klasifikasi Tetraselmis sp. menurut Bold & Wynne (1985) adalah sebagai berikut: Filum Kelas Ordo

Lebih terperinci

Satuan unit t kecil dr kehidupan : Sel Robert Hooke : "sel" = "kotak-kotak kosong", stlh ia m amati sayatan gabus dgn mikroskop.

Satuan unit t kecil dr kehidupan : Sel Robert Hooke : sel = kotak-kotak kosong, stlh ia m amati sayatan gabus dgn mikroskop. BIOLOGI Satuan unit t kecil dr kehidupan : Sel Robert Hooke : "sel" = "kotak-kotak kosong", stlh ia m amati sayatan gabus dgn mikroskop. disimpulkan : sel t.d kesatuan zat Protoplasma Johannes Purkinje

Lebih terperinci

Gambar 1.2: reproduksi Seksual

Gambar 1.2: reproduksi Seksual Jamur Roti (Rhizopus nigricans) Jika roti lembab disimpan di tempat yang hangat dan gelap, beberapa hari kemudian akan tampak jamur tumbuh diatasnya. Spora yang berkecambah pada permukaan roti akan membentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TENTANG HASIL BELAJAR, KONSEP PROTISTA MENGGUNAKAN MEDIA FLASHCARD

BAB II TINJAUAN TENTANG HASIL BELAJAR, KONSEP PROTISTA MENGGUNAKAN MEDIA FLASHCARD BAB II TINJAUAN TENTANG HASIL BELAJAR, KONSEP PROTISTA MENGGUNAKAN MEDIA FLASHCARD A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada didalam sel, pembelahan dan penduplikasian merupakan konsep terpenting

BAB I PENDAHULUAN. ada didalam sel, pembelahan dan penduplikasian merupakan konsep terpenting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap sel berasal dari sel hidup lainnya. Siklus sel merupakan tahapan dimana terjadinya proses pembelahan dan penduplikasian berbagai materi yang ada didalam sel,

Lebih terperinci

BIOLOGI BAB V PROTISTA MONERA DAN ALGA

BIOLOGI BAB V PROTISTA MONERA DAN ALGA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIOLOGI BAB V PROTISTA MONERA DAN ALGA Dra. Ely Rudyatmi, M.Si. Dra. Endah Peniati, M.Si. Dr. Ning Setiati, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Lecture 1 Tatap Muka 2

Lecture 1 Tatap Muka 2 1/5 Maret 2010 Lecture 1 Tatap Muka 2 Biological Diversity I: A. Filogeni dan Pohon Kehidupan B. Bacteria dan Archaea C. Protista D. Fungi Kompetensi: 1. Mahasiswa mampu menerangkan pohon filogeni 2. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu : 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari mata air, air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran air

Lebih terperinci

MYXOBAKTERIALES. (tumbuhan belah). Klas ini terdiri atas tumbuhan bersel satu. Sel-sel itu kecil

MYXOBAKTERIALES. (tumbuhan belah). Klas ini terdiri atas tumbuhan bersel satu. Sel-sel itu kecil MYXOBAKTERIALES Myxobakteriales merupakan salah satu ordo dari kelas Schizophyta (tumbuhan belah). Klas ini terdiri atas tumbuhan bersel satu. Sel-sel itu kecil benar, kadang-kadang tak tampak dengan mikroskop

Lebih terperinci

KEHIDUPAN DI BUMI. Widodo Setiyo Wibowo

KEHIDUPAN DI BUMI. Widodo Setiyo Wibowo KEHIDUPAN DI BUMI Widodo Setiyo Wibowo Widodo_setiyo@uny.ac.id ASAL MULA KEHIDUPAN DI BUMI Teori Asal Mula Kehidupan di Bumi Hipotesis dan Teori tentang asal usul kehidupan di bumi: Generatio spontanea:

Lebih terperinci

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2.

