PENENTUAN STRUKTUR MODAL YANG OPTIMUM PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BEI ANNISA NAZILA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENENTUAN STRUKTUR MODAL YANG OPTIMUM PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BEI ANNISA NAZILA"

Transkripsi

1 1 PENENTUAN STRUKTUR MODAL YANG OPTIMUM PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BEI ANNISA NAZILA DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2 1

3 iii PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penentuan Struktur Modal yang Optimum Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, April 2014 Annisa Nazila H

4 iv ABSTRAK ANNISA NAZILA. Penentuan Struktur Modal Yang Optimum Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di BEI. Dibimbing oleh FARIDA RATNA DEWI Semakin ketatnya persaingan bisnis seiring dengan perkembangan perekonomian menuntut perusahaan untuk melakukan pengembangan perusahaan atau ekspansi. Suatu perusahaan harus mempunyai struktur modal yang optimal agar dapat bertahan dalam industri. Kombinasi struktur modal ini akan mempengaruhi biaya modal yang akan dikeluarkan oleh perusahaan. Struktur modal dikatakan optimal apabila memiliki biaya modal yang rendah. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis penetapan struktur modal yang optimal pada perusahaan dalam industri makanan dan minuman. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan PT Mayora Indah Tbk, PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk yang diolah dengan menggunakan metode perhitungan cost of capital (COC) dan Weight Average Cost of Capital (WACC). Hasil penelitian didapatkan bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk sudah memiliki struktur modal yang optimal. Kata Kunci : capital structure, cost of capital, food and beverage company, company value ABSTRACT ANNISA NAZILA. Determination of Optimum Capital Structure In The Food And Beverage Company Registered In BEI. Supervised by FARIDA RATNA DEWI Increasing competition in the business in line with the economic development requires the company to undertake the development or expansion of the company. A company must have an optimal capital structure in order to survive in the industry. The combination of this capital structure will affect the cost of capital to be issued by the company. If the optimal capital structure is said to have a low capital cost. This study was conducted to analyze the determination of an optimal capital structure in companies in the food and beverage industry. The data used are secondary data obtained from the financial statements of PT Mayora Indah Tbk, PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, and PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk are processed using the method of calculating the cost of capital (COC) and Weight Average Cost of Capital (WACC). The results showed that PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk and PT Indofood Sukses Makmur Tbk already have an optimal capital structure. Keywords : capital structure, cost of capital, food and beverage company, company value

5 v PENENTUAN STRUKTUR MODAL YANG OPTIMUM PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BEI ANNISA NAZILA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6 vi

7 vii Judul Skripsi : Penentuan Struktur Modal yang Optimum Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Nama : Annisa Nazila NIM : H Disetujui oleh Farida Ratna Dewi, SE, MM Pembimbing Diketahui oleh Dr Mukhamad Najib, STP, MM Ketua Departemen Tanggal Lulus :

8 viii PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa ta ala atas segala nikmat dan karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2013 ini ialah struktur modal, dengan judul Penentuan Struktur Modal yang Optimum Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Farida Ratna Dewi selaku pembimbing. Di samping itu, ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak dan Ibu serta Kaka Penulis, yaitu Untung Nazaruddin, Asmawati, dan Raisa Nazila atas segala doa dan kasih sayangnya, serta terima kasih kepada seluruh keluarga, teman-teman Manajemen angkatan 47, dosen dan staf Departemen Manajemen Institut Pertanian Bogor atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan saat ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, April 2014 Annisa Nazila

9 ix DAFTAR ISI DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 Ruang Lingkup Penelitian 3 TINJAUAN PUSTAKA 3 Penelitian Terdahulu 4 METODE 4 Kerangka Pemikiran Penelitian 4 Lokasi dan Waktu Penelitian 5 Pengumpulan Data 6 Pengolahan dan Analisis Data 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Analisis Struktur Modal 7 Analisis Biaya Modal 10 Biaya Utang 10 Biaya Saham Biasa 12 Biaya Saham Preferen 14 Perhitungan Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (WACC) 16 Struktur Modal Optimal 17 SIMPULAN DAN SARAN 19 DAFTAR PUSTAKA 20 LAMPIRAN 22 RIWAYAT HIDUP 27

10 x DAFTAR TABEL 1. Komposisi struktur modal perusahaan 8 2. Biaya utang perusahaan Biaya saham biasa perusahaan Biaya saham preferen perusahaan Biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) Hasil perhitungan WACC rata-rata Hasil perhitungan nilai perusahaan Hasil perhitungan nilai perusahaan rata-rata 18 DAFTAR GAMBAR 1. Pertumbuhan nilai tambah industri pengolahan 1 2. Kerangka pemikiran penelitian 5 DAFTAR LAMPIRAN 1. Komposisi struktur modal PT Mayora Indah Tbk Komposisi struktur modal PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk Komposisi struktur modal PT Indofood Sukses Makmur Tbk Komposisi struktur modal PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Perhitungan return on equity PT Mayora Indah Tbk Perhitungan pertumbuhan dividen PT Mayora Indah Tbk Perhitungan return on equity PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk Perhitungan pertumbuhan dividen PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk Perhitungan return on equity PT Indofood Sukses Makmur Tbk Perhitungan pertumbuhan dividen PT Indofood Sukses Makmur Tbk Perhitungan return on equity PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Perhitungan pertumbuhan dividen PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Perhitungan nilai perusahaan Perhitungan nilai buku 26

11 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Industri makanan dan minuman merupakan salah satu sub sektor dari industri pengolahan (non migas) yang bergerak di bidang makanan dan minuman. Industri ini dianggap paling menjanjikan karena dibandingkan dengan industri kreatif lain, industri makanan dan minuman mengalami pertumbuhan nilai tambah yang sangat pesat dan diyakini akan terus mengalami kenaikan pada tahun-tahun mendatang. Nilai tambah ini merupakan suatu cara untuk mengukur profitabilitas operasi perusahaan. Berikut Gambar 1 yang menunjukkan pertumbuhan nilai tambah industri makanan dan minuman. Gambar 1 Pertumbuhan nilai tambah industri pengolahan (BPS 2013) Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai tujuan untuk memperoleh laba dan memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Semakin ketatnya persaingan bisnis seiring dengan perkembangan perekonomian menuntut perusahaan untuk melakukan pengembangan perusahaan atau ekspansi serta memanfaatkan peluang yang ada agar perusahaan dapat mencapai tujuannya danterus bertahan dalam bisnis. Namun, hal ini membutuhkan modal yang sangat besar untuk mendanai berbagai aktivitas operasional dan pengembangan perusahaan. Perusahaan makanan dan minuman harus mempunyai struktur modal yang optimal dimana kombinasi dari struktur modal merupakan hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan karena akan mempengaruhi biaya modal (cost of capital) yang dikeluarkan oleh perusahaan. Jika suatu perusahaan mempunyai biaya modal yang rendah, maka dapat dikatakan struktur modal perusahaan tersebut sudah optimal.

12 2 Indeks harga saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham. Indeks merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi di pasar modal, khususnya saham. Saat ini Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham yang salah satunya adalah Indeks Kompas 100. PT Mayora Tbk, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, dan PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam Indeks Kompas100. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah: a) Bagaimana struktur modal pada perusahaan dalam industri makanan dan minuman yang terdaftar di Indeks Kompas100? b) Bagaimana nilai Cost of Capital pada perusahaan dalam industri makanan dan minuman yang terdaftar di Indeks Kompas100? c) Bagaimana Penetapan Struktur Modal yang optimal pada perusahaan dalam industri makanan dan minuman yang terdaftar di Indeks Kompas100? Tujuan Penulisan Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah: a) Mengetahui struktur modal pada perusahaan dalam industri makanan dan minuman yang terdaftar di Indeks Kompas100 b) Menganalisis nilai Cost of Capital pada perusahaan dalam industri makanan dan minuman yang terdaftar di Indeks Kompas100 c) Menganalisis penetapan struktur modal yang optimal pada perusahaan dalam industri makanan dan minuman yang terdaftar di Indeks Kompas100 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat sebagai masukan bagi berbagai pihak yang membutuhkannya, antara lain adalah sebagai berikut: a) Bagi pihak manajemen dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan besarnya sumber dana yang diperlukan (baik dari pinjaman ataupun ekuitas) dalam membiayai aktivitas operasional perusahaan b) Bagi para pemakai laporan keuangan (terutama investor dan kreditor) dalam rangka menilai kinerja perusahaan yang tercermin dalam struktur modal, sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan mengalokasikan dana

13 3 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berfokus pada penentuan struktur modal yang optimal dilihat dari nilai Cost of Capital pada Industri Makanan dan Minuman yang terdaftar di BEI. Perusahaan pada Industri Makanan dan Minuman yang terdaftar di BEI sebanyak 15 perusahaan, namun peneliti hanya memfokuskan pada perusahaan yang terdaftar juga di Kompas100 yaitu sebanyak empat perusahaan. Data yang digunakan adalah data selama empat tahun dari tahun 2009 hingga TINJAUAN PUSTAKA Struktur Modal Struktur modal adalah gambaran proporsi antara modal yang dimiliki suatu perusahaan yang berasal dari utang jangka panjang dan modal sendiri yang merupakan suatu metode pembiayaan permanen suatu perusahaan. Struktur modal dalam suatu perusahaan sangat berkaitan dengan keputusan pembiayaan suatu proyek investasi. Keputusan struktur modal yang buruk dapat menimbulkan biaya modal yang tinggi sehingga akan mengurangi profit. Keputusan struktur modal yang efektif dapat membuat biaya modal menjadi rendah, sehingga profit dan nilai perusahaan akan meningkat. Struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan atau harga saham adalah struktur modal yang terbaik atau optimum (Suad dan Pujiastuti 2002). Biaya Modal Menurut Sundjaja dan Inge (2003), Biaya modal adalah tingkat pengembalian yang harus dihasilkan oleh perusahaan atas investasi proyek untuk mempertahankan nilai pasar sahamnya. Biaya modal juga dapat dianggap sebagai tingkat pengembalian yang diinginkan oleh investor untuk menanamkan dananya ke dalam perusahaan. Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang Biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) adalah rata-rata berbagai sumber dana yang digunakan oleh perusahaan. Sumber dana ini disebut komponen modal. Komponen modal dapat termasuk dana-dana yang terdiri dari utang, saham preferen, laba ditahan, dan saham biasa (Margaretha 2011).

