Birokrasi Pelik Jaminan si Sakit. fokus

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Birokrasi Pelik Jaminan si Sakit. fokus"

Transkripsi

1 9 Birokrasi Pelik Jaminan si Sakit EDITOR: YERMIA RIEZKY majalah@batampos.co.id Tepat 1 Januari 2014, program Jaminan Kesehatan Nasional yang dijalankan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial diluncurkan. Hingga Minggu ketiga banyak persoalan muncul dan harus dievaluasi. Masyarakat kebingungan. Rumah sakit terancam tekor dengan pemberlakuan tarif baru.

2 10 WARGA antre untuk pendafaran peserta BPJS Mandiri di Ruko Kara Junction, Batam Centre, Rabu (15/1). Sebuah ruko di Kompleks Kara Junction, Batam Centre, Batam boleh jadi merupakan salah satu lokasi tersibuk di Batam sejak tahun baru Ruko tiga lantai, dengan satu lantai basement itu selalu didatangi ratusan warga Batam. Sebuah tenda putih berukuran 5x5 meter dan dilengkapi penyejuk udara berdiri di depan pintu masuk ruko di lantai satu. Ratusan orang yang datang ke kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan itu membludak di dalam ruangan lantai satu dan di tenda depan ruko. Sebagian sibuk hilir mdik bertanya pada pengunjung lain, sebagian lagi duduk di tangga depan ruko untuk mengisi formulir. Ada juga yang begitu lelah untuk bergerak, memilih duduk saja. Kesibukan tersebut merupakan pemandangan yang tak asing di awal tahun ini. Ratusan warga datang untuk mengurus Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), produk jaminan kesehatan yang diadakan oleh BPJS Kesehatan. Produk ini yang nantinya akan menjamin biaya pengobatan masyarakat Indonesia yang mengalami sakit bahkan hingga harus rawat inap di rumah sakit. Animo masyarakat Peserta dengan mendaftar membayar premi sesuai dengan kelas yang diinginkan untuk rawat inap yakni sebesar Rp untuk layanan kelas III, Rp di kelas II, dan Rp untuk kelas I. sangat tinggi. Bagaimana tidak? JKN menjamin perawatan gratis. Begitulah jika ada produk yang layanan yang diberikan dengan embel-embel gratis. Terlebih persoalan biaya kesehatan menjadi momok bagi masyarakat, khususnya mereka yang masuk dalam golongan miskin dan rentan miskin, hingga muncul pemeo orang miskin dilarang sakit, karena tingginya biaya pengobatan. Dalam setiap kampanye pilkada atau pemilu, biaya pengobatan gratis kerap dilontarkan para calon pemimpin, meski banyak yang tidak terealisasi. Sejak 1 Januari 2014 pemerintah meluncurkan program Jaminan Kesehatan Nasional melalui BPJS Kesehatan. Badan publik ini merupakan transformasi dari PT Askes (persero) yang sebelumnya menangani asuransi kesehatan bagi pegawai negeri sipil. Program ini merupakan amanat Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang- Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Dalam aturan tersebut, jaminan sosial nasional akan dijalankan oleh dua penyelenggara, yakni BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Ketenagakerjaan merupakan transformasi dari PT Jamsostek (persero) yang akan menangani Jaminan

3 11 Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Kematian, dan Jaminan Pensiun. Lembaga ini mulai aktif pada 1 Januari Pemisahan ini membuat Jamsostek tak lagi mengurusi jaminan pemeliharaan kesehatan. Layanan itu dialihkan ke BPJS Kesehatan. Tercatat sebanyak 8,5 juta jiwa peserta Jamsostek yang akan otomatis terdaftar di BPJS Kesehatan. Peserta Jamsotek akan bergabung dengan 16,4 juta jiwa peserta Askes, pemegang kartu Jamkesmas (86,4 juta jiwa), dan anggota TNI dan Polri (2,5 juta jiwa) yang akan terdaftar secara otomatis menjadi peserta BPJS Kesehatan. Perubahan Askes dan Jamsostek dari perusahaan terbuka menjadi badan publik dijelaskan Kepala BPJS Kesehatan Cabang Batam, Fahrurozi, karena sifat programnya yang nirlaba. Tidak ada keuntungan yang dicari di sana, terang Fahrurozi saat ditemui di kantornya pada Rabu pekan lalu. Pria yang sebelumnya menjabat Kepala Cabang Batam PT Askes itu menyebutkan, di Batam terdapat sekitar 13 ribu peserta Askes Sosial, 230 ribu peserta Jamsostek, 181 ribu pemegang kartu Jamkesmas. Untuk anggota TNI dan Polri yang sebelumnya dijamin oleh ASABRI, dia belum bisa memastikan. Kami belum mendapatkan data pasti berapa anggota TNI dan Polri yang ada di Batam karena masih dalam pelimpahan, kata Fahrurozi. Di luar empat kelompok formal itu, terdapat pekerja informal yang tidak memiliki jaminan kesehatan. Mereka antara lain pedagang dan buruh tani yang tidak termasuk dalam daftar penerima Jamkesmas. Lainnya adalah pemegang Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang jumlahnya sampai 20 ribu orang. Regulasi BPJS mengakomodasi kelompok tersebut menjadi peserta BPJS Kesehatan. Caranya dengan mandaftar secara mandiri. Pendaftar mandiri inilah yang saban hari sejak tanggal 2 Januari 2014 memenuhi Kantor BPJS Kesehatan Cabang Batam. Setiap hari, ada saja orang yang harus meninggalkan kantor BPJS Kesehatan dengan wajah lesu dan perasaan kesal. Pasalnya, mereka tidak mendapat nomor antrian sehingga mereka tidak dapat di layani pada hari mereka datang. BAgAIMANA BISA MeNDAPATKAN NoMoR? Saya datang jam nomor sudah dibagikan, kata Zamroni, warga Sagulung. Pelayanan baru dibuka jam 08.00, jadi kalau dapat Kami belum mendapatkan data pasti berapa anggota TNI dan Polri yang ada di Batam karena masih dalam pelimpahan nomor besar, mending pulang dulu siang baru datang lagi, kata Zamroni yang bekerja sebagai pedagang itu. Zamroni merupakan satu dari ribuan warga Batam yang mengurus kepesertaan BPJS Kesehatan secara mandiri. Seperti masyarakat lain, ia berharap beban hidupnya berkurang dengan menjadi peserta BPJS Kesehatan. Biaya pengobatan sekarang terlalu tinggi, katanya. Saya pernah menjadi peserta Jamsostek, tapi setelah berhenti bekerja saya tidak punya jaminan kesehatan lagi, kata pria yang kini berusia 50-an tahun itu. Saat ditemui Batam Pos, tangannya sedang mengapit map biru yang berisi fotokopi KTP dan Kartu Keluarga. Dokumen-dokumen itu menjadi persyaratan mendaftar secara mandiri. Masyarakat seperti Zamroni dapat menjadi peserta dengan mendaftar membayar premi sesuai dengan kelas yang diinginkan untuk rawat inap yakni sebesar Rp untuk layanan kelas III, Rp di kelas II, dan Rp untuk kelas I. Tarif tersebut berlaku untuk satu orang dan dibayar per bulan. Jadi jika seorang kepala keluarga ingin memasukkan anggota keluarganya, maka besar premi yang dipilih dikalikan dengan jumlah keluarga. Setiap bulan premi itu dibayar melalui kantor pos atau setor tunai di Bank BRI, Mandiri, dan BNI. Fahrurozi mengaku terkejut dengan tingginya animo pendaftar mandiri. Setiap hari kantor BPJS Kesehatan dengan personel sebanyak 23 pegawai itu hanya bisa melayani 250 pemohon. Jumlah itu di luar pemohon di konter-konter yang ditempatkan di rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Kami hanya bisa membatasi seperti itu. Kalau tidak bisa sampai malam, kata Fahrurozi. Dengan kemampuan seperti itu, BPJS Kesehatan diperkirakan bakal kewalahan melayani pendaftar. Untuk pemegang SKTM saja jumlahnya mencapai 20 ribu. Hitungan kasarnya, untuk melayani pemegang SKTM saja membutuhkan waktu 80 hari. Belum termasuk melayani para pekerja informal dan mengurus validasi data eks peserta Jamsostek. Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam, Candra Rizal mengatakan, untuk saat ini pemegang SKTM belum otomatis terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan. Pemko masih menyusun peraturan untuk memasukkan pemegang SKTM sebagai penerima bantuan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Saat ini kelurahan sedang mendata kembali peme-

4 12 gang SKTM. Targetnya seluruh data terkumpul akhir bulan Januari 2014 sehingga kami bisa melanjutkan ke tingkat penetapan SKTM ke Jamkesda, terang Candra saat dihubungi Jumat minggu lalu. Untuk sementara pemegang SKTM mendaftar dan membayar iuran secara mandiri. Jika sudah masuk, Pemko yang akan membayar preminya, kata Candra. oleh pemerintah, JKN merupakan jaminan kesehatan yang melingkupi seluruh masyarakat (universal health coverage). Keanggotaan BPJS menjadi kewajiban bagi seluruh masyarakat Indonesia. Termasuk di dalamnya pekerja asing yang sudah bekerja dan menetap selama enam bulan di Indonesia. Direktur Utama BPJS Kesehatan, Fahmi Idris, dalam wawancaranya dengan Majalah Tempo mengatakan target peserta pada tahun 2014 mencapai 121,6 juta orang. Dia juga mengatakan, BPJS Kesehatan dapat menjamin pelayanan kesehatan sampai *** Layaknya program baru, tiga minggu pertama jadi masa percobaan yang penuh keluhan bagi BPJS Kesehatan. Keluhan paling banyak datang dari peserta Jamsostek dan pemegang SKTM. Dari pendaftaran hingga penggunaan kartu peserta BPJS Kesehatan jadi masalah. Jika peserta Askes dan Jamkesmas mendapat fasilitas migrasi langsung, peserta Jamsostek lebih ribet. Perusahaan peserta Jamsostek harus meregistrasi perusahaannya. Registrasi berlangsung di basement kantor BPJS. Sejak pelaksanaan, keluhan sudah banyak bermunculan dari perusahaan yang mengurus migrasi peserta Jamsostek ke BPJS Kesehatan. Perusahaan yang berada di pesisir seperti di kawasan Tanjunguncang dan Kabil mengeluh lokasi pengurusan yang terlalu jauh di Batam FOTO atas 1 sampai 3, warga peserta BPJS berobat di Puskesmas Baloi Permai, Jumat (17/1). Foto bawah, dr Eka Mayasari Pane (kiri) sedang periksa pasien peserta Jamkesmas di Puskesmas Baloi Permai, Jumat (17/1).

5 13 KARYAWAN BPJS Batam (kiri) sedang melayani pendafaran peserta BPJS Mandiri di Ruko Kara Junction, Batam Centre, Rabu (15/1). Centre. BPJS Kesehatan tidak memiliki kantor perwakilan di Batam, ini merepotkan perusahaan dari Tanjunguncang, kata Ridwan, pegawai bagian Sumberdaya Manusia salah satu perusahaan di Tanjunguncang. Ridwan juga menambahkan pegawai yang mengurusi migrasi itu minim. Yang melayani hanya dua padahal yang dilayani ratusan perusahaan, terang dia. Total, perusahaan peserta Jamsostek di Batam mencapai hampir 3 ribu perusahaan. Fahrurozi mengaku pegawai BPJS Kesehatan Batam masih kurang untuk proses yang berlangsung saat ini. Namun, ia memuji kinerja anggotanya. Kami sudah melayani 60 persen perusahaan peserta Jamsostek, kata dia. Sementara itu, ratusan ribu peserta Jamsostek juga merasa aneh harus melengkapi dokumen-dokumen registrasi. Yang banyak dilontarkan adalah proses seperti itu tidak efektif karena migrasi tidak bisa berlangsung otomatis seperti halnya Askes dan Jamkesmas. Soal itu, Fahrurozi menjelaskan, proses itu untuk memastikan peserta Jamsostek masih bekerja di perusahaan dia terdaftar sebelum migrasi. Pasalnya, proses keluar masuk pekerja terbilang tinggi di Batam. Di tingkat pengguna layanan, kebingungan tak bisa dihindarkan. Banyak peserta Jamsostek yang tidak lagi mendapat layanan seperti sebelum 1 Januari 2014 saat BPJS Kesehatan aktif. Ada fasilitas yang tak lagi digratiskan. Kepala Bagian Humas dan Pemasaran Rumah Sakit Budi Kemuliaan Donny Irawan mengaku sempat berdebat dengan seorang pasien peserta Jamsostek yang masa berlaku kartunya habis pada 31 Desember Saya terpaksa melakukan itu selain karena masa berlaku kartunya habis, kami juga tidak tahu apakah ia masih bekerja di sesuai dengan tempat yang tertulis di kartu. Bisa saja dia sudah pindah dari perusahaan itu atau bahkan menganggur, kata Donny. Penolakan dari rumah sakit membuat BPJS Kesehatan bersama Jamsostek perlu memberikan penegasan: Kartu Jamsostek berlaku selama tiga bulan masa pendaftaran BPJS Kesehatan. Fahrurozi bahkan meminta rumah sakit tetap melayani meski masa berlaku kartu Jamsostek pasien sudah habis. Mendengar penjelasan seperti itu saya meminta surat dari BPJS jika menghadapi kasus seperti itu, sehingga kami tahu bahwa BPJS akan menjamin pembayarannya, kata Donny. Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Kepri, dokter Widya Putri, MARS mengatakan memang masih banyak kendala di lapangan dalam minggu-minggu pertama pelaksanaan program BPJS Kesehatan. Itu kerap terjadi meski BPJS sendiri sudah melakukan sosialisasi ke pihak rumah sakit. Ini program baru dari pemeritah, jadi banyak kendala yang dihadapi. Tapi kami selalu mendorong rumah sakit untuk beradaptasi, kata Widya. Dokter yang juga Direktur Utama Rumah Sakit Awal Bros Batam ini mengaku kurangnya sosialisasi BPJS Kesehatan ke rumah sakit anggota. Di RSAB sendiri, BPJS Kesehatan baru melakukan sosialisasi sekali. Soal sosialisasi, Fahrurozi mengaku sudah melakukan berbagai sosialisasi baik dengan pegawai negeri sipil, perusahaan, dan rumah sakit. selama ini BPJS Kesehatan sudah menyosialisasikan JKN lewat media massa. Candra Rizal juga mengatakan sosialisasi di perangkat pemerintahan Kota Batam telah sampai tingkat kelurahan, dengan harapan kelurahan dapat meneruskan ke perangkat di bawahnya sampai ke masyarakat umum. Kebingungan di masyarakat mulai dari pendaftaran dan penggunaan menunjukkan sosialisasi belum berlangsung efektif. Apalagi menurut Fahrurozi, sosialisasi intens baru berlangsung pada bulan Desember tahun lalu. Masih banyak calon peserta BPJS Kesehatan mandiri belum tahu soal JKN atau lokasi pendaftarannya. Saya hanya Sejak pelaksanaan, keluhan sudah banyak bermunculan dari perusahaan yang mengurus migrasi peserta Jamsostek ke BPJS Kesehatan.

6 14 PASIEN peserta Jamkesmas di Puskesmas Baloi Permai, Jumat (17/1). dengar orang ngomong jaminan kesehatan, tapi belum tahu dimana urusnya, kata Fahrul, pedagang sate di Nagoya. Sosialisasi perangkat kelurahan dan lingkungan kurang. Tidak seperti saat e-ktp, sekarang RT di tempat kami tidak ada yang menyampaikan soal jaminan kesehatan, kata Sholeh, pedagang nasi uduk di Bida Asri 2, Batam. *** Program JKN yang diselenggarakan BPJS Kesehatan disambut dengan harapan segunung oleh masyarakat. Ini berarti beban biaya pengobatan tak lagi menjadi momok. Pemeo orang miskin dilarang sakit mulai bisa ditinggalkan. Bagi daerah, JKN juga memberikan manfaat yang besar. Anggota Komisi IV DPRD Kota Batam Ricky Indrakari menyebutkan daerah APBD Batam bisa dihemat hingga Rp 20 miliar dengan pelaksanaan JKN oleh BPJS Kesehatan. Jumlah itu diperoleh dari penghematan anggaran SKTM yang mencapai Rp 24 miliar per tahunnya. Uang 20 miliar itu bisa digunakan untuk memperbaiki fasilitas kesehatan maupun memberikan tambahan insentif bagi para dokter, kata dia pada 12 Januari Manfaat layanan ini memang besar. Di klinik atau puskesmas yang ditunjuk menjadi tempat pelayanan kesehatan tingkat pertama (PPK 1), pengobatan bisa dilayani secara gratis. Di Batam, ada 53 klinik dan puskesmas yang dapat dipilih oleh peserta BPJS Kesehatan sebagai PPK 1 mereka. Pemerintah telah menyediakan tarif kapitasi sebesar Rp Tp per peserta per bulan untuk puskesmas dan Rp Rp per peserta per bulan yang dibayarkan di depan setiap bulannya.jumlah itu akan dikalikan berapa banyak peserta yang terdaftar di sebuah PPK 1. Fahmi Idris mengatakan,tarif Kapitasi seharusnya dipandang sebagai alasan tiap klinik dan perangkatnya untuk meningkatkan kesadaran kesehatan pesertanya. Makin jarang peserta datang berobat, sedikit biaya yang dikeluarkan PPK 1. Ini berarti makin besar dana yang bisa dipakai untuk meningkatkan fasilitas klinik dan membayarkan insentif dokter. BPJS Kesehatan menetapkan 144 diagnosa penyakit yang harus ditangani dokter di PPK 1 tanpa harus memberikan rujukan ke rumah sakit. Peserta mendapat surat rujukan jika masalah kesehatannya kompleks, di luar 144 diagnosa yang dapat ditangani di PPK 1. Selain melayani pasien dengan rujukan, rumah sakit dapat menangani langsung pasien BPJS gawat darurat. Di sini muncul persoalan, kriteria gawat darurat masyarakat awam kebanyakan berbeda dengan dengan yang ditetapkan BPJS Kesehatan. Demam pada anak misalnya, baru bisa ditangani jika panasnya mencapai 40 derajat celcius, mengalami kejang, atau muntah profis selama enam hari berturut-turut. Padahal seorang ibu kalau anaknya sudah demam sedikit saja pasti mau dibawa ke gawat darurat rumah sakit, ujar Widya. Sebagai contoh, Rumah Sakit Awal Bros menyederhanakan kriteria gawat darurat yang umum terlihat. Kriteria itu adalah kecelakaan yang bukan kecelakaan kerja, serangan jantung, serangan asma berat dengan saturasi oksigen di bawah 95 persen. Kriteria lain kejang dan demam minimal 39 derajat celcius, pendarahan berat di atas 500 mililiter, diare dan muntah disertai tanda dehidrasi berat, penurunan kesadaran dan koma serta epilepsi, dan kolik renal atau kolik abdomen berat dengan nilai cas di atas enam. Pada intinya setiap keadaan emergency kami akan tangani. Tapi kalau di luar kriteria dan dibawa ke UgD, tidak bisa

7 15 menggunakan fasilitas BPJS, harus dengan biaya sendiri. Untuk menggunakan fasilitas BPJS harus kembali ke PPK 1, tambah Widya. Kendala rumah sakit tidak hanya soal kriteria gawat darurat. Penggunaan tarif INA-CBg s (Indonesian Care Based groups) ternyata memberatkan rumah sakit, khususnya swasta. Pola tarif ini merupakan sistem pengelompokan penyakit berdasarkan diagnosanya dan sumber daya pengobatannya. Di dalamnya terdapat beberapa komponen biaya seperti biaya kamar, penanganan dokter, dan obat. Tarif yang tertera di INa-CBg s berbentuk paket yang mencakup seluruh komponen biaya rumah sakit yang mengacu pada International classification of Disease (ICD) yang disusun Badan Kesehatan Dunia (WHo). Setiap penyakit memiliki kode dan tarif yang sudah masuk ke dalam sebuah sistem informasi. Misalnya dokter mendiagnosa pasien harus menjalani prosedur kandung kemih komplek ringan, maka untuk rumah sakit kategori B di Batam, plafon biaya rawat inapnya di kelas 1 mencapai 10,431 juta. Biaya itu meliputi seluruh penanganan sampai pasien keluar dari rumah sakit. Persoalannya, dari nilai Rp 10,4 juta itu harus dibagi sesuai dengan kualitas pelayanan tiap-tiap rumah sakit. gambarannya, meski berada dalam kategori yang sama kualitas pelayanan kelas 1 RSUD embung Fatimah, RS Awal Bross, RS Budi Kemuliaan, dan RSoB-BP Batam pasti memiliki perbedaan. Inilah yang menurut Donny rumah sakit harus pintar-pintar agar biaya operasional rumah sakit tidak jebol melewati plafon dalam tarif INA-CBg s. Widya mengaku INA-CBg s tidak menguntungkan rumah sakit swasta yang operasionalnya dari uang pasien atau asuransi. Tarif ini berat, terang Widya. Lebih banyak biaya operasional rumah sakit swasta melewati plafon INA-CBg s hingga persen di atas tarif yang ditetapkan, kata Widya. Masalahnya, masyarakat sering tidak mau tahu soal plafon itu. Fahrurozi mengatakan, kelebihan biaya tidak bisa dibebankan kepada pasien. Kecuali mereka yang juga membeli asuransi komersial lainnya. Sisa kelebihan itu bisa ditanggung oleh asuransi lain, ujar Fahrurozi. Widya mengaku tarif INA-CBg s lebih rendah ketimbang yang diberikan Jamsostek dan Askes. Contohnya operasi jantung dengan pemasangan cincin oleh Jamsostek ditanggung sampai Rp 80 juta, sedangkan tarif INA-CBg s hanya sekitar Rp 20 juta. Hal lain, tanggungan obat sebelum pelaksanaan JKN WARGA antre untuk pendafaran peserta BPJS Mandiri di Ruko Kara Junction, Batam Centre, Rabu (15/1).

8 16 SEORANG warga yang antre untuk pendaftaran peserta BPJS Mandiri tampak tertidur di ruang tunggu tenda kantor BPJS Batam di Ruko Kara Junction, Batam Centre, Rabu (15/1). bisa sampai 30 hari. Tarif CBg s hanya bisa untuk tujuh hari. Donny menambahkan, pada 2013 Jamsostek menggunakan tarif paket. Sementara tahun-tahun sebelumnya Jamsostek menggunakan metode membayaran fee for sevices yang membuat pembayarannya tergantung pada penanganan yang diberikan rumah sakit. Namun Donny mengaku persoalan sistem fee for services adalah para dokter dapat terjebak melakukan tindakan tidak etis dengan menambah memberikan tambahan obat agar pembayarannya semakin banyak. Barangkali ini yang dilihat pemerintah, maka dari itu dibuatlah sistem paket, terang Donny. Inilah yang kurang diketahui masyarakat bahwa BPJS sebenarnya memiliki plafon, bukan berarti dananya tak terbatas, kata Widya. Persoalan tari ini yang membuat belum semua rumah sakit di Batam bekerja sama. Rumah Sakit Santa elisabeth di Lubukbaja merupakan salah satu rumah sakit besar yang belum bekerja sama dengan BPJS. Sebelumnya rumah sakit in juga tidak melayani pasien Jamsostek, Jamkesmas, atau Askes. Batam Pos tidak dapat menemui pihak manajemen RS elisabeth saat mendatangi rumah sakit itu Kamis lalu. Pihak manajemen juga tidak ada di tempat saat Batam Pos menghubungi lewat telepon. Widya mengatakan, rumah sakit yang belum bekerja sama ingin melihat dulu perkembangannya sebelum memutuskan apakah akan ikut bekerja sama pada bulan ketiga perjalannya program JKN. Positifnya kami bekerja sama adalah kami tahu apakah tarif INA-CBg s itu menguntungkan atau membuat kami tekor. ini menjadi bahan evaluasi Persi untuk disampaikan pada Menteri Kesehatan, kata Widya BPJS Kesehatan bukannya diam terhadap keluhan rumah sakit. evaluasi program akan terus dilakukan. Persi dapat menyampaikan keluhan dan hasil perhitungan mereka ke Menteri Kesehatan. Masih terbuka ruang untuk penyesuaian, ungkap Fahrurozi. Namun yang jelas, tarif ini seperti ini mendorong rumah sakit berupaya merawat dan menyembuhkan pasien dengan cara yang efisien, dia menambahkan.***

9 17 Tarif Pelayanan Kesehatan BPJS di Regional 3 untuk Rumah Sakit Kelas B (RAWAT INAP) Tarif INA-CBG 2013 Regional 3 Rumah Sakit Kelas B Rawat Inap Deskripsi Kode INA-CBG Tarif Tarif Kelas Kelas 3 3 Tarif Kelas Kelas 2 2 Tarif Tarif Kelas Kelas 1 1 SEPTIKEMIA SEPTIKEMIA SEPTIKEMIA BERAT INFEKSI SESUDAH OPERASI & TRAUMA INFEKSI SESUDAH OPERASI & TRAUMA INFEKSI SESUDAH OPERASI & TRAUMA BERAT DEMAM DEMAM DEMAM BERAT INFEKSI NON BAKTERI INFEKSI NON BAKTERI INFEKSI NON BAKTERI BERAT PENYAKIT INFEKSI BAKTERI DAN PARASIT LAIN-LAIN PENYAKIT INFEKSI BAKTERI DAN PARASIT LAIN-LAIN PENYAKIT INFEKSI BAKTERI DAN PARASIT LAIN-LAIN BERAT INFEKSI HIV INFEKSI HIV INFEKSI HIV BERAT PROSEDUR PENCANGKOKAN HATI PROSEDUR PENCANGKOKAN HATI PROSEDUR PENCANGKOKAN HATI BERAT PROSEDUR HATI DAN PANKREAS PROSEDUR HATI DAN PANKREAS PROSEDUR HATI DAN PANKREAS BERAT PROSEDUR SALURAN EMPEDU KOMPLEK () PROSEDUR SALURAN EMPEDU KOMPLEK () PROSEDUR SALURAN EMPEDU KOMPLEK (BERAT) PROSEDUR CHOLESISTEKTOMI TANPA LAPAROSKOPIK PROSEDUR CHOLESISTEKTOMI TANPA LAPAROSKOPIK PROSEDUR CHOLESISTEKTOMI TANPA LAPAROSKOPIK BERAT PROSEDUR PANKREAS DAN HEPATOBILLIARI LAIN-LAIN () PROSEDUR PANKREAS DAN HEPATOBILLIARI LAIN-LAIN () PROSEDUR PANKREAS DAN HEPATOBILLIARI LAIN-LAIN (BERAT) PROSEDUR CHOLESISTEKTOMI DENGAN LAPAROSKOPIK PROSEDUR CHOLESISTEKTOMI DENGAN LAPAROSKOPIK PROSEDUR CHOLESISTEKTOMI DENGAN LAPAROSKOPIK BERAT SIROSIS DAN HEPATITIS ALKOHOLIK SIROSIS DAN HEPATITIS ALKOHOLIK SIROSIS DAN HEPATITIS ALKOHOLIK BERAT TUMOR SISTEM HEPATOBILLIARI DAN PANCREAS TUMOR SISTEM HEPATOBILLIARI DAN PANCREAS TUMOR SISTEM HEPATOBILLIARI DAN PANCREAS BERAT GANGGUAN PANKREAS SELAIN TUMOR () GANGGUAN PANKREAS SELAIN TUMOR () GANGGUAN PANKREAS SELAIN TUMOR (BERAT)

10 18 Tarif Pelayanan Kesehatan BPJS di Regional 3 untuk Rumah Sakit Kelas B (RAWAT INAP) Tarif INA-CBG 2013 Regional 3 Rumah Sakit Kelas B Rawat Inap Deskripsi Kode INA-CBG Tarif Kelas Kelas 3 3 Tarif Kelas 2 2 Tarif Tarif Kelas Kelas 1 1 GANGGUAN PERSARAFAN MATA GANGGUAN PERSARAFAN MATA GANGGUAN PERSARAFAN MATA BERAT GANGGUAN MATA LAIN-LAIN () GANGGUAN MATA LAIN-LAIN () GANGGUAN MATA LAIN-LAIN (BERAT) PROSEDUR TRANPLANTASI PARU ATAU/DAN JANTUNG PROSEDUR TRANPLANTASI PARU ATAU/DAN JANTUNG PROSEDUR TRANPLANTASI PARU ATAU/DAN JANTUNG BERAT PROSEDUR KATUP JANTUNG DENGAN KATETERISASI PROSEDUR KATUP JANTUNG DENGAN KATETERISASI PROSEDUR KATUP JANTUNG DENGAN KATETERISASI BERAT PROSEDUR OPERASI KARDIOTORASIK KOMPLEKS PADA JANTUNG ANOMALI PROSEDUR OPERASI KARDIOTORASIK KOMPLEKS PADA JANTUNG ANOMALI PROSEDUR OPERASI KARDIOTORASIK KOMPLEKS PADA JANTUNG ANOMALI BERAT PROSEDUR KATUP JANTUNG TANPA KATETERISASI JANTUNG PROSEDUR KATUP JANTUNG TANPA KATETERISASI JANTUNG PROSEDUR KATUP JANTUNG TANPA KATETERISASI JANTUNG BERAT PROSEDUR PEMBEDAHAN BYPASS PEMBULUH KORONER DENGAN KATETERISASI JANTUNG PROSEDUR PEMBEDAHAN BYPASS PEMBULUH KORONER DENGAN KATETERISASI JANTUNG PROSEDUR PEMBEDAHAN BYPASS PEMBULUH KORONER DENGAN KATETERISASI JANTUNG BERAT PROSEDUR KARDIOTORASIK LAIN PROSEDUR KARDIOTORASIK LAIN PROSEDUR KARDIOTORASIK LAIN BERAT PROSEDUR PEMBEDAHAN BYPASS PEMBULUH KORONER TANPA KATETERISASI JANTUNG PROSEDUR PEMBEDAHAN BYPASS PEMBULUH KORONER TANPA KATETERISASI JANTUNG PROSEDUR PEMBEDAHAN BYPASS PEMBULUH KORONER TANPA KATETERISASI JANTUNG BERAT PROSEDUR DEFIBRILATOR JANTUNG DAN PEMASANGAN SISTEM BANTUAN JANTUNG PROSEDUR DEFIBRILATOR JANTUNG DAN PEMASANGAN SISTEM BANTUAN JANTUNG PROSEDUR DEFIBRILATOR JANTUNG DAN PEMASANGAN SISTEM BANTUAN JANTUNG BERAT PROSEDUR PEMBULUH DARAH TORASIK KOMPLEKS PROSEDUR PEMBULUH DARAH TORASIK KOMPLEKS PROSEDUR PEMBULUH DARAH TORASIK KOMPLEKS BERAT PROSEDUR PEMBULUH DARAH ABDOMINAL KOMPLEK

11 19 Tarif Pelayanan Kesehatan BPJS di Regional 3 untuk Rumah Sakit Kelas B (RAWAT INAP) Tarif INA-CBG 2013 Regional 3 Rumah Sakit Kelas B Rawat Inap Deskripsi Kode INA-CBG Tarif Kelas Kelas 3 3 Tarif Kelas 2 2 Tarif Tarif Kelas Kelas 1 1 PROSEDUR SISTEM PERNAFASAN NON KOMPLEKS BERAT PROSEDUR SISTEM PERNAFASAN MODERAT KOMPLEKS PROSEDUR SISTEM PERNAFASAN MODERAT KOMPLEKS PROSEDUR SISTEM PERNAFASAN MODERAT KOMPLEKS BERAT KISTA FIBROSIS KISTA FIBROSIS KISTA FIBROSIS BERAT KEGAGALAN PERNAFASAN KEGAGALAN PERNAFASAN KEGAGALAN PERNAFASAN BERAT EMBOLI PARU EMBOLI PARU EMBOLI PARU BERAT TRAUMA DADA MAYOR TRAUMA TRAUMA DADA MAYOR TRAUMA TRAUMA DADA MAYOR TRAUMA BERAT TUMOR PARU TUMOR PARU TUMOR PARU BERAT PERADANGAN DAN INFEKSI PERNAFASAN PERADANGAN DAN INFEKSI PERNAFASAN PERADANGAN DAN INFEKSI PERNAFASAN BERAT SIMPLE PNEUMONIA & WHOOPING COUGH SIMPLE PNEUMONIA & WHOOPING COUGH SIMPLE PNEUMONIA & WHOOPING COUGH BERAT PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS BERAT ASTHMA & BRONKIOLITIS ASTHMA & BRONKIOLITIS ASTHMA & BRONKIOLITIS BERAT PENYAKIT PARU INTERSTITIAL PENYAKIT PARU INTERSTITIAL PENYAKIT PARU INTERSTITIAL BERAT PLEURAL EFUSI DAN PNEUMOTORAK PLEURAL EFUSI DAN PNEUMOTORAK PLEURAL EFUSI DAN PNEUMOTORAK BERAT GEJALA, TANDA DAN DIAGNOSIS SISTEM PERNAFASAN LAIN-LAIN () GEJALA, TANDA DAN DIAGNOSIS SISTEM PERNAFASAN LAIN-LAIN () GEJALA, TANDA DAN DIAGNOSIS SISTEM PERNAFASAN LAIN-LAIN (BERAT) PROSEDUR NON KOMPLEKS USUS HALUS & USUS BESAR () PROSEDUR NON KOMPLEKS USUS HALUS & USUS BESAR () PROSEDUR NON KOMPLEKS USUS HALUS & USUS BESAR (BERAT) PROSEDUR ADHESIOLISIS PERITONEAL PROSEDUR ADHESIOLISIS PERITONEAL PROSEDUR ADHESIOLISIS PERITONEAL BERAT PROSEDUR HERNIA TIDAK TERMASUK INGUINAL & FEMORAL () PROSEDUR HERNIA TIDAK TERMASUK INGUINAL & FEMORAL ()

12 20 Tarif Pelayanan Kesehatan BPJS di Regional 3 untuk Rumah Sakit Kelas B (RAWAT INAP) Tarif INA-CBG 2013 Regional 3 Rumah Sakit Kelas B Rawat Inap Deskripsi Kode INA-CBG Tarif Kelas Kelas 3 3 Tarif Kelas 2 2 Tarif Tarif Kelas Kelas 1 1 PROSEDUR HERNIA TIDAK TERMASUK INGUINAL & FEMORAL (BERAT) PROSEDUR APPENDIK PROSEDUR APPENDIK PROSEDUR APPENDIK BERAT PROSEDUR HERNIA INGUINAL DAN FEMORAL PROSEDUR HERNIA INGUINAL DAN FEMORAL PROSEDUR HERNIA INGUINAL DAN FEMORAL BERAT PROSEDUR INTESTINAL KOMPLEKS () PROSEDUR INTESTINAL KOMPLEKS () PROSEDUR INTESTINAL KOMPLEKS (BERAT) PROSEDUR DUODENUM, ESOFAGUS & LAMBUNG NON KOMPLEKS () PROSEDUR DUODENUM, ESOFAGUS & LAMBUNG NON KOMPLEKS () PROSEDUR DUODENUM, ESOFAGUS & LAMBUNG NON KOMPLEKS (BERAT) PROSEDUR SISTEM PENCERNAAN LAIN-LAIN () PROSEDUR SISTEM PENCERNAAN LAIN-LAIN () PROSEDUR SISTEM PENCERNAAN LAIN-LAIN (BERAT) PROSEDUR ANAL PROSEDUR ANAL PROSEDUR ANAL BERAT TUMOR PENCERNAAN TUMOR PENCERNAAN TUMOR PENCERNAAN BERAT GASTRITIS & ULKUS PEPTIKUM GASTRITIS & ULKUS PEPTIKUM GASTRITIS & ULKUS PEPTIKUM BERAT GANGGUAN ESOFAGUS GANGGUAN ESOFAGUS GANGGUAN ESOFAGUS BERAT DIVERTIKULITIS, DIVERTIKULOSIS DAN PENYAKIT PERADANGAN USUS BESAR () DIVERTIKULITIS, DIVERTIKULOSIS DAN PENYAKIT PERADANGAN USUS BESAR () DIVERTIKULITIS, DIVERTIKULOSIS DAN PENYAKIT PERADANGAN USUS BESAR (BERAT) INSUFISIENSI PEMBULUH DARAH GASTROINTESTINAL INSUFISIENSI PEMBULUH DARAH GASTROINTESTINAL INSUFISIENSI PEMBULUH DARAH GASTROINTESTINAL BERAT OBSTRUKSI SALURAN GASTROINTESTINAL OBSTRUKSI SALURAN GASTROINTESTINAL OBSTRUKSI SALURAN GASTROINTESTINAL BERAT INFEKSI-INFEKSI GASTROINTESTINAL INFEKSI-INFEKSI GASTROINTESTINAL INFEKSI-INFEKSI GASTROINTESTINAL BERAT NYERI ABDOMEN & GASTROENTERITIS LAIN-LAIN () NYERI ABDOMEN & GASTROENTERITIS LAIN-LAIN () NYERI ABDOMEN & GASTROENTERITIS LAIN-LAIN (BERAT)

13 21 W A W A N C A R A Fahrurozi Kepala BPJS Kesehatan Batam BPJS KESEHATAN LEBIH BAIK DIBANDING JAMSOSTEK F. Yusuf Hidayat/Batam Pos

14 22 W A W A N C A R A Sejak berlaku tanggal 1 Januari 2014 lalu, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dianggap sebagian kalangan, sangat merepotkan. Ambil contoh, peserta Jamsostek yang akan bermigrasi ke BPJS masih harus mendaftar ulang, seperti layaknya peserta baru. Selain itu, sosialisasi tentang layanan yang ditanggung BPJS juga terasa masih kurang. Banyak peserta Jamsostek yang tak lagi dilayani rumah sakit sejak 1 Januari. Apa dan bagaimana sebenarnya BPJS Kesehatan itu, Batam Pos mewawancarai Fahrurozi, Kepala BPJS Kesehatan Batam, pekan lalu. Berikut petikannya: BPJS ITU BADAN. PRoDUKNYA JKN. HINggA HARI Ke 15, BAgAIMANA PRoSeS PeNDAFTARAN WARgA DI BATAM? BPJS Kesehatan berlaku 1 Januari Pada tanggal itu, ada empat kelompok besar yang otomatis masuk BPJS, yaitu kelompok yang selama ini menjadi peserta Askes Sosial yakni PNS, pensiunan PNS termasuk dalam kelompok ini. Kelompok kedua adalah mereka yang berasal dari peserta Jamkesmas miskin dan kurang mampu. Di Batam ada sekitar jiwa. Itu sumber biaya dijamin oleh pemerintah melalui APBN. Kelompok ketiga adalah TNI Polri. Selama ini mereka kelola sendiri melalui ASABRI. Itu pun akan diserahkan di BPJS Kesehatan pada 1 Januari. Kelompok 4 adalah peserta Jamsostek. Khusus di Batam, kelompok itu sudah dilakukan semacam integrasi dan migrasi data secara nasional. Khusus untuk kelompok peserta lain atau kelompok peserta mandiri atau pekerja informal, itulah yang kita kategorikan sebagai pekerja mandiri. Mereka mampu membayar iuran sendiri. Mereka yang umumnya adalah pedagang, petani, yang mampu membayar secara mandiri. Itu per 1 Januari kami memberi mereka kesempatan untuk mendaftar. Untuk mendaftar ke kita cukup membawa KTP dan KK. Mereka juga memiliki premi yakni Rp per jiwa per bulan (III), Rp per jiwa per bulan (II), Rp per jiwa per bulan untuk kelas I. Setelah kita membuka pendaftaran animo masyarakat tinggi sekali. Kami bisa menerbitkan hingga 250 kartu JKN. Itu untuk mandiri saja. Mekanismenya mereka mendaftar ke kita dan mengisi daftar isian. Dari daftar itu kami buatkan nomor virtual account. Dengan nomor virtual account itu mereka membayar langsung iuran ke bank antara Mandiri, BNI, dan BRI. Kalau mereka selesai membayar, hari itu juga kita serahkan kartunya. Kartu ini saat mereka pegang bisa mereka pakai. Misalnya siang ini mereka bikin kartu ternyata malamnya mereka sakit sudah bisa dipakai. Biasanya di asuransi ada masa tunggu, kalau ini tidak ada masa tunggu. SeMUA PeRUSAHAAN WAJIB MeNDAFTARKAN KARYAWANNYA Ke BPJS? Sesuai Perpres 111, paling lambat 2015 perusahaan sudah harus mendaftar ke BPJS untuk kepegawaian. EDITOR: YERMIA RIEZKY majalah@batampos.co.id ITU PeRUSAHAAN YANg DI LUAR JAMSoSTeK? Iya, yang di luar Jamsostek dan punya asuransi sendiri. BPJS tidak bermaksud mematikan bisnis asuransi komersial lain. Silakan perusahaan memiliki asuransi perusahaan lain, tapi dia harus tetap menjadi anggota BPJS. Jadi kalau dia mau mencari asuransi lainnya, carilah yang benefitnya yang lebih besar dari BPJS sehingga saat mereka ingin menggunakan benefit dari asuransi itu, BPJS akan menang-

15 23 W A W A N C A R A gung dan menjamin terlebih dahulu. Sisanya akan ditanggung oleh asuransi. UNTUK DI BATAM, APA YANg JADI KeNDALA DALAM PeLAKSANAAN BPJS? Ini merupakan satu hal yang baru, kami melihat masih ada beberapa hal yang perlu dikelola. Misalnya kepesertaan dari Jamsostek. Sampai sekarang mereka masih bisa menggunakan kartu Jamsosteknya. BPJS-nya belum kita terbitkan, karena proses penyerahan data dari Jamsostek ke kita. Kendala lain, meski kami tidak bisa bilang kendala, adalah membludaknya jumlah pendaftar. Kami harus membatasi per harinya, kalau tidak bisa sampai semalam. Memang di luar dugaan juga karena animo masyarakat yang cukup tinggi. Sehari bisa mencapai 254. Kendala lain sekarang kita masih mendengar ada beberapa di RS yang menolak karena kerancuan atau keraguan dari RS karena kartu BPJS belum ada, namun kita sudah menginfokan ke rumah sakit agar dilayani terlebih dahulu. Itu eks Jamsostek, sampai terbit kartu BPJS-nya. Kami minta daftarnya itu untuk memvalidasi saja. Apakah memang daftar yang diberikan sudah semua pegawainya di Batam sudah dilampirkan. Kita hanya meregistrasi, mendaftar ulang. PeSeRTA JAMSoSTeK MeRASA RePoT KAReNA HARUS MeMASUKKAN DATA LAgI. KeNAPA BISA BegITU? Kami dari BPJS tentunya menerima data dari Jamsostek pada posisi terakhir di bulan Desember. Kami tahu mobilitas karyawan di perusahaan itu tinggi. Misalnya tiap hari bisa keluar masuk. Kami minta daftarnya itu untuk memvalidasi saja. Apakah memang daftar yang diberikan sudah semua pegawainya di Batam sudah dilampirkan. Kita hanya meregistrasi, mendaftar ulang. UNTUK ASKeS DAN JAMKeSMAS, APAKAH HAR- US MeLAKUKAN YANg SAMA? Kalau itu tidak perlu. Pada saat kartu selesai, kita akan cetak kartu secara nasional. dengan jumlah PNS sebanyak 16 juta jiwa. Jamkesmas itu ada 18,6 juta jiwa, dicetak secara nasional. Untuk Jamkesmas, nanti kita koordinasi dengan lurah dan dan Kadis Kesehatan untuk penyebarannya. Kemudian untuk PNS, kami akan mendistribusikan melalui instansinya masing-masing. BAgAIMANA SoSIALISASINYA? Sejak triwulan terakhir 2013 sudah kami lakukan. Yang pertama dengan peserta Askes kita terdahulu kami sampaikan bahwa akan ada pengalihan dari Askes ke BPJS. Kemudian bersama Dinas Kesehatan, pimpinan puskesmas, dengan lurah, camat, sudah beberapa kali kita lakukan. Dengan rumah sakit juga sudah. Dengan perusahaan atas bantuan Jamsostek sudah kami laksanakan. Kami juga sudah mengumpulkan HRD peserta KARTU BPJS.

16 24 DI RegIoNAL 3 (BATAM MASUK RegIoNAL 3), BISA DISeBUTKAN KeLAS-KeLAS RUMAH SAKIT- NYA? Kita tidak punya rumah sakit kelas A. Kelas C itu Hara W A W A N C A R A Jamsostek. PeSeRTA JAMSoSTeK BANYAK YANg KeCeLe. BANYAK MANFAAT YANg DULU DIDAPAT DI JAM- SoSTeK, SeKARANg TIDAK LAgI. SeBeNARNYA APA PeRBeDAAN LAYANAN ANTARA JAMSoSTeK DAN BPJS? Yang membedakan, dulu Jamsostek menggunakan tarif yang disebut fee for service. Pelayanan apapun dibayar. Sekarang pola pelayanan tarif yang kita gunakan menggunakan pola tarif INA-CBg s. Itu merupakan produk dari Kementerian Kesehatan, bukan BPJS yang buat. Yang disebut dengan pola tarif dimana dalam penentuan tarif ini, pendekatannya adalah pendekatan diagnosa. Ini memang sebagian rumah sakit yang menganggap tarif ini masih belum sesuai degan operasionalnya. Rumah sakit ada asosiasi yang disebut dengan Persi. Mungkin Persi inilah yang bisa mengevaluasi apakah pola tarif yang digunakan oleh BPJSmenjadi beban RS atau tidak. Kalau menjadi beban mereka bisa mengusulkan secara nasional perbaikan tarif dan sebagainya. Kita sebenarnya tidak berharap ada penurunan, justru kita ingin meningkatkan. Misalnya selama ini di Jamsostek mereka hanya berhak dirawat di kelas III, sekarang tidak lagi. Kita berikan mereka hak di kelas I dan II. APAKAH BPJS MASIH MeNANggUNg CUCI DARAH? Kalau butuh cuci darah, bisa cuci darah. Setahu saya fasilitas cuci darah sekali jalan itu mencapai Rp800 ribu. Kemudian untuk operasi jantung, ini sampai rujukan di RS Harapan Kita. Di Harapan Kita tidak ada cost sharing biaya untuk operasi jantung. Untuk operasi jantung yang untuk persalinan juga kita masih mendukung. Persalinan normal kita berikan paling tidak di pelayanan tingkat pertama atau klinik yang sudah memiliki fasilitas untuk persalinan. Untuk persalinan menggunakan bantuan misalnya vakum, harus di rumah sakit. Sekarang tidak ada lagi pembatasan persalinan sampai sekian. APAKAH ADA PeNANgANAN TeRTeNTU YANg TIDAK DICoVeR BPJS? Ada beberapa, tapi itu sifatnya yang tidak dijamin oleh asuransi. Misalnya, peserta yang tidak mengikuti prosedur. Artinya tidak emergency tapi langsung ke rumah sakit tanpa ada rujukan. Kedua, ada pelayanan yang menjadi tanggung jawab jaminan kecelakaan kerja. Itu tidak dilindungi oleh BPJS. Misalnya mulai berangkat dari rumah dan pulang ke rumah itu tanggungjawab Jamsostek. Itu ditentukan oleh rumah sakit. Ketiga adalah pe- layan- an yang bersifat kosmetikologi. Seperti operasi plastik untuk memancungkan hidung dan sebagainya. Pelayanan untuk mendapatkan keturunan, ortodontis, pelayanan disebabkan narkoba dan alkohol, upaya bunuh diri, atau hobi-hobi yang berbahaya seperti panjat tebing atau balap motor. Memang ada pembatasan tapi pembatasan itu bukanlah yang bisa ditanggung oleh asuransi. BAgAIMANA PRoSeDUR PeMBeRIAN RUJUKAN? Dalam kerja sama kita dengan klnik, ada beberapa klausul yang jadi hak dan kewajiban klinik. Mereka harus memberikan pelayanan sesuai dengan indikasi medis peserta yang terdaftar di dia. Dia berhak menolak peserta yang tidak terdaftar di dia. Dalam sistem rujuk, ada diagnosa yang masih bisa didiagnosa di PPK 1, Itu tak bisa dirujuk. Kalau mereka dirujuk semua, pasti klinik untung, karena tak harus mengeluarkan obat. Tapi untuk kasus-kasus yang menurut si dokter tak lagi bisa ditangani sesuai dengan kompetensi yang mereka punya, silakan dirujuk di rumah sakit dengan menunjukkan ke poliklinik mana dia mau dirujuk. Namun tidak bisa sembarang karena tergantung ada tidaknya fasilitas itu di RS tersebut. KANTOR BPJS di Ruko Kara Junction, Batam Centre, Rabu (15/1).

17 25 W A W A N C A R A KARYAWAN BPJS Batam (kiri) sedang melayani pendafaran peserta BPJS di Ruko Kara Junction, Batam Centre, Rabu (15/1). pan Bunda, Chamanta, dan Mutiaraaini. Kelas B itu RSAB, RSBK, RSoB, RSUD. yang D kita tak punya. RUMAH SAKIT APA YANg BeLUM BeKeRJA SAMA? Masih ada beberapa. Ada yang masih menjajaki, setelah tiga bulan evaluasi. Salah satunya adalah RS elizabeth. Mereka kan tidak melayani Jamsostek, Askes, dan Jamkesmas sehingga mereka tidak otomatis bekerja sama dengan kita. UNTUK JAMKeSMAS, ASKeS, JAMSoSTeK DARI MANA MeReKA MeMBAYAR? Askesos itu 5 persen dari gaji pokok, 3 persen dari pemerintah, 2 persen dari gaji. Untuk Jamkesmas, iurannya ditanggung pemerintah dari APBN. Sementara eks Jamsostek komposisi preminya 4,5 persen dari upah, 4 persen pemberi kerja dan 0,5 persen dari gaji. Itu untuk keluarga. Memang berbeda dengan Jamsostek yang ketika itu dibedakan antara keluarga dan bujangan. UNTUK TARIFNYA, APAKAH ADA MoDeL ReIM- BURSe? Tidak ada lagi sistem reimburse. Semua akan diselesaikan oleh BPJS kepada rumah sakit. Jadi peserta tidak perlu membayar dulu. Untuk rumah sakit yang tidak bekerja sama, mereka wajib melayani kalau kasus emergensi, tapi bebannya diklaimkan ke kita, bukan ke peserta. BAgAIMANA CARA MeNgoNTRoL AgAR KLINIK MeMBeRIKAN LAYANAN YANg SeSUAI KAReNA BISA SAJA PeLAYANAN YANg DIBeRIKAN LeBIH ReNDAH DARI STANDAR, SePeRTI PeNgURANgAN obat? Kontrol kita adalah mereka harus melaporkan ke kita setiap bulan angka kunjungan dan rujukan. Kita melihat jika angka rujukannya itu di atas 10 persen dari peserta yang daftar, pasti kami evaluasi karena berarti semua peserta dirujuk saja. Kecuali mereka bisa menjelaskan bahwa yang datang ke mereka penyakitnya memang sudah kronis. Kedua, kita nanti mengharapkan masukan-masukan dan laporan dari masyarakat bahwa misal di klinik dokternya tidak ada atau kurang ramah, akan menjadi bahan untuk evaluasi. Saya berterima kasih kalau ada masyarakat yang menyampaikan keluhannya. *** Kontrol kita adalah mereka harus melaporkan ke kita setiap bulan angka kunjungan dan rujukan. Kita melihat jika angka rujukannya itu di atas 10 persen dari peserta yang daftar, pasti kami evaluasi karena berarti semua peserta dirujuk saja.

Marita Ahdiyana, M. Si

Marita Ahdiyana, M. Si Marita Ahdiyana, M. Si Pentingnya jaminan Kesehatan Isu jaminan kesehatan menjadi isu yang sangat krusial mengingat adanya fenomena jatuh miskin lagi (jamila), dan sakit sedikit menjadi miskin (sadikin)

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 69 2014 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 69 TAHUN 2014 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN DI LUAR JAMINAN KESEHATAN

Lebih terperinci

Program Jaminan Kesehatan Nasional-kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS)

Program Jaminan Kesehatan Nasional-kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) Program Jaminan Kesehatan Nasional-kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) Sosialisasi Universitas Gajah Mada Kamis, 17/06/2016 1 OUTLINE PENDAHULUAN KEPESERTAAN MANFAAT JAMINAN KESEHATAN SANKSI DAN DENDA 2 A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan penyebab kematian ketiga (10%) di dunia setelah penyakit jantung koroner (13%) dan kanker (12%) dengan

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENERBITAN DAN TATA LAKSANA SURAT PERNYATAAN MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universal Health Coverage merupakan sistem penjaminan kesehatan yang memastikan semua orang dapat menerima pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan tanpa harus mengalami

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN KLAIM JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi oleh status kesehatan masyarakat. Kesehatan bagi seseorang merupakan sebuah investasi dan hak asasi

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN BAGI PENDUDUK KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN, PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG PENILAIAN KEGAWATDARURATAN DAN PROSEDUR PENGGANTIAN BIAYA PELAYANAN GAWAT DARURAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR

Lebih terperinci

There are no translations available. Pertanyaan-Pertanyaan Dasar Seputar JKN dan BPJS

There are no translations available. Pertanyaan-Pertanyaan Dasar Seputar JKN dan BPJS There are no translations available. Pertanyaan-Pertanyaan Dasar Seputar JKN dan BPJS 1. Apa itu JKN dan BPJS Kesehatan dan apa bedanya? JKN merupakan program pelayanan kesehatan terbaru yang merupakan

Lebih terperinci

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT Senin, 2 Januari 2014. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

Lebih terperinci

panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal

panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal 05 02 panduan praktis Kebidanan & Neonatal Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu kebijakan pemerintah bidang kesehatan yang terintegrasi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA KLAIM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN TINGKAT LANJUTAN PADA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN, PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN KOORDINASI MANFAAT DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin (pasal 28H UUD 1945). Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL KESEHATAN SUMATERA SELATAN SEMESTA (JAMSOSKES SUMSEL SEMESTA) DI KABUPATEN OGAN ILIR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MONITORING EVALUASI KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI RS DR.CIPTO MANGUNKUSUMO (RSCM) PERIODE JANUARI MARET 2014

MONITORING EVALUASI KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI RS DR.CIPTO MANGUNKUSUMO (RSCM) PERIODE JANUARI MARET 2014 MONITORING EVALUASI KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI RS DR.CIPTO MANGUNKUSUMO (RSCM) PERIODE JANUARI MARET 2014 Dra Eka Yoshida Apt,MM, MARS Kepala Unit Pelayanan Pasien Jaminan / Tim CaseMix

Lebih terperinci

Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS

Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS Oleh: dr. AHMAD NIZAR SHIHAB,SpAn Anggota Komisi IX DPR RI Rakeskesnas, 17 April 2013 Makasar VISI Kementerian Kesehatan MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara tentang kesejahteraan sosial sudah pasti berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial, politik, pendidikan, kesehatan,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa

Lebih terperinci

Prosedur Pendaftaran Peserta JKN

Prosedur Pendaftaran Peserta JKN Tanggal 17 Juli 2014 Prosedur Pendaftaran Peserta JKN Bagaimana prosedur pendaftaran peserta JKN? Pendaftaran peserta JKN ditentukan berdasarkan kategori peserta. A. Pendaftaran Bagi Penerima Bantuan Iuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diketahui kelemahan dan kekurangan jasa pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat diketahui kelemahan dan kekurangan jasa pelayanan kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era sekarang ini semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan, akan mengakibatkan tuntutan peningkatan pelayanan kesehatan. Salah satu mengantisipasi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 40 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN DI LUAR JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN SUMATERA SELATAN SEMESTA (JAMSOSKES SUMSEL SEMESTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin. Untuk itu Negara bertanggung jawab mengatur agar

Lebih terperinci

SOSIALISASI PERPRES NO 19 & 28 TAHUN 2016

SOSIALISASI PERPRES NO 19 & 28 TAHUN 2016 SOSIALISASI PERPRES NO 19 & 28 TAHUN 2016 Surabaya, April 2016 Disampaikan oleh: Arif Sugiharto Kepala Unit MK & UPMP4 PT. Askes (Persero) PERPRES NO 19 & 28 TAHUN 2016 KRONOLOGIS PERUBAHAN PERATURAN PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN KULIAH KERJA MEDIA ( KKM ) informasi pelayanan kesehatan yang ada di RSUD Dr. Moewardi. Disini penulis

BAB IV PELAKSANAAN KULIAH KERJA MEDIA ( KKM ) informasi pelayanan kesehatan yang ada di RSUD Dr. Moewardi. Disini penulis BAB IV PELAKSANAAN KULIAH KERJA MEDIA ( KKM ) A. Pelaksanaan Kuliah Kerja Media Selama melakukan kegiatan Kuliah Kerja Media ( KKM ) penulis ditempatkan dibawah Sub Bagian Hukum dan Humas, dan dikerucutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk ke Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat. SJSN. mencakup beberapa jaminan seperti kesehatan, kematian, pensiun,

BAB I PENDAHULUAN. termasuk ke Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat. SJSN. mencakup beberapa jaminan seperti kesehatan, kematian, pensiun, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tahun 2003 pemerintah menyiapkan rancangan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) 1. Rancangan SJSN disosialisasikan ke berbagai pihak termasuk ke Perguruan Tinggi dan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 75 2013 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 75 TAHUN 2013 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN DI LUAR KUOTA JAMINAN

Lebih terperinci

UPAYA PEMERINTAH KOTA PELAYANAN KESEHATAN MELALUI DINAS KESEHATAN KOTA BALIKPAPAN JAKARTA, 26 JANUARI 2009

UPAYA PEMERINTAH KOTA PELAYANAN KESEHATAN MELALUI DINAS KESEHATAN KOTA BALIKPAPAN JAKARTA, 26 JANUARI 2009 UPAYA PEMERINTAH KOTA BALIKPAPAN MENINGKATKAN AKSES PELAYANAN KESEHATAN MELALUI PROGRAM JAMKESDA 1 DYAH MURYANI DYAH MURYANI DINAS KESEHATAN KOTA BALIKPAPAN JAKARTA, 26 JANUARI 2009 DASAR HUKUM UUD 45,

Lebih terperinci

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, SALINAN BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 30 TAHUN 2016 TENTANG JASA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALUYO JATI KRAKSAAN YANG MENERAPKAN POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN

Lebih terperinci

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, 06 JANUARI 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 11 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 11 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALUYO JATI KRAKSAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan merupakan hak bagi setiap

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan

PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan dalam human development indeks (HDI) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. 1 Dengan kondisi yang sehat

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 1 A TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 1 A TAHUN 2014 TENTANG 1 BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 1 A TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 A TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAERAH DI KABUPATEN MADIUN Menimbang

Lebih terperinci

Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia AHMAD ANSYORI Dewan Jaminan Sosial Nasional Padang, 26 Juni 2015 1 SJSN SJSN adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial untuk kepastian

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E LIPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2012

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E LIPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2012 BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 34 2012 SERI : E LIPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 51.A TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Pengertian Rumah Sakit Berdasarkan Undang-Undang No.44 Tahun 2009 tentang rumah sakit,yang dimaksud dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM TRAUMA CENTER

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM TRAUMA CENTER PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM TRAUMA CENTER BAB I PENGERTIAN UMUM 1. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara

Lebih terperinci

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan. DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH mutupelayanankesehatan.net I. PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Semua orang ingin dilayani dan mendapatkan kedudukan yang sama dalam pelayanan kesehatan. Dalam

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 17 2013 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 51.A TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya. yang tidak mampu untuk memelihara kesehatannya maka pemerintah mengambil

BAB I PENDAHULUAN. berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya. yang tidak mampu untuk memelihara kesehatannya maka pemerintah mengambil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional. Pemerintah sebagai instansi tertinggi yang bertanggungjawab atas pemeliharaan harus pula

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN SEMESTA DIY TAHUN 2013 MENUJU BPJS 2014 DINAS KESEHATAN D.I.YOGYAKARTA

PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN SEMESTA DIY TAHUN 2013 MENUJU BPJS 2014 DINAS KESEHATAN D.I.YOGYAKARTA PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN SEMESTA DIY TAHUN 2013 MENUJU BPJS 2014 DINAS KESEHATAN D.I.YOGYAKARTA LEMBAGA PENYELENGGARA TERINTEGRASI (UPTD PPK BLUD JAMKESOS, UPTD JAMKESDA,UPTD PJKM) AMANAH PERGUB.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan Jaminan Sosial dalam mengembangkan Universal Health

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan Jaminan Sosial dalam mengembangkan Universal Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam hal mewujudkan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan

BAB I PENDAHULUAN. dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak setiap orang untuk hidup yang memadai termasuk dalam memperoleh kesehatan dan kesejahteraan diri dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang produktif secara ekonomis (Ps. 1 point (1) UU Nomor 23/1992 tentang

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN PENGGUNAAN DANA PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN 2016 016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH (JAMKESDA) KABUPATEN BINTAN TAHUN 2017 DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesehatan dan dalam Pasal 28 H Ayat (3) Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesehatan dan dalam Pasal 28 H Ayat (3) Undang-Undang Dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia (HAM). Hal ini diatur di dalam Pasal 28 H Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berbunyi Setiap

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu komponen vital bagi setiap individu karena kesehatan mempengaruhi berbagai sektor kehidupan. Kesehatan adalah tanggung jawab bersama setiap

Lebih terperinci

drg. Usman Sumantri, MSc. Dewan Jaminan Sosial Nasional

drg. Usman Sumantri, MSc. Dewan Jaminan Sosial Nasional Pencapaian dan Tantangan Program Jaminan Kesehatan Nasional drg. Usman Sumantri, MSc. Dewan Jaminan Sosial Nasional Jakarta, 28 Desember 2017 1. Pendahuluan 2. Asas Dan Prinsip 3. Pencapaian JKN 4. Tantangan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN

PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Jaminan Pelayanan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan hak fundamental setiap individu yang dinyatakan secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati komitmen global

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1392, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Penyelenggaraan. Kesehatan. Tarif. Pelayanan. Standar. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA KLAIM PROGRAM JAMINAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis perencanaan..., Ayu Aprillia Paramitha Krisnayana Putri, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Analisis perencanaan..., Ayu Aprillia Paramitha Krisnayana Putri, FE UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 Pasal 28 H dan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki risiko jatuh sakit dan membutuhkan biaya cukup besar ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan penyakit yang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 029 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 416/MENKES/PER/II/2011 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN BAGI PENDUDUK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak mendasar masyarakat yang penyediaannya wajib diselenggarakan oleh pemerintah sebagaimana telah diamanatkan dalam

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH YANG TERINTEGRASI DENGAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Peningkatan Pelayanan untuk Riau Sehat. Riau Sehat Pemprov Riau melalui dinas terkait terus memberikan pelayanan kesehatan terbaik pada masyarakat.

Peningkatan Pelayanan untuk Riau Sehat. Riau Sehat Pemprov Riau melalui dinas terkait terus memberikan pelayanan kesehatan terbaik pada masyarakat. Berbag ai program telah dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau, bahkan untuk menuju Riau Sehat Pemprov Riau melalui dinas terkait terus memberikan pelayanan kesehatan terbaik pada masyarakat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Negara RI 1945 diamanatkan bahwa pelayanan kesehatan merupakan salah satu aspek dari hak asasi manusia, yaitu sebagaimana yang tercantum

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI PAKPAK BHARAT BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 27 TAHUN 2009 2009 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN SUMATERA SELATAN SEMESTA DI RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MEKANISME KAPITALISASI DALAM ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL. Maulana Yusup STIE Pasundan Bandung

MEKANISME KAPITALISASI DALAM ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL. Maulana Yusup STIE Pasundan Bandung Majalah Bisnis dan Iptek Vol.8, No. 2, Oktober 2015, 67-84 Yusup, Mekanisme Kapitalisasi 2015 MEKANISME KAPITALISASI DALAM ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL Maulana Yusup STIE Pasundan Bandung Email: yusup@stiepas.ac.id

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2016 SERI : PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 115 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH BAGI KELUARGA TIDAK MAMPU BERBASIS KARTU KELUARGA

Lebih terperinci

UNIVERSAL HEALTH COVERAGE BAGI SEKTOR INFORMAL

UNIVERSAL HEALTH COVERAGE BAGI SEKTOR INFORMAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL UNIVERSAL HEALTH COVERAGE BAGI SEKTOR INFORMAL Dr. Ir. Lukita Dinarsyah Tuwo, MA Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun sekitar setengah juta perempuan dan satu setengah juta bayi baru lahir kehilangan nyawa dikarenakan komplikasi yang terjadi pada persalinan. Kemudahan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN BAGI PENDUDUK KABUPATEN TAPIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN BAGI PENDUDUK KABUPATEN TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN BAGI PENDUDUK KABUPATEN TAPIN Menimbang Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam memajukan kesehatan didalam indonesia pemerintah membuat. program Badan Penyelengara Jaminan Sosial (BPJS) yaitu badan hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam memajukan kesehatan didalam indonesia pemerintah membuat. program Badan Penyelengara Jaminan Sosial (BPJS) yaitu badan hukum 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memajukan kesehatan didalam indonesia pemerintah membuat program Badan Penyelengara Jaminan Sosial (BPJS) yaitu badan hukum yang dibentuk untuk menyelengarakan

Lebih terperinci

Negara Asal (bagi WNA) Tempat / Tanggal lahir * / - -

Negara Asal (bagi WNA) Tempat / Tanggal lahir * / - - Nama Tertanggung* No KTP / SIM / Paspor / KITAS* (copy harap dilampirkan) Kewarganegaraan * WNI WNA Status Perkawinan Kawin Belum Kawin Negara Asal (bagi WNA) Tempat / Tanggal lahir * / - - Alamat (sesuai

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA CILEGON

BERITA DAERAH KOTA CILEGON BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 29 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat 1 dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menegaskan bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BPJS DAN UNIVERSAL COVERAGE DENGAN SISTEM PEMBAYARAN PROVIDER DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN. Yulita Hendrartini

PERKEMBANGAN BPJS DAN UNIVERSAL COVERAGE DENGAN SISTEM PEMBAYARAN PROVIDER DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN. Yulita Hendrartini PERKEMBANGAN BPJS DAN UNIVERSAL COVERAGE DENGAN SISTEM PEMBAYARAN PROVIDER DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN Yulita Hendrartini 1 Latar Belakang Salah satu masalah dalam pembiayaan kesehatan di Indonesia:

Lebih terperinci

Oleh Nizwardi Azkha, SKM,MPPM,MPd,MSi PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNAND PADANG 2009

Oleh Nizwardi Azkha, SKM,MPPM,MPd,MSi PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNAND PADANG 2009 Oleh Nizwardi Azkha, SKM,MPPM,MPd,MSi PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNAND PADANG 2009 Fakta dan Masalah JAMKESDA di Kota Padang Tahun 2009 AMANAT UUD 1945 PASAL 28 h SEHAT

Lebih terperinci

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TRANSFORMASI PT. ASKES (PERSERO) PT. Askes (Persero)

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TRANSFORMASI PT. ASKES (PERSERO) PT. Askes (Persero) BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TRANSFORMASI PT. ASKES (PERSERO) PT. Askes (Persero) DASAR HUKUM 1 JANUARI 2014, PT ASKES (PERSERO) MENJADI BPJS KESEHATAN 1 DASAR HUKUM Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI KABUPATEN DHARMASRAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

PERKEMBANGAN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL KEMENKES PERKEMBANGAN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN NASIONAL PUSAT PEMBIAYAAN DAN JAMINAN JAKARTA, 2016 JAMINAN NASIONAL Perkembangan penyelenggaraan JKN Jaminan Kesehatan Nasional UU NOMOR 24 TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 1B TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

JURNAL KEBIDANAN Vol 3, No 2, April 2017 :94-98

JURNAL KEBIDANAN Vol 3, No 2, April 2017 :94-98 JURNAL KEBIDANAN Vol 3, No 2, April 2017 :94-98 HUBUNGAN PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA TENTANGBADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS)DENGAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENGGUNAANBADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal BAB I PENDAHULUAN I.. Latar Belakang Pelayanan kesehatan adalah salah satu hak mendasar masyarakat yang penyediannya wajib diselenggarakan oleh pemerintah sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-undang

Lebih terperinci

Negara Asal (bagi WNA)

Negara Asal (bagi WNA) Customer Care Centre AXA Tower lt. GF Jl. Prof. Dr. Satrio Kav.18, Kuningan City Jakarta 12940, Indonesia Tel : +62 21 3005 9005 Fax : +62 21 3005 9008 Email : customer@axa-insurance.co.id Nama Tertanggung*

Lebih terperinci

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BPJS KESEHATAN

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BPJS KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BPJS KESEHATAN MEGA YUDHA RATNA PUTRA, SE,MM,AAAK Kepala Dep. Rekrutmen Peserta Pekerja Penerima Upah Kantor Pusat BPJS Kesehatan Jl. Letjen. Soeprapto - Cempaka Putih Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya sehari-hari. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya sehari-hari. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan,

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan, 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan, bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk menjamin hak-hak kesehatan

Lebih terperinci

Notulen Diskusi Komuitas Informasi Pojok JKN Kebumen. dengan Peserta Jamkesmas Desa Jogomulyo Kec. Buayan Kab. Kebumen

Notulen Diskusi Komuitas Informasi Pojok JKN Kebumen. dengan Peserta Jamkesmas Desa Jogomulyo Kec. Buayan Kab. Kebumen Notulen Diskusi Komuitas Informasi Pojok JKN Kebumen dengan Peserta Jamkesmas Desa Jogomulyo Kec. Buayan Kab. Kebumen Pada hari Sabtu, 14 Desember 2013 Pukul 20.30-22.30 WIB Tempat; Rumah Bapak Tursimin

Lebih terperinci

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BPJS KESEHATAN MEGA YUDHA RATNA PUTRA, SE,MM,AAAK Kepala Dep. Rekrutmen Peserta Pekerja Penerima Upah Kantor Pusat BPJS Kesehatan Jl. Letjen. Soeprapto - Cempaka Putih Jakarta

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN NON KUOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Undang-Undang No.25 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Undang-Undang No.25 tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar 1945 menjelaskan bahwa negara wajib melayani setiap warga Negara dan penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci