ANALISA PERHITUNGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN KEKUATAN MATERIAL PLATE SA 516 GR 70 UNTUK SHELL TEST SEPARATOR 1219 mm ID x 3048 mm S/S

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA PERHITUNGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN KEKUATAN MATERIAL PLATE SA 516 GR 70 UNTUK SHELL TEST SEPARATOR 1219 mm ID x 3048 mm S/S"

Transkripsi

1 ANALISA PERHITUNGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN KEKUATAN MATERIAL PLATE SA 516 GR 70 UNTUK SHELL TEST SEPARATOR 1219 mm ID x 3048 mm S/S BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sumber daya manusia yang handal, bermutu tinggi serta siap pakai yang dapat bersaing dalam menjawab tantangan di masa mendatang sangatlah dibutuhkan di zaman modern dan serba maju seperti sekarang ini. Terlebih lagi memasuki perkembangan dunia perindustrian dan fabrikasi yang berkembang pesat dan cukup baik di negara kita. Untuk menjawab tantangan ini maka ilmu dan teknologi yang diperoleh dalam perkuliahan tidaklah cukup. Karena para mahasiswa juga membutuhkan suatu kegiatan praktek secara langsung untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperolehnya di bangku perkuliahan. Maka melalui praktek kerja lapangan ini, mahasiswa dapat belajar secara langsung dan juga dapat menerapkan ilmu yang diperoleh diperkuliahan secara nyata. Praktek ini juga mengenalkan mahasiswa pada pola kerja dan perilaku kerja professional di Industri sebagai referensi pengetahuan sebelum memasuki dunia kerja yang sebenarnya. Atas dasar itu maka, dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini, Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Pattimura telah menjalin hubungan kerjasama dengan PT. Grand Kartech. Dimana PT. Grand Kartech adalah salah satu Perusahaan yang bergerak di bidang Perancangan dan Fabrikasi Pressure Vessel (bejana tekan). Jenis Pressure Vessel yang diproduksi di perusahhan inipun beragam, baik yang bekerja secara vertical maupun horizontal dengan tekanan yang berbeda-beda pula. Pressure Vessel hasil produksi PT. Grand Kartech umumnya digunakan sebagai wadah penyimpanan fluida baik gas maupun cairan yang bertekanan. Yang mana merupakan salah satu aset penting dalam menentukan keberhasilan usaha produksi suatu pabrik. Salah satu bagian terpenting dari pressure vessel / bejana tekan adalah shell yang merupakan dinding atau badan dari bejana tekan tersebut. Sebagai bagian dari bejana bertekanan, tentu saja shell harus diperhitungkan dengan baik karena fungsi shell sendiri adalah sebagai dinding dari bejana tekan yang harus mampu menahan segala bentuk gaya dan tekanan relatife besar.

2 Selain faktor manufacturing, masalah lain yang sangat perlu diperhatikan dalam pembuatan shell adalah masalah pengujiannya. Adapun pengujian yagn digunakan untuk pengujian kekerasan shell adalah uji kekerasan brinell dan uji radiografi. Laporan ini menjelaskan tentang perhitungan, pembuatan dan pengujian shell salah satu pressure vessel yang diproduksi oleh PT. Grand Kartech yaitu Test Separator (V-1020), dimana untuk fabrikasi shellnya sendiri menggunakan bahan plate SA 516 Gr 70, dan juga rangkaian kegiatan yang telah dilakukan penulis berkaitan dengan Praktek Kerja Lapangan yang dijalani. 1.2.Permasalahan Proses produksi ini dan pabrikasi boiler pada PT. Grand Kartech, terdapat berbagai masalah yang dihadapi. Diantaranya meliputi, adanya keterbatasan material dalam proses produksi, rusaknya sebagian mesin produksi, dan kurangnya pemahaman sebagian kecil para pekerja tentang bekerja secara ekonomis ( dalam konteks waktu ). Adapun material baku yang di gunakan lebih banyak menggunakan material yang di impor dari luar sehingga menyebabkan proses produksi/fabrikasi berjalan lambat yaitu tidak sesuai dengan waktu yang di tentukan karena adanya keterlambatan datangnya material. Permasalahan lain yang juga dapat penulis tangkap dalam proses produksi ini adalah bagaimana mendapatkan suatu bentuk produk shell yang dibuat dengan menggunakan material tipe pelat tertentu, sekaligus dapat berlangsung berdasarkan dengan data teknis yang ada dan sesuai dengan standar ASME VIII Division 1 edisi Pemeriksaan kondisi fisik material seperti ketidaklurusan material, pemeriksaan permukaan material serta pemeriksaan dimensi panjang, lebar dan ketebalan haruslah dilakukan dengan amat teliti. 1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan laporan praktek kerja lapangan (PKL) ini adalah sebagai berikut: Dapat menjelaskan proses fabrikasi shell dari pressure vessel Test Separator (V-1020) mm ID x 3048 mm S/S. Dapat melakukan perhitungan terhadap; pelat pada kondisi awal, tebal shell, tekanan shell, tekanan kerja maksimum, beban angin, umur dari silinder, tegangan kompresi pada shell dan getaran maksimum.

3 Dapat menjelaskan pengujian-pengujian yang digunakan dalam proses fabrikasi shell antara lain uji kekerasan brinell dan uji radiografi. Dapat melaporkan rangkaian kegiatan yang telah dilakukan penulis berkaitan dengan kerja Praktek yang dijalani, khususnya berkaitan dengan proses fabrikasi shell pada Pressure Vessel. Laporan ini hanya membahas tentang perhitungan, proses pembuatan dan pengujian shell salah satu pressure vessel yang diproduksi pada PT. Grand Kartech yaitu Test Separator (V-1020) dengan tekanan desain 82,737 Bar (1200 Psi), diameter bagian dalam (ID) 1219,2 mm (48 inch) dan panjang shell (S/S) 3048 mm (120 inch).

4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Bejana tekan (Pressure Vessels) Dalam beberapa industri dapat ditemui aplikasi sains yakni merubah suatu material dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya baik secara kimia maupun secara fisika. Proses demikian membutuhkan penanganan dan penyimpanan material-materialnya dalam suatu tempat, tergantung sifat kimia dan fisika dari material tersebut, serta pelaksanaan yang dibutuhkan untuk pembentukannya. Untuk penenganan fluida-fluida tersebut membutuhkan tempat yang disebut Vessel. Langkah pertama dalam mendesain vessel adalah pemilihan tipe yang cocok untuk pelayanan proses yang diinginkan. Faktor terpenting dalam pemilihan adalah lokasi dan fungsi vessel, sifat fluida, temperature dan tekanan operasi serta proses. Bejana tekan (Pressure Vessels) adalah tempat penampungan suatu fluida baik berupa cair maupun gas dengan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan atmosfir, pada umumnya sampai dengan Psi. Dimana tekanan tersebut bisa lebih besar dari tekanan udara luar bejana atau lebih kecil dari tekanan udara luar bejana atau sering desebut dengan vacuum. Bejana tekan pada umumnya bekerja pada suhu antara F hingga di atas F, dengan kapasitas yang sangat besar hingga gallon. Sehingga dapat pula digunakan sebagai ketel uap (Boiler), alat pertukaran panas (Heat exchanger), Air receiver, bejana penyimpanan fluida baik udara, maupun cairan. Pressure Vessels paling sering digunakan sebagai media penampung fluida cairan, uap air, atau gas pada tingkatan tekanan lebih besar dari tekanan udara. Pressure Vessels menampung suatu unsur yang digunakan secara luas untuk berbagai aplikasi industri yang mencakup bahan kimia, farmasi, makanan dan minuman, minyak dan bahan bakar, industri nuklir, dan industri plastik Klasifikasi Vessel (Bejana Tekan) Bejana tekan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis berdasarkan kontruksi dan bentuk, ukuran dan penggunaannya. Akan tetapi jenis bejana tekan yang diproduksi berdasarkan kontruksinya adalah jenis bejana tekan silinder Torispherical head, yang digunakan sebagai Test Separator.

5 Pada umumnya Pressure Vessel (Bejana Tekan) dapat digolongkan dalam beberapa bentuk, yaitu: 1. Open tanks 2. Flat bottomed, vertical cylindrical tanks 3. Vertical cylindrical 4. Horizontal vessel 5. Spherical vessel Bentuk vertical biasanya dipergunakan pada area yang sempit. Dan bentuk horizontal dipergunakan jika tersedia area yang cukup luas, sedangkan bentuk bola biasanya digunakan pada tempat yang memiliki fluktuasi temperature yang tinggi untuk mengantisipasi efek-efek perpindahan panas. Bejana tekan tersebut berbentuk layaknya sebuah silinder atau tabung. Bejana tekan ini merupakan awal dari pembuatan bejana tekan selanjutnya. Bejana tekan silinder dibagi lagi menjadi beberapa jenis sesuai dengan bentuk head yang digunakan. Adapun bejana tekan yang digolongkan sesuai dengan bentuk Headnya antara lain : Bejana Tekan Elipsoidal Head. Bejana Tekan Torispherical Head. Bejana Tekan Hemispherical Head. Bejana Tekan Conical Head. Bejana Tekan Toriconical Head. Macam-macam bagian dan komponen pendukung bejana tekan yang sering terdapat dan yang sering digunakan pada bejana tekan pada umumnya diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Shells 2. Heads 3. Flange 4. Katup (Valve) 5. Stud Bolt dan Gasket 6. Lifting Lugs 7. Saddle Plate 8. Lubang Lalu Orang dan Lubang Pembersih 9. Pelat Nama

6 Komponen-komponen tersebut terhubung menjadi satu kesatuan hingga menjadi suatu bejana tekan. Adapun komponen tersebut terhubung satu dengan yang lainnya dengan berbagai cara, ada yang dengan proses pengelasan (permanent) atau dengan proses baut (dapat dibuka-pasang) Fungsi Shell Vessel Shell adalah berfungsi sebagai dinding dari bejana tekan. Pada proses pembuatan shell, biasanya digunakan jenis bahan sesuai dengan kegunaan dari bejana tekan tersebut saat di lapangan nanti. Untuk jenis bahan yang diperlukan pada proses produksi shell digunakan material tipe pelat SA 516 grade 70, yang merupakan suatu bentuk material standar baja Amerika dengan tipe/nomor 516 memiliki tensile strength atau kekuatan tank sebesar Psi dan tekanan material pada suhu -20 sampai 650 F sebesar Psi. Tekanan desain (P) ditetapkan sebesar bar atau 1200 Psi dengan temperatur desain 150 F. Material tersebut memiliki jumlah unsur paduan khusus < 8.0%. Baja tersebut merupakan paduan dari unsur C-Mn-P-S-Si-Cb. 2.2 Teori Pengujian Uji Kekerasan Brinell Pengujian kekerasan digolongkan ke dalam kelompok pengujian untuk melihat sifat mekanik dari suatu material. Pengujian kekerasan biasa dilakukan setelah benda kerja mengalami beberapa pengerjaan yang mengakibatkan perubahan terhadap beberapa struktur mikro dari suatu bahan. Karena pada dasarnya kekerasan sebanding dengan kekuatan tank sedang ketahanan aus berbanding terbalik dengan kekerasaan. Karena kekerasan mudah ditentukan maka cara pengujian ini sering digunakan untuk pengendalian mutu pada proses-proses perlakuan panas, pembentukan dingin maupun pembentukan panas. Bila nilai kekerasan merata, dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat mekaniknya akan seragam pula. Salah satu cara pengukuran kekerasan adalah dengan metode Brinell. Pengujian Brinell digunakan secara luas pada hasil-hasil pengecoran maupun penempaan. Pengujian kekerasan Brinell menggunakan bola karbida berdiameter 10 mm atau 5 mm, sebagai penekan

7 (indenter), yang diberikan gaya (beban = F) sebesar 500 sampai 3000 kg. Beban tersebut dipertahankan selama second. Untuk mendapatkan hasil pengujian yang baik, maka perlu dipersiapkan benda uji dengan permukaan yang akan diuji dihaluskan dengan gerinda, dan pembacaan diameter bekas penekanan (d) menggunakan kaca pembesar. Untuk menghitung kekerasan bahan, digunakan rumus HB sebagaimana tercantum pada gambar di atas. Pada alat penguji yang modern, pembacaan dapat dilakukan langsung pada layar monitornya Uji Radiografi Radiografi adalah suatu pengujian tanpa merusak benda kerja, dalam hal ini shell. Dimana pada proses ini menggunakan sinar X atau sinar γ yang mampu menembus hampir semua logam kecuali Timbal dan material padat lainnya sehingga dapat digunakan untuk melihat cacat atau ketidaksesuaian dibalik dinding metal atau didalam bahan metal itu sendiri. Sinar X berasal dari arus listrik yang bertegangan antara K volt Peak. dimana sinar X dapat dikendalikan dengan mengatur besar kecilnya arus. Demikian juga pengarahannya sangat terfokus sehingga radiasinya tidak menyebar kemana-mana. Sebaliknya pada sinar gamma (y) yang merupakan sinar jenis penyinaran yang dilakukan pada bejana tekan yang dibahas, berasal dari Zat radioaktif seperti iridium 192 yang biasa dikenal dengan isotop, pada saat melakukan proses penyinaran sinar radiasinya menyebar kesegala arah sebagaimana sinar matahari, Sehingga untuk mernfokuskannya hams dimasukkan kedalam kemasan khusus yang terbuat dari timbal atau uranium yang lazim disebut dengan kamera dengan bukaan tertentu. Dari bukaan inilah seberkas sinar radioaktif γ terpancar dan kemudian dimanfaatkan untuk pengujian pada benda kerja. Pada prakteknya jarak yang biasa diambil antara sumber penyinaran dengan benda kerja pada saat penyinaran berlangsung ialah 40 inci atau setara dengan 1,016 m. Pada fabrikasi Shell sendiri teknik radiografi adalah untuk mendeteksi cacat-cacat konstruksi dan material akibat bawaan dari asli, pengaruh pekerjaan las serta akibat dari pengoprasian peralatan.

8 Khususnya didunia pengelasan, teknik radiasi sangat dominan dalam menentukan mutu atau kualitas dari suatu sambungan las, sekaligus menentukan batasan-batasan penerimaan dan penolakan suatu produk.

9 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian di mulai pada tanggal 10 September sampai dengan 29 November Tempat Penelitian Praktek Kerja Lapangan di laksanakan di PT. Grand Kartech Rawabali dan PT. Prima Jabar Steel, dimana keduanya terletak di Pulo Gadung Industrial Estate, Jakarta-Indonesia, dan di PT. Grand Kartech Karawang yang terletak di Kawasan Industri Surya Cipta, Karawang-Indonesia. 3.2 Variabel Penelitian Variabel yang diteliti pada laporan ini yaitu shell pada pressure vessel (tangki bejana tekan). 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi dalam penelitian adalah workshop PT. Grand Kartech. 2. Sampel Berdasarkan populasi di atas, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah PT. Grand Kartech, berupa tangki bejana tekan yaitu Test Separator. 3.3 Metode Pengumpulan Data Penulisan dalam laporan Praktek Kerja Lapangan ini menggunakan metode-metode pengambilan data sebagai berikut : 1. Observasi Metode pegumpulan data ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan dan pelaksanaan kerja secara langsung di PT.Grand Kartech. 2. Interview Dilaksanakan dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung dengan pembimbing lapangan serta karyawan-karyawan bagian Kontruksi, welder, dan machining. 3. Studi Pustaka Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan mempelajari buku-buku kuliah, pencarian data tambahan melalui internet dan panduan manual serta berkas-berkas lain yang disediakan di Enginering Document pada PT Grand Kartech. 3.5 Metode Analisa Data

10 Data yang telah dihimpun atau diperoleh dalam kegiatan praktek kerja lapangan kemudian dianalisis dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Pengelompokan data, yaitu pengumpulan beberapa bahan dan pernyataan yang saling berkaitan. 2. Reduksi data yaitu menganalisis data-data kasar yang muncul dari percatatan lapangan secara keseluruhan kemudian diberikan penilaian sesuai dengan tema, untuk mencari bagian-bagian yang saling terkait agar lebih sederhana. 3. Verifikasi data yaitu menafsirkan dan mengelompokkan semua data supaya tidak terjadi tumpang tindih dan kerancuan karena perbedaan. 4.1 Perhitungan Perhitungan Pelat Pada Kondisi Awal BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data teknis awal yang didapat dari pihak costumer adalah tekanan desain = bar (1200 Psi) dan diameter bagian dalam (d) = 48 inci mm, atau r mm (24 inci). Jika pelat tersebut dilakukan proses pengerolan, maka tinggi silinder (h) merupakan lebar dari pelat (L). Dengan demikian panjang dari pelat tersebut adalah : P x L = 2 x π x r x h P x = 2 x 3.14 x x P = P = mm Volume atau isi (V) dari satu buah silinder (pemisah bagian dalam bejana diabaikan) adalah : V = π x x h = 3.14 x x = mm 3 = 1.42 m 3 Maka volume (V) untuk dua buah shell pembentuk silinder adalah : V = 2 x 1.42 m 3 = 2.84 m Perhitungan Pada Silinder Shell

11 Circumferential joint atau longitudinal stress (S 1 ) dan longitudinal joint atau circumferential stress (S 2 ) merupakan tipe sambungan dan jenis tekanan yang terjadi pada daerah shell. a. Tebal (t) Shell Pada Dimensi Bagian Dalam Berdasarkan tabel standar maka tebal rim dan tebal minimal untuk dimensi bagian dalam atau pada daerah longitudinal joint (circumferential stress) dengan tekanan desain sebesar 1200 Psi, jari-jari dari diameter bagian dalam ½ ID = 24 inci, nilai tekanan untuk material SA 516 Gr 70 dengan temperatur kerja sampai 650 o F = Psi sesuai pada tabel., Efficiency kerja = 1, dan CA (Corrosion Allowance) maka dapat dirumuskan sebagai berikut : t r = P = 1200 Psi R = 24 inci S = Psi E = 1 Maka : t r = = inci mm Sehingga tebal minimal (t m ) dari shell untuk dimensi bagian dalam, adalah : t m = + CA t m = = inci mm maka digunakan pelat dengan tebal t m = 1.8 inci mm 45 mm b. Tekanan Shell Pada Dimensi Bagian Dalam Untuk tekanan kerja rim yang diijinkan (P) dan tekanan kerja maksimum yang diijinkan (Pa) untuk shell berdasarkan dimensi bagian dalam atau pada bidang longitudinal joint (circumferential stress) adalah : P = P = = Psi 0.84 kg/mm 2

12 Sehingga tekanan kerja maksimum yang diijinkan (Pα) untuk dimensi bagian dalam adalah : Pα = Pα = = 1255,981 Psi 0.88 kg/mm 2 c. Tebal Shell Pada Dimensi Bagian Luar Tebal rim (t r ) dan tebal minimal (t m ) pada dimensi bagian luar atau pada daerah circumferetial joint (longitudinal stress) adalah : t r = t r = = 1.66 inci mm Dimana R ( jari-jari ) yang digunakan adalah R = = = 24.9 inci mm Sedangkan tebal minimal (t m ) untuk dimensi bagian luar atau pada daerah circumferential joint (longitudinal stress) adalah : t m = + CA t m = = = inci mm Dimana CA adalah Corrosion Allowance. d. Tekanan Shell Pada Dimensi Bagian Luar Tekanan kerja rim yang diijinkan (P) dan tekanan kerja maksimum yang diijinkan (Pα) untuk shell berdasarkan dimensi bagian luar atau pada bidang circumferential joint (longitudinal stress) adalah : P =

13 P = = Psi 0.84 kg/mm 2 Sehingga tekanan kerja maksimum yang diijinkan (Pα) pada shell berdasarkan dimensi bagian dalam atau bidang circumferential joint (longitudinal stress) adalah : Pα = Pα = = Psi 0.91 kg/mm 2 e. Tekanan Kerja Maksimum (Pα) dibawah Tekanan Kerja Eksternal Berdasarkan dimensi bagian dalam dengan tebal 1.8 inci atau mm dan tekanan shell Psi atau 0.88 kg/mm 2, maka didapat tekanan kerja maksimum dibawah tekanan kerja eksternal dengan modulus elastisitas bahan (E) Psi pada temperature F adalah: Pα = B = Dimana A = A = A = x 10-3 = 0,00904 Jadi nilai B dapat dicari : B = = Psi Do adalah diameter luar dapat dirumuskan sebagai berikut : Do = ID + t m = = 49.8 inci Ro = = 24.9 inci

14 Maka tekanan kerja maksimum dibawah tekanan kerja eksternal (Pα) adalah : Pα = = = Pα = Psi 4.14 kg/mm 2 f. Tekanan Kerja Maksimum dengan Faktor Keamanan (P fs ) Karena shell tersebut termasuk kedalam golongan gerak dinamis yang mempunyai faktor keamanan (dinamis 1 = 5 8), maka tekanan kerja maksimum dengan memperhatikan faktor keamanan (P fs ) adalah : P fs = = P fs = 750 Psi kg/mm 2 g. Tekanan pada Daerah Pengelasan (S 1, S 2 ) Untuk tekanan kerja maksimum (Pα) yang terjadi didalam shell harus lebih kecil dari tekanan pada daerah pengelasan (S 1 ) dan (S 2 ), dimana Dc adalah diameter antara ( mean diameter) dari shell, besarnya S 1 adalah : ( P = 1200 Psi ; t n = 1.8 inci ) Dc = = Dc = 48.9 inci Maka : S 1 = =

15 S 1 = = 8150 Psi 5.73 kg/mm 2 S 2 = = S 1 = = Psi kg/mm 2 Dimana S 1 Pa S 2 Pengujian terhadap kemungkinan terjadinya suatu kegagalan dalam suatu silinder shell yang dikarenakan tekanan yang berlebihan adalah dengan cara perbandingan antara kemungkinan shell terjadi pecah pada daerah circumferential joint (S 1 ) dan shell mengalami patah / belah pada daerah longitudinal joint (S 2 ), dengan S adalah harga regangan pada material (17500 Psi). Dimana kemungkinan terbesar shell untuk mengalami kerusakan adalah pada daerah S 1 atau shell akan mengalami pecah. Kekuatan dari tegangan pada S 2 tersebut dapat mengikuti persamaan : Pada S 1 : π x R 2 x P = 2 x π x R x t x S R x P = 2 x t x S S = Sedangkan pada S 2 : 2 x π x R 2 x P x L = 2 x π x R x t x S x L R x P = t x S S = Dengan demikian tekanan pada S 1 adalah 2 x S 2, sehingga kemungkinan terbesar jika shell terkena tekanan yang berlebihan maka shell akan mengalami pecah (S 1 ) Beban Angin (Pw) Dengan mengamsumsikan shell siap pakai dengan kondisi lapangan adalah laut dengan percepatan angin rata-rata sebesar mph ( maka beban angin atau Pw (psf) yang terjadi pada shell adalah sebesar : Pw = x = 0.74 psf = psi 3,5 x 10-6 kg/mm Umur Silinder Shell

16 Perhitungan umur shell didasarkan pada pemakaian shell dengan ketebalan awal 1.75 inci. Dengan anggapan dalam 24 tahun pemakaian akan mengalami penurunan ketebalan sebesar 0.18 inci, akan tetapi jika pemakaiannya dilanjutkan untuk 3 tahun kedepan, maka shell akan mengalami penurunan ketebalan sebesar 0.26 inci (Anthony l. Kohan, Hal.334). Sama halnya dengan pelat yang memiliki ketebalan inci, berdasarkan referensi diatas dalam 24 tahun pertama akan mengalami penurunan ketebalan menjadi inci. Untuk 3 tahun kedepan akan mengalami penurunan ketebalan hingga tebal dari shell tersebut menjadi inci. Dengan demikian umur dari shell tersebut adalah : Long term corrosion rate, Inches per year = = inci/year = 0.46 mm/year Present corrosion rate, Inches per year = = inci/year = 2.21 mm/year Maka ketebalan yang diijinkan sebelum ketebalan minimum dicapai dari ketebalan shell awal sebesar 1.8 inci atau mm adalah : t = = inci = mm Sehingga umur dari shell tersebut berdasarkan dengan ketebalan diatas adalah : Umur Shell = = 6.3 years Tegangan Kompresi (S k ) Pada Shell Untuk tegangan kompresi (S k ) yang terjadi pada shell, dimana (c = mean diameter) adalah sebesar : S k = = S k = psi 1.56 kg/mm Analisa Kalkulasi Cutting Plate Untuk Shell

17 Rumus untuk menghitung panjang bentangan plate yang akan dipotong (cutting plate) adalah sebagai berikut: 1. Untuk Shell-1 dengan dimensi sebagai berikut : Diameter Dalam (ID) = 1219 mm Tebal Plate (Thickness) = 45 mm = 3.14 Lebar Plate = 1828 mm Penyelesaian: Panjang Bentangan Plate = ID + ( Thickness x 3.14 ) = ( 45 x 3.14 ) = mm Untuk Gambar Cutting Platenya, dengan Ukuran plate SA 516 Gr 70 yang tersedia pada gudang workshop PT. Grand Kartech dengan dimensi sebagai berikut : Panjang x Lebar = 6069 x 1829 dalam satuan millimeter (mm) 2. Untuk Shell-2 dengan dimensi sebagai berikut : Diameter Dalam (ID) = 1219 mm Tebal Plate (Thickness) = 45 mm = 3.14 Lebar Plate = 1220 mm Penyelesaian: Panjang Bentangan Plate = ID + ( Thickness x 3.14 ) = ( 45 x 3.14 ) = mm Untuk Gambar Cutting Platenya, dengan Ukuran plate SA 516 Gr 70 yang tersedia pada gudang workshop PT. Grand Kartech dengan dimensi sebagai berikut : Panjang x Lebar = 6069 x 1829 dalam satuan millimeter (mm) 4.2 Proses Produksi (Proses Fabrikasi)

18 Proses pembuatan tangki dimulai dengan memilih bahan baku. Untuk tangki bertekanan tinggi (tangki bejana tekan) diperlukan material plat yang lebih tebal karena membutuhkan kekuatan yang tinggi untuk menahan gaya dari tekanan tangki tersebut, sedangkan tangki air dibuat dari material plat yang lebih tipis. Pertama-tama pembuatan ballfront (head vessel). Pembuatan ballfront (head vessel) dengan menggunakan mesin press hydraulic untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan kemudian dilanjutkan dengan proses pembuatan bibir ballfront dengan mesin bending. Kemudian body tangki dikerjakan dengan rolling process. Plat datar di rolling sampai plat tersebut melengkung sehingga akan membentuk suatu tabung silindris dengan diameter tertentu, lalu body tersebut disambungkan dengan proses pengelasan. Setelah membentuk ballfront dan body tangki, keduanya disambung atau digabungkan dengan proses pengelasan. Untuk tangki bejana tekan digunakan proses handwelding dan automatic arc welding karena tangki bejana tekan mempunyai ketebalan plat yang cukup tinggi sehingga memungkinkan untuk dilakukan proses automatic arc welding. Proses sandblast dilakukan pada tangki yang sudah jadi untuk membersihkan tangki dari karat dan kotoran-kotoran yang melekat. Setelah tangki benar-benar bersih, kemudian dilakukan proses pengecatan sesuai dengan warna standar jenis tangki. Untuk bagian dalam tangki dilakukan pengecatan dengan epoxy coating, sedangkan untuk bagian luar dilakukan pengecatan dengan air spray. Dengan melihat proses pembuatan tangki diatas, maka dapat diketahui bahwa sangat disesalkan apabila terjadi kerusakan atau kebocoran pada waktu dilakukan pengujian akhir pada pressure vessel tersebut. Oleh karena itu, ada baiknya dilakukan analisa terlebih dahulu apakah bahan yang digunakan cukup untuk menahan tekanan dari fluida yang terdapat di dalam tangki atau tidak. Dengan melakukan analisa terlebih dahulu, akan mengurangi kerugian yang dapat ditimbulkan Sequence / Urutan Fabrikasi Adapun urutan fabrikasinya adalah sebagai berikut: 1. Pre Fabrikasi a) Prepare atau persiapan material atau alat-alat yang akan digunakan b) Marking atau proses pengukuran plate c) Cutting atau pemotongan plate sesuai dengan ukuran yang telah di marking d) Rolling Plate adalah proses dimana plate dibentuk atau dirolling menjadi berbentuk lingkaran

19 e) Machining adalah proses dimana material-material yang dibutuhkan ada yang harus dibor, dibubut,atau difrais dll. 2. Assembly a) Setting adalah proses dimana Quality Control (QC) bekerja memeriksa dan mengukur ukuran lingkaran plate sesuai diameter yang diinginkan, penempatan pipa, nozzle dan lainnya sesuai dengan yang ada pada gambar perojek, setelah itu akan dilubangi dan dilanjutkan dengan proses pemasangan. b) Welding atau proses pengelasan, baik itu proses pengelasan shell, pengelasan nozzle flange atau pipa-pipa, dan Leg Support atau kaki tangki. c) NDT (Non Destrtructive Testing) adalah aktivitas tes atau inspeksi terhadap suatu benda untuk mengetahui adanya cacat, retak, atau discontinuity lain tanpa merusak benda yang kita tes atau inspeksi. Apabila terdapat cacat maka akan disetteing kembali. Dalam proses ini terdapat: Liquid Penetrant Test yaitu proses pengetesan untuk mengetahui kualitas pengelasan Leaktest yaitu proses pengisian air pada tangki sampai penuh untuk mengetahui kualitas tangki, apakah mengalami kebocoran atau tidak. Radiographic Inspection yaitu Pemeriksaan radiografi dan X-ray merupakan metode NDT yang mendeteksi cacat dalam bahan oleh penetrasi foto energi tinggi. Pengujian Ultrasonik (UT) menggunakan energi surya berfrekuensi tinggi untuk melakukan pemeriksaan dan membuat pengukuran. Visual Test yaitu proses pengetasan tanpa menggunakan alat apapun hanya dengan mata telanjang saja. d) Hydrostatic Test ialah pengujian dengan tekanan tertentu dengan menggunakan media air sebagai pengujinya. 3. Finishing a) Blasting Painting atau proses pengecatan pada dinding shell b) Packing projek siap dikirim Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pembuatan Bejana Tekan 1. Pengaruh Korosi Korosi merupakan salah satu penyebab utama kerusakan pada bejana tekan. Hampir semua logam dan paduan-paduannya yang berhubungan dengan udara atau medium lain yang mengelilinginya, secara bertahap akan mengalami perusakan, dimulai dari permukaannya. Peristiwa perusakan permukaan logam secara bertahap yang disebabkan oleh media yang

20 mengelilinginya ini disebut korosi. Jadi, korosi adalah reaksi kimia atau elektrokimia antara suatu logam dengan media disekitarnya yang mengakibatkan perusakan. Cepat atau lambatnya reaksi perusakan ini terutama tergantung pada 3 faktor yaitu; sifat kimia dari logam atau paduan itu sendiri, sifat kimia dari media yang mengelilinginya dan temperature media tersebut. 2. Faktor Keamanan Factor keamanan digunakan karena tidak ada proses menufaktur yang bisa menjamin 100 % kualitas. Setiap bejana tekan harus memiliki factor keamanan. Factor keamanan digunakan untuk memperhitungkan ketidakpastian atau bisa dikatakan ketidaksempurnaan dalam material, peracangan dan fabrikasi. Yang dimaksudkan dengan ketidakpastian dalam material bisa termasuk diskontinuitas yang terjadi pada material. Ketidakpastian dalam perancangan bisa berarti ketidakmampuan untuk memperhitungkan berbagai konsentrasi tegangan yang terjadi. Ketidakpastian dalam fabrikasi bisa meliputi ketidakmampuan untuk mendeteksi sambungan-sambungan las yang kurang baik. Factor keamanan dirumuskan: N = Atau dapat juga dihitung dengan menggunakan rumus berikut : N = Dimana: N = factor keamanan = yield point atau tegangan luluh material = tegangan ultimate (ultimate strength) dari material S = tegangan maksimum yang diijinkan pada konstruksi pressure vessel 4.3 Pengujian Uji Kekerasan Brinell Pengujian kekerasan Brinell yang dilakukan pada pelat shell bertujuan untuk mengetahui nilai dari kekerasan awal terhadap bagian dari pelat shell yang sudah terimbas panas dikarenakan beberapa proses fabrikasi yang telah berlangsung. Dengan beban 3000 kg dan bola baja yang berdiameter 10 mm, bola tersebut ditekankan ke pelat shell dengan beban mula yang ada dan tertentu. Seiring dengan kenaikan

21 beban yang diberikan terhadap bola baja tersebut, maka nilai kekerasan pada layar dibaca, yaitu selisih dari kedalaman yang ditimbulkan oleh beban akhir terhadap beban mula. Jika nilai kekerasan hasil pengujian dari penekanan bola tersebut masih di atas 225 Brinell Hardness Number (BHN), maka penghilangan regangan dianggap masih belum sempurna dan harus diulang lagi. Minimal dibawah atau sama dengan 225 BHN. Bila nilai kekerasan merata, maka dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat mekanikanya akan seragam pula. Dalam praktiknya, pengujian brinell biasa dinyatakan dalam (contoh) : HB 5 / 750 / 15 hal ini berarti bahwa kekerasan brinell hasil pengujian dengan bola baja (identor) berdiameter 5 mm, beban uji adalah sebesar 750 N per 0,102 dan lama pengujian 15 detik. Mengenai lama pengujian itu tergantung pada material yang akan diuji. Untuk semua jenis baja lama pengujian adalah 15 detik sedang untuk material bukan besi lama pengujian adalah 30 detik. Nilai kekerasan pengujian ini dinyatakan dalam satuan BHN (Brinell Hardness Number) yang dihitung berdasarkan diameter indentasi dengan persamaan sebagai berikut : BHN = 2P/[(πD){D (D 2 d 2 ) 1/2 }] Dimana : - P = Gaya tekan (Kg) - D = Diameter bola indentor (mm) - d = Diameter indentasi dalam mm Uji Radiografi Uji radiografi dilakukan dengan tata letak dalam penempatan peralatan sebagaimana dapat dilihat pada gambar Tujuan dari pengujian yang dilakukan adalah untuk mendeteksi cacat-cacat konstruksi dan material bawaan dari asli dan khususnya akibat dari pengaruh pekerjaan las. Sehingga dapat ditentukan apakah hasil dari lasan tersebut dapat diterima atau ditolak. Apabila benda kerja ditolak, maka benda kerja tersebut dikembalikan pada bagian pengelasan.

22 4.4 Waktu Produksi / Produk Waktu produksi per produk menjelaskan tentang jumlah waktu dan man power yang dibutuhkan untuk membuat sebuah shell dimana pada dasarnya memberikan gambaran tentang waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan sebuah shell dan waktu total yang dibutuhkan dalam sebuah tahapan pengerjaan. Total waktu pengerjaan shell diperkirakan: 81 jam.

Proses Desain dan Perancangan Bejana Tekan Jenis Torispherical Head Cylindrical Vessel di PT. Asia Karsa Indah.

Proses Desain dan Perancangan Bejana Tekan Jenis Torispherical Head Cylindrical Vessel di PT. Asia Karsa Indah. Proses Desain dan Perancangan Bejana Tekan Jenis Torispherical Head Cylindrical Vessel di PT. Asia Karsa Indah. Dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat, telah diciptakan suatu alat yang bisa menampung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam tugas akhir ini akan dilakukan perancangan bejana tekan vertikal dan simulasi pembebanan eksentrik pada nozzle dengan studi kasus pada separator kluster 4 Fluid

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Bejana Tekan Seperti yang diuraikan pada BAB II, bahwa bejana tekan yang dimaksud dalam penyusunan tugas akhir ini adalah suatu tabung tertutup

Lebih terperinci

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013 Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 013 PERANCANGAN BEJANA TEKAN (PRESSURE VESSEL) UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH KELAPA SAWIT DENGAN VARIABEL KAPASITAS PRODUKSI 10.000 TON/BULAN Meylia Rodiawati 1) A. Yudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa industri dapat ditemukan aplikasi sains yakni merubah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa industri dapat ditemukan aplikasi sains yakni merubah suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Dalam beberapa industri dapat ditemukan aplikasi sains yakni merubah suatu material dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya baik secara kimia maupun secara

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Data Perancangan. Tekanan kerja / Po Temperatur kerja / To. : 0,9 MPa (130,53 psi) : 43ºC (109,4ºF)

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Data Perancangan. Tekanan kerja / Po Temperatur kerja / To. : 0,9 MPa (130,53 psi) : 43ºC (109,4ºF) 35 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Data Perancangan Jenis bejana tekan Tekanan kerja / Po Temperatur kerja / To Panjang silinder Diameter dalam silinder / Di Panjang bejana tekan (head to head) / z Joint efisiensi

Lebih terperinci

PERANCANGAN PRESSURE VESSEL KAPASITAS 0,017 M 3 TEKANAN 1 MPa UNTUK MENAMPUNG AIR KONDENSASI BOGE SCREW COMPRESSOR ABSTRAK

PERANCANGAN PRESSURE VESSEL KAPASITAS 0,017 M 3 TEKANAN 1 MPa UNTUK MENAMPUNG AIR KONDENSASI BOGE SCREW COMPRESSOR ABSTRAK PERANCANGAN PRESSURE VESSEL KAPASITAS 0,017 M 3 TEKANAN 1 MPa UNTUK MENAMPUNG AIR KONDENSASI BOGE SCREW COMPRESSOR Cahya Sutowo 1.,ST.MT. Hantawan 2 Lecture 1,College student 2,Departement of machine,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Di dunia industri terutama dibidang petrokimia dan perminyakan banyak proses perubahan satu fluida ke fluida yang lain yang lain baik secara kimia maupun non kimia.

Lebih terperinci

TUTUP BEJANA ( HEAD )

TUTUP BEJANA ( HEAD ) TUTUP BEJANA ( HEAD ) Tutup tangki (head) adalah bagian tutup atas suatu tangki yang penggunaanya disesuaikan dengan tekanan operasi. Tutup bejana tersebut terbagi menjadi 5 bentuk yaitu : 1. Hemispherical

Lebih terperinci

Proses Fabrication & Welding Pipa di PT. DOK Perkapalan Kodja Bahari Galangan I (PERSERO) Jakarta Utara

Proses Fabrication & Welding Pipa di PT. DOK Perkapalan Kodja Bahari Galangan I (PERSERO) Jakarta Utara Proses Fabrication & Welding Pipa di PT. DOK Perkapalan Kodja Bahari Galangan I (PERSERO) Jakarta Utara Nama : Bayu Arista Kelas : 3IC04 NPM : 21412385 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Dr. Ir. Tri Mulyanto,

Lebih terperinci

BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL

BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL Kekerasan Sifat kekerasan sulit untuk didefinisikan kecuali dalam hubungan dengan uji tertentu yang digunakan untuk menentukan harganya. Harap diperhatikan bahwa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Vessel 1. Vessel merupakan salah satu contoh dari bejana bertekanan (Pressure Vessel) yang paling sederhana, hal ini dikarenakan bagian utama dari suatu Vessel hanya terdiri dari

Lebih terperinci

Sumber : Brownell & Young Process Equipment design. USA : Jon Wiley &Sons, Inc. Chapter 3, hal : Abdul Wahid Surhim

Sumber : Brownell & Young Process Equipment design. USA : Jon Wiley &Sons, Inc. Chapter 3, hal : Abdul Wahid Surhim Sumber : Brownell & Young. 1959. Process Equipment design. USA : Jon Wiley &Sons, Inc. Chapter 3, hal : 36-57 3 Abdul Wahid Surhim *Vessel merupakan perlengkapan paling dasar dari industri kimia dan petrokimia

Lebih terperinci

PERANCANGAN BEJANA TEKAN KAPASITAS 5 M3 DENGAN TEKANAN DESAIN 10 BAR BERDASARKAN STANDAR ASME 2007 SECTION VIII DIV 1

PERANCANGAN BEJANA TEKAN KAPASITAS 5 M3 DENGAN TEKANAN DESAIN 10 BAR BERDASARKAN STANDAR ASME 2007 SECTION VIII DIV 1 PERANCANGAN BEJANA TEKAN KAPASITAS 5 M3 DENGAN TEKANAN DESAIN 10 BAR BERDASARKAN STANDAR ASME 2007 SECTION VIII DIV 1 Riki Candra Putra Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK Dalam

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. * RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA Riswanda 1*, Lenny Iryani 2 1,2 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012 *E-mail

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam tugas akhir ini akan dilakukan analisis kekuatan bejana tekan vertikal berbasis code ASME VIII Div 1 terhadap variasi tekanan dan beban eksentris. Definisi bejana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam tugas akhir ini akan dilakukan analisis kekuatan bejana tekan vertikal berbasis code ASME VIII Div I terhadap variasi tekanan. Definisi bejana tekan berdasarkan

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

Tabung baja LPG SNI 1452:2007

Tabung baja LPG SNI 1452:2007 Standar Nasional Indonesia Tabung baja LPG ICS 23.020.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Klasifikasi...

Lebih terperinci

BAB 8. BEJANA TEKAN (Pressure Vessel)

BAB 8. BEJANA TEKAN (Pressure Vessel) BAB 8 BEJANA TEKAN (Pressure Vessel) Bejana tekan (Pressure Vessel) adalah tempat penampungan suatu fluida baik berupa cair maupun gas dengan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan atmosfir. Bejana Tekan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak dapat dipisahkan dari pengelasan, karena mempunyai peranan penting dalam rekayasa dan reparasi logam.

Lebih terperinci

Alasan pengujian. Jenis Pengujian merusak (destructive test) pada las. Pengujian merusak (DT) pada las 08/01/2012

Alasan pengujian. Jenis Pengujian merusak (destructive test) pada las. Pengujian merusak (DT) pada las 08/01/2012 08/01/2012 MATERI KE II Pengujian merusak (DT) pada las Pengujian g j merusak (Destructive Test) dibagi dalam 2 bagian: Pengujian di bengkel las. Pengujian skala laboratorium. penyusun: Heri Wibowo, MT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 15 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 bulan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Airlangga, Laboratorium Dasar Bersama

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT Pancakarsa Bangun Reksa (PBR) merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak dibidang jasa konsultan, desain dan konstruksi, mekanikal, sipil,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: 1. Pembuatan kampuh dan proses pengelasan dilakukan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung, 2.

Lebih terperinci

SEPARATOR. Nama Anggota: PITRI YANTI ( } KARINDAH ADE SYAPUTRI ( ) LISA ARIYANTI ( )

SEPARATOR. Nama Anggota: PITRI YANTI ( } KARINDAH ADE SYAPUTRI ( ) LISA ARIYANTI ( ) SEPARATOR Nama Anggota: PITRI YANTI (03121403032} KARINDAH ADE SYAPUTRI (03121403042) LISA ARIYANTI (03121403058) 1.Separator Separator merupakan peralatan awal dalam industri minyak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Vessel Closed Drain (9501-V-060) Di PT. Sanggar Sarana Baja (SSB) Oleh : Fajarudin IC 02

Proses Pembuatan Vessel Closed Drain (9501-V-060) Di PT. Sanggar Sarana Baja (SSB) Oleh : Fajarudin IC 02 Proses Pembuatan Vessel Closed Drain (9501-V-060) Di PT. Sanggar Sarana Baja (SSB) Oleh : Fajarudin 20408335 4 IC 02 Latar Belakang Seperti halnya perusahaan perusahaan pembuat vessel dalam berbagai jenis

Lebih terperinci

Analisis Kekuatan Tangki CNG Ditinjau Dengan Material Logam Lapis Komposit Pada Kapal Pengangkut Compressed Natural Gas

Analisis Kekuatan Tangki CNG Ditinjau Dengan Material Logam Lapis Komposit Pada Kapal Pengangkut Compressed Natural Gas JURNAL TEKNIK POMITS Vol. Vol., No. 1, (01) ISSN: 7-59 (01-971 Print) G-67 Analisis Kekuatan Tangki CNG Ditinjau Dengan Material Logam Lapis Komposit Pada Kapal Pengangkut Compressed Natural Gas Aulia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DATA DAN ERHITUNGAN 4.1 erhitungan dan emeriksaan Kekuatan 4.1.1 erhitungan Tutup Bejana Dari hasil pengumpulan data, tutup bejana (head) yang dipakai adalah jenis Ellipsoidal, data yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.. DIAGRAM ALUR PENELITIAN Langkah-langkah penelitian peralatan tanki atau vessel Amonia Peralatan Vessel Amonia Vessel diukur ketebalannya dengan Ultrasonic Thickness Gauge

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Sesuai dengan perencanaan yaitu pembuatan air receiver tank dimana fluida dalam hal ini udara yang mempunyai tekanan disimpan didalam bejana tekan. Langkah pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam industri, teknologi konstruksi merupakan salah satu teknologi yang memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan manusia. Perkembangannya

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PENGELASAN

DASAR-DASAR PENGELASAN DASAR-DASAR PENGELASAN Pengelasan adalah proses penyambungan material dengan menggunakan energi panas sehingga menjadi satu dengan atau tanpa tekanan. Pengelasan dapat dilakukan dengan : - pemanasan tanpa

Lebih terperinci

JOB SHEET DAN LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM METALURGI LAS

JOB SHEET DAN LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM METALURGI LAS JOB SHEET DAN LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM METALURGI LAS PENYUSUN : HERI WIBOWO, MT. PENYUSUN LAPORAN : NAMA... NIM... KELOMPOK/ KELAS... JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknik penyambungan logam telah diketahui sejak dahulu kala. Sumber energi yang digunakan pada zaman dahulu diduga dihasilkan dari pembakaran kayu atau sampah. Karena suhu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini, akan diuraikan mengenai langkah-langkah dalam melakukan penelitian, diagram alir penelitian, proses pengujian tarik geser, proses pengujian kekerasan dan proses

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW Azwinur 1, Saifuddin A. Jalil 2, Asmaul Husna 3 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl

Tugas Akhir. Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl Tugas Akhir Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl Oleh : Wishnu Wardhana 4305 100 024 Dosen Pembimbing: Murdjito, M.Sc.

Lebih terperinci

ANALISIS KEKUATAN COMPRESIVE NATURAL GAS (CNG) CYLINDERS MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISIS KEKUATAN COMPRESIVE NATURAL GAS (CNG) CYLINDERS MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISIS KEKUATAN COMPRESIVE NATURAL GAS (CNG) CYLINDERS MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Khoirul Huda 1), Luchyto Chandra Permadi 2) 1),2) Pendidikan Teknik Mesin Jl. Semarang 6 Malang Email :khoirul9huda@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PELAKSANAAN Kerja praktek dilaksanakan pada tanggal 01 Februari 28 februari 2017 pada unit boiler PPSDM MIGAS Cepu Kabupaten Blora, Jawa tengah. 4.1.1 Tahapan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Baja tahan karat Austenitic stainless steel (seri 300) merupakan kelompok material teknik yang sangat penting yang telah digunakan luas dalam berbagai lingkungan industri,

Lebih terperinci

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW) Page : 1 LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW) 1. PENDAHULUAN. Las busur listrik elektrode terbungkus ialah salah satu jenis prose las busur listrik elektrode terumpan,

Lebih terperinci

ANALISA STIFFENER RING DAN KONSTRUKSI VESSEL HP FLARE KO DRUM PADA PROYEK PUPUK KALTIM-5 MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPRESS 6258

ANALISA STIFFENER RING DAN KONSTRUKSI VESSEL HP FLARE KO DRUM PADA PROYEK PUPUK KALTIM-5 MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPRESS 6258 9 JTM Vol. 04, No. 1, Februari 2015 ANALISA STIFFENER RING DAN KONSTRUKSI VESSEL HP FLARE KO DRUM PADA PROYEK PUPUK KALTIM-5 MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPRESS 6258 Fadhlika Ridha Program Studi Teknik Mesin,

Lebih terperinci

Fabricating of Pressure Vessel

Fabricating of Pressure Vessel Fabricating of Pressure Vessel Kelompok 10: 1.Luthfie Ahmaddani (0706198663) 2.Rohman Hidayah (0706198814) 3.I Gede Wahyu Widiatmika Ariasa (0706198594) 4.Budi Susanto (0706198404) Design Standard : ASME

Lebih terperinci

Pengaruh Diameter Pin Terhadap Kekuatan dan Kualitas Joint Line Pada Proses Friction Wtir Welding Aluminium Seri 5083 Untuk Pre Fabrication

Pengaruh Diameter Pin Terhadap Kekuatan dan Kualitas Joint Line Pada Proses Friction Wtir Welding Aluminium Seri 5083 Untuk Pre Fabrication Pengaruh Diameter Pin Terhadap Kekuatan dan Kualitas Joint Line Pada Proses Friction Wtir Welding Aluminium Seri 5083 Untuk Pre Fabrication Panel Bangunan Atas Kapal 4108 100 066 Jurusan Teknik Perkapalan

Lebih terperinci

BAB III METOLOGI PENELITIAN

BAB III METOLOGI PENELITIAN BAB III METOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Metode yang digunakan adalah untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara tepat. Skripsi ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perencanaan Alat Alat pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak sebagai pengganti minyak bumi. Pada dasarnya sebelum melakukan penelitian

Lebih terperinci

ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK

ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK SALMON PASKALIS SIHOMBING NRP 2709100068 Dosen Pembimbing: Dr. Hosta Ardhyananta S.T., M.Sc. NIP. 198012072005011004

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN MECHANICAL TEST.

BAB IV PENGUJIAN MECHANICAL TEST. BAB IV PENGUJIAN MECHANICAL TEST. Pada pengujian mechanical test hasil pengelasan sesuai dengan WPS No. 003- WPS-ASME-MMF-2010 dilakukan di Laboratory of Mechanical Testing PT. Hi-Test di Bumi Serpong

Lebih terperinci

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERAAN DAN STRUKTUR MIKRO

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERAAN DAN STRUKTUR MIKRO PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERAAN DAN STRUKTUR MIKRO Prof.Ir.Sasi Kirono,Msi 1., Arief Sanjaya Lecture 1,College student,departement

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai BAB III METODE PENELITIAN 3. 1Diagram Alur Penelitian Mulai Studi literatur Identifikasi masalah Persiapan spesimen uji Pemilihan material spesimen ( baja SS-400 ) Pemotongan dan pembuatan kampuh las Proses

Lebih terperinci

BAB III PERBAIKAN ALAT

BAB III PERBAIKAN ALAT L e = Kapasitas kalor spesifik laten[j/kg] m = Massa zat [kg] [3] 2.7.3 Kalor Sensibel Tingkat panas atau intensitas panas dapat diukur ketika panas tersebut merubah temperatur dari suatu subtansi. Perubahan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN SPESIFIKASI PENYAMBUNGAN PIPA GAS DAN INSTALASI PIPELINE GAS PADA PIPELINE PROJECT BOJONEGARA - CIKANDE

PERHITUNGAN SPESIFIKASI PENYAMBUNGAN PIPA GAS DAN INSTALASI PIPELINE GAS PADA PIPELINE PROJECT BOJONEGARA - CIKANDE PERHITUNGAN SPESIFIKASI PENYAMBUNGAN PIPA GAS DAN INSTALASI PIPELINE GAS PADA PIPELINE PROJECT BOJONEGARA - CIKANDE Oleh Nama : Roby Pratomo NPM : 26409806 Fakultas : Teknologi Industri Jurusan : Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGELASAN UPPER DRUM KAPASITAS 3500 KG/JAM DENGAN TEKANAN 33 KG/CM² TUGAS AKHIR

PERENCANAAN PENGELASAN UPPER DRUM KAPASITAS 3500 KG/JAM DENGAN TEKANAN 33 KG/CM² TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENGELASAN UPPER DRUM KAPASITAS 3500 KG/JAM DENGAN TEKANAN 33 KG/CM² TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI JARAK DAN SUDUT KONTAK SADDLE TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA BEJANA TEKAN HORIZONTAL

PENGARUH VARIASI JARAK DAN SUDUT KONTAK SADDLE TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA BEJANA TEKAN HORIZONTAL ISSN : 2338-0284 Seminar Nasional Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Universitas Muhammadiyah Purworejo PENGARUH VARIASI JARAK DAN SUDUT KONTAK SADDLE TERHADAP DISTRIBUSI

Lebih terperinci

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG Baja SS 400 sebagai baja karbon rendah Dapat dilakukan proses pengelasan dengan metode

Lebih terperinci

DESAIN PROSES LAS PENGURANG PELUANG TERJADINYA KOROSI. Abstrak

DESAIN PROSES LAS PENGURANG PELUANG TERJADINYA KOROSI. Abstrak Seminar Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2015-JTM Polinema 36 DESAIN PROSES LAS PENGURANG PELUANG TERJADINYA KOROSI 1 Muhammad Akhlis Rizza, 2 Agus Dani 1,2 Teknik Mesin Politeknik Negeri Malang, Jl.

Lebih terperinci

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052 PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 505 Lukito Adi Wicaksono Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP Perancangan sistem perpipaan

BAB VII PENUTUP Perancangan sistem perpipaan BAB VII PENUTUP 7.1. Kesimpulan Dari hasil perancangan dan analisis tegangan sistem perpipaan sistem perpipaan berdasarkan standar ASME B 31.4 (studi kasus jalur perpipaan LPG dermaga Unit 68 ke tangki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua. logam atau lebih yang menggunakan energi panas.

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua. logam atau lebih yang menggunakan energi panas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua logam atau lebih yang menggunakan energi panas. Teknologi pengelasan tidak hanya digunakan untuk memproduksi

Lebih terperinci

Tabung baja LPG SNI 1452:2011

Tabung baja LPG SNI 1452:2011 Standar Nasional Indonesia Tabung baja LPG ICS 23.020.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Bejana tekan merupakan suatu tempat untuk menampung atau menyimpan suatu fluida bertekanan. Bejana tekan dirancang agar mampu menampung atau menyimpan fluida

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ALAT DAN MATERIAL PENELITIAN 1. Material Penelitian Tipe Baja : AISI 1045 Bentuk : Pelat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja AISI 1045 Pelat AISI 1045 Unsur Nilai Kandungan Unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknik penyambungan logam telah diketahui sejak dahulu kala. Sumber energi yang digunakan pada zaman dahulu diduga dihasilkan dari pembakaran kayu atau sampah. Karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja ataupun konstruksi sebuah mesin, dimana nilai kekakuan yang tinggi dari suatu material yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi permintaan konsumennya. Konsumen merupakan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi permintaan konsumennya. Konsumen merupakan faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Keberadaan perusahaan, baik perusahaan jasa maupun manufaktur adalah untuk memenuhi permintaan konsumennya. Konsumen merupakan faktor yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2000-an berkembang isu didunia internasional akan dampak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2000-an berkembang isu didunia internasional akan dampak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2000-an berkembang isu didunia internasional akan dampak dari konsumsi bahan bakar minyak yang menjadi topik utama di berbagai media massa. Salah satu dampaknya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN Setiap melakukan penelitian dan pengujian harus melalui beberapa tahapan-tahapan yang ditujukan agar hasil penelitian dan pengujian tersebut sesuai dengan standar yang ada. Caranya

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 34 BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1. Tangki Tangki Bahan Baku (T-01) Tangki Produk (T-02) Menyimpan kebutuhan Menyimpan Produk Isobutylene selama 30 hari. Methacrolein selama 15 hari. Spherical

Lebih terperinci

Kategori Sifat Material

Kategori Sifat Material 1 TIN107 Material Teknik Kategori Sifat Material 2 Fisik Mekanik Teknologi Kimia 6623 - Taufiqur Rachman 1 Sifat Fisik 3 Kemampuan suatu bahan/material ditinjau dari sifat-sifat fisikanya. Sifat yang dapat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA PENELITIAN 1. Material Penelitian a. Tipe Baja : A 516 Grade 70 Bentuk : Plat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja A 516 Grade 70 Komposisi Kimia Persentase (%) C 0,1895 Si

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Kekerasan suatu bahan adalah kemampuan sebuah material untuk menerima beban tanpa mengalami deformasi plastis yaitu tahan terhadap identasi, tahan terhadap penggoresan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1.1. Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta 3.1.2. Alat dan bahan 3.2.1 Alat Alat yang dipergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi proses produksi yang saat ini sedang populer adalah teknologi penggabungan yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam konsumsi sumber daya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Roket Roket adalah suatu wahana antariksa yang dapat menjelajah dengan kecepatan yang sangat tinggi. Sir Isaac Newton, seorang ahli matematika, scientist, dan seorang

Lebih terperinci

Karakterisasi Baja Karbon Rendah Setelah Perlakuan Bending

Karakterisasi Baja Karbon Rendah Setelah Perlakuan Bending Karakterisasi Baja Karbon Rendah Setelah Perlakuan Bending Budi Setyahandana 1, Anastasius Rudy Setyawan 2 1,2 Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Kampus III Paingan, Maguwoharjo,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Adapun maksud

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN INTISARI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN i ii iii iv v vi viii x xii

Lebih terperinci

PERENCANAAN BEJANA TEKAN (PRESSURE VESSEL) TIPE SEPARATOR UNTUK FLUIDA GAS

PERENCANAAN BEJANA TEKAN (PRESSURE VESSEL) TIPE SEPARATOR UNTUK FLUIDA GAS PERENCANAAN BEJANA TEKAN (PRESSURE VESSEL) TIPE SEPARATOR UNTUK FLUIDA GAS Ilham Kurniawan,Edi Septe.S, Iman Satria. Program Studi Teknik Mesin-Fakultas Teknologi Industri-Universitas Bung Hatta Jl. Gajah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini ada beberapa langkah yang dilakukan. Langkah langkah dalam proses pengerjaan las friction stir welding dapat dilihat pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Studi literature dan pengumpulan bahan Pengolahan dan analisa Mempersiapkan Alat dan Bahan Prosedur pengujian Non Destructive Test Pengujian

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP Perancangan bejana tekan vertikal separator

BAB VII PENUTUP Perancangan bejana tekan vertikal separator BAB VII PENUTUP 7.1. Kesimpulan Dari hasil perancangan bejana tekan vertikal dan simulasi pembebanan eksentrik pada nozzle (studi kasus separator unit karaha PT. Pertamina Geothermal Energy), secara garis

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS (TIG) TERHADAP KEKUATAN TARIK HASIL SAMBUNGAN LAS PADA BAJA KARBON RENDAH SNI_07_3567_BJDC_SR DENGAN KETEBALAN PLAT 0,68 MM DAN 1,2 MM EFRIZAL ARIFIN

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 G-340 Analisa Pengaruh Variasi Tanggem Pada Pengelasan Pipa Carbon Steel Dengan Metode Pengelasan SMAW dan FCAW Terhadap Deformasi dan Tegangan

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1. Furnace : F : Tempat terjadinya reaksi cracking ethylene dichloride menjadi vinyl chloride dan HCl : Two chamber Fire box : 1 buah Kondisi Operasi - Suhu ( o C)

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB IV DATA DAN ANALISA BAB IV DATA DAN ANALISA Pengelasan plug welding pada material tak sejenis antara logam tak sejenis antara baja tahan karat 304L dan baja karbon SS400 dilakukan untuk mengetahui pengaruh arus pengelasan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PRODUKSI. III.1. Bahan Baku, Bahan Tambahan dan Bahan Penolong. persentase terbesar dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya.

BAB III PROSES PRODUKSI. III.1. Bahan Baku, Bahan Tambahan dan Bahan Penolong. persentase terbesar dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya. BAB III PROSES PRODUKSI III.1. Bahan Baku, Bahan Tambahan dan Bahan Penolong III.1.1. Bahan Baku Bahan Baku adalah semua bahan utama yang digunakan dalam pembuatan suatu produk, dan ikut dalam proses produksi.

Lebih terperinci

PEMBUATAN HEATING CHAMBER PADA TUNGKU KILN / HEAT TREAMENT FURNACE TYPE N 41/H

PEMBUATAN HEATING CHAMBER PADA TUNGKU KILN / HEAT TREAMENT FURNACE TYPE N 41/H PEMBUATAN HEATING CHAMBER PADA TUNGKU KILN / HEAT TREAMENT FURNACE TYPE N 41/H Djoko Kisworo Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK PEMBUATAN HEATING CHAMBER PADA TUNGKU KiLN / HEAT TREATMENT

Lebih terperinci

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan II - 1 BAB II PENGELASAN SECARA UMUM 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Pengelasan Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan menjadi dua, pertama las cair (fussion welding) yaitu pengelasan

Lebih terperinci

ANALISA KEBOCORAN PIPA PADA HYDRAULIC GATE BEAM SHEARING MACHINE di PT. INKA

ANALISA KEBOCORAN PIPA PADA HYDRAULIC GATE BEAM SHEARING MACHINE di PT. INKA ANALISA KEBOCORAN PIPA PADA HYDRAULIC GATE BEAM SHEARING MACHINE di PT. INKA Oleh : MOHAMMAD ILHAM NRP : 6308.030.018 Jurusan : Teknik Permesinan Kapal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN BAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN 4.1 Hasil pengujian Berdasarkan penelitian dan inspeksi dilapangan yang telah dilaksanakan sesuai dengan standar prosedur pengerjaan Nondestructive Test. Pengujian ini dilakukan

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-73 Analisis Perbandingan Pelat ASTM A36 antara di Udara Terbuka dan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat Yanek Fathur Rahman,

Lebih terperinci

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41 C.8 PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41 Fauzan Habibi, Sri Mulyo Bondan Respati *, Imam Syafa at Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

PROSES PENGERJAAN PANAS. Yefri Chan,ST.MT (Universitas Darma Persada)

PROSES PENGERJAAN PANAS. Yefri Chan,ST.MT (Universitas Darma Persada) PROSES PENGERJAAN PANAS PROSES PENGERJAAN PANAS Adalah proses merubah bentuk logam tanpa terjadi pencairan (T proses : T cair > 0,5), volume benda kerja tetap dan tak adanya geram (besi halus sisa proses).

Lebih terperinci

ANALISA RANCANGAN PIPE SUPPORT PADA SISTEM PERPIPAAN DARI POMPA MENUJU PRESSURE VESSE DAN HEAT EXCHANGER DENGAN PENDEKATAN CAESARR II

ANALISA RANCANGAN PIPE SUPPORT PADA SISTEM PERPIPAAN DARI POMPA MENUJU PRESSURE VESSE DAN HEAT EXCHANGER DENGAN PENDEKATAN CAESARR II ANALISA RANCANGAN PIPE SUPPORT PADA SISTEM PERPIPAAN DARI POMPA MENUJU PRESSURE VESSE DAN HEAT EXCHANGER DENGAN PENDEKATAN CAESARR II Asvin B. Saputra 2710 100 105 Dosen Pembimbing: Budi Agung Kurniawan,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Oleh: EKO PRIYANTO NIM : D

TUGAS AKHIR. Oleh: EKO PRIYANTO NIM : D TUGAS AKHIR REDESIGN BEJANA TEKAN KRIOGENIK VERTIKAL (VERTICAL CRYOGENIC PRESSURE VESSEL) DENGAN SUPPORT SKIRT BERDASARKAN STANDARD MEGYESY DENGAN BANTUAN SOFTWARE CATIA P3 V5R15 Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW Yassyir Maulana Program Studi Teknik Mesin, Universitas Islam Kalimantan MAB Jl. Adhyaksa No.2 Kayutangi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh III. METODE PENELITIAN Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh rumah tangga yaitu tabung gas 3 kg, dengan data: Tabung 3 kg 1. Temperature -40 sd 60 o C 2. Volume 7.3

Lebih terperinci