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2. PROTOZOA Entamoeba coli E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran 15-50 μm 2. sitoplasma mengandung banyak vakuola yang

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP

KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP STANDAR KOMPETENSI : - Memahami keanekaragaman makhluk hidup KOMPETENSI DASAR - Mengidentifikasi cirri-ciri makhluk hidup INDIKATOR - Menyebutkan cirri-ciri makhluk hidup Tujuan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Anjing

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Anjing 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Anjing Menurut Linnaeus (1758), secara umum anjing dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Mammalia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Chlorella SP 1. Klasifikasi Penamaan Chlorella sp karena memiliki kandungan klorofil yang tinggi dan juga merupakan produsen primer dalam rantai makanan (Sidabutar, 1999).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Biologi merupakan ilmu tentang makhluk hidup beserta lingkungannya. Objek yang dipelajari dalam Biologi adalah makhluk hidup dan makhluk tak hidup. Makhluk

Lebih terperinci

Pada keadaan demikian, kromosom lebih mudah menyerap zat warna, misalnya sudan III, hematoksilin, methylen blue, dan kalium iodida.

Pada keadaan demikian, kromosom lebih mudah menyerap zat warna, misalnya sudan III, hematoksilin, methylen blue, dan kalium iodida. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gen yang menentukan sifat suatu makhluk hidup dibawa oleh struktur pembawa gen yang mirip benang dan terdapat di dalam inti sel (nukleus). Kromosom hanya dapat diamati

Lebih terperinci

Protista Mirip Tumbuhan. KELOMPOK 5 : Iif Fitrotul Mahmudah Lusi Suciati M. Nur Hasan

Protista Mirip Tumbuhan. KELOMPOK 5 : Iif Fitrotul Mahmudah Lusi Suciati M. Nur Hasan Protista Mirip Tumbuhan KELOMPOK 5 : Iif Fitrotul Mahmudah Lusi Suciati M. Nur Hasan DEFINISI DAN BATASAN ALGA Alga adalah organism berklorofil, tubuhnya merupakan talus (uniseluler atau multiseluler),

Lebih terperinci

Pengelompokan Bakteri Berdasarkan Alat Geraknya

Pengelompokan Bakteri Berdasarkan Alat Geraknya Pengelompokan Bakteri Berdasarkan Alat Geraknya By Plengdut - May 7, 2015 7341 Pada postingan kali ini, kita akan membahas mengenai pengelompokan bakteri berdasarkan alat gerak yang dimiliki organisme

Lebih terperinci

Bakteri ilmunya Bakteriologi Khamir (Ragi, Yeast) ilmunya Mikologi Kapang (Jamur benang) ilmunya Mikologi Virus ilmunya Virologi Ganggang (Algae)

Bakteri ilmunya Bakteriologi Khamir (Ragi, Yeast) ilmunya Mikologi Kapang (Jamur benang) ilmunya Mikologi Virus ilmunya Virologi Ganggang (Algae) Bakteri ilmunya Bakteriologi Khamir (Ragi, Yeast) ilmunya Mikologi Kapang (Jamur benang) ilmunya Mikologi Virus ilmunya Virologi Ganggang (Algae) ilmunya Fikologi Protozoa ilmunya Protozoologi Prokaryotik

Lebih terperinci

Filum Cnidaria dan Ctenophora

Filum Cnidaria dan Ctenophora Filum Cnidaria dan Ctenophora Filum CTENOPHORA dan CNIDARIA dikelompokkan dalam COELENTERATA (berasal dari kata coelos = rongga tubuh atau selom dan enteron = usus). Coelenterata hidupnya di perairan laut

Lebih terperinci

Struktur dan Perkembangan Ganggang, Lumut, dan Tumbuhan Paku

Struktur dan Perkembangan Ganggang, Lumut, dan Tumbuhan Paku Modul 1 Struktur dan Perkembangan Ganggang, Lumut, dan Tumbuhan Paku Dra. Yohana C. Sulistyaningsih, M.Si. K PENDAHULUAN alau kita mendengar istilah ganggang biasanya kita membayangkan tumbuhan laut yang

Lebih terperinci

HIRARKI ORGANISASI MATERI BENDA HIDUP

HIRARKI ORGANISASI MATERI BENDA HIDUP HIRARKI ORGANISASI MATERI BENDA HIDUP Unsur Biosfer Biomolekul Komunitas Biomembran dan organel Populasi Sel Jaringan Organ Individu Atom (proton, neutron dan elektron) molekul sederhana makro molekul

Lebih terperinci

1. Protista Mirip Jamur a. Myxomycota (Jamur Lendir) plasmodium tubuh-tubuh buah ameboid pembelahan biner fruiting bodies singami

1. Protista Mirip Jamur a. Myxomycota (Jamur Lendir) plasmodium tubuh-tubuh buah ameboid pembelahan biner fruiting bodies singami KINGDOM PROTISTA Kingdom Protista adalah kingdom yang anggotaanya sangat beragam mencakup semua makhluk hidup eukariotik (intinya mempunyai selaput/membran inti) yang sebagian besar bersel satu (uniseluler)

Lebih terperinci

TUGAS IPA PERKEMBANGBIAKAN HEWAN SECARA GENERATIF

TUGAS IPA PERKEMBANGBIAKAN HEWAN SECARA GENERATIF TUGAS IPA PERKEMBANGBIAKAN HEWAN SECARA GENERATIF ANGGOTA KELOMPOK : 1. ANNISA SALIZA 2. REGYTA ANUGRAH MAHAPUTRI SAMUEL 3. TYAS AYU FADILLAH 4. WIRA YUDA KHOIRUL A 5. WIWID SEKAR U 6. YOHANES JUAN BAGUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke perairan yang menyebabkan pencemaran. Limbah tersebut

Lebih terperinci

Pengantar MIKROBIOLOGI

Pengantar MIKROBIOLOGI Pengantar MIKROBIOLOGI Kuliah Pertemuan Ke-1 By Dr. Rozirwan, S.Pi, M.Sc ILMU KELAUTAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA PENDAHULUAN Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

BANGSA CHLAMYDOBACTERIALES. spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim.

BANGSA CHLAMYDOBACTERIALES. spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. BANGSA CHLAMYDOBACTERIALES Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan mahluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat

Lebih terperinci

Oleh : S. Wulandari. Editor : Yulianawati Lay out : Ferry Andriyan August Ilustrator : Sucipto Sampul : Sucipto ISBN :

Oleh : S. Wulandari. Editor : Yulianawati Lay out : Ferry Andriyan August Ilustrator : Sucipto Sampul : Sucipto ISBN : S. Wulandari i Oleh : S. Wulandari Editor : Yulianawati Lay out : Ferry Andriyan August Ilustrator : Sucipto Sampul : Sucipto ISBN : 978-979-067-075-4 Tahun Terbit: 2010 Buku ini diset dan dilay out menggunakan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR PROTISTA PADA SISWA KELAS X SEMESTER 1 SMA NEGERI 1 MUNTILAN TAHUN AJARAN 2015/2016

IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR PROTISTA PADA SISWA KELAS X SEMESTER 1 SMA NEGERI 1 MUNTILAN TAHUN AJARAN 2015/2016 Identifikasi Kesulitan Belajar... (Dwi Zunitasari) 17 IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR PROTISTA PADA SISWA KELAS X SEMESTER 1 SMA NEGERI 1 MUNTILAN TAHUN AJARAN 2015/2016 IDENTIFICATIONS PROTISTS LEARNING

Lebih terperinci

STRUKTUR & FUNGSI SEL

STRUKTUR & FUNGSI SEL STRUKTUR & FUNGSI SEL Oleh : Rifki Abdul Majid (037115104) Kelas : 1-E Dosen : Dra. R. Teti Rostikawati, M.Si. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas PAKUAN BOGOR A. SEL SEL adalah bagian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

REPRODUKSI SEL REPRODUKSI SEL AMITOSIS. Profase I. Pembelahan I. Metafase I. Anafase I MEIOSIS. Telofase I. Interfase. Profase II.

