BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan global pada tahun 2008 diawali dengan krisis subprime
|
|
- Sudirman Sudjarwadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis keuangan global pada tahun 2008 diawali dengan krisis subprime mortgage di Amerika Serikat. Penyaluran kredit perumahan (mortgage) dilakukan secara ekspansif diakibatkan oleh tingkat suku bunga yang rendah dan ekspektasi berlebihan pada kenaikan harga properti. Keadaan ini mendorong beberapa lembaga keuangan di Amerika Serikat memberikan kredit kepada debitur dengan riwayat kredit yang buruk serta tidak memiliki jaminan keuangan memadai. Namun di tahun 2007, suku bunga yang awalnya sebesar 1% naik sampai 5,25% menyebabkan pembayaran pinjaman dari debitur tersendat dan kemudian menjadi macet. Penjualan properti milik debitur pun terus meningkat akibat ketidakmampuan mereka membayar kewajibannya sehingga harga rumah turun drastis. Hal tersebut berdampak pada turunnya harga produk derivatif mortgage di pasar modal sehingga perusahaan-perusahaan yang berinvestasi pada produk tersebut mengalami kerugian besar (Depkominfo, 2008). Krisis tersebut memberikan pelajaran yang berharga bahwa institusi maupun lembaga keuangan yang besar dan saling berhubungan dapat mengganggu stabilitas ekonomi suatu negara bila institusi itu menghadapi kesulitan (too big too fail). Faktor kehati-hatian (prudential) menjadi aspek yang penting untuk dipertimbangkan saat suatu pihak melakukan transaksi berisiko. Salah satu contohnya adalah kasus Bank Century di tahun Bank tersebut 1
2 2 melakukan penjualan produk investasi fiktif sehingga mengalami defisit keuangan. Walaupun pihak manajemen mengetahui bahwa sekuritas tersebut tidak memiliki izin dari Bank Indonesia (BI) dan Bapepam-LK, mereka tetap mengambil risiko memperjualbelikan produk investasi itu sehingga pada akhirnya merugikan nasabah sampai dengan 1,4 triliun rupiah (Nainggolan, 2009). Bank sebagai lembaga yang mengemban fungsi intermediasi dihadapkan pada berbagai risiko usaha yang mesti dikelola agar mampu meminimalisir potensi kerugian. Apabila sebuah bank mengalami kegagalan, ini akan berdampak pada nasabah, bank yang bersangkutan, maupun perusahaan yang menyimpan dana dan menanamkan modalnya di sana. Oleh karena itu, Bank Indonesia telah mengeluarkan peraturan perbankan sebagai pedoman manajemen risiko bank, seperti Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 11/25/PBI/2009 tentang penerapan manajemen risiko bagi bank umum. Langkah ini diharapkan mampu mengontrol manajemen puncak dan menumbuhkan budaya prudential dalam lingkungan internal bank (Otoritas Jasa Keuangan, 2014). Risiko merupakan potensi adanya kerugian akibat peristiwa-peristiwa tertentu yang terjadi (PBI No.11/25/PBI/2009). Risiko itu sendiri menimbulkan efek negatif dan tidak diharapkan yang dapat memicu adanya kegagalan maupun kerugian (Setiawan, 2007). Produk serta aktivitas bank yang makin kompleks mengindikasikan bahwa risiko yang dihadapi makin tinggi pula. Tidak menutup kemungkinan bahwa bank berkeinginan melakukan aktivitas berisiko untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Ini dapat dimengerti bahwa di balik risiko yang tinggi, ada return yang tinggi pula (high risk, high return). Pengambilan
3 3 risiko dilatarbelakangi oleh keinginan memperoleh keuntungan yang sepadan dengan biaya yang dikeluarkan. Tindakan ini mencerminkan kemauan suatu organisasi untuk menggapai peluang yang ada dengan hasil akhir berupa keuntungan atau kerugian. Beberapa peneliti mengemukakan bahwa besarnya pengambilan risiko bank dipengaruhi oleh regulasi yang diterapkan pemerintah (Ongena dkk., 2013; Gonzales, 2005; Repullo, 2004). Tujuan dari disusunnya regulasi adalah untuk meminimalkan risiko dan melindungi nasabah. Regulasi sebagai bagian dari kontrol untuk menekan konflik keagenan diharapkan dapat mendorong bank bersikap hati-hati (Taswan, 2012). Berger dkk. (2014) menjelaskan bahwa intervensi regulasi mampu memicu penurunan risiko portofolio. Tindakan intervensi tersebut seperti, pembatasan kegiatan-kegiatan