14 4 Penelitian Terdahulu Penelitian ini merujuk kepada penelitian terdahulu mengenai Analisis Optimasi Struktur Modal. Skripsi yang disusun oleh Mardyaningsih (2012) berjudul Analisis Optimasi Struktur Modal pada PT. PUSRI (Persero). Dalam menganalisis perusahaan, peneliti menggunakan Analisis Rasio dan Analisis Trend. Dari hasil analisis tersebut menunjukkan kondisi keuangan perusahaan tergolong baik. Dengan meggunakan analisis regresi dan korelasi menunjukkan variabel utang jangka panjang dan variabel laba bersih memiliki hubungan positif dan variabel utang jangka panjang mempengaruhi variabel laba bersih. Dari aspek optimasi struktur modal, struktur modal yang paling optimal terjadi dengan rasio utang sebesar 20% dan 80% ekuitas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Soleh (2009) dengan judul Analisis Penetapan Struktur Modal yang Optimal Untuk Meningkatkan Nilai Perusahaan (Studi Kasus Pada P.T. Indofood Sukses Makmur Tbk dan anak perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI)). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa biaya utang perusahan berfluktuasi dari tahun yaitu sebesar 9,12%, 14,29%, dan 10,74%. Selain itu WACC perusahaan juga mengalami peningkatan dari tahun yaitu sebesar 6,901%, 10,785%, dan 13,111%. Strukur modal optimal pada PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk terjadi pada tahun 2005 yaitu ketika WACC sebesar 6,901%. Sedangkan nilai perusahaan terbesar terjadi pada tahun 2007, namun peningkatan nilai perusahaan ini tidak diikuti dengan struktur modal yang optimal. Untuk tahun 2008, diproyeksikan struktur modal yang optimal terjadi pada komposisi utang 44% dan modal sendiri 56% dengan WACC sebesar 14,886%. METODE Kerangka Pemikiran Penelitian Pasar modal merupakan penghubung antara investor dengan perusahaan melalui perdagangan instrumen jangka panjang. Modal yang ditanamkan oleh investor pada suatu perusahaan di pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja, dan lain-lain. Penelitian ini diawali dengan penentuan perusahaan yang termasuk dalam Industri Makanan dan Minuman yang terdaftar di Indeks Kompas 100 yaitu PT Mayora Tbk, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, dan PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk. Selanjutnya, menganalisis struktur modal dari keempat perusahaan tersebut dengan melihat komposisi modal seperti common stock, preferred stock, dan debt pada laporan keuangan perusahaan. Lalu, dilakukan perhitungan biaya modal dari elemen struktur modal tersebut dengan menggunakan metode perhitungan Cost of Capital (COC) dan Weight Average Cost of Capital (WACC). Hasil perhitungan tersebut digunakan untuk mengetahui komposisi modal yang tepat agar setiap

15 5 perusahaan memiliki struktur modal yang optimum. Hasil penelitian ini selanjutnya akan direkomendasikan kepada setiap perusahaan agar dapat mengimplementasikan struktur modal yang optimum sehingga keuntungan perusahaan akan meningkat. Selain itu, akan direkomendasikan pula kepada investor sebagai bahan pertimbangan untuk menanamkan modal atau berinvestasi pada salah satu perusahaan tersebut. Pasar Modal Investor Perkembangan Industri Makanan dan Minuman (Indeks Kompas 100 : PT. Mayora Indah Tbk, PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk) Capital Structure Cost of Capital (COC) Preferred Stock Debt Common Stock Cost of Preffered Stock Cost of Debt Cost of Common Stock COC & WACC Struktur Modal yang Optimal Ket : = Alat Analisis Rekomendasi Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data di Indeks Kompas 100, dengan objek penelitian adalah empat perusahaan dari Industri Makanan dan Minuman yaitu PT Mayora IndahTbk, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk. dengan menggunakan laporan keuangan selama empt tahun yaitu Penelitian

16 6 ini dilakukan selama empat bulan pada bulan November 2013 sampai Februari Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 2003). Data yang dikumpulkan berupa data sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Laporan Keuangan PT. Mayora Tbk (MYOR), PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT. Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA), skripsi terkait, tesis terkait, dan internet. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan secara kuantitatif menggunakan Microsoft Office Excel Alat analisis struktur modal optimal perusahaan menggunakan analisis biaya modal dan analisis biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) a. Analisis Biaya Modal Perhitungan biaya modal terdiri dari perhitungan biaya utang, biaya saham biasa, biaya saham preferen. 1. Biaya Utang Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : Ki = Kd x (1-T)... (1) Dimana: Ki = Biaya hutang setelah pajak Kd = Beban bunga T = Tingkat pajak 2. Biaya Saham Preferen Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : Kp = Dp... (2) Pp Dimana: Kp = Biaya saham preferen Dp = Dividen saham preferen Pp = Harga saham preferen 3. Biaya Saham Biasa Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : Kc = + g... (3) g = ROE X b... (4) b =... (5)

17 7 Dimana : D = Deviden P = Harga per lembar saham g = Tingkat pertumbuhan ROE = EAT / Total Ekuitas D/EPS = Dividen Payout Ratio b = Retention Ratio b. Analisis Biaya Modal Rata-Rata Terimbang (WACC) Setelah menghitung biaya per komponen pendanaan perusahaan, selanjutnya akan diberikan bobot untuk tiap sumber pedanaan sesuai dengan standar, kemudian menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (WACC). Jadi, biaya modal keseluruhan perusahaan dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut : Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang = Ki (w i ) + Kp (w p ) + Kc (w e )...(6) Dimana : K i = Biaya Hutang w i = Bobot Hutang Kp = Biaya Saham Preferen w p = Bobot Saham Preferen Kc = Biaya Saham Biasa w e = Bobot Saham Biasa HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Modal Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan yang dapat diartikan sebagai pembelanjaan permanen yang mencerminkan perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto, 2011), sedangkan struktur modal menurut Sawir (2004) merupakan bauran sumber pendanaan permanen yang digunakan perusahaan. Analisis struktur modal penting digunakan untuk mengetahui perkembangan komposisi struktur modal yang digunakan oleh perusahaan makanan dan minuman yaitu PT. Mayora Tbk (MYOR), PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT. Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA). Berdasarkan analisis ini, dapat diketahui komposisi komponen pembentuk struktur modal yang digunakan dalam aktivitas perusahaan.

18 8 Tabel 1 Komposisi struktur modal perusahaan Komponen Struktur Modal Perusahaan Tahun Utang Jangka Panjang Saham Biasa Saham Preferen ,22% 60,58% 2,20% MYOR ,69% 56,52% 1,79% ,69% 51,96% 1,35% ,58% 49,17% 1,25% Rata-Rata 43,80% 54,56% 1,65% ,392% 55,576% 0,858% AISA ,436% 49,338% 1,226% ,04% 66,76% 2,20% ,96% 66,21% 11,83% Rata-Rata 36,46% 59,51% 4,03% ,52% 38,98% 20,50% INDF ,11% 49,23% 23,66% ,14% 52,07% 32,79% ,59% 49,95% 30,46% Rata-Rata 25,59% 47,56% 26,85% ,88% 77,25% 20,87% ICBP ,05% 95,22% 4,73% ,03% 94,41% 4,56% ,79% 90.67% 4,54% Rata-Rata 1,94% 89,39% 8,67% Sumber : Data diolah (2013) Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa PT Mayora Indah Tbk menggunakan 37,22% utang jangka panjang, 60,58% saham biasa, dan 2,20% saham preferen sebagai struktur modalnya. Pada tahun , perusahaan menambah modal dari ketiga komponen modalnya, namun pada tahun 2010 perusahaan menambah modal melalui pinjaman ke bank hampir 100% dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar menjadi , sehingga mengubah komposisi struktur modal menjadi 41,69% utang jangka panjang, 51,96% saham biasa, dan 1,35% saham preferen. Kemudian, perusahaan kembali meningkatkan modalnya lebih banyak menggunakan utang ke bank dibandingkan komponen lain sehingga struktur modal perusahaan pada tahun 2011 menjadi 46,69% utang jangka panjang, 51,96% saham biasa, dan sisanya 1,35% saham preferen. Di tahun 2012, perusahaan menambah utang jangka panjangnya dengan cara menerbitkan Sukuk Mudharabah senilai Rp , sehingga menyebabkan komposisi struktur modal perusahaan berubah menjadi 49,58% utang jangka panjang, 49,17% saham biasa, dan 1,25% saham preferen. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa sumber modal yang berasal dari utang jangka panjang pada PT Mayora Indah Tbk mengalami kenaikan dari tahun ke tahun untuk keperluan pengembangan fasilitas dan kapasitas produksi guna memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat baik di pasar lokal maupun ekspor.