REPRODUKSI SEL REPRODUKSI SEL AMITOSIS. Profase I. Pembelahan I. Metafase I. Anafase I MEIOSIS. Telofase I. Interfase. Profase II. REPRODUKSI SEL AMITOSIS REPRODUKSI SEL Pembelahan I Profase I Metafase I Anafase I Proleptotene Leptotene Zygotene Pachytene Diplotene Diakinesis MEIOSIS Interfase Telofase I Pembelahan II Profase II Metafse

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL USBN. MATERI Keanekaragaman tingkat gen, spesies, ekosistem. Ciri-ciri makhluk hidup dan perannya dalam kehidupan

KISI-KISI PENULISAN SOAL USBN. MATERI Keanekaragaman tingkat gen, spesies, ekosistem. Ciri-ciri makhluk hidup dan perannya dalam kehidupan KISI-KISI PENULISAN USBN Jenis Sekolah : SMA Mata Pelajaran : BIOLOGI Kurikulum : 2013 Alokasi Waktu : 120 menit Jumlah Soal : Pilihan Ganda : 35 Essay : 5 1 3.2 Menganalisis berbagai tingkat keanekaragaman

Lebih terperinci

2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup

2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup 2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup 2.1 Mengidentifikasi kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakan 1. Mengaitkan perilaku adaptasi hewan tertentu dilingkungannya

Lebih terperinci

Standar Isi / Kompetensi Dasar Mengidentifikasi ruang lingkup Biologi

Standar Isi / Kompetensi Dasar Mengidentifikasi ruang lingkup Biologi Pusat Penelitian dan Pelayanan Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta KISI KISI TES UJI KOMPETENSI GURU Mata Pelajaran : Biologi Tingkat : SMA No Standar Kompetensi Guru Memahami konsep-konsep,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Yunarwi: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsawuntuk

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Yunarwi: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsawuntuk 10 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Penelitian Sebelumnya 1. Yunarwi: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsawuntuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Biologi Kelas VII D SMP Negeri

Lebih terperinci

SEL Iriawati SITH - ITB

SEL Iriawati SITH - ITB SEL SEL Sel merupakan unit dasar kehidupan. Setiap organisme hidup tersusun atas sel, suatu ruangan kecil yang dikelilingi oleh membran dan berisi cairan/larutan kimia yang pekat. Sel mengandung 4 molekul

Lebih terperinci

A. Bagian-bagian dalam sel tersusun atas sebagai berikut:

A. Bagian-bagian dalam sel tersusun atas sebagai berikut: A. Bagian-bagian dalam sel tersusun atas sebagai berikut: 1. Membran sel Membran sel sering disebut juga membran plasma yang bersifat semipermeabel. Artinya, membran sel hanya dpat dilewati oleh zat tertentu,

Lebih terperinci

SET 4 REPRODUKSI SEL 1 (MITOSIS & MEIOSIS)

SET 4 REPRODUKSI SEL 1 (MITOSIS & MEIOSIS) 04 MATERI DAN LATIHAN SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA BIOLOGI SET 4 REPRODUKSI SEL 1 (MITOSIS & MEIOSIS) Pembelahan sel dibedakan menjadi secara langsung (amitosis) dan tidak langsung (mitosis dan meiosis).

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLATIHAN SOAL BAB 11

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLATIHAN SOAL BAB 11 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLATIHAN SOAL BAB 11 1. Bagian sel yang berfungsi untuk mengatur seluruh kegiatan sel adalah http://www.primemobile.co.id/assets/uploads/materi/bio-7-11a.png

Lebih terperinci

Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup

Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup A. Pertumbuhan dan Perkembangan Hewan Pertumbuhan dan perkembangan hewan dimulai sejak terbentuknya zigot. Satu sel zigot akan tumbuh dan berkembang hingga terbentuk

Lebih terperinci