BAB I PENDAHULUAN. Pola asuh orang tua merupakan perlakuan orang tua dalam mendidik anak- anak secara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Pola asuh orang tua merupakan perlakuan orang tua dalam mendidik anak- anak secara"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola asuh orang tua merupakan perlakuan orang tua dalam mendidik anak- anak secara baik dan benar. Pola asuh orang tua ini merupakan dasar bagi anak dalam belajar menjadi pribadi yang mandiri dan mampu berelasi dengan orang lain sesuai dengan norma- norma sosial yang ada di masyarakat. Pada hakekatnya terdapat beberapa jenis pola asuh orang tua yang biasa diterapkan orang tua sebagai dasar bagi anak dalam berelasi. Menurut Silalahi (2010:10), Ada beberapa jenis pola asuh yang biasa diterapkan orang tua untuk anakanaknya. Jenis pola asuh itu yaitu: (1) Pola asuh otoriter yaitu,pola pengasuhan yang sangat ketat adanya sikap pengekangan orang tua. (2) Pola asuh demokratis membuka kesempatan bagi anak untuk membuat keputusan bagi dirinya, anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab. (3) pola asuh permisif adalah pola pengasuhan dimana orang tua hanya memberikan sedikit perintah dan tidak menggunakan kekerasan dan anak diperbolehkan mengatur tingkah lakunya sendiri. Pola asuh orang tua merupakan awal pembentukan kepribadian seorang anak. Dalam kaitan ini terlihat betapa pentingnya posisi dan kedudukan pola asuh orang tua membantu anak berelasi dengan orang lain. Pola asuh orang tua adalah suatu cara perlakuan orang tua kepada anak yang dilihat dari berbagai segi antara lain dari cara orang tua menunjukkan sikap otoriter, cara orang tua memberikan perhatian atau tanggapan terhadap keinginaan anak, atau bagaimana cara orang tua mendidik anak-anak baik secara langsungmaupun tidak langsung. Maksud dari pendidikan

2 secara tidak langsung yaitu adanya kesibukan dari orang tua sehingga anak diasuh oleh orang lain, atau ditempatkan pada tempat penelitipan anak. Orang tua merupakan komponen penting dalam keluarga, karena orang tua memiliki tanggung jawab dalam membesarkan anak. Peranan dan tanggung jawab orang tua dalam hal ini berupa penerapan pola asuh yang tepat. Penerapan pola asuh orang tua dalam membangun relasi sosial anak sangat penting. Hal mana pola asuh orang tua adalah sebagai upaya orang tua dalam mengasuh, membimbing, mengarahkan, dan meletakan norma- norma etika yang baik dalam berelasi sosial, dimana tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus tumbuh kembang dan dibina melalui latihan atau penanaman kebiasaan dengan teladan tertentu yang dimulai sejak anak berada dalam lingkungan keluarga. Anak akan belajar tentang cara membangun relasi yang baik melalui etika-etika dalam keluarga. Relasi sosial juga disebut hubungan sosial yang merupakan hubungan timbal balik antara individu yang satu dengan individu yang lain dan saling mempengaruhi. Suatu relasi sosial atau hubungan sosial dikatakan timbal balik apabila ada tindakan tindakan yang datang dari pihak lain. Dalam membangun relasi sosial salah satu kunci adalah komunikasi. Komunikasi yang baik merupa kan suatu proses penyampaian pesan atau perasaan kepada orang lain sehingga menimbukan responden, dalam hal ini berkaitan dengan relasi sosial. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di SMA Negeri 7 Kupang tahun pelajaran 2016/2017 banyak masalah yang muncul, misalnya siswa- siswa sering mengeluarkan kata kasar dalam berkomunikasi, sering terjadi perkelahian dengan menggunakan alat tajam, terjadi kecemburuan dalam pergaulan, suka mencari perhatian dalam kelas, sering mengejek temanteman, sering terjadi pengeroyokan yang melibatkan keluarga dalam perkelahian di sekolah. Anak kurang mendapatkan perhatian dari orang tua, seperti kebiasaan yang salah oleh anak

3 dibiarkan tanpa ada teguran dari orang tua. akibatnya banyak siswa tidak memiliki rasa untuk saling menghargai dalam lingkungan sekolah. Berdasarkan realitas yang terjadi maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitiandengan Judul Hubungan antara pola asuh orang tua menurut persepsi siswa dan relasi sosial siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 7 Kupang tahun Pelajaran 2016/2017. B. Perumusan Masalah 1. Masalah umum Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua menurut persepsi siswa dan relasi sosial siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 7 Kupang tahun pelajaran 2016/ 2017? 2. Masalah khusus Berdasarkan rumusan masalah umum maka masalah khusus dari penelitian ini adalah: a. Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua yang otoriter dan relasi sosial siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 7 Kupang tahun pelajaran 2016/2017? b. Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua yang demokratis dan relasi sosial siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 7 Kupang tahun pelajaran 2016/2017? c. Apakah ada hubungan antara pola asuh tua yang permisif dan relasi sosial siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 7 Kupang tahun pelajaran 2016/2017? C. Tujuan penelitian 1 ) Tujuan Umum

4 Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua menurut persepsi siswa dan relasi sosial siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 7 Kupang tahun pelajaran 2016/ ) Tujuan Khusus Berdasarkan tujuan umum maka tujuan khusus dalam penelitian ini adalah : a Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua yang otoriter dan relasi sosial siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 7 tahun pelajaran 2016/2017. b Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua yang demokratis dan relasi sosial siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 7 Kupang tahun pelajaran 2016/2017. c Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua yang permisif dan relasi sosial siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 7 Kupang tahun pelajaran 2016/2017. D. Manfaat penelitian Penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut: 1. Bagi Kepala Sekolah Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Kepala Sekolah sebagai penanggung jawab di sekolah untuk mengadakan kegiatan-kegiatan yang bisa membagun relasi diantara para siswa. 2. Bagi Konselor Sekolah Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam penyusunaan program layanan bimbingan dan konseling untuk lebih membantu para siswa yang mengalami masalah dalam membangun relasi sosial dengan orang lain. 3. Bagi para guru

5 Hasil penelitian ini dapat menjadikan bahan masukan bagi guru agar dapat bekerja sama dengan orang tua/wali siswa untuk memperhatikan pola asuh orang tua dirumah dan relasi siswa disekolah. E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini lebih berfokus pada objek yang diteliti. Adapun batasan penelitian atau ruang lingkup penelitian mencakupi hal-hal sebagai berikut. 1. Variabel penelitian Penelitian ini terdiri 2 variabel yaitu variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua, dan variabel terikat (Y) adalah relasi sosial. 2. Populasi dan sampel Penelitian a. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 7 Kupang tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 25 orang. b. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 7 Kupang tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 25 orang. 3. Lokasi penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada SMA Negeri 7 Kupang Jl. Frans Daromes Tofa- Maulafa. 4. Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada 8 September 2016

6 F. Penegasan Konsep Ada beberapa konsep dalam penelitian ini yang perlu didefinisikan atau ditegaskan pengertian-pengertiannya, agar kita dapat memiliki pemahaman-pemahaman yang sama. Konsep-konsep yang dimaksud adalah: 1) Pola asuh orang tua Berikut ini diuraikan konsep tentang pola asuh orang tua menurut para ahli antara lain : a. Menurut Lestari (2012:212), Pola asuh orang tua adalah tindakan-tindakan yang dilakukan orang tua dalam rangka melakukan tugas pengasuhan yang umumnya mencakup kontrol, pemantauan, dukungan, keterlibatan, komunikasi, kedekatan, dan kedisiplinaan. b. Menurut Silalahi (2010:10), Pola asuh orang tua adalah perlakuan orang tua dalam memberikan perlindungan dan pendidikan anak dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan masalah pola asuh orang tua yang efektif kepada anak- anaknya dalam keluarga. c. Selanjutnya Silalahi (2010:10), Menjelaskan ada beberapa jenis pola asuh yang biasa diterapkan orang tua untuk anak- anaknya. Jenis pola asuh itu yaitu: (1) Pola asuh otoriter yaitu, pola pengasuhan yang sangat ketat adanya sikap pengekangan orang tua. (2) Pola asuh demokratis membuka kesempatan bagi anak untuk membuat keputusan bagi dirinya, anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab. (3) pola asuh permisif pola pengasuhan dimana orang tua hanya memberikan sedikit perintah dan tidak menggunakan kekerasan dan anak diperbolehkan mengatur tingkah lakunya sendiri. Dari ketiga pendapat ahli dapatdisimpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah suatu cara yang diterapkan oleh orang tua kepada anak untuk mendidik dan melindungi anak