19 Pada PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk lebih banyak menggunakan saham biasa dibandingkan utang jangka panjang dan saham preferen dalam menjalankan usahanya. Pada tahun 2009, perusahaan menggunakan 43,392% utang jangka panjang, 55,576% saham biasa, dan 0,858% saham preferen sebagai struktur modalnya. Lalu pada tahun 2010, perusahaan menambah pinjaman dana ke bank menjadi sebesar Rp dari sebelumnya sebesar Rp , perusahaan juga menambah modal menggunakan saham preferen menjadi sebesar Rp , namun perusahaan mengurangi penggunaan modal dari saham biasa menjadi sebesar Rp dari yang sebelumnya sebesar Rp sehingga merubah komposisi struktur modalnya menjadi 49,436% utang jangka panjang, 49,338% saham biasa, dan 1,226% saham preferen. Perusahaan mempunyai 2 jenis saham biasa yaitu saham seri A dengan nilai nominal Rp 500 dan saham seri B dengan nilai nominal Rp 200. Pada tahun 2011, modal yang ditempatkan dan disetor penuh pada saham seri B mengalami kenaikan dari tahun 2010, sehingga menyebabkan modal yang berasal dari saham biasa meningkat menjadi sebesar Rp Hal ini menyebabkan perubahan komposisi struktur modal pada tahun 2011 menjadi 31,04% utang jangka panjang, 66,76% saham biasa, dan 2,20% saham preferen, sedangkan pada tahun 2012, penggunaan modal yang berasal dari saham preferen mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp , sedangkan komponen lain mengalami penurunan, menyebabkan struktur modal perusahaan menjadi sebesar 21,96% utang jangka panjang, 66,21% saham biasa, dan 11,83% saha preferen. Pada tahun 2009, sumber modal PT Indofood Sukses Makmur Tbk didominasi oleh penggunaan utang jangka panjang sebesar 40,52%, lalu diikuti saham biasa sebesar 38,98%, dan saham preferen sebesar 20,50%. Pada tahun 2010, modal yang berasal dari saham biasa dan saham preferen mengalami kenaikan menjadi sebesar Rp pada saham biasa dan Rp pada saham preferen, sedangkan modal yang berasal dari utang jangka panjang turun menjadi Rp , sehingga komposisi struktur modal perusahaan mengalami perubahan menjadi 27,11% utang jangka panjang, 49,23% saham biasa, dan 23,66% saham preferen. Kenaikan dari saham biasa dan saham preferen serta penurunan dari utang jangka panjang tersebut terjadi pula pada tahun 2011, sehingga menyebabkan perubahan komposisi struktur modal menjadi 15,14% utang jangka panjang, 52,07% saham biasa, dan 32,79% saham preferen. Kenaikan modal yang berasal dari saham biasa dan saham preferen ini digunakan untuk mengurangi utang dan memperkuat posisi keuangan perusahaan. Sedangkan pada tahun 2012, perusahaan menerbitkan kembali obligasi dan sukuk ijarah yang digunakan untuk membayar utang obligasi sebelumnya sehingga menyebabkan kenaikan pada komposisi utang jangka panjang dan penurunan pada komposisi saham biasa dan saham preferen pada struktur modal menjadi 19,59% utang jangka panjang, 49,95% saham biasa, dan 30,46% saham preferen. Pada PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, sumber modal perusahaan didominasi oleh penggunaan saham biasa. Hal ini dapat dilihat bahwa pada tahun 2009, modal yang digunakan berasal dari saham biasa mencapai 77,25% dan sisanya 1,88% utang jangka panjang serta 20,87% saham preferen. Tahun 2010, utang jangka panjang perusahaan menurun karena perusahaan telah melakukan pembayaran sebagian utangnya dan modal yang berasal dari saham biasa 9

20 10 meningkat akibat meningkatnya saham biasa yang ditawarkan, sehingga komposisi struktur modal perusahaan berubah menjadi 0,05% utang jangka panjang, 95,22% saham biasa, dan 4,73% saham preferen. Kemudian, tahun berikutnya utang jangka panjang perusahaan meningkat menjadi Rp dari tahun sebelumnya sebesar Rp sehingga komposisi utang jangka panjang pada tahun 2011 naik sebesar 0,98% menjadi 1,03%. Perusahaan pun kembali meningkatkan pinjaman jangka panjang sehingga komposisi struktur modal perusahaan pada tahun 2012 menjadi 4,79% utang jangka panjang, 90,67% saham biasa, dan 4,54% saham preferen. Peningkatan utang jangka panjang ini terjadi akibat bertambahnya kebutuhan dana perusahaan. Analisis Biaya Modal Biaya modal harus dihitung berdasarkan suatu basis setelah pajak karena arus kas setelah pajak adalah yang paling relevan untuk keputusan investasi (Sundjaja dan Inge 2003) Biaya Utang Biaya utang menurut Mardiyanto (2009) merupakan tingkat bunga yang harus dibayarkan oleh perusahaan atas modal pinjaman yang dilakukan perusahaan.tarif pajak penghasilan perusahaan yang digunakan untuk menghitung biaya utang ini didasarkan pada UU No. 36 Tahun 2008 dimana wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap sebesar 28%, sedangkan pada tahun 2010, tarif pajak menjadi 25%. Untuk wajib pajak dalam perseroan terbuka dapat memperoleh tarif sebesar 5% lebih rendah daripada tarif sebagaimana dimaksud pada ketentuan tersebut jika 40% dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu tarif pajak yang digunakan dalam perhitungan yaitu sebesar 23% pada tahun 2009 dan 20% pada tahun Tabel 2 Biaya utang perusahaan Perusahaan Tahun Beban Bunga Utang Jangka Panjang MYOR AISA INDF Kd Tarif Pajak Ki= Kd* (1-T) ,07% 23% 10,83% ,71% 20% 6,17% ,83% 20% 4,67% ,40% 20% 5,92% ,07% 23% 9,30% ,12% 20% 12,09% ,69% 20% 10,98% ,46% 20% 18,77% ,60% 23% 11,24% ,68% 20% 10,14% ,59% 20% 13,28%

21 11 Lanjutan Tabel 2 Perusahaan Tahun Beban Bunga Utang Jangka Panjang Kd Tarif Pajak Ki= Kd* (1-T) INDF ,01% 20% 10,41% ICBP ,25% 23% 8,66% ,5% 20% 7,6% % 20% 7,20% ,5% 20% 6,80% Sumber : data diolah (2013) Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa dari tahun 2009 sampai 2011 biaya utang PT Mayora Indah Tbk mengalami penurunan dan kembali meningkat pada tahun Pada tahun 2009, biaya utang perusahaan sebesar 10,83%. Pada tahun 2010, beban bunga perusahaan turun menjadi Rp dari tahun sebelumnya sebesar Rp , sehingga biaya utang perusahaan turun menjadi 6,17%, sedangkan pada tahun 2011, meskipun beban bunga dan total utang jangka panjang perusahaan mengalami kenaikan, namun biaya utang perusahaan mengalami penurunan menjadi 4,67% atau turun 1,5% dari tahun Kemudian, pada tahun 2012 biaya utang naik sebesar 1,25% menjadi menjadi 5,92%, hal ini dapat disebabkan oleh adanya kenaikan yang cukup besar pada beban bunga dan total utang jangka panjang perusahaan. Pada PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk, biaya utang perusahaan mengalami naik turun. Pada tahun 2009 biaya utang perusahaan adalah sebesar 9,30%, sedangkan pada tahun 2010, biaya utang perusahaan sebesar 12,09% atau naik sebesar 2,79% dari tahun 2009 dimana beban bunga perusahaan naik menjadi Rp dan total utang jangka panjang naik menjadi Rp dari tahun sebelumnya. Kemudian biaya utang turun menjadi 10,98% pada tahun 2011 atau turun sebesar 1,11% akibat biaya utang sebelum pajak mengalami penurunan. Namun, pada tahun 2012 biaya utang kembali naik menjadi 18,77% atau naik sebesar 7,79% dari tahun sebelumnya karena beban bunga perusahaan meningkat meskipun total utang jangka panjang perusahaan menurun. Pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk, biaya utang perusahaan pada tahun 2009 sebesar 11,24%, sedangkan pada tahun 2010 biaya utang perusahaan sebesar 10,14% atau turun sebesar 1,1% dari tahun Hal tersebut terjadi karena beban bunga perusahaan yang berkurang diiringi dengan penurunan utang jangka panjang perusahaan. Kemudian pada tahun 2011, biaya utang kembali naik menjadi 13,28% atau naik sebesar 3,14% dari tahun 2010, meskipun penggunaan utang jangka panjang berkurang menjadi Rp dari tahun sebelumnya sebesar Rp dan beban bunga yang ditanggung pada tahun tersebut juga berkurang menjadi Rp dari tahun sebelumnya sebesar Rp Namun pada tahun 2012, biaya utang perusahaan turun 2,87% menjadi 10,41%, meskipun utang jangka perusahaan dan beban bunga yang ditanggung perusahaan mengalami peningkatan. Sedangkan pada PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, biaya utang perusahaan mengalami penurunan dari tahun 2009 sampai Pada tahun 2009 biaya utang perusahaan sebesar 8,66%, sedangkan pada tahun 2010, biaya utang

