UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN Tugas Mata Kuliah Utilitas Bangunan TUGAS 1 PERANCANGAN SISTEM PLAMBING DAN SANITASI Oleh: Nama (NPM) : Agus Ridwan ( ) Nuh Akbar ( ) Nurlela ( ) Jurusan/Fakultas : Teknik Sipil/Teknik Sipil dan Perencanaan Dosen : Dr. Ruswandi Tahir Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Trimester IX Utilitas Bangunan Juni 2011

2 DAFTAR ISI Halaman Judul... Daftar Isi... i ii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Utilitas Bangunan Perancangan Utilitas Bangunan Maksud dan Tujuan Batasan Masalah... 2 BAB 2 SISTEM PLAMBING DAN SANITASI 2.1 Umum Jenis Peralatan Plambing Dalam Pengertian Khusus Peralatan untuk penyediaan Instalasi Air Bersih/Air Minum dan Air Panas Peralatan untuk Pembuangan Peralatan Ven Peralatan Saniter (Plumbing Fixtures) Dalam Pengertian Umum Peralatan Pemadam Kebakaran Syarat-syarat dan Mutu Bahan Plambing Syarat Alat-alat Plambing Berdasarkan Jenis Kategori Rumah Tinggal Rumah Susun Hunian Usaha/Niaga Hunian Industri Hunian Gudang Hunian Kumpulan Hunian Ibadah ii

3 Sekolah Hunian Lembaga Hunian Lembaga Lingkup Terbatas Rumah Sakit Rumah Sakit Jiwa Lembaga Pemasyarakatan Kolam Renanng dan Pemandian Umum Rumah Makan, Kantin dan Kafetaria Dapur Rumah Makan atau Kantin Hunian Sementara Mutu Bahan Plambing Alat-alat Pendukung Plambing Sistem Instalasi Plambing Persyaratan Pemasangan Sistem Pemipaan Sistem Instalasi Jenis Pipa Pipa Air Kotor dan Air Buangan Spesifikasi Bahan dan Perpipaan Penggantung dan Penunjang Pipa Pemasamgan Pipa Air Utama dalam Tanah Pemasamgan Pipa Air Limbah dan Pipa Logam dalam Tanah Katup Sanitasi Air Bersih Sistem Penyediaan Air Bersih Sistem Pembuangan Limbah Rumah Tangga Sistem Pembuangan Sistem Pembuangan Limbah Padat iii

4 BAB 3 CONTOH PERHITUNGAN 3.1 Pompa Angkat Pompa Booster BAB 4 PENUTUP 4.1 KESIMPULAN SARAN DAFTAR PUSTAKA... v iv

5 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Utilitas Bangunan Utilitas Bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas yang digunakan untuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudahan komunikasi, dan mobilitas dalam pembangunan. Perancangan bangunan harus selalu memperhatikan dan menyertakan fasilitas utilitas yang dikoordinasikan dengan perancangan lain (struktur, arsitektur, interior dan lain-lainnya). 1.2 Perancangan Utilitas Bangunan Dalam perancangan utilitas bangunan terdapat perancangan yang dilakukan sebagai berikut: 1. Perancangan Plambing dan Sanitasi 2. Perancangan Pencegahan Kebakaran 3. Perancangan Pengudaraan/Penghawaan 4. Perancangan Penerangan/Pencahayaan 5. Perancangan Telepon 6. Perancangan CCTV dan Sekuriti Sistem 7. Perancangan Penangkal Petir 8. Perancangan Tata Suara 9. Perancangan Transportasi dalam Bangunan 10. Perancangan Landasan Helikopter 11. Perancangan Pembuangan Sampah 12. Perancangan Alat Pembersih Bangunan Perancangan utilitas bangunan yang akan dibahas lebih detail dalam bab selanjutnya adalah sistem plumbing dan sanitasi. 1

6 1.3 Maksud dan Tujuan Maksud dan Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai salah satu tugas mata kuliah Utilitas Bangunan pada Trimester IX, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma. Selain itu, penulisan ini juga bertujuan untuk mengingatkan pengetahuan penulis mengenai pentingnya keberadaan suatu sistem plumbing dan sanitasi sebagai bagian dari utilitas bangunan yang mendukung aktivitas dalam suatu gedung. 1.4 Batasan Masalah Pada makalah ini, penulisan materi hanya dibatasi pada pembahasan salah satu aspek dari utilitas pada bangunan yaitu sistem plambing dan sanitasi.. Adapun untuk beberapa aspek lainnya hanya dibahas secara umum. Selain itu akan diberikan pula satu contoh kasus permasalahan yang ada dalam perencanaan sistem plambing dan sanitasi 2

7 BAB 2 SISTEM PLUMBING DAN SANITASI 2.1 Umum Plambing adalah seni dan teknologi pemipaan dan perlatan untuk menyediakan air bersih ke tempat yang dikehendaki, baik dalam hal kualitas, kuantitas, dan kontinyuitas yang memenuhi syarat, dan membuang air bekas (kotor) dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemari bagian penting lainnya untuk mencapai kondisi higienis dan kenyamanan yang diinginkan (elearning.gunadarma.ac.id, 2011), sedangkan pengertian plambing menurut SNI adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan pemasangan pipa dengan peralatannya di dalam gedung atau gedung yang berdekatan yang bersangkutan dengan; air hujan, air buangan dan air minum yang dihubungkan dengan sistem kota atau sistem lain yang dibenarkan Sistem Plambing adalah sistem penyediaan air bersih dan sistem pembuangan air kotor yang saling berkaitan serta merupakan paduan yang memenuhi syarat yang berupa peraturan dan perundangan, pedoman pelaksanaan, standar, tentang peralatan dan instalasinya. Secara garis besar, peralatan Plambing memiliki dua fungsi utama yaitu (: a. Menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan cukup dan air panas bila diperlukan b. Membuang air kotor tempat-tempat tertentu tanpa mencemari bagian penting lainnya Di Indoensia, peraturan yang berlaku mengenai Plambing selain SNI tentang Sistem Plambing juga diatur dalam SNI tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing. 2.2 Jenis Peralatan Plambing Alat plambing digunakan untuk semua peralatan yang dipasang di dalam ataupun di luar gedung, untuk menyediakan air panas atau air dingin dan untuk mengeluarkan air buangan. Untuk lebih sederhananya plambing dipasang pada 3

8 ujung akhir pipa yang berfungsi untuk mengeluarkan air dan ujung awal pipa yang berfungsi untuk memasukkan air Dalam pengertian khusus, jenis peralatan Plambing meliputi : Peralatan untuk penyediaan instalasi air bersih/air minum dan air panas, adapun peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Pompa Transfer, berfungsi untuk memompa air bersih dari ground water tank ke roof tank melalui pipa transfer. Beberapa jenis pompa transfer yang sering dipakai, antara lain : a. End Suction Pump b. Horizontal Split Case Pump c. Multi Stage Pump d. Centrifugal Pump 2. Pressure Tank, berfungsi untuk meringankan kerja pompa dari keadaan start-stop yang terlalu sering. Beberapa jenis pressure tank yang sering dipakai, antara lain : a. Diaphragma Pressure Tank b. Non Diaphragma Pressure Tank atau Well Pressure Tank 3. Check Valve, penahan aliran balik air didalam instalasi pipa Gambar 2.1 Check valve 4. Gate Valve, pengatur buka-tutup aliran air didalam pipa. 4

9 Gambar 2.2 Gate Valve 5. Ball Valve, pengatur jumlah aliran air di dalam pipa. Gambar 2.3 Ball Valve 6. Butterfly Valve, pengatur buka-tutup aliran air di dalam pipa. 5

10 Gambar 2.4 Butterfly Valve 7. Floating Valve, klep pengatur buka-tutup aliran air ke tanki. 8. Foot Valve, penahan air balik di bawah pipa isap. 9. Strainer, berfungsi sebagai filter air. 10. Flexible Joint, penahan getaran dan gerakan. 11. Pressure Gauge, pengukur tekanan. 12. Pressure Switch, alat kontak hubung-putus akibat tekanan. 13. Flow Switch, alat kontak hubung-putus akibat aliran. 14. Water Meter, pengukur debit air Peralatan untuk pembuangan 1. Jenis air buangan Air buangan atau limbah (waste water) adalah semua cairan yang dibuang, baik yang mengandung kotoran manusia, hewan, bekas tumbuh-tumbuhan maupun yang mengandung sisa-sisa proses industri. Air buangan dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu : a. Air kotor : Air buangan yang berasal dari kloset, peturasan, bidet dan air buangan yang mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat plambing. 6

11 b. Air bekas : Air buangan yang bersal dari alat plambing lainnya seperti bak mandi (bath tub), bak cuci tangan bak dapur dan sebagainya. c. Air hujan : Air dari atap, halaman dan sebagainya. d. Air buangan khusus : Air yang mengandung gas, racun dan bahanbahan berbahaya yang berasal dari pabrik, air buangan dari laboratorium, tempat pengobatan, tempat pemeriksaan di rumah sakit, rumah pemotongan hewan, air yang bersifat radio aktif dan lain-lain. 2. Sistem pembuangan air a. Sistem pembuangan air kotor dan bekas Sistem Campuran : Sistem pembuangan dimana air kotor dan air bekas dikumpulkan dan dialirkan ke dalam satu saluran. Sistem terpisah : Sistem pembuangan dimana air kotor dan bekas masing-masing dikumpulkan dan dialirkan secara terpisah. Untuk daerah dimana tidak tersedia roil umum yang dapat menampung air bekas dan air kotor maka system pembuangan air kotor akan disambungkan ke instalasi pengolahan air kotor terlebih dahulu. b. Sistem pembuangan air hujan Pada dasarnya air hujan harus disalurkan melalui sistem pembuangan yang terpisah dari sistem pembuangan air bekas dan air kotor. Bila dicampurkan, kemungkinan apabila saluran tersebut tersumbat oleh sebab apapun ada kemungkinan air hujan akan mengakibatkan air balik dan masuk ke dalam alat plambing terendah dari sistem tersebut. Gedung harus mempunyai perlengkapan drainase untuk menyalurkan air hujan dari atap dan halaman atau pekarangan dengan pengerasan di dalam persil ke saluran air hujan kota atau saluran pembuangan campuran kota. Pada daerah yang tidak terdapat saluran tersebut. Drainase atap harus memenuhi ketentuan berikut : 7

12 1) Drainase atap harus kedap air 2) Saringan harus dipasang pada lubang talang tegak. Saringan harus menonjol sekurang-kurangnya 10 cm diatas permukaan atap atau talang datar diukur dari lubang masuk talang tegak. Jumlah luas lubang saringan tidak boleh < 1,5 kali luas penampang talang tegak. Saringan pada drainase atap atau geladak tempat menjemur,geladak parkir atau tempat sejenis dipasang rata dengan permukaan geladak dan jumlah luas lubangnya tidak boleh < 2 kali luas penampang talang tegak. c. Sistem gravitasi dan sistem bertekanan Sistem gravitasi : umumnya diusahakan agar air buangan dapat dialirkan secara gravitasi dengan mengatur tata letak kemiringan pipa pembuangan Sistem bertekanan : dalam sistem ini air buangan dikumpulkan dalam bak penampung dan kemudian dipompakan ke luar dengan menggunakan pompa motor listrik dan bekerja secara otomatis. 3. Komponen sistem pembuangan Uraian tentang beberapa bagian penting dari komponen sistem pembuangan adalah sebagai berikut : a. Pipa pembuangan alat plambing Pipa pembuangan yang menghubungkan pipa pembuangan yang menghubungkan perangkap alat plambing dengan pipa pembuangan lainnya dan biasanya dipasang tegak. b. Cabang mendatar Semua pipa pembuangan mendatar yang menghubungkan pipa pembuangan alat plambing dengan pipa tegak air buangan. c. Pipa tegak air buangan Pipa tegak untuk mengalirkan air buangan dari cabang-cabang mendatar. d. Pipa tegak air kotor 8

13 Pipa tegak untuk mengalirkan air kotor dari cabang-cabang mendatar. e. Pipa atau saluran pembuangan gedung Pipa pembuangan dalam gedung yang mengumpulkan air kotor, air bekas, atau air hujan dari pipa-pipa tegak air buangan. f. Riol gedung Pipa di halaman gedung yang menghubungkan pipa pembuangan gedung dengan instalasi pengolahan atau dengan roil umum Peralatan ven 1. Ketentuan umum a. Ukuran pipa ven lup dan pipa ven sirkit Ukuran pipa ven lup dan ven sirkit minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari setengah kali diameter cabang mendatar pipa buangan atau pipa tegak ven yang disambungkannya. Ukuran pipa ven lepas minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari setengah kali diameter cabang mendatar pipa pembuangan yang dilayaninya. b. Ukuran ven pipa tegak Ukuran ven pipa tegak tidak boleh kurang dari ukuran pipa tegak air buangan yang dilayaninya dan selanjutnya tidak boleh diperkecil ukurannya sampai ke ujung terbuka. c. Ukran ven pipa tunggal Ukuran ven pipa tunggal minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari setengah kali diameter pipa pengering alat plambing yang dilayani. d. Ukuran ven pipa pelepas ofset Ukuran pipa ven pelepas untuk ofset pipa pembuangan harus sama dengan atau lebih besar dari pada diameter tegak vena tau pipa tegak air buangan (yang terkecil di antara keduanya). e. Ukuran pipa ven yoke 9

14 Ukuran pipa ven yoke harus sama dengan atau lebih besar dari pada diameter pipa tegak vena tau pipa tegak buanagn (yang terkecil di antara keduanya). f. Pipa ven untuk bak penampung Ukuran pipa ven untuk bak penampung air buangan minimum harus 50 mm. 2. Penentuan ukuran ven Ukuran pipa ven didasarkan pada unit beban alat plambing dari pada pembuangan yang dilayaninya, dan panjang ukuran pada pipa ven tersebut. (Lihat Tabel 2.1). Bagian pipa ven mendatar, tidal termasuk bagian pipa ven di bawah lantai, tidak boleh lebih dari 20% dari seluruh panjang ukurannya. Tabel 2.1 Ukuran pipa tegak ven dan ven cabang Sumber: SNI Peralatan saniter (Plumbing Fixtures) Peralatan saniter seperti kloset, peturasan, dan bak cuci tangan umumnya dibuat dari bahan porselen atau keramik. Bahan ini sangat populer karena biayanya dalam hal ini pembuatanya cukup murah, dan ditinjau dari segi sanitasi sangat baik. 10

