*Department of Pediatric Surgery, Medical Faculty, Hasanuddin University,
|
|
- Widyawati Hartono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANORECTAL FUNCTION OF HIRSPHRUNG S PATIENTS AFTER DEFINITIVE SURGERY Muhammad Hidayat*, Farid Nurmantu*, Burhanuddin Bahar** *Department of Pediatric Surgery, Medical Faculty, Hasanuddin University, **Faculty of Public Health, Hasanuddin University. ABSTRACT Background: There are some methods of definitive surgery for Hirschsprung s disease. Complications of all surgery procedures of are almost the same, but each procedure has its special benefits. Objectives: To observe the anorectal function of Hisphrungs patients which have had definitive treatment at the Wahidin Sudirohusodo Hospital, Makassar. Method: All patients were observed by using Heikkinen score s for anorectal function during, soon after and 6 months after definitive surgery due to hirsprung disease. Results: From 28 cases we found 10 cases (35.7 %) that were normal:, 5 normal cases (41.7%) PSRHD. There were no cases of incontinance from patients with enterocolitis complications or loss of bodyweight after definitive treatment from the 28 patients. Conclusion: Definitive surgical treatment improved anorectal function. Keywords: hirschsprung, anorectal, surgery PENILAIAN FUNGSI ANOREKTAL PADA PENDERITA PENYAKIT HIRSPHRUNG S PASCA TINDAKAN BEDAH DEFINITIF Latar belakang: Terdapat beberapa metoda penatalaksanaan bedah definitif untuk kelainan Hirschsprung yang meskipun masing masing mempunyai keunggulan namun memberikan komplikasi yang hampir sama. Tujuan: Melakukan penilaian fungsi anorektal pada penderita Hirschsprung yang ditindaki dengan bedah definitif. Metode: Fungsi anorektal dinilai dengan Heikkinen segera dan setelah enam bulan pembedahan. Hasil: Dari 28 kasus yang diteliti diperoleh data tertinggi (normal) sebanyak 10 kasus ( 35,7%) dan 5 kasus (41,7%) normal pada tindakan PSRHD. Tidak ditemukan adanya inkontinensia, penurunan berat badan dan komplikasi pada semua kasus Kontinensia ditemukan bervariasi berdasarkan panjang kolon yang direseksi. Simpulan: Tindakan bedah definitif memberikan perbaikan terhadap fungsi anorektal. Kata kunci: hirschsprung, anorektal, bedah LATAR BELAKANG Hirschsprung Disease (HD) merupakan suatu kelainan bawaan berupa aganglionik usus, dengan gejala klinis berupa gangguan pasase usus fungsional1-4. Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh Herald Hirschsprung tahun 1886, dan belum diketahui secara 78 The Indonesian Journal of Medical Science Volume 2 No.2 April- pasti patofisiologi terjadinya penyakit ini hingga tahun 1938, dimana Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai pada kelainan ini disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal usus akibat defisiensi ganglion pada usus tersebut1-4. Sejak awal beberapa metoda penatalaksanaan bedah definitif untuk kelainan Hirschsprung ini telah pula diperkenalkan, mula-mula oleh Swenson dan Bill (1946) berupa prosedur rektosigmoidektomi, Duhamel (1956) berupa prosedur retrorektal, Soave (1966) berupa prosedur endorektal ekstramukosa serta Rehbein memperkenalkan tekhnik deep anterior resection. Secara umum diperoleh gambaran hasil penelitian bahwa ke-lima prosedur bedah definitif diatas memberikan komplikasi yang hampir sama, namun masing-masing prosedur memiliki keunggulan tersendiri dibanding dengan prosedur lainnya, tergantung keahlian dan pengalaman operator yang mengerjakannya2, 3, 5. Hingga saat ini, belum ada satupun parameter atau sistem penilaian fungsi anorektal yang diterima secara universal guna mengevaluasi tingkat keberhasilan tindakan bedah definitif3. Padahal keberhasilan mengembalikan fungsi anorektal tersebut ketingkat normal atau mendekati normal merupakan hakikat utama tujuan penatalaksanaan penyakit hirschsprung. Menurut H.A.Heij, parameter terbaik untuk menilai fungsi anorektal adalah kemampuan untuk menahan defekasi sehingga diperoleh tempat dan waktu yang tepat untuk defekasi6. Sedangkan sistem ing yang dibuat oleh Hekkinen,dkk (1997) yang memuat 7 kriteria dengan masingmasing kriteria memiliki antara 0 dan 2, merupakan sistem ing yang paling banyak diterima saat ini namun belum universal dipakai3. Kecipirit tidaklah sama dengan inkontinensia. Kartono mengusulkan pembagian inkontinensia atas: kecipirit, kontinensia kurang, inkontinensia dan obstipasi berulang. Kriteria tersebut bersifat subjektif dan bersifat non skala sehingga sulit dipergunakan dalam menilai keberhasilan operasi. Sedangkan Heikkinen mengusulkan 7 parameter objektif untuk menilai fungsi anorektal
2 dengan masing-masing memiliki (Tabel1). Dikatakan normal apabila 14, kontinensia baik apabila 10 13, kontinensia sedang jika antara 5 9, sedangkan inkontinensia apabila sama dengan atau kecil dari 43. Hingga saat ini belum pernah dilakukan penelitian fungsi anorektal penderita Hirschsprung pasca tindakan bedah definitif di kota Makassar. Oleh karena itu akan dilakukan pengamatan fungsi anorektal pada penderita Hirschsprung yang telah dilakukan tindakan bedah definitif di rumah sakit umum pusat Wahidin Sudirohusodo dan rumah sakit Jejaring yang ada di kota Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan bedah definitif terhadap penderita penyakit Hirschsprung di rumah sakit pendidikan kota Makassar melalui pengamatan fungsi anorektal. METODE Penelitian ini bersifat longitudinal dan dilaksanakan pada Sub-Bagian Bedah Anak RS. Wahidin Sudirohusodo dan jejaringnya di Kota Makassar serta melakukan kunjungan rumah penderita di Makassar dan sekitarnya. Populasi penelitian adalah semua penderita anak dengan HD. Jumlah populasi dihitung berdasarkan perkiraan lama masa Tabel 1. Skoring Untuk mengevaluasi Fungsi Anorektal No. Yang Diamati Skor 1. Frekensi buang air dalam 1 hari a. 1 2 kali 2 b. 3 5 kali 1 c. lebih dari 5 kali 0 2. Bentuk (konsistensi) tinja a. Padat 2 b. Lunak 1 c. Cair 0 3. Buang air besar tanpa disadari : a. Tidak pernah 2 b. Selalu, jika sedang stres 1 c. Selalu setiap waktu 0 4. Perasaan ingin buang air besar ( kebelet ) a. Ada 2 b. Terus menerus, meski feces sudah keluar 1 c. Tidak pernah ada 0 5. Lamanya kemampuan menahan perasaan ingin buang air besar sebelum mendapat tempat (WC) yang diinginkan : a. Beberapa menit 2 b. Beberapa detik 1 c. Tidak mampu sama sekali 0 6. Kemampuan mengenali/memisahkan bentuk tinja yang akan keluar (Apakah padat, cair atau gas ) : a. Mampu 2 b. Mampu kalau sedang buang air besar saja 1 c. Tidak mampu 0 7. Pemakaian obat-obatan untuk memperlancar buang air besar : a. Tidak perlu 2 b. Kadang-kadang 1 c. Selalu 0 80 The Indonesian Journal of Medical Science Volume 2 No.2 April- penelitian dan perkiraan jumlah rata-rata kasus perbulan. Berdasar data sebelumnya jumlah kasus sesuai adalah sebesar 5 kasus per bulan. Dengan masa penelitian 6 bulan, jumlah populasi diperkirakan sebesar 30 orang. Sampel penelitian dihitung dengan menggunakan tabel Izaac-Michael dan berdasarkan tabel tersebut didapatkan jumlah sampel sebesar 28 yang dipilih secara non random. Syarat Inklusi adalah semua penderita HD yang telah dan akan menjalani tindakan bedah definitif di RSWS dan jejaringnya, berusia sekurang-kurangnya 3 tahun saat mengikuti penelitian dan telah menjalani operasi definitif sekurangkurangnya 1 bulan dan berdomisili di kota Makassar dan sekitarnya. Pada penderita yang sempurna menjalani kohort 6 bulan dilakukan penelitian sepanjang rekam medik memberi informasi seperti yang ada pada alat ukur. Pasien tidak diikutkan kedalam penelitian jika terdapat komplikasi penyakit berat, menderita kelainan bedah lain dan hasil pemeriksaan patologi ditemukan tidak bebas aganglionik. Data dianalisis dengan uji sebelum - sesudah (Willcoxon signed rangk test) dan disajikan secara tabular. Kesetaraan antara beberapa kelompok data diuji dengan uji MANN-WHITNEY U atau uji lainnya yang sesuai. Digunakan α = 0,05 untuk tingkat kemaknaan. HASIL Selama kurun waktu telah dilakukan operasi bedah defenitif pada pasien HD sebanyak 28 kasus. Usia termuda yang kami teliti adalah 3 tahun dan usia tertua 13 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, 12 pasien adalah laki-laki dan 16 perempuan. Dari 28 kasus yang diteliti didapatkan hanya 6 kasus (21,4%) yang pengeluaran mekoniumnya <dari 24 jam setelah lahir. Selebihnya yakni sebesar 22 kasus (78,6%) > 24 jam setelah lahir. Namun tidak diperoleh data bagaimana mengenai dikeluarkan apakah mekonium spontan atau manual. Dari 28 kasus yang kami teliti 23 kasus (82,1%) dilakukan
3 kolostomi. Data komplikasi yang kami rangkum dalam penelitian ini adalah enterokolitis dan penurunan berat badan. Pasien yang mengalami enterokolitis adalah sebanyak 17 kasus (60,7 %). Kasus yang mengalami penurunan berat badan (hipothropis) adalah 21 kasus (75 %) dan hanya 7 kasus (25 %) yang euthropis. Berdasarkan panjang reseksi kolon, yang < 10 cm sebanyak 16 kasus (57,1%), panjang reseksi 10-20cm sebanyak 9 kasus ( 32,1%) dan panjang reseksi > 20 cm sebanyak 3 kasus (10,8 %) Tabel 2. Skor heikkinen berdasarkan jenis tindakan. Skor Heikkinen Jenis tindakan Swenson Swenson Soave Psrhd Normal (37.5) kontinensia baik (46.4) kontinensia sedang (17.9) Skor heikkinen berdasarkan jenis tindakan Berdasarkan jenis tindakan bedah defenitif yang dilakukan, tindakan Duhamel 8 kasus (36%), Soave 4 kasus (18%), Swenson 4 kasus (18 %), Rehbein tidak ada kasus ( 0 %) dan PSRHD 12 kasus ( 54%). Dari 28 kasus yang diteliti diperoleh data heikkinen normal sebanyak 10 kasus ( 35,7%) kontinensia baik, 13 kasus (46,4%) kontinensia sedang 5 kasus (17,9 %). Tabel 2 adalah Skor heikkinen berdasarkan jenis tindakan Berdasarkan jenis tindakan diperoleh p= 0,949 (tidak signifikan) artinya tidak ada perbedaan bermakna berdasarkan jenis tindakan defenitif yang dilakukan. Namun secara deskriptif diperoleh angka 5 kasus (41,7%) normal pada tindakan PSRHD sebagai hasil luaran tertinggi berdasarkan heikkinen. Dengan demikian tindakan PSRHD adalah yang terbaik dari semua tindakan yang dilakukan. Berikutnya adalah tindakan Duhamel 3 kasus (37,5 %), Menyusul Swenson dan soave masing masing 1 kasus (25 %). Skor heikkinen berdasarkan pengeluaran mekonium dan tindakan kolostomi Pada pengeluaran mekonium kurang dari 24 jam terdapat kontinensia sedang 16,70 % kasus, kontinensia baik 33,30 % kasus, normal 50 % kasus. Sedangkan pada pengeluaran mekonium lebih dari 24 jam kontinensia sedang 18,20 % kasus, kontinensia baik 50 % kasus, normal 31,80 % kasus. Untuk kasus yang dilakukan tindakan kolostomi ditemukan kontinensia sedang 17,40 % kasus, kontinensia baik 47,80 % kasus, normal 34,80 % kasus. Sedangkan yang tidak dilakukan tindakan kolostomi, kontinensia sedang 20 % kasus, kontinensia baik 40 % kasus, normal 40 % kasus. Tabel 3 adalah heikkinen berdasarkan pengeluaran mekonium Skor Heikkinen berdasarkan Komplikasi. Dalam penelitian ini data komplikasi yang kami nilai adalah enterokolitis dan penurunan berat badan. Kedua komplikasi tersebut tidak didapatkan adanya kasus inkontinensia setelah Tabel 3. Skor heikkinen berdasarkan Pengeluaran mekonium. Mekonium Kriteria Heikkinen Jenis tindakan Duhamel n=22 (%) (n=8) Swenson (n=4) soave (n= 4) Psrhd (n=9) > 24 jam Normal (31,8) kontinensia baik (50.0) kontinensia sedang (18,2) < 24 jam Normal (50.0) kontinensia baik (33,3) kontinensia sedang (16,7) 82 The Indonesian Journal of Medical Science Volume 2 No.2 April- Tabel 5. Skor heikkinen berdasarkan Komplikasi enterokolitis. dilakukan tindakan bedah definitif. Pada kasus kasus dengan komplikasi enterokolitis diperoleh hasil kontinensia sedang 29,40 % kasus, kontinensia baik 58,80 % kasus, normal 11,80 % kasus. Sedangkan yang tidak mengalami komplikasi enterokolitis, kontinensia sedang tidak ada kasus, kontinensia baik 27,3 % % kasus, normal 72,7 % kasus. Tabel 5 adalah Heikkinen berdasarkan komplikasi enterokolitis. Pada kasus kasus dengan komplikasi penurunan berat badan (hipothropis) diperoleh hasil kontinensia sedang 23,80 % kasus, kontinensia baik 42,90 % kasus, normal 33,30 % kasus. Sedangkan yang tidak mengalami komplikasi enterokolitis, kontinensia sedang tidak ada kasus, kontinensia baik 57,10 % kasus, normal 42,90 % kasus. Tabel 5 adalah Heikkinen berdasarkan Komplikasi enterokolitis. Tabel 6 adalah heikkinen berdasarkan panjang reseksi kolon. Hasil yang diperoleh berdasarkan panjang reseksi kolon yang dilakukan pada tindakan bedah defenitif adalah 10
4 cm atau kurang : kontinensia sedang 12,50 % kasus, kontinensia baik 43,80 % kasus, normal 43,80 % kasus, 10,1 20 cm: kontinensia sedang 12,5 % kasus, kontinensia baik 62,50 % kasus, normal 25 % kasus, > 20 cm : kontinensia sedang 50 % kasus, kontinensia baik 25 % kasus, normal 25 % kasus. Tabel 7 adalah heikkinen berdasarkan panjang reseksi kolon. Tabel 4. Skor heikkinen berdasarkan Tindakan kolostomi Kolostomi Kriteria Heikkinen Jenis tindakan Duhamel Swenson Soave Psrhd N(%) Ada Normal (34.8) Kontinensia baik (47.8) Kontinensia sedang (17.4) Tidak ada Normal (40.0) Kontinensia baik (40.0) Kontinensia sedang (20.0) Komplikasi enterokolitis Kriteria Heikkinen Jenis Tindakan Duhamel swenson soave psrhd Ada Tidak ada Normal (11.8) kontinensia baik (18.8) kontinensia sedang (29.4) Normal (27.70) kontinensia baik (27.30) PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada 28 kasus, dengan ratio laki-laki dengan perempuan adalah 4:3. Hal ini berbeda dengan temuan Swenson yang memperoleh ratio 4:1, sedangkan Kartono mendapati angka 3:1 dan Budi Irwan memperoleh 4,6:1 Menurut Bodian dan Carter, penyakit Hirschprung bersifat resesif autosomal dan diturunkan melalui kromosom sex 3, 6-8. Pengeluaran Mekonium Pertama. Pengeluaran mekonium pertama merupakan tanda khas dari penyakit Hirschsprung pada masa neonatal. Dalam penelitian ini diketahui lebih dari 78 % penderita Hirschsprung mengeluarkan mekonium pertamanya diatas 24 jam. Hal ini sedikit berbeda dengan yang diperoleh Swenson yang mendapatkan 94% penderita penyakit Hirschsprung mengeluarkan mekonium diatas 24 jam. Sherry dan Kramer juga mendapati angka yang sama, Budi Irwan mendapatkan angka 90 %, Hal ini menunjukkan mayoritas pasien dengan HD mengalami keterlambatan pengeluaran mekonium8,9. Menurut Swenson, keterlambatan pengeluaran mekonium adalah simptom kardinal dari suatu penyakit Hirschsprung. Manakala dijumpai neonati dengan gejala keterlambatan pengeluaran mekonium ini, maka harus dijajaki pemeriksaan lanjutan untuk menyingkirkan penyakit Hirschsprung. Jikalau tidak, maka bayi akan jatuh dalam obstipasi kronis, pemakaian suppositoria untuk mengeluarkan feces, dan akhirnya terjadi enterokolitis6,9. Komplikasi. Pada penelitian ini, dijumpai kejadian enterokolitis sebelum tindakan bedah definitif 17 kasus (61 %) dari 28 kasus, Menurut Swenson dan Bill, enterokolitis disebabkan oleh obstruksi usus mekanik yang parsial yang dapat terjadi baik sebelum maupun sesudah tindakan bedah. Sedangkan kejadian penurunan berat badan pada pasien HD sebelum dilakukan tindakan bedah definitif adalah 21 kasus (75 %) dari 28 kasus. Salah satu penyebab terjadinya penurunan berat badan disebabkan karena enterokolitis yang menyebabkan gangguan absorbsi makanan. Penilaian Skor Hekkinen Skoring yang dilakukan terhadap pasien HD dengan pengeluaran mekonium < 24 jam didapatkan angka 16,70 % mengalami kontinensia sedang, sedangkan pada pasien pasien dengan pengeluaran mekonium > 24 jam didapatkan angka 18, 20 %. Pada keduanya tidak ditemukan adanya inkontinesia antara pengeluaran mekoium < 24 jam dan > 24 jam dengan demikian dapat dikatakan pada penelitian ini pengeluaran mekonium tidak memberi pengaruh terhadap hasil pasca tindakan bedah defenitif. Pada tindakan kolostomi yang dilakukan sebelum tindakan definitif didapatkan hasil kontinensia sedang sebesar 17,40 % sedangkan pada kasus tanpa kolostomi didapatkan 20 % kasus. Dengan hasil ini menunjukkan pula bahwa tindakan kolostomi tidak mempengaruhi hasil tindakan bedah definitif. Komplikasi enterokolitis didapatkan kontinensia sedang 29,40 % sedangkan tanpa enterokolitis tidak didapatkan adanya kontinensia sedang. Sehingga dapat menjelaskan bahwa adanya enterokolitis dapat mempengaruhi tindakan bedah definitif yang dilakukan. Pada komplikasi penurunan berat badan (hipothropis) didapatkan hasil kontinensia 84 The Indonesian Journal of Medical Science Volume 2 No.2 April-
5 Tabel 7. Skor heikkinen berdasarkan Panjang Reseksi Kolon. Tabel 6. Skor heikkinen berdasarkan Komplikasi penurunan berat badan. sedang 23,80 % dibandingkan dengan pasien pasien dengan euthropis tidak di dapatkan adanya kontinensia sedang. Dengan demikian hal ini dapat pula menjelaskan bahwa adanya penurunan berat badan dapat mempengaruhi tindakan bedah defnitif yang dilakukan. Bila mengamati hasil yang di dapatkan pada panjang reseksi yang dilakukan terhadap penderita HD saat dilakukan operasi defenitif maka diperoleh hasil : Panjang reseksi < 10 cm atau sama kontinensia sedang 12,5 % sedangkan panjang reseksi > cm dan > 20 cm masing dengan angka 25 % Maka hal ini dapat menjelaskan bahwa semakin pendek reseksi yang dilakukan semakin baik fungsi anorektal pada pasien pasca tindakan bedah defenitif. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa tindakan bedah definitif yang dilakukan memberikan perbaikan terhadap fungsi anorektal. Lama Pengeluaran mekonium dan tindakan kolostomi tidak mempengaruhi fungsi anorektal terhadap tindakan bedah definitif yang dilakukan. Komplikasi enterokolitis dan penurunan berat badan memberi pengaruh fungsi anorektal terhadap tindakan bedah definitif yang dilakukan. Semakin pendek Komplikasi Kriteria Heikkinen Jenis tindak N (%) Duhamel Swenson Soave Psrhd Hipothropis Normal (33.3) kontinensia baik (42.9) kontinensia sedang (42.9) Euthropis Normal (42.9) kontinensia baik (57.1) Panjang Reseksi Kriteria Heikkinen Jenis tindak Duhamel Swenson Soave Psrhd <10 cm Normal (43.8%) kontinensia baik (43.8%) kontinensia sedang (12.5%) 10,1-20 cm Normal (25%) kontinensia baik (62.5%) kontinensia sedang (12.5%) > 20 cm normal (25%) kontinensia baik (50%) kontinensia sedang (25%) reseksi yang dilakukan pada tindakan bedah definitif semakin baik fungsi anorektal. Pemakaian sistem ing fungsi anorektal menurut Heikkinen menggunakan parameter yang mudah dinilai dan dimengerti serta bersifat kuantitatif (skala) sehingga dapat dipergunakan secara luas guna menilai fungsi spinkter ani. Untuk mendapatkan hasil yang lebih memuaskan dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak. DAFTAR RUJUKAN 1. Nurmantu F. Aganglionosis kolon (penyakit Hirsphrung). Dalam: Kuliah bedah anak; EGC, Jakarta 1993; Kartono D. Penyakit Hirschsprung: Perbandingan prosedur Swenson dan Duhamel modifikasi. Disertasi. Pascasarjana FKUI Heikkinen M, Rintala R, Luukkonen. Longterm anal spincter performance after surgery for Hirschsprung s disease. J Pediatr Surg 1997; 32: Fonkalsrud. Hirschsprung s disease. In: Zinner MJ, Swhartz SI, Ellis H, e d i t o r s.ma in g o t sa b d omi n a l Operation. 10 th ed. New York: Prentice- Hall intl. inc; 1997: Teitelbaum DH, Caniano DA, Qualman SJ. The pathofisiology of Hirschsprung s associated enterocolitis: Importance of histologic correlates. J Pediatr Surg 1999; 34: Swenson O, Raffensperger JG. Hirschsprung s disease. In: Raffensperger JG,editor. Swenson s pediatric surgery. 5 th ed. Connecticut: Appleton & Lange; 1990: Klein MD, Phillipart. Hirschsprung s disease: Three decades experience at single institusion. J Pediatr Surg1995; 26: Irwan B.Pengamatan Fungsi anorektal Pasca Tindakan definitif, Makalah Akhir, PPDS bedah FK-USU Medan. 9. Swenson O. Hirschsprung s disease: A Review. J Pediatr 2002; 109: 914-8
BAB I. PENDAHULUAN. terhentinya migrasi kraniokaudal sel krista neuralis di daerah kolon distal pada
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Hirschsprung adalah suatu kelainan kongenital pada kolon yang ditandai dengan tiadanya sel ganglion parasimpatis pada pleksus submukosus Meissneri dan pleksus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Hirschsprung (HSCR) merupakan kelainan. kongenital yang terjadi pada sistem persarafan di usus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Hirschsprung (HSCR) merupakan kelainan kongenital yang terjadi pada sistem persarafan di usus yang ditunjukkan dengan tidak adanya ganglion pada plexus submukosus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meissner dan pleksus mienterikus Auerbach. Sembilan puluh persen kelainan ini
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Penyakit Hirschsprung adalah suatu kelainan kongenital pada kolon yang ditandai dengan tidak adanya sel ganglion parasimpatis pada pleksus submukosa Meissner
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Hirschsprung merupakan kelainan. perkembangan dari sistem saraf enterik dengan ciri-ciri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit merupakan kelainan perkembangan dari sistem saraf enterik dengan ciri-ciri tidak adanya sel-sel ganglion pada lapisan submukosa dan pleksus myenterikus. Penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Penyakit Hirschsprung merupakan kelainan bawaan berupa aganglionosis
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penyakit Hirschsprung merupakan kelainan bawaan berupa aganglionosis usus ditandai tidak adanya sel ganglion parasimpatis pada pleksus submukosa Meissner dan pleksus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Megacolon kongenital merupakan Penyakit bawaan sejak lahir,bagian tubuh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Megacolon kongenital merupakan Penyakit bawaan sejak lahir,bagian tubuh yang diserang adalah pada usus besar yang mengalami, usus besar atau kolon dalam anatomi adalah
Lebih terperinciTEKNIK OPERASI DUA TAHAP PADA KASUS PENYAKIT HIRSCHSPRUNG DIAGNOSIS TERLAMBAT DI RSUP SANGLAH: STUDI DESKRIPTIF TAHUN
TEKNIK OPERASI DUA TAHAP PADA KASUS PENYAKIT HIRSCHSPRUNG DIAGNOSIS TERLAMBAT DI RSUP SANGLAH: STUDI DESKRIPTIF TAHUN 2010-2012 Putu Dewi Octavia 1 dan I Made Darmajaya 2 1 Jurusan Pendidikan Dokter, Fakultas
Lebih terperinciANGKA KEBERHASILAN POSTEROSAGITTAL ANORECTOPLASTY
ANGKA KEBERHASILAN POSTEROSAGITTAL ANORECTOPLASTY (PSARP) YANG DINILAI DARI SKOR KLOTZ PADA PASIEN MALFORMASI ANOREKTAL DIBANGSAL BEDAH RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU PERIODE JANUARI 2009 DESEMBER 2014
Lebih terperinciGambaran Pasien Hirschprung Disease Pada Anak Usia 0-15 Bulan di RSUD Dr.Pirngadi Medan Pada Tahun
Gambaran Pasien Hirschprung Disease Pada Anak Usia 0-15 Bulan di RSUD Dr.Pirngadi Medan Pada Tahun 2008-2012 Oleh : MUHAMMAD NICO DARIYANTO 100100351 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Lebih terperinciPENELITIAN TUGAS AKHIR PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH DEPARTEMEN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENELITIAN TUGAS AKHIR PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH DEPARTEMEN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA HUBUNGAN ANTARA LAMA TIMBULNYA GEJALA KLINIS AWAL HINGGA TINDAKAN OPERASI
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. 10. Milla, P. J., Penyakit Hirschsprung dan Neuropati Lain. Dalam : Buku Pediatri Rudolph Volume 2. Edisi 20. EGC.
DAFTAR PUSTAKA 1. Alimul, A. A., 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Salemba Medika. 2. Central Intellegency Agency. 2012. Infant Mortality Rate. http:// world.bymap. org / InfantMortality.html. Diakses
Lebih terperinciANALISIS PELAYANAN BEDAH SEHARI DITINJAU DARI SISI HARAPAN DAN KEPUASAN PASIEN DI RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS
ANALISIS PELAYANAN BEDAH SEHARI DITINJAU DARI SISI HARAPAN DAN KEPUASAN PASIEN DI RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS Tesis S2 Program Studi MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Konsentrasi Administrasi Rumah
Lebih terperinciMAKALAH ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA ATRESIA ANI DAN ATRESIA REKTAL
MAKALAH ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA ATRESIA ANI DAN ATRESIA REKTAL Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kulia Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita Dosen : Yuliasti Eka Purwaningrum SST, MPH Disusun oleh :
Lebih terperinciMEGACOLON CONGENITAL RD-Collection2002
MEGACOLON CONGENITAL -----------------------------------------------------------------------------------------------------RD-Collection2002 Megacolon congenital adalah suatu kelainan bawaan berupa aganglionis
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HIRSCHSPRUNG DI RUMAH SAKIT PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
8 PROSIDING: Seminar Nasional dan Presentasi Hasil-Hasil Penelitian Pengabdian Masyarakat ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HIRSCHSPRUNG DI RUMAH SAKIT PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO Artathi Eka
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara-RSUP-HAM Medan
ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KOAGULOPATI DAN KADAR SERUM LAKTAT SEBAGAI INDIKATOR MORBIDITAS DAN MORTALITAS PADA KASUS MULTIPEL TRAUMA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN Eka Prasetia Wijaya 1, Chairiandi Siregar 2
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Serikat. American Hearth Association tahun 2013 melaporkan sekitar
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia dan penyebab paling sering kecacatan pada orang dewasa (Abubakar dan Isezuo, 2012). Stroke juga merupakan
Lebih terperinciKey words : Hirschsprung disease, characterictics of baby, RSUP H. Adam Malik Medan
KARAKTERISTIK BAYI YANG MENDERITA PENYAKIT HIRCSHSPRUNG DI RSUP H. ADAM MALIK KOTA MEDAN TAHUN 2010-2012 Siska Verawati 1, Sori Muda 2, Hiswani 2 1 Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM USU 2 Dosen Departemen
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian atresia ani selama hampir sebelas tahun ini didapatkan sampel / subyek penelitian sebesar 114 pasien, yaitu semua pasien atresia ani yang telah dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan tidak adanya sel ganglion parasimpatis pada myenteric dan submucosal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hirschsprung s disease merupakan penyakit motilitas usus kongenital yang ditandai dengan tidak adanya sel ganglion parasimpatis pada myenteric dan submucosal
Lebih terperinciPROPORSI PENGGUNAAN TEKNIK BEDAH DAN MORTALITAS PENYAKIT GASTROSCHISIS DI RSUP SANGLAH PADA TAHUN
PROPORSI PENGGUNAAN TEKNIK BEDAH DAN MORTALITAS PENYAKIT GASTROSCHISIS DI RSUP SANGLAH PADA TAHUN 2010 2012 Ratih Purnamasari Nukana 1 dan I Made Darmajaya 2 1 Jurusan Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: gigi impaksi, keadaan patologis, tindakan preventif, penatalaksanaan
ABSTRAK Impaksi gigi adalah gagalnya erupsi lengkap gigi pada posisi fungsional normal. Insidensi terjadinya impaksi gigi terjadi hampir pada seluruh ras di dunia. Gigi yang impaksi dapat menimbulkan masalah
Lebih terperinciABSTRAK. Billy Lesmana, 2009; Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr, M.Kes Pembimbing II : Fanny Rahardja, dr, M.Si
ABSTRAK Gambaran Leukosit dan Hitung Jenis pada Pasien Rawat Inap Demam Tifoid dengan Gall Culture Positif di RS Immanuel periode Januari 2007 Juni 2008 Billy Lesmana, 2009; Pembimbing I : Lisawati Sadeli,
Lebih terperinciKARAKTERISTIK BAYI YANG MENDERITA PENYAKIT HIRCSHSPRUNG DI RSUP H. ADAM MALIK KOTA MEDAN TAHUN SKRIPSI. Oleh : SISKA VERAWATI NIM.
KARAKTERISTIK BAYI YANG MENDERITA PENYAKIT HIRCSHSPRUNG DI RSUP H. ADAM MALIK KOTA MEDAN TAHUN 2010-2012 SKRIPSI Oleh : SISKA VERAWATI NIM. 091000106 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL TAHUN 2011
ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL TAHUN 2011 Rinaldy Alexander, 2014. Pembimbing : July Ivone, dr, MKK, MPd.Ked Prof. Dr dr. Susy Tjahjani, M.Kes Latar belakang
Lebih terperinciPENYAKIT HIRSCHSPRUNG
PENYAKIT HIRSCHSPRUNG Tujuan 1. Tujuan Instruksional Umum (TIU): - Peserta didik memahami dan mengerti tentang embriologi, anatomi, dan fisiologi saluran cerna; memahami dan mengerti patologi dan patogenesis
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN Di bangsal penyakit dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang periode 1-31 Januari 2012 JURNAL PENELITIAN
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU ROTINSULU BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2007
ABSTRAK PREVALENSI TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU ROTINSULU BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2007 Yanuarita Dwi Puspasari, 2009. Pembimbing I : July Ivone, dr., MS Pembimbing II : Caroline Tan Sardjono,
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011
ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011 Adelia, 2012, Pembimbing 1: Laella K.Liana, dr., Sp.PA., M.Kes Pembimbing 2: Hartini Tiono, dr.,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh Herald Hirschsprung pada tahun 1886, namun patofisiologi terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas hingga tahun 1938,
Lebih terperinciABSTRAK. Olivia, 2012; Pembimbing I : drg. Donny Pangemanan, SKM. Pembimbing II : dr. Laella K. Liana, Sp.PA., M.Kes.
vi ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT HEMORRHOID BERDASARKAN USIA, JENIS KELAMIN, STADIUM SERTA TIPE HISTOPATOLOGIS DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2010 DESEMBER 2010 Olivia, 2012; Pembimbing I
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI HIPERPLASIA PROSTAT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2004 DESEMBER 2006
ABSTRAK PREVALENSI HIPERPLASIA PROSTAT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2004 DESEMBER 2006 Mayasari Indrajaya, 2007. Pembimbing : Penny Setyawati M.,dr.,Sp.PK.,M.Kes. Benign Prostatic Hyperplasia
Lebih terperinciPERBEDAAN WAKTU TRANSPORTASI MUKOSILIAR HIDUNG PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIS SETELAH DILAKUKAN BEDAH SINUS ENDOSKOPIK FUNGSIONAL DENGAN ADJUVAN
PERBEDAAN WAKTU TRANSPORTASI MUKOSILIAR HIDUNG PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIS SETELAH DILAKUKAN BEDAH SINUS ENDOSKOPIK FUNGSIONAL DENGAN ADJUVAN TERAPI CUCI HIDUNG CAIRAN ISOTONIK NACL 0,9% DIBANDINGKAN
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ASSOCIATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOUR ABOUT RISK FACTOR OF CEREBROVASKULAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. serius bila tidak ditangani dengan baik. Menurut the North American
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Angka kematian bayi di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia) tahun 2010, angka kematian bayi di Indonesia
Lebih terperinci2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN
Modul 2 Bedah Anak POLIPEKTOMI REKTAL (No. ICOPIM: 5-482) 1. TUJUAN : 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi rektum dan isinya, menegakkan
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MULTIDRUG-RESISTANT TUBERCULOSIS DI RUMAH SAKIT PARU DR.H.A.ROTINSULU, BANDUNG TAHUN 2014
ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MULTIDRUG-RESISTANT TUBERCULOSIS DI RUMAH SAKIT PARU DR.H.A.ROTINSULU, BANDUNG TAHUN 2014 Ferdinand Dennis Kurniawan, 1210122 Pembimbing I : Dr.Jahja Teguh Widjaja, dr., SpP.,
Lebih terperinciABSTRAK ANALISIS KASUS PENDERITA PNEUMONIA DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2007
ABSTRAK ANALISIS KASUS PENDERITA PNEUMONIA DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2007 Fransisca Maya Angela, 2010; Pembimbing I Pembimbing II : J. Teguh Widjaja, dr., Sp P : Evi
Lebih terperinciPREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran
Lebih terperinciABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN KANKER PAYUDARA DAN PENANGANANNYA DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PERIODE JANUARI 2010 DESEMBER 2012
ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN KANKER PAYUDARA DAN PENANGANANNYA DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PERIODE JANUARI 2010 DESEMBER 2012 Fajri Lirauka, 2015. Pembimbing : dr. Laella Kinghua Liana, Sp.PA, M.Kes.
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Duodenum merupakan bagian yang paling sering terjadi obstruksi. Obstruksi duodenum
BAB I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Duodenum merupakan bagian yang paling sering terjadi obstruksi. Obstruksi duodenum kongenital secara etiologi diklasifikasikan menjadi 2 tipe antara lain obstruksi
Lebih terperinciHASIL KOLONOSKOPI PADA PASIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2012
1 HASIL KOLONOSKOPI PADA PASIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2012 Oleh : RAHMAT HIDAYAT 090100005 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciHUBUNGAN RIWAYAT PEMBERIAN SEFALOSPORIN DENGAN KEJADIAN KOMPLIKASI APPENDISITIS AKUT PADA ANAK AKIBAT KETERLAMBATAN APPENDEKTOMI
HUBUNGAN RIWAYAT PEMBERIAN SEFALOSPORIN DENGAN KEJADIAN KOMPLIKASI APPENDISITIS AKUT PADA ANAK AKIBAT KETERLAMBATAN APPENDEKTOMI Penelitian Karya Akhir Dalam Bidang Ilmu Bedah Oleh : Mujiran NIM S560903003
Lebih terperinciYusri Dianne Jurnalis, Yorva Sayoeti, Sari Dewi. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unand/RS. DR. M. Djamil
ARTIKEL PENELITIAN PROFIL GANGGUAN ELEKTROLIT DAN KESEIMBANGAN ASAM BASA PADA PASIEN DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI BERAT DI RUANG RAWAT INAP BAGIAN ANAK RS DR. M. DJAMIL PADANG Yusri Dianne Jurnalis, Yorva
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords : Accreditation, KARS, APK 3.2, APK, APK 3.3 Bibliography : 19 ( ) ABSTRAK
REVIEW PREPAREDNESS OF ACCREDITATION KARS 2012 BASE ON STANDARDS OF APK 3.2, APK 3.2.1, AND APK 3.3 IN PERMATA BUNDA HOSPITAL PURWODADI Siti Margiana *), Eti Rimawati**) *) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periode neonatus merupakan masa kritis kehidupan bayi. Empat juta bayi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode neonatus merupakan masa kritis kehidupan bayi. Empat juta bayi baru lahir meninggal setiap tahunnya dan lebih dari 98% kematian terjadi pada negara berkembang
Lebih terperinciFAKTOR RISIKO KEJADIAN HEMORRHOID PADA USIA TAHUN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
FAKTOR RISIKO KEJADIAN HEMORRHOID PADA USIA 21-30 TAHUN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa program strata-1 kedokteran umum BIFIRDA
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan anak khususnya sub bagian
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan anak khususnya sub bagian Gastroenterologi, nutrisi metabolik dan perinatologi. 4.2. Tempat dan waktu
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENYAKIT HERNIA INGUINALIS PADA ANAK DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE
KARAKTERISTIK PENYAKIT HERNIA INGUINALIS PADA ANAK DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE 2005 2015 OLEH : GOKULLSHAUTRI A/L SINALTHAN 130100417 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciPREVALENSI KOMPLIKASI TUBERKULOSIS PARU PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN Oleh: YUEN KOK FOONG
PREVALENSI KOMPLIKASI TUBERKULOSIS PARU PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2009 Oleh: YUEN KOK FOONG 070100248 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN DISTRIBUSI PENDERITA TONSILEKTOMI YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE TAHUN 2009
ABSTRAK GAMBARAN DISTRIBUSI PENDERITA TONSILEKTOMI YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE TAHUN 2009 Rikha, 2010 Pembimbing I : dr. Freddy Tumewu A., MS Pembimbing II : dr. Evi Yuniawati,
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2009
ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2009-31 DESEMBER 2009 Muhammad Randy, 2010 Pembimbing I : Sri Nadya J. Saanin, dr., M.Kes. Pembimbing II : DR. Felix Kasim,
Lebih terperinciABSTRAK. Pembimbing II : Triswaty Winata,dr,M.Kes.
ABSTRAK SKRINING INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) PADA KARYAWAN TAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA DENGAN URINALISIS RUTIN, DIPSTIK, DAN PEWARNAAN Sternheimer Malbin PERIODE 2008-2009 Budi
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Lebih terperinciPROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012
HUBUNGAN KELENGKAPAN PEMBERIAN INFORMED CONCENT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BANGSAL BEDAH RSUP DR. KARIADI SEMARANG (MEI - JUNI 2012) JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi
Lebih terperinciPROFIL PASIEN KONTRAKTUR YANG MENJALANI PERAWATAN LUKA BAKAR DI RSUD ARIFIN ACHMAD PERIODE JANUARI 2011 DESEMBER 2013
PROFIL PASIEN KONTRAKTUR YANG MENJALANI PERAWATAN LUKA BAKAR DI RSUD ARIFIN ACHMAD PERIODE JANUARI 2011 DESEMBER 2013 Rezky Darmawan Hatta Kuswan Ambar Pamungkas Dimas P. Nugraha rezkydeha@icloud.com ABSTRACK
Lebih terperinciPREVALENSI NEFROPATI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II YANG DIRAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI SUB BAGIAN ENDOKRINOLOGI PENYAKIT DALAM, RSUP H
PREVALENSI NEFROPATI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II YANG DIRAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI SUB BAGIAN ENDOKRINOLOGI PENYAKIT DALAM, RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2009 Oleh: LIEW KOK LEONG
Lebih terperinciModul 26 PENUTUPAN STOMA (TUTUP KOLOSTOMI / ILEOSTOMI) ( No. ICOPIM 5-465)
Modul 26 Bedah Digestif PENUTUPAN STOMA (TUTUP KOLOSTOMI / ILEOSTOMI) ( No. ICOPIM 5-465) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan Pembelajaran umum: Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013
ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013 Melianti Mairi, 2014. Pembimbing 1 : dr. Dani, M.Kes Pembimbing 2 : dr. Budi Widyarto, M.H Pneumonia
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
51 BAB V HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan hasil penelitian tentang pengaruh terapi air terhadap proses defekasi pasien konstipasi di RSU Sembiring Delitua Deli Serdang yang dilaksanakan pada 4 April-31
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JANUARI DESEMBER 2012
ABSTRAK PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 Albert Jonathan, 2013 Pembimbing 1 : Oeij Anindita Adhika, dr., M.kes Pembimbing 2 : Sri Utami Sugeng, Dra.,
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Konstipasi merupakan masalah yang cukup sering terjadi pada anak. Prevalensinya diperkirakan 0,3% sampai 8%. Menurut Van den Berg MM (dalam Jurnalis, 2013), prevalensi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Konstipasi Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18 Konstipasi secara umum didefinisikan sebagai gangguan defekasi yang ditandai
Lebih terperinciABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS
ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS Renaldi, 2013 Pembimbing I : dr. Fenny, Sp.PK., M.Kes Pembimbing II : dr. Indahwaty,
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013
i KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013 Oleh : YAATHAVI A/P PANDIARAJ 100100394 FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinci1 Kevin G. Pitojo 2 Adrian Tangkilisan 2 Alwin Monoarfa.
Pola trauma tumpul toraks non penetrans, penanganan, dan hasil akhir di Instalasi Rawat Darurat Bedah RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2014 Juni 2016 1 Kevin G. Pitojo 2 Adrian Tangkilisan
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI DAN GAMBARAN PASIEN KARSINOMA NASOFARING DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014
ABSTRAK PREVALENSI DAN GAMBARAN PASIEN KARSINOMA NASOFARING DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 Jennifer Christy Kurniawan, 1210134 Pembimbing I : Dr. Hana Ratnawati, dr., M.Kes.,
Lebih terperinciMETODE DIAGNOSIS PENYAKIT HIRSCPRUNG
METODE DIAGNOSIS PENYAKIT HIRSCPRUNG I Putu Trisnawan, I Made Darmajaya Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah ABSTRAK Penyakit hirschprung ( Megakolon Kongenital)
Lebih terperinciOleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Universitas Sumatera Utara
PREVALENSI PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS DENGAN RIWAYAT MEROKOK DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK (RSUP HAM) MEDAN PERIODE JANUARI 2009 DESEMBER 2009 Oleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH 070100443
Lebih terperinciOleh: Esti Widiasari S
HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN INJEKSI DEPOT-MEDROXYPROGESTERONE ACETATE (DMPA) DENGAN KADAR ESTRADIOL PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister
Lebih terperinciPOLA PENYAKIT KULIT NON-INFEKSI PADA ANAK DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE
POLA PENYAKIT KULIT NON-INFEKSI PADA ANAK DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE 2009-2011 1 Ananias Malak 2 Herry E. J. Pandaleke 2 Marlyn. G. Kapantow 1 Kandidat Skripsi
Lebih terperinciO L E H : D R. YO H A N E S S A N TO S A H.
C O N G E N I TA L M E G A C O LO N (HIRSCHSPRUNG S DISEASE) O L E H : D R. YO H A N E S S A N TO S A H. PEMBIMBING : DR. IGB ADRIA H A R I A S TAWA, S P. B A ( K ) TUJUAN TUJUAN UMUM Setelah menyelesaikan
Lebih terperinciRadiotherapy Reduced Salivary Flow Rate and Might Induced C. albicans Infection
ORIGINAL ARTICLE Radiotherapy Reduced Salivary Flow Rate and Might Induced C. albicans Infection Nadia Surjadi 1, Rahmi Amtha 2 1 Undergraduate Program, Faculty of Dentistry Trisakti University, Jakarta
Lebih terperinciEFEKT'V'TAS PENGGUNAAN CONSTRICTION DEVICES MACHO RING PADA PENDERITA D,SFUNGSI EREKS' PENELITIAN AKHIR PPDS UROLOGI
EFEKT'V'TAS PENGGUNAAN CONSTRICTION DEVICES MACHO RING PADA PENDERITA D,SFUNGSI EREKS' PENELITIAN AKHIR PPDS UROLOGI oleh SYAH MIRSYA WARLI No. CHS: 9113 I '" STAKAAN USU "'lu, -..,.=- ~o -ln5joo 116 rrr,--c-
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PENDERITA HEPATITIS B DI RUMAH SAKIT SANTO YUSUP BANDUNG TAHUN 2014
ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA HEPATITIS B DI RUMAH SAKIT SANTO YUSUP BANDUNG TAHUN 2014 Jeanatasia Kurnia Sari, 2015. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk.,mpd.ked dan Pembimbing II : Teresa Lucretia Maria
Lebih terperinciABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN
ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2007-2011 Eggi Erlangga, 2013. Pembimbing I : July Ivone, dr., M.KK., MPd.Ked. Pembimbing
Lebih terperinciHUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI
HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Sarjana Kedokteran Faris Budiyanto G0012074
Lebih terperinciPERBANDINGAN LAMA RAWAT INAP ANTARA PASIEN FRAKTUR TERBUKA GRADE III DALAM FASE GOLDEN PERIOD DENGAN OVER GOLDEN PERIOD SKRIPSI
PERBANDINGAN LAMA RAWAT INAP ANTARA PASIEN FRAKTUR TERBUKA GRADE III DALAM FASE GOLDEN PERIOD DENGAN OVER GOLDEN PERIOD SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran RIMA AGHNIA
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada balita rawat inap di RSUD Kab Bangka Tengah periode 2015 ini
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER : Triswaty Winata, dr., M.Kes.
ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2015 Annisa Nurhidayati, 2016, Pembimbing 1 Pembimbing 2 : July Ivone, dr.,mkk.,m.pd.ked. : Triswaty
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005
ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005 Ahmad Taqwin, 2007 Pembimbing I : Agustian L.K, dr., Sp.PD. Pembimbing
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi, mencapai 12,31/ (Japaries, 2013). dari pasien terdiagnosis pada late stage, sehingga penanganan sulit dilakukan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di seluruh Dunia insiden rata-rata kanker kolon pria adalah 16,6/ 100.000, wanita 14,7/100.000; insiden kanker rektum rata-rata pria adalah 11,9/100.000, wanita 7,7/100.000.
Lebih terperinciPOSISI DUDUK SAAT DEFEKASI DAN OBESITAS SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERHADAP KEJADIAN HEMORRHOIDDI BAGIAN BEDAH RS DR MOEWARDI SKRIPSI
POSISI DUDUK SAAT DEFEKASI DAN OBESITAS SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERHADAP KEJADIAN HEMORRHOIDDI BAGIAN BEDAH RS DR MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran DARA PUTRI
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT JANTUNG REMATIK PADA ANAK DI RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN TAHUN
KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT JANTUNG REMATIK PADA ANAK DI RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN TAHUN 2007-2009 Oleh : AZIZI BIN AZIZAN 070100390 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 KARAKTERISTIK
Lebih terperinciABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2010
ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2009 31 DESEMBER 2010 Stevanus, 2011; Pembimbing I : dr. Hartini Tiono, M.Kes. Pembimbing II : dr. Sri Nadya J Saanin,
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...
DAFTAR ISI Sampul Dalam... i Lembar Persetujuan... ii Penetapan Panitia Penguji... iii Kata Pengantar... iv Pernyataan Keaslian Penelitian... v Abstrak... vi Abstract...... vii Ringkasan.... viii Summary...
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN SKOR OHIP-14 PASIEN KANKER KEPALA DAN LEHER YANG MENDAPATKAN RADIOTERAPI DAN KEMOTERAPI DI RSUP SANGLAH TAHUN 2016
ABSTRAK GAMBARAN SKOR OHIP-14 PASIEN KANKER KEPALA DAN LEHER YANG MENDAPATKAN RADIOTERAPI DAN KEMOTERAPI DI RSUP SANGLAH TAHUN 2016 Kanker kepala dan leher adalah kanker tersering ke lima di dunia. Banyak
Lebih terperinciKata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Orang Tua, Balita, Zinc
ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TERHADAP PENGGUNAAN TABLET ZINC PADA BALITA PENDERITA DIARE DI PUSKESMAS S.PARMAN BANJARMASIN Chairunnisa 1 ; Noor Aisyah 2 ; Soraya 3 Diare merupakan salah satu masalah
Lebih terperinciABSTRAK TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP BANGSAL BEDAH RUANG KUTILANG DAN MAWAR DI RUMAH SAKIT X DI BANDAR LAMPUNG 2010
ABSTRAK TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP BANGSAL BEDAH RUANG KUTILANG DAN MAWAR DI RUMAH SAKIT X DI BANDAR LAMPUNG 2010 Samuel Marco Halomoan Pembimbing I: July Ivone, dr.,m.k.k., MPdKed Tingkat kepuasan
Lebih terperinciAplikasi Penelitian Epidemiologis di RS
Aplikasi Penelitian Epidemiologis di RS Deskripsi Sesi Tujuan Sesi Sesi ini membahas tentang penggunaan penelitian epidemiologi pada konteks pelayanan kesehatan di rumahsakit terutama dalam mengukur kejadian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penduduknya memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan serta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai dengan penduduknya
Lebih terperinciBAB 4 HASIL. Grafik 4.1. Frekuensi Pasien Berdasarkan Diagnosis. 20 Universitas Indonesia. Karakteristik pasien...,eylin, FK UI.
BAB 4 HASIL Dalam penelitian ini digunakan 782 kasus yang diperiksa secara histopatologi dan didiagnosis sebagai apendisitis, baik akut, akut perforasi, dan kronis pada Departemen Patologi Anatomi FKUI
Lebih terperinciAbstract ASSOCIATION OF ATRIAL FIBRILLATION AND ISCHEMIC STROKE ANALYSIS FROM RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
Abstract ASSOCIATION OF ATRIAL FIBRILLATION AND ISCHEMIC STROKE ANALYSIS FROM RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Arya Widyatama 1, Imam Rusdi 2, Abdul Gofir 2 1 Student of Medical Doctor, Faculty of Medicine,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) a. Pengertian MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan pada bayi atau anak yang berumur 6-24 bulan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Karla Kalua G0011124 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Lebih terperinciPERBANDINGAN RESPON HEMODINAMIK DAN TINGKAT KESADARAN PASCA PEMAKAIAN ISOFLURAN DAN SEVOFLURAN PADA OPERASI MAYOR DI DAERAH ABDOMEN SKRIPSI
PERBANDINGAN RESPON HEMODINAMIK DAN TINGKAT KESADARAN PASCA PEMAKAIAN ISOFLURAN DAN SEVOFLURAN PADA OPERASI MAYOR DI DAERAH ABDOMEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian eksperimental telah dilakukan pada penderita rinosinusitis
BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian eksperimental telah dilakukan pada penderita rinosinusitis kronik yang berobat di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL. Selama penelitian diambil sampel sebanyak 50 pasien
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENDERITA YANG MENJALANI BEDAH SINUS ENDOSKOPIK FUNGSIONAL (BSEF) DI DEPARTEMEN THT-KL RSUP. HAJI ADAM MALIK, MEDAN DARI PERIODE
KARAKTERISTIK PENDERITA YANG MENJALANI BEDAH SINUS ENDOSKOPIK FUNGSIONAL (BSEF) DI DEPARTEMEN THT-KL RSUP. HAJI ADAM MALIK, MEDAN DARI PERIODE 2008-2012 Oleh : ARCHANAA SAMANTHAN NIM: 100100201 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Angka kesakitan bayi menjadi indikator kedua
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1
Lebih terperinci