TRINSEO S.A. KEBIJAKAN PERDAGANGAN ORANG DALAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TRINSEO S.A. KEBIJAKAN PERDAGANGAN ORANG DALAM"

Transkripsi

1 TRINSEO S.A. KEBIJAKAN PERDAGANGAN ORANG DALAM Dewan Direktur Trinseo S.A. (bersama dengan anak perusahaannya, Perusahaan atau Trinseo ) telah mengambil Kebijakan Perdagangan Orang Dalam ini ( Kebijakan ). Kebijakan ini mengatur perdagangan oleh Orang Dalam (sebagaimana didefinisikan dibawah) dalam sekuritas (surat berharga) Perusahaan, dan setiap perusahaan publik lain kepada mana seseorang telah menjadi Orang Dalam selama hubungan kerjanya atau keterlibatannya dengan Trinseo sehubungan dengan transaksi dalam sekuritas Perusahaan, serta untuk sekuritas derivatif yang terkait dengan sekuritas Perusahaan, apakah diterbitkan oleh Perusahaan atau tidak, seperti opsi-opsi yang diperdagangkan di bursa, dan opsi-opsi dari setiap perusahaan publik lain. A. Pribadi-pribadi Yang Terkena Kebijakan Ini Kebijakan ini berlaku ke semua pejabat Perusahaan, semua anggota dari Dewan Direksi Perusahaan, dan semua karyawan Trinseo serta anggota keluarga dekat mereka (sebagaimana yang didefinisikan dalam Penjelasan Umum Pasal 303A.02(b) dari Standar Tata Kelola Perusahaan Bursa Saham New York) dan anggota-anggota rumah tangga mereka. Kebijakan ini juga berlaku untuk semua agen dari, dan konsultan dan kontraktor bagi, Perusahaan yang menerima atau memiliki akses terhadap Materi Informasi Nonpublik (sebagaimana didefinisikan dalam Pasal 16, dibawah) mengenai Perusahaan, Mitra Bisnisnya dan perusahaan publik lain. Kelompok orang ini secara umum disebut dalam Kebijakan ini sebagai Orang Dalam. Setiap orang yang memiliki Materi Informasi Nonpublik mengenai Perusahaan adalah Orang Dalam selama informasi tersebut tidak diketahui publik. Setiap karyawan Trinseo dapat menjadi Orang Dalam dari waktu ke waktu, dan pada setiap waktu tersebut akan tunduk terhadap kebijakan ini. Kebijakan ini juga berlaku untuk setiap orang yang menerima Materi Informasi Nonpublik dari setiap Orang Dalam. Kebijakan ini tidak semestinya ditafsirkan memodifikasi setiap perjanjian yang telah ada di antara Perusahaan dan setiap pejabat eksekutif, pejabat noneksekutif atau karyawan berkenaan dengan pengungkapan informasi rahasia. B. Syarat-syarat dalam Kebijakan Ini Perusahaan telah mengambil kebijakan ini untuk menghindari munculnya setiap perilaku yang tidak sesuai di kalangan semua Orang Dalam. Oleh karena itu, adalah merupakan kebijakan Perusahaan untuk melarang pengungkapan yang tidak sah dari setiap Materi Informasi Nonpublik yang didapatkan di tempat kerja dan penyalahgunaan Materi Informasi Nonpublik di setiap perdagangan sekuritas. Setiap direktur, pejabat dan karyawan Trinseo yang melanggar Kebijakan ini akan dikenakan tindakan disipliner oleh Perusahaan, yang dapat meliputi penskorsan, ketidaklayakan untuk

2 partisipasi di masa yang akan datang dalam rencana-rencana insentif ekuitas Perusahaan, atau pemutusan hubungan kerja. 1. Perdagangan pada Materi Informasi Nonpublik. Tidak boleh ada Orang Dalam, dan tidak boleh ada anggota keluarga dekat atau anggota rumah tangga dari setiap orang tersebut, yang terlibat dalam setiap transaksi yang melibatkan pembelian atau penjualan surat sekuritas Perusahaan selama suatu periode yang dimulai sejak tanggal dimana dia memiliki Materi Informasi Nonpublik, dan berakhir pada saat penutupan bisnis pada Hari Perdagangan kedua setelah tanggal pengungkapan publik dari informasi itu. Sebagaimana yang digunakan disini, istilah Hari Perdagangan berarti suatu hari di mana bursa sekuritas nasional dan Bursa Saham New York dibuka untuk perdagangan. Suatu Hari Perdagangan mulai pada saat perdagangan dimulai pada hari itu. Batasan tentang perdagangan ini tidak berlaku untuk transaksi yang dibuat dibawah suatu rencana perdagangan yang diterapkan berdasarkan pada Aturan SEC 10b5-l(c) dan disetujui secara tertulis oleh Perusahaan ( Rencana Perdagangan Aturan 10b5-1 yang Disetujui ). Juga dianggap melanggar kebijakan Perusahaan apabila Orang Dalam menggunakan suatu informasi nonpublik mengenai Perusahaan untuk keuntungan pribadi. Larangan terhadap perdagangan ketika memiliki Materi Informasi Nonpublik (atau menggunakan informasi tersebut untuk keuntungan pribadi) berlaku juga untuk Materi Informasi Nonpublik mengenai setiap perusahaan lain yang telah diperoleh seseorang selama bekerja untuk Perusahaan. 2. Tidak Ada Pengecualian. Transaksi yang mungkin diperlukan atau berguna untuk alasan-alasan tersendiri (seperti kebutuhan pengumpulan uang untuk pengeluaran pribadi dalam keadaan darurat) tidak dikecualikan dari Kebijakan ini. Undang-undang sekuritas tidak mengenal keadaan mitigasi tersebut dan, dalam hal apapun, tujuan Kebijakan ini adalah untuk menghindari kesan timbulnya transaksi yang tidak tepat dalam rangka mempertahankan reputasi Perusahaan untuk berpegang pada standar perilaku tertinggi. 3. Tidak Ada Pembocoran. Tidak ada Orang Dalam yang diperbolehkan mengungkapkan ("membocorkan") Materi Informasi Nonpublik kepada setiap orang lain (termasuk anggota keluarga dekat atau anggota rumah tangga) dimana informasi tersebut dapat digunakan untuk perdagangan dalam sekuritas untuk mana informasi itu ada kaitannya. Orang Dalam tersebut juga tidak boleh membuat rekomendasi atau mengungkapkan opini berdasarkan Materi Informasi Nonpublik mengenai perdagangan dalam sekuritas tersebut. Larangan terhadap "pembocoran" ini juga berlaku untuk Materi Informasi Nonpublik mengenai setiap perusahaan lain yang telah diperoleh selama seseorang bekerja untuk Perusahaan.

3 4. Pembatasan pada Pengungkapan Selektif dari Materi Informasi Nonpublik. Orang Dalam tidak diperbolehkan mengungkapkan dengan cara apapun setiap Materi Informasi Nonpublik kepada seseorang kecuali sebagai berikut: (i) pengungkapan kepada seseorang yang telah menandatangani perjanjian yang sesuai untuk menyimpan informasi tersebut secara rahasia; (ii) pengungkapan kepada manajemen senior Perusahaan; (iii) pengungkapan kepada personil yang membutuhkan informasi untuk melakukan pelayanan mereka kepada Perusahaan dan yang setuju untuk menyimpan informasi secara rahasia; (iv) pengungkapan kepada pengacara, akuntan atau penasihat Perusahaan jika informasi yang diungkapkan terkait dengan masalah yang melibatkan mereka; atau (v) sebagaimana yang disetujui oleh Pejabat Kepala Kepatuhan (Chief Compliance Officer) di Perusahaan. 5. Pengungkapan Secara Tidak Disengaja. Jika ada Orang Dalam secara tidak disengaja secara selektif mengungkapkan suatu Materi Informasi Nonpublik kepada seseorang yang tidak tercakup oleh pengecualian yang tercantum dalam Pasal 4 di atas, kebijakan Perusahaan mengharuskan bahwa pengungkapan tidak disengaja tersebut harus dilaporkan sesegera mungkin kepada Pejabat Kepala Kepatuhan Perusahaan. Pengungkapan tidak disengaja tersebut dapat timbul karena keyakinan yang salah mengenai sifat materialitas atau nonpublik dari informasi yang diungkapkan, identitas dari penerima pengungkapan tersebut, penerapan perjanjian kerahasiaan atau berbagai alasan lainnya. Hukum yang berlaku (Peraturan FD, khususnya) secara umum mengharuskan Perusahaan untuk segera mengungkapkan kepada publik informasi yang telah diungkapkan secara tidak sengaja tadi. 6. Kerahasiaan Informasi Nonpublik. Semua informasi nonpublik yang berkaitan dengan Trinseo adalah milik Perusahaan, dan pengungkapan yang tidak sah dari informasi tersebut dilarang. Semua direktur, pejabat dan karyawan dari, dan konsultan dan kontraktor untuk, Perusahaan harus (i) menyimpan semua memorandum, korespondensi dan dokumen-dokumen lain yang merupakan informasi nonpublik di tempat yang aman, seperti kantor yang terkunci atau lemari arsip yang terkunci, sehingga mereka tidak dapat dilihat oleh orang ketiga dan (ii) tidak membahas Materi Informasi Nonpublik di mana informasi tadi dapat didengar, seperti di restoran, elevator, kamar kecil dan tempat umum lainnya. Bila ada suatu pertanyaan dari luar Perusahaan, seperti dari seorang analis saham, untuk informasi (misalnya, hasil dan/atau proyeksi keuangan) yang mungkin berupa Materi Informasi Nonpublik, pertanyaan tadi harus dirujuk ke kantor Hubungan Masyarakat Perusahaan, yang bertanggung-jawab untuk mengkoordinasikan dan mengawasi respon terhadap pertanyaan tersebut. 7. Tanggung Jawab untuk Perdagangan Orang Dalam. Orang Dalam dapat dikenakan hukuman hingga $ dan hingga 20 tahun penjara apabila terlibat dalam transaksi sekuritas Perusahaan pada saat mereka memiliki pengetahuan tentang Materi Informasi Nonpublik mengenai Perusahaan.

4 8. Tanggung Jawab untuk Pembocoran. Orang Dalam juga dapat dimintai pertanggungjawaban atas transaksi yang tidak benar oleh seseorang (umumnya disebut sebagai "penerima bocoran") kepada siapa mereka telah mengungkapkan Materi Informasi Nonpublik mengenai Perusahaan atau kepada siapa mereka telah membuat rekomendasi atau menyatakan opini atas dasar informasi tersebut untuk perdagangan dalam sekuritas Perusahaan. Komisi Sekuritas dan Bursa telah mengenakan hukuman besar sekalipun orang yang mengungkapkan tidak mendapatkan keuntungan dari perdagangan. Asosiasi Dealer Sekuritas Nasional (The National Association of Securities Dealers, Inc.) menggunakan teknik pengawasan elektronik yang canggih untuk mengungkap perdagangan orang dalam. 9. Periode Black-Out. Periode yang dimulai pada penutupan pasar saham pada sepuluh hari kerja bulan kalender ketiga dari masing-masing kuartal fiskal, dan berakhir pada penutupan pasar pada Hari Perdagangan kedua yang mengikuti tanggal pengungkapan publik hasil keuangan untuk kuartal atau tahun yang selesai sebelumnya, adalah suatu periode waktu tertentu yang sangat sensitif untuk transaksi dalam sekuritas Perusahaan. Sensitivitas ini disebabkan oleh fakta bahwa selama periode ini, pejabat, direktur dan karyawan tertentu dapat memiliki Materi Informasi Nonpublik mengenai hasil keuangan yang diharapkan untuk kuartal atau tahun. Dengan demikian, adalah kebijakan Perusahaan untuk memperlakukan periode waktu ini sebagai "Periode Black-Out". Semua direktur dan pejabat dan karyawan Perusahaan lain atau anak perusahaannya yang memiliki akses ke laporan keuangan internal Perusahaan, dilarang melakukan perdagangan selama Periode Black-Out tersebut. Selain Periode Black-Out standar ini, dari waktu ke waktu tergantung pada keadaan yang relevan, Perusahaan dapat memberlakukan Periode Black-Out khusus selama mana larangan dan rekomendasi yang sama berlaku. Setiap orang yang terpengaruh oleh Periode Black-Out khusus akan diberitahu oleh Perusahaan terlebih dahulu. Pembatasan Periode Black-Out di perdagangan tidak berlaku untuk transaksi yang dilakukan di bawah Rencana Perdagangan Aturan 10b5-1 yang Disetujui. Namun, pembatasan Periode Black-Out meliputi pemenuhan "batas pemesanan" oleh pialang manapun untuk direktur, pejabat atau karyawan, dan pialang dengan siapa setiap batas pemesanan tersebut ditempatkan harus diinstruksikan pada saat batas pemesanan ditempatkan. Perlu dicatat bahwa meski di luar Periode Black-Out, setiap orang yang memiliki Materi Informasi Nonpublik tidak boleh terlibat dalam transaksi apapun dalam sekuritas perusahaan untuk mana informasi tersebut berkaitan sampai informasi tersebut telah diketahui publik selama setidaknya dua Hari Perdagangan. Pembatasan pada perdagangan ini tidak berlaku untuk transaksi yang dilakukan di bawah Rencana Perdagangan Aturan 10b5-1 yang Disetujui.

5 10. Perencanaan Keuntungan Karyawan Periode Black-Out. Perencanaan perkiraan perorangan "periode Black-Out" terjadi bilamana Perusahaan atau setiap fidusiari terencana menunda sementara selama lebih dari tiga hari kerja berturut-turut kemampuan 50% atau lebih dari rencana peserta atau penerima manfaat di bawah semua rencana perkiraan perorangan yang dikelola oleh Perusahaan untuk memperoleh atau melepaskan setiap sekuritas ekuitas Perusahaan yang dimiliki dalam rencana. Kebijakan ini memperluas larangan ini kepada semua pejabat Perusahaan, di samping batasan yang dijelaskan dalam Pasal 17 (c) dari rencana ini. 11. Pra-Klirens pada Perdagangan. Perusahaan telah menetapkan bahwa pejabat eksekutif dan direktur Perusahaan, dan setiap orang lain yang diidentifikasi oleh Perusahaan dari waktu ke waktu, yang tercantum pada Lampiran 1 tidak boleh memperdagangkan sekuritas Perusahaan pada setiap waktu tanpa terlebih dahulu mematuhi "proses pra-klirens" Perusahaan, sebagaimana yang dijelaskan di bawah ini. Masing-masing orang tersebut yang tercantum pada Lampiran 1 harus menghubungi Pejabat Kepala Kepatuhan Perusahaan setidaknya dua Hari Perdagangan sebelum memulai setiap perdagangan sekuritas Perusahaan. Pejabat Kepala Kepatuhan akan berkonsultasi seperlunya dengan manajemen senior dan/atau penasihat hukum dari luar yang bekerja untuk Perusahaan sebelum kliring setiap perdagangan yang diajukan. Jika pra-klirens ditolak, maka penolakan tersebut harus dirahasiakan oleh orang yang meminta praklirens. Kecuali ditentukan lain, pra-klirens pada suatu perdagangan berlaku selama tiga hari kerja. Jika perdagangan itu tidak dilaksanakan dalam waktu itu, orang yang meminta pra-klirens harus mengajukan permintaan praklirens lagi. Meskipun seseorang yang tercantum pada Lampiran 1 yang ingin berdagang berdasarkan pada suatu Rencana Perdagangan Aturan 10b5-1 yang Disetujui tidak perlu mencari pra-klirens dari Pejabat Kepala Kepatuhan Perusahaan sebelum masing-masing perdagangan berlangsung, orang tersebut harus memperoleh persetujuan Perusahaan mengenai usulan Rencana Perdagangan Aturan 10b5-1. Proses pra-klirens ini merupakan bagian integral dari Kebijakan ini tetapi tidak untuk ditafsirkan sebagaimana nasihat keuangan, pribadi atau hukum sehubungan dengan perdagangan atau investasi sekuritas. Perusahaan juga mungkin merasa perlu, dari waktu ke waktu, untuk mensyaratkan kepatuhan dalam proses pra-klirens dari karyawan, konsultan dan kontraktor tertentu selain orang-orang yang tercantum pada Lampiran Tanggung jawab Pribadi. Setiap Orang Dalam dan karyawan yang tercakup memiliki tanggung jawab perorangan untuk mematuhi Kebijakan terhadap perdagangan orang dalam ini, dan untuk mempelajari terlebih dahulu usulan

6 transaksi dalam sekuritas Perusahaan apakah hal itu akan melanggar Kebijakan ini. Masing-masing Orang Dalam dan setiap karyawan yang tercakup lainnya harus berhati-hati mempertimbangkan betapa regulator dan orang lain dapat memandang bahwa suatu transaksi sekuritas Perusahaan bisa ditinjau kembali. Orang Dalam mungkin, dari waktu ke waktu, harus melihat terlebih dahulu usulan perdagangan sekuritas Perusahaan sekalipun ia berencana untuk memasukkan perdagangan sebelum mempelajari Materi Informasi Nonpublik dan meskipun Orang Dalam meyakini bahwa ia bisa saja menderita kerugian ekonomi atau mengetahui terlebih dahulu keuntungan yang diantisipasi dengan menunggu. 13. Rencana Perdagangan Aturan 10b5-1. Rencana Perdagangan Aturan 10b5-1 hanya dapat dipakai ketika jendela perdagangan Perusahaan terbuka dan ketika perorangan tidak memiliki materi informasi kalangan dalam. Semua Rencana Perdagangan 10b5-1 harus disetujui terlebih dahulu dan secara tertulis oleh Penasehat Umum atau Pejabat Kepala Kepatuhan. Setelah Rencana Perdagangan 10b5-1 disetujui, perdagangan yang dilakukan berdasarkan pada Rencana tersebut tidak akan memerlukan pra-klirens tambahan, sepanjang Rencana tersebut menetapkan tanggal, harga dan jumlah dari perdagangan yang diperkirakan atau menetapkan formula untuk menentukan tanggal, harga dan jumlah. 14. Menghindari Transaksi Spekulatif. Orang Dalam sekali-kali tidak boleh terlibat dalam transaksi spekulatif dalam sekuritas Perusahaan, sebagaimana yang dijelaskan di bawah ini. (a) Penjualan Singkat. Orang dalam tidak boleh terlibat dalam penjualan singkat sekuritas Perusahaan. Lebih khusus lagi, orang dalam tidak boleh menjual sekuritas ekuitas apapun dari Perusahaan jika orang tersebut (a) tidak memiliki sekuritas yang dijual atau (b) tidak memberikan sekuritas terhadap penjualan tersebut dalam dua puluh hari setelahnya atau tidak pula dalam lima hari setelah penjualan tersebut mendepositkan sekuritas dalam kiriman-kiriman pos atau saluran-saluran transportasi biasa, kecuali penjualan tersebut disetujui secara tertulis oleh Pejabat Kepala Kepatuhan Perusahaan. (b) Opsi-opsi Yang Diperdagangkan Untuk Publik. Orang dalam tidak boleh terlibat dalam transaksi dalam penjualan, pembelian, atau sekuritas derivatif lainnya yang berkaitan dengan setiap sekuritas ekuitas dari Perusahaan, pada bursa sekuritas nasional atau di setiap pasar yang teroganisir lainnya. Sekuritas derivatif meliputi setiap opsi, jaminan, sekuritas yang bisa dikonversi, hak apresiasi saham atau sekuritas yang serupa dengan harga penjajakan atau konversi atau nilai lain terkait dengan nilai dari setiap sekuritas ekuitas Perusahaan. Namun, larangan ini tidak berlaku pada suatu penjajakan opsi-opsi saham Perusahaan sesuai dengan setiap opsi Trinseo atau rencana(-rencana) insentif ekuitas atau setiap rencana-rencana

7 keuntungan lain yang dapat diterapkan oleh Perusahaan dari waktu ke waktu, setiap penjualan saham Perusahaan dalam hubungannya dengan suatu penjajakan non-tunai (jika sebaliknya dimungkinkan), atau pembayaran dari pajak penghasilan pada saat penjajakan, dari setiap opsi saham tersebut. (c) Transaksi Lindung Nilai. Orang dalam tidak boleh terlibat dalam transaksi lindung nilai atau monetisasi, seperti kerah nol biaya dan kontrak penjualan ke depan, yang akan memungkinkan orang tersebut terus memiliki sekuritas yang terjamin tanpa resiko penuh dan imbalan-imbalan kepemilikan. (d) Perkiraan Margin dan Komitmen. Orang dalam tidak boleh memiliki sekuritas Perusahaan dalam suatu perkiraan margin atau menjaminkan sekuritas Perusahaan sebagai kolateral untuk pinjaman. Suatu pengecualian terhadap larangan ini dapat diberikan kalau seseorang ingin menjaminkan sekuritas Perusahaan sebagai kolateral untuk pinjaman (tidak termasuk hutang margin) dan menunjukkan dengan jelas kapasitas keuangan untuk membayar kembali pinjaman tersebut tanpa mengambil jalan menjaminkan sekuritas. Setiap orang yang ingin menjaminkan sekuritas Perusahaan sebagai kolateral untuk pinjaman harus mengajukan permintaan persetujuan kepada Pejabat Kepala Kepatuhan Perusahaan selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sebelum pelaksanaan penandatanganan dokumen yang diajukan yang membuktikan jaminan yang diajukan. 15. Berlakunya Kebijakan Materi Informasi Nonpublik Mengenai Perusahaan Lain. Kebijakan ini juga berlaku untuk Materi Informasi Nonpublik yang berkaitan dengan perusahaan public lain, termasuk vendor, pelanggan dan pemasok ( Mitra Bisnis ) Perusahaan, ketika informasi tersebut diperoleh selama hubungan kerja dengan, atau melakukan pelayanan atas nama, Perusahaan. Hukuman perdata dan pidana, dan pemutusan hubungan kerja, dapat dikenakan bagi perdagangan informasi kalangan dalam mengenai Mitra Bisnis Perusahaan atau perusahaan publik lainnya. Semua pejabat, direktur, pegawai, konsultan dan kontraktor harus memperlakukan Materi Informasi Nonpublik tentang Mitra Bisnis Perusahaan dan perusahaan publik lain dengan cara yang sama seperti halnya dengan informasi mengenai Perusahaan. 16. Definisi Materi Informasi Nonpublik. Tidak dimungkinkan untuk memberikan definisi yang tepat dan menyeluruh dari setiap hal yang mungkin dapat dianggap informasi materi. Meskipun demikian, secara umum informasi harus dianggap sebagai materi jika ada kesamaan substansi yang oleh investor secara wajar akan dianggap sebagai informasi penting dalam membuat keputusan investasi mengenai pembelian atau penjualan sekuritas Perusahaan, dengan mempertimbangkan campuran seluruh informasi yang tersedia. Informasi disebut nonpublik jika tidak diketahui oleh orang di luar Trinseo atau agen, penasehat, dan perwakilannya, yaitu,

8 belum pernah diungkapkan sebelumnya ke publik dan sebaliknya tidak tersedia untuk masyarakat umum, dan bahkan setelah pengungkapan dilakukan, sampai waktu yang wajar telah lewat setelah hal ini diungkapkan dengan cara-cara yang cenderung menghasilkan kesadaran publik yang luas (misalnya, pendaftaran SEC, siaran pers atau panggilan rapat yang dapat diakses oleh publik). Informasi tersebut disebut dalam kebijakan ini sebagai Materi Informasi Nonpublik. Sebagaimana aturan umum, informasi dianggap nonpublik sampai setidaknya pada Hari Perdagangan penuh kedua setelah informasi diumumkan. Contohnya, jika Perusahaan mengumunkan pendapatan keuangan sebelum perdagangan dimulai pada hari Selasa, pertama kali anda dapat membeli atau menjual sekuritas Perusahaan adalah pada pembukaan pasar pada hari Kamis (diasumsikan anda tidak menyadari Materi Informasi Nonpublik lain saat itu). Namun, jika Perusahaan mengumumkan pendapatan setelah perdagangan dimulai pada Selasa itu, pertama kali anda dapat membeli atau menjual sekuritas Perusahaan adalah pada pembukaan pasar di hari Jumat. Sebagai panduan tambahan, ada tipe-tipe dan kategori informasi tertentu yang sangat sensitif dan harus dianggap sebagai materi meski tidak ada fakta pendorong dan keadaan-keadaan yang sangat kuat yang secara konklusif akan menunjukan sebaliknya. Contoh informasi tersebut (baik positif atau negatif untuk Perusahaan) termasuk: Hasil keuangan, anggaran atau proyeksi; Perubahan laju pemesanan; Eksekusi atau pemutusan kontrak yang signifikan dengan pemasok dan pelanggan dan mitra bisnis lainnya; Penundaan yang signifikan atau rencana penggabungan, patungan atau akuisisi; Disposisi atau akuisisi aset yang signifikan; Perkembangan signifikan yang terkait dengan kekayaan intelektual; Perkembangan signifikan yang melibatkan hubungan perusahaan; Perubahan dalam kebijakan dividen; Pemberitahuan pelayanan baru dengan sifat yang signifikan; Pemecahan saham; Pembelian kembali saham; Perubahan signifikan dalam manajemen eksekutif; Perubahan personalia Dewan Direksi atau tata kelola; Ekuitas baru atau penawaran hutang; Litigasi aktual atau ancaman yang signifikan; Produk baru atau penemuan yang signifikan; Peristiwa yang membutuhkan pendaftaran laporan terbaru pada formulir 8-K dibawah Undang-undang Bursa Sekuritas tahun 1934, sebagaimana yang telah diubah ( Undang-undang Bursa ).

9 Jika anda ragu apakah anda memiliki Materi Informasi Nonpublik, anda harus selalu berkonsultasi dengan Pejabat Kepala Kepatuhan Perusahaan sebelum melakukan perdagangan sekuritas Perusahaan. Dan apakah anda adalah Orang Dalam atau bukan, jika anda memiliki Materi Informasi Nonpublik anda tidak boleh memperdagangkan sekuritas Perusahaan atau setiap perusahaan lain dengan mana Materi Informasi Nonpublik itu berkaitan. 17. Pengecualian Tertentu terhadap Kebijakan ini. Kebijakan ini tidak berlaku dalam kasus transaksi berikut, kecuali disebutkan secara khusus: (a) (b) (c) Penjajakan Kontrak Opsi Saham. Kebijakan ini tidak berlaku untuk penjajakan kontrak opsi saham karyawan yang diperoleh sesuai dengan insentif ekuitas atau rencana yang serupa, atau untuk penjajakan hak pemotongan pajak sesuai dengan mana seseorang telah memilih untuk memiliki pembagian potongan Perusahaan dikenakan kontrak opsi saham untuk memenuhi persyaratan pemotongan pajak. Namun, kebijakan ini tidak berlaku untuk setiap penjualan saham Perusahaan sebagai bagian dari penjajakan non-tunai yang dibantu pialang dari suatu opsi, atau setiap penjualan pasar lainnya untuk tujuan menghasilkan uang tunai yang diperlukan untuk membayar harga penjajakan suatu opsi. Pemberian Saham Terbatas. Kebijakan ini tidak berlaku untuk pemberian hak saham terbatas, atau penjajakan hak pemotongan pajak sesuai dengan mana seseorang memilih agar memungkinkan Perusahaan memotong pembagian saham untuk memenuhi persyaratan pemotongan pajak setelah pemberian hak dari setiap saham terbatas. Namun, kebijakan ini berlaku untuk setiap penjualan pasar saham terbatas. Rencana 401(k). Kebijakan ini tidak berlaku untuk pembelian sekuritas Perusahaan dalam rencana Perusahaan 401(k) yang dihasilkan dari kontribusi uang berkala untuk rencana sesuai dengan pemilihan pemotongan gaji. Namun, kebijakan ini berlaku untuk pemilihan tertentu yang tersedia di bawah rencana 401(k), termasuk: (a) keputusan untuk memulai membuat kontribusi berkala yang dialokasikan untuk dana saham Perusahaan; (b) pemilihan untuk menambah atau mengurangi persentase kontribusi berkala karyawan yang akan dialokasikan untuk dana saham Perusahaan; (c) pemilihan untuk membuat transfer rencana ke dalam (intra) dari suatu saldo rekening masuk atau keluar dari dana saham Perusahaan; (d) pemilihan untuk meminjam uang terhadap perkiraan rencana 401(k) anda jika pinjaman akan menghasilkan pencairan dari beberapa atau semua saldo dana saham Perusahaan; dan (e) pemilihan untuk prabayar suatu pinjaman rencana jika pra-pembayaran akan menghasilkan alokasi pinjaman yang berlanjut ke dana saham Perusahaan.

10 (d) (e) (f) Transaksi Mirip lainnya. Tidak satupun setiap pembelian lain sekuritas Perusahaan dari Perusahaan atau penjualan sekuritas Perusahaan kepada Perusahaan yang terkena Kebijakan ini. Hadiah. Hadiah bona fide dari sekuritas Perusahaan tidak terkena Kebijakan ini kecuali bila orang yang membuat hadiah memiliki alasan untuk meyakini bahwa penerima bermaksud untuk menjual sekuritas pada suatu saat ketika orang yang membuat hadiah (atau anggota keluarga atau orang lain yang terkait atau badan hukum yang tercakup oleh Kebijakan ini) akan dilarang melakukannya. Transfer Penitipan. Transfer sekuritas Perusahaan kepada atau dari suatu penitipan (trust) tidak terkena kebijakan ini. (g) Investasi Reksa Dana. Transaksi dalam reksa dana yang diinvestasikan dalam sekuritas Perusahaan tidak terkena kebijakan ini. 18. Transaksi Pasca-Pemutusan. Kebijakan ini terus berlaku untuk transaksi anda dalam sekuritas Perusahaan meski anda telah memutuskan hubungan kerja anda dengan Perusahaan. Dengan demikian, jika anda memiliki Materi Informasi Nonpublik pada saat hubungan kerja anda berakhir, anda tidak boleh memperdagangkan sekuritas Perusahaan sampai informasi tersebut telah menjadi publik atau tidak lagi dianggap sebagai materi. 19. Pertanyaan, Perhatian dan Laporan. Silahkan ajukan langsung setiap pertanyaan atau perhatian yang mungkin anda miliki, atau silahkan membuat laporan, tentang setiap masalah yang dibahas dalam Kebijakan ini kepada Pejabat Kepala Kepatuhan Perusahaan. Anda juga dapat menggunakan Hotline Etika Trinseo untuk keperluan ini. Harap diingat, bagaimanapun, bahwa anda memiliki tanggung jawab utama untuk kepatuhan anda terhadap kebijakan ini. ***** Perusahaan mengharapkan dipatuhinya secara penuh kebijakan-kebijakan di atas oleh semua orang yang terkena Kebijakan ini. Setiap kegagalan untuk memahami pedoman ini dapat mengakibatkan kesulitan hukum yang serius bagi anda, serta bagi Perusahaan. Selain itu, setiap kegagalan untuk mengikuti surat dan semangat dari Kebijakan ini akan dianggap sebagai masalah yang sangat serius dan dapat berfungsi sebagai dasar untuk pemutusan hubungan kerja atau jasa. Diterapkan efektif pada tanggal 17 April 2014.

11 LAMPIRAN 1 DIREKTUR-DIREKTUR, PEJABAT-PEJABAT, DAN KARYAWAN LAIN YANG DIKENAKAN PROSEDUR PRA-KLIRENS 1. Direktur-direktur 2. Pejabat-pejabat 3. Karyawan-karyawan lain Trinseo Restricted October 2014 Form No

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

UU No. 8/1995 : Pasar Modal

UU No. 8/1995 : Pasar Modal UU No. 8/1995 : Pasar Modal BAB1 KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1 Afiliasi adalah: hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat a. kedua, baik

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan

Lebih terperinci

Pedoman Perilaku dan Etika Bisnis

Pedoman Perilaku dan Etika Bisnis Pedoman Perilaku dan Etika Bisnis Tanggal Mulai Berlaku: 2/28/08 Menggantikan: 10/26/04 Disetujui Oleh: Dewan Direksi TUJUAN PEDOMAN Memastikan bahwa praktik bisnis Perusahaan Mine Safety Appliances ("MSA")

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN PERILAKU MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya suatu masyarakat adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA Copyright (C) 2000 BPHN PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA *36161 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 9 TAHUN 1999 (9/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI

Lebih terperinci

KEBIJAKAN HADIAH, HIBURAN DAN PEMBERIAN. 1. Untuk Pelanggan, Pemasok, Mitra bisnis dan Pemangku kepentingan Eksternal.

KEBIJAKAN HADIAH, HIBURAN DAN PEMBERIAN. 1. Untuk Pelanggan, Pemasok, Mitra bisnis dan Pemangku kepentingan Eksternal. KEBIJAKAN HADIAH, HIBURAN DAN PEMBERIAN Pemberian Hadiah/Penyediaan Hiburan 1. Untuk Pelanggan, Pemasok, Mitra bisnis dan Pemangku kepentingan Eksternal. 1. Semua pemberian hadiah harus sesuai dengan kebijakan

Lebih terperinci

PT Indosat Tbk. (didirikan di Republik Indonesia sebagai perseroan terbatas) Kode Etik

PT Indosat Tbk. (didirikan di Republik Indonesia sebagai perseroan terbatas) Kode Etik PT Indosat Tbk. (didirikan di Republik Indonesia sebagai perseroan terbatas) Kode Etik 1 I. PENDAHULUAN Kode Etik ini merangkum dasar-dasar berperilaku yang sudah lama dianut PT Indosat Tbk. ( Perseroan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.143, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Perdagangan. Berjangka. Komoditi. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5548) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UU R.I No.8/1995 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT NUSANTARA PELABUHAN HANDAL Tbk.

PEDOMAN DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT NUSANTARA PELABUHAN HANDAL Tbk. PEDOMAN DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT NUSANTARA PELABUHAN HANDAL Tbk. Untuk memenuhi ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku, Direksi dan Dewan Komisaris PT Nusantara Pelabuhan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

Standar Etika Berbisnis PerkinElmer

Standar Etika Berbisnis PerkinElmer Agar sesuai dengan perubahan dalam perundang-undangan dan peraturan yang berlaku, penerapan terbaik terhadap tata tertib perusahaan, serta untuk memperbarui informasi kontak dan prosedur pelaporan masalah

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI DAFTAR ISI PASAL 1 Tujuan... 2 PASAL 2 Definisi... 2 PASAL 3 Keanggotaan Direksi... 2 PASAL 4 Persyaratan... 3 PASAL 5 Masa Jabatan... 4 PASAL 6 Pemberhentian Sementara...

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Berikut ini adalah beberapa istilah dalam Syarat dan Ketentuan di bawah ini akan memiliki arti sebagai berikut:

Berikut ini adalah beberapa istilah dalam Syarat dan Ketentuan di bawah ini akan memiliki arti sebagai berikut: Syarat dan Ketentuan Pendana Terima kasih telah mengunjungi platform kami di www.danain.co.id, kami sebagai penyedia jasa layanan investasi berbasis digital akan selalu berupaya sebaik mungkin dalam memberikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERJANJIAN KEANGGOTAAN AKSELERAN ANTARA. ANDA sebagai Anggota. dan. PT AKSELERAN KEUANGAN INKLUSIF INDONESIA sebagai Akseleran

PERJANJIAN KEANGGOTAAN AKSELERAN ANTARA. ANDA sebagai Anggota. dan. PT AKSELERAN KEUANGAN INKLUSIF INDONESIA sebagai Akseleran Pribadi dan Rahasia Hak cipta draft ini dipegang oleh PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia PERJANJIAN KEANGGOTAAN AKSELERAN ANTARA ANDA sebagai Anggota dan PT AKSELERAN KEUANGAN INKLUSIF INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL [LN 1995/64, TLN 3608]

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL [LN 1995/64, TLN 3608] UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL [LN 1995/64, TLN 3608] BAB XV KETENTUAN PIDANA Pasal 103 (1) Setiap Pihak yang melakukan kegiatan di Pasar Modal tanpa izin, persetujuan, atau pendaftaran

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 74 /POJK.04/2016 TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 74 /POJK.04/2016 TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 74 /POJK.04/2016 TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Pedoman Direksi. PT Astra International Tbk

Pedoman Direksi. PT Astra International Tbk PT Astra International Tbk Desember 2015 PEDOMAN DIREKSI 1. Pengantar Sebagai perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia, PT Astra International Tbk ( Perseroan atau Astra ) memiliki

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I KETENTUAN UMUM BAB I KETENTUAN UMUM 100. DEFINISI Kecuali konteksnya menunjukkan makna yang lain, istilah-istilah yang ditulis dalam huruf kapital dalam Peraturan ini akan mengandung pengertian-pengertian sebagai berikut:

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 64 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI REAL ESTAT BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 64 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI REAL ESTAT BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 64 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI REAL ESTAT BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Kecuali konteksnya menentukan lain, istilah istilah dalam Syarat dan Ketentuan di bawah ini akan memiliki arti sebagai berikut:

Kecuali konteksnya menentukan lain, istilah istilah dalam Syarat dan Ketentuan di bawah ini akan memiliki arti sebagai berikut: SYARAT DAN KETENTUAN Selamat datang di www.koinworks.com. Sebelum menggunakan, mengakses atau memanfaatkan Platform ini, pastikan Anda sudah membaca dengan baik seluruh Syarat dan Ketentuan n ini. Syarat

Lebih terperinci

PIAGAM DIREKSI. Piagam ini diterbitkan untuk menjadi panduan Direksi dan anggotanya dalam mengelola dan menjalankan Perseroan. A.

PIAGAM DIREKSI. Piagam ini diterbitkan untuk menjadi panduan Direksi dan anggotanya dalam mengelola dan menjalankan Perseroan. A. PIAGAM DIREKSI Piagam ini diterbitkan untuk menjadi panduan Direksi dan anggotanya dalam mengelola dan menjalankan Perseroan. 1. Peraturan Perseroan No. 40/2007 A. LEGAL BASIS 2. Peraturan Pasar Modal

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 20 /POJK.04/2016 TENTANG PERIZINAN PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar No.396, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Reksa Dana. Penjual. Agen. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5653) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

Standar Etika Berbisnis PerkinElmer

Standar Etika Berbisnis PerkinElmer Standar Etika Berbisnis PerkinElmer NILAI-NILAI BISNIS DAN ETIKA PERKINELMER Tujuan Standar Etika Berbisnis PerkinElmer ("Standar Etika") adalah nilai dan prinsip yang memandu hubungan bisnis kita. Kita

Lebih terperinci

PERJANJIAN KEANGGOTAAN DANA SYARIAH

PERJANJIAN KEANGGOTAAN DANA SYARIAH Pribadi dan Rahasia Hak cipta dipegang oleh PT Dana Syariah Indonesia PERJANJIAN KEANGGOTAAN DANA SYARIAH ANTARA ANDA sebagai Anggota dan PT. Dana Syariah Indonesia sebagai Dana Syariah Dana Syariah.id

Lebih terperinci

Standar Audit SA 250. Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 250. Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan SA 0 Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 PERTIMBANGAN ATAS PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DALAM AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

Kamus Pasar Modal Indonesia. Kamus Pasar Modal Indonesia

Kamus Pasar Modal Indonesia. Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal A Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS DAFTAR ISI PASAL 1 Tujuan... 2 PASAL 2 Definisi... 2 PASAL 3 Keanggotaan Dewan Komisaris... 2 PASAL 4 Persyaratan... 3 PASAL 5 Masa Jabatan... 4 PASAL 6 Waktu

Lebih terperinci

Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal;

Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; Kamus Pasar Modal Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2 hubungan antara Pihak dengan pegawai, direktur, atau komisaris

Lebih terperinci

BAB IX PEMBUKUAN DAN PELAPORAN. Pasal 87

BAB IX PEMBUKUAN DAN PELAPORAN. Pasal 87 BAB IX PEMBUKUAN DAN PELAPORAN Pasal 87 1. Bursa Berjangka, Lembaga Kliring Berjangka, Pialang Berjangka, Penasihat Berjangka, dan Pengelola Sentra Dana Berjangka wajib membuat, menyimpan, dan memelihara

Lebih terperinci

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi BAB I: PENDAHULUAN Pasal 1 D e f i n i s i 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi maupun

Lebih terperinci

Pedoman Dewan Komisaris. PT Astra International Tbk

Pedoman Dewan Komisaris. PT Astra International Tbk PT Astra International Tbk Desember 2015 PEDOMAN DEWAN KOMISARIS 1. Pengantar Sebagai perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia, PT Astra International Tbk ( Perseroan atau Astra )

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Draft 10042014 OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2013 TENTANG PENJAMINAN PENYELESAIAN TRANSAKSI BURSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

Formulir Nomor IV.PRO.10.1 (KOP PERUSAHAAN)

Formulir Nomor IV.PRO.10.1 (KOP PERUSAHAAN) Formulir Nomor IV.PRO.10.1 (KOP PERUSAHAAN) DOKUMEN PEMBERITAHUAN ADANYA RISIKO YANG HARUS DISAMPAIKAN OLEH PIALANG BERJANGKA UNTUK TRANSAKSI KONTRAK DERIVATIF DALAM SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF Dokumen

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK

PERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK PERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK I. KETENTUAN UMUM II. 1. Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:

Lebih terperinci

PASAL I Nama dan Lokasi. PASAL II Tujuan

PASAL I Nama dan Lokasi. PASAL II Tujuan ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN SERTIFIKASI KONSULTAN LAKTASI INTERNASIONAL (INTERNATIONAL BOARD OF LACTATION CONSULTANT EXAMINERS) Disetujui 15 September 2017 Nama Perusahaan ini adalah: PASAL I Nama dan

Lebih terperinci

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc.

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc. VESUVIUS plc Kebijakan Anti-Suap dan Korupsi PERILAKU BISNIS UNTUK MENCEGAH SUAP DAN KORUPSI Kebijakan: Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Tanggung Jawab Perusahaan Penasihat Umum Versi: 2.1 Terakhir diperbarui:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA

Lebih terperinci

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK.

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK. KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK. PENDAHULUAN Tata kelola perusahaan yang baik merupakan suatu persyaratan dalam pengembangan global dari kegiatan usaha perusahaan dan peningkatan citra perusahaan. PT Duta

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

109 Jasa Kliring dan Penjaminan serta Penyelesaian Transaksi Kontrak Berjangka. 110 Wewenang Lembaga Kliring Dalam Penyelesaian Kontrak Berjangka

109 Jasa Kliring dan Penjaminan serta Penyelesaian Transaksi Kontrak Berjangka. 110 Wewenang Lembaga Kliring Dalam Penyelesaian Kontrak Berjangka BAB 1 KETENTUAN UMUM 100 Kepatuhan Terhadap Undang-Undang 101 Perubahan Peraturan 102 Kewajiban Anggota Kliring 103 Batasan Tanggung Jawab 104 Larangan terhadap Pejabat atau Pegawai 105 Larangan Penyalahgunaan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP- 479/BL/2009 TENTANG PERIZINAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN 4 PRESEDEN PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA.

LAMPIRAN 4 PRESEDEN PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA. LAMPIRAN 4 PRESEDEN PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (versi lengkap) DAFTAR ISI Para Pihak dan Latar Belakang 1. Definisi dan Interpretasi

Lebih terperinci

PERJANJIAN KEANGGOTAAN AKSELERAN ANTARA. ANDA sebagai Anggota. dan. PT AKSELERAN KEUANGAN INKLUSIF INDONESIA sebagai Akseleran

PERJANJIAN KEANGGOTAAN AKSELERAN ANTARA. ANDA sebagai Anggota. dan. PT AKSELERAN KEUANGAN INKLUSIF INDONESIA sebagai Akseleran Pribadi dan Rahasia Hak cipta draft ini dipegang oleh PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia PERJANJIAN KEANGGOTAAN AKSELERAN ANTARA ANDA sebagai Anggota dan PT AKSELERAN KEUANGAN INKLUSIF INDONESIA

Lebih terperinci

PIAGAM DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT INDOSAT Tbk.

PIAGAM DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT INDOSAT Tbk. PIAGAM DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT INDOSAT Tbk. I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang PT Indosat Tbk. ( Indosat atau Perseroan ) adalah suatu penyedia jasa telekomunikasi dan jaringan serta suatu penyedia

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR IX.A.7 : TANGGUNG JAWAB MANAJER PENJATAHAN DALAM RANGKA PEMESANAN DAN PENJATAHAN EFEK DALAM PENAWARAN UMUM

PERATURAN NOMOR IX.A.7 : TANGGUNG JAWAB MANAJER PENJATAHAN DALAM RANGKA PEMESANAN DAN PENJATAHAN EFEK DALAM PENAWARAN UMUM PERATURAN NOMOR IX.A.7 : TANGGUNG JAWAB MANAJER PENJATAHAN DALAM RANGKA PEMESANAN DAN PENJATAHAN EFEK DALAM PENAWARAN UMUM 1. Penawaran Umum Penawaran Umum dapat merupakan Penawaran Umum kepada masyarakat

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang

2 menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang No.361, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Transaksi. Bursa. Penjamin. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5635) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26/POJK.04/2014 TENTANG. Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26/POJK.04/2014 TENTANG. Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26/POJK.04/2014 TENTANG Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan No.61, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Investasi Kolektif. Real Estat. Bank Kustodian. Manajer Investasi. Pedoman. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Nomor 5867) PERATURAN

Lebih terperinci

pedoman perilaku dan etika Membangun Kepercayaan

pedoman perilaku dan etika Membangun Kepercayaan pedoman perilaku dan etika Membangun Kepercayaan Pesan dari Chairman: Di Laureate, kita bangga atas reputasi kita yang mendunia dalam hal integritas dan perilaku beretika Melalui perilaku kita, kita berhasil

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UU R.I No.8/1995 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional

Lebih terperinci

Standar Audit SA 402. Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa

Standar Audit SA 402. Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa SA 0 Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa SA Paket 00.indb //0 0::0 AM STANDAR AUDIT 0 PERTIMBANGAN AUDIT TERKAIT DENGAN ENTITAS YANG MENGGUNAKAN SUATU ORGANISASI

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2013 TENTANG PERILAKU AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2013 TENTANG PERILAKU AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2013 TENTANG PERILAKU AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720] UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720] Bagian Kedua Ketentuan Pidana Pasal 71 (1) Setiap Pihak yang melakukan kegiatan Perdagangan

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI INFRASTRUKTUR BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI INFRASTRUKTUR BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI INFRASTRUKTUR BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

SEMULA ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk.

SEMULA ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk. Pasal SEMULA ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk. USULAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk. Pasal PEMINDAHAN HAK ATAS SAHAM PASAL 10 PEMINDAHAN HAK ATAS SAHAM

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Kamus Istilah Pasar Modal

Kamus Istilah Pasar Modal Sumber : www.bapepam.go.id Kamus Istilah Pasar Modal Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2 hubungan antara Pihak dengan

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANG

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANG LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.122, 2017 KEUANGAN OJK. Transaksi Efek. Pelaporan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6069) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL

KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 50 /POJK.04/2016 TENTANG PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS Kode Etik Global Performance Optics adalah rangkuman harapan kami terkait dengan perilaku di tempat kerja. Kode Etik Global ini mencakup beragam jenis praktik bisnis;

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI,

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP- 176/BL/2008 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN

Lebih terperinci

II. PIHAK YANG WAJIB MELALUI PROSES PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN

II. PIHAK YANG WAJIB MELALUI PROSES PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN Yth. Direksi Perusahaan Efek Yang Melakukan Kegiatan Usaha Sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 57 /SEOJK.04/2017 TENTANG

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGA

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGA No.45, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Prospektus. Efek Bersifat Ekuitas. Bentuk dan Isi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6029) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /POJK.04/2017 TENTANG PELAPORAN TRANSAKSI EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /POJK.04/2017 TENTANG PELAPORAN TRANSAKSI EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /POJK.04/2017 TENTANG PELAPORAN TRANSAKSI EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

BAB 3 MANAJEMEN LEMBAGA KLIRING

BAB 3 MANAJEMEN LEMBAGA KLIRING BAB 3 MANAJEMEN LEMBAGA KLIRING 300. STRUKTUR ORGANISASI Secara umum tugas dan tanggung jawab Dewan Direksi adalah sebagaimana yang ditetapkan Anggaran Dasar Perseroan. Dewan Direksi mewakili Lembaga Kliring

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR. PT LOTTE CHEMICAL TITAN Tbk Pasal

ANGGARAN DASAR. PT LOTTE CHEMICAL TITAN Tbk Pasal ANGGARAN DASAR PT LOTTE CHEMICAL TITAN Tbk ----------------------------------------------- Pasal 1 ---------------------------------------------- 1. Perseroan Terbatas ini bernama PT LOTTE CHEMICAL TITAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-13/PM/1997 TENTANG

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-13/PM/1997 TENTANG KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-13/PM/1997 Peraturan Nomor IX.J.1 TENTANG POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.36, 2017 KEUANGAN OJK. Investasi Kolektif. Multi Aset. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6024) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Anotasi. Naskah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

Lebih terperinci

PERHATIAN! PERJANJIAN INI MERUPAKAN KONTRAK HUKUM, HARAP DIBACA DENGAN SEKSAMA PERJANJIAN PEMBERIAN AMANAT

PERHATIAN! PERJANJIAN INI MERUPAKAN KONTRAK HUKUM, HARAP DIBACA DENGAN SEKSAMA PERJANJIAN PEMBERIAN AMANAT Formulir Nomor IV.PRO.11 PERHATIAN! PERJANJIAN INI MERUPAKAN KONTRAK HUKUM, HARAP DIBACA DENGAN SEKSAMA PERJANJIAN PEMBERIAN AMANAT Pada hari ini, tanggal.. bulan tahun., bertempat di Kantor Pusat atau

Lebih terperinci

PI HAK YAN G M EM I LI KI HUBUN GAN I STI M EW A

PI HAK YAN G M EM I LI KI HUBUN GAN I STI M EW A Pihak yang Memiliki Hubungan Istimewa SA Se k si 3 3 4 PI HAK YAN G M EM I LI KI HUBUN GAN I STI M EW A Sumber: PSA No. 34 PEN DAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang prosedur yang harus dipertimbangkan

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT

PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/12.2014 TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT PENGURUS BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA Menimbang : a. bahwa perbedaan pendapat

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR IX.A.7 : TANGGUNG JAWAB MANAJER PENJATAHAN DALAM RANGKA PEMESANAN DAN PENJATAHAN EFEK DALAM PENAWARAN UMUM

PERATURAN NOMOR IX.A.7 : TANGGUNG JAWAB MANAJER PENJATAHAN DALAM RANGKA PEMESANAN DAN PENJATAHAN EFEK DALAM PENAWARAN UMUM Nomor : Kep-48/PM/1996 PERATURAN NOMOR IX.A.7 : TANGGUNG JAWAB MANAJER PENJATAHAN DALAM RANGKA PEMESANAN DAN PENJATAHAN EFEK DALAM PENAWARAN UMUM 1. Penawaran Umum Penawaran Umum dapat merupakan Penawaran

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN,

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN, - 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang keberhasilan penyelenggaraan Program Pensiun, investasi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-552/BL/2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 37, 1992 (ADMINISTRASI. Kesejahteraan. PENSIUN. Tenaga Kerja. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi maupun

Lebih terperinci