15 Jenis peralatan saniter antara lain : 1. Kloset, dibagi dalam beberapa golongan menurut kontruksinya (Lihat Gambar 2.5) : a. Tipe Wash-Out Tipe ini adalah yang paling tua dari jenis kloset duduk. Tipe ini sekarang dilarang di Indonesia karena kontruksinya berdampak pada timbulnya bau yang tidak sedap akibat penggelontoran yang tidak sempurna. b. Tipe Wash-Down Tipe ini lebih baik daripada wash-out, bau yang timbul akibat sisa kotoran lebih sedikit jika dibandingkan dengan tipe wash-out. c. Tipe Siphon Tipe ini mempunyai kontruksi jalannya air buangan yang lebih rumit dibandingkan dengan tipe wash-down, untuk sedikit menunda aliran air buangan tersebut sehingga timbul efek siphon. Bau yang dihasilkan lebih berkurang lagi pada tipe ini. d. Tipe Siphon-jet Tipe ini dibuat agar menimbulkan efek siphon yang lebih kuat, dengan memancarkan air dalam sekat melalui suatu lubang kecil searah aliran air buangan. Tipe siphon-jet ini menggunakan air penggelontor lebih banyak. e. Tipe Blow-Out Tipe ini sebenarnya dirancang untuk menggelontor air kotor dengan cepat, tapi akibatnya membutuhkan air dengan tekanan sampai 1 kg/cm 2, dan menimbulkan suara berbisik. 11

16 Sumber: SNI Gambar 2.5 Berbagai Jenis Kloset Duduk dan Jongkok Sumber: dheryudi.wordpress.com dan jakartacity.olx.co.id, 2011 Gambar 2.6 Contoh Jenis Kloset Duduk (kiri) dan Jongkok (kanan) 2. Peturasan Ditinjau dari kontruksinya, peturasan dapat dibagi seperti kloset, di mana yang paling banyak digunakan adalah tipe wash-down (Lihat Gambar 2.7 dan 2.8). Untuk tempat-tempat umum, sering dipasang peturasan berbentuk mirip talang terbuat dari porselen, plastik, atau baja tahan karat, dan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Dalamnya talang 15 cm atau lebih. 12

17 b. Pipa pembuangan ukuran 40 mm atau lebih dan dilengkapi dengan saringan. c. Pipa penggelontor harus diberi lubang-lubang untuk menyiram bidang belakang talang dengan lapisan air. d. Laju aliran air penggelontor dapat ditentukan dengan menganggap setiap 45 cm panjang talang ekivalen dengan satu peturasan biasa. Sumber: SNI Gambar 2.7 Jenis Peturasan Sumber: SNI Gambar 2.8 Peturasan Palung 13

18 Sumber: ceppi-prihadi.co.cc dan 19design.wordpress.com Gambar 2.9 Contoh Peturasan anak-anak (kiria) dan bidet (kanan) 3. Fitting Saniter Beberapa jenis fitting saniter antara lain : a. Keran air, ada beberapa macam yaitu : 1) Keran air yang dapat dibuka dan ditutup dengan mudah. 2) Keran air yang dapat dibuka tetapi akan menutup sendiri, misalnya untuk cuci tangan. 3) Keran air yang laju alirannya diatur oleh ketinggian muka air, yaitu keran atau katup pelampung. Sumber: Gambar 2.10 Keran 14

19 Sumber : Gambar 2.11 Wastafel Sumber : Gambar 2.12 Bath Tub 15

20 Sumber : Gambar 2.13 Shower b. Katup gelontor dan tangki gelontor 1) Katup gelontor berfungsi mengatur aliran air penggelontor, untuk kloset dan peturasan. 2) Tangki gelontor, dibuat dari plastik, ada yang otomatis dan ada juga yang harus dijalankan oleh orang Dalam pengertian umum, jenis peralatan Plambing meliputi : Peralatan pemadam kebakaran 1. Sistem hidran a. Tipe Sistem Stand Pipe Untuk Hidran 1) Automatic-Wet Suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sistem secara otomatis. 2) Automatic-Dry Suatu sistem stand pipe kering, biasanya diisi dengan udara bertekanan dan dirangkaikan dengan suatu alat, seperti dry pipe valve, untuk menerima air ke dalam sistem perpipaannya secara otomatis dengan membuka suatu hose value. - Menghemat kerja pompa 16

21 - Pompa akan bekerja secara otomatis pada saat alarm berbunyi, sehingga air akan segera mengalir untuk menanggulangi kebakaran. 3) Semi Automatic-Dry Sistem stand pipe kering yang dirangkaikan dengan suatu alat seperti deluge value, untuk menerima air ke dalam sistem perpipaannya dengan cara mengaktifkan suatu alat pengontrol jarak jauh yang terletak pada setiap hose connection. Suplai air harus mampu memenuhi kebutuhan sistem. 4) Manual-Wet Suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang sedikit, hanya untuk memelihara keberadaan air dalam pipanya, namun tidak memiliki untuk memenuhi seluruh kebutuhan sistem. Suplai air sistem diperoleh dari fire department pumper. 5) Manual-Dry Suatu sistem stand pipe yang tidak memiliki suplai air yang permanen. Air yang diperlukan diperoleh dari suatu fire department pumper, untuk kemudian dipompakan ke dalam sistem melalui fire department connection b. Keluar Sistem Stand Pipe 1) Kelas I Suatu sistem stand pipe yang harus menyediakan hose connection berdiameter 2½ inchi untuk mensuplai airnya, khususnya digunakan oleh petugas pemadam kebakaran dan orang-orang yang terlatih untuk menangani kebakaran berat. 2) Kelas II Suatu sistem stand pipe yang harus menyediakan hose connection berdiameter 1½ inchi untuk mensuplai airnya, digunakan oleh penghuni gedung atau petugas pemadam kebakaran selama tindakan pertama. Pengecualian dapat dilakukan dengan menggunakan hose connection 1 inchi jika 17

22 kemungkinan bahaya sangat kecil dan telah disetujui oleh instalasi atau pejabat yang berwenang. 3) Kelas III Suatu sistem yang harus menyediakan baik hose connection berdiameter 1½ inchi untuk digunakan oleh penghuni gedung maupun hose connection berdiameter 2½ inchi untuk digunakan oeh petugas pemadam kebakaran ada orang-orang yang telah terlatih untuk kebakaran berat. c. Design/Perancangan 1) Penentuan letak hose connection Pada sistem stand pipe kelas I, jika bagian terjauh dari suatu lantai/tingkat yang tidak bersprinkler melebihi 150 ft (45.7 m) dari jalan keluar (exit) atau melebihi 200 ft (61 m) untuk lantai yang tidak bersprinkler, perlu dilakukan penambahan hose connection pada lokasi yang diperlukan oleh petugas pemadam kebakaran. 2) Ukuran minimum stand pipe Stand pipe pada kelas I dan III harus berdiameter minimal 4 inchi. 3) Tekanan minimum sistem Stand pipe harus didisain secara hidrolis guna memenuhi flowratenya, dengan tekanan residual minimal 100 psi (6.9 bar) pada hose connection terjauh untuk yang berdiameter 2½ inchi dan 65 psi (4.5 bar) untuk yang berdiameter 1½ inchi. 4) Tekanan maksimum hose connection Tekanan residual pada hose connection berdiameter 1½ inchi yang digunakan oleh penghuni bangunan tidak boleh melebihi 100 psi (6.9 bar). Ketika tekanan statik pada hose connection melebihi 100 psi, maka pressure regulator device harus digunakan untuk membatasi tekanan statik dan residual pada 18

23 outlet hose connection pada 100 psi untuk diameter 1½ inchi dan 175 psi untuk hose connection lainnya. 5) Flow rate (debit) minimum pada stand pipe Untuk sistem kelas I dan III, flowrate minimum pada stand pipe terjauh harus 500 gpm (1893 l/menit). Sedangkan untuk tambahannya harus memiliki flow rate minimal 250 gpm (946 l/menit) per stand pipe, dengan jumlah total tidak lebih dari 1250 gpm (4731 l/menit). Pengecualian, jika luas area melebihi ft (7432 m2), maka stand pipe kedua terjauh harus didisain untuk 500 gpm. 6) Flow rate minimum pada hidran gedung Debit air minimum gedung 400 l/menit 7) Prosedur perhitungan Penentuan ukuran pipa dan kehilangan tekan yang ditimbulkan dilakukan denga cara yang sama pada sistem penyediaan air bersih, yaitu menggunakan persamaan Hazen-William. Pipa yang digunakan juga merupakan jenis pipa Galvanis baru. 8) Drain dan Test riser Secara permanen drain riser 3 inchi (76 mm) harus disediakan berdekatan pada setiap stand pipe, yang dilengkapi dengan pressure regulating device guna memungkinkan dilakukannya tes pada tiap alat/device. Setiap stand pipe harus disediakan draining, suatu drain valve dan pipanya, diletakkan pada titik terendah pada stand pipe. Penentuan suatu stand pipe drain dapat dilihat pada Tabel

24 Tabel 2.2 Ukuran Stand pipe Drain Ukuran Drain Ukuran Stand Pipe Connection Sampai dengan 2 in 2 ½ in, 3 in, atau 3 ½ in 4 in atau lebih besar ¾ in atau lebih besar 1¼ in atau lebih besar 2 in saja Sumber: NFPA 14, Standar Installation for Standpipe and Hose Systems 9) Suplai Air (Water Supply) Untuk Sistem kelas I, water supply harus cukup untuk memenuhi kebutuhan sistem seperti yang telah diuraikan di atas selama sedikitnya 30 menit. 2. Sistem sprinkle Sistem sprinkler harus dipasang terpisah dari sistem perpipaan dan pemompaan lainnya, serta memiliki penyediaan air tersendiri. Beberapa definisi mengenai komponen sistem di antaranya: a. Branch (cabang) adalah pipa di mana sprinkler dipasang, baik secara langsung atau melalui riser b. Cross main (pipa pembagi) adalah pipa yang mensuplai pipa cabang, baik secara langsung atau melalui riser c. Feed main (pipa pembagi utama) adalah pipa yang mensuplai pipa pembagi, baik secara langsung atau melalui riser. Sistem sprinkler secara otomatis akan bekerja bila segelnya pecah akibat adanya panas dari api kebakaran. Sistem Sprinkler dapat dibagi atas beberapa jenis, yaitu (Departemen Pekerjaan Umum, 1987): a. Dry Pipe System Suatu sistem yang menggunakan sprinkler otomatis yang disambungkan dengan sistem perpipaannya yang mengandung udara atau nitrogen bertekanan. Pelepasan udara tersebut akibat adanya panas mengakibatkan api bertekanan membuka dry pipe 20

25 valve. Dengan demikian air akan mengalir ke dalam sistem perpipaan dan keluar dari kepala sprinkler yang terbuka. b. Wet Pipe System Suatu sistem yang menggunakan sprinkler otomatis yang disambungkan ke suplai air (water supply). Dengan demikian air akan segera keluar melalui sprinkler yang telah terbuka akibat adanya panas dari api. c. Deluge System Sistem yang menggunakan kepala sprinkler yang terbuka disambungkan pada sistem perpipaan yang dihubungkan ke suplai air melalui suatu valve. Valve ini dibuka dengan cara mengoperasikan sistem deteksi yang dipasang pada area yang sama dengan sprinkler. Ketika valve dibuka, air akan mengalir ke dalam sistem perpipaan dan dikeluarkan dari seluruh sprinkler yang ada. d. Preaction System Suatu sistem yang menggunakan sprikler otomatis yang disambungkan pada suatu sistem perpipaan yang mengandung udara, baik yang bertekanan atau tidak, melalui suatu sistem deteksi tambahan yang dipasang pada area yang sama dengan sprinkler. Pengaktifan sistem deteksi akan membuka suatu valve yang mengakibatkan air akan mengalir ke dalam sistem perpipaan sprinkler dan dikeluarkan melalui sprinkler yang terbuka. e. Combined Dry Pipe-Preaction Sistem pipa berisi udara bertekanan. Jika terjadi kebakaran, peralatan deteksi akan membuka katup kontrol air dan udara dikeluarkan pada akhir pipa suplai, sehingga sistem akan terisi air dan bekerja seperti sistem wet pipe. Jika peralatan deteksi rusak, sistem akan bekerja seperti sistem dry pipe. Sprinkler dapat pula dibagi menjadi dua kategori berdasarkan mode aktivasi pengiriman air, yaitu : a. Dalam versi fusible element, panas mencairkan stopper metal yang menyumbat lubang pengiriman air. 21

26 b. Dalam versi bulb, temperatur tinggi memanaskan cairan dalam bohlam kaca (glass bulb), sampai bulb pecah. Gambar 2.14 Sprinkler jenis fusible element (kiri) dan bulb (kanan) Sumber : w14.itrademarket.com, 2011 Gambar 2.15 Sprinkle Tabel 2.3 menunjukkan rata-rata temperatur Sprinkler berdasarkan warna dari cairan. Tabel 2.3 Warna Cairan dan Temperatur Sprinkler Rata rata Temperatur Warna dari cairan bola 57 Jingga 68 Merah 79 Kuning 93 Hijau 141 Biru 182 Ungu ( Mauve ) Hitam Sumber : Departemen Pekerjaan Umum,

27 2.3 Syarat-syarat dan Mutu Bahan Plambing Syarat alat-alat plambing berdasarkan jenis kategori Syarat-syarat yang mengatur tentang alat-alat Plambing diatur dalam SNI , berdasarkan jenis kategori bangunan yaitu : Rumah tinggal, dimana dalam setiap rumah tinggal sekurang kurangnya dilengkapi dengan : 1. Sebuah bak cuci dapur. 2. Sebuah kloset. 3. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus. 4. Sebuah tempat cuci tangan. 5. Sebuah pengering lantai Rumah Susun, dimana dalam setiap unit harus dilengkapi sekurang kurangnya dengan : 1. Sebuah bak cuci dapur. 2. Sebuah kloset. 3. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus. 4. Sebuah tempat cuci tangan. 5. Sebuah pengering lantai. Disamping itu, setiap unit rumah tinggal harus dilengkapi dengan bak cuci pakaian atau perlengkapan penyambungan untuk mesin cuci pakaian, kecuali bila unit rumah tinggal tersebut disediakan untuk penghuni tidak tetap. Setiap rumah susun harus juga dilengkapi dengan sebuah ruang cuci pakaian bersama, dengan perlengkapan alat plambing sebagai berikut: 1. Sebuah tempat cuci pakaian dengan dua bak untuk setiap 10 unit rumah tinggal, atau 2. Sebuah mesin cuci pakaian untuk setiap 20 unit rumah tinggal. Bila unit rumah tinggal tersebut hanya merupakan akomodasi tidur, maka untuk setiap enam unit, harus dilengkapi sekurang kurangnya dengan : 23

