Plambing dan Drainase BAB I PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Plambing dan Drainase BAB I PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu bahan yang menyebabkan kerusakan pada konstruksi bangunan. Maka diperlukan pekerjaan yang dapat menyalurkan air tersebut dengan baik, sehingga tidak merusak konstruksi bangunan yang ada. Untuk memudahkan manusia dalam mengunakan air, gas dan yang lainnya, diperlukan suatu pekerjaan untuk membuat instalasi yang baik dalam menyalurkan bahan-bahan tersebut untuk kebutuhan manusia pada khususnya. Pekerjaan Drainase dan Plambing sangat erat kaitannya dengan pekerjaan Teknik Sipil, karena pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang sangat cocok untuk menyelesaikan masalah-masalah di atas. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan drainase adalah kemiringan salurannya. Adanya kemiringan yang baik dan memenuhi syarat maka air kotor atau air limbah dapat mengalir ke tempat yang lebih rendah atau ke tempat pembuangan, sehingga tidak terjadi genangan disuatu tempat yang akan mengakibatkan terjadinya kerusakan pada bangunan tersebut, terutama pada konstruksi jalan. jika saluran drainase tidak lancar maka akan dapat merusak jalan tersebut, selain itu muncul dampak lain yaitu adanya bibit penyakit yang dibawa air. Berbeda dengan pekerjaan plambing, kemiringan tidak terlalu diperhatikan, karena kebanyakan instalasi plambing menggunakan tekanan sehingga dapat menekan ke segala arah. 1.2.Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan pekerjaan drainase secara umum adalah menyalurkan air bersih/air limbah dengan saluran yang baik, sehingga masyarakat terhindar dari banjir, penyakit, dll. 1

2 Maksud dan tujuan pekerjaan plambing secara umum meyalurkan atau menyuplai air, gas, dll dari suatu tempat ke tempat lain dan memudahkan pensuplaian air, gas dll. Karena dengan adanya sistem plambing, orang tidak perlu memindahkannya dengan menggunakan banyak tenaga. Maksud dan Tujuan secara khusus dari praktek drainase dan plambing adalah : a. Memahami dengan baik cara atau teknik pekerjaan drainase dan plambing yang benar. b. Dapat menerapkan teori dan praktek yang didapat, di dunia kerja. c. Mengurangi kesalahan-kesalahan yang sering terjadi di lapangan yang disebabkan ketidak tahuan pekerja. 1.3.Ruang Lingkup Pembahasan Dalam laporan ini akan dibahas sebagian dari pekerjaan drainase dan plambing. Untuk pekerjaan drainase akan dibahas tentang pemasangan stake out atau papan duga, membuat galian, membuat kemiringan pada galian, pemasangan pipa, dan bak kontrol. Sedangkan untuk pekerjaan plambing dibahas tentang pemotongan pipa, pengikiran pipa, penguliran pipa sampai dengan pembuatan instalasi pipa tertutup. 1.4.Sistematika Penulisan Laporan ini terdiri dari empat bab, yang setiap babnya terdiri dari beberapa subbab. Dan bagian-bagian tersebut adalah : BAB I Pendahuluan BAB II Pembahasan praktikum Plambing BAB III Pembahasan praktikum Drainase BAB IV Praktikum Memotong Dan Mengikir Pipa Galvanis BAB V Praktikum Membuat Ulir Menggunakan Alat Snay Tidak Langsung BAB VI Praktikum Membuat Ulir Dengan Menggunakan Threading Machine BAB VII Praktikum Pemasangan Instalasi Pipa Tertutup BAB VIII Praktikum Membuat Kemiringan Dengan Boning Rod 2

3 BAB IX BAB X BAB XI BAB XII Membuat Bouwplank / Stake Out / Papan Duga Prakt Ikum Pekerjaan Penggalian Tanah Praktikum Pekerjaan Pemasangan Pipa Dan Pemasangan Bak Kontrol Penutup 3

4 BAB II PLAMBING 2.1.Dasar Teori Plambing merupakan salah satu kegiatan pelaksanaan suatu konstruksi yang biasanya masuk pada bagian Mechanical and Electrical, sedangkan pengertian dari plambing itu sendiri adalah suatu kegiatan pemipaan baik itu air bersih, air panas, air kotor, gas, AC dan lainnya. Fungsi dari plambing adalah untuk menyediakan air bersih ketempat tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup yang dilaksanakan oleh sistem penyediaan air bersih, membuang air kotor dari tempat tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting lainnya yang dilaksanakan oleh sistem pembuangan. Kegiatan plambing perlu mendapat perhatian khusus mengingat pemakaiannya untuk jangka waktu yang panjang, maka pada waktu pelaksanaannya baik itu pada saat merencanakan sambungan ataupun dalam pemasangannnya perlu ketelitian dan kehati-hatian. Kesalahan yang sering terjadi dalam pekerjaan plambing dapat merugikan manusia, sebagai contoh saluran pembuangan yang tidak benar pemasangannya akan bocor sehingga lingkungan disekitarnya tercemar oleh bau yang tidak sedap yang pada akhirnya berkembangan bibit penyakit. Untuk itu pekerjaan plambing di Indonesia telah diatur oleh Pedoman Plambing Indonesia. 2.2.Prosedur Pelaksanaan Sistem Plambing 1) Perancangan konsep. Dalam menyiapkan perancangan konsep sistem plambing, hal-hal yang perlu diketahui adalah : a. Jenis dan penggunaan gedung b. Denah bangunan c. Jumlah penghuni. 4

5 2) Penelitian lapangan. Penelitian lapangan merupakan bagian pekerjaan perencanaan dan perancangan yang meliputi : a. Kunjungan ke lokasi pembangunan gedungnya dan melihat situasi setempat b.perundingan dengan instasi pemerintah yang berwenang. c. Menjajagi pendapat instasi pengairan dan perikanan setempat. d.penelitian yang menyangkut hak penggunaan air dan pembuangan air. 3) Rencana dasar a. Masalah Umum Dalam tahap ini disiapkan dasar dasar perancangan, dengan menggunakan rencana konsep serta data yang diperoleh dari penelitian lapangan, antara lain perlu dilakukan: Pertemuan dengan pemilik gedung atau perancang gedung Penyesuaian dengan persyaratan gedung maupun peralatan lainnya. b. Pemilihan peralatan Setelah menetapkan dasar dasar perancangan, jenis sistem plambing dapat dipilih, data untuk perhitungan perancangan dapat disiapkan dan jenis jenis peralatannya dipelajari. 4) Perancangan pendahuluan. Berdasarkan rencana dasar yang telah dibuat, kapasitas dari sistem dan perletakkan peralatan plambing dipelajari lebih detail dengan menggunakan gambar-gambar pendahuluan denah bangunan. 5) Rancangan pelaksanaan. Setelah rancangan pendahuluan diperiksa dan disetujui oleh pemilik gedung atau perancang gedung, perhitungan dan gambar gambar pelaksanaan dapat disiapkan. 5

6 2.3.Ruang Lingkup Pekerjaan Plambing 1. Instalasi pipa air : a) Air bersih. b) Air kotor. 2. Instalasi pemadam kebakaran : Hydrant. Springkler. Springkler terdiri atas 2 jenis berdasarkan sensornya, yaitu: a. Springkler sensor panas, springkler bekerja jika suhu melebihi suhu 35 C, dan daya pancar air akan maksimum dengan sudut pancar 30. b. Springkler sensor asap, springkler bekerja bila asap dalam ruangan sangat pekat. 3. Instalasi gas (Gas Fitting). 4. Peralatan saniter. Peralatan saniter dibagi atas empat bagian : Ablushionary Fixtures (air bilasan anggota badan). Waste Water Fixtures (air bekas yang mengandung sabun). Greasy Water Fixtures (air bekas yang mengandung lemak). Soil Water Fixtures (air bekas yang mengandung kotoran). 5. Roof gutter ( pekerjaan atap). Termasuk di dalamnya : saluran buangan (talang) dan penutup celah. 6. Peralatan dapur. 7. Peralatan untuk mencuci. 8. Peralatan pengolahan sampah. 9. Instalasi lainnya misalnya : instalasi pipa untuk penyediaan zat asam, zat lemas, air steril,udara dll. 6

7 2.4.Prinsip Dasar Sistem Penyediaan Air 1. Kualitas air. Penyediaan air bersih dengan kualitas yang tetap baik merupakan prioritas utama, dengan menunjuk salah satu peraturan yang mengatur masalah kualitas air. 2. Pencegahan pencemaran air. Pada sistem penyediaan air bersih/ dingin meliputi beberapa peralatan seperti : tangki air bawah tanah, pompa-pompa, pemipan dsb. Harus dapat mengalirkan air ketempat yang dituju dengan tidak dicemari oleh faktorfaktor yang merugikan kesehatan diantaranya : Larangan hubungan pintas (cross connection). Yang dimaksud dengan cross connection adalah hubungan fisik antara dua sistem pipa yang berbeda. Misalkan satu sistem pipa untuk air minum dan sistem pipa lainnya berisi air yang tidak diketahui atau diragukan kualitasnya berhubungan fisik sehingga memungkinkan air minum tercemar. Pencegahan aliran-balik (back-flow) Aliran-balik (back-flow) adalah aliran air atau cairan lain, zat atau campuran, ke dalam sistem perpipaan air minum, yang berasal dari sumber lain yang bukan untuk air minum. Aliran-balik disebabkan oleh efek siphon-balik (back-siphonage). Efek siphon-balik adalah terjadinya aliran masuk ke dalam pipa air minum dari air bekas, air tercemar, dari peralatan saniter atau tangki, disebabkan oleh timbulnya tekanan negatif dalam pipa. 2.5.Sistem Penyediaan Air Bersih Pada sistem penyediaan air bersih dapat dikelompokan sebagai berikut : 1. Sistem sambungan langsung Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan pipa utama penyediaan air bersih (pipa utama dibawah jalan milik PDAM). 7

8 2. Sistem tangki atap Biasanya dengan alasan ingin tekanan air yang cukup, maka sistem penyimpanan air dibuat 2 bak, satu dibawah (ground reservoar) yang kedua tangki diatas atap (Roof Tank) diatas lantai tertinggi bangunan, dari tangki ini didistribusikan ke seluruh bangunan yang diperlukan. Alasan alasaan penggunaan tangki atap: a. Selama air digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat plambing hampir tidak berarti (tetap) b. Sistem pompa yang menaikan air ke tangki atap bekerja secara otomatis dengan alat sederhana sehingga pompa hidup dan mati digerakan oleh alat deteksi muka air dalam tangki. 3. Sistem Tangki Tekan Pada sistem ini prinsip kerjanya sama dengan tangki diatas hanya penempatan tangki dibawah dengan diberi tekanan ( tekanan antara 1 sampai dengan 1,5 kg/cm2) untuk mendistribusikan ke tempat yang diperlukan dengan bantuan pompa otomatis, ini biasanya bila gedung tidak memungkinkan dipasang tangki atap atas dasar kekuatan struktur. Kelebihan-kelebihan sistem tangki tekan : a. Segi estetika (tidak merubah tampak bangunan) b. Mudah perawatan langsung dipasang di ruang pompa. c. Harga awal relatif murah. Kekurangan-kekurangan : a. Fluktuasi tekan lebih besar (kurang lebih 1 kg/cm2) b. Dengan berkurangnya udara pada tangki tekan akan terjadi udara hampa pada tangki sehingga harus dikuras atau ditambah udara c. Tangki bukan tempat menyimpan/ cadangan air, tetapi sebagai alat otomatis penekan air. d. Karena jumalah air yang tersimpan relatif sesedikit maka pompa akan sering bekerja 8