22 12 perusahaan turun sebesar 1,06% menjadi 7,6% akibat penurunan utang jangka panjang menjadi sebesar Rp dari tahun sebelumnya sebesar Rp diiringi dengan penurunan tingkat suku bunga menjadi 9,5%. Biaya utang perusahaan kembali turun berturut turut menjadi 7,2% dan 6,8% pada tahun 2011 dan Penurunan biaya utang perusahaan ini disebabkan oleh menurunnya tingkat suku bunga bank tiap tahunnya, meskipun pada tahun 2011 dan 2012 utang jangka panjang perusahaan meningkat. Biaya Saham Biasa Biaya modal saham biasa merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan atas saham biasa yang digunakan sebagai modal usaha. Perusahaan dapat meningkatkan modal saham biasa melalui dua cara, yaitu dengan menahan laba dan menerbitkan saham baru. Jika ekspansi perusahaan berlangsung secara cepat hingga laba ditahan sudah digunakan seluruhnya, maka perusahaan baru akan menerbitkan saham baru. Biaya saham biasa menurut Brigham dan Houston (2006) dapat dihitung dengan membandingkan antara tingkat dividen dengan harga saham biasa, lalu ditambah dengan pertumbuhan dividen. Pertumbuhan dividen ini dapat dihitung dengan mengalikan ROE dengan retention ratio. Retention ratio atau tingkat pembayaran merupakan perbandingan antara dividen per saham dengan harga saham yang beredar, sedangkan ROE dapat dicari dengan membandingkan laba setelah pajak dengan total ekuitas. Tabel 3 Biaya saham biasa perusahaan Perusahaan Tahun Harga Saham Dps g Ke ,68% 20,90% MYOR ,30% 20,51% ,41% 13,32% ,66% 27,31% ,97% 5,97% AISA ,18% 13,18% ,92% 6,92% ,5 9,45% 10,05% ,37% 17,69% INDF ,72% 14,63% ,59% 12,73% ,40% 11,01% ,60% 14,60% ICBP ,74% 18,36% ,72% 14,95% ,16% 12,40% Sumber : data diolah (2013)

23 Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa biaya saham biasa PT Mayora Indah Tbk pada tahun 2009 sebesar 20,90% dimana dividen per saham yang dibagikan sebesar Rp 100 dengan pertumbuhan dividen sebesar 18,68%, lalu tahun 2010, biaya saham biasa mengalami penurunan menjadi 20,51% meskipun pertumbuhan dividen mengalami kenaikan menjadi sebesar 19,30% dengan harga saham per lembar sebesar Rp dimana dividen yang dibagikan mulai tahun 2010 sampai 2012 berjumlah tetap yaitu sebesar Rp 130 per lembar saham. Pada tahun 2011, biaya saham biasa perusahaan kembali mengalami penurunan sebesar 7,19% menjadi 13,32% dengan pertumbuhan dividen sebesar 12,41% dan harga saham per saham sebesar Rp Penurunan pada pertumbuhan dividen ini disebabkan oleh laba setelah pajak yang mengalami penuruan sehingga menyebakan nilai ROE turun dan pertumbuhan dividen ikut turun. Namun pada tahun 2012, biaya saham biasa perusahaan meningkat diiringi meningkatnya laba setelah pajak sehingga biaya saham biasa pun meningkat menjadi 27,31% dengan pertumbuhan dividen sebesar 26,66% dan harga saham per lembar sebesar Rp Pada Tabel 3 juga dapat dilihat bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk tidak membagikan dividen kepada pemegang saham dari tahun 2009 sampai Hal ini disebabkan perusahaan membutuhkan dana yang besar untuk melakukan ekspansi sehingga pada tahun 2009, biaya saham biasa perusahaan adalah sebesar 5,97% sama dengan tingkat pertumbuhan dividen dengan harga saham per lembar sebesar Rp 360. Sedangkan tahun 2010, total ekuitas perusahaan mengalami penurunan sehingga menyebabkan nilai ROE mengalami kenaikan sebesar 7,21%. Naiknya ROE berpengaruh terhadap pertumbuhan dividen dan biaya saham biasa, namun karena dividen pada tahun tersebut juga tidak dibagikan maka ROE, pertumbuhan dividen, dan biaya saham biasa mempunyai nilai yang sama yaitu 13,18%. Kemudian tahun 2011, nilai ROE mengalami penurunan sebesar 6,26% sehingga pertumbuhan dividen dan biaya saham biasa perusahaan menjadi 6,92%. Sedangkan pada tahun 2012, perusahaan membagikan dividen kepada pemegang saham sebesar Rp 6,5 per saham dan nilai ROE mengalami peningkatan menjadi 10,39%, sehingga menyebabkan meningkatnya pertumbuhan dividen menjadi 9,45% dan biaya saham biasa menjadi 10,05%. Pada PT Indofood Sukses Makmutr Tbk, biaya saham biasa perusahaan pada tahun 2009 adalah sebesar 17,69% dimana dividen yang dibagikan sebesar Rp 47 dengan tingkat pertumbuhan dividen 16,37% dan harga saham per lembar sebesar Rp Sedangkan, pada tahun 2010 biaya saham biasa perusahaan berubah sebesar 14,63% atau turun sebesar 3,06% dari tahun sebelumnya dimana dividen yang dibagikan sebesar Rp 93 dengan tingkat pertumbuhan dividen berubah menjadi 12,72% dan harga saham per lembar Rp Kemudian pada tahun 2011 dan 2012 kembali mengalami penurunan menjadi 12,73% dan 11,01% atau turun sebesar 1,9% dari tahun 2010 dan turun 1,72% dari tahun 2011 dengan tingkat pertumbuhan dividen sebesar 9,48% pada tahun 2011 dan 8,12% pada tahun Penurunan biaya saham biasa dipengaruhi oleh menurunnya tingkat pertumbuhan dividen perusahaan yang disebabkan oleh menurunnya nilai ROE. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk baru berdiri pada tahun 2009, sehingga pada tahun tersebut tidak ada dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Oleh karena itu, biaya saham biasa perusahaan pada tahun 2009 adalah 13

24 14 sebesar 14,60%. Mulai tahun berikutnya, perusahaan membagikan dividen kepada pemegang saham sehingga pada tahun 2010 biaya saham biasa perusahaan mengalami kenaikan sebesar 3,76% menjadi 18,36% dimana dividen yang dibagikan sebesar Rp 29 dengan pertumbuhan dividen sebesar 17,72% dan harga saham per lembar sebesar Rp Pada tahun 2011, biaya saham biasa turun menjadi 14,95% atau turun 3,41% dari tahun 2010, lalu tahun 2012 kembali turun sebesar 2,55% dari tahun 2011 menjadi 12,40%. Penurunan biaya saham biasa dari tahun 2010 sampai 2012 dipengaruhi oleh pertumbuhan dividen yang menurun dimana disebabkan oleh tingkat pembayaran (retention cost) yang menurun. Biaya Saham Preferen Biaya saham preferen menurut Brigham dan Houston (2006) merupakan biaya yang harus dikeluarkan jika perusahaan menggunakan modal dengan menjual saham preferen. Biaya saham preferen dapat dihitung dengan membandingkan dividen saham preferen per saham dengan harga saham per lembar. Namun, pada laporan keuangan hanya tersedia total dividen yang dibagikan kepada pemilik saham preferen dan total ekuitas yang berasal dari saham preferen. Oleh karena itu, maka peneliti menyesuaikan formulasi biaya saham preferen dengan informasi yang tersedia sehingga formulasi saham preferen menjadi sebagai berikut: Biaya Saham Preferen (Kp) = Total dividen saham preferen... (7) Ekuitas saham preferen Biaya saham preferen yang diperoleh dari masing masing tahun akan dicari rata rata biaya saham preferennya untuk digunakan dalam perhitungan WACC. Tabel 4 Biaya saham preferen perusahaan Perusa- Haan Tahun Total Dividen Ekuitas Saham Preferen Kp Kp' ,05% 24,16% MYOR ,86% 24,16% ,31% 24,16% ,44% 24,16% ,29% 20,74% AISA ,42% 20,74% ,49% 20,74% ,78% 20,74% ,62% 13,35% INDF ,17% 13,35% ,86% 13,35% ,74% 13,35%

