PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (BALITA - ANAK SEKOLAH - IBU HAMIL)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (BALITA - ANAK SEKOLAH - IBU HAMIL)"

Transkripsi

1

2 PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (BALITA - ANAK SEKOLAH - IBU HAMIL) KEMENTERIAN KESEHATAN RI

3 KATA PENGANTAR Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Upaya perbaikan status gizi masyarakat akan memberikan kontribusi nyata bagi tercapainya tujuan pembangunan nasional terutama dalam hal penurunan prevalensi gizi kurang pada balita dan anak Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) serta Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Kegiatan pembinaan gizi masyarakat yang akan dicapai dalam rangka pencapaian sasaran RPJMN , telah menetapkan 6 sasaran dan indikator kinerja yaitu : 1) Persentase ibu hamil KEK yang mendapat makanan tambahan, 2) Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) 90 tablet selama masa kehamilan, 3) Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif, 4) Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD), 5) Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan, 6) Persentase remaja puteri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD). Pemberian suplementasi gizi merupakan suatu upaya yang dapat dilakukan dalam rangka mencukupi kekurangan kebutuhan gizi dari konsumsi makan harian yang berakibat pada timbulnya masalah kesehatan dan gizi pada kelompok rawan gizi. Salah satu program suplementasi yang saat ini dilaksanakan oleh pemerintah yaitu Pemberian Makanan Tambahan pada balita, anak SD/MI dan ibu hamil. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 51 Tahun 2016 tentang Standar Produk Suplementasi Gizi merupakan penyempurnaan sekaligus pengganti dari Kepmenkes Nomor 224/Menkes/SK/II/2007 Tentang Spesifikasi Teknis Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dan Kepmenkes Nomor 899/Menkes/SK/X/2009 Tentang Spesifikasi Teknis Makanan Tambahan Anak Balita 2-5 Tahun, Anak Usia Sekolah Dasar dan Ibu Hamil, disesuaikan dengan perkembangan hukum, ilmu pengetahuan dan teknologi. Selanjutnya dalam rangka penyesuaian dengan kebutuhan zat gizi pada tiap sasaran berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2013 serta perbaikan tampilan produk Makanan Tambahan (MT) telah pula dilakukan perubahan terhadap bentuk kemasan menyesuaikan dengan aturan pemberian. Agar pemberian makanan tambahan pada Balita, Anak Sekolah dan Ibu Hamil dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien diperlukan adanya suatu Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan bagi tenaga kesehatan dan semua pihak terkait. Ruang lingkup petunjuk teknis ini mencakup hal hal yang berkaitan dengan jenis dan karakteristik produk MT, pengiriman, penyimpanan dan distribusi MT serta monitoring dan evaluasi. Kami menyadari bahwa petunjuk teknis ini masih memiliki kekurangan, sehingga sekiranya ada masukan untuk perbaikan akan kami terima untuk penyempurnaan pada masa yang akan datang. Jakarta, Agustus 2017 Direktur Gizi Masyarakat Ir. Doddy Izwardy, MA 2

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang... B. Tujuan... C. Pengertian... D. Sasaran... E. Dasar Hukum... BAB II JENIS DAN KARAKTERISTIK PRODUK MAKANAN TAMBAHAN... A. MT Balita... B. MT Anak Sekolah... C. MT Ibu Hamil... BAB III PENGIRIMAN, PENYIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN MAKANAN TAMBAHAN... A. Pengiriman... B. Penyimpanan... C. Pendistribusian... BAB IV PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA SASARAN A. MT Balita... B. MT Anak Sekolah... C. MT Ibu Hamil... BAB V PEMANTAUAN DAN EVALUASI... A. Pencatatan dan Pelaporan B. Pemantauan C. Evaluasi BAB VI PENUTUP... 3

5 DAFTAR SINGKATAN AKE AKG BBLR BB BDD BAPT IMD KEK KPB LiLA MP-ASI MI MT PMT PMT-AS PB SD Sd SDT SBBM SBBK TB TTD : Angka Kecukupan Energi : Angka Kecukupan Gizi : Berat Bayi Lahir Rendah : Berat Badan : Bidan di Desa : Berita Acara Penerimaan Barang : Inisiasi Menyusu Dini : Kurang Energi Kronis : Kartu Persediaan Barang : Lingkar Lengan Atas : Makanan Pendamping Air Susu Ibu : Madrasah Ibtidaiyah : Makanan Tambahan : Pemberian Makanan Tambahan : Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah : Panjang Badan : Sekolah Dasar : Standar deviasi : Survei Diet Total : Surat Bukti Barang Masuk : Surat Bukti Barang Keluar : Tinggi Badan : Tablet Tambah Darah DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Formulir Pemantauan Pendistribusian MT di Tingkat Provinsi Lampiran 2 : Formulir Pemantauan Pendistribusian MT di Tingkat Kabupaten/Kota Lampiran 3 : Formulir Pemantauan Pendistribusian MT di Tingkat Puskesmas Lampiran 4 : Formulir Pemantauan Pemanfaatan MT Balita Lampiran 5 : Formulir Pemantauan Pemanfaatan MT Ibu Hamil Lampiran 6 : Format Laporan Pemantauan Makanan Tambahan di Tingkat Provisi Lampiran 7 : Format Laporan Pemantauan Makanan Tambahan di Tingkat Kabupaten/Kota Lampiran 8 : Format Laporan Pemantauan Makanan Tambahan di Tingkat Puskesmas Lampiran 9 : Stock Opnam Makanan Tambahan di Puskesmas Lampiran 10 : Stock Opnam Makanan Tambahan di Kabupaten/Kota Lampiran 11 : Stock Opnam Makanan Tambahan di Provinsi Lampiran 12 : Register Pemberian Makanan Tambahan Lampiran 13 : Contoh Form Berita Acara Serah Terima Barang Lampiran 14 : Perhitungan Luas Gudang Penyimpanan Makanan Tambahan Balita dan Ibu Hamil 4

6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi yang baik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan kesehatan yang pada dasarnya adalah bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional secara keseluruhan. Anak balita, anak usia sekolah, dan ibu hamil merupakan kelompok rawan gizi yang sangat perlu mendapat perhatian khusus karena dampak negatif yang ditimbulkan apabila menderita kekurangan gizi. Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 diketahui bahwa prevalensi balita kurus dan prevalensi balita stunting masing-masing sebesar 12,1 % dan 37,2 %, sedangkan prevalensi ibu hamil risiko Kurang Energi Kronis (KEK) sebesar 24,2%. Selain hal tersebut data Riskesdas tahun 2013 juga menunjukkan kurang gizi pada anak usia 5-12 tahun sebesar 11,2 % yang disebabkan karena berbagai hal diantaranya tidak sarapan pagi dan lebih suka makanan yang tidak/kurang bergizi. Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2016 menujukkan bahwa prevalensi stunting pada balita sebesar 27,5 %, balita kurus 8,0 %, balita sangat kurus 3,1 % dan balita risiko kurus 22,8 %. Masalah gangguan tumbuh kembang pada bayi dan anak usia di bawah 2 tahun (baduta) merupakan masalah yang perlu ditanggulangi dengan serius. Usia di bawah dua tahun merupakan masa yang amat penting sekaligus masa kritis dalam proses tumbuh kembang anak baik fisik maupun kecerdasan. Kurus dan stunting pada usia sekolah akan berdampak pada performa belajar di sekolah, yang pada gilirannya akan mempengaruhi kualitas Sumber Daya Manusia. Ibu hamil dengan status Kurang Energi Kronis (KEK) dapat berdampak pada pertumbuhan dan kesehatan bayinya. Pemberian makanan tambahan khususnya bagi kelompok rawan merupakan salah satu strategi suplementasi dalam mengatasi masalah gizi. Berdasarkan data Survei Diet Total (SDT) tahun 2014 diketahui bahwa lebih dari separuh balita (55,7%) mempunyai asupan energi yang kurang dari Angka Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan. Pada kelompok ibu hamil baik di pedesaan maupun perkotaan lebih dari separuhnya mengalami defisit asupan energi dan protein. 5

7 Berdasarkan hal tersebut pemberian makanan tambahan yang berfokus baik pada zat gizi makro maupun zat gizi mikro bagi balita dan ibu hamil sangat diperlukan dalam rangka pencegahan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan balita pendek (stunting). Sedangkan pemberian makanan tambahan pada anak usia sekolah diperlukan dalam rangka meningkatkan asupan gizi untuk menunjang kebutuhan gizi selama di sekolah. Pemberian makanan tambahan ditujukan untuk sasaran kelompok rawan gizi yang meliputi balita kurus 6-59 bulan maupun anak Sekolah Dasar/MI dengan kategori kurus yaitu balita dan anak sekolah yang berdasarkan hasil pengukuran berat badan menurut Panjang Badan/Tinggi Badan lebih kecil dari minus dua Standar Deviasi (<-2 Sd), serta ibu hamil risiko Kurang Energi Kronis (KEK) yaitu ibu hamil dengan hasil pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) lebih kecil dari 23,5 cm. Penelitian Elisabeth Kristiamsson, et all, 2016 berdasarkan hasil analisis data dari 31 negara memperlihatkan suplementasi makanan menunjukan adanya kenaikan berat badan pada keluarga kurang mampu. Demikian halnya anak-anak usia 6 23 bulan yang diberikan makanan tambahan selama 6 bulan menunjukan kenaikan berat badan, selanjutnya ketika MT diberikan bersama edukasi gizi dan intervensi berbasis pangan lokal maka kenaikan berat badan menjadi lebih besar. a. Tujuan Memberikan informasi kepada petugas kesehatan dan pihak terkait tentang : 1. Jenis dan karaktristik produk makanan tambahan Balita, Anak Sekolah dan Ibu Hamil 2. Pengiriman, penyimpanan dan pendistribusian MT 3. Pemberian MT kepada sasaran 4. Pemantauan dan Evaluasi kegiatan MT b. Pengertian a. Suplementasi Gizi merupakan penambahan makanan atau zat gizi yang diberikan dalam bentuk; a) makanan tambahan, b) tablet tambah darah, c) kapsul vitamin A, dan d) bubuk tabur gizi yang bertujuan untuk memenuhi kecukupan gizi bagi bayi, balita, anak usia sekolah, wanita usia subur, ibu hamil, dan ibu nifas 6

8 b. Makanan Tambahan Penyuluhan adalah suplementasi gizi dalam bentuk makanan tambahan dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan mineral sebagai tambahan selain makanan utama bagi kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan gizi. c. Makanan Tambahan Pemulihan adalah suplementasi gizi dalam bentuk makanan tambahan dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang diperuntukkan bagi kelompok sasaran sebagai tambahan makanan untuk pemulihan status gizi. d. MT Balita adalah suplementasi gizi berupa makanan tambahan dalam bentuk biskuit dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang diberikan kepada bayi dan anak balita usia 6-59 bulan dengan kategori kurus. Bagi bayi dan anak berumur 6-24 bulan, makanan tambahan ini digunakan bersama Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). e. MT Anak Sekolah adalah suplementasi gizi berupa makanan tambahan dalam bentuk krekers/biskuit dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang diberikan kepada anak usia Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) dengan kategori kurus untuk mencukupi kebutuhan gizi. f. MT Ibu Hamil adalah suplementasi gizi berupa biskuit lapis yang dibuat dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang diberikan kepada ibu hamil dengan kategori Kurang Energi Kronis (KEK) untuk mencukupi kebutuhan gizi. c. Sasaran 1. Sasaran utama MT Balita adalah balita kurus usia 6-59 bulan dengan indikator Berat Badan (BB) menurut Panjang Badan (PB)/Tinggi Badan (TB) kurang dari minus 2 standar deviasi (<- 2 Sd) yang tidak rawat inap dan tidak rawat jalan. 2. Sasaran utama MT anak usia SD/MI kurus dengan indikator Berat Badan (BB) menurut Tinggi Badan (TB) kurang dari minus 2 Standar Deviasi (<- 2 Sd) yang tidak rawat inap dan tidak rawat jalan. 7

9 3. Sasaran utama MT Ibu Hamil adalah Ibu Hamil risiko Kurang Energi Kronis (KEK) yang mempunyai Lingkar Lengan Atas (LiLA) kurang dari 23,5 cm. d. Dasar Hukum 1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan 2. Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif 3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJMN) tahun Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 60 tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 224/Menkes/SK/II/2007 Tahun 2007 tentang Spesifikasi Teknis Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). 6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 899/Menkes/SK/X/2009 tentang Spesifikasi Teknis Makanan Tambahan Anak Balita 2-5 Tahun, Anak Usia Sekolah Dasar dan Ibu Hamil 7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 41 tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang (PGS) 8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 51 Tahun 2016 tentang Standar Produk Suplementasi Gizi. 8

10 BAB II JENIS DAN KARAKTERISTIK PRODUK MAKANAN TAMBAHAN A. MAKANAN TAMBAHAN BALITA 6-59 BULAN DENGAN KATEGORI KURUS a. Kandungan Zat Gizi Makanan Tambahan Balita adalah suplementasi gizi berupa makanan tambahan dalam bentuk biskuit dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang diberikan kepada bayi dan anak balita usia 6-59 bulan dengan kategori kurus. Bagi bayi dan anak berumur 6-24 bulan, makanan tambahan ini digunakan bersama Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Tiap kemasan primer (4 keping/40 gram) Makanan Tambahan Balita mengandung minimum 160 Kalori, 3,2-4,8 gram protein, 4-7,2 gram lemak. Makanan Tambahan Balita diperkaya dengan 10 macam vitamin (A, D, E, K, B1, B2, B3, B6, B12, Asam Folat) dan 7 macam mineral (Besi, Iodium, Seng, Kalsium, Natrium, Selenium, Fosfor). b. Karakteristik Produk Bentuk : biskuit yang pada permukaan atasnya tercantum tulisan MT Balita Tekstur/Konsistensi : renyah, bila dicampur dengan cairan menjadi lembut. Berat : berat rata-rata 10 gram/keping. Warna : sesuai dengan hasil proses pengolahan yang normal (tidak gosong). Rasa : Manis. Mutu dan keamanan : produk makanan tambahan balita memenuhi persyaratan mutu dan keamanan sesuai untuk bayi dan anak balita. Masa kedaluwarsa : waktu antara selesai diproduksi sampai batas akhir masih layak dikonsumsi, produk MT mempunyai masa kedaluwarsa 24 bulan. 9

11 c. Kemasan Setiap 4 (empat) keping biskuit dikemas dalam 1 (satu) kemasan primer (berat 40 gram). Setiap 21 (dua puluh satu) kemasan primer dikemas dalam 1 (satu) kotak kemasan sekunder (berat 840 gram). Setiap 4 (empat) kemasan sekunder dikemas dalam 1 (satu) kemasan tersier. B. MAKANAN TAMBAHAN UNTUK ANAK SEKOLAH DASAR DENGAN KATEGORI KURUS a. Kandungan Zat Gizi Makanan Tambahan Anak Sekolah adalah suplementasi gizi berupa makanan tambahan dalam bentuk krekers/biskuit dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang diberikan kepada anak usia Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) dengan kategori kurus untuk mencukupi kebutuhan gizi. Tiap kemasan primer (6 keping/36 gram) Makanan Tambahan Anak Sekolah mengandung Kalori, 3,96-5,76 gram protein, 5,04-7,56 gram lemak. Makanan Tambahan Anak Sekolah diperkaya 11 macam vitamin (A, D E, B1, B2, B3, B5, B6, B12, C, Asam Folat) dan 7 macam mineral (Besi, Kalsium, Natrium, Seng, Iodium, Fosfor, Selenium). b. Karakteristik Produk Bentuk : biskuit krekers yang pada permukaan belakang biskuit tercantum tulisan MT Anak Sekolah Tekstur/Konsistensi : renyah. Berat : berat rata-rata 6 gram/keping dengan kisaran 5-7 gram/keping. Warna : sesuai dengan hasil proses pengolahan yang normal (tidak gosong). Rasa : manis. Mutu dan keamanan : 10

12 produk makanan tambahan anak sekolah memenuhi persyaratan mutu dan keamanan sesuai untuk anak usia sekolah dasar. Masa kedaluwarsa : waktu antara selesai diproduksi sampai batas akhir masih layak dikonsumsi, produk MT mempunyai masa kedaluwarsa 24 bulan. c. Kemasan Setiap 6 (enam) keping biskuit dikemas dalam 1 (satu) kemasan primer (berat 36 gram). Setiap 6 (enam) kemasan primer dikemas dalam 1 (satu) kotak kemasan sekunder (berat 216 gram). Setiap 4 (empat) kemasan sekunder dikemas dalam 1 (satu) kemasan tersier. C. MAKANAN TAMBAHAN IBU HAMIL KURANG ENERGI KRONIS (KEK) a. Kandungan Zat Gizi Makanan Tambahan Ibu Hamil adalah suplementasi gizi berupa biskuit lapis yang dibuat dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang diberikan kepada ibu hamil dengan kategori Kurang Energi Kronis (KEK) untuk mencukupi kebutuhan gizi. Tiap kemasan primer (3 keping/60 gram) Makanan Tambahan Ibu Hamil mengandung minimum 270 Kalori, minimum 6 gram protein, minimum 12 gram lemak. Makanan Tambahan Ibu Hamil diperkaya 11 macam vitamin(a, D E, B1, B2, B3, B5, B6, B12, C, Asam Folat) dan 7 macam mineral (Besi, Kalsium, Natrium, Seng, Iodium, Fosfor, Selenium). b. Karakteristik Produk Bentuk : biskuit lapis (sandwich) yang pada permukaan atas biskuit tercantum tulisan MT Ibu Hamil. Tekstur/Konsistensi : - biskuit : renyah - isi : krim/selai padat dan lembut 11

13 Berat : berat rata-rata 20 gram/biskuit lapis. Warna : sesuai dengan hasil proses pengolahan yang normal (tidak gosong). Rasa : - Biskuit : manis - Isi : manis rasa strawberry/nenas/lemon Mutu dan keamanan : produk makanan tambahan ibu hamil memenuhi persyaratan mutu dan keamanan sesuai untuk ibu hamil. Masa kedaluwarsa : waktu antara selesai diproduksi sampai batas akhir masih layak dikonsumsi, produk MT mempunyai masa kedaluwarsa 24 bulan. c. Kemasan Setiap 3 (tiga) biskuit lapis dikemas dalam 1 (satu) kemasan primer (berat 60 gram). Setiap 7 (tujuh) kemasan primer dikemas dalam 1 (satu) kotak kemasan sekunder (berat 420 gram). Setiap 4 (empat) kemasan sekunder dikemas dalam 1 (satu) kemasan tersier. 12

14 BAB III PENGIRIMAN, PENYIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN MAKANAN TAMBAHAN A. PENGIRIMAN MAKANAN TAMBAHAN Pengadaan MT oleh Direktorat Gizi Masyarakat tahun 2017 dilakukan untuk dikirim ke daerah (MT Balita dan MT Ibu Hamil) dan stock pusat (MT Balita, MT Ibu Hamil dan MT Anak Sekolah). Pengiriman MT ke daerah melalui pranko provinsi, dan disediakan dana sewa gudang dan distribusi sampai puskesmas melalui dana dekonsentrasi pembinaan gizi masyarakat tahun Pengadaan MT stok pusat untuk memenuhi kebutuhan permintaan dari daerah dalam rangka penanggulangan kekurangan gizi, mengantisipasi kedaruratan gizi di daerah rawan bencana seperti bencana asap, gunung meletus, banjir dan bencana lainnya serta sebagai bahan kontak bantuan Kementerian Kesehatan untuk kunjungan Pejabat Negara. Dalam rangka penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi pada lingkup pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) pemberian MT merupakan upaya yang dapat dilakukan sejalan dengan kegiatan germas lainnya. Mekanisme Pengiriman MT Balita dan MT Ibu Hamil dari Pusat ke Provinsi (pranko Provinsi) sebagai berikut : 1. Sebelum dilakukan pengiriman ke daerah, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan MT di gudang produsen/penyedia barang dan dibuatkan Berita Acara Penerimaan Barang (BAPT) oleh Panitia Penerima Barang di tingkat pusat. 2. Direktorat Gizi Masyarakat membuat surat pemberitahuan yang ditujukan kepada seluruh Kepala Dinas Kesehatan tentang rencana pengiriman MT sesuai alokasi yang sudah ditetapkan. 3. Produsen/penyedia barang memberitahukan tentang jumlah dan waktu pengiriman MT kepada Kepala Dinas Kesehatan/Petugas Pengelola MT Dinas Kesehatan Provinsi. 4. Produsen/penyedia barang mengirim MT ke gudang yang telah disiapkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi dalam jumlah sesuai dengan alokasi yang telah ditetapkan. 5. Apabila kapasitas gudang tidak mencukupi sesuai dengan alokasi pengiriman, maka dapat dilakukan penyesuaian jadwal dan jumlah 13

15 pengiriman MT berdasarkan kesepakatan bersama antara produsen/penyedia barang dengan Dinas Kesehatan Provinsi setempat. 6. Setelah MT diterima, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atau Petugas yang ditunjuk membuat dan menandatangani berita acara penerimaan barang sesuai jumlah, jenis, dan kualitas yang diterima. Berita Acara Penerimaan Barang yang asli diserahkan ke produsen/penyedia barang dan tembusan dikirim ke Direktorat Gizi Masyarakat. B. PENYIMPANAN MAKANAN TAMBAHAN Persyaratan tempat dan cara penyimpanan merupakan salah satu bagian penting dalam prosedur pengelolaan MT sehingga perlu dipersiapkan dengan baik agar kualitas MT dapat tetap terjaga sampai kepada sasaran. Adapun persyaratan gudang/tempat penyimpanan MT adalah sebagai berikut : 1. Di Gudang Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota a. Gudang penyimpanan harus selalu higienis, tidak berdebu dan bebas dari tikus, kecoa dan binatang pengerat lainnya; b. Ruang gudang tidak bocor dan lembab, ruangan mempunyai ventilasi dan pencahayaan yang baik; c. Bangunan dan pekarangan sekitar gudang harus selalu bersih, bebas kotoran dan sampah; d. Pintu gudang dapat dibuka dan ditutup dengan rapat pada saat keluar masuk makanan tambahan; e. Makanan tambahan diletakkan di alas/rak/palet yang kuat minimal 30 cm dari dinding; f. Penyusunan peletakan/penumpukan makanan tambahan sedemikian rupa sehingga barang tetap dalam kondisi baik. Batas maksimum tumpukan adalah 12 karton untuk MT Balita maupun MT Ibu Hamil. Contoh perhitungan luas gudang penyimpanan (lihat lampiran 14). g. Penyusunan karton makanan tambahan dalam gudang harus menggunakan alas/rak/palet dan dilarang menginjak tumpukan karton; h. Makanan tambahan yang masuk ke gudang lebih awal dikeluarkan terlebih dahulu (First In First Out = FIFO); i. Penyimpanan makanan tambahan tidak dicampur dengan bahan pangan lain dan bahan bukan pangan; j. Makanan tambahan yang rusak selama penyimpanan di gudang, diambil dan dipisahkan dari makanan tambahan yang masih baik; k. Makanan tambahan yang telah dinyatakan rusak perlu dibuatkan Berita Acara Penghapusan oleh Tim yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang/kepala Dinas Kesehatan setempat; l. Makanan tambahan dinyatakan rusak apabila kemasan berlubang, robek, pecah, kempes dan teksturnya berubah; m. Pada waktu melakukan bongkar muat makanan tambahan dilarang menggunakan ganco atau dibanting. 14

16 2. Di Puskesmas a. Tempat Penyimpanan harus selalu higienis, tidak berdebu dan bebas dari tikus, kecoa dan binatang pengerat lainnya; b. Tempat penyimpanan tidak bocor dan lembab ruangan mempunyai ventilasi dan pencahayaan yang baik; c. Makanan tambahan hendaknya tidak diletakkan langsung di lantai; d. Penyusunan/peletakan/penumpukan makanan tambahan sedemikian rupa sehingga barang tetap dalam kondisi baik. e. Makanan tambahan yang masuk ke tempat penyimpanan yang lebih awal dikeluarkan terlebih dahulu (First in First Out = FIFO); f. Penyimpanan makanan tambahan tidak dicampur dengan bahan pangan lain dan bahan bukan pangan; g. Makanan tambahan yang rusak selama penyimpanan, diambil dan dipisahkan dari makanan tambahan yang masih baik; h. Makanan tambahan yang telah dinyatakan rusak perlu dibuatkan Berita Acara Penghapusan oleh Kepala Puskesmas setempat; i. Makanan tambahan dinyatakan rusak apabila kemasan berlubang, robek, pecah, kempes dan teksturnya berubah. 3. Di tempat pendistribusian (Posyandu, Polindes, Sekolah atau tempat penyimpanan lainnya) a. Tempat penyimpanan MT harus selalu bersih, higienis. b. MT diletakkan diatas alas dan usahakan tidak menempel dinding. c. Atap tidak bocor mempunyai ventilasi dan pencahayaan yang baik serta tidak lembab. d. Tempat penyimpanan harus bebas dari tikus, kecoa, dan binatang pengerat lainnya. e. Penyimpanan MT tidak boleh dicampur dengan bahan berbahaya. f. MT biskuit dinyatakan rusak apabila bungkus berlubang, sobek, pecah, atau biskuit tidak renyah. 4. Di Rumah Tangga/Keluarga Makanan Tambahan yang diterima harus disimpan pada tempat yang kering, bersih dan tertutup agar terhindar dari bahan cemaran dan binatang pengganggu. C. PENDISTRIBUSIAN MAKANAN TAMBAHAN a. Makanan Tambahan Kirim ke Daerah 1. Dinas Kesehatan Provinsi bersama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat rencana distribusi MT ke masing-masing Puskesmas berdasarkan data sasaran di tiap Puskesmas. 15

17 2. Dinas Kesehatan Provinsi melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menginformasikan secara tertulis ke Puskesmas tentang jumlah dan waktu penerimaan MT yang akan didistribusikan ke masing-masing Puskesmas, agar Puskesmas mengetahui jumlah MT yang akan diterima dan mempersiapkan tempat penyimpanan yang memenuhi syarat. 3. Pada kondisi dimana tidak memungkinkan MT dikirim langsung dari Dinas Kesehatan Provinsi ke Puskesmas karena alasan tertentu misal keterbatasan tempat penyimpanan atau kondisi geografis yang sulit dijangkau, maka sebagai alternatif MT dari Dinkes Provinsi dapat dikirim ke puskesmas melalui Dinkes Kabupaten/Kota. 4. Setelah MT diterima di Puskesmas, petugas Puskesmas membuat tanda terima yang memuat jumlah dan jenis MT. Bukti penerimaan barang yang asli diserahkan ke pihak pengirim barang dan tembusan dikirim ke Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota. 5. Penanggungjawab gudang Puskesmas melakukan pencatatan dan pelaporan administrasi gudang, yaitu dengan membuat Surat Bukti Barang Masuk (SBBM), Surat Bukti Barang Keluar (SBBK), Kartu Persediaan Barang (KPB) 6. Puskesmas mengirim MT ke sasaran melalui Posyandu atau unit pelayanan kesehatan lainnya melalui Bidan di Desa (BDD) atau petugas yang ditunjuk/kader. 7. BDD atau petugas yang ditunjuk/kader mendistribusikan MT ke sasaran dan mencatat jumlah MT yang telah didistribusikan. BAGAN MEKANISME DISTRIBUSI MT Produsen/Penyedia MT Dirktorat Gizi Masyarakat Dinkes Propinsi Provinsi Dinkes Kabupaten/Kota Puskesmas SASARAN Keterangan : : : Koordinasi : Alternatif 16

18 Penjelasan Bagan MT Di dalam pendistribusian MT penyedia barang berkoordinasi dengan Direktorat Gizi Masyarakat. MT didistribsusikan oleh produsen ke gudang provinsi yang telah disiapkan Dinas Kesehatan Provinsi. Pada tahap selanjutnya, Dinas Kesehatan Provinsi akan mengirimkan MT ke Puskesmas, Alternatif pendistribusian MT dari Dinkes Provinsi ke Dinkes Kabupaten/Kota karena alasan tertentu. Puskesmas melalui BDD/petugas yang ditunjuk/kader mendistribusikan MT ke Posyandu atau tempat lain yang ditentukan, selanjutnya diberikan ke sasaran. Direktorat Gizi Masyarakat mengadakan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi. Demikian juga Dinas Kesehatan Propinsi berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam pemantauan dan evaluasi pendistribusian MT. Pencatatan MT dilakukan oleh penanggungjawab gudang dan diketahui pengelola program gizi. Frekuensi pencatatan disesuaikan dengan jadwal penerimaan dan pengeluaran atau distribusi MT. b. Makanan Tambahan Buffer Stock Mekanisme permintaan dan pendistribusian MT Buffer Stock adalah sebagai berikut : 1. Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota, Kementerian/Lembaga, Legislatif, Lintas program/lintas sektor, Organisasi Profesi, Organisasi Keagamaan, Organisasi Kemasyarakatan, Yayasan, LSM serta stakeholder dan lain-lain yang membutuhkan MT buffer stock membuat rencana permintaan sesuai kebutuhan untuk balita usia 6-59 bulan/anak sekolah SD/MI/Ibu hamil KEK di daerah rawan gizi/keadaan darurat/bencana. 2. Pihak yang membutuhkan MT buffer stock menyusun RAB (Rencana Anggaran Biaya) untuk biaya operasional, pergudangan dan pendistribusian MT buffer stock. 3. Selanjutnya pihak yang membutuhkan MT buffer stock mengirimkan surat permintaan ke Direktorat Gizi Masyarakat Ditjen Kesehatan Masyarakat. 4. Surat permintaan MT yang masuk akan ditelaah oleh Direktorat Gizi Masyarakat. Telaahan tersebut meliputi jumlah ketersediaan MT di pusat dan daerah, ketersediaan biaya pengiriman, lokasi yang akan dikirim serta jumlah dan kelompok sasaran yang akan diberikan. 5. MT buffer stock dapat diberikan setelah ditelaah secara teknis dan memenuhi persyaratan sebagai berikut : Surat permintaan MT buffer stock tersebut ditujukan kepada Direktur Gizi Masyarakat Kemenkes RI yang dilampiri dengan jumlah sasaran balita kurus (BB/PB/PB<-2 SD)/ anak SD/MI kurus (<-2SD)/ Ibu Hamil KEK. 17

19 Biaya pengiriman MT buffer stock dari pusat ke daerah dengan pranko gudang Provinsi/Kabupaten/Kota ditanggung oleh pusat, sedangkan biaya pengiriman ke sasaran dari Provinsi/Kabupaten/Kota ditanggung oleh masing-masing pihak pemohon. Pihak pemohon menyiapkan tempat penerimaan atau penyimpanan sementara (gudang) dan menyusun rencana distribusi (rensi) pendistribusiannya sampai ke sasaran. 6. Pengiriman MT buffer stock ke lokasi akan dilaksanakan setelah dinyatakan layak untuk diberikan dan akan dikirimkan ke lokasi dengan jumlah bantuan yang telah disetujui. 7. Dinas Kesehatan Kabupaten//Kota mendapatkan pemberitahuan berupa tembusan surat bahwa ada pengiriman MT kepada pihak pemohon dan dapat membantu memonitor pelaksanaannya pendistribusian MT kepada sasaran di tingkat lapangan. 18

20 BAB IV PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA SASARAN Pemberian Makanan Tambahan kepada sasaran perlu dilakukan secara benar sesuai aturan konsumsi yang dianjurkan. Pemberian makanan tambahan yang tidak tepat sasaran, tidak sesuai aturan konsumsi, akan menjadi tidak efektif dalam upaya pemulihan status gizi sasaran serta dapat menimbulkan permasalahan gizi. Makanan tambahan diberikan sebagai : a. Makanan Tambahan Penyuluhan adalah makanan tambahan yang diberikan untuk mencegah terjadinya masalah gizi. b. Makanan Tambahan Pemulihan adalah makanan tambahan yang diberikan untuk mengatasi terjadinya masalah gizi yang diberikan selama 90 hari makan Berikut standar pemberian makanan tambahan dalam bentuk biskuit untuk tiap kelompok sasaran A. Makanan Tambahan Balita a. Prinsip Dasar Pemberian : Prinsip Dasar Pemberian Makanan Tambahan Anak Balita adalah untuk memenuhi kecukupan gizi agar mencapai berat badan sesuai umur. b. Ketentuan Pemberian : 1. MT diberikan pada balita 6-59 bulan dengan kategori kurus yang memiliki status gizi berdasarkan indeks BB/PB atau BB/TB dibawah -2 Sd 2. Tiap bungkus MT Balita berisi 4 keping biskuit (40 gram) 3. Usia 6-11 bulan diberikan 8 keping (2 bungkus) per hari 4. Usia bulan diberikan 12 keping (3 bungkus) per hari 5. Pemantauan pertambahan berat badan dilakukan tiap bulan di Posyandu 6. Bila sudah mencapai status gizi baik, pemberian MT pemulihan pada Balita dihentikan. Selanjutnya mengonsumsi makanan keluarga gizi seimbang 7. Dilakukan pemantauan tiap bulan untuk mempertahankan status gizi baik 8. Biskuit dapat langsung dikonsumsi atau terlebih dahulu ditambah air matang dalam mangkok bersih sehingga dapat dikonsumsi dengan menggunakan sendok 9. Setiap pemberian MT harus dihabiskan B. Makanan Tambahan Anak Sekolah a. Prinsip Dasar Pemberian Pemberian makanan tambahan dilakukan untuk memenuhi kecukupan gizi anak usia sekolah dasar 19

21 b. Ketentuan Pemberian : 1. MT diberikan pada anak usia sekolah dasar dengan kategori kurus yaitu anak usia sekolah dasar yang memiliki status gizi berdasarkan indeks IMT/U dibawah -2 Sd, tidak rawat inap dan tidak rawat jalan 2. Tiap bungkus MT anak sekolah berisi 6 keping biskuit (36 gram) 3. Setiap anak SD/MI diberikan satu bungkus setiap kali pemberian 4. Bila sudah mencapai status gizi baik, pemberian MT Anak Sekolah pemulihan bisa dihentikan. Selanjutnya mengonsumsi makanan keluarga gizi seimbang 5. Dilakukan pemantauan pertambahan berat badan tiap bulan di sekolah 5. Setiap siswa SD/MI diwajibkan makan biskuit di sekolah bersama-sama pada jam istirahat sesuai jadwal yang ditetapkan oleh sekolah dan diawasi oleh guru kelas 6. Biskuit tersebut harus dimakan habis di sekolah dan tidak boleh dibawa pulang C. Makanan Tambahan Ibu Hamil KEK a. Prinsip Dasar Pemberian Pemberian makanan tambahan dilakukan untuk memenuhi kecukupan gizi ibu hamil. b. Ketentuan Pemberian : 1. MT diberikan pada ibu hamil KEK yaitu ibu hamil yang memiliki ukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) dibawah 23,5 cm 2. Pemberian MT pada ibu hamil terintegrasi dengan pelayanan Antenatal Care (ANC) 3. Tiap bungkus MT ibu hamil berisi 3 keping biskuit lapis (60 gram) 4. Pada kehamilan trimester I diberikan 2 keping per hari hingga ibu hamil tidak lagi berada dalam kategori Kurang Energi Kronis (KEK) sesuai dengan pemeriksaan Lingkar Lengan Atas (LiLA) 5. Pada kehamilan trimester II dan III diberikan 3 keping per hari hingga ibu hamil tidak lagi berada dalam kategori Kurang Energi Kronis (KEK) sesuai dengan pemeriksaan Lingkar Lengan Atas (LiLA) 6. Pemantauan pertambahan berat badan sesuai standar kenaikan berat badan ibu hamil. Apabila berat badan sudah sesuai standar kenaikan berat badan selanjutnya mengonsumsi makanan keluarga gizi seimbang. 20

22 BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI A. Pemantauan Pemantauan merupakan komponen penting dalam pengelolaan MT yang mencakup pemantauan dalam pelaksanaan penyimpanan di gudang dan distribusi MT sampai kepada sasaran. Kegiatan pemantauan dan evaluasi pemberian makanan tambahan dapat dilakukan melalui dua cara yaitu pemantauan langsung dengan menggunakan formulir pemantauan dan melalui penggunaan aplikasi eppgbm (elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat). 1. Pemantauan Dalam kegiatan pemantauan distribusi meliputi pemantauan sebagai berikut : Pemantauan penyimpanan dan pendistribusian MT di tingkat Provinsi Pemantauan penyimpanan dan pendistribusian MT di tingkat Kabupaten/Kota Pemantauan penyimpanan dan pendistribusian MT di tingkat Puskesmas Pemantauan pemanfaatan MT Pemantauan pemanfaatan MT Ibu Hamil Pemantauan pemanfaatan MT Anak Sekolah Laporan pelaksanaan pemantauan pengelolaan MT a. Pemantauan Penyimpanan dan pendistribusian MT di tingkat Provinsi Pemantauan dilaksanakan oleh petugas Pusat dan Provinsi dengan melakukan pengamatan terhadap: Kondisi fisik gudang meliputi : kapasitas gudang, ventilasi, kelembaban, kebersihan, lingkungan, atap bocor/tidak Cara penyimpanan meliputi : penggunaan palet, tata letak, bebas binatang pengganggu, tidak disatukan dengan bahan pangan dan nonpangan lainnya Catatan dan laporan administrasi gudang meliputi MT masuk, keluar, sisa dan jumlah MT yang rusak Rencana pendistribusian MT dari Provinsi ke Puskesmas/Dinkes Kabupaten/Kota (alokasi rencana pendistribusian dan pemberitahuan ke Puskesmas/Dinkes Kabupaten/Kota) Pelaksanaan pendistribusian (jumlah dan jenis MT yang telah didistribusikan, cara pendistribusian, dan jumlah yang rusak) Dalam melakukan pemantauan petugas menggunakan Lampiran 1 (Formulir Pemantauan Penyimpanan dan Pendistribusian MT di Tingkat Provinsi) 21

23 b. Pemantauan Penyimpanan dan pendistribusian MT di tingkat Kabupaten/Kota Pemantauan dilaksanakan oleh petugas Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan melakukan pengamatan terhadap: Kondisi fisik gudang meliputi: kapasitas gudang, ventilasi, kelembaban, kebersihan, lingkungan, atap bocor/tidak. Cara penyimpanan meliputi: penggunaan palet, tata letak, bebas binatang pengganggu, tidak disatukan dengan bahan pangan dan non-pangan lainnya. Catatan dan laporan administrasi gudang meliputi MT masuk, keluar, sisa dan jumlah MT yang rusak. Rencana pendistribusian MT dari Provinsi ke Puskesmas (alokasi rencana pendistribusian dan pemberitahuan ke Puskesmas). Pelaksanaan pendistribusian (jumlah dan jenis MT yang telah didistribusikan, cara pendistribusian, dan jumlah yang rusak). Dalam melakukan pemantauan petugas menggunakan Lampiran 2 (Formulir Pemantauan Penyimpanan dan Pendistribusian MT di Tingkat Kabupaten/Kota) c. Pemantauan Penyimpanan dan Pendistribusian MT di tingkat Puskesmas Pemantauan dilaksanakan oleh petugas Kabupaten/Kota dan Puskesmas, dengan melakukan pengamatan terhadap: Kondisi fisik gudang meliputi: kapasitas gedung, ventilasi, kelembaban, kebersihan, lingkungan, atap bocor/tidak Cara penyimpanan meliputi: penggunaan palet, tata letak, bebas binatang pengganggu, tidak disatukan dengan bahan pangan dan non-pangan lainnya Catatan dan laporan administrasi gudang meliputi MT masuk, keluar, sisa dan jumlah MT yang rusak Rencana pendistribusian MT dari Puskesmas ke sasaran (alokasi rencana pendistribusian dan pemberitahuan ke BDD/petugas yang ditunjuk/kader) Pelaksanaan pendistribusian (jumlah dan jenis MT yang telah didistribusikan, cara pendistribusian, dan jumlah yang rusak) Dalam melakukan pemantauan petugas menggunakan Lampiran 3 (Formulir Pemantauan Penyimpanan dan Pendistribusian MT di Tingkat Puskesmas) d. Pemantauan Pemanfaatan MT di tingkat Sasaran Pemantauan dilaksanakan oleh BDD/petugas yang ditunjuk/kader, dengan melakukan pengamatan terhadap: Cara penyimpanan (wadah, letak) Cara penyajian (besar porsi, daya terima) Persediaan MT 22

24 Keluhan sasaran terhadap MT Dalam melakukan pemantauan petugas menggunakan Lampiran 4 dan 5 (Formulir Pemantauan Pemanfaatan MT Balita dan Ibu Hamil) 2. Laporan Pemantauan MT Laporan hasil pemantauan distribusi MT yang mencakup data kualitatif dan kuantitatif dilakukan pada di setiap jenjang. MT (stok opname) dari tingkat Pusat sampai Puskesmas direkam dalam aplikasi Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-ppgbm) pada menu MT. Aplikasi ini juga dapat menghasilkan format BAST untuk keperluan administrasi. Formulir bantu manual stock opname seperti pada lampiran 9-11 Formulir BAST seperti pada lampiran Pemantauan Konsumsi Pencatatan dan pelaporan konsumsi MT juga dilakukan dalam bentuk elektronik melalui aplikasi e-ppgbm yang merupakan bagian dari sistem informasi gizi terpadu untuk mencatat data sasaran individu baik data penimbangan, pengukuran maupun pelayanan lainnya dan dapat diakses melalui http: //sigiziterpadu.gizi.kemkes.go.id. Aplikasi ini dapat memberikan umpan balik secara langsung berdasarkan status gizi sasaran. Menu entri Konsumsi MT, berguna untuk merekam jumlah dan jenis MT yang diterima serta menyajikan informasi berupa grafik perubahan berat badan. Pencatatan dan pelaporan dilakukan secara berjenjang sebagai berikut: a. Puskesmas - Puskesmas memberikan MT kepada balita kurus dan ibu hamil KEK kemudian dicatat ke dalam formulir pencatatan bantu di Puskesmas seperti pada lampiran Hasil pencatatan pada formulir bantu kemudian di entri kedalam aplikasi eppgbm agar dapat diamati perubahan pertumbuhan berat badan dan status gizinya b. Kabupaten/Kota dan Provinsi - Data sasaran balita dan ibu hamil penerima MT yang sudah dientri oleh puskesmas ke dalam aplikasi eppgbm dapat amati dan dianalisis oleh kabupaten/kota secara online melalui menu konsumsi PMT - Umpan balik dapat dilakukan setiap saat c. Provinsi - Data sasaran balita dan ibu hamil penerima MT yang sudah dientri oleh puskesmas ke dalam aplikasi eppgbm dapat amati dan dianalisis oleh provinsi online melalui menu konsumsi PMT - Umpan balik dapat dilakukan setiap saat secara berjenjang 23

25 d. Pusat - Data sasaran balita dan ibu hamil penerima MT yang sudah dientri oleh puskesmas ke dalam aplikasi eppgbm dapat amati dan dianalisis oleh pusat online melalui menu konsumsi PMT - Umpan balik dapat dilakukan setiap saat secara berjenjang B. Evaluasi Kegiatan evaluasi bertujuan untuk menilai hasil kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai tujuan yang diharapkan dan mengkaji masalah-masalah yang ada untuk perbaikan program selanjutnya. Evaluasi yang perlu dilakukan mencakup aspek kegiatan maupun hasil kegiatan untuk dapat menjawab apakah kegiatan pemberian MT telah berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan status gizi sasaran sesuai yang diharapkan. Kegiatan dilaksanakan secara berjenjang dengan mempertimbangkan ketersediaan sumberdaya yang ada di masing-masing tingkat administrasi. Hasil dari kegiatan evaluasi ini sebagai bahan perencanaan kegiatan pada pelaksanaan pemberian makanan tambahan pada tahun berikutnya. 24

26 BAB VII PENUTUP Pemberian makanan tambahan kepada kelompok rawan gizi pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan asupan gizi yang pada akhirnya dapat meningkatkan status gizi sasaran. Peran serta semua pihak sangat diharapkan dalam mendukung keberhasilan kegiatan pemberian MT kepada sasaran. Dalam kegiatan pemberian makanan tambahan disertai dengan kegiatan konseling dan pendidikan gizi masyarakat untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya gizi bagi kesehatan dan upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam rangka pencegahan dan penanggulangan masalah gizi yang terjadi di masyarakat sebagai bagian dari pembangunan sumberdaya manusia. Buku petunjuk teknis ini dapat menjadi panduan bagi petugas kesehatan maupun pihak terkait lainnya dalam melaksanakan kegiatan pemberian makanan tambahan agar mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien. 25

27 FORMULIR PEMANTAUAN PENDISTRIBUSIAN MAKANAN TAMABAHAN DI TINGKAT PROVINSI Lampiran 1 Propinsi :.. No. INFORMASI 1. Mengetahui jadwal penerimaan dari penyedia barang ke gudang provinsi 2. Ada gudang penyimpanan PMT, amati penyimpanan PMT di gudang - Kebersihan - Ventilasi - Kelembaban - Atap tidak bocor - Kapasitas - Cara penyimpanan - Tumpukan kardus - Palet - Penyimpanan terpisah dari bahan berbahaya - Penyimpanan yang rusak terpisah 3. Penerimaan PMTtepat waktu YA JAWABAN TIDAK KETERANGAN Lihat Surat Rencana Pengiriman dari penyedia barang ke Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atau cek apakah ada informasi lisan melalui telepon Amati gudang penyimpanan PMT Cocokkan dokumen SPB dengan BAPB 4. Jumlah yang diterima sesuai Surat Pengiriman Barang (SPB) Cocokkan dokumen SPB dengan BAPB 5. Jumlah dan jenis yang diterima sesuai dengan Surat Pengiriman Barang (SPB) 6. Ada catatan administrasi PMT - Masuk - Keluar - Sisa - Rusak 7. Apakah ada PMT dari sumber lain 8. Ada rencana distribusi PMT ke Puskesmas/Kab/Kota Cocokkan dokumen SPB dengan BAPB Cek catatan administrasi gudang APBD I/dan lain-lain Lihat catatan rencana distribusi 26

28 - Jumlah - Jenis - Waktu distribusi 9. Pelaksanaan distribusi PMT - Sesuai jumlah - Sesuai jenis - Sesuai waktu - PMT tahap ke berapa - Kalau tidak sesuai sebutkan alasannya 10. Pendistribusian PMT : - Dikirim oleh Petugas Provinsi/Perusahaan Jasa Pengiriman Barang PMT ke Puskesmas/Kab/Kota Lihat dokumen SBBK Lihat dokumen pengiriman PMT.20.. Petugas Pemantau Provinsi Pusat.. 27

29 FORMULIR PEMANTAUAN PENDISTRIBUSIAN MAKANAN TAMBAHAN DI TINGKAT KABUPATEN/KOTA Lampiran 2 Kabupaten Propinsi :.. :.. No. INFORMASI 1. Mengetahui jadwal penerimaan dari Dinkes Provinsi ke Dinkes Kabupaten/Kota 2. Ada gudang penyimpanan PMT, amati penyimpanan PMT di gudang - Kebersihan - Ventilasi - Kelembaban - Atap tidak bocor - Kapasitas - Cara penyimpanan - Tumpukan kardus - Palet - Penyimpanan terpisah dari bahan berbahaya - Penyimpanan yang rusak terpisah YA JAWABAN TIDAK KETERANGAN Lihat Surat Rencana Pengiriman dari Dinkes Provinsi ke Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau cek apakah ada informasi lisan melalui telepon Amati gudang penyimpanan PMT 3. Penerimaan PMT tepat waktu Cocokkan dokumen SPB dengan BAPB 4. Jumlah yang diterima sesuai Surat Pengiriman Barang (SPB) Cocokkan dokumen SPB dengan BAPB 5. Jumllah dan jenis yang diterima sesuai dengan Surat Pengiriman Barang (SPB) Cocokkan dokumen SPB dengan BAPB 6. Ada catatan administrasi PMT - Masuk Cek catatan administrasi gudang 28

30 - Keluar - Sisa - Rusak 7. Apakah ada PMT dari sumber lain 8. Ada rencana distribusi PMT ke Puskesmas - Jumlah - Jenis - Waktu distribusi 9. Pelaksanaan distribusi PMT - Sesuai jumlah - Sesuai jenis - Sesuai waktu - PMT tahap ke berapa - Kalau tidak sesuai sebutkan alasannya 10. Pendistribusian PMT : - Dikirim oleh Petugas Kabupaten/Kota /Perusahaan Jasa Pengiriman Barang APBDII/lain-lain Lihat catatan rencana distribusi PMT ke Puskesmas Lihat dokumen SBBK Lihat dokumen pengiriman PMT.20.. Petugas Pemantau Kabupaten/Kota Provinsi.. 29

31 FORMULIR PEMANTAUAN PENDISTRIBUSIAN MAKANAN TAMBAHAN DI TINGKAT PUSKESMAS Lampiran 3 Puskesmas Kabupaten Propinsi :. :. :. No. INFORMASI 1. Mengetahui jadwal penerimaan dari Dinkes Kabupaten/Kota 2. Ada gudang penyimpanan PMT, amati penyimpanan PMT di gudang - Kebersihan - Ventilasi - Kelembaban - Atap tidak bocor - Kapasitas - Cara penyimpanan - Tumpukan kardus - Palet - Penyimpanan terpisah dari bahan berbahaya - Penyimpanan yang rusak terpisah YA JAWABAN TIDAK KETERANGAN Lihat Surat Rencana Pengiriman dari Dinkes kabupaten/kota ke Kepala Puskesmas atau cek apakah ada informasi lisan melalui telepon Amati gudang penyimpanan PMT 3. Penerimaan PMTtepat waktu Cocokkan dokumen SPB dengan BAPB 4. Jumlah yang diterima sesuai Surat Pengiriman Barang (SPB) Cocokkan dokumen SPB dengan BAPB 5. Jumlah dan jenis yang diterima sesuai dengan Surat Pengiriman Barang (SPB) Cocokkan dokumen SPB dengan BAPB 6. Ada catatan administrasi PMT Cek catatan administrasi 30

32 - Masuk - Keluar - Sisa - Rusak 7. Apakah ada PMT dari sumber lain 8. Apakah ada data sasaran: - Balita 6-59 bulan - Bumil KEK gudang APBDII/lain-lain Cek data sasaran PMT di seluruh desa wilayah kerja Puskesmas 9. Apakah ada rencana kegiatan distribusi PMT Cek dokumen rencana distribusi PMT 10. Apakah sebelum pendistribusian PMT, ada pemberitahuan dari Puskesmas Cek arsip surat pemberitahuan distribusi PMT dari Puskesmas ke BDD/petugas yg ditunjuk/kader 11. Apakah pendistribusian PMT sesuai rencana - Jumlah - Jenis - Waktu distribusi Cek kesesuaian jumlah PMT yang dikirim dengan jumlah sasaran 12. Bagaimana cara pendistribusian PMT 13. Apakah ada PMT dari sumber lain yang didistribusikan : - Sumber - Nama produk - Jenis - Jumlah - Sasaran Jelas Jelas.20.. Petugas Pemantau Puskesmas Kabupaten/Kota.. 31

33 Lampiran 4 FORMULIR PEMANTAUAN PEMANFAATAN MAKANAN TAMBAHAN BALITA Provinsi : Nama Ibu : Kabupaten/Kota : Nama Anak : Kecamatan : Umur Anak :.. bln Puskesmas : Desa : Posyandu : NO PERTANYAAN JAWABAN 1. Apakah anak ibu mendapat PMT Jelas 2. Jenis PMT apa yang anak ibu terima Jelas 3. Sejak kapan anak ibu menerima PMT Jelas 4. Berapa jumlah PMT yang diterima Jelas 5. Dimana tempat penyimpanan PMT (wadah, letak) dan bagaimana cara penyimpanannya? Amati tempat penyimpanan dan cara penyimpanan 6. Siapa saja yang mengonsumsi PMT Jelas 7. Apakah ibu pernah mendapat penjelasan cara penyiapan PMT Sebutkan dari mana ibu mendapatkan penjelasan 8. Bagaimana ibu menyiapkan PMT Ibu mempraktekkan cara menyiapkan PMT, bagaimana besar porsinya 9. Berapa kali PMT diberikan dalam satu hari Sebutkan 10. Apakah anak ibu suka PMT yang diberikan? DInilai dari habis atau tidak habis dimakan 11. Bagaimana kesehatan anak ibu setelah mengonsumsi PMT? Menurut pendapat Ibu dan lihat KMS jika ada atau catatan lainnya 12. Apakah BB anak ibu bertambah setelah mengonsumsi PMT? 13. Apakah ada keluhan anak pada saat dan setelah mengonsumsi PMT? Kalau ada keluhan, apa keluhannya? Bagaimana cara mengatasinya? Menurut pendapat Ibu dan lihat KMS jika ada atau catatan lainnya Informasi diperoleh dari pendapat ibu misalnya: muntah, diare, sembelit, dll. Petugas Pemantau: BDD/Kader. Puskesmas.. 32

34 Lampiran 5 FORMULIR PEMANTAUAN PEMANFAATAN MAKANAN TAMBAHAN IBU HAMIL Provinsi : Nama Ibu : Kabupaten/Kota : Nama Suami : Kecamatan : Umur Ibu :.. thn Puskesmas : Desa : Posyandu : NO PERTANYAAN JAWABAN 1. Apakah ibu mendapat PMT Jelas 2. Jenis PMT apa yang ibu terima Jelas 3. Sejak kapan ibu menerima PMT Jelas 4. Berapa jumlah PMT yang ibu diterima Jelas 5. Dimana tempat penyimpanan PMT (wadah, letak) dan bagaimana cara penyimpanannya? Amati tempat penyimpanan dan cara penyimpanan 6. Siapa saja yang mengonsumsi PMT Jelas 7. Apakah ibu pernah mendapat penjelasan cara penyiapan PMT Sebutkan dari mana ibu mendapatkan penjelasan 8. Bagaimana ibu menyiapkan PMT Ibu mempraktekkan cara menyiapkan PMT, bagaimana besar porsi 9. Berapa kali ibu mengonsumsi PMT satu hari Sebutkan 10. Apakah ibu menyukai PMT yang diterima? DInilai dari habis atau tidak habis dimakan 11. Bagaimana kesehatan ibu setelah mengonsumsi PMT? Menurut pendapat atau catatan lainnya 12. Apakah BB Ibu bertambah setelah mengonsumsi PMT? Menurut pendapat Ibu dan lihat KMS jika ada atau catatan lainnya 13. Apakah ada keluhan ibu pada saat dan setelah mengonsumsi PMT? Kalau ada keluhan, apa keluhannya? Bagaimana cara mengatasinya? Informasi diperoleh dari pendapat ibu misalnya: muntah, diare, sembelit, dll. Petugas Pemantau: BDD/Kader. Puskesmas. 33

35 LAPORAN PEMANTAUAN PENDISTRIBUSIAN MAKANAN TAMBAHAN DI TINGKAT PROVINSI TAHUN. Lampiran 6 Provinsi : 1. Data Sasaran PMT a. Jumlah seluruh balita : anak b. Jumlah balita kurus :... anak (..%) c. Jumlah seluruh anak usia SD/MI :..anak d. Jumlah anak usia SD/MI kurus :..anak ( %) e. Jumlah seluruh Ibu Hamil :.orang f. Jumlah ibu hamil KEK : orang (...%) 2. Jumlah PMT Jumlah PMT Balita dan PMT Ibu Hamil berdasarkan data di Gudang/tempat penyimpanan PMT Balita - Jumlah PMT yang ada :..kg, seharusnya :.kg - Jumlah PMT yang rusak:...kg - Jumlah PMT yang hilang:....kg PMT Ibu Hamil - Jumlah PMT yang ada :..kg, seharusnya :.kg - Jumlah PMT yang rusak:...kg - Jumlah PMT yang hilang:...kg 3. Sarana dan Prasarana Penyimpanan PMT - Gudang/tempat penyimpanan PMT :.. memenuhi syarat/cukup memenuhi syarat/kurang memenuhi syarat *) - Sarana tempat penyimpanan PMT (palet, alat angkut, dll) : Baik/cukup baik/kurang baik *) 4. Prosedur Penerimaan PMT : Baik/cukup baik/kurang baik *) 5. Prosedur Penyimpanan PMT : Baik/cukup baik/kurang baik *) 6. Prosedur Pendistribusian PMT : Baik/cukup baik/kurang baik *) 7. Prosedur Pencatatan dan Pelaporan PMT : Baik/cukup baik/kurang baik *) 34

36 8. Masalah dan Hambatan dalam pengelolaan PMT : 9. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah dan hambatan yang ada : 10. Kesimpulan 11. Saran Pelapor Provinsi Pusat.. Keterangan : Sarana dan prasarana *) - Baik : jika > % memenuhi persyaratan - Cukup : jika > % memenuhi persyaratan - Kurang : jika 60 % memenuhi persyaratan Prosedur *) - Baik : jika > % sesuai prosedur - Cukup : jika > % sesuai prosedur - Kurang : jika 60 % sesuai prosedur 35

37 LAPORAN PEMANTAUAN PENDISTRIBUSIAN MAKANAN TAMBAHAN DI TINGKAT KABUPATEN/KOTA TAHUN. Kabupaten/Kota :... Provinsi : 12. Data Sasaran PMT g. Jumlah seluruh balita : anak h. Jumlah balita kurus :... anak (..%) i. Jumlah seluruh anak usia SD/MI :..anak j. Jumlah anak usia SD/MI kurus :..anak ( %) k. Jumlah seluruh Ibu Hamil :.orang l. Jumlah ibu hamil KEK : orang (...%) 13. Jumlah PMT Jumlah PMT Balita dan PMT Ibu Hamil berdasarkan data di Gudang/tempat penyimpanan PMT Balita - Jumlah PMT yang ada :..kg, seharusnya :.kg - Jumlah PMT yang rusak:...kg - Jumlah PMT yang hilang:....kg PMT Ibu Hamil - Jumlah PMT yang ada :..kg, seharusnya :.kg - Jumlah PMT yang rusak:...kg - Jumlah PMT yang hilang:...kg 14. Sarana dan Prasarana Penyimpanan PMT - Gudang/tempat penyimpanan PMT :.. memenuhi syarat/cukup memenuhi syarat/kurang memenuhi syarat *) - Sarana tempat penyimpanan PMT (palet, alat angkut, dll) :... Baik/cukup baik/kurang baik *) 15. Prosedur Penerimaan PMT : Baik/cukup baik/kurang baik *) 16. Prosedur Penyimpanan PMT : Baik/cukup baik/kurang baik *) 17. Prosedur Pendistribusian PMT : Baik/cukup baik/kurang baik *) Lampiran 7 36

38 18. Prosedur Pencatatan dan Pelaporan PMT : Baik/cukup baik/kurang baik *) 19. Masalah dan Hambatan dalam pengelolaan PMT : 20. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah dan hambatan yang ada : 21. Kesimpulan 22. Saran Pelapor Kabupaten/Kota Provinsi.. Keterangan : Sarana dan prasarana *) - Baik : jika > % memenuhi persyaratan - Cukup : jika > % memenuhi persyaratan - Kurang : jika 60 % memenuhi persyaratan Prosedur *) - Baik : jika > % sesuai prosedur - Cukup : jika > % sesuai prosedur - Kurang : jika 60 % sesuai prosedur 37

Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI

Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI 613 Ind p Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (balita-ibu hamil-anak

Lebih terperinci

kegiatan Direktorat Gizi Masyarakat. Berbagai hambatan dan kendala yang diidentifikasi, telah

kegiatan Direktorat Gizi Masyarakat. Berbagai hambatan dan kendala yang diidentifikasi, telah Pengantar D alam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019, meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak merupakan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional. Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk mencapainya, faktor

Lebih terperinci

Sumber: https://www.dropbox.com/s/dkbpm4ypy01l3yj/sop GIZI CEPER 2013.docx?dl=0

Sumber: https://www.dropbox.com/s/dkbpm4ypy01l3yj/sop GIZI CEPER 2013.docx?dl=0 PROGRAM GIZI 1.Tujuan Sebagai pedoman Petugas Gizi Puskesmas dalam pengolahan data bulanan dari desa untuk mendapat data yang valid, akurat dan tepat waktu. Pengelolaan data adalah kegiatan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI I. IDENTITAS LOKASI 1. Provinsi : Tulis nama dan kode provinsi dari Badan Pusat Statistik (BPS)

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI I. PENJELASAN UMUM Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang terdiri

Lebih terperinci

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Apa latarbelakang perlunya KADARZI? Apa itu KADARZI? Mengapa sasarannya keluarga? Beberapa contoh perilaku SADAR GIZI Mewujudkan keluarga cerdas dan mandiri Mengapa perlu

Lebih terperinci

Apa dan Mengapa Tentang

Apa dan Mengapa Tentang KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Apa dan Mengapa Tentang DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA DIREKTORAT BINA GIZI 2 0 1 3 Apa dan Mengapa Tentang 1 Cetakan Pertama Tahun 2012 Cetakan Kedua Tahun

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKAT DEPARTEMEN KESEHATAN R I TAHUN 2008 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

TANTANGAN PROGRAM GIZI DI INDONESIA. Doddy Izwardy Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan

TANTANGAN PROGRAM GIZI DI INDONESIA. Doddy Izwardy Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan TANTANGAN PROGRAM GIZI DI INDONESIA Doddy Izwardy Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan Mengapa Terjadi Kurang Gizi di Indonesia? Hanya 36% balita 6-23 bulan yang mengkonsumsi asupan makanan berkecukupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN SURVEILANS GIZI

PETUNJUK PELAKSANAAN SURVEILANS GIZI 613.2 Ind p KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PETUNJUK PELAKSANAAN SURVEILANS GIZI KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DIREKTORAT BINA GIZI JAKARTA

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia ISSN 2442-7659 InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI di Indonesia 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia Pembangunan kesehatan dalam periode tahun 2015-2019 difokuskan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH DINAS KESEHATAN Jalan Jend.Sudirman No.24 Telp SUNGAI PENUH Kode Pos : 37112

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH DINAS KESEHATAN Jalan Jend.Sudirman No.24 Telp SUNGAI PENUH Kode Pos : 37112 PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH DINAS KESEHATAN Jalan Jend.Sudirman No.24 Telp 0748.21052 SUNGAI PENUH Kode Pos : 37112 Organisasi Bidang Seksi Program KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) TAHUN ANGGARAN 2013 : Dinas

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI)

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) merupakan sasaran pembangunan milenium yang telah disepakati oleh 189 negara yang tergabung dalam PBB pada tahun 2000. Konsep pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu sangat mendambakan kesehatan karena hal itu merupakan modal utama dalam kehidupan, setiap orang pasti membutuhkan badan yang sehat, baik jasmani maupun

Lebih terperinci

Masalah Gizi di Indonesia dan Posisinya secara Global

Masalah Gizi di Indonesia dan Posisinya secara Global Masalah Gizi di Indonesia dan Posisinya secara Global Endang L. Achadi FKM UI Disampaikan pd Diseminasi Global Nutrition Report Dalam Rangka Peringatan Hari Gizi Nasional 2015 Diselenggarakan oleh Kementerian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan (growth) adalah hal yang berhubungan dengan perubahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan (growth) adalah hal yang berhubungan dengan perubahan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Pertumbuhan Anak Pertumbuhan (growth) adalah hal yang berhubungan dengan perubahan jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat di ukur

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Pengantar. pemerintah dan masyarakat pada umumnya, sekaligus

Pengantar. pemerintah dan masyarakat pada umumnya, sekaligus Pengantar D alam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019, meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak merupakan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional. Untuk

Lebih terperinci

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI. Hari Anak-Anak Balita 8 April SITUASI BALITA PENDEK

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI. Hari Anak-Anak Balita 8 April SITUASI BALITA PENDEK ISSN 2442-7659 InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI 13 12 11 10 9 8 7 Hari Anak-Anak Balita 8 April 6 5 4 3 SITUASI 2 BALITA PENDEK BALITA PENDEK Pembangunan kesehatan dalam periode

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PRODUK SUPLEMENTASI GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PRODUK SUPLEMENTASI GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PRODUK SUPLEMENTASI GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

b. Tujuan Khusus Meningkatkan cakupan hasil kegiatan Bulan Penimbangan Balita (BPB) di Puskesmas Losarang.

b. Tujuan Khusus Meningkatkan cakupan hasil kegiatan Bulan Penimbangan Balita (BPB) di Puskesmas Losarang. KERANGKA ACUAN KEGIATAN SWEEPING PELAKSANAAN BPB, PENIMBANGAN BULANAN DI POSYANDU DAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BAYI DAN BALITA UPT PUSKESMAS LOSARANG TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN Kegiatan Bulan Penimbangan

Lebih terperinci

Pemberian Makanan Tambahan dalam meningkatkan status gizi anak

Pemberian Makanan Tambahan dalam meningkatkan status gizi anak Pemberian Makanan Tambahan dalam meningkatkan status gizi anak Kajian teoritis dan implementatif M I N A R T O 27-08-2016 - Konsep/teori - Praktik/implementasi - Masalah dan solusi Pendekatan komprehensif

Lebih terperinci

Status Gizi. Sumber: Hasil PSG Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul tahun

Status Gizi. Sumber: Hasil PSG Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya perbaikan gizi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, serta dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Sasaran jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup makan, maka akan terjadi konsekuensi fungsional. Tiga konsekuensi yang

BAB I PENDAHULUAN. cukup makan, maka akan terjadi konsekuensi fungsional. Tiga konsekuensi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kebijaksanaan dan perencanaan pangan dan gizi harus mendapat tempat yang utama dalam mensejahterakan kehidupan bangsa. Sebab, apabila orang tidak cukup makan, maka

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS KAMPAR KIRI

KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS KAMPAR KIRI KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS KAMPAR KIRI 1 Pendahuluan 2 Latar Belakang 3 Tujuan a. Umum b. Khusus. 4 Kegiatan a. Pokok b. Rincian Kegiatan. 5 Cara melaksanakan kegiatan. 6 Sasaran 7 Jadwal pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 272 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN SERDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Indikatornya adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, yang dapat menikmati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Status gizi merupakan keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi atau jumlah makanan (zat gizi) yang dikonsumsi dengan jumlah

Lebih terperinci

REVITALISASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI MELALUI PGS DAN PSG

REVITALISASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI MELALUI PGS DAN PSG REVITALISASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI 2015 2019 MELALUI PGS DAN PSG ANUNG SUGIHANTONO Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA Kementerian Kesehatan RI Disampaikan pada: Workshop Cakupan Indikator Pembinaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR BUBUK TABUR GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR BUBUK TABUR GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR BUBUK TABUR GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi buruk mempunyai dimensi yang sangat luas, baik konsekuensinya terhadap penurunan kualitas sumber daya manusia maupun penyebabnya. Gizi buruk secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan memegang peran sangat penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini,

Lebih terperinci

GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN

GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN 2005-2014 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 83.3 85.0 82.0 85.1 60.0 64.5 68.7 71.2 57.5 48.1 2005 2006 2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebababkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak balita adalah penerus masa depan kita, anak balita juga menentukan masa depan bangsa, anak balita sehat akan menjadikan anak balita yang cerdas. Anak balita salah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia.kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia yakni suatu kondisi dimana jumlah dan ukuran sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat mengganggu kapasitas darah

Lebih terperinci

Panduan Manajemen Pemberian

Panduan Manajemen Pemberian i Cetakan Pertama Tahun 2012 Cetakan Kedua Tahun 2013 Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI 615.328 Ind p Indonesia. Kementerian Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara nasional prevalensi balita gizi kurang dan buruk pada tahun 2010 adalah 17,9 % diantaranya 4,9% yang gizi buruk. Sedangkan target dari Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan manusia dimulai sejak di dalam kandungan ibu. Sehingga calon ibu perlu mempunyai kesehatan yang baik. Kesehatan dan gizi ibu hamil merupakan kondisi yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk hidup sehat. Visi ini dicapai dengan dukungan masyarakat dan pemerintah, oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI UPT PUSKESMAS CARINGIN TAHUN 2016

KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI UPT PUSKESMAS CARINGIN TAHUN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS KECAMATAN CARINGIN Jl. Kol. Bustomi No.47 Desa Caringin Kecamatan Caringin Telepon (0251) 8220966 Email: puskesmas.caringin@yahoo.com KERANGKA ACUAN

Lebih terperinci

KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI

KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI I. IDENTITAS LOKASI 1 Provinsi :. 1 2 Kabupaten/Kota :. 2 3 Kecamatan: :. 3 4 Desa/Kelurahan :. 4 5 Tipe Desa/Kelurahan : 1 = Perkotaan 2 = Perdesaan 5 6 mor Klaster :.

Lebih terperinci

2013, No

2013, No 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR BUBUK TABUR GIZI STANDAR BUBUK TABUR GIZI I. Pendahuluan a. Latar Belakang Masa balita merupakan masa yang

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM GIZI PUSKESMAS MANDIANGIN TAHUN 2017

KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM GIZI PUSKESMAS MANDIANGIN TAHUN 2017 KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM GIZI PUSKESMAS MANDIANGIN TAHUN 2017 1. PENDAHULUAN Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan,dimulai sejak dalam kandungan (janin),bayi,anak,dewasa dan usia lanjut.periode

Lebih terperinci

Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9 Jakarta. p f

Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9 Jakarta. p f Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9 Jakarta p. 021 5203883 f. 021 5210176 direktoratbinagizi@gmail.com www.gizi.depkes.go.id Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015 Direktorat Bina Gizi Ditjen Bina

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pekerja wanita usia subur (WUS) selama ini merupakan sumber daya manusia (SDM) yang utama di banyak industri, terutama industri pengolahan pangan yang pekerjaannya masih banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa kekurangan gizi, terutama pada usia dini akan berdampak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 747/Menkes/SK/VI/2007 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL KELUARGA SADAR GIZI DI DESA SIAGA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 747/Menkes/SK/VI/2007 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL KELUARGA SADAR GIZI DI DESA SIAGA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 747/Menkes/SK/VI/2007 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL KELUARGA SADAR GIZI DI DESA SIAGA DEPARTEMEN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia. Jumlah penderita kurang gizi di dunia mencapai 104 juta anak dan keadaan kurang gizi merupakan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Salah satu penentu kualitas sumber daya manusia adalah gizi seimbang. Kekurangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Salah satu penentu kualitas sumber daya manusia adalah gizi seimbang. Kekurangan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penentu kualitas sumber daya manusia adalah gizi seimbang. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Makanan yang diberikan sehari-hari harus mengandung zat gizi sesuai kebutuhan, sehingga menunjang pertumbuhan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PROGRAM PERBAIKAN GIZI MAKRO

PROGRAM PERBAIKAN GIZI MAKRO PROGRAM PERBAIKAN GIZI MAKRO RINGKASAN Keadaan gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan gizi untuk pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan serta aktifitas. Keadaan kurang gizi dapat terjadi dari

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia sampai saat ini masih mencakup 4 hal yaitu Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan salah satu kelompok usia yang memiliki tingkat kerentanan cukup tinggi disaat masa pertumbuhan dan pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian negara berkembang di dunia termasuk Indonesia menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian negara berkembang di dunia termasuk Indonesia menjadi salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian negara berkembang di dunia termasuk Indonesia menjadi salah satu negara yang belum memperlihatkan kemajuan signifikan dalam mencapai tujuan Milenium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indoensia mencapai 359 per jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indoensia mencapai 359 per jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) menjadi salah satu indikator dalam derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian dari membangun manusia seutuhnya yang diawali dengan pembinaan kesehatan anak mulai sejak dini. Pembinaan kesehatan anak sejak awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hasil analisis data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2005) menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan gizi kurang pada anak usia sekolah yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan Ibu dan Anak. Ibu dan Anak merupakan kelompok yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang bersangkutan. Hemoglobin merupakan protein berpigmen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id 23 A. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Jenis penelitian adalah quasi experimental dengan rancangan pretestposttest control group design" karena terdapat suatu kelompok diberi

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. a. Terjadi pengurangan proporsi anggaran APBD untuk kegiatan program gizi

BAB VII PENUTUP. a. Terjadi pengurangan proporsi anggaran APBD untuk kegiatan program gizi 1 BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Input a. Terjadi pengurangan proporsi anggaran APBD untuk kegiatan program gizi di Kota Bengkulu yaitu pada tahun 2013 sebesar Rp. 239.990.000,00 (proporsi 0,64%)

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

JUKNIS PELAKSANAAN KELAS GIZI TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

JUKNIS PELAKSANAAN KELAS GIZI TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN JUKNIS PELAKSANAAN KELAS GIZI TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurang energi protein (KEP) pada anak umur dibawah lima tahun (balita) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.438, 2017 KEMENKES. Penanggulangan Cacingan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN CACINGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 Bab VIII pasal 141 menyatakan bahwa upaya perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Status gizi merupakan gambaran keseimbangan antara kebutuhan tubuh akan zat gizi untuk pemeliharaan kehidupan, pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan fungsi normal

Lebih terperinci

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012 Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012 I. PENDAHULUAN A. PENGERTIAN 1. Posyandu adlh salah satu bentuk UKBM yg dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat 2010-2015 dilakukan pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Pemerintah memiliki

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KOTA PROBOLINGGO DENGAN

Lebih terperinci

PEMBERIAN MAKAN PADA KELOMPOK RENTAN DALAM SITUASI DARURAT

PEMBERIAN MAKAN PADA KELOMPOK RENTAN DALAM SITUASI DARURAT PEMBERIAN MAKAN PADA KELOMPOK RENTAN DALAM SITUASI DARURAT (yuniz) I. PENDAHULUAN Salah satu situasi kedaruratan yang sering menimbulkan banyak korban, adalah kejadian bencana, yang merupakan suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cerdas dan produktif. Indikatornya adalah manusia yang mampu hidup lebih lama

BAB 1 PENDAHULUAN. cerdas dan produktif. Indikatornya adalah manusia yang mampu hidup lebih lama BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan pembangunan suatu bangsa sangat bergantung pada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kepadatan penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat dalam hal kepadatan penduduk,

Lebih terperinci

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) I. Pendahuluan II. III. IV. Pangan dan Gizi Sebagai Investasi Pembangunan Analisis Situasi Pangan dan Gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Masyarakat (IPM). IPM terdiri dari tiga aspek yaitu pendidikan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Masyarakat (IPM). IPM terdiri dari tiga aspek yaitu pendidikan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan suatu bangsa dinilai dengan Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM). IPM terdiri dari tiga aspek yaitu pendidikan, ekonomi dan kesehatan.

Lebih terperinci

OLEH: DODIK BRIAWAN (KULIAH PEMBEKALAN KKP ILMU GIZI, BOGOR, 5 MEI 2012) KOMPETENSI KKP/Internship (AIPGI)

OLEH: DODIK BRIAWAN (KULIAH PEMBEKALAN KKP ILMU GIZI, BOGOR, 5 MEI 2012) KOMPETENSI KKP/Internship (AIPGI) OPTIMALISASI POSYANDU DAN POSBINDU DLM UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT OLEH: DODIK BRIAWAN (KULIAH PEMBEKALAN KKP ILMU GIZI, BOGOR, 5 MEI 2012) KOMPETENSI KKP/Internship (AIPGI) 1. Mengidentifikasi masalah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah gizi pada remaja dan dewasa yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi. Prevalensi anemia di

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan antropometri (berat badan, tinggi badan, atau ukuran tubuh lainnya) dari waktu ke waktu, tetapi lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam hal perkembangan otak dan pertumbuhan fisik yang baik. Untuk memperoleh

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam hal perkembangan otak dan pertumbuhan fisik yang baik. Untuk memperoleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat pertumbuhan yang terjadi sebelumnya pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan pangan. Banyak kasus kurang gizi disebabkan karena rendahnya pemahaman pola konsumsi yang sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam jumlah yang tepat dan berkualitas baik. lingkungan kotor sehingga mudah terinfeksi berbagai penyakit.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam jumlah yang tepat dan berkualitas baik. lingkungan kotor sehingga mudah terinfeksi berbagai penyakit. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balita merupakan kelompok usia dalam daur kehidupan yang mana pertumbuhannya tidak sepesat pada masa bayi, tetapi aktifitasnya banyak. Bermain dan selalu bermain

Lebih terperinci