9 2. Sistem tanpa tangki (booster sistem) Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki atas, ataupun tangki tekan. Pada sistem ini air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa hisap langsung dari pipa utama* atau sumur. (* di Indonesia dilarang) 2.6.Bahan Instalasi Pipa 1. Pipa Induk Untuk Pipa Induk dapat digunakan bahan : a. Besi tuang / besi cor b. Asbes semen c. Baja lapis beton d. Pipa plastik PVC (Poly Vinyl Chloride), UPVC (UnPoly Vinyl Chloride), dan PE (Polymer). e. Baja f. Timah hitam Dalam pemasangan pipa ini ada beberapa syarat yang harus dipenuhi : Harus mampu mengeluarkan debit air sesuai dengan kebutuhan. Mampu menahan gaya baik gaya dari luar seperti tanah atau pembebanan lainnya maupun gaya yang ditimbulkan oleh tekanan air itu sendiri. Pada pemilihan jenis pipa yang akan dipakai harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Ukuran disesuaikan dengan kebutuhan dan yang tersedia di pasaran. b. Karakteristik dari jenis pipa. c. Faktor ekonomis d. Praktis dalam pemasangan e. Praktis dalam pengangkutan f. Sesuai dengan kadar kandungan/kondisi udara 9

10 2. Pipa Instalasi Gedung Syarat umum : Harus mampu mengalirkan debit yang diperlukan. Dapat menahan gaya-gaya dalam dan luar. Cukup tahan lama. Kategori pemakaian pipa : Pipa pembawa Untuk mengalirkan air dari sumber air ke tempat tertentu, pipa pembawa ini adalah, pipa pembawa utama atau pipa induk, pipa instalsai, pipa sanitasi. Pipa cabang/ pipa distribusi : Pipa pembawa sekunder dari pipa induk ke bangunan. Pipa plambing Yaitu pipa-pipa jaringan dalam bangunan Pemasangan instalasi pipa didalam gedung ini ada yang terbuka (tidak tertanam di dinding) dan ada pula yang bersifat tertutup (tertanam pada dinding) yang masing-masingnya memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri Pemasangan pipa yang bersifat terbuka memperlihatkan nilai estetika dari bangunan tetapi pada pipa ini bila terjadi kerusakan atau kebocoran dapat dengan segera diketahui, tetapi pada pemasangan pipa yang bersifat tertutup tidak mempengaruhi ornament luar, dan apabila terjadi kebocoran tidak dapat langsung terdeteksi. Pada instalasi plambing ini sering terjadi kerusakan. Yang mempengaruhi kerusakan instalasi pipa, khususnya untuk pipa dari logam adalah proses elektrolisa air yang ditimbulkan akibat adanya air tanah sehingga kandungan atau jenis logam yang tertanam di dalam tanah, satu jenis logam dengan logam lainnya saling berhubungan akibat adanya air tanah. Hubungan ini disebut Elektrolisa air. Kerusakan pipa lainnya ada yang diakibatkan oleh : a) Kerusakan pipa dari pabrik b) Kerusakan akibat alat sambung 10

11 c) Kualitas dari pipa itu sendiri d) Kerusakan pada saat pelaksanaan Untuk mengatasinya dapat dilakukan perbaikan yang bersifat sementara perbaikan ini bersifat preventif yakni mengatasi hanya sesaat. Untuk perbaikan yang bersifat tetap dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : a) Mencari kondisi yang bocor b) Membobok sampai kondisi kerusakan diketahui c) Memotong pipa yang bocor d) Menyambung pipa dengan menggunakan alat sambung yang diperlukan. Untuk pipa galvanis, sebelum disambung harus diulir terlebih dahulu kemudian disambung dengan fitting sesuai kebutuhan. Sedangkan untuk pipa PVC setelah dipotong dibersihkan kemudian diamplas lalu diolesi lem. Pada instalasi plambing daerah yang rawan bocor adalah di daerah sambungan, untuk itu setelah pemasangan atau perbaikan pada pipa harus dilakukan pengujian. 5 cara pengujian yang dapat dilakukan antara lain : 1. Dengan tekanan dan aliran air untuk memeriksa kebocoran pipa terutama pada sambungan. Cara ini dilakukan dengan mengisi instalasi dengan air kemudian diberi tekanan sampai skala tertentu pada manometer. Jika skala pada manometer menurun maka ada bagian yang bocor. Jika tetap maka instalasi baik, 2. Pengujian dengan asap untuk memeriksa kebocoran sambungan. Cara ini dilakukan dengan mengisi instalasi dengan asap kemudian kedua ujungnya ditutup dan diperhatikan pada sambungan. Jika asap keluar maka sambungan tidak kuat atau bocor. 3. Pengujian dengan cermin untuk memeriksa kelurusan dan kebersihan di dalam saluran pipa yang lurus. Cara ini dilakukan dengan meletakkan 2 buah cermin pada masing-masing ujung pipa yang lurus dengan sudut 45 0 dan dari cermin dapat dilihat cahaya dari ujung yang lain maka akan terlihat apakah pipa tersebut lurus dan bersih. 11

12 4. Dengan slide (semacam plat baja yang tipis dan pada ujungnya ada semacam sikat ijuk) yang fungsinya untuk memeriksa dan membersihkan bagian dalam sambungan pipa. Dengan plug (bola karet) untuk memeriksa kebocoran pipa. 2.7.Pengenalan alat dalam pekerjaan instalasi pipa Untuk memudahkan mengenal alat-alat yang dipakai dalam pekerjaan instalasi pipa, maka alat-alat yang digunakan dibagi dalam kelompokkelompok alat berdasarkan fungsinya. Pembagian kelompoknya adalah: a. Kelompok Alat ukur Pita Ukur ( m) Meteran (3,5 m) Mistar Baja Jangka sorong Siku ( Baja atau Rangka ) 90 Waterpas (batang atau selang) 12

13 Unting unting b. Kelompok alat pemberi tanda Spidol Pensil Kapur Scriber (Penggores) c. Kelompok alat Pemotong Gergaji Besi Pipe Cutter 13

14 d. Kelompok Alat pembersih Bram atau serpihan Borring Reamer (spiral dan lurus) e. Kelompok Alat untuk mengulir Snay Tidak Langsung Snay Langsung Treading Machine f. Kelompok Alat Penggenggam atau penjepit Ragum ( Pelat dan Pipa ) 14

15 Kunci Pipa Klem 2.8.Pelaksanaan Praktikum Terdiri dari : 1) Memotong dan Mengikir Pipa Galvanis 2) Membuat Ulir Menggunakan Alat Snay Tidak Langsung 3) Membuat Ulir dengan Menggunakan Treading Machine 4) Pemasangan Instalasi Pipa Tertutup 15

16 BAB III DRAINASE 3.1.Dasar Teori Drainase berasal dari kata dry yang berarti kering. Drainase adalah suatu sistem saluran atau pembuangan yang berfungsi sebagai pengering sehingga mencegah banjir, ataupun sebagai pembuang air kotor industri, pabrik, rumah tangga, dsb. Dalam pembuatan drainase terdiri dari bermacam macam saluran dan jenisnya antara lain : 1. Drainase jalan raya Fungsinya yaitu untuk mengeringkan air yang ada pada jalan raya, agar tidak cepat rusak. 2. Drainase konstruksi gedung Fungsinya yaitu untuk mengeringkan genangan air pada suatu lokasi atau komplek perumahan agar masyarakat sekitarnya bebas dari bibit bibit penyakit atau penyebab lainnya yang bisa mendatangkan bencana. 3. Drainase pertanian Fungsinya yaitu untuk menyalurkan air dari suatu daerah atau suatu tempat yang banyak airnya ketempat lain yang membutuhkan air. Drainase pada pertanian biasanya disebut irigasi. Prinsip saluran drainase yang baik : Bahan yang harus digunakan mempunyai ketahanan dan kekuatan yang cukup. Diameter pipa harus sesuai dengan yang dibutuhkan Misalnya : Ø 10 cm untuk air tanah Ø 7,5 cm untuk saluran air permukaan Pada tiap-tiap pertemuan dan perubahan kemiringan saluran, harus dibuatkan bak kontrol yang fungsinya untuk membersihkan kalaukalau terjadi penyumbatan. Pipa saluran harus dipasang lurus semaksimal mungkin 16

17 Pipa saluran sebaiknya dipasang dalam satu kesatuan miring agar air dapat mengalir dengan lancar dan terjaga kebersihannya Pertemuan pipa saluran satu sama lain tidak boleh saling tegak lurus, sekurang-kurangnya membentuk sudut 45 o, untuk mencegah terjadinya tumbukan air (hammer water) 3.2.Ruang Lingkup Dari Pekerjaan Drainase 1. Untuk pengeringan Fungsi drainase sebagai pengeringan yaitu untuk mengeringkan dan menyalurkan air yang tergenang pada suatu tempat. Air yang tergenang akan menimbulkan wabah penyakit. Sistem drainase yang baik adalah sistem drainase yang dapat mengalirkan air atau limbah ke tempat pembuangan dengan lancar dan tidak mencemari lingkungan. 2. Untuk pencegahan banjir Drainase juga berfungsi sebagai pencegah banjir, terutama pada daerah yang rawan terkena bencana banjir. Pada daerah tersebut seharusnya memiliki saluran pembuangan yang baik dan dapat mengalirkan debit yang cukup untuk membuang air hujan. Untuk mencegah banjir maka harus dibuat saluran pada kanan dan kiri badan jalan, hal ini juga dapat mencegah kerusakan jalan raya. Selain itu juga harus dibuat bak kontrol untuk penahan sampah dan lumpur serta dapat mengontrol salurannya. Dan seharusnya masyarakat sekitar tidak membuang sampah pada saluran drainase yang dapat menyebabkan penumbatan pada saluran. Dalam hal ini bentuk saluran dan ukuran pipa disesuaikan atau tergantung dari : Curah hujan Kemiringan tanah Luas daerah 17

18 3. Untuk pembuangan air kotor Pada prinsipnya air kotor atau air limbah ada tiga macam : Limbah cair (air buangan) Limbah padat (sampah) Limbah gas (asap, bau-bauan, dll) Selain berfungsi seperti di atas, drainase juga berfungsi sebagai pembuangan air kotor baik berasal dari rumah tangga atau dari industri besar dan kecil. Air kotor atau limbah ini mengandung berbagai macam zat kimia yang berbahaya bagi lingkungan, jika tidak ditangani dengan baik akan merusak lingkungan. Untuk itu dalam pembuangannya harus memiliki saluran yang benar agar tidak mencemari lingkungan serta penempatannya. Untuk mencegah agar air di lingkungan tempat tinggal penduduk jangan tercemar, maka air buangan dari industri dialirkan secara khusus, atau saluran yang terpisah dan dibuang ke : Bak pembersih air lalu dialirkan ke sungai atau laut. Septic Tank dan dialirkan ke peresapan yang baik alirannya Sistem drainase ( saluran ) dapat dibedakan menjadi dua sistem penyaluran : 1. Sistem terpisah Yaitu saluran air limbah dan saluran air hujan dipisahkan dengan mengunakan saluran-saluran tertutup. Contohnya air kotoran rumah tangga, industri, rumah sakit, dan air hujan dibuat melalui saluransaluran sendiri. Keuntungan : Biaya perawatan kecil Air yang tidak tercemar bisa dipakai/dipergunakan lagi Kerugian : Biaya pembuatannya besar karena harus membuat dua saluran Sistem terpisah digunakan apabila : Tempat atau lokasi memungkinkan Biayanya ada Curah hujan cukup besar 18

19 2. Sistem campuran Yaitu saluran air limbah dan saluran air hujan disatukan dengan mengunakan saluran-saluran tertutup kesatu tempat tertentu. Contohnya, saluran yang direncanakan untuk membawa air kotoran dari rumah tangga, industri, rumah sakit, dan air hujan dibuat melalui satu saluran Keuntungan : Biaya pembuatannya murah Tidak banyak memakan tempat Kerugian : Kadang kadang saluran kombinasi / gabungan ini mudah tersumbat atau mampat karena air yang dialirkan bercampur dengan kotoran kotoran domestik. Sistem Gabungan digunakan apabila : Curah hujan kecil Tempat tidak memungkinkan 4. Untuk pensuplaian air minum Jenis pipa yang digunakan untuk saluran air minum sebaiknya terbuat dari bahan yang tahan karat dan tidak berbahaya. Misalnya : Pipa tanah liat yang bagian dalamnya diglassur Pipa besi / galvanis Pipa paralon / PVC Pipa beton 3.3.Bentuk-Bentuk Saluran Saluran akan membawa cairan dan berbagai macam benda padat, sehingga harus diperhitungkan kecepatannya agar tidak terjadi pengerusan serta terjadinya endapan-endapan yang dapat mengakibatkan saluran tersumbat. Kecepatan saluran yang ideal adalah antara 2-3 m/det dan kecepatan minimum adalah 0,5 m/det. 19

20 Beberapa bentuk saluran yang umumnya dipakai antara lain : 1. Segitiga Bentuk saluran ini dipakai untuk debit kecil, umumnya dipakai untuk pengaliran air hujan dan merupakan saluran terbuka 2. Trapesium Bentuk saluran ini biasanya dipakai untuk debit yang agak besar dan umumnya untuk mengalirkan air hujan. Saluran ini memerlukan tempat yang agak luas 3. Empat persegi panjang Bentuk ini biasanya dipakai untuk debit yang agak besar. Untuk membuat saluran ini maka bila ukurannya besar maka tekanan kesamping harus diperhatikan. 4. Bentuk kombinasi Bentuk ini biasanya dipakai untuk debit yang besar, pada umumnya dipakai untuk saluran saluran air campuran 5. Lingkaran Bentuk ini biasanya dipakai untuk air limbah industri, pemasangannya di tanam di dalam tanah 6. Setengah lingkaran Bentuk ini biasanya dipakai untuk pembuangan air limbah yang mempunyai kekentalan tertentu 7. Ellips Bentuk ini biasanya dipakai untuk pembuangan air kotor 8. Tapal kuda Bentuk ini biasanya dipakai untuk penyaluran air hujan 3.4.Jenis-Jenis Saluran Saluran jika ditinjau dari manfaatnya dapat dibagi dalam dua bagian : 1. Saluran terbuka Saluran ini cocok untuk limbah yang tidak menimbulkan bau seperti limbah air hujan sehingga tidak menemari lingkunagan. 20

21 Keuntungan : Relatif murah Mudah dilaksanakan Dapat dibuat cadangan untuk debit yang lebih besar Kerugian : Mudah dikotori terutama dari pembuangan sampah Menimbulkan bau yang tidak sedap jika air tergenang dalam waktu yang lama Berdasarkan keuntungan dan kerugiannya, maka pembuatan saluran terbuka harus menuhi persyaratan sebagai berikut : Letaknya mengijinkan Saluran terbuka tidak mudah dikotori oleh manusia dan sampah Jika musim kemarau saluran terbuka tidak boleh ada genangan air Saluran terbuka sebaiknya tidak banyak terdapat dalam konstruksi jembatan Saluran terbuka pada umumnya digunakan untuk air hujan Saluran terbuka letaknya di tepi jalan, sehingga dapat menampung air langsung dari tepi jalan. 2. Saluran tertutup Saluran tertutup dipasang di bawah / di tepi jalan dengan ditanam di bawah tanah dan tidak boleh berada di dalam halaman penduduk. Faktor faktor yang mempengaruhi dalamnya saluran di bawah permukaan tanah : Kemiringan saluran Tebalnya lapisan pelindung tanah, hal ini sangat tergantung daripada beban yang bekerja di atasnya Keadaan air tanah Keuntungan : Saluran tertutup ini tidak mudah tercemar oleh sampah. Kerugian : Sulit untuk diperbaiki. Pengerjaannya memakan waktu yang relatif lama. 21

22 3.5.Tahapan / Urutan Pekerjaan Drainase 1. Pemahaman gambar kerja Antara lain : Dimana lokasi saluran teresbut Berapa diameter pipa yang akan dipakai Jenis pipa yang akan digunakan Berapa kemiringan galian / saluran Dimana di tempatkan bak bak kontrol Kemana air harus disalurakan Berapa kedalaman galian Analisa : - Kebutuhan bahan - Volume galian - Bahan bahan lainnya 2. Pekerjaan persiapan Antara lain : Hubungi badan yang berwenang / untuk perijinan Cek keadaan lapangan Periksa situasi lapangan : - Keadaan lapangan - Keadaan jalur lalu lintas Menentukan metoda kerja Menentukan tempat penimbunan bahan dan peralatan Menetukan kantor direksi untuk pengawas Melaksanakan pekerjaan 3. Penandaan / pematokan Penandaan / pematokan dilakukan agar supaya dengan mudah mengetahui lokasi yang akan dikerjakan 22

23 4. Pemasangan Bouwplank / stake out Fungsinya : Sebagai pedoman untuk memeriksa Menentukan titik awal / datum Menentukan ketinggian, kedalaman, kemiringan, As dari pipa drainase/ saluran, lebar galian. 5. Penggalian tanah Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggalian, antara lain : Pemahaman gambar kerja secara teliti sesuai spesifikasi yang dibuat oleh perencana Hubungi / koordinasi badan yang berwenang, minta informasi mengenai instalasi yang melewati daerah tersebut. PDAM; pipa gas; pipa saluran pembuangan; kabel telepon; dll. Periksa di lapangan apakah informasi sesuai dengan keadaan sebenarnya Buat catatan tentang kondisi lapangan dengan sesungguhnya Tentukan sistem kerja yang dipakai Perkirakan tempat pemasangan bouwplank Perkirakan lamanya pelaksanaan kerja ( buat time schedule ) Klasifikasi galian : Galian dangkal < 1,5 m Galian sedang 1,5 3 m Galian dalam Metode galian : Galian dengan sisi tebing miring Galian dengan sisi tebing tegak Kemiringan tebing galian maximum dapat dibuat : 3 : 1 untuk tanah yang keras dan stabil 2 : 1 untuk tanah yang gembur dan stabil 1 : 1 untuk tanah yang lunak dan labil 23

24 Lebar galian yang dianjurkan : Kedalaman (m) Lebar galian (m) , Penurapan tanah (untuk galian tanah) Penurapan adalah konstruksi sementara untuk menahan longsornya tebing galian. Fungsi turap : Melindungi pekerja yang sedang bekerja dalam galian tersebut Untuk menjaga agar lubang galian tetap terbuka tidak longsor walaupun mendapat beban ekstra. Untuk daerah labil Hal-hal yang perlu diperhatikan / dipertimbangkan dalam menentukan pemakaian turap : Lokasi galian Keadaan tanah Kedalaman galian Beban ekstra dari sekitar galian (gedung, jalan raya, dsb) Diameter pipa yang akan dipasang Panjang pipa Ukuran bahan turap Ruang kerja yang dibutuhkan Lamanya pelaksanaan kerja Keadaan cuaca setempat Tipe-tipe turap : Tipe tertutup Untuk tanah lunak, gembur, tanah berpasir / labil Tipe terbuka Untuk tanah pada; tanah padat dan stabil. 24

25 7. Pemasangan dan penyambungan pipa Syarat-syarat pemasangan pipa : Pipa harus diletakan di atas bahan pendukung yang stabil Galian harus bersih dari batuan dan kotoran Pipa yang akan dipasang dalam keadaan bersih dan tidak retak Seluruh badan pipa terletak di atas bahan pendukung Penyambungan pipa tanah liat : Penyambungan spigot dan socket dengan mortal / adukan Penyambungan spigot dan socket dengan rubber ring Penyambungan pipa besi tuang : Sambungan mekanis (menggunakan mur, baut, dan seal) Sambungan epoxy resin joint Sambungan dengan timah hitam (lead caulked joint) Sambungan dengan ulir (galvanis) Penyambungan pipa plastik (PVC) : Sambungan dengan lem Sambungan dengan cincin karet Penyambungan pipa asbes : Sambungan dengan socket Sambungan denga cincin karet Penyambungan pipa beton : Sambungan dengan adukan / mortal 8. Pembuatan bak-bak kontrol / lubang inspeksi ( inspection opening ) Fungsi : Tempat pengetesan kebocoran dan kebersihan pipa Tempat melakukan perbaikan akibat tersumbat, dll Tempat mengeluarkan sampah Tempat pemasangan : Setiap perubahan arah pipa saluran Setiap pertamuan pipa saluran 25

26 Setiap maximum 30 meter, pada saluran yang lurus Setiap perubahan kemiringan saluran Macam-macam lubang inspeksi : Bak kontrol Bak pengendap lumpur Bak penampung air hujan Bak pengumpul pasir Bak peresapan Bak pemisah minyak Septitank 9. Pengujian saluran pipa Macam-macam pengujian : Dengan tekanan dan aliran air, untuk memeriksa kebocoran dan kemiringan pipa saluran Dengan asap, untuk memeriksa kebocoran sambungan pipa Dengan cermin, untuk memeriksa kelurusan dan kebesihan bagian dalam saluran Dengan slide (plat baja tipis yang dilengkapi sikat ijuk pada ujungnya), untuk memeriksa dan membersihkan bagian dalam smbungan pipa Dengan plug (bola karet), untuk memeriksa kebocoran pipa saluran 10. Pengurugan tanah 3.6 Peralatan dan Bahan A. Peralatan 1. Palu cakar / kambing Palu cakar digunakan untuk menancapkan dolken untuk pembuatan bouwplank. 26

27 2. Martil Martil digunakan untuk menancapkan patok dalam pembuatan bowplank. 3. Waterpas Waterpas ini digunakan untuk meratakan bowplank dan untuk membantu dalam pembuatan kemiringan. Waterpas ini ada beberapa macam diantaranya yaitu waterpas batang dan waterpas selang. Waterpas selang Waterpas batang 4. Belincong, Cangkul, dan Seblang Cangkul, Belincong, dan Seblang pacul digunakan untuk menggali tanah Belincong Cangkul Seblang 5. Boning rod Boning rod adalah alat bantu dalam pekerjaan drainase untuk membantu dalam membuat kemiringan dan juga digunakan untuk mengecek lebar galian. Boning rod ini terbuat dari kayu yang dirangkai dengan papan yang permukaan atasnya rata dan lebarnya sesuai dengan lebar galian. 27

28 6. Siku kayu Siku kayu digunakan untuk membantu membuat kesikuan antara dua sisi. 7. Meteran dan Pita meter Meteran dan pita meter digunakan untuk mengukur. Meteran Pita meter B. Bahan 1. Pipa tanah liat Pipa ini dipakai untuk menahan tekanan yang biasa ( tidak berat ) Tebal pipa : a. 1/20 x diameter pipa + 1 cm, untuk rumah tinggal b. 1/12 x diameter pipa + 1 cm, untuk saluran jalan -jalan Pada sambungan pipa diberi aspal + pasir yang lalu dipanaskan agar rapat. 2. Pipa beton berbentuk lingkaran Tebal 1/20 x diameter pipa, untuk yang besar Tebal 1/10 x diameter pipa + 1 cm, untuk yang kecil Sambungan pada pipa : a. Yang besar dengan pasangan rollag b. Yang kecil dengan spesi / mortar 28