25 15 Lanjutan Tabel 4 Perusahaan Tahun Total Dividen Ekuitas Saham Preferen Kp Kp' ,99% 17,85% ICBP ,98% 17,85% ,46% 17,85% ,96% 17,85% Sumber : data diolah (2013) Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa biaya saham preferen PT Mayora Indah Tbk pada tahun 2009 adalah sebesar 25,05%, lalu pada tahun 2010 meningkat menjadi 31,86%. Hal ini disebabkan oleh total dividen yang meningkat menjadi Rp dan ekuitas saham preferen menjadi Rp Sedangkan pada tahun 2011, total dividen mengalami penurunan menjadi Rp sehingga biaya saham preferen ikut turun menjadi 20,31%. Tahun selanjutanya, biaya saham preferen kembali mengalami penurunan menjadi 19,44% meskipun total dividen dan ekuitas saham preferen mengalami kenaikan. Dari biaya saham preferen masing masing tahun, didapat rata rata biaya saham preferen perusahaan adalah sebesar 24,16%. Pada PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk, biaya saham preferen pada tahun 2009 adalah sebesar 0,29% dimana total dividen yang dibagikan sebesar Rp dan ekuitas saham preferen sebesar Rp , lalu pada tahun 2010 dan 2011 biaya saham preferen meningkat menjadi 29,42% dan 39,49%. Peningkatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya penggunaan modal bersumber dari saham preferen sehingga total dividen yang diberikan pada pemegang saham juga meningkat sangat besar. Sedangkan pada tahun 2012, biaya saham preferen perusahaan turun menjadi 13,78%. Dari biaya saham preferen masing masing tahun, didapat rata rata biaya saham preferen perusahaan adalah sebesar 20,74%. Pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk, biaya saham preferen perusahaan pada tahun 2009 adalah sebesar 14,62%, lalu menurun pada tahun 2010 menjadi 12,17% meskipun total dividen meningkat menjadi Rp dan ekuitas saham preferen meningkat menjadi Rp Sedangkan pada tahun 2011, biaya saham preferen kembali meningkat menjadi 14,86%, namun tahun 2012, biaya saham preferen perusahaan turun menjadi 11,74% diakibatkan adanya penurunan total dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Dari biaya saham preferen masing masing tahun, didapat rata rata biaya saham preferen perusahaan adalah sebesar 13,35%. Sedangkan biaya saham preferen PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk pada tahun 2009 adalah sebesar 6,99%, lalu pada tahun 2010 biaya saham preferen perusahaan meningkat menjadi 27,98%. Peningkatan ini disebabkan adanya peningkatan penggunaan saham preferen sebagai sumber modal perusahaan yang berpengaruh pada peningkatan total dividen yang dibagikan perusahaan kepada pemegang saham. Sedangkan pada tahun 2011, biaya saham preferen perusahaan mengalami penurunan menjadi 18,46% karena total dividen yang dibagikan mengalami penurunan. Pada tahun 2012, biaya saham preferen perusahaan kembali turun menjadi 17,96%. Dari biaya saham preferen masing

26 16 masing tahun, didapat rata rata biaya saham preferen perusahaan adalah sebesar 17,85%. Perhitungan Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (WACC) Menurut Margaretha (2011), suatu perusahaan sangat memerlukan tingkat laba minimum yang dikehendaki dari investasi di suatu perusahaan. Perhitungan weighted average cost of capital (WACC) digunakan untuk mengetahui rata rata biaya yang harus dikeluarkan perusahaan dari berbagai komponen struktur modal. WACC dapat dihitung dengan mengalikan proporsi masing masing sumber dana dengan biaya modalnya. Tabel 5 Biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) perusahaan Perusahaan Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (WACC) MYOR 17,23% 14,60% 9,43% 16,67% AISA 7,54% 12,73% 8,48% 10,50% INDF 14,19% 13,11% 13,02% 11,61% ICBP 15,17% 18,33% 15% 12,35% Sumber : data diolah (2013) Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 sampai 2011 biaya modal rata rata tertimbang (WACC) PT Mayora Indah Tbk mengalami penurunan, namun kembali meningkat pada tahun Pada tahun 2009, WACC perusahaan adalah sebesar 17,23%. Lalu pada tahun 2010, WACC perusahaan menjadi 14,60% atau turun 2,63% dari tahun 2009 dan pada tahun 2011 menjadi 9,43% atau turun 5,17% dari tahun Penurunan WACC perusahaan ini terjadi karena perusahaan menambah penggunaan modal dari masing masing sumber modal sehingga berpengaruh pada komposisi struktur modal perusahaan. Sedangkan tahun 2012, WACC perusahaan meningkat menjadi 16,67% atau naik sebesar 2,76% karena komposisi saham biasa berada dibawah 51%. Pada PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk, WACC perusahaan berfluktuasi naik turun. Pada tahun 2009, WACC perusahaan adalah sebesar 7,54%. Lalu pada tahun 2010, WACC perusahaan menjadi 12,73% atau naik sebesar 5,19% karena perusahaan menambah penggunaan utang jangka panjang dan saham preferen sehingga menyebabkan perubahan komposisi struktur modal. Sedangkan tahun 2011, perusahaan meningkatkan modal lebih banyak menggunakan saham biasa, sehingga WACC perusahaan menjadi 8,48% atau turun sebesar 4,25%. Pada tahun 2012, WACC perusahaan sebesar 10,50% atau naik sebesar 2,02% akibat adanya kenaikan penggunaan saham preferen yang cukup drastis. PT Indofood Sukses Makmur Tbk, WACC perusahaan terus turun dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009, WACC perusahaan sebesar 14,19%, sedangkan pada tahun 2010 sebesar 13,11% atau turun sebesar 1,08% dari tahun Kemudian, kembali turun pada tahun 2011 dan 2012 menjadi 13,02% dan 11,61% atau turun sebesar 0,09% dari tahun 2010 dan turun 1,41% dari tahun 2011.

27 17 Penurunan WACC dari tahun ke tahun ini terjadi karena perusahaan meningkatkan penggunaan modal yang berasal dari saham biasa. Sedangkan WACC PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk pada tahun 2009 adalah sebesar 15,17%, kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2010 menjadi 18,33%. Kenaikan WACC perusahaan diakibatkan berkurangnya penggunaan utang jangka panjang dan peningkatan yang cukup besar pada penggunaan saham biasa. Namun pada tahun 2011 dan 2012, perusahaan mulai menambah penggunaan utang jangka panjang sehingga menyebabkan WACC perusahaan turun sebesar 3,33% menjadi 15% pada tahun 2011 dan turun sebesar 2,65% menjadi 12,35% pada tahun Struktur Modal Optimal Struktur modal yang optimal akan tercapai jika struktur modal tersebut dapat meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan atau biaya modal rata rata tertimbang perusahaan sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan (Suad dan Pujiastuti 2002). Oleh karena itu, setelah mendapat WACC rata rata satu perusahaan, maka akan dicari WACC rata rata dari gabungan empat perusahaan atau dapat disebut rata-rata industri dan nilai perusahaan dari masing masing perusahaan. Hasil WACC rata rata ke empat perusahaan dan nilai perusahaan tersebut disajikan pada Tabel 6, 7, dan 8 sebagai berikut: Tabel 6 Hasil perhitungan WACC rata rata Perusahaan WACC WACC Rata - Rata MYOR 17,23% 14,60% 9,43% 16,67% 14,48% AISA 7,54% 12,73% 8,48% 10,50% 11,27% INDF 14,19% 13,11% 13,02% 11,61% 12,98% ICBP 15,17% 18,33% 15% 12,35% 15,21% WACC Rata Rata Industri 13,12% Sumber : data diolah (2013) Tabel 7 Hasil perhitungan nilai perusahaan Perusahaan Tahun WACC Nilai Perusahaan Nilai Buku ,23% MYOR ,60% ,43% ,67% ,54% AISA ,73% ,48% ,50% INDF ,19% ,11%

28 18 Lanjutan Tabel 7 Perusahaan Tahun WACC Nilai Perusahaan Nilai Buku INDF ,02% ,61% ,17% ,33% ICBP ,00% ,35% Sumber: data diolah (2013) Tabel 8 Hasil perhitungan nilai perusahaan rata-rata Perusahaan WACC Rata-Rata Nilai Perusahaan Rata-Rata Nilai Buku Rata-Rata MYOR 14,48% AISA 11,27% INDF 12,98% ICBP 15,21% Sumber: data diolah (2013) Pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa WACC rata rata industri adalah sebesar 13,12%. WACC rata rata ini yang digunakan sebagai tolak ukur untuk menentukan apakah struktur modal perusahaan tersebut sudah optimal. Dari keempat perusahaan tersebut, terdapat dua perusahaan yang mempunyai nilai WACC perusahaan lebih besar dari nilai WACC rata rata industri yaitu PT Mayora Indah Tbk dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. PT Mayora Indah Tbk memiliki nilai WACC rata-rata sebesar 14,48%, sedangkan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk memiliki nilai WACC rata-rata sebesar 15,21%. Oleh karena itu, PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT Mayora Indah Tbk dapat dinyatakan belum memiliki struktur modal yang optimal. Tingginya WACC pada PT Mayora Indah Tbk disebabkan cukup tingginya penggunaan utang jangka panjang sebagai sumber pendanaan yaitu hampir menyeimbangi penggunaan modal sendiri (saham biasa), sedangkan pada PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk disebabkan terlalu tingginya perusahaan menggunakan modal sendiri sebagai sumber pendanaannya, yaitu mencapai lebih dari 90%. PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk dapat dinyatakan memiliki struktur modal yang optimal karena memiliki nilai WACC lebih rendah dibandingkan dengan WACC rata rata industri dimana nilai WACC rrata-rata pada PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk sebesar 11,27% dan nilai WACC rata-rata PT Indofood Sukses Makmur Tbk sebesar 12,98%. Sedangkan pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa nilai perusahaan berdasarkan tingkat pengembalian modal jangka panjang lebih besar dibandingkan dengan nilai buku. Nilai perusahaan mengalami perubahan tiap tahunnya akibat jumlah biaya modal yang terus berubah disebabkan oleh berubahnya penggunaan komposisi modal pada struktur modal. Pada PT Mayora Indah Tbk, nilai perusahaan tertinggi terjadi pada 2011 yaitu sebesar Rp ,

29 19 dimana nilai ini lebih besar dari nilai buku perusahaan sebesar Rp Tingginya nilai perusahaan disebabkan oleh rendahnya biaya modal yang dikeluarkan perusahaan pada tahun tersebut. Sedangkan pada PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk, nilai perusahaan tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp dengan nilai buku sebesar Rp , karena pada tahun tersebut laba yang dihasilkan lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sementara pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk, nilai perusahaan tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp , hal ini disebabkan biaya modal yang dikeluarkan perusahaan pada tahun tersebut rendah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sama seperti PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk mempunyai nilai perusahaan tertinggi pada tahun 2012, yaitu sebesar Rp dan hal ini disebabkan juga oleh biaya modal yang dikeluarkan perusahaan lebih rendah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Struktur modal yang optimal akan tercapai jika biaya modal rata rata tertimbang perusahaan minimal dan nilai perusahaan maksimal. Pada Tabel 8, dapat dilihat bahwa keempat perusahaan sesuai dengan konsep tersebut karena mempunyai nilai perusahaan yang lebih besar dibandingkan nilai buku. Namun, struktur modal yang paling optimal dimiliki oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk karena selain sebagai market leader yang memiliki nilai aktiva yang besar dibandingkan dengan perusahaan lain, PT Indofood Sukses Makmur Tbk juga mempunyai nilai WACC yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai WACC industri, yaitu 12,98% dan nilai perusahaanya sebesar Rp , dimana struktur modal yang digunakan adalah 47,56% saham biasa, 26,85% saham preferen, dan 25,59% utang jangka panjang. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan uraian hasil analisis dan interprestasi data atas struktur modal optimal pada PT Mayora Indah Tbk, PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, dan PT Indofood CBP Sukses Makmur, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Struktur modal perusahaan dalam industri makanan dan minuman pada tahun didominasi oleh penggunaan saham biasa sebesar 62,75%, lalu utang jangka panjang sebesar 32%, dan saham preferen sebesar 10,3%. 2. Biaya modal perusahaan dalam industri makanan dan minuman, rata rata mencapai 13,53% pada tahun 2009, 14,69% pada tahun 2010, 11,48% pada tahun 2011, dan 12,78% pada tahun Berdasarkan analisis struktur modal optimal dengan menggunakan perhitungan biaya modal rata rata tertimbang (WACC), dari empat perusahaan yang dianalisis terdapat dua perusahaan yang sudah memiliki struktur modal yang optimal, yaitu PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk dan PT Indofood Sukses Makmur

ANALISIS STRUKTUR MODAL YANG OPTIMUM PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BEI NETRIYANA

ANALISIS STRUKTUR MODAL YANG OPTIMUM PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BEI NETRIYANA 1 ANALISIS STRUKTUR MODAL YANG OPTIMUM PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BEI NETRIYANA DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 2 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar modal adalah sarana yang mempertemukan penjual dan pembeli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar modal adalah sarana yang mempertemukan penjual dan pembeli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal adalah sarana yang mempertemukan penjual dan pembeli dana.tempat penawaran penjualan efek ini dilaksanakan berdasarkan satu lembaga resmi yang disebut bursa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha yang kian pesat saat ini menyebabkan persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Setiap perusahaan harus berjuang untuk tetap bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pada dunia usaha khususnya di Indonesia menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pada dunia usaha khususnya di Indonesia menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pada dunia usaha khususnya di Indonesia menimbulkan persaingan yang ketat khususnya antar perusahaan sejenis. Suatu perusahaan harus dapat berkompetisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi untuk melakukan kegiatan ekonomi dan mengelola fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi untuk melakukan kegiatan ekonomi dan mengelola fungsi-fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam menghadapi persaingan global dituntut untuk dapat mengantisipasi persaingan yang terjadi antar setiap perusahaan. Persaingan yang ketat antar

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR MODAL PADA PT. MUSTIKA RATU TBK DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

ANALISIS STRUKTUR MODAL PADA PT. MUSTIKA RATU TBK DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE ANALISIS STRUKTUR MODAL PADA PT. MUSTIKA RATU TBK DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2015 Oleh : *) Wella Sandria, S.E., M.Sc. **) Dosen Tetap STIE Muhammadiyah Jambi Abstrak Penelitian ini berjudul

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Dan Gambaran dari Populasi (Obyek) Penelitian

BAB 3 METODA PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Dan Gambaran dari Populasi (Obyek) Penelitian BAB 3 METODA PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dan Gambaran dari Populasi (Obyek) Penelitian Jenis penelitian yang saya lakukan ini adalah jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Economic Value Added (EVA) 1. Definisi Economic Value Added (EVA) EVA menurut John D.Martin et al (2010:44), menyatakan bahwa: Nilai Tambah Ekonomi (Economic Value Added EVA),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersumber dari dalam negeri misalnya tabungan luar negeri, tabungan pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. bersumber dari dalam negeri misalnya tabungan luar negeri, tabungan pemerintah, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah yang tidak sedikit sehingga perlu adanya usaha yang mengarah pada dana investasi yang bersumber

Lebih terperinci

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II. Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Likuiditas Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan perusahaan-perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia bisnis yang sedang memasuki era globalisasi mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia bisnis yang sedang memasuki era globalisasi mengakibatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia bisnis yang sedang memasuki era globalisasi mengakibatkan persaingan semakin tajam, sehingga setiap perusahaan dituntut untuk senantiasa berproduksi secara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang. dan dampaknya terhadap harga surat berharga tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI. tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang. dan dampaknya terhadap harga surat berharga tersebut. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Valuasi II.1.1 Konsep Investasi merupakan suatu komitmen penempatan dana pada periode waktu tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Menurut Ari (2005) pengukuran kinerja keuangan menggunakan metode economic value added (EVA) menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun secara

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2005 2008 SKRIPSI Oleh : THERESIA VITA KUMALASARI 0512010354/FE/EM FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari penjualan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari penjualan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia di era modern sekarang ini telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Faktor yang turut mendorong berkembangnya perekonomian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan bisnis dari tahun ke tahun selalu mengalami perkembangan yang pasang surut, hal tersebut diikuti oleh adanya persaingan yang ketat antar perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perolehan laba merupakan tujuan akhir yang dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah perolehan laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal sendiri dan pinjaman. Untuk memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. modal sendiri dan pinjaman. Untuk memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era dunia usaha yang semakin kompetitif, perkembangan dan kelangsungan operasi perusahaan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dana atau modal yang cukup besar.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terdapat di neraca. Menurut Munawir (2004:32) solvabilitas menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terdapat di neraca. Menurut Munawir (2004:32) solvabilitas menunjukkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Solvabilitas 1. Pengertian Solvabilitas Solvabilitas merupakan perbandingan antara kewajiban terhadap akun lain yang terdapat di neraca. Menurut Munawir (2004:32) solvabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jatuhnya perekonomian di Indonesia akibat krisis moneter yang sempat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jatuhnya perekonomian di Indonesia akibat krisis moneter yang sempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jatuhnya perekonomian di Indonesia akibat krisis moneter yang sempat melanda pada akhir tahun 2000, dimana banyak perusahaan dari berbagai industri mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba.

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan yang menyangkut pembelanjaan internal perusahaan sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang jasa maupun produksi. Maka dari itu, perusahaan di. tuntut untuk meningkatkan kemampuan kinerjanya agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang jasa maupun produksi. Maka dari itu, perusahaan di. tuntut untuk meningkatkan kemampuan kinerjanya agar mampu 0 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia bisnis dipenuhi dengan berbagai macam persaingan, baik itu di dalam negeri maupun luar negeri, baik itu bergerak di bidang jasa maupun produksi. Maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembang ditengah-tengah persaingan yang semakin ketat di era

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembang ditengah-tengah persaingan yang semakin ketat di era BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia telah menjadi perhatian banyak pihak, khususnya masyarakat pelaku bisnis. Setiap perusahaan memerlukan dana yang besar untuk tumbuh dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ekuitas (saham preferen dan saham biasa) yang ditetapkan perusahaan (Mardiyanto,

BAB I PENDAHULUAN. dan ekuitas (saham preferen dan saham biasa) yang ditetapkan perusahaan (Mardiyanto, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos modal (modal saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau kelebihan aktiva yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berlomba-lomba untuk dapat menghasilkan keuntungan atau laba yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berlomba-lomba untuk dapat menghasilkan keuntungan atau laba yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan semakin sengitnya persaingan antar perusahaan, kini perusahaan berlomba-lomba untuk dapat menghasilkan keuntungan atau laba yang besar untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar. Bagi perusahaan, modal merupakan salah satu faktor penunjang yang

BAB I PENDAHULUAN. besar. Bagi perusahaan, modal merupakan salah satu faktor penunjang yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam menjalankan usahanya, perusahaan tidak dapat dipisahkan dari masalah permodalan. Modal sangat diperlukan bagi kelancaran operasi serta kegiatan perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengambil peluang ini karena industri sektor properti yang terus berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengambil peluang ini karena industri sektor properti yang terus berkembang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berinvestasi dalam bentuk properti merupakan salah satu tren investasi yang saat ini sangat berkembang di masyarakat. Tidak sedikit pula perusahaan yang mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman dan pertumbuhan jumlah penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman dan pertumbuhan jumlah penduduk di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ekonomi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Seiring perkembangan zaman dan pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan perusahaan dalam upaya untuk mengantisipasi persaingan yang semakin tajam dalam pasar yang semakin global seperti sekarang ini akan selalu dilakukan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta menjaga kelangsungan hidup perusahaan. adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal, yaitu keputusan

BAB I PENDAHULUAN. serta menjaga kelangsungan hidup perusahaan. adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal, yaitu keputusan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan dalam dunia bisnis yang semakin ketat membuat suatu perusahaan khususnya perusahaan manufaktur berusaha meningkatkan nilai dari perusahaan. Meningkatknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. struktur modal perusahaan yang akhirnya akan mempengaruhi suatu kinerja

BAB I PENDAHULUAN. struktur modal perusahaan yang akhirnya akan mempengaruhi suatu kinerja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam setiap perusahaan, keputusan dalam pemilihan sumber dana merupakan hal yang penting karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus mengalami peningkatan rata-rata sebesar 67% per tahun dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus mengalami peningkatan rata-rata sebesar 67% per tahun dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dua tahun terakhir, Indonesia sedang berada di masa perekonomian yang baik dan menjanjikan. Ini dapat terlihat dari suasana pasar modal di Indonesia yang cukup menggairahkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan hal yang sangat membantu terhadap suatu keputusan yang diambil karena kinerja keuangan akan menunjukan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dan purposive

BAB II URAIAN TEORITIS. minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dan purposive BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Tobing (2006) mengenai Pengaruh Struktur Modal terhadap Profitabilitas pada Industri Makanan dan Minuman yang Tercatat di Bursa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah memberikan beberapa kemudahan untuk dapat lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah memberikan beberapa kemudahan untuk dapat lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan dunia usaha dalam situasi perekonomian saat ini semakin lama semakin ketat. Hal ini dikarenakan banyak perusahaan yang berkembang cukup pesat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha berlomba-lomba untuk meningkatkan usahanya, salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. usaha berlomba-lomba untuk meningkatkan usahanya, salah satu faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia usaha saat ini mengakibatkan para pelaku usaha berlomba-lomba untuk meningkatkan usahanya, salah satu faktor yang dapat meningkatkan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan baru yang terjadi pada era globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan baru yang terjadi pada era globalisasi saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat dan munculnya perusahaan-perusahaan baru yang terjadi pada era globalisasi saat ini membuat persaingan semakin

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Simanjuntak (2005) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Harga Saham pada Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Struktur Modal 1. Pengertian Struktur Modal Struktur modal berkaitan dengan pembelanjaan jangka panjang suatu perusahaan yang

Lebih terperinci

APA ITU COST OF CAPITAL?

APA ITU COST OF CAPITAL? 1 APA ITU COST OF CAPITAL? Merupakan batas tingkat hasil minimum yang harus dapat dicapai oleh suatu investasi supaya dapat menaikkan nilai perusahaan. Returnyang diharapkan investor atas investasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang diperoleh atas usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang diperoleh atas usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya suatu perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang diperoleh atas usaha yang dilakukan perusahaan pada suatu periode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori Teori Modigliani Miller (MM) Teori struktur modal modern dimulai pada tahun 1958, ketika Profesor Franco Modigliani dan Merton Miller (MM) menerbitkan apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah wahana untuk mempertemukan pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah wahana untuk mempertemukan pihak-pihak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pasar modal adalah wahana untuk mempertemukan pihak-pihak yang memerlukan dana jangka panjang dengan pihak yang memiliki dana tersebut yang diwujudkan dalam bentuk-bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (www.sahamok.com).

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (www.sahamok.com). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal di Indonesia sejak tahun 1997 mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari 56 emiten pada tahun 1989 menjadi 288 emiten pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap negara menginginkan perekonomian negaranya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap negara menginginkan perekonomian negaranya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya setiap negara menginginkan perekonomian negaranya untuk maju dan berkembang. Semakin ketatnya persaingan menyebabkan negara-negara di dunia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peneliti terdahulu yang digunakan adalah adalah penelitian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peneliti terdahulu yang digunakan adalah adalah penelitian yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu Peneliti terdahulu yang digunakan adalah adalah penelitian yang dilakukan oleh Gowan (2004), kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada masa perekonomian saat ini perusahaan diwajibkan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada masa perekonomian saat ini perusahaan diwajibkan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa perekonomian saat ini perusahaan diwajibkan untuk mempunyai daya saing yang kuat agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup dan mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. Peran sektor perbankan dalam memobilisasikan dana

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. Peran sektor perbankan dalam memobilisasikan dana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan jumlah bank swasta nasional yang sangat pesat mulai tahun 1980-an membawa perekonomian Indonesia ke suatu tahapan baru dalam perkembangannya. Peran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pasar Modal Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Dalam dunia usaha untuk meningkatkan kegiatan usaha pemilik usaha selalu dihadapkan dengan suatu masalah. Salah satu masalah

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. dalam perusahaan yaitu keseimbangan antara aktiva dengan pasiva yang

LANDASAN TEORI. dalam perusahaan yaitu keseimbangan antara aktiva dengan pasiva yang 1 II. LANDASAN TEORI 1.1 Struktur Pendanaan Manajemen pendanaan pada hakekatnya menyangkut keseimbangan finansial di dalam perusahaan yaitu keseimbangan antara aktiva dengan pasiva yang dibutuhkan beserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memilih alternatif investasi yang memberikan return yang optimal pada manajer

BAB I PENDAHULUAN. memilih alternatif investasi yang memberikan return yang optimal pada manajer BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar Modal berperan penting dalam menunjang perekonomian suatu Negara, karena pasar modal berfungsi sebagai lembaga perantara yang dapat menghubungkan pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya selalu menghadapi masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya selalu menghadapi masalah-masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya selalu menghadapi masalah-masalah rumit dalam rangka mencapai tujuan yang optimal. Proses pencapaian tujuan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Hasa, 2008) (Lusiana, 2006) (Meyulinda dan Yusfarita, 2010) Weston and Copeland (2010:19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Hasa, 2008) (Lusiana, 2006) (Meyulinda dan Yusfarita, 2010) Weston and Copeland (2010:19) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan harus bisa menjalankan dan mengelola fungsi-fungsi penting di dalam perusahaan dan mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan keadaan yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan per kapita masyarakat Indonesia tahun 2012 telah mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan per kapita masyarakat Indonesia tahun 2012 telah mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendapatan per kapita masyarakat Indonesia tahun 2012 telah mencapai USD 3.562,6 per tahun. Peningkatan pendapatan per kapita ini searah dengan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Pengambilan keputusan mengenai sumber pendanaan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Pengambilan keputusan mengenai sumber pendanaan perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan dan meningkatkan kemakmuran pemegang saham diperusahaannya. Agar tujuan ini dapat tercapai, diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan Salvatore dalam. Kusumajaya, Dewa Kadek Oka (2011:19). Nilai perusahaan sangat

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan Salvatore dalam. Kusumajaya, Dewa Kadek Oka (2011:19). Nilai perusahaan sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyaknya perusahaan makanan dan minuman, serta kondisi perekonomian saat ini telah menciptakan suatu persaingan yang ketat antar perusahaan makanan dan minuman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia saat ini berada dalam era pembangunan yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia saat ini berada dalam era pembangunan yang diharapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia saat ini berada dalam era pembangunan yang diharapkan dikemudian hari mampu menunjukkan eksistensinya pada masyarakat dunia. Namun untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi. Dalam investasi, investor perlu terus menerus mempelajari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi. Dalam investasi, investor perlu terus menerus mempelajari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan bisnis di Indonesia saat ini cukup pesat, maka dibutuhkan ketepatan dalam mengambil keputusan investasi. Investasi dalam suatu perusahaan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan perusahaan-perusahaan saling bersaing untuk dapat menyesuaikan

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan perusahaan-perusahaan saling bersaing untuk dapat menyesuaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan era globalisasi di Indonesia mengakibatkan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan era globalisasia ini menjadikan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang semakin keras telah

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang semakin keras telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang semakin keras telah membuat suatu perusahaan berusaha meningkatkan nilai perusahaan. Meningkatkan nilai perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED

ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED ejournal Administrasi Bisnis, 2017, 5 (4): 867-876 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id Copyright 2017 ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profitabilitas Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba melalui operasional usahanya dengan menggunakan dana aset yang dimiliki oleh perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan pada umumnya mempunyai keinginan untuk tumbuh dan berkembang. Berkembangnya suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh manajemen perusahaan itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merefleksikan penilaian masyarakat terhadap kinerja perusahaan. Nilai

BAB I PENDAHULUAN. merefleksikan penilaian masyarakat terhadap kinerja perusahaan. Nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai perusahaan merupakan kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh harga saham yang dibentuk oleh permintaan dan penawaran di pasar modal yang merefleksikan penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebuah perusahaan selalu membutuhkan modal baik untuk pembukaan bisnis maupun dalam pengembangan bisnisnya. Masalah pendanaan tidak akan lepas dari sebuah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal 1. Modal Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya tentu memerlukan modal, tersedianya modal yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data perusahaan yang dipakai dalam obyek penelitian adalah data Net

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data perusahaan yang dipakai dalam obyek penelitian adalah data Net BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Obyek Penelitian Data perusahaan yang dipakai dalam obyek penelitian adalah data Net Operating After Tax (NOPAT), Weight Average Cost of Capital (WACC), Modal Yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada investor, yaitu keuntungan berupa dividen dan capital gain. Capital gain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada investor, yaitu keuntungan berupa dividen dan capital gain. Capital gain BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Dividen a. Pengertian Dividen Investasi dalam bentuk saham akan memberikan dua jenis keuntungan kepada investor, yaitu keuntungan berupa dividen dan capital

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan manufaktur untuk melakukan kegiatan ekonomi dan mengelola

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan manufaktur untuk melakukan kegiatan ekonomi dan mengelola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi persaingan global setiap perusahaan dituntut untuk dapat mengantisipasi persaingan yang terjadi antar setiap perusahaan. Persaingan yang ketat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Modal merupakan unsur penting dalam suatu perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Modal merupakan unsur penting dalam suatu perusahaan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modal merupakan unsur penting dalam suatu perusahaan. Perusahaan dalam melakukan kegiatan investasi baik dalam bentuk investasi modal kerja atau aktiva tetap jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Pihak-pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan salah satu sarana penting dalam meningkatkan kemampuan untuk mengumpulkan dan menjaga kekayaan. Investasi dapat diartikan sebagai komitmen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal merupakan perimbangan antara penggunaan modal pinjaman yang terdiri dari: utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk kegiatan operasional, termasuk perusahaan manufaktur.hal ini

BAB I PENDAHULUAN. untuk kegiatan operasional, termasuk perusahaan manufaktur.hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan yang ingin berkembang pasti membutuhkan dana yang besar untuk kegiatan operasional, termasuk perusahaan manufaktur.hal ini menyebabkan industri- industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, peran serta masyarakat telah aktif dalam pembiayaan pasar modal. Pada dasarnya pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendanaan adalah fondasi utama dalam dunia usaha dan perekonomian. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai kegiatan operasionalnya atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari lalu lintas

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari lalu lintas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari lalu lintas peredaran uang, dimana industri perbankan memegang peranan yang sangat strategis sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan pemilik korporasi, maka secara alami tujuan keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan pemilik korporasi, maka secara alami tujuan keuangan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai suatu organisasi bisnis, tujuan utama dari korporasi adalah profit atau keuntungan. Mengingat banyak pemangku kepentingan terutama pemegang saham yang merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Sinyal (Signalling Theory) Menurut Wolk dalam Firman Taryana (2013) teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam perusahaan. Oleh karena itu, keputusan pendanaan menjadi pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam perusahaan. Oleh karena itu, keputusan pendanaan menjadi pertimbangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal merupakan bagian yang penting dalam setiap aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan. Oleh karena itu, keputusan pendanaan menjadi pertimbangan yang sangat penting

Lebih terperinci

Definisi. Modal ( Capital ): dana yg digunakan untuk membiayai pengadaan asset dan operasional suatu perusahaan

Definisi. Modal ( Capital ): dana yg digunakan untuk membiayai pengadaan asset dan operasional suatu perusahaan STRUKTUR MODAL Definisi Modal ( Capital ): dana yg digunakan untuk membiayai pengadaan asset dan operasional suatu perusahaan Modal dapat dilihat di neraca sisi kanan (staffel) : hutang, saham biasa, saham

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dilakukan oleh Ayu (2011), pada perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menyebabkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menyebabkan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menyebabkan kegiatan perekonomian dunia mengalami perkembangan yang pesat. Hal tersebut mendorong transaksi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 119 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis pada penelitian dengan judul Pengaruh Struktur Modal, Risiko Perusahaan dan Dividend Payout Ratio terhadap Nilai Perusahaan pada Industri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki karakter perekonomian yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki karakter perekonomian yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang memiliki karakter perekonomian yang tidak berbeda jauh dengan negara sedang berkembang lainnya. Tujuan pencapaian tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut sebanyak jumlah saham yang dibeli. sehingga mereka akan mencari saham blue chips dan saham non-spekulatif

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut sebanyak jumlah saham yang dibeli. sehingga mereka akan mencari saham blue chips dan saham non-spekulatif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia saat ini, perkembangan saham sangatlah pesat. Saham menjadi instrumen yang sangat penting bagi suatu perusahaan, dan definisi dari saham itu sendiri adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen keuangan merupakan manajemen yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen keuangan merupakan manajemen yang berhubungan dengan 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manajemen keuangan merupakan manajemen yang berhubungan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin meningkatnya jumlah gedung, perkantoran, mall, hotel,

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin meningkatnya jumlah gedung, perkantoran, mall, hotel, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri properti dan real estate merupakan industri yang akan terus bertumbuh, ditandai dengan semakin meningkatnya jumlah gedung, perkantoran, mall, hotel, perumahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Indonesia sebagai negara berkembang lebih menitikberatkan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih baik. Proses ini berpengaruh langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tentunya hal ini tanpa mengurangi perhatian terhadap masalah-masalah lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Tentunya hal ini tanpa mengurangi perhatian terhadap masalah-masalah lain yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah klasik dalam urusan pengembangan setiap perusahaan adalah pendanaan. Tentunya hal ini tanpa mengurangi perhatian terhadap masalah-masalah lain yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber dana jangka pendek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa kajian teori. Teori teori struktur modal bertujuan sebagai landasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa kajian teori. Teori teori struktur modal bertujuan sebagai landasan 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini tentang pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan dan struktur aktiva terhadap struktur modal perusahaan Property and Real Estate yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Brigham dan Houston (2001) struktur modal adalah bauran dari hutang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Brigham dan Houston (2001) struktur modal adalah bauran dari hutang, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Struktur Modal Menurut Brigham dan Houston (2001) struktur modal adalah bauran dari hutang, saham preferen dan saham biasa. Sedangkan Husnan (2000) struktur modal adalah perimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di antara berbagai macam sektor perusahaan yang listing di Bursa Efek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di antara berbagai macam sektor perusahaan yang listing di Bursa Efek 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Di antara berbagai macam sektor perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), perusahaan manufaktur merupakan salah satu sektor perusahaan yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan lancar. Perusahaan tentu tidak hanya mengharapkan dana dari

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan lancar. Perusahaan tentu tidak hanya mengharapkan dana dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya memerlukan dana yang cukup agar setiap kegiatan operasional perusahaan bisa terpenuhi dan dapat berjalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Persaingan bisnis saat ini semakin ketat pada perusahaan, agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Persaingan bisnis saat ini semakin ketat pada perusahaan, agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis saat ini semakin ketat pada perusahaan, agar dapat menarik investor perlu dituntut untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Memaksimalkan kemakmuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan usaha yang semakin keras menuntut perusahaan untuk semakin meningkatkan nilai perusahaannya. Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat dan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat dan semakin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat dan semakin berkembang, menyebabkan perusahaan mulai berlomba-lomba untuk memperluas dan bersaing dalam menjalankan

Lebih terperinci