28 1. Sebuah kloset. 2. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus. 3. Sebuah tempat cuci tangan. 4. Sebuah pengering lantai. 5. Untuk ruang toilet laki laki, jumlah kloset dapat diganti dengan peturasan (urinoir) tidak lebih dari sepertiga jumlah kloset yang disyaratkan Hunian usaha/niaga, dimana ketentuan minimum alat plambing dalam hunian usaha/niaga dapat dilihat pada Tabel 3.4. Tabel 2.4 Jumlah kloset, bak cuci tangan dan peturasan untuk hunian usaha Hunian industri, kententuan yang berlaku sama halnya dengan hunian usaha/niaga, kecuali untuk industri pengecoran logam yang kriteria jumlah alat plambing harus di sesuaikan dengan Tabel 3.5 Tabel 2.5 Jumlah kloset, bak cuci tangan dan peturasan untuk hunian industri 24

29 Hunian Gudang, ketentuan alat plambing minimum sama dengan yang disyaratkan untuk hunian usaha. Alat plambing juga dapat dipasang pada bangunan yang berdekatan, jika jarak mendatar dari tempat kerja ke toilet tidak lebih dari 150 m dan kedua bangunan tersebut berada dibawah satu pengelolaan Hunian kumpulan, kecuali hunian ibadah dan sekolah, maka kapasitas alat plambing minimum ditentukan dengan menggunakan Tabel 3.6 Tabel 2.6 Jumlah kloset, bak cuci tangan dan peturasan untuk hunian kumpulan 1. Pancaran air minum atau alat sejenis harus disediakan untuk setiap 1000 orang pengunjung atau sekurang kurangnya sebuah alat plambing sejenis tersebut disediakan pada setiap tingkat bangunan atau balkon. 2. Bila dalam ruangan proyektor terdapat lebih dari satu proyektor, maka harus dilengkapi sekurang kurangnya dengan; sebuah kloset dan sebuah bak cuci tangan di lantai yang bersangkutan dan terletak 6 7 m dari ruang proyektor tersebut. 3. Alat plambing untuk pengunjung dapat pula digunakan oleh karyawan, akan tetapi setidak -tidaknya fasilitas toilet karyawan harus sesuai dengan jumlah dan jenis yang disyaratkan untuk karyawan seperti pada hunian usaha. 4. Fasilitas toilet untuk laki laki dan perempuan harus terpisah dan mudah dicapai. 25

30 Hunian ibadah, khususnya untuk masjid, haus disediakan sekurang kurangnya satu kran wudhu setiap 50 orang jemaah. Untuk kapasitas lebih dari 500 orang jemaah, harus ditambah dengan sebuah kran untuk setiap kenaikan 200 orang. Di tempat ibadah harus ada sekurang kurangnya sebuah kloset dan sebuah bak cuci tangan, fasilitas ini boleh berada pada bangunan yang berdekatan letaknya, bila berada dibawah satiu pengelolaan. Fasilitas toilet laki laki dan perempuan harus terpisah dan mudah dicapai Sekolah, penyediaan alat plambing di sekolah dilakukan berdasarkan kapasitas hunian dan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Sebuah kloset untuk setiap 100 orang murid laki laki dan sebuah kloset untuk setiap 35 orang murid perempuan di Sekolah Dasar. 2. Sebuah kloset untuk setiap 100 orang murid laki laki dan sebuah kloset untuk setiap 45 orang murid perempuan di Sekolah Menengah. 3. Sebuah bak cuci tangan untuk setiap 50 orang murid. 4. Sebuah peturasan untuk setiap 30 orang murid laki laki. 5. Sebuah pancaran air minum atau alat plambing sejenis untuk setiap 150 orang murid, tetapi sebuah alat plambing sejenis sekurang kurangnya disediakan pada tiap lantai yang terdapat ruang kelas. Bila terdapat lebih dari 5 orang karyawan dan guru, alat plambing harus disediakan lagi, sekurang kurangnya jenis dan jumlahnya sama dengan yang disyaratkan pada hunian usaha. Alat plambing yang disediakan untuk murid harus terpisah dari alat plambing yang disediakan untuk guru dan karyawan. Fasilitas toilet untuk laki laki dan perempuan harus terpisah, mudah dicapai serta mudah digunakan Hunian lembaga, dimana hunian tersebut berada dalam pengawasan maka harus dilengkapi dengan alat plambing sekurang kurangnya adalah sebagai berikut: 1. Sebuah bak cuci dapur. 2. Sebuah kloset. 26

31 3. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus. 4. Sebuah bak cuci tangan. 5. Sebuah pengering lantai. Bila akomodasi tidur diatur sebagai kamar terpisah, maka di dekat setiap enam kamar tidur di lengkapi sekurang-kurangnya dengan : 1. Sebuah kloset. 2. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus. 3. Sebuah bak cuci tangan. 4. Sebuah pengering lantai. Bila akomodasi tidur diatur seperti asrama,, maka untuk setiap 15 orang penghuni, pada tempat di dekatnya harus dilengkapi sekurang kurangnya dengan: 1. Sebuah kloset. 2. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus. 3. Sebuah bak cuci tangan. 4. Sebuah pengering lantai. Fasilitas toilet untuk laki laki dan perempuan harus terpisah dan mudah dicapai Hunian lembaga lingkup terbatas, dalam hal ini kecuali rumah sakit maka harus dilengkapi dengan alat plambing untuk tiap lantai sesuai dengan ketentuan ketentuan sebagai berikut; 1. Sebuah kloset untuk setiap 25 orang penghuni laki laki dan sebuah kloset untuk setiap 20 orang penghuni perempuan. 2. Sebuah peturasan untuk setiap 50 orang penghuni laki laki. 3. Sebuah bak cuci tangan untuk setiap 10 orang penghuni. 4. Sebuah dus untuk setiap 10 orang penghuni. 5. Sebuah pancaran air minum atau alat plambing sejenis untuk setiap 50 orang penghuni. Fasilitas toilet untuk karyawan sekurang kurangnya disediakan dalam jumlah dan jenis yang sama dengan persyaratan hunian usaha, 27

32 selain itu fasilitas toilet untuk laki laki dan perempuan harus terpisah dan mudah dicapai Rumah sakit, alat - alat plambing yang harus tersedia adalah sebagai berikut: 1. Sebuah kloset dan sebuah bak cuci tangan untuk setiap 10 tempat tidur. 2. Sebuah dus, bak mandi atau bak air mandi untuk setiap 20 tempat tidur. Fasilitas toilet untuk karyawan sekurang kurangnya disediakan dalam jumlah dan jenis yang sama dengan persyaratan hunian usaha dan terpisah dari fasilitas toilet pasien, selain itu fasilitas toilet untuk laki laki dan perempuan harus terpisah dan mudah dicapai Rumah sakit jiwa, harus dilengkapi dengan alat plambing sesuai dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Sebuah kloset. 2. Sebuah bak cuci tangan. 3. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus untuk setiap 8 orang paisen. 4. Sebuah pancaran air minum atau alat plambing sejenis untuk setiap 50 tempat tidur. Fasilitas toilet untuk karyawan sekurang kurangnya disediakan dalam jumlah dan jenis yang sama dengan persyaratan hunian usaha dan terpisah dari fasilitas toilet pasien, selain itu fasilitas toilet untuk laki laki dan perempuan harus terpisah dan mudah dicapai Lembaga pemasyarakatan, harus dilengkapi dengan alat plambing sesuai dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Sebuah kloset, sebuah tempat cuci tangan dan sebuah pengering lantai di setiap sel. 2. Sebuah dus untuk setiap 10 orang, ditempatkan di setiap lantai dimana sel itu berada. 3. Sebuah kloset dan sebuah tempat cuci tangan ditempat olahraga. 28

33 Fasilitas toilet untuk karyawan sekurang kurangnya disediakan dalam jumlah dan jenis yang sama dengan persyaratan hunian usaha dan terpisah dari fasilitas toilet narapidana, selain itu fasilitas toilet untuk laki laki dan perempuan harus terpisah dan mudah dicapai Kolam renang dan pemandian umum, jumlah dan jenis alat plambing, sekurang kurangnya harus terdiri dari : 1. Sebuah kloset untuk setiap 60 orang laki laki. 2. Sebuah kloset untuk setiap 40 orang perempuan. 3. Sebuah peturasan untuk setiap 40 orang laki laki. 4. Sebuah bak cuci tangan untuk setiap 60 orang laki laki. 5. Sebuah bak cuci tangan untuk setiap 60 orang perempuan. 6. Sebuah dus untuk setiap 40 orang laki laki. 7. Sebuah dus untuk setiap 40 orang perempuan. Fasilitas dus untuk mandi di kolam renang umum dan tempat pemandian umum lainnya, harus dipisahkan untuk laki laki dan perempuan, harus mudah dicapai oleh semua pengunjung pada setiap saat dan harus ditempatkan sedemikian rupa sebelum memasuki daerah pemandian. Untuk sekolah yang mempunyai kolam renang, jumlah dus sekurang kurangnya harus sepertiga jumlah murid dari kelas yang terbesar Rumah makan, kantin dan kafetaria, alat plambing yang harus tersedia sekurang kurangnya satu mesin cuci atau tempat cuci berbak tiga yang cocok, untuk mencuci secara efektif dan bersih sebelum alat alat tersebut dipakai kembali. Untuk mesin cuci atau bak cuci tersebut, harus digunakan air panas Dapur rumah makan atau kantin, harus menyediakan sekurang kurangnya sebuah bak tempat cuci tangan, khusus untuk keperluan karyawan dapur. 29

34 Hunian sementara, seperti fasilitas toilet sementara untuk pekerja yang sedang membangun atau mengadakan perubahan, perbaikan, pembongkaran gedung pada suatu proyek dengan dasar satu unit untuk setiap 30 orang. Fasilitas toilet tersebut terdiri dari kloset biasa atau kloset kimia yang mudah dicapai oleh pekerja dan harus terletak tidak lebih dari empat tingkat diatas atau dibawah tempat bekerja, serta terlindung dari pandangan dan bahaya kejatuhan benda. Hunian sementara ini harus dipelihara sesuai dengan persyaratan kesehatan, sehingga selalu siap pakai. Bila proyek telah selesai, fasilitas dan sistem pembuangannya harus di bongkar, sekitarnya harus dibersihkan, didefinisikan dan lubang kloset tersebut harus ditimbun dengan tanah yang baik dan bersih Fasilitas khusus, apabila terdapat kemungkinan kontaminasi kulit oleh bahan beracun, bahan yang dapat menimbulkan infeksi atau iritasi pada kulit, maka untuk tiap 5 orang harus disediakan sebuah bak cuci tangan yang mudah dicapai. Jika terdapat kemungkinan terkena suhu yang tinggi, kontaminasi kulit oleh bahan beracun, bahan yang dapat menimbulkan infeksi atau iritasi pada kulit, maka untuk setiap 15 orang harus disediakan sekurang kurangnya satu dus yang mudah di capai. Jika orang bekerja dengan bahan yang sangat mengiritasikan harus disediakan dus darurat dalam jarak maksimum 10 meter dari tempat tersebut. Dus ini tidak boleh dilengkapi dengan air panas, dan tidak pula pengering lantai Mutu Bahan plambing Dalam perencanaan pelaksanaan plambing, harus diperhatikan syaratsyarat dari bahan Plambing, yaitu : 1. Tidak menimbulkan bahaya kesehatan 2. Tidak menimbulkan gangguan suara 3. Tidak menimbulkan gangguan radiasi 4. Tidak merusak perlengkapan bangunan 30

35 5. Instalasi harus kuat dan bersih Selain syarat-syarat di atas harus pula diperhatikan cara-cara pemasangan yang baik, seperti penyambungan hubungan dari pipa-pipa yang besar ke yang kecil atau sebaliknya. Instalasi plambing harus menggunakan bahan-bahan yang mutu bahannya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Daya tahan bahan harus lama, minimal 30 th 2. Permukaan harus halus dan tahan air 3. Tidak ada bagian bagian yang tersembunyi/menyimpan kotoran pada bahan-bahan yang dimaksud 4. Bebas dari kerusakan, baik mekanis maupun yang lain 5. Mudah pemeliharaannya 6. Memenuhi peraturan yang berlaku 2.4 Alat-alat Pendukung Plambing Dalam perencanaan plambing, perlengkapan utama yang dibutuhkan adalah pipa. Pipa- pipa yang digunakan dalam perancangan plambing terdiri dari: 1. Pipa baja (galvanis) Pipa galvanis umumnya digunakan sebagai penyalur air dingin atau bagian dari suatu tower air, sebagai penghubug dari mesin air ke tendon di atas tower. Pipa ini dapat juga digunakan sebagai penyalur adukan beton ke bangunan selama masa konstruksi. Sumber: Gambar 2.15 Pipa Baja (Galvanis) 31

36 2. Pipa PVC Pipa PVC biasanya digunakan sebagai sarana utama instalasi air dalam gedung. Pipa PVC bersifat ringan, berkekuatan tinggi, dan reaktivitas rendah, menjadikannya cocok untuk berbagai keperluan. Pipa PVC juga bisa dicampur dengan berbagai larutan semen atau disatukan dengan pipa HDPE oleh panas,menciptakan sambungan permanen yang tahan kebocoran. Sumber: Gambar 2.16 Pipa PVC 3. Pipa Tembaga Pipa tembaga umumnya digunakan sebagai penyalur air panas pada suatu gedung. Pipa ini dipilih untuk menyalurkan air panas karena sifat konduktornya yang sangat baik dan tahan terhadap korosi. Sumber: Gambar 2.17 Pipa Tembaga 32