7 sebagai rasa tanggung jawab orang tua kepada anak melalui pola asuh otoriter, demokratis, permisif dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pola asuh orang tua adalah suatu cara orang tua mendidik dan membina anak, dengan menerapkan pola asuh otoriter, permisif, demokratis pada siswa XI Kelas IPS 1 SMA Negeri 7 Kupang tahun pelajaran 2016/ Persepsi Berikut ini peneliti mengutip beberapa konsep mengenai persepsi menurut para ahli, sebagai berikut : a. Menurut Rahmat (2012:64), Persepsi adalah Pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan penafsiran pesan. b. Menurut Daryanto (2009:103), Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungan. Berdasarkan pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah pandangan yang mengartikan keadaan. Dalam penelitian ini persepsi merupakan pemberian arti atau mengartikan keadaan yang ada di sekitarnya siswa kelas XI 1 IPS SMA Negeri 7 Kupang tahun pelajaran 2016/ Relasi Sosial Berikut ini peneliti mengutip beberapa konsep mengenai relasi sosial menurut para ahli, sebagai berikut :

8 a. Menurut Walgito (2004:32), Relasi sosial adalah hubungan individu yang satu dengan yang lain dimana individu yang satu dapat mempengaruhi yang lain atau sebaliknya. b. Menurut Borner (2009:54), Relasi sosial adalah hubungan antara dua individu atau lebih, dimana individu yang satu mempengaruhi, mengubah dan memperbaiki kelakuan individu yang lain. c. Budytha ( ) menjelaskan cara- cara membangun relasi sosial antara lain; membuka diri, membangun kepercayaan, dan komunikasi. Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa relasi sosial adalah hubungan antara dua orang atau lebih yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan relasi sosial adalah hubungandiantara individuyang saling membuka diri, membangun kepercayaan dan komunikasi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 7 Kupang tahun pelajaran 2016/2017. G. Anggapan Dasar dan Hipotesis Penelitian 1. Anggapan Dasar Arikunto (2010:65) berpendapat Anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai tempat berpijak bagi peneliti dalam melaksanakan penelitiannya. Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa perlunya anggapan dasar dalam penelitian adalah : (a) agar ada dasar berpijak yang kokoh bagi masalah yang akan diteliti. (b) untuk mempertegas variabel yang menjadi pusat perhatian penelitian. (c) guna menentukan dan merumuskan hipotesis Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa anggapan dasar merupakan titik tolak atau pedoman kerja yang kokoh

9 untuk mempertegas variabel, guna menentukan dan merumuskan hipotesis dalam penelitian. Dengan demikian anggapan dasar dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Relasi sosial siswa di sekolah disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu faktor adalah pola asuh orang tua. b. Semakin tepat pola asuh yang diterapkan oleh orang tua maka semakin baik relasi sosial anak, sebaliknya semakin kurang tepat pola asuh orang tua maka semakin buruk relasi sosial siswa. 2. Hipotesis Hipotesis adalah pernyataan tentatif yang merupakan dugaan atau suatu jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang sebenarnya harus diuji melalui proses penelitian. Sebagaimana diungkapkan Nasir (Arikunto,2010:13), Hipotesis merupakan pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada satu fenomena dan merupakan dasar kerja dan panduan dalam verifikasi. Berdasarkan pendapat ahli tersebut, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara yang kebenaran masih diuji dengan data yang diperoleh di lapangan. Berdasarkan keluasan atau ruang lingkup variabel yang diuji maka hipotesis ada dua macam yaitu Hipotesis mayor dan hipotesis minor. Hipotesis mayor merupakan hipotesis pokok yang akan diuji kebenaranya dalam suatu penelitian. Hipotesis minor merupakan perluasan dari hipotesis mayor. a. Hipotesis mayor dalam penelitian ini adalah : 1) Hipotesis Nol (Ho)

10 Tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua menurut persepsi siswa dan relasi sosial siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 7 Kupang tahun pelajaran 2016/ ) Hipotesis Alternatif (Ha) Ada hubungan antara pola asuh orang tua menurut persepsi siswa dan relasi sosial XI IPS 1 SMA Negeri 7 Kupang tahun pelajaran2016/ b. Hipotesis minor dalam penelitian ini adalah 1) Hipotesis Nol (Ho) a) Ho 1 : tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua yang otoriter menurut persepsi siswa dan relasi sosial siswa kelas XI 7 Kupang tahun pelajaran 2016/2017. b) Ho 2 : tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua yang demokratis menurut persepsi siswa dan relasi sosial XI IPS 1 SMA Negeri 7 Kupang tahun pelajaran 2016/2017. c) Ho 3 : tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua yang permisif menurut persepsi siswa dan relasi sosial siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 7 Kupang tahun pelajaran 2016/ ) Hipotesis Kerja (Ha) a) Ha 1 : ada hubungan antara pola asuh orang tua yang otoriter menurut persepsi siswa dan relasi sosial siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 7 Kupang tahun pelajaran 2016 /2017.