29 3. Pipa besi Pipa jenis ini dipakai pada tanah yang kuat. Biasanya digunakan untuk menampung debit yang besar dengan diameter yang besar pula. Cara penyambungannya menggunakan ulir atau baut. 4. Pencetak bak kontrol. Pencetak ini terbuat dari baja yang memiliki berbagai ukuran lobang. Pencetak ini digunakan untuk mencetak dalam pembuatan bak kontrol dan jika sudah selesai maka cetakan ini dilepas. Bak kontrol biasanya dibuat dari batu bata atau beton. 3.7.Sambungan Pipa Syarat syarat penyambungan : 1. Pengaliran dalam saluran tidak boleh terganggu. Masuknya saluran air kotor ke saluran pembuangan bersudut antara a. 45 bila ada kotoran yang sukar mengendap b. 90 bila ada kotoran mudah mengendap tetapi aliran terganggu 2. Air perumahan tidak boleh tertahan oleh air yang ada di saluran pembuang 3. Sambungan harus mudah diperiksa, buat bak kontrol 4. Untuk saluran tertutup pada jarak jarak tertentu harus ada bak kontrol a. 60 m untuk saluran kecil b. 150 m untuk saluran besar Bak kontrol juga dipakai untuk pertemuan selokan dan pada perubahan kemiringan 3.8.Pelaksanaan Praktikum a. Membuat kemiringan dengan boning rod b. Membuat bowplank / stake out / papan duga c. Pekerjaan galian tanah d. Pekerjaan pemasangan pipa dan pemasangan bak kontrol 29

30 BAB IV PRAKTIKUM MEMOTONG DAN MENGIKIR PIPA GALVANIS 4.1.Tujuan Dapat menerangkan prosedur pelaksanaan dalam menggergaji dan mengikir pipa galvanis. Dapat menggunakan peralatan sesuai dengan fungsi dan kegunaan masingmasing. Dapat memotong pipa galvanis secara manual dengan gergaji besi secara baik dan benar. 4.2.Peralatan dan Bahan 1. Peralatan a. Gergaji besi b. Penggores c. Mistar baja d. Siku baja e. Roll meter / pita meter f. Sikat kawat g. Kikir bulat panjang kasar, kikir kasar, kikir halus h. Ragum pelat 2. Bahan Pipa Galvanis dengan diameter : ½, ¾ dan 1 30

31 Ø3/4" Ø1/2" Ø1" Plambing dan Drainase 4.3.Gambar Kerja 11 cm 14 cm 15 cm 4.4.Langkah Kerja 1. Pekerjaan Menggergaji 1. Siapkan peralatan dan bahan. 2. Letakkan peralatan dan bahan di atas meja kerja. 3. Ukur panjang masing-masing pipa sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan dengan menggunakan mistar baja. 4. Tandai pipa yang akan dipotong 350 mm (toleransi 1 mm), sehingga jarak total 350 mm. penggores Pipa 350 mm 31

32 5. Setelah pipa ditandai, gergajilah pipa dengan menggunakan gergaji besi. Batas Penggergajian Ragum pelat pipa 6. Saat menggergaji usahakan mata pisau gergaji tegak lurus terhadap pipa ( jika merencanakan potongan pipa yang tegak lurus ) 7. Hasil potongan tersebut dihaluskan dan diratakan dengan menggunakan kikir. 2. Pekerjaan Mengikir 1. Setelah pemotongan pipa, periksa kedataran permukaan pipa hasil pemotongan, kemudian letakkan pipa dalam ragum dalam posisi berdiri dan jepit dengan kuat. Alat siku pipa pipa Ragum pelat 32

33 2. Bila permukaan pipa hasil pemotongan tidak rata dan tidak sesuai dengan ukuran pipa yang diinginkan, kikir permukaan pipa tersebut dengan kikir persegi kasar sampai rata dan sampai mendekati ukuran yang diinginkan. Lanjutkan dengan menggunakan kikir persegi halus untuk mendapatkan prmukaan yang lebih halus. kikir pipa Ragum pelat 3. Periksalah permukaan kikir. Jika banyak terdapat sisa-sisa hasil pengikiran (bram) bersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan sikat kawat. 4. Lanjutkan pengikiran sampai didapatkan permukaan yang rata dan ukuran yang diinginkan. Periksa kesikuan antara permukaan pipa yang dikikir dengan badan (dinding) pipa. 5. Setelah pengikiran dengan menggunakan kikir persegi selesai, yang berarti permukaan pipa telah rata dan ukurannya sesuai dengan yang diinginkan, kikir bagian dalam pipa dengan menggunakan kikir bulat sehingga permukaan pipa yang telah dikikir bagian dalamnya menjadi halus. 6. Lakukan pekerjaan di atas pada ketiga pipa yang telah disediakan. 7. Setelah pekerjaan selesai, bersihkan dan rapikan peralatan yang telah digunakan dan kembalikan ke tempat semula. 33

34 4.5.Kesimpulan 1. Pemotongan yang bagus adalah tegak lurus terhadap pipa. 2. Dalam melakukan pemotongan sebaiknya toleransi yang diambil jangan terlalu besar (1mm 2 mm) karena banyak memakan waktu dan tenaga. 3. Pengikiran diusahakan dalam satu arah untuk mendapatkan hasil pengikiran yang baik. 34

35 BAB V PRAKTIKUM MEMBUAT ULIR MENGGUNAKANALAT SNAY TIDAK LANGSUNG 5.1.Tujuan Dapat menerangkan prosedur pelaksanaan pembuatan drat / ulir dengan benar Dapat menggunakan peralatan sesuai dengan fungsi dan kegunaannya masing-masing Dapat mengetahui cara pembuatan drat/ulir pipa galvanis secara manual dengan menggunakan alat pengulir / sney tidak langsung secara baik dan benar Dapat membuat hasil penguliran yang baik 5.2.Peralatan dan Bahan 1. Peralatan a. Satu set alat snay tidak langsung b. Penggores c. Ragum pipa d.oil Can e. Meteran f. Socket (untuk mengecek ulir) g.mistar baja h.kuas 2. Bahan Pipa galvanis ukuran ½, ¾, 1 yang sudah kikir rata dan bersih dari bram. 35

36 Ø1/2" Ø3/4" Ø1" Plambing dan Drainase 5.3.Gambar Kerja 2 cm 11 cm 2 cm 1,7 cm 1,7 cm 14 cm 1,5 cm 15 cm 1,5 cm 5.4.Langkah Kerja 1. Persiapkan bahan yang sudah di gergaji dan juga yang telah di kikir sebelumnya yaitu pipa galvanis ½, ¾ dan 1 2. Letakan bahan pada ragum dan jepit dengan kuat. 3. Tandai panjang penguliran pada badan pipa dengan menggunakan penggores. Untuk pipa ½ sepanjang 15 mm, ¾ sepanjang 17 mm, dan 1 sepanjang 20 mm. penggores Pipa Ø 1/2 15 mm Batas Penguliran 4. Setting snay tidak langsung, pertama pasangkan gigi diameter pipa yang diinginkan sesuai dengan berapa diameter pipa yang akan dibuat ulirnya misalnya pipa galvanis yang akan kita buat ulirnya itu adalah pipa ukuran diameter ½ 36

37 5. Setting alat snay sesuai dengan diameter pipa dengan tahap-tahap sebagai berikut Pasang mata pisau ulirnya sesuai dengan diameter pipa Untuk putaran pertama mata pisau tidak dipaskan pada kedalaman ulir yang diinginkan, lalu kunci dengan sekrup pengunci matanya Pasang snay pada pipa lalu kunci Atur kunci pinggirannya sehingga menyentuh mata pembuat ulirnya Atur arah pemompaan dengan dua buah kunci Mulai pemompaan, gunakan oli sebagai pelumas untuk mencegah kerusakan mata sney akibat gesekan dan panas. Untuk putaran kedua, kecilkan ukuran diameter mata snay mendekati kedalaman ulir yang diinginkan. Diameter pipa dengan drat tinggal diputar kunci pinggirannya ½ putaran atau ¼ putaran (dua-duanya harus sama) Dalam pembuatan drat minimal tiga kali pengulangan pemompaan dan penyettingan mata sney untuk mendapatkan permukaan ulir yang halus. 6. Setelah merasa cukup, coba masukkan socket apabila drat belum pas juga lakukan pemompaan lagi (perhatikan arah pemutaran kunci pinggirannya) Pipa Socket 7. Apabila sudah cukup berarti pekerjaan sudah selesai, pada penguliran ini untuk baiknya sisakan ulir sebanyak minimal tiga drat supaya pipa bisa lebih rapat dikencangkan dengan kunci. 8. Lakukan pekerjaan di atas pada ketiga pipa yang telah disiapkan. 9. Setelah pekerjaan selesai, bersihkan dan rapikan peralatan yang telah digunakan dan kembalikan ke tempat semula. 37

38 5.5.Kesimpulan 1. Dalam melakukan penguliran harus diperhatikan dalam melakukan pemutaran pengunci kedalaman snei harus sama pemutarannya, karena jika tidak sama dikhawatirkan nantinya dalam penguliran hasilnya akan bouwplank (tidak searah dengan penguliran) 2. Pada saat pelaksanaan pekerjaan diperlukan kehati-hatian dan ketelitian baik itu pada saat penyetelan alat ataupun pada saat pelaksanaan pemompaan alat snei 3. Penguliran yang baik akan mempengaruhi terhadap pengepasan pipa hasil uliran pada socket 4. Hasil penguliran yang baik akan menyisakan sekitar tiga atau empat drat untuk penguncian 38

39 BAB VI PRAKTIKUM MEMBUAT ULIR DENGAN MENGGUNAKAN THREADING MACHINE 6.1.Tujuan Dapat menerangkan prosedur pelaksanaan pembuatan drat / ulir dengan benar Dapat menggunakan peralatan sesuai dengan fungsi dan kegunaannya masing-masing Dapat mengetahui cara pembuatan drat / ulir pipa galvanis dengan menggunakan Treading Machine secara baik dan benar Dapat membuat hasil penguliran yang baik 6.2.Peralatan Dan Bahan 1. Peralatan a. Treading unit b. Penggores c. Socket (untuk mengecek ulir) d. Mistar baja e. Meteran f. Kuas g. Penahan pipa 2. Bahan Pipa galvanis ukuran ½ 39

40 Ø1/2" Plambing dan Drainase 6.3.Gambar Kerja 2 cm 5 cm 6.4.Langkah Kerja 1. Persiapkan bahan yakni pipa galvanis dengan diameter 1 / 2 2. Masukan pipa galvanis kedalam penjepit pipa hingga keluar ke daerah penguliran. Panjang pipa yang keluar min. 12 cm, agar saat mengulir pipa pisau snay tidak bertabrakan dengan tempat pengunci pipa. 3. Setelah pipa masuk dalam penjepit kemudian kencangkan penjepit pipa bagian depan dan bagian belakang putar saling berlawanan arah dengan kuat, sehingga pipa benar-benar terjepit dengan kuat jadi pipa akan berputar. 4. Lalu stel alat snaynya dengan pisau yang sesuai dengan diameter pipa yang akan disnay. Cara penyetelan snay yakni dengan mencopot seluruh alat snay dari mesin lalu letak pengunci pisau berada diluar rel pendorong pisau, kemudian pisau dimasukan kedalam tempat pisau sesuai batas garis pada pisau yang tertera. Urutan nomor pisau tidak boleh tertukar. Setelah garis pada pisau terletak pada tempatnya kemudian kencangkan pisau dengan menarik pendorong pisau, setelah pengunci pisau berada didalam rel pendorong pisau kembali. Jangan paskan dahulu pada diameter yang sebenarnya tetapi tempatkan kira-kira 4 mm lebih besar dari dimeter pipa yang dipakai, hal ini ditujukan untuk membuat ulir dalam 4 5 tahap pengerjaan. Dan pasang kembali alat snay pada mesin. 40