37 2.5 Sistem Instalasi Plumbing Yang dimaksud disini dengan pekerjaan instalasi plambing adalah pengadaan, transportasi, pembuatan, pemasangan, peralatan bahan-bahan utama dan pembantu serta pengujian, sehingga diperoleh instalasi yang lengkap dan baik sesuai dengan spesifikasi, gambar dan bill of quantity. Uraian pekerjaan sistem plumbing : 1. Sistem Air Bersih Pipa air bersih per lantai dilayani oleh 2 pipa tegak (sisi kiri dan sisikanan). 2. Sistem Air Kotor Pipa air kotor, air bekas dari toilet dan air buangan dari dapur, pantry dilayani dengan pipa terpisah. Pipa tegak air kotor dan air bekas disambungkan ke pipa eksisting di halaman menuju tangki septik. Sedangkan pipa tegak air buangan dari dapur dan pantry dialirkan ke penangkap lemak terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran luar. 3. Sistem Air Hujan Roof drain dipasang pada lantai atap. Setiap pipa tegak air hujan harus diarahkan ke sumur resapan terlebih dahulu dan kemudian limpahannya dialirkan ke sistem drainase halaman. Pipa tegak air hujan yang difungsikan juga sebagai pipa kondensat drain dari instalasi AC, harus diisolasi dengan ketebalan minimal 25mm. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam instalasi sistem plumbing : 1. Bahan Pipa : a. Pemilihan bahan pipa untuk instalasi plumbing harus disesuaikan dengan jenis air yang dialirkan. b. Pipa harus memenuhi standar yang berlaku, misalnya SNI, SII, JIS, JWWA, dsb. c. Bahan pipa dan standar untuk pemakaian tertentu (air dingin, air panas, buangan dan ven) dapat dilihat dibawah. 2. Sambungan (fiting) dan perlengkapan yaitu Berfungsi untuk menyambung 2 pipa 3. Valve / Katup 33

38 Berfungsi untuk membuka dan menutup aliran air dalam pipa Macamnya : gate valve, globe valve, butterfly valve, check valve, dll. Sumber : Gambar 2.18 Macam-macam valve Persyaratan Pemasangan 1. Perpipaan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk menjamin kebersihan, kerapihan, ketinggian yang benar, serta memperkecil banyaknya penyilangan. 2. Pekerjaan harus ditunjang dengan suatu ruang yang longgar, tidak kurang dari 50 mm diantara pipa-pipa atau dengan bangunan dan peralatan. 3. Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti sebelum dipasang, membersihkan semua kotoran, benda-benda tajam/runcing serta penghalang lainnya. 4. Pekerjaan perpipaan harus dilengkapi dengan semua katup-katup yang diperlukan antara lain katup penutup, pengatur, katup balik dan sebagainya, sesuai dengan fungsi sistem dan yang diperlihatkan digambar. 5. Semua perpipaan yang akan disambung dengan peralatan, harus dilengkapi dengan UNION atau FLANGE. 34

39 6. Sambungan lengkung, reducer dan expander dan sambungansambungan cabang pada pekerjaan perpipaan harus mempergunakan fitting buatan pabrik. 7. Kemiringan menurun dari pekerjaan perpipaan air limbah harus seperti berikut, kecuali seperti diperlihatkan dalam gambar. a. Dibagian dalam bangunan. Garis tengah 150 mm atau lebih kecil : 1,5 % b. Dibagian luar bangunan. Garis tengah 150 mm atau lebih kecil : 1,5 % Garis tengah 200 mm atau lebih besar : 1% 8. Semua pekerjaan perpipaan harus dipasang secara menurun kearah titik buangan. Drain dan vent harus disediakan guna mempermudah pengisian maupun pengurasan. 9. Katup (valves) dan saringan (strainers) harus mudah dicapai untuk pemeliharaan dan penggantian. Pegangan katup (valve handled) tidak boleh menukik. 10. Sambungan-sambungan fleksibel harus dipasang sedemikian rupa dan angkur pipa secukupnya harus disediakan guna mencegah tegangan pada pipa atau alat-alat yang dihubungkan oleh gaya yang bekerja kearah memanjang. 11. Pekerjaan perpipaan ukuran jalur penuh harus diambil lurus tepat ke arah pompa dengan proporsi yang tepat pada bagian-bagian penyempitan. Katup-katup dan fitting pada pemipaan demikian harus ukuran jalur penuh. 12. Pada pemasangan alat-alat pemuaian, angkur-angkur pipa dan pengarah-pengarah pipa harus secukupnya disediakan agar pemuaian serta perenggangan terjadi pada alat-alat tersebut, sesuai dengan permintaan & persyaratan pabrik. 13. Kecuali jika tidak terdapat dalam spesifikasi, sleeves pipa harus disediakan dimana pipa-pipa menembus dinding-dinding, lantai, balok, kolom atau langit-langit. Dimana pipa-pipa melalui dinding tahan api, 35

40 ruang-ruang kosong diantara sleeves dan pipa-pipa harus dipakal dengan bahan rock-wool. 14. Selama pemasangan, bila terdapat ujung-ujung pipa yang terbuka dalam pada setiap tahap pekerjaan, harus ditutup dengan menggunakan caps atau plugs (tidak boleh terbuat dari kayu) untuk mencegah masuknya benda-benda lain. 15. Semua galian, harus juga termasuk penutupan kembali serta pemadatan. 16. Pekerjaan perpipaan tidak boleh digunakan untuk pentanahan listrik. 2.6 Sistem Pemipaan Sistem Instalasi Sistem perpipaan berfungsi untuk mengantarkan atau mengalirkan suatu fluida dari tempat yang lebih rendah ke tujuan yang diinginkan dengan bantuan mesin atau pompa. Misalnya pipa yang dipakai untuk memindahkan minyak dari tangki ke mesin, memindahkan minyak pada bantalan-bantalan dan juga mentransfer air untuk keperluan pendinginan mesin ataupun untuk kebutuhan sehari-hari diatas kapal serta masih banyak lagi fungsi lainnya. Sistem perpipaan harus dilaksanakan sepraktis mungkin dengan minimum bengkokan dan sambungan las atau brazing, sedapat mungkin dengan flens atau sambungan yang dapat dilepaskan dan dipisahkan bila perlu. Semua pipa harus dilindungi dari kerusakan mekanis. Sistem perpipaan ini harus ditumpu atau dijepit sedemikian rupa untuk menghindari getaran. Sambungan pipa melalui sekat yang diisolasi harus merupakan sambungan flens yang diijinkan dengan panjang yang cukup tanpa merusak isolasi. Pada perancangan sistem instalasi diharapkan menghasilkan suatu jaringan instalasi pipa yang efisien dimana aplikasinya baik dari segi peletakan maupun segi keamanan dalam pengoperasian harus diperhatikan sesuai peraturanperaturan klasifikasi maupun dari spesifikasi installation guide dari sistem pendukung permesinan. 36

41 2.6.2 Jenis Pipa Berdasarkan klasifikasi pengguna (user), pipa dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Standard pipe a. Mechanical service pipe Mechanical service pipe digunakan untuk kepentingan structural dan mekanikal. Berdasarkan ketebalan dinding, mechanical service pipe dibagi menjadi 3 kelas, yaitu standard weight, extra strong, double extra strong. Mechanical service pipe ada dalam bentuk seamless dan welded pipe. Jenis ini berdiameter sampai 12 inchi. b. Refrigerator pipe Refrigerator pipe digunakan untuk membawa refrigerant, dan berdiameter ¾ - 2 inchi. c. Dry-kiln pipe Dry-kiln pipe digunakan untuk industri kayu, dan diproduksi dalam ukuran pipa standar ¾, 1 dan 1¼ inchi. Sumber: Gambar 2.19 Standard Pipe 2. Pressure pipe Pressure pipe digunakan untuk membawa fluida atau gas pada tekanan atau temperatur normal, subzero, atau tinggi. Pressure pipe mempunyai ukuran ⅛ inchi. Nominal size sampai 36 inchi. 37

42 Sumber: Gambar 2.20 Pressure Pipe 3. Line pipe Line pipe diproduksi dalam bentuk welded dan seamless. Jenis pipa ini ini mempunyai ukuran ⅛ inchi. Digunakan untuk membawa gas, minyak atau air. Sumber: Gambar 2.21 Line Pipe 4. Water-well pipe Diproduksi dalam bentuk welded atau seamless dengan bahan steel. Digunakan untuk membawa air untuk digunakan di perkotaan maupun industri. Jenis pipa ini mempunyai ukuran ⅛ - 96 inchi, dengan berbagai ketebalan dinding. 38

43 Sumber: Gambar 2.22 Water Well Pipe 5. Oil country goods Casing digunakan sebagai structural retainer untuk dinding sumur minyak atau gas dan juga untuk mengeluarkan fluida yang tidak diinginkan, dan untuk melindungi dan mengalirkan minyak atau gas dari sumber di bawah permukaan menuju permukaan tanah. Sumber: Gambar 2.23 Oil Country Goods 6. Carbon steel Sumber: Patels Airflow Ltd, Gambar 2.24 Carbon Steel Pipe 39

44 7. Carbon Moly Sumber: b2btrade.biz, Gambar 2.25 Carbon Moly Pipe 8. Galvanees Sumber: CV.Chemaco Mitra Teknik, Gambar 2.26 Galvanees Pipe 10. Stainless Steel Sumber: Goodluck Industries, Gambar 2.27 Stainless Steel Pipe 40

45 11. PVC (Paralon) Sumber: Goodluck Industries, Gambar 2.28 PVC Pipe 7. Chrom Moly Sumber: Wuxi Sunrising Steel Ltd, Gambar 2.29 Chrom Moly Pipe Sedang bahan-bahan pipa secara khusus dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Vibre Glass Sumber: Linan Huitong Fiber-Glass Reinforced Plastics Ltd, Gambar 2.30 Vibre Glass Pipe 41

46 2. Aluminium Sumber: Foshan Jinlan Import & Export Ltd, Gambar 2.31 Aluminium Pipe 3. Wrought Iron (besi tanpa tempa) 4. Cooper (Tembaga) Sumber: CV. Paragon Indonesia, Gambar 2.32 Cooper Pipe 5. Red Brass (kuningan merah) Sumber: metalloy.com, Gambar 2.33 Red Brass Pipe 42

47 6. Nickel cooper = Monel ( timah tembaga) Sumber: Bale Engineering and Bale Defence Industries, Gambar 2.34 Nickel cooper Pipe 7. Nickel chrom iron = inconel (besi timah chrom) Pipa Air Kotor dan Air Buangan 1. Ukuran Minimum Pipa Cabang Mendatar. Pipa cabang mendatar harus mempunyai ukuran yang sekurang-kurangnya sama dengan diameter terbesar dari perangkap alat plambing yang dilayaninya Diameter perangkap dan pipa pengering alat plambing dapat dilihat dalam tabel Ukuran Minimum Pipa Tegak Pipa tegak harus mempunyai ukuran yang sekurang-kurangnya sama dengan diameter terbesar cabang mendatar yang disambungkan ke pipa tegak tersebut. 3. Pengecilan Ukuran Pipa Pipa tegak maupun cabang mendatar tidak boleh diperkecil diameternya dalam arah aliran air buangan. Pengecualian hanya ada pada kloset, dimana pada lubang keluarnya dengan diameter 100 mm dipasang pengecilan pipa ( reducer ) 100 x 75 mm. Cabang mendatar yang melayani 43

48 satu kloset harus mempunyai diameter sekurang-kurangnya 75 mm, dan untuk dua kloset atau lebih sekurang-kurangnya 100 mm. 4. Pipa di Bawah Tanah Pipa pembuangan yang ditanam dalam tanah atau di bawahnya lantai bawah tanah harus mempunyai ukuran sekurang-kurangnya 50 mm 5. Penentuan Ukuran Instalasi Pipa Air Kotor dan Air Buangan Dalam penentuan ukuran instalasi pipa air kotor dan air buangan pada perencanaan ini menggunakan metoda Unit Alat Plambing. Adapun langkah-langkah perhitungan adalah sebagai berikut : a. Menentukan daerah yang akan dilayani oleh pipa air kotor atau air buangan, Lihat pada gambar isometri pipa air kotor dan air buangan b. Melihat nilai Unit alat plambing sebagai beban ( table 2.7 ). c. Menentukan ukuran pipa air kotor atau air buangan ( table 2.8 ). Tabel 2.7 Diameter pipa air kotor dan air buangan Diameter pipa (mm) Unit alat plambing Sumber : 44

49 Tabel 2.8 Unit alat plambing sebagai beban, setiap alat atau kelompok Alat plambing Diameter Unit alat plambing perangkap sebagai Beban Minimum (mm) 1 Kloset : tangki gelontor 75 4 katup gelontor 8 2 Peturasan : Tipe menempel di dinding 40 4 Tipe gantung di dinding Tipe dengan kaki, siphon jet atau blow-out 75 8 Untuk umum, model palung setiap 0,60 m 2 3 Bak cuci tangan (lavatory) Bak cuci tangan (wash basin ) : Ukuran biasa 32 1 Ukuran kecil 25 0,5 5 Bak cuci, praktek dokter gigi 32 1 Alat perawatan gigi 32 0,5 6 Bak cuci, salon dan tempat cukur Pancuran minum 32 0,5 8 Bak mandi : Berendam (bath tub ) Model Jepang ( untuk di rumah ) 40 2 Untuk umum Pancuran mandi : Untuk rumah 50 2 Untuk umum, tiap pancuran 3 10 Bidet Bak cuci, untuk pel

50 12 Bak cuci pakaian Kombinasi bak cuci biasa dan bak cuci pakaian Kombinasi bak cuci dapur dengan penghancur kotoran Bak cuci tangan, kamar bedah Ukuran besar 2 Ukuran kecil 1,5 16 Bak cuci, laboratorium kimia ,5 17 Bak cuci, macam-macam : Dapur, untuk rumah Dapur, dengan penghancur makanan, untuk rumah Hotel, komersial 50 4 Bar 32 1,5 Dapur kecil, cuci piring Mesin cuci : Untuk rumah 40 2 Paralel, dihitung setiap orang - 0,5 19 Buangan lantai (floor drain ) 40 0, Kelompok alat plambing dalam kamar mandi terdiri dari satu kloset, satu bak cuci tangan, satu bak mandi rendam atau satu pancuran mandi : Dengan kloset tangki gelontor Dengan kloset katup gelontor 46

51 21 Pompa penguras (sump pump ), untuk setiap 3,8 liter/min Sumber : Sumber : Gambar 2.35 Isometri Instalasi Pipa Air Kotor, Air Buangan, dan Ven Spesifikasi Bahan Dan Perpipaan 1. Spesifikasi Pipa Air Bersih 47