11 b) Ha 2 : ada hubungan antara pola asuh orang tua yang demokratis menurut persepsi siswa dan relasi sosial siswa kelas XI IPS 1 7 Kupang tahun pelajaran 2016/2017. c) Ha 3 : ada hubungan antara pola asuh orang tua yang permisif menurutpersepsi siswa dan relasi sosial siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 7 Kupang tahun pelajaran 2016/2017.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kemandirian anak, sehingga pendidikan anak tidakdapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kemandirian anak, sehingga pendidikan anak tidakdapat dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan wadah pendidikan yang sangat besar pengaruhnyadalam perkembangan kemandirian anak, sehingga pendidikan anak tidakdapat dipisahkan dari keluarganya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan juga makhluk sosial. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan juga makhluk sosial. Sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu dan juga makhluk sosial. Sebagai makluk sosial manusia tidak terlepas dari manusia yang lain. Secara kodrati manusia selalu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia diberi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia diberi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia diberi kemampuan lebih dibanding makhluk lain. Kelebihan dan keunggulan manusia dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk budaya yang memiliki ciri-ciri yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk budaya yang memiliki ciri-ciri yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk budaya yang memiliki ciri-ciri yang berbeda antara satu dengan yang lain. Perbedaan inilah yang merupakan keunikan dari manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, kepintaran, kemampuan berpikir seseorang atau kemampuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, kepintaran, kemampuan berpikir seseorang atau kemampuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat umum mengenal intelligence sebagai istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran, kemampuan berpikir seseorang atau kemampuan untuk memecahkan problem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk manusia yang berkualitas, berkompeten, dan bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. membentuk manusia yang berkualitas, berkompeten, dan bertanggung jawab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan pokok dalam membantu generasi mendatang. Dengan adanya pendidikan diharapkan akan mampu membentuk manusia yang berkualitas, berkompeten,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini, membawa banyak perubahan dalam setiap aspek kehidupan individu. Kemajuan ini secara tidak langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kuat untuk memiliki banyak teman, namun kadang-kadang untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. yang kuat untuk memiliki banyak teman, namun kadang-kadang untuk membangun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia tidak dapat terlepas dari individu lain dan selalu hidup bersama dalam berbagai bentuk hubungan sosial. Seseorang dalam perkembangannya memiliki kebutuhan yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA MENURUT PERSEPSI SISWA DAN RELASI SOSIAL SISWA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA MENURUT PERSEPSI SISWA DAN RELASI SOSIAL SISWA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA MENURUT PERSEPSI SISWA DAN RELASI SOSIAL SISWA (Studi Deskriptif Kuantitatif pada Siswa-Siswi Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 7 Kupang Tahun Pelajaran 2016/2017) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui individu menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri dan juga dengan orang lain yang ada

BAB I PENDAHULUAN. melalui individu menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri dan juga dengan orang lain yang ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makluk individual dan sosial yang pada hakikatnya selalu berinteraksi atau berelasi dengan orang lain dan lingkungan.manusia adalah unik dan berbeda satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapat tempat terdepan dan terutama. Pendidikan merupakan faktor yang sangat esensial

BAB I PENDAHULUAN. mendapat tempat terdepan dan terutama. Pendidikan merupakan faktor yang sangat esensial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era modern ini, bidang pendidikan merupakan salah satu bidang yang mendapat tempat terdepan dan terutama. Pendidikan merupakan faktor yang sangat esensial dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang ada pada diri manusia. Pendidikan mampu menyeimbangkan hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang ada pada diri manusia. Pendidikan mampu menyeimbangkan hidup manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis dalam mengembangkan segenap potensi yang ada pada diri manusia. Pendidikan mampu menyeimbangkan hidup manusia baik sosial,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua orang individu atau lebih,

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua orang individu atau lebih, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua orang individu atau lebih, dimana tingkah laku individu yang satu mempengaruhi, mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan banyak orang dan mutlak dibutuhkan terutama bagi orang yang berusia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan banyak orang dan mutlak dibutuhkan terutama bagi orang yang berusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia kerja merupakan dunia yang sangat kompleks karena menyangkut sumber kehidupan banyak orang dan mutlak dibutuhkan terutama bagi orang yang berusia produktif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori usia remaja yang tidak pernah lepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dilakukan agar seseorang memperoleh pemahaman tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dilakukan agar seseorang memperoleh pemahaman tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dilakukan agar seseorang memperoleh pemahaman tentang suatu ilmu. Pendidikan juga mempermudah seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.