41 5. Kemudian arahkan tombol putaran untuk mengulir, paskan pipa pada pisau snay dan jarum pengukur pada mistar pindahkan ke angka nol. Dan arahkan aliran oli pada pisau snay. Setelah mesin dihidupkan injak pedal untuk menjalankan mesin. Lalu ulir pipa hingga ukuran ulir untuk pipa 1 / 2 adalah 1,5. 6. Setelah sampai pada ukuran ulir yang sesuai arahkan tombol putaran berlawanan dengan putaran ulir, hal ini untuk memotong buangan hasil penyenaian. Lalu injak pedal kembali hingga pisau snay berada pada ujung pipa. 7. Lalu pisau snay didorong. Untuk tahap berikutnya hingga tahapan yang terakhir dan sesuai dengan diameter pipa. Lalu lakukan hal yang sama untuk point ke 5 hingga Ceklah hasil uliran dengan alat sambung pipa. Bila belum cocok ulirlah kembali. 9. Bila uliran telah cocok dengan alat sambung potonglah dengan pipe cutter pada mesin dengan jarak potong 5 cm. Lalu arahkan kembali tombol putaran dengan arah penguliran, dan pinjak pedal sambil pipe cutter diputar untuk menekan, namun saat menekan jangan terlalu kuat karena akan merusak pisau pemotong. 10. Setelah terpotong bersihkan serpihan dengan menggunakan borring reamer. 41

42 6.5.Kesimpulan Ada keuntungan menggunakan alat snay manual yakni hasil uliran lebih baik karena pengerjaan akan lebih mudah dan cepat, serta ketelitian dalam pengulran lebih akurat. Sedangkan dengan menggunakan mesin pada tahap akhir sering terjadi pengerusakan pada bagian ulir yang dibuat karena uliran sudah terlalu dalam atau uliran menjadi gundul. Keuntungan lain dalam mengulir menggunakan mesin adalah pemotongan, pembersihan serpihan dan penguliran dapat dilakukan pada satu mesin, serta tenaga yang digunakan menjadi lebih efisien dan efektif untuk pekerjaan yang besar. Tetapi kerugian penggunaan Threading machine unit adalah bila mata pisau snaynya sudah tumpul atau mengalami korosi, ketelitian dalam membuat ulir berkurang. 42

43 BAB VII PRAKTIKUM PEMASANGAN INSTALASI PIPA TERTUTUP 7.1.Tujuan Mahasiswa dapat memasang pipa saluran tertutup sesuai spesifikasi yang diberikan. Mahasiswa dapat mempraktekkan berbagai macam alat sambung Mahasiswa dapat menguji kekuatan bocor saluran dan memperbaiki bila ada kebocoran. 7.2.Peralatan dan Bahan 1. Peralatan a. Meteran b. Treading machine c. Penggaris / Mistar besi d. Kunci pipa e. Penggores f. Pipe cutter g. Borring reamer h. Snay Langsung i. Pompa air 2. Bahan a. Pipa 1 / 2 dan pipa 3 / 4 b. Reducing 1 buah 43

44 c. Elbow 3 / 4 2 buah dan elbow 1 / 2 1 buah d. Barrel union 3 / 4 1 buah e. Tee stuc 3 / 4 1 buah dan tee stuc 1 / 2 1 buah f. Kran 1 buah g. Bushis 1 buah h. seal tip 44

45 7.3.Gambar Kerja C B A 60 cm 60 cm I 61 cm 60 cm 6 7 E H cm 60 cm F G J D 60 cm 60.5 cm Notasi Nama bahan Ukuran Jumlah (cm) (buah) A Tee stuc 3 / 4 1 buah B Socket 3 / 4 1 buah C Elbow 3 / 4 1 buah D Tee stuc 1 / 2 1 buah E Elbow 1 / 2 1 buah F Reducing 3 / 4 1 / 2 1 buah G Elbow 3 / 4 1 buah H Barel union 3 / 4 1 buah I Kran air 1 buah J Bushis 3 / 4 1 / 2 1 buah 1 Pipa 3 / 4 1 buah 2 Pipa 3 / 4 1 buah 3 Pipa 3 / 4 1 buah 4 Pipa 3 / 4 1 buah 5 Pipa 1 / 2 1 buah 6 Pipa 1 / 2 1 buah 7 Pipa 1 / 2 1 buah 8 Pipa 3 / 4 1 buah 9 Pipa 3 / 4 1 buah 10 Pipa 3 / 4 1 buah 45

46 7.4.Langkah Kerja 1. Persiapkan peralatan dan bahan. 2. Rencanakan dan perhitungkan ukuran panjang pipa yang akan dipotong sesuai dengan gambar rencana, agar panjang saluran sesuai dengan gambar rencana. 3. Potong tiap pipa sesuai ukuran diameternya dengan panjang masingmasing yang telah direncanakan tadi dengan pipe cutter. Lakukan pemotongan pipa sesuai dengan langkah kerja pemotongan pipa pada job sebelumnya. 4. Setelah pipa terpotong lakukan penguliran dengan menggunakan alat snay langsung. Dalamnya penguliran sesuai dengan pipa yang diulir. Lalu cek hasil uliran dengan menggunakan alat sambung. Lakukan penguliran pipa sesuai dengan langkah kerja penguliran pipa pada job sebelumnya. 46

47 Catatan : Hasil uliran harus masuk kedalam sambungan setengah dari dalamnya uliran. Agar memudahkan pekerjaan iusahakan pipa diurutkan sesuai dengan sambungan yang akan dipasang. 5. Pasang pipa-pipa tersebut dengan langkah sebagai berikut : Langkah 1 Pasang pipa 3 / 4 panjang 30 cm dari ujung pipa ke As Tee 3 / 4, disambung dengan alat sambung Tee 3 / 4. pipa 3 / 4 teestuc 3 / 4 Langkah 2 Pasang pipa 3 / 4 panjang 80 cm dari As Tee 3 / 4 ke As socket 3 / 4. Langkah 3 Pasang pipa 3 / 4 panjang 80 cm dari As socket 3 / 4 ke As Elbow 3 / 4, disambung dengan alat sambung Elbow 3 / 4 dan pada Elbow telah terpasang alat sambung Bushis 3 / 4 1 / 2. bushis 3 / 4 1 / 2 pipa 3 / 4 elbow 3 / 4 Langkah 4 Pasang pipa 1 / 2 panjang 80 cm dari As Elbow 3 / 4 ke As Tee 1 / 2, disambung dengan alat sambung Tee 1 / 2, dilanjutkan dengan penyambungan pipa 1 / 2 panjang 80 cm dari As Tee 1 / 2 ke As Elbow 1 / 2 dan disambung Elbow 1 / 2. 47

48 pipa 1 / 2 teestuk 1 / 2 pipa 1 / 2 elbow 1 / 2 Langkah 5 Pasang pipa 1 / 2 panjang 80 cm dari As Elbow 1 / 2 ke As Reducing 3 / 4 1 / 2, disambung dengan alat sambung Reducing 3 / 4 1 / 2, dilanjutkan dengan penyambungan pipa 3 / 4 panjang 80 cm dari As Reducing 3 / 4 1 / 2 ke As Elbow 3 / 4 dan disambung Elbow 3 / 4. reducing 3 / 4 1 / 2 pipa 1 / 2 pipa 3 / 4 pipa 1 / 2 elbow 3 / 4 Langkah 6 Pasang pipa 3 / 4 panjang 80 cm dari As Barrel Union 3 / 4 ke As Elbow 3 / 4, disambungkan ke alat sambung Elbow 3 / 4 dan ujung yang lain disambung dengan salah satu bagian dari alat sambung Barrel Union 3 / 4 beserta alat penguncinya. 48

49 barrel union 3 / 4 pipa 3 / 4 Langkah 7 Pasang pipa 3 / 4 panjang 80 cm dari As Barrel Union 3 / 4 ke As Tee 3 / 4, disambungkan ke alat sambung Elbow 3 / 4 dan ujung yang lain disambung dengan salah satu bagian dari alat sambung Barrel Union 3 / 4. tee 3 / 4 pipa 3 / 4 barrel union 3 / 4 Pengerjaan langkah-langkah tersebut harus dilakukan secara bertahap sesuai arah aliran air, karena system saluran menggunakan alat sambung pipa yang berbeda-beda. Pemasangan dimulai dari Langkah 1 digabungkan langkah 2, diteruskan dengan penggabungan Langkah 3, 4, 5, 6 dan 7, setelah menjadi satu kesatuan langkah terakhir adalah : Langkah 8 Gabungan seluruh langkah-langkah tadi dengan penyatuan kedua bagian Barrel Union yang terpisah tadi, lalu kencangkan dan jangan lupa pasang ring karet di dalam Barrel Union tadi. Catatan : Uliran pipa diberi seal tip agar tidak terjadi kebocoran. Pengencangan pipa dengan alat sambung gunakan kunci pipa. 49

50 Langkah 9 Pasang pipa 1 / 2 panjang 70 cm dari As Tee 1 / 2 ke As Elbow 1 / 2, disambung ke Tee 1 / 2 dan paling atas dipasang Elbow 1 / 2 yang telah dipasang kran. pipa 1 / 2 6. Pengecekan hasil pekerjaan. tee 1 / 2 kran elbow 1 / 2 a. Sambungkan ujung instalasi pipa dengan selang pompa. b. Pompa air dengan posisi kran terbuka (untuk mengeluarkan udara). Tutup kran, bila ai sudah mengalir sampai kran, dan pompa sampai tekanan 20 bar. Lalu cek apakah terjadi kebocoran atau tidak. c. Bila terjadi kebocoran, maka perbaiki dengan membuka Barrel Union dan perbaiki bagian yang bocor kemudian diberi seal tip kembali dan pasang kembali. 50

51 Hasil pekerjaan 7.5.Kesimpulan Sebab-sebab terjadinya kebocoran pada pipa kemungkinan karena : Kurang kencang dalam mengunci setiap sambungan pipa. Kurang baik dalam melapisi drat dengan seal tape. Penguliran terlalu dalam atau pekerjaan mengulir tidak baik. Terlalu kencang mengunci Barrel Union sehinga karet yang di dalamnya rusak. Tekanan yang diterima saluran pipa terlalu berlebihan atau tidak sesuai spesifikasi. Terlalu kencang dalam penguncian pipa dan sambungan sehingga sambungan pipa belah atau retak. 51

52 BAB VIII PRAKTIKUM MEMBUAT KEMIRINGAN DENGAN BONING ROD 8.1.Tujuan Mahasiswa dapat menerangkan cara menggunakan boning rod. Mahasiswa dapat menentukan kemiringan dasar galian dengan boning rod. Mahasiswa dapat membidik kelurusan dan kemiringan dengan baik dan benar. 8.2.Peralatan dan Bahan 1. Peralatan Meteran ukuran 3 m Palu cakar Pita meter ukuran 50 m Pensil Golok Boning rod Martil besar Waterpass batang 2. Bahan Patok dari kayu kasau 5/7 dengan panjang ± 90 cm 8.3.Langkah Kerja 1. Persiapkan peralatan dan bahan, serta lokasi yang akan digunakan untuk mempermudah pekerjaan. 2. Pasang patok awal lalu tancapkan dengan kuat dan kokoh, hingga ketinggian patok 90 cm dari muka tanah. 3. Ukur jarak sejauh ± 20 m dengan pita meter dari patok awal, lalu tancapkan dengan kokoh patok akhir yang ketinggiannya lebih tinggi dari patok awal. 52

53 4. Pasang di atas patok awal waterpas dengan arah memanjang ke arak patok akhir dan waterpass dalam keadaan nivo horizontal ditengahtengah, lalu bidik melalui permukaan atas waterpass kearah patok akhir. 5. Setelah dibidik teman kita yang lain menandai pada patok akhir bila hasil bidikan telah terlihat datar. 6. Lalu ukur dari tanda kedataran tadi turun sejauh tinggi waterpass ditambah dengan kemiringan yakni 20 cm karena perbandingan kemiringan 1:100 atau kemiringan 1%, lalu tandai pada patok akhir tadi. 7. Tancapkan lagi sebuah patok berdampingan dengan patok akhir (didepannya), ketinggiannya pas sama dengan tanda kemiringan tadi. 8. Kemudian pasang patok-patok diantara patok awal dan patok pendamping tadi dengan jarak antara 2 m pada setiap patok, sehingga patok-patok antara tadi berada satu garis lurus dan tinggi patok antara ini diusahakan lebih tinggi dari patok awal serta tertancap cukup kokoh. 9. Kemudian berdirikan boning rod dengan arah melintang dan tegak lurus diatas patok awal dan patok pendamping tadi masing-masing dipegang satu orang. Satu orang lagi berdiri di belakang patok awal sejauh 2 m lalu membidik permukaan atas boning rod pada patok awal kearah permukaan atas boning rod pada patok pendamping, satu orang lagi memegang boning rod lain didampingi orang yang memegang martil dan mendirikannya di atas salah satu patok antara mulai dengan patok antara yang lebih dekat dengan patok awal. 10. Si pembidik memberi aba-aba pada yang memegang boning rod untuk patok antara, apakah patok antara itu harus diturunkan agar segaris dengan garis kemiringan, bila kurang turun harus dipukul oleh pemegang martil, bila kurang banyak gunakan martil besar bila sedikit gunakan martil kecil. Penurunan patuk antara ini harus dilakukan sedikit demi sedikit sambil dicek oleh si pembidik. 11. Lakukan hal yang sama untuk patok-patok antara yang lainnya, sehingga semua patok antara menjadi segaris lurus dan dalam satu kesatuan kemiringan yang tepat. 53

54 12. Untuk mengecek hasil kerja kita apakah se-level atau tidak maka kita dapat menggunakan waterpass selang. 8.4.Data Hasil Praktikum Dari hasil praktek didapat data ketinggian setiap patok untuk mempermudah penggambaran dari muka tanah lokasi praktek, yakni : No.Patok Tinggi Patok (cm) Jarak Patok (m) Jarak Langsung (m) Kesimpulan Pembidikan dengan menggunakan bonning rod ini dilakukan bila dalam keadaan yang paling buruk, yakni bila tidak ada alat selang atau waterpass dilapangan. Kesalahan yang terjadi dalam praktek ini adalah karena faktor kesalahan manusia yakni pada saat membidik. Maka untuk menghindari terjadinya kesalahan yang fatal maka ketika dalam pembidikan sebaiknya dilakukan lebih dari satu orang. 54

55 BAB IX PRAKTIKUM MEMBUAT BOWPLANK/ STAKE OUT/ PAPAN DUGA 9.1.Tujuan Mahasiswa dapat membuat papan duga dengan benar, tegak, rata dan kokoh. Mahasiswa dapat memasang stake out dengan konstruksi yang kokoh 9.2.Peralatan dan Bahan 1. Peralatan Waterpas batang Meteran/ rol meter Waterpas selang Martil Gergaji kayu Paku Unting unting Benang kasur Palu cakar Pensil kayu Siku rangka Pita meter Golok 2. Bahan Papan 17/2 panjang 120 cm, 2 buah Usuk 5/7 panjang 120 cm, 2 buah Usuk 5/7 panjang + 60 cm, 4 buah 55

56 9.3.Langkah Kerja 1. Persiapkan perhitungan rencana kerja. 2. Persiapkan peralatan dan bahan, serta lokasi penggalian yang akan digunakan. 3. Buat patok-patok kecil sebagai tanda, dan hubungkan patok-patok tersebut dengan benang sebagai as galian. Pastikan pertemuan setiap benang saling tegak lurus dengan menggunakan cara pitagoras. 4. Pasang patok acuan dan tancapkan secara kuat dan kokoh, pasang papan pada patok untuk stake out pada ketinggian 80 cm dari permukaan tanah yang terendah, sehingga permukaan bagian atas papan tepat pada level 80 cm, lalu pakukan satu buah terlebih dahulu pada patok agar mudah untuk mendatarkan papan. 5. Posisikan papan agar datar dengan menggunakan waterpass batang, setelah datar ukur 1 m dari As patok A, lalu pasang patok lain dengan kokoh di sampingnya secara sejajar dan tegak lurus dari patok acuan, sehingga benar-benar berjarak 1 m antara As patok satu dengan yang lainnya. Setelah papan tadi datar kembali pakukan ke patok satunya, lalu pakukan lagi agar papan menjadi kokoh, agar patok berdiri kokoh, gunakan skor kebelakang. Jadilah stake out A acuan. 6. Dengan menggunakan pita meter ukur jarak sejauh 7,5 m secara satu garis lurus salah satu patok dan tegak lurus papan, lalu tancapkan patok lain dengan kokoh. 7. Levelkan antara stake out yang satu dengan patok yang baru dipasang tadi dengan menggunakan waterpaas selang, kemudian tandai dengan pensil pada patok B. Karena kemiringan galiannya sebesar 2% dari stake out acuan, maka tanda pada patok B diturunkan sejauh 14,2 cm. 8. Pasangkan papan lain pada patok B untuk stake out sehingga permukaan bagian atas papan tepat pada level tanda kemiringan dipatok tersebut, lalu pakukan satu buah terlebih dahulu pada patok agar mudah untuk mendatarkan papan, lakukan hal yang sama seperti pada point no. 3. Sehingga jadilah stake out B. 56

57 9.4.Gambar dan Data Hasil Praktikum 9.5.Kesimpulan Dalam pembuatan papan duga, hal hal yang harus diperhatikan adalah : 1. Ketegakan dan kekokohan dari papan duga / stake out. 2. Kedataran papan duganya. 3. Ke-levelan antara papan duga yang satu dengan yang lain karena akan mempengaruhi kemiringan permukaan tanah galian nanti. 57

58 BAB X PRAKTIKUM PEKERJAAN PENGGALIAN TANAH Tujuan Mahasiswa dapat menentukan batas - batas galian. Mahasisma dapat melakukan pekerjaan galian dengan kedalaman 30 cm. Mahasiswa dapat menentukan kemiringan dasar galian 2% dan lebar galian 40 cm Peralatan dan Bahan 1. Peralatan Cangkul Unting-unting Sekop Pensil Gergaji kayu Meteran/ rol meter Linggis Palu cakar Waterpas selang dan waterpas batang Benang 2. Bahan Untuk membuat boning rod, yaitu papan 2/ cm dan 2/15 40 cm Langkah Kerja 1. Tandai dengan paku pertengahan atas panjang papan stake out sebagai as galian, dengan bantuan unting-unting. 2. Ikatkan tali, yang ujung bagian bawahnya sudah dipasang unting-unting, pada paku yang berada pada pertengahan bagian atas papan stake out, ujung unting-unting harus menyentuh permukaan tanah, kemudian tandai, dengan demikian didapatkan As galian pada permukaan tanah. 58

59 3. Tarik benang dari As pada stake out A ke stake out B. Dan jarak galian dari stake out 50 cm. 4. Ukur jarak 20 cm dari kanan dan kiri pertengahan as galian pada papan stake out, kemudian tandai dengan paku sebagai pencantolan benang kasur nantinya. 5. Lakukan hal yang sama seperti point no.3 pada paku yang berjarak 20 cm dari kanan dan kiri pertengahan as galian pada papan stake out, sehingga didapatkan lebar galian. 6. Lakukan hal yang sama seperti point no.1 4 pada stake out B. 7. Tarik benang dari stake out A dan B, yaitu benang pinggir keduanya yang berada pada permukaan tanah. 8. Kemudian lakukan pengalian sedalam 30 cm terhadap kemiringan galian 2% dengan menggunakan alat gali yang sudah disediakan (seperti : cangkul, seblang, garfu) Gambar dan Data Hasil Praktikum Potongan melintang 59

60 Potongan memanjang Tampak atas Kesimpulan Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pekerjaan galian adalah : 1. Pemberian batas-batas galian (lebar dan panjangnya) yang baik dan benar, karena hal ini akan mempengaruhi pada pekerjaan penggalian nanti. 2. Jangan lupa pada saat penggalian berlangsung perhatikan kedalaman dari galian. 3. Posisi galian berada diantara papan duga / stake out dan as galian sejajar dengan as papan duga / stake outnya. 60

61 BAB XI PRAKTIKUM PEKERJAAN PEMASANGAN PIPA DAN PEMASANGAN BAK KONTROL Tujuan Mahasiswa dapat memasang pipa saluran dalam kemiringan ± 2% Mahasiswa dapat memasang sambungan pipa dengan benar. Mahasiswa dapat menimbun pipa yang sudah terpasang dengan prosedur yang benar Peralatan dan Bahan 1. Peralatan Unting-unting Pensil Cangkul Waterpas selang Waterpas batang Golok Sekop Meteran/ rol meter Gergaji kayu 2. Bahan Bak kontrol, 1 buah Tee Way Ø 4, 1 buah Pipa PVC Ø 4, 4 buah Soket Ø 4, 1 buah Patok 5/7 Bens ( elbow ) Ø 4, I buah Pasir urug 61

62 11.3. Langkah Kerja 1. Bersihkan dasar galian tanah dari sampah-sampah dan bongkahan tanah yang berjatuhan ke dalam galian. 2. Periksa kemiringan dasar galian dengan menggunakan boning rod, apakah sesuai dengan kemiringan pipa saluran yang akan dipasang. 3. Buatlah patok + 10 cm untuk ketebalan pasir urugsebagai bantalan pipa 4. Tanam + 10 cm dari tinggi patok-patok tersebut secara zig-zag atau boleh juga lurus ke dalam galian. 5. Letakkan bak kontrol pada ujung pertemuan saluran yang paling rendah (hilir). 6. Timbun galian dengan pasir urug setinggi patok yang telah tertanam (+10 cm). 7. Setelah timbunan pasir urug rata pada dasar galian, pasang pipa dengan urutan ( dari hulu ke hilir ). Pemasangan Sambungan Pipa dan Bak Kontrol Bak kontrol dan Pipa T-Way Soket Reduced Elbow 62

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA 1 ¾ ¾ ½ ¾ ½ ¾ 45 0 KATA PENGANTAR Modul dengan judul Membuat Macam-macam Sambungan Pipa merupakan salah satu modul untuk membentuk kompetensi agar mahasiswa dapat melakukan

Lebih terperinci

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA BAG- TKB.001.A-76 45 JAM 1 ¾ ¾ ½ ¾ ½ ¾ 45 0 Penyusun : TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB VI PELAKSANAAN KERJA PERPIPAAN

BAB VI PELAKSANAAN KERJA PERPIPAAN BAB VI PELAKSANAAN KERJA PERPIPAAN A. TINJAUAN UMUM Praktek kerja perpipaan dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan secara lebih akurat kepada mahasiswa tentang tata cara perpipan untuk mendukung atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Definisi Praktek Kerja Pipa 1.3. Macam-macam Pipa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Definisi Praktek Kerja Pipa 1.3. Macam-macam Pipa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem saluran dan pembuangan adalah suatu konstruksi yang mengatur pemasukan atau penyuplaian air bersih guna kebutuhan manusia dan pengeluaran /pembuangan air bekas/limbahnya

Lebih terperinci

BAB XIV INSTALASI PIPA PVC

BAB XIV INSTALASI PIPA PVC BAB XIV INSTALASI PIPA PVC Pipa PVC sudah banyak digunakan di dunia dan di Indonesia pada khususnya. Mulai untuk pipa air bersih, air kotor, kotoran, dan air hujan. Pipa PVC standar pipa pasar atau pipa

Lebih terperinci

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK A. DEFINISI - Pengangkutan Pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukan ke

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Gambar 1.1 Guilitene Hidrolis

PEMBAHASAN. Gambar 1.1 Guilitene Hidrolis PEMBAHASAN A. Konstruksi Gunting Pemotong Plat Mesin pemotong plat mempunyai beberapa jenis, manual dengan menggunakan tuas maupun dengan tenaga hidrolis (gambar 1.1), pada mesin pemotong plat hidrolis

Lebih terperinci

1. INSTALASI SISTEM SANITASI DAN PLAMBING BANGUNAN

1. INSTALASI SISTEM SANITASI DAN PLAMBING BANGUNAN 1. INSTALASI SISTEM SANITASI DAN PLAMBING BANGUNAN Topik kajian dalam modul ini hanya terbatas pada Instalasi Plambing Air Bersih, Air Panas, Uap, Air Kotor/Air Kotoran, Ven dan Air Hujan. Sebelum tahapan

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK 7.1 Pelaksanaan Pekerjaan Balok Balok adalah batang dengan empat persegi panjang yang dipasang secara horizontal. Hal hal yang perlu diketahui

Lebih terperinci

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU 1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU A. Tujuan 1. Menyebutkan macam-macam jenis alat tangan dan fungsinya. 2. Menyebutkan bagian-bagian dari alat-alat tangan pada kerja bangku. 3. Mengetahui bagaimana cara

Lebih terperinci

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong Pengertian bengkel Ialah tempat (bangunan atau ruangan) untuk perawatan / pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alt dan mesin, tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Pentingnya bengkel pada suatu

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena kumpulan berbagai macam material itulah yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN :

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : Kompetensi Keahlian : Hari / Tanggal : Teknik Gambar Bangunan Kelas / Jurusan : III / Teknik Gambar Bangunan Waktu

Lebih terperinci

PERKAKAS TANGAN YUSRON SUGIARTO

PERKAKAS TANGAN YUSRON SUGIARTO PERKAKAS TANGAN YUSRON SUGIARTO RAGUM berfungsi untuk menjepit benda kerja secara kuat dan benar, artinya penjepitan oleh ragum tidak boleh merusak benda kerja Untuk menghasilkan penjepitan yang kuat maka

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT. Proyek Menara Sentraya dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT. Proyek Menara Sentraya dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT 4.1 Bahan Bahan Yang Digunakan meliputi : Bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi a. Beton Ready mix. Beton Ready mix adalah beton

Lebih terperinci

Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui

Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui Teknik Perpipaan Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan slang kebakaran. Sistem ini terdiri

Lebih terperinci

LABORATORIUM / WORKSHOP KERJA BATU JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

LABORATORIUM / WORKSHOP KERJA BATU JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA LABORATORIUM / WORKSHOP KERJA BATU FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA DAFTAR JOBSHEET PRAKTIKUM KERJA BATU JS 01 JS 02 JS 03 JS 04 JS 05 JS 06 JS 07 JS 08 JS 9-10

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 02 UPR. 02.4 PEMELIHARAAN RUTIN TALUD & DINDING PENAHAN TANAH AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK 3.1 Perancangan dan pabrikasi Perancangan dilakukan untuk menentukan desain prototype singkong. Perancangan

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING

PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING DEASY MONICA PARHASTUTI M. IRFAN NUGRAHA NOVSA LIRIK QORIAH TAUFAN HIDAYAT KELOMPOK 3 KG-3A PERMASALAHAN PADA ATAP PERMASALAHAN 5. BUBUNGAN RETAK PENYEBAB

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA

PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA 1. PENDAHULUAN Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoranmanusia. Limbah merupakan

Lebih terperinci

PRAKTIK PLAMBING DAN SANITER NS1634 1

PRAKTIK PLAMBING DAN SANITER NS1634 1 PRAKTIK PLAMBING DAN SANITER NS1634 1 Fungsi dan jenis peralatan plambing Fungsi peralatan plambing Menyediakan air bersih ke tempat 2 tertentu dg tekanan cukup dan air panas bila diperlukan Menyalurkan

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1. Pengamatan Pekerjaan Konstruksi Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari beberapa pekerjaan dasar. Yaitu pekerjaan pengukuran, pembesian,

Lebih terperinci

UMY. Sistem Sanitasi dan Drainase Pada Bangunan. Dr. SUKAMTA, S.T., M.T. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKUKTAS

UMY. Sistem Sanitasi dan Drainase Pada Bangunan. Dr. SUKAMTA, S.T., M.T. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKUKTAS UMY Sistem Sanitasi dan Drainase Pada Bangunan Dr. SUKAMTA, S.T., M.T. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKUKTAS www.umy.ac.id PENDAHULUAN Pada perencanaan sistem sanitasi

Lebih terperinci

Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan

Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan Pt T-22-2000-C PETUNJUK TEKNIS Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH 1 KATA PENGANTAR Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air

Lebih terperinci

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN SPESIFIKASI TEKNIS Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN 1. Nama Kegiatan : Penataan Listrik Perkotaan 2. Nama pekerjaan : Penambahan Lampu Taman (65 Batang) 3. Lokasi : Pasir Pengaraian Pasal 2 PEKERJAAN

Lebih terperinci

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

A. GAMBAR ARSITEKTUR. A. GAMBAR ARSITEKTUR. Gambar Arsitektur, yaitu gambar deskriptif dari imajinasi pemilik proyek dan visualisasi desain imajinasi tersebut oleh arsitek. Gambar ini menjadi acuan bagi tenaga teknik sipil

Lebih terperinci

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali KONSTRUKSI PONDASI 9.1 Konstruksi Pondasi Batu Kali atau Rollaag Konstruksi pondasi ini merupakan bagian dari konstruksi bangunan gedung dan sangat penting karena sangat menentukan kekokohan bangunan.

Lebih terperinci

BAB III METOLOGI PENELITIAN

BAB III METOLOGI PENELITIAN BAB III METOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Metode yang digunakan adalah untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara tepat. Skripsi ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN 7-1 BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN 7.1 Pekerjaan Persiapan Pada pelaksanaan pekerjaan pembangunan suatu proyek biasanya diawali dengan pekerjaan persiapan. Adapun pekerjaan persiapan tersebut itu meliputi

Lebih terperinci

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION BASEMENT OF WATER TANK WRT-14-075 oleh: BAMBANG JOKO SUTONO UNIVERSITAS BALIKPAPAN Jl. Pupuk kel.gn.bahagia (BALIKPAPAN) (2014) ABSTRAK Rumah merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

KONSTRUKSI ATAP 12.1 Menggambar Denah dan Rencana Rangka atap

KONSTRUKSI ATAP 12.1 Menggambar Denah dan Rencana Rangka atap KONSTRUKSI ATAP 12.1 Menggambar Denah dan Rencana Rangka atap Gambar 12.1 Rencana Atap Rumah Tinggal 12.2 Menggambar Ditail Potongan Kuda-kuda dan Setengah Kuda- Kuda Gambar 12.2 Potongan Kuda-kuda dan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan

Lebih terperinci

MAKALAH PROSES PRODUKSI PEMBUATAN MEJA LIPAT

MAKALAH PROSES PRODUKSI PEMBUATAN MEJA LIPAT MAKALAH PROSES PRODUKSI PEMBUATAN MEJA LIPAT Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kelulusan Mata Kuliah Proses Produksi Oleh : Akmal Akhimuloh 1503005 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI GARUT

Lebih terperinci

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu :

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu : POROS BERTINGKAT A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu : Mampu mengoprasikan mesin bubut secara benar. Mampu mebubut luar sampai halus dan rata. Mampu membubut lurus dan bertingkat.

Lebih terperinci

SOAL TES. Pilihlah satu jawaban yang anda anggap paling benar dengan memberikan tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d.

SOAL TES. Pilihlah satu jawaban yang anda anggap paling benar dengan memberikan tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d. Lampiran 1. Instrumen Penelitian 69 SOAL TES Mata pelajaran Kelas Alokasi waktu : Fabrikasi Las Gas : X : 30 menit Pilihlah satu jawaban yang anda anggap paling benar dengan memberikan tanda silang (X)

Lebih terperinci

MESIN BOR. Gambar Chamfer

MESIN BOR. Gambar Chamfer MESIN BOR Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan). Sedangkan Pengeboran adalah operasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Air Bersih Sistem penyediaan air bersih adalah suatu sistem penyediaan atau pengeluaran air ke tempat-tempat yang dikehendaki tanpa ada gangguan atau pencemaran terhadap

Lebih terperinci

KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN

KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN Klasifikasi berdasarkan jenis air buangan: Sistem pembuangan air kotor. Adalah system pembuangan untuk air buangan yang berasal dari kloset, urinal, bidet, dan air buangan

Lebih terperinci

DINDING DINDING BATU BUATAN

DINDING DINDING BATU BUATAN DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan

Lebih terperinci

BAB III METODE & DATA PENELITIAN

BAB III METODE & DATA PENELITIAN BAB III METODE & DATA PENELITIAN 3.1 Distribusi Jaringan Tegangan Rendah Pada dasarnya memilih kontruksi jaringan diharapkan memiliki harga yang efisien dan handal. Distribusi jaringan tegangan rendah

Lebih terperinci

DA V Series BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DAN KARTU GARANSI DAFTAR ISI

DA V Series BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DAN KARTU GARANSI DAFTAR ISI NOMOR : P.20.INDO3.00201.0212 DA V Series BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DAN KARTU GARANSI DAFTAR ISI HAL. Kata Pengantar Bagian 1 Bagian 2 Bagian 3 Bagian 4 Bagian 5 Bagian 6 Bagian

Lebih terperinci

BAB III PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN PADA MESIN KOMPRESOR

BAB III PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN PADA MESIN KOMPRESOR BAB III PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN PADA MESIN KOMPRESOR 3.1 Pemeriksaan Pada Operasi Harian Operasional kompresor memerlukan adanya perawatan tiap harinya, perawatan tersebut antara lain: a. Sediakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tinjauan Umum Variabel bebas yaitu variasi perbandingan agregat kasar, antara lain : Variasi I (1/1 : 1/2 : 2/3 = 3 : 1 : 2) Variasi II (1/1 : 1/2 : 2/3 = 5 : 1 : 3) Variasi

Lebih terperinci

BAB V METODE UMUM PELAKSAAN KONSTRUKSI. Untuk mengetahui metode pelaksanaan di lapangan, dibuatkan gambar shop

BAB V METODE UMUM PELAKSAAN KONSTRUKSI. Untuk mengetahui metode pelaksanaan di lapangan, dibuatkan gambar shop BAB V METODE UMUM PELAKSAAN KONSTRUKSI 5.1 Uraian Umum Pada Setiap proyek, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI KOPLING Kopling adalah satu bagian yang mutlak diperlukan pada truk dan jenis lainnya dimana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN SISTEM PERPIPAAN UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN BUNGA KEBUN VERTIKAL

BAB IV PEMBUATAN SISTEM PERPIPAAN UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN BUNGA KEBUN VERTIKAL BAB IV PEMBUATAN SISTEM PERPIPAAN UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN BUNGA KEBUN VERTIKAL Bab ini berisikan tentang proses pembuatan sistem perpipaan untuk penyiraman bunga kebun vertikal berdasarkan hasil perancangan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN AIR LIMBAH KAKUS I

PENGELOLAAN AIR LIMBAH KAKUS I PENGELOLAAN AIR LIMBAH KAKUS I 1. PENDAHULUAN Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoranmanusia. Limbah merupakan buangan/bekas

Lebih terperinci

PEMBUATAN SALURAN AIR BEKAS MANDI DAN CUCI

PEMBUATAN SALURAN AIR BEKAS MANDI DAN CUCI PEMBUATAN SALURAN AIR BEKAS MANDI DAN CUCI 1. PENDAHULUAN Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoranmanusia. Limbah merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN PELAKSANAAN LAPANGAN 4.1 Pekerjaan pondasi 1. papan bekisting 2. beton ready mix 3. pasir urug 4. Besi poer D16, D10, Ø8 2. Langkah Kerja a. Setelah Tiang pancang ditanam, b.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perencanaan Alat Alat pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak sebagai pengganti minyak bumi. Pada dasarnya sebelum melakukan penelitian

Lebih terperinci

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA >

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA > Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA > GSF-Aceh. Didalam Pelaksanaan Proyek, metode pelaksanaan sangat penting dilaksanakan, hal ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM

MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM Materi ini membahas tentang pembuatan besi tuang dan besi tempa. Tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai adalah (1) Menjelaskan peranan teknik pengecoran dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya.

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin 2.1.1. Bubut Senter Untuk meningkatkan produksi, pada tahap pertama kita akan berusaha memperpendek waktu utama. Hal

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun KATA PENGANTAR Modul dengan judul Memasang Cerobong Udara merupakan bahan ajar yang digunakan sebagai panduan praktikum peserta diklat (siswa) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk membentuk salah satu

Lebih terperinci

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI DANGKAL F.45...... 03 BUKU KERJA 2011 K E M E N T E R I AN P E K E R J A AN U M U

Lebih terperinci

A. Pasangan Dinding Batu Bata

A. Pasangan Dinding Batu Bata Perspektif dua titik lenyap digunakan karena bangunan biasanya mempunyai arah yang membentuk sudut 90. Sehubungan dengan itu, maka kedua garis proyeksi titik mata dari titik berdiri (Station Point = SP)

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI MEKANIK JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI MEKANIK JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI MEKANIK JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN MARINE ENGINEERING DAFTAR ISI TUGAS I MEMBUBUT POROS LURUS ( 2 JAM KEGIATAN )... 2 TUGAS II MEMBUBUT BERTINGKAT ( 4 JAM KEGIATAN )...

Lebih terperinci

MODUL 10 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGETAP DAN MENYENAI ) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH :

MODUL 10 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGETAP DAN MENYENAI ) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : MODUL 10 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N ( ) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 1 0 Perangkat Tap Tap konis Tap konis di serong

Lebih terperinci

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Kata Pengantar Pedoman Teknis Rumah berlantai 2 dilengkapi dengan Metode dan Cara Perbaikan Kerusakan ini dipersiapkan oleh Panitia D-III Arsitektur yang

Lebih terperinci

UJI KUAT GESER LANGSUNG TANAH

UJI KUAT GESER LANGSUNG TANAH PRAKTIKUM 02 : Cara uji kuat geser langsung tanah terkonsolidasi dan terdrainase SNI 2813:2008 2.1 TUJUAN PRAKTIKUM Pengujian ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pengujian laboratorium geser

Lebih terperinci

[ 인도네시아섬유산단조성사업 기본및실시설계공사시방서 - 우 오수관로 ( 인도네시아어 )]

[ 인도네시아섬유산단조성사업 기본및실시설계공사시방서 - 우 오수관로 ( 인도네시아어 )] Indonesia Industrial Park Construction Project Specification of Basic and Detailed Design Construction Specification - Saluran air hujan dan kotor(indonesian) [ 인도네시아섬유산단조성사업 기본및실시설계공사시방서 - 우 오수관로 ( 인도네시아어

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan 3 BAB DASAR TEORI.1. Dasar Perencanaan.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

a. Macam-macam palu yang kita jumpai : - Palu pena kepala bulat - Palu pena kepala lurus atau silang - Palu keling

a. Macam-macam palu yang kita jumpai : - Palu pena kepala bulat - Palu pena kepala lurus atau silang - Palu keling A. Teori Kerja Plat Yang dimaksud pengerjaan plat adalah pengerjaan membentuk dan menyambung logam lembaran (plat) sehingga sesuai dengan bentuk dan ukuran yang sudah direncanakan. Pengerjaan plat dapat

Lebih terperinci

commit to user BAB II DASAR TEORI

commit to user BAB II DASAR TEORI 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Kerja Bangku Kerja Bangku adalah teknik dasar yang harus dikuasai oleh seseorang dalam mengerjakan benda kerja. Pekerjaan kerja bangku menekankan pada pembuatan benda kerja dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran LAMPIRAN Sistem proteksi pasif terdiri dari : Ketahanan Api dan Stabilitas Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran sehingga pada saat terjadi kebakaran pengguna gedung

Lebih terperinci

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural SNI 03-3975-1995 Standar Nasional Indonesia Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural ICS Badan Standardisasi Nasional DAFTAR ISI Daftar Isi... Halaman i BAB I DESKRIPSI... 1 1.1

Lebih terperinci

Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande

Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande Standar Nasional Indonesia Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande ICS 93.140 Badan Standardisasi Nasional i BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMBUATAN DAN PERAKITAN ALAT Pembuatan alat dilakukan berdasarkan rancangan yang telah dilakukan. Gambar rancangan alat secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5.1. 1 3

Lebih terperinci

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan BAB III TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran pengerjaannya. Pengadaan

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM UNTUK MERAWAT SISTEM SEPTIK TANK

PETUNJUK UMUM UNTUK MERAWAT SISTEM SEPTIK TANK SISTEM BARU Sistem apapun yang anda pilih, baik sitem septik konvensional maupun jenis aerobik, tangki penampungan yang baru harus melalui masa tenang di mana bakteri-bakteri yang diperlukan mulai hidup

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN NO. 0081T/Bt/1995 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Sejalan dengan mekanisme perencanaan Proyek

Lebih terperinci

KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK

KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK Pengertian Paving block atau blok beton terkunci menurut SII.0819-88 adalah suatuko mposisi bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis

Lebih terperinci

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 6 PERAWATAN DAN PERMASALAHAN IPAL DOMESTIK

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 6 PERAWATAN DAN PERMASALAHAN IPAL DOMESTIK BAB 6 PERAWATAN DAN PERMASALAHAN IPAL DOMESTIK 59 6.1 Perawatan Yang Perlu Diperhatikan Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC Perawatan unit IPAL yang perlu diperhatikan antara lain : Hindari sampah

Lebih terperinci

-1- KETENTUAN TEKNIS SPAM BJP

-1- KETENTUAN TEKNIS SPAM BJP -1- LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KETENTUAN TEKNIS SPAM BJP 1. JENIS SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

Lebih terperinci

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMANFAATAN AIR HUJAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa air hujan merupakan sumber air yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHALL

METODE PENGUJIAN CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHALL SNI 06-2489-1991 SK SNI M-58-1990-03 METODE PENGUJIAN CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHALL BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM

TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM SNI 03-6798-2002 BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang Lingkup Tata cara ini meliputi prosedur pembuatan dan perawatan

Lebih terperinci

Drainase Lapangan Olahraga

Drainase Lapangan Olahraga Drainase Lapangan Olahraga Pendahuluan Sistem drainase untuk lapangan olah raga bertujuan untuk mengeringkan lapangan agar tidak terjadi genangan air bila terjadi hujan, karena bila timbul genangan air

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Mulai Merancang Desain dan Study Literatur Proses Pembuatan Rangka -Pemotongan pipa -Proses pengelasan -Proses penggerindaan Proses Finishing -Proses

Lebih terperinci

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL DAFTAR (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL No. Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup D Pemukiman (Cipta Karya) 4. Air Bersih/ Air Minum 1. Metode Pengujian Meter Air Bersih (Ukuran

Lebih terperinci

BAK PENAMPUNGAN AIR BAMBU SEMEN (KAPASITAS LITER)

BAK PENAMPUNGAN AIR BAMBU SEMEN (KAPASITAS LITER) BAK PENAMPUNGAN AIR BAMBU SEMEN (KAPASITAS 2.500 LITER) 1. PENDAHULUAN Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhan puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut,

Lebih terperinci

Gambar IV-1, Pondasi Menciptakan Kestabilan dan Kekokohan

Gambar IV-1, Pondasi Menciptakan Kestabilan dan Kekokohan PONDASI Pondasi Batu Belah Pondasi merupakan elemen pokok bangunan yang sangat vital, berfungsi sebagai penyangga konstruksi bangunan di atasnya. Kekuatan dan kekokohan suatu konstruksi bangunan gedung

Lebih terperinci

3. Mesin Bor. Gambar 3.1 Mesin bor

3. Mesin Bor. Gambar 3.1 Mesin bor 3. Mesin Bor 3.1 Definisi Dan Fungsi Mesin Bor Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan).

Lebih terperinci

PERTEMUAN XI PINTU DAN JENDELA. Oleh : A.A.M

PERTEMUAN XI PINTU DAN JENDELA. Oleh : A.A.M PERTEMUAN XI PINTU DAN JENDELA Oleh : A.A.M Fungsi Pintu dan Jendela: - Akses keluar/masuk ruangan - Penerangan (Lighting) - Penghawaan (Ventilation) Syarat: - Stabil, kuat dan aman Rangka pintu & jendela

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Vittoria Residences Apartement terdiri dari 3 tower dengan : c. Podium 5 lantai, dengan 1 lantai semi basement

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Vittoria Residences Apartement terdiri dari 3 tower dengan : c. Podium 5 lantai, dengan 1 lantai semi basement BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1. Uraian umum Vittoria Residences Apartement terdiri dari 3 tower dengan : a. Tower A 18 lantai - Atap 1 lantai b. Tower B & C 24 lantai - Atap 1 lantai c. Podium 5 lantai,

Lebih terperinci

BAB V LAPORAN PROSES PENGAMATAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKO SETIABUDHI - BANDUNG

BAB V LAPORAN PROSES PENGAMATAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKO SETIABUDHI - BANDUNG BAB V LAPORAN PROSES PENGAMATAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKO SETIABUDHI - BANDUNG Dalam bahasan laporan mingguan proses pengamatan pelaksanaan proyek ini, praktikan akan memaparkan dan menjelaskan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang lingkup Tatacara ini meliputi ketentuan-ketentuan, cara pengerjaan bangunan utama

Lebih terperinci

PRODUK BAHAN AJAR JOBSHEET PEMBELAJARAN PRAKTIK KERJA BATU II OLEH : DR. V. LILIK HARIYANTO NIM:

PRODUK BAHAN AJAR JOBSHEET PEMBELAJARAN PRAKTIK KERJA BATU II OLEH : DR. V. LILIK HARIYANTO NIM: PRODUK BAHAN AJAR JOBSHEET PEMBELAJARAN PRAKTIK KERJA BATU II OLEH : DR. V. LILIK HARIYANTO NIM: 09702261020 BENGKEL KERJA BATU DAN BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Pengertian Plumbing atau Plambing beserta Jenis, Fungsi, Syarat, Tahapan, dan Pemasangan Plumbing Atau plambing

Pengertian Plumbing atau Plambing beserta Jenis, Fungsi, Syarat, Tahapan, dan Pemasangan Plumbing Atau plambing PLUMBING Pengertian Plumbing atau Plambing beserta Jenis, Fungsi, Syarat, Tahapan, dan Pemasangan Plumbing Atau plambing Menurut kamus inggris-indonesia yang disusun oleh john M.chols dan hasan shadely,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material BAB III METODE PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah rancang bangun alat. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material Pusat Teknologi Nuklir Bahan

Lebih terperinci

MESIN PENGGURDI DAN PENGEBOR

MESIN PENGGURDI DAN PENGEBOR Presentasi Proses Produksi 2 MESIN PENGGURDI DAN PENGEBOR MESIN PENGGURDIAN Mesin Penggurdian adalah membuat lobang dalam sebuah obyek dengan menekankan sebuah gurdi berputar kepadanya. Hal yang sama dapat

Lebih terperinci

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) Diklat Teknis Kedelai Bagi Penyuluh Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Kedelai Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN

Lebih terperinci