52 Tabel 2.9 Spesifikasi Pipa Air Bersih Sumber : 2. Spesifikasi Pipa Hidran & Sprinkler Tabel 2.10 Spesifikasi Pipa Hidran & Sprinkler Sumber : 3. Spesifikasi Pipa Air Hujan, Air Kotor (sewage water), Air Bekas (waste water) & Air Bekas Dapur (kitchen waste water) Tabel 2.11 Spesifikasi Pipa Air Hujan, Air Kotor, Air Bekas dan Air Bekas Dapur Sumber : 48

53 4. Daftar Katup Tabel 2.12 Daftar Katup Sumber : 5. Persyaratan Jenis Peralatan Tabel 2.13 Persyaratan Jenis Peralatan Sumber : 49

54 2.6.5 Penggantung dan Penunjang Pipa 1. Perpipaan harus ditunjang atau digantung dengan hanger, brackets atau sadel dengan tepat dan sempurna agar memungkinkan gerakangerakan pemuaian atau perenggangan pada jarak yang tidak boleh melebihi jarak yang diberikan dalam tabel berikut ini : Tabel 2.14 Persyaratan Penggantung dan Penunjang Pipa Sumber : 2. Penunjang atau penggantung tambahan harus disediakan pada pipa berikut ini: (a) Perubahan arah (600 mm dari perubahan arah). (b) Titik percabangan (600 mm dari titik percabangan). (c) Beban-beban terpusat karena katup, saringan dan hal-hal lain yang sejenis. 3. Ukuran baja bulat untuk penggantung pipa datar adalah sebagai berikut: a) Diameter Batang Ukuran Pipa Batang Sampai 20 mm 6 mm 25 mm s/d 50 mm 9 mm 65 mm s/d 150 mm 13 mm 200 mm s/d 300 mm 15 mm 50

55 300 mm atau lebih besar dihitung dengan faktor keamanan 5. Gantungan ganda 1 ukuran lebih kecil dari tabel diatas. Penunjang pipa lebih dihitung dengan faktor keamanan dari 2 5 terhadap kekuatan puncak. B) Bentuk Gantungan Untuk air panas : Brass roller guide type. Untuk yang lain-lain : Split ring type atau Clevis type. 4. Penggapit pipa baja yang digalvanis harus disediakan untuk pipa tegak. 5. Semua gantungan dan penumpu harus dicat dengan cat dasar zinchromat sebelum dipasang. 6. Penunjang dan penggantung yang berdekatan dengan peralatan harus diberi steel spring atau mounting dengan ketentuan tidak lebih dari 25 mm defleksi statik. Sumber : Gambar 2.36 Pengikatan Pipa pada pelat beton atas 51

56 Sumber : Gambar 2.37 Pengikatan Pipa pada permukaan dinding Pemasangan Pipa Air Utama dalam Tanah 1. Jalur pipa dalam tanah harus ditanam dengan kedalaman 750 mm dengan lebar yang cukup untuk bekerja. 2. Dasar galian harus dipadatkan sekaligus membuang benda-benda keras/tajam. 3. Jika jalur pipa melewati batuan/karang, karang harus digali 150 mm lebih dalam dari elevasi dasar ipa yang akan ditanam kemudian diisi dengan tanah. 4. Jika jalur pipa melewati jalan kendaraan, area parkir kendaraan, pipa harus dilindungi dengan beton dengan perbandingan 1 : 2 : 4, setebal 150 mm disekeliling pipa. 52

57 Setiap belokan jalur pipa harus diberi alas beton minimum 900 mm sebelum dan 900 mm sesudah belokan. Setiap sambungan pipa harus dibiarkan terbuka selama dilakukan tes tekanan Pemasangan Pipa Air Limbah dan Pipa Logam dalam Tanah 1. Penggalian untuk mendapatkan lebar dan kedalaman yang cukup. 2. Pemadatan dasar galian sekaligus membuang benda-benda keras/tajam. 3. Membuat tanda letak dasar pipa setiap interval 2 meter pada dasar galian dengan adukan semen. 4. Urugan pasir setinggi dasar pipa dan dipadatkan. 5. Pipa yang telah tersambung diletakkan diatas dasar pipa. 6. Dibuat blok beton setiap interval 2 meter. 7. Pengurugan bertahap dengan pasir 10 cm, tanah halus, kemudian tanah kasar. 8. Khusus untuk pipa logam, harus dilapisi flinkote kemudian dibalut dengan bituminous sheet tebal 2 mm Katup Katup-katup harus disediakan sesuai yang diminta dalam gambar, spesifikasi dan untuk bagian-bagian berikut ini : a) Sambungan masuk dan keluar peralatan. b) Sambungan ke saluran pembuangan pada titik-titik rendah. Diruang Mesin Ukuran Pipa Ukuran Katup Sampai 75 mm 20 mm 100 s/d 200 mm 40 mm 250 atau lebih besar 50 mm lain-lain 20 mm c) Ventilasi udara otomatis. d) Katup kontrol aliran keatas dan kebawah. 53

58 e) Katup pengurang tekanan (pressure reducing valves) untuk aliran keatas dan kebawah. f) Katup by-pass. g) Katup yang digunakan untuk tekanan kerja diatas 19 bar harus tipe flanged cast steel. 2.7 Sanitasi Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia (Wikipedia, 2011). Pengertian lain dari sanitasi adalah sarana untuk mencegah kontak manusia dari bahaya limbah untuk meningkatkan kesehatan. Sarana pencegahan dapat berupa solusi engineering (misalnya selokan dan pengolahan limbah), teknologi sederhana (misalnya septic tank) atau dengan melakukan pembersihan ( 2011). Menurut data Status Lingkungan Hidup Indonesia tahun 2002, tidak kurang dari m 3 /hari limbah rumah tangga dibuang langsung ke sungai dan tanah, tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. 61,5 % dari jumlah tersebut terdapat di Pulau Jawa. Pembuangan akhir limbah tinja umumnya dibuang menggunakan beberapa cara antara lain dengan menggunakan septic tank, dibuang langsung ke sungai atau danau, dibuang ke tanah, dan ada juga yang dibuang ke kolam atau pantai ( 2011). Pembuangan kotoran dan sampah kedalam saluran yang menyebabkan penyumbatan dan timbulnya genangan akan mempercepat berkembangbiaknya mikroorganisme atau kuman kuman penyebab penyakit, serangga dan mamalia penyebar penyakit seperti lalat dan tikus. Suatu badan air seperti sungai atau laut mempunyai kapasitas penguraian tertentu. Bila air limbah langsung dimasukkan begitu saja kedalam badan air tanpa dilakukan suatu proses pengolahan, maka suatu saat dapat menimbulkan terjadinya pencemaran lingkungan ( 2011). 54

59 Untuk mencegah timbulnya berbagai macam penyakit akibat pembuangan limbah yang buruk, dibutuhkan sanitasi yang baik dalam pengelolaan air limbah, pengelolaan sampah Air Bersih Sumber Air Air yang berasal dari mata air yaitu air yang keluar dari dalam tanah, contohnya air yang berasal dari mata air di pegunungan. Air danau atau air tadah hujan yaitu air yang ditampung dan diolah sebagai air minum. Pengolahan ini dilakukan oleh PDAM. Air dalam tanah, baik dangkal maupun dalam (yang memerlukan ijin pengeboran dari pemda setempat). Macam-macam sumur yang mendapatkan air dari dalam tanah: 1. Sumur pompa/galian = 5 15 m 2. Sumur pompa dengan mesin = m 3. Sumur pompa dengan mesin/semi deep well = m 4. Sumur pompa dalam/deep well = kedalaman > 100 m Karakteristik Air Bersih Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi. Untuk konsumsi air minum menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya (Wikipedia.com, 2011). Persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam sistem penyediaan air bersih adalah 1. Persyaratan kualitatif Persyaratan kualitatif menggambarkan kualitas dari air bersih, persyaratan ini meliputi persyaratan fisik, kimia, biologis dan radiologis dan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Menkes/PER/IX/

60 a. Syarat-syarat fisik Secara fisik air minum harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa (tawar). b. Syarat-syarat kimia Air minum tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dan jumlah yang melampaui batas, adapun beberapa persyaratan kimia tersebut adalah ph, zat padat total, zat organik sebagai KMn04, CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi dan mangan, tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, fluorida (F), dan logam-logam berat (Pb, As, Se, Cd, Cr, Hg, CN). c. Syarat-syarat bakteriologis atau mikrobiologis Air minum tidak boleh mengandung kuman-kuman patogen dan parasit seperti kuman thypus, kolera, dysentri dan gatroenteritis. d. Syarat-syarat radiologis Air minum tidak boleh mengandung zat menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma. 2. Persyaratan kuantitatif Persyaratan kuantitatif dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari segi banyaknya air baku yang tersedia, untuk memenuhi kebutuhan sesuai jumlah penghuni yang menempati gedung. 3. Persyaratan kontinuitas Persyaratan kontinuitas untuk penyediaan air bersih sangat erat hubungannya dengan kuantitas air yang tersedia yaitu air baku untuk air bersih tersebut dapat diambil terus-terus menerus dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan Kebutuhan Air Kebutuhan air dalam bangunan artinya air yang digunakan baik oleh penghuninya ataupun oleh keperluan lain yang ada kaitannya dengan fasilitas bangunan. Kebutuhan air didasarkan atas kebutuhan sebagai berikut: 1. Kebutuhan berdasarkan penggunaan a. Minum dan memasak 56

61 b. Mandi dan membilas bekas BAK/BAB c. Mencuci tangan, pakaian, peralatan dan perlengkapan d. Proses industri 2. Kebutuhan yang sifatnya Sirkulasi a. Air Panas Tabel 2.15 Pemakaian Air Panas Minimum Sesuai Penggunaan Gedung Sumber : SNI Tata cara perencanaan sistem plambing b. Water Cooling/AC c. Kolam Renang, Air Mancur/Taman 3. Kebutuhan yang sifatnya Tetap a. Air Hidran b. Air Sprinkler 4. Kebutuhan Air Cadangan yang sifatnya berkurang karena penguapan a. Kolam penyerapan (infiltrasi) 5. Kebutuhan Air menurut Tipe Bangunan 57

62 Tabel 2.16 Pemakaian Air Minimum Sesuai Penggunaan Gedung No Penggunaan Pemakaian Gedung Air Satuan 1 Rumah tinggal 120 Liter/penghuni/hari 2 Rumah susun 100 1) Liter/penghuni/hari 3 Asrama 120 Liter/penghuni/hari 4 Rumah sakit 500 2) Liter/tempat tidur pasien/hari 5 Sekolah dasar 40 Liter/siswa/hari 6 SLTP 50 Liter/siswa/hari 7 SMU/SMK dan lebih tinggi 80 Liter/siswa/hari 8 Ruko/rukan 100 Liter/penghuni & pegawai/hari 9 Kantor/pabrik 50 Liter/pegawai/hari 10 Toserba, toko pengecer 5 Liter/m 2 11 Restoran 15 Liter/kursi 12 Hotel berbintang 250 Liter/tempat tidur/hari 13 Hotel melati/penginapan 150 Liter/tempat tidur/hari 14 Gedung pertunjukkan, bioskop 10 Liter/kursi 15 Gedung serba guna 25 Liter/kursi 16 Stasiun, terminal 3 Liter/penumpang tiba & pergi 17 Peribadatan 5 Liter/orang, (belum dengan air wudhu) Sumber: SNI Keterangan Tabel 2.1: 1) 2) Hasil pengkajian Puslitbang Permukiman Dep. Kimpraswil tahun 2000 Permen Kesehatan RI No: 986/Menkes/Per/XI/ Sistem Penyediaan Air Bersih Sistem Penyediaan air bersih terbagi menjadi empat system, yaitu: 1. Sistem Sambung Langsung 58

63 Sistem Sambung langsung merupakan system yang menyambungkan langsung pipa distribusi dengan pipa utama penyedia air bersih (PDAM). System ini diterapkan untuk perumahan dan gedung skala kecil, karena terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan dibatasinya ukuran pipa cabang dari pipa utama terebut. 2. Sistem Tangki Atas Cara kerja sistem tangki atas yaitu air ditampung terlebih dahulu dalam tangki bawah atau dipasang pada lantai terendah, kemudian dipompakan ke tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau di atas lantai tertinggi bangunan. Dari tangki ini air didistribusikan ke seluruh lantai. 3. Sistem Tangki Tekan Prinsip kerja dari sistem tangki tekan (hidrosfor) yaitu air yang telah ditampung di dalam tangki bawah dipompa ke dalam tangki tertutup yang mengakibatkan udara didalamnya terkompresi sehingga tersedia air dengan tekanan awal yang cukup untuk didistribusikan ke peralatan plumbing di seluruh bangunan yang direncanakan. Pompa bekerja secara otomatis diatur oleh detektor tekanan, yang membuka dan menutup saklar penghasut motor listrik penggerak pompa. Pompa akan berhenti bekerja jika tekanan tangki telah mencapai batas maksimum yang ditetapkan dan mulai bekerja jika batas minimum tekanan yang ditetapkan telah dicapai. 4. Sistem Tanpa Tangki Sistem ini tidak menggunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki tekan ataupun tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa menghisap langsung dari pipa utama. Kelebihan sistem tanpa tangki adalah mengurangi kemungkinan terjadinya karat karena kontak air dengan udara relatif singkat, apabila cara ini diterapkan pada bangunan pencakar langit akan mengurangi beban struktur bangunan, untuk kompleks perumahan dapat menggantikan menara air. Kekurangannya adalah penyediaan air sepenuhnya bergantung pada sumber daya, pemakaian daya lebih besar dibandingkan dengan tangki atap dan harga awal lebih tinggi dikarenakan harga sistem pengaturannya. 59

64 2.7.3 Sistem Pembuangan Limbah Rumah Tangga Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada (Haryoto Kusnoputranto, 1985). Air buangan atau limbah dibedakan menjadi empat jenis, yaitu : 1. air kotor Air kotor adalah air buangan yang berasal dari kloset, urinal, bidet, dan air buangan yang mengandung kotoran manusia dari alat plambing lainnya ( black water ). 2. Air bekas Air bekas adalah air buangan yang berasal dari bathtub, wastafel, sink dapur dan lainnya ( grey water ). Untuk suatu daerah yang tidak tersedia riol umum yang dapat menampung air bekas, maka dapat di gabungkan ke instalasi air kotor terlebih dahulu. 3. Air hujan. Sistem pembuangan air hujan harus terpisah dari sistem pembuangan air kotor maupun air bekas, karena bila di campurkan sering terjadi penyumbatan pada saluran dan air hujan akan mengalir balik masuk ke alat plambing yang terendah. 4. Air buangan khusus. Air buangan khusus adalah air yang mengandung gas, racun, lemak, limbah pabrik, limbah rumah sakit, pemotongan hewan dan lainnya yang bersifat khusus. 60

65 2.7.4 Sistem Pembuangan Sistem Pembuangan Air Buangan dibedakan berdasarkan cara pembuangannya: a. Sistem pembuangan air campuran yaitu sistem pembuangan dimana air kotor dan air bekas dialirkan kedalam satu saluran /pipa. b. Sistem pembuangan air terpisah yaitu sistem pembuangan dimana air kotor dan air bekas masing-masing dialirkan secara terpisah atau menggunakan pipa yang berlainan. Sistem pembuangan air buangan dibedakan berdasarkan perletakannya: a. Sistem pembuangan gedung yaitu sistem pembuangan yang berada didalam gedung. b. Sistem pembuangan luar yaitu sistem yang berada diluar gedung, disebut juga riol gedung. Sistem pembuangan air buangan dibedakan berdasarkan cara pengalirannya yaitu: a. Sistem gravitasi adalah air buangan yang dialirkan secara gravitasi dengan mengatur letak dan kemiringan pipa-pipa buangan b. Sistem bertekan adalah air buangan yang dikumpulkan dalam bak penampung dan kemudian dipompa keluar dengan menggunakan pompa yang berkerja otomatik Cara Pengolahan Air Buangan 1. Sistem Individual Sistem Individual yaitu buangan tinja dari unit WC langsung disalurkan ke dalam lubang penampungan dan diolah/diuraikan secara anaerobik 2. Sistem Komunal Sistem Komunal yaitu buangan rumah tangga disalurkan ke jaringan saluran air buangan (Sewerage) kota dan berakhir pada instalasi pengolahan air buangan, untuk kemudian air yang telah memenuhi syarat di buang ke badan air penerima. Sebelum air buangan dari peralatan saniter maupun dari buangan dapur dibuang ke saluran umum / kota maka harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu dengan Sewage Treatment Plant ( STP ), sehingga memenuhi ambang baku yang dipersyaratkan. Instalasi STP 61

66 STP jenis Extended Aeration Actived Sludge Process Sumber: Gambar 2.38 Instalasi STP STP Jenis Rotating Biological Contactor (RBC) Sumber: Gambar 2.39 STP Jenis Rotating Biological Contactor (RBC) Proses Pengolahan Air Buangan Pada prinsipnya proses pengolahannya dilakukan dalam 2 tahap yaitu : 1. Tahap pengolahan awal Berupa penyaringan terhadap benda benda kasar dan terdiri dari unit saringan kasar dan pengendapan pasir. a. Tahap pengolahan pertama 62

67 Berupa penguranagan benda benda atau partikel partikel padat dan terdiri dari unit pengendapan. b. Tahap pengolahan kedua Berupa penguraian bahan bahan organik dalam air buangan, dengan bantuan mikroorganisme, oksigen dan/atau berupa pemisahan bahan kimia yang tidak dikehendaki dengan mengikat bahan tersebut dengan bahan kimia lain agar terbentuk FLOK yang dapat mengedap. Unit pengolahan terdiri dari unit biologi dan unit kimia dan unit pengendapan pengendapan. 2. Tahap pengolahan Lumpur Penstabilan endapan lumpur dari unit pengendapan yang terjadi dan terdiri dari unit pencerna dan pengering. Air buangan secara partial terdiri dari cairan dan padatan sedangkan air buangan secara fisik, kimia dan bakteriologi mengandung senyawa organic, senyawa K dan bakteri (patogen dan tidak patogen) Sistem Pembuangan Limbah Padat Limbah padat adalah limbah padat akibat kegiatan manusia dan binatang, yang tidak berguna, tidak diinginkan atau berbahaya. Pada beberapa industri tertentu limbah ini sering menjadi masalah baru sebab untuk proses pembuangannya membutuhkan satu pabrik pula. Berdasarkan klasifikasi limbah padat serta akibat-akibat yang ditimbulkannya sistem pengelolaan dilakukan menurut: 1. Limbah padat yang dapat ditimbun tanpa membahayakan. 2. Limbah padat yang dapat ditimbun tetapi berbahaya. 3. Limbah padat yang tidak dapat ditimbun. Di dalam pengolahannya dilakukan melalui tiga cara yaitu pemisahan, penyusutan ukuran dan pengomposan. Dimaksud dengan pemisahan adalah pengambilan bahan tertentu kemudian diolah kembali sehingga mempunyai nilai ekonomis. Penyusutan ukuran bertujuan untuk memudahkan pengolahan limbah selanjutnya, misalnya pembakaran. Dengan ukuran lebih kecil akan lebih mudah membawa atau membakar pada tungku pembakaran. Jadi tujuannya adalah pengurangan volume maupun 63

68 berat. Pengomposan adalah proses melalui biokimia yaitu zat organik dalam limbah dipecah sehingga menghasilkan humus yang berguna untuk memperbaiki struktur tanah. Banyak jenis limbah padat dari pabrik yang upaya pengelolaannya dilakukan menurut kriteria yang telah ditetapkan. 64

69 BAB 3 CONTOH PERHITUNGAN 3.1 Pompa Angkat Kapasitas pompa angkat yang dipakai adalah sesuai dengan kebutuhan air pada jam puncak ( Q h maks ) yaitu 0,5 m 3 /menit. Kecepatan aliran pompa diasumsikan 3 m/s dengan menggunakan rumus : Q A V Dimana : Q = Kapasitas pompa A = Luas penampang pipa V = Kecepatan aliran pompa Sehingga akan didapat diameter pipa angkat dan kecepatan aliran. A Q V A r Q V 2 Pemeriksaan : 3 0,0083 v 0,00332m h 0,5 3 m s 2 m D 60mm 65mm m s 2 2 A 0,0028m r 3,14 r 0,0298m 30mm 3 2,5 menit m s 0, m s m s m 3 s 0,0028m Dari perhitungan diatas kita dapatkan bahwa diameter pipa angkat adalah 65 mm Dengan kecepatan aliran adalah 2,5 m/s Untuk mencari besar head pompa yang diperlukan dapat dinyatakan dengan rumus berikut : 3 2 Besar head total ( H ) = v ha hp hl Dimana : 2g H = Head total pompa (m) 65

70 h = a Head statis total, yaitu vertical antara permukaan air sisi keluar dengan permukaan air sisi isap (m) hp = Perbedaan head tekanan yang bekerja pada kedua permukaan air h 1 = (m) Kerugian head pada pipa yang menyangkut panjang pipa, fitting, katup (valve), dan lain-lain. 2 V 2g tekanan kecepatan pada lubang keluar pipa ( m ) Head Statis (Ha) Adalah jarak antara permukaan air tangki atas dengan permukaan air tangki bawah, dalam gedung ini adalah 40 m Perbedaan Head Tekanan pada kedua permukaan air Hp : Karena P 1 dan P 2 merupakan tangki terbuka, maka P 1 dan P 2 = 0, sehingga : P2 P1 Hp 0m. g Kerugian Head (H l ) Head kerugian gesek dalam pipa (h f ) Sebelum mencari head, ditentukan terlebih dahulu apakah aliran yang terjadi adalah aliran laminer atau aliran turbulen Dengan menggunakan bilangan Reynolds, yaitu : dimana : Re : Bilangan Reynolds V : Kecepatan aliran (m/s) d : Diameter pipa v.d Re (m) : Viskositas kinematik air (m 2 /s) Bila Re < 2300, aliran bersifat laminer Bila Re > 4000, aliran bersifat turbulen 66

71 = 0, m 2 /s (pada suhu 30 o C ) d = 65 mm = 0,065 m 2,5 m s 0,065m maka : Re , , m s Karena Re>4000, maka aliran yang terjadi bersifat turbulen. Maka untuk menghitung kerugian gesek yang terjadi dalam pipa menggunakan rumus : h L. v 2 f d. 2 g dimana : h f : Head kerugian dalam pipa (m) : Koefisien kerugian gesek L : Panjang pipa (m) d : diameter pipa (m) g : Percepatan Gravitasi (m/s 2 ) v : Kecepatan aliran (m/s) Untuk mencari kita menggunakan formula Darcy untuk aliran turbulen, dengan rumusnya adalah : Dengan L = 40 m (panjang pipa transfer ) Maka kerugian gesek dalam pipa : 2 40(2,5) h f 0,0277 5, 43m 0,065(2 9,81) 2. Kerugian head kerugian plumbing accessories Dengan menggunakan rumus : Dimana : h e : Head kerugian plumbing accessories (m) K 2 v h e K 2g : Koefisien kerugian Kerugian plumbing accessories : 0,0005 0,020 0,0277 0,065 67

72 Lokasi : instalasi pompa di rumah pompa untuk 1 pipa Flexible Joint : 1 x 10 = 10 Gate Valve : 1 x 0,19 = 0,19 Check Valve : 1 x 2,5 = 2,5 Elbow 90 : 2 x 0,9 = 1,8 Lokasi : Tangki atap Elbow 90 : 2 x 0,9 = 1,8 + Kerugian total ( K total ) = 16,29 Maka : 2,5 h e 16,29x 5, 2m 2x9,81 Setelah semua bagian H l = h f + h e = 5,43 + 5,2 = 10,63 m Maka besar Head Total Pompa (H), adalah : H H a H p 2 H l 2 v 2g 2,5 H ,63 50, 95m 2.9,81 Jadi Head total pompa adalah 50,95 m 50 m Tetapi pada kenyataannya dalam praktek lapangan untuk mencari head pompa yang dipergunakan kita menggunakan rumus : H 11 t 2 dimana : H = Head pompa t = tinggi gedung H = 1,5 x 30 = 45 m Setelah mendapatkan besar head pompa angkat, kemudian dihitung besar daya pompa dengan menggunakan rumus : 2 68

73 dimana : P p. g. Q. H p P p : Daya pompa : (watt) : Kerapatan air : (998,3 kg/m 3 pada suhu 20 C) g : Percepatan gravitasi : (9,81 m/s 2 ) Q : Kapasitas pompa : (m 3 /s) H : Head total pompa : (m) p : Efisiensi pompa : (%) Untuk mencari efisiensi pompa ( p ), menggunakan grafik yang ada pada gambar 14.3 Berikut ini : Gambar 3.1 Grafik p, n s, dan Q Dan untuk mencari putaran spesifik pompa (n s ), menggunakan rumus : Dimana : n s n n s Q 3 4 H : Putaran spesifik pompa n : Putaran pompa (rpm) Q : Kapasitas pompa (m 3 /menit) H : Head pompa (m) Dengan asumsi n = 3000 rpm, maka akan didapatkan sebagai berikut : 69

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN 2 (alat pemadam kebakaran aktif)

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN 2 (alat pemadam kebakaran aktif) Pertemuan ke-13 Materi Perkuliahan : Sistem penanggulangan bahaya kebakaran 2 (springkler dan hydrant dll) SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN 2 (alat pemadam kebakaran aktif) 1. KRITERIA DESAIN 1.1

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BALIKPAPAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS BALIKPAPAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS BALIKPAPAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN Tugas Mata Kuliah Menggambar Rekayasa TUGAS 3 PERANCANGAN SANITASI AIR BERSIH, KOTOR DAN PLUMBING Oleh: Nama : Riswan Gunawan Tri Handoko Alfani

Lebih terperinci

INSTALASI PLUMBING (AIR BERSIH DAN AIR KOTOR) Kuliah 7, 26 Oktober 2009

INSTALASI PLUMBING (AIR BERSIH DAN AIR KOTOR) Kuliah 7, 26 Oktober 2009 INSTALASI PLUMBING (AIR BERSIH DAN AIR KOTOR) Kuliah 7, 26 Oktober 2009 PENDAHULUAN Instalasi plumbing (pemipaan) sangat penting untuk menunjang operasional bangunan. Sebagai sarana penyaluran air, gas,

Lebih terperinci

PRAKTIK PLAMBING DAN SANITER NS1634 1

PRAKTIK PLAMBING DAN SANITER NS1634 1 PRAKTIK PLAMBING DAN SANITER NS1634 1 Fungsi dan jenis peralatan plambing Fungsi peralatan plambing Menyediakan air bersih ke tempat 2 tertentu dg tekanan cukup dan air panas bila diperlukan Menyalurkan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN

KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN Klasifikasi berdasarkan jenis air buangan: Sistem pembuangan air kotor. Adalah system pembuangan untuk air buangan yang berasal dari kloset, urinal, bidet, dan air buangan

Lebih terperinci

Sistem plambing

Sistem plambing Kembali 1. Ruang lingkup. 1.1. Sistem plambing baru. Sistem plambing - 2000. Standar sistem plambing ini berlaku bagi sistem plambing yang baru dan bagian dari padanya yang dipasang setelah standar ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Definisi Praktek Kerja Pipa 1.3. Macam-macam Pipa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Definisi Praktek Kerja Pipa 1.3. Macam-macam Pipa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem saluran dan pembuangan adalah suatu konstruksi yang mengatur pemasukan atau penyuplaian air bersih guna kebutuhan manusia dan pengeluaran /pembuangan air bekas/limbahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kesehariannya manusia tidak pernah lepas dari masalah kesehatan, baik itu menyangkut air bersih, air buangan atau sampah jika tidak dirancang atau dikelola dengan

Lebih terperinci

1. INSTALASI SISTEM SANITASI DAN PLAMBING BANGUNAN

1. INSTALASI SISTEM SANITASI DAN PLAMBING BANGUNAN 1. INSTALASI SISTEM SANITASI DAN PLAMBING BANGUNAN Topik kajian dalam modul ini hanya terbatas pada Instalasi Plambing Air Bersih, Air Panas, Uap, Air Kotor/Air Kotoran, Ven dan Air Hujan. Sebelum tahapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ground Tank Ground tank atau dalam bahasa Indonesia lebih sering disebut Tangki bawah tanah, merupakan salah satu bentuk bak penampungan air yang dibangun atau diletakkan

Lebih terperinci

Sistem Plambing Dalam Gedung

Sistem Plambing Dalam Gedung Sistem Plambing Dalam Gedung 1. Pendahuluan Sistem Plambing plambing adalah seni dan teknologi pemipaan dan peralatan untuk menyediakan; a. penyediaan air bersih, yaitu menyediakan dan menyalurkan air