Lebih terperinci

sebagai makhluk sosial maka manusia akan senantiasa berinteraksi dengan orang lain

sebagai makhluk sosial maka manusia akan senantiasa berinteraksi dengan orang lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara kodrati manusia adalah makhluk individual dan sosial. Dalam kodratnya sebagai makhluk sosial maka manusia akan senantiasa berinteraksi dengan orang lain (individu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA SMA

HUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA SMA HUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA SMA Lita Afrisia (Litalee22@gmail.com) 1 Yusmansyah 2 Ratna Widiastuti 3 ABSTRACT The research objective was to determine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia peserta didik (siswa-siswi) dengan cara mendorong dan menfasilitasi

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia peserta didik (siswa-siswi) dengan cara mendorong dan menfasilitasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik (siswa-siswi) dengan cara mendorong dan menfasilitasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya diri dalam beberapa situasi, dan ketakutan dalam situasi lainnya, merasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan lingkungan sosial merupakan bagian yang memberikan pengaruh pada tugas perkembangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan

Lebih terperinci

PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN

PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN Dewi S Simanullang* Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Jiwa dan Komunitas Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa sebagai makhluk sosial harus mampu menunjukkan sikap sosial yang baik guna melanjutkan hubungan yang lancar dengan orang lain. Sikap sosial yang baik tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang-orang yang ada disekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang-orang yang ada disekitarnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan IPTEK yang semakin pesat saat ini mempengaruhi perilaku individu termasuk siswa. Perilaku yang sering muncul pada siswa di sekolah paling banyak pada hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi mendefinisikan perkembangan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X dan kelas XI SMA Theresiana Salatiga. SMA Theresiana Salatiga merupakan sebuah instansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dianggap penting untuk dikembangkan karena sebagai dasar untuk. perkembangan sosial selanjutnya (Maulana, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dianggap penting untuk dikembangkan karena sebagai dasar untuk. perkembangan sosial selanjutnya (Maulana, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa prasekolah, karena pada masa ini anak mengalami kemajuan perkembangan yang optimal terutama perkembangan sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menemukan pribadinya di dalam kedewasaan masing-masing individu secara maksimal,

BAB I PENDAHULUAN. menemukan pribadinya di dalam kedewasaan masing-masing individu secara maksimal, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dimaksudkan untuk membantu siswa tumbuh dan berkembang menemukan pribadinya di dalam kedewasaan masing-masing individu secara maksimal, dalam berbagai aspek

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH OTORITER PADA PERILAKU BELAJAR SISWA SD MENJELANG UJIAN NASIONAL

PENGARUH POLA ASUH OTORITER PADA PERILAKU BELAJAR SISWA SD MENJELANG UJIAN NASIONAL PENGARUH POLA ASUH OTORITER PADA PERILAKU BELAJAR SISWA SD MENJELANG UJIAN NASIONAL Nama : Intan Permatasari NPM : 10509259 Dosen Pembimbing : Ade Wijaya, S.Psi. M.Si LATAR BELAKANG Menurut Baumrind (1967)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian korelasional. Menurut Arikunto (2002) penelitian korelasional bertujuan untuk menemukan ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilakukan di lingkungan mana saja baik di sekolah maupun di luar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilakukan di lingkungan mana saja baik di sekolah maupun di luar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat dilakukan di lingkungan mana saja baik di sekolah maupun di luar sekolah, dalam bentuk formal atau pendidikan yang dilaksanakan oleh sebuah lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa,atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak dan semakin menguat pada masa remaja.hurlock (1980:235) kesatuan membentuk apa yang disebut sebagai konsep diri.

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak dan semakin menguat pada masa remaja.hurlock (1980:235) kesatuan membentuk apa yang disebut sebagai konsep diri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep diri atau self conceptmerupakan suatu kombinasi dari perasaan dan kepercayaan mengenai diri sendiri.konsep diri dipelajari melalui pengalaman pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Pengetahuan ini dapat juga disebut sebagai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Pengetahuan ini dapat juga disebut sebagai pendidikan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidup seseorang. Perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena yang ada akhir-akhir ini yang sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan berita

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu, menggali serta memahami arti dan makna dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari hubungan dengan lingkungan sekitarnya. individu dan memungkinkan munculnya agresi.

BAB I PENDAHULUAN. dari hubungan dengan lingkungan sekitarnya. individu dan memungkinkan munculnya agresi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siswanto (2007) menjelaskan bahwa agresi merupakan salah satu koping tindakan langsung. Koping dalam tindakan langsung merupakan usaha tingkah laku yang dijalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga merupakan suatu tempat terjadinya interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga merupakan suatu tempat terjadinya interaksi sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan keluarga merupakan suatu tempat terjadinya interaksi sosial antara anak dengan orang tua setelah lingkungan sekolah. Keluarga juga memegang peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal

I. PENDAHULUAN. pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan dan sangat menentukan bagi perkembangan serta kualitas diri individu dimasa

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA MENURUT PERSEPSI SISWA TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA MENURUT PERSEPSI SISWA TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA MENURUT PERSEPSI SISWA TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA (Studi Deskriptif Kuantitatif pada Siswa Kelas XI IPA-I SMA Negeri 7 Kupang Tahun Pelajaran 2015/2016) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. norma-norma yang berlaku di masyarakat (Shochib, 2010). keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama di mana anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. norma-norma yang berlaku di masyarakat (Shochib, 2010). keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama di mana anak dapat 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bentuk pola asuh orang tua terhadap anak merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. empiris yang mendasari perubahan kurikulum adalah fakta di lapangan. menunjukkan bahwa tingkat daya saing manusia Indonesia kurang

BAB I PENDAHULUAN. empiris yang mendasari perubahan kurikulum adalah fakta di lapangan. menunjukkan bahwa tingkat daya saing manusia Indonesia kurang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia. Kualitas Sumber Daya Manusia bergantung pada kualitas pendidikan (Nurhadi, 2004).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dalam keluarga (pendidikan informal), sekolah (pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dalam keluarga (pendidikan informal), sekolah (pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan, proses pendidikan dapat terjadi dalam banyak situasi sosial yang menjadi ruang lingkup kehidupan manusia. Secara garis besar proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa sekolah. Masa ini disebut juga masa kanak-kanak awal, terbentang usia 3-6

BAB 1 PENDAHULUAN. masa sekolah. Masa ini disebut juga masa kanak-kanak awal, terbentang usia 3-6 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak prasekolah merupakan anak usia dini dimana anak belum menginjak masa sekolah. Masa ini disebut juga masa kanak-kanak awal, terbentang usia 3-6 tahun. Pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia mencapai 243,8 juta jiwa dan sekitar 33,9 persen diantaranya adalah anakanak usia 0-17 tahun (Badan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL ANAK DI DESA WONOSARI KECAMATAN KARANGANYAR

BAB IV ANALISIS PERANAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL ANAK DI DESA WONOSARI KECAMATAN KARANGANYAR BAB IV ANALISIS PERANAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL ANAK DI DESA WONOSARI KECAMATAN KARANGANYAR Atas dasar hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab tiga, maka akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia membutuhkan manusia berkompeten untuk mengolah kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri, disiplin, jujur, berani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang. Pola hubungan yang terbangun pada masa kanak-kanak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang. Pola hubungan yang terbangun pada masa kanak-kanak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan dengan saudara merupakan jenis hubungan yang berlangsung dalam jangka panjang. Pola hubungan yang terbangun pada masa kanak-kanak dapat bertahan hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga formal sebagai wadah untuk kegiatan proses belajar mengajar tertib dan lancar, maka seluruh siswa harus mematuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau di dalam kantor untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. atau di dalam kantor untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam menjalankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain melalui komunikasi, baik langsung maupun tidak langsung yang ada dalam suatu organisasi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya dalam rentang kehidupannya setiap individu akan melalui tahapan perkembangan mulai dari masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak, masa remaja, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian diskriptif korelatif karena menjelaskan hubungan antara dua

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian diskriptif korelatif karena menjelaskan hubungan antara dua 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Berdasarkan tujuan yang telah diterapkan, penelitian ini merupakan penelitian diskriptif korelatif karena menjelaskan hubungan antara dua variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis, psikologis, dan sosiologis. Remaja mengalami kebingungan sehingga berusaha mencari tempat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA DALAM PEMBELAJARAN AKHLAK AL-KARIMAH DI LINGKUNGAN KELUARGA TIDAK MAMPU DESA BULAKPELEM KEC. SRAGI KAB.

