BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum Kecamatan Sukoharjo a. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Sukoharjo yang terletak di dataran tinggi, dengan tinggi 105 meter di atas permukaan laut. Luas Wilayah Kecamatan Sukoharjo pada tahun 2012 tercatat Ha atau sekitar 9,55 persen dari luas Kabupaten Sukoharjo ( Ha). Jarak dari Barat ke Timur ± 5,0 Kilometer dan dari Utara ke Selatan ± 6,0 Kilometer dan secara astronomis terletak antara 110º º hingga 110º Bujur Timur dan 7º º hingga 7º Lintang Selatan. Luas wilayah tersebut terdiri dari Ha atau 53,01 persen Lahan Sawah dan Ha atau 46,99 persen bukan Lahan Sawah, dibandingkan luas kabupaten. Dibandingkan dengan tahun 2011 luas lahan sawah tidak mengalami perubahan. Luas Bukan Lahan Sawah yang digunakan untuk pekarangan sebesar 75,70 persen dari total luas lahan bukan lahan sawah. Presentase tersebut merupakan yang terbesar dibandingkan presentase penggunaan bukan lahan sawah yang lain. Kecamatan Sukoharjo terbagi dalam 14 Kelurahan, wilayah tersebut terdiri dari 52 lingkungan, 137 RW (Rukun Warga) dan 437 RT (Rukun Tetangga). Menurut klasifikasinya semua kelurahan di Kecamatan Sukoharjo termasuk Desa Swakarya. Jarak dari Kecamatan Sukoharjo ke Ibukota Kabupaten Sukoharjo ± 1,5 Km. Batas-batas Kecamatan Sukoharjo adalah : Sebelah Utara : Kecamatan Grogol Sebelah Timur : Kecamatan Bendosari Sebelah Selatan : Kecamatan Nguter dan Kecamatan Tawangsari Sebelah Barat : Kecamatan Juwiring dan Kabupaten Klaten commit to user 72

2 digilib.uns.ac.id 73 Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian Kecamatan Sukoharjo Adapun Kelurahan yang berada di wilayah administrasi Kecamatan Sukoharjo antara lain : a. Kelurahan Kenep b. Kelurahan Banmati c. Kelurahan Mandan d. Kelurahan Begajah e. Kelurahan Gayam f. Kelurahan Joho g. Kelurahan Jetis h. Kelurahan Combongan i. Kelurahan Kriwen j. Kelurahan Bulakan k. Kelurahan Dukuh l. Kelurahan Sukoharjo m. Kelurahan Bulakrejo n. Kelurahan Sonorejo commit to user

3 digilib.uns.ac.id 74 Kecamatan Sukoharjo merupakan suatu kawasan dengan pembagian luas wilayah yang berbeda-beda di setiap kelurahannya. Disamping itu, jarak yang harus ditempuh oleh setiap Kelurahan ke Kecamatan juga berbeda-beda di setiap kelurahannya. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo, jarak dari masing-masing Kelurahan ke Kecamatan Sukoharjo dan luas wilayah dari setiap Kelurahan di Kecamatan Sukoharjo, dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 4.1 Jarak Desa/Kelurahan ke Ibukota Kecamatan dan Luas Wilayah Menurut Desa Tahun 2012 No. Kelurahan Jarak Dari Desa Ke Kecamatan (Km) Luas (Ha) 1. Kenep 4, Banmati 4, Mandan 2, Begajah 2, Gayam 1, Joho 0, Jetis 2, Combongan 3, Kriwen 5, Bulakan 7, Dukuh 6, Sukoharjo 3, Bulakrejo 5, Sonorejo 7, JUMLAH Sumber: Kecamatan Sukoharjo Dalam Angka 2013 Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Berdasarkan tabel mengenai jarak Kelurahan ke Ibukota Kecamatan dan luas wilayah masing-masing Kelurahan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jarak dari Kelurahan ke Ibukota Kecamatan yang paling jauh adalah Kelurahan Sonorejo, yang memiliki jarak tempuh 7,70 Km ke Ibukota Kecamatan Sukoharjo. Keadaan yang berbeda ada pada Kelurahan Joho yang hanya berjarak 0,80 Km dari Ibukota Kecamatan Sukoharjo. Faktor jarak dari Kelurahan ke Ibukota Kecamatan commit to Sukoharjo user akan mempengaruhi akses

4 digilib.uns.ac.id 75 interaksi masyarakat ke wilayah Kecamatan Sukoharjo. Berkaitan dengan pembagian wilayah administrasi pemerintahan Kecamatan Sukoharjo menurut Desa atau Kelurahan, dapat diidentifikasi jumlah Rukun Tangga dan Rukun Warga dari masing-masing Kelurahan, jumlah RW dan RT yang berada di wilayah administrasi Kecamatan Sukoharjo, dapat dilihat dalam tebel berikut: Tabel 4.2 Jumlah Rukun Warga Dan Rukun Tetangga Dalam Wilayah Administrasi Kecamatan Sukoharjo Menurut Desa Tahun 2012 No. Kelurahan Lingkungan Rukun Warga Rukun Tetangga 1. Kenep Banmati Mandan Begajah Gayam Joho Jetis Combongan Kriwen Bulakan Dukuh Sukoharjo Bulakrejo Sonorejo JUMLAH Sumber: Kecamatan Sukoharjo dalam angka 2013 Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Dari adanya rincian mengenai kelurahan-kelurahan yang masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Sukoharjo di atas, maka dapat dijabarkan bahwa wilayah-wilayah Kelurahan itulah yang mampu mendukung terselenggaranya segala macam kebijakan yang dibuat di wilayah kecamatan Sukoharjo. Kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Kecamatan Sukoharjo tidak akan mampu berjalan di setiap daerahnya apabila tidak didukung oleh kinerja dari masing-masing Kelurahan. Masing-masing kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Sukoharjo commit memiliki to user potensi-potensi alam yang berbeda-

5 digilib.uns.ac.id 76 beda sesuai dengan karakteristik masing-masing Kelurahan. Potensi alam di masing-masing Kelurahan dapat dipengaruhi oleh luas wilayah dari masingmasing Kelurahan di Kecamatan Sukoharjo. Berkaitan dengan hal tersebut, luas wilayah masing-masing Kelurahan di wilayah administrasi Kecamatan Sukoharjo dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut : Tabel 4.3 Luas Wilayah menurut Desa/Kelurahan dan Status di Kecamatan Sukoharjo Tahun 2012 Kecamatan Desa/ Kelurahan Status (D/K) Luas (Km²) Persentase terhadap luas Kecamatan Sukoharjo Kenep Kelurahan 2,83 6,35 Banmati Kelurahan 2,39 5,36 Mandan Kelurahan 3,18 7,13 Begajah Kelurahan 3,17 7,11 Gayam Kelurahan 2,11 4,73 Joho Kelurahan 2,16 4,85 Jetis Kelurahan 1,91 4,28 Combongan Kelurahan 3,25 7,29 Kriwen Kelurahan 3,13 7,02 Bulakan Kelurahan 3,01 6,75 Dukuh Kelurahan 3,94 8,84 Sukoharjo Kelurahan 4,95 11,10 Bulakrejo Kelurahan 4,11 9,22 Sonorejo Kelurahan 4,44 9,96 Jumlah 44,58 100,00 Sumber : Kecamatan Sukoharjo dalam angka 2013 Badan Pusat Statistik --Kabupaten Sukoharjo Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa setiap kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Sukoharjo memiliki luas wilayah yang berbeda-beda. Kelurahan dengan luas wilayah paling besar di wilayah Kecamatan Sukoharjo adalah Kelurahan Sukoharjo. Kelurahan Sukoharjo memiliki luas wilayah 4,95 Km 2 dengan persentase luas wilayah 11,10% jika dilihat dari luas keseluruhan Kecamatan. Berdasarkan tabel di atas dapat pula, dapat dilihat Keluarahan dengan luas wilayah terkecil di Kecamatan Sukoharjo. Kelurahan dengan commit luas wilayah to user terkecil di wilayah Kecamatan

6 digilib.uns.ac.id 77 Sukoharjo adalah Kelurahan Jetis yang memiliki luas wilayah hanya 1,91 Km 2 dengan persentase luas wilayah 4,28% jika dilihat dari luas keseluruhan Kecamatan Sukoharjo. Dari rincian luas wilayah masing-masing Kelurahan di wilayah administrasi Kecamatan Sukoharjo di atas, dapat pula diidentifikasi penggunaan lahannya dari masing-masing Kelurahan. Karena pada dasarnya setiap Kelurahan memiliki bermacam-macam kebijakan untuk memanfaatkan lahan yang ada di masing-masing Kelurahan. Dari data yang telah dihimpun Peneliti dari hasil studi lapangan, maka penggunaan lahan di setiap Kelurahan di wilayah Kecamatan Sukoharjo dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 4.4 Luas Wilayah Menurut Jenis Penggunaan Tanah Per Desa Tahun 2012 (Ha) No Kelurahan Tanah Tanah Pekara Hutan Lainnya Jumlah Sawah Tegal -ngan Negara 1. Kenep Banmati Mandan Begajah Gayam Joho Jetis Combongan Kriwen Bulakan Dukuh Sukoharjo Bulakrejo Sonorejo JUMLAH Sumber: Kecamatan Sukoharjo Dalam Angka 2013 Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Berdasarkan data penggunaan lahan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa penggunaan lahan Kelurahan untuk tanah sawah yang terbesar adalah di Kelurahan Sonorejo yaitu 302 Ha dari luas total wilayah Kelurahan Sonorejo yaitu 444 Ha. Dengan commit data to di user atas pula, dapat diketahui wilayah

7 digilib.uns.ac.id 78 Kelurahan dengan penggunaan lahan untuk tanah sawah yang terkecil adalah Kelurahan Jetis yang hanya memanfaatkan lahannya dari total 191 Ha untuk tanah sawah hanya 45 Ha. Sehingga berdasarkan data yang sama dapat disimpulkan bahwa masing-masing Kelurahan memiliki penggunaan lahan untuk tanah persawahan yang berbeda-beda, artinya tidak ada ketentuan khusus dari pemerintah yang mengatur mengenai penggunaan lahan untuk tanah persawahan. Sehingga berdasarkan tabel di atas, maka penggunaan total lahan untuk persawahan di Kecamatan Sukoharjo adalah Ha dari total luas lahan kecamatan Sukoharjo Ha. Dari Data Statistik Kecamatan Sukoharjo Tahun 2013, hanya 2 Kelurahan dari 14 Kelurahan yang berada di wilayah administrasi Kecamatan Sukoharjo yang memilki tanah tegal didalamnya. Dua Kelurahan tersebut adalah Kelurahan Kenep dan Kelurahan Kriwen. Di Kelurahan Kenep terdapat 20 Ha tanah dari luas total Kelurahan Kenep yaitu 283 Ha. Di Kelurahan Kriwen juga terdapat tanah tegal seluas 55 Ha dari jumlah luas tital Kelurahan Kriwen yaitu 313 Ha. Sedangkan untuk kelurahan yang lain yaitu Kelurahan Mandan, Kelurahan Banmati, Kelurahan Begajah, Kelurahan Gayam, Kelurahan Joho, Kelurahan Jetis, Kelurahan Combongan, Kelurahan Bulakan, Kelurahan Dukuh, Kelurahan Sukoharjo, Kelurahan Bulakrejo, dan Kelurahan Sonorejo tidak terdapat tanah atau lahan yang digunakan sebagai lahan tegal. Sehingga penggunaan total lahan untuk tanah tegal di Kecamatan Sukoharjo adalah 75 Ha dari luas total Kecamatan Sukoharjo yaitu Ha. Berbeda dengan penggunaan lahan tegal yang hanya terdapat dua Kelurahan saja di wilayah Kecamatan Sukoharjo, dilihat dari penggunaan lahan untuk pekarangan semua Kelurahan di wilayah Kecamatan Sukoharjo memiliki lahan pekarangan. Yang menjadi pembeda dari masing-masing Kelurahan yang ada di wilayah Kecamatan Sukoharjo hanyalah luas penggunaan lahannya. Kelurahan dengan pekarangan terluas adalah Kelurahan Begajah, yang memiliki luas lahan pekarangan 158 Ha dari luas total Kelurahan Begajah yaitu 317 Ha. Berbeda dengan Kelurahan Begajah yang memiliki pekarangan commit terluas, to user Kelurahan Banmati justru menjadi

8 digilib.uns.ac.id 79 Kelurahan dengan luas pekarangan terkecil, yaitu hanya 80 Ha dari luas total Kelurahan Banmati yaitu 239 Ha. Total penggunaan lahan untuk pekarangan di Kecamatan Sukoharjo adalah Ha dari luas total Kecamatan Sukoharjo Ha. b. Keadaan Penduduk Kecamatan Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo merupakan salah satu Kecamatan yang ada dalam wilayah administrasi Kabupaten Sukoharjo. Kecamatan Sukoharjo, karakteristik yang berbeda dengan daerah-daerah lain di wilayah Kabupaten Sukoharjo. Selain karena Kecamtan Sukoharjo terletak di area Kabupaten kota atau dalam kata lain akses untuk menuju ke pusat kota relatif lebih dekat, menjadikan Kecamatan Sukoharjo sebagai Kecamatan Kota di wilayah Kabupaten Sukoharjo. Berkaitan dengan jumlah penduduk yang berada di wilayah Kecamatan Sukoharjo, dapat dilihat dari data yang berhasil dihimpun dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013, bahwa jumlah Penduduk Kecamatan Sukoharjo pada tahun 2012 tercatat jiwa yang terdiri dari penduduk laki - laki atau 49,41 persen dan penduduk perempuan atau 50,59 persen. Adapun jumlah rumahtangga sebanyak Dilihat dari kepadatannya (jiwa / Km2), Kelurahan Gayam merupakan desa yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu jiwa setiap Kilometer persegi, sedangkan yang terendah yaitu Kelurahan Sonorejo sebesar jiwa setiap Kilometer persegi. Pada tahun 2012, penduduk pendatang baru di Kecamatan Sukoharjo sebanyak 964, sebaliknya penduduk yang pindah sebesar 887. Dilihat dari Angka Kelahiran Kasar (CBR)-nya, dari tiap 1000 penduduk terjadi kelahiran sebanyak 12 orang, sementara Angka Kematian Kasarnya 8 orang per 1000 penduduk. Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk disuatu daerah per satuan luas. Kepadatan penduduk disuatu daerah bisa dihitung dengan rumus (Kepadatan penduduk : jumlah penduduk total / luas wilayah). Adapun kepadatan penduduk di setiap Kelurahan di Kecamatan Sukoharjo dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: commit to user

9 digilib.uns.ac.id 80 Tabel 4.5 Luas, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk Dirinci Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2012 No. Kelurahan Luas Wilayah (Km²) Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk (Jiwa/ Km²) 1. Kenep 2, Banmati 2, Mandan 3, Begajah 3, Gayam 2, Joho 2, Jetis 1, Combongan 3, Kriwen 3, Bulakan 3, Dukuh 3, Sukoharjo 4, Bulakrejo 4, Sonorejo 4, JUMLAH 44, Sumber: Kecamatan Sukoharjo Dalam Angka 2013 Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Berdasarkan tabel jumlah penduduk di atas, maka dapat dianalisis bahwa, jumlah penduduk yang ada di wilayah administrasi Kecamatan Sukoharjo tersebar di 14 Kelurahan dan memiliki kepadatan penduduk yang beragam. Jumlah penduduk yang paling banyak adalah di Kelurahan Gayam dengan jumlah penduduk sejumlah jiwa. Jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Gayam sangat berbeda dengan jumlah penduduk di Kelurahan Sonorejo, yang hanya memiliki jumlah penduduk jiwa, dengan keadaan jumlah penduduk seperti itu Kelurahan Sonorejo tercatan sebagai Kelurahan dengan jumlah penduduk yang paling sedikit di wilayah Kecamatan Sukoharjo, sebaliknya Kelurahan Gayam tercatat sebagai Kelurahan dengan juml;ah penduduk yang paling banyak di Kecamatan Sukoharjo. Dengan jumlah penduduk yang telah dipaparkan di atas, maka rincian jumlah penduduk jenis kelamin commit dan to user sex ratio di setiap Kelurahan di

10 digilib.uns.ac.id 81 Kecamatan Sukoharjo juga dapat diketahui. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013, jumlah penduduk laki-laki dan perempuan serta sex ratio dari setiap Kelurahan di Kecamatan Sukoharjo dapat dirinci dalam tabel berikut: Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Ririnci Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2012 No. Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio 1. Kenep ,80 2. Banmati ,32 3. Mandan ,44 4. Begajah ,71 5. Gayam ,74 6. Joho ,63 7. Jetis ,89 8. Combongan ,22 9. Kriwen , Bulakan , Dukuh , Sukoharjo , Bulakrejo , Sonorejo ,01 JUMLAH ,68 Sumber: Kecamatan Sukoharjo Dalam Angka 2013 Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Berdasarkan data mengenai jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dan sex ratio di atas, maka dapat dilihat bahwa penduduk laki-laki terbanyak yang tinggal di Kecamatan Sokoharjo terletak di Kelurahan Gayam dengan jumlah penduduk laki-laki sejumlah jiwa. Berbeda dengan jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Gayam, di Kelurahan Sonorejo justru hanya jiwa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa populasi penduduk lakilaki yang paling banyak adalah di Kelurahan Gayam dan jumlah populasi penduduk laki-laki yang paling sedikit jumlahnya ada di Kelurahan Sonorejo. Berkaitan dengan jumlah penduduk perempuan yang ada di setiap Kelurahan di Kecamatan Sukoharjo, dapat commit dianalisis to user bahwa jumlah populasi penduduk

11 digilib.uns.ac.id 82 perempuan terbanyak ada di Kelurahan Gayam yang memiliki jumlah penduduk perempuan sejumlah jiwa. Sedangkan, Kelurahan di Kecamatan Sukoharjo yang memiliki jumlah penduduk perempuan paling sedikit adalah Kelurahan Combongan yang memiliki populasi penduduk perempuan jiwa dari total jumlah penduduk keseluruhan jiwa. Seperti penjelasan sebelumnya, bahwa secara keseluruhan jumlah penduduk Kecamatan Sukoharjo adalah jiwa dengan rincian penduduk laki-laki sejumlah jiwa dan penduduk perempuan jiwa. Berdasarkan Data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013, secara spesifik banyaknya penduduk Kecamatan Sukoharjo menurut kelompok umur tahun 2012 dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 4.7 Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Tahun 2012 Kelompok Umur Jenis Kelamin L P Jumlah JUMLAH Sumber: Kecamatan Sukoharjo Dalam Angka 2013 Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo commit to user

12 digilib.uns.ac.id 83 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang ada di wilayah Kecamatan Sukoharjo pada tahun 2012 berdasarkan kelompok umurnya, memiliki jumlah yang beagam di setiap rentang umurnya. Dengan melihat tampilan data yang ada pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penduduk usia tahun dengan jumlah total jiwa dengan rincian jiwa berjenis kelamin laki-laki dan jiwa berjenis kelamin perempuan. Selain itu, melalui data dalam tabel di atas dapat diketahui pula bahwa penduduk dengan rentang usia tahun menjadi penduduk dengan populasi paling sedikit jika dibandingkan dengan rentang usia yang lain. Penduduk dengan rentang usia antara 70 sampai dengan 75 tahun hanya perjumlah jiwa dengan rincian 783 jiwa adalah penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 916 jiwa yang memiliki jenis kelamin perempuan. Dengan melihat populasi kependudukan seperti pada tabel di atas, dapat dilihat jumlah penduduk dengan usia produktif dan tidak produktif. Data kependudukan berdasarkan jenjang usia juga dapat berfungsi sebagai data acuan penentuan kebijakan pemerintah. Dengan melihat data kependudukan yang tersaji secara rinci dapat pula dilakukan analisis bagi pemerintah untuk menanggulangi ledakan penduduk serta gejala-gejala sosial lainnya yang berhubungan dengan masalah kependudukan. Penduduk Kecamatan Sukoharjo mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun 2011 yang memiliki jumlah penduduk jiwa. Selisih penduduk Kecamatan Sukoharjo dari rentang waktu 2011 sampai dengan 2012 mengalami kenaikan populasi penduduk sejumlah 517 jiwa. Kenaikan jumlah penduduk di Kecamatan Sukoharjo harus di tanggulangi agar keberadaannya bukan menjadi beban tanggungan melainkan mampu menjadi penggerak roda perekonomian yang ada. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan penyedeiaan lapangan pekerjaan yang lebih banyak bagi masyarakat agar kualitas kehidupannya dapat meningkat. commit to user

13 digilib.uns.ac.id 84 c. Pemerintahan di Kecamatan Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo terbagi dalam 14 Kelurahan, wilayah tersebut terdiri dari 52 lingkungan, 137 RW (Rukun Warga) dan 437 RT (Rukun Tetangga). Menurut klasifikasinya semua Kelurahan di Kecamatan Sukoharjo termasuk Desa Swakarya. Dalam pelaksanaan pemerintahan di Kecamatan Sukoharjo, jumlah aparat kecamatan ada 19 orang, sedangkan aparat desa ada 114 orang. Dari data Pemerintahan Kecamatan Sukoharjo dapat pula dianalisis mengenai banyaknya aparat Kecamatan Sukoharjo dirinci menurut seksi atau bidang dan tingkat pendidikannya pada tahun Berkaitan dengan jumlah aparat Kecapatan Sukoharjo, dalam data yang berhasil dihimpun dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013, jumlah aparat Kecamatan Sukoharjo dirinci berdasarkan pendidikannya dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.8 Banyaknya Aparat Kecamatan Dirinci Menurut Seksi dan Pendidikan Tahun 2013 No. Seksi Tingkat Pendidikan S1+ DIII SMA SMP Jumlah 1. Camat Sekretariat Sie Pelayanan Umum Sie Pemerintahan Sie PMD Sie Kesos Sie Trantip JUMLAH Sumber: Kecamatan Sukoharjo Dalam Angka 2013 Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo commit to user

14 digilib.uns.ac.id Gambaran Umum Tentang Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni PNPM Mandiri Perkotaan merupakan program nasional pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan pemerintah sejak 2007, sebelumnya yakni pada tahun 1999 program ini dikenal dengan nama P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan). P2KP saat itu dilaksanakan untuk mempercepat upaya penanggulangan kemiskinan, yang tidak hanya bersifat reaktif terhadap keadaan darurat akibat krisis ekonomi tetapi juga bersifat strategis, (karena disiapkan landasan berupa institusi masyarakat yang menguat bagi perkembangan masyarakat di masa mendatang). Bagi Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, program ini dinilai sangat strategis. Melalui PNPM Mandiri Perkotaan, Ditjen Cipta Karya mengarahkan Pemerintah Daerah agar makin responsif dalam menanggulangi kemiskinan di wilayah masing-masing. Selain itu dilakukan pula pendampingan secara intensif terhadap masyarakat, agar mereka mampu berupaya menanggulangi kemiskinan di wilayahnya, sehingga diharapkan ke depan Pemerintah Daerah menjadi mandiri, dan pada akhirnya mampu menciptakan masyarakat madani. Hingga saat ini, PNPM Mandiri Perkotaan terus mendampingi Pemda dan masyarakat dengan memberikan technical assistance atau bantuan teknis. Langkah ini dilakukan agar dukungan serta peran serta Pemda terhadap PNPM Mandiri Perkotaan terus menguat dari waktu ke waktu. Berikut ini sejumlah kisah sukses atau best practice dari Pemda maupun masyarakat yang layak dijadikan contoh dalam melaksanakan PNPM Mandiri Perkotaan. Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni atau yang di singkat RTLH merupakan suatu program yang diberikan pemerintah melalui PNPM-MP atau Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan. Program ini diberikan atau diterapkan di masyarakat sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin dalam segi papan. Program kebijakan seperti ini sangat perlu dilakukan, untuk memberikan akses kepada masyarakat agar memiliki commit rumah to yang user layak untuk dihuni. Permintaan