Lebih terperinci

BAB XIV INSTALASI PIPA PVC

BAB XIV INSTALASI PIPA PVC BAB XIV INSTALASI PIPA PVC Pipa PVC sudah banyak digunakan di dunia dan di Indonesia pada khususnya. Mulai untuk pipa air bersih, air kotor, kotoran, dan air hujan. Pipa PVC standar pipa pasar atau pipa

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA INSTALASI PEMIPAAN DAN PENGGUNAAN POMPA PADA GEDUNG ASRAMA HAJI DKI JAKARTA

TUGAS AKHIR ANALISA INSTALASI PEMIPAAN DAN PENGGUNAAN POMPA PADA GEDUNG ASRAMA HAJI DKI JAKARTA TUGAS AKHIR ANALISA INSTALASI PEMIPAAN DAN PENGGUNAAN POMPA PADA GEDUNG ASRAMA HAJI DKI JAKARTA Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Mesin Universitas Mercu Buana Disusun

Lebih terperinci

Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui

Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui Teknik Perpipaan Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan slang kebakaran. Sistem ini terdiri

Lebih terperinci

Plumbing class PLUMBING. Sistem plambing. Rancangan Pembelajaran. Rancangan Pembelajaran. Rancangan Pembelajaran 16/02/2011 RE

Plumbing class PLUMBING. Sistem plambing. Rancangan Pembelajaran. Rancangan Pembelajaran. Rancangan Pembelajaran 16/02/2011 RE PLUMBING Welcome Students! t Lecture Note 1 RE 091307 class Apa itu plambing? Apa yang dipelajari di kuliah ini? Tugas besar perencanaan sistem plambing? Department of Environmental Engineering ITS 1 Department

Lebih terperinci

Fungsi dan jenis peralatan plambing

Fungsi dan jenis peralatan plambing Fungsi dan jenis peralatan plambing Fungsi peralatan plambing Menyediakan air bersih ke tempat 2 tertentu yg dikehendaki dg tekanan yang cukup Menyalurkan air kotor dari tempat 2 tertentu tanpa mencemari

Lebih terperinci

KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN. Klasifikasi berdasarkan jenis air buangan:

KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN. Klasifikasi berdasarkan jenis air buangan: KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN Dr. SUKAMTA, S.T., M.T. PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015 Klasifikasi berdasarkan jenis air buangan: Sistem pembuangan air

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Mulai. Mempelajari Gambar Tender (Gambar Forkon) Survei Kondisi Lapangan. Studi Pustaka

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Mulai. Mempelajari Gambar Tender (Gambar Forkon) Survei Kondisi Lapangan. Studi Pustaka 31 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PELAKSANAAN KERJA PRAKTIK Adapun alur proses pelaksanaan kerja praktik Pembuatan Gambar Kerja Instalasi Plambing ini adalah seperti diagram alur proses

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG PELAKSANAAN PEKERJAAN PLAMBING F.45...

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG PELAKSANAAN PEKERJAAN PLAMBING F.45... MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG PELAKSANAAN PEKERJAAN PLAMBING F.45...09 BUKU PENILAIAN 2011 K E M E N T E R I AN P E K E R J A AN U M U M B A D

Lebih terperinci

Bagian III: JARINGAN AIR KOTOR

Bagian III: JARINGAN AIR KOTOR Bagian III: JARINGAN AIR KOTOR PENGERTIAN Air buangan atau Air Limbah (Waste Water) adalah air yang telah selesai digunakan oleh berbagai kegiatan manusia (rumah tangga, industri, bangunan umum dll.).

Lebih terperinci

Sistem plambing pada bangunan gedung

Sistem plambing pada bangunan gedung Standar Nasional Indonesia Sistem plambing pada bangunan gedung ICS 91.140.60 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN SISTEM FIRE HYDRANT DI TOWER SAPHIRE DAN AMETHYS APARTEMEN EASTCOAST RESIDENCE SURABAYA

PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN SISTEM FIRE HYDRANT DI TOWER SAPHIRE DAN AMETHYS APARTEMEN EASTCOAST RESIDENCE SURABAYA PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN SISTEM FIRE HYDRANT DI TOWER SAPHIRE DAN AMETHYS APARTEMEN EASTCOAST RESIDENCE SURABAYA DESIGN OF PLUMBING AND FIRE HYDRANT SYSTEM IN SAPHIRE AND AMETHYS TOWER EASTCOAST

Lebih terperinci

Tata cara perencanaan sistem plambing

Tata cara perencanaan sistem plambing Standar Nasional Indonesia Tata cara perencanaan sistem plambing ICS 91.140.60 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi ii Prakata i Pendahuluan 1 1 Ruang lingkup 1 2 Acuan 1 3 Istilah dan definisi

Lebih terperinci

Selain sistem springkler, BSN juga membuat peraturan untuk penanggulangan kebakaran gedung (building fire fighting system), diantaranya :

Selain sistem springkler, BSN juga membuat peraturan untuk penanggulangan kebakaran gedung (building fire fighting system), diantaranya : 1. Sistem Sprinkler Di era sekarang, dimana semakin banyaknya bangunan-bangunan pencakar langit dan semakin mdern-nya bangunan yang didirikan, sistem penanggulangan kebakaran memegang peranan penting pada

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Sistem pemadam kebakaran atau sistem fire fighting disediakan digedung sebagai preventif (pencegahan) terjadinya kebakaran. Sistem ini terdiri dari sistem sprinkler,

Lebih terperinci

PIPA VENT (PIPA UDARA)

PIPA VENT (PIPA UDARA) PIPA VENT (PIPA UDARA) Di Susun Oleh: Nama : Nuthfa Rizkie Z ( 5415092623 ) Agus Maulana ( 5415092624 ) Prodi : S1. Pendidikan Teknik Sipil (Reg 2009) FAKULTAS TEKNIK TEKNIK SIPIL UNIVERSUTAS NEGERI JAKARTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Sistem Plambing merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pembangunan gedung. Oleh karena itu perencanaan dan perancangan sistem plambing haruslah dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

Sistem Utilitas Bangunan Gedung Bertingkat

Sistem Utilitas Bangunan Gedung Bertingkat Sistem Utilitas Bangunan Gedung Bertingkat Sabtu, 02 Januari 2016 Pada artikel kali ini saya akan membahas sedikit masalah kelengkapan sistem utilitas bangunan khususnya jenis bangunan gedung bertingkat

Lebih terperinci

TAMPAK DEPAN. Skala 1:320 TUGAS AKHIR 1200 JENDELA DOSEN PEMBIMBING 1 DOSEN PEMBIMBING 2 DI GAMBAR OLEH. Rahmadan Sanubari JUDUL SKALA

TAMPAK DEPAN. Skala 1:320 TUGAS AKHIR 1200 JENDELA DOSEN PEMBIMBING 1 DOSEN PEMBIMBING 2 DI GAMBAR OLEH. Rahmadan Sanubari JUDUL SKALA 750 TUGAS AKHIR 500 Unit pengolahan air Water Treatment Plant dengan Kombinasi Filtrasi dan Aerasi (Studi kasus Air sumur Unires Putri UMY, Tamantirto, Kasihan, Bantul) DOSEN PEMBIMBING 1 Burhan Barid,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Penaksiran Laju Aliran Air Ada beberapa metoda yang digunakan untuk menaksir besarnya laju aliran air, di antaranya yang akan dibahas di sini, yaitu : a. Berdasarkan jumlah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 3.1. Perhitungan Jumlah Hidran, Sprinkler dan Pemadam Api Ringan Tabel 3.1 Jumlah hidran, sprinkler dan pemadam api ringan Indoor No Keterangan Luas Hydrant

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut kamus inggris-indonesia yang disusun oleh john M.chols dan hasan shadely, plumbing atau plambing berarti :

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut kamus inggris-indonesia yang disusun oleh john M.chols dan hasan shadely, plumbing atau plambing berarti : BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Plumbing Menurut kamus inggris-indonesia yang disusun oleh john M.chols dan hasan shadely, plumbing atau plambing berarti : a) Pipa ledeng b) pekerjaan mematri

Lebih terperinci

UMY. Sistem Sanitasi dan Drainase Pada Bangunan. Dr. SUKAMTA, S.T., M.T. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKUKTAS

UMY. Sistem Sanitasi dan Drainase Pada Bangunan. Dr. SUKAMTA, S.T., M.T. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKUKTAS UMY Sistem Sanitasi dan Drainase Pada Bangunan Dr. SUKAMTA, S.T., M.T. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKUKTAS www.umy.ac.id PENDAHULUAN Pada perencanaan sistem sanitasi

Lebih terperinci

Penyediaan Air Minum di Dalam Gedung 1

Penyediaan Air Minum di Dalam Gedung 1 Penyediaan Air Minum di Dalam Gedung 1 Oleh Gede H. Cahyana 2 Adakah peran PDAM dalam penyediaan air minum di dalam gedung? Sebagai sebuah sistem, penyediaan air minum di dalam gedung memang bukanlah tanggung

Lebih terperinci

KONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION

KONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION STANDAR APAR MENURUT NFPA 10/ No. Per 04/Men/1980 Terdapat APAR yang sesuai dengan jenis kebakaran Tedapat label penempatan APAR Penempatan APAR mudah dilihat, mudah diambil, dan mudah digunakan pada saat

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN HYDRANT

BAB III PERENCANAAN HYDRANT BAB III PERENCANAAN HYDRANT Dalam perencanaan hydrant, terlebih dahulu harus diketahui spesifikasi dan jenis bangunan yang akan digunakan. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pemasangan instalasi

Lebih terperinci

SPRINKLER DI GUDANG PERSONAL WASH PT. UNILEVER INDONESIA TBK. Wisda Mulyasari ( )

SPRINKLER DI GUDANG PERSONAL WASH PT. UNILEVER INDONESIA TBK. Wisda Mulyasari ( ) PERANCANGAN FOAM WATER SPRINKLER DI GUDANG PERSONAL WASH PT. UNILEVER INDONESIA TBK Oleh : Wisda Mulyasari (6507 040 018) BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Undang no 1 tahun 1970, pasal 3 ayat (1) huruf

Lebih terperinci

AIR BERSIH GEDUNG BERTINGKAT

AIR BERSIH GEDUNG BERTINGKAT AIR BERSIH GEDUNG BERTINGKAT DIFINISI AIR BERSIH Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas

Lebih terperinci

KOMPONEN PEKERJAAN PIPA GIP PIPA PPR PN-20 POMPA TRANSFER FILTER TANGKI AIR ATAS BOOSTER PUMP GATE VALVE QM FITTING ELBOW FITTING DRAT KRAN

KOMPONEN PEKERJAAN PIPA GIP PIPA PPR PN-20 POMPA TRANSFER FILTER TANGKI AIR ATAS BOOSTER PUMP GATE VALVE QM FITTING ELBOW FITTING DRAT KRAN KOMPONEN PEKERJAAN PIPA GIP PIPA PPR PN-20 POMPA TRANSFER FILTER TANGKI AIR ATAS BOOSTER PUMP GATE VALVE QM FITTING ELBOW FITTING DRAT KRAN FITTING TEE FITTING REDUCER ALAT YANG DIBUTUHKAN WELDING MACHINE

Lebih terperinci

TATA CARA PERENCANAAN BANGUNAN MCK UMUM

TATA CARA PERENCANAAN BANGUNAN MCK UMUM TATA CARA PERENCANAAN BANGUNAN MCK UMUM COPY SNI 03-2399 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN BANGUNAN MCK UMUM 1 Ruang Iingkup Tata cara ini meliputi istilah dan definisi, persyaratan yang berlaku untuk sarana

Lebih terperinci

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL DAFTAR (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL No. Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup D Pemukiman (Cipta Karya) 4. Air Bersih/ Air Minum 1. Metode Pengujian Meter Air Bersih (Ukuran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Peralatan 3.1.1 Instalasi Alat Uji Alat uji head statis pompa terdiri 1 buah pompa, tangki bertekanan, katup katup beserta alat ukur seperti skema pada gambar 3.1 : Gambar

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

Pengertian Plumbing atau Plambing beserta Jenis, Fungsi, Syarat, Tahapan, dan Pemasangan Plumbing Atau plambing

Pengertian Plumbing atau Plambing beserta Jenis, Fungsi, Syarat, Tahapan, dan Pemasangan Plumbing Atau plambing PLUMBING Pengertian Plumbing atau Plambing beserta Jenis, Fungsi, Syarat, Tahapan, dan Pemasangan Plumbing Atau plambing Menurut kamus inggris-indonesia yang disusun oleh john M.chols dan hasan shadely,

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Instalasi Plambing Air Bersih Gedung Park View Hotel DIMAS ANGGARA PUTRA, YULIANTI PRATAMA, ANINDITO NURPRABOWO

Perencanaan Sistem Instalasi Plambing Air Bersih Gedung Park View Hotel DIMAS ANGGARA PUTRA, YULIANTI PRATAMA, ANINDITO NURPRABOWO Jurnal Reka Lingkungan [Teknik Lingkungan] Itenas No.2 Vol.3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 2015 Perencanaan Sistem Instalasi Plambing Air Bersih Gedung Park View Hotel DIMAS ANGGARA

Lebih terperinci

SISTEM TRANSPORTASI FLUIDA (Sistem Pemipaan)

SISTEM TRANSPORTASI FLUIDA (Sistem Pemipaan) SISTEM TRANSPORTASI FLUIDA (Sistem Pemipaan) Kode Mata Kuliah : 2035530 Bobot : 3 SKS Oleh MARYUDI, S.T., M.T., Ph.D Irma Atika Sari, S.T., M.Eng Highlights Pendahuluan Jenis jenis pipa Jenis jenis fitting

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM UNTUK MERAWAT SISTEM SEPTIK TANK

PETUNJUK UMUM UNTUK MERAWAT SISTEM SEPTIK TANK SISTEM BARU Sistem apapun yang anda pilih, baik sitem septik konvensional maupun jenis aerobik, tangki penampungan yang baru harus melalui masa tenang di mana bakteri-bakteri yang diperlukan mulai hidup

Lebih terperinci

PERTEMUAN XI PINTU DAN JENDELA. Oleh : A.A.M

PERTEMUAN XI PINTU DAN JENDELA. Oleh : A.A.M PERTEMUAN XI PINTU DAN JENDELA Oleh : A.A.M Fungsi Pintu dan Jendela: - Akses keluar/masuk ruangan - Penerangan (Lighting) - Penghawaan (Ventilation) Syarat: - Stabil, kuat dan aman Rangka pintu & jendela

Lebih terperinci

BAB IV: PENGAMATAN PROYEK

BAB IV: PENGAMATAN PROYEK BAB IV: PENGAMATAN PROYEK 4.1. Lingkup Pekerjaan MECHANICAL & ELECTRICAL Waktu melaksanakan kerja praktek dimulai dari tanggal 07 Maret 2016 dan berakhir pada tanggal 07 Mei 2016. Jadwal kerja praktek

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Asrama Mahasiswa Binus University merupakan bangunan hunian yang bersifat sosial, edukatif dan tidak komersial.