BAB IV ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA DALAM PEMBELAJARAN AKHLAK AL-KARIMAH DI LINGKUNGAN KELUARGA TIDAK MAMPU DESA BULAKPELEM KEC. SRAGI KAB. BAB IV ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA DALAM PEMBELAJARAN AKHLAK AL-KARIMAH DI LINGKUNGAN KELUARGA TIDAK MAMPU DESA BULAKPELEM KEC. SRAGI KAB. PEKALONGAN A. Analisis Profil Keluarga Tidak Mampu Masyarakat

Lebih terperinci

Kerangka Pemikiran. Kerangka pemikiran merupakan dukungan dasar teoritis terhadap pendekatan pemecahan masalah yang akan diteliti,

Kerangka Pemikiran. Kerangka pemikiran merupakan dukungan dasar teoritis terhadap pendekatan pemecahan masalah yang akan diteliti, Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan dukungan dasar teoritis terhadap pendekatan pemecahan masalah yang akan diteliti, Berfungsi : a. sebagai dasar pedoman atau pegangan b. sebagai tolok ukur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

III. METODE PENELITIAN. yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 BANTUL TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SKRIPSI

HUBUNGAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 BANTUL TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SKRIPSI HUBUNGAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 BANTUL TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SKRIPSI Oleh: IRUWANTI NPM.12144200005 PROGRAM STUDI BIMBINGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber kebahagiaan dan kebersamaan. Mereka membuat kehidupan menjadi manis, tempat menggantungkan harapan.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH. HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi perilaku yang tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi perilaku yang tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini prokrastinasi sudah menjadi fenomena di kalangan umum dan menjadi perilaku yang tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena penunda-nundaan pekerjaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK DI RA/BA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 / 2011 SKRIPSI

HUBUNGAN POLA ASUH TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK DI RA/BA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 / 2011 SKRIPSI HUBUNGAN POLA ASUH TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK DI RA/BA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 / 2011 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian adalah tempat melakukan kegiatan penelitian guna

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian adalah tempat melakukan kegiatan penelitian guna BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Lokasi penelitian adalah tempat melakukan kegiatan penelitian guna memperoleh data yang diperlukan. SMK Negeri 15 Bandung dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki banyak tujuan dalam kehidupan, salah satunya adalah untuk menciptakan manusia yang mandiri. Seperti yang tertera dalam Undang undang Republik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif artinya metode yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif artinya metode yang dilakukan 66 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif artinya metode

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tak akan terlepas dari kodratnya, yaitu manusia sebagai makhluk sosial, yang mana ia harus hidup berdampingan dengan manusia lainnya dan sepanjang hidupnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertama-tama dari orang tua (keluarga) dan anggota keluarga lainnya. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. pertama-tama dari orang tua (keluarga) dan anggota keluarga lainnya. Oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam keluarga merupakan dasar bagi pendidikan anak selanjutnya, atau dapat pula dikatakan bahwa keluarga merupakan peletak dasar bagi pendidikan yang pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikembangkan keterampilan peserta didik dalam berkomunikasi lisan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikembangkan keterampilan peserta didik dalam berkomunikasi lisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui pembelajaran bahasa Jepang di tingkat SMA pada umumnya dapat dikembangkan keterampilan peserta didik dalam berkomunikasi lisan maupun tulisan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Teknik Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai proses konseling terhadap klien HIV/AIDS. Untuk memperoleh gambaran yang sesuai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi manusia tidak mengenal batas umur, jenis kelamin ras dan agama.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi manusia tidak mengenal batas umur, jenis kelamin ras dan agama. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan bagi manusia tidak mengenal batas umur, jenis kelamin ras dan agama. Pendidikan tidak mengenal batas-batas pendidikan informal, formal, maupun non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya anak-anak. Anak menghabiskan hampir separuh harinya di sekolah, baik untuk kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia sebagai individu dibekali akal

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia sebagai individu dibekali akal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia sebagai individu dibekali akal pikiran dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. seseorang dalam hidup bermasyarakat dan sebagai prasyarat kehidupan. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. seseorang dalam hidup bermasyarakat dan sebagai prasyarat kehidupan. Pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat dan sebagai prasyarat kehidupan. Pada dasarnya manusia telah melakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Fenomena remaja yang terjadi di Indonesia khususnya belakangan ini terjadi penurunan atau degredasi moral. Dalam segala aspek moral, mulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III A. Metode Penelitian METODE PENELITIAN Pada penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Menurut Nazir. M (1988, hlm. 63-65) menyatakan bahwa, Metode deskriptif adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya seseorang juga melayani kebutuhan orang lainserta menumbuhkan rasa harga

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya seseorang juga melayani kebutuhan orang lainserta menumbuhkan rasa harga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang memerlukan suatu pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain untuk mengakomodir kepentingan hidup yang bersifat ekonomi, melalui pekerjaannya seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fenomena yang ada akhir-akhir ini yang sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun masal sudah merupakan berita harian di