bank, pengawasan resmi, restrukturisasi kegiatan usaha, serta pembatasan lingkup keputusan manajerial. Regulasi perbankan dalam penelitian ini difokuskan pada kebijakan capital requirement. Regulasi ini merupakan ketentuan yang mengatur persyaratan kecukupan modal di bank. Dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 15/12/PBI/2013 tentang kewajiban penyediaan modal minimum dijelaskan bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas permodalan bank diperlukan untuk menyerap risiko yang disebabkan kondisi krisis maupun pertumbuhan kredit perbankan yang berlebihan. Persyaratan penyediaan modal minimum berfungsi sebagai buffer (penyangga) saat terjadi krisis keuangan yang menganggu stabilitas sistem keuangan. Selain itu, disusunnya peraturan modal ini dilatarbelakangi oleh
4 4 kekhawatiran mengenai jumlah modal yang dimiliki bank kurang dari tingkat relatif optimal terhadap risiko-risiko usaha yang dihadapi bank tersebut. Untuk itu, regulator menerapkan sejumlah peraturan, seperti membatasi pertumbuhan aset dan aktivitas-aktivitas tertentu ataupun memberlakukan peningkatan additional capital (Awdeh dkk., 2011). Peraturan modal yang telah dirancang sedemikian rupa tidak sepenuhnya mampu mengurangi pengambilan risiko. Awdeh dkk. (2011) menemukan bahwa capital requirement berpengaruh positif pada pengambilan risiko bank. Peningkatan pengambilan risiko terjadi ketika tingkat persyaratan modal minimum mengalami kenaikan. Ini disebabkan karena penerapan peraturan tersebut memicu penurunan expected profits dan sebagai akibatnya bank memilih berinvestasi pada aset berisiko. Hal yang serupa juga disampaikan oleh Blum (1999) bahwa capital adequacy requirement secara aktual dapat meningkatkan risiko. Blum (1999) menemukan adanya sequential effect yang menyebabkan terjadinya peningkatan risiko bank setelah regulator mengeluarkan capital requirement. Ketatnya peraturan modal mendorong bank untuk menggunakan profit perusahaan di masa sekarang demi memenuhi capital adequacy requirement di masa mendatang. Dengan demikian, salah satu alternatif untuk mencapai keuntungan yang diinginkan adalah dengan meningkatkan risiko aset di periode sekarang. Penelitian mengenai pengaruh capital requirement dan pengambilan risiko bank telah banyak diuji sebelumnya dan hasil yang ditemukan cukup bervariasi. Koehn dan Santomero (1980) melakukan analisis mengenai pengaruh flat capital
5 5 regulation pada portfolio risk, dimana hasil pengujian menunjukkan bahwa peraturan modal gagal mengurangi probability of default bank. Penerapan capital requirement yang tinggi mengindikasikan adanya penurunan expected return, sehingga bank mengkompensasikannya dengan berinvestasi pada aset berisiko. Kemudian, Gennotte dan Pyle (1991) menyatakan bahwa peraturan modal dapat meningkatkan portfolio risk dan probability of default bank. Peningkatan kebutuhan modal akibat penerapan capital requirement akan mendorong bank untuk meningkatkan risiko portofolio. Sebaliknya, hasil penelitian yang berbeda disampaikan oleh Konishi dan Yasuda (2004) bahwa pengimplementasian capital adequacy requirement mengurangi pengambilan risiko pada bank-bank komersial. Agoraki dkk. (2011) juga menemukan bahwa capital requirement mengurangi risiko secara umum. Selain itu, temuan penelitian yang diperoleh Berger dkk. (2014) menunjukkan bahwa intervensi regulasi dan capital support mampu menurunkan pengambilan risiko bank. Hasil-hasil penelitian terdahulu yang tidak konsisten diduga karena ada faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Murray (1990) menjelaskan bahwa agar dapat merekonsiliasi hasil yang saling bertentangan diperlukan pendekatan kontingensi untuk mengindentifikasi variabel lain yang bertindak sebagai pemoderasi ataupun pemediasi dalam model riset. Penelitian ini menggunakan struktur kepemilikan dan charter value sebagai variabel pemoderasi. Variabel ini diidentifikasikan dari penelitian-penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa struktur kepemilikan dan charter value mempengaruhi perilaku pengambilan risiko bank.
6 6 Struktur kepemilikan ditentukan dari persentase kepemilikan saham dalam suatu perusahaan. Pihak dengan proporsi kepemilikan saham yang besar dapat mengawasi dan mengontrol aktivitas manajerial perusahaan. Sesuai dengan riset yang dilakukan oleh Laeven dan Levine (2009), struktur kepemilikan dalam penelitian ini dilihat dari perspektif shareholder. Dengan kepemilikan saham yang besar, shareholder mempunyai hak kontrol dan hak aliran kas yang besar pula (ini disebut dengan large shareholder). Shareholder memiliki dorongan yang kuat untuk memaksimalkan keuntungan dengan cara mengumpulkan informasi perusahaan dan memantau kinerja manajer. Kepemilikan saham yang meningkat menyebabkan shareholder memiliki insentif yang lebih besar untuk meningkatkan keuntungan perusahaan dengan mengambil proyek-proyek berisiko (dalam keadaan ceteris paribus). Large shareholder memiliki pengaruh yang signifikan pada keputusan finansial dan dapat membentuk perilaku pengambilan risiko, yang nantinya akan berpengaruh pada kemampuan berkompetisi dan kelangsungan hidup perusahaan (Paligorova, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan Marco dan Fernandez (2008) menjelaskan bahwa bank komersial yang merupakan perusahaan berorientasi pada pemegang saham, menunjukkan kecenderungan pengambilan risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank tabungan, yakni bank dengan struktur kepemilikan lebih menyebar. Hasil yang sama ditemukan oleh Paligorova (2010), yakni adanya hubungan positif antara kepemilikan saham yang besar oleh shareholder dengan pengambilan risiko perusahaan.
7 7 Laeven dan Levine (2009) menjelaskan bahwa struktur kepemilikan mempengaruhi perilaku bank dalam menanggapi penerapan regulasi. Large shareholder mempunyai kekuasaan untuk mempengaruhi pengambilan kebijakan perusahaan dalam menanggapi official regulations yang ditetapkan. Bila dalam suatu bank terdapat large shareholder, dapat diperkirakan bahwa regulasi yang diberlakukan bukannya menurunkan risiko, tetapi cenderung menimbulkan peningkatan pengambilan risiko. Ketatnya capital requirement mengakibatkan large shareholder memilih berinvestasi pada proyek berisiko untuk mengkompensasi hilangnya utilitas, sehingga shareholder tersebut berusaha mempengaruhi keputusan yang dibuat manajemen untuk meningkatkan risiko yang diambil. Selain variabel struktur kepemilikan, peneliti menggunakan charter value sebagai variabel pemoderasi. Charter value adalah nilai sekarang dari keuntungan masa depan yang diharapkan perusahaan. Dalam lingkungan yang kompetitif, sebagian besar perusahaan akan sulit menghasilkan laba yang stabil karena mereka cenderung menurunkan harga produk untuk dapat membayar seluruh cost perusahaan. Tetapi, jika perusahaan dapat mengembangkan produk dengan teknologi terkini ataupun memiliki sumber daya yang unggul, tidak menutup kemungkinan bahwa perusahaan mempunyai prospek laba yang baik (Demsetz dkk., 1996). Pada penelitian yang dilakukan oleh Fisher dkk. (2001), dijelaskan bahwa besarnya charter value tergantung pada bagaimana bank dapat unggul dalam persaingan di industri perbankan, sebagai contoh pembukaan kantor cabang baru di tiap-tiap kota menandakan adanya pertumbuhan positif sehingga bank
8 8 menjadi lebih profitable. Selain itu, charter value juga berasal dari faktor efisiensi dan lending relationship. Bank yang dikelola secara efisien memiliki peluang pertumbuhan yang lebih besar. Lending relationship yang terjalin antara bank dengan nasabah memberikan keuntungan berupa akses atas informasi pribadi nasabah yang belum tentu dimiliki oleh bank lain. Hal ini akan mengurangi cost of loan origination yang dikeluarkan bank dalam proses pemberian kredit. Bank dengan charter value yang tinggi cenderung beroperasi lebih aman, misalnya bank akan menetapkan jumlah modal lebih dari yang disyaratkan regulator untuk menanggulangi gagal bayar yang mungkin terjadi pada debitur berisiko tinggi. Hasil penelitian Demsetz dkk. (1996) menunjukkan bahwa charter value yang tinggi mendorong bank untuk mengambil risiko portofolio lebih kecil, sehingga menurunkan tingkat risiko secara keseluruhan. Charter value pun mampu mengurangi moral hazard yang muncul terkait dengan government safety net (seperti, deposit insurance). Hal yang sama juga ditemukan oleh Cebenoyan dkk. (1999) bahwa peningkatan charter value menurunkan pengambilan risiko. Schenck (2014) melakukan penelitian mengenai hubungan charter value dan pengambilan risiko pada institusi keuangan di Amerika Serikat dari tahun 1995 sampai Hasil penelitian menjelaskan bahwa tingginya charter value diikuti dengan penurunan pengambilan risiko. Seperti yang diungkapkan oleh Jokipii (2008), charter value dapat membantu mengurangi pengambilan risiko yang berlebihan. Bank dengan charter value yang tinggi akan beroperasi lebih hati-hati dan memilih strategi bisnis yang rendah risiko untuk mengurangi kemungkinan penurunan charter value. Oleh
9 9 karena itu, pengaruh positif capital requirement terhadap pengambilan risiko akan melemah dengan meningkatnya charter value yang dimiliki bank. Awalnya, ketatnya regulasi yang diterapkan akan meningkatkan risiko bank. Namun, pengalokasian modal yang cukup besar untuk mematuhi capital requirement menyebabkan kenaikan cash flow yang diikuti dengan peningkatan charter value sehingga bank cenderung memilih berinvestasi pada proyek yang aman (Milne dan Whalley, 2001). Pernyataan yang berbeda disampaikan oleh Hellmann dkk. (2000) bahwa tingginya capital requirement menyebabkan kenaikan cost of capital dan menurunkan return dari kegiatan lending bank. Tingkat charter value pun akan menurun dan mendorong bank untuk mengambil risiko yang lebih besar. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Laeven dan Levine (2009) yang menguji hubungan pengambilan risiko, struktur kepemilikan, dan regulasi bank. Peneliti menambahkan charter value sebagai variabel pemoderasi yang didasarkan dari penelitian Milne dan Whalley (2001) mengenai peraturan modal bank dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan risiko. Di Indonesia, pengambilan risiko bank belum banyak diteliti dalam riset-riset akuntansi. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan pengujian guna memberikan bukti empiris mengenai bagaimana pengaruh regulasi pada pengambilan risiko bank dengan struktur kepemilikan dan charter value sebagai variabel moderasi.
10 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah capital requirement berpengaruh pada pengambilan risiko bank? 2) Apakah struktur kepemilikan memoderasi pengaruh capital requirement pada pengambilan risiko bank? 3) Apakah charter value memoderasi pengaruh capital requirement pada pengambilan risiko bank? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh capital requirement pada pengambilan risiko bank. 2) Untuk memperoleh bukti empiris mengenai struktur kepemilikan yang memoderasi pengaruh capital requirement pada pengambilan risiko bank. 3) Untuk memperoleh bukti empiris mengenai charter value yang memoderasi pengaruh capital requirement pada pengambilan risiko bank. 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian, maka manfaat penelitian yang diharapkan adalah: 1) Manfaat akademis Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan bukti empiris dan gambaran mengenai variabel-variabel yang dapat mempengaruhi
11 11 pengambilan risiko bank di Indonesia. Penelitian juga diharapkan dapat memberikan kontribusi konseptual bagi pengembangan literatur dalam bidang akuntansi keuangan, khususnya yang terkait mengenai perilaku pengambilan risiko. 2) Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar masukan dan pertimbangan bagi pihak-pihak terkait. (1) Penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi bagi Bank Indonesia dalam menetapkan kebijakan-kebijakan yang mengelola dan mengendalikan risiko bank umum. (2) Bagi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan informasi mengenai perilaku pengambilan risiko bank sehingga lembaga ini dapat mengatur dan mengawasi sektor perbankan secara optimal.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih (principal) dengan orang lain (agent) dimana principal mendelegasikan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan Hubungan keagenan merupakan sebuah kontrak antara satu orang atau lebih (principal) dengan orang lain (agent) dimana principal mendelegasikan wewenang pengambilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis, sebuah perusahaan menjalankan kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia bisnis, sebuah perusahaan menjalankan kegiatan operasionalnya untuk memperoleh laba dan memaksimumkan nilai perusahaan. Laba yang didapatkan perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bisa dipastikan bahwa semua orang sudah mengerti arti bank, baik yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisa dipastikan bahwa semua orang sudah mengerti arti bank, baik yang pernah mendapatkan pendidikan mengenai perbankan maupun yang tidak, tahu arti umum dari bank.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap perusahaan memiliki struktur keuangan yang terdiri dari hutang, modal sendiri, dan laba ditahan. Akan tetapi, perusahaan perbankan memiliki struktur pendanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank merupakan salah satu pelaku utama dari perekonomian negara karena berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku ekonomi tidak hanya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan
31 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Risiko kredit atau dalam bahasa asing disebut credit risk adalah suatu potensi kerugian yang disebabkan oleh ketidak mampuan (gagal bayar) dari debitur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, sektor perbankan sangat berperan penting dalam memobilisasikan dana masyarakat untuk berbagai tujuan. Dahulu sektor perbankan tersebut tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional menjadi salah satu fokus utama pemerintah untuk menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor ekonomi menjadi salah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di beberapa negara maju, sumber dana eksternal bagi perusahaanperusahaan non-keuangan, sebagian besar berasal dari pinjaman, dan pinjaman yang didapatkan sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan perbankan adalah salah satu industri yang ikut berperan serta dalam pasar modal, disamping industri lainnya seperti industri manufaktur, pertanian, pertambangan,
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan Capital
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), BOPO, dan Net
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi sangat bergantung pada keberadaan sektor perbankan yang berfungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja keuangan bank merupakan suatu gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu, baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Penilaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kerangka Teoritis 1. Agency Theory Dalam penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori agensi. Jensen and Meckling (1976) menjelaskan hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas dalam sektor perbankan yang tinggi dapat meningkatkan resiko
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat kompleksitas yang tinggi dapat mempengaruhi performa suatu kinerja suatu bank. Kompleksitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank sebagai lembaga keuangan yang memegang peranan penting dalam perekonomian di setiap negara, merupakan sebuah alat yang dapat mempengaruhi suatu pergerakan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/12/KEP/DIR tanggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perbankan di Indonesia telah mengalami pasang dan surut. Kestabilan lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini tidak hanya
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. suatu negara bahkan antar negara (Guidara, 2013). Pada awalnya, bank merupakan lembaga
Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu pelaku utama dari perekonomian negara karena berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku ekonomi tidak hanya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lain risiko kredit, yaitu risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan usahanya, bank menghadapi berbagai risiko antara lain risiko kredit, yaitu risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty memenuhi kewajibannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di bidang perbankan. Bank merupakan lembaga keuangan yang peranannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan yang menarik di bidang ekonomi saat ini adalah di bidang perbankan. Bank merupakan lembaga keuangan yang peranannya penting untuk perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (2001), Rahmawati, dkk., (2007) dan Nasution dan Setiawan (2007). Hasil penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, penelitian mengenai adanya indikasi laba di sektor perbankan konvensional telah dilakukan oleh banyak peneliti, antara lain Setiawati dan Na'im
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis jasa keuangan yang dikelola oleh Desa Pekraman atau Desa Adat. Badan usaha
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang tersebar di wilayah Bali merupakan bisnis jasa keuangan yang dikelola oleh Desa Pekraman atau Desa Adat. Badan usaha LPD
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penyimpan, pemerintah dan masyarakat (Audhya, 2014). Profitabilitas merupakan
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Profitabilitas Profitabilitas di dalam dunia perbankan sangat penting baik untuk pemilik, penyimpan, pemerintah dan masyarakat (Audhya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan sarana yang digunakan oleh para investor untuk kegiatan investasi serta sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain seperti pemerintahan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008 perbankan Indonesia mulai terkena dampaknya dari krisi global tersebut. Dampak langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri perbankan di Indonesia telah mengalami perkembangan yang signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi keuangan, moneter dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya pada masyarakat dalam bentuk kredit. Dari definisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis keuangan global yang melanda seluruh dunia pada tahun 2008 atau yang lebih dikenal dengan Subprime Mortgage Crisis berawal dari krisis keuangan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan kondisi perekonomian dunia usaha, baik perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perkembangan kondisi perekonomian dunia usaha, baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil saat ini mengalami persaingan yang semakin pesat dan tajam. Hal tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik negara-negara di dunia termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis global yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat telah memberikan dampak pada memburuknya kondisi perekonomian global. Pemulihan terhadap kondisi ekonomi global
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu negara dan dengan cepat berimbas ke negara lain. Salah satu bukti konkretnya adalah krisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan investasinya. Selama ini kebijakan BI rate selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BI rate merupakan salah satu faktor yang digunakan investor dalam menentukan keputusan investasinya. Selama ini kebijakan BI rate selalu ditunggu oleh para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gejolak krisis keuangan global telah mengubah tatanan perekonomian dunia. Krisis global yang berawal di Amerika Serikat pada tahun 2007, semakin dirasakan dampaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kembali dalam bentuk kredit. Artinya, bank memiliki fungsi sebagai lembaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan lembaga keuangan, khususnya bank, dewasa ini sangat penting bagi kelangsungan perekonomian masyarakat dan negara. Bank menjalankan kegiatan usahanya dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melakukan berbagai transaksi bisnis dan pembayaran-pembayaran tagihan.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan Indonesia telah memainkan berbagai peranan penting dalam menggerakkan roda perekonomian Indonesia. Salah satu fungsi dari perbankan adalah intermediasi keuangan,
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat modern. Sistem pembayaran dan intermediasi hanya dapat terlaksana bila ada sistem keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 sangat memprihatinkan karena telah mengakibatkan sendi-sendi dan potensi ekonomi mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998, bank didefinisikan. dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Industri perbankan merupakan salah satu industri dengan pertumbuhan yang pesat di Indonesia. Dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998, bank didefinisikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menurut pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Eksistensi perbankan sangat diperlukan dalam suatu negara, untuk itu perlu diadakan pengawasan pembinaan usaha agar usaha bank dapat berjalan sesuai dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak lepas dari peranan sektor perbankan sebagai lembaga pembiayaan bagi sektor riil. Pembiayaan yang diberikan sektor perbankan kepada sektor riil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebijakan kebijakan pemerintah dalam bidang perbankan antara lain adalah paket deregulasi Tahun 1983, paket kebijakan 27 Oktober 1988, paket kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain yang ditopang oleh bank tersebut. Fungsi bank sebagai perantara (financial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, sektor riil memperoleh bantuan pembiayaan dari lembaga keuangan bank untuk menunjang proses bisnisnya. Dana tersebut akan membantu berlangsungnya proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan debt to equity ratio. Rasio ini merupakan rasio hutang yang digunakan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal atau bursa efek merupakan suatu obyek penelitian yang menarik untuk diteliti. Hal ini dikarenakan bahwa pasar modal memiliki daya tarik. Pertama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perekonomian suatu negara saat ini Lembaga Perbankan memiliki peranan yang cukup penting, bahkan dalam kehidupan masyarakat modern sehari-hari sebagian besar melibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara. Kinerja perbankan yang kuat akan menopang berbagai sektor ekonomi termasuk didalamnya sektor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian global membawa pengaruh terhadap kondisi ekonomi Indonesia. Krisis keuangan Amerika Serikat yang terjadi tahun 2008 berawal dari subprime
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia perbankan Indonesia semakin menghadapi banyak tantangan, terutama menghadapi pasar global. Di dalam melaksanakan bisnis, perbankan Indonesia akan dihadapkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan dalam perekonomian suatu negara memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting. Perbankan merupakan salah satu sub sistem keuangan yang paling penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan
BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran penting dalam melakukan bisnis perekonomian. Pasar modal menjembatani bertemunya investor yang menginvestasikan dananya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad 21 persaingan dunia usaha semakin ketat. Perusahaanperusahaan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Memasuki abad 21 persaingan dunia usaha semakin ketat. Perusahaanperusahaan dituntut untuk dapat bekerja keras meningkatkan kapasitasnya dalam banyak hal untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. intermediaris atau perantara yang menghubungkan pihak pihak yang memiliki dana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan perusahaan jasa yang menyediakan jasa keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai intermediaris
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (demand deposit), tabungan (savings), dan deposito berjangka (time
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perbankan di Indonesia memiliki peranan penting dalam menumbuhkan perekonomian nasional. Hal tersebut dikarenakan dalam kegiatan perekonomian tidak akan pernah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan laba perbankan akan tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun 2014 yang pertumbuhannya hanya 5%. Secara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Menengah) di Indonesia sangat penting dan strategis. UMKM telah lama diyakini
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran dan potensi usaha kecil atau UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) di Indonesia sangat penting dan strategis. UMKM telah lama diyakini merupakan sendi utama perekonomian
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dan telah dijelaskan pula di bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Capital Adequacy Ratio (CAR),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perbankan merupakan urat nadi perekonomian di seluruh negara. Tidak sedikit roda-roda perekonomian terutama di sektor riil digerakkan oleh perbankan baik secara langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian dikarenakan bank berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 yang menyebabkan merosotnya nilai rupiah hingga terjadinya krisis keuangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan perbankan adalah lembaga keuangan yang berfungsi sebagai penyalur keuangan antar satu nasabah dengan nasabah dengan yang lain, sehingga bisa dikatakan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk
18 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Masalah nilai dan pengukuran sudah lama menjadi isu ekonomi khususnya akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk menilai kesehatan suatu bank, di mana bank dengan kinerja yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi perekonomian suatu negara tidak lepas dari kontribusi sektor perbankan, di mana usaha-usaha bank ikut berjasa dalam menghimpun dana dan menyalurkannya kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sektor Properti Sektor properti merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan dalam perekonomian, sebab sektor properti menjual produk yang
Lebih terperinciekonomi Kelas X BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Sentral Tujuan Pembelajaran
KTSP & K-13 Kelas X ekonomi BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami fungsi serta peranan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk sarana mendapatkan dana dalam jumlah besar dari masyarakat pemodal (investor), baik dari dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga intermediasi bagi pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Di samping itu, bank juga sebagai suatu industri yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Selain itu, bank juga dikenal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Selain itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor perbankan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah menetapkan undang-undang mengenai Mortgage (Perumahan). Peraturan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini lembaga perbankan memiliki pengaruh yang besar terhadap perekonomian Indonesia, dibuktikan dengan adanya krisis Ekonomi Global yang baru-baru ini
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian dan Fungsi Kredit Menurut Dahlan Siamat (2005 : 349), kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian global pada tahun 2009 hingga saat ini menunjukkan kondisi yang penuh dengan ketidakpastian yang disebabkan oleh krisis ekonomi global. Krisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas ekonomi suatu negara. Sebab sektor perbankan mempunyai tugas utama sebagai lembaga penghimpun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdampak kepada Indonesia. Krisis keuangan tersebut disebabkan oleh jatuhnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2008 dunia dihadapkan pada krisis keuangan global yang juga berdampak kepada Indonesia. Krisis keuangan tersebut disebabkan oleh jatuhnya beberapa lembaga
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan dan telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lapisan masyarakat. Secara umum, bank memiliki fungsi utama. lembaga intermediasi, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan perusahaan jasa yang menyediakan jasa bagi seluruh lapisan masyarakat. Secara umum, bank memiliki fungsi utama sebagai lembaga intermediasi, yaitu menghimpun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank. Semakin tinggi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyaluran kredit dilakukan sebagai salah satu akibat dari besarnya kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank. Semakin tinggi produktivitas suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1 a. Perkembangan penerimaan pembiayaan musyarakah
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Bank menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah lembaga yang berperan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Bank menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh media massa dan dibahas
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dan telah dijelaskan pula di bab-bab sebelumnya, maka dapat di ambil simpulan sebagai berikut: 1. Perkembangan Capital Adequacy
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan memegang peranan yang sangat penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem keuangan memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Bank merupakan bagian sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu negara, bahkan pada
Lebih terperinciKEMAMPUAN RASIO CAMEL DALAM MEMPREDIKSI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT : INFLASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
KEMAMPUAN RASIO CAMEL DALAM MEMPREDIKSI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT : INFLASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI Tesis Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajad S-2 Gelar Magister Manajemen Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi sedangkan yang lain adalah lembaga keuangan non-bank (LKBB). Bank
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bank merupakan lembaga keuangan yang terlibat dalam suatu pembiayaan ekonomi sedangkan yang lain adalah lembaga keuangan non-bank (LKBB). Bank menurut Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga atau badan usaha yang saat ini mulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan suatu lembaga atau badan usaha yang saat ini mulai berkembang. Bank berperan untuk menghimpun dana dari masyarakat berupa simpanan dan menyalurkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah pada dasamya merupakan suatu industri keuangan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan syariah pada dasamya merupakan suatu industri keuangan yang memiliki sejumlah perbedaan mendasar dalam kegiatan utamanya dibandingkan dengan perbankan konvensional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Resesi ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat telah menyebabkan kasus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Resesi ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat telah menyebabkan kasus subprime mortgage di sektor perumahan, disusul kemudian dengan naiknya harga minyak
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Manajemen keuangan sangat penting dalam semua jenis perusahaan, termasuk bank dan lembaga keuangan lainnya, serta perusahaan industri dan retail. Manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Domestik Bruto (PDB) dalam jangka panjang. Demikian juga halnya pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi antara lain bertujuan untuk meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) dalam jangka panjang. Demikian juga halnya pembangunan ekonomi Daerah Provinsi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai analisis Kesehatan Bank terhadap Harga Saham pada Perbankan BUMN Go Public periode tahun 2007-2011,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. tidak seluruhnya disebabkan karena terjadinya krisis moneter saja tetapi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis moneter terjadi di Indonesia pada Juli 1997. Krisis berlangsung hampir dua tahun sehingga berubah menjadi krisis ekonomi. Krisis ekonomi adalah lumpuhnya kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipicu oleh fenomena gagal bayar subprime mortgage bertransformasi menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis finansial tercatat banyak terjadi hingga tahun 2013. Krisis tersebut menimpa perusahaan, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kegagalan menjaga likuiditas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor kelembagaan dan inovasi ekonomi. Keberadaan sektor perbankan sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi dewasa ini mengakibatkan semakin kompleksnya sektor kelembagaan dan inovasi ekonomi. Keberadaan sektor perbankan sebagai sub sistem dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaan. Informasi tentang laba mengukur keberhasilan atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laba merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan. Informasi tentang laba mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat -giatnya melaksanakan pembangunan segala bidang kehidupan, salah satunya adalah di bidang perekonomian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modal yang menghasilkan laba tersebut. Sama seperti pernyataan Pandia. mengukur efektivitas perusahaan memperoleh laba.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profitabilitas sebagai salah satu acuan dalam mengukur besarnya laba menjadi begitu penting untuk mengetahui apakah perusahaan telah menjalankan usahanya secara
Lebih terperinci