15 digilib.uns.ac.id 86 terhadap rumah akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, karena rumah merupakan kebutuhan dasar bagi manusia di samping pakaian dan makanan. Meningkatnya kebutuhan rumah bagi masyarakat harus diikuti dengan kebijakan pemerintah yang dapat membenatu tercukupinya kebutuhan masyarakat terhadap rumah. Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni ini merupakan salah satu upaya yang tepat untuk dilakukan agar kebutuhan masyarakat terutama masyarakat miskin terhadap rumah dapat tercapai. Renovasi dan pembangunan perumahan merupakan salah satu komponen kegiatan lingkungan PNPM Mandiri Perkotaan, rehabilitasi dan pembangunan perumahan tersebut diperuntukkan bagi masyarakat miskin di kelurahan PNPM Perkotaan yang memiliki hak atas tanah dan memiliki rumah yang tidak layak huni bila dilihat dari aspek kesehatan, kenyamanan dan keamanan penghuninya. Hasil evaluasi Konsultan Manajemen Pusat (KMP) menunjukkan bahwa kegiatan rehabilitasi dan pembangunan rumah yang didanai oleh PNPM Mandiri Perkotaan telah memberikan manfaat yang sangat baik kepada masyarakat miskin. Sebagai investasi terbesar ketiga di bidang lingkungan, tren rehabilitasi dan pembangunan perumahan menunjukkan peningkatan sejak tahun 2007 hingga 2011, dari 12,00% menjadi 18,38% secara nasional, data tersebut diambil dari buku Prosedur Operasional Baku pembangunan rumah tidak layak huni PNPM Mandiri Perkotaan. Selama kurun waktu tersebut lebih dari rumah telah direhabilitasi. Selain jumlah rumah yang meningkat investasi per rumah juga terjadi peningkatan dari Rp. 5,049 juta per rumah pada tahun 2007 menjadi Rp. 7,747 juta per rumah pada tahun Dari sejumlah rumah tersebut telah dimanfaatkan bagi warga miskin sebanya KK miskin. Penerapan Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni di Kabupaten Sukoharjo, selalu bekerjasama dengan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) termasuk di wilayah Kecamatan Sukoharjo. Dalam penerapan Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni ini terdapat sasaran dan pembiayaannya bagi masyarakat penerima manfaat. Adapun sasaran serta penjelasan mengenai pembiayaannya commit to adalah user sebagai berikut:

16 digilib.uns.ac.id 87 a. Sasaran Renovasi dan pembangunan rumah di diperuntukkan khusus bagi masyarakat miskin (PS2) di kelurahan PNPM Mandiri Perkotaan dengan ketentuan: 1) Penerima manfaat memiliki lahan untuk kebutuhan pembangunan rumah 2) Penerima manfaat memiliki bukti surat syah atas kepemilikan tanah 3) Penerima manfaat memiliki bukti atas kepemilikan rumah yang kurang layak bila dilihat dari aspek kesehatan dan keamanan penghuninya. b. Biaya Biaya rehabilitasi dan pembangunan rumah yang berasal dari BLM PNPM Perkotaan hanya sebagai stimulan bagi masyarakat untuk merehabilitasi / membangun rumahnya sesuai yang sudah mereka rencanakan dan sepakati bersama, oleh karena itu diperlukan adanya tambahan biaya swadaya dari warga yang lebih mampu untuk menolong masyarakat miskin yang memiliki rumah tinggal yang tidak layak huni. Pembangunan rumah ini dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori yaitu, pertama rehabilitasi dan kedua pembangunan baru (rekonstruksi), penentuan kategori ini berdasarkan pada tingkat kerusakan sesuai hasil survey yang dilaksanakan sebelumnya. Adapun besaran alokasi pagu dana BLM PNPM Mandiri Perkotaan untuk rehabilitasi (tingkat kerusakan mencapai 50 %) maksimal sebesar Rp. 7,5 juta per unit dan pembangunan rumah baru (rekonstruksi) maksimal sebesar Rp. 15 juta per unit. Berdasarkan penjelasan mengenai Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni di atas, maka dapat diketahui bahwa mulai dari ketentuan penerima program (sasaran) dan juga rincian biaya yang dikeluarkan telah diatur secara pasti. Selain itu salah satu program PNPM-MP ini juga bekerjasama dengan BKM yang ada di setiap Kelurahan. hal ini juga dipertegas oleh pernyataan commit Agus to Suyadi, user selaku Koordinator Badan

17 digilib.uns.ac.id 88 Keswadayaan Masyarakat Sumber Makmur Kelurahan Sonorejo, sebagai berikut: Jadi memang beberapa program yang diterapkan oleh PNPM-Mandiri Perkotaan selalu menggandeng BKM. Termasuk Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni ini, hal ini saya acungi jempol karena dengan bekerjasama dengan BKM berarti pemerintah telah memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk merencanakan, melaksanakan serta memantau sendiri pembangunan yang dilakukan di daerah mereka masing-masing Mas. (Wawancara, Senin 9 Desember 2013) Bentuk koordinasi yang dijalin antara PNPM Mandiri Perkotaan dengan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan langkah yang strategis. Karena, BKM merupakan salah satu wadah bagi masyarakat untuk aktif menyampaikan gagasan dalam proses pembangunan daerah, dengan begitu masyarakat dapat mengemukakan gagasannya secara langsung dan ikut serta di dalamnya. Dengan komunikasi dan pendekatan yang baik antara pihak BKM dan masyarakat, maka segala macam program kebijakan yang ingin diterapkan dalam kehidupan masyarakat dapat diketahui oleh masyarakat luas, serta memungkinkan adanya partisipasi aktif masyarakat terhadap program kebijakan yang diterapkan. PNPM-Mandiri Perkotaan merupakan salah satu mitra bagi masyarakat untuk membantu kehidupan masyarakat menjadi lebih berdaya, melalui program kebijakan yang dilakukan. Pemberdayaan terhadap masyarakat, menjadi salah satu tujuan diterapkannya program-program PNPM-Mandiri Perkotaan. Salah satu program PNPM-Mandiri Perkotaan yang dilakukan untuk memberdayakan masyarakat adalah adanya penerapan Program Bantuan Renovasi Rumah Tidak Layak Huni, salah satunya diterapkan di Kecamatan Sukoharjo. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Indrasna selaku Unit Pengelola Lingkungan BKM Kelurahan Kriwen, sebagai berikut: PNPM Mandiri Perkotaan memang memiliki andil besar untuk memberdayakan masyarakat melalui kegiatannya. Banyak program yang melibatkan masyarakat secara mandiri, mulai dari pembangunan talut, perbaikan jalan, ada juga bantuan perbaikan rumah dan lain-lain, dari program itu masyarakat selalu diikutsertakan. Sejak ada kegiatan PNPM-Mandiri Perkotaan, commit masyarakat to user menjadi tahu dan mampu untuk ikut serta dalam pembangunan.(wawancara: Selasa 31 Desember 2013)

18 digilib.uns.ac.id 89 Pelaksanaan program PNPM-Mandiri Perkotaan, terutama Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni, memberikan dampak secara langsung bagi masyarakat, yaitu dampak bagi terpenuhinya kebutuhan akan rumah yang layak huni dan dampak bagi masyarakat yang semakin berdaya karena keterlibatannya dalam setiap program yang dilakukan. Penerapan Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni di Kecamatan Sukoharjo memberikan dampak yang nyata, yang ditunjukkan dalam sebuah dokumen yang menyatakan adanya penurunan jumlah/volume perbaikan rumah tidak layak huni yang dilaksanakan di Kecamatan Sukoharjo. Kebutuhan akan rumah yang layak huni menjadi pendorong bagi masyrakat untuk mengajukan permohonan bantuan renovasi rumah tinggal layak huni, namun dengan adanya kerjasama dan sikap saling tolong-menolong dalam kehidupan bermasyarakat, menjadikan di setiap pelaksanaan pembangunannya menjadi lancar. Adanya penurunan jumlah permintaan atau permohonan Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di Kecamatan Sukoharjo antara tahun 2012 dan 2013, menunjukkan bahwa program ini benar-benar memberikan manfaat bagi masyarakat. Jumlah penerima Renovasi RTLH Tahun 2012 berjumlah 390, sedangkan pada tahun 2013 hanya berjumlah 169 rumah. Selain dari dokumen yang menyatakan bahwa penerima program RTLH mengalami penurunan, hal tersebut juga ditunjang dengan adanya data wawancara dengan Sabari selaku Ketua RW V Kelurahan Sonorejo sebagai berikut: Yang saya tahu, setiap tahun itu ya berbeda-beda jumlah penerimanya, tergantung usulan atau dananya juga. Tapi yang saya tahu dari tahun ke tahun rumah di daerah sini mengalami perbaikan, mungkin dua atau tiga tahun yang lalu rumah gedhek (dinding dari bambu) masih banyak, tapi sekarang ini mungkin hanya tinggal empat atau lima rumah saja per RT yang masih menggunakan gedhek (dinding dari bambu). Dengan program seperti itu, dampak yang ditimbulkan sangat besar terutama bagi pemilik rumah akan semakin aman dan nyaman, karena mendapat bantuan perbaikan rumah yang layak. (Wawancara: Jumat 20 Desember 2013) commit to user

19 digilib.uns.ac.id 90 Tabel 4.9 Rekap Data Kegiatan Perbaikan RTLH Kecamatan Sukoharjo PNPM- Mandiri Perkotaan Tahun Anggaran 2012 Sumber: Dokumen PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2012 Tabel 4.10 Rekap Data Kegiatan Perbaikan RTLH Kecamatan Sukoharjo PNPM- Mandiri Perkotaan Tahun Anggaran 2013 Sumber: Dokumen PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013 commit to user

20 digilib.uns.ac.id 91 B. Deskripsi Temuan Penelitian Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang dilakukan di lingkungan tempat tinggal masyarakat. Partisipasi dalam hal ini secara spesifik membahas mengenai partisipasi masyarakat dalam Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan rumah tidak layak huni sangat dibutuhkan, karena dengan melibatkan masyarakat dalam pembangunan maka masyarakat dapat menentukan sendiri arah pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dalam arti lain, masyarakat tidak hanya diposisikan sebagai pihak yang menikmati pembangunan saja tetapi juga diposisikan sebagai pelaku pembangunan. Dengan melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan rumah layak huni, masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan karena mereka dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya. Selain itu, mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek pembangunan dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek pembangunan tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Mudi Basori mengenai pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sebagai berikut: Terlibatnya masyarakat dalam pembangunan terutama berkaitan dengan pembangunan rumah yang layak huni bagi warga miskin memang sangat diperlukan, karena partisipasi dari masyarakat akan sangat mempengaruhi lama tidaknya proses pengerjaan dan juga banyak tidaknya dana yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan pembangunan rumah yang layak huni. (Wawancara, Minggu 8 Desember 2013) Mariyono, selaku Unit Pengelola Lingkungan Badan Keswadayaan Masyarakat Kelurahan Sonorejo Kecamatan Sukoharjo juga menyatakan pendapatnya mengenai perlunya partisipasi masyarakat dalam Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni, sebagai berikut: Partisipasi masyarakat terutama dalam Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni harus dilakukan, karena masyarakat perlu diberdayakan dan tidak hanya sekedar menerima hasil pembangunan saja tetapi harus terlibat didalamnya, mulai commit dari to awal user sampai akhir. Dengan melibatkan masyarakat dalam program-program semacam ini masyarakat akan mau

21 digilib.uns.ac.id 92 berpikir, minimal berpikir mengenai penanganan-penanganan masalah pembangunan rumah dilingkungan tempat dia tinggal. Nah, kalau partisipasi masyarakat sudah bisa berjalan dampaknya nanti bukan hanya sekedar masyarakat yang semakin berdaya, tetapi lebih dari itu masyarakat menjadi mandiri dalam program-program lain kedepannya. (Wawancara, Selasa 10 Desember 2013) Berdasarkan hasil wawancara di atas mengenai perlunya partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan rumah yang layak huni, dapat disimpulkan bahwa dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk terlibat dalam program-program pembangunan terutama dalam hal ini adalah pembangunan rumah layak huni, maka akan ada beberapa keuntungan bagi kehidupan masyarakat yang didapatkan. Dengan melibatkan masyarakat dalam program pembangunan maka masyarakat dapat merencanakan, melaksanakan, dan mengontrol sendiri pembangunan yang dilakukan, sehingga arah pembangunan akan sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat. Selain itu, masyarakat dapat mengetahui seluk-beluk program kebijakan pembangunan yang telah dicanangkan oleh pemerintah, sehingga masyarakat dapat melakukan kontrol yang nyata terhadap program kebijakan yang diberlakukan. Terakhir, masyarakat menjadi berdaya, karena telah mampu berpartisipasi dalam program pembangunan. Dengan demikian partisipasi masyarakat dalam Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni sangat dibutuhkan dalam rangka menunjang keberhasilan program dan pada akhirnya akan mampu memberdayakan masyarakat dalam program-program lainnya. Akan tetapi dalam pelaksanaannya, partisipasi masyarakat dalam program pembangunan rumah yang layak huni menuai banyak permasalahan yang pada akhirnya menghambat keterlibatan masyarakat dalam program pembangunan. hal tersebut, didasarkan pada hasil observasi yang dilakukan di lapangan, yang menunjukkan keadaan yang kurang maksimal. Hal tersebut dikarenakan banyak masyarakat yang sibuk melakukan kegiatan-kegiatan pribadi, misalnya melanjutkan usaha mereka di rumah, bahkan ada juga yang bersantai bersama keluarga di commit rumah. to user Sesuai dengan hal tersebut, menurut

22 digilib.uns.ac.id 93 salah seorang warga bernama Riyadi, berpendapat mengenai beberapa penghambat partisipasi masyarakat dalam program pembangunan rumah layak huni, sebagai berikut: Sebenarnya kalau ada kerepotan di lingkungan saya, keinginan untuk membantu itu ada ya, tetapi memang ada beberapa hal yang mengakibatkan keterlibatan itu tidak maksimal. Beberapa diantaranya adalah kurangnya sosialisasi program kebijakan, kalau di lingkungan tempat saya tinggal Ketua RT atau RW memang sudah mengumumkan beberapa agenda gotong royong, termasuk gotong royong untuk membantu pembangunan rumah yang hendak di renovasi, tetapi pengumuman tersebut disampaikan secara mendadak, misalnya pada saat ada pertemuan rutin setiap malam Jum at, Ketua RT baru menyampaikan agenda gotong royong padahal pelaksanaannya adalah hari minggunya. Kalau sudah menjadi keputusannya seperti itu agendaagenda yang lebih penting yang sebelumnya sudah dijadwalkan jadi tidak bisa ditinggalkan, sehingga tidak bisa menghadiri kegiatan gotong royong tersebut. Selain itu, setahu saya banyak masyarakat yang memilih beristirahat daripada menghadiri gotong royong karena setelah 6 hari masuk kerja mungkin menurut mereka hari minggu adalah hari yang harus dimanfaatkan untuk beristirahat. (Wawancara, Selasa 10 Desember 2013) Berdasarkan hasil wawancara mengenai penghambat tercapainya partisipasi masyarakat dalam pembangunan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam rangka menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat dalam program pembangunan harus memperhatikan aspirasi dari masyarakat mengenai kapan waktu yang tepat untuk melaksanakan kegiatan pembangunan secara gotong royong. Selain itu, sosialisasi di tingkat basis (RT atau RW) juga harus dilaksanakan secara rutin agar agenda-agenda kemasyarakatan dapat diketahui oleh semua warga masyarakat. Yang terakhir, masyarakat harus diberikan motivasi atau dorongan agar pola pikir masyarakat juga ikut terbangun ke arah yang lebih baik bagi masyarakat luas. Selain data wawancara di atas, melalui observasi yang dilakukan peneliti di lapangan juga menggambarkan bahwa terdapat beberapa anggota masyarakat yang tidak hadir dalam pelaksanaan pembangunan (gotong royong). Hal tersebut diketahui dari pengamatan peneliti, bahwa peserta yang hadir pada saat itu sangat sedikit. commit Sehingga to user pelaksanaan gotong royong pada

23 digilib.uns.ac.id 94 saat itu terkesan kurang semarak. Data observasi yang lain juga memperlihatkan terdapat beberapa masyarakat yang memilki kegiatan usaha di rumah seperti berjualan, bengkel, dan kerajinan kayu, memilih melanjutkan pekerjaan mereka dari pada berpartisipasi dalam pembangunan yang ada. Maka dari itu untuk mempermudah pengkajian permasalahan, maka penulis memilih data yang benar-benar dapat dipakai dalam memecahkan permasalahan, sehingga data-data tersebut dapat menjawab rumusan masalah yang ditentukan. Rumusan permasalahan dalam penelitian ini membahas tentang beberapa aspek diantaranya: 1. Partisipasi masyarakat Kecamatan Sukoharjo dalam Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni 2. Dampak penerapan pembangunan partisipatif terhadap Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni di Kecamatan Sukoharjo 3. Hambatan penyelenggaraan partisipasi masyarakat dalam Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni di Kecamatan Sukoharjo. Berdasarkan aspek-aspek yang sudah disebutkan di atas, dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Partisipasi Masyarakat Kecamatan Sukoharjo Dalam Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni Kecamatan Sukoharjo merupakan salah satu bagian dari wilayah administrasi Kabupaten Sukoharjo yang juga turut serta melaksanakan kebijakan-kebijakan di wilayah Kabupaten Sukoharjo. Salah satu kebijakan yang juga dilaksanakan oleh wilayah administrasi Kecamatan Sukoharjo adalah pelaksanaan kebijakan renovasi rumah tidak layak huni bagi keluarga miskin. Program kebijakan ini merupakan salah satu cara pemerintah untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan lingkungan kumuh yang ada di Kecamatan Sukoharjo dengan memberdayakan masyarakat dalam usaha tersebut. Dengan dilaksanakannya Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni tersebut masyarakat akan terbantu dalam hal perbaikan papan dan terwujud keinginannya untuk commit singgah to atau user bertempat tinggal di dalam rumah

24 digilib.uns.ac.id 95 yang layak huni. Kebijakan pemerintah seperti ini selaras dengan tujuan nasional Negara Indonesia yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945, yaitu memajukan kesejahteraan umum, dalam hal ini adanya kebijakan pemerintah untuk merenovasi rumah warga masyarakatnya, maka pemerintah telah membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membantu penyediaan rumah layak huni bagi masyarakat yang membutuhkan. Pemerintah melalui Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, memiliki banyak kewenangan untuk mengatur dan mengelola sumber daya yang ada di daerahnya. Dengan adanya kewenangan ini pemerintah daerah diberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi di daerah itu, termasuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang dapat mensejahterakan masyarakat. Salah satu kebijakan yang tidak boleh di pandang sebelah mata adalah adanya kebijakan untuk memperbaiki rumah masyarakat miskin yang dinilai kurang layak untuk dihuni. Dalam melaksanakan kebijakan tersebut peran pemerintah bersama dengan warga masyarakat sangat dibutuhkan agar program kebijakan tersebut tepat sasaraan dan tepat guna. Maksudnya adalah tepat sasarannya, yaitu tepat diberikan kepada pihak-pihak yang membutuhkannya. Selanjutnya adalah tepat guna, maksudnya adalah dalam membelanjakan dana alokasi untuk perbaikan rumah, benar-benar dibelanjakan sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Mudi Basori selaku Ketua Unit Pengelola Sosial Badan Keswadayaan Masyarakat Kelurahan Sonorejo Kecamatan Sukoharjo dalam wawancara sebagai berikut: Program seperti ini (Renovasi Rumah Tidak Layak Huni) memang sangat tepat untuk dilakukan, hal ini karena sebagian masyarakat yang memiliki penghasilan rendah dan hanya cukup untuk makan sehari-hari sangat membutuhkan bantuan seperti ini. Karena logikanya, dia tidak punya banyak uang simpanan yang dialokasikan untuk membangun sebuah rumah. Rumah yang kokoh dan terbuat dari bahan-bahan yang layak juga sangat berdampak pada kenyamanan masyarakat untuk tinggal di tempat tersebut. Tetapi yang tidak kalah penting adalah dalam rangka memberikan bentuk bantuan seperti ini pemerintah bersama masyarakat harus senantiasa melakukan survei atau penyeleksian yang tepat, agar program seperti commit ini to benar-benar user bisa dinikmati oleh orang yang membutuhkan. (Wawancara, Minggu 8 Desember 2013)

25 digilib.uns.ac.id 96 Dalam penyelenggaraan program renovasi rumah tidak layak huni masyarakat merupakan salah satu aktor yang sangat penting. Hal tersebut logis karena di masa sekarang ini strategi pembangunan di Indonesia memang sudah mulai bergeser dari Top-Down (dari pemerintah ke masyarakat) menjadi Bottom-Up (dari masyarakat ke pemerintah) sejak bergulirnya rezim otoriter di tahun Saat ini celah-celah demokrasi telah terbuka, termasuk keikutsertaan masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan. Berbagai kegiatan pembangunan tidak lagi bersifat sentralistik kepada pemerintah, tetapi masyarakat memiliki kewenangan pula untuk ikut serta menentukan arah pembangunan sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Berdasarkan observasi yang dilakukan dilapangan, menunjukkan masyarakat ikut serta melaksanakan program kebijakan bantuan rumah layak huni ini, beberapa diantaranya juga terlihat sudah mempersiapkan diri dengan membawa peralatan pembangunan. sehingga dapat disimpulkan bahwa memang masyarakat perlu diberikan kewenangan untuk turut andil dalam beberapa program pembangunan. Terutama dalam Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni, dirasa memang sangat tepat untuk dilaksanakan. Karena dari pengamatan atau observasi yang dilakukan, masih sangat banyak rumah masyarakat di beberapa wilayah di Kecamatan Sukoharjo yang tidak layak huni. Hal ini didasarkan pada bangunan fisik rumah yang sangat memprihatinkan, karena beberapa diantaranya masih terbuat dari bambu dan ditopang dengan tiang-tiang yang mulai rapuh. Selain itu, hasil observasi juga menyatakan bahwa kepedulian warga masyarakat untuk turut serta membantu masyarakat yang membutuhkan, hasrus senantiasa di tumbuh kembangkan. Dalam penyelenggaraan pembangunan rumah yang layak huni bagi masyarakat miskin di Kecamatan Sukoharjo, telah banyak mendapatkan respon yang baik dari masyarakat secara umum. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya kesediaan warga masyarakat dalam kegiatan gotong royong yang diselenggarakan untuk membantu terselesaikannya renovasi rumah dari masyarakat yang menerima program commit tersebut. to user Seperti yang telah diungkapkan

26 digilib.uns.ac.id 97 oleh salah seorang warga yang menerima bantuan renovasi rumah tidak layak huni pada pertengahan bulan November 2013 bernama Warjono, dalam kesempatan wawancara Warjono mengungkapkan bahwa: Wonten kathah wargo masyarakat ingkang mbiantu anggene kulo gadah kerepotan. Dinten Minggu niku wargo ngawontenake gotong royong Mas, geh wonten Bapak-bapak lan poro pemuda geh katah ingkang tumut Mas. Tiang alit kados kulo ngenten menawi mboten dibantu kalian tonggo tepalih geh sinten maleh Mas, geh tho? (Ada banyak warga masyarakat yang turut membantu saya dalam kegiatan tersebut. Hari Minggu warga masyarakat mengadakan kegiatan gotong royong Mas, ya ada Bapak-bapak dan para pemuda juga banyak yang datang Mas. Orang kecil seperti saya ini kalau tidak dibantu oleh warga masyarakat di lingkungan saya, siapa lagi Mas, iya kan?). (Wawancara, Minggu 8 Desember 2013) Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan salah satu warga masyarakat yang menerima bantuan renovasi rumah di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan renovasi rumah tidak layak huni di tempat tersebut terdapat partisipasi aktif dan langsung dari warga masyarakat sekitar. Hal tersebut ditunjukkan dengan hadirnya bapak-bapak serta para pemuda yang turut membantu proses pembangunan. Peran serta masyarakat sekitar dalam pembangunan memang menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembangunan, salah satunya adalah efisien waktu. Dengan banyaknya tenaga dalam pembangunan akan mempercepat poses pengerjaan karena banyak orang yang ikut bergotong royong dalam setiap pengerjaannya. Dari data yang berhasil dihimpun, dapat diketahui beberapa hal mengenai partisipasi masyarakat dalam menunjang keberhasilan Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni di wilayah Kecamatan Sukoharjo. Dari hasil wawancara dengan Koordinator Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Sumber Makmur Kelurahan Sonorejo Agus Suyadi, diperoleh data sebagai berikut: Kalau ditanya dalam hal apa saja masyarakat berpartisipasi dalam penanggulangan rumah tidak layak huni jelas banyak sekali Mas, bahkan masyarakat mulai dilibatkan sejak perencanaannya, baik dalam musyawarah perencanaan pembangunan atau musrenbang maupun dalam rapat-rapat intern commit setelah to user terbentuknya KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat). Selain itu masyarakat juga terlibat langsung

27 digilib.uns.ac.id 98 dalam pengerjaannya juga Mas, jadi mulai dari perencanaan sampai dengan pengerjaannya memang praktek di lapangan keterlibatan masyarakat Alhamdulillah selalu ada Mas. (Wawancara, Senin 9 Desember 2013) Sejalan dengan pernyataan di atas, Harjono selaku pendamping / fasilitator Kelurahan Dukuh Kecamatan Sukoharjo, menyatakan bahwa: Pelibatan masyarakat memang sangat penting dalam program-program PNPM termasuk program RTLH ini. Setahu saya respon masyarakat terhadap program-program seperti ini sangat baik, terutama dalam kegiatan-kegiatan gotong royong. Di Kelurahan Dukuh, Kriwen dan kelurahan lainnya yang saya dampingi bersama kawan-kawan dari tim 2 memang keseluruhan partisipasi masyarakat sangat baik Mas. (Wawancara: Selasa 31 Desember 2013) Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa partisipasi yang dilakukan masyarakat dalam pembangunan telah dilakukan mulai dari perecanaannya, hal ini menegaskan bahwa dalam merenovasi rumah warga yang tidak layak huni tersebut, masyarakat telah menyumbangkan pemikirannya melalui suatu forum satu tahunan yang disebut musrenbang atau musyawaran perencanaan pembangunan. Selain itu, masyarakat juga berpartisipasi dalam pembangunan fisik rumah dari warga penerima manfaat, sehingga dari data hasil wawancara di atas masyarakat di daerah tersebut melakukan partisipasi terhadap proses pembangunan dari awal direncanakannya sampai pada pelaksanaannya. Selain data yang ditunjukkan dalam beberapa petikan wawancara di atas, peneliti juga menemukan data dari hasil observasi bahwa pada saat dilaksanakannya pembangunan banyak warga masyarakat yang ikut serta, bahu-membahu dalam kegiatan tersebut. Selain itu dalam kegiatan RWT (Rembug Warga Tahunan) yang peneliti ikuti, yaitu di Kelurahan Sonorejo, masyarakat sangat antusias memberikan saran atau kritikan terhadap BKM berkaitan dengan Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni. Dari data hasil observasi tersebut terlihat bahwa pada umumnya pelaksanaan pembangunan dalam setiap tahapannya berjalan secara baik. commit to user

28 digilib.uns.ac.id 99 Berkaitan dengan bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam penanggulangan rumah tidak layak huni di Kecamatan Sukoharjo, ternyata bentuk partisipasinya tidak hanya sebatas tenaga saja yang dikeluarkan warga masyarakat sekitar untuk membantu proses pembangunannya, melainkan ada bentuk bantuan lain yang diberikan masyarakat sebagai salah satu bentuk kontribusi terhadap sesama manusia. Beberapa partisipasi masyarakat dapat dirinci menjadi 4 hal, yang pertama masyarakat Kecamatan Sukoharjo berpartisipasi dalam tahap perencanaan pembangunan dengan menyumbangkan ide atau gagasannya mengenai program-program yang hendak dilakukan termasuk didalamnya adalah Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni melalui forum tahunan yang disebut musrenbang di tingkat Kelurahan, Kecamatan, dan Kabupaten. Selanjutnya, masyarakat juga terlibat dalam pelaksanaan pembangunannya, hal ini ditunjukkan dengan adanya kegiatan gotong royong oleh warga masyarakat sekitar. Ketiga, masyarakat terlibat dalam evaluasi kegiatan yang dilakukan setelah pembangunan rumah telah selesai dilaksanakan. Yang terakhir partisipasi masyarakat terlihat pula dalam pemeliharaan hasil pembangunan, masyarakat melakukan pemantauan hasil pembangunan dan melengkapinya apabila terdapat suatu kekurangan pada hasil pembangunannya. Secara terperinci bentuk-bentuk partisipasi masyarakat Kecamatan Sukoharjo terhadap Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni dapat dilihat sebagai berikut: a. Partisipasi Masyarakat Kecamatan Sukoharjo Dalam Perencanaan Pembangunan Proses perencanaan dan pengambilan keputusan dalam program pembangunan seringkali dilakukan dari atas ke bawah (top down). Masyarakat seringkali diikutkan tanpa diberikan pilihan dan kesempatan untuk memberikan masukan atau peranan. Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa masyarakat tidak memiliki kemampuan untuk menganalisis kondisi dan merumuskan persoalan serta kebutuhankebutuhannya. Dalam hal ini masyarakat ditempatkan dalam posisi objek pembangunan, program commit yang dilakukan to user dari atas ke bawah tersebut

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan di lapangan dan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik suatu kesimpulan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo. mencakup 14 Kelurahan, 201 Dukuh, 138 RW (Rukun Warga), dan 445 RT

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo. mencakup 14 Kelurahan, 201 Dukuh, 138 RW (Rukun Warga), dan 445 RT BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo Puskesmas Sukoharjo terletak di Kelurahan Begajah, Kecamatan Sukoharjo. Luas wilayah kerja Puskesmas Sukoharjo sekitar ± 4.458

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 Menimbang + PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH 31 BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH 4.1 Kondisi Kemiskinan Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan tidak sematamata didefinisikan

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT

BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 6 TAHUN 2013TAHUN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (RS-RTLH) TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERUMAHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 15 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 15 TAHUN 2015 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Strategi pembangunan yang terlalu sentralistik merupakan contoh ketidakpastian birokrasi masa lalu terhadap variasi pembangunan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian proses multidimensial yang berlangsung secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu terciptanya

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI KUDUS, Menimbang a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 22 ayat (1)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2009 NOMOR 27 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI Tanggal : 29 Desember 2009 Nomor : 27 Tahun 2009 Tentang : PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBENTUKAN DAN BUKU ADMINISTRASI RUKUN WARGA

Lebih terperinci

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI PERKOTAAN BERITA ACARA PENYELESAIAN PEKERJAAN ( BAP2 ) Nomor :.

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI PERKOTAAN BERITA ACARA PENYELESAIAN PEKERJAAN ( BAP2 ) Nomor :. PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI PERKOTAAN BERITA ACARA PENYELESAIAN PEKERJAAN ( BAP2 ) Nomor. Pada hari ini. tanggal.. bulan. tahun 20, kami yang bertanda tangan di bawah ini

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS HULU, a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO 1 PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017

PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017 PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DESA BOJONGGENTENG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan menurut Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia (TKPKRI, 2008) didefinisikan sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Pemerintah mempunyai program penanggulangan kemiskinan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat baik dari segi sosial maupun dalam hal ekonomi. Salah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 39 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Situ Gede Wilayah Kelurahan Situ Gede berada pada ketinggian 250 meter

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh :

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh : PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI DI KELURAHAN PETEMON KECAMATAN SAWAHAN KOTA SURABAYA (studi mengenai Pengelola Lingkungan) SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI KUDUS, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH 60 5.1. Latar Belakang Program BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH Pembangunan Sosial berbasiskan komunitas merupakan pembangunan yang menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.369, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI Dalam rangka mendapatkan strategi pengembangan KBU PKBM Mitra Mandiri dalam upaya pemberdayaan masyarakat, sebagaimana tujuan dari kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Penataan Lingkungan Permukiman : Berbasis : Komunitas :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Penataan Lingkungan Permukiman : Berbasis : Komunitas : BAB I PENDAHULUAN 1. 1.1. Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perancangan Dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas di Desa Jomblang

Lebih terperinci

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan BUKU 1 SERI SIKLUS PNPM- Mandiri Perkotaan Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan 3 Membangun BKM 2 Pemetaan Swadaya KSM 4 BLM PJM Pronangkis 0 Rembug Kesiapan Masyarakat 1 Refleksi Kemiskinan 7 Review: PJM,

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG ALAMAT KANTOR DAN TEMPAT KEGIATAN PERKANTORAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN

V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 44 V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 5.1 Profil Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan Program PNPM Mandiri Perkotaan memiliki syarat keikutsertaan yang harus

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF BAGI KETUA RUKUN TETANGGA DAN KETUA RUKUN WARGA PADA KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan harus memperhatikan segala sumber-sumber daya ekonomi sebagai potensi yang dimiliki daerahnya, seperti

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal 94

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA Deskripsi Kegiatan. Menurut Pemerintah Kabupaten Bogor pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk menuju ke arah yang lebih

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 6 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM. A. Sejarah Singkat LKM Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru

BAB II GAMBARAN UMUM. A. Sejarah Singkat LKM Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru BAB II GAMBARAN UMUM A. Sejarah Singkat LKM Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru Kelurahan Sidomulyo Barat terletak di Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru terdiri dari 15 Rukun Warga (RW) dan 76

Lebih terperinci

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP 7.1. STIMULAN P2KP 7.1.1. Tingkat Bantuan Dana BLM untuk Pemugaran Rumah, Perbaikan Fasilitas Umum dan Bantuan Sosial Salah satu indikator keberhasilan P2KP yaitu

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA I. UMUM Sesuai dengan landasan filosofis pemberian otonomi daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat pada suatu wilayah adalah merupakan suatu manifestasi yang diraih oleh masyarakat tersebut yang diperoleh dari berbagai upaya, termasuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN SUKOHARJO, KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN SUKOHARJO, KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN SUKOHARJO, KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 1998 2004 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 10 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 10 TAHUN 2015 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) MAKASSAR

Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) MAKASSAR Sosialisasi Masih ada kawasan yang belum tersentuh sehingga tampak kumuh Masih ada kesimpangsiuran kebijakan dari pusat kepada pelaku PNPM (Faskel) dalam menentukan kegiatan sosial Keterlibatan masyarakat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA / KELURAHAN DALAM KABUPATEN TANJUNG JABUNG

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI FISIK DAN SOSIAL KELURAHAN PAKEMBARAN KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL PROPINSI JAWA TENGAH

BAB IV KONDISI FISIK DAN SOSIAL KELURAHAN PAKEMBARAN KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL PROPINSI JAWA TENGAH BAB IV KONDISI FISIK DAN SOSIAL KELURAHAN PAKEMBARAN KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL PROPINSI JAWA TENGAH 4.1. Kondisi Geografis Kelurahan Pakembaran Di Kecamatan Slawi terdapat 5 Kelurahan dan 5 Desa.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT - 270 - PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. b.

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBINAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DI KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR 1.5 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah daratan (tidak memiliki wilayah laut) yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Kecamatan Batang Cenaku. Kecamatan Batang Cenaku memiliki luas daerah sebesar 634,43 Km

BAB IV GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Kecamatan Batang Cenaku. Kecamatan Batang Cenaku memiliki luas daerah sebesar 634,43 Km BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Kecamatan Batang Cenaku Kecamatan Batang Cenaku memiliki luas daerah sebesar 634,43 Km yang terdiri dari 20 Desa/Kelurahan yaitu Talang Bersemi, Talang Mulya, Anak

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

Membangun BKM. Membangun BKM. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP. Membangun BKM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERKOTAAN MANDIRI

Membangun BKM. Membangun BKM. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP. Membangun BKM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERKOTAAN MANDIRI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI MANDIRI PERKOTAAN 3 Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP Membangun BKM Membangun BKM Membangun BKM

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

PROFIL LKM MUTIARA SEJAHTERA KELURAHAN MUTIARA KECAMATAN KOTA KISARAN TIMUR KABUPATEN ASAHAN SUMATERA UTARA

PROFIL LKM MUTIARA SEJAHTERA KELURAHAN MUTIARA KECAMATAN KOTA KISARAN TIMUR KABUPATEN ASAHAN SUMATERA UTARA PROFIL LKM MUTIARA SEJAHTERA KELURAHAN MUTIARA KECAMATAN KOTA KISARAN TIMUR KABUPATEN ASAHAN SUMATERA UTARA IDENTITAS LKM Nama LKM : MUTIARA SEJAHTERA Alamat : Jl. Budi Utomo, Lingkungan VI Kel. Mutiara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perubahan yang terus menerus yang merupakan kemajuan dan perbaikan kearah tujuan yang ingin dicapai. Salah satu sasaran yang hendak dicapai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iklim sudah menjadi pengetahuan yang umum saat ini. Pemanasan global adalah

BAB I PENDAHULUAN. iklim sudah menjadi pengetahuan yang umum saat ini. Pemanasan global adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu pemanasan global yang diindikasikan sebagai penyebab perubahan iklim sudah menjadi pengetahuan yang umum saat ini. Pemanasan global adalah kondisi dimana terdapat

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampung Totokaton merupakan salah satu kampung (dari sembilan kampung)

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampung Totokaton merupakan salah satu kampung (dari sembilan kampung) 38 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Geografis. Kampung Totokaton merupakan salah satu kampung (dari sembilan kampung) yang terletak di Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Masalah Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, terutama di negara sedang berkembang. Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB III MENELUSURI WILAYAH DAN MASYARAKAT DESA RENDENG. berbatasan dengan Desa Tileng, Sebelah Timur Desa Malo dan sebelah barat

BAB III MENELUSURI WILAYAH DAN MASYARAKAT DESA RENDENG. berbatasan dengan Desa Tileng, Sebelah Timur Desa Malo dan sebelah barat BAB III MENELUSURI WILAYAH DAN MASYARAKAT DESA RENDENG A. Kondisi Geografis Desa Rendeng Secara Administrasi Desa Rendeng terletak sekitar 1 Km dari Kecamatan Malo, kurang lebih 18 Km dari Kabupaten Bojonegoro,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penerima program pembangunan karena hanya dengan adanya partisipasi dari

I. PENDAHULUAN. penerima program pembangunan karena hanya dengan adanya partisipasi dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Strategi pembangunan yang berorientasi pada pembangunan manusia dalam pelaksanaannya sangat mensyaratkan keterlibatan langsung dari masyarakat penerima program

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN MUSRENBANG DESA/ KELURAHAN

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN MUSRENBANG DESA/ KELURAHAN PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN MUSRENBANG DESA/ KELURAHAN A. Pengertian 1. Musrenbang Desa/ Kelurahan adalah forum musyawarah tahunan yang dilaksanakan secara partisipatif oleh para pemangku kepentingan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN LAPANGAN DI GORONTALO TIM KAJIAN PERENCANAAN PARTISIPATIF (PJM PRONANGKIS)

LAPORAN KEGIATAN LAPANGAN DI GORONTALO TIM KAJIAN PERENCANAAN PARTISIPATIF (PJM PRONANGKIS) 1 LAPORAN KEGIATAN LAPANGAN DI GORONTALO TIM KAJIAN PERENCANAAN PARTISIPATIF (PJM PRONANGKIS) A. RINGKASAN HASIL SANGAT SEMENTARA (1) Gambaran Umum Wilayah Studi Kota Gorontalo terletak di kawasan Teluk

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN ORGANISASI LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Jakarta Pusat, Propinsi DKI Jakarta. Posisi Kota Jakarta Pusat terletak antara 106.22.42 Bujur Timur

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI,

PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, 333333333333 SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif 1 Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif (a) Perencanaan Partisipatif disebut sebagai model perencanaan yang menerapkan konsep partisipasi, yaitu pola perencanaan yang melibatkan semua pihak (pelaku)

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB V PROFIL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN

BAB V PROFIL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN 38 BAB V PROFIL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN 5.1 Konsep PNPM Mandiri Perkotaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan merupakan proses pembelajaran

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELIITIAN. berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat. Letaknya antara Lintang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELIITIAN. berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat. Letaknya antara Lintang II. KEADAAN UMUM DAERAH PENELIITIAN Kabupaten Brebes terletak di sepanjang pantai utara Laut Jawa, merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Jawa Tengah, memanjang keselatan berbatasan dengan wilayah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI KAJIAN

BAB III METODOLOGI KAJIAN BAB III METODOLOGI KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Dalam menjalankan upaya penanggulangan kemiskinan di wilayah kerjanya, maka Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) membutuhkan suatu kerangka pelaksanaan program

Lebih terperinci