Lebih terperinci

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA MINAT MENJADI GURU DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA TENTANG KARAKTERISTIK GURU DAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS XI IPS SMA ISLAM SUDIRMAN AMBARAWA (TAHUN AJARAN 2009/2010) SKRIPSI Disusun oleh: DWI KUSTIANTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini masih terdapat orang - orang tidak mampu untuk menyatakan pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya mengemukakan

Lebih terperinci

STUDI KORELASI ANTARA KARAKTERISTIK BELAJAR DENGAN AKTIVITAS BELAJAR MATA PELAJARAN SEJARAH SISWA KELAS XI IPS SMA PGRI PURWOHARJO

STUDI KORELASI ANTARA KARAKTERISTIK BELAJAR DENGAN AKTIVITAS BELAJAR MATA PELAJARAN SEJARAH SISWA KELAS XI IPS SMA PGRI PURWOHARJO STUDI KORELASI ANTARA KARAKTERISTIK BELAJAR DENGAN AKTIVITAS BELAJAR MATA PELAJARAN SEJARAH SISWA KELAS XI IPS SMA PGRI PURWOHARJO FRIZHA MARTYAN SUSANTO MUHIBATUL WAFIQOH DHALIA SOETOPO Pendidikan Sejarah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian untuk menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal

Lebih terperinci

mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya. 1 Jadi metode penelitian ini adalah suatu rangkaian langkah-langkah yang

mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya. 1 Jadi metode penelitian ini adalah suatu rangkaian langkah-langkah yang 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Metode penelitian berasal dari kata "metode" yang artinya Cara yang tepat untuk melakukan sesuatu, dan "penelitian" adalah suatu kegiatan untuk mencari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada penelitian ini, prosedur kerja dipandu oleh metode tertentu yang disebut metode penelitian. Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu hidup dalam lingkungan. Manusia tidak bisa dipisahkan dengan. memberikan keakraban dan kehangatan bagi anak-anaknya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu hidup dalam lingkungan. Manusia tidak bisa dipisahkan dengan. memberikan keakraban dan kehangatan bagi anak-anaknya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Sejak seorang anak lahir, remaja, dewasa sampai tua, manusia akan selalu hidup dalam lingkungan. Manusia tidak bisa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG

BAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG BAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan melalui wawancara dan observasi, mengenai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. suatu keadaan atau situasi. Jenis penelitian eksplanatori tersebut sama

III. METODE PENELITIAN. suatu keadaan atau situasi. Jenis penelitian eksplanatori tersebut sama 27 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksplanatori atau penjelasan. Menurut Notoadmodjo (2005:1) penelitian eksplanatori adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Imajinasi anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Konsepsi manusia seutuhnya merupakan konsepsi ideal kemanusiaan yang terletak pada

I. PENDAHULUAN. Konsepsi manusia seutuhnya merupakan konsepsi ideal kemanusiaan yang terletak pada I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN MASALAH 1. Latar Belakang Konsepsi manusia seutuhnya merupakan konsepsi ideal kemanusiaan yang terletak pada pengertian kemandirian yaitu bahwa manusia dengan keutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia saat ini sedang menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang berkualitas. Maka untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan masyarakat Indonesia di era globalisasi ini,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan masyarakat Indonesia di era globalisasi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan masyarakat Indonesia di era globalisasi ini, menuntut generasi muda agar semakin maju di dalam berpikir dan bertindak. Kemajuan generasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan hasil pengembangan modul bimbingan kelompok untuk mencegah adanya perilaku seks bebas pada peserta didik. Hasil pengembangan tersebut meliputi :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penilaian Frankl Behavior Rating Scale pada responden yang berjumlah 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penilaian Frankl Behavior Rating Scale pada responden yang berjumlah 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Muhammadiyah Yogyakarta selama 4 bulan sejak bulan November 2015 Februari 2016 dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa anak-anak merupakan masa penting dalam proses perkembangan individu. Lima tahun pertama dari kehidupan seorang anak akan menjadi landasan untuk mencapai

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH KONTRIBUSI POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN SISWA DI SMP NEGERI 21 KOTA JAMBI OLEH : HASPINAWATI NIM : ERAID08042

ARTIKEL ILMIAH KONTRIBUSI POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN SISWA DI SMP NEGERI 21 KOTA JAMBI OLEH : HASPINAWATI NIM : ERAID08042 1 ARTIKEL ILMIAH KONTRIBUSI POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN SISWA DI SMP NEGERI 21 KOTA JAMBI OLEH : HASPINAWATI NIM : ERAID08042 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci