PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT
|
|
- Vera Leony Hartono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung kelancaran penyelenggaraan pemerintahan Kampung dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 97 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Tata Cara Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Kampung. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur dan Kota Bontang sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3962); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4597); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4598); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
2 9. Peraturan Daerah Nomor 01a Tahun 2001 tentang Penerbitan Lembaran Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2001 Nomor 2); 10. Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2001 tentang Kewenangan Kabupaten (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2001 Nomor 3); 11. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Kabupaten Kutai Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2001 Nomor 13); 12. Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2006 tentang Perubahan Nomenklatur dan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kabupaten Kutai Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2005 Nomor 14). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT dan BUPATI KUTAI BARAT MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN KAMPUNG. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Kutai Barat; 2. Bupati adalah Kepala Daerah Kabupaten Kutai Barat; 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah; 4. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 5. Pemerintahan Kabupaten adalah Penyelenggaraan Daerah Otonom oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas Desentralisasi; 6. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah di Kabupaten Kutai Barat; 7. Camat adalah Perangkat Daerah yang memimpin Kecamatan dalam Kabupaten Kutai Barat; 8. Kampung adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia; 9. Pemerintahan Kampung adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Kampung dan Badan Permusyawaratan Kampung dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia ; 10. Pemerintah Kampung adalah Kepala Kampung dan Perangkat Kampung sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Kampung; 11. Perangkat Kampung adalah unsur pemerintah Kampung yang terdiri dari Sekretaris Kampung dan perangkat Kampung lainnya; 2
3 12. Badan Permusyawaratan Kampung, yang selanjutnya disingkat BPK adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan Kampung sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Kampung; 13. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah Kampung dalam memberdayakan masyarakat; 14. Pemuka-pemuka masyarakat adalah pemuka/tokoh dari kalangan adat, agama, organisasi kemasyarakatan, Golongan profesi dan unsur pemuka lainnya yang bertempat tinggal di Kampung yang bersangkutan dengan tetap memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 15. Rukun Tetangga yang selanjutnya disingkat RT adalah lembaga kemasyarakatan yang dibentuk dan diakui untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat yang berdasarkan kegotongroyongan dan kekeluargaan serta untuk membantu meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan; 16. Rukun Warga yang selanjutnya disingkat RW adalah kumpulan dari beberapa Rukun Tetangga. BAB II LEMBAGA KEMASYARAKATAN KAMPUNG Pasal 2 (1) Di Kampung dapat dibentuk Lembaga Kemasyarakatan Kampung; (2) Lembaga kemasyarakatan Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berbentuk : a. Rukun Tetangga; b. Rukun Warga; c. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga; d. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat; e. Karang Taruna ; dan f. Lembaga kemasyarakatan lainnya. (3) Lembaga kemasyarakatan Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pembentukkannya didasarkan pada pertimbangan atas kebutuhan masyarakat terhadap keberadaan lembaga kemasyarakatan dimaksud; (4) Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Kampung. Pasal 3 (1) Lembaga Kemasyarakatan Kampung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), mempunyai tugas membantu Pemerintah Kampung dan merupakan mitra dalam pemberdayaan masyarakat Kampung; (2) Tugas lembaga kemasyarakatan Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi : a. Menyusun rencana pembangunan secara partisipatif; b. Melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara, dan mengembangkan pembangunan secara partisipatif; c. Menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong dan swadaya masyarakat; d. Menumbuhkembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Pasal 4 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) lembaga kemasyarakatan Kampung mempunyai fungsi : a. Penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam pembangunan; b. Penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam kerangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia; c. Peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat; d. Penyusunan rencana, pelaksanaan, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipatif; 3
4 e. Penumbuhkembangan dan penggerak prakarsa, partisipasi serta swadaya gotong royong masyarakat; f. Pemberdayaan dan peningkatan kesejahtaraan keluarga; dan g. Pemberdayaan hak politik masyarakat. Pasal 5 Kegiatan lembaga kemasyarakatan Kampung ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui : a. Peningkatan pelayanan masyarakat; b. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan; c. Pengembangan kemitraan; d. Pemberdayaan masyarakat; e. Pengembangan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat. BAB III RUKUN TETANGGA Pasal 6 (1) Rukun Tetangga adalah Lembaga Kemasyarakatan Kampung yang merupakan bentuk guyubnya masyarakat Kampung dalam membantu Pemerintah Kampung dalam menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat, memelihara kerukunan hidup dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat yang berdasarkan kegotongroyongan dan kekeluargaan; (2) Setiap Rukun Tetangga sekurang-kurangnya terdiri dari 30 (tiga puluh) Kepala Keluarga. Pasal 7 (1) Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, setiap Rukun Tetangga menyusun Pengurus; (2) Pengurus Rukun Tetangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari : a. Ketua; b. Sekretaris; c. Bendahara; d. Seksi-seksi dan atau bidang-bidang. (3) Pengurus Rukun Tetangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipilih dengan cara musyawarah dan mufakat dari anggota masyarakat setempat; (4) Syarat-syarat untuk menjadi pengurus Rukun Tetangga adalah : a. Telah terdaftar dan bertempat tinggal tetap sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan dengan tidak terputus-putus dan atau sudah berkeluarga yang dibuktikan dengan Kartu Keluarga (KK); b. Berusia minimal 20 tahun; c. Mempunyai kemauan, kemampuan dan kepedulian dalam upaya membantu Pemerintah Kampung dalam menjalankan tugas pelayanan kepada Masyarakat, memelihara kerukunan hidup dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat yang berdasarkan kegotongroyongan dan kekeluargaan; d. Bisa membaca dan menulis; e. Syarat-syarat lain yang didasarkan atas hasil musyawarah Kampung. (5) Pengurus Rukun Tetangga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Petinggi. Pasal 8 (1) Musyawarah Rukun Tetangga adalah wadah permusyawaratan dan permufakatan anggota dalam lingkungan Rukun Tetangga; (2) Musyawarah Rukun Tetangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berfungsi untuk : 4
5 a. Memilih pengurus; b. Menentukan dan merumuskan program kerja; c. Menerima dan mensahkan pertanggungjawaban pengurus; d. Memecahkan permasalahan yang dinilai strategis. (3) Musyawarah Rukun Tetangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekurang-kurangnya dilaksanakan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun untuk menentukan dan merumuskan program kerja; (4) Musyawarah Rukun Tetangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dinyatakan sah dan dapat dilaksanakan apabila dihadiri sekurang-kurangnya setengah (1/2) ditambah satu dari jumlah anggota. Pasal 9 (1) Masa bhakti pengurus Rukun Tetangga ditetapkan 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal ditetapkannya Keputusan Petinggi dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa bhakti berikutnya; (2) Dalam akhir masa jabatan pengurus Rukun Tetangga mengadakan musyawarah untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban. Pasal 10 (1) Karena sebab-sebab tertentu, pengurus Rukun Tetangga dapat diganti sebelum berakhir masa bhaktinya melalui pergantian antar waktu; (2) Sebab-sebab tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lain : a. Berhalangan tetap; b. Nyata-nyata tidak mempunyai kemauan dan atau kemampuan dan atau kepedulian dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai pengurus; c. Mengundurkan diri sebagai pengurus; d. Melakukan tindakan yang dilarang oleh Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; e. Meninggal dunia. BAB IV RUKUN WARGA Pasal 11 (1) Rukun Warga adalah lembaga kemasyarakatan Kampung yang merupakan bentuk paguyubannya antar Rukun Tetangga dalam membantu Pemerintah Kampung dalam menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat, memelihara kerukunan hidup dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat yang berdasarkan kegotongroyongan dan kekeluargaan; (2) Setiap Rukun Warga sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) Rukun Tetangga. Pasal 12 (1) Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, setiap Rukun Warga menyusun Pengurus; (2) Pengurus Rukun Warga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari: a. Ketua; b. Sekretaris; c. Bendahara; d. Seksi-seksi dan atau bidang- bidang. (3) Pengurus Rukun Warga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipilih dengan cara musyawarah dan mufakat oleh pengurus Rukun Tetangga; (4) Syarat-syarat untuk menjadi pengurus Rukun Warga adalah : 5
6 a. Telah terdaftar dan bertempat tinggal tetap sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan dengan tidak terputus-putus dan atau sudah berkeluarga yang dibuktikan dengan Kartu Keluarga (KK); b. Mempunyai kemauan, kemampuan dan kepedulian dalam upaya membantu Pemerintah Kampung dalam menjalankan tugas pelayanan kepada Masyarakat, memelihara kerukunan hidup dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat yang berdasarkan kegotongroyongan dan kekeluargaan; c. Tidak berkedudukan sebagai Pengurus Rukun Tetangga; d. Syarat-syarat lain yang didasarkan atas hasil musyawarah Kampung. (5) Pengurus Rukun Warga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Petinggi. Pasal 13 (1) Musyawarah Rukun Warga adalah wadah permusyawaratan dan permufakatan anggota dalam lingkungan Rukun Warga; (2) Musyawarah Rukun Warga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berfungsi untuk : a. Memilih pengurus; b. Menentukan dan merumuskan program kerja; c. Menerima dan mensahkan pertanggungjawaban pengurus; d. Memecahkan permasalahan yang dinilai strategis. (3) Musyawarah Rukun Warga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekurang-kurangnya dilaksanakan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun untuk menentukan dan merumuskan program kerja; (4) Musyawarah Rukun Warga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dinyatakan sah dan dapat dilaksanakan apabila dihadiri oleh Ketua dan pengurus Rukun Warga serta Ketua atau Perwakilan Pengurus Rukun Tetangga di lingkungan Rukun Warga. Pasal 14 (1) Masa bhakti pengurus Rukun Warga ditetapkan 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal ditetapkannya Keputusan Petinggi dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa bhakti berikutnya; (2) Dalam akhir masa jabatan pengurus Rukun Warga mengadakan musyawarah untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban. Pasal 15 (1) Karena sebab-sebab tertentu, pengurus Rukun Warga dapat diganti sebelum berakhir masa bhaktinya melalui pergantian antar waktu; (2) Sebab-sebab tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lain : a. Berhalangan tetap; b. Nyata-nyata tidak mempunyai kemauan dan atau kemampuan dan atau kepedulian dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai pengurus; c. Mengundurkan diri sebagai pengurus; d. Melakukan tindakan yang dilarang oleh Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; e. Meninggal dunia. BAB V PEMBERDAYAAN KESEJAHTERAAN KELUARGA Pasal 16 (1) Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga adalah lembaga kemasyarakatan kampung yang membantu Pemerintah Kampung dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk memberdayakan dan meningkatkan Kesejahteraan Keluarga; 6
7 (2) Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), beranggotakan seluruh warga masyarakat Kampung yang berkedudukan sebagai ibu dalam suatu rumah tangga. Pasal 17 (1) Pengurus Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga, terdiri dari : a. Pelindung; b. Dewan Penyantun; c. Ketua; d. Sekretaris; e. Bendahara; f. Seksi-seksi dan atau Kelompok Kerja-Kelompok Kerja. (2) Pengurus Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk Ketua dijabat oleh Istri yang sah dari Petinggi, sedangkan untuk pengurus lainnya dipilih dengan cara musyawarah dan mufakat oleh seluruh warga masyarakat Kampung yang berkedudukan sebagai ibu rumah tangga; (3) Apabila Kepala Kampung belum beristri dan atau Kepala Kampung dijabat seorang Perempuan maka jabatan Ketua Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga dapat diisi oleh istri yang sah Juru Tulis, dan atau pengurus Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga yang mampu ditunjuk sebagi Ketua Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga di Kampung tersebut; (4) Syarat-syarat untuk menjadi pengurus Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga adalah : a. Telah terdaftar dan bertempat tinggal tetap sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan dengan tidak terputus-putus dan berkedudukan sebagai Ibu rumah tangga; b. Mempunyai kemauan, kemampuan dan kepedulian dalam upaya membantu Pemerintah Kampung dalam memberdayakan dan meningkatkan Kesejahteraan Keluarga; c. Bisa membaca dan menulis; d. Syarat-syarat lain yang didasarkan atas hasil musyawarah anggota lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga. (5) Pengurus Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat disebut Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Kampung; (6) Pengurus Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Petinggi. Pasal 18 (1) Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Kampung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1), mengadakan musyawarah sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun, untuk menentukan dan merumuskan program kerja; (2) Peserta musyawarah Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Kampung terdiri : a.pengurus Inti Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Kampung; b.pengurus Inti Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Rukun Warga; c.pengurus Inti Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Rukun Tetangga. (3) Musyawarah Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dinyatakan sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya ½ (satu per dua) ditambah 1 (satu) dari jumlah peserta sebagaimana dimaksud dalam ayat (2). Pasal 19 (1) Masa bhakti pengurus Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga sama dengan masa jabatan Petinggi Terpilih; (2) Dalam akhir masa jabatan pengurus Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga mengadakan musyawarah untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada seluruh anggota Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga. Pasal 20 7
8 (1) Karena sebab-sebab tertentu, pengurus Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga dapat diganti sebelum berakhir masa bhaktinya melalui pergantian antar waktu; (2) Sebab-sebab tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lain : a. Berhalangan tetap; b. Nyata-nyata tidak mempunyai kemauan dan atau kemampuan dan atau kepedulian dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai pengurus; c. Mengundurkan diri sebagai pengurus; d. Melakukan tindakan yang dilarang oleh Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; e. Meninggal Dunia. BAB VI LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KAMPUNG Pasal 21 (1) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kampung adalah lembaga kemasyarakatan yang membantu Pemerintah Kampung dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk menyusun rencana pembangunan, melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara, dan mengembangkan pembangunan secara partisipatif dalam rangka pemberdayaan masyarakat; (2) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), beranggotakan warga masyarakat Kampung yang memenuhi syarat. Pasal 22 (1) Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kampung, terdiri dari : a. Ketua; b. Sekretaris; c. Bendahara; d. Seksi-seksi dan atau Bidang-bidang. (2) Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kampung, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipilih dengan cara musyawarah dan mufakat oleh perwakilan warga masyarakat Kampung; (3) Syarat-syarat untuk menjadi pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kampung adalah : a. Telah terdaftar dan bertempat tinggal tetap sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan dengan tidak terputus-putus; b. Mempunyai kemauan, kemampuan dan kepedulian dalam upaya membantu Pemerintah Kampung dalam memberdayakan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan secara partisipatif; c. Bisa membaca dan menulis; d. Syarat-syarat lain yang didasarkan atas hasil musyawarah Kampung. (4) Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Kepala Kampung. Pasal 23 (1) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kampung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) mengadakan musyawarah sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun, untuk menentukan dan merumuskan program kerja; (2) Musyawarah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dinyatakan sah dan dapat dilaksanakan apabila dihadiri ½ (satu per dua) ditambah 1 (satu) dari seluruh Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kampung. Pasal 24 8
9 (1) Masa bhakti pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kampung adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal ditetapkannya Keputusan Kepala Kampung dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa bhakti berikutnya; (2) Dalam akhir massa jabatan pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat mengadakan musyawarah untuk menyampaikan laporan pertanggung- jawaban kepada anggota. Pasal 25 (1) Karena sebab-sebab tertentu, pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kampung dapat diganti sebelum berakhir masa bhaktinya melalui pergantian antar waktu; (2) Sebab-sebab tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), atara lain : a. Berhalangan tetap; b. Nyata-nyata tidak mempunyai kemauan dan atau kemampuan dan atau kepedulian dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai pengurus; c. Mengundurkan diri sebagai pengurus; d. Melakukan tindakan yang dilarang oleh Peraturan Perundang- undangan yang berlaku; e. Meninggal dunia; BAB VII KARANG TARUNA Pasal 26 (1) Karang Taruna adalah lembaga kemasyarakatan kampung yang membantu Pemerintah Kampung dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong dan swadaya para pemuda di Kampung dalam rangka menyusun rencana pembangunan, melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara, dan mengembangkan pembangunan secara partisipatif; (2) Karang Taruna sebagaimana dimaksud pada ayat (1), beranggotakan pemuda Kampung yang memenuhi syarat. (1) Pengurus Karang Taruna, terdiri dari : a. Ketua; b. Sekretaris; c. Bendahara; d. Seksi-seksi dan atau Bidang-bidang. Pasal 27 (2) Pengurus Karang Taruna Kampung, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipilih dengan cara musyawarah dan mufakat oleh peserta musyawarah; (3) Peserta musyawarah Karang Taruna Kampung terdiri : d.pengurus Inti Karang Taruna Kampung; e.pengurus Inti Karang Taruna Rukun Warga; f. Pengurus Inti Karang Taruna Rukun Tetangga. (4) Musyawarah Karang Taruna Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dinyatakan sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya ½ (satu per dua) ditambah 1 (satu) dari jumlah peserta sebagaimana dimaksud dalam ayat (3). (5) Syarat-syarat untuk menjadi pengurus Karang Taruna adalah : a. Telah terdaftar dan bertempat tinggal tetap sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan dengan tidak terputus-putus; b. Berumur antara 20 tahun sampai dengan 40 tahun; c. Mempunyai kemauan, kemampuan dan kepedulian dalam upaya membantu Pemerintah Kampung dalam memberdayakan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan secara partisipatif; d. Bisa membaca dan menulis; e. Syarat syarat lain yang didasarkan atas hasil musyawarah Kampung dan ditetapkan dalam Keputusan Petinggi. 9
10 (6) Pengurus Karang Taruna sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Petinggi. Pasal 28 (1) Pengurus Karang Taruna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), mengadakan rapat sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun, untuk menentukan dan merumuskan program kerja; (2) Musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dinyatakan sah dan dapat menetapkan keputusan apabila dihadiri ½ (satu per dua) ditambah 1 (satu) dari seluruh Peserta musyawarah sebagaimana dimaksud pada Pasal 27 ayat (3); (3) Bila terjadi voting keputusan akan dinyatakan sah apabila disetujui oleh ½ (satu per dua) ditambah 1 (satu) peserta yang hadir. Pasal 29 (1) Masa bhakti pengurus Karang Taruna adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa bhakti berikutnya; (2) Dalam akhir masa jabatan pengurus Karang Taruna mengadakan musyawarah untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada anggota Karang Taruna. Pasal 30 (1) Karena sebab-sebab tertentu, pengurus Karang Taruna dapat diganti sebelum berakhir masa bhaktinya melalui pergantian antar waktu; (2) Sebab- sebab tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), atara lain : a. Berhalangan tetap; b. Nyata- nyata tidak mempunyai kemauan dan atau kemampuan dan atau kepedulian dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai pengurus; c. Mengundurkan diri sebagai pengurus; d. Melakukan tindakan yang dilarang oleh Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; e. Meninggal dunia; BAB VIII LEMBAGA KEMASYARAKATAN KAMPUNG LAINNYA Pasal 31 Lembaga Kemasyarakatan Kampung lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf f, dapat dibentuk yang didasarkan pada pertimbangan atas kebutuhan masyarakat terhadap keberadaan lembaga kemasyarakatan kampung yang ditetapkan dengan Peraturan Kampung.. BAB IX PENDANAAN Pasal 32 Dana kegiatan Lembaga Kemasyarakatan dapat bersumber dari : a. Swadaya masyarakat; b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Kampung; c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten; d. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Propinsi; e. Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional; f. Bantuan lain yang sah dan tidak mengikat. BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 33 10
11 (1) Dengan berlakunya Peraturan ini, Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 23 Tahun 2001 tentang Lembaga Kemasyarakatan Kampung dinyatakan tidak berlaku lagi; (2) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 34 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat. Ditetapkan di Sendawar pada tanggal 11 Oktober 2007 BUPATI KUTAI BARAT, ttd ISMAIL THOMAS Diundangkan di Sendawar pada tanggal 11 Oktober 2007 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT, ttd YAHYA MARTHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT TAHUN 2007 NOMOR 06 SERI D 11
12 PENJELASAN ATAS RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN I. PENJELASAN UMUM Bahwa dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 23 Tahun 2001 tentang Lembaga Kemasyarakatan Kampung yang pembentukannya didasarkan pada ketentuan Pasal 47 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 1999 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Kampung perlu dilakukan peninjauan kembali. Selanjutnya untuk melaksanakan ketentuan Pasal 97 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka sebagai upaya memberdayakan masyarakat di Kampung dalam mendukung penyelenggaran pemerintahan Kampung dipandang perlu menetapkan Lembaga Kemasyarakatan dalam Peraturan Daerah. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal ini dimaksudkan untuk menyamakan pengertian atau menyamakan arti dalam penggunaan beberapa istilah yang dipergunakan dalam Peraturan Daerah ini. Pasal 3 Ayat (1) Ayat (2) Huruf a Yang dimaksud adalah proses perencanaan pembangunan yang melibatkan berbagai unsur masyarakat terutama kelompok masyarakat miskin dan perempuan. 12
13 Huruf b Huruf c Yang dimaksud dengan melibatkan masyarakat secara demokratis, terbuka, dan bertanggungjawab untuk memperoleh manfaat yang maksimal bagi masyarakat serta terselenggaranya pembangunan yang berkelanjutan. Yang dimaksud adalah penumbuhkembangan dan penggerakan prakarsa, partisipasi serta swadaya gotong royong masyarakat yang dilakukan oleh kader pemberdayaan masyarakat atau sebutan lainnya. Huruf d Yang dimaksud adalah untuk mempercepat terwujudnya kemandirian masyarakat. Pasal 4 Pasal 5 Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Yang dimaksud dengan pengembangan kemitraan adalah mengembangkan kerjasama yang saling menguntungkan, saling percaya dan saling mengisi. Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 13
14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Huruf a Huruf b Huruf c Pembuktian terhadap Ibu Rumah Tangga dapat dibuktikan dengan surat nikah. Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 14
15 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG
PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : bahwa guna melaksanakan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA
PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MALANG
PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung penyelenggaraan Pemerintah
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007
Menimbang + PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, : a. bahwa sebagai
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO
PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO Menimbang : bahwa dengan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL
PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KAMPUNG DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO
PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 9 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA KERJASAMA KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciT E N T A N G LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA
PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 11 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 97
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 8 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN BUPATI BARITO KUALA,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 8 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN BUPATI BARITO KUALA, Menimbang : Mengingat : a. b. 1. 2. 3. 4. 5. bahwa
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menampung
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2006 NOMOR 18
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2006 NOMOR 18 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN
DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN,
3 LEMBARAN DAERAH September KABUPATEN LAMONGAN 15/E 2007 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO
PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2007 SERI D ===============================================================
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2007 SERI D =============================================================== PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 05 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 3 LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 3 TAHUN 2007 Menimbang : TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KERINCI,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 4 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR: 4 TAHUN 2008
1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 4 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR: 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN
S A L I N A N PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONOROGO, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA
PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, Menimbang : a. bahwa dengan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU
PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS HULU, a. bahwa dalam
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT,
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG
PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperincic. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Lembaga Kemasyarakatan.
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBANTUKANLEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, Menimbang : a. bahwa dalam usaha menciptakan
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN
Lebih terperinciBUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA
BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MALANG
PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang Mengingat : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciNOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI MUSI RAWAS,
PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS, Menimbang
Lebih terperinciLEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU, Menimbang : a. bahwa dalam upaya peningkatan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN RUKUN TETANGGA DALAM DAERAH KOTA BONTANG
PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN RUKUN TETANGGA DALAM DAERAH KOTA BONTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, Menimbang : a.
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 38 SERI D
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 38 SERI D KEPUTUSAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR : 449 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DI DESA BUPATI BANJARNEGARA,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PARIGI MOUTONG, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 25 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA ATAU
Lebih terperinciPERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL
PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL - 1
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN
PEMERINTAH KABUPATEN TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANA TORAJA, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOVEN DIGOEL, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciWALIKOTA SAWAHLUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG
WALIKOTA SAWAHLUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA SAWAHLUNTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SAWAHLUNTO,
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH
PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SUNGAI PENUH, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciHimpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA. Nomor : 08 Tahun : 2009 Seri : D Nomor : 08 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA NOMOR 08 TAHUN 2009
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA Nomor : 08 Tahun : 2009 Seri : D Nomor : 08 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA NOMOR 08 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN OHOI
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N
PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 6 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR
Lebih terperinciKEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN DESA NITA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN DESA NITA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA NITA, Menimbang : bahwa berdasarkan ketentuan
Lebih terperinciS A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010
S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO
PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA
PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI KARTANEGARA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN KECAMATAN WIROSARI DESA KALIREJO PERATURAN DESA KALIREJO KECAMATAN WIROSARI KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 01 TAHUN 2011
PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN KECAMATAN WIROSARI DESA KALIREJO PERATURAN DESA KALIREJO KECAMATAN WIROSARI KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA KALIREJO
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang
Lebih terperinci14 LEMBARAN DAERAH Agustus KABUPATEN LAMONGAN 13/E 2006 SERI E
14 LEMBARAN DAERAH Agustus KABUPATEN LAMONGAN 13/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MAJENE
PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG
PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciPEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN
PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang:
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA / KELURAHAN DALAM KABUPATEN TANJUNG JABUNG
Lebih terperinciBUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARRU, Menimbang:
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR : 15 TAHUN 2006 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN DEMAK
PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,
PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa untuk membantu kelancaran penyelenggaraan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR : 06 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN PEKON
PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR : 06 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN PEKON DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGGAMUS, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN CILACAP
PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 22 ayat (1)
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang WALIKOTA BANJAR, : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan dan peningkatan kualitas
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN, RUKUN WARGA DAN RUKUN TETANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 23 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa keberadaan Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017
PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DESA BOJONGGENTENG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 97 Peraturan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal 94
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN
PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG, Menimbang : a.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
SALINAN NOMOR 9/E, 2010 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa terwujudnya
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK
LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2002 NOMOR 13 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA ( RT ), RUKUN WARGA ( RW ) DAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 9 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013 SERI A NOMOR 24
BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013 SERI A NOMOR 24 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA ATAU LEMBAGA KEMASYARAKATAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA
PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG K E L U R A H A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa sebagaimana ketentuan pasal 89
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA PALOPO NOMOR : 04 TAHUN 2006 T E N T A N G
PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO NOMOR : 04 TAHUN 2006 T E N T A N G PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK), RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DALAM DAERAH KOTA PALOPO
Lebih terperinci