Lebih terperinci

TUGAS PLUMBING PERENCANAAN SISTEM PLUMBING GEDUNG BANK MANDIRI JAWA TENGAH

TUGAS PLUMBING PERENCANAAN SISTEM PLUMBING GEDUNG BANK MANDIRI JAWA TENGAH TUGAS PLUMBING PERENCANAAN SISTEM PLUMBING GEDUNG BANK MANDIRI JAWA TENGAH Disusun Oleh : Kelompok 7 Ahmad Indra Permana Dea Budi Istantinova Flora Resti Utami Irma Suryanti Michael Dwi Oktavian Ryanti

Lebih terperinci

INSTALASI PLUMBING. 2. Sarana pemipaan dalam gedung (air bersih dan air kotor) 3. Sarana peralatan sanitair dan perlengkapannya

INSTALASI PLUMBING. 2. Sarana pemipaan dalam gedung (air bersih dan air kotor) 3. Sarana peralatan sanitair dan perlengkapannya INSTALASI PLUMBING I. SISTEM PLUMBING Sistem plumbing di dalam gedung meliputi beberapa sarana yang terdiri dari: 1. Sarana sumber air bersih 2. Sarana pemipaan dalam gedung (air bersih dan air kotor)

Lebih terperinci

PERENCANAAN INSTALASI AIR BERSIH, AIR KOTOR, DAN AIR BEKAS PADA GEDUNG TERPADU KOTA MADYA MALANG

PERENCANAAN INSTALASI AIR BERSIH, AIR KOTOR, DAN AIR BEKAS PADA GEDUNG TERPADU KOTA MADYA MALANG PERENCANAAN INSTALASI AIR BERSIH, AIR KOTOR, DAN AIR BEKAS PADA GEDUNG TERPADU KOTA MADYA MALANG PROYEK AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan pada Bidang

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN 3.1 PERHITUNGAN JUMLAH HIDRAN, SPRINKLER DAN PEMADAM

BAB III PERHITUNGAN PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN 3.1 PERHITUNGAN JUMLAH HIDRAN, SPRINKLER DAN PEMADAM BAB III PERHITUNGAN PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN 3.1 PERHITUNGAN JUMLAH HIDRAN, SPRINKLER DAN PEMADAM API RINGAN. Tabel 3.1 Jumlah Hidran, Sprinkler dan Pemadam Api Ringan No Uraian Elevasi (m) Luas Bersih

Lebih terperinci

BAB VI PERHITUNGAN SISTEM PIPA

BAB VI PERHITUNGAN SISTEM PIPA BAB VI PERHITUNGAN SISTEM PIPA A. Umum Sistem pipa merupakan bagian utama suatu sistem yang menghubungkan titik dimana fluida disimpan ke titik pengeluaran semua pipa baik untuk memindahkan tenaga atau

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PLAMBING GEDUNG APARTEMEN BERTINGKAT DUA PULUH TIGA

PERENCANAAN SISTEM PLAMBING GEDUNG APARTEMEN BERTINGKAT DUA PULUH TIGA KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-nya, laporan tugas ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan Perencanaan Sistem Plambing

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran BAB IV Bab IV Hasil dan Analisis HASIL DAN ANALISIS 4.1. Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran Sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran merupakan suatu kombinasi dari berbagai sistem untuk

Lebih terperinci

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan Syarat kesehatan yang mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat: A. Lokasi 1. Lokasi sesuai dengan Rencana Umum

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG 5.1 Program Dasar Perencanaan Program Dasar Perencanaan Relokasi Pasar Ikan Higienis Rejomulyo ini didasarkan pada

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN PROYEK

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN PROYEK BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN PROYEK UTILITAS AIR BERSIH Pompa Air Pipa Bak Kontrol Sambungan Pipa 1 Sambungan Pipa 2 Pipa Hidrostatik Katup Pompa Air Pemasangan Pipa Air Bersih Pemasangan pipa-ipa datar

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Audit Keselamatan Kebakaran Gedung PT. X Jakarta Tahun 2009 DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA Data Umum Gedung a. Nama bangunan : b. Alamat

Lebih terperinci

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION BASEMENT OF WATER TANK WRT-14-075 oleh: BAMBANG JOKO SUTONO UNIVERSITAS BALIKPAPAN Jl. Pupuk kel.gn.bahagia (BALIKPAPAN) (2014) ABSTRAK Rumah merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH

PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH 1. UMUM A. Lingkup Pekerjaan Pekerjaan ini meliputi : - Pekerjaan galian, - Pekerjaan Pilecap, Tie beam & Kolom. B. Pengukuran Peil (Levelling) Sebagai patokan tinggi peil (level)

Lebih terperinci

Dalam proyek pembangunan gedung kantor PT. Jasa Raharja, progres pekerjaan elektrikal pada bulan Maret - May 2017 (pada masa kerja praktik), telah men

Dalam proyek pembangunan gedung kantor PT. Jasa Raharja, progres pekerjaan elektrikal pada bulan Maret - May 2017 (pada masa kerja praktik), telah men BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PEKERJAAN ELEKTRIKAL 4.1. Lingkup Pekerjaan MEP Masa kerja praktik Start 28 Sep 2016 6 Maret 2017 6 May 2017 Finish 29 Agus 2017 Gambar 12. Waktu pelaksanaan kerja praktik Pada

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Guna menunjang program pemerintah dalam penyediaan infrastruktur perdesaan, Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PLAMBING AIR BERSIH GEDUNG FAVE HOTEL PADANG DESIGN OF PLUMBING WATER SUPPLY AT FAVE HOTEL PADANG

PERANCANGAN SISTEM PLAMBING AIR BERSIH GEDUNG FAVE HOTEL PADANG DESIGN OF PLUMBING WATER SUPPLY AT FAVE HOTEL PADANG PERANCANGAN SISTEM PLAMBING AIR BERSIH GEDUNG FAVE HOTEL PADANG DESIGN OF PLUMBING WATER SUPPLY AT FAVE HOTEL PADANG Puti Sri Komala*, Suarni S. Abuzar, Zikra Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis. PRODUCED BY AN AUTODESK EDUCATIONALPRODUCT PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis. Berangkat Dari Ide Ban Kendaraan yang Bersifat

Lebih terperinci

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK A. DEFINISI - Pengangkutan Pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukan ke

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dari berbagai masalah yang timbul di masyarakat, sering adanya keluhankeluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dari berbagai masalah yang timbul di masyarakat, sering adanya keluhankeluhan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari berbagai masalah yang timbul di masyarakat, sering adanya keluhankeluhan dari penghuni dan masyarakat sekitar bangunan khususnya bangunan rumah tinggal, mengenai

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT 6.1. Fungsi Bangunan Fungsi dari bangunan Student Apartment ini sendiri direncanakan sebagai tempat untuk mewadahi suatu hunian yang dikhususkan

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

Fire Extinguisher. Samisse Hydrant Hydrant

Fire Extinguisher. Samisse Hydrant Hydrant Fire Protection Pencegahan dan penaggulangan bahaya kebakaran aktif Penanggulangan bahaya kebakaran dilakukan dengan media air( dari pasokan air utama tendon atas). Adapun alat yang dipersiapkan untuk

Lebih terperinci

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 03/BAPPEBTI/PER-SRG/7/2007 TANGGAL : 9 JULI 2007 PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP 1. Ruang lingkup

Lebih terperinci

AKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR

AKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR KONSEP EKSTERIOR Konsep wujud pada masa rancangan memiliki elemen yang sama antara satu dengan yang lainnya. Yaitu kesamaan warna, tekstur, masiv void, pola, dan juga material. Ini terlihat pada detail

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang memadai. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini telah melakukan evaluasi terhadap kondisi jalur evakuasi darurat

Lebih terperinci

TATA CARA PERENCANAAN TANGKI SEPTIK DENGAN SISTEM RESAPAN

TATA CARA PERENCANAAN TANGKI SEPTIK DENGAN SISTEM RESAPAN TATA CARA PERENCANAAN TANGKI SEPTIK DENGAN SISTEM RESAPAN COPY SNI 03-2398 - 2002 Pendahuluan Tat cara ini dimaksudkan sebagai acuan bagi perencana dalam pembangunan septik dengan sistem resapan. Tata

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SISTEM PEMIPAAN AIR BERSIH PADA LANTAI 1 GEDUNG SENTRA BISNIS DAN DISTRIBUSI PT. CNI

TUGAS AKHIR SISTEM PEMIPAAN AIR BERSIH PADA LANTAI 1 GEDUNG SENTRA BISNIS DAN DISTRIBUSI PT. CNI TUGAS AKHIR SISTEM PEMIPAAN AIR BERSIH PADA LANTAI 1 GEDUNG SENTRA BISNIS DAN DISTRIBUSI PT. CNI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Meraih Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Teknik Mesin Disusun

Lebih terperinci

PENCEGAHAN TERJADINYA PUKULAN AIR DALAM PIPA INSTALASI PLAMBING PADA SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH

PENCEGAHAN TERJADINYA PUKULAN AIR DALAM PIPA INSTALASI PLAMBING PADA SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH PENCEGAHAN TERJADINYA PUKULAN AIR DALAM PIPA INSTALASI PLAMBING PADA SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH Sudarmadji, Puryanto, Hamdi Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya Jln. Srijaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Tahapan Perancangan Sistem Air Bersih 3.1.1. Menentukan Fungsi Bangunan Sebelum memulai Perancangan sistem Plambing. Penulis sebagai perancang harus mengetahui di fungsi

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN FIRE HYDRANT DI TOWER B APARTEMEN BERSUBSIDI PUNCAK PERMAI SURABAYA

PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN FIRE HYDRANT DI TOWER B APARTEMEN BERSUBSIDI PUNCAK PERMAI SURABAYA Sidang Lisan PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN FIRE HYDRANT DI TOWER B APARTEMEN BERSUBSIDI PUNCAK PERMAI SURABAYA Lia Wimayanti JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Tata cara perencanaan bangunan MCK umum

Tata cara perencanaan bangunan MCK umum Standar Nasional Indonesia Tata cara perencanaan bangunan MCK umum ICS 27.180 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Halaman Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dalam perancangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tata Boga.

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dalam perancangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tata Boga. BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Perencanaan dan perancangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tata Boga bertujuan untuk meningkatkan minat siswa di keahlian kuliner di kecamatan Banyumanik,

Lebih terperinci

organisasi ruang pusat perbelanjaan kerajinan. Tata atur ruang pusat perbelanjaan

organisasi ruang pusat perbelanjaan kerajinan. Tata atur ruang pusat perbelanjaan BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1. Tata Atur Ruang Pusat perbelanjaan kerajinan Konsep tata atur ruang pusat perbelanjaan kerajinan dihasilkan dan organisasi ruang pusat perbelanjaan kerajinan.

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Makro V.1.1. Konsep Manusia Pelaku kegiatan di dalam apartemen adalah: 1. Penyewa meliputi : o Kelompok orang yang menyewa unit hunian pada apartemen yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar perancangan kostel ini yaitu untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi mahasiswa Binus University, khususnya

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

PERENCANAAN ULANG SISTEM PLAMBING DAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN DI MX MALL KOTA MALANG

PERENCANAAN ULANG SISTEM PLAMBING DAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN DI MX MALL KOTA MALANG PERENCANAAN ULANG SISTEM PLAMBING DAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN DI MX MALL KOTA MALANG Oleh : Nurina Azyyati Riski 3306 100 006 Dosen Pembimbing : Ir. Didik Bambang S., MT. Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Instalasi air Bersih

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Instalasi air Bersih 267 5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.1 Kesimpulan Instalasi air Bersih Dari analisa Perencanaan instalasi air bersih pada gedung kantor Politekik Kediri diperoleh beberapa kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ALAT UJI DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III DESKRIPSI ALAT UJI DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III DESKRIPSI ALAT UJI DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1. Rancangan Alat Uji Pada penelitian ini alat uji dirancang sendiri berdasarkan dasar teori dan pengalaman dari penulis. Alat uji ini dirancang sebagai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 78 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PENGERJAAN Pada perancangan proyek yang dilakukan di perusahaan PT. Alpha Omega Nusantara diawali dengan pembuatan konsep desain yang diambil dari data

Lebih terperinci

Sanitasi Penyedia Makanan

Sanitasi Penyedia Makanan Bab 6 Sanitasi Penyediaan Makanan Sanitasi Penyedia Makanan Sanitasi Jasa Boga Sanitasi Rumah Makan & Restoran Sanitasi Hotel Sanitasi Rumah Sakit Sanitasi Transportasi Penggolongan Jasa Boga Jasa boga

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur.

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur. BAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian terhadap evaluasi sistem penanggulangan kebakaran di kapal penumpang KM Lambelu, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan

Lebih terperinci

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I Pertemuan ke-12 Materi Perkuliahan : Sistem penanggulangan bahaya kebakaran 1 (Sistem deteksi kebakaran, fire alarm, fire escape) SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DRUM PLASTIK BEKAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SEPTIC TANK

PEMANFAATAN DRUM PLASTIK BEKAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SEPTIC TANK PEMANFAATAN DRUM PLASTIK BEKAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SEPTIC TANK Masykur Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A Metro, Lampung. Email : masykur@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Perencanaan Instalasi Pipa di Luar Gedung. 1. Perencanaan instalasi pipa eksplorasi minyak dan gas bumi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Perencanaan Instalasi Pipa di Luar Gedung. 1. Perencanaan instalasi pipa eksplorasi minyak dan gas bumi. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis Perencanaan Instalasi Pipa 2.1.1 Perencanaan Instalasi Pipa di Luar Gedung Pada perencanaan instalasi pipa diluar gedung, fluida yang dialirkan tidak hanya berupa air

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci